1. (aziz) apa yang menyebabkan pasien pusing berputar disertai mulut perot ke kiri, dan
penglihatan ganda?
Jawab :
a. Pusing berputar
Biasa disebut dengan Vertigo. Vertigo merupakan sensasi gerakan yang salah. Seperti
rasa berputar ataupun bergoyang. Sensasi tersebut bisa timbul karena ada gangguan fungsi
sistem vestibular central (vertigo central) ataupun gangguan di telinga tengah (Vertigo
perifer).
Penyebab dari terjadinya vertigo perifer biasanya lebih ringan dibandingkan dengan
vertigo central seperti adanya stroke ataupun tumor fossa posterior. Untuk membedakan
apakah termasuk vertigo sentral ataupun perifer dapat dengan pemeriksaan fisik dan
neurologi.
Dari hasil anamnesis, pemeriksa harus bisa memperkirakan lokasi lesi saraf. Untuk
rasa pusing, dapat dicurigai adanya lesi di fossa posterior, tepatnya pada serebelum. Bisa
vertigo ataupun dizzle. Karena kondisi kesadaran pasien yang komponmentis / hasil nilai
GCS 15 , tidak memungkinkan adanya lesi pada batang otak. sehingga dicurigai pada
cerebellum.
Salah satu penyebab vertigo sentral adalah Posterior circulation Infection (Stroke).
Biasanya tanda-tandanya adalah adanya serangan vertigo mendadak, ataxia, diplopia,
kerusakan nervus cranialis, ataupun adanya kelemahan anggota gerak.
(Bisdorff et al., 2009)(UI, 2017)
b. Mulut perot
Terjadinya mulut perot ini karena adanya kelemahan sebagian (paresis) ataupun total
(kelumpuhan) nervus VII. Penyebab umumnya adalah kelumpuhan saraf perifer
idiopatik / bell’s palsy. Penyebab lainnya bisa karena infeksi, stroke batang otak, trauma,
tumor, ataupun adanya gangguan metabolisme. Untuk membedakan kelumpuhan tersebut
disebabkan karena lesi sentral atau perifer adalah jika sentral yang lumpuh hanya sekitar
organnya. Jika perifer yang lumpuh adalah seluruh bagian wajah sesisi. Selain itu dari
anamnesis dan pf seperti riwayat stroke dapat dicurigai lesi di sentral. Jika terdapat
infeksi, trauma, atau penyebab tidak diketahui dapat mengarah ke perifer.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441905/#!po=92.8571
2. (faisya) bagaimana efek dari Riwayat diabetes melitus yg tdk terkontrol dan perokok berat
diskenario?
Jawab :
a. DM
Faktor risiko DM terhadap stroke dapat melalui karena 3 hal.
1) Disfungsi endothel
Fungsi dari endotel vaskuler untuk menjaga integritas structural dan fungsional
dinding pembuluh darah serta control vasomotor. Vasodilatasi endotel vaskuler
difasilitasi oleh nitrit okside. Yang mana pada pasien DM kemungkinan terjadi
peningkatan inaktivasi nitrit okside sehingga terjadi penurunan reaktivitas otot
polos dan menyebabkan nitrit okside turun, ada disfungsi endotel dan memicu
cascade atherosclerosis.
2) Systemic inflammation
3) Arterial stiffness
Individu dengan diabetes tipe II memiliki arteri yang lebih kaku dan elastisitas
yang menurun dibandingkan dengan subjek yang memiliki kadar glukosa normal.
Diabetes tipe I lebih sering dikaitkan dengan kerusakan struktural awal dari arteri
karotis umum, umumnya tercermin sebagai peningkatan ketebalan intima-medial,
dan dianggap sebagai tanda awal aterosklerosis. Respon peradangan yang
meningkat sering terlihat pada individu dengan diabetes, peradangan memainkan
peran penting dalam perkembangan plak aterosklerotik. Protein C-reaktif, sitokin,
dan adiponektin adalah penanda serum utama peradangan. Protein C-reaktif dan
kadar plasma dari sitokin ini termasuk interleukin-1, interleukin-6 dan tumor
necrosis factor-α adalah prediktor independen dari risiko kardiovaskular.
Adiponektin tampaknya menjadi modulator metabolisme lipid dan peradangan
sistemik. Tingkat adiponektin yang rendah itu sendiri juga dikaitkan dengan CVD.
Protein C-reaktif dan kadar plasma dari sitokin ini termasuk interleukin-1,
interleukin-6 dan tumor necrosis factor-α adalah prediktor independen dari risiko
kardiovaskular. Adiponektin tampaknya menjadi modulator metabolisme lipid dan
peradangan sistemik. Tingkat adiponektin yang rendah itu sendiri juga dikaitkan
dengan CVD. Protein C-reaktif dan kadar plasma dari sitokin ini termasuk
interleukin-1, interleukin-6 dan tumor necrosis factor-α adalah prediktor
independen dari risiko kardiovaskular. Adiponektin tampaknya menjadi modulator
metabolisme lipid dan peradangan sistemik. Tingkat adiponektin yang rendah itu
sendiri juga dikaitkan dengan CVD.
Pasien dengan DM dan komplikasi mikrovaskular terkait muncul terutama pada
risiko tinggi aterosklerosis yang akhirnya berujung pada kejadian serebrovaskular
dan kardiovaskular dan kematian dini. Pembuluh mikro adalah unit fungsional
dasar dari sistem kardiovaskular yang terdiri dari arteriol, kapiler, dan venula.
Mereka berbeda dari pembuluh darah makro baik dalam arsitektur maupun
komponen selulernya. Berbeda dengan pembuluh makro yang memasok darah ke
organ, pembuluh mikro memainkan peran penting dalam menjaga tekanan darah
dan pengiriman nutrisi yang tepat. Mikrosirkulasi juga memiliki sistem pengaturan
yang mengontrol permeabilitas vaskular dan respons miogenik yang dapat
menyesuaikan aliran darah sesuai dengan kebutuhan metabolisme lokal.
Perubahan fungsi mikrovaskular dapat timbul bahkan sebelum hiperglikemia dan
perubahan patologis vaskular muncul. Diabetes menginduksi perubahan
patognomonik pada mikrovaskulatur, mempengaruhi membran dasar kapiler
termasuk arteriol di glomeruli, retina, miokardium, kulit, dan otot, dengan
meningkatkan ketebalannya, yang mengarah pada perkembangan mikroangiopati
diabetik. Penebalan ini akhirnya menyebabkan abnormalitas pada fungsi pembuluh
darah, menyebabkan beberapa masalah klinis seperti hipertensi, penyembuhan
luka yang tertunda, dan hipoksia jaringan. Demikian pula, neovaskularisasi yang
timbul dari vasa vasorum dapat menghubungkan makro dan mikroangiopati,
memprediksi pecahnya trombosit dan mempromosikan aterosklerosis. Peran
patologi mikrovaskular dalam komplikasi diabetes sistemik, termasuk
aterosklerosis makrovaskular, masih menjadi bahan perdebatan lebih lanjut.
(Chen, Ovbiagele and Feng, 2016)
(Aziz, 2021)
Suhu → Hipotermia (<35° C), Normal (35-37° C), Pireksia/febris (37-41,1° C), Hipertermia
(>41,1° C)
Antropometri
BB : 90 kg
TB : 165
(Praktikum, 2021)
5. (ranti) bagaimana interpretasi dari pemeriksaan neurologis?
Jawab :
- Cek pupil apakah isokoria / Anisokoria, diameter kedua pupil, pergerakan bola mata, dan
reaksi terhadap cahaya.
Pupil isokor diameter kanan 3 mm/kiri 3 mm dengan reflex cahaya intak, nistagmus
+/+ (vertikal pada kedua mata).
• Pupil isokor menandakan tidak ada kerusakan pembuluh darah mata.
• Diameter pupil normal 3 – 4 mm. Jika pemeriksaan pupil normal dan reaktif,
penyebab turunnya kesadaran umumnya berhubungan dengan gangguan metabolic
• Pergerakan bola mata dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya lesi di batang otak.
Dilihat dari keadaan pasien nystagmus vertical (pusat integrasi di mesensefalon)
merupakan gejala klinis pada vertigo sentral.
- Pemeriksaan nervus cranialis I – XII.
paresis N. VII dekstra sentral dan paresis N. VI ocular dekstra.
• Paresis N. VII -> Nervus Fascialis (saraf motoric ekspresi wajah) : berhubungan
dengan mulut perot
• Paresis N. VI -> Nervus Abducens (Saraf motoric mata ke lateral) : berhubungan
dengan nystagmus vertical
b. Non farmakologi
- Trombektomi mekanik
Merupakan tindakan bedah untuk mengeluarkan embolus thrombus (bekuan darah)
dari arteri atau vena dengan cepat dengan menggunakan kateter aspirasi atau stent
retriever. Tidak semua pasien dapat melakukan trombektomi mekanik. AHA/ASA
tidak merekomendasikan pasien setelah rt-PA pada pasien yang sedang
dipertimbangkan untuk trombektomi mekanik.
(Hui, Tadi and Patti, 2021)
1. Vertigo perifer, dengan iokasi lesi pada telinga dalam dan nervus vestibularis.
2. Vertigo sentral, dengan lokasi lesi pada batang otak, serebelum, dan serebrum.
Berdasarkan etiologinya :
Vertigo perifer Vertigo central
- Vertigo paroksismal jinak dihasilkan - Stroke iskemik atau hemoragik,
dari deposit kalsium atau debris di terutama yang melibatkan sistem
kanalis semisirkularis posterior dan serebelum atau vertebrobasilar.
sering menyebabkan episode transien - Tumor yang timbul dari
vertigo yang berlangsung beberapa cerebellopontine angle, Contoh tumor
menit atau kurang dari beberapa menit. tersebut termasuk glioma batang otak,
- Penyakit meniere terjadi akibat medulloblastoma, dan schwannoma
peningkatan endolimfe di canalis vestibular, yang dapat menyebabkan
semicularis, memiliki gejala tinnitus, gangguan pendengaran sensorineural
gangguan pendengaran, dan aural serta gejala pusing.
fullness selain vertigo. Hidrops - Migrain vestibular merupakan penyebab
endolimfatik adalah ciri patologis yang vertigo yang paling umum, ditandai
berbeda dari penyakit Meniere. dengan sakit kepala unilateral yang
- Labirinitis akut dan neuritis vestibular. terkait dengan gejala lain, termasuk
Keduanya timbul akibat peradangan, mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia.
seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Akhirnya, multiple sclerosis telah
- Virus termasuk Herpes zoster oticus, dikaitkan dengan penyebab vertigo
juga dikenal sebagai sindrom Ramsay sentral dan perifer. Secara sentral,
Hunt. Pada sindrom Ramsay Hunt, multiple sclerosis dapat menyebabkan
vertigo terjadi akibat reaktivasi virus vertigo dengan perkembangan plak
Varicella-zoster laten (VZV) di ganglion demielinasi di jalur vestibular.
geniculate yang menyebabkan
peradangan saraf vestibulocochlear.
Saraf wajah sering terlibat juga,
mengakibatkan kelumpuhan wajah.
- Kolesteatoma adalah lesi mirip kista
yang berisi puing-puing keratin.
Kolesteatoma paling sering melibatkan
telinga tengah dan mastoid.
- Otosklerosis ditandai dengan
pertumbuhan abnormal tulang di telinga
tengah, yang menyebabkan gangguan
pendengaran konduktif dan dapat
mempengaruhi koklea, juga
menyebabkan tinnitus dan vertigo.
- Sebuah fistula perilymphatic adalah
penyebab lain yang kurang umum dari
vertigo perifer dan hasil dari trauma.
(Makkai, 2013)
Gangguan kesehatan berhubungan dengan vertigo perifer antara lain penyakit (Benign
Proxymal Postional Vertigo) atau BPPV (gangguan keseimbangan karena ada perubahan
posisi kepala), minire disease (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan
hilangnya pendengaran), vestibular neuritis (peradangan 17 pada sel-sel saraf keseimbangan)
dan labyrinthis (radang di bagian dalam pendengaran).
Gangguan kesehatan yang berhubugan dengan vertigo sentral termasuk antara lain, stroke,
multiple sclerosis (gangguan tulang bekalang dan otak), tumor, trauma di bagian kepala,
migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit kemunduran
fungsu saraf) yang menimbulkan damak pada otak kecil.
12. Definisi Defisit neurologis, jenisnya apa aja? Penyakit yg bisa muncul ?
Jawab :
Defisit Neurologis → istilah yang dipakai untuk suatu gejala dan tanda yang muncul pada
pasien akibat gangguan di sistem persarafan, baik sel otaknya (neuron/sel glia) hingga
jarasnya (akson) dari reseptor untuk sistem sensorik, maupun ke target organ dalam sistem
motoik dan otonom.
Secara umum berdasarkan keterlibatan sistem saraf, defisit neurologis dapat dibagi menjadi
fokal maupun global.
Defisit neurologis fokal adalah gejala dan tanda akibat kerusakan dari sekelompok sel
saraf atau jarasnya di suatu area tertentu (fokal). Misalnya pada pasien yang
mengalami kelemahan (paresis) sesisi tubuh kanan, maka kemungkinan ada gangguan
di sistem piramidalis mulai dari korteks motorik primer hingga jarasnya ke otot.
Karena sistem piramidalis hanyalah bagian dari seluruh sistem saraf, maka kelemahan
sesisi sebagai gangguan sistem motorik dikategorikan sebagai defisit fokal.
Defisit neurologis global adalah jika pada gejafa dan tanda diakibatkan oleh kerusakan
saraf yang luas, difus, atau menyeluruh. Meskipun nantinya pada analisis lanjutan dari
sintesis diagnosis topis yang paling cocok ternyata hanya suatu lesi fokal tertentu yang
mengakibatkan gejala dan tanda ini terjadi.
Beberapa gejala dan tanda yang dikategorikan defisit neurologis fokal dan global :
13. Definisi stroke? Penyebab stroke pd scenario? Cara menegakkan diagnosis stroke ?
Jawab :
Stroke (Posterior Circulation Infraction) Penyakit fungsional otak fokal maupun global
akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya
tanpa peringatan; dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau bahkan
sampai berujung pada kematian; akibat gangguan aliran darah ke otak karena
perdarahan ataupun non perdarahan. Tanda-tanda klinis pada penyakit stroke
berkembang cepat dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Biasanya akan ditandai serangan vertigo mendadak, ataxia (gangguan keseimbangan/
koordinasi tubuh), diplopia (penglihatan ganda), kerusakan nervus kranial, ataupun
kelemahan anggota tubuh.
A. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi pada sel – sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan
nutrisi yang disebabkan penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah
(ateriosklerosis). Arteriosklerosis terjadi akibat timbunan lemak pada arteri yang
menyebabkan luka pada dinding arteri. Luka ini menimbulkan gumpalan darah
(thrombus) yang mempersempit arteri. Gumpalan ini dapat juga terbawa aliran darah
dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebabkan penyumbatan.
Ketika stroke iskemik pulih dalam kurang dari 24 jam, disebut TIA (Trancient
Ischemic Attack).
Stroke iskemik disebabkan 3 mekanisme: Trombosis, Emboli, Hipoperfusi
B. Stroke hemoragik
Stroke hemorragik adalah stroke perdarahan yang terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah di otak. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah mengenai dan
merusak sel – sel otak di sekitarnya. Selain itu, sel otak juga mengalami kematian
karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi terhenti. Berdasarkan lokasi
perdarahan
o Subarachnoid
Perdarahan terjadi pada ruang subarachnoid (lapisan menings antara piameter
dan arachnoid struktur peka nyeri) memiliki tanda gejala dimana pasien
mengalami nyeri kepala hebat, kejang, kaku duduk, deficit neurlogis, dan
tanda tanda peningkatan TIK (papilledema, parese N.IV, dilatasi pupil)
o Intracerebral
(Chugh, 2019)
Berisi semua gejala klinis yang ditemukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Ditulis secara sistematis mulai dari keluhan utama dan keluhan lain, lalu dilanjutkan
dengan pemeriksaan neurologis berurutan dari paresis nervus kranialis dan defisit
lainnya. Hal ini dimaksudkan agar semua gejala klinis dapat ditulis lengkap, oleh
karena diagnosis klinis akan berdampak menentukan diagnosis topis selanjutnya.
Diagnosis (Aspek) Topis
Merupakan perkiraan lokasi lesi atau topis paling mungkin berdasarkan temuan pada
diagnosis klinis. Dugaan ini dibuat berdasarkan neuroanatomi dan fisiologi, suatu analisis
secara neurologis yang dibuat tanpa melihat pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan
penunjang lainnya. Pemeriksaan radiologis dapat membuktikan diagnosis topis dan
pemeriksaan penunjang lainnya dalam menggambarkan kondisi pasien secara lebih
tepat.Penentuan diagnosis topis sejak awal juga akan membantu menentukan diagnosis kerja,
bahwa lesi di daerah tertentu biasanya disebabkan oleh patologis tertentu.
Analisis ini biasanya ditentukan dari gambaran patologi anatomi. Namun, oleh karena
pemeriksaan Ini tidak memungkinkan dilakukan pada semua pasien, maka diagnosis patologi
dapat berdasarkan pengetahuan secara teoritis maupun bukti ilmiah terhadap kasus-kasus
umum, dengan membayangkan gambaran jika lesi topis itu dilakukan analisis patologi.
Menganalisis proses patofisiologi mekanisme yang mendasari kelainan pada sistem saraf
yang terlibat, yaitu proses penyakit yang berkontribusi menimbulkan gejala dan tanda klinis.
Sebagai contoh, pada stroke iskemik dengan klinis hemiparesis dektra mendadak dan muncul
saat istirahat, maka dipikirkan diagnosis etiologinya adalah sumbatan trombus.
DIAGNOSIS KERJA
Pada akirnya klinisi harus membuat diagnosis kerja. Formulanya adalah memuat gejala dan
tanda klinis serta nama penyakit Namun hal yang perlu ditekankan, tidak seluruh gejala dan
tanda penyakit dituliskan dalam diagnosis kerja. Pada prinsipnya, gejala dan tanda yang perlu
dicantumkan adalah:
a. Gejala dan tanda klinis yang menjadi keluhan utama atau bersifat kegawatdaruratan.
Sebagai contoh pada stroke hemoragik dengan manifestasi penurunan kesadaran, paresis N.
VII dan N. XII sentral kanan, dan hemiparesis kanan, maka dalam diagnosis kerja cukup
dituliskan penurunan kesadaran et causa (ec] stroke hemoragik. Dalam hal ini, penurunan
kesadaran merupakan klinis yang membutuhkan tata laksana kegawatdaruratan. Pada pasien
dengan keluhan utama mulut mencong akibat paresis nervus fasialis perifer, jika diduga
sebagai kasus Bell's palsy maka diagnosis kerjanya yakni paresis nervus fasialis perifer ec
Bell's palsy. Pada kasus ini, paresis nervus fasialis dimasukkan dalam diagnosis kerja karena
merupakan keluhan utama dan menjadi tujuan utama tata laksana penyakit ini.
b. Gejala dan tanda klinis yang memerlukan pemantauan khusus dalam terapi. Contoh pada
pasien sebelumnya dengan stroke hemoragik, gejala yang perlu diIakukan pemantauan adalah
penurunan kesadaran. Adapun gejala paresis N. VII dan N. XII sentral kanan, dan hemiparesis
kanan bukan merupakan target pemantauan khusus, karena akan ikut membaik seiring dengan
tata laksana stroke hemoragik sebagai penyebabnya.
Oleh karena pada dasarnya diagnosis kerja berfungsi sebagai penentu terapi, maka gejala
klinis yang ditulis bersifat fleksibel sesuai dengan perjalanan penyakit pasien
(Imran, 2017)
14. Penilaian IGD terhadap stroke
Jawab :
Emergency respone team :
a. Waktu terjadinya (ONSET)
b. NIHSS (motor, kesadaran, Bahasa)
c. Tanda vital, ECG
d. Diabetes dan glycaemia
e. Riwayat VKA, aspirin, clopidogrel, heparin, coagulopathy
f. Stroke yang pertama ?
g. Siapa saksinya, alamat keluarga
Jika pasien datang dalam 6 jam pertama setelah onset gejala: CT scan harus
dikombinasikan dengan CT angiogram otak dan leher untuk menyingkirkan oklusi
pembuluh darah besar. CT angiogram tidak boleh ditunda untuk menunggu kreatinin
serum. Kapanpun memungkinkan CT angiogram harus dilengkapi dengan CT scan untuk
menghemat waktu untuk kemungkinan intervensi mekanis.
MRI atau MR angiogram atau MR perfusion tidak diindikasikan dalam 6 jam pertama dari
onset gejala.
Untuk pasien yang datang antara 6 jam dan 24 jam dari onset gejala: Pada pasien
tertentu dengan stroke iskemik akut dalam waktu 6-24 jam dari normal terakhir yang
diketahui yang memiliki oklusi pembuluh darah besar di sirkulasi anterior, mendapatkan
perfusi CT, Diffusion weighted-MRI, atau MRI perfusi direkomendasikan untuk
membantu pemilihan pasien untuk trombektomi mekanik. (Chugh, 2019)
Bisdorff, A. et al. (2009) ‘Classification of vestibular symptoms: Towards an international
classification of vestibular disorders’, Journal of Vestibular Research: Equilibrium and Orientation,
19(1–2). doi: 10.3233/VES-2009-0343.
Chen, R., Ovbiagele, B. and Feng, W. (2016) ‘Diabetes and Stroke: Epidemiology, Pathophysiology,
Pharmaceuticals and Outcomes’, American Journal of the Medical Sciences, 351(4), pp. 380–386.
doi: 10.1016/j.amjms.2016.01.011.
Chugh, C. (2019) ‘Acute ischemic stroke: Management approach’, Indian Journal of Critical Care
Medicine, 23(Suppl 2), pp. S140–S146. doi: 10.5005/jp-journals-10071-23192.
Gaudin, R. A. et al. (2016) ‘Bilateral Facial Paralysis: A 13-Year Experience’, Plastic and
Reconstructive Surgery, 138(4). doi: 10.1097/PRS.0000000000002599.
Gronseth, G. S. and Paduga, R. (2012) ‘Evidence-based guideline update: Steroids and antivirals for
Bell palsy: Report of the guideline development subcommittee of the American academy of
neurology’, Neurology. doi: 10.1212/WNL.0b013e318275978c.
Imran, D. (2017) ‘Infeksi Tuberkulosis pada Susunan Saraf Pusat’, Buku Ajar Neurologi.
Makkai, K. (2013) Vertigo, Vertigo. Taylor and Francis. doi: 10.4324/9780203100578.
Praktikum, T. (2021) ‘PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL Usia Baru lahir 1
tahun 10 tahun Remaja Dewasa Lansia ( > 70 thn ) Suhu ( Celcius )’, 38(20), p. 99.
UI, D. N. F. K. (2017) Buku Ajar Neurologi, Buku Ajar Neurologi. Edited by T. Aninditha and W.
Wiratman. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.