Anda di halaman 1dari 25

1.

Jelaskan secara singkat anatomi mata dan fisiologi penglihatan


a. Fisiologi aliran normal dan glaukoma pada aliran humor aquos
Jawab :

FISIOLOGI PENGELIHATAN
Cahaya  masuk ke mata melalui kornea  melewati humor aquous  CIntensitas cahaya
yang masuk ke mata diatur oleh iris  cahaya masuk ke pupil  dibiaskan oleh lensa 
masuk ke humor vitreus  cahaya jatuh di retina  ditangkap oleh sel batang dan sel
kerucut sebagai sel fotoreseptor  potensial aksi di ganglion  cahaya diubah menjadi
impuls  n. Optikus menyalurkan impuls ke otak  sampai ke korteks pengelihatan di
lobus oksipitalis.

Aliran humor aquos :


Diproduksi oleh procesus ciliaris di corpus ciliare  hasil produksi berupa cairan dan
elektrolit ini diangkut melalui epithel ke dalam camera oculi posterior  pupil  camera
oculi anterior  trabecula meshwork  canalis Schlemm  melaui saluran kolektor
mengalir pada v. episcleralis dan menuju v. ciliaris anterior. (Unissula, 2019)
Glaucoma
Aqueous humor baru terus-menerus diproduksi dan kemudian dikeluarkan dari mata. Untuk
menjaga tekanan yang tepat di dalam mata, jumlah yang diproduksi dan jumlah yang
dikeluarkan harus dijaga seimbang.
Glaukoma melibatkan kerusakan pada struktur yang memungkinkan keluarnya aqueous
humor. Ada dua jalan keluar untuk mengalirkan aqueous humor:
 jalinan trabekuler
 aliran keluar uveoskleral

Perbedaan antara glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup bergantung pada jalur
drainase mana yang rusak.

Pada glaukoma sudut terbuka , jalinan trabekuler memberikan peningkatan resistensi


terhadap aliran keluar cairan. Hal ini menyebabkan tekanan menumpuk di dalam mata.

Pada glaukoma sudut tertutup , saluran uveoskleral dan jalinan trabekuler tersumbat.
Biasanya, hal ini disebabkan oleh rusaknya iris (bagian mata yang berwarna) yang
menghalangi saluran keluarnya.

Penyumbatan salah satu saluran keluar ini menyebabkan peningkatan tekanan intraokular
(TIO).

Pada glaukoma sudut terbuka, iris berada pada posisi yang tepat, dan saluran drainase
uveoskleral bersih. Namun jalinan trabekuler tidak terkuras dengan baik.

Pada glaukoma sudut tertutup, iris tertekan pada kornea, menghalangi saluran uveoskleral
dan jalinan trabekuler.
2. Apa hubungan penggunaan kacamata plus dengan keluhan pasien di scenario?
Jawab :

3. Apa saja penyakit pada mata yg menimbulkan manifestasi berupa mata kemerahan?
Jawab :
TANPA PENURUNAN VISUS
Nama Kelainan Keterangan Gambar
1. Blepharitis Gejalanya Blepharitis tanpa
 Peradangan pada tepi disertai nyeri. Ada 5 tipe :
palpebra yang dapat - Blepharitis squamous (paling
disertai ulkus sehingga sering dan berkaitan dengan
dapat melibatkan folikel dermatitis seboroik)
rambut. - Blepharitis ulseratif (sering
disertai dengan rontoknya
butu mata)
- Campuran
- Bleoharitis posterior /
melbomitis
- Blepharitis parasitik
2. Chalazion / Kalazion Gejala :
 Kista / Peradangan - Benjolan pada palpebra
granulomatosa pada - Tidak ada nyeri
kelenjar meibomian - Tidak hiperemis
sehingga saluran - Adanya pseudoptosis
ekskresi menjadi
tersumbat.
3. Hordeolum Gejala dan tanda :
 Peradangan 1 / lebih - Benjolan pada palpebra
kelenjar akibat dari - Nyeri
infeksi barkteri. - Pseudoptosis
Disebabkan oleh - Bisa saja disertai
staphylococcus pembengkakan di kelenjar
aureus. limfe pre-aurikular.

Klasifikasi
a. Eksternum
: Infeksi kelenjar zeis dan
moll. insisi sejajar dengan
tepi palpebra (arah
horizontal) untuk
meminimalkan terjadinya
sikatrik.
b. Internum Hordeolum Interna
: infeksi kelenjar meibom.
Arah insisi tegak lurus
(vertikal) dengan palpebra.
Untuk meminimalkan
peradangan ductus glandula.
4. Pterigium Penyakit ini bisa terjadi
 Pertumbuhan tanpa gejala atau bergejala :
fibrovascular - Rasa mengganjal
konjungtiva yang - Ada pertumbuhan selaput di
bersifat degenerative sentral/ daerah kornea.
dan invasive. Letak - Ada pelebaran pembuluh
pertumbuhannya darah yang membuat mata
biasanya pada celah lebih merah
kelopak mata bagian - Bisa membuat terganggunya
nasaltemporal yang visus.
meluas ke kornea.
Klasifikasi stadium :
 Stadium I : belum melewati
limbus
 Stadium II : sudah melewati
limbus, tapi belum melewati
pupil
 Stadium III : Kena / sampai
ke pupil
 Stadium IV : Melewati pupil
5. Pseudopterigium Penyebabnya karena proses
 Perlekatan konjungtiva inflamasi (biasanya diaali oleh
dengan kornea yang adanya trauma atau inflamasi
cacat. Terletak pada kornea). Perbedaan dengan
daerah konjungtiva pterigium adalah pada letaknya
yang dekat dengan yang tidak harus berasal dari
kornea yang mungkin fisura palpebra, yaitu terletak
pernah bermasalah pada konjungtiva terdekat
sebelumnya. dengan proses kornea
sebelumnya. Karena kelainan
Pseudopterigium ini sering
dilaporkan sebagai dampak
sekunder dari adanya
peradangan pada kornea
sebelumnya.
6. Pinguecula Terjadi pada orang tua
 Benjolan di konjungtiva terlebih yang sering terpapar
yang ditemukan pada debu, sinar matahari, & angin
orang tua. Letak lesinya panas. Pembuluh darah tidak
ada pada celah kelopak masuk ke dalam
mata di bagian nasal. pinguekula/benjolannya itu. Tapi
bisa meradang / iritasi pada area
sekitarnya yang ditunjukkan
dengan adanya vasodilatasi
pembuluh darah dan timbul mata
merah
7. Hematoma  Terjadi karena trauma
Subkonjungtiva direct/indirect. Terjadi juga
karena pembuluh darah
rapuh akibat beberapa faktor
:
Usia, arteriosclerosis, anemia
, batuk rejan, konjungtivitis
hemoragik, hipertens.
8. Konjungtivitis  Radang Konjungtiva. Penyebabnya bisa karena bakteri, virus, klamida, alergi,
toksik.
a. Konjungtivitis Bakteri Gejala dan tanda :
Disebabkan oleh bakteri - Rasa ganjel tidak nyaman
ex : S. Pneumonie, s. Aureus, - Sekret purulent
Hemophilus influenza, E-Coli, - Palpebra melekat saat
gonococcus, mengingokokus. bangun pagi
- Pandangan sedikit kabur
karen mucus
- Kongesti konjungtiva
- Kemosis (edema konjungtiva)
- Hemoragik ptekie
b. Konjungtivitis Virus Gejala dan tanda :
- Terdapat sedikit kotoran pada
mata, lakrimasi, sedikit gatal,
injeksi, nodul preaurikular bisa
nyeri atau tidak
- Terkadang disertai sakit
tenggorok dan demam
- Secret serous / mucoserous
- Perdarahan subconjungtiva
- Limadenopati preaurikuler
dan infiltrate kornea
9. Episkleritis Inflamasi yang terjadi
 Reaksi radang jaringan bersifat granular dan mengenai 1
ikat vascular antara mata saja. Biasanya pada
konjungtiva dengan Wanita.
permukaan sklera. Gejala klinis :
- Mata merah tidak berair
- Mata terasa kering dan sakit
ringan
- Terasa mengganjal
- Konjungtiva kemotik
10. Skleritis Gejala klinis :
 Inflamasi sklera yang - Nyeri hebat bisa menjalar
terjadi secara difus / - Mata merah, berair
terlokalisir. - Visus menurun
Penyebabnya 50% - Fotofobia
berhubungan dengan - Konjungtiva kemotik dan
autoimun, atau penakit nyeri.
rematik, atau akibat
dari proses imun suatu Klasifikasi :
infeksi.  Amterior
: inflamasi di sisi anterior
dari garis tengah bola mata.
 Posterior
: inflamasi di sisi posterior
dari garis tengah bole mata.

DENGAN PENURUNAN VISUS


Nama Kelainan Keterangan Gambar
1. Glaukoma Akut Glaukoma sudut tertutup akut ditandai
(Primary Angle
dengan tekanan intraocular yang meningkat
Closure
Glaucoma) secara mendadak, dan terjadi pada usai lebih
dari 40 tahun dengan sudut bilik mata sempit.
Cairan mata yang berada di belakang iris
tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga
mendorong irirs ke depan, mencegah
keluarnya cairan mata melalui sudut bilik
mata (mekanisme blockade pupil).
Gejala klinis :
- penurunan tajam penglihatan
mendadak, mata merah, berair, dan
fotofobia,
- tampak halo apabila pasien melihat
sumber cahaya.
- Nyeri yang luar biasa atau dapat
berlangsung beberapa jam dan hilang
setelah tidur sebentar.
- Dan dapat disertai dengan mual dan
muntah.
- Peningkatan TIO, injeksi silier dan
konjungtiva hiperemis.
- Edema kornea dan kornea keruh, Pupil
terdilatasi, tidak reaktif. Iris sembab
meradang, papil saraf optik hiperemi.
- Mata kontralateral menunjukkan sudut
bilik mata depan dangkal (pada
pemeriksaan gonioskopi).

2. Keratitis Keratitis merupakan peradangan pada


kornea
Gejala klinis :
- nyeri ringan hingga berat,
- silau/fotofobia,
- mata berair dan kotor,
- lesi di kornea,
- blefarospasme,
- edema kornea,
- infiltrate seluler, dan
- injeksi siliar (perikornea) disertai
penglihatan menurun

3. Ulkus kornea diskontinuitas jaringan kornea akibat


terjadinya defek epitel / akibat kematian
jaringan kornea (bergaung).
Gejala klinis :
- Mata merah, berair dan nyeri hebat,
- sensasi benda asing,
- terdapat sekret,
- kelopak mata bengkak,
- nyeri apabila melihat cahaya terang,
- terdapat infiltrate tergantung dari
kedalaman lesi
4. Uveitis anterior berlansung selama 3 bulan atau kurang
dengan awitan yang mendadak.
Gejala klinis :
- Mata merah,
- nyeri unilateral,
- fotofobia,
- mungkin disertai lakrimasi
- Tajam penglihatan turun
- Injeksi silier
- Keratik presipitat
- Aqueous flare
- Eksudat fibrin pada aqueous
- Hipopion,
- sinekia posterior
5. Endoftalmitis Gejala klinis :

- Mata merah

- Kelopak mata bengkak

- Nyeri di mata yang makin memburuk

- Sensitif terhadap cahaya

- Pandangan kabur

- Ketajaman penglihatan menurun

- Keluar nanah dari mata


6. Panoftalmitis Panoftalmitis terjadi dapat didahului dengan
endoftalmitis disertai dengan proses
peradangan yangmengenai ketiga lapisan
mata (retina, koroid, dan sclera) dan
badankaca. Disamping itu dapat pula oleh
karena suatu uveitis septik yanglebih hebat
dan akibat tukak kornea perforasi. Karena ini
suatukeadaan septis maka ada gejala-gejala
seperti: demam, menggigil,muntah-muntah,
dan sebagainya.
7. Trauma Okuli
(mechanical dan
Chemical)

4. Jelaskan etiologi, pathogenesis(meliputi mengapa timbul mata merah, hub cuaca mendung)
pada kasus di scenario (beserta etiologi dan gejala)
Jawab :
Timbul Mata Merah
Mata merah umumnya terjadi karena pelebaran pembuluh darah di mata. Mata yang merah
mengindikasikan adanya masalah pada mata, bisa masalah ringan ataupun serius yang
memerlukan penanganan lebih lanjut.
Pada mata normal, konjungtiva menunjukkan jaringan pembuluh darah yang halus dengan
latar sklera yang berwarna putih →.masuknya debu atau partikel asing ke dalam mata,
infeksi, alergi, cedera, paparan sinar matahari, atau kondisi mata yang kering → dilatasi
pembuluh darah di mata maupun perdarahan di daerah subkonjungtiva
disebabkan oleh perdarahan subkonjungtiva → terjadi secara spontan, akibat trauma atau
disebabkan oleh penyakit sistemik. → pecahnya pembuluh darah di konjungtiva atau
episklera ke dalam ruang subkonjungtiva. → Perdarahan subkonjungtiva ditandai dengan
kemerahan akibat perdarahan dibawah konjungtiva yang berbatas tegas, tanpa disertai
dengan produksi cairan berlebihan, dan tidak disertai dengan inflamasi.
(Sherwood, 2019)
Penggunaan Obat
Sering kelainan glaucoma sudut tertutup ini terjadi akibat efek samping dari obat obatan
yang berkaitan dengan memicu penutupan sudut iridocorneal. Beberapa golongan obat :
a. Obat ISPA
Campuran obat batuk dan pilek mengandung bahan antikolinergik dan epinefrin
yang punya efek dilatasi pupil. Persentase pasien yang terkena PACG ini memang
banyak yang diawali dengan pasien terkena ISPA lalu ada Riwayat minum obat flue dan
biasanya yang dijual bebas. Biasanya diagnosis ini sering terleatkan akibat pemeriksa
lebih focus pada gejala mata merah, nyeri mata, dan sakit kepala akibat ISPA.
b. Antikolinergik
Agen antikolinergik memblokir neurotransmitter asetilkolin di sistem saraf pusat
dan perifer. Mereka menghambat transmisi saraf parasimpatis dengan memblokir
reseptor asetilkolin yang mengakibatkan kelumpuhan otot polos di saluran cerna dan
saluran kemih, paru-paru, dan tempat lain.
Salah satu obat golongan antikolinergik adalah Ipratropium bromide / Atrovent
sebagai nama dagang di pasarn. Mekanisme kerjanya sebagai bronkodilator pada paru,
yaitu memblokir reseptor asetilkolin muskarinik di otot polos saluran udara sehingga
membukanya. Efek antikolinergiknya juga bekerja pada otot polos iris, sehingga
menyebabkan pelebaran pupil. Ipratropium bromida sering digunakan dalam kombinasi
dengan agonis adrenoseptor β2.
c. Adrenergic agent
Merupakan obat – obatan yang digunakan secara topical. Seperti obat tetes mata
fenilefrin, efedrin hidung, salbutamol dibenulasi, dan epinefrin yang diberikan secara
sistemik dalam terapi anafilaksis.
d. Midriatik topical
Bekerja melebarkan pupil dan sikloplegik yang bekerja dengan mengendurkan
musculus cilliaris. Biasanya obat ini digunakan dalam kegiatan pemeriksaan di klinik,
digunakan untuk kepentingan bedah mata, dan juga untuk mengobati kelainan mata lain
seperti uveitis (untuk mencegah adhesi / penempelan iris ke lensa disebut sinekia
posterior). Efek sikloplegiknya dapat mengurangi nyeri mata dan fotofobia pada
penyakit radang mata. Atropin, homatropin, siklopentolat, dan tropikamid mempunyai
sifat antikolinergik, sedangkan fenilefrin mempunyai sifat simpatomimetik.
e. Anti Histamin
Pada penggunaan antihistamin H1, efek samping yang terjadi berupa kekeringan
pada mukosa mulut dan pernapasan, penurunan keluaran aqueous dari kelenjar lakrimal
dan keluaran musin dari sel goblet.
(Frings, Geerling and Schargus, 2017)
Aliran humor aquos :
Diproduksi oleh procesus ciliaris di corpus ciliare  hasil produksi berupa cairan dan
elektrolit ini diangkut melalui epithel ke dalam camera oculi posterior  pupil  camera
oculi anterior  trabecula meshwork  canalis Schlemm  melaui saluran kolektor
mengalir pada v. episcleralis dan menuju v. ciliaris anterior. (Weinreb, Aung and Medeiros,
2014)

Glaucoma
Aqueous humor baru terus-menerus diproduksi dan kemudian dikeluarkan dari mata. Untuk
menjaga tekanan yang tepat di dalam mata, jumlah yang diproduksi dan jumlah yang
dikeluarkan harus dijaga seimbang.
Glaukoma melibatkan kerusakan pada struktur yang memungkinkan keluarnya aqueous
humor. Ada dua jalan keluar untuk mengalirkan aqueous humor:
 jalinan trabekuler
 aliran keluar uveoskleral

Perbedaan antara glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup bergantung pada jalur
drainase mana yang rusak.

Pada glaukoma sudut terbuka , jalinan trabekuler memberikan peningkatan resistensi


terhadap aliran keluar cairan. Hal ini menyebabkan tekanan menumpuk di dalam mata.

Pada glaukoma sudut tertutup , saluran uveoskleral dan jalinan trabekuler tersumbat.
Biasanya, hal ini disebabkan oleh rusaknya iris (bagian mata yang berwarna) yang
menghalangi saluran keluarnya.

Penyumbatan salah satu saluran keluar ini menyebabkan peningkatan tekanan intraokular
(TIO).

Pada glaukoma sudut terbuka, iris berada pada posisi yang tepat, dan saluran drainase
uveoskleral bersih. Namun jalinan trabekuler tidak terkuras dengan baik.

Pada glaukoma sudut tertutup, iris tertekan pada kornea, menghalangi saluran uveoskleral
dan jalinan trabekuler.
5. Jelaskan mengenai macam macam injeksi mata
Jawab :
Injeksi konjungtiva Injeksi siliar/ perikorneal
- Pelebaran pembuluh darah a. - Pelebaran pembuluh darah a. silia
konjungtiva posterior anterior (kornea)
- Berjalan berkelok-kelok dari - Berjalan lurus dan radiar dari tepi
posterior ke sentral (dari forniks ke limbus lebih lebar menuju ke
limbus) Tengah mengecil
- Semakin ke perifer pembuluh - Semakin ke limbus pemb. Darah
darah terlihat lebih besar semakin lebih besar
- Warna merah muda segar - Warna lebih ungu
- Pembuluh darah yang berjalan di - Pembuluh darah letaknya lebih
superfisial dan lebih mudah dalam dan tidak dapat digerakan
digerakan dari dasarnya - Berair
- Gatal - Fotofobia
- Tidak ada fotofobia - Pupil ireguler kecil (uveitis) dan
- Ukuran dan reaksi pupil normal lebar (glaukoma)
- Ditemukan pada iritasi, - Sakit bila ditekan
konjungtivitis - Ditemukan pada keratitis,
glaucoma akut, skleritis,
episkleritis, uveitis, dan iritis

Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar


Asal A. Konjungtiva posterior Siliar
Memperdari Konjungtiva Bulbi Kornea segmen anterior
Lokasi Forniks Konjungtiva bulbi/ Limbus
palpebra
Letak Superfisial profunda
Warna Merah terang Merah gelap
Arah aliran/lebar Dari forniks ke sentral Radier (sirkulmkorneal)
Bentuk Berkelok-kelok lurus
Konjungtiva digerakkan Ikut Tidak
Dengan epinefrin Merahnya menghilang Tidak menghilang
Penyakit Konjungtiva Kornea, iris, glaukoma
Sekret + -
Visus Normal Menurun
6. Bagaimana cara px fisik dan px penunjang pasien, dan jelaskan interpretasi pada mata
kanan dan kiri pasien
Jawab :
Anamnesis :
1) Tajam penglihatan menurun
2) Mata merah
3) Silau
4) Merasa kelilipan / mengganjal
5) Mata perih
6) Mata berair / secret
Pemeriksaan Fisik :
1) Pemeriksaan Visus
 Jarak jauh

Pemeriksaan visus dewasa


 Menggunakan Snellen

Alat dan bahan :


- Optotip atau kartu Snellen
- Ruangan yang terang dengan panjang ruang 6 meter atau 3 meter
Teknik pemeriksaan
a. Penderita duduk pada jarak 5 atau 6 meter (20 feet atau kaki) di depan kartu Snellen
b. Bila penderita berkacamata, mintalah untuk melepas kacamatanya
c. Biasakanlah memeriksa mata kanan dahulu baru kemudian mata kiri
d. Mintalah penderita untuk menutup mata kirinya dengan telapak tangannya tanpa
tekanan
e. Penderita diminta melihat ke depan dengan santai, tanpa melirik atau mengerutakan
kelopak mata
f. Mintalah penderita untuk menyebutkan huruf atau karakter lain yang tertera pada kartu
Snellen, mulai dari atas sampai bawah
g. Bila penderita hanya dapat melihat sampai huruf-huruf baris berkode 12 meter (40 kaki)
dengan jarak penderita-kartu Snellen 6 meter (20 kaki) maka ketajaman penglihatan
(visus) penderita 6/12 (20/40). Artinya orang dengan penglihatan normal (emetropia)
dapat melihat huruf-huruf tersebut pada jarak 12 meter (40 kaki) sementara penderita
hanya dapat melihat pada jarak 6 meter (20 kaki).
h. Bila penderita salah melihat beberapa huruf pada baris yang sama pada kartu Snellen
maka ditambah tulisan huruf s (salah) atau f (false) pada akhir penulisan visus. Misal
penderita salah mengenali 2 huruf dari 5 huruf pada baris berkode 12 meter maka visus
penderita adalah 6/12 f-2
i. Bila penderita salah melihat lebih dari setengah jumlah huruf pada baris yang sama
pada kartu Snellen maka visus penderita ditentukan dari baris sebelumnya (naik 1 baris)
yang penderita dapat mengenali sebagian besar huruf di baris tersebut. Misalnya
penderita salah mengenali 4 huruf dari 5 huruf pada baris berkode 12 meter maka visus
penderita adalah 6/15
 Pemeriksaan visus dengan hitung jari

j. Jika huruf terbesar pada kartu Snellen tidak dapat dibaca, maka mintalah penderita untuk
menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter, bila penderita dapat menghitung jari
pemeriksa, pemeriksa mundur tiap 1 meter sampai penderita tidak dapat mengenali jumlah
jari pemeriksa. Jarak terjauh yang dapat dilihat penderita adalah visus penderita. Misal
penderita dapat mengenali jumlah jari pemeriksa pada jarak 3 meter, maka visusnya adalah
3/60 artinya orang penglihatan normal (emetropia) dapat mengenali jari pemeriksa pada
jarak 60 meter tapi penderita hanya 3 meter

 Pemeriksaan visus dengan lambaian tangan

k. Bila penderita tidak dapat menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter, lakukan
pemeriksaan dengan lambaian tangan. Pemeriksa melambaikan tangan didepan penderita
dan minta penderita untuk mengatakan arah lambaian tangan (atas/bawah atau kanan/kiri).
Jika penderita dapat melihat lambaian tangan pemeriksa maka visusnya 1/300 atau hand
movement (HM), artinya orang penglihatan normal (emetropia) dapat melihat lambaian
tangan pada jarak 300 meter tapi penderita hanya 1 meter

 Pemeriksaan visus dengan sinar senter

l. Bila penderita tidak melihat lambaian tangan pemeriksa maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan lampu senter. Nyalakan lampu senter didepan mata yang diperiksa dan mintalah
penderita menyebutkan apakah senter menyala atau mati dan arah sinar lampu senter
berasal (proyeksi sinar). Jika penderita dapat melihat sinar lampu senter maka visusnya 1/~
atau light perception (LP), artinya orang penglihatan normal (emetropia) dapat melihat sinar
pada jarak tak terhingga tapi penderita hanya 1 meter. Bila penderita tidak dapat
menyebutkan asal sinar lampu senter dengan benar berarti proyeksi sinarnya jelek atau bad.
m. Pemeriksaan persepsi warna dikerjakan dengan menutup salah mata dengan tangan,
kemudian mata yang diperiksa disinari dengan sinar merah dan hijau secara bergantian.
Penderita diminta menyebutkan warna sinar yang dilihatnya. Bila penderita tidak dapat
menyebutkan warna sinarnya dengan benar berarti persepsi warnanya jelek atau bad.
n. Bila penderita tidak dapat melihat sinar lampu senter maka visusnya nol atau no light
perception (NLP)
o. Lakukan pemeriksaan diatas pada mata kiri.

 Pinhole

Tujuan
Untuk mengetahui apakah tajam penglihatan turun akibat kelainan refraksi atau kelainan
media refrakta atau kelainan saraf optik
Dasar
Penglihatan kabur akibat kelainan refraksi disebabkan oleh karena banyaknya berkas sinar
tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina dengan membentuk bayangan yang
tidak terfokus tajam. Dengan melihat melalui lubang kecil akan mengurangi berkas sinar tak
terfokus yang mencapai retina, sehingga akan terbentuk bayangan yang lebih tajam.
 Alat
- Lempeng pinhole
- Bingkai kacamata (frame)
- Kartu Snellen
 Teknik
- Pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter
- Salah satu mata ditutup
- Pasien diminta membaca huruf/angka terkecil yang masih dapat dilihat
- Pada mata yang diperiksa dipasang lempeng pinhole
- Pasien disuruh membaca huruf/angka sampai baris terakhir yang masih dapat dibaca
 Interpretasi
- Bila dapat membaca huruf yang lebih kecil daripada huruf sebelum dipasang pinhole,
berarti terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi penuh
- Bila tidak ada perbaikan tajam penglihatan setelah dipasang pinhole, berarti terdapat
kelainan media refrakta atau saraf optic
 Jarak dekat
Tujuan Untuk mengukur ketajaman penglihatan dekat dengan menggunakan lensa coba
sferis positif Alat :
- Lensa sferis positif
- Bingkai kacamata coba
- Kartu Jaeger
Pemeriksaan refraksi untuk penglihatan dekat
a. Penderita membaca kartu jaeger pada jarak 33 cm didepan mata
b. Pasanglah lensa coba sesuai ukuran kacamata saat melihat jauh 6 meter bila penderita
sudah mempunyai kacamata sebelumnya
c. Pasanglah lensa coba sferis positif sesuai usia penderita didepan kacamata jauh
d. Penderita diminta membaca kartu jaeger sampai baris paling kecil hurufnya. Apakah
penderita dapat membaca ? adakah rasa pusing atau distorsi ?
e. Ukurlah jarak kedua pupil dengan penggaris saat penderita melihat jauh kedepan.
Hasilnya dikurangi 2 mm.
f. Buatlah resep kacamata baca sesuai dengan hasil pemeriksaan refraksi
2) Pemeriksaan segmen anterior
3) Tonometri (tidak dilakukan jika ada defek epitel)
4) Pemeriksaan segmen posterior dengan funduskopi
Pemeriksaan untuk mengetahui Tekanan Intraokular dilakukan 2 cara :
1) Palpasi

Dilakukan dengan meminta pasien untuk melihat kebawah tapi jangan menutup
matanya. Lalu tempatkan 2 ujung jari pemeriksa pada kelopak mata atas pasien yang
tertutup. Usahakan ujung kedua jari yang mempalpasi mata pasien selalu bersentuhan .
Lalu tekan/pijit-pijit kecil atau seperti meratakan kornea. Rasakan ada tidaknya fluktuasi.
Lakukan pada kedua sisi mata. TIO yang sangat tinggi dapat dideteksi menggunakan ujung
jari pemeriksa.
Semakin banyak kekuatan yang diperlukan untuk meratakan kornea pasien, yang
artinya semakin tinggi juga tekanan mata pasien. Mata yang normal akan teraba seperti
tomat yang baru matang (tidak padat dan tidak begitu lunak.) lalu wajib membandingkan
dengan sisi mata sebelahnya. Jika ada kelainan pada salah satu sisinya, akan sangat
terasa.

2) Tonometri
Merupakan tes TIO dengan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan metode palpasi.
a) Tonometer Schiotz
 Sebelum memeriksa cuci tangan terlebih dahulu
 Posisi pasien tidur terlentang. Posisi pemeriksa berdiri di belakang kepala pasien
dengan tangan sejajar pada kepala pasien.
 Beri obat anestesi local, tunggu 30 detik
 Minta pasien untuk melihat benda diam di atas matanya.
 Lalu fiksasi kelopak mata pasien agar terbuka dengan dua jari pemeriksa. Tangan
lainnya pegang tonometer di antara ibu jari dan jari telunjuk dan letakkan pendorong
di tengah kornea.
 Biarkan disk turun ke permukaan kornea
 Baca skala dengan teliti.  catat
 Bersingkan Kembali kepala tonometer dan lakukan hal yang sama pada sisi satunya.

b) Tonometer non kontak


Prinsip Pemeriksaan ini dengan alat, dengan
menghembuskan udara ke kornea sehingga
menghindari kontak dengan mata. Pemeriksaan
TIO dengan cara posisikan tonometer non kontak
sejajar dengan kornea penderita. Lalu penderita
dalan posisi duduk dan dagu diletakkan pada
penopang di alatnya. Lali tiupkan udara pada mata
dalam waktu yang singkat lalu tonometer akan
mencatat sendiri hasilnya.

Hasil pasien di scenario dengan test TIO palpasi : Mata kanan N ; mata kiri N ++
Interpretasi : tekanan bola mata N, N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan
tekanan lebih tinggi / lebih rendah dari normal.

Pemeriksaan Tambahan :
1) Uji Fluoresein
2) Uji Keratoskop (plasidoskop)
3) Uji sensibilitas kornea
4) Uji Fistel dan Uji Seidel

Sumber : Buku skill KK 3

7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario diatas?


a. Perbedaan gambar glaukoma akut sudut terbuka dan tertutup
Jawab :
OS : konjungtivitis virus
OD : Glaucoma close angle
8. Bagaimana tatalaksana dan edukasi yg dapat diberikan pada kasus di scenario, serta apa
alasan untuk merujuk ke dokter spesialis mata?
Jawab :
 OS  Konjungtivitis viral

Etiologi

- Adenovirus tipe 3,4, dan 7

Tata laksana : Suportif  dapat sembuh sendiri


~ kompres,
~ artificial tear : 4x10/hari
~ gejala sistemik
- Herpetic
Tata laksana : artificial tear, dan gejala sistemik, antiviral.
 asiklovir oral 400mg/hari virus herpes simpleks dan 800mg/hari untuk herpes zoster
selama 7-10 hari

Kontraindikasi : kortikosteroid topical saja (keratitis herpes simpleks epithelial)


Pelayanan Kesehatan Primer
Pencegahan :
Konjungtivitis virus sangat menular dengan risiko transmisi sekitar 10%-50%. Virus
menyebar melalui jari tangan yang tercemar, peralatan medis, air kolam renang, atau barang
-barang pribadi. Masa inkubasi diperkirakan 5-12 hari dan menular hingga 10-14 hari. Pada
95% kasus, aktivitas replikasi virus terlihat sepuluh hari setelah gejala timbul dan hanya 5%
kasus yang tampak pada hari ke-16 setelah gejala muncul. Berikut beberapa pencegahan
dari konjungtivitis virus :
- cuci tangan

- desinfeksi peralatan medis

- isolasi  kontak langsung dan tidak langsung

- meningkatkan daya tahan tubuh

- menghindari bersentuhan dengan sekret atau air mata pasien

- Penggunaan kaca mata hitam bertujuan mengurangi fotofobia

OD  Glaucoma

Obat topical :

Analog prostaglandin  Mengurangi TIO sebesar 25% -33%. Dosis biasa dalam sehari sekali.
Efek sampingnya antara lain pemanjangan bulu mata, pigmentasi kelopak mata/iris,
eksaserbasi uveitis/infeksi herpes, dan edema makula sistoid. Ini lebih disukai sebagai
terapi awal.
 Latanoprost
 Travoprost
 Bimatoprost
 Tafluprost
 Latanoprostene Bunod- Molekul penyumbang ini memiliki sifat penyumbang oksida
nitrat.
Agen adrenergik: Mengurangi TIO sebesar 20% -25%. Brimonidine dapat menyebabkan
blepharoconjunctivitis alergi dan apnea/lesu/bradikardia pada anak-anak.
 Brimonidin
 Apraklonidin
Beta-blocker: Mengurangi TIO sebesar 20%-25%. Beta-blocker non-selektif harus dihindari
pada penyakit paru obstruktif kronik dan asma. Kontraindikasi lain termasuk blok jantung,
hipotensi, dan bradikardia.
 Non-selektif  Timolol
 Selektif  Betaxolol
Inhibitor karbonat anhidrase: Mengurangi TIO sebesar 15%-20%.
 Dorzolamide
 Brinzolamid
Agen kolinergik/parasimpatomimetik: Mengurangi TIO sebesar 20%-25%.
 Pilokarpin

Obat sistemik
 Ini digunakan pada peningkatan TIO akut atau ketika obat topikal tidak dapat
ditoleransi.

Penghambat karbonat anhidrase:


 Asetazolamid
Agen osmotik
 manitol
 Gliserin

Indikasi untuk penatalaksanaan bedah glaukoma adalah


 TIO di atas target tekanan atau perkembangan bidang visual dan perubahan diskus
optikus meskipun kepatuhannya baik dan pengobatan glaukoma dapat ditoleransi
secara maksimal
 Untuk menghindari obat tetes glaukoma yang berlebihan
 Hambatan signifikan terhadap penggunaan pengobatan yang efektif dan teratur
termasuk biaya, kepatuhan, cacat fisik, ketidaknyamanan, efek samping, psikososial
 Terapi primer untuk glaukoma stadium lanjut yang memerlukan target TIO yang
sangat rendah
 Preferensi pasien dibandingkan pilihan lain
Pilihan bedah meliputi

a. Trabekulektomi  Tingkat keberhasilan dapat bervariasi antara 31-88%. Tingkat


keberhasilan meningkat dengan penggunaan mitomycin C atau 5-fluorouracil. Namun
agen-agen ini meningkatkan risiko kebocoran bleb yang terjadi lambat, hipotoni, dan
infeksi terkait bleb.
b. Perangkat drainase glaucoma Molteno, Baerveldt, Ahmed.

Operasi glaukoma non-penetrasi:


 Sklerektomi dalam
 Viskokanalostomi
 Kanaloplasti
(Ibinson and Ferguson, 2010)

9. Bagaimana Komplikasi pada kasus di scenario ?


Jawab :
a. Konjungtivitis
Komplikasi konjungtivitis akut jarang terjadi. Namun, pasien yang tidak
menunjukkan perbaikan dalam 5 hingga 7 hari harus dirujuk ke dokter mata untuk
evaluasi lebih lanjut. Pasien dengan konjungtivitis HZV mempunyai risiko komplikasi
tertinggi. Sekitar 38,2% pasien HZV mengalami komplikasi kornea, dan 19,1% mengalami
uveitis; pasien-pasien ini harus selalu menemui dokter mata untuk evaluasi ulang yang
cermat. Pasien dengan N gonorrhoeae juga berisiko tinggi terkena keterlibatan kornea
dan perforasi kornea sekunder dan harus ditangani dengan tepat.
b. Glaukoma akut sudut tertutup
Jika glaukoma sudut tertutup akut tidak terdeteksi dan diobati pada tahap awal,
hal ini dapat menyebabkan hilangnya penglihatan sementara atau kebutaan permanan.
Hilangnya penglihatan tepi, diikuti hilangnya penglihatan sentral. Terdapat peningkatan
TIO yang signifikan pada pasien dengan iridotomi paten perifer dan bilik mata depan
yang datar. Kondisi ini disebut glaukoma maligna. Kondisi ini sulit diobati dan semakin
menyebabkan kebutaan.

Sumber :

Hashmi MF, Gurnani B, Benson S. Konjungtivitis. [Diperbarui 2022 Des 6]. Di: StatPearls [Internet].
Pulau Harta Karun (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Januari-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541034/
Khazaeni B, Khazaeni L. Glaukoma Sudut Tertutup Akut. [Diperbarui 2023 2 Januari]. Di: StatPearls
[Internet]. Pulau Harta Karun (FL): Penerbitan StatPearls; 2023 Januari-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430857/

Frings, A., Geerling, G. and Schargus, M. (2017) ‘Rotes Auge - Leitfaden für den Nicht-
Ophthalmologen’, Deutsches Arzteblatt International, 114(17), pp. 302–312. doi:
10.3238/arztebl.2017.0302.
Ibinson, J. W. and Ferguson, L. H. (2010) ‘Glaucoma, Open-Angle’, in Essence of Anesthesia
Practice E-Book. Elsevier, p. 161. doi: 10.1016/B978-1-4377-1720-4.00143-6.
Sherwood, L. (2019) Human Physiology: From cells to systems, 9th revised ed., The Neuroscientist.
Unissula, L. A. (2019) ‘DIKTAT SISTEM SARAF INDERA 2021.pdf’.
Weinreb, R. N., Aung, T. and Medeiros, F. A. (2014) ‘The pathophysiology and treatment of
glaucoma: A review’, JAMA. American Medical Association, pp. 1901–1911. doi:
10.1001/jama.2014.3192.

Anda mungkin juga menyukai