Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam nukleat merupakan salah satu senyawa organik yang terdapat di dalam tubuh
makhluk hidup yang mempunyai peranan penting sebagai pembawa informasi genetik.
Senyawa tersebut juga berperan dalam mengontrol susunan senyawa dalam sel, aktivitas sel,
dan susunan protein jaringan organ tubuh. Asam nukleat dibagi menjadi dua jenis, yaitu DNA
dan RNA.
Pada tubuh manusia, asam nukleat terletak di dalam inti sel yang tersusun atas gugus
gula pentosa, fosfat, dan basa nitrogen (purin dan pirimidin). Asam nukleat seringkali disebut
sebagai polinukleotida karena tersusun dari sejumlah monomer-monomer nukleotida.
Senyawa tersebut dapat di sintesis dan di degradasi dalam tubuh manusia, yang disebut
dengan metabolisme asam nukleat.
Metabolisme asam nukleat meliputi katabolisme (biodegradasi) dan anabolisme
(biosintesis). Reaksi-reaksi yang terlibat dalam katabolisme dan anabolisme asam nukleat
membutuhkan enzim. Kekurangan dalam enzim ini dapat menyebabkan berbagai penyakit,
salah satunya penumpukan asam urat.
Katabolisme asam nukleat atau polinukleotida merupakan jalur metabolisme yang
menguraikan asam nukleat menjadi senyawa-senyawa penyusunnya. Proses ini dimulai dari
masuknya makanan ke dalam tubuh manusia yang dicerna tubuh dengan bantuan enzim-
enzim. Molekul-molekul makanan yang besar akan diubah teksturnya menjadi seperti bubur
yang disebut kim. Selanjutnya, kim yang memasuki usus duabelas jari akan mengalami
pencernaan secara kimiawi.
Hampir semua makanan mengandung asam nukleat. Kandungan asam nukleat yang
terdapat dalam sel-sel makanan akan dicerna secara enzimatis. Salah satu enzim yang
disekresikan oleh usus duabelas jari adalah enzim endonuklease, yang tergolong sebagai
enzim pemecah protein. Enzim tersebut memutus ikatan fosfodiester pada polinukleotida
sehingga menjadi oligonukleotida, kemudian dengan enzim fosfodiesterase dihasilkan
mononukleotida. Selanjutnya, nukleotida dipecah dengan bantuan enzim nukleotidase
menghasilkan nukleosida dan fosfat. Nukleosida dipecah diurai menjadi 1-ribosa fosfat dan
basa nitrogen (purin dan pirimidin) oleh enzim fosforilase. Selain itu, basa nitrogen juga
merupakan hasil penguraian nukleotida oleh enzim fosforibosil transferase.
Hasil degradasi asam nukleat akan diserap oleh tubuh di usus illeum yang akan
digunakan sebagai bahan sintesis (anabolisme) asam nukleat dan asam amino. Basa purin dan
pirimidin yang tidak digunakan dalam sintesis asam nukleat, akan mengalami degradasi lebih
lanjut. Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut yang meliputi katabolisme dan anabolisme
basa nitrogen (purin dan pirimidin).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana katabolisme purin?
2. Bagaimana katabolisme pirimidin?
3. Bagaimana anabolisme purin?
4. Bagaimana anabolisme pirimidin?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui katabolisme purin?
2. Untuk mengetahui katabolisme pirimidin?
3. Untuk mengetahui anabolisme purin?
4. Untuk mengetahui anabolisme pirimidin?
5.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Katabolisme Purin
Inti dari senyawa komponen molekul nukleotida asam nukleat DNA atau RNA
yaitu purin dan pirimidin. Kedua senyawa tersebut dapat dihasilkan dari degradasi asam
nukleat yang berasal dari makanan yang dicerna oleh tubuh. Berikut garis besar
metabolisme asam nukleat disajikan dalam pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Garis Besar Metabolisme


Asam Nukleat

Pada Gambar 1.1, katabolisme asam nukleat menghasilkan purin dan pirimidin,
yang selanjutnya akan dijadikan bahan utama dalam sintesis/anabolisme asam nukleat.
Kedua senyawa tersebut yang tidak digunakan dalam sintesis, maka akan akan
didegradasi. Katabolisme purin dan pirimidin melalui jalur yang berbeda. Purin adalah
salah satu penyusun asam nukleat yang terdapat pada semua sel makhluk hidup. Berikut
gambar 1.1 merupakan struktur dari purin.

Gambar 1.2 Struktur purin


Beberapa turunan purin adalah adenin, guanin, hipoxantin, xantin. Purin ini
(adenin, guanin, hipoxantin, xantin) selanjutnya akan memasuki reaksi-reaksi
katabolisme sehingga menjadi asam urat. Berikut gambar 1.2 merupakan struktur dari
adenin, guanin, hipoxantin, dan xantin yang terlibat dalam reaksi katabolisme:

Gambar 1.3 Struktur adenin, guanin, hipoxantin, xantin

Berikut disajikan pada Gambar 1.4.a; 1.4.b; 1.4.c; 1.4.d beberapa struktur nukleotida
purin.

Gambar 1.4.a Nukleotida adenin/ Gambar 1.4.b Nukleotida guanin/


Adenosin Monofosfat (AMP) Guanosin Monofosfat (GMP)

Gambar 1.4.c Nukleotida Hipoxantin/ Gambar 1.4.d Nukleotida Xantin/


Ionin Monofosfat (IMP) Xantosin Monofosfat (XMP)

Jika basa-basa nitrogen bebas (purin dan pirimidin) tidak digunakan kembali untuk
sintesis asam nukleat, maka basa tersebut akan mengalami degradasi lebih lanjut
menghasilkan asam urat sesuai dengan tahapan berikut.
Tahapan reaksi pembentukan asam urat:

Gambar 1.5 Tahapan Degradasi


Purin Membentuk Asam Urat

Berikut penjelasan tahapan-tahapan degradasi purin dalam membentuk asam urat


sesuai pada Gambar 1.5:
1. Gugus amino akan dilepaskan dari AMP membentuk IMP, sedangkan fosfat
dilepaskan dari AMP menjadi adenosin. IMP melepas gugus fosfat menjadi inosin,
sedangkan adenosin mengalami pelepasan gugus amino menjadi inosin. XMP dan
GMP melepas gugus fosfat menjadi xantosin dan guanosin.
2. Inosin oleh enzim PNP (Purin Nukleosida Fosforilase) diubah menjadi hipoxantin.
Guanosin oleh enzim PNP diubah menjadi guanin, dan Xantosin oleh enzim PNP
diubah menjadi xantin. Selanjutnya Hipoxantin (oleh xantin oksidase) dan guanin
(oleh guanin deaminase) diubah menjadi xantin.
3. Xantin, oleh enzim xantin oksidase diubah menjadi asam urat, yang merupakan
produk akhir dari proses degradasi purin pada manusia. Asam urat akan
diekskresikan ke dalam urin.
Asam urat diekskresikan sebagai produk akhir dari katabolisme purin pada primata,
burung, dan beberapa binatang yang dikeluarkan lewat pencernaan. Manusia dewasa
mengekskresikan asam urat dengan laju sekitar 0,6 g/ 24 jam. Sebagian besar mamalia
dan vertebrata lain mendegradasi asam urat menjadi allantoin oleh urat oksidase.
Allantoin kemudian diubah menjadi asam allantoic yang juga dikeluarkan (pada beberapa
ikan) atau dikatabolisis lebih lanjut menjadi urea (pada sebagian besar ikan, beberapa
kerang-kerangan dan binatang amfibi) atau menjadi amonia (dalam beberapa hewan laut
tak bertulang belakang). Berikut disajikan lebih lanjut pada Gambar 1.6.

Gambar 1.6 Degradasi Asam Urat Menjadi Urea

Kelebihan Produksi Asam Urat Menyebabkan Encok


Penyakit encok yang telah lama diduga sebagai penyakit ketuaan, sebenarnya
merupakan penyakit persendian yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi asam urat
di dalam darah dan jaringan. Sendi-sendi menjadi ngilu, nyeri, dan sakit karena
penimbunan kristal sodium urat secara abormal. Peningkatan konsentrasi asam urat di
dalam darah dan jaringan juga menyebabkan ginjal mengalami gangguan karena
kelebihan molekul urat disimpan di dalam tubula ginjal.
Encok dapat diobati secara efektif dengan menggabungkan terapi nutrisi dan obat.
Penderita encok harus menghindari makanan yang kaya akan nukleotida dan asam
nukleat seperti hati. Selain itu juga harus menghindari teh dan kopi karena mengandung
purin kafein dan teobromin. Penyembuhan encok juga bisa dilakukan dengan pemberian
obat alopurinol yang dapat menghambat kerja xantin oksidase sehingga pembentukan
asam urat bisa dikurangi.
B. Katabolisme Pirimidin
Asam nukleat akan mengalami hidrolisis oleh beberapa enzim yang akhirnya akan
menghasilkan basa pirimidin. Nukleotida pirimidin merupakan nukleotida yang mengikat
basa pirimidin. Basa pirimidin memiliki cincin beranggotakan 6 atom yaitu 2 atom
nitrogen dan 4 atom karbon. Basa pirimidin meliputi sitosin, timin, dan urasil.
Strukturnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

(a) (b) (c)


Gambar 2.1 Struktur basa pirimidin (a) sitosin, (b) timin, (c) urasil

Cincin pirimidin terbuat dari tiga komponen, yaitu ( C-2 ) berasal dari bikarbonat
(HCO3-) , ( N-3 ) berasal dari gugus amida dari glutamin, ( C-4, C-5, C-6 dan N-1)
berasal dari aspartat, seperti yang dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Komponen Penyusun Cincin Pirimidin

Secara umum jalur degradasi nukleotida pirimidin, yaitu cincin pirimidin direduksi
menjadi 5,6 - dihidropirimidin dalam reaksi yang dikatalisis oleh dehidrogenase
dihydrouracil. Jumlah Cincin yang berkurang kemudian dibuka oleh pemutusan hidrolitik
dari ikatan N-3–C-4 dalam reaksi katalisis oleh dihydropyrimidinase. Karbamoil-β-asam
amino (ureidopropionate atau ureidoisobutyrate) yang dihasilkan secara derivatif
selanjutnya dihidrolisis menjadi NH4+, HCO3-, dan sebuah β-asam-amino. β-Alanine (dari
urasil) dan β-aminoisobutyrate (dari timin) kemudian dapat dikonversi menjadi asetil
CoA dan suksinil CoA, yang dapat memasuki siklus asam sitrat dan dikonversi menjadi
senyawa lain. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Jalur Degradasi Nukleotida Pirimidin

Kelainan Akibat Katabolisme Pirimidin


Sebagian besar hasil akhir metabolisme pirimidin larut dalam air, sehingga tidak
banyak kelainan yang disebabkannya. Adanya penyakit bawaan mempengaruhi sintesis
pirimidin, dan menyebabkan meningkatnya eksresi asam orotat (orotat aciduria). Gejala
dan tanda-tanda klinik yang biasa dijumpai diantaranya: hambatan pertumbuhan, anemia
berat dan sumsum tulang belakang. Penyakit leukopeni juga sering dijumpai. Kelainan ini
bisa diobati dengan uridin dan sitidin. Pemberian dua senyawa ini akan meningkatkan
pembentukan UMP (Uridine Mono Phospat). UMP akan menghambat CPS (Carbamoyl
Phospat Syntetase) II, yang akan mengurangi pembentukan asam orotat.
C. Anabolisme Purin
Pembentukan nukleotida purin, 5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP) diawali dengan
sintesis ATP dan ribosa 5’-fosfat, yang dibentuk dari glukosa melalui jalur pentosa fosfat.
Basa purin dibentuk di atas gugus ribosa. Dalam reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan
glutamin membentuk fosforibosilamin, reaksi ini, yang menghasilkan nitrogen 9 cincin
purin, dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotransferase, suatu enzim yang dihambat oleh
tiga produk jalur, IMP, AMP, dan GMP. Ketiga nukleosida ini juga menghambat sintesis
PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar
substrat PRPP. Karbon 8 disediakan oleh metenil tetrahidrofolat, nitrogen 3 oleh
glutamin, karbon 6 oleh CO2, nitrogen 1 oleh aspartat, dan karbon 2 oleh formil
tetrahidrofolat.
Pada reaksi kedua, keseluruhan gugus glisin ditambahkan ke prekursor yang sedang
tumbuh. Glisin menyediakan karbon 4 dan 5 serta nitrogen 7 pada cincin purin.
Nukleotida purin pertama yang dibentuk oleh jalur ini adalah inosin monofosfat (IMP).
Nukleotida ini mengandung basa hipoxantin yang disatukan oleh ikatan N-glikosidat dari
nitrogen 9 cincin purin ke karbon 1 pada ribose.
IMP berfungsi sebagai titik cabang, serta nukleotida adenin dan guanin dibentuk
dari IMP. Adenosin monofosfat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah
gugus amino dari aspartat ke karbon 6 cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP.
Guanosin monofosfat (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan sebuah gugus amino
dari amida glutamin ke karbon 2 cincin purin. Dalam hal ini, reaksi membutuhkan ATP.
AMP dan GMP masing-masing menghambat pembentukannya sendiri dari IMP. AMP
dan GMP dapat mengalami fosforilasi ke tingkat difosfat dan trifosfat dan digunakan
untuk proses yang memerlukan energi di dalam sel. Purin nukleosida trifosfat juga
digunakan sebagai prekursor untuk sintesis RNA.
Pada sintesis DNA, gugus ribosa harus direduksi menjadi deoksiribosa, reduksi ini
terjadi di tingkat dinukleotida dan dikatalisis oleh ribonukleotida reduktase, yang
memerlukan protein tioreduksin. Deoksiribonukleosida difosfat dapat mengalami
fosforilasi ke tingkat trifosfat dan kemudian digunakan sebagai prekursor untuk sintesis
DNA. (Harper dan Yohanis, 2009)
Tahapan biosintesis Purin
a. Pembentukan IMP (Inosine 5-monophospat)
1. Ribosa 5 fosfat dengan ATP akan membentuk 5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP).
Enzim yang mengkatalis reaksi ini adalah PRPP sintase. Reaksi pembentukan
IMP ditunjukkan oleh Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Reaksi Pembentukan IMP

2. PRPP + glutamin membentuk 5-fosforibosilamin (PRA) (dikatalisis oleh enzim


glutamin-PRPP amidotransferase). Reaksi pembentukan 5-fosforibosil-1-amina
ditunjukkan oleh Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2 Reaksi pembentukan 5-fosforibosil-1-amina


3. Gugus amino mengalami asilasi oleh glisin menjadi glisinamid ribonukleotida
(GAR) (enzim GAR sintase). Reaksi pembentukan glisinamid ribonukleotida (GAR)
ditunjukkan oleh Gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Reaksi pembentukan glisinamid ribonukleotida (GAR)


4. Transfer gugus formil dari 10-formiltetrahidrofolat pada N-7 menjadi
Formilglisinamid ribonukleotida (FGAR) (enzim GAR transformilase). Reaksi
pembentukan Formilglisinamid ribonukleotida (FGAR) ditunjukkan oleh Gambar 3.4
berikut.
Gambar 3.4 Reaksi pembentukan Formilglisinamid ribonukleotida (FGAR)

5. Amida diubah menjadi amidin, memerlukan ATP, glutamin sebagai sumber N


menjadi formilglisinamidin ribonukleotida (FGAM) (enzim FGAM sintase). Reaksi
pembentukan formilglisinamidin ribonukleotida (FGAM) ditunjukkan oleh Gambar
3.5 berikut.

Gambar 3.5 Reaksi Pembentukan Formilglisinamidin Ribonukleotida (FGAM)

6. Penutupan cincin (5), memerlukan ATP membentuk aminoimidazol ribonukletida


(AIR) (Enzim AIR sintase). Reaksi pembentukan aminoimidazol ribonukletida (AIR)
ditunjukkan oleh Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Reaksi Pembentukan aminoimidazol ribonukletida (AIR)


7. Pengikatan CO2 pada C-5, yang akan membentuk C-4, menjadi karboksiamino
Imidzolribonukleotida (CAIR) (AIR karboksilase). Tidak memerlukan biotin. CO 2
mula-mula diikatkan pada N-3, kemudian dipindah terikat pada C-5. (Memerlukan
ATP). Reaksi pembentukan karboksiamino Imidzolribonukleotida (CAIR)
ditunjukkan oleh Gambar 3.7 berikut.
Gambar 3.7 Reaksi Pembentukan karboksiamino Imidzolribonukleotida (CAIR)
8. Aspartat berkondensasi dengan karboksilat yang baru terbentuk menjadi suatu amida,
aminoimidazol suksinilokarboksamida ribonukleotida (SAICAR) (memerlukan
enzim SAICAR sintase).
9. Fumatrat dipecah oleh enzim adenilosuksinat liase dan menghasilkan amino-
imidazol karboksamida ribonukleotida (AICAR) (membutuhkan enzim
Adenilosuksinat liase). Reaksi pembentukan amino- imidazol karboksamida
ribonukleotida (AICAR) ditunjukkan oleh Gambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9 Reaksi Pembentukan amino- imidazol karboksamida ribonukleotida (AICAR )


10. Menyerupai tahap ketiga, 10-formiltetrahidrofolat menyerahkan gugus formil (-
CH=O) pada gugus amino dari aminoimidazol karboksamida ribonukleotida menjadi
(Formamidoimidazol Kaboksamid ribonukleotida) (FAICAR) (enzim AICAR
transformilase). Reaksi pembentukan Formamidoimidazol Kaboksamid
ribonukleotida (FAICAR) ditunjukkan oleh Gambar 3.10 berikut.

Gambar 3.10 Reaksi Pembentukan Formamidoimidazol Kaboksamid ribonukleotida (FAICAR)


11. Nitrogen dari amida berkondensasi dengan gugus formil, dan menutup cincin (6)
purin. (dikatalis oleh enzim IMP siklohidrolase). Reaksi pembentukan Inosinat
ditunjukkan oleh Gambar 3.11 berikut.

Gambar 3.11 Reaksi Pembentukan IMP


b. Pembentukan AMP dan GMP
 membentuk GMP : 1) IMP dioksidasi menjadi XMP yang memerlukan NAD+
2) oksigen pada posisi 2 akan diganti oleh N dari amida glutamin,
reaksi ini memerlukan ATP.

Gambar 3.12 Reaksi Pembentukan GMP

 Pembentukan AMP: 1) IMP mendapatkan N yang menggantikan O pada posisi 6 dari


aspartat. Energi yang dibutuhkan berasal dari GTP.
Kemudian fumarat lepas.

Gambar 3.13 Reaksi Pembentukan AMP


D. Anabolisme Pirimidin
Sintesis pirimidin lebih sederhana dibandingkan purin. Umumnya biosintesis
pirimidin dan purin memerlukan bahan pembentukan yang sama misalnya PRPP,
glutamin, CO2, asam aspartat, koenzim tetrahidrofolat (FH4), tetapi ada satu perbedaan
yang jelas sekali yaitu pada saat terjadinya penambahan gugus ribosa-P (pada biosintesis
purin), penambahan gugus ribosa-P tersebut sudah berlangsung ditahap awal. Sedangkan
pada biosintesis pirimidin berlangsung setelah perjalanan beberapa tahap lebih jauh.
Tahapan-tahapan biosintesis pirimidin sebagai berikut.
1. Biosintesis pirimidin diawali oleh reaksi pembentukan karbamoil-P yang dihasilkan
dari reaksi antara glutamin, ATP dan CO2 yang dikatalisis oleh enzim karbamoil-P
sintetase yang berlangsung didalam sitosol. Berbeda dengan enzim karbamoil-P
sinthase yang bekerja pada reaksi pembentukan urea, dimana reaksi nya berlangsung
bukan didalam sitosol melainkan didalam mitokondria. Persamaan reaksinya
ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Reaksi Penyusunan Karbamil-P


2. Berikutnya karbamoil-P berkondensasi dengan asam aspartat menghasilkan senyawa
karbamoil-asparta. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim aspartat transkarbamoilase
(ATCase) sesuai dengan persamaan reaksi pada Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Reaksi Pembentukan Karbamoil-Asaparat

3. Berikutnya terjadi reaksi penutupan rantai sambil membebaskan H2O dari molekul
karbamoil-aspartat sehingga dihasilkan asam dehidro orotat (DHOA= dihidroorotic
acid). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim dihidroorotase.
4. Berikutnya melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim DHOA dehidrogenase dengan
koenim NAD+, DHOA menghasilkan asam arotat (OA=orotic acid), persamaan
reaksinya ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Reaksi Pembentuk Asam Arotat

5. Selanjutnya terjadi reaksi penambahan gugus ribosa-P pada asam orotat, yang
ditunjukkan pada Gambar 4.4. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim orotat fosforibosil
transferase dan dihasilkan orotidilat OMP (orotidin mono posphate). PPRP dihasilkan
dari reaksi fhosfhorilasi ribosa 5-fosfat (dari jalur fosfat gula pentosa sesuai pada
Gambar 4.5.
Gambar 4.4 Reaksi Yang Menghasilkan OMP

Gambar 4.5 Reaksi yang Menghasilkan PRPP

6. Akhirnya enzim orotidilat dikarboksilase mengkatalisis reaksi dikarboksilasi orotidilat


dan menghasilkan uridilat (uridin mono phosphate) yaitu produk nukleotida pertama
pada biosintesis pirimidin ditunjukkan pada Gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6 Reaksi Yang Menghasilkan UMP

7. Reaksi pada Gambar 4.7 skema biosintesis pirimidin adalah satu-satunya reaksi
biosintesis nukleotida pirimidin yang membutuhkan turunan tetrahidrofolat. Gugus
metilen pada N5, N10 –metilen-tetrahidrofolat direduksi menjadi gugus metal yang
ditransfer dan tetrahidrofolat dioksidasi menjadi dihidrofolat. Agar sintesis pirimidin
dapat berlangsung dihidrofolat harus direduksi kembali menjadi etrahidrofolat, reaksi
ini dikatalisis oleh dehidrofolatreduktase. Oleh karena itu, sel yang sedang membelah,
yang harus mengasilkan TMP dan dihidrofolat.

Gambar 4.7 Skema Biosintesis Pirimidin


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:


1. Metabolisme asam nukleat terdiri atas katabolisme dan anabolisme asam nukleat.
2. Pada katabolisme asam nukleat dihasilkan purin dan pirimidin. Kedua senyawa tersebut
jika tidak digunakan akan didegradasi lebih lanjut. Degradasi purin akan menghasilkan
asam urat.
3. Kelebihan asam urat hasil degradasi purin dapat menyebabkan penyakit encok.
4. Kelainan yang terjadi pada sintesis pirimidin yaitu Leukopeni yang merupakan penyakit
bawaan.
5. Pada anabolisme asam nukleat menggunakan purin dan pirimidin sebagai bahan utama
dalam sintesis asam nukleat.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, Bruce.2002. Biologi molekular sel. New York: Garland Science

Bautista, N.M.S., 2012. Nucleotide Metabolism, (Online),


(https://www.slideshare.net/noelmd/what-would-they-say).

Freeman, W.H. 2000.Nucleic Acid Synthesis. National Center for Biotechnology Information,
U.S. National Library Of Medicine.

Harper, 2001, Biokimia Edisi Ke-27, Buku Kedokteran (EGC), Jakarta.

Information, U.S. National Library Of Medicine.

Jones, R.C., Buchanan, B.B., Gruissem, W.2000. Biologi Molekuler Biokimia &


Tanaman.. Rockville, Md: American Society of fisiologi tanaman.

King,M.W.1996. Biosintesis Nukleotida Purin. IU School of Medicine

Lehninger.1982. Dasar-Dasar Biokimia,jilid 1. Jakarta: Erlangga

Lodish H, Berk A., Zipursky. 2000. Molecular Cell Biology. 4 edisi. New York: WH


Freeman

Martoharsono, S. 1989. Biokimia Jidid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Montgomery, dkk. 1993. Biokimia: Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta:


Gadjah Mada Press.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. 2009. Biokimia harper (29 ed.). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Nelson, D.L., Cox, M.L., 2008. Lehninger Principles of Biochemistry Fourth Edition. New
York: W.H. Freeman and Company.

Ngili Yohanis. 2009. Biokimia: Struktur & Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Poedjiadi,Anna.1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press

Soeroso dan Algristian. 2011. Asam urat. ISBN 9786028661423. Penebar plus (penebar
swadaya grup). Depok.

Wikipedia. 2017. Lesch-Nyhan Syndrome,(Online), (http://en.wikipedia.org/wiki/


Lesch_Nyhan_syndrome).

Wikipedia. Tanpa Tahun. Nucleic Acid Metabolism,(Online),


(https://en.wikipedia.org/wiki/Nucleic_acid_metabolism).

Yunita, E., Fitriana, D., Gunawan, A. 2018. Hubungan antara Obesitas, Konsumsi Tinggi
Purin, dan Pengobatan terhadap Kadar Asam Urat dengan Pengguna. Jurnal farmasi
klinik Indonesia, ISSN: 2252–6218.

Anda mungkin juga menyukai