PENDAHULUAN
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock, aritmia
jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak
teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada
ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler
(capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya
angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit
(ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita tersebar diseluruh dunia dan
rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan
anak – anak setiap tahun di seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and
Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau
perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di
arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah
jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014).
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel
tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif,
gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan,
akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium sodium. Sel membengkak dan
permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas mitokondria menjadi turun dan membran
lisosom menjadi rusak, sel akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler
akan meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi fungsi
organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan kematian pada pasien syok.
(Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010; Schwarz et al., 2014).
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita
berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat
darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu
yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh karena itu
penulis akan membahas mengenai Asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok.
MATERINYA
Definisi
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah, pucat, kulit
yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak tampak, tekanan darah
menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya
kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah
utama adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan penyampaian
oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme hemodinamik dan transport
oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk
metabolism aerobic. Jika sel melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat
yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan ini disebabkan
oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen akan berhubungan dengan Asidosis
Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh merupakan indikator dari tingkat berat-ringannya syok.
Terjadinya hambatan di dalam peredaran darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak
cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan mengenali adanya
syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis terjadinya syok, Tidak ada tes
laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan
pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di
dasarkan pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita trauma, semua
jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam hemoragik syok, namun
kardiogenik syok atau syok karena tension pneumotoraks harus dipertimbangkan pada
perlukaan diatas diafragma. Syok neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau
medulla spinalis. Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan
trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok baik karena vasodilatasi
(neurogenic) maupun karena hemoragik. Syok septik jarang ditemukan, namun harus
dipertimbangkan pada penderita yang datang pada keadaan lebih lanjut. Dengan demikian
langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap penderita sehingga
dengan cepat syok dapat diketahui. Terapi syok dimulai sambil mencari sebab syok. Respon
terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan klinis biasanya memberikan cukup informasi
untuk dapat menentukan penyebab syok. Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada
penderita trauma. Setiap keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah.
Syok lanjut yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah
di kenal.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk mengukur kehilangan
darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang rendah menunjukkan kehilangan darah
dalam jumlah cukup besar (anemia yang sebelum trauma sudah ada), sedangkan hematocrit
normal dapat saja terjadi walaupun sudah ada kehilangan darah cukup banyak. (Theodore
1993).
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
Fase Kompensasi
Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan
tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi
sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan, metabolisme terganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah
dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return)
menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat
kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat
terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di
otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya
toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok
(vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan
penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi
bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata,
integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan
juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi
asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat
di jaringan.
Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat diperbaiki.
Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi,
jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema
interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh
dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok
hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Penyebab
Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan post partum / HPP massif,
KET-kehamilan ekstra-uterina terganggu)).
Diagnosa
Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat, Capillary refill time
memanjang > 2 detik
Tachikardia
Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah, Penurunan produksi urine dan
Tampak pucat, lemah, apatis, kesadaran menurun
Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus cairan kristaloid, pada
perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi yang hilang.
Klasifikasi
Klinis
Pengelolaan
Dehidrasi ringan
Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat
atau Ringer Asetat
Dehidrasi sedang
Selaput lendirkering
Oliguria
Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat
atau Ringer Asetat
Dehidrasi berat
Anuria
Kesadaran menurun
Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat
atau Ringer Asetat
Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang beredar, akan
menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang. Makin banyak perdarahan, makin
berat kerusakan yang terjadi, maka makin besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang
banyak mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung,
makin besar risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut “The Golden Hour”. Dalam
periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat diberikan, yakni menghentikan
sumber perdarahan dan mengganti kehilangan voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia
di jaringan akibat syok menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis
(Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
Perdarahan Menyebabkan :
Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah dan jumlah oksigen jaringan
menurun
Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas transport oksigen per unit volume
darah menurun Tubuh memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang beredar) 65-75
ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg
(20% EBV), terjadilah perubahan hemodinamik :
Nadi meningkat
Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan oksigenasi jaringan, akibat
cukup volume maka hemodinamik terjaga. Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan
infus kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan dapat
diberikan cairan golongan plasma substitute (cairan koloid).
Kelas I :
Kelas II :
kehilangan volume darah 15-30%
Penggantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid sejumlah 2-4 kali volume darah
yang hilang.
Kelas III :
Penggantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid dan darah.
Kelas IV :
>40%
Takikardia (>140x/menit)
Perubahan mental
Penggantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid dan darah.
Syok Anafilaktik
Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau
tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi
tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya
diterapi sebagai anafilaksis
Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah
membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi
sistemik
Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan darah yang tiba - tiba)
dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal – hal lain) atau riwayat setelah pemberian
obat-obatan.
Tindakan
C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid (RL). Berikan epinephrine
(adrenalin) subcutan atau intra muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak
(0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak berdenyut).
Syok Septik
Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi
yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik
pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk
membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan secara menyeluruh.
Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika mikroorganisme
menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini
membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang
mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada perembesan cairan dari kapiler
dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia menyebabkan
perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis.
Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan
mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber
utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter
atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan
penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena
sepsis.
1. Demam
2. Berkeringat
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
Diagnosis
Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg)
Tindakan awal
Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopressor (Dopamine atau
dikomnbinasi dengan Noradrenaline).
Syock Kardiogenik
Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi
jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung;
manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan
mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 2010)
Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan antara lain: Kontusio
jantung, Tamponade jantung dan Tension pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis
syok, ada yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang disebabkan
karena gangguan pada fungsi myocard. Missal : decomp cordis, trauma langsung pada
jantung, kontusio jantung. Tamponad jantung dan tension pneumothoraks
dikelompokkan dalam syok obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
Diagnose
Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung (bunyi jantung menjauh atau
redup), pada tension pneumothoraks (hipersonor dan pergeseran letak trakea).
Tindakan
Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di ICS II- mid clavicular line untuk
mengurangi udara dalam rongga pleura (dekompresi).
Manifestasi Klinis
Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik <100mmHg atau lebih
dari 10% di bawah tekanan darah yang telah diketahui.
Asidosis metabolik.
Pemantauan hemodinamik :
Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk pengukuran Pulmonary
Catheter Wedge Presure (PCWP).
Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu kulit. (Mansjoer, 2000)
Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki
perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan
ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat
diberikan pengobatan kausal.
Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag)
atau ETT.
Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna
kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan :
Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual, muntah, kejang,
akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena
bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam
melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial,
dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan
onkotik intravaskuler.
Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan
yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang,
darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan berlebihan yang akan
membebani jantung.
Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat pada syok septik
biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan
pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan pemeriksaan
analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas
jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miocard.
Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan yang tampak dari
luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber perdarahan (Mansjoer, 2000)
Komplikasi
Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.
Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena
hipoksia.
DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas
sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
Pengkajian
Pengkjian Primer
Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk mendapatkan oksigenasi
yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100
mmHg.
Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya
sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup besar dan nilai
perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya dapat dikontrol dengan melakukan
bebat tekan pada daerah luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal
dalam rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat
dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas inferior,
tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat
membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
Pengkajian Sekunder
Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin hanya
didapatkan dari keluarga, atau orang yang mengetahui kejadiannya
Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan mual, kejang-kejang.
Pemeriksaan Fisik
Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok
berlanjut terjadi hipovolemia), Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok
kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada
syok septik).
Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang
sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi
lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun,
sopor sampai koma.
Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik
dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik, meninggi pada syok
kardiogenik
Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena
takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru)
Pemeriksaan Penunjang
Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa
darah.
EKG