Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT

DENGAN SYOK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan PPGD

Disusun Oleh Kelompok 4

Budy Setyanto 1420121079


Desi Natalia 1420121071
Timbul Manulang 1420121080

PROGRAM STUDI SARJANA (S1) KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

TAHUN 2022
BAB II
TINJAUAN KONSEP TEORI
A. Pengertian
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mepertahankan perfusi yang
adekuat organ-organ vital. Syok merupan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
membutuhkan Tindakan segera dan intensif untuk menyelamatkan jiwa klien
(BPPPKMN, 2010) syok adalah suatu keadaan disebabkan ganguan sirkulasi darah
kedalam jaringan sehinga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah, pucat,
kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak tampak,
tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun.. tekanan
darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50 mmHg
dibawah tekanan darah semula. Masalah utama adalah penurunan perfusi (aliran
darah) yang efektif dan gangguan penyampaian oksigen ke jaringan. Syok
menandakan bahwa mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh.
Jaringan menjadi rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk
metabolisme aerobic. Jika sel melakukan metabolisme aerobic maka akan
dihasilkan asam laktat yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin
tinggi resiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard sehingga
menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi gagal fungsi
ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat seiring dengan
jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple Organ failure).
Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ mencapai > 90%.

B. Penilaian Awal Syok


Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi keadaan ini
disebabkan pleh menurunnya oksigen jaringan. Kekurangan oksigen akan
berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar laktat tubuh merupakan
indikator dari tingkat berat ringannya syok. Terjadinya hambatan dalam peredaran
darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan
sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme.
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan mengenali
adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis terjadinya syok,
tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa
dibuat berdasarkan pemahaman klimik tidak adekuatnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan. Diagnosis awal didasarkan pada adanya gangguan perfusi
organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita trauma,
semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam hemoragik
syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension pneumotoraks harus
dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma. Syok neurogenic dapat
diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla spinalis. Pada umumnya trauma
kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan tarauma medulla spinalis pada
keadaan awal dapat dalam keadaaan syok baik karena vasodilatasi (neurogenic)
maupun karena hemoragik. Syok septik jarang ditemukan, namun harus
dipertimbangkan pada penderita yanh dating pada keadaan lebih lanjut. Dengan
demikian Langkah awal yang harus dilakukan adalah dilakukan penilaian terhadap
penderita sehingga dengan cepat syok dapat diketahui. Terapi syok dimulai samnil
mencari sebab syok. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan
klinis biasanya memberikan cukup informasi untuk dapat menentukan penyebab
syok. Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma. Setiap
keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok lanjut
yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah
dikenal.
Ketergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indikator syok akan
menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. Ingat : mekanisme volume darah.
Perhatian harus diarahkan ke pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi kulit, tekanan
nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic). Gejala paling dini adalah
tachikardia danvaso-kontriksi perifer. Dengan demikian setiap penderita trauma
yang dalam keadaan tachikardia dan kulit dingin dianggap dalam keadaan syok.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk mengukur
kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokrit yang rendah
menunjukka kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia yang sebelum
trauma sudah ada), sedangkan hematokrit normal dapat saja terjadi walaupun sudah
ada kehilangan darah cukup banyak.
C. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komte Medik , 2000)
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (Cardiac Output) terjadi sedemikian rupa sehingga
timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan
gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokontriksi
untuk meniakkan aliran darah ke jantung yang kurang vital. Vaktor humoral
dilepaskan untuk menimbulkan vasokontriksi untuk menaikkan valume darah
dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan
kadar oksigen didaerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan
detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan
peningkatan resprasi untuk memperbaki ventilasi alveolar. Walau aliran darah
ke ginjal menurun , tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun,
maka filtrasi glomeruler juga menurun.
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan
tubuh. Factor utama yang berperan utama adalah jantung. Curah jantung tidak
lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler diseluruh tubuh. Pada saat
tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan,
metabolisme terganggu, produksi metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi
kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tidak mampu berkontriksi
sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun.
Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak
dapat Kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan thrombosis kecil-
kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC =
disseminated intravascular coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak
menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di orak. Keadaan ini
menambah hipoksia dan anoksia menyebabkan lepasnya toksin dan bahan
lainnya dari jaringan ( vasodilatasi dan memperlemah jantung). Iskemia dan
anosia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin
dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi
detoksikasi hepar dapat timbul sepsis, DIC tambah nyata, integritas sistem
retikuloendotelial rusak, integritas mikrosirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan
juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobic menjadi anaerobic,
terjadi penigkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di
jaringan.
3. Fase Ireversibel
Karena kerusakan keluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat diperbaiki.
Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem
kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru
menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya
anoksia dan hiperkapnea.

Penurunan Curah Jantung

Penurunan Tekanan Arterial

Penurunan Nutrisi Penurunan Aliran Darah Pembekuan


jantung Sistemik Intravaskuler

Penurunan Nutrisi Penurunan Nutrisi Jaringan Iskemia


Otak Jaringan

Penurunan Nutrisi Sistem


Penurunan Aktifitas Vaskuler Pelepasan
Vasomotor Toksin

Peningkatan Permeabilitas
Kapiler
Dilatasi Vaskuler

Penurunan
Pengumpulan Darah Vena
Volume Darah

Penurunan Aliran Balik Vena


Depresi Jantung
D. Jenis-Jenis Syok
Beberapa jenis kualisifikasi syok, antara lain : syok hipovolemik, syok kardiogenik,
syok anafilaktik dan syok aseptic.
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik mengacu pada suatu keadaan dimana terjadi kehilangan
cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ filure akibat
perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah
terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik)
a. Penyebab
1) Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang sering/frekuensi,
prioritas)
2) Luka bakar (grade II-III & luas bakar >30%)
3) Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma perdarahan post
partum,/HPP massif, KET-kehamilan ekstrauterina tergnggu)
b. Diagnosa
1) Perubahan perfusi perifer : ekstremitas : dingin, basah dan pucat,
capillary refil time memanjang >2 detik
2) Tachikardia
3) Pada keadaan lanjut : takipnea, penurunan tekanan darah, penurunan
produkasi urine dan tampak pucat, lemah apatis, kesadaran menurun
c. Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus cairan
kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi yang
hilang.

Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)

Klasifikasi Klinis Pengelolaan


Dehidrasi - Nadi normal atau Penggantian volume
cairan yang hilang
Ringan meningkat dengan cairan
Kehilangan - Selaput lender kering kristaloid (NaCL
cairan tubuh 0,9%) atau ringer
sekitar 5% BB laktat atau ringer asetat
Dehidrasi - Nadi cepat Penggantian volume
sedang - Tekanan darah menurun cairan yang hilang
Kehilangan - Selaput lendir kering dengan cairan
cairan tubuh - Oliguria kristaloid (NaCL
sekitar 8% BB - Status mental tampak lesu 0,9%) atau ringer
dan lemas laktat atau ringer asetat
Dehidrasi - Nadi sangat cepat, kecil, Penggantian volume
Berat sulit diraba cairan yang hilang
Kehilangan - Tekanan darah turun dengan cairan
cairan tubuh - Anuria kristaloid (NaCL
sekitar 10% BB - Selaput lendir pecah- 0,9%) atau ringer
pecah laktat atau ringer asetat
- Kesadaran menurun

2. Syok Haemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15% volume darah yang beredar,
akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang. Semakin
banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin besar
resiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok. Makin
berat syok yang terjadi dan semakin lama syok berlangsung, semakin besar
resiko mati. Satu jam pertama syok disebut “The Golden Hour” dalam periode
ini time saving is laive saving” pertolongan harus cepat diberikan, yakni
menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan volume darah.
Hipoksia sampai dengan anoksia dijaringan akibat syok menyebabkan kematian
sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of Cell), maka
akan terjadi gagal organ dan kematian.
a. Perdarahan Menyebabkan
1) Kehilangan volume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah dan
jumlah oksigen jaringan menurun)
2) Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas transport
oksigen per unit volume darah menurun tubuh memiliki Estimated
Blood Volume (jumlah darah yang beredar) 65-75 ml/kg, untuk
mempermudah dibuat rata-rata EBV : 70 ml/kg, jika kehilangan darah
15 ml/kg (20% EBV), terjadilah perubahan hemodinamik :
a) Nadi meningkat
b) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
c) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
d) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan nadi turun
b. Prinsip Penanganan
Pergantian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan
oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik terjaga.
Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid
sebaiknya disiapkan transfuse darah segera setelah sumber perdarahan dan
dapat diberikan cairan holongan plasma substitute (cairan Koloid)
c. Trauma Status (Advanced Trauma Life Support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah perdarahan
(EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.

Syok Haemoragik

Klasifikasi Klinis Pengelolaan


Kelas I - Takikardia minimal <100 Tidak perlu
Kehilangan x/menit pergantian volume
Volume darah
<15%
Kelas II - Takikardia Penggantian volume
Kehilangan (100-120x/menit) darah yang hilang
volume darah 15- - Penurunan pulse pressure dengan cairan
30 % Penurunan produksi urine kristaloid sejumlah
(20-30 cc/jam) 2-4 kali volume
darah yang hilang
Kelas III - Tachipnea (30-40 x/menit) Penggantisn volume
Kehilangan - Penurunan produksi urine darah yang hilang
volume darah 30- (5-15 cc/jam) dengan cairan
40% kristaloid dan darah
Kelas IV - Tachipnea (>35 x/menit) Penggantian volume
Kehilangan - Takikardia (>140 darah yang hilang
volume darah x/menit ) dengan cairan
>40% - Perfusi pucat, dingin, kristaloid dan darah
basah
- Perubahan mental

3. Syok Anafilaktik
a. Definisi
Syok anafilaktik (shock anafilaktik) adalah reaksi anafilaksis yang disertai
hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi anafilaltoid
adalah suatu reaksi anafilakis yang terjadi tanpa melibatkan antigen antibodi
kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai
anafilaksis.
b. Penyebab
Shock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi Ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk antibodi terhadap benda asing (anti gen)
mengalami reaksi anti gen -anti bodi sistemik
c. Diagnosa
Tanda-tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan darah
yang tiba-tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal-hal lain)
atau riwayat setelah pemberian obat-obatan
d. Tindakan
1) C-Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid (RL).
Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intramuscular dengan
dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak (0.25 mg. 0.5 mg/1 mg =
1 ampul bila ternyata jantung tidak berdenyut
2) Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
3) Breathing beri oksigen bila ada. Kalau perlu nafas dibantu
4. Syok Septik
a. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distribusi dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan
melakukan praktek pengendalian infeksi, melakukan Teknik aseptic yang
cermat, melakukan debridemen luka untuk membuang jaringan nekrotik,
pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan
secara menyeluruh.
b. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu
respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator
kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok.
Peningkatan permeabilitas kapiler, pada perembesan cairan dari kapiler dan
vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
c. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteremia. Pada saat
bakteremia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi syok sepsis. Sekitar 40 % pasien
sepsis disebabkan oleh mikroorganisme garam positif, pada orang dewasa
infeksi saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi.
Dirumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter dan
kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas. Pasien dengan sepsis dan syok
sepsis dan syok sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan
pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala
umum adalah :
1) Demam
2) Berkeringat
3) Sakit kepala
4) Nyeri otot
d. Diagnosis
1) Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi
2) Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi
e. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (mean arterial pressure 60
mmHg)
1) Tindakan awal
Infus cairan kristaloid, pemberian antibiotic, membuang sumber infeksi
(pembedahan)
2) Tindaka lanjut
Penggunaaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopressor
(dopamine atau dikombinasi dengan noradrenaline)
5. Syok Kardiogenik
a. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.
Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti
pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung : manifestasinya
meliputi hypovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah. Kekacauan
mental. Dan kegelisahan. (kamus kedokteran Dorland, 2010)
b. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik dapat terjadi pada keadaan-keadaan antar lain :
kontusio jantung. Tamponade jantung dan tension pneumothoraks. Pada
fersi lain pembagian jenis syok. Ada yang membagi bahwa syok
kardiogenik hanya untuk gangguan yang disebabkan karena gangguan pada
fungsi myokard. Missal : decomp cordis, trauma langsung pada jantung,
kontusio jantung. Tamponade jantung dan tension pneumothoraks
dikelompokkan dalam syok obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
c. Diagnosa
1) Hipotensi disertai gangguan irama jantung
2) Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP)
3) Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung ( bunyi
jantung menjauh atau redup) pada tension pneumothoraks (hipersonor
dan pergeseran letak trakea)
d. Tindakan
1) Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
2) Pada aritmia mungkin diperlukan obat-obatan inotropic
3) Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring EKG
4) Pemasangan jarum torakostomi pada tension pneumothoraks di ICS II-
mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga pleura
(dekompresi)

E. Manifestasi Klinis
1. Tekanan darah sistemik dan takikardi : puncak tekanan darah sistolik <100
mmHg atau lebih dari 10% dibawah tekanan darah yang telah diketahui
2. Hipoperfusi perifer, vasokontriksi : kulit dingin, lembab dan sianosis
3. Status mental terganggu : kebingungan, agitasi, koma
4. Oliguria atau anuria : <0,5 ml/kgBB/jam
5. Asidosis metabolic
6. Pemantauan hemodinamik
a) Tekanan darah arteri
b) Tekanan darah sentral
c) Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP)
d) Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine dan suhu
kulit

F. Komplikasi
1) Kegagalam multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan
2) Sindrom distress pernafasan dewasa akibat distruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia
3) DIC (kongulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi
G. Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan : memperbaiki oksigenasi tubuh : dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok.
Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan Tindakan kausal.
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (Sao2) 98-100 % dengan cara:
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat
c. Bebaskan jalan nafas, lakukan penghisapan bila ada sekresi
d. Tengadah kepala topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(gudel/oropharyngeal airway)
e. Bila pernafasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa
sungkup (ambu bag) atau ETT

2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena, bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan
darah, warna kulit, isi vena dan produksi urine. Pemberian cairan :
a. jangan memberikan minuman pada penderita yang tidak sadar, mual-mual
muntah, kejang, akan diopersi/dibius dan yang akan mendapat trauma pada
perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi cairan kedalam
paru
b. cairan intravena seperti larutan isotonic kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resisusitasi cairan untuk mengembalikan cairan
intravaskuler, volume interstisial, dan intra sel. Cairan plasma atau
pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler
c. pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang
dengan julah cairan yang hilang, sedapat mungkin diberikan jenis cairan
yang sama dengan jenis cairan yang hilang. Darah pada perdarahan, plasma
pada luka bakar, kehilangan air harus diganti dengan cairan hipotonik.
Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan
isotonic.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasabya terdapat gangguan organ majemuk
(multiple organ disfungtion). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa
pemasangan alat CVP, Swan Gans kateter, dan pemeriksaan Analisa gas
darah obat-obatan inetropik untuk mengobati distritmia, perbaikan
kontraktilitas jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miokard.
1) Dopevin (10 kg/kg/mut) meningkatkan vasokontriksi
2) Epinefrin : meningkatkan tekanan perfusi myocard
3) Novepheriphine : meningkatkan tekanan perfusi myokard
4) Dobutamin : meningkatkan kardiak output
5) Amiodarone : meningkatkan kontraktilitas miokard, luas jantung,
menurunkan tekanan pembuluh darah sistemik
3. Letakkan pasien dalam posisi syol yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi
dari jantung
4. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan
yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan diatas sumber perdarahan

Anda mungkin juga menyukai