Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Makalah

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang dibina oleh

disusun oleh:
Priska Yohanita Sodanango (190331565226)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2020
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan adalah komponen penting dalam kehidupan manusia, baik internal maupun
eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu upaya
peningkatan mutu sumber daya manusia yang cerdas sehingga dapat menunjang kemajuan bangsa
dan negara di masa depan. Hal tersebut sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa maka diberlakukan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai salah satu sektor
pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan nasional
memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua Warga Negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa (Kemendikbud, 2012:1).
Pada setiap praktik pendidikan diperlukan kurikulum agar tujuan-tujuan dari proses
pendidikan dapat tercapai dengan baik. Kurikulum dapat didefinisikan sebagai seperangkat rencana
pembelajaran yang berisi tujuan, materi, metode, dan, alat evaluasi pembelajaran yang berfungsi
sebagai pedoman dan acuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan (Sukmadinata, 2012:3). Kurikulum memiliki 4 komponen, yaitu: tujuan, isi, metode atau
strategi untuk mencapai tujuan, dan evaluasi. Sebagai sebuah sistem setiap komponen harus saling
berkaitan satu sama lain. Apabila salah satu komponen terganggu tentu akan mennyebabkan sistem
tidak seimbang dan tujuan yang ingin dicapai akan terganggu pula. Oleh sebab itu, kurikulum
memiliki konstribusi dalam mewujudkan proses berkembangnya kualitas peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia?
C. Tujuan

Mendeskripsikan perkembangan kurikulum di Indonesia mulai Kurikulum 1984 hingga


Kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

Setiap pelaksanaan proses pendidikan membutuhkan kurikulum sebagai alat bantu dalam
mencapai tujuan pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan
mutu pendidikan terus dilakukan di Indonesia. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan
pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, yaitu mulai dari kurikulum 1968 sampai KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) hingga kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan
dikembangkan oleh pemerintah yakni kurikulum 2013.
Kurikulum merupakan perangkat pendidikan perangkat pendidikan yang dinamis, oleh
karena itu kurikulum juga harus peka sekaligus mampu merespon beragam perubahan dan beragam
tuntutan stakeholders yang menginginkan adanya peningkatan kualitas pendidikan (Depdiknas,
2003:8). Semua kurikulum nasional dirancang dan dikembangkan berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya terletak pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda,
karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk
memajukan pendidikan nasional kita. Berikut perbandingan setiap perubahan kurikulum di dunia
pendidikan Indonesia mulai Kurikulum 1984 hingga Kurikulum 2013.
A. Paradigma Kurikulum
1. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 dikembangkan sebagai penyempurnaan kurikulum 1975 berdasarkan tiga


pertimbangan. Pertama adalah adanya perubahan dalam kebijakan politik dengan ditetapkan TAP
MPR nomor II/MPR/1983 dimana dinyatakan perlunya adanya Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa sebagai mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan. Secara operasional TAP MPR
tersebut dijabarkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0461/U/1983
tertanggal 22 Oktober 1983 yang menyatakan perlunya perbaikan kurikulum. Kedua adalah hasil
penilaian kurikulum 1975 antara tahun 1979 sampai dengan tahun 1981 yang juga mencakup
perkembangan kehidupan masyarakat. Perkembangan yang cepat dalam kehidupan masyarakat
terutama dalam bidang ilmu dan teknologi menghendaki adanya penyempurnaan kurikulum.
Ketiga adalah hasil-hasil yang dicapai oleh Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1973 – 1984),
hasil studi kognitif, keberhasilan perintisan Bantuan Profesional Kepada Guru yang menekankan
pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (1978 – 1990) dan hasil penelitian (1979 – 1986) dan
pengembangan Ketrampilan Proses (1980 – 1984). 
Pengembangan kurikulum 1984 juga didasarkan pada tujuan pendidikan nasional yang
tercantum dalam TAP MPR nomor IV/MPR/1978 dan dan nomor II/MPR/1983 yaitu “Pendidikan
Nasional berdasarkan azas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan
yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersamasama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan beberapa inovasi pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah yang mengarah pada pendekatan, metode dan strategi belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
a) Model pengembangan kesinambungan (Continueus Development Model)

Model perencanaan kurikulum yang dianut oleh kurikulum 1975 yaitu melalui (1) pemetaan
atau pengkajian tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum serta lingkup materi kurikulum
1975/1976/1977 PAUD, SD/SLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB DAN SMK. (2) pengembangan
kurikulum dengan pendekatan Program Pengembangan Sistem Instruksional.
Dengan model ini, Pusbangkurandik berupaya untuk melakukan penjembatanan apa yang ada
pada masa lampau, apa yang ada pada masa kini dan apa yang seharusnya ada pada masa yang akan
datang. Pemikiran ini sangat penting dalam menerapkan konsep continuous quality improvement
yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat serta seni budaya.
b) Model kemasyarakatan (Societal Model)

Model perencanaan dan pengembangan kurikulum 1984 ini menganut faham kurikulum
dinamis, artinya selalu dapat mengalami perubahan yang disesuaikan dengan tuntutan masyarakat di
lingkungan tempat sekolah itu berada. Perencanaan kurikulum selalu harus memperhatikan tuntutan
masyarakat dan bangsa Indonesia, karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Misalnya tuntutan
perlunya penyesuaian dengan atau pemasokan budaya daerah dan pembangunan daerah serta
perlunya meningkatkan semangat kebangsaan. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia juga
merupakan bagian dari masyarakat dunia maka dalam merencanakan kurikulum kita selalu harus
mengikuti kecenderungan pendidikan di dunia.
c) Model Kemitraan (Partnership Model)

Selain kedua model yang dipaparkan di atas, setiap perencanaan dan pengembangan kurikulum
1984 harus tetap didasarkan atas Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara
yang berlaku. Khususnya kurikulum 1984 perencanaan dan pengembangannya harus disesuaikan
dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 461/U/1983 dan Garis-Garis Besar
Haluan Negara 1983. Mengingat jenis dan jenjang pendidikan dan perlunya pengembang mata
pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan bidang studinya maka Pusbangkurandik,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyadari perlunya kerjasama yang saling menguntungkan (kemitraan) dengan
instansi-instansi pendidikan dan instansi-instansi yang berkepentingan yang memiliki keahlian dan
kepakaran dalam bidang tertentu.

2. Kurikulum 1994

3. Kurikulum 2004 (KBK)


4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) : KTSP merupakan singkatan dari


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang mana didefenisikan menurut E. Mulyasa (2006: 19)
sebagai kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Berdasarkan defenisi tersebut, KTSP dikembangkan oleh masing-masing kelompok
atau satuan pendidikan bersama dengan komite di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan
dan Departemen Agama (Kunandar, 2007: 103). Penilaian hasil belajar pada kurikulum KTSP,
dapat menggunakan (E. Mulyasa, 2006: 258-261) terdiri dari: 1) Penilaian kelas, 2) Tes
Kemampuan Dasar, 3) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi, 4) Benchmarking, 5)
Penilaian Program.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikkan dan peserta didik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan ,struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan kalender pendidikan dan silabus.
Menurut Undang-Undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara. Dari uraian ini tergambar
kompetensi yang perlu dicapai oleh peserta didik dalam satu proses pendidikan. Secara umum ada
tiga ciri kompetensi yangdiamanahkan oleh undang-undang, yaitu menanamkan upaya
memeperoleh pengetahuan, memiliki keterampilan dan menanamkan nilai-nilai/sikap pada
pesertadidik. Ketiga aspek dasar ini merupakan dasar penyusunan Kurikulum Tingkat
SatuanPendidikan (KTSP). Dalam penerapan suatu kurikulum, pengelola dan pelaksana pendidikan
seharusnya memiliki pandangan kedepan yang kreatif dan inovatif. Sebab paradigma pendidikan
juga turut berkembang, seperti sifat pengajaran berkembang menjadi pembelajaran; teacher centre
berkembang ke student centre; guru bukan lagi penceramah tetapi guru fasilitator dan mediator;
metode pembelajaran juga bervariasi.
Perubahan paradigma berhubungan dengan pola berpikir dan pola bertindak dalam
memandang, menyikapi dan melaksanakan kurikulum tersebut. Pelaksanaan kurikulum
memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dankondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan ,
keindividuan, kesosialan dan moral. Kurikulum dilakanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia dengan menggunakan prinsip yang berpusat pada potensi,
perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, beragam dan
terpadu,tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan juga seni, relevandengan
kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjanghayat, seimbang antara
kepentingan nasional dan daerah.Adanya perkembangan paradigma ini, guru harus pula dapat
merubah pola pikir dan pola pendidikan lama ke arah yang baru. Sifat pengajaran yang
berkembangke pembelajaran memberikan pesan bahwa saat ini guru bukan satu-satunya sumber
belajar karena masih banyak sumber belajar yang lain.

Pada hakekatnya KTSP merupakan inovasi dari pengorganisasian kurikulum yang


dilimpahkan dari pusat ke daerah dalam hal ini lebih mengerucut pada level satuan pendidikan atau
sekolah. oleh karena itu dalam pengembangannya disesuaikan dengan karakteristik satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, sosial budaya, masyarakat, dan karakteristik peserta
didik.
Kurikulum terdiri atas 4 desain, yakni desain kurikulum disiplin ilmu atau yang dikenal
dengan kurikulum subjek akademis, kurikulum pengembangan individu yang sering kita kenal
dengan kurikulum humanistik, kurikulum berorientasi pada pada kehidupan masyarakat atau yang
kita kenal dengan rekontruksi sosial serta kurikulum teknologis. Dihubungkan dengan konsep dasar
dan desain kurikulum diatas, maka KTSP memiliki unsur tersebut yang sekaligus merupakan
karakteristik KTSP itu sendiri, yakni :
Pertama, Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang beroriantasi kepada disiplin
ilmu. Hal ini dapat kita lihat pertama, struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak
di ukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran .
Kedua, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini
dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa
untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi
pembelajaran yang disarankan.
Ketiga, KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada
salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
Keempat, KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya standar
kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar, yakni
sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.

5. Kurikulum 2013
Perubahan dan pembaruan kurikulum harus dipahami sebagai hal yang biasa, karena
kurikulum memang harus selalu bersifat adaptif. Kurikulum harus mampumenyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan, tuntutan kebutuhan, serta tantangan,yang selalu berubah sesuai
perkembangan zaman. Abad 21 telah menghadirkan berbagai perubahan lingkungan yang
mendasar, yang menuntut adaptasi tersebut. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah
menyadari terjadinya pergeseran paradigma belajar pada abad 21. Ada empat aspek ciri abad 21
yaitu aspek informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi. Tiap aspek ini akan menuntut
perubahan drastis, dari model pembelajaran lama ke model yang lebih pas dengan tuntutan zaman.
Pertama, aspek informasi. Berbeda dengan era lama, di mana informasi terbatas dan sulit
dicari, kini informasi tersedia di mana saja, dan bisa diakses kapan saja. Siswa kini tidak harus
bertanya kepada guru, untuk sekadar tahu tentang sesuatu. Bahkan, siswa yang rajin menjelajah
situs-situs ilmu pengetahuan di dunia maya, bukan tidak mungkin lebih tahu tentang perkembangan
keilmuan terbaru dibandingkan guru yang malas memanfaatkan media Internet. Oleh karena itu,
model pembelajaran dalam kurikulum 2013 diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu
dari berbagai sumber observasi, bukandiberitahu seperti era lama. Guru tidak selalu dianggap paling
tahu tentang segalanya.Jadi, siswa didukung untuk aktif mencari informasi sendiri.
Kedua, aspek komputasi. Perkembangan teknologi komputer dan kecerdasan buatan
( artificial intelligence ) saat ini telah begitu pesat, sehingga banyak persoalan bisa dijawab secara
cepat oleh komputer yang dilengkapi perangkat lunak yang tepat. Oleh karena itu, dalam model
pembelajaran yang baru, pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah
(menanya), bukan hanyamenyelesaikan masalah (menjawab). Jangan anggap remeh, karena untuk
bisamerumuskan masalah dan mengajukan pertanyaan yang tepat, itu juga membutuhkan tingkat
pemahaman dan kecerdasan tertentu.
Ketiga, aspek otomasi. Otomasi sudah menjangkau hampir segala pekerjaan rutin dan
mekanistis di dunia industri. Dengan melihat konteks demikian, maka dalam kurikulum 2013,
pembelajaran diarahkan untuk melatih siswa agar mampu berpikir analitis (pengambilan
keputusan), bukan berpikir mekanistis (rutin).
Terakhir, aspek komunikasi. Di era lama, komunikasi sering berlangsungsearah, seperti orang
menonton siaran televisi atau membaca koran. Tetapi di abad 21, komunikasi bisa berlangsung dari
mana saja dan ke mana saja. Media online, misalnya, memudahkan terjadinya interaksi bolak-balik
antara pengirim dan penerima pesan (komunikasi dua arah).
Maka model pembelajaran yang ditawarkan kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang
menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalammenyelesaikan masalah. Adalah suatu
yang absurd, jika di tengah keterbukaaninformasi dan kemudahan berkomunikasi, ada pihak yang
tertutup, terkucil ataumenutup diri. Dalam dunia yang semakin terbuka dan kompleks,
penyelesaianmasalah tidak bisa dikerjakan sendiri, tetapi akan jauh lebih mudah jika dilakukanlewat
kerjasama dan kolaborasi.

KURIKULUM PARADIGMA
1984 Behaviorisme:
Berdasarkan pendekatan behaviorisme, seseorang dianggap belajar sesuatu
apabila ada menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus
dan respon itu dianggap tidak penting sebab tidk dapat diamati.
1994 Behaviorisme:
Berdasarkan pendekatan behaviorisme, seseorang dianggap belajar sesuatu
apabila ada menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus
dan respon itu dianggap tidak penting sebab tidk dapat diamati.
2004 (KBK) Konstruktivisme:
Pendekatan konstruktivisme menekankan keterampilan dan tingkah laku
sebagai tujuan pendidikan. Konstruktivisme menekankan perkembangan
konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi
aktif yang dibuat siswa.
2006 (KTSP) Konstruktivisme:
Pendekatan konstruktivisme menekankan keterampilan dan tingkah laku
sebagai tujuan pendidikan. Konstruktivisme menekankan perkembangan
konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi
aktif yang dibuat siswa.
2013 (K-2013) Konstruktivisme:
Pendekatan konstruktivisme menekankan keterampilan dan tingkah laku
sebagai tujuan pendidikan. Konstruktivisme menekankan perkembangan
konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi
aktif yang dibuat siswa.
Analisis:
Paradigma yang digunakan kurikulum 1984 adalah behaviorisme. Seorang siswa dikatakan
telah belajar apabila telah menunjukkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut
dikatakan sebagai suatu respon yang merupakan hasil dari stimulus yang diberikan oleh guru.
Selanjutnya kurikulum 1994 juga masih menggunakan paradigma yang sama, hingga akhirnya pada
kurikulum KBK tahun 2004 dilakukan perubahan paradigma menjadi konstruktivisme. Perubahan
paradigma ini harus dilakukan untuk menghadapi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Pendekatan konstruktivisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan
merupakan suatu konstruksi aktif yang dibuat siswa. Siswa diharapkan menjadi lebih aktif dalam
menggali sumber belajar.

B. Landasan Hukum Kurikulum

1. Kurikulum 1984

Landasan hukum kurikulum 1984 Berdasarkan TAP MPR nomor II/MPR/1983 yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.”

Pada kurikulum 1984 tidak diatur oleh Undang-Undang, melainkan oleh Ketetapan MPR dan
selanjutnya dilakukan penyempurnaan kurikulum yang dihasilkan atas dasar Undang-Undang yakni
kurikulum 1994 yang memiliki tujuan pendidikan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989.
2. Kurikulum 1994
Landasan hukum kurikulum 1994 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
3. Kurikulum 2004 (KBK)
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional


pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan tingkat satuan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
kalender pendidikan dan silabus. KTSP diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran
2006/2007.menggantikan kurikulm 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Pemberlakuan KTSP
didasarkan pada peraturan menteri pendidikan nasional No.24 tahun 2006. KTSP adalah kurikulum
yang di kembangkan dan di tetapkan tingkat sekolah (Satuan Pendidikan) baik satuan pendidikan
dasar (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah atas dan Sekolah
Menengah Kejuruan). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya
dengan memperhatikan Undang-undang No.20 tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional
Pasal 36.
Menurut Permen No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar
Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, standar proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 dalam Hendra, Standar isi mencakup kerangka
dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata
pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 dalam Hendra, Standar kelulusan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan pernyataan
diatas dapat dipahami:
a. Standar Isi (SI) merupakan rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
untuk semua mata pelajaran telah disusun secara nasional oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Pengembangannya dapat dilakukan oleh sekolah dengan memperhatikan
rumusan SK-KD yang telah disusun oleh BSNP.
b. SK-KD di atas menjadi pedoman bagi guru dalam menyusun rencana pembelajaran berupa
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5. Kurikulum 2013
Landasan dan Dasar Hukum Pengembangan Kurikulum 2013 - Pengembangan Kurikulum
2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang
mencakup kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan secara
terpadu. Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 terdapat pada 4 standar. 4 elemen
perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup Kompetensi Dasar (KD), Standar Isi (SI), Standar
Proses, dan Standar Penilaian. Perubahan tersebut didasarkan pada landasan atau dasar hukum
yang kuat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad ke-21. Undang-undang ini
menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip
demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.
kurikulum, yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus
berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Landasan penyempurnaan kurikulum meliputi landasan yuridis yakni Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Landasan filosofis dimana Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah
berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa
mendatang.
Landasan teoritis dimana kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan
standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas
minimal lulusan 5 suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005). Standar Kompetensi Lulusan
dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP,
SMA, SMK. Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu
kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan konten.
Landasan empiri bahwa sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa,
potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil
apapun ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentuk
manusia Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi
sebagai satu entitas bangsa Indonesia.

KURIKULUM LANDASAN HUKUM


1984 Berdasarkan TAP MPR nomor II/MPR/1983 yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk


meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.”
1994 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

2004 (KBK) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan
nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
2006 (KTSP) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan
nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Selanjutnya guru yang harus menentukan sendiri indikator dan
materi pokok pelajaran disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikannya.
2013 (K-2013) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan
nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Analisis:
Pada kurikulum 1984 tidak diatur oleh Undang-Undang, melainkan oleh Ketetapan MPR
dan selanjutnya dilakukan penyempurnaan kurikulum yang dihasilkan atas dasar Undang-Undang
yakni kurikulum 1994 yang memiliki tujuan pendidikan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989. Untuk saat ini, tujuan pendidikan nasional diatur oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 yang sudah diterapkan sejak kurikulum KBK. Hal ini dilakukan tentu dalam rangka
menjawab tantangan zaman yang terus berubah sehingga diharapkan kurikulum pendidikan di
Indonesia bersifat dinamis.

C. Komponen dan Isi Materi Kurikulum

1. Kurikulum 1984

Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut:


1. Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk
kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi
Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian,
Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
2. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
3. Perubahan program jurusan. Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B.
Program A terdiri dari:
a) A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
b) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
c) A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
d) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya. Sedangkan program B adalah
program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa
langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B memerlukan 93 sarana
sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.

Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang anak didik
sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti
lingkungannya.  Pada kurikulum ini posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan,  mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya
kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas
periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta). Konsep CBSA yang
elok secara teoretis dan bagus hasilnya disekolah-sekolah yang di uji cobakan, mengalami banyak
deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional
Ciri-ciri Umum dari  Kurikulum CBSA:
 Berorientasi pada tujuan instruksional
 Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA)
  Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
  Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas
semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep
yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan
latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
4. Kurikulum 1994

Pada kurikulum tahun 1994 model administratif disebut dengan model garis staff atas ke bawah.
Karena inisiatif dan gagasan datang dari pemerintah pusat. Jadi pemerintah pusat yang menyusun
kurikulum yang akan dijalankan oleh setiap satuan pendidikan. Guru hanya sekedar menjalankan
apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas,
struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti
komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam
berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi
namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa
mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut :
 Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
 Pembelajaran di sekolah lebih berorientasi kepada materi pelajaran/isi, sehingga materi
pelajaran cukup padat.
 Memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum
ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
 Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas semakin
banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa, guru
dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok
bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara
pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal
yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang
komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.

5. Kurikulum 2004 (KBK)


6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Komponen dalam KTSP dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
b. Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah tertuang dalam standar Isi, yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran
sebagai berikut:
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Kelompok mata pelajaran estetika
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP No, 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 7.
Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang
keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke
dalam isi kurikulum.
 Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan
tertera pada struktur kurikulum yang tercantum dalam standar Isi.
 Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan.
 Kegiatan pengembangan diri
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
 Pengaturan beban belajar
Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri,
SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester
(SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester
(SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam
pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam
sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran
yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di
sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan
satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan
sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut. Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit
tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Satu SKS pada
SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur.
 Kenaikan kelas, Penjurusan, dan kelulusan
Kenaikan kelas, Penjurusan, dan kelulusan mengacu pada standar penilaian yang
dikembangkan oleh BSNP.
 Pendidikan Kecakapan Hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan/atau kecakapan vokasional.
Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan semua mata
pelajaran. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
 Pendidikan berbasis lokal dan global
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat
merupakan bagian dari semua mata pelajaran.
 Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
formal lain dan/atau nonformalm yang sudah memperoleh akreditasi.
c. Kalender pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memerhatikan
kalender pendidikan sebagaimana terantum dalam standar isi.
d. Silabus dan Rencana pelaksanaan pengajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam meteri
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan
silabus inilah guru bisa mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya.
7. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki 4 (empat) komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi/isi; (3)
Metode/strategi pembelajaran; dan (4) evaluasi. Keempat komponen tersebut memiliki keterkaitan
yang erat dan tidak bisa dipisahkan.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
efektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
A. Tujuan Pendidikan Nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
B. Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah menempuh atau menyelesaikan
program di lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional juga merupakan cerminan dari
standar kompetensi lulusan yang diharapkan dari setiap tingkat satuan pendidikan. Standar
kompetensi lulusan terbagi menjadi tiga domain, yakni domain kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotor (keterampilan).
C. Tujuan kurikuler yakni tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran,
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah menyelesaikan bidang studi tertentu di
lembaga pendidikan.
D. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran yakni kemampuan yang harus dimiliki siswa
setelah mempelajari materi tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
Komponen isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis
bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang
studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada. Kriteria yang
dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum natara lain:
 Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
 Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
 Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji.
 Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas.
 Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan
Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014: 5-7) ada beberapa hal yang menjadi
komponen dalam merencanakan implementasi kurikulum, diantaranya adalah:
a. Rumusan Tujuan
Komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau yang diharapkan tercapai
setelah pelaksanaan kurikulum, yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkenaan
dengan aspek-aspek dedukstif, administratif, sosial dan aspek lainnya.
b. Identifikasi Sumber-sumber
Komponen ini memuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
kurikulum. Perlu dilakukan survey untuk mengetahui sumber-sumber yang digunakan meliputi
sumber keterbacaan, sumber audio visual, manusia, masyarakat dan sumber di sekolah yang
bersangkutan.
c. Peran Pihak-pihak terkait
Komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai pelaksanaan
kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator serta siswa sendiri.
d. Pengembangan Kemampuan Profesional
Komponen ini memuat perangkat kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur
ketenagaan yang terkait dengan implementasi kurikulum.
e. Penjadualan Kegiatan Pelaksanaan
Komponen ini memuat uraian lengkap dan rinci tentang jadual pelaksanaan kurikulum.
f. Unsur Penunjang
Komponen ini memuat uraian lengkap tentang semua unsur penunjang yang berfungsi
menunjang pelaksanaan kurikulum. Unsur penunjang meliputi metode kerja, perlengkapan,
biaya, dan waktu yang tersedia.
g. Komunikasi
Komponen ini direncanakan sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kurikulum.
h. Monitoring
Komponen ini memjuat secara rinci dan komprehensif tentang rencana kegiatan monitoring
sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses pelaksanaan dan tahap akhir
pelaksanaan kurikulum.
i. Pencatatan dan Pelaporan
Komponen ini memuat segala sesuatu yang berkenaan dengan pencatatan data dan informasi
dan memuat laporan yang berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum.
j. Evaluasi Proses
Komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini
digambarkan hal-hal seperti tujuan, fungsi, metode evaluasi dan bentuk evaluasi.
k. Perbaikan dan Redesain Kurikulum
Dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan perbaikan atau redesain
kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang
bersumber dari hasil evaluasi proses

KURIKULUM ISI MATERI


1984 Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral
1994 Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral
2004 (KBK) Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral
2006 (KTSP) Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral
2013 (K-2013) Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral

Urutan Materi, Kedalaman Materi, dan Keluasan Materi Untuk Mata Pelajaran Kimia SMA

KURIKULUM ISI MATERI


1984  Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
 Pemberian materi pembelajaran didasarkan pada tingkat kematangan
mental siswa dan penyajianpada jenjang sekolah dasar harus melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif.

Kelas I Kelas II Kelas III


Semester 1 Semester 3 Semester 5
Materi dan perubahannya Ikatan kimia Beberapa golongan unsur
Konsep mol Termokimia dalam sistem periodik
Struktur atom dan sistem Kecepatan reaksi Periode ketiga dalam sistem
periodik unsur-unsur Semester 4 periodik
Semester 2 Kesetimbangan kimia Unsur-unsur dalam periode
Larutan elektrolit Larutan dan sifat- keempat
Hidrokarbon dan minyak sifatnya Kimia karbon
bumi Redoks dan Semester 6
Beberapa reaksi kimia elektrokimia Beberapa aspek biokimia
terapan Kimia inti
Sistem koloid
Ilmu kimia dalam kehidupan
sehari-hari
1994  Materi yang diajarkan dimulai dari hal yang konkret dan dilanjutkan
dengan materi yang bersifat abstrak.
 Untuk materi yang dianggap sulit perlu dilakukan pemantapan pemahaman
dengan melakukan pengulangan.
Kelas I Kelas II Kelas III
Cawu 1 Cawu 1 Cawu 1
Pengenalan ilmu kimia Termokimia Sifat koligatif larutan
Materi dan perubahannya Laju reaksi Larutan penyangga
Konsep mol 1 Kesetimbangan kimia Hidrolisis garam
Cawu 2 Cawu 2 Kelarutan dan hasil kali
Konsep mol 2 Larutan kelarutan
Struktur atom Senyawa karbon Reaksi redoks dan
Sistem periodik unsur- Cawu 3 elektrokimia
unsur Sistem koloid Cawu 2
Ikatan kimia Kimia lingkungan Struktur atom, sistem
Cawu 3 Zat radioaktif dan periodik unsur-unsur dan
Reaksi reduksi-oksidasi penggunaan radioisotop ikatan kimia
Hidrokarbon Beberapa golongan unsur
Minyak bumi dalam sistem periodik
Unsur-unsur dalam Unsur-unsur periode ketiga
kehidupan sehari-hari Unsur-unsur transisi
Cawu 3
Kimia karbon
Aspek-aspek biokimia

2004 (KBK) Materi yang diajarkan dimulai dari hal yang konkrit ke abstrak, sehingga siswa
dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuannya yang berdampak pada upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Semester 1 Semester 1 Semester 1
Berkenalan dengan ilmu Struktur atom, sistem Sifat koligatif larutan
kimia periodik, dan ikatan Redoks dan elektrokimia
Materi dan perubahannya kimia Unsur-unsur dalam sistem
Sistem periodik unsur- Energitika kimia periodik
unsur dan struktur atom Laju reaksi Semester 2
Ikatan kimia Kesetimbangan kimia Senyawa turunan alkana
Semester 2 Semester 2 Benzena dan turunannya
Stoikiometri Larutan asam dan basa Makromolekul (polimer)
Larutan elektrolit dan Stoikiometri larutan Aspek biokimia
konsep redoks Larutan penyangga
Hidrokarbon dan minyak Hidrolisis
bumi Kelarutan dan hasil kali
kelarutan
Sistem koloid
2006 (KTSP) Materi yang diajarkan dimulai dari hal yang konkrit ke abstrak, sehingga siswa
dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuannya yang berdampak pada upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Semester 1 Semester 1 Semester 1
Struktur atom dan sistem Teori atom mekanikan Sifat koligatif larutan
periodik kuantum dan ikatan Reaksi redoks dan
Ikatan kimia kimia elektrokimia
Hukum-hukum dasar kimia Termokimia Kimia unsur
Stoikiometri Laju reaksi Semester 2
Semester 2 Kesetimbangan kimia Senyawa turunan alkana
Larutan elektrolit dan non- Stoikiometri larutan Benzena dan turunannya
elektrolit Semester 2 Makromolekul (Polimer)
Reaksi reduksi-oksidasi Asam dan basa Biomolekul
Senyawa hidrokarbon Larutan penyangga
Hidrolisis garam
Kelarutan dan hasil kali
kelarutan
Sistem koloid
2013 (K-2013) Materi kimia diajarkan dimulai dari perkenalan ilmu kimia dan metode ilmiah
dalam praktikum kimia, dari yang konkret ke abstrak dan siswa dituntut memiliki
karakter sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Semester 1 Semester 1 Semester 1
Hakikat Ilmu Kimia Senyawa hidrokarbon Sifat koligatif larutan
Teori atom Minyak bumi Reaksi reduksi dan oksidasi
Ikatan kimia Reaksi eksoterm dan Kimia unsur
Semester 2 endoterm Semester 2
Larutan elektrolit dan non Laju reaksi Gugus fungsi
elektrolit Kesetimbangan kimia Benzena
Reaksi reduksi dan Semester 2 Makromolekul
oksidasi Larutan asam basa Biomolekul
Stoikiometri. Hidrolisis
Larutan Penyangga
Kelarutan dan hasil kali
kelarutan
Koloid

Analisis:
Penyajian materi pembelajaran kimia dimulai dari materi yang bersifat abstrak dan
dilanjutkan ke materi yang bersifat konkret agar memudahkan siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Dari tabel di atas terlihat bahwa pada kurikulum 1994 terjadi pemadatan materi
pembelajaran kimia SMA. Hal ini sejalan dengan tujuan diubahnya periode pembelajaran pada
kurikulum 1994 yang pada kurikulum sebelumnya (kurikulum 1984) dengan satuan semester
diubah menjadi caturwulan, agar materi pembelajaran yang dipelajari siswa menjadi lebih padat dan
berisi. Selain itu, juga terjadi beberapa perbahan susuna materi pembelajaran. Pada kurikulum tahun
1994, materi hidrokarbon dan minyak bumi dibahas pada bab terpisah, sedangkan pada tahun 1984,
KBK, KTSP dan 2013, pembahasan hidrokarbon digabung dengan bahasan materi minyak bumi
menjadi satu bab yaitu materi hidrokarbon. Pada materi hidrokarbon tidak banyak mengalami
perubahan pada setiap kurikulum, namun pembahasan materi disampaikan lebih luas dan
mendalam.
Pada kurikulum 1994 pemilihan jurusan dimulai pada kelas III semester I. Hal ini berbeda
dari kurikulum lainnya (1984, KBK, KTSP) dimana pemilihan jurusan dimulai dari kelas I semester
I. Sehingga materi pembelajaran kimia yang diterima siswa menjadi kurang maksimal. Sedangkan
pada kurikulum 2013, pemilihan jurusan sudah dimulai dari kelas I semester 1 dengan tujuan agar
siswa menjadi lebih mantap dalam menentukan pilihannya.

D. Strategi Penyajian Pembelajaran


1. Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984, pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah pendekatan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan dan pendekatan Keterampilan Proses. Keduanya merupakan
pendekatan pembelajaran yang bersifat komplementer. Pendekatan pembelajaran Keterampilan
Proses tanpa CBSA tidak akan berhasil, dan CBSA tanpa Keterampilan Proses akan sia-sia
karena tidak tahu arah dan tujuan (Soedijarto,dkk. 2010:61). Namun pada praktik di lapangan
pembelajaran dilaksanakan dengan terpusat pada guru.
2. Kurikulum 1994
Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dimana
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Pada proses pembelajaran CBSA siswa dituntut aktif
dan produktif.
3. Kurikulum 2004 (KBK)
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pembelajaran KTSP adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian
kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya
kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran KTSP adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta
didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam
pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar
tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai
secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan
keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap
peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar
yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu
memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta
didiknya.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip
pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang
ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan
yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi
berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik
menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan
permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan
pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
g. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu


strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.

5. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak
langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang
mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan
peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan
RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran
langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak
pembelajaran (instructional effect)
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran
langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effetct). Pembelajaran tidak
langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam K-1 dan K-2.
Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses
pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan
moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di
dalam kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum
2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas,
sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang
terkait dengan nilai dan sikap.
Dalam Kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran
efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang
tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan. Berkaitan dengan hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut (E. Mulyasa, 2003: 99-125):
a. Merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna.
Implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru
dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
diprogramkan. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat
kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologi, dan didaktis secara bersamaan.
b. Mengorganisasikan pembelajaran
Implementasi Kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan
pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu
pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli
dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.
c. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran
Implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dilakukan dengan
berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learing), bermainperan, pembelajaran partisipatif (participative teaching and
learning), belajar tuntas (mastery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism
teaching and learning).
d. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 merupakan keseluruhan
proses belajar, pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk
kepentingan tersebut maka Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), materi standar,
indikator hasil belajar, dan waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan
pembelajaran sehinga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman
belajar yang optmal. Dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencankup kegiatan awal atau pembukaan,
kegiatan inti atau pembentukankompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.
Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi,
struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu,
pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan
komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.
Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam
budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan keyakinan semua
warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain

KURIKULUM STRATEGI PENYAJIAN


1984 Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan keterampilan
proses dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dimana siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Pada proses pembelajaran CBSA siswa dituntut
aktif dan produktif.
1994 Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) dimana siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Pada proses
pembelajaran CBSA siswa dituntut aktif dan produktif.
2004 (KBK) Pendekatan keterampilan proses dengan melahirkan metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) dan PAKEM
2006 (KTSP) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Student
Centered Learning (SCL)
2013 (K-2013) Pembelajarannya menerapkan Discovery Learning dan Project Based
Learning. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik.
Karakteristik kompetensi sesuai jenjang (tematik dan mata pelajaran).

Analisis:
Pada kurikulum 1984, pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah pendekatan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan dan pendekatan Keterampilan Proses. Keduanya merupakan
pendekatan pembelajaran yang bersifat komplementer. Pendekatan pembelajaran Keterampilan
Proses tanpa CBSA tidak akan berhasil, dan CBSA tanpa Keterampilan Proses akan sia-sia karena
tidak tahu arah dan tujuan (Soedijarto,dkk. 2010:61). Namun pada praktik di lapangan pembelajaran
dilaksanakan dengan terpusat pada guru. Kesadaran akan pentingnya peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran menjadikan kurikulum selanjutnya yakni KBK dan KTSP menggunakan model
pembelajaran yang lebih bervariasi. Bahkan pada kurikulum 2013 diterapkan Discovery Learning
dengan harapan pembelajaran berlangsung dengan berpusat pada siswa dan kompetensi yang
diinginkan pun dapat tercapai.

E. Evaluasi
1. Kurikulum 1984

Pada evaluasi kurikulum 1984 yang serempak dilaksanakan per semester, dimana masih lebih
menekankan pada evaluasi terhadap tingkat penguasaan pengetahuan, prinsip dan konsep-konsep.
Penilaian terhadap penguasaan keterampilan masih bersifat sebagai unsur penunjang. Penilaian
terhadap praktek biasanya dilakukan pada semester ke 5 atau semester 1 di tingkat 3.

2. Kurikulum 1994

Pada evaluasi kurikulum 1984 yang serempak dilaksanakan per semester, dimana masih lebih
menekankan pada evaluasi terhadap tingkat penguasaan pengetahuan, prinsip dan konsep-konsep.
Penilaian terhadap penguasaan keterampilan masih bersifat sebagai unsur penunjang. Penilaian
terhadap praktek biasanya dilakukan pada semester ke 5 atau semester 1 di tingkat 3.

3. Kurikulum 2004 (KBK)


4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP ditujukam untuk menciptakan tamatan yang berkompeten dan cerdas dalam
mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat
yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal sebagaimana yang telah dicetuskan oleh
UNESCO.
Kompetensi lulusan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) dari Standar Kompetensi (SK).
Sistem penilaian yaitu penilaian berbasis kelas dengan penilaian hasil, bentuk penilaian dominan
kepada bentuk tes untuk kompetensi pengetahuan. Pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa
berdasarkan peraturan pemerintah dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007. Penerapannya terdapat
format daftar penilaian tersusun dari penilaian UH sesuai KD dengan penilaian PT, KMTT, UL.
KD, Remedial, Rata-rata UH, UTS, US, Nilai Raport, untuk laporan hasil belajar siswa dalam
raport adanya kolom mata pelajaran, KKM, Nilai Angka dan Huruf, deskripsi kemajuan belajar,
nilai raport angka merupakan penggabungan dari 3 kompetensi yakni pengetahuan dan
keterampilan, sedangkan sikap terdapat kolom yang berisi akhlak dan kepribadian, ketidakhadiran
juga mempengaruhi penilaian sikap. rentang nilai yang digunakan yaitu 0– 100.
Penilaian berbasis kelas, yaitu melakukan penilaian secara seimbang di tiga ranah (kognitif,
afektif, dan psikomotor), dengan menggunakan instrumen tes dan non tes, yang berupa portofolio,
produk, kinerja, dan tes tertulis. Selain itu, pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau
tingkat pencapaian kompentensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat
penguasaan kompetensi lebih lanjut. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Bentuk dan mekanisme penilaian pendidik KTSP:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa: tes,
observasi, penugasan perseorangan atau kelompok dan bentuk lain sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
b. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan dan tes praktik atau tes kinerja.
c. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan atau
di luar kegiatan pembelajaran.
Daftar nilai dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yaitu:
a. Kolom nilai ulangan harian
b. Ulangan harian ke …, meliputi:
 Penugasan Terstruktur (PT)
 Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT)
 Ulangan Kompetensi Dasar ke ….
 Nilai Remedial
 Nilai Rata-rata Ulangan Harian (RUH)
 Nilai Ulangan Tengah Semester (TS)
 Nilai Ulangan Semester (US)
 Nilai Raport (NR)
c. Unsur dalam daftar Nilai Afektif:
 Kepribadian: Bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, bersikap santun
dan kompetitif. Cara penilaian: Amat Baik (AB), Baik (B), Kurang Baik (KB).
 Akhlak Mulia: Disiplin, bersih, tanggung jawab, sopan santun dan jujur. . Cara
penilaian: Amat Baik (AB), Baik (B), Kurang Baik (KB).

5. Kurikulum 2013
Evaluasi menurut Kumano merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui
kegiatan asesmen. Zainul dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu
proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Berdasarkan pengertian diatas secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah
pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai
proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru
mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil
tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti
pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi dilakukan bersama dan
secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Karakteristik penilaian otentik
menurut Santoso adalah sebagai berikut:
 Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.
 Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.
 Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
 Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran
Evaluasi menurut Kurikulum 2013 dikelompokan dalam tiga cakupan penting yaitu evaluasi
pembelajaran, evaluasi program, dan evaluasi sistem. Hal ini sesuai dengan pasal 57 ayat 2, UURI
No. 20 Tahun 2003, evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan
pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang satuan dan jenis pendidikan. Menurut
seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah media yang takterpisahkan dari kegiatan mengajar,
karena melalui evaluasi, seorang guru akan mendapat informasi tentang pencapai hasil belajar.
Secara garis besar, evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam perluasan, yaitu
pencapaian akademik, kecakapan (aptitude) dan penyesuaian personal sosial.
Menurut seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah media yang tak terpisahkan dari
kegiatan mengajar, karena melalui evaluasi, seorang guru akan mendapat informasi tentang
pencapai hasil belajar. Secara garis besar, evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam
perluasan, yaitu pencapaian akademik, kecakapan (aptitude) dan penyesuaian personal sosial.
Syarat dan Tujuan Evaluasi Ada 6 yang berkaitan dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi
adalah sebagai berikut :
 Menilai ketercapaian tujuan. Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Sebagai
sarana (means) untuk mengetahui apa yang telah siswa ketahui.
 Motivasi belajar siswa.
 Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.
 Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
 Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat non-tes. Alat non-tes ini digunakan untuk
mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat observasi ini dapat
berupa chack list, skala racing, dan beberapa kartu skor.
 Alat evaluasi lain yang termasuk non-tes adalah angket atau koesioner
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi
masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah
tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan
pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran. Evaluasi dilakukan di akhir tahun
ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan
untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di kelas/tahun berikutnya. Evaluasi akhir
tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk menguji efektivitas
kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan Lulusan (SKL)

KURIKULUM EVALUASI
1984 Penilaian lebih ditekankan pada kemampuan kognitif siswa melalui tes
tertulis.
1994 Penilaian lebih ditekankan pada kemampuan kognitif siswa melalui tes
tertulis.
2004 (KBK) Penilaian berbasis kelas, yaitu melakukan penilaian secara seimbang di tiga
ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), dengan menggunakan instrumen
tes dan non tes, yang berupa portofolio, produk, kinerja, dan tes tertulis.
Selain itu, pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat
pencapaian kompentensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan
sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
2006 (KTSP) Penilaian berbasis kelas, yaitu melakukan penilaian secara seimbang di tiga
ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), dengan menggunakan instrumen
tes dan non tes, yang berupa portofolio, produk, kinerja, dan tes tertulis.
Selain itu, pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat
pencapaian kompentensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan
sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
2013 (K-2013) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh kompetensi yang meliputi: sikap,
pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotor.
Menggunakan tes, portofolio, dan penilaian autentik.

Analisis:
Pada kurikulum 1984 dan 1994, penilaian hasil belajar siswa cenderung difokuskan pada
kemampuan kognitif siswa saja. Sedangkan pada kurikulum KBK dan KTSP penilaian hasil belajar
siswa sudah meluas, tidak hanya ranah kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor siswa. Pada
kurikulum 2013 penilaian hasil belajar mencakup seluruh kompetensi, yaitu: sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotor. Tidak hanya hasil belajar, tapi proses
pembelajaran pada siswa juga dinilai. Selain itu, pada raport setiap siswa memuat penilaian
kuantitatif tentang pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan.

BAB III
III.PENUTUP
A Kesimpulan
Kurikulum sebagai perangkat pendidikan harus memiliki sifat dinamis. Kurikulum harus
dapat merespon perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang akan terus menginginkan adanya peningkatan kualitas pendidikan. Berdasarkan
hasil analisis perkembangan kurikulum, maka kesimpulan makalah ini adalah:
1. Kurikulum di Indonesia selalu mengalami pembaharuan karena disesuaikan dengan
perkembangan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara.
2. Kurikulum 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013 mempunyai perbedaan dari segi variabel
paradigma,kompetensi, yang berupa urutan, isi materi (uraian, keluasan dan kedalaman
materi), strategi penyajian isi, serta evaluasi.

B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan pengembangan kurikulum pemerintah harus menyesuaikan apa
yang menjadi kebutuhan siswa sebenarnya. Sehingga sumber daya manusia yang berkualitas dapat
terwujud.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional.
Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta:Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional.
Soedijarto, dkk. 2010. Sejarah Pusat Kurikulum. Jakarta:Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sutrisno Arismunandar, 2013. Kurikulum 2013 dan Paradigma belajar Abad 21. (Online)
https://www.academia.edu/4881277/Kurikulum_2013_dan_Paradigma_Belajar_Abad_21
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. (Japan:
Shizuoka University) hlm. 86
Zainul & Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. (Jakarta: Dirjen Dikti.) hlm. 125
Dr. Suharsimi Arikunto.1993.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara
https://www.eurekapendidikan.com/2015/02/kurikulum-pendidikan-1984.html
Hasan, Hamid. 2013. Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis Dan Teoritik Pedagogis
(1950 – 2005). Pdf (diunduh tanggal 7 Februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai