PENDAHULUAN
peristiwa vaskular yang berlangsung lamalebih dari 24 jam. Stroke akut mengacu
Tergantung pada keparahan iskemia, infark (kematian sel) akan terjadi dalam
dipulihkan. Ini disebut "inti" dari infark. Inti yang mengelilingi adalah jaringan
yang terpengaruh tetapi secara fungsional dapat pulih jika aliran darah dipulihkan.
iskemik yang dapat diobati dalam tiga jam pertama setelah oklusi arteri serebral,
tetapi banyak pasien mungkin memilikinya hingga 12 jam. Inilah yang disebut
"jendela terapi". Jadi identifikasi yang tepat dari pasien yang dapat diobati sangat
Eropa. Sepuluh persen dari 55 juta kematian yang terjadi setiap tahun di seluruh
telah menurun baik di seluruh dunia maupun di Eropa. Hal ini terutama
1
Manajemen stroke akut yang berhasil didasarkan pada pendekatan yang
menjadi masalah utama. Lima puluh hingga tujuh puluhpersen dari mereka yang
besar diperlukan dalam rantai perawatan untuk identifikasi stroke oleh keluarga
cepat dan fasilitas darurat, diagnosis yang tepat, perawatan yang cepat dan tepat,
Kata diabetes berasal dari kata Yunani yang berartimenyedot dan mengacu pada
tanda paling jelas dari penyakit ini ditandai hilangnya airmelalui buang air kecil,
atau poliuria. Kata mellitus berasal dari kata Latin untuk kata manisatau madu dan
2
Sejak awal, asupan makanan dipandang sebagai pengobatan. Jika
seseorangtidak makan terlalu banyak, orang itu tidak banyak buang air kecil. Jika
seseorang makan makanan tertentu, seperti lentil atau daging, mereka tidak buang
menjadi 3%, 6%, dan 12% kelompok.Pendekatan untuk manajemen diet orang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Serangan iskemia sementara atau transient ischemia attacks (TIAs) adalah iskemia
sistem syaraf utama menurun selama kurang dari 24 jam dan biasanya kurang dari
30 menit8.
2.1.2 Epidemiologi
abad ke-20, stroke terjadi pada lebih dari700.000 orang per tahun dan
menyebabkan 150.000 kematian.Saat ini ada 4,6 juta penderita stroke di Amerika
Risiko stroke meningkat pada populasi umum dikalangan pria lanjut usia
"Stroke Belt."2
4
2.1.3 Etiologi
baik dari arteri intrakranial atau ekstrakranial (termasuk lengkung aorta) atau
seperti halnya pada 20% dari semua stroke iskemik. Emboli kardiogenik diduga
2.1.4 Patofiologi
polos arteri dan menghasilkan plak. Akhirnya, stres dapat menyebabkan pecahnya
penyumbatan lokal atau emboli masuk kedalam aliran darah yang akhirnya
bermuara di pembuluh darah otak. Dikasus emboli jantung, stasis darah di atrium
otak. Hasil akhir dari pembentukan kedua trombusdan emboli adalah oklusi arteri,
5
150 mmHg) dengan proses yang disebut autoregulasi otak. Pembuluh darah otak
proses ini dapat terganggu oleh aterosklerosis dan cedera akut seperti stroke. Saat
aliran darah otak lokal berkurang dibawah 20 mL / 100 g per menit, terjadi
iskemia dan ketika pengurangan lebih lanjut di bawah 12 mL / 100 g per menit
bertahan. Kerusakan permanen pada otak terjadi dan ini disebut infark.Jaringan
ekstraselular terakumulasi, disaat yang sama natrium dan air disaring secara
seperti glutamat dan aspartat yang menyebabkan kerusakan total pada neuron saat
6
Semua peristiwa ini terjadi dalam 2 hingga 3 jam sejak awaliskemia dan
setelah iskemia serebral termasuk teraktivasi sel inflamasi, mulai dari 2 jam
biasanya tidak menyakitkan, tapi sakit kepala dapat terjadi dan lebih
7
2.1.6 Terapi 3
syaraf.
dengan Ct-Scan.
kraniotomi.
8
e. Setelah fase hiperakut lewat, perhatian ditujukan pada pencegahan
1. Prevensi Primer
mengalamistroke.
2. Penatalaksanaan akut
3. Prevensi sekunder
9
4. Rehabilitasi
bertanggung jawab untuk iskemia tertunda dan terjadi antara 4 dan 21 hari
10
(misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan
ekstremitas
dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah
evidence C).
11
- Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia (AHA/ASA,
evidence B).
terjadi aspirasi
b. Stabilisasi hemodinamik
12
c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum
- Tekanan darah
- Pemeriksaan jantung
i Derajat kesadaran
intrakranial meliputi
jugular
Hindari hipertermia
Jaga normovolernia
13
dengan target ≤ 310 mOsrn/L. (AHA/ASA, Class III,
mg/kgBB i.v.
x.
14
- Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat
evidence B).
hati.
f. Pengendalian kejang
15
diturunkan, dan dihentikan bila tidak ada kejang selama
meningitis.
h. Pemeriksaan penunjang
- EKG
dan elektrolit)
16
- Pemeriksaan radiologi
CT Scan
1. Cairan
mmHg.
maupun enteral).
yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml per derajat Celcius
normal.
gas darah.
17
2. Nutrisi
nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan
baik.
komposisi:
35-55 %);
g/kg/hari)
parenteral.
18
3. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
A).
(kadar glukosa darah >180 mg/dl) pada stroke akut harus diobati
19
dengan titrasi insulin (AHA/ASA,Class I, Level of evidence C).
kateterisasi intermiten
i. Rehabilitasi.
j. Edukasi.
sakit).
20
2.1.8 Pencegahan Sekunder Stroke Iskemik
tidak dapat dirubah dan dapat dipakai sebagai penanda (marker) stroke
Penggunaan dari guideline yang telah ada untuk kontrol gula darah
Class IV GCP)10.
21
and major vascular events (HR 0,78; Cl 0,60-1,2; P=0,067).
Cl 0,52-1,00; P=0,0467)10.
2.2 Diabetes
2.2.1 Definisi
neuropati6.
2.2.2 Etiologi
lain sebagainya6.
22
Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1,
antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet cell
decarboxylase)6.
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
yang berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin
yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi.
sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu
23
“Resistensi Insulin”.Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya
24
3. Diabetes Militus Gastrointestinal
adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa
GDM akan lebih besar risikonya untuk menderita lagi diabetes di masa
tersebut6.
2.2.3 Patofiologi6
DM tipe 1 (IDDM) terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes. Secara
umum, DM tipe ini berkembang pada anak-anak atau pada awal masa
terjadi setelah waktu yang panjang (9-13 tahun) yang ditandai oleh adanya
25
terjadi penyakit menahun dengan resiko komplikasi dan kematian. Faktor-
antibodi insulin).
DM tipe 2 (NIDDM) terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes dan
Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain (1-2% dari semua kasus
interferon).
pasien dengan kadar glukosa plasma lebih tinggi dari normal tetapi tidak
26
Komplikasi mikrovaskular berupa retinopati, neuropati, dan nefropati
DM tipe 1
DM tipe 2
terjadi.
2.2.5 Diagnosa
DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.Apabila ada keluhan
27
khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
>126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Untuk lebih
darah abnormal tinggi (hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk
dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah sewaktu yang
abnormal tinggi (>200 mg/dL) pada hari lain, kadar glukosa darah puasa yang
abnormal tinggi (>126 mg/dL), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral
2.2.6 Tatalaksana3
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2
28
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.
1. TERAPI INSULIN
turunanfenilalanin).
29
bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan
30
Gambar 1. Algoritma pengelolaan DM tipe II
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. ZL
Umur : 59 tahun
3.2 Anamnesa
Pasien laki - laki berusia 59 tahun dibawa ke IGD RSSN Bukittinggi pada
tanggal 6 Mei 2019 pukul 19 :30 WIB, dengan keluhan lemah anggota gerak
sebelah kiri, sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami bicara
sedikit pelo, dapat menelan, pasien tidak muntah, tidak mengalami sakit kepala,
32
3.1.2. Keluhan utama
Anggota gerak sebelah kiri lemah lebih kurang 1 hari yang lalu
Tidak ada
a.Pemeriksaan Umum
Suhu : 36,50 C
BB : 65 kg
33
b. Pemeriksaan khusus
GCS : E 4 , M6, V3
Motorik : 5 3
5 4
Hemifaresis sinister
34
MCHC 34,4 g/dl 33-36
RDW 11 % 11,6-14,6
FUNGSI GINJAL
Ureum 31 mg/dl 10 -50
Kreatinin 0,83 mg/dl Lk: 0,9
-1,3
GLUKOSA DARAH
Glukosa 447 mg/dl <200
sewaktu
ELEKTROLIT
Natrium 133 mmol/L 136-145
Kalium 4 mmol/L 3,3-5,1
Chlorida 99 mmol/L 96-105
b. Pemeriksaan Labor pada tanggal 7 mei 2019 pada pukul 11: 32 WIB
35
GLUKOSA DARAH
Glukosa 293( jam m <200
Sewaktu 18:00 wib) g/dl
e. Pemeriksaan Labor pada Tanggal 8 mei 2019 pada pukul 11: 34 WIB
O2 2 Liter/ menit
Simvastatin 20 mg 1 x 1 tab
Amlodipin 10 mg 2 x 1 tab
b. Pemeriksaan penunjang :
36
GDR (Gula Darah Random)
DL (Darah Lengkap)
Ur (Ureum)
Cr (Kreatinin)
Elektrolit
EKG (Elektrokardiogram)
Head CT Scan
Diltiazem 2 x1 tab
Novorapid 3 x 6 unit
37
Follow Up Pemakaian Obat
6 mei 2019 7 mei 2019 8 mei 2019 9 mei 2019 10 mei 2019
6 1 1 2 6 1 1 2 6 1 1 2 6 1 1 2 6 1 1 2
4
Nama Obat Reg a 2 8 4 a 2 8 4 a 2 8 4 a 2 8 4 a 2 8 pm
m am pm pm m am p p m am p p m am pm p m am pm
m m m m m
Simvastatin 1x1
20 mg m (PO)
Piracetam 2x
1200 mg 1(PO)
Amlodipine 1x1
10 mg m (PO)
Diltiazem 30 2x
mg 1 (PO)
Neurodex 1x 1
P (PO)
38
Observasi Pasien Harian
39
FOLLOW UP
BAK/BAB normal.
A : SNH
P : Diltiazem 2 x 30 mg
: Piracetam 1200 mg
: Neurodex 1 x 1 tab
40
Rabu, 8 Mei 2019
S :-
: Novarapid 3 x 6 unit
P : Terapi dilanjutkan
41
Jum’at, 10 mei 2019
A : SNH + hemiferises + DM
P : Insulin
: Metformin 2 x 500 mg
: Glimepirid 1 x 2 mg
: Citicolin 2 x 500 mg
: Arovastatin 1 x 10 mg (m)
: Clopidogrel 1x 75 mg (p)
: ACC Pulang
42
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. DISKUSI
tanggal 6 Mei 2019 pukul 19.30 WIB, dengan keluhan lemah anggota gerak
sebelah kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, bicara sedikit pelo, masih
bisa menelan, tidak ada sakit kepala sebelumnya, tidak ada muntah, ada riwayat
compos mentis, kesadaran umum sakit sedang, dengan vital sign pada tekanan
darah 170/100 mmHg, nadi 86 kali per menit, pernafasan 20 kali permenit, suhu
stroke iskemik, dan diabetes mellitus tipe II tidak terkontrol, sehingga dilakukan
oksigen sehingga tidak ada ada aliran darah ke miokardium yang dihasilkan dari
mellitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar
43
3. DM type 2 bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin, defisiensi,
insulin relative dengan kelainan sekresi insulin. Resistensi insulin adalah keadaan
inlsulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel
RDW, kreatinin, glukosa sewaktu dan natrium. Nilat Hematrokrit pasien tinggi
yaitu 48% (normalnya 35-45%), nilai eusinofil pasien tinggi yaitu 5,6 %
Kreatinin pasien rendah yaitu 0,83 mg/dl dengan nilai normal yaitu (lk : 0,9-1,3),
sedangkan untuk guloksa sewaktunya pasien memiliki nilai 447 mg/dL dengan
(nilai normal < 200 mg/dL), dan untuk Na nya pasien memiliki 133 mmol/dL
Nilai hematokrit adalah besarnya volume sel eritrosit di dalam 100 mm3
plasma darah 8. Kreatinin pasien juga memiliki nilai yang rendah, sehingga dapat
dihitung clearen creatin pasien untuk melihat fungsi ginjal pasien dengan
44
( 140−umur ) x BB
cLcr =
kreatini serum X 72
( 140−59 tahun ) X 65 kg
sehingga :
0,83 X 72
5265
=
59,76
= 88,102
Nilai clearen creatinin pasien adalah 88,102 sehingga dapat dikatan pasien
tidak ada gangguan fungsi ginjal. Nilai natrum pasien juga mengalami penurunan,
nilai natrium yang turun mengakibatkan hiponatremia ringan (yaitu kisaran 130
-135 mmol/dL).
gula darah pasien senilai 447 mg/dL, dimana ini terdiri dari 2 kali lipat nilai
Berdasarkan hasil pemeriksaan labor tanggal 7 Mei 2019 pukul 11:32 WIB
peningkatan pada glukosa puasa yaitu 231 mg/dL dengan nilai (normal 70 – 114
mg/dL), dan glukosa 2 jam post prandial yaitu 235 mg/dL dengan nilai (normal <
DM tipe II. dan pemeriksaan masih dilanjutkan pada tanggal 7 mei 2019 pukul
17:56 WIB dengan hasil glukosa sewaktu 293 mg/dL (nilai normal <200 mg/dL).
Pukul 23:39 WIB hasil glukosa sewaktu pasien adalah 262 mg/dL.
45
Pada tanggal 8 mei 2019 pukul 08:51 WIB glukosa sewaktu pasien adalah
259 mg/dL. Dan pada pukul 11:34 WIB glukosa sewaktu pasien adalah 229
mg/dL, pukul 18:21 WIB glukosa sewaktu pasien 224 mg/dL , pada pukul 23:58
WIB glukosa pasien 233 mg/dL dengan nilai normal < 200 mg/dL.
Pada tanggal 9 mei pukul 08:13 WIB 202 mg/dL dan pada tanggal 10 mei
2019 pukul 10: 27 WIB didapat nilai glukosa pasien 188 mg/dL. Dari hasil lab
pasien dari dari tangal 6 mei 2019 sampai tanggal 10 mei 2019. Terjadi kenaikan
normal.
terapi, oksigen 2L/ menit, IVFD NaCl 0,9 %/ 12 jam, injeksi ranitidin2x1 ampul
5 mg, metformin 500 mg, glimepirid 2 mg, citicolin 500 mg , atrrovastatin 10 mg,
clopidogrel 75 mg.
didukung oleh data dari uji coba secara acak) hanya dua terapi farmakologi :
onset
46
Alteplase dimulai dalam 3 jam setelah onset gejala telah ditunjukkan
mengurangi kecacatan total akibat stroke iskemk. Dosis alteplase adalah 0,9 mg /
kg (maksimum 90 mg) 2.
Pada kasus ini pasien mengalami stroke 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, maka pasien tidak mendapatkan terapi alteplase karena omset pemberian
Alteplase dimulai dalam 3 jam setelah onset gejala telah ditunjukkan.Di IGD
Pasien di beri O2 2 liter permenit untuk stabilisasi jalan napas dan pernapasan
pasien agar tidak terjadi hipoksia pada pasien 5sehingga pemberian sudah tepat,
IVFD NaCl 0,9 % / 12 jam sebagai sumber cairan elektrolit tubuh pasien dan
menjaga perfusi serebral dan menjaga euvolemia 5. sehingga pemberian NaCl 0,9%
sudah sesuai indikasi pasien.Euvolemia adalah status volume normal cairan tubuh
47
jantung menghasilkan cardiac output yang dapat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.
mengatasi stress ulcer pada pasien karena pasein mengalami kondisi fisiologi
yang tertekan. Dosis yang digunakan sudah tepat yaitu 25 mg/ mL. Dosis yang
digunakan sudah tepat pada pasien stress ulcer dan rute pemberian juga sudah
tekanan darah. Hal ini disebabkan tidak adanya keseimbangan kadar lipid dalan
darah. Tingginya kadar kolesterol total dapat menimbulkan plake pada dinding
arteri sehingga akan mempersempit pembuluh darah dan kekakuan yang akhirnya
3.
dapat menimbulkan naiknya tekanan darah Pada penderita diabetes dewasa,
yang berhubungan dengan usia lanjut seperti kemunduran daya pikir, astenia,
astenia).
48
2019 penggunaan amlodipin pada malam hari sudah dihentikan.Dosis yang
digunakan sudah tepat yaitu tidak lebih 10 mg/hr yang berikan secara peroral.
Bloker (non dihidropiridin) yang diberikan setelah obat amlodipin di stop, jadi
sehingga aliran darah diotak kurang lancar. Maka diberi citicolin untuk
Pemberian sliding scale untuk pasie dirumah sakit sudah cocok, karena
sliding scaleuntuk terapi diabetes melitus pada pasien dirumah sakit. Lalu dua hari
setelah itu digantikan novorapid. novorapid pada pasien sudah tepat. karena
pada pasien.
Faktor resiko penyebab stroke pada pasien ini adalah DM, maka
pemberian obat pulang pasien berupa metformin dan glimepirid pada pasien sudah
akan memicu sekresi insulin melalu perangsangan sel B pankreas pasien. Karena
pasien DM tipe 2 maka terjadi resistensi insulin. Resistensi insulin adalah keadaan
49
dimana insulin tidak dapat bekerja secara optimal pada sel-sel target seperti otot,
lemak dan hati. Maka cocok diberikan metformin dan glimerid 2 .Dosis glimepirid
diberikan sudah tepat yaitu 2 mg yang diberikan secara peroral setelah sarapan
satu kali sehari. Dosis metformin yang digunakan sudah tepat yaitu 500 mg secara
dengan simvastatin. Diltiazem digunakan pada tanggal 7 mei pukul 18:00. Dosis
simvastatin. Maka perlu dibatasi dosis simvastatin hingga tidak lebih dari 10
mg/hr dan dosis diltiazem tidak lebih dari 240 mg/hr bila digunakan bersamaan.
Maka disarankan pada tanggal 7 mei 2019 pukul 18:00 dosis simvastatin harus
Semua obat yang digunakan pasien dirumah sakit tidak ada muncul reaksi
alergi obat pada pasien.Pada tanggal 10 pukul 15:00 WIB pasien sudah
50
4.2. Tabel Korelasi
S S menurunkan
imvastatin esuai risiko terkena stroke
20 mg
p S neuroprotektor
iracetam esuai
a S sebagai
mlodipin esuai antihipertensi
S S Untuk menurukan
leading esuai gula darah pasien
sacale
7- Stokre Kelema Tekanan d S Sebagai
5-2019 non hemoragik han anggota gerak darah 130/90 mmHg iltiazem esuai antihipertensi. Tapi ada
kiri lebih kurang 2 terjadi interaksi antara
hari, simvastatin dengan
diltiazem, dimana akan
meningkatkan efek
simvastatin, maka
penggunaan simvastatin
dosis harus diturunkan jadi
10 mg.
O S untuk stabilisasi
ksigen esuai jalan napas dan pernapasan
2L/menit pasien agar tidak terjadi
hipoksia pada pasien
N S menjaga perfusi
aCl 0,9% eusai serebral dan menjaga
12 jam euvolemia
I S mengatasi stress
njeksi esuai ulcer pada pasien karena
ranitidin pasein mengalami kondisi
fisiologi yang tertekan
S S Untuk menurukan
leading esuai gula darah pasien
sacale
I S meningkatkan
njeksi esuai aliran darah dan konsumsi
citicolin oksigen di otak
s S menurunkan
51
imvastatin esuai risiko terkena stroke. Tapi
ada terjadi interaksi antara
simvastatin dengan
diltiazem, dimana akan
meningkatkan efek
simvastatin, maka
penggunaan simvastatin
dosis harus diturunkan jadi
10 mg.
n S Sumber vitamin
eurodex esuai B1, B6, B12, untuk pasien.
52
I S mengatasi stress
njeksi esuai ulcer pada pasien karena
ranitidin pasein mengalami kondisi
fisiologi yang tertekan
I S meningkatkan
njeksi esuai aliran darah dan konsumsi
citicolin oksigen di otak
s S menurunkan
imvastatin esuai risiko terkena stroke. Tapi
ada terjadi interaksi antara
simvastatin dengan
diltiazem, dimana akan
meningkatkan efek
simvastatin, maka
penggunaan simvastatin
dosis harus diturunkan jadi
10 mg.
n S Sumber vitamin
eurodex esuai B1, B6, B12, untuk pasien.
10- Pasien Acc N S Sumber vitamin
5-2019 pulang eurodex esuai B1, B6, B12, untuk pasien.
Ob
at pulang L S antihipertensi
isinopril esuai
5mg
M S memicu sekresi insulin
etformin esuai
500mg
G S menambah sensitivitas
limepirid esuai insulin melalui
2 mg perangsangan sel B pankreas
pasien
C S meningkatkan
iticolin esuai aliran darah dan konsumsi
500 mg oksigen di otak
A S Pemberian statin
trovastatin esuai untuk menurunkan resiko
10 mg terkena stroke
C S Sebagai
lopidogrel esuai antiplatelet
75 mg
53
BAB V
5.1. Kesimpulan
Pasien pria (59 Tahun) masuk Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
(RSSN) pertama kali ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 6Mei 2019
pukul 19:30 WIB. Pasien didiagnosa menderita hemifaresis sinister suspect stroke
iskemik, dan diabetes mellitus tipe II tidak terkontrol.
Pada penatalaksanaan stoke non hemoragik (SNH) pasien ini ada memiliki
DRP yaitu penggunaan diltiazaem dengan simvastatin. Dimana penggunaan yang
bersamaan dapat meningkatkan efek dari simfastatin.
5.2. Saran
Disarankan untuk menurunkan dosis simvastatin menjadi kurang dari 10
mg/hr.
5.3. Edukasi
54
DAFTAR PUSTAKA
2. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells, B.G. & Posey
L.M. 2011. Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic Approach (7th Ed). New
York : McGraw-Hill Ghani, L.
3. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells, B.G. & Posey
L.M. 2011. Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic Approach (9th Ed). New
York : McGraw-Hill Ghani, L.
5. PANDUAN PRAKTIKKLINISDIAGNOSIS
DANTATALAKSANAHIPONATREMIA. Parlindungan Siregar On behalf
of The Indonesian Society Of Nephrology. Transalate by Nila, Sari, dkk.
7. Sukandar Elin Yulinah, dkk. 20009. ISO Farmakoterapi Buku 1. Jakarta: isfi
Penerbitan
55
Lampiran 1. Tabel DRP
56
tidak tepat k bersamaan akan meningkatkan efek
Penyimpanan tidak tepat Tida
dari simvastatin. Maka dari itu dosis
k
Administrasi obat tidak simfastatin harus kecil dari 10 mg/hr
-
Tepat
Terdapat interaksi obat ya
4 Reaksi yang tidak
Diinginkan
Obat tidak aman untuk Tida
Pasien k
Terjadi reaksi alergi Tida Terdapat interaksi obat pada
k
pasien yaitu penggunaan diltiazem
Terjadi interaksi obat Ya
Dosis obat dinaikkan dengan simvastatin dimana jika
Tida
atau diturunkan terlalu diberikan bersamaan akan
k
cepat
Muncul efek yang Tida meningkatkan efek dari simvastatin.
tidak diinginkan k Maka dari itu dosis simfastatin harus
Administrasi obat yang Tida kecil dari 10 mg/hr
tidak tepat k
5 Ketidak sesuaian Tidak ada masalah untuk
kepatuhan pasien penyediaan obat pasien. Semua
Obat tidak tersedia Tida
k obat yang dibutuhkan pasien
Pasien tidak Tida telah tersedia diapotik. Pada
mampu menyediakan obat k
penggunaan obat pasien dapat
Pasien tidak bisa menelan Tida
atau menggunakan obat k menelan obat dengan baik,.
Pasien tidak mengerti Tida Pemberian obat pada pasien
intruksi penggunaan obat k
Pasein tidak patuh didampingioleh keluarga pasien.
Tida Intruksi penggunaan obat sudah
atau memilih untuk
k
tidak menggunakan obat dejelaskan oleh apoteker
6 Pasien membutuhkan pasien sudah mendapatkan terapi
terapi tambahan sesuai indikasi dan pasien perlu terapi
Terdapat kondisi yang Tida
tidak diterapi k profilaksis ketika pasien pualng.
Pasien membutuhkan obat Tida Karena pasien memiliki DM dan
lain yang sinergis k
Hipertensi
Pasein membutuhkan
ya
terapi profilaksis
57
Lampiran 2. Tinjauan Obat
Komposisi :
cairan
hipokalemia.
Efek Samping :
58
tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebtis yang meluas dari
Peringatan :
Hati-hati bila diberikan pada anak-anak dan pasien lanjut usia, pada
hipokalemia.
Perhatian :
Komposisi :
Kemasan : Ampul @ 2 mL
59
Indikasi : Untuk pasien rawat inap rumah sakit dengan keadaan
hipersekresi patologis atau ulkus dua belas jari yang sulit diatasi, atau
Ranitidine oral.
Efek Samping :
Sakit kepala.
dilaporkan : pankreatitis.
penderita pria.
60
Interaksi Obat :
waktu protrombin.
ginjal.
dibutuhkan.
3. Piracetam
Komposisi :
Piracetam 1200 mg
Kontraindikasi :
61
Penderita dengan insufisiensi ginjal yang berat (bersihan kreatinin , 20
mL/min).
Efek Samping :
berat.
4. Neurodex
Komposisi :
Vitamin B6 200 mg
62
Indikasi : Pencegahan dan pengobatan defisiensi Vitamin neurotropik,
megaloblastik.
5. Metformin
Komposisi :
Metformin 500 mg
6. Simvastatin
Komposisi :
Simvastatin 10 mg, 20 mg
Indikasi :
63
Terapi dengan “lipid-altering agents” dapat dipertimbangkan
Hiperkolesterolemia.
Kontraindikasi :
Komposisi :
sitikolin
64
Indikasi : kehilangan kesadran akibat kerusakan otak, gangguan
psikis/syaraf
intracranial
8. Amlodipin
Komposisi :
Interaksi :
ventrikel kiri.
9. Diltiazem
Komposisi :
Interaksi :
-Serius : amlodipin
65
Efek samping : sakit kepala, hipotensi, pusing, kelelhan, edema
10. Lisinopril
Komposisi :
Tiap tablet mangandung : 2,5 mg, 5 mg, 10 mg, 20 mg, 30 mg, dan
40 mg.
Indikasi : antihipertensi
Interaksi :
- Monitor : glimepirid
11. glimepirid
komposisi :
66
67