FISIOLOGI PENGELIHATAN
Cahaya masuk ke mata melalui kornea melewati humor aquous CIntensitas cahaya
yang masuk ke mata diatur oleh iris cahaya masuk ke pupil dibiaskan oleh lensa
masuk ke humor vitreus cahaya jatuh di retina ditangkap oleh sel batang dan sel
kerucut sebagai sel fotoreseptor potensial aksi di ganglion cahaya diubah menjadi
impuls n. Optikus menyalurkan impuls ke otak sampai ke korteks pengelihatan di
lobus oksipitalis.
Perbedaan antara glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup bergantung pada jalur
drainase mana yang rusak.
Pada glaukoma sudut tertutup , saluran uveoskleral dan jalinan trabekuler tersumbat.
Biasanya, hal ini disebabkan oleh rusaknya iris (bagian mata yang berwarna) yang
menghalangi saluran keluarnya.
Penyumbatan salah satu saluran keluar ini menyebabkan peningkatan tekanan intraokular
(TIO).
Pada glaukoma sudut terbuka, iris berada pada posisi yang tepat, dan saluran drainase
uveoskleral bersih. Namun jalinan trabekuler tidak terkuras dengan baik.
Pada glaukoma sudut tertutup, iris tertekan pada kornea, menghalangi saluran uveoskleral
dan jalinan trabekuler.
2. Apa hubungan penggunaan kacamata plus dengan keluhan pasien di scenario?
Jawab :
3. Apa saja penyakit pada mata yg menimbulkan manifestasi berupa mata kemerahan?
Jawab :
TANPA PENURUNAN VISUS
Nama Kelainan Keterangan Gambar
1. Blepharitis Gejalanya Blepharitis tanpa
Peradangan pada tepi disertai nyeri. Ada 5 tipe :
palpebra yang dapat - Blepharitis squamous (paling
disertai ulkus sehingga sering dan berkaitan dengan
dapat melibatkan folikel dermatitis seboroik)
rambut. - Blepharitis ulseratif (sering
disertai dengan rontoknya
butu mata)
- Campuran
- Bleoharitis posterior /
melbomitis
- Blepharitis parasitik
2. Chalazion / Kalazion Gejala :
Kista / Peradangan - Benjolan pada palpebra
granulomatosa pada - Tidak ada nyeri
kelenjar meibomian - Tidak hiperemis
sehingga saluran - Adanya pseudoptosis
ekskresi menjadi
tersumbat.
3. Hordeolum Gejala dan tanda :
Peradangan 1 / lebih - Benjolan pada palpebra
kelenjar akibat dari - Nyeri
infeksi barkteri. - Pseudoptosis
Disebabkan oleh - Bisa saja disertai
staphylococcus pembengkakan di kelenjar
aureus. limfe pre-aurikular.
Klasifikasi
a. Eksternum
: Infeksi kelenjar zeis dan
moll. insisi sejajar dengan
tepi palpebra (arah
horizontal) untuk
meminimalkan terjadinya
sikatrik.
b. Internum Hordeolum Interna
: infeksi kelenjar meibom.
Arah insisi tegak lurus
(vertikal) dengan palpebra.
Untuk meminimalkan
peradangan ductus glandula.
4. Pterigium Penyakit ini bisa terjadi
Pertumbuhan tanpa gejala atau bergejala :
fibrovascular - Rasa mengganjal
konjungtiva yang - Ada pertumbuhan selaput di
bersifat degenerative sentral/ daerah kornea.
dan invasive. Letak - Ada pelebaran pembuluh
pertumbuhannya darah yang membuat mata
biasanya pada celah lebih merah
kelopak mata bagian - Bisa membuat terganggunya
nasaltemporal yang visus.
meluas ke kornea.
Klasifikasi stadium :
Stadium I : belum melewati
limbus
Stadium II : sudah melewati
limbus, tapi belum melewati
pupil
Stadium III : Kena / sampai
ke pupil
Stadium IV : Melewati pupil
5. Pseudopterigium Penyebabnya karena proses
Perlekatan konjungtiva inflamasi (biasanya diaali oleh
dengan kornea yang adanya trauma atau inflamasi
cacat. Terletak pada kornea). Perbedaan dengan
daerah konjungtiva pterigium adalah pada letaknya
yang dekat dengan yang tidak harus berasal dari
kornea yang mungkin fisura palpebra, yaitu terletak
pernah bermasalah pada konjungtiva terdekat
sebelumnya. dengan proses kornea
sebelumnya. Karena kelainan
Pseudopterigium ini sering
dilaporkan sebagai dampak
sekunder dari adanya
peradangan pada kornea
sebelumnya.
6. Pinguecula Terjadi pada orang tua
Benjolan di konjungtiva terlebih yang sering terpapar
yang ditemukan pada debu, sinar matahari, & angin
orang tua. Letak lesinya panas. Pembuluh darah tidak
ada pada celah kelopak masuk ke dalam
mata di bagian nasal. pinguekula/benjolannya itu. Tapi
bisa meradang / iritasi pada area
sekitarnya yang ditunjukkan
dengan adanya vasodilatasi
pembuluh darah dan timbul mata
merah
7. Hematoma Terjadi karena trauma
Subkonjungtiva direct/indirect. Terjadi juga
karena pembuluh darah
rapuh akibat beberapa faktor
:
Usia, arteriosclerosis, anemia
, batuk rejan, konjungtivitis
hemoragik, hipertens.
8. Konjungtivitis Radang Konjungtiva. Penyebabnya bisa karena bakteri, virus, klamida, alergi,
toksik.
a. Konjungtivitis Bakteri Gejala dan tanda :
Disebabkan oleh bakteri - Rasa ganjel tidak nyaman
ex : S. Pneumonie, s. Aureus, - Sekret purulent
Hemophilus influenza, E-Coli, - Palpebra melekat saat
gonococcus, mengingokokus. bangun pagi
- Pandangan sedikit kabur
karen mucus
- Kongesti konjungtiva
- Kemosis (edema konjungtiva)
- Hemoragik ptekie
b. Konjungtivitis Virus Gejala dan tanda :
- Terdapat sedikit kotoran pada
mata, lakrimasi, sedikit gatal,
injeksi, nodul preaurikular bisa
nyeri atau tidak
- Terkadang disertai sakit
tenggorok dan demam
- Secret serous / mucoserous
- Perdarahan subconjungtiva
- Limadenopati preaurikuler
dan infiltrate kornea
9. Episkleritis Inflamasi yang terjadi
Reaksi radang jaringan bersifat granular dan mengenai 1
ikat vascular antara mata saja. Biasanya pada
konjungtiva dengan Wanita.
permukaan sklera. Gejala klinis :
- Mata merah tidak berair
- Mata terasa kering dan sakit
ringan
- Terasa mengganjal
- Konjungtiva kemotik
10. Skleritis Gejala klinis :
Inflamasi sklera yang - Nyeri hebat bisa menjalar
terjadi secara difus / - Mata merah, berair
terlokalisir. - Visus menurun
Penyebabnya 50% - Fotofobia
berhubungan dengan - Konjungtiva kemotik dan
autoimun, atau penakit nyeri.
rematik, atau akibat
dari proses imun suatu Klasifikasi :
infeksi. Amterior
: inflamasi di sisi anterior
dari garis tengah bola mata.
Posterior
: inflamasi di sisi posterior
dari garis tengah bole mata.
- Mata merah
- Pandangan kabur
4. Jelaskan etiologi, pathogenesis(meliputi mengapa timbul mata merah, hub cuaca mendung)
pada kasus di scenario (beserta etiologi dan gejala)
Jawab :
Timbul Mata Merah
Mata merah umumnya terjadi karena pelebaran pembuluh darah di mata. Mata yang merah
mengindikasikan adanya masalah pada mata, bisa masalah ringan ataupun serius yang
memerlukan penanganan lebih lanjut.
Pada mata normal, konjungtiva menunjukkan jaringan pembuluh darah yang halus dengan
latar sklera yang berwarna putih →.masuknya debu atau partikel asing ke dalam mata,
infeksi, alergi, cedera, paparan sinar matahari, atau kondisi mata yang kering → dilatasi
pembuluh darah di mata maupun perdarahan di daerah subkonjungtiva
disebabkan oleh perdarahan subkonjungtiva → terjadi secara spontan, akibat trauma atau
disebabkan oleh penyakit sistemik. → pecahnya pembuluh darah di konjungtiva atau
episklera ke dalam ruang subkonjungtiva. → Perdarahan subkonjungtiva ditandai dengan
kemerahan akibat perdarahan dibawah konjungtiva yang berbatas tegas, tanpa disertai
dengan produksi cairan berlebihan, dan tidak disertai dengan inflamasi.
(Sherwood, 2019)
Penggunaan Obat
Sering kelainan glaucoma sudut tertutup ini terjadi akibat efek samping dari obat obatan
yang berkaitan dengan memicu penutupan sudut iridocorneal. Beberapa golongan obat :
a. Obat ISPA
Campuran obat batuk dan pilek mengandung bahan antikolinergik dan epinefrin
yang punya efek dilatasi pupil. Persentase pasien yang terkena PACG ini memang
banyak yang diawali dengan pasien terkena ISPA lalu ada Riwayat minum obat flue dan
biasanya yang dijual bebas. Biasanya diagnosis ini sering terleatkan akibat pemeriksa
lebih focus pada gejala mata merah, nyeri mata, dan sakit kepala akibat ISPA.
b. Antikolinergik
Agen antikolinergik memblokir neurotransmitter asetilkolin di sistem saraf pusat
dan perifer. Mereka menghambat transmisi saraf parasimpatis dengan memblokir
reseptor asetilkolin yang mengakibatkan kelumpuhan otot polos di saluran cerna dan
saluran kemih, paru-paru, dan tempat lain.
Salah satu obat golongan antikolinergik adalah Ipratropium bromide / Atrovent
sebagai nama dagang di pasarn. Mekanisme kerjanya sebagai bronkodilator pada paru,
yaitu memblokir reseptor asetilkolin muskarinik di otot polos saluran udara sehingga
membukanya. Efek antikolinergiknya juga bekerja pada otot polos iris, sehingga
menyebabkan pelebaran pupil. Ipratropium bromida sering digunakan dalam kombinasi
dengan agonis adrenoseptor β2.
c. Adrenergic agent
Merupakan obat – obatan yang digunakan secara topical. Seperti obat tetes mata
fenilefrin, efedrin hidung, salbutamol dibenulasi, dan epinefrin yang diberikan secara
sistemik dalam terapi anafilaksis.
d. Midriatik topical
Bekerja melebarkan pupil dan sikloplegik yang bekerja dengan mengendurkan
musculus cilliaris. Biasanya obat ini digunakan dalam kegiatan pemeriksaan di klinik,
digunakan untuk kepentingan bedah mata, dan juga untuk mengobati kelainan mata lain
seperti uveitis (untuk mencegah adhesi / penempelan iris ke lensa disebut sinekia
posterior). Efek sikloplegiknya dapat mengurangi nyeri mata dan fotofobia pada
penyakit radang mata. Atropin, homatropin, siklopentolat, dan tropikamid mempunyai
sifat antikolinergik, sedangkan fenilefrin mempunyai sifat simpatomimetik.
e. Anti Histamin
Pada penggunaan antihistamin H1, efek samping yang terjadi berupa kekeringan
pada mukosa mulut dan pernapasan, penurunan keluaran aqueous dari kelenjar lakrimal
dan keluaran musin dari sel goblet.
(Frings, Geerling and Schargus, 2017)
Aliran humor aquos :
Diproduksi oleh procesus ciliaris di corpus ciliare hasil produksi berupa cairan dan
elektrolit ini diangkut melalui epithel ke dalam camera oculi posterior pupil camera
oculi anterior trabecula meshwork canalis Schlemm melaui saluran kolektor
mengalir pada v. episcleralis dan menuju v. ciliaris anterior. (Weinreb, Aung and Medeiros,
2014)
Glaucoma
Aqueous humor baru terus-menerus diproduksi dan kemudian dikeluarkan dari mata. Untuk
menjaga tekanan yang tepat di dalam mata, jumlah yang diproduksi dan jumlah yang
dikeluarkan harus dijaga seimbang.
Glaukoma melibatkan kerusakan pada struktur yang memungkinkan keluarnya aqueous
humor. Ada dua jalan keluar untuk mengalirkan aqueous humor:
jalinan trabekuler
aliran keluar uveoskleral
Perbedaan antara glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup bergantung pada jalur
drainase mana yang rusak.
Pada glaukoma sudut tertutup , saluran uveoskleral dan jalinan trabekuler tersumbat.
Biasanya, hal ini disebabkan oleh rusaknya iris (bagian mata yang berwarna) yang
menghalangi saluran keluarnya.
Penyumbatan salah satu saluran keluar ini menyebabkan peningkatan tekanan intraokular
(TIO).
Pada glaukoma sudut terbuka, iris berada pada posisi yang tepat, dan saluran drainase
uveoskleral bersih. Namun jalinan trabekuler tidak terkuras dengan baik.
Pada glaukoma sudut tertutup, iris tertekan pada kornea, menghalangi saluran uveoskleral
dan jalinan trabekuler.
5. Jelaskan mengenai macam macam injeksi mata
Jawab :
Injeksi konjungtiva Injeksi siliar/ perikorneal
- Pelebaran pembuluh darah a. - Pelebaran pembuluh darah a. silia
konjungtiva posterior anterior (kornea)
- Berjalan berkelok-kelok dari - Berjalan lurus dan radiar dari tepi
posterior ke sentral (dari forniks ke limbus lebih lebar menuju ke
limbus) Tengah mengecil
- Semakin ke perifer pembuluh - Semakin ke limbus pemb. Darah
darah terlihat lebih besar semakin lebih besar
- Warna merah muda segar - Warna lebih ungu
- Pembuluh darah yang berjalan di - Pembuluh darah letaknya lebih
superfisial dan lebih mudah dalam dan tidak dapat digerakan
digerakan dari dasarnya - Berair
- Gatal - Fotofobia
- Tidak ada fotofobia - Pupil ireguler kecil (uveitis) dan
- Ukuran dan reaksi pupil normal lebar (glaukoma)
- Ditemukan pada iritasi, - Sakit bila ditekan
konjungtivitis - Ditemukan pada keratitis,
glaucoma akut, skleritis,
episkleritis, uveitis, dan iritis
j. Jika huruf terbesar pada kartu Snellen tidak dapat dibaca, maka mintalah penderita untuk
menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter, bila penderita dapat menghitung jari
pemeriksa, pemeriksa mundur tiap 1 meter sampai penderita tidak dapat mengenali jumlah
jari pemeriksa. Jarak terjauh yang dapat dilihat penderita adalah visus penderita. Misal
penderita dapat mengenali jumlah jari pemeriksa pada jarak 3 meter, maka visusnya adalah
3/60 artinya orang penglihatan normal (emetropia) dapat mengenali jari pemeriksa pada
jarak 60 meter tapi penderita hanya 3 meter
k. Bila penderita tidak dapat menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter, lakukan
pemeriksaan dengan lambaian tangan. Pemeriksa melambaikan tangan didepan penderita
dan minta penderita untuk mengatakan arah lambaian tangan (atas/bawah atau kanan/kiri).
Jika penderita dapat melihat lambaian tangan pemeriksa maka visusnya 1/300 atau hand
movement (HM), artinya orang penglihatan normal (emetropia) dapat melihat lambaian
tangan pada jarak 300 meter tapi penderita hanya 1 meter
l. Bila penderita tidak melihat lambaian tangan pemeriksa maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan lampu senter. Nyalakan lampu senter didepan mata yang diperiksa dan mintalah
penderita menyebutkan apakah senter menyala atau mati dan arah sinar lampu senter
berasal (proyeksi sinar). Jika penderita dapat melihat sinar lampu senter maka visusnya 1/~
atau light perception (LP), artinya orang penglihatan normal (emetropia) dapat melihat sinar
pada jarak tak terhingga tapi penderita hanya 1 meter. Bila penderita tidak dapat
menyebutkan asal sinar lampu senter dengan benar berarti proyeksi sinarnya jelek atau bad.
m. Pemeriksaan persepsi warna dikerjakan dengan menutup salah mata dengan tangan,
kemudian mata yang diperiksa disinari dengan sinar merah dan hijau secara bergantian.
Penderita diminta menyebutkan warna sinar yang dilihatnya. Bila penderita tidak dapat
menyebutkan warna sinarnya dengan benar berarti persepsi warnanya jelek atau bad.
n. Bila penderita tidak dapat melihat sinar lampu senter maka visusnya nol atau no light
perception (NLP)
o. Lakukan pemeriksaan diatas pada mata kiri.
Pinhole
Tujuan
Untuk mengetahui apakah tajam penglihatan turun akibat kelainan refraksi atau kelainan
media refrakta atau kelainan saraf optik
Dasar
Penglihatan kabur akibat kelainan refraksi disebabkan oleh karena banyaknya berkas sinar
tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina dengan membentuk bayangan yang
tidak terfokus tajam. Dengan melihat melalui lubang kecil akan mengurangi berkas sinar tak
terfokus yang mencapai retina, sehingga akan terbentuk bayangan yang lebih tajam.
Alat
- Lempeng pinhole
- Bingkai kacamata (frame)
- Kartu Snellen
Teknik
- Pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter
- Salah satu mata ditutup
- Pasien diminta membaca huruf/angka terkecil yang masih dapat dilihat
- Pada mata yang diperiksa dipasang lempeng pinhole
- Pasien disuruh membaca huruf/angka sampai baris terakhir yang masih dapat dibaca
Interpretasi
- Bila dapat membaca huruf yang lebih kecil daripada huruf sebelum dipasang pinhole,
berarti terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi penuh
- Bila tidak ada perbaikan tajam penglihatan setelah dipasang pinhole, berarti terdapat
kelainan media refrakta atau saraf optic
Jarak dekat
Tujuan Untuk mengukur ketajaman penglihatan dekat dengan menggunakan lensa coba
sferis positif Alat :
- Lensa sferis positif
- Bingkai kacamata coba
- Kartu Jaeger
Pemeriksaan refraksi untuk penglihatan dekat
a. Penderita membaca kartu jaeger pada jarak 33 cm didepan mata
b. Pasanglah lensa coba sesuai ukuran kacamata saat melihat jauh 6 meter bila penderita
sudah mempunyai kacamata sebelumnya
c. Pasanglah lensa coba sferis positif sesuai usia penderita didepan kacamata jauh
d. Penderita diminta membaca kartu jaeger sampai baris paling kecil hurufnya. Apakah
penderita dapat membaca ? adakah rasa pusing atau distorsi ?
e. Ukurlah jarak kedua pupil dengan penggaris saat penderita melihat jauh kedepan.
Hasilnya dikurangi 2 mm.
f. Buatlah resep kacamata baca sesuai dengan hasil pemeriksaan refraksi
2) Pemeriksaan segmen anterior
3) Tonometri (tidak dilakukan jika ada defek epitel)
4) Pemeriksaan segmen posterior dengan funduskopi
Pemeriksaan untuk mengetahui Tekanan Intraokular dilakukan 2 cara :
1) Palpasi
Dilakukan dengan meminta pasien untuk melihat kebawah tapi jangan menutup
matanya. Lalu tempatkan 2 ujung jari pemeriksa pada kelopak mata atas pasien yang
tertutup. Usahakan ujung kedua jari yang mempalpasi mata pasien selalu bersentuhan .
Lalu tekan/pijit-pijit kecil atau seperti meratakan kornea. Rasakan ada tidaknya fluktuasi.
Lakukan pada kedua sisi mata. TIO yang sangat tinggi dapat dideteksi menggunakan ujung
jari pemeriksa.
Semakin banyak kekuatan yang diperlukan untuk meratakan kornea pasien, yang
artinya semakin tinggi juga tekanan mata pasien. Mata yang normal akan teraba seperti
tomat yang baru matang (tidak padat dan tidak begitu lunak.) lalu wajib membandingkan
dengan sisi mata sebelahnya. Jika ada kelainan pada salah satu sisinya, akan sangat
terasa.
2) Tonometri
Merupakan tes TIO dengan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan metode palpasi.
a) Tonometer Schiotz
Sebelum memeriksa cuci tangan terlebih dahulu
Posisi pasien tidur terlentang. Posisi pemeriksa berdiri di belakang kepala pasien
dengan tangan sejajar pada kepala pasien.
Beri obat anestesi local, tunggu 30 detik
Minta pasien untuk melihat benda diam di atas matanya.
Lalu fiksasi kelopak mata pasien agar terbuka dengan dua jari pemeriksa. Tangan
lainnya pegang tonometer di antara ibu jari dan jari telunjuk dan letakkan pendorong
di tengah kornea.
Biarkan disk turun ke permukaan kornea
Baca skala dengan teliti. catat
Bersingkan Kembali kepala tonometer dan lakukan hal yang sama pada sisi satunya.
Hasil pasien di scenario dengan test TIO palpasi : Mata kanan N ; mata kiri N ++
Interpretasi : tekanan bola mata N, N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan
tekanan lebih tinggi / lebih rendah dari normal.
Pemeriksaan Tambahan :
1) Uji Fluoresein
2) Uji Keratoskop (plasidoskop)
3) Uji sensibilitas kornea
4) Uji Fistel dan Uji Seidel
Etiologi
OD Glaucoma
Obat topical :
Analog prostaglandin Mengurangi TIO sebesar 25% -33%. Dosis biasa dalam sehari sekali.
Efek sampingnya antara lain pemanjangan bulu mata, pigmentasi kelopak mata/iris,
eksaserbasi uveitis/infeksi herpes, dan edema makula sistoid. Ini lebih disukai sebagai
terapi awal.
Latanoprost
Travoprost
Bimatoprost
Tafluprost
Latanoprostene Bunod- Molekul penyumbang ini memiliki sifat penyumbang oksida
nitrat.
Agen adrenergik: Mengurangi TIO sebesar 20% -25%. Brimonidine dapat menyebabkan
blepharoconjunctivitis alergi dan apnea/lesu/bradikardia pada anak-anak.
Brimonidin
Apraklonidin
Beta-blocker: Mengurangi TIO sebesar 20%-25%. Beta-blocker non-selektif harus dihindari
pada penyakit paru obstruktif kronik dan asma. Kontraindikasi lain termasuk blok jantung,
hipotensi, dan bradikardia.
Non-selektif Timolol
Selektif Betaxolol
Inhibitor karbonat anhidrase: Mengurangi TIO sebesar 15%-20%.
Dorzolamide
Brinzolamid
Agen kolinergik/parasimpatomimetik: Mengurangi TIO sebesar 20%-25%.
Pilokarpin
Obat sistemik
Ini digunakan pada peningkatan TIO akut atau ketika obat topikal tidak dapat
ditoleransi.
Sumber :
Hashmi MF, Gurnani B, Benson S. Konjungtivitis. [Diperbarui 2022 Des 6]. Di: StatPearls [Internet].
Pulau Harta Karun (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Januari-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541034/
Khazaeni B, Khazaeni L. Glaukoma Sudut Tertutup Akut. [Diperbarui 2023 2 Januari]. Di: StatPearls
[Internet]. Pulau Harta Karun (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Januari-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430857/
Frings, A., Geerling, G. and Schargus, M. (2017) ‘Rotes Auge - Leitfaden für den Nicht-
Ophthalmologen’, Deutsches Arzteblatt International, 114(17), pp. 302–312. doi:
10.3238/arztebl.2017.0302.
Ibinson, J. W. and Ferguson, L. H. (2010) ‘Glaucoma, Open-Angle’, in Essence of Anesthesia
Practice E-Book. Elsevier, p. 161. doi: 10.1016/B978-1-4377-1720-4.00143-6.
Sherwood, L. (2019) Human Physiology: From cells to systems, 9th revised ed., The Neuroscientist.
Unissula, L. A. (2019) ‘DIKTAT SISTEM SARAF INDERA 2021.pdf’.
Weinreb, R. N., Aung, T. and Medeiros, F. A. (2014) ‘The pathophysiology and treatment of
glaucoma: A review’, JAMA. American Medical Association, pp. 1901–1911. doi:
10.1001/jama.2014.3192.