Anda di halaman 1dari 22

draft

Modul vitamin neurotropik


Program studi Pendidikan Kedokteran, UKRIDA
Tujuan pembelajaran
Setelah memelajari modul ini anda diharapkan dapat memahami
a. Apakah vitamin neurotropik itu?, dan
b. Peran vitamin B1 (thiamine)
c. Peran Vitamn B6 (pyridoxine);
d. Peran vitamin B12 (cyanocobalamin);
e. Peran sinergis vitamin B neutropik.

1. Apakah vitamin neurotropik itu


Vitamin adalah senyawa kimia yang diperlukan manusia dalam jumlah yang sedikit
dan harus diperoleh dari makanan karena tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia. Dikenal
berbagai vitamin yang dikelompokkan menjadi vitamin A, B, C, D, dan E. Sebagian besar
vitamin dapat diperoleh langsung dari bahan makanan tumbuhan. Sebagian dapat diperoleh
dari hewan (daging, susu dan telur) yang memperolehnya dari makanan tumbuhan.
Ada delapan jenis vitamin yang termasuk vitamin B, yaitu vitamins B1 (thiamine), B2
(riboflavin), B3 (niacin), B5 (pantothenic acid), B6 (pyridoxine), B7 (biotin), B9 (folate), and
B12 (cobalamin). Dilihat dari segi struktur kimianya, ke delapan vitamin tersebut sangat
berbeda. Semua memiliki fungsi penting bagi berbagai fungsi fisiologis dalam tubuh manusia.
Ke delepan vitamin tersebut di kelompokkan menjadi satu karena umumnya terdapat pada
bahan makanan yang sama, dan sifatnya yang mudah larut air. Vitamin neurotropik termasuk
dalam vitamin B. Tiga vitamin B yang termasuk vitamin neurotropik yaitu Vitamin B1
(thiamine), vitamin B6 (pyridoxine) dan vitamin B12 (cyanocobalamin).
Vitamin B dapat diperolah dari tumbuhan, kecualti vitamin B12. Vitamin B12 yang
tidak dihasilkan oleh tumbuhan, tetapi oleh bakteri, terutama bakteri penghuni perut
ruminansia atau kolon manusia. Ada juga bakteri tertentu yang terdapat di tempe dan mampu
menghasilkan vitamin B12. Vitamin B12 umumnya dapat diperoleh dari bahan makanan yang
berasal dari hewan, seperti hati, ikan, telur dan dairy products, mengandung vitamin B12.
Hewan-hewan tertentu yang termasuk ruminantia memperoleh vitamin B12 yang dihasilkan
oleh bakteri di saluran pencernaannya. Pada kolon manusia, sejumlah bakteri mampu
menghasilkan vitamin B12, tetapi tidak dapat diserap karena proses penyerapan hanya terjadi
di di ileum melalui “intrinsic factor-mediated mechanism”.
Semua vitamin B punya fungsi penting sebagai koenzim di berbagai reaksi enzimatis.
Tetapi sebagian (tiga) vitamin B tidak hanya berperan sebagai koenzim dalam berbagai fungsi
fisiologis tubuh, tetapi juga memiliki peran khas pada saraf. Oleh karena itu, ketiga vitamin
(B1, B6, dan B12) tersebut digolongkan sebagai vitamin neurotropik. Vitamin yang termasuk
golongan ini punya peran esensiel dalam central nervous system (CNS) dan peripheral
nervous system (PNS).

1
Tabel 1. Peran vitamin neutrotropik

Vitamin Proses biokimiawi Koenzim Dampak pada System saraf


B1 (thiamine) Glikolisis Pyruvate dehydrogenase Menyediakan energi untuk
Jalur pentosa fosfat Transketolase sel sel saraf yang
Siklus Krebs Alpha-ketogluratarate diperlukan untuk sintesis
dehydrogenase asam nukleat,
neurotransmitters, dan
myelin
B6 (pyridoxine) Metabolisme-1-karbon, Serine- Metabolisme asam-asam
Metabolisme Hcy, hydroxymethyltransferase amino, neurotransmitters,
Sintesis dopamine dan Cystathioine-beta- dan DNA/RNA
serotonin synthase/lyase
Aromatic L-amino acid
decarboxylase
B12 (cyanocobalamine) Metabolisme Hcy Methionine synthase Metabolisme asam-asam
Methyl malonyl CoA Methylmalonyl CoA lemak, asam-asam amino,
pathway mutase neurotransmitters,
myelin dan DNA/RNA

2. Peran vitamin B1 (thiamine)


 Penemuan vitamin B1 terkait dengan penyakit beri-beri. Defisiensi thiamine terkait
dengan penyakit beri-beri (lampiran 1), suatu sindrom yang melibatkan
PNS(polyneuritis) dan/atau symptom kardiovaskular, serta neuropsychiatric
Wernicke‐Korsakoff syndrome, yang ditandai oleh encephalopathy dan psychosis.
Gejala ini sudah dikenal sejal awal-pertengahan abad ke 20.
 Thiamine sangat diperlukan untuk banyak fungsi fisiologis, terutama metabolisme
glukosa, pemeliharaan fungsi membran saraf, dan sintesis myelin dan beberapa
neurotransmitters (asetilkholin, serotonin, dan asam-asam amino).
 Fungsi terpenting dari thiamine adalah untuk metabolisme glukosa seluler.
Thiamine berfungsi sebagai koenzim/kofaktor esensiel dalam konversi karbohidrat
yang memnyediakan energy yang diperlukan oleh sel-sel saraf. Penyediaan energy
secara konstan/kontinue diperlukan oleh sel-sel saraf, terutama otak yang
mengkonsumsi sebagian besar energy untuk menjalankan fungsinya.
 Aktivitas utama dari thiamine adalah memungkinkan lancarnya tahap-tahap
biokimia tertentu yang terkait dengan proses bioenergI, seperti jalur pentosa fosfat,
glikolisis, siklus Kreb. Proses bioenergi tsb menyediakan energi bagi saraf, dalam
bentuk adenosine triphosphate (ATP) atau nicotinamide adenine dinucleotide
phosphate (NADPH). Keduanya diperlukan untuk berbagai proses dan reaksi
seluler saraf.
 Vitamin B1 diperlukan secara tak langsung untuk proses sintesis asam nukleat,
neurotransmitters dan myelin, yang memerlukan energy.
 Thiamin secara tak langsung berperan dalam proses konduksi saraf melalui
pembentukan selaput myelin.
 Karena perannya tidak hanya untuk produksi energy saja tetapi juga menghasilkan
“reducing power”, maka thiamine juga dianggap memiliki sifat antioksidan yang
melindungi sel-sel saraf. Sebagai antioksidan, thiamine mampu mencegah
kerusakan sel yang diakibatkan oleh hyperglycemia.
 Selain fungsinya sebagai koenzim, thiamine juga berperan dalam fungsinya
sebagai non-koenzim yang menjadi bagian dari struktur serta fungsi dari membran
sel dan kemempuannya meregulasi saluran ion-ion (ion channels).

2
 Setelah diserap oleh sel melalui proses aktif, thiamine bebas dalam sel akan
difosforilasi menjadi thiamine diphosphate (TDP) atau disebut juga sebagai
thiamine pyrophosphate (TPP) yang aktif secara biokimiawi.
 TPP berfungsi sebagai koenzim untuk enzyme yang memerlukannya, khususnya
yang berperan dalam tiga jalur utama metabolisme glukosa, yaitu untuk
 enzim transketolase (TK) dalam jalur pentosa fosfat,
 enzim pyruvate dehydrogenase (PDH) dalam glikolisis, dan
enzim alpha‐ketoglutarate dehydrogenase (AKD) dalam siklus Krebs.
Ke tiga enzim tsb dapat berfungsi dengan baik dalam keadaan holoenzim.
 Jalur pentosa fosfat menghasilkan molekul gula ribose‐5‐phosphate dan sumber
energy NADPH. Jalur ini memerlukan TPP‐activated TK di sitosol yang mampu
mengubah ribose‐5‐phosphate menjadi glycerinaldehyde-3-phosphate. Berbagai
substrat pada jalur pentosa fosfat dapat digunakan untuk sintesis asam nukleat,
molekul gula yang kompleks, koenzim, steroids, asam-asam lemak, asam amino,
neurotransmitters, dan glutathione. TK juga berperan sebagai penghubung jalur
pentosa dengan glikolisis.
 Dua enzim-TPP (TPP‐activated enzymes), PDH dan AKD, punya peran khas di
glikolisis dan siklus Krebs. Keduanya berperan dalam penyediaan ATP sebagai
sumber energy sel.
 PDH mengkatalisis pembentukan acetyl coenzyme A (CoA), suatu
precursor neurotransmitter, acetylcholine, dan produksi myelin,
selaput/selubung akson sel-sel saraf.
 AKD berperan di siklus Krebs yang diperlukan untuk menjaga kadar
neurotransmitters (misal glutamate, GABA, dan aspartat) dan mendukung
sintesis protein.
 Jika terjadi defisiensi vitamin B1, aktivitas ketiga enzim (TK, PDH, dan AKD)
tersebut terganggu. Mengingat peran pentingnya dalam produksi energy (ATP and
NADPH), maka defisiensi thiamine dapat menimbulkan kematian atau kerusakan
neuron. Oleh karena itu, defisiensi thiamine memengaruhi baik CNS maupun PNS.
 Gejala neurologi dari defisiensi thiamine antara lain kebingungan (confusion),
penghambatan psikomotorik (psychomotor retardation), kurangnya wawasan (lack
of insight), gangguan memori retensi dan fungsi kognitif (impaired retentive
memory and cognitive function), perundingan (confabulation), ataxia (gangguan
gerakan tubuh yang disebabkan masalah pada otak), dan hilangnya getaran dan
rasa posisi (loss of vibration and position sense).
 Jika thiamine tidak berada dalam jumlah yang memadai untuk CNS, maka bagian-
bagian peka dari otak seperti thalamus dan mamillary bodies (bagian dari
hypothalamus) akan mengalami kerusakan.
 Wernicke's encephalopathy and Korsakoff's psychosis (Wernicke‐Korsakoff
syndrome) diakibatkan oleh defisiensi thiamine pada CNS. Pada Wernicke's
encephalopathy, defisiensi thiamine akan memicu apoptotic cell death karena
toksisitas N-methyl-D-aspartate (NMDA) sehingga menginduksi symptom
neurologi.
 Pada PNS, defisiensi thiamine dapat menimbulkan polyneuritis dan paralysis,
seperti yang dijumpai pada dry beriberi.

3
 Pada system sensoris, defisiensi thiamine memengaruhi sensasi taktil (tactile
sensation), menimbulkan nyeri, perubahan sensitvitas suhu, dan mengakibatkan
hilangnya rasa vibrasi (vibratory sense).
 Pada sistem motoris, paralysis biasanya diawali penurunan gerak, karena
peningkatan kelemahan otot (increased muscle weakness), reflaks tendon (affected
tendon reflexes), dan atropi otot kaki (atrophy of the leg muscles).

Gambar 1. Mekanisme kerja thiamine


3. Peran vitamin B6 (pyridoxine)
 Vitamin B6 (pyridoxine) ditemukan pada tahun 1934 dan berperan sebagai koenzim
pada lebih dari 140 reaksi enzimatis.
 Vitamin B 6 punya peran khusus dalam sintesis neurotransmitters, yaitu sintesis
 dopamine dari L-DOPA,
 serotonin dari 5‐HTP (5-hydroxy tryptophane), dan
 gamma‐aminobutyric acid (GABA) dari glutamate.
 Pyridoxine memengaruhi system adrenergic, serotonergic, dan glutamatergic.
 Pyridoxine juga berperan sebagai neuroprotective melalui kemampuannya meregulasi
system glutamatergic sehingga mengatur kadar GABA dan glutamate.
 Mengingat peran GABA sebagai major inhibitory neurotransmitter, maka defisiensi
GABA akan mengakibatkan kejang (seizures).
 Peningkatan kadar GABA sebagai precursor glutamate, an excitatory neurotransmitter,
dapat terkait dengan terjadinyakejang-kejang (seizures), sehingga pemberian GABA
atau pyridoxine dapat mengakhiri kejang-kejang tersebut.
 Pemberian pyridoxine dapat meningkatkan excitotoxicity neurotoxin: domoic acid.

4
 Vitamin B6 sangat essential selama gestation dan perkembangan otak postnatal, yang
sangat terkait dengan regulasi kadar GABA.
 Mengingat bahwa hanya nonphosphorylated B6 vitamers yang dapat menerobos atau
diserap oleh membran sel termasuk blood-brain barrier, maka vitamin B6 akan
difosforilasi secara intraseluler menjadi bentuk aktifnya yaitu interconvertible 5′‐
phosphate esters pyridoxine 5′‐ phosphate (PNP), pyridoxal 5′‐phosphate (PLP; most
important coenzyme variant), dan pyridoxamine 5′‐phosphate (PMP).
 Disamping peran pentingnya dalam produksi neurotranmitters, PLP juga bertindak
sebagai koensim dalam metabolisme satu-karbon (one-carbon), metabolisme
homocysteine, dan mendukung sintesis karbohidrat dan lemak, sekaligus peruraian nya
sehingga terjadi pelepasan energy yang tersimpan di makanan agar dapat mendukung
metabolisme protein dan asam-asam amino.
 PLP juga berperan sebagai kofaktor dalam sintesis sphingolipid dan penting untuk
pembentukan myelin. Berkenaan dengan sintesis neurotransmitter, PLP mengkatalisis
tahap akhir dari produksi dopamine dan serotonin, yaitu proses dekarboksilasi
enzimatis dari L-DOPA ke dopamine dan 5‐HTP ke serotonin. Keberhasilan kedua
pembentukan neurotransmitter tersebut tergantung pada aktivitas aromatic L-amino
acid decarboxylase (AADC), yang tergantung pada kesediaan PLP.
 Pada metabolisme satu-karbon, PLP-activated serine-hydroxymethyltransferase
(SHMT) mengkatalisis proses dimana satu unit karbon dihasilkan dari serin dan
diaktivasi oleh assosiasi dengan tetrahydrofolate (THF). Jalur ini membentuk 5,10‐
methylene‐THF untuk sintesis asam nukleat dan methyl donor 5‐ methyl‐THF, yang
diperlukan untuk sintesis protein dan perubahan methylate homocysteine (Hcy)
menjadi methionine dalam proses yang juga memerlukan vitamin B12 dan folat.
 Sebagian besar methionine yang dihasilkan dikonversi menjadi S‐adenosylmethionine
(SAM), suatu donor universal dari gugus metil yang diperlukan untuk sintesis DNA,
RNA, hormone, neurutranmitters, lipid membrane, protein.
 Sebagai senyawa antara dalam metabolisme methionine, Hcy dapat digunakan/masuk
oleh/ke dua jalur, yaitu
 Jika methionine berlebihan atau cysteine berkekurangan, Hcy akan digunakan
melalui senyawa antara cystathionine dan cysteine menjadi glutathione.
 Jika methionine kerkerurangan (defisiensi), maka akan dimetilasi kembali
(remethylated) menjadi methionine (lihat gambar 2).
 Peran pyridoxine dalam system saraf dapat dengan jelas dilihat dari penggunaan
pyridoxine untuk kejang-kejang (seizures)—suatu abnormalitas pada bayi yang baru
lahir yang tidak memrespon pemberian anticonvulsant yang umum digunakan.
 Defisiensi vitamin B6 dapat mengganggu atau merusak CNS dan PNS karena peran
pentingnya sebagai koensim pada jalur sintesis neurotransimttes dan myelin.
 Defisiensi vitamin B6 memengaruhi jumlah beberapa neurotransmitters sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan kadar berbagai neurotransmitter.
 Symptom neurologis dari defisiensi vitamin B6 antara lain ganguan fungsi kognitif
(impaired cognitive function), kejang konvulsif (convulsive seizures), depressi, dan
termasuk penuaan dini neuron (premature aging of neurons) (CNS effects) sampai
carpal tunnel syndrome dan PN dengan symptoms seperti paresthesia, burning and
painful dysesthesias, dan thermal sensations (PNS effects).

5
 Untuk mengatasi atau mengobati gejala tersebut dapat digunakan pyridoxine, tetapi
jika terlalu banyak dan digunakan dalam jangka panjang neuropathy sensoris. Gejala
dapat pulih setelah penghentian pemberian vitamin dan tidak ada kerusakan saraf yang
permanen.
 Seperti pada defisiensi thiamine, defisiensi vitamin B6 jarang terjadi pada masyarakat
yang kehidupannya sudah memenuhi standat nutrisi yang tinggi, tetap kadang
dijumpai pada pasien yang menjalanji hemoldialisis. Peningkatan vitamin B6 selama
kehamilan diperlukan untuk perkembangan otak janin, dan suplemen pyridoksin dapat
mengurangi nausea selama periode awal kehamilan.

Gambar 2. Mekanisme kerja pyridoksin


4. Peran vitamin B12 (cyanocobalamin)
 Penemuan vitamin B12 (cobalamin) terkait dengan penyakit anemia pernisiosa
(pernicious anemia). Vitamin B12 berperan dalam hematopoiesis, sebagai koenzim
untuk banyak proses biokimiawi yang menjaga kesehatan sistem saraf.

6
 Vitamin B12 berperan dalam sintesis DNA dan sintesis meylin pada myelin-producing
oligodendrocytes. Selaput myelin yang menyelubungi akson saraf berfungsi sebagai
insulator listrik yang memungkinkan aliran konduksi listrik. Vitmin B12 sangat
penting dalam pembentukan myelin dan remyelination, sehingga menjaga regenerasi
saraf terutama jika terjadi luka.
 Cobalamin berperan dalam metabolisme Hcy, metabolisme saraf (proses
transmethylation), sintesis asam lemak, dan sintesis asam nukleat, produksi energy,
proses pendewasaan sel (cell maturation processes, dan mendukung mukosa
gastrointestinal secara keseluruhan (intact gastrointestinal mucosa).
 Mengingat kadar cobalamin juga memengaruhi jumlah reduced glutathione yang
memiliki fungsi antioksidant pada erythrocyte dan hati, rendahnya reduced glutathione
karena defisiensi cobalamin membuat sel-sel terpapar dengan stress oksidatif.
 Jalur masuknya vitamin B12 lewat nutrisi sampai dapat digunakan dalam sel sangat
kompleks dan memerlukan beberapa tahap. Cobalamin (Cbl) yang terikat dan
ditransport melalui usus dan darah oleh berbagai protein, misal haptocorrin, intrinsic
factor, dan transcobalamin II. Kompleks holotranscobalamin akhirnya diserap oleh sel
target (target cell) setelah berikatan dengan receptor transcobalamin.
 Cbl secara alami ditemui dalam beberapa bentuk yang dibedakan hanya dari gugus
prostetiknya. Semuanya dapat diuraikan dan dimetabolisme menjadi variant koenzim
yaitu methylcobalamin (MeCbl) dan adenosylcobalamin (AdoCbl), setelah diserap.
Perlu diketahui bahwa semua bentuk tersebut diatas harus diubah terlebih dahulu
menjadi struktur inti Cbl sebelum kemudian mereka dikemas menjadi koenzim aktif
dalam tubuh. Oleh karena itu, intake langsung dalam bentuk koenzym tidak dapat
dimanfaatkan langsung.
 Bentuk Cbl dalam mitochondria berubah menjadi AdoCbl melalui proses enzimatis
yang rumit dengan bantuan enzim methylmalonyl CoA mutase (MCM) dan oleh
karena itu mengkatalisis pembentukan succinyl CoA—suatu senyawa antara penting
dari siklus Krebs. Dari methylmalonyl CoA (Gambar 3).
 Methylmalonyl CoA dihasilkan jika asam lemak rantai ganjil (odd-chain fatty acids),
kholesterol, dan asam-asam amino ketogenic dimetabolisme.
 Berbeda dengan proses yang terjadi di mitochondria, konversi enzimatis Cbl ke MeCbl
hanya terjadi dalam sitosol. Dalam hal ini enzim methionine synthase (MS)
memerlukan MeCbl sebagai kofaktor untuk memetilasi asam amino Hcy menjadi
methionine (Gambar 3) yang diperlukan untuk menjaga sintesis protein, DNA dan
neurotransmitter secara memadai.
 Jika terjadi defisiensi Cbl dalam sel, maka akan terjadi dalam plasma peningkatan
konsentrasi methylmalonic acid—suatu marker fungsional dari defisiensi vitamin B12
—dan Hcy akan meningkat. Selanjutnya, defisiensi juga akan mengakibatkan
gangguan pada sintesis myelin dan pemasukan (incorporation) asam-asam lemak tak
normal ke neuron.
 Karena vitamin B12 terkait dengan banyak proses essensiel, maka defisiensinya akan
mengakibatkan masalah kesehatan.
 Gangguan neurologis defisiensi Vitamin B12 mencakup antara lain subacute combined
sclerosis of the spinal cord, polyneuritis, neuropathy, myelopathy, optic nerve atrophy,
and impaired cognitive function, dan juga gangguan produksi neurotransmitter, myelin
lesions, atau increased Hcy dan kadar methylmalonic acid.

7
 Demielinasi neuron (Neuronal demyelination) disebabkan terutama jika universal
methyl donor SAM kurang tersedia. Sintesis SAM (S-Adenosyl Methionine) sangat
tergantung pada vitamin B12 dan mempunyai berbagai fungsi penting dalam system
saraf, termasuk sintesis myelin dan neurotransmitter. Demyelination umumnya
memengaruhi baik saraf periferr maupun saraf sentral tetapi khususnya pada materi
putih (white matter) di kolom posterior dan lateral sumsum tulang belakang yang
mengandung serabut sensoris untuk vibrasi dan position sense. Tetapi, serabut motoric
juga mengalami demyelinated.
 Penderita defisiensi memiliki beberapa gejala, antara lain symmetric dysesthesia,
gangguan rasa posisi (position sense), spastic paraparesis atau tetraparesis,
paresthesias, rasa mati di anggota badan (numbness in limbs), dan kesulitan
melakukan kegiatan sehari-hari, misal menulis atau mengancingkan baju.
 Defisiensi Vitamin B12 umumnya dijumpai pada orang tua terutama disebabkan oleh
malabsorption. Seseorang yang vegetarian sering kekurangan vitamin B12 tetapi tidak
selalu menunjukkan gejala klinis defisiensi.

Gambar 3. Mekanisme kerja cobalamin

5. Peran sinergis vitamin B neurotropik

 Neurotropic B vitamins punya peran penting di CNS maupun PNS. Mekanisme di


tingkat seluler untuk keduanya identis, tetapi fenotip yang diakibatkan defisiensi
berbeda.
 Pada CNS (otak dan sumsum tulang belakang), vitamin neurotropik berperan terutama
dalam metabolisme folat dan Hcy. Defisiensi vitamin neurotropik mengakibatkan

8
peningkatan kadar Hcy yang mempunyai efek neurotoksik. Melalui peningkatan stress
oksidatif dam neurodegenerasi, peningkatan Hcy merupakan factor resiko untuk
dementia, penurunan kognitif, dan penyakit Alzeimer. Konsumsi suplemen vitamin B
bermanfaat untuk mencegah kecemasan, gangguan stress (stress-related disorders) dan
multiple sclerosis.
 Pada PNS, vitamin neurotropik berperan dalam pemeliharaan fungsi saraf secara
optimal. Defisisiensi dapat menimbulkan gangguan saraf perifer, misal peripheral
neuropathies. Vitamin neurotropik juga berperan dalam regenerasi saraf yang
luka/rusak. Pemberian vitamin neurotropik dapat mengurangi symptom neuropathy
pada pasien.
 Ketiga vitamin yang termasuk vitamin neurotropik memiliki efek sinergisme. Masing-
masing dengan mekanisme biokimianya yang berbeda dan tidak saling berganti fungsi
(Tabel 1).

6. Penutup
 Vitamin neurotropik (vitamin B1, B6, dan B12) memiliki fungsi yang berbeda-beda
dalam sistem saraf.
 Ketiganya merupakan kombinasi yang digunakan untuk mengatasi gangguan
neurologis. Mereka membentuk sinergi biokimiawi di system saraf yang dapat
mengatasi beberapa gangguan otak dan neuropathy perifer, baik secara therapeutic
maupun neuroprotective
 Vitamin B1 diperlukan sebagai kofaktor dalam metabolisme glukosa yang diperlukan
untuk mendukung sintesis asam nukleat, neurotransmitters, myelin dlsb dengan
menyediakan energy yang diperlukan. Thiamine sangat penting bagi system saraf
karena peran aktifnya dalam neuronal excitability, metabolisme saraf, dan efek
antioxidant.
 Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzyme dalam sintesis neurotransmitters yang
diperlukan dalam transmisi synapse (misal dopamine, serotonin, GABA), dan berperan
sebagai neuroprotective untuk glutamatergic system. Vitamin B6 (pyridoxine) sangat
penting untuk menjaga fungsi system saraf melalui sintesis neurotransmitter dn
myelin, dan juga mengendalikan glutamate excitability dan metabolisme neuron.
 Vitamin B12 berperan dalam sintesis myelin yang memungkinkan regenerasi saraf
perifer, sehingga mencegah neuropathy. Vitamin B12 sangat esensiel bagi system
saraf, khususnya dalam sintesis myelin, metabolisme saraf, dan regenerasi saraf.

9
Tak arir (masih belum lengkap dan sempurna)
Antioksidan adalah senyawa/molekul yang dapat melawan radikal bebas di dalam tubuh.
Antioksidan bermanfaat untuk melindungi sel-sel dari kerusakan akibat dari radikal
bebas. Disarankan agar kita mengonsumsi makanan yang banyak mengandung
antioksidan.
ATP (adenosine triphosphate) adalah molekul yang membawa energi di dalam sel. Fungsi ATP
dapat diumpamakan sebagai mata uang energi utama sel, yang merupakan produk
akhir fotofosforilasi (menambahkan gugus fosfat ke molekul menggunakan energi
dari cahaya), respirasi sel, dan fermentasi. Semua makhluk hidup menggunakan ATP.
Selain digunakan sebagai sumber energi, itu juga digunakan dalam jalur transduksi
sinyal untuk komunikasi sel dan dimasukkan ke dalam asam deoksiribonukleat
(DNA) selama sintesis DNA.

Asetilkholina adalah merupakan salah satu jenis neurotransmitter yang paling umum dikenal.
Asetilkolin berperan dalam mentransmisikan sinyal atau rangsangan yang diterima
untuk diteruskan di antara sel-sel saraf yang berdekatan atau pada sambungan
neuromuscular.

Enzim adalah suatu zat yang bertindak sebagai katalis dalam organisme hidup, mengatur laju
di mana reaksi kimia berlangsung tanpa dengan sendirinya diubah dalam proses.
Koenzim adalah kosubstrat atau substrat sekunder yang inaktif, non-protein dan molekul
organic dengan berat molekul kecil (< 1000Da), yang langsung berpartisipasi dalam
reaksi enzimatis. Koenzim berikatan langsung dengan tempat aktif (active site) dari
enzim.
Ensefalopati adalah kelainan struktur atau fungsi otak akibat suatu kondisi atau penyakit.
Kelainan struktur atau fungsi ini dapat bersifat sementara, namun juga dapat bersifat
permanen, sehingga deteksi dan penanganan yang segera perlu dilakukan untuk
meningkatkan peluang kesembuhannya. Gejala ensefalopati dapat berupa perubahan
kondisi mental, meliputi kehilangan konsentrasi, gangguan koordinasi gerak, serta
kehilangan kemampuan dalam mengatasi masalah atau mengambil keputusan. Selain
perubahan kondisi mental, ensefalopati dapat menimbulkan gejala penyakit saraf,
berupa:
 Bagian tubuh yang berkedut.
 Sulit menelan atau berbicara.
 Kelemahan otot pada salah satu anggota tubuh.

10
 Kejang.
 Penurunan-kesadaran: mulai dari tampak mengantuk hingga koma.

Kondisi yang dapat menyebabkan ensefalopati antara lain

 Kekurangan pasokan oksigen pada otak, misalnya karena infeksi atau kurang darah.
 Gangguan elektrolit.
 Tekanan darah yang terlalu rendah atah malah terlalu tinggi.
 Keracunan atau efek samping obat.
 Penyakit hati, termasuk penyakit kuning.
 Cedera kepala.
 Gagal ginjal.
 Protein glisin yang terlalu tinggi di otak, akibat kelainan genetik.
 Kekurangan vitamin B1 yang dipicu oleh kecanduan alkohol (sindrom Wernicke-
Korsakoff).
 Penyakit Lyme.
 Penyakit sapi gila.

Ensefalopati bisa dialami oleh semua orang tanpa mengenal usia, dan menimbulkan gejala
yang beragam. Gejala utamanya adalah perubahan kondisi kejiwaan yang umumnya meliputi
kehilangan konsentrasi, gangguan koordinasi gerakan, serta kehilangan kemampuan daya pikir
untuk memutuskan sesuatu. Perubahan kondisi kejiwaan bisa terjadi secara perlahan dan
bertahap, atau drastis dan dalam waktu singkat. Gejala atau tanda klinis lain, contohnya:
kejang-kejang, tremor, lemah otot di salah satu bagian tubuh, sulit menelan atau bicara, bagian
tubuh yang berkedut, dan koma.

Dementia atau demensia adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara
berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga
aktivitas sehari-hari penderitanya. Jenis demensia yang paling sering terjadi adalah
penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Alzheimer adalah demensia yang
berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak. Sedangkan,
demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak.

Pikun (berbeda dengan demensia) adalah perubahan kemampuan berpikir dan mengingat yang
biasa dialami seiring pertambahan usia. Perubahan tersebut dapat memengaruhi daya ingat,
namun tidak signifikan dan tidak menyebabkan seseorang bergantung pada orang lain.
Demensia disebabkan oleh rusaknya sel saraf dan hubungan antar saraf pada otak.
Berdasarkan perubahan yang terjadi, ada beberapa jenis demensia, yaitu:
Penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi. Penyebab Alzheimer
masih belum diketahui, namun perubahan genetik yang diturunkan dari orang tua diduga dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Selain faktor genetik, kelainan protein dalam
otak juga diduga dapat merusak sel saraf sehat dalam otak.

Demensia vascular disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Stroke berulang
merupakan penyebab tersering dari demensia jenis ini.

Kondisi lain yang menimbulkan gejala demensia

11
Selain penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, terdapat juga kondisi-kondisi lain yang
bisa menimbulkan gejala demensia, namun sifatnya sementara. Kondisi tersebut meliputi:

 Kelainan metabolisme atau endrokrin.


 Multiple sclerosis.
 Subdural hematoma.
 Tumor otak.
 Efek samping obat, seperti obat penenang dan obat pereda nyeri.
 Kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti kekurangan vitamin B1, vitamin B6,
vitamin B12, vitamin E, dan zat besi dalam tubuh.
 Keracunan akibat paparan logam berat, pestisida, dan konsumsi alkohol.

Gejala terkait perubahan kognitif

 Kehilangan ingatan
 Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan orang lain, dan melakukan kegiatan
sehari- hari.
 Mengalami disorientasi atau kebingungan akan waktu dan tempat.
 Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi.
Sering lupa dan salah saat meletakkan suatu benda.
Gejala terkait perubahan psikologis

 Perubahan perilaku, kepribadian, dan suasana hati


yang kerap terjadi secara tiba-tiba.
 Kehilangan inisiatif atau apatis pada hal apa pun, termasuk pada kegiatan yang
sebelumnya pernah ditekuni.
 Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
 Mengalami depresi.
 Mengalami halusinasi.
 Mengalami paranoia.
 Merasa gelisah.

Asam γ-aminobutirat (asam gamma-aminobutirat, bahasa Inggris: gamma-aminobutyric acid,


GABA) adalah neurotransmiter dan hormon otak yang menghambat (inhibitor) reaksi-
reaksi dan tanggapan neurologis yang tidak menguntungkan. GABA terdapat dalam
kadar yang tinggi pada berbagai belahan otak, yaitu sekitar 1.000 kali lebih tinggi
daripada kadar neurotransmiter monoamina lainnya, pada tempat yang sama.
Defisiensi GABA dapat menyebabkan pikiran terhalusinasi, delusional, histeria,
emosional, hipotonia, ataksia, keterbelakangan mental, dan peningkatan rasio asam 4-
OH-butirat di dalam urin.
Penghambat alami atau inhibitor dari GABA adalah ion klorida. Jika kadar ion klorida dalam
darah tidak terkendali, maka akan mengurangi kadar GABA yang kemudian akan
menghasilkan kecemasan yang berkepanjangan, ketakutan yang tidak rasional dan
12
terlepasnya beberapa hormon otak lain tanpa kendali. Hal itu juga akan memicu
terjadinya peningkatan produksi CRH pada nukleus paraventrikularis di kelenjar
hipotalamus. Selanjutnya hormon CRH ini akan merangsang kelenjar adrenal untuk
menghasilkan hormon kortisol. Kortisol adalah suatu hormon yang menyebabkan
kekecewaan, perasaan tertekan dan kesedihan serta menghadirkan ketakutan yang
berlebihan. Melalui ekspresi pencerapnya, GABA menghambat proliferasi sel punca
pluripoten dan neural pada jaringan embrio dan manusia dewasa, dan mengendalikan
proliferasi sel tumor.

Glia
Glikolisis
Hcy
Hematopoiesis
Holoenzyme
Hyperglycemia
Jalur pentose fosfat
Kejang konvulsif
convulsive seizures
Kejang adalah gejala klinis yang lebih banyak terjadi pada anak, baik disertai dengan demam
ataupun tanpa demam. Kejang timbul sebagai ketidaknormalan bangkitan listrik otak
yang disertai perubahan fungsi otak. Gejala kejang dapat berupa penurunan kesadaran
maupun suatu konvulsi. Kejang dapat terjadi akibat dari rendahnya kadar gula darah,
infeksi, cedera kepala, efek samping obat-obatan tertentu, tumor otak atau kelainan
saraf lainnya, kurangnya oksigen ke otak. Kejang yang terjadi berulang tanpa disertai
demam barulah mungkin merupakan suatu indikasi akan adanya suatu kondisi kronik
yang disebut epilepsi. Epilepsi adalah kejang berulang secara spontan.
Kofaktor
Konvulsi adalah kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi konstraksi dan
peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang tidak terkendali.
Multiple schlerosis
Myelin

Neuron
Neuropsychiatric
NADH
pernicious anemia
neuropathy
parasthesia

13
Psikosis adalah kondisi kejiawaan yang bisa ditandai dengan adanya gangguan hubungan
dengan realita yang meliputi adanya gangguan halusinasi atau delusi.
Poineuritis (poli = banyak, neuritis = peradangan pada saraf) adalah peradangan pada banyak
bagian saraf, yang terjadi secara simultan, yang umumnya mengalami gejala seperti rasa baal,
rasa kesemutan, sensasi nyeri yang dirasa pada banyak tempat (umumnya pada
anggota gerak). Penyebab dari kondisi ini sangatlah beragam, seperti infeksi,
gangguan metabolik, gangguan pada sistem saraf pusat, dsb. Jenis dari polineuritis
yang umum ditemukan, salah satunya adalah Guillain-Barré Syndrome.
Radikal bebas adalah zat yang terbentuk secara alami saat terjadi proses metabolisme di dalam
tubuh. Tetapi radikal bebas bisa berasal dari luar tubuh, misalnya dari polusi, asap
rokok, pestisida, atau obat-obatan.
Serotonin
Siklus Krebs

Wernike-Korsakoff syndrome
hematopoiesis

14
Latihan soal
1. Yang termasuk vitamin neurotropik antara lain
a. Vitamin B1 dan Vitamin C
b. Vitamin C dan vitamin D
c. Vitamin B1 dan Vitamin B12
d. Vitamin B6 dan vitamin D
e. Vitamin B6 dan vitamin B2
2. Vitamin B1 disebut juga sebagai
a. Cyanocobalamin
b. Pyridoksin
c. Thiamine
d. Glutathion
e. Biotin
3. Vitamin B1 berperan sebagai koensim dalam
a. Tyrosine hydroxylyase
b. Serine-hydroxymethyltransferase
c. Pyruvate dehydrogenase
d. Metabolisme homocysteine
e. Methyl malonylCoA Mutase (MCM)
4. Vitamin B6 disebut juga sebagai
a. Thiamine
b. Cyanocobalamine
c. Pyridoxine
d. Riboflavin
e. Biotin
5. Vitamin B6 berperan antara lain dalam
a. Sintesis ATP
b. Sintesis selaput myelin
c. Sintesis dopamine dari L-DOPA
d. Polyneuritis
e. Kelemahan otot
6. Vitamin B12 disebut juga sebagai
a. Thiamine
b. Riboflavin
c. Cyanocobaltamine
d. Biotin
e. Asam aslkorbat
7. Vitamin B12 berperan dalam
a. Metabolisme energy
b. Siklus methionine
c. Pembentukan myelin dan remyelination
d. Sintesis lemak
e. Sintesis serotonin
8. Vitamin B1 diperlukan sebagai kofaktor dalam
a. Metabolisme lemak yang diperlukan untuk menjaga stabilitas system
saraf,

15
b. Metabolisme protein yang diperlukan untuk menjadi kompoene saraf,
c. Metabolisme glukosa yang diperlukan untuk mendukung sintesis asam
nukleat, neurotransmitters, myelin dlsb. dengan menyediakan energi
yang diperlukan.
d. Metabolisme purin dan pirimidin yang diperlukan untuk sistesis DNA
di jaringan saraf,
e. Metabolisme cholesterol yang diperlukan untuk menjaga fleksibilitas
saraf.
9. Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzyme dalam sintesis neurotransmitters
yang diperlukan dalam transmisi synapse, misal
a. Asetilkholin, oxytoxin, dan glutamat
b. Endorphin, oxytoxin, dan dopamin
c. dopamine, serotonin, dan GABA
d. antioxidant, endorphin, dan GABA
e. koenzimA, glutamate, dan oxotoxin
10. Vitamin B12 berperan penting dalam system saraf, karena
a. Menyediakan energi bagi sintesis myelin,
b. Merangsang serabut saraf agar dapat lebih reaktif,
c. Memungkinkan sintesis myelin yang diperlukan untuk regenerasi saraf
perifer, sehingga mencegah neuropathy.
d. Mencegah kerusakan saraf,
e. Menghambat sintesis dan metabolisme saraf.
11. Vitamin B1, B6 dan B12 masing-masing punya peran yang berbeda yang
semua diperlukan untuk kesehatan saraf.
a. Vitamin B6 menyediakan energy untuk sel-sel saraf agar dapat
berfungsi dengan baik, vitamin B1 berperan dalam transmisi impuls
saraf (neurotransmitter, misal serotonin), dan vitamin B12 berperan
dalam pembentukan myelin yang melindungi serabut saraf dan
memepangaruhi trasmisi signal saraf.
b. Vitamin B12 menyediakan energy untuk sel-sel saraf agar dapat
berfungsi dengan baik, vitamin B6 berperan dalam transmisi impuls
saraf (neurotransmitter, misal serotonin), dan vitamin B1 berperan
dalam pembentukan myelin yang melindungi serabut saraf dan
memepangaruhi trasmisi signal saraf.
c. Vitamin B1 menyediakan energy untuk sel-sel saraf agar dapat
berfungsi dengan baik, vitamin B6 berperan dalam transmisi impuls
saraf (neurotransmitter, misal serotonin), dan vitamin B12 berperan
dalam pembentukan myelin yang melindungi serabut saraf dan
memepangaruhi trasmisi signal saraf.
d. Vitamin B1 menyediakan energy untuk sel-sel saraf agar dapat
berfungsi dengan baik, vitamin B12 berperan dalam transmisi impuls
saraf (neurotransmitter, misal serotonin), dan vitamin B6 berperan
dalam pembentukan myelin yang melindungi serabut saraf dan
memepangaruhi trasmisi signal saraf.
e. Vitamin B12 menyediakan energy untuk sel-sel saraf agar dapat
berfungsi dengan baik, vitamin B1 berperan dalam transmisi impuls

16
saraf (neurotransmitter, misal serotonin), dan vitamin B6 berperan
dalam pembentukan myelin yang melindungi serabut saraf dan
memepangaruhi trasmisi signal saraf.

17
Daftar pustaka
Carlos Alberto Calderón‐Ospina1 | Mauricio Orlando Nava‐Mesa. 2020. B Vitamins in the
nervous system: Current knowledge of the biochemical modes of action and synergies of
thiamine, pyridoxine, and cobalamin CNS Neurosci Ther. 2020;26:5–13.

18
Lampiran 1. Rumus kimia vitamin neutrotropik: Vitamin B12

Struktur koenzim B12


AMIT KESSEL PH.D
Kessel & Ben-Tal (2018) Introduction to Proteins: Structure, Function, and Motion. 2nd
edition. CRC Press

19
Lampiran 2. Mekanisme kerja koenzim

20
Lampiran 3. Penyakit beri-beri

 Beri-beri merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf dan sistem peredaran
darah, serta lebih sering ditemui pada anak usia 1-4 tahun. Sebenarnya penyakit
ini dapat dicegah, yaitu dengan memenuhi kebutuhan harian vitamin B1. Penyakit
beri-beri disebabkan oleh kurangnya kadar vitamin B1 atau tiamin dalam tubuh.
 Vitamin B1 dibutuhkan untuk memproduksi dan menyalurkan energi ke sel-sel
tubuh. Rendahnya kadar vitamin B1 membuat tubuh kekurangan energi serta
menyebabkan masalah pada jantung dan peredaran darah, serta sistem saraf.
 Ada sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan kurangnya jumlah tiamin di
dalam tubuh, yaitu:
 Sering mengonsumsi beras giling (tanpa kulit) yang rendah kadar
tiamin.
 Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
 Jarang mengonsumsi makanan kaya tiamin, seperti daging unggas dan
kacang.
 Menderita hipertiroidisme atau kadar hormon tiroid berlebih dalam
darah.
 Penderita gagal ginjal kronis yang menjalani cuci darah (hemodialisis).
 Menderita penyakit HIV/AIDS.
 Efek samping bedah bariatrik atau penurunan berat badan drastis.
 Mual dan muntah berlebihan saat hamil (hipermesis gravidarum).
 Bayi yang minum ASI atau susu dengan kadar tiamin rendah.
 Mengonsumsi obat-obatan golongan diuretik dalam jangka panjang.
 Kelainan genetik yang membuat tubuh sulit menyerap tiamin.
 Penyakit beri-beri terbagi menjadi 3 jenis, yaitu beri-beri kering, beri-beri basah,
dan sindrom Wernicke-Korsakoff. Tiap jenis ini memiliki gejala yang berbeda-
beda.
 Gejala beri-beri basah
 Beri-beri basah menyerang jantung dan sistem peredaran darah.
Gangguan ini bisa ditandai dengan gejala seperti:
 Tungkai membengkak.
 Jantung berdebar.
 Sesak napas saat melakukan aktivitas fisik atau bahkan saat
baru bangun tidur.
 Gejala beri-beri kering
 Beri-beri kering dapat merusak saraf dan menurunkan fungsi
otot-otot tubuh.
 Gangguan ini dapat ditandai dengan gejala seperti:
 Tangan dan kaki kesemutan atau mati rasa.
 Tubuh terasa nyeri.
 Mual dan muntah.
 Mata bergerak tak terkontrol.
 Linglung dan bingung (delirium).
 Kesulitan berbicara.
 Kesulitan berjalan, bahkan lumpuh.
 Gejala sindrom Wernicke-Korsakoff 21
Sindrom Wernicke-Korsakoff adalah kerusakan otak akibat kekurangan tiamin
tingkat parah atau beri-beri berat.
Gangguan ini umumnya ditandai dengan berbagai gejala seperti:
 Kemampuan mengingat berkurang.
 Menurunnya koordinasi otot-otot tubuh.
 Gangguan penglihatan.
 Kebingungan dan linglung.
 Halusinasi.

22

Anda mungkin juga menyukai