Anda di halaman 1dari 34

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan  Praktikum  Kimia Organik II dengan judul “Asam Amino dan


Protein”  yang disusun oleh : 
Nama : Muh. Fitrah Ramadhan
NIM : 200105501012
Kelas : Pendidikan Kimia B
Kelompok : 2 (Dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima. 

Makassar,      Oktober 2021


Koordinator Asisten Asisten

Julkipli Eko Baskoro Julkipli Eko Baskoro


NIM.1713042020 NIM.171330422020

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Munawwarah, S.Pd, M.Pd


NIP. 19930531201032019
A. JUDUL PERCOBAAN
Asam Amino dan Protein

B. TUJUAN PERCOBAAN
       Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami lebih dahulu
struktur protein selama melakukan percobaan ini diharapkan:
1. Dapat membuktikan adanya ikatan peptida.
2. Dapat memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-
macam kandungan dari protein.
3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino.

C. LANDASAN TEORI
Tindakan vasoidalitas dan meningkatkan kekebalan, dan gamma asam aminoburat
(GABA) mengatur tekanan darah. Selain ketiga fungsi tersebut, asam amino juga
dapat digunakan sebagai alat diagnosa medis dan untuk memrediksi risiko
berbagai penyakit seperti kangker. (Kamei dkk, 2020).
Senyawa-senyawa flavor non-volatil memberikan pengaruh pada
karakteristik rasa suatu produk dan biasanya berasal dari senyawa-senyawa dari
golongan asam amino bebas, peptida, dan nukleotida Setiap komoditas secara
umum memiliki komposisi senyawa flavor yang berbeda. Ikan gurame merupakan
sumber protein hewani yang baik dan seringkali dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Analisis mengenai profil asam amino dapat memberikan informasi penting
mengenai komposisi asam amino esensial dan non esensial selain itu juga untuk
menunjukkan komposisi asam amino secara keseluruhan yang dapat berpengaruh
terhadap karakteristik rasa pada sampel yang dianalisis. Asam amino dan peptida
berperan secara langsung terhadap flavor produk-produk olahan hasil perairan.
(Pratama, 2018: 220).
Jaringan AlphaFold secara langsung memprediksi koordinat 3D semua
atom berat untuk protein tertentu menggunakan urutan asam amino primer dan
menyelaraskan urutan homolog sebagai input (Metode untuk rincian input
termasuk database, konstruksi MSA dan penggunaan template). Deskripsi ide dan
komponen terpenting disediakan di bawah ini. Arsitektur jaringan lengkap dan
prosedur pelatihan disediakan dalam Metode Tambahan. (Jumper dkk, 2021: 528).
Asam amino adalah senyawa yang molekulnya mengandung
gugus fungsional karbonil dan amina. Berdasarkan kemampuan tubuh dalam
sintesisnya, asam amino dibagi menjadi dua kelompok yaitu asam amino
esensial dan non esensial. Maka mutu protein ditentukan oleh jenis
dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein yang tinggi
adalah protein yang mengandung semua jenis asam amino dan dalam proposi
yang sesuai untuk pertumbuhan. (Ramadayanti dkk, 2019: 137).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Rak tabung reaksi 1 buah
a. Tabung reaksi 13 buah
b. Gelas ukur 10 mL 1 buah
c. Gelas ukur 25 mL 2 buah
d. Gelas arloji 1 buah
e. Corong biasa 1 buah
f. Spatula 1 buah
g. Gelas kimia 600 mL 1 buah
h. Pembakar spirtus 1 buah
i. Kaki tiga 1 buah
j. Kasa asbes 1 buah
k. Gelas kimia 100 mL 1 buah
l. Penjepit kayu 2 buah
m. Botol semprot 1 buah
n. Labu bundar 500 mL 1 buah
o. Gelas kimia 800 mL 1 buah
p. Neraca analitik 1 buah
q. Alat refluks 1 set
r. Batang pengaduk 1 buah
s. Pipet tetes 6 buah
t. Lap kasar 2 buah
u. Lap halus 2 buah
2. Bahan
a. Larutan asam klorida 10% (HCl)(aq)
b. Larutan asam klorida 20% (HCl) (aq)
c. Kristal glisin (C2H5NO2)(s)
d. Kristal L-tirosin (C2H5NO2)(s)
e. Kristal kasein
f. Kertas lakmus merah
g. Batu didih
h. Aquades (H2O)(l)
i. Larutan natrium hidroksida 10% (NaOH)(aq)
j. Larutan natrium nitrit 5% (NaNO2)(aq)
k. Kristal urea (CH4NO2)(s)
l. Larutan tembaga (III) sulfat (CuSO4)(aq)
m. Larutan perak nitrat pekat (AgNO3)(aq)
n. Es Batu (H2O)(s)
o. Korek api
p. Kertas saring
q. Label
r. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
1. Kelarutan dan sifat amfoter.
a. Uji kristal glisin.
1) 0,1 gram kristal glisin ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Kristal glisin dilarutkan dengan 2 mL air suling.
3) Larutan glisin diuji dengan kertas lakmus.
4) Perubahan yang dicatat.
b. Uji kristal L-tirosin.
1) 0,1 gram kristal L-tirosin ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Kristal L-tirosin dilarutkan dengan 2 mL air suling.
3) Larutan L-tirosin diuji dengan kertas lakmus.
4) Perubahan yang terjadi dicatat.
c. Uji kristal kasein.
1) 0,1 gram kasein ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Kristal kasein dilarutkan dengan 5 mL air suling.
3) Larutan ditambahkan 2 mL NaOH 10% .
4) Larutan dibagi ke tabung 1 dan tabung 2 sebanyak masing-masing 2mL.
Tabung reaksi 1 dan 2 disimpan untuk percobaan selanjutnya.
5) Perubahan yang terjadi dicatat.
2. Reaksi dengan asam nitrit.
a. Glisin
1) 0,1 gram glisin ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama.
2) 5 mL lautan HCl 10% ditambahkan ke dalam tabung reaksi pertama yang berisi
kristal glisin dan didinginkan.
3) Larutan pada tabung pertama ditambahkan 1 mL NaNO2 5%
4) 5 mL larutan HCl 10% dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua yang lain
sebagai pembanding.
5) Tabung kedua didinginkan di dalam air es.
6) Ditambahkan 1 mL larutan NaNO2 5% kedalam tabung kedua.
7) Tabung 1 dan 2 dibandingkan dan dicatat hasilnya.
b. Kasein
1) 2 mL larutan kasein dari percobaan pertama didinginkan dalam air es.
2) 2 mL larutan NaNO2 5% ditambahkan ke dalam larutan kasein dan dicatat
perubahan yang terjadi.
3. Uji biuret.
a. Urea
1) 0,5 gram urea dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Urea dipanaskan perlahan-lahan sampai urea meleleh dan terbentuk gas.
3) Bau gas dicatat dan diuji dengan kertas lakmus basah pada mulut tabung
reaksi.
4) Pemanasan dilanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan sisanya padat.
5) Zat padat didinginkan dan dilarutkan dalam 3mL air panas.
6) Larutan disaring dan pada filtrat ditambahkan 2 mL larutan NaOH 10%
7) Larutan ditambahkna 3 tetes larutan CuSO4 2%.
8) Larutan diaduk dan diamati perubahan warnanya.
b. Urea (pembanding).
1) 0,5 gram urea dimasukkan dalam tabung reaksi lain sebagai pembanding.
2) Urea dilarutkan dengan 3 ml air dan ditambahkan 2 mL larutan NaOH 10%.
3) 3 tetes CuSO4 2% d tambahkan ke dalam tabung reaksi.
4) Larutan diaduk dan diamati perubahan warnanya.
c. Kasein.
1) 2 mL larutan kasein yang dibuat pada percobaan pertama dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) 2 mL air suling ditambahkan ke dalam larutan kasein.
3) 3 tetes larutan CuSO4 2% ditambahkan ke dalam larutan kasein.
3) Larutan diaduk dan diamati hasilnya.
4. Uji Xanthoproteat
a. 0.1 gram kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. 2 mL HNO3 pekat ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan
perlahan-lahan.
c. Larutan dipanaskan perlahan.
d. Campuran reaksi didinginkan dan dinetralkan dengan hati-hati dengan larutan
NaOH 10%
e. Larutan diuji keasamannya dengan kertas lakmus
f. Perubahan warna yang terjadi di catat
5. Hidrolisis Protein
a. 0,5 gram kasein dimasukkan ke dalam labu bundar 500 ml
b. 25 ml HCl 20 % dan 3 butir batu didih ditambahkan ke dalam labu.
c. Larutan direfluks.
Tabung I.
a. 5 mL larutan hasil refluks dimasukkan ke dalam tabung I.
b. Larutan didinginkan dalam air es.
Tabung II
a. 5 ml larutan hasil refluks dimasukkan ke dalam tabung II.
b. 3 mL NaOH 10% ditambahkan ke dalam larutan.
c. 4 tetes CuSO4 2% ditambahkan ke dalam larutan.
d. Hasilnya dibandingkan dengan tabung I.
F.HASIL PENGAMATAN
1. Kelarutan dan sifat amfoterik

No Perlakuan Hasil
.
a. Tabung 1 Berwarna bening
0,1 gram glisin + 2 mL air + uji Lakmus biru jadi merah (asam)
lakmus
Tabung 2 Bening keruh
0,1 gram tirosin + 2 mL air + uji Lakmus biru tetap biru (basa)
lakmus
Tabung 3 Lakmus merah tetap merah (asam)

0,1 gram aspartat + 2 mL air + uji + bening


lakmus
b. 0,1 gram tirosin + 2 mL air + 1 mL Terbentuk 2 lapisan, lapisan putih
NaOH 10% bening dibawah dan kuning diatas.
0,1 gram tirosin + 2 mL air + 1 mL Lakmus merah jadi biru.
NaOH 10% + Uji lakmus
c. 0,1 gram kasein + 5 mL air + 2 mL Terbentuk dua lapisan, kuning
NaOH 10% diatas bening dibawah tidak ada
endapan

2. Reaksi dengan asam nitrit

No Perlakuan Hasil
.
a. Tabung 1
0,1 gram glisisn + 5 mL HCl 10% Tidak berwarna
(dinginkan dalam air es)
0,1 gram glisin + 5 mL HCl 10% Bening, ada gelembung lebih
(dinginkan dalam air es) + NaNO2 banyak
5% 1 mL
Tabung 2
HCl 10% 5 mL (dinginkan dalam air Tidak berwarna
es)
HCl 10% 5 mL (dinginkan dalam air Bening, sedikit gelembung
es) + NaNO2 5% 1 mL
b. Kasein (hasil 1.c) 2 mL didinginkan Bening bawah, kuning diatas
dalam air es
Kasein (hasil 1.c) 2 mL didinginkan 2 lapisan, beningbawah, kuning
dalam air es + 2 mL NaNO2 5% atas

3. Uji Biuret

No Perlakuan Hasil
.
a. Tabung 1
0,5 gram urea + dibakar (dipanaskan) Meleleh, berbau menyengat dan
+ dibaui + diberi uji lakmus lakmus biru tetap biru (basa)
Lelehan urea dipanaskan hingga Lelehan menjadi padatan ( kristal)
padat + gas habis berwarna kuning
Kristal urea + 3 mL air suling panas Larutan berwarna kuning
Larutan urea + NaOH 10% 2 mL + Warna merah bata ada endapan
CuSO4 tiga tetes
Tabung 2 Larutan urea bening

0,5 gram urea + 3 mL air suling


0,5 gram urea + 3 mL air suling + 2 Bening (larut sempurna)
mL NaOH 10% Warna coklat kehijauan (ada

0,5 gram urea + 3 mL air suling + 2 endapan)


mL NaOH 10% + 3 tetes CuSO4
b. 2 mL kasein (hasil 1.c) + 2mL air Larutan berwarna biru bening
suling +2 tetes CuSO4

4. Uji Xanthoproteat

Perlakuan Hasil
0,1 gram kasein + 2 mL asam nitrat pekat Kuning pekat + bergelembung
0,1 gram kasein + 2mL asam nitrat pekat + Bergelembung + warna kuning
dipanaskan perlahan
0,1 gram kasein + 2mL asam nitrat pekat + Warna 2 lapis, atas kuning, bawah
dipanaskan perlahan + dinginkan + NaOH bening + bergelembung + lakmus
10% + Uji lakmus merah jadi biru

5. Hidrolisis Protein

Perlakuan Hasil
0,5 gram kasein + 20 mL HCL 20% Larutan berwarna kuning pekat
0,5 gram kasein + 20 mL HCL 20% + Larutan berwarna kuning + panas
direfluks
Tabung 1 Berwarna bening + dingin
Filtrat refluks 5 mL + dinginkan
Tabung 2 Bening, bergelembung kecil +

Filtrat refluks 5 mL + NaOH 3 mL + 4 panas


tetes CuSO4

G. PEMBAHASAN
Protein terdiri dari beberapa asam amino yang saling berikatan antara asam
amino yang satu dengan yang lainnya dengan ikatan peptida. Asam amino
merupakan senyawa organik yang mempunyai dua buah gugus fungsi yang
berbeda yaitu gugus amin (-NH2) dan gugus karboksil (-COOH), Asam-asam
amino mengandung gugus amin yang terikat pada atom karbon-a terhadap gugus
karboksil (Tim dosen kimia organik II, 2019: 17).
Telah dilakukan percobaan asam amino dan protein. Prinsip dasar dari
percobaan ini yaitu mengidentifikasi asam amino dan protein pada suatu larutan
dengan pereaksi tertentu. Prinsip kerjanya yaitu penimbangan, pencampuran,
pengocokan, pemanasan, penguapan dan penyaringan.
1. Kelarutan dan sifat amfoterik 
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui sifat kelarutan dan sifat
amfoterik dari asam amino dan protein. Jenis asam amino yang diujikan dalam
percobaan ini yaitu glisin, L-tirosin, L-aspartat dan juga kasein. Untuk melihat
kelarutan dari ketiga sampel dapat dilihat dengan cara menambahkan aquades. 

a. Glisin, L-tirosin dan L-aspartat


  Pada pengujian glisin, menunjukkan bahwa glisin dapat larut sempurna
dalam air. Hal ini disebabkan karena strukturnya yang polar. Pada pengujian
kertas lakmus terlihat bahwa glisin bersifat asam karena kertas lakmusnya warna
merah. Dilihat dari strukturnya, glisin bersifat netral karena glisin tidak
mengandung gugus karboksil dan gugus amina yang berlebih. Perlu diketahui
bahwa derajat keasaman isoelektrik pada glisin adalah 6,0 sehingga pada
pengujian dengan menggunakan kertas lakmus menunjukkan sifat asam namun
yang sebenarnya glisin bersifat netral.

Adapun persamaan reaksinya adalah:

Pada pengujian L-tirosin, menunjukkan bahwa tidak larut dalam air. Tidak
dapat larut dalam air karena dilihat dari struktur tirosin mempunyai gugus benzene
yang tidak dapat larut dalam air karena sifat kepolaran air dan benzene berbeda.
Air bersifat polar sedangkan benzene bersifat nonpolar. Selain itu, perbedaan
densitas juga menyebabkan air dan benzene tidak dapat menyatu sebagaimana
yang kita ketahui bahwa densitas air adalah 1,00 g/mL sedangkan benzene yaitu
0,88 g/mL. Pada pengujian kertas lakmus terlihat bahwa tirosin bersifat netral
karena dari kedua jenis kertas lakmus yang digunakan tidak ada yang berubah.
Hal ini sesuai dengan teori karena pada strukturnya tirosin bersifat netral karena
pada gugus sampingnya tidak terdapat gugus karboksil dan gugus amin. 

Pada pengujian L-aspartat menunjukkan bahwa asam amino ini tidak larut
dalam air, ini disebabkan karena R asam aspartat mengandung C sehingga tidak
bisa larut. Sedangkan pada pengujian pH, menunjukkan ia bersifat asam. Hal ini
membuktikan bahwa L-aspartat merupakan asam amino yang apabila direaksikan
dengan air, rantai karboksil pada rantai sampingnya akan melepaskan proton ke
air sehingga terbentuk 2 muatan negatif dan 1 muatan positif.

b. Percobaan untuk L-tirosin


setelah ditambahkan dengan air larutan berwarna putih keruh dan terbentuk
endapan, sedikit larut dalam air dan bersifat netral. L- tirosin kurang larut dalam
air karena adanya gugus benzena yang terikat pada L-tirosin, dimana sifat
kepolaran air dan benzene berbeda. Air bersifat polar sedangkan benzena bersifat
nonpolar. Selain itu, perbedaan densitas juga menyebabkan air dan benzena tidak
dapat menyatu sebagaimana yang kita ketahui bahwa densitas air adalah 1,00
g/mL sedangkan benzene yaitu 0,88 g/mL. Adapun reaksi yang terjadi :

      
Kemudian ditambahkan dengan NaOH 10% maka larutan tak berwarna
(larut), lakmus biru tetap biru. Hal ini sesuai karena dimana NaOH berfungsi
untuk memberikan suasana basa dan sebagai penerima proton sehingga larutan
bersifat basa. Setelah itu larutan ditambahkan HCl 10% yang berfungsi untuk
memberikan suasana asam dengan menyumbangkan protonnya. Larutan tersebut
menjadi keruh serta terbentuk koloid dan diuji dengan kertas lakmus biru, kertas
lakmus biru menjadi merah (asam). Hal ini sesuai dengan teori yang menunjukkan
bahwa tirosin bersifat amfoterik karena dapat bersifat asam ataupun basa.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sifat amfoterik merupakan suatu sifat yang
dimiliki oleh suatu senyawa asam amino yang menunjukkan bahwa senyawa
tersebut dapat bersifat asam maupun basa.

Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :


                

                 (Reaksi dengan NaOH)


               

c. Kasein
Percobaan ini digunakan sampel kasein yang dilarutkan dalam air lalu
ditambahkan dengan NaOH 10 %. Fungsi penambahan NaOH 10 % yaitu pemberi
suasana basa pada larutan. Uji positif dari percobaan ini yaitu larutan keruh dan
terdapat sedikit endapan. Hasil yang diperoleh setelah penambahan air yaitu
larutan keruh yang menandakan kasein sukar larut. Hal ini disebabkan banyak
rantai karbon yang terikat sehingga kelarutannya rendah. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan gugus R yang terdiri dari banyak atom karbon atau bersifat
aromatik, maka asam amino sukar larut dalam air (Tim Dosen Kimia Organik II,
2019: 18). Selanjutnya ditambahkan NaOH yang berfungsi untuk memberikan
suasana basa, kasein juga bereaksi dengan basa.

2. Reaksi dengan Asam Nitrat 


Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan kemampuan reaksi yang
terjadi antara asam amino dengan asam nitrat. Glisin yang dicampurkan dengan
HCl 10%, maka glisin akan larut dan tidak menghasilkan warna. HCl berfungsi
memberikan suasana asam. Kemudian didinginkan sampai 0oC. Pendinginan
dilakukan agar terjadi reaksi antara glisin dan HCl. Karena reaksi glisin dan HCl
terjadi pada suhu rendah. Lalu ditambahkan NaNO2 5% menghasilkan larutan
yang bergelembung, atau berbentuk buih.

Hal ini membuktikan bahwa glisin merupakan asam amino karena


mengandung gugus amin bebas yang akan bereaksi dengan nitrit, menghasilkan
gas N2. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
HCl  +      NaNO2   →        HNO2     +  NaCl

 (Asam Klorida) (Natrium Nitrit) (Asam Nitrit)     (Natrium Klorida)

Pada larutan pembanding, kasein didinginkan dan direaksikan dengan


NaNO2 5%, menjadikan larutan berwarna bening dan hanya terdapat beberapa
gelembung. Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat gugus amina bebas,
sehingga kasein tidak berekasi dengan asam nitrat membentuk gas N2.
Reaksi yang terjadi yaitu :

4. Uji Biuret
Uji biuret dilakukan untuk menguji adanya ikatan peptida. Urea
dipanaskan dan menghasilkan gas amina. Pemanasan ini dilakukan agar urea
dapat meleleh dan dapat dengan mudah diukur tingkat keasamannya. Pengujian
tingkat keasaman, diperoleh bahwa larutan bersifat basa. Gas amina yang
dihasilkan berbau tengik dan kristal yang meleleh berbentuk uap. Kemudian
dipanaskan kembali hingga padat dan berwarna kuning.

Kemudian ditambahkan air panas, lalu disaring. Kemudian filtratnya,


ditambahkan NaOH yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya endapan
(Cu(OH)2 yang memecah ikatan peptida. Dan penambahan CuSO4 sebagai donor
Cu2+ dan menghasilkan warna coklat pekat.

Dari hasil yang didapatkan tidak sesuai teori karena menurut teori, jika
protein ditambahkan dengan pereaksi biuret (NaOH) akan meghasilkan larutan
berwarna ungu. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

 Kasein dilarutkan dengan air menghasilkan warna biru bening. Dan


penambahan CuSO4 akan menghasilkan laruta berawarna ungu, berarti  terdapat
ikatan peptida dan  bereaksi sempurna.

Hasil Akhir
Adapun reaksi yang terjadi yaitu :

5. Uji Xanthoproteat
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik pada
asam amino yang dilihat dengan terbentuknya larutan kuning hingga jingga.
Sampel yang akan diuji yaitu kasein, glisin, dan L-tirosin. Pada percobaan ini,
kasein direaksikan dengan HNO3 pekat dan menghasilkan larutan berwarna
kuning. HNO3  berfungsi untuk menjadi pendonor NO2 dalam reaksi nitrasi. Lalu
dipanaskan menghasilkan larutan menjadi kuning jernih.
Dan didinginkan kemudian ditambahkan NaOH 10% dan menghasilkan
larutan berwarna jingga, ini menandakan terjadinya reaksi. NaOH berfungsi
sebagai pemberi suasana basa, karena jika dalam suasana basa xanthoproteat akan
semakin jelas dan warna larutan menjadi pekat. Hal ini menandakan uji positif
yang sesuai dengan teori bahwa bila protein yang bersifat aromatik direaksikan
dengan asam nitrat pekat, cincin aromatik akan mengalami reaksi nitrasi
menghasilkan nitro yang berwarna kuning (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 19-
20).

Adapun reaksinya:

           
5. Hidrolisis Protein
 Tujuan dari percobaan ini yaitu memutuskan ikatan peptida. Kasein
direaksikan dengan HCl yang berfungsi sebagai katalis yang mempercepat
terjadinya hidrolisis protein. Lalu direfluks untuk memutuskan ikatan protein.
Selanjutnya, hasil refluks dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian pertama
ditambahkan dengan NaNO2 dan menghasilkan larutan berwarna kuning.
Selanjutnya didinginkan dan diperoleh larutan tetap berwarna kuning. Bagian
kedua ditambahkan NaOH untuk memberi suasana basa menghasilkan larutan
berwarna ungu kemudian ditambahkan CuSO4 untuk mengidentifikasi gugus
penyusun dari asam amino yang terbentuk dari proses hidrolisis dan menghasilkan
larutan tetap berwarna ungu. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan hasil yang
diperoleh adalah larutan ungu dan terdapat endapan. Ini menunjukkan bahwa
ikatan peptida pada protein belum terputus. Hal ini disebabkan karena kurang
lamanya proses pemanasan.

Hasil Akhir
Reaksi yang terjadi:
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 
 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Ikatan peptida dapat  dibuktikan melalui uji biuret, dengan mereaksikan urea
dengan CuSO4 dan didapatkan warna ungu.
b. Reaksi Xantoproteat pada pengujian digunakan untuk melihat adanya ikatan
benzena, dan didapatkan cincin warna kuning, sedangkan pada uji biuret
digunakan untuk melihat adanya ikatan peptida dan didapatkan warna ungu
pada larutan.
c. Asam amino dapat larut dalam air,  dimana pada percobaan glisin dapat larut
dalam air, dan asam amino juga bersifat amfoter yang dapat bereaksi dengan
asam atau basa.
2. Saran 
 Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati dan teliti dalam praktikum
agar diperoleh hasil yang sesuai dengan teori dan lebih menguasai prosedur kerja
percobaan yang dilakukan. 
DAFTAR PUSTAKA

Baynes, John W dan Marek H Dominiczak. 2014. Medichal Biochemistry. AS:


Saunders ELSEVIER

Berg, Jeremy M., John L Tymoczko., Lubert Stryer. Biochemistry. New York: W.
H. Freeman and Company

Galant, A.L., R.C Kaufman., J.D Wilson. 2015. Glucose: Detection and Analysis.
Journal Food Chamistry. 141-150

Huges, Amdrew B. 2011. Amino acid, Peptides and Protein in Organic


Chemistry. Werinheim: WILEY-VCH Verlog.

Jumper , John., Richard Evans, Alexander Pritzel, Tim Green, Michael Figurnov,
Olaf Ronneberger, Kathryn Tunyasuvunakool, Russ Bates, Augustin
Žídek, Anna Potapenko, Alex Bridgland, Clemens Meyer, Simon A. A.
Kohl, Andrew J. Ballard, Andrew Cowie, Bernardino Romera-Paredes,
Stanislav Nikolov, Rishub Jain, Jonas Adler , Trevor Back, Stig Petersen,
David Reiman, Ellen Clancy, Michal Zielinski, Martin Steinegger,
Michalina Pacholska, Tamas Berghammer , Sebastian Bodenstein, David
Silver, Oriol Vinyals, Andrew W. Senior , Koray Kavukcuoglu1 ,
Pushmeet Kohli& Demis Hassabis. 2021. Highly accurate protein
structure prediction with AlphaFold. Journal of Nature. Vol 596

Kamei, Yautomi., Yukino Hatazawa., Ran Uchitomi., Ryuji Yoshimora., Shinji


Miura. 2020. Regulation of Skeletal Muscle Function by Amino Acids.
Journal Nutrients. Vol. 12 No. 261.

Pratama, Rusky Intan., Iis Rostini., Emma Rochima. 2018. PROFIL ASAM
AMINO, ASAM LEMAK DAN KOMPONEN VOLATIL IKAN
GURAME SEGAR (Osphronemus gouramy) DAN KUKUS. Journal
Ipb. Vol. 21 No.2

Ramadayanti, Rizky Amalia., Fronthea Swastawati, Slamet Suharto. 2019.


PROFIL ASAM AMINO DENDENG GILING IKAN LELE DUMBO
( Clarias gariepinus) DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRASI
ASAP CAIR YANG BERBEDA. Journal of Fisheries Science and
Technology. Vol.14 No.2
JAWABAN PERTANYAAN
1. Berikan rumus molekul glisin, asam aspartat, tirosin dan jelaskan keasaman,
kebasaan dan kenetralan larutannya dalam air.
Jawab :
a. Rumus molekul glisin : CH2 – COOH

NH2

Glisin merupakan asam amino netral karena tidak memiliki gugus amino
maupun gugus karboksil pada rantai sampingnya (R) atau pada strukturnya. Glisin
larut dalam air menghasilkan larutan yang netral karena mengandung 1 gugus
amin dan 1 gugus karboksilat.

b. Rumus molekulnya L- aspatrat : COOH – CH2 – CH – COOH

NH2

Asam L – aspartat merupakan asam amino asam karena memiliki gugus karboksil
pada rantai sampingnya. Gugus karbiksil ini akan melepas proton ke dalam air
sehingga terbentuk ion aspartat (suatu anion).

HOOC – CH2 – CH – COO- + -OOC – CH – COO- + H3O

+
NH3 +
NH3
Asam aspartat ion aspartat

Dalam air, L-aspartat larut menghasilkan larutan yang bersifat asam karena
aspartat mengandung 2 gugus karboksilat dan 1 gugus amina.

c. Rumus molekul Tirosin : OH – CH2 – CH – COOH


NH2

Tirosin merupakan asam amino netral karena tidak memiliki gugus amin dan
karboksilat pada rantai sampingnya (R)

2. Tuliskan persamaan reaksi yang ata menjelaskan apa yang terjadi bila larutan
alkali perlahan-lahan diasamkan.
Jawab :
Reaksi yang dapat dijelaskan bila larutan alkali perlahan-lahan diasamkan yaitu :
a. Larutan alkali basa
NaOH + HCl NaCl + H2O

Pada reaksi ini, larutan alkalis basa menghasilkan garam dan air.

b. Larutan alkali asam


2 KCl + H2SO4  K2SO4 + HCl

Pada reaksi ini, larutan alkali asam menghasilkan garam dan asam.

3. Jelaskan perbedaan sifat kasein dengan hasil hidrolisisnya terhadap asam nitrit
dan terhadap uji biuret.
Jawab :
Perbedaan sifat kasein dengan hasil hidrolisisnya terhadap asam nitrit dan
terhadap iji Biuret
a. Terhadap asam nitrit: terjadi hidrolisis ikatan peptida dari polimer protein.
Hidrolisis ini menghasilkan monomer asam amino dimana ikatan peptida
tidak lagi terbentuk hingga terdapat gugus amin bebas pada kasein tersebut.
b. Terhadap uji biuret: kasein masih berada dalam bentuk protein karena
terdapat gugus peptida (COO – NH ) dan merupakan reaksi warna yang
umum untuk peptida yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu. Reaksi
warna ini terjadi karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan N
dari molekul peptida.

TUGAS RESPON

1. Sebutkan dan jelaskan fungsi


penambahan? Jawab :
1. Kelarutan dan Sifat Amfoterik
a. Penambahan glisin dengan air suling untuk mengetahui apakah glisin
larut dalam air atau tidak. Penambahan L-Tirosin dengan air suling
untuk mengetahui apakah L-tirosin larut dalam air. Penambahan L-
Aspartat dengan air suling untuk untuk mengtahui apakah L-aspartat
larut dalam air.
b. Penambahan HCl pada L-Tirosin berfungsi untuk memberikan suasana
asam pada larutan.
c. Penambahan NaOH pada kasein berfungsi memberikan suasana basa
pada larutan.
2. Reaksi dengan Nitrit
a. Penambahan HCl pada glisin untuk sebagai donor H+ yang akan
berikatn dengan NO2 untuk identifikasi gugus amino.
b. Penambahan NaNo2 untuk melepaskan gugus amino bebas pada asam
amino menjadi gas N2.
3. Uji Biuret
a. Penambahan NaOH untuk memberikan suasana basa pada larutan. Dan
untuk mencegah endapan Cu(OH)2 yang memecah ikatan peptida
b. Penambahan CuSO4 untuk sebagai pendonor ion CO2+ yang bereaksi
dengan
ikatan peptida membentuk senyawa kompleks.
4. Uji Xantroproteat
a.
Penambahan HNO3 pada kasein untuk sebagai pendonor NO2 dalam
reaksi nitrasi.
b.
Penambahan NaOH untuk memekatkan warna larutan.
5. Hidrolisis Protein
a. Penambahan HCl untuk sebagai katalis mempercepat terjadinya
pemutusan ikatan peptida.
b. Penambahan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan pada saat
proses refluks dan meratakan panas

c. Penambahan NaOH untuk memberikan suasana basa sehingga larutan


bersifat basa.

2. Tuliskan uji postif setiap penambahan?


Jawab :
1. Kelarutan dan Sifat Amfoterik
a. Penambahan glisin dengan air suling, uji positif glisin larut sempurna
dalam air.
b. Penambahan L-Tirosin dengan air suling, uji postif larutan berwarna
keruh atau sukar larut dalam air.
c. Penambahan L-Aspartat dengan air suling uji postif larutan berwarna
keruh atau sukar larut dalam air.
d. Penambahan HCl pada L-Tirosin larutan akan bersifat asam dimana
lakmus biru menjadi merah.
e. Penambahan kasein, aquades, dan NaOH terbentuk koloid.
2. Reaksi dengan Nitrit
Penambahan NaNo2 menghasilkan larutan berwarna bening dan an terdapat
banyak gelembung.
3. Uji Biuret
Uji postif dari uji biuret adalah terbentuknya larutan berwarna ungu.
4. Uji Xantroproteat
Uji postif dari uji Xantroproteat adalah terbentuknya larutan berwarna
kuning hingga jingga.
5. Hidrolisis Protein
Uji positifnya yaitu larutan yang berawan cokelat.

3. Jelaskan fungsi dari setiap perlakuan?


Jawab :
a. Uji lakmus untuk mengetahui keasaman suatu larutan.
b. Pendinginan agar reaksi berlangsung lambat sehingga timbul
gelembung gas yang mudah diamati (dalam reaksi dengan asam nitrit).
c. Pemanasan untuk mmebentuk ikatan peptida (uji biuret).
d. Refluks untuk memutuskan ikatan peptida, karena ikatan peptida
akan putus pada suhu tinggi

Anda mungkin juga menyukai