(PAD)
Oleh :
EDDA RACHMADENAWANTI
122011101018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Di Amerika PAD mengenai 8-10 per juta jiwa penduduk. Jumlah ini akan
terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 mencapai 3,5 juta jiwa, di mana
insiden iskemia tungkai akut mencapai 1,5 kasus per 10.000 orang pertahun. Di
Negara Barat, angka amputasi di Rumah Sakit akut, dimana beberapa kematian
terjadi peri operatif.4
2
risiko dari PAP. Faktor risiko potensial lainnya adalah peningkatan kadar c-
reactive protein, fibrinogen, homosistein, apolipoprotein b, lipoprotein a dan
viskositas plasma. 4
3
Tingkat II Iskemia yang diinduksi Olah raga
Lesi awal (tipe I) terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan dan terdiri dari
akumulasi lipoprotein intima dan beberapa makrofag yang berisi lipid. Makrofag
tersebut bermigrasi sebagai monosit dari sirkulasi ke lapisan intima subendotel.
Kemudian lesi ini berkembang menjadi lesi awal atau "fatty-streak" (tipe II), yang
ditandai dengan banyaknya "foam cell". Foam cell memiliki vakuola yang
dominan berisi cholesteryl oleate dan dilokalisir di intima mendasari endotel. 1
4
kerusakan kecil 12 jaringan lokal. Ateroma (tipe IV) menunjukkan kerusakan
struktural yang luas pada intima dan dapat muncul atau silent. Perkembangan lesi
selanjutnya adalah lesi berkembang atau fibroateroma (tipe V), secara
makroskopis terlihat sebagai bentuk kubah, tegas, dan terlihat plak putih mutiara.
Fibroateroma terdiri dari inti nekrotik yang biasanya terlokalisasi di dasar lesi
dekat dengan lamina elastik interna, terdiri dari lipid ekstraseluler dan sel debris
dan fibrotic cap, yang terdiri dari kolagen dan sel otot polos di sekitarnya. Ruptur
plak memperburuk lesi karena akan menyebabkan agregasi platelet dan aktivasi
fibrinogen, namun tidak menyebabkan oklusi arteri atau manifestasi klinis.1
5
Ada 3 hal yang berpengaruh dalam pembentukan/ timbulnya trombus ini
(trias Virchow) :
PAP terjadi karena tidak normalnya regulasi suplai darah dan penggantian
struktur dan fungsi otot skelet. Regulasi suplai darah ke tungkai dipengaruhi oleh
lesi yang membatasi aliran (keparahan stenosis, tidak tercukupinya pembuluh
darah kolateral), vasodilatasi yang lemah (penurunan nitrit oksida dan penurunan
responsifitas terhadap vasodilator), vasokonstriksi yang lebih utama (tromboksan,
serotonin, angiotensin II, endotelin, norepinefrin), abnormalitas reologi
(penurunan deformabilitas eritrosit, peningkatan daya adesif leukosit, agregasi
platelet, mikrotrombosis, peningkatan fibrinogen). 5
6
kebutuhan saat latihan.
7
Gambar 3. Proposed biological pathways for the association of lower
extremity ischemia with mobility loss in peripheral artery disease
Atypical Leg Pain, menimbulkan gejala nyeri saat istirahat (rest pain),
terdekompensasi pada jarak tertentu.
Critical Limb Ischemic, menimbulkan iskemia pada tungkai, nyeri pada saat
istirahat, progresifitas menimbulkan gangren
8
Acute Limb Ischemic, tanda klinis klasik 6P, antara lain Pain, Palor,
Pulselessness, Parasthesia, Paralysis, Poikilothermia.
Gejala khas klaudikasio mungkin tidak terjadi pada pasien yang memiliki
penyakit penyerta yang mencegah aktivitas yang cukup untuk menyebabkan
timbulnya gejala (yaitu gagal jantung kongestif, penyakit paru berat, penyakit
muskuloskeletal) atau pada pasien yang tidak memungkinkan untuk melakukan
latihan atau aktivitas. Oleh karena itu, pasien yang diduga menderita PAP harus
ditanya tentang beberapa pembatasan latihan selama latihan ekstremitas inferior. 5
Gejala lain yang mungkin dialami pasien adalah nyeri pada tungkai dan
kaki saat istirahat, ulkus pada tungkai yang tidak sembuh, nyeri pada lengan
dengan klaudikasio. Pasien dengan klaudikasio intermiten memiliki aliran darah
yang normal pada saat istirahat, oleh karena itu, tidak ada gejala nyeri/sakit pada
kaki saat istirahat. Dengan berolahraga, aliran darah pada arteri otot-otot kaki
dapat dibatasi oleh sumbatan aterosklerosis. Hal ini mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik otot, sehingga
memunculkan gejala klaudikasio.5
9
Pewarnaan kulit tetap (nonblanching) dan kekakuan kompartemen tungkai
umumnya menunjukkan adanya nekrosis jaringan dan kaki yang tidak dapat
diselamatkan. 5
Ankle Brachial Index (ABI) adalah tes skrining vaskular non invasif
Kontraindikasi
ABI :
Apabila terdapat rasa sakit luar biasa atau luka di kaki bagian bawah / kaki.
10
Gambar 4. Ankle Brachial Index
Pemeriksaan ankle brachial index (ABI) adalah uji noninvasif yang cukup
akurat untuk mendeteksi adanya PAD dan untuk menentukan derajat penyakit ini..
Kriteria diagnostik PAD berdasarkan ABI diinterpretasikan sebagai berikut: Toe-
Brachial Index (TBI) juga merupakan suatu pemeriksaan noninvasif yang
dilakukan pada pasien diabetes dengan PAD khususnya pada pasien yang
mengalami kalsifikasi pada pembuluh darah ekstremitas bawah yang
menyebabkan arteri tidak dapat tertekan dengan menggunakan teknik tradisional
(ABI, indeks ABI > 1,30) sehingga pemeriksaan ini lebih terpercaya sebagai
indikator PAD dibandingkan ABI. Nilai TBI yang ≥ 0,75 dikatakan normal atau
11
tidak terdapat stenosis arteri. 6,7
b) Doppler Ultrasonografi
c) Angiography
12
dan jaringan sekitarnya termasuk mendeteksi adanya aneurisma arteri perifer,
karakteristik plak, kalsifikasi, ulserasi, trombus atau plak yang lunak, hiperplasia
tunika intima, in-stent restenosis dan fraktur stent. CTA tetap memiliki
keterbatasan dalam hal penggunaannya pada pasien dengan insufisiensi renal
sedang-berat yang belum menjalani dialysis.6,8
13
Terdapat tiga modalitas algoritma pengobatan iskemia tungkai akut
meliputi, : 4,5
a) Revaskularisasi Endovaskular
b) Revaskularisasi Bedah
c) Amputasi
a) Revaskularisasi Endovaskuler
Teknik ini digunakan untuk arteri, arteriol, dan kapiler pembuluh darah
yang jelas untuk mengembalikan dan melestarikan perfusi ke ekstremitas bawah.
Trombolitik dengan agen modern seperti plasminogen aktivator yang
mengkonversi trombin terikat plasminogen menjadi plasmin aktif, selanjutnta
terjad degradasi fibrin dan disolusi trombin. 4,5
14
Prosedur ini dirancang untuk memberikan dosis maksimal agen
trombolitik ke trombus sekaligus mengurangi efek samping trombolitik sistemik.
Agen saat ini digunakan adalah alteplase (Genentech), sebuah rekombinan
aktivator plasminogen jaringan; Reteplase (EKR Theraupetics), sebuah rekayasa
genetika mutan direkayasa dari aktivator plasminogen jaringan. Agen ini
dimaksudkan untuk selektif mengaktifkan plasminogen terikat dalam trombus dan
diberikan selama periode 24-48 jam. Streptokinase, sebuah aktivator plasminogen
tidak langsung, adalah agen yang pertama digunakan untuk trombolisis
intraarterial, namun penggunaannya sebagian besar telah ditingkalkan karena
efikasinya yang kurang dan efek perdarahan besar,serta potensi terjadi alergi.4
b) Revaskularisasi Bedah
15
angioplasti atau stenting). Penyumbatan tromboemboli arteri di bawah lutut
dilakukan dengan trombolisis intraarterial atau trombektomi. Pemulihan ditandai
dengan teraba pulsasi kaki, sinyal arteri terdengar Doppler dan terlihat perbaikan
perfusi kaki (misalnya pengisian kapiler, peningkatan temperatur, dan produksi
keringat). Bila dalam observasi belum berhasil, terapi antikoagulansia dengan
heparin dilakukan setelah prosedur. Vasodilator misalnya nitrogliserin dan
papaverin terbukti apabila ada vasospasme. 4
c) Amputasi
16
clopidogrel yang dikombinasi dengan cliotaszol. Terapi medikamentosa berperan
sebagai terapi kombinasi dengan revaskularisasi sebagai terapi tambahan, bila
prosedur gagal memperbaiki gejala, beberapa obat yang bisa diberikan : 4,6
Prostanoid
Pentoxifilline
Cilosztazol
17
1.9 Prognosis Peripheral Artery Disease (PAD)
Angka kematian dan komplikasi pada pasien dengan iskemia tungkai akut
cukup tinggi. Meskipun revaskularisasi segera dengan trombolitik dan
pembedahan, kejadian amputasi mencapai 10-15% pada pasien yang menjalani
perawatan di rumah sakit. Amputasi yang tersering terjadi di atas lutut. Sekitar 15-
20% pasien meninggal dalam 1 tahun setelah adanya persentasi klinis. 4
18
BAB II
LAPORAN KASUS
Usia : 34 tahun
Pekerjaan :-
Agama : Islam
2.1 Anamnesis
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki kanan sejak 8 bulan belakangan ini
dan memberat dalam satu bulan terakhir. Satu bulan ini kaki tiba-tiba terasa kaku
dan sakit terutama sakit apabila digunakan untuk berjalan. Nyeri dimulai dari
bagian bawah dari ujung jari-jari kemudian menjalar ke bagian atas tungkai.
Nyeri terutama dirasakan pada saat malam hari. Ketika merasa nyeri pasien
19
biasanya menggantung kakinya sehingga merasa lebih baik.
Pasien pernah dilakukan amputasi pada kaki sebelah kiri dengan gejala
dan keluhan yang sama (kaki juga sampai berwarna hitam) dengan diagnosis :
PAD (Peripheral Artery Disease). Diabetes Melitus (-) Hipertensi (-).
Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda vital :
20
Pemeriksaan Khusus
Kepala
Bentuk : normocephal
Wajah :
Mata
Leher
Dada
a. Jantung :
21
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Perkusi :
b. Paru :
Kanan Kiri
P = sonor P = sonor
P = sonor P = sonor
Perut
Inspeksi : cembung
Anggota gerak :
Bawah :
Status Lokalis
Inspeksi : Nekrosis (+) Gangren (+) Oedema (-) Akral dingin (+)
23
Palpasi : Nyeri (+), Pulsasi (+) lemah
a) Hasil Laboraturium
HEMATOLOGI LENGKAP
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Hemoglobin 11,2 gr/dL 12-16 gr/dL
Laju Endap Darah - 0-15 mm/jam
Leukosit 9,9 x109/L 4,5-11 x109/L
Hitung Jenis - Eos/Bas/Stab/Seg/Lim/Mono
0-4/0-1/3-5/54-62/25-33/2-6
Hematokrit 31,3 % 36-46%
Trombosit 235 x109/L 150-450 x109/L
GULA DARAH
Glukosa Sewaktu 104 mg/dL stik <200 mg/dL
b) Foto Rontgen
24
Foto Rontgen Dada
Posisi AP
a. Inspirasi Cukup
e. ICS melebar
c) EKG
HR : 98 kali/menit
Pembesaran atrium kanan (-) atrium kiri (-) ventrikel kanan (-) ventrikel kiri (-)
25
Kesimpulan : Tidak ditemukan kelainan pada jantung
2.5 Diagnosa
2.7 Planning
2.8 Prognosa
Dubia ad Malam
26
Diagnosis pra-operasi :
Death Limb Extremitas Inferior e.c Peripheral Artery Disease
Diagnosis post-operasi :
Death Limb Extremitas Inferior e.c Peripheral Artery Disease
Jenis Operasi :
Release of Necrosis Foot
Macam Operasi :
Kotor
Uraian pembedahan :
Jahit
Observasi drainage
2.11 Follow Up
• Subyektif
• Obyektif
Ekst : AH +, OE –
Drain : Darah ± 15 cc
Assesment
28
Death Limb Extremitas Inferior e.c Peripheral Artery Disease + post amputasi below
knee H-1
Plannning
• Subyektif
• Obyektif
Ekst : AH +, OE –
Assesment
Death Limb Extremitas Inferior e.c Peripheral Artery Disease + post amputasi below
knee H-2
Plannning
29
inf RL 1500cc/ 24 jam
Aff Drain
30
DAFTAR PUSTAKA
6. National institute for health and clinical excellence. Lower limb peripheral
arterial disease : diagnosis and management. UK: 2012.
31
(ACR) and the Society of Radiologists in Ultrasound (SRU). 2014
32