Anda di halaman 1dari 25

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI 2

• Nama Mataajaran : Farmakologi dan Toksikologi 2


• Pengajar : 1. Dewi Perwito Sari, M.Farm.,Apt.
2. Ira Purbosari, M.Farm.Klin, Apt.
• Beban Studi : 2 sks kuliah
• Semester :4
PUSTAKA
Kriteria Penilaian
• Nilai akhir terdiri dari komponen-komponen dengan pembobotan
sebagai berikut:
• Tugas : 30 %
• UTS : 20 % Nilai tersebut dikonversikan ke dalam huruf
• UAS : 50 % mutu dengan ketentuan sebagai berikut
Total : 100%
Materi
1. Antibiotik
2. Antivirus
3. NSAID, antigout
4. Opioid analgesic
5. Antijamur
6. Antiprotozoa
7. Anthelmentik
8. Anastetik umum
9. Antidepresi, antipsikosis
10. Sex Hormon, Uterotonik, Alat Kontrasepsi
11. Adrenokortikoid , Adrenokortikal Antagonis
12. Obat tiroid, diabetes mellitus
13. Antikonvulsi
14. Obat Sedatif Hipnotik
ANTIFUNGI

Prodi S1 Farmasi
Fakultas Sains dan Kesehatan
Pendahuluan
◦ Infeksi yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis.
◦ Infeksi jamur terjadi di tempat yang sedikit menerima aliran darah seperti kulit, kuku dan rambut. Hal ini
membuat distribusi obat ke daerah itu sangat sulit jika diberikan secara sistemik, maka pemberian
secara lokal sangat penting.

◦ Infeksi jamur secara umum dibedakan menjadi infeksi jamur sistemik dan topikal (dermatofit dan
mukokutan)
◦ Infeksi jamur sistemik
◦ Infeksi interna: aspergilosis
◦ Aspergilosis, blastomikosis, kriptokokosis, histoplamosis
◦ Infeksi subkutan
◦ Kromomikosis, misetoma, sporotrikosis
◦ Infeksi dermatofit
◦ Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum → kulit, rambut & kuku
◦ Infeksi mukokutan
◦ Candida → mukosa , lipatan kulit
◦ Terdapat 3 kelompok utama jamur yang menyebabkan
penyakit pada manusia:
◦ 1. mould
◦ 2. ragi sejati
◦ 3. jamur menyerupai ragi
Antijamur Infeksi Sistemik
◦ Amfoterisin B
◦ Flusitosin
◦ Imidazol:
◦ Ketokonazol
◦ Mikonazol
◦ klotrimazol
◦ Triazol:
◦ Itrakonazol
◦ Flukonazol
◦ Vorikonazol
◦ Kaspofungin
◦ Terbinafin
Antijamur Infeksi Superfisial
◦ Imidazol:
◦ Ketokonazol
◦ Mikonazol
◦ klotrimazol
◦ Triazol:
◦ Itrakonazol
◦ Griseofulvin
◦ Nistatin
◦ Asam benzoat & asam salisilat
PENGGOLONGAN ANTI JAMUR
I. Antifungi Polien
Amfoterisin B
◦ Mekanism kerja : berikatan kuat dengan ergosterol yang
terdapat pada membran sel jamur, sehingga
menyebabkan kebocoran dari membran sel, dan akhirnya
lisis.
◦ Farmakokinetik : sangat sedikit diserap melalui saluran cerna
diberikan secara IV, T ½ : 24-48 jam
◦ distribusi ke cairan pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa,
CSS, cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat.
Amfoterisin B
◦ Indikasi : mikosis sistemik seperti koksidioidomikosis, parakoksidiomikosis,
aspergilosis, kandidiosis, blastomikosis, histoplasmosis.
◦ Efek samping : demam dan menggigil, gangguan ginjal, hipotensi, anemia,
efek neurologik, tromboflebitis.
◦ Penderita yang diobati amfoterisin B harus dirawat di rumah sakit, karena
diperlukan pengamatan yang ketat selama pemberian obat.
Amfoterisin B
◦ Sediaan : injeksi dalam vial yang mengandung 50 mg, dilarutkan dalam 10 ml aquadest diencerkan
dengan dextrose 5 % = 0,1 mg/ml larutan.
◦ Injeksi → diencerkan dlm dektrose 5%, tdk boleh pelarut yg mengandung elektrolit → mengendap
◦ Dosis : 0,3 – 0,5 mg / kg BB
Nistatin
◦ Merupakan antibiotik polien.
◦ Mekanisme kerja : berikatan dengan ergosterol pada membran jamur, permeabilitas
meningkat, sel jamur mati.
◦ Indikasi : kandidiasis kulit, selaput lendir, dan saluran cerna.
◦ Efek samping : jarang ditemukan, mual, muntah, diare ringan
◦ Sediaan dinyatakan dalam unit:
◦ Topikal: krim
◦ Oral : larutan
◦ Padat: tablet vaginal
II. Gol. lain
Flusitosin
◦ Spektrum antijamur sempit
◦ Efektif untuk kriptokokosis, kandidiosis, kromomikosis,
aspergilosis.
◦ Mekanisme kerja : flusitosin masuk ke dalam sel jamur
dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma
akan bergabung dengan RNA setelah mengalami
deaminasi menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel jamur
terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA
oleh metabolit 5fu.
Flusitosin
◦ Farmakokinetik:
◦ Absorbsi sal cerna baik, absorbsi lambat: makanan, antasid, neomisin
◦ Distribusi luas → SSP 60-90%
◦ T ½ memanjang pd bayi prematur & insufisiensi ginjal
◦ N: klirens flusitosin = 75% kliren kreatinin → penyesuaian dosis
◦ Indikasi:
◦ Tunggal: hanya utk; Candida, Cryptococcus neoformans,
Kromoblastomikosis
◦ Meningitis Cryptococcus : kombinasi dg amfoterisin B
◦ Efek samping : toksisitas hematologik, gangguan hati, gangguan sal.cerna
◦ Sediaan : kapsul 250 dan 500 mg.
◦ Dosis : 50 – 150 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis, lakukan penyesuaian
dosis pada penderita insufisiensi ginjal.
Griseofulvin
◦ Jamur yang menyebabkan infeksi jamur superfisial disebut
dermatofit.
◦ Mekanisme kerja : obat ini masuk ke dalam sel jamur,
berinteraksi dengan mikrotubulus dalam jamur dan merusak
serat mitotik dan menghambat mitosis
◦ Farmakokinetik :
◦ Absorbsi meningkat bila disertai makanan berlemak
◦ T ½ 24 jam, 50% diekskresikan melalui urin dalam bentuk metabolit
selama 5 hari.
Griseofulvin

◦ Indikasi: infeksi jamur superfisicial di kulit, kuku dan rambut (1-2 minggu),
telapak tangan / kaki (2-4 minggu), kuku tangan (4-6 bulan), kuku kaki (6-12
bulan)
◦ Dosis tinggi: karsinogenik & teratogenik
◦ Efek samping : efek samping berat jarang terjadi, hepatotoksik, teratogenik.
◦ Sediaan : tablet berisi mikrokristal 125 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/ml.
III. GOL. AZOL
Ketokonazol
◦ Efektif terhadap Candida, Coccodioides immitis,
Cryptococcus, H. capsulatum, Aspergillus.
◦ Mekanisme kerja : berinteraksi dengan enzim P-450 untuk
menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang
penting untuk membran jamur.
◦ Farmakokinetik:
◦ Absorbsi sal cerna berkurang → antasid, antagonis H2
◦ Distribusi: SSP <<
◦ Metabolisme lintas pertama
◦ Ekskresi: cairan empedu → usus, urin <<
◦ Indikasi :histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan
lemak, kriptokokosis, kandidosis.
Ketokonazol
◦ Efek samping : gangguan sal cerna, efek endokrin (ginekomastia, pe libido, impotensi, ketidakteraturan
menstruasi)
◦ Kontra indikasi : tidak boleh diberikan bersamaan dengan amfoterisin B
Miconazol
◦ Spektrum luas utk dermatofit→ Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum, Candida,
& Malssezia furfur
◦ Mekanisme kerja:
◦ Merusak dinding sel
◦ Mengganggu sintesis asa nukleat
◦ Obat menetap di stratum korneum s/d 14 hari
◦ ES:iritasi, rasa terbakar, maserasi, sejumlah kecil diserap melalui mukosa vagina →
sebaiknya dihindari pd kehamilan trimester 1
Klotrimazol
◦ Mekanisme kerja & indikasi → mikonazol
◦ Topikal → tinea pedis, kruris, korporis, tinea versicolor, juga infeksi Candida
albicans
◦ Tersedia topikal & tablet vaginal
◦ ES; eritema, edema, gatal, urtikaria & rasa terbakar
Flukonazol
◦ Efek samping endokrin lebih kecil dibanding ketokonazol
◦ Mekanisme kerja : menghambat sintesis ergosterol
membran sel jamur.
◦ Farmakokinetik : diberikan oral dan IV, absorpsi baik, ekskresi
melalui ginjal.
◦ Efk samping : lebih kecil dibanding ketokonazol, mual,
muntah, kulit kemerahan, teratogenik.
Itrakonazol
◦ Obat pilihan untuk blastomikosis
◦ Efektif untuk aspergilosis, kandedimia, koksidioidomikosis,
kriptokokosis.
◦ Mekanisme kerja sama dengan azol lain
◦ Farmakokinetik : absorpsi baik melalui oral, ekskresi melalui
ginjal.
◦ Efek samping : mual, muntah, kulit kemerahan, hipokalemia,
hipertensi, edema dan sakit kepala.

Anda mungkin juga menyukai