Patofisiologi
Peripheral Artery
Peripheral artery disease (PAD) merupakan manifestasi dari aterosklerosis sistemik yang
umumnya terjadi bersamaan dengan penyakit arteri coroner dan karotis. Pasien PAD
memiliki risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular seperti infark miokard, stroke
iskemik, dan kematian.1,2 Patobiologi aterosklerosis dan aterotrombosis telah dijelaskan
pada bab sebelumnya (lihat bab 8).3,4 Bab ini akan menjelaskan patofisiologi penyakit
aterosklerosis arteri ekstremitas bawah yang dapat menimbulkan gejala PAD seperti
klaudikasio dan critical limb ischemia (CLI). Pemahaman tentang patofisiologi yang
mendasari perkembangan dan progresivitas aterosklerosis tungkai dan gejala iskemik
merupakan hal penting terkait dengan manajemen pasien PAD dan perkembangan terapi
potensial yang baru. Patofisiologi utama yang berkontribusi terhadap klaudikasio
intermiten dan CLI dirangkum pada tabel 17.
PAD
mengalami
keterbatasan
beraktivitas
karena
melemahnya
fungsi
hemodinamik. Gejala klasik klaudikasio intermiten adalah rasa tidak nyaman pada betis
ketika pasien berjalan yang berhubungan dengan iskemia reversibel dan dapat sembuh
dengan istirahat. Istilah klaudikasio berasal dari bahasa latin claudicato, yang berarti
pincang atau timpang, dan hal ini tampak pada gaya berjalan pasien klaudikasio.
Klaudikasio ditandai dengan kram dan sakit pada otot yang terkena. Rasa tidak nyaman
pada klaudikasio bertambah selama pasien berjalan, dan segera sembuh dengan istirahat
tanpa perubahan posisi. Urutan dari rasa tidak nyaman yang dicetuskan oleh pergerakan
kaki hingga sembuh dengan istirahat merupakan gejala klinis yang penting untuk
membedakan dengan gangguan muskuloskeletal ekstremitas bawah lainnya. Pasien
dengan klaudikasio memiliki keterbatasan beraktivitas dan berjalan yang berat. Jika
dibandingkan dengan individu sehat pada usia yang sama, pasien klaudikasio memiliki
penurunan sebesar 50-60% ketika melakukan tes treadmill, hal ini sama seperti pasien
gagal jantung kongestif berat (CHF).6 Keterbatasan beraktivitas ini dihubungkan dengan
penurunan aktivitas berjalan dan aktivitas fisik yang merupakan salah satu tolak ukur
kualitas hidup manusia.7
Meskipun gejala klasik klaudikasio terjadi kurang dari sepertiga pasien PAD, semua
pasien PAD mengalami penurunan aktivitas berjalan dan kapasitas fungsional sehari-hari.8
Bahkan, PAD asimtomatik juga dapat menurunkan kualitas hidup pasien. 9 Sehingga,
tujuan utama dari manajemen pasien PAD adalah mencegah progresivitas aterosklerosis
dan menyembuhkan gejala klaudikasio serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Selain terkait dengan disabilitas fisik, PAD merupakan penanda penyakit
aterosklerosis sistemik serta risikonya. Peripheral artery disease dihubungkan dengan
peningkatan risiko penyakit arteri koroner, penyakit arteri serebral dan stroke, dan
kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 3 hingga 6 kali lipat. 1,10 Sehingga, hasil
konsensus menyatakan bahwa pasien PAD harus dipertimbangkan menderita penyakit
aterosklerosis dan dapat dilakukan prevensi sekunder standar.11,12
oksigen dari Hb, dan merubah Hb menjadi deoksihemoglobin. 22 Perubahan kinetik pada
ambilan oksigen di jaringan digabungkan dengan konsumsi oksigen sistemik untuk
menjaga keseimbangan antara pengiriman dan penggunaan oksigen.
besar pada aliran darah tanpa terjadi penurunan tekanan mendadak ketka melewati
pembuluh darah sedang (gambar 17-1).
Abnormalitas Hemodinamik pada Peripheral Artery Disease
Proses oklusi arteri menyebabkan resistensi elemen yang menetap pada sirkulasi,
sehingga dapat menginisiasi terjadinya proses patofisiologi penyakit yang bermanifestasi
sebagai klaudikasio, nyeri iskemik saat istirahat, atau ulkus (gambar 17-1). Faktor-faktor
utama yang menentukan penurunan mendadak tekanan darah saat melewati arteri yang
stenosis meliputi kecepatan aliran darah dan resistensi yang disebabkan oleh stenosis,
panjang dan diameter stenosis pembuluh darah, serta viskositas darah. Parameter ini
digambarkan oleh persamaan Poiseuille, yang menentukan hubungan antara resistensi,
tekanan dan aliran darah:
Penurunan mendadak tekanan saat melewati stenosis = aliran darah [8L ] r4
Dimana L merupakan panjang stenosis, r adalah radius stenosis arteri, dan merupakan
viskositas darah.
Gambar 17-1 Fungsi Arteri Normal. Pada arteri normal (atas), alirannya adalah laminar, dan endotel berfungsi secara normal. Oleh
karena itu, aliran darah dan pengiriman oksigen sesuai dengan kebutuhan metabolik otot baik saat istirahat maupun ketika bergerak.
Metabolik yang efisien akan menghasilkan sedikit stress oksidatif. Sebaliknya, pada peripheral artery disease (bawah), stenosis arteri
akan menghasilkan aliran turbulen. Peningkatan resistensi berhubungan dengan stenosis dan hilangnya energy kinetik yang disebabkan
oleh penurunan mendadak tekanan darah saat melewati area stenosis. Pembuluh darah kolateral hanya dapat mengkompensasi
sebagian dari stenosis arteri. Selain itu, terjadi penurunan fungsi endotel, yang menyebabkan kerusakan vaskuler lebih lanjut. Perubahan
ini membatasi respon aliran darah saat bergerak, sehingga menyebabkan ketidaksesuaian antara pengiriman oksigen dengan kebutuhan
metabolik otot. Perubahan pada metabolisme otot skelet selanjutnya dapat menurunkan pembentukan ATP. Stres oksidatif, yaitu hasil
dari oksidasi yang tidak efisisen, akan menyebabkan penurunan fungsi endotel dan metabolisme otot. ABI, ankle-brachial index; EC,
endothelial cell; PAD, peripheral artery disease
penurunan
aliran
darah
yang
menuju
ke
distal.
Konsep
ini
kecepatan aliran meningkat selama pasien bergerak, lesi pada arteri iliaka akan merubah
hemodinamik, menyebabkan hilangnya nadi di kaki karena penurunan tekanan
pergelangan kaki yang lebih distal dari stenosis.
Pada pasien dengan CAD, konsep fraksi aliran balik menggambarkan rasio aliran
darah melalui arteri koroner terhadap aliran hiperemik maksimal melalui arteri koroner
yang normal.29,30 Pendekatan ini dapat diaplikasikan pada pasien PAD dan menyediakan
interpretasi fungsional dari setiap derajat persentase stenosis serta berkaitan dengan
stenosis arteri kritis. Sebagai contoh, aliran balik fungsional sebesar 0,80 mengindikasikan
bahwa telah terjadi penurunan aliran darah hiperemik maksimal sebanyak 20% oleh
karena adanya stenosis. Bagaimanapun juga, minimal luminal area (MLA, or derajat
stenosis) berhubungan dengan buruknya aliran balik fungsional sampai stenosis arteri
menyebabkan penurunan MLA. Sehingga anatomi per se mungkin tidak cukup
menyediakan bukti tentang derajat stenosis arteri.
Respon Aliran Darah Terhadap Aktivitas pada Klaudikasio Intermiten
Sebagian besar pasien dengan PAD tidak memiliki gejala saat pasien istirahat
(kecuali pada pasien dengan CLI). Hal ini karena aliran darah saat pasien istirahat relatif
cukup untuk kebutuhan metabolik jaringan yang rendah, dan oleh karena itu terdapat
kesesuaian antara suplai dan kebutuhan konsumsi oksigen pada tungkai.31,32 Saat tungkai
bergerak aktif, pasien dengan PAD memiliki peningkatan aliran darah ke tungkai lebih awal
sehingga konsumsi oksigen tungkai dapat ditunda.33 Dengan bertambahnya pergerakan
tungkai, terdapat peningkatan aliran linier awal. Bagaimanapun juga, ketika tungkai
bertambah aktif pada pasien PAD, aliran darah mencapai sebuah plateau karena adanya
batasan dari stenosis arteri. Plateau ini menggambarkan hilangnya energi saat melewati
arteri yang mengalami stenosis, sehingga menghilangkan usaha untuk menngkatkan
alirannya. Beratnya stenosis arteri (ditentukan oleh ABI) berhubungan terbalik dengan
peningkatan aliran balik.34 Dengan penurunan aktivitas tungkai, fase hiperemik
(peningkatan aliran di atas tingkat saat istirahat) akan memanjang pada pasien dengan
PAD relatif tehadap kontrol individu sehat. Meskipun pengiriman oksigen saat tungkai
beraktivitas mencapai sebuah plateau, peningkatan oksidatif lebih lanjut didukung oleh
peningkatan ekstraksi oksigen otot.35 Produksi adenosine triphosphate (ATP) nonoksidatif
juga mengkontribusi metabolisme energi otot.36 Terjadinya iskemia otot tidak hanya
teraktivasi yang banyak ditemukan pada penyakit vaskuler umumnya bersifat kaku,
sehingga berpotensi untuk mengeksaserbasi oklusi mikrovaskular pada CLI.
Jumlah platelet dan aktivasi platelet juga meningkat pada CLI. 54 Platelet yang
teraktivasi akan berinteraksi dengan reseptor endotel, dan melepaskan tromboksan yang
merupakan vasokonstriktor poten, sehingga dapat mencetuskan vasokonstriksi lebih lanjut
dan aktivasi platelet. Pada suatu penelitian, ekspresi selektin P meningkat secara
signifikan pada pasien dengan klaudikasio intermiten dan iskemia kritis dibandingkan
dengan kontrol.54
Tonus vascular bed mungkin meningkat pada pasien PAD. Penurunan NO and PGs
telah dibahas sebelumnya, yaitu karena paparan tromboksan. Pada resistensi arteriol otot
skelet pasien CLI terjadi peningkatan respon reseptor adrenergik 1 dan 2.55 Temuan ini
telah dikonfirmasi oleh penelitian lain, meskipun signifikan fungsionalnya masih belum
jelas.56,57 Seperti halnya pada peningkatan ekspresi endotelin messenger ribonucleic acid
(mRNA) pada CLI mungkin disebabkan oleh vasokontriksi dari mikrosirkulasi.58
Edema pada Iskemia Tungkai Kritis
Abnormalitas mikrosirkulasi pada CLI juga mencetuskan edema kaki.59 Pada sebuah
penelitian tentang kecepatan filtrasi cairan melalui dinding kapiler pada pasien CLI,
koefisien filtrasi kapiler meningkat jika dibandingkan dengan tungkai kontrol sehat dan
tungkai yang tidak iskemik. Observasi ini menunjukkan sebuah mekanisme yang
menjelaskan kecenderungan berkembangnya edema pada CLI.60 Pengembalian aliran
darah oleh operasi bypass grafting atau angioplasti menyebabkan peningkatan tekanan
tungkai yang lebih distal, dengan kaitannya pada tekanan hidostatik. Hal ini menyebabkan
ekstravasasi awal dan edema jaringan pada pasien CLI yang menjalani revaskularisasi.61
menginduksi klaudikasio, jumlah neutofil total dan proporsi neutrophil yang teraktivasi
menajdi lebih tinggi di vena pada tungkai yang terkena daripada di arteri. 68 Perbedaan
vena dan arteri ini tidak terlihat pada sirkulasi kontralateral PAD, yaitu pada tungkai yang
tidak terkena. Selanjutnya, leukosit teraktivasi akan melepaskan tromboksan A2 (TxA2),
yang merupakan vasokonstriktor dan mencetuskan agregasi platelet.69 Pada pasien
kaudikasio, selektin P, akan memediasi interaksi platelet dengan endotel, selain itu juga
akan berperan terhadap perubahan platelet di mikrosirkulasi. 7072 Neutrofil teraktivasi juga
akan melepaskan elastase, yang ditunjukkan dengan timbulnya efek kerusakan endotel
secara in vitro.73 Aktivitas elastase yang bersirkulasi akan meningkat secara progresif dari
individu sehat, ke pasien PAD asimtomatik, dan klaudikasio simtomatik. 74 Selanjutnya,
pada pasien dengan klaudikasio, aktivitas elastase akan meningkat lebih jauh dengan
aktivitas.75 Respon inflamasi terhadap aktivitas mungkin akan memediasi interaksi
merugikan antara mikrosirkulasi dan metabolisme otot skelet, sehingga akan menurunkan
aktivitas pasien. Jadi, pemebentukan radikal bebas dan stres oksidatif dapat menjadi
mediator kerusakan jaringan.
Kerusakan Oksidatif pada Peripheral Artery Disease
Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa baik iskemia maupun iskemia
reperfusi dikaitkan dengan stres oksidatif karena pembentukan radikal bebas. 76,77 pasien
kaludikasio tidak menerimak cukup oksigen ketika beraktivitas dan memiliki fase hiperemik
kaya oksigen yang memanjang selama pemulihan setelah berkativitas. 78 Iskemia otot
selama aktivitas dan reperfusi setelah klaudikasio yang membatasi aktivitas berkaitan
dengan peningkatan stres oksidatif.79,80 Kadar malondehid darah (penanda dari
pembentukan radikal bebas) meningkat pada pasien PAD saat istirahat serta kadarnya
menjadi lebih tinggi ketika pasien melakukan aktivitas.80 Aktivitas netrofil dan platelet dan
cedera endotel juga meningkat pada apasien PAD.62
Stres oksidatif yang diamati pada pasien PAD mungkin merupakan bagian respon
inflamasi dari aterosklerosis sistemik yang meningkat saat aktivitas. 66 Pembentukan
radikal bebas mungkin merupakan mekanisme satu-satunya dari cedera otot pada PAD
(gambar 17-2). Episode berulang dari iskemia selama aktivitas dan reperfusi selama
pemulihan dapat mencetuskan kerusakan endothelial cells (ECs), mitokondria otot,
serabut otot, dan akson motor. Cedera oksidatif pada jaringan ini selanjutnya akan
mencetuskan perubahan kronik pada struktur dan metabolisme, serta hilangnya fungsi
otot yang tidak dapat dijelaskan secara sederhana oleh penurunan aliran darah dan
pengiriman oksigen. Mitokondria merupakan sumber utama radikal bebas dalam sel,
sehingga deoxyribonucleic acid (DNA) mitokondria mungkin bermanfaat sebagai penanda
dari cedara oksidan.81
Gambar 17-2 Perubahan metabolisme otot pada peripheral artery disease (PAD).Stres oksidatif menyebabkan
kerusakan entotel dan mitokondria yang menyebabkan delesi dari deoxyribonucleic acid (DNA) mitokondria dan
melemahnya fungsi transpor elektron. Proses ini menghasilkan peningkatan ekspresi enzim mitokondria dan akumulasi
laktat dan acylcarnitines. EC, endothelial cell.
Kerusakan mitokondria otot pada pasien PAD telah ditunjukkan dengan adanya
akumulasi mutasi somatik pada DNA mitokondria. Sebagai contoh, pasien PAD memiliki
peningkatan frekuensi mutasi delesi dari DNA 4977 bp mitokondria. 82 Hal ini juga umum
ditemukan pada jaringan lain dibawah kondisi stres oksidatif. Selain itu, mitokondria otot
pasien PAD memiliki defek khusus pada rantai kunci transpor elektron (lihat gambar 17-2).
Langkah ini sebelumnya telah diidentifikasi sebagai target perfusi-reperfusi cedera
oksidatif miokardial.83 Cedera oksidatif mitokondria mungkin menunjukkan sistem umpan
balik karena melemahnya transpor elektron sehingga meningkatkan pembentukan radikal
bebas. Mekanisme ini mungkin menyebabkan apoptosis sel secara cepat.84,85
Strategi untuk mengurangi atau memodulasi stres oksidatif mungkin penting dalam
mencegah tidak hanya progresivitas penyakit aterosklerosis, tapi juga untuk melindungi
otot skelet dari cedera oksidan. Suplemen vitamin C dapat memperbaiki fungsin endotel
pasien diabetes.86 Bagaimanapun juga, pemberian vitamin C dan E dalam jangka waktu
lama
tidak
dapat
memperbaiki
fungsi
endotel
pada
pasien
dengan
penyakit
kardiovaskular.87 Pada hewan coba, cedera reperfusi iskemi pada mikrosirkulasi otot skelet
(karena vasokonstriksi dan sumbatan mikrosirkulasi serta inhibisi pembentukan NO) dapat
digah oleh kombinasi vitamin dan l-arginine.88 Perkembangan terapi antioksidan masih
menjadi tantangan penting. Antioksidan yang relevan harus menargetkan lokasi suseluler
spesifik (misalnya mitokondria) dan tidak mencetuskan cedera oksidatif. Jadi, masih belum
jelas apakah stres oksidatif dapat memodulasi PAD secara optimal atau antioksidan dapat
merubah patofisiologi klaudikasio.
yang belum bisa dijelaskan secara keseluruhan oleh perubahan pada aliran dan tekanan
darah.
Perubahan Metabolisme Otot Skelet
Ketika pasien PAD melakukan aktivitas, aliran darah ke otot tidak akan mencukupi
kebutuhan metabolismenya, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Terbatasnya respon
aliran darah terhadap aktivitas memiliki konsekuensi metabolik. Pada pasien PAD, saturasi
oksigen otot dan kadar fosfokreatinin adalah normal saat istirahat. Saat onset aktivitas,
terdapat penundaan pengambilan oksigen sestemik yang paralel terhadap respon
pengambilan oksigen pada otot skelet.6,106 fosfokreatinin lebih banyak digunakan untuk
pembentukan energi pada pasien PAD dibandingkan dengan individu kontrol saat
melakukan aktivitas yang sama.78 Observasi ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah
halangan pada penggunaan awal oksigen saat onset aktivitas dan terbatasnya pengiriman
oksigen karena oklusi pembuluh darah besar.
Pasien dengan PAD juga mengalami perubahan dalam metabolisme oksidatif otot
skelet. Area potensial dari melemahnya metabolisme oksidatif ini adalah pada transpor
elektron, sehingga mudah diserang oleh radikal bebas.107 Otot skelet dari tungkai yang
terkena mengalami penurunan aktivitas kompleks I dehidrogenase NADH mitokondria dan
ubiquinol sitokrom C oksireduktase (kompleks III).108 Observasi ini menunjukkan bahwa
terdapat penurunan aktivitas transpor elektron, dan mungkin ikut berkontribusi terhadap
disfungsi metabolik pada PAD.
Perubahan respirasi mitokondria mungkin memiliki konsekuensi fungsional. Sebagai
contoh, kinetic pengambilan oksigen di paru menjadi lebih lambat saat memulai aktivitas
pada pasien PAD. Perubahan kinetic tidak tergantung pada beratnya gangguan
hemodinamik karena penyakit vaskular dan berhubungan dengan kelainan metabolic.
Konsisten denngan melambatnya kinetik pengambilan oksigen, pasien dengan PAD juga
mengalami perubahan pernafasan mitokondria. Sejumlah peneliti telah menggunakan
magnetic resonance spectroscopy (MRS) phosphorus-31 (31P) untuk mengevaluasi
respirasi mitokondria pada individu kontrol dan pasien PAD.109 Penggunaan konsentrasi
adenosine diphosphate (ADP) otot sebagai penanda status respirasi mitokondria, fungsi
mitokondria pasien PAD dikarakteristikkan dengan peningkatan kadar ADP untuk menjaga
respirasi seluler. Hubungan antara perubahan ADP dengan kontrol respirasi tidak umum
terjadi pada penyakit kronis, namun umum terjadi pada penyakit keturunan berupa
gangguan transpor elektron. Enegetik otot PAD tidak dapat dijelaskan seluruhnya oleh
penurunan aliran darah.
Aktivitas komponen dan enzim mitokondria otot mencerminkan status fungsional
individu. Aktivitas enzim oksidatif mitokondria otot skelet meningkat dengan olahraga dan
menurun dengan tirah baring atau tidak beraktivitas dalam jangka waktu lama. 110 Pada
individu sehat, komponen mitokondria otot berhubungan dengan puncak pengambilan
oksigen, yang mengindikasikan pentingnya kapasitas oksidatif otot untuk menentukan
performa aktivitas.111 Sedangkan pada pasien PAD, terbatasnya aktivitas berjalan dan
resultan dari perilaku sedenter diperkirakan akan menyebabkan penurunan aktivitas dan
komponen enzim mitokondria (detraining). Sebaliknya, beberapa penelitian menunjukkan
terdapat peningkatan komponen mitokondria otot pada pasien PAD.112,113 Peningkatan
ekspresi mitokondria ini tampaknya merupakan efek langsung dari beratnya oklusi
pembuluh darah.114 Jadi, perubahan mitokondria otot skelet pada pasien PAD tampaknya
mencerminkan beratnya proses oklusi pembuluh darah. Peningkatan komponen
mitokondria mungkin dapat meningkatkan ekstraksi oksigen karena adanya iskemia dan
mencerminkan mekanisme kompenasi untuk setiap kelainan intrinsic pda kapasitas
oksidatif mitokondria. Menariknya, peningkatan ekspresi mitokondria juga berhubungan
dengan penyakit keturunan yaitu gangguan pada transpor elektron.
Selama kondisi metabolik normal, berbagai substrat seperti asam lemak, protein,
dan karbohidrat diubah secara langsung menjadi acyl- coenzyme A (CoA) untuk proses
oksidatif pada siklus krebs. Pasangan coA akan berikatan dengan karnitin seluler melalui
transfer reversibel grup asil antara karnitin dan coA.115 Salah satu fungsi dari karnitin
adalah untuk menyediakan buffer untuk acyl-CoA dengan pembentukan asilkarnitin. Jadi,
selam kondisi stres metabolik, oksidasi inkomplit atau penggunaan acyl-CoA akan
menyebabkan akumulasinya. Transfer grup asil ke karnitin akan menghasilkan asilkarnitin.
Pasien PAD memiliki perubahan metabolisme karnitin, yang dibuktikan dengan
akumulasi rantai pendek asilkarnitin di plasma dan otot skelet dari tungkai yang
terkena.116,117 Akumulasi asilkarnitin menunjukkan bahwa acyl-CoA tidak dioksidasi secara
efisien, sehingga menyeimbangkan acyl-CoA dengan asilkarnitin. Akumulasi asilkarnitin
mungkin memiliki signifikansi fungsional bahwa pada pasien dengan akumulasi terbesar
Kesimpulan
Pasien PAD dan klaudikasio memiliki keterbatasan untuk melakukan aktivitas.
Obstruksi pembuluh darah besar menyebabkan penurunan pengiriman oksigen ke otot
skelet selama aktivitas, sehingga terjadi mismatch antara kebutuhan dan suplai oksigen.
Hemodinamik arteri dan aliran darah dari pembuluh darah besar, bagaimanapun juga tidah
diperhitungkan secara keseluruhan sebagai penyebab terbatasnya aktivitas yang dapat
dilakukan pasien klaudikasio. Perubahan pada mikrosirkulasi, striktur otot skelet, dan
fungsi
metabolik
secara
signifikan
berkontribusi
terhadap
patofisiologi
penyakit.