Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang 2020 Present by : Kelompok 2 B
6. Untari Clara D 3005052
1. Laras Pratiwi 3005004 7. Khairunnisa 3004065 2. Dwigita Y P 3004005 8. Tri Wulandari 3005014 3. Diani P 3005070 9. Elin Andika P 3005023 4. Cania Mela P 3005073 10. Susi Handayani 3005069 5. Resa Rahmadani 3005072 Pengertian
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas
dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis,tidak dapat berkembangbiak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat) Prinsip
Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus
dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat tergantung dari ketrampilan, pelatihan dan sikap dari personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting dan cara pembuatan ini harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi.Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin sterilitas atau aspek mutu lain. Tujuan Suatu Obat Dibuat Steril
Tujuan obat dibuat steril karena berhubungan langsung
dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain dimana pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna/gastrointestinal, misalnya hati yang dapat berfungsi untuk menetralisir/menawarkan racun (detoksikasi=detoksifikasi). Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan steril atau tidak steril. Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik/injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata/ guttae ophth, cuci mata/collyrium dan salep mata/oculenta. Syarat – Syarat Sediaan Steril adalah
Bebas mikroorganisme
Bahan-bahan bebas dari endotoksin
bakteri dan pirogenik
Bahan-bahan bebas dari bahan asing dari
luar yang tidak larut
Sterilitas
Bebas dari bahan partikulat
Bebas pirogen
Kestabilan Ampul Obat tetes mata
Larutan Infus Salep mata
Larutan cuci mata Problem 1
Tidak semua produk steril mencantumkan BUD (Beyond
Masalah : Use Date)
Jawab : BUD sangat penting ditentukan pada sediaan steril untuk
menghindari terjadinya degradasi kimia, kontaminasi dan permeabilitas kemasan.
Solusi : Sediaan yang telah dilakukan proses compounding
sebaiknya diberikan pelabelan mengenai BUD dan keterangan bahwa sediaan tersebut telah dilakukan proses compounding. Problem 2
Masalah : Terjadinya kontaminasi silang pada sediaan tetes mata.
Solusi : •Penambahan bahan pengawet yang cocok
• Volume obat tetes mata berada dalam batas pemakaian yaitu 8 ml (Fornas), 10 ml (FI) • Memberikan informasi kepada pasien obat tetes mata dapat digunakan maksimal 30 hari setelah tutup buka Problem 3
Masalah : Karyawan yang berlebihan dapat menyebabkan turbulensi
udara sehingga menimbulkan kontaminasi partikel pada larutan.
Solusi : Hanya personil yang diperlukan berada di area yang bersih
khususnya pada proses aseptis (CPOB 2013).
Problem 4
Masalah : Sediaan steril yang tidak bebas pirogen
Syamsuni (2006), cara menghilangkan pirogen : Pencegahan • Untuk alat atau zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum suntik, alat suntik, dan lain-lain) dipanaskan pada suhu 250°C selama 30 menit.
• Untuk aqua p.i (air untuk injeksi) bebas pirogen
a. Dilakukan oksidasi dengan cara: • Dididihkan dengan larutan H2O2 1% selama 1 jam • Satu liter air yang dapat diminum ditambah 10 ml KMnO4 0,1 N dan 5 ml larutan 1 N disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti air untuk injeksi.
b. Dilakukan dengan cara absorpsi dengan cara :
• Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3, panaskan dalam arang pengabsorpsi 0,1% (karbo adsorben 0,1%) pada suhu 60°C selama 5-10 menit (literature lain 15 menit ), sambil sesekali diaduk, kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.
Cara mencegah terjadinya pirogen :
• Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan
Pencegahan air untuk injeksi harus segera digunakan setelah disuling • Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik • Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin. Problem 5
Masalah : Sediaan yang tidak sesuai dengan pH darah
pH optimal untuk darah atau cairan tubuh lain adalah 7,4
Jawab dan disebut isohidri. Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH cairan tubuh, injeksi sering dibuat diluar pH cairan tubuh dan berdasarkan kestabilan bahan tersebut.
Solusi Menurut Syamsuni (2006), pH dapat diatur dengan cara :
• Penambahan zat tunggal misalnya asam untuk alkaloid
dan basa untuk golongan sulfa. • Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi, dapar borat untuk obat tetes mata. Yang perlu diperhatikan dalam penambahan dapar adalah :
• Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai
kapasitas darah Solusi • Pada umumnya larutan dapar dapat menyebabkan larutan injeksi menjadi hipertonis • Bahan obat dapat diabsorpsi jika kapasitas dapar sudah hilang, maka sebaiknya obat didapar pada pH yang tidak jauh dari isohidris, jika kestabilan obat pada pH yang jauh dari pH isohidri, sebaiknya obat tidak usah didapar, perlu waktu lama untuk meniadakan kapasitas larutan dapar. Problem 6
Masalah : Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air
dalam sel akan ditarik keluar sel sehingga sel akan mengerut, sedangkan jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya sel akan mengembang dan pecah. Jika yang pecah adalah sel darah merah, disebut haemolisis, pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil. Problem 6
Solusi Dibuat larutan injeksi yang isotonis. Larutan obat suntik
dikatakan isotonis jika : • Mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh (darah, cairan lumbar, air mata) bernilai sama dengan larutan NaCl 0,9% b/v. • Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh yaitu -0,52°C. • Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, jika terpaksa dapat hipertonis tetapi jangan sampai hipotonis. Problem 7
Kurangnya sterilitas sediaan injeksi dengan wadah dosis
Masalah : ganda.
Pencegahan Dengan penambahan antimikroba, digunakan alat suntik
yang steril dan volume wadah dosis ganda tidak boleh lebih dari 30 ml (Ansel, 2005).
Problem 8
Larutan injeksi yang terlalu asam menyebabkan rasa sakit
Masalah : pada tempat penyuntikan.
Ditambahkan zat pemati rasa setempat / anestetika lokal
Solusi misalnya novokain dalam injeksi vitamin B kompleks Problem 9
Sediaan yang tidak stabil selama penyimpanan karena
Masalah teroksidasi udara dan pengendapan alkaloid akibat sifat alkalis gelas
Solusi mencegah terjadinya sediaan teroksidasi udara :
Solusi • Mengganti udara diatas larutan injeksi dengan gas inert, misalnya gas NO2 atau gas CO2. • Menambah antioksidan untuk larutan injeksi yang tidak tahan terhadap O2 dari udara, contohnya penambahan Na-metabisulfit, Na-pirosulfit 0,1% b/v pada larutan injeksi vitamin C, adrenalin, apomorfin.
Solusi mencegah terjadinya endapan alkaloid akibat sifat
alkalis gelas : Dengan menambah chelating agent (EDTA) untuk mengikat ion logam yang lepas dari gelas atau wadah kaca atau menambah HCl sehingga bersuasana asam. Problem 10
Masalah Produk yang tidak terjaga sterilitas selama proses
pembuatan sampai produk jadi
Menurut BPOM (2012), pembuatan secara aseptis yang
Solusi bertujuan untuk mempertahankan sterilitas produk. Untuk menjaga sterilitas komponen dan produk selama proses aseptis, perhatian perlu diberikan pada : • Lingkungan • Pesonil • Sterilisasi wadah / tutup • Waktu tunggu maksimum bagi produk sebelum pengisian kedalam wadah akhir • Filter untuk sterilisasi Problem 11
Masalah Filtrasi produk yang tidak dapat disterilkan dalam wadah akhir nya
Sterilisasi dengan uap adalah cara yang diutamakan. Bila
produk tidak dapat disterilkan dalam wadah akhirnya, larutan Solusi atau cairan dapat difiltrasi ke dalam wadah yang telah disterilkan sebelumnya melalui filter steril dengan ukuran pori nominal 0,22 mikron (atau lebih kecil), atau paling tidak melalui filter yang mempunyai kemampuan menahan mikroba yang ekuivalen. Filter tertentu dapat menghilangkan bakteri dan kapang, tapi tidak menghilangkan semua virus atau mikoplasma. Hendaklah dipertimbangkan untuk melakukan pemanasan pada suhu tertentu sebagai pelengkap proses filtrasi. Karena metode filtrasi memiliki potensi risiko tambahan dibandingkan dengan proses sterilisasi lain, dianjurkan untuk melakukan filtrasi kedua dengan filter yang sudah disterilkan, yang mampu menahan mikroba, segera sebelum pengisian. Filtrasi steril akhir hendaklah dilakukan sedekat mungkin ke titik pengisian. (BPOM, 2012). Problem 12
Masalah Terdapat partikel-partikel pada larutan injeksi.
Solusi Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada
serat yang terbawa ke dalam filtrat (Syamsuni, 2006).