Anda di halaman 1dari 131

Tugas tambahan

Disusun oleh:

Argunmas I4061191036
Dwi Wahyuningsih I4061191020
Arif Padillah I4061191002
Vini Apriyanti I4061192031
Puji Astuti I4061212010
Muthi'ah Azzahra I4061192075
Herwandi I4061191006
Kartika Nurul Fatmi I4061192055
Ledi Rati Nurcahyani Sulistyawati I4061172052
Ullya Aisyafitri I4061191033
Utin Isnanda BesariI4061202042
Rita Noviana I4061192007

PEMBIMBING :
dr. Liesa Zulhidya, Sp.M
LITHIASIS
Lithiasis

Definisi

Lithiasis mata/concretions/conjunctival
lithiasis adalah terjadinya deposit
kristalin berwarna putih sampai
kekuningan yang terdapat di konjungtiva
tarsal dan forniks. Umumnya lithiasis
mata dialami oleh orang berusia lanjut
dan diikutikonjungtivitis. Lithiasis mata
yang berkelompok terkadang timbul di
palpebra (konjungtiva tarsal).
Lithiasis konjungtiva tarsal superior

Bruce A, Loughnan M. Anterior eye disease and therapeutics A-Z.2ndedition. Australia: Elsevier; 2011.p.56-9.
Rapuano CJ. Color Atlas & synopsis of clinical ophthalmology Wills Eye Institute. 1stedition. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2012.p.77.
Lithiasis
Patofisiologi
Terjadinya hipertrofi papiler dari epitel konjungtiva menyebabkan permukaan epitel berkelok-
kelok sehingga terjadi penggumpalan hasil metabolisme dari epitel. Hasil histopatologi
menunjukkan adanya epithelial inclusion cystyang berisi musin, epitel, dan debris keratin (salah
satu protein yang berasal dari rambut atau kulit) yang kemudian dapat terjadi kalsifikasi. Setelah
kalsifikasi,kista pada konjungtiva mengeras dan membentuk lithiasis pada mata.

Bruce A, Loughnan M. Anterior eye disease and therapeutics A-Z.2ndedition. Australia: Elsevier; 2011.p.56-9.
Rapuano CJ. Color Atlas & synopsis of clinical ophthalmology Wills Eye Institute. 1stedition. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2012.p.77.
Lithiasis
Gejala Klinis

• Lithiasis mata biasanya asimptomatik.


• Lithiasis mata menjadi simptomatik saat terjadi erosi dan membuat rasa mengganjal pada
mata seolah-olah ada benda asing di dalam mata(jarang).
• Selain itu lithiasis mata dapat mengakibatkan lakrimasi berlebihan karena terjadinya
gesekan pada permukaan kornea.
• Gambaran Lithiasis pada mata berbatas tegas, berwarna putih sampai kekuningan,
terdapat di konjungtiva forniks inferior atau di palpebra, dan berukuran kecil dengan diameter
antara 1 mm sampai 3 mm. Lithiasis mata yang berukuran kecil biasanya datar sedangkan
yang berukuran besar timbul ke atas.

Bruce A, Loughnan M. Anterior eye disease and therapeutics A-Z.2ndedition. Australia: Elsevier; 2011.p.56-9.
Rapuano CJ. Color Atlas & synopsis of clinical ophthalmology Wills Eye Institute. 1stedition. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2012.p.77.
Lithiasis

Faktor resiko

 Konjungtivitis berulang, kerato konjungtivitis, degenerasi post trauma dan


paling banyak terjadi pada orang lanjut usiaakibat proses degeneratif.

Komplikasi

 Iritasi permukaan mata,abrasi kornea dan inflamasi kelenjar Meibom.

Bruce A, Loughnan M. Anterior eye disease and therapeutics A-Z.2ndedition. Australia: Elsevier; 2011.p.56-9.
Rapuano CJ. Color Atlas & synopsis of clinical ophthalmology Wills Eye Institute. 1stedition. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2012.p.77.
Lithiasis

Tatalaksana
 Jika ringan, air mata buatan dapat diberikan sebagai lubrikan
permukaan mata untuk mengurangi rasa mengganjal pada mata.
Jika berat, maka ekstraksi lithiasis dapat dilakukan untuk
mengangkat lithiasis yang mengganggu meskipun lithiasis mata
sering kambuh kembali. Ekstraksi dapat dilakukan dengan
memberikan anastesi topikal, jarum suntik hipodermik, dan slit lamp
bio microscope sebagai panduan. Berikan antibiotik topikal setelah
melakukan ekstraksi.

Bruce A, Loughnan M. Anterior eye disease and therapeutics A-Z.2ndedition. Australia: Elsevier; 2011.p.56-9.
Rapuano CJ. Color Atlas & synopsis of clinical ophthalmology Wills Eye Institute. 1stedition. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2012.p.77.
PERBEDAAN
HORDEOLUM & KALAZION
Perbedaan Hordeolum dan Kalazion
Hordeolum Kalazion
Definisi Inflamasi akut kel. Meibom, zeis, atau Lesi inflamasi pada kelopak mata
moll di kelopak mata akibat infeksi S. karena sumbatan kel,. Meibom
aureus (paling sering)

Manfes Nyeri, kemerahan, pembengkakan di Diawali inflamasi pada kelopak


kelopak mata mata, setelah inflamasi mereda
Eksterna (menonjol ke arah kulit/luar) dapat terbentuk lesi berbatas tegas
Interna (menonjol ke arah tidak nyeri
konjungtiva)

Diagnosis Pemeriksaan klinis Perlu biopsi untuk menyingkirkan


DD : blefaritis marginalis, kalazion, dari karsinoma
selulitis dll

Tatalaksana Kompres hangat, antibiotik, insisi Kompres hangat, insisi dan kuretase

Buku Ajar Oftalmologi FK UI. 2020


Perbedaan Hordeolum dan Kalazion
Hordeolum Kalazion

https://eyewiki.aao.org/File:Marcus_Marcet_Eyewiki_external_hordeolum_stye.jpg
https://www.semanticscholar.org/paper/Trichilemmal-Cyst-of-the-Eyelid%3A-Masquerading-as-Meena-Mittal/f4236c2074a216c88ceda3b0378bab6848882d17
PERBEDAAN PTERIGIUM,
PSEUDOPTERIGIUM & PINGUEKULA
Pterigium
Pterigium merupakan kelainan klinis berupa jaringan fibrovascular berbentuk
segitiga pada limbus kornea. Jaringan pterygium merupakan jaringan ikat
fibroblast dan pembuluh darah yang berproliferasi dari limbus dan tumbuh ke
arah kornea.

Penyebab: pajanan ultraviolet kronik, iritasi kronik dan cuaca yang kering
serta berdebu dapat menyebabkan inflamasi kronik yang akan merusak
jaringan konjungtiva dan menimbulkan pterygium.

Manifestasi Klinis: mata merah berulang, yang disertai iritasi pada permukaan
mata, rasa mengganjal, berpasir, perih, penglihatan tidak menurun kecuali
sudah menutupi sebagian besar pupil.

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan PenerbitFKUI.2017


Klasifikasi:
1. Derajat 1: terbatas pada limbus
2. Derajat 2: sudah melewati limbus kornea, tetapi tidak lebih
dari 2 mm melewati kornea
3. Derajat 3: sudah melewati derajat 2, tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal
4. Derajat 4: tumbuh melewati pupil

Tatalaksana:
- Artificial tears
- Obat anti inflamasi non steroid topical 4 kali sehari satu tetes
- Tindakan bedah
- Edukasi mengurangi pajanan sinar matahari

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan PenerbitFKUI.2017


Pseudopterogium

 Pseudopterogiumperlekatan konjungtiva dengan kornea perifer


 Perlekatan yang cenderung tidak kuat Memiliki sisi yang lebar pada
kornea
 Letak pseudopterigium tidak harus pada celah kelopak atau fisura
palpebra, dan dapat terjadi di berbagai kuadran
 Pseudopterigium dapat terjadi akibat ulkus kornea perifer dan
inflamasi permukaan okular seperti konjungtivitis sikatriks, luka bakar
kimia, iritasi mekanis kronis akibat pergerakan lensa kontak.
 Tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan kecuali bila sangat
mengganggu visus atau alas an kosmetik

Columbia University, Ophtalmology


Pinguekula

Pinguekula adalah kondisi umum pada konjungtiva yang biasanya terjadi pada
konjungtiva bulbi anterior bagian temporal, akibat efek ultraviolet.
Pinguekulitis terjadi apabila pinguekula mengalami peradangan, sehingga
terjadi vaskularisasi, merah dan iritasi.

Manifestasi Klinis: pinguekula berbentuk penebalan yang meninggi dan


berwarna putih hingga kuning, yang tumbuh di bagian horizontal konjungtiva
bulbi di area fisura palpebra, yang dapat menginvasi limbus.

Tatalaksana:
- Steroid lemah topikal
- Eksisi
- Edukasi mengurangi pajanan sinar matahari

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan PenerbitFKUI.2017


Per Pterigium Pinguekula Pseudopterigium
Definisi Jaringan fibrovaskular Nodul yang tumbuh Perlengketan
yang meluas dari meninggu tanpa meluas konjungtiva bulbi
konjungtiva ke kornea ke kornea dengan kornea yang
defek
Letak Fissura palpebra Fissura palpebra Dapat terjadi di sisi
terutama di bagian terutama di bagian manapun tergantung
nasal nasal dari daerah yang
terkena defek
Vsisu Dapat mengganggu visus Tidak mengganggu visus Dapat mengganggu visus

Progresivitas Progresif,regresif, Stasioner Stasioner


stasioner
Pemeriksaan Probe testtida bisa - Probe test  jaringan
melepaskan jaringan dapat terlepas dari
perlekatan
Tatalaksana - Artificial tears - Steroid lemah -Tatalaksana etiologi
- NSAID topical 4 kali topikal
sehari satu tetes - Eksisi
- Eksisi - Edukasi
- Mengurangi mengurangi
pajanan sinar pajanan sinar
matahari matahari
RETINITIS PIGMENTOSA
Retina

 Retina adalah jaringan bola


mata yang meluas dari optic disk
ke ora serrata yang sensitif
terhadap cahaya
 Berfungsi mengubah cahaya
menjadi sinyal listrik yang
dihantarkan di sepanjang saraf
optik ke otak untuk fungsi
melihat.

Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2004
Retina

 Retina memiliki dua lapisan utama


 yang tipis disebut epitel pigmen
 yang lebih tebal disebut retina saraf
 Retina saraf mengandung jutaan sel yang disebut
fotoreseptor; sel-sel ini mengubah cahaya
menjadi sinyal listrik yang dihantarkan ke otak.
 Dua jenis fotoreseptor retina, yaitu sel kerucut
dan sel batang.
 Sel kerucut berperan untuk mengenali warna
dan membaca
 Sel batang banyak didapatkan di daerah retina
perifer dan berperan untuk melihat dalam
pencahayaan kurang dan penglihatan perifer.

The Royal College of Ophthalmologists and Royal National Institute of Blind People. Understanding retinitis pigmentosa. 2014
Retinitis Pigmentosa

 Retinitis pigmentosa (RP)


merupakan jenis kebutaan
karena penyakit retina
herediter yang menampilkan
degenerasi fotoreseptor
batang dan kerucut
 Pada pasien RP, degenerasi sel
fotoreseptor terjadi secara
bertahap menyebabkan
hilangnya penglihatan secara
progresif serta menyebabkan
atrofi beberapa lapisan retina.

Hartong DT, Berson EL, Dryja TP. Retinitis pigmentosa. Lancet. 2006 Nov 18;368(9549):1795-809
Hamel C. Retinitis pigmentosa. Orphanet J Rare Diseases. 2006;1:40
Retinitis Pigmentosa

 Early stage
 Kebutaan pada malam hari/rabun senja (nyctalopia) ringan
 Mid stage
 Nyctalopia lebih jelas (sulit mengemudi pada malam hari)
 Hilang lapang pandang perifer dalam kondisi cahaya (sering menabrak bila berjalan)
 Fotofobik, terutama jika ada cahaya difus (kesulitan membaca)
 Funduskopi didapatkan deposit pigmen berbentuk bone spicule, Bersama dengan atrofi
retina
 End stage
 Hilang lapang pandang perifer (pengelihatan seperti terowongan)
 Fotofobia sangat intens
 Funduskopi didapatkan deposit pigmen yang tersebar luas mecapai area makula

Hamel C. Retinitis pigmentosa. Orphanet J Rare Diseases. 2006;1:40


Retinitis Pigmentosa

Early stage Mid stage End stage

Pengelihatan pada retinitis


Penglihatan Normal
pigmentosa
Hamel C. Retinitis pigmentosa. Orphanet J Rare Diseases. 2006;1:40
Retinitis Pigmentosa

Faktor Resiko
1. Retinitis pigmentosa dapat terjadi karena kelainan genetik autosomal dominant (AD), autosomal
recessive (AR), atau X-Linked recessive (XL).

2. Kematian sel fotoreseptor (sebagian besar adalah fotoreseptor sel batang/rod).


3. Defek molekuler (molecular defects) pada lebih dari seratus gen yang berbeda.

Simon C, Everitt H, Kendrick T. Oxford Handbook of General Practice. Second Edition. Oxford University Press. 2006. p. 945.
Retinitis Pigmentosa

Komplikasi
• Cataract
 Posterior central subcapsular cataract with a clear nucleus
• Macular edema
 Causing a decrease in the visual acuity
• Inflammatory reactions
 Occur frequently in the vitreous and are often associated with macular edema
 Some cases present with large exsudates in the peripheral retina (pseudo Coats) that
leads to retinal detachment and rapid evolution towards blindness.

Octavia SA, Himayani R. Diagnosa dan tatalaksana retinitis pigmentosa: Studi kasus. Majority 2017;6(3):75-80
American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical science course. Ch. 12. Retina and vitreous. San Fransisco: AAO. 2016 – 2017
Bersin EL, Rosner B, Sandberg MA. Clinical trial of docosahexaenoic acid in patients with retinitis pigmentosa receiving vitamin A treatment. Arch Ophthalmol. 2004;122:1297–305
Jia YP, Sun L, Yu HS. The pharmacological effects of lutein and zeaxanthin on visual disorders and cognition diseases. Molecules. 2017;22:610
Retinitis Pigmentosa

Terapi
 Sampai saat ini belum ada pengobatan yang terbukti efektif. Farmakoterapi
bertujuan mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi.
 Vitamin A, Docosahexaenoic acid (DHA), Lutein / Zeaxanthin.

Octavia SA, Himayani R. Diagnosa dan tatalaksana retinitis pigmentosa: Studi kasus. Majority 2017;6(3):75-80
American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical science course. Ch. 12. Retina and vitreous. San Fransisco: AAO. 2016 – 2017
Bersin EL, Rosner B, Sandberg MA. Clinical trial of docosahexaenoic acid in patients with retinitis pigmentosa receiving vitamin A treatment. Arch Ophthalmol. 2004;122:1297–305
Jia YP, Sun L, Yu HS. The pharmacological effects of lutein and zeaxanthin on visual disorders and cognition diseases. Molecules. 2017;22:610
SISTEM LAKRIMAL
Sistem lakrimal
Sistem lakrimal

Sistem lakrimal adalah sistem pembasahan mata, mulai dari diproduksi


hingga pembuangan. pH Air mata: ± 7
Sistem sekresi
1. Kelenjar lakrimal utama
 Memproduksi 95% dari total air mata
 Letak di fossa glandulae lacrimalis os temporal

2. Kelenjar lakrimal tambahan


 Kel. Krause & Kel. Wolfring
 Memproduksi 5% dari total air mata
 Letak di fornix superior
 Bertanggung jawab saat tidur
Sistem sekresi

3. kelenjar Meibom
 Letak: di tarsus bawah konjungtiva palpebra bag.profunda

4. kelenjar Zeis
 Letak di batas depan kelopak
 Mrpk modifikasi dr glandula sebasea
Sistem sekresi

5. kelenjar Moll
 Letak di batas depan kelopak
 Mrpk modifikasi dr glandula sudorifera

6. sel goblet, kelenjar Manz, & kripte Henle


 Letak di konjungtiva
 Menghasilkan musin
Sistem ekskresi

 Air mata diproduksi


  mata berkedip  palpebra meratakan, sakus lakrimalis akan
tergencet  timbul tekanan positif
 Mata terbuka  tekanan negatif  air mata terserap melalui
punctum lakrimal  ke kanalikuli superior & inferior  ke sakus
lakrimalis  ke duktus nasolakrimalis  ke meatus nasi inferior  ke
nasofaring  ke esofagus & lambung
Lapisan air mata
Terdiri dari 3 lapisan:
1. lipid (lapisan superfisial)
 Dihasilkan kel.Meibom
Fungsi:
 Menghambat penguapan
 Meningkatkan tekanan permukaan
 Melumasi kelopak mata
Lapisan air mata
2. air (lapisan tengah)
 Dihasilkan kelenjar lakrimal utama & tambahan
 Mrpk lapisan paling tebal
Fungsi:
 Memberi oksigen pd permukaan epitel kornea
 Mengandung zat antibakteri (laktoferin, lisozim, betalisin)
 Membentuk permukaan optik yg halus
 Membersihkan debris
Lapisan air mata
3. musin (lapisan dalam)
 Dihasilkan sel goblet, kripte henle, & kel.Manz
Fungsi:
 Mengubah permukaan kornea dari hidrofobik mjd hidrofilik
 Memperhalus permukaan kornea shg air dapat menempel
Faktor-faktor pelapisan ulang air mata
 Refleks mengedip
 Harmonisasi permukaan mata luar & kelopak mata
 Epitel yg normal
DRY EYE
Dry eye

Definisi
 Dry Eye/Mata kering adalah kelainan lapisan air mata yang terjadi karena
kekurangan air mata atau penguapan air mata yang berlebihan, sehingga
menyebabkan kerusakan pada permukaan okular interpalpebral dan
berhubungan dengan berbagai gejala yang mencerminkan ketidaknyamanan
okular. 
 Sindrom mata kering, juga dikenal sebagai keratokonjungtivitis sicca (KCS)
yang ditandai dengan peradangan pada permukaan mata dan kelenjar
lakrimal.

Elvira , Victor Nugroho Wijaya. Penyakit Mata Kering. Cermin Dunia Kedokteran;2018.
Dry eye

Gejala klinis
 Gejala utama mata kering adalah kering dan rasa berpasir pada
mata. Gejala tambahan seperti rasa panas atau gatal, sensasi benda
asing, air mata berlebihan, nyeri dan mata kemerahan, dan
fotofobia.
 Dapat diikuti dengan gangguan penglihatan dan memburuk saat
kelembapan rendah dan suhu tinggi.

Elvira , Victor Nugroho Wijaya. Penyakit Mata Kering. Cermin Dunia Kedokteran;2018.
Dry eye

Klasifikasi

Elvira , Victor Nugroho Wijaya. Penyakit Mata Kering. Cermin Dunia Kedokteran;2018.
Dry eye
Diagnosis
 Riwayat pasien dengan kuesioner
 Tear film break-up time dengan
fluoresein
 Pewarnaan permukaan mata
menggunakan fluoresein
 Tes Schirmer
 Pemeriksaan kelopak mata dan
kelenjar meibomian

Elvira , Victor Nugroho Wijaya. Penyakit Mata Kering. Cermin Dunia Kedokteran;2018.
Elvira , Victor Nugroho Wijaya. Penyakit Mata Kering. Cermin Dunia Kedokteran;2018.
KERATOPATI BULOSA
Keratopati bulosa

Lapisan kornea

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
Keratopati bulosa

Keratopati bulosa adalah kelainan kornea yang ditandai adanya bula bula
dipermukaan kornea akibat edema kornea kronis sebagai akibat komplikasi
dari estraksi katarak dan penggantian lensa. Meskipun juga dapat berkembang
sebagai akibat iritasi kronis dari kornea.

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
Keratopati bulosa

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
Keratopati bulosa

Etiologi

 Distrofi endotel
 Distrofi fuchs : kornea gutata sampai terjadi dekompensasi kornea dengan
edema stroma, fibrosis sub epitel dan bula pada epitel kornea.
 Bedah Intraokular
- Bedah katarak : terjadi kerusakan endotel sehinggal sel endotel menghilang
terjadi edema kornea
- Penyebab endotel rusak saat bedah intraokuler : Trauma, irigasi

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
Keratopati bulosa

Bullous keratopathy is characterized by corneal


edema with formation of epithelial bullae. It is
secondary to loss or dysfunction of the corneal
endothelial cells which usually maintain the cornea's
dehydrated state. This patient's edema resulted as a
sequellae of cataract surgery, thus is it called
pseudophakic bullous keratopathy. Note the diffuse
epithelial microcysts with several larger bullae
visible to the left of the slit beam.

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
Keratopati bulosa

Manifestasi Klinik

 Adanya keluhan terasa ada benda asing pada mata


 Berkedip terasa sakit
 Epifora
 Fotofobia
 Visus menurun dikarenakan adanya edema kornea

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
Keratopati bulosa

Pemeriksaan penunjang

 Pengukuran visus
 Tes fluorecein
 Slit Lamp
- Bula didaerah kornea mengalami
edema
- Bula yang mengalami fluktuasi
- Sering ditemuinya adanya lipatan descement berbentuk garis-garis putih
dibawah stroma

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
Keratopati bulosa

Tatalaksana

 Medikamentosa
- Bahan hiperosmotik : Salep NaCL 5% diberikan setiap 3-4x/hari. Pada pasien
dengan edema kornea.
- Obat-obatan sikloplegik : Atropin 0,501% tetes mata diberikan 1 kali sehari
- Lensa kontak khusus ( “bandage lens”)
 Pembedahan
- Keratopati tembus : Jaringan kornea yang rusak akan diganti dengan
jaringan kornea yang masih baik
- Kauterisasi membran bowman : Teknik ini untuk membuat barier antara
stroma dan epitelium agar tidak memproduksi bula.

Melvin I. Roat. MD, FACS, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University Last full review/revision May 2020
HIFEMA
Hifema

Definisi

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik


mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi
akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih.

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Epidemiologi

 Insiden diperkirakan 12 kasus per 100.000 populasi.


 Frekuensi pada laki-laki adalah tiga dari lima kasus lebih sering dari
pada wanita.
 70% terjadi pada anak-anak, usia puncak antara 10 hingga 20 tahun.
 Amerika Serikat, insidennya 17 hingga 20 kasus per 100.000 orang per
tahun.

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema
Klasifikasi

a. Berdasarkan penyebabnya:
1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma
pada segmen anterior bola mata.
2. Hifema akibat tindakan medis (misal: kesalahan prosedur operasi mata).
3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga
pembuluh darah pecah.
4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contoh: juvenile
xanthogranuloma).
5. Hifema akibat neoplasma (contoh: retinoblastoma).

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

b. Berdasarkan waktu terjadinya:


1. Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.
2. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

c. Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade


(Sheppard) :
1. Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
2. Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)
3. Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)
4. Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)
Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Klasifikasi Hifema

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Etiologi

 Trauma
 Iatrogenik (intraoperatif/postoperatif)
 Spontan
-Neoplasma
-Neovaskularisasi
-Hematologi

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Patofisiologi

Trauma tumpul  kompresi bola mata, peregangan


limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa 
TIO meningkat secara akut dengan kerusakan
jaringan pada sudut mata.

Apabila mengalami gaya regang  ruptus dan


pembentukan hifema.

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema
Manifestasi Klinis

Keluhan Subjektif:
 Nyeri pada mata
 Penglihatan menurun
 Penglihatan Ganda

Keluhan Objektif:
 Adanya tumpukan darah pada COA, kadang-kadang ditemukan gangguan visus.
 Adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar),
penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan
disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau somnolen.
 Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan
darah (blood staining)pada kornea, anisokor pupil.
Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema
Diagnosis

a. Anamnesis terlebih dahulu


b. Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus dapat
menurun akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.
c. Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,
glaukoma.
d. Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler.
e. Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal contact,
aqueous flare, dan synechia posterior.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.
g. Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal atau
meningkat ringan.

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Tatalaksana

Terapi suportif:
 Bedrest
 Patching/ proteksi pelindung metal
 Elevasi kepala

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Tatalaksana

Terapi medis:
Aspirin: efek antiplatelet dan pemanjangan bleeding time.
Sikloplegik: stabilisasi barier darah-aqueous, meningkatkan kenyamanan pasien terutama pada
iritis traumatik, dan memfasilitasi evaluasi segmen posterior.
Antifibrinolitik (c/o asam aminokaproat, asam traneksamat) berfungsi melambatkan laju lisis
bekuan.
Fibrinolitik: TPA40 dosis 10 mg injeksi intrakamera, berperan pada bekuan yang stagnan.
Kortikosteroid

Topikal, untuk mencegah terjadinya iritis traumatik dan memberi kenyamanan. Steroid
sistemik lebih disukai, berupa prednison 40 mg/hari dalam dosis terbagi efektif menurunkan
kejadian rebleeding.

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema
Pembedahan:
Pembedahan bila: TIO tidak respon terhadap terapi medis dalam 24 jam, pasien memiliki penyakit
sickle cell atau sickle trait.
Teknik yang dipakai:
 Parasentesis/ pembersihan bilik mata depan dari darah.
 Expression dan pengeluaran bekuan hifema lewat limbus.
 Pemotongan bimanual/ aspirasi hifema yang menggumpal menggunakan probe vitrektomi.

Intervensi bedah lainnya yang diperlukan:


 Iridektomi perifer dan trabekulektomi untuk glaukoma
 Iridektomi perifer dengan atau tanpa trabekulektomi untuk blok pupil.
 Siklodiatermi
 Emulsifikasi dan aspirasi ultrasonik

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Komplikasi

1. Perdarahan sekunder
2. Glaukoma sekunder
3. Hemosiderosis kornea
4. Sinekia Posterior
5. Atrofi optik
6. Uveitis

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Hifema

Prognosis

 Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada KOA.


 Bonam: Hifema dengan darah sedikit dan tanpa glaukoma
 Dubia: Hifema dengan glaukoma

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
CENTRAL SEROUS
CHORIORETINOPATHY
Central serous chorioretinopathy

Definisi

CSC merupakan kondisi dimana neurosensory retina terlepas karena


terjadinya penumpukan cairan serous pada lapisan Retinal pigment
epithelium.

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy

Epidemiologi

 Unilateral
 Usia dewasa muda pada pria
 Usia tua pada perempuan
 Lebih sering terjadi pada pria (6x lipat)

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy

Faktor resiko

 Stres berat
 Kepribadian tipe A  Hipertensi
 Personality narsisistik  Sleep apnea
 Terapi kortikosteroid  Merokok
 Pasca pembedahan vitrektomi  Konsumsi alcohol
 Transplantasi jantung, sumsum tulang  Antihistamin
belakang dan ginjal
 Penyakit asma
 Keadaan yang melibatkan cortisol seperti
 Gastroesophageal reflux (GERD)
penyakit Cushing dan kehamilan

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy

Patofisiologi

 Teori peran koroid dan Retinal Pigment Epithelium


Statis, iskemia, peradangan

Hiperpermeabilitas pembuluh koroid

↑ tekanan hidrostatik jaringan sekitar

RPE lepas dan akumulasi cairan antara retina dan RPE

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy

Gejala

 Mata kabur unilateral


 Metamorfopsia (distorsi penglihatan)
 Mikropsia (gangguan persepsi visual, objek terlihat lebih kecil)
 Diskromatopsia (gangguan persepsi warna) ringan

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy
Tanda

 Visus berkisar 6/9-6/18, meningkat dengan koreksi lensa cembung karena


hypermetropia didapat dari relevasi retina
 Circular grey swelling akibat detachment retina dan macula
 Refleks berbentuk cincin atau “halo” di sekitar swelling

A) Serous retinal detachment; (B) resolving foveal CSR


Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy

Tanda

 Fundus Auto Fluorescence (FAF): satu atau lebih focus RPE menunjukkan
penurunan focus autofluoresensi fundus di lokasi kebocoran

(C) FAF of the same eye as; (D) FAF imaging in the chronic phase showing a gravitational tract below the optic disc

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy

Tanda

 Fluorescein Angiography (FA): titik awal hiperfluoresensi


membesar secara bertahap (noda tinta/ink blot) atau
kumpulan asap/smoke stack) diikuti terlepasnya semua area

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy
Tanda

 Indocyanine Green Angiography (ICG): pembuluh darah koroid melebar sesuai lokasi CSC
 Optical Chorence Tomography (OCT): elevasi neurosensorik yang kosong.

OCT pada pasien dengan CSC ditemukan subretinal fluid dengan pigment epithelial detachment pada kedua mata

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
Central serous chorioretinopathy

Tatalaksana

 80% pasien mengalami resorpsi cairan subretina spontan


 Menghentikan pengobatan kortikosteroid
 Laser dioda (micropulse) ke situs RPE yang bocor menunjukkan hasil yang baik
dibandingkan fotokoagulasi
 Photodynamic Therapy (PDT) dengan verteporin mengindukasi hipoperfusi koroid,
menyempitkan serta remodelling pembuluh darah
 Intravitreal anti-VEGF
 Thermotherapy Transpupillary (TTT) dengan laser diode 810 nm long-pulse low-energy
 Lainnya: Aspirin, beta-blocker, mifepristone, eplerenone

Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9th Ed. Central Serous Chorioretionopathy: China: Elsevier.2020.
MACULAR HOLE
Macular hole

Definisi

 Macular hole merupakan suatu pembukaan atau robekan


seluruh ketebalan retina yang meliputi fovea mata.

Liu, Wu. Grzybowski, A. 2017. Current Management of Traumatic N Macular Hole. Hindawi Publishing Corp. Journal of Ophtamology. Vol 2017.
Macular hole

Faktor resiko

 Usia diatas 55 tahun


 Trauma

Weng, C.Y. Berrocal., A.M. 2014. Traumatic Macular Holes. Retinal Physician Journal. Vol 11:16-19.
Macular hole

Anatomi makula
 Macula lutea (dalam
Bahasa Latin berarti
kuning) adalah area
oval pada kutub
posterior mata.
Macula memilik peran
untuk pusat
penglihatan.
Macular hole

Patofisiologi
Keterangan Gambar:
(A) Diagram fovea normal. Posterior hyaloid yang masih
intak ditandai dengan garis putus-putus.
(B) impending macular hole dengan ruang kistik di dalam
foveal umbo. Terdapat perlepasan perifoveal pada hyaloid
posterior.
(C) Stadium 2 macular hole, dengan terpisahnya atap
kista foveal. Perlepasan ini meluas keluar yang
menimbulka FTMH. (D) Stadum 3 macular hole dijumpai
hyaloid terlepas dari fovea tapi tidak dari diskus optikus.
(E) Stadium 4 macular hole dengan terlepasnya vitreous
posterior secara keseluruahan
Macular hole

Anamnesis
 Metamorphopsia (melihat garis lurus menjadi bengkok atau
bergelombang)
 Melihat benda menjadi lebih besar atau lebih kecil
 Scotoma (adanya bayangan hitam yang menutupi pandangan serta
gangguan pengelihatan lain yang dirasakan pasien)
 Riwayat seperti glaucoma, trauma pada mata, riwayat operasi mata.

Pihos, A.M., Stone, W. 2014. Idiopathic Macular Hole: A Teaching Case Report. Optometric Education. Vol 40:1.
Macular hole

Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaaan visus macular hole beragam dari 20/80 hingga 20/400.

Pihos, A.M., Stone, W. 2014. Idiopathic Macular Hole: A Teaching Case Report. Optometric Education. Vol 40:1.
Macular hole

Pemeriksaan penunjang
 Optical coherence tomography (OCT) merupakan gold standar dalam
diagnosis dan klasifikasi macular hole. OCT dapat menilai mengenai
anatomi, ukuran macular hole, dan adanya traksi pada prosesus
vitreus.

Pihos, A.M., Stone, W. 2014. Idiopathic Macular Hole: A Teaching Case Report. Optometric Education. Vol 40:1.
Macular hole

Tatalaksana
 Vitrektomi: Vitrektomi memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 90%,
peningkatan yang signifikan dalam penglihatan dan kualitas hidup.

Pihos, A.M., Stone, W. 2014. Idiopathic Macular Hole: A Teaching Case Report. Optometric Education. Vol 40:1.
PERBEDAAN INJEKSI KONJUNGTIVA,
SILIARIS, SKLERA, EPISKLERA
Injeksi
 Injeksi adalah pelebaran pembuluh darah  Mata Merah.
VASKULARISASI

 Arteri konjungtiva posterior  Konjungtiva Bulbi.


 Arteri Siliaris anterior memberi cabang Arteri Episklera =
Arteri Sirkular mayor  Iris dan Badan Siliar.
 Arteri Perikornea  Kornea.
 Arteri Episklera  dalam Bola Mata.
Bagian-bagian

Pelebaran pembuluh darah


 Arteri konjungtiva posterior  injeksi konjungtiva.
 Arteri Siliaris anterior  injeksi siliar
 Arteri Episklera  injeksi episklera
Injeksi konjungtival

 Melebarnya Arteri Konjungtiva posterior akibat


pengaruh
 Mekanis.
 Alergi.
 Infeksi.
Sifat injeksi konjungtiva
 Mudah digerakan dari dasarnya→ arteri konjungtiva pos terior melekat
secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari dasar
sklera.
 Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan
didaerah fornik.
 Ukuran pembuluh darah makin besar ke perifer.
 Berwarna merah segar.
 Tetes adrenalin 1:1000  Injeksi hilang sementara.
 Gatal.
 Tidak ada fotofobia .
 Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.
Injeksi siliar
• Melebarnya pembuluh darah perikornea yaitu Arteri Siliar anterior atau
bisa disebut juga sebagai Injeksi Siliar/ perikornea.
• Terjadi akibat :
• Radang kornea.
• Tukak kornea.
• Benda asing di kornea.
• Radang jaringan uvea.
• Glaukoma, Endoftalmitis, Panoftalmitis.
Sifat injeksi siliar
 Berwarna lebih ungu disbanding dengan pelebarann pembuluh darah konjungtiva.
 Pembuluh darah tidak tampak.
 Tidak dapat digerakan pada pergerakan konjungtiva→ karena menempel erat dengan
jaringan perikornea.
 Ukuran sangat halus  paling padat di sekitar kornea dan berkurang ke arah forniks.
 Pemberian epinefrin atau adrenalin 1:1000 pembuluh darah tidak menciut.
 Hanya lakrimasi.
 Fotofobia.
 Sakit pada penkanan sekitar kornea.
 Pupil ireguler kecil (iritis) dan lebar (glaukoma).

Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2007.


Injeksi sklera → terjadi di sklera posterior sampai ora serrata

 Injeksi lebih dalam


 Berwarna merah keunguan dan sering disertai edem sklera
 Riwayat penyakit sistemik lain, trauma, pembedahan pada mata, glaukoma, pajanan
pada iritan/bahan kimia, penggunaan tetes mata, dan riwayat obat-obatan
 Mata berair tanpa sekret, nyeri tekan pada mata
 Penekanan dengan lidi kapas tidak dapat menggerakkan pembuluh darah
 Penetesan fenilefrin 10% tidak mengubah vasodilatasi pembuluh darah sklera.
 Fotofobia.

Andayani G. Retinopati diabetik. Dalam: Sitorus RS, Sitompul R,Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1.
Jakarta:Pusat penerbitan departemen ilmu kesehatan mata Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. 2017.
Cara membedakan injeksi pada mata
Injeksi Injeksi Siliar/ Injeksi
konjungtiva Perikorneal Episklera

 Asal  Arteri Konjungtiva  Arteri Siliar  Arteri Siliar longus


posterior
 Memperdarahi  Konjungtiva bulbi  Kornea segmen  Intraokular
anterior
 Lokalisasi  Konjungtiva  Dasar konjungtiva  Episklera
 Warna  Merah  Ungu  Merah Gelap
 Arah aliran  Ke perifer (limbus)  Ke sentral (kornea)  Ke sentral (kornea)
 Konjungtiva  Ikut bergerak  Tidak bergerak  Tidak ikut bergerak
 Epinefrin 1:1000  Menciut  Tidak menciut  Tidak menciut
 Penyakit  Konjungtiva  Kornea, Iris,  Glaukoma,
Glaukoma Endoftalmitis,
Panoftalmitis
 Sekret  +  -  -
 Penglihatan  Normal  Menurun  Sangat turun
 Injeksi episklera

 Injeksi episklera dan siliar


Gejala tambahan atau gejala bersama dengan keluhan

 Penglihatan normal/menurun.
 Terdapat atau tidak terdapat sekret.
 Disertai fotofobia atau tidak.
 Peningkatan tekanan bola mata.
Gejala tambahan atau gejala bersama dengan keluhan

 Umumnya pada mata merah terdapat beberapa


kemungkinan penyebab, seperti:
 Konjungtivitis akut.
 Iritis akut.
 Keratitis.
 Tukak kornea.
 Skleritis.
 Episkleritis.
 Glaukoma akut.
 Endoftalmitis.
 Panoftalmitis.
LAPISAN RETINA
Lapisan retina
 Retina adalah lembaran transparan tipis jaringan saraf yang melapisi permukaan
dalam 2/3 – 3/4 bagian posterior bola mata, kecuali pada area diskus optic.
 Retina terdiri atas 10 lapisan, dengan lapisan sebelah "dalam" yaitu retina
neurosensorik, dan lapisan sebelah "luar" yaitu lapisan epitel pigmen retina. Lapisan
paling dalam dari retina beraposisi dengan vitreus, sedangkan lapisan paling luar yaitu
epitel pigmen retina, melekat kuat pada koroid. Di antara retina neurosensorik dan
epitel pigmen retina terdapat ruang potensial yang dapat terisi cairan bila terjadi
ablasio retina.

Buku Ajar Oftalmologi FK UI. 2020


Lapisan retina

Berikut adalah ke-10 lapisan retina pada potongan lintang dari luar ke dalam
1. Epitel pigmen retina (RPE, retinal pigment epithelium) dan lamina basal
• Lapisan paling luar dari retina yang bersinggungan dengan lapisan koroid. 
2. Segmen dalam (IS, inner segment) dan segmen luar (OS, outer segmen) sel-sel
fotoreptor. 
3. Membran limitans eksterna (ELM, external limiting membrane)
• Lapisan ini memisahkan segmen dalam dari fotoreseptor dengan nukleusnya.
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor (ONL, outer nuclear/layer)
• Lapisan ini terdiri atas badan sel dari sel-sel batang dan kerucut retina. Pada retina
perifer, jumlah badan sel batang melebihi jumlah sel kerucut. Hal yang sebaliknya
ditemukan pada retina sentral.

Buku Ajar Oftalmologi FK UI. 2020


Lapisan retina

5. Lapisan pleksiform luar (OPL, outer pletiform layer)


• Lapisan ini terdiri dari akson sel kerucut dan batang, dendrit sel horizontal, dan
dendrit sel bipolar.
6. Lapisan inti dalam (INL, inner nuclear layer)
• Lapisan ini terdiri dari nuklei dari sel horizontal, sel bipolar dan sel amakrin. Lapisan
ini lebih tebal pada area sentral dari retina dibandingan area perifer. Pada lapisan
ini ditemukan juga sel penunjang Mϋller.
7. Lapisan pleksiform dalam IPL, inner plexiform layer)
• Lapisan ini terdiri dari sinap-sinap (sambungan) antara dendrit dari sel ganglion dan
sel amakrin dan sel bipolar dari akson.

Buku Ajar Oftalmologi FK UI. 2020


Lapisan retina

8. Lapisan sel ganglion (GCL, ganglion cell layer)


• Lapisan ini terdiri dari nuklei sel ganglion, dan juga mengandung fotoreseptor non-
batang dan non-kerucut, yaitu sel ganglion fotosensitif yang berperan penting dalam
respon refleks pada cahaya terang siang hari.
9. Lapisan serabut saraf (NFL, nerve fiber layer)
• Lapisan ini terdiri dari akson dari sel ganglion yang bersatu menuju ke nervus
optikus.
10.Membran limitan interna (ILM, inner limiting membrane)
• Merupakan perbatasan antara retina danbadan vitreus. Membran limitan interna
dibentuk oleh astrosit dan footplates sel Muller dan lamina basal.

Buku Ajar Oftalmologi FK UI. 2020


Lapisan retina
1. Epitel pigmen retina (RPE, retinal pigment epithelium)
dan lamina basal
2. Segmen dalam (IS, inner segment) dan segmen luar
(OS, outer segmen) sel-sel fotoreptor. 
3. Membran limitans eksterna (ELM, external limiting
membrane)
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor (ONL, outer
nuclear/layer)
5. Lapisan pleksiform luar (OPL, outer pletiform layer)
6. Lapisan inti dalam (INL, inner nuclear layer)
7. Lapisan pleksiform dalam IPL, inner plexiform layer)
8. Lapisan sel ganglion (GCL, ganglion cell layer)
9. Lapisan serabut saraf (NFL, nerve fiber layer)
10. Membran limitan interna (ILM, inner limiting
membrane)

Buku Ajar Oftalmologi FK UI. 2020


ENDOFTALMITIS
Endoftalmitis
DEFINISI
 Endoftalmitis adalah peradangan intraokular yang jarang terjadi namun
mengancam penglihatan. Ini adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan peradangan intraokular yang melibatkan rongga vitreous dan
ruang anterior mata dan dapat melibatkan jaringan mata yang berdekatan
lainnya seperti koroid atau retina, sklera atau kornea.
 Endoftalmitis dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu endoftalmitis
endogen dan eksogen.
1. Endoftalmitis endogen terjadi akibat dari penyebaran hematogen bakteri atau
jamur ke dalam mata.
2. Endoftalmitis eksogen disebabkan oleh patogen melalui mekanisme seperti
operasi mata, trauma terbuka, dan suntikan intravitreal.
Endoftalmitis
ETIOLOGI
 Endoftalmitis Eksogen Pada endoftalmitis eksogen organisme yang
menginfeksi mata berasal dari lingkungan luar. Endoftalmitis eksogen dibagi
menjadi :
1. Endoftalmitis Kronis Pasca Operasi Endoftalmitis→ terjadi 6 minggu - 2
tahun setelah operasi→ Jamur: candida dan aspergilus & bakteri:
Propionibacterium acnes
2. Endoftalmitis Akut Pasca Operasi→ terjadi 1 - 42 hari setelah operasi
→bakteri Gram positif (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus,
Streptococcus sp), dan bakteri Gram negatif (Pseudomonas, Proteus,
Escherichia coli, dan Miscellaneous (Serratia, Klebsiella, Bacillus).
3. Endoftalmitis Pasca Trauma→ gram positif dan 10-15% adalah gram negatif,
jamur: Fusarium dan Aspergilus.
Endoftalmitis
ETIOLOGI

 Endoftalmitis endogen→ disebarkan melalui aliran darah.

1. Bakteri gram positif → Streptococcus Sp (endokarditis), Staphylococcus aureus


(infeksi kulit), dan species Bacillus (dari penggunaan obat intravena)

2. Bakteri Gram negatif → Neisseria meningitidis, Haemophilus influenza,


Neisseria gonorrhoe, dan bakteri enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiella.

3. Jamur → candida (penyebab terbanyak), aspergillus dan cocidioides.


Endoftalmitis
FAKTOR RISIKO
Endoftalmitis
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
 Riwayat operasi / trauma pada bola mata
 Keluhan mata merah
 Visus ↓↓↓
 Fotofobia
 Bengkak dan terasa nyeri
 Infeksi kornea yang memburuk
 Pada pasien pasca operasi intraokular:
 Akut: gejala ditemukan 1-14 hari post op
 Delayed (lambat/kronis): setelah lebih dari 6 minggu

Sjamsoe S. Endoftalmitis. Dalam: Sitorus RS, Sitompul R,Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2017
Endoftalmitis
MANIFESTASI KLINIS
Pemeriksaan segmen anterior
 Edema palpebra
 Hiperemia konjungtiva dengan kemosis serta eksudat
 Edema palpebra
 Fibrin dan hipopion di segmen anterior
 Luka operasi yang buruk (ex: jahitan longgar, wound gap, kebocoran luka
operasi, blebitis)
 Pada endoftalmitis tipe delayed dapat ditemukan plak putih pada lensa lensa
intraokular

Sjamsoe S. Endoftalmitis. Dalam: Sitorus RS, Sitompul R,Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2017
Endoftalmitis
MANIFESTASI KLINIS
Endoftalmitis
MANIFESTASI KLINIS

Pemeriksaan TIO

 Tekanan Intraokuler tinggi

Pemeriksaan Funduskopi

 Refleks fundus menghilang

 Tampak reaksi inflamasi di vitreus berupa sel dan flare

 Perubahan warna hijau kekuningan pada vitreous yang kadang-kadang disebut


sebagai abses vitreous

Sjamsoe S. Endoftalmitis. Dalam: Sitorus RS, Sitompul R,Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2017
Endoftalmitis
MANIFESTASI KLINIS
Endoftalmitis
EPIDEMIOLOGI

 Angka kejadian endoftalmitis yaitu berkisar 5 dari 10.000 pasien yang


dirawat.

 Di Amerika angka kejadian endoftalmitis post operasi katarak yaitu berkisar


0,1 – 0,3 %.

 Angka kejadian endoftalmitis akibat trauma sebesar 4-13%

Endophthalmitis, a review of current evaluation and management. Lemley et al. Retina 27:662-680, 2007.
Endoftalmitis
PATOFISIOLOGI

 Sawar darah mata (blood-ocular barrier) memberikan ketahanan alami


terhadap serangan dari mikroorganisme

 Dalam endopthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus


sawar darah mata baik oleh invasi langsung (misalnya: emboli septik)

 Atau oleh perubahan dalam endothelium vaskular yang disebabkan oleh


substrat yang dilepaskan selama infeksi

 Kerusakan jaringan intraocular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh
mikroorganisme dan/ atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan
Endoftalmitis
PATOFISIOLOGI
Endoftalmitis
DIAGNOSIS

Diagnosis klinis ini biasanya ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan

hipopion.
Endoftalmitis
Anamnesis

 Faktor risiko endoftalmitis

 Riwayat penyakit sistemik

Pemeriksaan fisik

 Sesuai dengan gejala klinis pasien

Pemeriksaan penunjang

 Pewarnaan Gram dan kultur vitreous humor

 Endoftalmos endogen: Complete blood count, erythrocyte sedimentation rate, ureum kreatinin

 USG mata

 USG jantung (endocarditis)

Chest X-ray
Endoftalmitis
TATALAKSANA

1. Eradikasi dan kontrol infeksi

a. Antibiotik sistemik

 Antibiotik sistemik pada Endophtalmitis exogen kontroversial (penetrasi


intraokular yang kurang baik) pemberian terbaik fourth-generation
fluoroquinolones, meropenem, & linezolid.

 Endogen endophtalmitis Antibiotik sistemik

Brockhaus L,Goldblum D,Eggenschwiler L,Zimmerli S,Marzolini C, Revisiting systemic treatment of bacterial endophthalmitis: a review of intravitreal penetration of systemic antibiotics. Clinical
microbiology and infection : the official publication of the European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases. 2019
Endoftalmitis
TATALAKSANA

b. Antibiotik topikal/ subkonjungtiva

 Kombinasi Ab yang poten terhadap Gram postif fan negatif. Pada pasien
dengan ulkus kornea, abses cefazolin 5% and tobramycin 1.4%

 Vancomycin (25 mg/0.5 ml), ceftazidime (100 mg/0.5 ml) untuk injeksi
subkonjungtiva, topical vancomycin (50 mg/ml) & amikacin (20 mg/ml) setiap
4 jam untuk kasus rutin atau setiap jam bila terdapat wound leak

Results of the Endophthalmitis Vitrectomy Study. A randomized trial of immediate vitrectomy and of intravenous antibiotics for the treatment of
postoperative bacterial endophthalmitis. Endophthalmitis Vitrectomy Study Group. Archives of ophthalmology (Chicago, Ill. : 1960).
Endoftalmitis
TATALAKSANA

c. Injeksi Intravitreal

 Mencapai konsentrasi tinggi di kavitas vitreus tanpa memberikan efek sistemik.

 2 Ab spektrum luas:

 Intravitreal vancomycin (1 mg/0.1 ml) & amikacin (0.4 mg/0.1 ml).

 Risiko retinotoxic pada amikacin, ceftazidime (2.25 mg/0.1 ml).

Shirodkar AR et al. Intravitreal gentamicin-induced macular infarction: SD-OCT features. Ophthalmic surgery, lasers & imaging : the official journal
of the International Society for Imaging in the Eye. 2011
Endoftalmitis
TATALAKSANA

d. Vitrektomi

Memiliki keunggulan dibandingkan konservatif meningkatkan oksigenasi retina,


mengurangi inflamasi, menyediakan spesimen untuk diagnostik, inspeksi langsung
retina, memungkinkan pengobatan definitif, mengurangi infeksi, mengurangi
keparahan penyakit, dan mempercepat rehabilitasi visual.

Kuhn F,Gini G, Ten years after... are findings of the Endophthalmitis Vitrectomy Study still relevant today? Graefe's archive for clinical and
experimental ophthalmology = Albrecht von Graefes Archiv fur klinische und experimentelle Ophthalmologie. 2005 Dec
Endoftalmitis
TATALAKSANA

2. Tatalaksana inflamasi dexamethasone (0.4 mg/ 0.1 ml).

Topikal (prednisolone acetate 1% eye drops), subconjunctival (dexamethasone 6


mg/0.25 ml), & sistemik (prednisolone 30 mg 2x/hari 5-10 hari).

3. Terapi suportif

Siklopegik (homatropine 2%, atropine 1%) mengurangi spasme siliar dan


mencegah sinekia.

Hypertonic saline (5% drop or 6% ointment)edem kornea berat

Sadiq MA, Hassan M, Agarwal A, et al. Endogenous endophthalmitis: diagnosis, management, and prognosis. J Ophthalmic Inflamm
Infect. 2015;5:32
(A) Kasus endoftalmitis eksogen jamur berat akibat ruptur bola mata post
repair. (B) Kasus khas endoftalmitis pascaoperasi fakoemulsifikasi. (C)
Kasus endoftalmitis terkait bleb kronis.

A. diabetes berkembang menjadi endophthalmitis endogen sekunder


Klebsiella pneumoniae dari abses hati. Terdapat hipopion. B. Pasien DM datang
(sebelum diketahui adanya abses hepar) panoftalmitis berat tanpa riwayat
trauma okular atau pembedahan.
Shwu JS. Endophthalmitis. Korean J Ophthalmol. 2017 Aug; 31(4): 283–289.
Published online 2017 Jun 28. doi: 10.3341/kjo.2017.0036
Endoftalmitis
PROGNOSIS
Hasil visual pada pasien dengan endophthalmitis tergantung pada berbagai variabel.
 Sifat endoftalmitis: Ketajaman visual yang lebih baik telah dilaporkan pada kasus dengan
endoftalmitis pasca bedah gram negatif. Prognosis visual yang buruk terjadi pada
Endoftalmitis bleb-associated, Endoftalmitis endogen bakteri dan jamur
 Organisme: Endoftalmitis karena Streptococcus, Bacillus, Pseudomonas, dan Candida
membawa prognosis visual yang buruk.
 Waktu untuk memulai terapi yang tepat: Ini sangat penting dalam kasus endophthalmitis
pasca-trauma, terutama dengan spesies Bacillus. Dari Endophthalmitis Vitrectomy Study,
kelompok dengan penglihatan persepsi cahaya saja, vitrektomi dini menghasilkan
peningkatan peluang tiga kali lipat untuk mencapai 20/40, peningkatan peluang dua kali
lipat untuk mencapai 20/100 dan lebih kecil kemungkinannya untuk memburuk <5/200.
 Stabilitas sistemik pasien: Pasien immunocompromised dengan endoftalmitis endogen,
memiliki infeksi polimikrobial bersamaan yang mempengaruhi hasil akhir.

Simakurthy S, Tripathy K. Endophthalmitis. [Updated 2021 Aug 21]. In: StatPearls . Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 
Endoftalmitis
PROGNOSIS
Dalam studi Endophthalmitis Vitrectomy Study pada endophthalmitis pasca operasi
katarak, tercatat bahwa hanya 53% mata yang dirawat memiliki ketajaman visual akhir
20/40 atau lebih baik, dan 15% memiliki ketajaman visual akhir 20/200 atau lebih buruk.
Jika tidak diobati atau tidak diobati secara memadai, endoftalmitis berkembang menjadi
panoftalmitis, yang membutuhkan pengeluaran isi atau enukleasi bola mata. Perlu dicatat
bahwa pasien yang menderita ulkus kornea, endophthalmitis endogen, dan ketajaman
visual yang rendah berada pada risiko yang lebih tinggi untuk memerlukan pengeluaran isi
atau enukleasi.

Simakurthy S, Tripathy K. Endophthalmitis. [Updated 2021 Aug 21]. In: StatPearls . Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai