Anda di halaman 1dari 21

Keratitis Interstisial

Dosen Pembimbing:
dr. Bambang Herwindu, Sp.M

Disusun Oleh:
Sabrina Ayu Putri 112021190
Anatomi Kornea
• Merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan
avaskular
• Diameter Horizontal 12 mm dan diameter vertikal 11 mm
• Tebal kornea bagian pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm
• Sepertiga radius tengah disebut zona optik dan lebih cembung, sedangkan
bagian tepinya lebih datar
• Perbatasan kornea dengan sklera disebut limbus
• Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari
cabang pertama (opthalmicus) nervus
kranialis V (trigeminus)
Anatomi Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan :
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran descemet
5. Endotel
Fisiologi Kornea
• Membran pelindung dan “jendela” yang dilalui oleh berkas cahaya
saat menuju retina
• Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh strukturnya yang
uniform, avaskular, dan deturgesens
• Kekuatan refraksi (bias) sebesar 43 D dari total 58 D kekuatan mata
normal manusia, atau sekitar 74% dari seluruh kekuatan dioptri
mata normal
• Metabolisme kornea diperoleh dari 3 sumber, yaitu :
 Difusi dari kapiler – kapiler disekitarnya
 Difusi dari humor aquous
 Difusi dari film air mata
Nutrisi Kornea
• Cairan aquos  Berperan dalam difusi glukosa
• Kapiler di limbus  Berperan dalam suplai
oksigen dari sirkulasi limbus
PERSARAFAN
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris
terutama berasal dari:
• Saraf siliar longus
• Saraf nasosiliar
• Saraf ke V

Saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk


ke dalam stroma kornea, menembus membran
Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan.
KERATITIS
• Adalah peradangan pada kornea yang ditandai
dengan adanya infiltrat pada kornea, edema kornea,
dan dilatasi pembuluh darah.
• Diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang
terkena yaitu:
1.Keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan
epitel atau membran bowman.
2.Keratitis profunda atau interstisialis (atau
disebut juga keratitis parenkimatosa) yang
mengenai lapisan stroma.
Epidemiologi
• Frekuensi keratitis di Amerika Serikat sebesar 5% di antara seluruh kasus
kelainan mata
• Di negara-negara berkembang insidensi keratitis berkisar antara 5,9-20,7
per 100.000 orang tiap tahun
• Insidensi keratitis adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia
• Perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu bermakna pada angka
kejadian keratitis
Keratitis
Etiologi :
• Bakteri
• Virus
• Jamur
• Acanthamoeba

Penyebab lain:
Kekeringan pada mata, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata
yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif
lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik
Keratitis
Patofisiologi :

Patogen akan menginvasi dan Antibodi menginfiltrasi lokasi


Lesi pada kornea
mengkolonisasi struma kornea invasi patogen

Opasitas pada kornea dan titik


Patogen akan menginvasi invasi pathogen akan membuka
Hipopion
seluruh kornea lebih luas dan memberikan
gambaran infiltrasi kornea

Ketika penyakit semakin progresif, perforasi dari


Stroma atropi dan melekat pada membrane descemet terjadi dan humor aquos
membarana descemet yang akan keluar. Hal ini disebut ulkus kornea
relatif kuat perforata dan merupakan indikasi bagi
intervensi bedah secepatnya
TANDA DAN GEJALA

Trias keratitis
• Fotofobia
• Epifora
• Blefarospasme
Keluhan lain
• Penurunan visus
• Mata merah (injeksi siliar)
• Nyeri
• Infiltrat +
PEMERIKSAAN PADA KERATITIS

• Tes Placido
• Tes Fluoresin
• Tes Fistel
• Visus
• Laboratorium
• Sensibilitas kornea
KLASIFIKASI KERATITIS
Klasifikasi Berdasarkan lapisan:
• Keratitis Pungtata: Keratitis Pungtata Superfisial,
keratitis Pungtata Subepitel
• Keratitis Marginal
• Keratitis Interstisial
KERATITIS INTERSTITIAL
• Kondisi dimana pembuluh darah masuk ke dalam kornea dan
dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea
• Paling sering disebabkan oleh penyakit Lues
• Dapat berlanjut menjadi kebutaan
• Keluhan: fotofobia, lakrimasi, nyeri, visus menurun.

TERAPI
• Sulfas atropin 1 % 3 x 1 tetes
• Antibiotik
• Kortikosteroid
Keratitis
Diagnosis :
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil
pemeriksaan mata
• Dari hasil anamnesis sering diungkapkan riwayat trauma,benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea,pemakaian obat topikal,
immunosupresi akibat penyakit-penyakit sistemik
• Pemeriksaan fisik pada keluhan yang mengarahkan kecurigaan kepada
keratitis dilakukan melalui inspeksi dengan pencahayaan adekuat
• Pemulasan fluorescein dapat memperjelas lesi epitel superfisial yang tidak
mungkin terlihat bila tidak dipulas
Pemeriksaan Penunjang

• Untuk • Untuk mengetahui • Untuk mengetahui


mengidentifikasi jenis bakteri keadaan segmen
bakteri gram positif • Dilakukan selama anterior, terutama
atau negatif terjadi inflamasi pada kasus ini
aktif adalah kornea

Pewarnaan
Kultur Slit lamp
gram
PENATALAKSANAAN

Terapi Edukasi
 Virus : idoxuridine,
trifluridin atau
acyclovir.
 Bakteri gram positif :  Dilarang mengucek
doc cafazolin, matanya karena
penisilin G atau dapat memperberat
vancomisin dan lesi
 Bakteri gram negatif:  Menjaga kebersihan
tobramisin, diri :mencuci
gentamisin atau tangan,
polimixin B  Membersihkan lap
 Jamur:natamisin, atau handuk, sapu
amfoterisin atau tangan, dan tissue
fluconazol
Komplikasi

Bila peradangan hanya di


permukaan saja, dengan
pengobatan yang baik dapat
sembuh tanpa jaringan parut
Bila peradangan dalam,
penyembuhan berakhir dengan
pembentukan jaringan parut
yang dapat berupa nebula,
makula, leukoma, leukoma
adherens dan stafiloma kornea.
Nebula : bentuk parut kornea berupa kekeruhan yang
sangat tipis

Makula : parut yang lebih tebal berupa kekeruhan


padat.

Leukoma : kekeruhan seluruh ketebalan kornea yang


mudah sekali terlihat dari jarak yang agak jauh
sekalipun.

Leukoma adherens : keadaan dimana selain adanya


kekeruhan seluruh ketebalan kornea, terdapat
penempelan iris pada bagian belakang kornea

Stafiloma kornea : bila seluruh permukaan kornea


mengalami ulkus disertai perforasi
Kesimpulan
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang
ditandai dengan adanya infiltrat di lapisan kornea.
Diklasifikasikan berdasarkan lokasinya yaitu :
superfisial, interstisial dan profunda. Dapat t’jadi
pada anak maupun dewasa. Gejala mata merah, rasa
silau, epifora, nyeri, kelilipan, dan penglihatan
menjadi sedikit kabur. Prognosis setiap kasus
tergantung beberapa faktor, termasuk luasnya &
kedalaman lapisan kornea yg terlibat, ada atau tidak
nya perluasan ke jaringan orbita lain.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai