Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kasus Terkait dengan Faktor Risiko


Acute Limb Ischemia (ALI) dapat diakibatkan oleh berbagai faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya oklusi baik berupa emboli atau trombosis pada pembuluh
darah. Faktor resiko tersebut meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, merokok,
diabetes mellitus, dan kolesterol. Pasien Tn.F mempunyai faktor resiko antara lain
merokok, suka makan yg berlemak dan manis.
Nikotin menstimulasi neuron simpatis sehingga mengakibatkan terjadinya
kecanduan untuk merokok serta peningkatan produksi adrenalin dalam tubuh.
Munculnya kebiasaan merokok ini akan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi
dan kerusakan pada arteri. Karbon monoksida (CO) menyebabkan pengiriman
oksigen ke jaringan berkurang yang disebut desaturasi O2. CO juga dapat merusak
lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding
pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat. Faktor yang paling
berpengaruh dalam perkembangan aterosklerosis adalah merokok. Merokok dapat
melipatgandakan risiko terjadinya Penyakit Arteri Perifer salah satunya ALI.
Keparahan PAP sebanding dengan jumlah dan durasi rokok yang dihisap
Tirtosastro (Untario, 2017).
Trombosis adalah pembentukan bekuan darah (penyumbatan sebagian atau
seluruhnya) di dalam pembuluh darah, baik vena atau arteri yang membatasi aliran
darah dan mengakibatkan gejala klinis (Ashorobi D, Ameer MA, 2022). Trombosis
terjadi ketika lesi stenosis kronis pada aterosklerosis oklusif menyebabkan obstruksi
akut akibat kerusakan plak, kegagalan sirkulasi, atau keadaan hiperkoagulasi. Ini
juga termasuk oklusi trombotik stent dan cangkok bypass. Embolus dapat terperangkap
pada lesi stenosis arterios klerosis obliterans, dan seringkali sulit untuk membedakan
dengan jelas emboli dari trombosis. Lebih lanjut, pada diseksi aorta dapat
menyebabkan iskemia ekstremitas bawah (Obara, H. et all, 2018)
Komplikasi trombotik dari plak aterosklerotik akan membuat gejala tidak jelas
dan keluhan ambivalen. Perkembangan bertahap dari aterosklerosis sering disertai
dengan pertumbuhan pembuluh darah kolateral ke daerah distal. Oklusi akut pada
anggota tubuh yang telah dikondisikan mungkin tidak menghasilkan iskemia.
Namun, penyebaran trombus dapat menyebabkan iskemia yang luas (Olinic et al.,
2019).

Pasien Tn.F merupakan perokok aktif bisa habis 2 bungkus/hari, dan juga bekerja
wiraswasta disebuah event dan sering lembur sampai malam hari sehingga pola istirahat
terganggu. Pada EKG tanggal 6 tergambar OMI pada inferior dan anterior. Dengan
diketahuinya faktor resiko tersebut menjadi sumber informasi penting untuk penyedia
layanan kesehatan selain serangkaian pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa
ALI.

4.2 Analisis Kasus Terkait dengan Klasifikasi Acute Limb Ischemia (ALI)
Gejala ALI biasanya berkembang dalam beberapa menit, hingga jam atau
hari. Pada obstruksi arteri total, perubahan ireversibel pada saraf terjadi dalam 4-6
jam, otot dalam 6-8 jam, dan kulit dalam 8-12 jam. Dimulai dengan klaudikasio
intermiten dan berkembang menjadi nyeri istirahat yang parah, parestesia,
kelemahan otot, kelumpuhan, dan gangrene (McNally, M. M. & Univers, 2018).
Gejala dan tanda patognomonik iskemik tungkai akut diantaranya :Pain (nyeri),
Paresthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas), Paralysis
(kehilangan fungsi motorik), Pallor (pucat),Pulseless (menurun atau tidak adanya
denyut nadi pada ekstremitas), Poikilothermia (ekstremitas teraba dingin) (Fauzan
et al., 2019)
Dari hasil pemeriksaan DUS ekstremitas bawah tanggal 06/08/2023
(IGD)Tungkai kiri : Oklusi ec. Trombus pada a. Poplitea distal flow (-) sampai dengan
distal tungkai kiri DVT (-). Tungkai kanan : normal flow (+) sampai distal, DVT (-),
CRT>3 detik dan akral dingin pada kaki kiri.Untuk pemeriksaan SPO2 perdigiti =>
digiti 1 : 78%, digiti 2 : 79%, digiti 3 : 81% digiti % : 80%, digiti 5 : 80%.
Untuk terapi definitif ALI derajat II B adalah CDT. Pasien ini dilakukan
tindakaan CDT dengan sheat 6 Fr di artery popliteal sinistra dengan diberikan
ATAPLASE (50mg) bolus 12,5mg. Lanjut drip 37,5mg habis dalam 12 jam (kecepatan
3,125mg/jam). Pentoxyphillin IV drip 1200mg hari pertama dilanjutkan 600mg pada
hari kedua dan ketiga, dan UFH diganti lovenox 2 x 60mg SC.
4.3 Analisis Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah arteri
(D.0009)
Penyebab dari diagnosis keperawatan yang kelompok ambil adalah
penurunan aliran arteri di ekstrimitas bawah sinistra ditandai dengan beberapa
data baik subjektif maupun objektif pada pasien diantaranya adanya keluhan
nyeri, warna kulit kaki kiri pucat dengan biru keunguan pada punggung kaki,
CRT > 3 detik, akral teraba dingin, pulsasi di arteri tibialis posterior dan
dorsalis pedis kaki kiri sulit dinilai. Diagnosis ini menjadi diagnosis
keperawatan prioritas pertama yang kelompok ambil karena masalah
keperawatan ini dapat menimbulkan masalah nyeri pada pasien, terbebas dari
nyeri merupakan hak asasi pada setiap manusia, terbebas dari nyeri juga
merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan dasar fisiologis pada
kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maslow. Maka dari itu, penurunan
tingkat nyeri menjadi salah satu outcome prioritas yang kelompok ingin
capai. Kondisi kurang baiknya sirkulasi mengancam kehidupan, dan jika
tidak dilakukan intervensi keperawatan yang tepat pada pasien akan berisiko
lebih lanjut untuk mengalami komplikasi seperti amputasi sampai dengan
kematian.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d Penurunan kekuatan otot (D.0054)
Penyebab dari gangguan mobilitas fisik yaitu perubahan metabolisme,
penurunan masa otot, penurunan kendali otot, penurunan kekuatan otot,
kekakuan sendi, malnutrisi, nyeri, program pembatasan gerak dan gangguan
sensori persepsi. Gangguan mobilitas fisik yang dialami pasien merupakan
akibat dari penurunan kekuatan otot dan nyeri, ditandai dengan penurunan
kekuatan otot kaki kiri 3.
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan efek agen farmakologis (D.0012)
Diagnosa keperawatan ketiga yang ditetapkan adalah Risiko
Perdarahan berhubungan dengan efek agen farmakologis (pemberian anti
koagulan) dan antiplatelet, yaitu Heparin pada tanggal 6-8-2023 dan
dilanjutkan lovenox 2x60mg (SC) setalah dilakukan CDT. Pemberian lovenox
bertujuan untuk mencegah terjadinya thrombus atau emboli yang semakin
parah serta menjaga patensi pembuluh darah kolateral. Diagnosa resiko
perdarahan ini ditegakkan dengan tujuan pencegahan perdarahan pada pasien
yang diberikan anti koagulan mengingat efek samping dari obat-obatan
tersebut adalah pasien dapat mengalami perdarahan baik melalui hidung,
mulut, urin atau pada organ-organ lain. Intervensi yang akan dilakukan pada
diagnosa ini bertujuan agar tidak ditemukan adanya tanda-tanda perdarahan
pada pasien seperti mimisan, gusi berdarah, BAK/BAB berdarah atau hitam
serta tidak ada hematoma, pasien tidak pucat, tidak mengeluhkan lemas, tidak
ada terdapat penurunan hemoglobin darah. Peran perawat ialah melakukan
observasi terhadap adanya tanda-tanda perdarahan, memantau kontrol
perdarahan pasien melalui hasil laboratorium dan intervensi keperawatan ini
membantu kelompok mencapai target perawatan, yaitu tidak ditemukan
adanya tanda perdarahan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Acute Limb Ischemia (ALI) merupakan salah satu kategorisasi dari
penyakit arteri perifer. ALI adalah kondisi darurat yang disebabkan oleh oklusi
mendadak arteri sehingga terjadi penurunan perfusi jaringan yang mengancam
kelangsungan hidup ekstremitas (Setiawan, at all. 2019). ALI didefinisikan sebagai
penurunan aliran darah ekstremitas secara cepat dan tiba-tiba akibat adanya oklusi
akut dan direpresentasikan sebagai keadaan darurat vascular selama 14 hari sejak
gejala pertama muncul (Laksono, et al. 2020).Penyebab ALI, tidak termasuk trauma
secara luas dibagi menjadi emboli dan thrombosis. Adapun Faktor-faktor yang
menjadi risiko terjadinya penyakit arteri perifer diantara lain diabetes, merokok,
jenis kelamin, tekanan darah tinggi, usia, hiperlipidemia, atrialfibrillation(AF) dan
diabetes (Howard, et all, 2015).
Gejala dan tanda patognomonik iskemik tungkai akut diantaranya :Pain
(nyeri), Paresthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas),
Paralysis (kehilangan fungsi motorik), Pallor (pucat),Pulseless (menurun atau
tidak adanya denyut nadi pada ekstremitas), Poikilothermia (ekstremitas teraba
dingin) (Fauzan et al., 2019).Hal ini sesuai dengan pasien Tn.F dengan keluhan
pasien mengatakan nyeri yang dirasakan di tungkai sampai dengan punggung kaki
kiri, warna kulit kaki kanan pucat dengan biru keunguan pada punggung kaki,
akral teraba dingin, pulsasi di arteri tibialis posterior dan dorsalis pedis kaki kiri
sulit dinilai. Penanganan terhadap tanda dan gejala yang dialami pasien akan
meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga viabilitas dari ekstremitas yang
sakit.
Setelah mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala dan tatalaksana ALI menjadi
acuan petugas kesehatan khususnya perawat mampu melakukan asuhan keperawatan
dalam hal ini melakukan pengkajian dengan cepat dan tepat, menegakkan diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan serta melakukan intervensi yang tepat dan
sesuai dengan tanda serta gejala yang pasien alami. Sehingga diharapkan akan
meningkatan kualitas hidup pasien dan memberikan kepuasan terhadap petugas
kesehatan.
5.2 Saran
Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan pada pasien dengan ALI, maka kelompok ingin menyampaikan beberapa
pemikiran yang dituangkan dalam bentuk uraian sebagai berikut :
1. Rumah Sakit
Diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam melakukan asuhan keperawatan kepada
semua pasien di RS Pusat Jantungan dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita
terutama dalam hal penyuluhan kesehatan yang berkesinambungan. Perlu dilakukan
health promotion pada keluarga pasien yang mempunyai faktor risiko ALI.
2. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Studi kasus ini dapat dijadikan pembelajaran dan pengembangan ide untuk intervensi
keperawatan dalam memberikan asuhan pada pasien dengan ALI.
3. Perawat
Sebaiknya perawat mampu melakukan pengkajian
secara komprehensif pada pasien yang dicurigai adanya tanda-tanda ALI.
Perawat harus memahami tentang penatalaksanaan terapi pada pasien ALI secara
komprehensif serta dampaknya jika kasus ALI tidak secara tepat dan tepat
diatasi.
4. Keluarga Pasien
Sebaiknya lebih mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien.
Diharapkan dengan adanya laporan dari keluarga kejadian ALI yang bisa
mendadak terjadi pada pasien dapat ditangani secara tepat dan cepat dan
sebaiknya keluarga memberikan dukungan baik secara moril maupun spiritual
kepada pasien dan selalu mengingatkan pasien untuk minum obat rutin serta
kontrol ke petugas kesehatan terdekat.
5. Untuk pasien
Sebaiknya pasien dengan ALI dapat menjaga pola hidup yang sehat dan
olahraga teratur, hindari merokok, konsumsi obat sesuai anjuran jika saat
perawatan dirumah nantinya setelah perawatan di rumah sakit. Dan selama di
rumah sakit, pasien senantiasa kooperatif bersama tim medis dan tim
keperawatan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai