Anda di halaman 1dari 3

PERANAN ANTARLINTAS PROFESIONAL BIDANG ILMU DALAM

PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT (PROGRAM RUJUK

BALIK)

Penulis: Ika Putri Ramdani, S. Farm

Dr. Ifmaily, M. Kes, Apt

Prodi Profesi Apoteker STIFI Perintis Padang

Praktik kolaborasi sangatlah penting dalam pelayanan kesehatan.


Permasalahan pasien yang kompleks tidak bisa diatasi oleh satu profesi kesehatan
saja. Berbagai profesi kesehatan perlu melakukan kolaborasi bukan hanya untuk
keselamatan pasien tetapi juga untuk meningkatkan kepuasaan dan terwujudnya
mutu pelayanan kesehatan yang baik. Profesi kesehatan tersebut di antaranya yaitu
dokter, apoteker, perawat, ahli gizi, analis dan psikolog.
Kolaborasi adalah proses dimana dokter, apoteker, perawat dan
profesional kesehatan lainnya merencanakan dan praktik bersama sebagai kolega.
Bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup kerja mereka
dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap
orang yang berkonstribusi untuk merawat dan menngkatkan kesehatan
masyarakat.
Bentuk kolaborasi antara dokter dan apoteker contohnya yaitu dokter
selalu bertanya atau berkomunikasi dengan apoteker di depo farmasi mengenai
obat yang tersedia di rumah sakit. Begitupun juga dengan apoteker, seorang
apoteker harus selalu memberikan informasi terbaru mengenai obat di depo
farmasi. Apoteker juga dapat memberikan saran dan evaluasi terhadap resep yang
ditulis oleh dokter. Sehingga tidak terjadi kesalahan pengobatan pada pasien.
Salah satu program yang membutuhkan kolaborasi antarprofesional
kesehatan yaitu program rujuk balik. Program rujuk balik sudah diaplikasikan
sejak tahun 2014 dan merupakan salah satu program unggulan. Program rujuk
balik merupakan pelayanan kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
untuk penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan yang panjang, dilaksanakan di layanan primer atau rumah sakit
berdasarkan rujuk balik dari dokter spesialis, tujuannya optimalisasi dokter
layanan primer, transfer of knowledge dan meningkatkan efektifitas pelayanan
kesehatan.
Dalam penelitian (Sutriso dkk., 2017) dilakukan wawancara mendalam
terhadap dua dokter spesialis, dua dokter umum, satu apoteker dan satu pegawai
BPJS di Rumah Sakit Kabupaten Kotawaringin Timur yang menerapkan program
rujuk balik. Hasil penelitian menunjukkan program rujuk balik BPJS di
Kabupaten Kotawaringin Timur rendah atau tidak mencapai target (<5
kasus/minggu) dan sering terjadi kekosongan obat disebabkan kolaborasi
antarprofesi dalam program rujuk balik kurang berfungsi karena beberapa faktor
yaitu yang pertama pertimbangan sosial dan intrapersonal. Berbagai kendala
pertimbangan sosial muncul seperti pasien lebih percaya pada dokter spesialis dan
keterbatasan dokter umum, khususnya obat-obatan menyebabkan dokter spesialis
untuk tidak merujuk balik. Pertimbangan intrapersonal merupakan komponen
penting, sikap kurang simpatik seharusnya tidak ada dalam kolaborasi antar
profesi. Kekosongan obat yang sering terjadi di apotek dan sikap kurang
kooperatif antara dokter spesialis dan apoteker mengakibatkan kendala program
rujuk balik. Faktor kedua yaitu lingkungan kerja di antara para profesi kurang
memfasilitasi kolaborasi. Faktor ketiga yaitu institusi dan organisasi kurang
berperan mengurangi hambatan kolaborasi, contohnya kebijakan surat rujukan
yang hanya berlaku sekali. Faktor keempat yaitu interpersonal, komunikasi yang
kurang antar profesi dan tidak adanya pertemuan tersendiri antarprofesi. Faktor
kelima yaitu perilaku dan sikap para profesi serta tidak adanya leader atau
penengah dalam pelaksanaan kolaborasi antarprofesi.
Tidak tercapainya program rujuk balik ini maka perlu dilakukan upaya
keberhasilan yaitu evaluasi terhadap kolaborasi antarprofesi yang kurang
berfungsi. Untuk mewujudkan kolaborasi yang ideal maka terlebih dahulu setiap
profesi harus mengetahui peran profesi yang lain, sehingga mereka dapat berbagi
peran sesuai dengan kompetensi masing-masing.
Komunikasi adalah hal terpenting dalam kolaborasi. Dengan komunikasi
antarprofesi dapat saling berbagi ide, perspektif, dan inovasi serta dapat menekan
permasalahan yang mungkin terjadi. Komunikasi dirasakan kurang antarprofesi,
hanya lewat surat rujukan, surat rujuk balik atau resep dalam pelayanan obat.
Perlu diadakan pertemuan tersendiri antarprofesi untuk berkoordinasi membahas
permasalahan yang terjadi di lapangan agar dapat mengetahui tugas dan
kewenangan masing-masing dan tercapainya tujuan kolaborasi.
Kesadaran untuk bekerjasama dan saling membutuhkan harus ditanamkan
pada setiap profesi. Sehingga permasalahan seperti kekosongan obat tidak lagi
terjadi. Dokter seharusnya selalu bertanya atau berkomunikasi dengan apoteker di
depo farmasi mengenai obat program rujuk balik yang tersedia. Begitupun juga
dengan apoteker harus selalu memberikan informasi terbaru mengenai obat di
depo farmasi.
Hal lain yang juga diperlukan yaitu penengah atau leader dalam
pelaksanaan kolaborasi antarprofesi dalam program rujuk balik. Kesenjangan
yang lebar antara profesi, khususnya dokter spesialis dengan dokter umum
sehingga mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi di antara mereka. Untuk
mengurangi kesenjangan tersebut perlu ada seseorang, institusi atau profesi
tertentu yang dapat menjadi penengah.
Selain itu ingkungan kerja yang baik harus dapat mendukung kemampuan
anggota tim kolaborasi. Institusi dan kelembagaan sangat berperan dalam
mengurangi hambatan untuk kolaborasi antara profesi. Kebijakan yang diterapkan
oleh suatu institusi atau kelembagaan harus dapat mendorong terciptanya
kolaborasi antarprofesi. BPJS atau pihak yang terlibat harus memfasilitasi
pertemuan dalam bentuk peer review atau case review sehingga diperoleh
kesepakatan tentang pengelolaan pasien, untuk pembagian wewenang antara
dokter spesialis dan dokter umum serta apoteker. Selain itu pihak BPJS atau
penyelenggara program juga perlu meningkatkan sosialisasi mengenai program
rujuk balik ini kepada pihak-pihak yang terlibat agar tujuan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai