Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

Pembimbing : dr. Rani Himayani, Sp.M(K)

Oleh:

Helen Kusuma Wardani 2018012188

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

2023
1. Pinguecula

Pinguecula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi

hyalin jaringan submukosa konjungtiva. Keadaannya tampak sebuah nodul keputihan

pada kedu sisi kornea (lebih banyak pada sisi nasal ) dia daerah fissura palpebra.

Nodul terdiri atas jaringan hyalin dan jaringan elastik kuning, jarang tumbuh menjadi

besar.

kebanyakan pinguecula terjadi pada pasien yang lebih tua tetapi dapat juga terjadi

pada individu yang terpapar sinar matahari terlalu lama diusia muda.

Etiologi

Etiologi dari pinguecula tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu

neoplasma, radang dan degenerasi . pinguecula diduga merupakan suatu fenomena

iritatif akibat sinar ultraviolet,pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak

karena sering banyak terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di

lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir.

Faktor resiko

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya pinguecula adalah lingkungan dengaan

papaaran ultraviolet yang tinggi, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor

herediter.

 Radiasi ultraviolet

Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguecula

adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet di absorbsi konjungtiva

menghasilkan kerusakan sel proliferasi sel. Paparan ultraviolet ini dapat

menyebabkaan efek mutagenik pada sel. Respon biologis pada sinaar ini bersifat
akut dan kronis. Paparan ultraviolet tertinggi biasanya terdapat pada daerah

katulistiwa dan pada dataran tinggi. Efek ultraviolet ini menyebabkan mutasi gen

p53 (suppressor tumor gen) sehingga menyeebabkan pertumbuhan tumor pada

kojungtiva.

 Iritasi kronik

Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area konjungtiva merupakan pendukung

terjadinya pinguecula. Iritasi yang disebabkaan oleh debu mengakibatkan lisinya

lapisan lipid pada film air mata dan prosesnya berlangsung terus menerus dan

berlangsung lama sehingga mempengaruhi permukaan konjungtiva. Kelembapan

yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu, turut berperan

mempengaruhi kelembapan konjungtiva yang akhirnya dapat mengakibaatkan

timbulnyaa pinguecula.

Patofisiologi

Konjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Kontak dengan ultraviolet,

debu, kekeringan, mengakibatkan terjadinya penebalan dan muncul nodul ke arah

kornea. Pinguecula biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinaan

yaang sama untuk terkena paparan dengan sinaar ultraviolet, debu, dan kekeringan.

Daaerah nasal konjungtiva juga relatif mendapat sinaar ultraviolet yang lebih banyak

dibandingkan dengan bagian konungtiva lain, karena disamping kontak langsung,

bagiaan nasal konjungtiva juga mendapat sinar ultraviolet secara tidak langsung akibat

pantulan dari hidung, karena itu pada bagian nasal konjuntiva lebih sering didapatkan

pinguecula dibandingkan bagian temporal.


Gejala klinik

Pinguecula biasanyaa tanpa disertai geja khas, tetapi pada beberapa kasus biasanya

diserta dengan iritasi seperti mata merah, berair, perih, perasaan mengganjal ( seperti

ada benda asing), dan gatal. Penglihatan juga bisa menjadi buram jika pertumbuhan

nodul mencapai pupil.

Tanda klinis

Timbul nodul kecil kemudian menjadi membran yang tipis berwarna putih

kekunungan dan stasioner. Bagiaan sentraal melekat pada kornea dapat tumbuh

memasuki kornea dan menggantikan epitel, juga membraan bowman, dengan jaringan

elastis dan hyalin. Pertumbuhan ini mendekati pupil. Biasanya didapat pada orang

orang yang banyak berhubungan dengan angin dan debu, terutama pelaut dan

petani.kelainan ini merupakan kelainan degenerasi yang berlangsung lama. Bila

mengenai kornea dapat menurunkan visus karena menimbulkan astigmat dan juga

dapat menutupi pupil sehingga cahaya terganggu perjalannya.pada beberapa pasien

merasa tidak nyaman dengan nodul pinguecula ini, karena mengganggu estetika pada

wajah.

Diagnosis

Pinguecula biasanya ditegakkan secara klinis dengan menggunakan biomikroskopi slit

lamp. Terdapat nodul kecil berwarna putih kekuningan yang ditemukan didaerah

konjungtiva bulbi bagian nasal atau ( lebih sering pada bagian nasal atau temporal).

Lesi bisa tanpa dan dengan peradangan, jika lesi dengan peradangan maaka di

diagnosis sebagai pingueculitis.


Diagnosis Banding

PINGUECULA PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM


Definisi Degenerasi hialin Pertumbuhan Perlekatan konjungtiva
jaringan submukosa fibrovaskular dengaan kornea yang
konjungtiva konjungtiva cacat
Bentuk
Usia Usia tua dan muda Usia tua dan muda Usia tua dan muda
yang lama terkena yang lama terkena yang lama terkena
paparan paparan paparan
Etiologi Sinar UV, debu, Sinar UV, debu, Ulkus kornea,
angin/udara bebas angin/udara bebas kerusakan permukaan
kornea
Letak Konjungtiva bulbi Konjungtiva bulbi Konjuntiva bulbi yang
(bagian nasal) (bagian nasal) terdekat dengan kornea
yang cacat
Mata Merah +/- (+ +/- +
pinguekulitis,jika
terjadi peradangan)
Gatal +/- + +
Penurunan visus + + +
Probe test - - +
Pengobatan Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu
pengobatan (bila pengobatan (bila pengobatan
meradang dapat meradang dapat
diberi dteroid atau diberi dteroid atau
tetes mata tetes mata
dekongestan) dekongestan)

2. Grade pterigium berdasarkan ketebalannya


3. Patogenesis terjadinya ulkus kornea

Ulkus kornea terlokalisir secara patogenesis terbagi menjadi 4 stadium, yaitu:

1. Infiltrasi Progresif

Stadium ini ditandai dengan infiltrasi polimorfonuklear dan/atau limfosit ke epitel

dari sirkulasi  perifer. Nekrosis jaringan dapat terjadi tergantung virulensi agen

dan daya tahan tubuh seseorang.

2. Ulserasi Aktif

Ulserasi aktif merupakan hasil dari nekrosis dan pelepasan epitel, membran

Bowman dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada lamela dengan

mengimbibisi cairan dan sel leukosit yang terdapat diantara membran Bowman

dan stroma. Zona infiltrasi tersebut memberikan jarak antara tepi ulkus dengan

jaringan sekitar. Pada stadium ini, sisi dan dasar ulkus tampak infiltrasi keabu-

abuan dan pengelupasan. Lalu timbul hiperemia pada  pembuluh darah jaringan
circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea. Eksudasi akan

menuju COA melalui pembuluh darah iris dan korpus siliar dan menimbulkan

hipopion.

3. Regresi

Regresi dipicu oleh produksi antibodi dan imunitas seluler serta respon terapi

yang baik. Di sekeliling ulkus terdapat garis demarkasi yang terdiri dari leukosit

dan fagosit yang menghambat perkembangan organisme dan debris sel nekrotik.

Proses tersebut didukung oleh vaskularisasi superfisial yang meningkatkan

imunitas humoral dan seluler. Ulkus mulai membaik dan epitel mulai tumbuh

pada sekeliling ulkus.

4. Sikatrik

Proses penyembuhan pada stadium ini mulai berlanjut dengan membentuk

epitelisasi lapisan terluar secara permanen. Jaringan fibrous juga membentuk

fibroblas pada kornea dan sel endotel membentuk pembuluh darah baru. Stroma

akan menebal dan mengisi lapisan  bawah epitel dan mendorong epitel ke anterior.

Bila ulkus hanya mengenai epitel saja, maka ulkus tersebut akan sembuh tanpa

ada kekaburan pada kornea. Apabila ulkus mencapai membran Bowman dan

sebagian lamela stroma, maka jaringan parut akan terbentuk yang disebut dengan

nebula. Jika ulkus mengenai lebih dari 1/3 stroma, maka terbentuk makula dan

leukoma.
4. Perbedaan keratitis dengan ulkus kornea

Definisi Etiologi Manifestasi Pemeriksaan Terapi


Klinis Penunjang
Keratitis Radang kornea  Jamur  Mata merah  Differeensial  Antibiotok,
yang disebabkan  Virus  Silau blood cell seperti :
oleh virus,  Bakteri  Merasa ada  Mikroskopik Gentamissin
jamur, dan  Penurunan yang dengan KOH 15 mg/ml,
bakteri ketajaman mengganjal 10% terhadap tobramisin 15
penglihatan atau kerokan mg/ml
 Radang kelilipan kornea  Air mata
kelopak  Tea schirmer buatan
mata  siklopeglik
Ulkus Hilangnya Acanthamoeba=  Fenomena  Keratometri  Antibiotik topikal
Kornea sebaggian lensa kontak, satelit/infiltrat  Pemeriksaan slit- propamidin
permukaan herpes, bakteri -> jamur lamp isetionat 1%
kornea akibat  Flare  Biopsi kornea  Kurangi raadang
kematian jaringan  Mata merah  Fluoresein (+) dengan steroid
kornea  Fotofobia  KOH-> jamur  Debridement
 Penglihatan  keratoplash
menurun
 Kekeruhan
warna putih
.

Anda mungkin juga menyukai