Anda di halaman 1dari 261

farmasiindustri.

com

DRAFT SUPLEMEN I
FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI

KONSULTASI PUBLIK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2020
farmasiindustri.com

DAFTAR SEDIAAN UMUM, MONOGRAFI, LAMPIRAN, DAN PEREAKSI

I. Sediaan Umum
 Tablet

II. Monografi
A. Bahan Baku Aktif Obat dan Obat Kimia
No Judul Monografi No Judul Monografi
1 Adapelin 2 Gel Adapelin
3 Suspensi Oral Albendazol 4 Tablet Kunyah Albendazol
5 Amoksisilin Natrium untuk Injeksi 6 Krim Asam Fusidat
7 Kapsul Asam Traneksamat 8 Azitromisin untuk Suspensi oral
9 Injeksi Besi Sukrosa 10 Tablet Bromheksin Hidroklorida
Injeksi Dekstrosa Monohidrat dan
11 Deksklorfeniramin Maleat 12
Natrium Klorida
13 Injeksi Doksorubisin Hidroklorida 14 Tablet Efavirens
15 Efedrin Hidroklorida 16 Injeksi Efedrin Hidroklorida
17 Estazolam 18 Tablet Estazolam
19 Fosfomisin Natrium 20 Fosfomisin Natrium untuk Injeksi
21 Glikuidon 22 Tablet Glikuidon
23 Granisetron Hidroklorida 24 Injeksi Granisetron Hidroklorida
25 Krim Hidrokortison 26 Hidroksiklorokuin Sulfat
27 Tablet Hidroksiklorokuin Sulfat 28 Hipromelosa
29 Tetes Mata Hipromelosa 30 Imipenem
Imipenem dan Silastatin untuk
31 32 Irbesartan
Injeksi
33 Tablet Isoksuprin Hidroklorida 34 Injeksi Isosorbid Dinitrat
35 Kalsitriol 36 Kapsul Kalsitriol
37 Kalsium Folinat 38 Injeksi Kalsium Folinat
39 Kapsul Lepas Lambat Ketoprofen 40 Salep Klobetasol Propionat
41 Klorfeniramin Maleat 42 Tablet Klorfeniramin Maleat
43 Tetes Mata Levofloksasin 44 Tablet Levonorgestrel
45 Losartan Kalium 46 Mekobalamin
47 Kapsul Mekobalamin 48 Supositoria Metronidazol
49 Misoprostol 50 Tablet Misoprostol
51 Salep Mometason Furoat 52 Semprot Hidung Mometason Furoat
Krim Neomisin Sulfat dan Hidrokortison
53 Injeksi Morfin Hidroklorida 54
Asetat
55 Tetes Mata Ofloksasin 56 Okskarbazepin
57 Tablet Okskarbazepin 58 Olanzapin
59 Tablet Olanzapin 60 Omeprazol Natrium
61 Omeprazol Natrium untuk Injeksi 62 Oseltamivir Fosfat
63 Pantoprazol Natrium 64 Tablet Lepas Tunda Pantoprazol Natrium
65 Pantoprazol Natrium untuk Injeksi 66 Supositoria Parasetamol
67 Pentoksifilin 68 Injeksi Pentoksifilin
farmasiindustri.com

69 Gel Piroksikam 70 Prokain Benzilpenisilin untuk Injeksi


71 Sirup Pseudoefedrin dan Triprolidin 72 Tablet Pseudoefedrin dan Triprolidin
Tablet Dispersibel Rifampisin, Isoniazid
73 Tablet Rifampisin dan Isoniazid 74
dan Pirazinamid
75 Larutan Oral Risperidon 76 Roksitromisin
77 Tablet Roksitromisin 78 Sefdinir
79 Kapsul Sefdinir 80 Kapsul Sefiksim
81 Kapsul Setirizin Hidroklorida 82 Silastatin Natrium
83 Sildenafil Sitrat 84 Tablet Sildenafil Sitrat
85 Sitikolin Natrium 86 Injeksi Sitikolin Natrium
87 Krim Terbinafin Hidroklorida 88 Kapsul Tiamfenikol
89 Tiklopidin Hidroklorida 90 Tablet Tiklopidin Hidroklorida
91 Tizanidin Hidroklorida 92 Tablet Tizanidin Hidroklorida
93 Kapsul Tramadol Hidroklorida 94 Krim Triamsinolon Asetonida
95 Salep Triamsinolon Asetonida 96 Trimetazidin Hidroklorida
97 Tablet Trimetazidin Hidroklorida 98 Valasiklovir Hidroklorida
99 Tablet Valasiklovir Hidroklorida 100 Valsartan
101 Zolpidem 102 Tablet Zolpidem

B. Produk Biologi
No Judul Monografi
1 Vaksin Basil Calmette-Guerin
2 Vaksin Campak, Hidup
3 Vaksin Difteri Jerap
4 Vaksin Difteri, Tetanus, Pertusis (Sel Utuh), Poliomyelitis (Inaktif) dan
Hemophilus Tipe B Konjugat (Jerap)
5 Vaksin Haemofilus Tipe B Konjugat
6 Vaksin Pertusis (Sel Utuh, Jerap)
7 Vaksin Poliomyelitis (Inaktif)
8 Vaksin Poliomyelitis Oral, Hidup
9 Vaksin Tetanus Jerap

III. Lampiran
No Judul lampiran
<52> Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba
<53> Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Mikroba Spesifik
<54> Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Kriteria Keberterimaan Sediaan
dan Bahan Baku untuk Penggunaan Farmasi
<55> Penetapan Aktivitas Air Sediaan Nonsteril
<72> Agens Asing Dalam Vaksin Virus
<73> Uji Keberadaan Mikobakteria
<74> Uji Keberadaan Mikoplasma
<252> Uji Toksisitas Abnormal
<1052> Penetapan Viskositas: Metode Kapiler
<1053> Penetapan Viskositas: Metode Ratisional
<1251> Uji Waktu Hancur
<1385> Metode Imunokimia
farmasiindustri.com

<1387> Protein Total


<1389> Teknik Amplifikasi Asam Nukleat
<1391> Uji Pada Vaksin: Aluminium Dalam Vaksin Jerap
<1395> Uji Pada Vaksin: Formaldehid Bebas
<1401> Uji Pada Vaksin: Fosfor dalam Vaksin Polisakarida
<1402> Uji Pada Vaksin: Protein dalam Vaksin Polisakarida
<1403> Uji Pada Vaksin: Asam Nukleat dalam Vaksin Polisakarida
<1405> Uji Pada Vaksin: Ribosa dalam Vaksin Polisakarida
<1410> Uji Pada Vaksin: Nilai Flokulasi (Lf) Untuk Toksin Dan Toksoid Difteri Dan
Tetanus (Ramon Assay) Asam Sialat dalam Vaksin Polisakarida
<1411> Uji Pada Vaksin: Sekelompok Ayam Bebas Patogen Spesifik Untuk Produksi
Dan Pengawasan Mutu Vaksin
<1412> Uji Pada Vaksin: Substrat Sel Untuk Produksi Vaksin Manusia
farmasiindustri.com

“SHADING”

YANG MENUNJUKKAN PERUBAHAN PADA FARMAKOPE

Shading pada teks farmakope digunakan untuk menandai bagian yang baru, mengalami perubahan,
penghilangan atau penambahan.

Jika terdapat perubahan pada suatu parameter maka pada awal parameter yang diubah dituliskan kata
Perubahan. Jika terdapat penambahan parameter, dituliskan Tambahkan persyaratan. Untuk parameter yang
dihilangkan pada awal parameter dituliskan Hilangkan persyaratan.

Contoh:

Perubahan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.

Tambahkan persyaratan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit Endotoksin per mg, jika pada etiket tertera amoksisilin
steril atau harus dilakukan proses sterilisasi untuk pembuatan sediaan injeksi.

Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º.
farmasiindustri.com

SEDIAAN
farmasiindustri.com

TABLET campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan


Tablets karbonat dan atau hidrogen karbonat yang jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon
Tablet adalah sediaan padat mengandung satu dioksida.
atau lebih bahan aktif dengan sejumlah bahan
tambahan. Bahan tambahan ini harus dipastikan Tablet kunyah Tablet digunakan dengan cara
tidak mempengaruhi stabilitas, laju disolusi, dikunyah sebelum ditelan. Tablet dipastikan mudah
ketersediaan hayati, keamanan atau efikasi bahan hancur dengan dikunyah.
aktif. Antar komponen dalam tablet tersebut harus
dapat tercampur. Tablet dimaksudkan untuk Tablet hisap (Lozenges) Tablet digunakan
pemberian oral dengan ditelan utuh, dikunyah, dengan cara ditempatkan di mulut dan larut secara
dilarutkan atau didispersikan dalam air sebelum perlahan untuk memberikan efek lokal atau
diberikan dan ditahan dalam mulut, tempat sistemik.
pelepasan bahan aktif.
Tablet dikempa menjadi padat menggunakan Tablet larut Tablet tidak disalut atau salut
cetakan baja dengan memberikan tekanan tinggi selaput yang digunakan dengan cara dilarutkan
pada massa serbuk atau melakukan proses granulasi. dalam air sebelum pemberian, memberikan larutan
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk jernih atau sedikit opalesen.
dan penandaan permukaan tergantung pada desain
cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut Tablet dispersibel Tablet tidak disalut atau
kaplet. salut selaput yang digunakan dengan cara
Tablet khusus yang dikempa dapat digunakan didispersikan dalam air sebelum pemberian,
untuk menghasilkan tablet dengan beberapa lapisan memberikan larutan dispersi yang homogen.
atau dengan tablet inti yang diformulasikan secara
khusus dan ditempatkan di bagian dalam dari Tablet orodispersibel Tablet digunakan dengan
sediaan. Tablet khusus ini dapat menunda atau cara ditempatkan di mulut yang terdispersi dengan
memperpanjang waktu pelepasan bahan aktif atau cepat sebelum ditelan.
memisahnya bahan aktif yang tidak tercampurkan
secara fisik. Tablet oral disintegrasi Tablet digunakan
Tablet dapat disalut dengan berbagai teknik dengan cara ditempatkan di mulut yang larut atau
untuk melindungi bahan aktif yang peka terhadap hancur dengan cepat.
cahaya dan kelembapan, menutupi rasa dan bau
yang tidak enak, memberikan penampilan lebih baik Tablet vaginal Tablet digunakan melalui
(warna) dan mengatur laju dan tempat pelepasan vagina. Bentuk tablet disesuaikan dan dapat
bahan aktif dalam saluran cerna (tablet lepas-lambat digunakan dengan alat bantú. Tablet vaginal dapat
atau lepas-tunda). melarut, terdispersi, meleleh atau hancur
Tablet lepas-segera merupakan tablet tanpa melepaskan bahan aktif dalam vagina untuk
modifikasi laju pelepasan bahan aktif. mendapatkan efek lokal antiflogistik atau
antimikroba.
JENIS Tablet lepas - lambat Tablet diformulasikan
Berdasarkan komposisi, metode pembuatan atau sedemikian rupa untuk memperlambat kecepatan
tujuan penggunaan, tablet mempunyai berbagai pelepasan bahan aktif.
karakteristik sehingga dapat dibagi menjadi
beberapa jenis tablet yaitu: Tablet lepas tunda atau tablet salut-enterik
atau tablet gastro-resistant Tablet diformulasi
Tablet bukal Tablet digunakan dengan cara dengan penyalut enterik atau cara lain untuk
meletakkan tablet di antara pipi dan gusi. Zat aktif melindungi bahan aktif yang tidak stabil dalam asam
diserap langsung melalui mukosa mulut. lambung atau untuk mencegah efek samping iritasi
lambung dan melepaskan bahan aktif dalam cairan
Tablet sublingual Tablet digunakan dengan usus.
cara meletakkan tablet di bawah lidah, sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut PEMBUATAN
untuk mendapatkan efek sistemik. Beberapa obat,
seperti nitrogliserin dan hormon steroid tertentu Formulasi Pada umumnya tablet kempa
mudah diserap dengan cara ini. mengandung satu atau lebih bahan aktif dan
sejumlah bahan tambahan. Bahan tambahan ini
Tablet efervesen Tablet digunakan dengan terdiri dari bahan pengisi, bahan pengikat, bahan
dilarutkan atau didispersikan dalam air sebelum disintegran, lubrikan dan glidan, dapat juga
pemberian. Selain zat aktif, tablet juga mengandung mengandung pewarna dan lak (pewarna yang
farmasiindustri.com

diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang dengan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi
tidak larut) yang diizinkan, perisa dan pemanis. terlebih dahulu.
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah bahan Keadaan fisik mutu tablet yang kurang baik
aktif sedikit atau sifat bahan aktif menyebabkan sulit diuraikan dalam Pertimbangan tentang Stabilitas
dikempa tanpa adanya bahan lain. dalam Pemberian Obat <1351>.
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada
massa serbuk agar dapat meningkatkan
PENGUJIAN
pembentukan tablet dan mempertahankan
keseragaman bahan aktif dalam campuran tablet. Keragaman bobot dan keseragaman
Bahan disintegran membantu hancurnya tablet kandungan Tablet harus memenuhi uji keragaman
menjadi partikel kecil setelah kontak dengan air atau bobot seperti yang tertera pada Keseragaman
cairan biologik. Sediaan <911>, jika zat aktif merupakan bagian
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot
pengempaan tablet dan mencegah massa tablet dianggap cukup mewakili keseragaman kandungan.
melekat pada cetakan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang
Glidan adalah bahan yang dapat memperbaiki cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif
kemampuan mengalir serbuk, penanganan serbuk merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet
dan kontrol bobot tablet. bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet yang
ditambahkan pada formulasi tablet untuk menambah mengandung zat aktif 25 mg atau kurang, dan bobot
nilai estetik atau untuk identitas produk. zat aktif lebih kecil dari 25% bobot sediaan, harus
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan
Metode pembuatan Tablet dibuat dari seperti yang tertera pada Keseragaman Sediaan
formulasi yang diproses dengan salah satu dari 3 <911> yang pengujiannya dilakukan pada tiap
metode umum, yaitu granulasi basah, granulasi tablet.
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa
langsung. Waktu hancur dan Disolusi Waktu hancur
Granulasi basah melibatkan pencampuran adalah hal yang penting untuk tablet yang diberikan
serbuk kering dengan cairan granulasi untuk melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah
membentuk massa granul basah yang dikeringkan sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-
dan ditetapkan ukuran granul sebelum dikempa. Hal lambat. Uji waktu hancur tertera pada Uji Waktu
ini berguna untuk mencapai keseragaman bahan Hancur <1251> dan batas waktu hancur untuk
aktif dosis rendah, pembasahan dan disolusi bahan berbagai jenis tablet tertera pada masing-masing
aktif yang hidrofobik. monografi.
Granulasi kering dilakukan dengan melewatkan Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas,
serbuk diantara mesin rol pada tekanan tinggi atau disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hamcur.
dengan menekan massa serbuk pada tekanan tinggi Uji disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi
sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk <1231> dipersyaratkan dalam sejumlah monografi
baik (proses slugging), kemudian digiling dan tablet. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran yang dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif.
diinginkan. Pada granulasi kering ini tidak Tetapi uji tersebut terutama berguna sebagai alat
diperlukan panas dan kelembaban dalam proses untuk tapis pendahuluan formulasi dan sebagai
granulasi. prosedur pengawasan mutu secara rutin.
Pada kempa langsung melibatkan pencampuran
kering bahan aktif dan bahan tambahan, diikuti
farmasiindustri.com

MONOGRAFI
Bahan Baku Aktif Obat dan Obat Kimia
farmasiindustri.com

Tambahan monografi Larutan baku persediaan Timbang saksama


ADAPELIN sejumlah Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis A
Adapalane Adapelin BPFI, dan Senyawa Sejenis B Adapelin
BPFI, larutkan dengan sedikit tetrahidrofuran P
(lebih kurang 1% - 5% volume akhir), sonikasi jika
perlu, dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar berturut-turut lebih kurang 0,2; 0,3 dan 0,2
mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar adapelin, senyawa sejenis A adapelin dan
senyawa sejenis B adapelin berturut-turut lebih
kurang 0,2 ; 0,3 dan 0,2 µg per mL.
Asam 6-[3-(1-Adamantil)-4-metoksifenil]-2-naftoat Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
[106685-40-9] larutkan dengan sedikit tetrahidrofuran P (lebih
C28H28O3 BM 412,52 kurang 1% - 5% volume akhir), sonikasi jika perlu
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
Adapelin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan lebih kurang 0,2 mg per mL.
tidak lebih dari 102,0%, C28H28O3, dihitung Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
terhadap zat kering. Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih. respons puncak utama seperti tertera pada
Prosedur: efesiensi kolom tidak kurang dari 3000
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, agak sukar lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada
larut dalam etanol, larut dalam tetrahidrofuran. penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Adapelin BPFI; tidak boleh volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Senyawa Sejenis A Adapelin BPFI, Senyawa kromatogram tidak kurang dua kali waktu retensi
Sejenis B Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis C adapelin untuk Larutan baku dan tidak kurang
Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis D Adapelin BPFI, enam kali waktu retensi adapelin untuk Larutan uji,
Senyawa Sejenis E Adapelin BPFI, Baku dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase
Pembanding Trietilamin. senyawa sejenis A adapelin dan senyawa sejenis B
adapelin dalam zat dengan rumus:
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, ( ) ( )
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Adapelin BPFI. rU adalah respons puncak senyawa sejenis A
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram adapelin atau senyawa sejenis B adapelin dari
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Larutan uji; rS adalah respons puncak senyawa
yang diperoleh pada Penetapan kadar. sejenis A adapelin atau senyawa sejenis B adapelin
dari Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,6%; sejenis A Adapelin BPFI atau Senyawa sejenis B
lakukan pengeringan dalam pada suhu 105º selama Adapelin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
4 jam. adalah kadar adapelin dalam mg per mL Larutan
uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Hitung
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,20%. persentase masing-masing cemaran lain dalam zat
dengan rumus:
Cemaran organik [Catatan Berdasarkan rute
sintesis, lakukan Uji 1 atau Uji 2.]
( ) ( )
Uji 1 Direkomendasikan jika diperkirakan
terdapat senyawa sejenis A adapelin dan senyawa
sejenis B adapelin. Lakukan penetapan dengan cara ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
pada Kromatografi <931>. adapelin dari Larutan baku; CS adalah kadar
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Adapelin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Penetapan kadar. adalah kadar adapelin dalam mg per mL Larutan
uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-
farmasiindustri.com

masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari 2,5 50 50


batas yang tertera pada Tabel 1. 40 28 72
42 28 72
Tabel 1 42,1 50 50
50 50 50
Nama Waktu Batas
retensi (%) Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
relatif
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Senyawa sejenis A adapelin 0,52 0,10
puncak utama seperti tertera pada Prosedur:
Adapelin 1,0 -
resolusi, R, antara adapelin dan senyawa sejenis C
Senyawa sejenis B adapelin 1,57 0,10
Masing-masing cemaran lain - 0,10 adapelin tidak kurang dari 4,5; perbandingan
Total cemaran - 0,50 ―signal to noise‖ puncak senyawa sejenis C
Abaikan puncak cemaran kurang dari 0,05% adapelin tidak kurang dari 10.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Uji 2 Direkomendasikan jika diperkirakan volume sama (lebih kurang 25 L) Larutan baku
terdapat senyawa sejenis C adapelin, senyawa dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
sejenis D adapelin, dan senyawa sejenis E adapelin. kromatogram, dan ukur semua respons puncak.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi rumus:
<931>.
Larutan A Campuran air - asam asetat glasial
( ) ( )
(100:0,1).
Larutan B Campuran asetonitril P –
tetrahidrofuran P (65:35). ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dari Larutan uji; rS adalah respons puncak adapelin
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dari Larutan baku; CS adalah kadar adapelin dalam
kromatografi. mg per mL Larutan baku;CU adalah kadar adapelin
Pengencer Campuran asetonitril P – dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
tetrahidrofuran P – air (37:20:43). yang ditimbang; F adalah faktor respon relatif
Larutan baku persediaan Timbang saksama seperti tertera pada Tabel 2. Masing-masing
sejumlah Adapelin BPFI, larutkan dan encerkan cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas
dengan tetrahidrofuran P hingga kadar lebih yang tertera pada Tabel 2.
kurang 0,2 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Tabel 2
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 2,0 µg per mL. Nama Waktu Faktor Batas
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, retensi respons (%)
relatif relatif
larutkan dengan tetrahidrofuran P sejumlah 50%
Senyawa sejenis E 0,3 1,4 0,3
volume akhir, dan encerkan dengan Pengencer adapelin
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Hidroksi adapelin 0,5 0,91 0,1
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Senyawa sejenis C 0,9 0,14 0,1
sejumlah Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis C adapelin
Adapelin BPFI, Senyawa Sejenis D Adapelin BPFI, Adapelin 1,0 - -
dan Senyawa Sejenis E Adapelin BPFI, larutkan Senyawa sejenis D 1,9 0,71 0,2
dalam sejumlah tetrahidrofuran P 50% volume adapelin
akhir, dan encerkan dengan Pengencer hingga Masing-masing - 1,0 0,1
kadar adapelin lebih kurang 0,2 mg per mL dan cemaran lain
kadar senyawa sejenis C adapelin, senyawa sejenis Total cemaran - - 0,5
D adapelin, dan senyawa sejenis E adapelin Abaikan puncak cemaran lebih kecil dari 0,05%
masing-masing lebih kurang 1,2 µg per mL.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja Sisa pelarut: Trietilamin Tidak lebih dari 80 bpj
tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan [Catatan Uji ini dilakukan jika trietilamin
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi digunakan dalam proses produksi.] Lakukan
L11 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti
kurang 1,2 mL per menit. Pertahankan suhu kolom tertera pada Kromatografi <931>.
pada 30°. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Pengencer Gunakan dimetil sulfoksida P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Baku
Waktu Larutan A Larutan B Pembanding Trietilamin, encerkan dengan
(menit) (%) (%) Pengencer hingga kadar lebih kurang 4,0 µg per
0 50 50 mL. Masukkan 4,0 mL larutan ke dalam vial
farmasiindustri.com

―headspace‖ 20 mL, tambahkan 1,0 mL natrium Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per
hidoksida 1 N. mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 50 mg per mL. Pindahkan 4,0 kadar lebih kurang 40 µg per mL.
mL larutan ke dalam vial ―headspace‖ 20 mL, Larutan uji persediaan Timbang saksama
tambahkan 1,0 mL natrium hidoksida 1 N. sejumlah zat, larutkan dengan sedikit
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi tetrahidrofuran P (lebih kurang 1% - 5% volume
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 0,53 akhir), sonikasi jika perlu, dan encerkan dengan
mm x 30 m berisi bahan pengisi G27 dengan tebal Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per
lapisan 3,0 µm. Pertahankan suhu injektor dan mL.
detektor pada 250° dan 300º. Atur suhu kolom Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
sebagai berikut: persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 40 µg per mL.
Suhu Laju suhu Suhu Waktu tahan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
awal (° per menit) akhir pada suhu akhir tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan
(°) (°) (menit) kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
40 0 40 5 L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
40 40 240 5 kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Atur operasional ―headspace‖ pada suhu ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kesetimbangan 95⁰ selama 15 menit, suhu ―transfer simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
line‖ 125⁰ dan waktu ―pressurization‖ 3 menit. tidak lebih dari 1,0%.
[Catatan Operasional parameter ―headspace‖ Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dapat dimodifikasi untuk optimasi kinerja.] volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dan laju dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
alir lebih kurang 4,8 mL per menit. Lakukan kromatogram, dan ukur respons puncak. Hitung
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam persentase adapelin, C28H28O3, dengan rumus:
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 15 %. ( ) ( )
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 1,0 mL) Larutan baku
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
adapelin dari Larutan uji dan Larutan baku;
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
CS adalah kadar Adapelin BPFI dalam µg per mL
Hitung jumlah trietilamin dalam bpj dengan rumus:
Larutan baku; CU adalah kadar adapelin dalam µg
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
( ) ( ) ditimbang.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak rapat, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu
trietilamin dari Larutan uji dan Larutan baku; ruang.
CS adalah kadar Trietilamin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar adapelin dalam mg Penandaan Cantumkan uji cemaran organik yang
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang dilakukan jika tidak menggunakan Uji 1.
ditimbang.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Tambahan monografi
pada Kromatografi <931>. GEL ADAPELIN
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-
Adapalene Gel
tetrahidrofuran P-asam trifluoroasetat P-air
(21:16:0,01:13), saring dan awaudarakan. Jika
Gel Adapelin adalah adapelin dalam dasar gel yang
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sesuai. Mengandung adapelin, C28H28O3, tidak
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%,
Larutan baku persediaan Timbang saksama
dari jumlah yang tertera pada etiket.
sejumlah Adapelin BPFI, larutkan dengan sedikit
tetrahidrofuran P (lebih kurang 1% - 5% volume
Baku pembanding Adapelin BPFI; tidak boleh
akhir), sonikasi jika perlu dan encerkan dengan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
farmasiindustri.com

dan sonikasi selama 10 menit. Dinginkan pada suhu


Identifikasi ruang dan encerkan dengan asetonitril P sampai
A. Larutan uji mengandung 0,4 µg adapelin per tanda. Saring melalui penyaring berbahan teflon
mL yang disiapkan sebagai berikut: Pipet 2,0 mL dengan porositas 0,45 µm, gunakan filtrat. Larutan
Larutan uji persediaan pada Penetapan kadar, ke mengandung adapelin lebih kurang 0,2 mg per mL.
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
Pengencer yang tertera pada Penetapan kadar. tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan
Saring melalui penyaring porositas 0,45 µm, kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi
gunakan filtrat. Spektrum serapan ultraviolet bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
larutan menunjukkan maksimum dan minimum Pertahankan suhu kolom pada 40⁰. Laju alir lebih
pada panjang gelombang yang sama seperti pada kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram
Adapelin BPFI. sebagai berikut:
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Waktu Larutan A Larutan B
yang diperoleh pada Penetapan kadar. (menit) (%) (%)
0 0 100
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,0 4 0 100
30 55 45
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. 65 55 45
68 0 100
80 0 100
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
<52> dan <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
dari 102 unit koloni per g; Angka Kapang Khamir Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
tidak lebih dari 101 unit koloni per g. Uji terhadap sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella sp. tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
memberikan hasil negatif. Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tidak lebih dari 5,0%.
pada Kromatografi <931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
dengan kadar 6,8 g per Liter, atur pH hingga 3,5 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dengan penambahan asam ortofosfat P. kromatogram, ukur semua respons puncak. Hitung
Larutan A Gunakan Fase gerak seperti tertera persentase masing-masing cemaran dalam gel
pada Penetapan kadar. dengan rumus:
Larutan B Campuran Dapar dan Larutan A ( ) ( )
(50:50).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
kromatografi. lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Pengencer Campuran asetonitril P- adapelin dari Larutan baku; CS adalah kadar
tetrahidrofuran P (3:2). Adapelin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Larutan baku persediaan Timbang saksama adalah kadar adapelin dalam mg per mL Larutan
sejumlah Adepelin BPFI, masukkan ke dalam labu uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-
tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
tetrahidrofuran P 40% volume akhir, sonikasi batas yang tertera pada Tabel.
untuk melarutkan. Encerkan dengan asetonitril P
sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg
per mL. Tabel
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Nama Waktu Batas
Larutan baku persediaan, encerkan dengan retensi (%)
Pengencer hingga kadar 0,2 mg per mL. relatif
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Senyawa sejenis A adapelin* 0,5 -
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga Adapelin 1,0 -
kadar 1,0 µg per mL. Senyawa sejenis B adapelin* 1,3 -
Larutan uji Timbang saksama 5,0 g gel, Masing-masing cemaran lain - 0,2
masukkan dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan Total cemaran - 1,0
10 mL tetrahidrofuran P, sonikasi 10 menit untuk Abaikan puncak kurang dari 0,1%.
mendispersikan. Tambahkan 10 mL asetonitril P
farmasiindustri.com

*Cemaran dibatasi pada bahan baku, pencantuman Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam tabel sebagai identifikasi dan tidak dilaporkan rapat, simpan pada suhu ruang terkendali dan
dalam total cemaran. lindungi dari pembekuan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Tambahan monografi
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- SUSPENSI ORAL ALBENDAZOL
tetrahidrofuran P-asam trifluoroasetat P-air
Albendazole Oral Suspension
(43:36:0,02:21). Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Suspensi Oral Albendazol adalah suspensi
Kromatografi <931>.
Albendazol yang mengandung satu atau lebih
Larutan baku persediaan Timbang saksama
pengawet dan pendispersi atau pensuspensi yang
sejumlah Adapelin BPFI, tambahkan sejumlah
sesuai. Mengandung albendazol, C12H15N3O2S,
tetrahidrofuran P 1% dari volume akhir, sonikasi
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
untuk melarutkan dan encerkan dengan Fase gerak
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Baku pembanding Albendazol BPFI; tidak boleh
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
kadar 20 µg per mL.
terlindung cahaya.
Larutan uji persediaan Timbang saksama 2,0 g
gel, masukkan dalam labu tentukur 100-mL,
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan
tambahkan 25 mL tetrahidrofuran P, sonikasi untuk
uji menunjukkan maksimum dan minimum pada
melarutkan. Tambahkan 25 mL asetonitril P dan
panjang gelombang yang sama dengan Larutan
sonikasi selama 20 menit. Dinginkan hingga suhu
baku Albendazol BPFI.
ruang dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Larutan uji persediaan Lakukan seperti tertera
tanda. Larutan mengandung adapelin lebih kurang
pada Penetapan kadar.
20 µg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
Larutan uji Saring sejumlah Larutan uji
persediaan, encerkan dengan natrium hidroksida
persediaan, melalui penyaring berbahan teflon
0,1 N LP, hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
dengan porositas 0,45 µm, gunakan filtrat.
mL.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan
pH <1071> Antara 4,5 dan 5,5.
kolom 4,6mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
pada Kromatografi <931>.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan A Campuran metanol P-asam
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan
hidroklorida P (99:1).
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan B Timbang sejumlah natrium fosfat
2,0%.
monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
hingga kadar lebih kurang 13,75 g per L.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku Fase gerak Campuran metanol P-Larutan B
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Hitung persentase adapelin, C28H28O3, dalam gel seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dengan rumus:
Larutan baku persediaan Timbang saksama
 rU   CS  sejumlah Albendazol BPFI, larutkan dan encerkan
     100 dengan Larutan A, hingga kadar lebih kurang 1 mg
 rS   CU  per mL.
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 10-
adapelin dari Larutan uji dan Larutan baku; mL, encerkan dengan Fase gerak hingga tanda.
CS adalah kadar Adapelin BPFI dalam mg per mL Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume
Larutan baku; CU adalah kadar adapelin dalam mg suspensi oral, larutkan dan encerkan dengan
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Larutan A hingga kadar albendazol lebih kurang 1
pada etiket. mg per mL.
Larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji persediaan,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar albendazol lebih
farmasiindustri.com

kurang 100 µg per mL, jika perlu saring untuk


mendapatkan larutan jernih. pH <1071> Antara 4,5 dan 5,5.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 308 nm dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan pada Kromatografi <931>.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Larutan A Campuran metanol P-asam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti hidroklorida P (99:1).
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang Larutan B Timbang sejumlah natrium fosfat
dari 2000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air
utama tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku hingga kadar lebih kurang 13,75 g per L.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Fase gerak Campuran metanol P-Larutan B
2,0%. (60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku persediaan Timbang saksama
kromatogram dan ukur respons puncak utama. sejumlah Albendazol BPFI, larutkan dan encerkan
Hitung persentase albendazol, C12H15N3O2S, dalam dengan Larutan A, hingga kadar lebih kurang 1 mg
suspensi oral dengan rumus: per mL.
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 10-
( ) ( ) mL, encerkan dengan Fase gerak hingga tanda.
Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak suspensi oral, larutkan dan encerkan dengan
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan A hingga kadar albendazol lebih kurang 1
Albendazol BPFI dalam µg per mL Larutan baku; mg per mL.
CU adalah kadar albendazol dalam µg per mL Larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji persediaan,
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
etiket. dengan Fase gerak hingga kadar albendazol lebih
kurang 100 µg per mL, jika perlu saring untuk
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mendapatkan larutan jernih.
rapat, simpan pada suhu ruang terkendali. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 308 nm dan
kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
Tambahan monografi kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
SUSPENSI ORAL ALBENDAZOL kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
Albendazole Oral Suspension
dari 2000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
utama tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku
Suspensi Oral Albendazol adalah suspensi
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Albendazol yang mengandung satu atau lebih
2,0%.
pengawet dan pendispersi atau pensuspensi yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sesuai. Mengandung albendazol, C12H15N3O2S,
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase albendazol, C12H15N3O2S, dalam
Baku pembanding Albendazol BPFI; tidak boleh
suspensi oral dengan rumus:
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
( ) ( )
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan
uji menunjukkan maksimum dan minimum pada
panjang gelombang yang sama dengan Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
baku Albendazol BPFI. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan uji persediaan Lakukan seperti tertera Albendazol BPFI dalam µg per mL Larutan baku;
pada Penetapan kadar. CU adalah kadar albendazol dalam µg per mL
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
persediaan, encerkan dengan natrium hidroksida etiket.
0,1 N LP, hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
mL.
farmasiindustri.com

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan Fase
rapat, simpan pada suhu ruang terkendali. gerak merambat hingga 15 cm di atas garis
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
biarkan lempeng kering di udara dan paparkan
dengan uap iodum P hingga tampak bercak.
Tambahan monografi Kromatogram Larutan kesesuaian sistem
AMOKSISILIN NATRIUM UNTUK menunjukkan dua bercak yang terpisah dengan
INJEKSI sempurna. Bercak utama yang diperoleh dari
Amoxicillin Sodium for Injection Larutan uji mempunyai nilai Rf, warna, dan ukuran
yang sama dengan bercak utama yang diperoleh
Amoksisilin Natrium untuk injeksi adalah bahan dari Larutan baku.
steril yang terdiri dari amoksisilin natrium dengan C. Menunjukkan reaksi Natrium cara B seperti
atau tanpa eksipien. Mengandung amoksisilin, tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan
etiket. penetapan menggunakan larutan zat (10 dalam
100).
Baku pembanding Amoksisilin natrium BPFI;
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam lemari Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 4,0%;
pendingin, dalam wadah terlindung dari cahaya. lakukan penetapan menggunakan 0,3 g zat.
Amoksisilin Trihidrat BPFI. Ampisilin Trihidrat
BPFI. Sefadroksil BPFI. Endotoksin BPFI; Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5
[Catatan: Bersifat pirogenik, penanganan vial dan unit Endotoksin per mL larutan yang mengandung
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. 10 mg per mL amoksisilin.
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam
lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pembeku. pada Kromatografi <931>.
Dapar Ke dalam 250 mL kalium dihidrogen
Identifikasi ortofosfat P 0,2 M, tambahkan natrium hidroksida
A. Spektrum serapan infra merah zat yang 2 N, atur pH hingga 5,0, encerkan dengan air
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan sampai 1000 mL.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (99:1),
sama pada Amoksisilin Trihidrat BPFI. saring dan awaudarakan.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti Larutan B Campuran Dapar-asetonitril P
tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis (80:20), saring dan awaudarakan.
tipis <281>. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Fase gerak Campuran amonium asetat P (15,4 g dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
dalam 100 mL, atur pH hingga 5,0 dengan kromatografi.
penambahan asam asetat glasial P)-aseton P Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama
(90:10). 0,2 g Amoksisilin Trihidrat BPFI, tambahkan 1 mL
Pengencer Larutkan 42 g natrium bikarbonat P air, kocok, tambahkan beberapa tetes natrium
dalam 1000 mL air. hidroksida P hingga pH 8,5. Diamkan larutan pada
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah suhu ruang selama 4 jam. Pipet 0,5 mL larutan,
Amoksisilin Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan encerkan dengan Larutan A sampai 50 mL.
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2,5 Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama
mg per mL. sejumlah Sefadroksil BPFI dan Amoksisilin
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Amoksisilin Trihidrat BPFI dan Ampisilin Trihidrat Larutan A hingga kadar berturut-turut lebih kurang
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer 4 µg per mL dan 30 µg per mL.
hingga kadar masing-masing lebih kurang 2,5 mg Larutan uji Timbang sejumlah zat setara dengan
per mL. 0,15 g amoksisilin, tambahkan 80 mL Larutan A,
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan kocok selama 15 menit. Sonikasi selama 1 menit,
dalam sejumlah volume Pengencer hingga kadar encerkan dengan Larutan A sampai 100 mL,
setara lebih kurang 2,5 mg per mL amoksisilin. campur, saring.
Penampak bercak Gunakan uap iodum P. Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji,
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
masing 1 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian encerkan dengan Larutan A sampai 100 mL.
sistem dan Larutan uji pada lempeng kromatografi Larutan blangko Gunakan Larutan A.
GF 254. Masukkan lempeng ke dalam bejana
farmasiindustri.com

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja hidroksida 2 M, encerkan dengan air sampai 100
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan mL.
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (99:1),
L1. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. saring dan awaudarakan.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Larutan B Campuran Dapar-asetonitril P
(80:20), saring dan awaudarakan.
Periode Waktu Larutan Larutan Keterangan Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
A B (92:8). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
1 0 - tR 92 8 Isokratik Kesesuaian sistem seperti tertera pada
amoksisilin Kromatografi <931>.
2 Periode 1 + 92  1 8100 Gradien Larutan baku Timbang saksama sejumlah
25 menit
Amoksisilin Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan
3 Periode 2 + 0 100 Isokratik
15 menit
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,7
4 Periode 3 + 92 8 Isokratik mg per mL.
15 menit Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Sefadroksil BPFI dan Amoksisilin BPFI,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga
sistem 1, rekam kromatogram dan ukur respons kadar berturut-turut lebih kurang 4 µg per mL dan
puncak seperti tertera pada Prosedur: puncak 30 µg per mL.
amoksisilin diketopiperazin, amoksisilin dimer, dan Larutan uji Timbang saksama isi tidak kurang
amoksisilin trimer terelusi setelah puncak utama dari 10 wadah, hitung bobot rata-rata. Timbang
dengan waktu retensi relatif terhadap puncak utama saksama serbuk amoksisilin natrium untuk injeksi
berturut-turut 3,4; 4,1; dan 4,5. Lakukan setara dengan 60 mg amoksisilin, masukkan ke
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem 2, dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 80 mL
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan A, kocok selama 15 menit. Sonikasi selama
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 1 menit, encerkan dengan Larutan A sampai tanda,
puncak amoksisilin dan sefadroksil tidak kurang saring melalui penyaring dengan porositas yang
dari 2,0. sesuai.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan tinggi dilengkapi detektor 254 nm dan kolom
blangko, Larutan uji dan Larutan pembanding ke berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dengan ukuran partikel 5μm. Laju alir lebih kurang
seluruh respons puncak. Hitung persentase masing- 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
masing cemaran dalam zat. Masing-masing cemaran Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
dan total cemaran tidak lebih dari batas seperti yang dan ukur respons puncak seperti tertera pada
tertera pada Tabel. Prosedur: resolusi, R, antara puncak amoksisilin
dan sefadroksil tidak kurang dari 2.
Tabel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (50 L) Larutan uji dan Larutan
Nama Batas baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Amoksisilin Tidak lebih dari 3 kali respons dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
dimer puncak utama Larutan amoksisilin, C16H19N3O5S, dari jumlah yang tertera
pembanding (3%) pada etiket dengan rumus:
Cemaran lain Respons puncak lain selain
tidak spesifik puncak utama tidak lebih dari 2 387,4
kali respons puncak utama ( ) ( ) ( )
Larutan pembanding (2%) 365,4
Total cemaran Tidak lebih dari 9 kali respons
puncak utama Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pembanding (9%) amoksisilin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,1 kali adalah kadar Amoksisilin Trihidrat BPFI dalam mg
respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%). per mL Larutan baku; CU adalah kadar amoksisilin
natrium dalam mg per mL Larutan uji; 387,4
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara adalah bobot molekul amoksisilin natrium; 365,4
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera adalah bobot molekul amoksisilin.
pada Kromatografi <931>.
Larutan dapar persediaan Timbang sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah padatan
kalium dihidrogen ortofosfat P, larutkan dan steril seperti tertera pada Injeksi. Simpan pada suhu
encerkan dengan air hingga kadar 0,2 M. 5º± 3º, terlindung dari cahaya.
Dapar Pipet 25 mL Larutan dapar persediaan,
atur pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium
farmasiindustri.com

Penandaan Pada etiket dicantumkan kesetaraan Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
amoksisilin natrium dengan amoksisilin. 5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Larutan kalium sorbat Timbang saksama
sejumlah kalium sorbat P, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Tambahan monografi Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
KRIM ASAM FUSIDAT mL.
Fusidic Acid Cream Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim
setara dengan lebih kurang 15 mg asam fusidat
Krim Asam Fusidat mengandung Asam Fusidat, anhidrat. Dispersikan dalam 25 mL Fase gerak,
C31H48O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih panaskan sampai krim meleleh dan aduk kuat
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. selama 15 menit. Dinginkan campuran pada suhu di
bawah 10⁰. Saring melalui penyaring kaca
Baku pembanding Dietanolamin Fusidat BPFI; mikrofiber, buang beberapa mL filtrat pertama dan
simpan pada wadah tertutup rapat, dalam lemari diamkan hingga suhu ruang.
pendingin. Larutan pembanding 1 Pipet 1 mL Larutan uji,
encerkan dengan Fase gerak hingga 100 mL.
Identifikasi Larutan pembanding 2 Pipet 30 µL Larutan uji,
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi encerkan dengan Fase gerak hingga 100 mL.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penjerap Campuran silika gel P F254.. Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Fase gerak Campuran metanol P-asam asetat Larutan pembanding 1, rekam kromatogram dan
glasial P-sikloheksan P- kloroform P ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
(2,5:10:10:80). efisiensi kolom puncak asam fusidat tidak kurang
Larutan baku Timbang sejumlah Dietanolamin dari 2000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
Fusidat BPFI masukkan ke dalam labu tentukur utama tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan etanol P terhadap Larutan pembanding 2, rekam
hingga kadar lebih kurang 5 mg per mL. kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan kalium sorbat Timbang sejumlah kalium tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal to
sorbat P masukkan ke dalam labu tentukur yang noise" puncak utama tidak kurang dari 3.
sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan
Larutan uji Timbang sejumlah krim setara pembanding 1, Larutan pembanding 2, Larutan
dengan lebih kurang 40 mg asam fusidat anhidrat, kalium sorbat dan Larutan uji ke dalam
larutkan dalam 10 mL etanol P dengan kromatograf. Lakukan kromatografi selama 3,5 kali
pengadukan. Saring, gunakan filtrat. waktu retensi asam fusidat, rekam kromatogram
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- dan ukur semua respons puncak. Waktu retensi
masing 10 µL Larutan uji, Larutan baku dan asam fusidat lebih kurang 5,1 menit dan waktu
Larutan kalium sorbat pada lempeng kromatografi. retensi relatif asam 3-ketofusidat lebih kurang 0,7.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi Abaikan puncak dengan respons kurang dari
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan respons puncak utama Larutan pembanding 2.
merambat hingga lebih kurang 12,5 cm. Angkat Abaikan puncak dengan waktu retensi yang sesuai
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan dengan puncak utama pada Larutan kalium sorbat.
mengering. Amati bercak di bawah cahaya Total cemaran pada Larutan uji tidak lebih dari
ultraviolet 254 nm: posisi dan ukuran bercak utama lima kali respons puncak utama asam fusidat pada
dari kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan pembanding 1.
Larutan baku dan terpisah dari bercak lain yang
diperoleh pada Larutan kalium sorbat. Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan kadar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
pH <1131> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan Fase gerak Buat campuran metanol P-asam
langsung pada krim. ortofosfat 0,05 M-asetonitril P (10:40:50), saring
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
farmasiindustri.com

menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada


Kromatografi <931>. Baku pembanding Asam Traneksamat BPFI;
Larutan baku Timbang saksama sejumlah terlindung cahaya. Simpan dalam lemari pendingin.
Dietanolamin Fusidat BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Identifikasi Keluarkan isi kapsul, timbang isi
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang kapsul setara dengan lebih kurang 500 mg asam
0,375 mg per mL. traneksamat, tambahkan 50 mL air, kocok baik, dan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim saring. Pipet 5 mL filtrat, tambahkan 1 mL
setara dengan lebih kurang 15 mg asam fusidat ninhidrin LP, panaskan selama 3 menit: terjadi
anhidrat. Dispersikan dalam 50 mL Fase gerak, warna ungu tua.
panaskan sampai krim meleleh dan aduk kuat
selama 15 menit. Dinginkan campuran pada suhu di Disolusi <1231>
bawah 10⁰. Saring melalui penyaring kaca Media disolusi: 900 mL air
mikrofiber, buang beberapa mL filtrat pertama dan Alat tipe 2: 50 rpm dengan singker
diamkan hingga suhu ruang. Waktu: 15 menit
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 11,0
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan g natrium dihidrogen fosfat anhidrat P, larutkan
kolom 4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dalam 500 mL air. Tambahkan 10 mL trietilamin P
―end capped‖ dengan ukuran partikel lebih kurang dan 1,4 g natrium lauril sulfat P. Atur pH hingga
5 µm. Pertahankan kolom pada suhu ruang. Laju 2,5 dengan penambahan asam ortofosfat P,
alir lebih kurang 2,5 mL per menit. Lakukan tambahkan air hingga 600 mL. Tambahkan 400 mL
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam metanol P.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 28
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dihitung mg Asam Traneksamat BPFI yang telah
terhadap puncak asam fusidat tidak kurang dari dikeringkan pada suhu 105° selama 2 jam, larutkan
2000 lempeng teoritis; faktor simetri puncak utama dan encerkan dengan Media hingga 100 mL.
tidak lebih dari 2,0. Larutan uji Saring alikot melalui membran
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm. Buang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku 10 mL filtrat pertama. Pipet sejumlah filtrat,
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam encerkan dengan sejumlah Media hingga kadar
kromatogram dan ukur respons puncak utama. lebih kurang 0,28 mg per mL.
Hitung persentase asam fusidat anhidrat, C31H48O6, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dalam krim dengan rumus: tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
( ) ( ) ( )
kolom pada 25. Atur laju alir hingga waktu retensi
asam traneksamat lebih kurang 8 menit. Lakukan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
utama Larutan uji dan Larutan baku; Mr1 dan Mr2 kromatogram dan ukur respons puncak seperti
berturut-turut adalah bobot molekul asam fusidat tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
anhidrat dan dietanolamin fusidat; CS adalah kadar dari 4000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih
Dietanolamin Fusidat BPFI dalam mg per mL dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada enam kali
Larutan baku; CU adalah kadar asam fusidat penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
anhidrat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
yang tertera pada etiket. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Wadah dan penyimpanan Pada wadah tertutup kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
rapat. persentase asam traneksamat, C8H15NO2, yang
terlarut dengan rumus:
Penandaan Pada etiket tertera kesetaraan dengan
 rU  
   CS  D    100
asam fusidat anhidrat. V

 rS   L
KAPSUL ASAM TRANEKSAMAT
Tranexamic Acid Capsules rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Kapsul Asam Traneksamat mengandung asam Asam Traneksamat BPFI dalam mg per mL
traneksamat, C8H15NO2, tidak kurang dari 95,0% Larutan baku; D adalah faktor pengenceran dari
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang Larutan uji; V adalah volume Media disolusi, 900
tertera pada etiket.
farmasiindustri.com

mL; dan L adalah jumlah asam traneksamat dalam


mg per kapsul yang tertera pada etiket.
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut ( ) ( )
tidak kurang dari 80% (Q) asam traneksamat,
C8H15NO2, dari jumlah yang tertera pada etiket. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Asam Traneksamat BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar asam traneksamat
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera yang tertera pada etiket.
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 11,0 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
g natrium dihidrogen fosfat anhidrat P, larutkan rapat.
dalam 500 mL air. Tambahkan 5 mL trietilamin P
dan 1,4 g natrium lauril sulfat P. Atur pH hingga
2,5 dengan penambahan asam ortofosfat P atau
asam ortofosfat P encer (1 dalam 10). Tambahkan
AZITROMISIN UNTUK SUSPENSI
air hingga 600 mL dan tambahkan 400 mL metanol
P. ORAL
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 Azithromycin for Oral Suspension
mg Asam Traneksamat BPFI yang telah
dikeringkan pada suhu 105° selama 2 jam, Azitromisin untuk Suspensi Oral adalah campuran
masukkan ke dalam tentukur 25-mL, larutkan dan kering dari Azitromisin dan satu atau lebih dapar,
encerkan dengan air sampai tanda. pemanis, pengencer, zat anti kempal (anticaking
Larutan asam 4-(aminometil) benzoat Buat agent) dan perisa. Azitromisin untuk Suspensi Oral
larutan asam 4-(aminometil) benzoat (1 dalam mengandung azitromisin, C38H72N2O12, tidak
10.000). kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Larutan kesesuaian sistem Pipet 5 mL Larutan jumlah yang tertera pada etiket.
baku, tambahkan 1 mL Larutan asam 4-
(aminometil) benzoat, masukkan ke dalam labu Perubahan
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh
Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat
dari 20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi dalam lemari pembeku. Senyawa sejenis F
kapsul setara dengan lebih kurang 100 mg asam Azitromisin BPFI, Desosaminilazitromisin BPFI.
traneksamat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
mL. Tambahkan 30 mL air, kocok, dan tambahkan Identifikasi Waktu retensi puncak utama
air sampai tanda. Sentrifus, saring beningan melalui kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
µm, buang 10 mL filtrat pertama. Gunakan filtrat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan Untuk sediaan dalam wadah dosis tunggal.
kolom 6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
kolom pada 35. Atur laju alir hingga waktu retensi
asam traneksamat lebih kurang 16 menit. Lakukan pH <1071> Antara 9,0 dan 11,0 untuk sediaan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, yang dikemas dalam wadah dosis tunggal: lakukan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak penetapan menggunakan suspensi terkonstitusi
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara seperti yang tertera pada etiket; antara 8,5 dan 11,0
puncak asam traneksamat dan asam 4-(aminometil) untuk sediaan yang dikemas dalam wadah dosis
benzoat tidak kurang dari 3,0; Lakukan ganda: lakukan penetapan menggunakan suspensi
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam terkonstitusi seperti yang tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Tambahan persyaratan
enam kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. Disolusi <1231> [Catatan Larutan mengandung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah azitromisin stabil hingga 12 jam pada suhu 10]
volume sama (lebih kurang 30 µL) Larutan baku Dapar natrium fosfat pH 6,0 Buat sejumlah 6000
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam mL natrium fosfat dibasa 0,1 M, atur pH hingga 6,0
kromatogram dan ukur respons puncak utama. ± 0,05 dengan penambahan lebih kurang 40 mL
Hitung persentase asam traneksamat, C8H15NO2, asam hidroklorida P, tambahkan 600 mg tripsin P.
dalam serbuk kapsul dengan rumus:
farmasiindustri.com

Media disolusi: 900 mL Dapar natrium fosfat digunakan dalam g; dan V adalah volume media
pH 6,0. disolusi (900 mL).
Alat tipe 2: 50 rpm. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut
Waktu: 30 menit. tidak kurang dari 75% (Q) C38H72N2O12, dari
Prosedur Lakukan penetapan jumlah jumlah yang tertera pada etiket.
C38H72N2O12 yang terlarut dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Tambahan persyaratan
pada Kromatografi <931>. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan A Larutkan 8,7 g dikalium Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
hidrogenfosfat anhidrat P dalam 1000 mL air. Atur pada Kromatografi <931>.
pH hingga 8,2 menggunakan larutan kalium Larutan A Buat larutan 1,8 g dinatrium
hidroksida P atau asam ortofosfat P encer. hidrogenfosfat dihidrat P dalam 1000 mL air. Atur
Fase gerak Campuran Larutan A - asetonitril P pH hingga 8,9 menggunakan asam ortofosfat P
(35:65). Saring dan awaudarakan. Jika perlu encer. Saring dan awaudarakan.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Larutan B Campuran asetonitril P - metanol P
seperti tertera pada Kromatografi <931>. (75:25). Saring dan awaudarakan.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
sejumlah Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
labu tentukur yang sesuai. Tambahkan sejumlah kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
volume asetonitril P lebih kurang 5% volume labu menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
tentukur, sonikasi dalam tangas air dingin selama 5 Kromatografi <931>.
menit hingga larut sempurna. Encerkan dengan Dapar Larutkan 1,73 g ammonium
Media disolusi sampai tanda. Larutan ini dihidrogenfosfat P dalam 1000 mL air, atur pH
mengandung 0,55 mg Azitromisin BPFI per mL. hingga 10,0 ± 0,05 dengan penambahan larutan
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku ammonia P.
persediaan, ke dalam labu tentukur yang sesuai, Pengencer Buat campuran Dapar – metanol P –
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. asetonitril P (35:35:30).
Larutan mengandung azitromisin 0,22 mg per mL. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
menggunakan penyaring yang sesuai. Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja mL. Jika perlu lakukan sonikasi dalam tangas air
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan dingin untuk melarutkan.
kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1, Larutan uji Konstitusikan azitromisin untuk
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur
2,0 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada saksama sejumlah suspensi setara dengan 400,0 mg
50° dan suhu ―autosampler‖ pada 10°. Lakukan azitromisin, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons mL. Tambahkan 70 mL Pengencer, sonikasi dalam
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tangas air dingin selama 15 menit. Encerkan
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif dengan Pengencer sampai tanda, saring
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. menggunakan penyaring membran porositas 0,45
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah µm.
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam masing-masing sejumlah Senyawa sejenis F
kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu Azitromisin BPFI dan Desosaminilazitromisin
retensi azitromisin dan ukur respons puncak utama. BPFI, larutkan dan encerkan dalam Pengencer
Hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12, yang hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,015 mg
terlarut dengan rumus: per mL dan 0,025 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
𝑑 tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
( ) ( ) 𝐷 ( ) 𝑉 kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1,
𝐿 𝑊
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 0,9 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada
azitromisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; 60° dan suhu ―autosampler‖ pada 10°.
CS adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per Kromatograf diprogram sebagai berikut:
mL Larutan baku; L adalah jumlah azitromisin
dalam mg per 5 mL seperti tertera pada etiket; D Waktu Larutan A Larutan B
adalah faktor pengenceran, hanya jika larutan uji (menit) (%) (%)
diencerkan; d adalah bobot jenis sampel dalam g 0 50 50
25 45 55
per mL; W adalah bobot suspensi oral yang
30 40 60
80 25 75
farmasiindustri.com

81 50 50 metilfenil)sulfonil]azitr
90 50 50 omisin
3-Deoksiazitromisin
1,31 - -
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian (azitromisin B)
sistem, ukur respons puncak seperti tertera pada Cemaran lain tidak
- 1,0 0,20
Prosedur: resolusi, R, antara desoaminilazitromisin spesifik hasil degradasi
Total cemaran - - 3,5
dan senyawa sejenis F azitromisin tidak kurang dari
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Perubahan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tidak lebih dari 5,0%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan
mengandung azitromisin stabil hingga 12 jam pada
volume sama (lebih kurang 100 L) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam suhu 10]
kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu Larutan A Larutkan 8,7 g dikalium
retensi azitromisin dan ukur semua respons puncak. hidrogenfosfat anhidrat P dalam 1000 mL air. Atur
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam pH hingga 8,2 menggunakan larutan kalium
azitromisin untuk suspensi oral dengan rumus: hidroksida P atau asam ortofosfat P encer.
Fase gerak Campuran Larutan A - asetonitril P
(3:7). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
( ) ( ) 𝑃 ( ) penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran asetonitril P –
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
metanol P – air (4:4:2).
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
azitromisin dari Larutan baku; CS adalah kadar
Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Azitromisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per
CU adalah kadar azitromisin dalam mg per mL
mL. Jika perlu lakukan sonikasi dalam tangas air
Larutan uji; P adalah potensi Azitromisin BPFI
dingin untuk melarutkan.
dalam µg per mg; F1 adalah faktor koreksi, 0,001
Larutan uji Konstitusikan azitromisin untuk
mg per µg; F2 adalah faktor respon relatif seperti
suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan
saksama sejumlah suspensi, masukkan ke dalam
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
labu tentukur yang sesuai. Tambahkan sejumlah
pada Tabel. Abaikan puncak dengan waktu retensi
volume Pengencer lebih kurang 50% volume labu
relatif kurang dari 0,29 dan lebih dari 1,31.
tentukur, sonikasi dalam tangas air dingin sambil
dikocok selama 20 menit. Encerkan dengan
Tabel
Pengencer sampai tanda, saring menggunakan
penyaring membran porositas 0,45 µm. Larutan
Waktu Faktor
Nama Retensi Respons
Batas mengandung azitromisin 0,6 mg per mL.
(%) Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Relatif Relatif
Azitromisin-N-oksida 0,29 0,43 0,50 tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
3‘-(N,N-Didemetil)-3‘- kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1,
0,37 1,7 0,50 dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
N-formilazitromisin
3‘-(N,N- 2,0 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada
Didemetil)azitromisin 0,43 1,0 0,50 30° dan suhu ―autosampler‖ pada 10°. Lakukan
(aminoazitromisin) kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
Senyawa sejenis F puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
0,51 3,8 0,50
azitromisin tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
Desosaminilazitromisin 0,54 1,0 0,30 pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
N-Dimetilazitromisin 0,61 1,0 0,50
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Azitromisin C (3‘‘-O-
demetilazitromisin)
0,73 - - volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku
3‘-De(dimetilamino)- dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
0,76 1,5 0,5 kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu
3‘-oksoazitromisin
Azaeritromisin A 0,83 - - retensi azitromisin dan ukur respons puncak utama.
Cemaran spesifik tidak Hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12, dalam
diidentifikasi (specified 0,92 - - azitromisin untuk suspensi oral dengan rumus:
unidentified )
Azitromisin 1,0 - -
 rU   CS 
2-Desetil-2-
1,23 - -       P  F  100
propilazitromisin
3‘-N-Demetil-3‘-N-[(4- 1,26 - -  rS   CU 
farmasiindustri.com

hidroklorida 2 N dan 1 mL Larutan kalium


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak tiosianat: larutan berwarna merah (Larutan 1).
azitromisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; Pada 1 mL Larutan 1, tambahkan 5 mL amil
CS adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per alkohol P atau etil eter P, kocok, dan diamkan:
mL Larutan baku; CU adalah kadar azitromisin terbentuk lapisan organik berwarna merah muda.
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah Pada 1 mL alikot Larutan 1 yang terpisah,
yang tertera pada etiket; P adalah potensi tambahkan 2 mL Larutan raksa(II) klorida: warna
azitromisin dalam µg per mg Azitromisin BPFI; F merah hilang (garam besi(III)).
adalah faktor konversi, 0,001 mg per µg. B. Sukrosa
Waktu retensi puncak utama kromatogram
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
rapat. diperoleh pada Penetapan kadar sukrosa.
C. Bobot molekul
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Fase gerak Larutkan lebih kurang 7,12 g natrium
fosfat dibasa dihidrat P, 5,52 g natrium fosfat
Tambahan monografi monobasa P, dan 0,40 g natrium azida P dalam 2 L
INJEKSI BESI SUKROSA air. Saring dan awaudarakan. Jika perlu, lakukan
Iron Sucrose Injection penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Injeksi Besi Sukrosa adalah larutan steril koloidal Larutan kesesuaian sistem Larutkan lebih kurang
besi (III) hidroksida dalam bentuk kompleks 200 mg dekstran dengan bobot molekul tinggi dan
dengan sukrosa dalam Air untuk Injeksi. 100 mg glukosa dalam 20 mL Fase gerak.
Mengandung besi tidak kurang dari 95,0% dan Larutan baku Timbang saksama masing-masing
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera lebih kurang 20 mg baku polisakarida bobot
pada etiket. Natrium hidroksida dapat ditambahkan molekul 5000-400.000 Da, masukkan secara
untuk mengatur pH. Tidak mengandung zat terpisah ke dalam labu tentukur 5-mL, tambahkan 4
antimikroba, zat pengkelat, desktran, glukonat, atau mL Fase gerak pada masing-masing labu, dan
bahan tambahan lain. diamkan masing-masing alikot selama minimal 12
jam pada suhu 25° atau dibawah 25°. Setelah
Baku pembanding Sukrosa BPFI; tidak boleh partikel aglomerat pada masing-masing Larutan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, baku mengembang maksimal, aduk perlahan
lakukan penanganan pada kelembaban dibawah masing-masing Larutan baku sampai larut.
60%. Endotoksin Bakteri BPFI; [Catatan Bersifat [Catatan Kromatogram Larutan baku yang dibuat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati segar secara konsisten menunjukkan puncak
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi sekunder tidak teridentifikasi yang kecil setelah
seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin puncak utama. Buang larutan baku jika puncak
dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial sekunder mencapai setengah tinggi puncak utama].
yang belum dibuka dalam lemari pembeku. Larutan uji Pipet lebih kurang 5 mL injeksi ke
dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Fase
Identifikasi gerak sampai tanda.
A. Besi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan kalium tiosianat Timbang lebih kurang tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias yang
9,7 g kalium tiosianat P, larutkan dan encerkan dipertahankan pada suhu tetap 45° dan dua kolom
dengan air hingga 100 mL. berukuran 7,8 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L39
Larutan raksa (II) klorida Timbang lebih dengan porositas beruturut-turut adalah 1000Ȧ dan
kurang 6,5 g raksa (II) klorida P, larutkan dan 120Ȧ. Atur suhu kolom pada 45 ± 2º, laju alir lebih
encerkan dengan air hingga 100 mL. kurang 0,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
Prosedur Pada 2,5 mL injeksi, tambahkan 17,5 terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
mL air dan 5 mL asam hidroklorida P, campur dan kromatogram dan ukur respons puncak seperti
panaskan di atas tangas air mendidih selama 5 tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
menit. Dinginkan, teteskan amonium hidroksida dekstran dan glukosa tidak kurang dari 4,0.
13,5 N sampai tidak terbentuk endapan besi(III) Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
hidroksida, saring. Bilas endapan dengan air untuk rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
membuang kelebihan amonium hidroksida, tertera pada Prosedur: buat kurva kalibrasi orde tiga
larutkan endapan dengan sedikit asam hidroklorida (cubic) antara waktu retensi terhadap bobot molekul.
2 N, dan tambahkan sejumlah air hingga 20 mL. Koefisien korelasi tidak kurang dari 0,98.
Pada 3 mL larutan ini, tambahkan 1 mL asam
farmasiindustri.com

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan pengenceran injeksi dalam air (1 dalam 10).
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku,
Larutan kesesuaian sistem dan Larutan uji ke Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tertera pada Uji hitung partikel secara pengaburan
respons puncak utama. Bobot molekul dari cahaya untuk Injeksi volume kecil. Lakukan
kompleks dihitung dari kurva kalibrasi. Kurva penetapan dengan pengenceran injeksi dalam air (1
distribusi bobot molekul terbagi ke dalam beberapa dalam 40), saring menggunakan penyaring dengan
fraksi. Hitung rata-rata dari bobot molekul, MW, porositas 1,2 µm atau lebih halus.
dengan rumus:
Kekeruhan Antara 4,4 dan 5,3. Timbang lebih
  AT  M T  kurang 500 mg injeksi, masukkan ke dalam gelas
piala 150 mL, tambahkan 100 mL air, dan atur pH
A T hingga 6,0 dengan penambahan asam hidroklorida
0,1 N LV sambil diaduk secara konstan. Angkat
Dan hitung rata-rata jumlah bobot molekul, MN, elektroda pH dari larutan. Atur sumber cahaya
dengan rumus: sehingga cahaya dapat mengenai gelas piala dengan
 A T  arah paralel sekitar 2 cm dibawah permukaan
 A  cairan. Cahaya harus menembus permukaan dan
  MT
T



larutan tidak keruh. Pengukuran harus dilakukan di
tempat gelap. Teteskan asam hidroklorida 0,1 N LV
AT adalah area dari masing-masing fraksi distribusi secara perlahan sampai terbentuk sedikit kekeruhan
sampel; MT adalah nilai tengah bobot molekul yang permanen. Ukur pH larutan pada titik
masing-masing fraksi yang ditentukan dari waktu kekeruhan.
retensi pada kurva kalibrasi. Kurva distribusi bobot
molekul yang diperoleh dari injeksi memenuhi Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
parameter sebagai berikut : Injeksi.

MW = 34.000 – 60.000 Da; Besi(II) Tidak lebih dari 0,4%.


Larutan elektrolit tambahan Larutkan lebih
MN = tidak kurang dari 24.000 Da; kurang 15,0 g natrium asetat dalam 100 mL air,
atur pH hingga 7,0 dengan penambahan asam
M W tidak lebih dari 1,7. asetat 0,1 N.
MN Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan 20-120 µg ion besi per mL ke dalam wadah
Bobot jenis <981> Antara 1,135 dan 1,165. yang sesuai.
Lakukan penetapan pada suhu 20°. Prosedur Masukkan sejumlah Larutan elektrolit
tambahan ke dalam sel polarografi yang dilengkapi
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,7 dengan elektroda merkuri. Masukkan elektroda ke
unit Endotoksin per mg besi. dalam cairan, alirkan nitrogen ke dalam cairan
selama 5 menit. Hindari paparan udara yang tidak
Kebasaan Tidak kurang dari 0,5 mL dan tidak perlu, segera masukkan Larutan uji ke dalam sel
lebih dari 0,8 mL asam hidroklorida 0,1 N LV per polarografi. Sampel harus segera dianalisis setelah
mL injeksi. Pipet lebih kurang 5 mL injeksi, wadah dibuka. Rekam polarogram dari 0 mV
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, titrasi sampai (-) 1700 mV. Perbandingan puncak besi(III)
dengan asam hidroklorida 0,1 N LV sambil diaduk terhadap besi (II) terdeteksi pada (-) 750 ± 50 mV
secara konstan hingga pH 7,4. Ukur jumlah asam dan perbandingan puncak besi(II) terhadap besi(0)
hidroklorida 0,1 N LV yang digunakan dan hitung terdeteksi pada (-) 1400 ± 50 mV. Ukur respons
kebasaan injeksi dengan mengukur volume asam puncak besi(II) terhadap besi(III), dan lakukan
yang digunakan per mL injeksi. penetapan blangko. Hitung persentase besi(II)
dalam injeksi dengan rumus:
pH <1071> Antara 10,5 dan 11,1. Lakukan
penetapan pada suhu 20°.
[ ( )]
Kompleks Besi(II) dan Besi(III) bobot molekul
rendah Pada polarogram yang diperoleh dari uji R adalah perbandingan respons puncak besi (II)
batas Besi (II), tidak ditemukan adanya puncak terhadap besi(III); CT adalah kadar besi total dalam
tambahan. persen (b/v) injeksi.

Osmolalitas dan osmolaritas <941> Antara 1150 Klorida Tidak kurang dari 0,012 % dan tidak lebih
dan 1350 mOsmol per L. Lakukan penetapan dari 0,025%. Timbang saksama lebih kurang 12 g
farmasiindustri.com

injeksi, masukkan ke dalam gelas piala 50 mL. CU adalah kadar sukrosa dalam mg per mL Larutan
Tambahkan 40 mL air dan 0,3 mL asam nitrat P uji yang diperoleh dari grafik; D adalah volume
65%, titrasi dengan perak nitrat 0,01 N LV sambil pengenceran Larutan uji dalam mL; G adalah
diaduk. Tetapkan titik akhir secara potensiometrik bobot jenis injeksi dalam g per mL; W adalah bobot
dengan elektroda perak-kaca. Hitung jumlah injeksi yang ditimbang dalam g.
klorida dalam mg injeksi.
Penetapan kadar Besi Lakukan penetapan
Tiap mL perak nitrat 0,01 N menggunakan Spektrofotometer serapan atom
setara dengan 0,3545 mg klorida. seperti tertera pada Spektrofotometri dan
Hamburan Cahaya <1191>.
Penetapan kadar Sukrosa Tidak kurang dari 260 Larutan kalsium klorida Timbang lebih kurang
mg dan tidak lebih dari 340 mg per mL. Lakukan 2,64 g kalsium klorida P, masukkan ke dalam labu
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tentukur 1000-mL, tambahkan 500 mL air, kocok
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. sampai larut. Tambahkan 5,0 mL asam
Fase gerak Campuran asetonitril P-air (79:21), hidroklorida P, encerkan dengan air sampai tanda.
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutan baku persediaan Timbang saksama
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti lebih kurang 350 mg besi(II) amonium sulfat P,
tertera pada Kromatografi <931>. masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
Larutan natrium fosfat monobasa Larutkan 30 g larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
natrium fosfat monobasa P dalam 50 mL air. Kadar besi lebih kurang 50 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
Sukrosa BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur baku persediaan ke dalam labu tentukur yang
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air sesuai, encerkan dengan Larutan kalsium klorida
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 13, 16, 18, hingga kadar besi berturut-turut 2,0; 4,0; 6,0; 8,0;
21, dan 23 mg per mL. dan 10,0 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang Larutan uji persediaan Pipet 2 mL injeksi ke
1,875 g injeksi, masukkan ke dalam labu tentukur dalam labu tentukur 100-mL. Bilas pipet beberapa
25-mL, tambahkan 1,25 mL air, campur. kali dengan Larutan kalsium klorida. Tambahkan 5
Tambahkan 1,25 mL Larutan natrium fosfat mL asam hidroklorida P, aduk hingga larutan
monobasa, campur. Diamkan selama 10 menit berwarna kuning, dinginkan pada suhu ruang,
untuk mengendapkan besi hidroksida. Encerkan encerkan dengan Larutan kalsium klorida sampai
dengan air sampai tanda. Sentrifus dengan tanda, dan campur.
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, saring Larutan uji Pipet 2 mL Larutan uji persediaan
melalui penyaring yang sesuai, buang 2 mL filtrat ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
pertama. Larutan kalsium klorida sampai tanda. Kadar besi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lebih kurang 8,0 µg per mL.
tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias dan Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan
kolom 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L8. Larutan uji pada panjang gelombang emisi besi
Pertahankan suhu kolom dan detektor antara 20° 248,3 nm menggunakan spektrofotometer serapan
dan 25° (±2°). Laju alir lebih kurang 2 mL per atom yang dilengkapi dengan lampu tabung katode
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan besi dan nyala udara asetilena P, gunakan Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons kalsium klorida sebagai blangko. Buat grafik
puncak seperti tertera pada Prosedur: koefisien serapan tiap larutan baku terhadap kadar besi dalam
korelasi yang diperoleh dari regresi linier tidak µg per mL, dan tarik garis lurus melalui kelima titik
kurang dari 0,998 [Catatan Waktu retensi sukrosa tersebut. Dari grafik yang diperoleh, tentukan kadar
lebih kurang 8 menit]. besi dalam µg per mL Larutan uji. Hitung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah persentase besi dalam tiap mL injeksi dengan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku rumus:
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
( )
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Buat
grafik respons puncak tiap Larutan baku terhadap
kadar sukrosa dalam mg per mL, dan tarik garis CA adalah kadar sebenarnya besi dalam µg per mL
lurus melalui kelima titik tersebut. Dari grafik yang Larutan uji yang diperoleh dari kurva kalibrasi ; CU
diperoleh, tentukan kadar sukrosa dalam mg per adalah kadar besi dalam µg per mL Larutan uji
mL Larutan uji. Hitung jumlah sukrosa, dalam mg berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
per mL injeksi dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
𝐷 tunggal, dari kaca Tipe I, pada suhu ruang
𝑊 terkendali. Tidak boleh dibekukan.
farmasiindustri.com

Penandaan Pada etiket cantumkan hanya untuk Prosedur Triturasi satu tablet dalam mortir
penggunaan secara intravena. Jika diberikan secara menggunakan etanol P, masukkan ke dalam labu
infus intravena, injeksi harus diencerkan dengan tentukur 50-mL, larutkan dengan bantuan etanol P
natrium klorida P 0,9%. Cantumkan pula yang dihangatkan untuk membantu kelarutan,
osmolaritas total larutan dalam mOsmol per L. encerkan dengan etanol P sampai tanda, kocok dan
saring. Pipet 5 mL filtrat, encerkan dengan etanol P
Tambahan monografi hingga 50 mL, dan kocok. Ukur serapan
TABLET BROMHEKSIN maksimum larutan pada panjang gelombang 249
HIDROKLORIDA nm. Hitung jumlah C14H20Br2N2∙HCl dengan nilai
Bromhexine Hydrochloride Tablets absortivitas molar (1%, 1 cm) 270.

Tablet Bromheksin Hidroklorida mengandung Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
bromheksin hidroklorida, (C14H20Br2N2∙HCl), tidak Tablet.
kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Baku pembanding Bromheksin Hidroklorida pada Kromatografi <931>.
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam seperti tertera pada Penetapan kadar.
lemari pendingin. Senyawa Sejenis I Bromheksin Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Hidroklorida BPFI. tablet setara dengan lebih kurang 50 mg
bromheksin hidroklorida, masukkan ke dalam labu
Identifikasi tentukur 20-mL. Larutkan dengan metanol P,
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram sonikasi dan encerkan dengan metanol P sampai
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tanda. Kocok dan saring, gunakan filtrat.
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji,
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang kurang 5 µg per mL.
249 nm seperti tertera pada Keseragaman sediaan. Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama
(lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan
Disolusi <1231> pembanding ke dalam kromatograf, rekam
Media disolusi: 900 mL air kromatogram tidak kurang dari 2 kali waktu retensi
Alat tipe 2: 75 rpm bromheksin hidroklorida dan ukur semua respons
Waktu: 45 menit puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan pada Larutan uji tidak lebih dari batas yang tertera
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Tabel.
pada Kromatografi <931>. Tabel
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar. Nama Batas
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 16 Senyawa Tidak lebih besar dari respons puncak
mg Bromheksin Hidroklorida BPFI, masukkan ke Sejenis I utama Larutan pembanding (0,2%)
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 4 mL
Bromheksin
etanol P, kocok, encerkan dengan air sampai tanda.
Hidroklorida
Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 20-
Cemaran lain Tidak lebih dari 0,5 kali respons
mL, encerkan dengan air sampai tanda.
puncak utama Larutan pembanding
Larutan uji Pipet lebih kurang 10 mL alikot, (0,1%)
saring melalui penyaring membran organik, buang Total cemaran Tidak lebih dari 1,5 kali respons
lebih kurang 5 mL filtrat pertama. puncak utama Larutan pembanding
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (0,3%)
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatogram dan ukur respons puncak utama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Hitung persentase bromheksin hidroklorida, pada Kromatografi <931>.
(C14H20Br2N2∙HCl), yang terlarut. Dapar fosfat pH 7,0 Larutkan 1,0 g kalium
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut dihidrogen fosfat P dalam 900 mL air. Atur pH
tidak kurang dari 65% (Q) C17H18N2O6 dari jumlah hingga 7,0 dengan penambahan natrium hidroksida
yang tertera pada etiket. 0,5 N, encerkan dengan air hingga 1000 mL.
Fase gerak Campuran Dapar fosfat pH 7,0-
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. asetonitril P (20:80). Saring dan awaudarakan. Jika
Prosedur keseragaman kandungan.
farmasiindustri.com

perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian


sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Bromheksin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan metanol P hingga diperoleh kadar
lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Senyawa Sejenis I Bromheksin (+)-2-[p-Kloro--[2
Hidroklorida BPFI dan Bromheksin Hidroklorida (dimetilamino)etil]benzil]piridina maleat (1:1)
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P [2438-32-6]
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 5 µg dan C16H19ClN2.C4H4O4 BM 390,86
2,5 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Perubahan
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Deksklorfeniramin Maleat mengandung tidak
tablet setara dengan lebih kurang 12,5 mg kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
bromheksin hidroklorida. Masukkan ke dalam labu C16H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang
tentukur 25-mL, tambahkan sejumlah metanol P, telah dikeringkan pada suhu 65º selama 4 jam.
sonikasi, encerkan dengan metanol P sampai tanda,
kocok dan saring. Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 245 nm, kolom Kelarutan Mudah larut dalam air, larut dalam
4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan etanol dan kloroform; sukar larut dalam benzen dan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom dalam eter.
pada 40°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Perubahan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Baku pembanding Deksklorfeniramin Maleat
resolusi, R, antara senyawa sejenis I bromheksin BPFI; Tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
hidroklorida dan bromheksin hidroklorida tidak wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
lebih dari 2,0. lemari pendingin. Hindari paparan terhadap
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kelembaban diatas 75%. Feniramin Maleat BPFI.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Klorfeniramin Maleat BPFI. Senyawa sejenis B
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Klorfeniramin BPFI. Senyawa sejenis C
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Klorfeniramin BPFI.
Hitung persentase bromheksin hidroklorida,
(C14H20Br2N2∙HCl), dalam tablet dengan rumus: Perubahan
 rU   CS  Identifikasi
      100 A. Spektrum serapan inframerah zat yang
 rS   CU  didispersikan dalam kalium bromida P,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak gelombang yang sama seperti pada
utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah Deksklorfeniramin Maleat BPFI.
kadar Bromheksin Hidroklorida BPFI dalam µg B. Waktu retensi puncak asam maleat dan
per mL Larutan baku; CU adalah kadar bromheksin deksklorfeniramin dari Larutan uji sesuai dengan
hidroklorida dalam µg per mL Larutan uji Larutan baku, seperti diperoleh pada Penetapan
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. kadar.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Perubahan


rapat. pH <1071> Antara 4,0 dan 5,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat 10 mg per mL.

Rotasi jenis <1081> Antara +39,5º dan +43,0º,


DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT lakukan penetapan menggunakan larutan zat yang
Dexchlorpheniramine Maleate mengandung 50 mg zat per mL dalam
dimetilformamida P.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 4 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%

Tambahan parameter
farmasiindustri.com

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara relatif relatif


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Asam maleat a 0,18 - -
pada Kromatografi <931>. Senyawa sejenis B
0,49 - -
Dapar, Fase gerak, Pengencer, Larutan klorfeniramin b
kesesuaian sistem, dan Sistem kromatografi Feniramin 0,57 0,40 0,4
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Senyawa sejenis C
0,97 - -
klorfeniramin c
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Deksklorfeniramin 1,0 - -
Deksklorfeniramin maleat BPFI, larutkan dan Cemaran lain
encerkan dengan Pengencer hingga kadar - 1,0 0,10
tidak spesifik
deksklorfeniramin maleat lebih kurang 2,8 µg per Total cemaran - - 1
mL setara dengan 2,0 µg deksklorfeniramin per Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%
mL, sonikasi selama 1 menit. deksklorfeniramin.
a
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah hanya untuk identifikasi
b
Feniramin maleat BPFI, larutkan dan encerkan dan c hanya untuk kesesuaian sistem
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,74
µg per mL. Tambahan parameter
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Kemurnian enansiomer Tidak lebih dari 2%.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kadar deksklorfeniramin maleat lebih kurang 0,5 mg kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
per mL, sonikasi selama 1 menit. <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera Fase gerak Buat campuran n-heksana P-2-
pada Penetapan kadar. Lakukan kromatografi propanol P-dietilamina P (980:20:3). Saring dan
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
kromatogram dan ukur respons puncak seperti menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Kromatografi <931>.
deksklorfeniramin dan senyawa sejenis C Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
klorfeniramin tidak kurang dari 1,5; resolusi, R, lebih kurang 10 mg Klorfeniramin Maleat BPFI,
antara puncak senyawa sejenis B klorfeniramin dan larutkan dalam 3 mL air. Basakan larutan dengan
feniramin tidak kurang dari 2,0. Lakukan penambahan beberapa tetes amonium hidroksida
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam pekat P, dan kocok dengan 5 mL metilen klorida
kromatogram dan ukur respons puncak seperti P, biarkan memisah. Uapkan lapisan metilen
tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal to klorida (lapisan bawah) diatas tangas air hingga
noise‖ tidak kurang dari 10. Lakukan kromatografi diperoleh residu berminyak. Masukkan residu
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 10-mL,
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: larutkan dan encerkan dengan 2-propanol P sampai
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tanda. Kadar klorfeniramin dalam larutan lebih
tidak lebih dari 5,0%. kurang 0,7 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku persediaan Timbang saksama
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku lebih kurang 10 mg Deksklorfeniramin Maleat
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam BPFI, larutkan dalam 3 mL air. Basakan larutan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. dengan menambahkan beberapa tetes amonium
Hitung persentase tiap cemaran dalam zat dengan hidroksida pekat P, dan kocok dengan 5 mL
rumus: metilen klorida P, biarkan larutan memisah.
Uapkan lapisan metilen klorida (lapisan bawah)
( ) ( ) ( ) diatas tangas air hingga diperoleh residu
berminyak. Masukkan residu secara kuantitatif ke
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak dengan 2-propanol P sampai tanda. Kadar
deksklorfeniramin dari Larutan baku; Cs adalah deksklorfeniramin dalam larutan lebih kurang 0,7
kadar deksklorfeniramin dalam mg per mL Larutan mg per mL.
baku; Cu adalah kadar deksklorfeniramin maleat Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
yang ditimbang; F adalah faktor respons relatif. encerkan dengan 2-propanol P hingga kadar
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak deksklorfeniramin lebih kurang 0,014 mg per mL.
lebih dari yang tertera pada Tabel. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10
mg zat, larutkan dalam 3 mL air. Basakan larutan
Tabel dengan menambahkan beberapa tetes amonium
hidroksida pekat P, dan kocok dengan 5 mL
Cemaran Waktu Faktor Batas metilen klorida P, biarkan memisah. Uapkan
retensi respons (%) lapisan metilen klorida (lapisan bawah) diatas
farmasiindustri.com

tangas air hingga diperoleh residu berminyak. maleat 0,5 mg per mL dan feniramin maleat,
Masukkan residu secara kuantitatif ke dalam labu senyawa sejenis B klorfeniramin, senyawa sejenis
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan 2- C klorfeniramin masing-masing 2 µg per mL.
propanol P sampai tanda. Kadar deksklorfeniramin Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dalam larutan lebih kurang 0,7 mg per mL. Deksklorfeniramin maleat BPFI, larutkan dan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,5 mg
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan per mL, sonikasi selama 1 menit.
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L51 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi kadar 0,5 mg per mL, sonikasi selama 1 menit.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak R- kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi
enansiomer dan deksklorfeniramin (S-enansiomer) bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
tidak kurang dari 1,5. [Catatan deksklorfeniramin Pertahankan suhu kolom pada 30°. Laju alir lebih
(S-enansiomer) tereluasi pertama]. kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sebagai berikut:
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Waktu Dapar Asetonitril P
kromatogram dan ukur respons puncak utama. (menit) (%) (%)
Hitung persentase R-enansiomer dalam zat dengan 0 95 5
rumus: 1 95 5
( ) ( ) 20 70 30
30 70 30
31 95 5
ru adalah respons puncak R-enansiomer dari 40 95 5
Larutan uji; rs adalah respons puncak
deksklorfeniramin dari Larutan baku; Cs dan Cu Lakukan kromatografi terhadap Larutan
berturut-turut adalah kadar deksklorfeniramin kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
dalam mg per mL Larutan baku dan Larutan uji. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif asam maleat dan senyawa
sejenis C klorfeniramin terhadap deksklorfeniramin
Perubahan berturut-turut lebih kurang 0,18 dan 0,94; resolusi,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara R, antara puncak senyawa sejenis C klorfeniramin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera dan deksklorfeniramin tidak kurang dari 1,5;
pada Kromatografi <931>. resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B
Dapar Timbang lebih kurang 5,44 g kalium klorfeniramin dan feniramin tidak kurang dari 2,0.
fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
air. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan penambahan seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
asam ortofosfat P. Saring dan awaudarakan. lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada
Fase gerak Gunakan variasi campuran Dapar penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
dan asetonitril P seperti tertera pada Sistem Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatografi. Saring dan awaudarakan. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Pengencer Buat campuran Dapar-asetonitril P dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(95:5). kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang Hitung persentase deksklorfeniramin maleat,
saksama sejumlah Feniramin Maleat BPFI, C16H19ClN2.C4H4O4, dalam zat dengan rumus:
Senyawa sejenis B Klorfeniramin BPFI, dan
Senyawa sejenis C Klorfeniramin BPFI, larutkan
 rU   CS 
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar      100
masing-masing lebih kurang 0,02 mg per mL,  rS   CU 
sonikasi selama 1 menit.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak
lebih kurang 5 mg Deksklorfeniramin maleat BPFI, deksklorfeniramin dari Larutan uji dan Larutan
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, baku; Cs adalah kadar Deksklorfeniramin Maleat
tambahkan 5 mL Pengencer dan 1,0 mL Larutan BPFI dalam mg per mL Larutan baku ; Cu adalah
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan kadar deksklorfeniramin maleat dalam mg per mL
Pengencer sampai tanda, dan sonikasi selama 1 Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
menit. Larutan mengandung deksklorfeniramin
farmasiindustri.com

Perubahan ke dalam labu tentukur 100-mL. Tambahkan 0,2


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mL amonium hidroksida 6 N, encerkan dengan air
rapat, tidak tembus cahaya. sampai tanda.
Hitung persentase dekstrosa, C6H12O6.H2O, pada
injeksi dengan rumus:
Tambahan Monografi
INJEKSI DEKSTROSA DAN NATRIUM [( ) ]
KLORIDA
Dextrose and Sodium Chloride Injection
a dalam derajat adalah rotasi optik yang diamati
Injeksi dekstrosa dan natrium klorida adalah larutan dari Larutan uji; l adalah panjang tabung
steril dekstrosa dan natrium klorida dalam air untuk polarimeter dalam dm; α adalah titik tengah rotasi
injeksi, mengandung desktrosa, C6H12O6.H2O, dan jenis dekstrosa anhidrat, 52,9⁰; CU adalah kadar
natrium klorida, NaCl, tidak kurang dari 95,0% dan dekstrosa dalam g per 100 mL Larutan uji; Mr1 dan
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul dekstrosa
pada etiket. Tidak mengandung zat anti mikroba. monohidrat dan anhidrat, 198,17 dan 180,16.

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Penetapan kadar Natrium klorida Pipet sejumlah
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus larutan injeksi setara dengan lebih kurang 90 mg
hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. natrium klorida, masukkan ke dalam labu
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam Erlenmeyer. Tambahkan berturut-turut 10 mL asam
lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 asetat glasial P, 75 mL metanol P dan 3 tetes eosin
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari Y LP, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga
pembeku. titik akhir berwarna merah muda.

Identifikasi Tiap mL perak nitrat 0,1 N


A. Pipet sejumlah larutan injeksi setara dengan setara dengan 5,844 mg NaCl
lebih kurang 50 mg per mL dekstrosa. Tambahkan
beberapa tetes larutan ke dalam 5 mL tembaga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tartrat basa LP panas: terbentuk endapan tembaga tunggal dari kaca atau plastik. Wadah kaca
oksida berwarna merah. sebaiknya dari kaca tipe I atau II.
B. Memenuhi syarat uji Natrium dan Klorida pada
Uji Identifikasi Umum <291>. Penandaan Pada etiket harus mencantumkan kadar
osmolar total dalam mOsmol per L. Jika isi injeksi
pH <1071> Antara 3,2 dan 6,5; lakukan penetapan kurang dari 100 mL atau tertera bahwa injeksi tidak
menggunakan larutan mengandung dekstrosa 5%, untuk disuntikkan langsung tetapi diencerkan
jika perlu encerkan dengan air. sebelum digunakan, maka etiket dapat
mencantumkan kadar osmolar total dalam mOsmol
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 10,0 per mL.
unit endotoksin per g dekstrosa.

Syarat lain Memenuhi syarat sediaan umum Injeksi. Tambahan Monografi


INJEKSI DOKSORUBISIN
5-hidroksimetilfurfural dan Cemaran organik HIDROKLORIDA
Serapan larutan uji tidak lebih dari 0,25. Lakukan Injection Doxorubicin Hydrochloride
penetapan dengan cara Spektrofotometri UV seperti
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Injeksi Doksorubisin Hidroklorida adalah larutan
Cahaya <1191>. steril doksorubisin hidroklorida dalam air untuk
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara injeksi. Mengandung doksorubisin hidroklorida,
dengan lebih kurang 1,0 g dekstrosa. Encerkan C27H29NO11.HCl, tidak kurang dari 90,0% dan
dengan air hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan air pada etiket. Dapat mengandung natrium klorida,
sebagai blangko pada panjang gelombang serapan dekstrosa atau zat tambahan untuk isoosmosis.
maksimum 284 nm menggunakan sel 1-cm.
Baku pembanding Doksorubisin Hidroklorida
Penetapan kadar Dekstrosa Lakukan penetapan BPFI [Catatan Bersifat karsinogenik, penanganan
rotasi jenis seperti tertera pada Rotasi Optik vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari
<1081>. kontaminasi]; tidak boleh dikeringkan sebelum
Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan digunakan. Simpan pada lemari pembeku,
injeksi setara dengan lebih kurang 2 – 5 g dekstrosa terlindung dari cahaya, dan diamkan pada suhu
farmasiindustri.com

ruang sebelum dibuka. Doksorubisinon BPFI Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
[Catatan Bersifat karsinogenik, penanganan vial Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
dan isi harus hati-hati untuk menghindari Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
kontaminasi]; tidak boleh dikeringkan sebelum dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada
digunakan. Simpan pada wadah tertutup rapat, Prosedur: resolusi, R, antara doksorubisin dan
terlindung dari cahaya. Epirubisin Hidroklorida epirubisin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
BPFI [Catatan Bersifat karsinogenik, penanganan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari kromatogram dan ukur respons puncak seperti
kontaminasi]; simpan dalam wadah tertutup rapat, tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
pada lemari pembeku. Endotoksin BPFI; [Catatan penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 kromatogram dan ukur semua respons puncak.
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari Hitung persentase doksorubisinon dalam larutan
pembeku. injeksi dengan rumus:

Identifikasi
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram ( ) ( ) 𝑃
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar. ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji doksorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan
menunjukkan maksimum dan minimum pada baku; CS adalah kadar Doksorubisinon BPFI dalam
panjang gelombang yang sama dengan Larutan µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar. doksorubisin hidroklorida dalam µg per mL
Larutan uji; P adalah potensi doksorubisinon dalam
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,2 µg per mg Doksorubisinon BPFI.
unit Endotoksin per mg doksorubisin hidroklorida; Hitung persentase cemaran tidak spesifik lain
lakukan penetapan menggunakan larutan injeksi dalam larutan injeksi dengan rumus:
dengan kadar 1,1 mg per mL.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan ( ) ( ) 𝑃


penetapan dengan Prosedur uji menggunakan
penyaringan membran, dengan seluruh volume ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
larutan injeksi yang diambil secara aseptik. cemaran lain dalam Larutan uji dan Larutan baku;
CS dan CU berturut-turut adalah kadar doksorubisin
pH <1071> Antara 2,5 dan 4,5. hidroklorida dalam µg per mL Larutan baku dan
Larutan uji; P adalah potensi doksorubisin dalam
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada µg per mg Doksorubisin Hidroklorida BPFI; F
Injeksi. adalah faktor konversi 0,001 mg per µg. Masing-
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara yang tertera pada Tabel.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi Tabel
larutan mengandung doksorubisin dari cahaya]
Fase gerak, Pengencer, dan Larutan kesesuaian Waktu
sistem Lakukan seperti tertera pada Penetapan Batas
Nama Retensi
kadar. (%)
Relatif
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Doksorubisin 1,0 -
Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan
Doksorubisinon BPFI, masukkan ke dalam labu Epirubisin 1,05 -
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Doksorubisinon 1,08 3,0
Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih kurang Daunorubisinon 1,35 -
8 dan 12 µg per mL. [Catatan Jika perlu larutkan Masing-masing
dalam asetonitril P menggunakan 5% volume akhir - 2,0
cemaran lain
larutan sebelum dilarutkan dalam Pengencer]. Total cemaran - 5,0
Larutan uji Pipet sejumlah larutan injeksi,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
doksorubisin hidroklorida lebih kurang 0,4 mg per Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
mL.
farmasiindustri.com

pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi Hitung persentase doksokrubisin hidroklorida,


larutan mengandung doksorubisin dari cahaya] C27H29NO11.HCl, dalam injeksi dengan rumus:
Larutan A Pipet 1 mL asam trifluoroasetat P,
encerkan dengan air sampai 1 liter. Kadar larutan
lebih kurang 0,1%, saring dan awaudarakan. ( ) ( ) 𝑃
Larutan B Buat campuran asetonitril P– metanol
P–asam trifluoroasetat P (800:200:1), saring dan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
awaudarakan. doksorubisin dalam Larutan uji dan Larutan baku;
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A CS dan CU adalah kadar doksorubisin hidroklorida
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dalam mg per mL Larutan baku dan Larutan uji; P
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian adalah potensi doksorubisin dalam µg per mg
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Doksorubisin Hidroklorida BPFI; F adalah faktor
Kromatografi <931>. konversi 0,001 mg per µg.
Pengencer Campuran Larutan A–Larutan B (50 :
50). Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca tipe I,
sejumlah Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan terlindung dari cahaya. Simpan pada lemari
Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan pendingin. Injeksi dapat dikemas dalam wadah
encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing- dosis ganda dengan volume tidak lebih dari 100
masing lebih kurang 0,1 mg per mL. mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,1 mg per mL. Tambahan Monografi
Larutan uji Pipet sejumlah larutan injeksi, TABLET EFAVIRENS
encerkan dengan Pengencer hingga kadar Efavirenz Tablets
doksorubisin hidroklorida lebih kurang 0,1 mg per
mL.
Tablet Efavirens mengandung efavirens,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
C14H9ClF3NO2, tidak kurang dari 92,0% dan tidak
tinggi dilengkapi detektor ―diode array‖ 190-400
lebih dari 108,0% dari jumlah yang tertera pada
nm pada panjang gelombang analisis 254 nm dan
etiket.
kolom berukuran 2,1 mm × 10 cm berisi bahan
pengisi L1 dengan ukuran partikel 1,7 µm.
Baku pembanding Efavirens BPFI; tidak boleh
Pertahankan suhu kolom pada 35 dan autosampler dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
pada 4°. Laju alir lebih kurang 0,5 mL per menit. terlindung cahaya. Senyawa Sejenis B Efavirens
Kromatograf diprogram sebagai berikut: BPFI.
Waktu Larutan A Larutan B Identifikasi
(menit) (%) (%) A. Masukkan satu tablet yang telah diserbuk
0 90 10 haluskan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan
15 25 75 5 mL asetonitril P, kocok menggunakan vortex.
16 25 75 Ambil 3 mL larutan ini, sentrifugasi selama 5
16,1 90 10 menit. Pindahkan lebih kurang 1-2 mL beningan ke
18 90 10 wadah yang sesuai, uapkan hingga kering dengan
aliran nitrogen P. Dispersikan 0,5 – 1 mg zat dalam
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian kalium bromida P. Spektrum serapan inframerah
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
relatif tertera pada Tabel dalam Cemaran organik. pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Resolusi, R, antara puncak doksorubisin dan Efavirens BPFI.
epirubisin tidak kurang dari 1,5. Lakukan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
kromatogram dan ukur respons puncak seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan
1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Disolusi <1231>
ulang tidak lebih dari 0,73%. Media disolusi: 1000 mL natrium lauril sulfat P
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 2,0%. Tidak dilakukan deaerasi.
volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan Alat tipe 2: 50 rpm, dengan ‗singker‘ berbentuk
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam heliks. Dayung dan ‗shaft‘ harus terbuat dari
kromatogram dan ukur respons puncak utama. stainless steel dan tidak dilapisi dengan teflon atau
farmasiindustri.com

material lain. Alat pengambil sampel dan wadah


disolusi harus dicuci dengan metanol P atau etanol Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
P diikuti pembilasan dengan air. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Waktu: 30 menit. pada Kromatografi <931>.
Lakukan penetapan zat terlarut dengan cara Pengencer, Larutan A, Larutan B, Larutan uji,
Spektrofotometri seperti tertera pada dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>. pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan kesesuaian sistem Gunakan Larutan
Efavirens BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur baku seperti tertera pada Penetapan kadar.
yang sesuai. Untuk melarutkan efavirens, larutkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dalam metanol P tidak lebih dari 1% volume labu. Efavirens BPFI dan Senyawa Sejenis B BPFI,
Encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih larutkan dan encerkan dengan Pengencer dari
kurang (L/1000) mg per mL. Pipet sejumlah Larutan kesesuaian sistem hingga kadar berturut-
volume larutan ini, encerkan dengan Media disolusi turut lebih kurang 1,25 µg per mL dan 0,005 µg per
hingga kadar lebih kurang 0,012 mg per mL. L mL.
adalah jumlah efavirens dalam mg per tablet yang Sistem kromatografi Lakukan kromatografi
tertera pada etiket. terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Larutan uji Saring alikot menggunakan kromatogram dan ukur semua respons puncak
penyaring membran polietilena, encerkan dengan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Media disolusi hingga kadar lebih kurang sama senyawa sejenis B efavirens dan efavirens tidak
dengan Larutan baku. kurang dari 1,2. Lakukan kromatografi terhadap
Prosedur Lakukan penetapan jumlah efavirens Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
C14H9ClF3NO2, yang terlarut secara respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
spektrofotometri dari Larutan baku dan Larutan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
uji, pada panjang gelombang serapan maksimum tidak lebih dari 5,0%.
lebih kurang 247 nm dalam sel 1-cm. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut volume sama (lebih kurang 35 μL) Larutan baku
tidak kurang dari 80% (Q) efavirens, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
C14H9ClF3NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. tablet dengan rumus:
Prosedur keseragaman kandungan
Pengencer Campuran asetonitril P-air (50:50).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah ( ) ( ) ( )
Efavirens BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 12 µg per ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
mL. dari Larutan uji; rS adalah respons puncak efavirens
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 10 tablet dari Larutan baku; CS dan CU adalah kadar
ke dalam wadah terpisah yang sesuai, larutkan efavirens dalam mg per ml Larutan baku dan
dengan 250 mL Pengencer. Aduk selama 90 menit, Larutan uji; F adalah faktor respons relatif yang
sentrifus selama 10 menit dan saring 10 mL dengan tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran tidak
penyaring membran nilon atau PVDF, masukkan lebih dari yang tertera pada Tabel.
filtrat ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan Tabel
dengan Pengencer hingga kadar efavirens lebih
kurang 12 µg per mL. Waktu Faktor Batas
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Nama Retensi Respons (%)
baku pada panjang gelombang 246 nm dalam sel 1- Relatif Relatif
cm, menggunakan Pengencer sebagai blangko. Efavirens 0,48 0,26 0,25
Hitung jumlah dalam mg efavirens, C14H9ClF3NO2 aminoalkohol
dalam tablet dengan rumus: (produk degradasi)
Analog efavirens etana 0,93 - -
(Senyawa sejenis B
( ) ( ) 𝑉 𝐷 efavirens)
𝐿 Efavirens 1,0 - -
Efavirens pen-3-ena-1-
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji in (cis)
dan Larutan baku; CS adalah kadar Efavirens BPFI Efavirens pen-3-ena-1- 1,16 - -
dalam mg per mL Larutan baku; D adalah faktor in (trans)
pengenceran dari Larutan uji; V adalah volume Efavirens pentenain
dari Larutan uji; dan L adalah jumlah efavirens Analog efavirens 1,2 - -
dalam mg per tablet yang tertera pada etiket. pentin
farmasiindustri.com

Metilefavirens 1,28 - - lebih kurang 12 mg per mL. Simpan terlindung dari


Efavirens 1,33 - - cahaya.
aminoalkohol metil Larutan uji Saring sejumlah Larutan uji
karbamat persediaan dengan penyaring yang sesuai,
Analog kuinolin 1,45 2,0 0,20 encerkan filtrat dengan Pengencer hingga kadar
(produk degradasi)
efavirens lebih kurang 240 µg per mL. Simpan
Efavirens 1,53 - -
aminoalkohol etil
terlindung dari cahaya. Untuk analisis menggunakan
karbamat KCKT, direkomendasikan untuk menggunakan vial
Cemaran lain yang 1,60 - - polipropilena, karena penguraian dapat terjadi jika
tidak diketahui digunakan wadah kaca.
Bis amino alkohol 1,63 - - Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
efavirens tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm dan
(etoksikarbonil) kolom berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan
N-benzilefavirens 1,8 - - pengisi L10 dengan ukuran partikel 5 µm.
Efavirens 1,9 - - Pertahankan suhu kolom pada 40º. Laju alir lebih
benzoilaminoalkohol kurang 1,5 mL per menit. Kromatograf diprogram
Cemaran lain yang 2,1 - - sebagai berikut:
tidak diketahui
Analog 2,18 - -
Waktu Larutan A Larutan B
siklobutenilindol
(menit) (%) (%)
Produk degradasi lain - 1,0 0,20
0 60 40
Total cemaran - - 0,50
16 50 50
Abaikan respons puncak kurang dari 0,05%.
23 35 65
28 30 70
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 29 20 80
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera 31 20 80
pada Kromatografi <931>. 32 60 40
Pengencer Campuran asetonitril P-air (500:500). 40 60 40
Larutan A Buat campuran air-metanol P-asam
trifluoroasetat P (900:100:0,5), saring dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
awaudarakan. rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan B Buat campuran metanol P-air-asam seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
trifluoroasetat P (900:100:0,5), saring dan untuk senyawa sejenis B efavirens dan efavirens
awaudarakan. berturut-turut 0,9 dan 1,0; resolusi antara efavirens
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan senyawa sejenis B efavirens tidak kurang dari
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem 1,2; simpangan baku relatif pada penyuntikkan
kromatografi. ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sejumlah Senyawa Sejenis B Efavirens BPFI, volume sama (lebih kurang 35 µL) Larutan baku
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama Hitung persentase efavirens, C14H9ClF3NO2 dalam
sejumlah Efavirens BPFI, larutkan dan encerkan tablet yang digunakan dengan rumus:
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 5 mg
per mL, sonikasi untuk melarutkan sebelum
 rU   CS 
diencerkan sampai tanda.       100
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan  rS   CU 
baku persediaan 2 dan Larutan baku persediaan 1,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Efavirens BPFI dan Senyawa Sejenis B Efavirens
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU adalah
BPFI berturut-turut lebih kurang 250 µg per mL
kadar Efavirens BPFI dalam mg per mL Larutan
dan 1 µg per mL. Simpan terlindung dari cahaya.
baku dan Larutan uji dari jumlah yang tertera pada
Untuk analisis menggunakan KCKT,
etiket.
direkomendasikan untuk menggunakan vial
polipropilena, karena penguraian dapat terjadi jika
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
digunakan wadah kaca.
baik, simpan pada suhu ruang terkendali.
Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang
dari 10 tablet ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dalam Pengencer, kocok selama 90 menit,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar efavirens
EFEDRIN HIDROKLORIDA
farmasiindustri.com

Ephedrine Hydrochloride Perubahan


Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Dapar Larutan ammonium asetat P 11,60 gram
per L, atur pH hingga 4,0 dengan penambahan
asam asetat glasial P.
(-)-Efedrin hidroklorida [50-98-6]
Fase gerak Campuran Dapar - metanol P (94:6),
C10H15NO.HCl BM 201,69
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Efedrin Hidroklorida mengandung tidak kurang
tertera pada Kromatografi <931>.
dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
C10H15NO.HCl, dihitung terhadap zat kering.
sejumlah Efedrin Hidroklorida BPFI dan
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI larutkan dan
Pemerian Serbuk atau hablur halus, putih; tidak
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
berbau; terpengaruh oleh cahaya.
masing 0,1 mg per mL.
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam
Efedrin Hidroklorida BPFI larutkan dan encerkan
etanol; tidak larut dalam eter.
dengan Fase gerak hingga kadar 3,8 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI;
Efedrin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
dengan Fase gerak hingga kadar 30 µg per mL.
tertutup rapat, terlindung cahaya. Pseudoefedrin
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
Hidroklorida BPFI
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar 7,5 mg per mL.
Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
tinggi dilengkapi dengan detektor 257 nm dan
didispersikan dalam kalium bromida P hanya
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11
menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih
yang sama seperti pada Efedrin Hidroklorida BPFI.
kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
pada Uji Identifikasi Umum <291>. kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Keasaman-kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 20 tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara efedrin
ml air dan tambahkan 1 tetes merah metil LP. Jika dan pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0. Lakukan
larutan berwarna kuning, akan berubah menjadi kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
merah pada penambahan tidak lebih dari 0,10 mL kromatogram dan ukur respons puncak seperti
asam sulfat 0,02 N. Jika larutan berwarna merah tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
muda, berubah menjadi kuning pada penambahan penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Lakukan
tidak lebih dari 0,20 mL natrium hidroksida kromatografi terhadap Larutan sensitivitas
0,02N. rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: ―signal to noise‖
Hilangkan persyaratan tidak kurang dari 10.
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 217° dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
220°. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Rotasi jenis <1081> Antara –33,0° dan –35,5°; kromatogram selama tidak kurang dari 2,5 kali
lakukan penetapan menggunakan larutan yang waktu retensi efedrin dan ukur semua respons
mengandung 50 mg zat per mL dalam air. puncak. Hitung persentase masing-masing
cemaran dengan rumus:
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam. ( ) ( ) ( )

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Perubahan dalam Larutan uji; rs adalah respons puncak efedrin
Sulfat Pada 40 mL larutan yang mengandung 1,25 dalam Larutan baku; CS adalah kadar Efedrin
mg per mL zat, tambahkan 1 mL asam Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan
hidroklorida 3 N dan 1 mL barium klorida LP: baku; CU adalah kadar efedrin hidroklorida dalam
tidak terjadi kekeruhan dalam 10 menit. mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang; F adalah faktor respons relatif seperti
farmasiindustri.com

tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 7,5
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera unit Endotoksin per mg efedrin hidroklorida.
pada Tabel.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan
Tabel penetapan dengan penyaringan membran seperti
tertera pada Prosedur uji.
Nama Senyawa Waktu retensi Faktor Batas
relatif respons (%) pH <1071>Antara 4,5 dan 6,5.
relatif
Efedrin 1,0 - - Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk
Pseudoefedrin 1,1 - - Injeksi Volume Kecil.
α-Asetilbenzil 1,4 2,5 0,2
alkohol
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
Cemaran lain - 1,0 0,1
Total cemaran - - 0,5
Abaikan respons puncak kurang dari 0,05% respons Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak efedrin. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Perubahan Fase gerak Campuran natrium lauril sulfat P (1
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang g dalam 128 mL)-asetonitril P-asam ortofosfat P
150 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, (640:360:1).
tambahkan 50 mL etanol P. Tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal Timbang 1 g etilefrin
asam hidroklorida 0,01 N Titrasi dengan natrium hidroklorida P, larutkan dan encerkan dalam air
hidroklorida 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara hingga 500 mL.
potensiometri. Tetapkan volume titran yang Larutan baku Timbang sejumlah 40 mg Efedrin
ditambahkan antara 2 titik infleksi. Hidroklorida BPFI, tambahkan 10,0 mL Larutan
baku internal sampai larut, encerkan dengan air
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N setara dengan sampai 200 mL.
20,17 mg C10H15NO.HCl Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan 40 mg efedrin hidroklorida, tambahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 10,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan
baik, tidak tembus cahaya. air hingga 200 mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Tambahan monografi dengan ukuran partikel lebih kurang 5 µm.
INJEKSI EFEDRIN HIDROKLORIDA Pertahankan suhu kolom pada 45°. Atur laju alir
Ephedrine Hydrochloride Injection hingga waktu retensi efedrin lebih kurang 14 menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Injeksi Efedrin Hidroklorida adalah larutan steril rekam kromatogram dan ukur respons puncak
efedrin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi, seperti tertera pada Prosedur: resolusi antara
mengandung efedrin hidroklorida, C10H15NO.HCl, etilefrin hidroklorida dan efedrin tidak kurang dari
tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 15; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. tidak lebih dari 1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI; volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan: Bersifat Hitung persentase efedrin hidroklorida,
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati C10H15NO.HCl, dalam injeksi dengan rumus:
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin ( ) ( )
dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan puncak efedrin terhadap puncak etielfrin dari
0,05% menunjukkan maksimum pada panjang Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
gelombang antara 249 nm dan 253 nm; antara 255 Efedrin Hidroklorida BPFI dalam µg per mL
nm dan 259 nm; dan antara 261 nm dan 265 nm. Larutan baku; dan CU adalah kadar efedrin
hidroklorida dalam µg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
farmasiindustri.com

Larutan A Gunakan asetonitril P. Saring dan


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap awaudarakan.
udara, tidak tembus cahaya. Larutan B Gunakan air. Saring dan
awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Tambahan monografi kromatografi.
ESTAZOLAM Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Estazolam sejumlah Estazolam BPFI, Nordazepam BPFI, dan
Senyawa Sejenis A Estazolam BPFI, larutkan dan
encerkan dengan asetonitril P hingga diperoleh
kadar masing-masing lebih kurang 1 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Estazolam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1 µg per
mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih kurang
8-Kloro-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3- 1 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
α][1,4]benzodiazepin [29975-16-4] berikut:
C16H11ClN4 BM 294,74
Waktu Larutan A Larutan B
Estazolam mengandung tidak kurang dari 98,0% (menit) (%) (%)
0 40 60
dan tidak lebih dari 102,0% estazolam,
C16H11ClN4, dihitung terhadap zat kering. 20 90 10
23 90 10
Pemerian Hablur putih sampai putih kekuningan. 30 40 60
35 40 60
Kelarutan Larut dalam metanol dan dalam asam
asetat anhidrat; agak sukar larut dalam etanol;
praktis tidak larut dalam air dan dalam eter. [Catatan ―Dwell volume‖ untuk sistem KCKT ini lebih
kurang 1,0 mL].
Baku pembanding Estazolam BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Estazolam sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
BPFI. Nordazepam BPFI. puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
antara nordazepam dan senyawa sejenis A
Identifikasi estazolam tidak kurang dari 2,0. Lakukan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
didispersikan dalam kalium bromida P, kromatogram dan ukur respons puncak seperti
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak
gelombang yang sama seperti pada Estazolam estazolam tidak lebih dari 1,2; simpangan baku
BPFI. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram 2,0%.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
yang diperoleh pada Penetapan kadar. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; kromatogram dan ukur semua respons puncak.
keringkan pada suhu 105º selama 4 jam. Hitung persentase tiap cemaran dalam zat dengan
rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
( ) ( ) ( )
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
farmasiindustri.com

ri adalah respons puncak dari masing-masing 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
cemaran dalam Larutan uji; rS adalah respons Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
puncak estazolam dari Larutan baku; CS adalah respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kadar Estazolam BPFI dalam µg per mL Larutan faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
baku; CU adalah kadar estazolam dalam µg per mL relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan uji. F adalah faktor respons relatif masing- 2,0%.
masing cemaran seperti tertera pada Tabel. Masing- Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku
batas yang tertera pada Tabel. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram 2,5 kali waktu retensi estazolam dan
Tabel ukur respons puncak. Hitung persentase estazolam,
C16H11ClN4, dalam zat dengan rumus:
Waktu Faktor
Batas
Nama retensi Respons
(%) ( ) ( )
relatif Relatif
Estazolam 1,0 - -
Nordazepam 1,4 1,3 0,1
Senyawa sejenis A 1,6 1,0 0,1 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
estazolam utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dan
Formamido 2,0 1,5 0,1 CU berturut-turut adalah kadar estazolam dalam mg
klorobenzofenon per ml Larutan baku dan Larutan uji berdasarkan
Biskloroasetilbenzofenon 2,2 1,5 0,1 bobot yang ditimbang.
Aminoklorobenzofenon 2,6 1,4 0,1
Kloroasetamido 2,7 1,2 0,1 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
klorobenzofenon rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu
Cemaran lain tidak - 1,0 0,10 ruang terkendali.
spesifik
Total cemaran - - 0,5

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Tambahan monografi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
TABLET ESTAZOLAM
Dapar Larutan 2,8 g per liter kalium fosfat Estazolam Tablets
monobasa P, atur pH hingga 6,5 dengan
penambahan natrium hidroksida 1 N. Tablet Estazolam mengandung estazolam,
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P- (C16H11ClN4), tidak kurang dari 90,0% dan tidak
asetonitril P (55:35:10). Saring dan awaudarakan. lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut etiket.
Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Estazolam BPFI; tidak boleh
Larutan baku persediaan Timbang saksama dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
sejumlah Estazolam BPFI, masukkan ke dalam terlindung cahaya.
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 Identifikasi Waktu retensi puncak utama
mg per mL. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
baku persediaan ke dalam labu tentukur yang
sesuai, encerkan dengan air hingga kadar lebih Disolusi <1231>
kurang 0,02 mg per mL. Media disolusi: 900 mL air, deaerasi
Larutan uji persediaan Timbang saksama Alat tipe 2: 50 rpm
sejumlah zat, masukkan ke dalam labu tentukur Waktu: 30 menit
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase Fase gerak, Dapar, dan Sistem Kromatografi
gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji Larutan baku persediaan Timbang saksama
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang sejumlah Estazolam BPFI, masukkan ke dalam
sesuai, encerkan dengan air hingga kadar lebih labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
kurang 0,02 mg per mL. dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja mg per mL.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11 baku persediaan ke dalam labu tentukur yang
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang sesuai, encerkan dengan Media disolusi hingga
farmasiindustri.com

kadar lebih kurang (L/1000) mg per mL dengan L Larutan baku Timbang saksama sejumlah
adalah jumlah estazolam dalam mg per tablet yang Estazolam BPFI larutkan dan encerkan dengan
tertera pada etiket. Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per
Larutan uji Saring alikot melalui membran mL
dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm. Buang Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
filtrat pertama. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku sesuai. Tambahkan sejumlah Fase gerak, sonikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam selama 5 menit. Encerkan dengan Fase gerak
kromatogram 1,6 kali waktu retensi estazolam dan hingga kadar estazolam lebih kurang 0,02 mg per
ukur respons puncak. Hitung persentase estazolam, mL. Saring larutan dengan penyaring yang sesuai.
C16H11ClN4, yang terlarut dengan rumus: Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11
( ) ( ) 𝑉 dengan ukuran partikel 3 µm m. Laju alir lebih
𝐿
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kadar Estazolam BPFI dalam mg per mL Larutan faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
baku; V adalah volume Media disolusi, 900 mL; relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
dan L adalah jumlah estazolam dalam mg per tablet 2,0%.
yang tertera pada etiket. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku
tidak kurang dari 80% (Q), C16H11ClN4 dari jumlah dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
yang tertera pada etiket. kromatogram 2,7 kali waktu retensi estazolam dan
ukur respons puncak. Hitung persentase estazolam,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. C16H11ClN4, dalam tablet dengan rumus:

Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak ( ) ( )


lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Dapar, Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera kadar Estazolam BPFI dalam mg per mL Larutan
pada Penetapan kadar. baku; dan CU adalah kadar estazolam dalam mg per
Prosedur Suntikkan lebih kurang 50 µL Larutan mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram 4 pada etiket.
kali waktu retensi estazolam dan ukur semua
respons puncak. Hitung persentase tiap cemaran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam tablet dengan rumus: rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu
ruang terkendali.
( )

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Tambahan monografi


dari Larutan uji dan rT adalah total semua respons FOSFOMISIN NATRIUM
puncak dari Larutan uji. Fosfomycin Sodium
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P
dengan kadar 2,8 g per liter, atur pH hingga 6,5 Dinatrium (2R,3S)-3-metiloksiran-2-ilfosfonat
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N. [26016-99-9]
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P- C3H5Na2O4 P BM 182,02
asetonitril P (55:35:10). Saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Fosfomisin Natrium adalah garam natrium dari
Kesesuaian sistem seperti tertera pada fosfomisin, antibakteri yang dihasilkan oleh
Kromatografi <931>. pertumbuhan Streptomyces fradiae atau dari
farmasiindustri.com

sintesis kimia. Mempunyai potensi setara dengan Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan,
tidak kurang dari 725 µg per mg dan tidak lebih masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
dari 770 µg per mg, dihitung terhadap zat anhidrat. tambahkan 2,5 mL amonium molibdat-asam sulfat
Potensi fosfomisin natrium dihitung berdasarkan LP dan 1 mL 1-amino-2-naftol-4-asam sulfonat LP,
kesetaraan dengan fosfomisin (C3H7O4P: 138,06). campur, encerkan dengan air sampai tanda.
Biarkan selama 30 menit pada suhu 20 ± 1°.
Pemerian Serbuk hablur putih. Larutan baku persediaan Timbang saksama
lebih kurang 70 mg kalium dihidrogen fosfat P,
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, agak lakukan penyiapan larutan seperti pada Larutan uji
sukar larut dalam metanol, dan praktis tidak larut persediaan.
dalam etanol. Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
Baku pembanding Fosfomisin Natrium BPFI. mL, tambahkan 2,5 mL amonium molibdat-asam
Simpan dalam lemari pendingin. sulfat LP dan 1 mL 1-amino-2-naftol-4-asam
sulfonat LP, campur, encerkan dengan air sampai
Identifikasi tanda. Biarkan selama 30 menit pada suhu 20 ± 1°.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan blangko persediaan Buat seperti pada
didispersikan dalam kalium bromida P, Larutan uji persediaan tanpa menggunakan zat.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Larutan blangko Pipet 5 mL Larutan blangko
gelombang yang sama seperti pada Fosfomisin persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
Natrium BPFI. mL, tambahkan 2,5 mL amonium molibdat-asam
B. Larutan zat (1 dalam 500) menunjukkan sulfat LP dan 1 mL 1-amino-2-naftol-4-asam
reaksi Natrium cara A seperti tertera pada Uji sulfonat LP, campur, encerkan dengan air sampai
Identifikasi Umum <291>. tanda. Biarkan selama 30 menit pada suhu 20 ± 1°.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku, Larutan uji
Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak dan Larutan Blangko pada panjang gelombang 740
berwarna; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g nm menggunakan air sebagai blangko. Hitung
zat dalam 10 mL air. jumlah dalam mg fosfor, P, dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
Rotasi jenis <1081> Antara -3,5º dan -5,5º,
dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
menggunakan 0,5 g zat dalam 10 mL air. , 8

pH <1071> Antara 8,5 dan 10,5; lakukan penetapan AU, AB dan AS berturut-turut adalah serapan dari
menggunakan 0,70 g zat dalam 10 mL air. Larutan uji, Larutan Blangko dan Larutan baku; M
adalah jumlah kalium dihidrogen fosfat dalam mg.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 3,0%.
Lakukan penetapan menggunakan 0,2 g. Arsen <321> Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan
penetapan menggunakan Larutan uji sebagai
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 berikut: Timbang sejumlah lebih kurang 1,0 g zat,
bpj; lakukan penetapan menggunakan 1 g zat dan masukkan ke dalam krus platina, kuarsa, atau
pembanding 10 mL Larutan timbal. porselen. Tambahkan 10 mL larutan magnesium
trihidrat heksahidrat P dalam etanol P (1 dalam
Fosfor Antara 16,2 dan 17,9%. Lakukan penetapan 50), uapkan etanol, dan panaskan secara bertahap
dengan cara Spektrofotometri Ultraviolet dan untuk membakar. Jika masih terdapat bahan
Cahaya Tampak seperti tertera pada karbon, lembabkan dengan sejumlah volume asam
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. nitrat P, dan pijarkan kembali dengan cara yang
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih sama. Setelah dingin, tambahkan 3 mL asam
kurang 0,1 g zat, masukkan ke dalam wadah yang hidroklorida P, panaskan dalam penangas air untuk
sesuai, tambahkan berturut-turut 40 mL natrium melarutkan residu.
periodat P (107 dalam 10.000), dan 2 mL asam
perklorat P, panaskan di dalam tangas air selama 1 Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti
jam. Setelah dingin, masukan ke dalam labu tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
tentukur 200-mL. Bilas wadah dengan air, Mikrobiologi <131>, menggunakan metode
masukkan larutan ke dalam labu tentukur dan lempeng silinder.
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL Dapar tris pH 7,0 Larutkan 6,06 g 2-amino-2-
larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, hidroksimetil-1,3-propanediol dalam 750 mL air,
tambahkan 1 mL kalium iodida LP, kocok dan atur pH hingga 7,0 dengan penambahan asam
tambahkan natrium tiosulfat LP sampai larutan hidroklorida 0,1 N, encerkan dengan air hingga 1
tidak berwarna, encerkan dengan air sampai tanda. L.
farmasiindustri.com

Larutan baku persediaan Timbang saksama satu sama lain berjarak sama (silinder diletakkan
sejumlah Fosfomisin Fenetilamonium BPFI setara pada lingkaran dengan radius 25 – 28 mm),
dengan 20 mg fosfomisin, masukkan ke dalam sesuaikan jarak dengan diameter Petri jika
labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan menggunakan Petri yang lebih besar. Gunakan
Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Larutan ini dapat silinder baja tahan karat dengan dimensi: diameter
disimpan pada suhu lebih dari 5º dan dapat luar 7,9 – 8,1 mm; diameter dalam 5,9 – 6,1 mm;
digunakan selama 7 hari. panjang 9,9 – 10,1 mm. Silinder tidak boleh
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku mempengaruhi pengujian.
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Gunakan 5 lempeng agar silinder untuk satu kali
encerkan dengan Dapar tris pH 7,0 hingga kadar pengujian. Jika digunakan cawan yang lebih besar,
lebih kurang 10 µg per mL dan 5 µg per mL jumlah silinder untuk satu pengujian harus setara
berturut-turut sebagai larutan baku kadar tinggi dan dengan jika menggunakan cawan Petri. Dalam satu
kadar rendah. [Catatan Larutan dibuat segar.] cawan petri agar-silinder, masukkan sejumlah
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat volume Larutan baku kadar tinggi dan kadar
setara dengan 20 mg fosfomisin, masukkan ke rendah secara berhadapan, dan Larutan uji pada
dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan pasangan silinder yang tersisa dengan volume
dengan Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Pipet sama. Inkubasi pada suhu 32 - 370 selama 16 – 20
sejumlah larutan ini, masukkan ke dalam dua labu jam. Gunakan alat ukur yang sesuai, ukur diameter
tentukur yang berbeda. Pada masing-masing labu zona hambat dengan presisi tidak kurang dari 0,25
tambahkan Dapar tris pH 7,0 hingga kadar mm.
berturut-turut lebih kurang 10 µg per mL dan 5 µg Estimasi potensi Korelasi antara potensi (P)
per mL berturut-turut sebagai Larutan uji dengan larutan dalam silinder dan diameter (d) zona
kadar yang setara dengan kadar tinggi dan kadar hambat adalah sebagai berikut:
rendah Larutan baku.
Mikroba uji Gunakan Proteus sp. MB838. d = a log P + b
Media kultur Campur 5,0 g pepton; 3,0 g ekstrak
daging; 2,0 g ekstrak ragi; dan 15 g agar dalam a dan b adalah konstanta.
1000 mL air, sterilisasi. Gunakan sebagai lapisan
dasar dan inokula dengan pH antara 6,5 dan 6,6 Dengan menggunakan persamaan di atas,
setelah sterilisasi. perkirakan potensi Larutan uji dengan rumus:
Lapisan Inokula Inkubasi mikroba uji yang telah
stabil pada media agar miring pada suhu 370 selama A x Potensi SH x Faktor pengenceran UH
40 – 48 jam. Inokulasi mikroba pada permukaan
300 mL media agar dalam botol Roux, inkubasi dimana
pada suhu 370 selama 40 – 48 jam, suspensikan =
mikroba ke dalam 30 mL air. Gunakan sebagai
suspensi persediaan mikroba uji. Encerkan suspensi
I = log (potensi SH/potensi SL)
dengan air lebih kurang 10 kali untuk memperoleh
V = ƩUH +ƩUL -ƩSH -ƩSL
persen transmitan sebesar 17% pada panjang
gelombang 560 nm. Simpan suspensi persediaan W = ƩUH +ƩSH -ƩUL -ƩSL
pada suhu di bawah 100 dan gunakan pada waktu 7
hari. Tambahkan 1,0 – 2,0 mL suspensi persediaan Keterangan:
mikroba uji pada 100 mL media agar yang SH adalah larutan baku kadar tinggi
disiapkan pada suhu 480, campur, dan gunakan SL adalah larutan baku kadar rendah
sebagai lapisan inokula. UH adalah larutan uji kadar tinggi
Lapisan dasar Tuang lebih kurang 20 mL Media UL adalah larutan uji kadar rendah
kultur ke dalam cawan Petri (jika ukuran cawan
Petri lebih besar tuang media kultur dengan volume ƩSH adalah jumlah diameter zona hambat larutan
yang sesuai) hingga membentuk lapisan yang baku kadar tinggi (dalam mm).
seragam dengan ketebalan 2-3 mm. ƩSL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
Prosedur Tuang lebih kurang 4 – 6 mL Lapisan baku kadar rendah (dalam mm).
inokula pada cawan petri yang berisi Lapisan dasar ƩUH adalah jumlah diameter zona hambat larutan
(jika ukuran cawan Petri lebih besar tuang media uji kadar tinggi (dalam mm).
kultur dengan volume yang sesuai) hingga ƩUL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
membentuk lapisan yang seragam dengan uji kadar rendah (dalam mm).
ketebalan 1,5 – 2,5 mm, dan sebarkan hingga
merata pada seluruh permukaan, biarkan memadat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
Letakkan 4 silinder pada permukaan agar dalam udara.
cawan Petri sehingga masing-masing silinder
memiliki jarak yang sama dari titik tengah agar dan
farmasiindustri.com

Tambahan monografi Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan


FOSFOMISIN NATRIUM UNTUK penetapan seperti tertera pada Penyaringan
INJEKSI membran dalam Uji Sterilitas dari produk yang
Fosfomycin Sodium for Injection diuji.

Fosfomisin Natrium untuk injeksi adalah sediaan Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti
untuk injeksi yang dilarutkan dalam air sebelum tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
digunakan. Mengandung tidak kurang dari 90,0% Mikrobiologi <131>, menggunakan metode
dan tidak lebih dari 110,0% fosfomisin, C3H7O4P, lempeng silinder.
dari jumlah yang tertera pada etiket. Mikroba uji Gunakan Proteus sp. MB838 atau
Proteus mirabilis (ATCC® 21100™)
Baku pembanding Fosfomisin Natrium BPFI. Media kultur Campur 5,0 g pepton; 3,0 g ekstrak
daging; 2,0 g ekstrak ragi; dan 15 g agar dalam
Identifikasi 1000 mL air, sterilisasi. Gunakan sebagai lapisan
A. Larutkan lebih kurang 0,1 g Fosfomisin dasar dan inokula dengan pH antara 6,5 dan 6,6
Natrium untuk injeksi dalam 3 mL asam perklorat setelah sterilisasi.
P (1 dalam 4), tambahkan 1 mL natrium periodat Larutan baku persediaan Timbang saksama
0,1 M dan panaskan di dalam penangas air pada sejumlah Fosfomisin Fenetilamonium BPFI setara
suhu 600 selama 30 menit. Setelah dingin, dengan 20 mg fosfomisin, masukkan ke dalam
tambahkan 50 mL air, netralkan dengan larutan labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
natrium bikarbonat P jenuh, tambahkan 1 mL Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Larutan ini dapat
kalium iodida P: warna merah tidak terjadi pada disimpan pada suhu lebih dari 5º dan dapat
larutan, terjadi warna merah pada blangko. digunakan selama 7 hari.
B. Ke dalam 2 mL Fosfomisin Natrium untuk Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
injeksi (1 dalam 250), tambahkan 1 mL asam persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
perklorat P dan 2 mL natrium periodat 0,1 M, encerkan dengan Dapar tris pH 7,0 hingga kadar
panaskan di dalam penangas air selama 10 menit. lebih kurang 10 µg per mL dan 5 µg per mL
Setelah dingin, tambahkan 1 mL heksaamonium berturut-turut sebagai larutan baku kadar tinggi dan
heptamolibdat-asam sulfat LP dan 1 mL 1-amino- kadar rendah. [Catatan Larutan dibuat segar.]
2-naftol-4-asam sulfonat LP, biarkan selama 30 Lapisan Inokula Inkubasi mikroba uji yang telah
menit: terjadi warna biru. stabil pada media agar miring pada suhu 37° selama
C. Larutkan sejumlah Fosfomisin Natrium untuk 40 – 48 jam. Inokulasi mikroba pada permukaan
injeksi setara dengan 0,1 g fosfomisin dalam 50 300 mL media agar dalam botol Roux, inkubasi
mL air. Larutan ini menunjukkan reaksi Natrium pada suhu 37° selama 40 – 48 jam, suspensikan
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. mikroba ke dalam 30 mL air. Gunakan sebagai
suspensi persediaan mikroba uji. Encerkan suspensi
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan dengan air lebih kurang 10 kali untuk memperoleh
menggunakan Fosfomisin Natrium untuk injeksi persen transmitan sebesar 17% pada panjang
setara 1,0 g fosfomisin yang dilarutkan dalam 20 gelombang 560 nm. Simpan suspensi persediaan
mL air. pada suhu di bawah 10° dan gunakan pada waktu 7
hari. Tambahkan 1,0 – 2,0 mL suspensi persediaan
Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak mikroba uji pada 100 mL media agar yang
berwarna, lakukan penetapan menggunakan disiapkan pada suhu 48°, campur, dan gunakan
Fosfomisin Natrium untuk injeksi setara 1,0 g sebagai lapisan inokula.
dalam 10 mL air. Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
10 wadah Fosfomisin Natrium untuk injeksi.
Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 4,0%. Timbang saksama sejumlah Fosfomisin Natrium
Lakukan penetapan menggunakan 0,1 g zat. untuk injeksi setara dengan 20 mg (potensi)
fosfomisin natrium, masukkan ke dalam labu
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,025 tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
unit Endotoksin per mg. Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Pipet sejumlah
larutan, encerkan dengan Dapar tris pH 7,0 hingga
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. diperoleh kadar berturut-turut 10 µg per mL dan 5
µg per mL berturut-turut sebagai Larutan uji kadar
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tinggi dan kadar rendah.
tertera pada Injeksi volume kecil. Lapisan dasar Tuang lebih kurang 20 mL Media
kultur ke dalam cawan Petri (jika ukuran cawan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Petri lebih besar tuang media kultur dengan volume
Injeksi.
farmasiindustri.com

yang sesuai) hingga membentuk lapisan yang ƩSL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
seragam dengan ketebalan 2-3 mm. baku kadar rendah (dalam mm).
Prosedur Tuang lebih kurang 4 – 6 mL Lapisan ƩUH adalah jumlah diameter zona hambat larutan
inokula pada cawan petri yang berisi Lapisan dasar uji kadar tinggi (dalam mm).
(jika ukuran cawan Petri lebih besar tuang media ƩUL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
kultur dengan volume yang sesuai) hingga uji kadar rendah (dalam mm).
membentuk lapisan yang seragam dengan
ketebalan 1,5 – 2,5 mm, dan sebarkan hingga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
merata pada seluruh permukaan, biarkan memadat. udara.
Letakkan 4 silinder pada permukaan agar dalam
cawan Petri sehingga masing-masing silinder
memiliki jarak yang sama dari titik tengah agar dan
satu sama lain berjarak sama (silinder diletakkan Tambahan monografi
pada lingkaran dengan radius 25 – 28 mm), GLIKUIDON
sesuaikan jarak dengan diameter Petri jika Gliquidone
menggunakan Petri yang lebih besar. Gunakan
silinder baja tahan karat dengan dimensi: diameter
luar 7,9 – 8,1 mm; diameter dalam 5,9 – 6,1 mm;
panjang 9,9 – 10,1 mm. Silinder tidak boleh
mempengaruhi pengujian.
Gunakan 5 lempeng agar silinder untuk satu kali
pengujian. Jika digunakan cawan yang lebih besar,
jumlah silinder untuk satu pengujian harus setara
dengan jika menggunakan cawan Petri. Dalam satu
cawan petri agar-silinder, masukkan sejumlah
volume Larutan baku kadar tinggi dan kadar 1-sikloheksil-3-[[p-[2-(3,4-dihidro-7-metoksi-4, 4-
rendah secara berhadapan, dan Larutan uji pada dimetil-1, 3-diokso-2 (1H)-isokuinolil)etil] fenil]
pasangan silinder yang tersisa dengan volume sulfonil] urea [33342-05-1]
sama. Inkubasi pada suhu 32 - 370 selama 16 – 20 C27H33N3O6S BM 527,64
jam. Gunakan alat ukur yang sesuai, ukur diameter
zona hambat dengan presisi tidak kurang dari 0,25 Glikuidon mengandung tidak kurang dari 98,0%
mm. dan tidak lebih dari 102,0%, C27H33N3O6S, dihitung
Estimasi potensi Korelasi antara potensi (P) terhadap zat yang telah dikeringkan.
larutan dalam silinder dan diameter (d) zona
hambat adalah sebagai berikut: Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih; tidak
berbau.
d = a log P + b
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut
a dan b adalah konstanta dalam kloroform, sukar larut dalam aseton; sangat
sukar larut dalam etanol dan dalam metanol.
Dengan menggunakan persamaan di atas,
perkirakan potensi Larutan uji dengan rumus: Baku pembanding Glikuidon BPFI; Isokuinolin
BPFI (glikuidon sulfonamida).
A x Potensi SH x Faktor pengenceran UH
Identifikasi
= A. Pada lebih kurang 10 mg zat, tambahkan 5
tetes fenilhidrazin P, panaskan sampai larutan
menjadi jernih, diamkan hingga suhu ruang, dan
I = log (potensi SH/potensi SL)
tambahkan 0,5 mL amonia LP, 0,5 mL larutan
V = ƩUH +ƩUL -ƩSH -ƩSL nikel sulfat 10% dan 1 mL kloroform P, kocok
W = ƩUH +ƩSH -ƩUL -ƩSL kuat, diamkan: terjadi warna merah keunguan pada
lapisan bawah larutan.
Keterangan: B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
SH adalah larutan baku kadar tinggi sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
SL adalah larutan baku kadar rendah Penetapan kadar.
UH adalah larutan uji kadar tinggi C. Spektrum serapan inframerah zat yang
UL adalah larutan uji kadar rendah didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
ƩSH adalah jumlah diameter zona hambat larutan gelombang yang sama seperti pada Glikuidon
baku kadar tinggi (dalam mm). BPFI.
farmasiindustri.com

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Jarak lebur <1021> Antara 178° dan 182°. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Klorida Ke dalam 2 g zat tambahkan 100 mL air, Dapar Timbang lebih kurang 1,725 g amonium
panaskan hingga mendidih sampai lebih kurang 50 dihidrogen fosfat P, larutkan dalam 300 mL air.
mL, dinginkan segera dan saring. Ke dalam filtrat Atur pH hingga 3,5 ± 0,1 dengan penambahan
tambahkan air hingga 50 mL, aduk. Lakukan uji asam ortofosfat P.
Klorida seperti pada Uji identifikasi umum <291> Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P (3:5),
menggunakan 25 mL larutan: opalesens yang saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
terjadi tidak lebih intens dari larutan pembanding penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
yang dibuat dengan menggunakan 7 mL larutan tertera pada Kromatografi <931>.
baku natrium klorida (0,007%). Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
masing-masing sejumlah Glikuidon BPFI dan
Sulfat Ke dalam 25 mL larutan yang diperoleh Isokuinolin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
pada uji Klorida lakukan uji Sulfat seperti pada Uji Fase gerak, sonikasi hingga kadar masing-masing
identifikasi umum <291>. Opalesens yang terjadi lebih kurang 50 µg per mL.
tidak lebih intens dari larutan pembanding yang Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dibuat dengan menggunakan 2 mL larutan baku Glikuidon BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
kalium sulfat (0,02%). gerak sonikasi hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
mL.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Lakukan pengeringan pada suhu 105°. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sonikasi
hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. tinggi dilengkapi dengan detektor 310 nm dan
diameter kolom 3,9 atau 4,6 mm berisi bahan
Logam berat Metode III Tidak lebih dari 10 bpj; pengisi L1 dengan ukuran partikel lebih kurang 3 –
lakukan menggunakan zat yang diperoleh dari Sisa 10 µm. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
pemijaran. kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Cemaran organik Isokuinolin tidak lebih dari resolusi, R, antara puncak glikuidon dan
0,75%; total cemaran lain tidak lebih dari 1,0%. isokuinolin tidak kurang dari 1,5; efisensi kolom
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair untuk puncak glikuidon tidak kurang dari 2000
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi lempeng teoritis.
<931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pada Penetapan kadar. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hitung persentase, glikuidon, C27H33N3O6S, dalam
Isokuinolin BPFI, larutkan dan encerkan dengan zat dengan rumus:
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 µg per
mL.
( )
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sonikasi
hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase Glikuidon BPFI dalam mg per mL Larutan baku.
gerak sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku, rapat.
Larutan uji dan Larutan pembanding ke dalam
kromatograf, rekam kromatogram selama dua kali
waktu retensi puncak utama dan ukur semua Tambahan monografi
respons puncak. Respons puncak isokuinolin pada TABLET GLIKUIDON
kromatogram Larutan uji tidak lebih dari Larutan Gliquidone Tablets
baku. Total cemaran lain pada kromatogram
Larutan uji tidak lebih dari respons puncak utama Tablet Glikuidon mengandung glikuidon,
Larutan pembanding. C27H33N3O6S, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket.
farmasiindustri.com

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja


Baku pembanding Glikuidon BPFI; Isokuinolin tinggi dilengkapi dengan detektor 310 nm dan
BPFI. diameter kolom 3,9 atau 4,6 mm berisi bahan
pengisi L1 dengan ukuran partikel lebih kurang 3 –
Identifikasi 10 µm. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
cair kinerja tinggi seperti tertera pada respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Kromatografi <931>. resolusi, R, antara puncak glikuidon dan
Larutan uji Timbang sejumlah serbuk tablet, isokuinolin tidak kurang dari 1,5; efisensi kolom
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga untuk puncak glikuidon tidak kurang dari 2000
kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. lempeng teoritis.
Larutan baku Timbang sejumlah Glikuidon Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku,
hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Larutan uji dan Larutan pembanding ke dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kromatograf, rekam kromatogram selama dua kali
Cemaran organik. waktu retensi puncak utama dan ukur semua
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah respons puncak. Respons puncak isokuinolin pada
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku kromatogram Larutan uji tidak lebih dari Larutan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam baku. Total puncak cemaran lain pada
kromatogram dan ukur respons puncak: waktu kromatogram Larutan uji tidak lebih dari 1,5 kali
retensi puncak utama Larutan uji sesuai dengan respons puncak utama Larutan pembanding.
Larutan baku.
B. Timbang dan serbukkan sejumlah tablet setara Disolusi <1231>
dengan lebih kurang 20 mg glikuidon, triturasi Dapar Larutkan lebih kurang 71,2 g dinatrium
dengan 10 mL metanol P, saring. Keringkan filtrat. hidrogen fosfat P dalam 1000 mL air. Atur pH
Spektrum serapan inframerah residu yang hingga 8,5 dengan penambahan asam sitrat P 10%.
didispersikan dalam kalium bromida P Media disolusi: 900 mL Dapar.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Alat tipe 2: 75 rpm.
gelombang yang sama seperti pada Glikuidon Waktu: 45 menit.
BPFI. Lakukan penetapan zat terlarut dengan cara
Spektrofotometri seperti tertera pada
Cemaran organik Isokuinolin tidak lebih dari Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>.
1,0%; total cemaran lain tidak lebih dari 1,5%. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair mg Glikuidon BPFI, larutkan dalam 10 mL
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi dimetilformamida P. Encerkan dengan Media
<931>. disolusi hingga kadar lebih kurang 30 µg per mL.
Dapar Timbang lebih kurang 1,725 g amonium Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring.
dihidrogen fosfat P, larutkan dalam 300 mL air. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Atur pH hingga 3,5 ± 0,1 dengan penambahan C27H33N3O6S, yang terlarut secara spektrofotometri
asam ortofosfat P. dari Larutan baku dan Larutan uji, pada panjang
Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P (3:5), gelombang serapan maksimum lebih kurang 314
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan nm.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
tertera pada Kromatografi <931>. tidak kurang dari 75% (Q) glikuidon, C27H33N3O6S
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama dari jumlah yang tertera pada etiket.
masing-masing sejumlah Glikuidon BPFI dan
Isokuinolin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Fase gerak sonikasi hingga kadar masing-masing
lebih kurang 50 µg per mL. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Spektrofotometri seperti tertera pada
Isokuinolin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 µg per Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mL. Glikuidon BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan uji Timbang dan serbukkan sejumlah metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet, mL.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sonikasi Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. dari 10 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke tablet setara dengan lebih kurang 50 mg glikuidon,
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
gerak sampai tanda. Tambahkan 70 mL metanol P dan sonikasi hingga
farmasiindustri.com

larut. Diamkan hingga suhu ruang, encerkan gelombang yang sama seperti pada Granisetron
dengan metanol P sampai tanda, kocok dan saring. Hidroklorida BPFI.
Pipet 10 mL filtrat ke dalam labu tentukur 50-mL, B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
encerkan dengan metanol P sampai tanda, campur. pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan
Larutan uji pada panjang gelombang serapan pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5; lakukan penetapan
maksimum 310 nm. Hitung persentase glikuidon, menggunakan larutan 10 mg per mL dalam air
C27H33N3O6S, dalam serbuk tablet dengan rumus: bebas karbon dioksida P.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;


( ) Lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4
jam.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan maksimum
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Glikuidon BPFI dalam mg per mL Larutan baku.
Senyawa sejenis E Granisetron Tidak lebih dari
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 0,5%. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
rapat, terlindung dari cahaya. tertera pada Kromatografi <931>.
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
mm.
Pengencer Campuran asetonitril P-air (80:20).
Tambahan monografi Fase gerak Campuran etil asetat P-isopropil
GRANISETRON HIDROKLORIDA alkohol P-amonium hidroksida P (50:30:6,5).
Granisetron Hydrochloride Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Senyawa sejenis E Granisetron BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,25 mg
per mL. [Catatan Untuk menghitung kadar baku
pembanding, gunakan faktor koreksi yang tertera
pada etiket]
Larutan uji Timbang saksama 250 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
masing 2 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
1-metil-N-(9-metil-endo-9-azabisiklo[3.3.1] non-3- lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
il)-1H-indazol-3-karboksamida monohidroklorida dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan
[107007-99-8] merambat hingga setengah tinggi lempeng. Angkat
C18H24N4O.HCl BM 348,87 lempeng, tandai batas rambat, keringkan, paparkan
pada uap iodin P selama 30 menit: bercak senyawa
Granisetron hidroklorida mengandung tidak kurang sejenis E granisetron Larutan uji tidak lebih intens
dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, dari bercak Larutan baku.
C18H24N4O.HCl, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih. pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
semua larutan granisetron hidroklorida dari
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut cahaya]
dalam metilen klorida; sukar larut dalam metanol. Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan
Larutan uji Lakukan seperti pada Penetapan
Baku pembanding Granisetron Hidroklorida kadar.
BPFI;tidak boleh dikeringkan, simpan pada wadah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Setelah Granisetron Hidroklorida BPFI larutkan dan
dibuka, simpan di bawah aliran gas inert. Senyawa encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
sejenis A Granisetron BPFI, Senyawa sejenis B kurang 5 µg per mL.
Granisetron, Senyawa sejenis E Granisetron BPFI. Larutan identifikasi Timbang saksama masing-
masing sejumlah Senyawa sejenis A Granisetron
Identifikasi BPFI dan Senyawa sejenis B Granisetron BPFI
A. Spektrum serapan inframerah zat yang larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
didispersikan dalam minyak mineral P kadar masing-masing lebih kurang 10 dan 5 µg per
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan mL.
farmasiindustri.com

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Granisetron Hidroklorida BPFI larutkan dan
Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
sejenis C granisetron dan granisetron tidak kurang kurang 1,0 mg per mL.
dari 3,5; faktor ikutan puncak granisetron tidak Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Fase
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur gerak hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Pipet 2 mL larutan ke dalam vial kaca bening
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang bersumbat, sumbat vial dan paparkan pada cahaya
tidak lebih dari 10%. matahari selama 4 jam atau letakkan di bawah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lampu UV selama 16 jam (granisetron mengalami
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku, degradasi sebagian menjadi senyawa sejenis C
Larutan identifikasi dan Larutan uji ke dalam granisetron). Tingkat degradasi lebih kurang 0,3%
kromatograf, rekam kromatogram selama dua kali menjadi senyawa sejenis C granisetron harus
waktu retensi granisetron dan ukur respons semua diperoleh yang ditunjukkan dengan puncak yang
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran sesuai pada kromatogram. Jika degradasi tidak
dalam zat dengan rumus: tercapai, paparkan kembali larutan di bawah sinar
matahari atau lampu UV.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
( ) ( ) ( ) mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran tanda, campur.
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
granisetron dari Larutan baku; CS dan CU adalah tinggi dilengkapi dengan detektor 305 nm dan
kadar granisetron hidroklorida dalam mg per ml kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan baku dan Larutan uji; F adalah faktor dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
respons relatif yang tertera pada Tabel. Masing- kolom pada 40⁰. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per
masing cemaran tidak lebih dari yang tertera pada menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Tabel; total cemaran tidak lebih dari 1,0%. Abaikan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
puncak cemaran kurang dari 0,05%. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis C
Tabel granisetron dan granisetron tidak kurang dari 3,5;
faktor ikutan puncak granisetron tidak lebih dari
Nama Waktu Faktor Batas 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
retensi Respons (%) rekam kromatogram dan ukur respons puncak
relatif Relatif seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Senyawa sejenis D 0,4 1,0 0,1 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
granisetron 2,0%.
Senyawa sejenis B 0,5 0,59 0,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
granisetron volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Senyawa sejenis A 0,7 1,0 1,0 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
granisetron
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Senyawa sejenis C 0,8 1,0 0,2
granisetron Hitung persentase granisetron hidroklorida,
Granisetron 1,0 - - C18H24N4O.HCl, dalam zat dengan rumus:
Cemaran lain - 1,0 0,1
( ) ( )
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
semua larutan granisetron hidroklorida dari utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dan
cahaya] CU berturut-turut adalah kadar granisetron
Fase gerak Pipet 1,6 ml asam ortofosfat P, hidroklorida dalam mg per ml Larutan baku dan
encerkan dengan air hingga 800 mL. Tambahkan Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
200 mL asetonitril P, campur. Tambahkan 1,0 mL
heksilamin, campur. Atur pH hingga 7,5 ± 0,05 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan penambahan trietilamin P (lebih kurang 4 baik, terlindung cahaya, pada suhu ruang.
mL). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
farmasiindustri.com

pH <1071> Antara 4,0 dan 6,0.


Tambahan monografi
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk
INJEKSI GRANISETRON Injeksi Volume Kecil.
HIDROKLORIDA
Granisetron Hydrochloride Injections Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Injeksi granisetron hidroklorida adalah larutan pada Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan
steril granisetron hidroklorida dalam air untuk penetapan di bawah cahaya redup dan gunakan
injeksi. Mengandung granisetron hidroklorida, vial autosampler berwarna cokelat dan peralatan
setara dengan granisetron, C18H24N4O, tidak kaca aktinik rendah]
kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%, Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem
dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapat dan Sistem kromatografi Lakukan seperti pada
mengandung pengawet. Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Baku pembanding Granisetron Hidroklorida Granisetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan
BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan pada wadah encerkan dengan air hingga kadar granisetron
tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Setelah hidroklorida lebih kurang (0,11×L) mg per mL. L
dibuka, simpan di bawah aliran gas inert. Senyawa adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi
sejenis B Granisetron BPFI, Senyawa sejenis C yang tertera pada etiket.
Granisetron BPFI, Senyawa sejenis D Granisetron Larutan uji Gunakan larutan injeksi.
BPFI. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 15/L L, dengan L
Identifikasi adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada etiket) Larutan baku, dan Larutan
tertera pada Kromatografi <931>. uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 selama tidak kurang tiga kali waktu retensi puncak
mm. granisetron dan ukur respons semua puncak.
Fase gerak Buat campuran metilen klorida P- Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
etanol P-air-amonium hidroksida P (60:40:5:2). zat dengan rumus:
Larutan uji Gunakan larutan injeksi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 3 ,4
Granisetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan ( ) ( ) ( ) ( )
348,87
encerkan dengan air atau etanol P hingga kadar
granisetron sesuai dengan larutan uji. [Catatan
Untuk menghitung kadar granisetron dalam ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
larutan baku, gunakan bobot molekul granisetron dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
312,41 dan granisetron hidroklorida 348,87]. granisetron dari Larutan baku; CS adalah kadar
Prosedur Totolkan secara terpisah sejumlah Granisetron Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
volume Larutan baku dan Larutan uji mengandung Larutan baku; CU adalah kadar granisetron dalam
granisetron setara dengan lebih kurang 4 sampai 5 mg per mL Larutan uji; F adalah faktor respons
µg pada lempeng kromatografi, keringkan lempeng relatif yang tertera pada Tabel; 312,41 dan 348,87
di bawah aliran udara hangat selama lebih kurang 5 berturut-turut adalah bobot molekul granisetron dan
menit. Masukkan lempeng ke dalam bejana granisetron hidroklorida. Masing-masing cemaran
kromatografi berisi Fase gerak yang telah dijenuhkan, tidak lebih dari yang tertera pada Tabel. Abaikan
biarkan merambat hingga dua per tiga tinggi lempeng puncak senyawa sejenis A granisetron dengan
(lebih kurang 15 cm). Angkat lempeng, tandai batas waktu retensi lebih kurang 0,5 sampai 0,6. Abaikan
rambat, keringkan di bawah aliran udara hangat, puncak cemaran kurang dari 0,1%.
dan amati di bawah cahaya UV 254 nm: warna,
ukuran dan Rf bercak utama kromatogram Larutan Tabel
uji sesuai dengan Larutan baku.
Senyawa Waktu Faktor Batas
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
retensi Respons (%)
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti relatif Relatif
yang diperoleh pada Penetapan kadar. Senyawa sejenis A 0,5-0,6 - -
granisetron
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 25 Senyawa sejenis B 0,7 0,8 -
unit Endotoksin per mg granisetron. granisetron
Granisetron 1,0 - -
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Senyawa sejenis C 1,2 1,0 0,7
granisetron
Senyawa sejenis D 2,1-2,3 1,5 -
farmasiindustri.com

granisetron adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi


Cemaran lain - - 0,5 yang tertera pada etiket) Larutan baku, dan Larutan
Total cemaran - - 1,3 uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
spesifik selama tidak kurang tiga kali waktu retensi puncak
granisetron dan ukur respons puncak utama. Hitung
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada persentase granisetron, C18H24N4O, dalam tiap mL
Injeksi. injeksi dengan rumus:

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 3 ,4


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera ( ) ( ) ( )
348,87
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan
penetapan pada cahaya redup dan gunakan vial rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
autosampler cokelat dan gelas kaca aktinik utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
rendah] kadar granisetron hidroklorida dalam mg per mL
Dapar Timbang 15,6 g natrium fosfat dihidrat Larutan baku; CU adalah kadar granisetron dalam
monobasa P, larutkan dalam 900 mL air, atur pH mg per mL Larutan uji; 312,41 dan 348,87
hingga 2,0 dengan penambahan asam ortofosfat P, berturut-turut adalah bobot molekul granisetron dan
encerkan dengan air hingga 1000 mL. granisetron hidroklorida.
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
tetrahidrofuran P (75:24:1,1), saring dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian tunggal atau ganda, terlindung dari cahaya, pada
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada suhu ruang terkendali.
Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Penandaan Pada etiket tertera nama dan jumlah
masing-masing sejumlah Granisetron Hidroklorida pengawet yang ditambahkan.
BPFI, Senyawa Sejenis B Granisetron BPFI,
Senyawa Sejenis C Granisetron BPFI, Senyawa
Sejenis D Granisetron BPFI, larutkan dan encerkan
dengan campuran air- metanol P (75:25) hingga
kadar masing-masing zat lebih kurang 0,1 mg per Tambahan monografi
mL. Encerkan larutan dengan air hingga kadar KRIM HIDROKORTISON
masing-masing lebih kurang L µg per mL. L adalah Hydrocortisone Cream
jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi yang
tertera pada etiket. Krim Hidrokortison mengandung Hidrokortison,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C21H30O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Granisetron Hidroklorida BPFI, larutkan dan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
encerkan dengan air hingga kadar granisetron
hidroklorida lebih kurang (0,11×L) mg per mL. L Baku pembanding Hidrokortison BPFI; tidak
adalah jumlah dalam mg granisetron per mL injeksi boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan
yang tertera pada etiket. dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji Encerkan larutan injeksi (1:10).
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja seperti tertera pada Identifikasi secara
tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan kromatografi lapis tipis <281>.
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan uji Timbang sejumlah krim setara
―polar encapped‖ dengan ukuran partikel 4 m. dengan lebih kurang 5 mg hidrokortison, masukkan
Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit. Lakukan ke dalam labu, tambahkan 5 mL etanol P dan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, panaskan di atas tangas uap selama 5 menit, kocok
rekam kromatogram dan ukur respons puncak sesekali. Diamkan hingga suhu ruang, saring.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Gunakan filtrat.
puncak granisetron dan senyawa sejenis C
granisetron tidak kurang dari 2. Lakukan Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam <52> dan <53> Uji terhadap Pseudomonas
kromatogram dan ukur respons puncak seperti aeruginosa dan Staphylococcus aureus
tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak memberikan hasil negatif.
granisetron tidak lebih dari 3; simpangan baku
relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 15/L L, dengan L
farmasiindustri.com

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pada Kromatografi <931>. rapat.
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (75:25),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Tambahan monografi
Pengencer Campuran air-metanol P (1:1). HIDROKSIKLOROKUIN SULFAT
Larutan baku persediaan Timbang sejumlah Hydroxychloroquin Sulfate
Hidrokortison BPFI, larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 500 µg per
mL.
Larutan baku Encerkan sejumlah volume
Larutan baku persediaan dan jika perlu bertahap
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 50
µg per mL. [Catatan Jika pada pengenceran akhir
Larutan uji menggunakan metanol, gunakan (±)-2-[[4-[(7-kloro-4-
pelarut yang sama pada pengenceran akhir kuinolil)amino]pentil]etilamino] etanol sulfat (1:1)
Larutan baku]. (garam) [747-36-4]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim C18H26ClN3O.H2SO4 BM 433,95
setara dengan lebih kurang 10 mg hidrokortison,
masukkan ke dalam gelas piala 150 mL. Larutkan Hidroksiklorokuin sulfat mengandung tidak kurang
dalam 40 mL metanol P dengan pemanasan di atas dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
tangas uap, sambil diaduk sampai mencair dan krim C18H26ClN3O.H2SO4 dihitung terhadap zat kering.
terdispersi. Dinginkan, saring melalui wol kaca.
Ulangi ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 20 mL Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
metanol P, kumpulkan filtrat ke dalam labu Tidak berbau dan mempunyai rasa yang pahit. pH
tentukur 100-mL encerkan dengan metanol P larutan lebih kurang 4,5. Berada dalam 2 bentuk,
sampai tanda (Larutan uji persediaan). Pipet 1 bentuk paling umum melebur pada suhu 240°.
bagian Larutan uji persediaan, encerkan dengan 1 Bentuk yang lain melebur pada suhu 198°.
bagian air, saring melalui penyaring membran
dengan porositas 5 µm. Jika terjadi pengendapan Kelarutan Larut dalam air; praktis tidak larut
pada pengenceran dan larutan tetap keruh setelah dalam etanol P, dalam kloroform P dan dalam eter
disaring, encerkan 1 bagian Larutan uji persediaan P.
dengan 1 bagian metanol P. Saring melalui
penyaring membran dengan porositas 5 µm. Baku pembanding Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI;
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Lakukan
kolom 3,9 mm x 30 cm, berisi bahan pengisi L1. penanganan pada tempat kering.
[Catatan Lakukan penyesuaian fase gerak hingga
diperoleh waktu retensi hidrokortison lebih kurang Identifikasi
10 menit]. Lakukan kromatografi terhadap Larutan A. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (10
baku, rekam kromatogram dan ukur respons µg per mL) dalam asam hidroklorida P (1 dalam
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan 100) menunjukkan maksimum hanya pada panjang
baku relatif pada lima kali penyuntikan ulang tidak gelombang yang sama seperti pada
lebih dari 3,0%. Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah B. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 10-25 µL) Larutan didispersikan dalam kalium bromida P
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. gelombang yang sama seperti pada
Hitung persentase Hidrokortison, C21H30O5, dalam Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI.
krim dengan rumus: C. Larutan zat 10 mg per mL menunjukkan
reaksi Sulfat seperti tertera pada Uji Identifikasi
( ) ( ) Umum <291>.

Susut pengeringan <301> Tidak lebih dari 2,0%;


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam.
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU
berturut-turut adalah kadar Hidrokortison BPFI
dalam µg per mL Larutan baku dan Larutan uji.
farmasiindustri.com

Cemaran umum <481> Memenuhi syarat. tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Lakukan
Larutan baku Buat larutan baku dalam pelarut penanganan pada tempat kering.
air dalam metanol P (10%).
Larutan uji Buat larutan uji dalam pelarut air Identifikasi
dalam metanol P (10%). A. Basa nitrogen organik <261> Memenuhi
Fase gerak Campuran etanol P- air-ammonium syarat.
hidroksida P (80:16:4). Larutan uji Triturasi sejumlah serbuk tablet
Penampak bercak Gunakan Penampak bercak 1. setara dengan lebih kurang 1000 mg
hidroksiklorokuin sulfat dengan 50 mL air (kadar
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara larutan lebih kurang 20 mg per mL), saring.
Spektrofotometri seperti yang tertera pada Gunakan sisa filtrat untuk uji Identifikasi B.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. B. Filtrat menunjukkan reaksi Sulfat seperti
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI, masukkan ke dalam C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
dengan air hingga kadar lebih kurang 20 mg per yang diperoleh pada Penetapan kadar.
mL. Pipet sejumlah larutan, encerkan dengan asam
hidroklorida P (1 dalam 100) hingga kadar lebih Disolusi <1231>
kurang 10 µg per mL. Media: 900 mL air
Larutan uji Timbang sejumlah zat, masukkan ke Alat tipe 2: 50 rpm
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan Waktu: 60 menit
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 20 Prosedur Lakukan penetapan jumlah
mg per mL. Pipet sejumlah larutan, encerkan hidroksiklorokuin sulfat, C18H26ClN3O.H2SO4,
dengan asam hidroklorida P (1 dalam 100) hingga yang terlarut secara spektrofotometri dengan
kadar lebih kurang 10 µg per mL. mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan dengan Media disolusi dan larutan baku
Larutan uji pada panjang gelombang serapan Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI dalam media yang
maksimum lebih kurang 343 nm, menggunakan sama pada panjang gelombang serapan maksimum
asam hidroklorida P (1 dalam 100) sebagai lebih kurang 343 nm.
blangko. Hitung persentase hidroksiklorokuin Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut
sulfat, C18H26ClN3O.H2SO4, dalam zat dengan tidak kurang dari 70% (Q), C18H26ClN3O.H2SO4,
rumus: dari jumlah yang tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


( ) ( )
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
AU dan AS beruturut-turut adalah serapan Larutan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar pada Kromatografi <931>.
Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI dalam µg per mL Fase gerak Buat campuran air- metanol P-
Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per asetonitril P-asam ortofosfat P (800:100:100:2).
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Tambahkan 96 mg natrium 1-pentansulfonat P ke
dalam larutan. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
baik, tidak tembus cahaya. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran metanol P-air (1:1).
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI, larutkan
Tambahan monografi dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
TABLET HIDROKSIKLOROKUIN kurang 1 mg per mL.
SULFAT Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
Hydroxychloroquine Sulfate Tablets
kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
Tablet hidroksiklorokuin sulfat mengandung
saksama sejumlah klorokuin fosfat, larutkan dan
hidroksiklorokuin sulfat, C18H26ClN3O.H2SO4,
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari
kurang 1 mg per mL.
107,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan kesesuaian sistem Pipet 5 mL Larutan
kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu
Baku pembanding Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI;
tentukur 100-mL, tambahkan 5,0 mL Larutan baku
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
farmasiindustri.com

persediaan, encerkan dengan Fase gerak sampai (˗OC3H6OH: 75,09) sesuai batas untuk jenis
tanda. hipromelosa (hidroksipropil metilselulosa) seperti
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan yang tertera pada Tabel 1, dihitung terhadap zat
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama kering.
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang Tabel 1
200 mg hidroksiklorokuin sulfat, masukkan ke
dalam labu tentukur 200-mL. Tambahkan 150 mL Jenis Metoksi Hidroksipropoksi
Pengencer, campur, sonikasi selama 15 menit dan Substitusi (%) (%)
goyang sesekali, diamkan hingga suhu ruang. Min. Maks. Min. Maks.
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda, saring. 1828 16,5 20,0 23,0 32,0
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji 2208 19,0 24,0 4,0 12,0
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga 2906 27,0 30,0 4,0 7,5
2910 28,0 30,0 7,0 12,0
kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 254 nm dan Pemerian Serbuk serat atau granul; putih hingga
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan hampir putih.
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 – 10 µm. Laju
alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Kelarutan Mengembang dalam air dan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, menghasilkan campuran koloidal kental yang jernih
rekam kromatogram dan ukur respons puncak hingga keruh; tidak larut dalam etanol mutlak,
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dalam eter, dan dalam kloroform.
puncak klorokuin dan hidroksiklorokuin tidak
kurang dari 1,8. Lakukan kromatografi terhadap Baku pembanding Hipromelosa BPFI; Untuk
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur penetapan kuantitatif, lakukan susut pengeringan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pada suhu 105° selama 1 jam saat akan digunakan.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Simpan dalam wadah tertutup rapat. Bersifat
tidak lebih dari 1,5%. higroskopis.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Identifikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam A. Timbang lebih kurang 1 g zat, masukkan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. secara perlahan ke dalam permukaan gelas piala
Hitung persentase hidroksiklorokuin sulfat, yang berisi 100 mL air, diamkan sampai zat
C18H26ClN3O.H2SO4, dalam serbuk tablet dengan terdispersi di permukaan, dan ketuk bagian atas
rumus: gelas untuk menjamin dispersi zat homogen.
Diamkan selama 1-2 menit: terbentuk agregasi
serbuk di permukaan.
( ) ( ) B. Timbang lebih kurang 1 g zat, masukkan ke
dalam wadah yang berisi 100 mL air mendidih,
aduk campuran menggunakan pengaduk magnetik
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dengan panjang 25 mm: terbentuk bubur, tetapi
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
serbuk tidak larut. Dinginkan bubur pada suhu 10°,
kadar Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI dalam mg per
dan aduk dengan pengaduk magnetik. Larutan yang
mL Larutan baku; CU adalah kadar
dihasilkan adalah larutan jernih atau agak keruh
hidroksiklorokuin sulfat dalam mg per mL Larutan
dengan viskositas bervariasi tergantung tingkat
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
viskositas.
C. Pada 0,1 mL larutan jernih hasil uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Identifikasi B, tambahkan 9 mL campuran asam
rapat dan tidak tembus cahaya.
sulfat P-air (9 dalam 10) [Catatan Tambahkan
asam sulfat P pada air secara hati-hati]. Panaskan
diatas tangas air selama 3 menit, dinginkan segera
dalam tangas es, dan tambahkan 0,6 mL ninhidrin
Tambahan monografi
LP secara hati-hati. Kocok, diamkan pada suhu
HIPROMELOSA 25°: terjadi warna merah yang kemudian berubah
Hypromellose menjadi ungu dalam 100 menit.
Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) D. Buat lapisan tipis dari 2-3 mL larutan jernih
hasil uji Identifikasi B pada kaca objek, diamkan
2-Hidroksipropil metil eter selulosa [9004-65-3] hingga air menguap: terbentuk lapisan koheren dan
jernih pada kaca objek.
Hipromelosa adalah campuran metil dan E. Tambahkan 50 mL larutan jernih hasil uji
hidroksipropil eter selulosa. Mengandung gugus Identifikasi B pada gelas piala yang berisi 50 mL
metoksi (˗OCH3: 31,03) dan hidroksipropoksi air. Masukkan termometer ke dalam larutan. Aduk
farmasiindustri.com

larutan dengan pengaduk magnetik diatas tangas air yang sesuai (Brookfield jenis LV atau yang setara)
panas, dan mulai panaskan dengan kecepatan 2°-5° dengan kondisi seperti tertera pada tabel. Sebelum
per menit. Catat suhu mulai terjadi kekeruhan, dan pengukuran dilakukan, biarkan spindle berputar
nyatakan suhu tersebut sebagai suhu flokulasi: suhu selama 2 menit. Berikan jeda waktu istirahat
flokulasi lebih besar dari 50°. selama 2 menit antar pengukuran. Ulangi
pengukuran sebanyak dua kali terhadap spindle
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%. seperti tertera pada Tabel 2, dan hitung rata-rata
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, dengan dari ketiga pengukuran.
pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam.
Tabel 2
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,5%;
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. Viskositas yang Rotor Putaran Faktor
tertera pada etiket No. (rpm) Perkalian
Viskositas: Metode kapiler <1052> dan Metode (cP)
Rotasional <1053> 600-1.400 3 60 20
Metode 1 Tidak kurang dari 80,0% dan tidak 1.400-3.500 3 12 100
lebih dari 120,0% dari yang tertera pada etiket 3.500-9.500 4 60 100
untuk hipromelosa dengan jenis viskosita kurang 9.500-99.500 4 6 1000
dari 600 cP. Timbang saksama sejumlah zat setara ≥ 99.500 4 3 2000
dengan 4 g padatan, dihitung terhadap zat kering,
pada botol sentrifus bermulut lebar yang telah pH <1071> Antara 5,0 dan 8,0; lakukan penetapan
ditara, tambahkan air panas (90°-99°) hingga bobot menggunakan larutan yang disiapkan seperti pada
total sampel dan air 200,0 g. Tutup botol, aduk penetapan Viskositas. Ukur pH setelah elektroda
secara mekanik dengan kecepatan 400 ± 50 rpm tercelup dalam larutan selama 5 ± 0,5 menit.
selama 10-20 menit sampai seluruh partikel
terdipersi dan terbasahi. Gosok dinding botol Penetapan kadar [Perhatian Asam hidriodat dan
dengan spatula, jika perlu, untuk menjamin tidak produk samping reaksi bersifat sangat toksik.
ada zat yang tidak larut di dinding botol, dan Lakukan semua tahap dalam penyiapan Larutan
lanjutkan pengadukan dalam tangas air dingin pada baku dan Larutan uji dalam lemari asam yang
suhu kurang dari 10° selama 20-40 menit. berfungsi baik. Praktik perlindungan spesifik yang
Tambahkan air dingin, jika perlu, hingga bobot harus diikuti harus diidentifikasi terhadap analis
200,0 g. Sentrifus larutan, jika perlu, untuk yang melakukan pengujian]. Lakukan penetapan
menghilangkan udara yang terperangkap. Jika dengan cara Kromatografi gas seperti yang tertera
terdapat gelembung udara, hilangkan dengan pada Kromatografi <931>.
spatula. Ukur viskoitas pada suhu 20° ± 0,1° Peralatan Untuk vial reaksi, gunakan vial serum
menggunakan Viskosimeter Tipe Ubbelohde yang 5-mL kedap tekanan dengan ukuran tinggi 50 mm,
sesuai dalam Prosedur untuk turunan selulosa diameter luar 20 mm, dan diameter dalam mulut
seperti yang tertera pada Penetapan viskositas: vial 13 mm. Vial dilengkapi penutup kedap tekanan
Metode kapiler <1052>. berbahan karet butilpolitetra fluoroetilen dan
Metode 2 Tidak kurang dari 75,0% dan tidak penutup kedap udara menggunakan ‗aluminum
lebih dari 140,0% dari yang tertera pada etiket crimp‘ atau sistem penutup lain dengan pengedapan
untuk hipromelosa dengan jenis viskositas 600 cP udara yang memadai. Gunakan pemanas yang
atau lebih. Timbang saksama sejumlah zat setara memiliki modul pemanasan dengan blok aluminum
dengan 10 g padatan, dihitung terhadap zat kering, berbentuk persegi dengan lubang berdiameter 20
pada botol sentrifus bermulut lebar yang telah mm dan kedalaman 32 mm sesuai dengan ukuran
ditara, tambahkan air panas (90°- 99°) hingga bobot vial reaksi yang digunakan. Modul pemanasan juga
total sampel dan air 500,0 g. Tutup botol, aduk dilengkapi dengan pengaduk magnetik yang dapat
secara mekanik dengan kecepatan 400 ± 50 rpm mencampur isi vial, atau pengaduk resiprokal yang
selama 10-20 menit sampai seluruh partikel memiliki kecepatan pengadukan 100 kali per menit.
terdipersi dan terbasahi. Gosok dinding botol Asam hidriodat Gunakan pereaksi dengan kadar
dengan spatula, jika perlu, untuk menjamin tidak hidrogen iodida (HI) lebih kurang 57%.
ada zat yang tidak larut di dinding botol, dan Larutan baku internal Timbang saksama
lanjutkan pengadukan dalam tangas air dingin pada sejumlah n-oktana, larutkan dan encerkan dengan
suhu kurang dari 10° selama 20-40 menit. o-xilena P hingga kadar 30 mg per mL.
Tambahkan air dingin, jika perlu, hingga bobot Larutan baku Timbang lebih kurang 60 mg
500,0 g. Sentrifus larutan, jika perlu, untuk sampai 100 mg asam adipat P dalam vial serum
menghilangkan udara yang terperangkap. Jika yang sesuai, tambahkan 2,0 mL asam hidriodat dan
terdapat gelembung udara, hilangkan dengan 2,0 mL Larutan baku internal, dan tutup rapat vial
spatula. Ukur viskositas pada suhu 20° ± 0,1° dengan penutup yang sesuai. Timbang vial dan
menggunakan viskosimeter rotasi silinder tunggal isinya, tambahkan 15 µL sampai 22 µL isopropil
farmasiindustri.com

iodida dengan alat suntik melalui lubang di vial, perbandingan respons puncak metil iodide dan
timbang kembali, dan hitung bobot isopropil iodida isopropil iodida terhadap baku internal.
yang ditambahkan, berdasarkan selisih bobot. Prosedur Suntikkan lebih kurang 1-2 µL lapisan
Tambahkan 45 µL metil iodida P, timbang atas Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
kembali, dan hitung bobot metil iodida P yang kromatograf. Rekam kromatogram selama tidak
ditambahkan, berdasarkan selisih bobot. Kocok dan kurang dari 20,3 menit dan ukur respons puncak.
diamkan hingga lapisan memisah. Gunakan lapisan Hitung persentase metoksi (-OCH3) dalam zat
atas sebagai Larutan baku. dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 65
mg zat, masukkan ke dalam vial reaksi berdinding ,864 ( )
tebal 5-mL yang dilengkapi dengan penutup kedap
tekanan, tambahkan lebih kurang 60 mg sampai
100 mg asam adipat P, dan pipet 2,0 mL Larutan RUa adalah perbandingan respons puncak metil
baku internal ke dalam vial. Pipet 2,0 mL asam iodida terhadap n-oktana dari Larutan uji; RSa
hidriodat ke dalam campuran secara hati-hati, tutup adalah perbandingan respons puncak metil iodida
segera vial dengan rapat, dan timbang. Dengan terhadap n-oktana dari Larutan baku; WSa adalah
pengaduk magnetik pada modul pemanas atau bobot metil iodida dalam mg Larutan baku; WU
pengaduk resiprokal, aduk isi vial secara terus adalah bobot hipromelosa dalam mg Larutan uji,
menerus, panaskan dan pertahankan suhu isi vial dihitung terhadap zat kering.
pada 130°±2° selama 60 menit. Jika pengaduk Hitung perentase hidroksipropoksi (˗OC3H6OH)
magnetik atau pengaduk resiprokal tidak dapat dalam zat dengan rumus:
digunakan, kocok vial menggunakan tangan dengan
interval 5 menit selama 30 menit pertama 𝑊
44, 7 ( )
pemanasan. Dinginkan vial, dan timbang. Jika 𝑊
kehilangan bobot tidak kurang dari 26 mg atau bila
terbukti terdapat kebocoran, buang campuran RUb adalah perbandingan respons puncak isopropil
tersebut, dan buat Larutan uji yang lain. iodida terhadap n-oktana dari Larutan uji; RSb
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi adalah perbandingan respons puncak isopropil
dengan detektor penghantar panas atau detektor iodida terhadap n-oktana dari Larutan baku; WSb
ionisasi nyala hidrogen dan kolom kapiler leburan adalah bobot isopropil iodida dalam mg Larutan
silika 0,53 mm x 30 m berisi bahan pengisi G1 baku; WU adalah bobot hipromelosa dalam mg
dengan lapisan 3 µm, gunakan kolom pelindung Larutan uji, dihitung terhadap zat kering.
jika perlu. Pertahankan suhu injektor dan detektor
masing-masing berturut-turut pada 250° dan 280°. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Pertahankan suhu kolom seperti pada Tabel 3. baik. Tidak ada kondisi penyimpanan khusus.

Tabel 3 Penandaan Pada etiket cantumkan jenis substitusi


dan nilai viskositas nominal dalam cP.
Suhu Peningkatan Suhu Waktu
Awal (°) suhu Akhir tunggu pada
(°/menit) (°) Suhu Akhir
(menit) Tambahan monografi
50 0 50 3 TETES MATA HIPROMELOSA
50 10 100 - Hypromellose Ophthalmic Solution
100 34,9 250 8 Hydroxypropyl Methylcellulose
Ophthalmic Solution
Gunakan helium P sebagai gas pembawa, dengan
perbandingan split 40:1, dan laju alir lebih kurang Tetes Mata Hipromelosa adalah larutan steril
4,3 mL per menit atau atur laju alir dengan Larutan hipromelosa. Mengandung hipromelosa
baku hingga waktu retensi baku internal lebih (hidroksipropil metilselulosa), tidak kurang dari
kurang 10 menit. Lakukan kromatografi terhadap 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur yang tertera pada etiket. Dapat mengandung
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pengawet, dapar, dan penstabil yang sesuai.
resolusi, R, antara puncak metil iodida, isopropil
iodida, dan baku internal masing-masing tidak Baku pembanding Hipromelosa BPFI; Untuk
kurang dari 5 (urutan eluasi adalah metil iodida, penetapan kuantitatif, lakukan susut pengeringan
isopropil iodida, kemudian baku internal); pada suhu 105° selama 1 jam saat akan digunakan.
simpangan baku relatif pada 6 kali penyuntikan Simpan dalam wadah tertutup rapat. Bersifat
ulang tidak lebih dari 2,0%, menggunakan higroskopis.
farmasiindustri.com

Identifikasi Imipenem
A. Pipet sejumlah volume tetes mata, teteskan
pada kaca objek, diamkan hingga air menguap:
terbentuk lapisan tipis.
B. Pipet 5 mL tetes mata, masukkan ke dalam
tabung reaksi, panaskan pada nyala api kecil:
larutan hangat keruh yang berubah menjadi jernih
setelah dingin.
(5R,6S)-6-[(R)-1-hidroksietil]-3-[[2-[imino-
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. metil]amino]etil]sulfanil]-7-oxo-1-azabi-
siklo[3,2,0]hep-2-ena-2-asam karboksilat
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,8. monohidrat [74431-23-5]
C12H17N3O4S.H2O BM 317,4
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Spektrofotometri seperti tertera pada Imipenem mengandung tidak kurang dari 98,0%
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. dan tidak lebih dari 101,0%, C12H17N3O4S, dihitung
Larutan difenilamin Timbang lebih kurang 3,75 terhadap zat kering.
g kristal difenilamin P tidak berwarna, larutkan
dalam 150 mL asam asetat glasial P, dan encerkan Pemerian Serbuk putih hingga hampir putih atau
dengan 90 mL asam hidroklorida P. kuning pucat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hipromelosa BPFI, larutkan dan encerkan dengan Kelarutan Agak sukar larut dalam air; sukar larut
air hingga kadar lebih kurang 100 µg per mL. dalam metanol.
Larutan uji Pipet sejumlah volume tetes mata ke
dalam wadah yang sesuai, encerkan dengan air Baku pembanding Imipenem Monohidrat BPFI.
hingga kadar hipromelosa lebih kurang 100 µg per
mL. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat
Blangko Gunakan air. kering yang didispersikan dalam kalium bromida P
Prosedur Pipet masing-masing 2 mL Larutan menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
baku, Larutan uji, dan Blangko, masukkan secara gelombang yang sama seperti pada Imipenem
terpisah ke dalam tabung reaksi bertutup kaca. Pada Monohidrat BPFI.
masing-masing tabung, tambahkan 5,0 mL Larutan
difenilamin, campur, dan segera masukkan tabung Kejernihan larutan <881> Timbang saksama 1 g
ke dalam tangas minyak pada suhu 105°-110° zat, larutkan dan encerkan dalam 100 mL Dapar
selama 30 menit, pertahankan suhu merata dalam fosfat pH 7,0: opalesensi yang dihasilkan tidak
0,1° selama pemanasan. Angkat tabung, masukkan lebih keruh dari suspensi padanan II.
ke dalam tangas es selama 10 menit atau sampai
seluruhnya dingin. Ukur serapan Larutan baku dan Warna dan akromisitas <1291> Larutan seperti
Larutan uji secara bersamaan pada suhu ruang tertera pada Kejernihan larutan: warna yang terjadi
dengan menggunakan spektrofotometer yang sesuai tidak lebih intensif dari larutan pembanding yang
pada panjang gelombang serapan maksimum 635 dibuat menggunakan campuran 0,8 mL Besi(III)
nm, menggunakan air sebagai blangko. Hitung klorida, 1,5 mL Kobalt(II) klorida, 0,2 mL
jumlah dalam mg hipromelosa, dalam tetes mata Tembaga(II) sulfat dan 97,5 mL asam hidroklorida
dengan rumus: 1%.
Besi(III) klorida Larutkan lebih kurang 46 g
, 𝑑 ( ) besi(III) klorida P (FeCl3.6H2O) dalam campuran
25 mL asam hidroklorida P dan 975 mL air
secukupnya hingga 1000 mL.
C adalah kadar Hipromelosa BPFI dalam µg per Kobalt(II) klorida Larutkan lebih kurang 60 g
mL Larutan baku; d adalah faktor pengenceran dari kobalt(II) klorida P (CoCl2.6H2O) dalam campuran
Larutan uji; AU dan AS berturut-turut adalah 25 mL asam hidroklorida P dan 975 mL air
serapan Larutan uji dan Larutan baku. secukupnya hingga 1000 mL.
Tembaga(II) sulfat Larutkan lebih kurang 63 g
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tembaga(II) sulfat P (CuSO4.5H2O) dalam
rapat. campuran 25 mL asam hidroklorida P dan 975 mL
air secukupnya hingga 1000 mL.

pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan


Tambahan monografi menggunakan zat 5 mg per mL.
IMIPENEM
farmasiindustri.com

Rotasi optik <1081> +84,0º sampai +89,0°. Prosedur: waktu retensi relatif antara imipenem
Lakukan penetapan menggunakan zat 5 mg per mL dan senyawa sejenis A imipenem lebih kurang 0,8;
dalam Dapar fosfat pH 7,0. dan resolusi, R, antara senyawa sejenis A imipenem
dan imipenem tidak kurang dari 3,5.
Air <1031> Metode I Antara 5,0 % dan 8,0%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Lakukan penetapan menggunakan 0,2 g zat. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Rekam kromatogram dua kali waktu rentensi
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. puncak utama dan ukur semua respons puncak:
respons puncak senyawa sejenis A imipenem tidak
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari lebih besar dari respons puncak imipenem dalam
0,17 unit Endotoksin per mg imipenem. [Catatan Larutan pembanding (1,0%); respons puncak
Persyaratan ini untuk Imipenem yang digunakan senyawa sejenis lainnya tidak lebih besar dari 0,3
pada pembuatan sediaan parenteral tanpa proses kali respons puncak imipenem dalam Larutan
lebih lanjut untuk penghilangan endotoksin pembanding (0,3%); jumlah respons puncak
bakteri] cemaran tidak lebih besar dari respons puncak
imipenem dalam Larutan pembanding (1,0%); dan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. [Catatan abaikan respons puncak yang lebih kecil dari 0,1
Persyaratan ini untuk Imipenem yang digunakan kali puncak imipenem dalam Larutan pembanding
pada pembuatan sediaan parenteral tanpa proses (0,1%).
sterilisasi lebih lanjut.]
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Simpan
pada Kromatografi <931>. [Catatan Simpan larutan dalam tangas es dan gunakan dalam waktu
larutan dalam tangas es dan gunakan dalam waktu 8 jam.]
8 jam.] Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 54
Pengencer Campuran asetonitril P-kalium fosfat mg kalium fosfat monobasa P, larutkan dalam 360
dibasa P 0,135 mg per mL (0,7:99,3). Atur pH mL air. Atur pH hingga lebih kurang 6,8 dengan
hingga lebih kurang 6,8 dengan penambahan asam penambahan natrium hidroksida 0,5 N atau asam
ortofosfat P. ortofosfat 0,5 N. Encerkan dengan air sampai 400
Fase gerak Campuran asetonitril P- kalium mL, saring.
fosfat dibasa P 8,7 mg per mL (0,7:99,3). Atur pH Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hingga lebih kurang 3,7 dengan penambahan asam Imipenem monohidrat BPFI, larutkan dan encerkan
ortofosfat P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,4
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem mg per mL.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Imipenem BPFI, larutkan dan encerkan dalam larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per tanda.
mL. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai dengan ukuran partikel 10 µm, laju alir lebih
tanda. kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji, terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. efisiensi kolom tidak kurang dari 600 lempeng
Larutan kesesuaian sistem [Catatan Penyiapan teoritis; dan simpangan baku relatif pada
in situ senyawa sejenis A imipenem.] Pipet 20 mL penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan uji, atur pH hingga lebih kurang 10,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan penambahan natrium hidroksida P, volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
panaskan pada suhu 80° selama 5 menit. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kromatogram dan ukur respons puncak utama.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Hitung persentase imipenem, C12H17N3O4S, dalam
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 zat dengan rumus:
dengan ukuran partikel 5 µm, laju alir lebih kurang
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram ( )( )
dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada
farmasiindustri.com

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Fase gerak Larutkan 2,0 g natrium 1-
imipenem dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS heksansulfonat P dalam 800 mL Dapar pH 6,8.
adalah kadar Imipenem monohidrat BPFI dalam Atur pH hingga 6,8 dengan penambahan natrium
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar hidroksida 0,5 M atau asam ortofosfat 0,5 M,
imipenem dalam mg per mL Larutan uji encerkan sampai 1000 mL dengan Dapar pH 6,8.
berdasarkan bobot yang ditimbang. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap tertera pada Kromatografi <931>.
udara, dalam lemari pendingin. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Imipenem monohidrat BPFI dan Silastatin Natrium
Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan BPFI, larutkan dan encerkan dengan Dapar pH 6,8
sediaan steril, pada etiket harus dinyatakan steril. hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,5 mg
per mL.
Larutan uji Rekonstitusi Injeksi Imipenem dan
Silastatin, encerkan dengan Dapar pH 6,8 sampai
Tambahan monografi 100 mL, campur. Encerkan sejumlah volume
IMIPENEM DAN SILASTATIN UNTUK larutan dengan Dapar pH 6,8 hingga diperoleh
INJEKSI kadar larutan setara dengan lebih kurang 0,5 mg
Imipenem and Cilastatin for Injection per mL imipenem.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Imipenem dan Silastatin untuk injeksi adalah tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
campuran steril dari Imipenem, Silastatin Natrium kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dan Natrium Bikarbonat. Rekonstitusi seperti yang dengan ukuran partikel 5µm. Laju alir lebih kurang
tertera pada etiket. [Catatan Larutan yang telah 2 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 50º.
direkonstitusi sebaiknya segera digunakan atau Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu rekam kromatogram dan ukur respons puncak
sesuai dengan data stabilitas]. Injeksi Imipenem seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
dan Silastatin mengandung tidak kurang 90,0% dan puncak tidak kurang dari 600 lempeng teoritis;
tidak lebih dari 115,0% imipenem, C12H17N3O4S faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku
dan silastatin, C16H26N2O5S. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0%.
Baku Pembanding Imipenem Monohidrat BPFI, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Silastatin Natrium BPFI. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram dan ukur respons puncak utama.
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan Hitung persentase silastatin, C16H26N2O5S, dalam
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. sediaan injeksi dengan rumus:

pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5 setelah 358,4


( ) ( ) ( )
direkonstitusi seperti yang tertera pada etiket. 38 ,4

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
unit Endotoksin per mg. silastatin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Silastatin Natrium BPFI dalam mg per mL
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,5%; Larutan baku; CU adalah kadar silastatin dalam mg
lakukan penetapan menggunakan 0,1 g zat, dengan per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
pengeringan pada suhu 60o selama 3 jam pada tertera pada etiket. 358,4 dan 380,4 berturut-turut
tekanan tidak lebih dari 0,7 kPa. adalah bobot molekul silastatin dan silastatin
natrium. Hitung persentase imipenem,
Syarat lain Larutan yang telah direkonstitusi C12H17N3O4S dalam sediaan injeksi dengan rumus:
memenuhi syarat Kejernihan Larutan dan Bahan
Partikulat seperti tertera pada Injeksi. 99,4
( ) ( ) ( )
3 7,4
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan imipenem Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
dibuat segar.] kadar Imipenem monohidrat BPFI dalam mg per
Dapar pH 6,8 Larutkan dan encerkan 28,80 g mL Larutan baku; CU adalah kadar imipenem
dinatrium hidrogen fosfat P dan 11,45 g kalium dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
dihidrogen fosfat P dalam 1000 mL air. yang tertera pada etiket. 299,4 dan 317,4 berturut-
farmasiindustri.com

turut adalah bobot molekul imipenem dan


imipenem moonohidrat. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
bpj.
Wadah dan Penyimpanan Simpan terlindung dari
kelembaban, dalam wadah dosis tunggal atau dosis Tambahan persyaratan
ganda. Nitrosamin Lakukan penetapan menggunakan
metoda yang sesuai. Masing-masing cemaran tidak
Penandaan Larutan rekonstitusi sebaiknya lebih dari batas yang tertera pada Tabel
dilarutkan dalam larutan parenteral yang sesuai
sebelum digunakan untuk injeksi intravena. Tabel

Batas
Nitrosamin
(bpj)
IRBESARTAN N-Nitrosodimethylamine (NDMA) 0,32
Irbesartan N-Nitrosodiethylamine (NDEA) 0,088

Perubahan
Azida Tidak lebih dari 10 bpj. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,1
N, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah natrium azida, larutkan dan encerkan
2-Butil-3-[p-(o-1H-tetrazol-5-ilfenil)benzil]-1,3- dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,25
diazaspiro[4,4]non-1-en-4-on. [138402-11-6] mg per mL.
C H NO
25 28 6 BM 428,53 Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
Perubahan kadar lebih kurang 0,312 µg per mL.
Irbesartan mengandung tidak kurang dari 98,0% Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dan tidak lebih dari 102,0% C H N O, dihitung
25 28 6 larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
terhadap zat kering. kadar lebih kurang 20 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir tinggi yang dilengkapi dengan detektor
putih. (conductimetric with a suitable background
suppressor unit) dan kolom 4,0 mm x 25 cm berisi
Kelarutan Sukar larut dalam etanol dan metilen bahan pengisi L31. Laju alir lebih kurang 1 mL per
klorida; praktis tidak larut dalam air. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Perubahan puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
Baku pembanding Irbesartan BPFI, tidak boleh ―signal to noise‖ untuk puncak azida tidak kurang
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam dari 10.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lemari pendingin. Senyawa Sejenis A Irbesartan volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
BPFI. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak azida.
Identifikasi Hitung jumlah dalam bpj, azida dalam zat dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang rumus:
4 ,
didispersikan dalam kalium bromida P ( ) ( ) ( )
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan 65,
gelombang yang sama seperti pada Irbesartan
BPFI. r dan r berturut-turut adalah respons puncak azida
U S

B. Waktu retensi puncak utama kromatogram dari Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
S

Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti natrium azida dalam µg per mL Larutan baku; C U

diperoleh pada Penetapan kadar. adalah kadar irbesartan dalam mg per mL Larutan
uji; 42,02 dan 65,01 berturut-turut adalah bobot
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. molekul azida dan natrium azida. F adalah faktor
koreksi, 1000.
farmasiindustri.com

Perubahan Perubahan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. pada Kromatografi <931>.
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera Dapar Buat campuran air-asam ortofosfat P
pada Penetapan kadar. (950:5,5). Atur pH hingga 3,2 dengan penambahan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah trietilamin P.
Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A Irbesartan Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P (670:330), saring dan awaudarakan. Jika perlu
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
per mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga sejumlah Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
kadar lebih kurang 1 mg per mL. Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja metanol P hingga kadar masing-masing lebih
tinggi yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kurang 0,05 mg per mL.
kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per
kromatogram dan ukur respons puncak seperti mL.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %. larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
Hitung persentase senyawa sejenis A irbesartan Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
dalam zat dengan rumus: kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera dalam Prosedur: waktu retensi relatif
( ) ( ) untuk senyawa sejenis A irbesartan dan irbesartan
berturut-turut adalah lebih kurang 0,8 dan 1,0;
resolusi, R, antara puncak irbesartan dan puncak
r dan r berturut-turut adalah respons puncak
U S
senyawa sejenis A irbesartan tidak kurang dari 2,0.
senyawa sejenis A irbesartan dari Larutan uji dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Larutan baku; C adalah kadar Senyawa Sejenis A
S
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Irbesartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
C adalah kadar irbesartan dalam mg per mL
U
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0
Larutan uji. Hitung persentase cemaran lain dalam
%.
zat dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
( ) ( ) dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
persentase irbesartan, C H N O, dalam zat dengan
25 28 6

r adalah respons puncak cemaran lain dari Larutan


i rumus:
uji; r adalah respons puncak irbesartan dari
S

Larutan baku; C adalah kadar Irbesartan BPFI


S

dalam mg per mL Larutan baku; C adalah kadar


U
( ) ( )
irbesartan dalam mg per mL Larutan uji; Masing-
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
r dan r berturut-turut adalah respons puncak dari
U S
batas yang tertera pada Tabel
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
S

Irbesartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku;


Tabel
C adalah kadar irbesartan dalam mg per mL
U

Larutan uji.
Senyawa sejenis Batas
(%)
Senyawa sejenis A irbesartan 0,2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Cemaran lain 0,1 rapat dan simpan pada suhu di bawah 30°.
Total cemaran 0,5
farmasiindustri.com

Dapar Timbang lebih kurang 1,32 g amonium


fosfat dibasa P, masukkan ke dalam labu tentukur
Tambahan monografi 1000-mL, larutkan dalam lebih kurang 950 mL air.
TABLET ISOKSUPRIN HIDROKLORIDA Atur pH larutan hingga 7,5 dengan penambahan
Isoxsuprine Hydrochloride Tablets asam ortofosfat P, encerkan dengan air hingga
tanda.
Tablet Isoksuprin Hidroklorida mengandung Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar
isoksuprin hidroklorida, C18H23NO3.HCl tidak (2:1). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
jumlah yang tertera pada etiket. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Baku pembanding Isoksuprin Hidroklorida BPFI; Isoksuprin Hidroklorida BPFI, larutkan secara
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah kuantitatif, jika perlu bertahap dengan Fase gerak
tertutup rapat dan terlindung cahaya. hingga kadar 0,4 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
dengan 10 mg isoksuprin hidroklorida, masukkan tablet setara dengan lebih kurang 20 mg isoksuprin
ke dalam gelas piala 60 mL, tambahkan lebih hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
kurang 20 mL air, aduk, dan saring. Masukkan mL, dan tambahkan lebih kurang 25 mL Fase
filtrat ke dalam corong pisah 60 mL, tambahkan 10 gerak. Kocok secara mekanik selama 30 menit,
mL dapar borat pH 9,0, kocok kuat hingga sonikasi selama 10 menit hingga larut, dan
tercampur. Ekstraksi dengan 2 mL kloroform P, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, campur,
saring ekstrak kloroform melalui segumpal kapas dan saring.
yang sudah dibasahi kloroform, dan campur filtrat Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dengan 500 mg kalium bromida P. Uapkan tinggi dilengkapi dengan detektor 274 nm dan
kloroform, masukkan residu dengan hati-hati ke kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
dalam labu vakum kecil: spektrum serapan Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
inframerah residu yang didispersikan dalam kalium kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada kromatogram dan ukur respons puncak seperti
bilangan gelombang yang sama seperti pada tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
Isoksuprin Hidroklorida BPFI yang diperlakukan dari 1800 lempeng teoritis; simpangan baku relatif
sama. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Disolusi <1231> volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Media disolusi: 900 mL air dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Alat tipe 1: 100 rpm kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Waktu : 45 menit Hitung persentase isoksuprin hidroklorida,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C18H23NO3.HCl, dalam tablet dengan rumus:
Isoksuprin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar ( ) ( )
mendekati Larutan uji.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Media disolusi. utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Prosedur Lakukan penetapan jumlah isoksuprin kadar Isoksuprin Hidroklorida BPFI dalam mg per
hidroklorida, C18H23NO3.HCl yang terlarut dengan mL Larutan baku; CU adalah kadar isoksuprin
mengukur serapan Larutan baku dan Larutan uji hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
kurang 269 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kurang dari 75% (Q) isoksuprin hidroklorida, rapat.
C18H23NO3.HCl dari jumlah yang tertera pada
etiket.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Tambahan monografi


INJEKSI ISOSORBID DINITRAT
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Isosorbide Dinitrate Injection
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
farmasiindustri.com

Injeksi Isosorbid Dinitrat adalah larutan steril Larutan uji Ke dalam 40 mL injeksi tambahkan
isosorbid dinitrat encer dalam Air untuk injeksi, 2 mL larutan asam sulfanilat, 2 mL larutan asam
mengandung isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, tidak aminonaftalensulfonat. Encerkan dengan air hingga
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari 50 mL. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam.
jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
natrium klorida untuk isotonis. baku pada panjang gelombang serapan maksimum
524 nm menggunakan Blangko sebagai koreksi.
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat BPFI Serapan Larutan uji tidak lebih dari Larutan baku.
[Perhatian Zat yang tidak diencerkan, mudah
meledak dan dapat meledak karena benturan atau Isosorbid 5-nitrat dan Isosorbid 2-nitrat Masing-
pemanasan berlebih.] mengandung isosorbid masing tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan
dinitrat 41,3%. Tidak boleh dikeringkan sebelum dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
terlindung dari panas berlebih. Isosorbid Fase gerak Campuran air-metanol P (70:30),
Mononitrat BPFI; Isosorbid 2-nitrat BPFI; Simpan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
dalam wadah tertutup rapat, pada lemari pendingin. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik. tertera pada Kromatografi <931>.
Penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, Isosorbid 2-nitrat BPFI, larutkan dan encerkan
simpan larutan dalam lemari pendingin dan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang per mL.
belum dibuka dalam lemari pembeku. Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah
Isosorbid Mononitrat BPFI, larutkan dan encerkan
Identifikasi dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg
A. Keringkan sejumlah volume injeksi pada per mL.
tekanan udara rendah pada suhu di bawah 40º Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
hingga diperoleh residu setara dengan lebih kurang sejumlah Isosorbid 2-nitrat BPFI dan Isosorbid
25 mg isosorbid dinitrat. Tambahkan pada residu Mononitrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
10 mL diklorometan P, aduk selama 5 menit. Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih
Saring dan uapkan filtrat hingga kering. Spektrum kurang 50 µg per mL.
serapan inframerah residu yang didispersikan dalam Larutan uji Keringkan sejumlah volume injeksi
kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya setara dengan lebih kurang 50 mg isosorbid dinitrat
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada pada tekanan udara rendah pada suhu di bawah 40⁰.
Isosorbid Dinitrat BPFI. Triturasi residu dengan 50 mL Fase gerak, aduk.
B. Menunjukkan reaksi garam Natrium dan Saring melalui penyaring kaca fiber, gunakan
Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum filtrat.
<291>. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
pH <1071> Antara 3,5 dan 7,0. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi ―end-
capped‖ L1 dengan ukuran partikel lebih kurang 5
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,0 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit.
unit Endotoksin per mL injeksi. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Injeksi. antara puncak isosorbid mononitrat dan isosorbid
2-nitrat tidak kurang dari 2,4.
Nitrit Tidak lebih dari 1 bpj. Lakukan penetapan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan cara Spektrofotometri UV seperti tertera volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku 1,
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya Larutan baku 2, dan Larutan uji ke dalam
<1191>. kromatograf, rekam semua respons puncak. Hitung
Blangko Campuran 40 mL air, 2 mL larutan persentase cemaran berdasarkan perbandingan
asam sulfanilat, 2 mL larutan asam puncak kromatogram. Respons puncak isosorbid 2-
aminonaftalensulfonat. Encerkan dengan air hingga nitrat pada kromatogram Larutan uji tidak lebih
50 mL. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam. besar dari puncak utama pada Larutan baku 1; dan
Larutan baku Pipet 2 mL larutan baku nitrit (20 respons puncak isosorbid 5-nitrat pada
bpj), encerkan dengan air hingga 40 mL. kromatogram Larutan uji tidak lebih besar dari
Tambahkan 2 mL larutan asam sulfanilat, 2 mL respons puncak utama pada Larutan baku 2.
larutan asam aminonaftalensulfonat. Encerkan
dengan air hingga 50 mL. Diamkan pada suhu
ruang selama 1 jam.
farmasiindustri.com

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Monohidrat [77326-95-5] BM 434,65


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Kalsitriol berbentuk anhidrat atau mengandung satu
Pengencer Campuran metanol P dan air (25:75). molekul air. Bentuk anhidrat mengandung tidak
Fase gerak Timbang sejumlah amonium asetat kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
P, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga C27H44O3, dihitung terhadap zat bebas pelarut.
kadar lebih kurang 0,39 mg per mL, saring dan Bentuk monohidrat mengandung tidak kurang dari
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H44O3,
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dihitung terhadap zat anhidrat. [Catatan
Kromatografi <931>. Perlakukan dengan hati-hati untuk menghindari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah partikel kalsitriol terhirup dan terpapar ke kulit.]
Isosorbid dinitrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 Pemerian Hablur putih atau hampir putih; peka
mg per mL, saring. Pipet 1 mL filtrat ke dalam labu terhadap udara, panas dan cahaya.
tentukur 50-mL, encerkan dengan Pengencer
sampai tanda. Kelarutan Mudah larut dalam etanol; larut dalam
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, eter dan minyak lemak; praktis tidak larut dalam
encerkan dengan Pengencer hingga kadar isosorbid air.
dinitrat lebih kurang 20 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Perubahan
tinggi dilengkapi dengan detektor 214 nm dan Baku pembanding Kalsitriol BPFI; tidak boleh
kolom 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L13 dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
dengan ukuran partikel lebih kurang 3 µm. Laju alir terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Setelah
lebih kurang 1,3 mL per menit. Lakukan dibuka, simpan bagian yang tidak digunakan di
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam bawah gas inert dalam lemari.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan Perubahan
1,5. Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku didispersikan dalam kalium bromida P atau
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menggunakan attenuated total reflectance (ATR),
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Hitung persentase isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, gelombang yang sama seperti pada Kalsitriol BPFI.
dalam injeksi dengan rumus: B. Waktu retensi puncak utama pada
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
( )
Air <1031> Metode I Antara 3,5% dan 5,5%;
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari untuk bentuk monohidrat.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Isosorbid Dinitrat BPFI dalam µg per mL Larutan Perubahan
baku. Cemaran organik [Catatan Lakukan penetapan
secepat mungkin untuk menghindari larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mengandung kalsitriol terpapar cahaya dan
rapat. udara.]
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 50 µL Larutan
KALSITRIOL
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Calcitriol selama tidak kurang dari dua kali waktu retensi
CH3 H3C CH3
H
CH3 puncak kalsitriol, rekam kromatogram dan ukur
OH
OH
semua respons puncak. Hitung persentase masing-
CH2
masing cemaran dalam zat dengan rumus:
H

HO ( )

(5Z,7E)-9,10-Sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,
3, 25-triol [32222-06-3] ri adalah respons masing-masing puncak selain
C27H44O3 BM 416,64 puncak utama kalsitriol dan pre-kalsitriol Larutan
farmasiindustri.com

uji; dan rT adalah jumlah semua respons puncak simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total tidak lebih dari 1,0%.
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Tabel. volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tabel kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu
retensi kalsitriol, ukur respons puncak kalsitriol dan
Cemaran
Waktu retensi Batas pre-kalsitriol. Hitung persentase kalsitriol,
relatif (%) C27H44O3, dalam zat dengan rumus:
Triazolin adduct of pre-
0,43 0,1
calsitriol
Trans-kalsitriol 0,96 0,25 ( ) ( )
Kalsitriol 1,0 -
1β-Kalsitriol 1,15 0,1
Metilen kalsitriol 1,5 0,25 rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons
Cemaran lain tidak spesifik - 0,1 puncak kalsitriol dan pre-kalsitriol dalam Larutan
Total cemaran - 1,0 uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kasitriol
Abaikan puncak kurang dari 0,05% BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
kadar kalsitriol dalam mg per mL Larutan uji
Perubahan terhadap bobot yang ditimbang.
Penetapan kadar [Catatan Lakukan penetapan
secepat mungkin untuk menghindari larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
mengandung kalsitriol terpapar cahaya dan rapat, tidak tembus cahaya. Simpan seperti
udara.] Lakukan penetapan dengan cara petunjuk pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Penandaan Mencantumkan bentuk monohidrat
Dapar Buat larutan tris (hidroksimetil) atau anhidrat.
aminometan P 1 mg per mL dalam air, atur pH
hingga 7,0-7,5 dengan penambahan asam ortofosfat
P.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar Tambahan monografi
(55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu KAPSUL KALSITRIOL
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Calcitriol Capsules
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kapsul Kalsitriol berisi larutan kalsitriol dalam
Kalsitriol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur minyak yang sesuai, mengandung kalsitriol,
yang sesuai dan larutkan dalam asetonitril P C27H44O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
sejumlah 55% dari volume labu. Encerkan dengan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Dapar sampai tanda. Larutan mengandung [Catatan Pada larutan dapat terjadi isomerisasi
kalsitriol 0,1 mg per mL. yang reversibel menjadi pre-kalsitriol yang
Larutan kesesuaian sistem Panaskan 2,0 mL dipengaruhi suhu dan waktu. aktivitas obat berasal
Larutan baku pada 80º selama 30 menit. dari kedua komponen]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan Baku pembanding Kalsitriol BPFI; tidak boleh
larutkan dalam asetonitril P sejumlah 55% dari dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
volume labu, encerkan dengan Dapar sampai terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Setelah
tanda. Larutan mengandung kalsitriol 0,1 mg per dibuka, simpan bagian yang tidak digunakan di
mL. bawah gas inert dalam lemari pembeku.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40º.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sistem, rekam respons puncak seperti tertera pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Prosedur: waktu retensi relatif pre-kalsitriol dan pada Kromatografi <931>.
kalsitriol berturut-turut lebih kurang 0,9 dan 1,0; Fase gerak Buat campuran etil asetat P –
resolusi, R, antara puncak pre-kalsitriol dan heksana P – metanol P – n-propanol P (60:40:2:1).
kalsitriol tidak kurang dari 3,5. Lakukan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: tertera pada Kromatografi <931>.
farmasiindustri.com

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalsium(2S)-2-[[4[[[(6RS)-2-amino-5-formil-4-


Kalsitriol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur okso1,4,5,6,7,8-heksahidropteridin-6-
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase il]metil]amino]benzoil]amino]pentandioat
gerak hingga kadar lebih kurang 1,5 µg per mL. [1492-18-8]
[Catatan Kadar Larutan baku disesuaikan C20H21CaN7O7 BM 511,5
dengankadar Larutan uji]. C20H21CaN7O7,xH2O
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
20 kapsul. Keluarkan semua isi kapsul, bersihkan Kalsium folinat mengandung tidak kurang dari
cangkang kapsul dan timbang saksama. Hitung 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
bobot rata-rata isi kapsul. C20H21CaN7O7,xH2O, dihitung terhadap zat
Untuk kapsul 0,25 µg per kapsul atau kurang anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 7,54% dan
Gunakan isi kapsul tanpa pengenceran. tidak lebih dari 8,14% kalsium, Ca, dihitung
Untuk kapsul lebih dari 0,25 µg Encerkan isi terhadap zat anhidrat. Dapat mengandung variasi
kapsul dengan Fase gerak hingga kadar lebih air hidrat.
kurang 1,5 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Serbuk hablur atau amorf, putih atau
tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom kuning muda, higroskopik.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L3 dengan
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,2 Kelarutan Agak sukar larut dalam air; praktis
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap tidak larut dalam aseton dan dalam etanol. Bentuk
Larutan uji, rekam respons puncak seperti tertera amorf dapat membentuk larutan lewat jenuh dalam
pada Prosedur: respons puncak antara kalsitriol air.
dan respons puncak minyak pembawa terpisah
baik. Baku pembanding Kalsium Folinat BPFI; tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah boleh dikeringkan, simpan dalam wadah terlindung
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku cahaya, dalam lemari pendingin. Asam formilfolat
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam BPFI (Senyawa Sejenis D Kalsium Folinat BPFI)
kromatogram dan ukur respons puncak kalsitriol
dan pre-kalsitriol. Hitung persentase kalsitriol, [Catatan Lakukan semua penetapan secepat
C27H44O3, dalam kapsul dengan rumus: mungkin dan dalam wadah aktinik rendah]

Identifikasi Lakukan identifikasi A, B, dan D atau


( ) ( ) A, C dan D.
A. Memenuhi syarat uji Rotasi optik.
rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons B. Spektrum serapan inframerah zat yang
puncak kalsitriol dan pre-kalsitriol dalam Larutan didispersikan dalam kalium bromida P,
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kasitriol menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
BPFI dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah gelombang yang sama seperti pada Kalsium Folinat
kadar kalsitriol dalam g per mL Larutan uji BPFI. Jika spektrum yang diperoleh berbeda,
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan secara
terpisah sejumlah zat dan Kalsium Folinat BPFI
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dalam air dan teteskan aseton P secukupnya hingga
rapat, tidak tembus cahaya. terbentuk endapan. Diamkan selama 15 menit,
sentrifus sampai terbentuk endapan. Kumpulkan
endapan dan cuci endapan dua kali, tiap kali
dengan sejumlah kecil aseton P dan keringkan.
Tambahan monografi Lakukan penetapan menggunakan residu.
KALSIUM FOLINAT C. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
Calcium Folinate
Penjerap Gunakan lempeng Selulosa F254.
Fase gerak Buat campuran isoamil alkohol P-
asam sitrat monohidrat P 50 g per L, yang telah di
atur pH hingga 8 dengan penambahan amonia P
(1:10). Campur, diamkan dan gunakan lapisan
bawah.
Larutan baku Timbang lebih kurang 15 mg
Kalsium Folinat BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 5-mL, larutkan dan encerkan dengan
amonia P 3% sampai tanda.
farmasiindustri.com

Larutan uji Timbang kurang lebih 15 mg zat, dan fase diam kopolimer stirena-divinilbenzena
masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan 0,32 mm x 10 m. Suhu injektor dan detektor pada
dan encerkan dengan amonia P 3% sampai tanda. 250. Kondisikan headspace sampler dengan suhu
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- kesetimbangan 80°, waktu kesetimbangan 20 menit
masing 5 μL Larutan baku dan Larutan uji pada dan waktu presurisasi 30 detik. Suhu kolom
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke diprogram sebagai berikut:
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga 15 Waktu Suhu
cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan (menit) (°C)
kering di udara. Amati bercak di bawah cahaya Kolom 0-6 125 185
ultraviolet 254 nm: ukuran dan harga RF bercak 6-15 185
utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai Injektor 250
dengan bercak utama Larutan baku. Detektor 250
D. Menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan
laju alir lebih kurang 4 mL per menit.
Kejernihan larutan <881> Jernih; serapan pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
panjang gelombang 420 nm tidak lebih dari 0,60. volume sama yang sesuai Larutan baku dan
Lakukan penetapan menggunakan larutan 2,5% Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dalam air bebas karbon dioksida P, jika perlu kromatogram dan ukur respons puncak utama.
panaskan pada suhu 40°. Hitung persentase aseton, etanol, dan metanol
dalam zat.
pH <1071> Antara 6,8 dan 8,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan 2,5% dalam air bebas karbon Klorida <361> Tidak lebih dari 0,5%. Timbang
dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 40°. saksama lebih kurang 300 mg zat, larutkan dalam
50 mL air. Jika perlu panaskan pada suhu 40°.
Rotasi jenis <1081> Antara +14,4º dan +18,0º Tambahkan 10 mL asam nitrat 2N, titrasi dengan
terhadap zat anhidrat, lakukan penetapan perak nitrat 0,005 N LV sambil diaduk. tetapkan
menggunakan larutan 2,5% dalam air bebas karbon titik akhir secara potensiometrik. Hitung jumlah
dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 40°. klorida dalam mg.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 17,0%. Tiap mL perak nitrat 0,005 N
Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: setara dengan 0,177 mg klorida.
larutkan 100 mg zat dalam 50 mL pelarut dan 15
mL formamida P. Aduk selama 6 menit sebelum Platinum Tidak lebih dari 20 bpj.
titrasi dan gunakan pentiter yang sesuai yang tidak Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
mengandung piridin. kurang 1 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur
100-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari tanda.
0,5 unit Endotoksin per mg kalsium folinat, jika Larutan baku Buat Larutan baku platina 30 bpj
digunakan untuk pembuatan sediaan parenteral dalam campuran asam nitrat P-air (1:99). Buat
tanpa prosedur sterilisasi lebih lanjut. beberapa konsentrasi Larutan baku.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan
Aseton, Etanol dan Metanol Aseton tidak lebih Larutan uji pada garis emisi platinum 265,9 nm
dari 0,5%; etanol tidak lebih dari 3,0% dan metanol dengan spektrofotometer serapan atom seperti
tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Cahaya <1191> dilengkapi dengan lampu hollow
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan metode katoda platina. Ukur penetapan blangko dan
standar adisi untuk aseton, etanol, dan metanol.] lakukan koreksi. Buat kurva yang menggambarkan
Larutan baku Timbang saksama masing-masing hubungan antara serapan Larutan baku terhadap
0,125 g aseton P, 0,750 g etanol anhidrat P, dan kadar platinum dan buat garis regresi. Dari kurva
0,125 g metanol P, masukkan ke dalam labu yang diperoleh, tentukan kadar platinum dalam
tentukur 1000-mL, encerkan dengan air sampai Larutan uji. Hitung kadar platinum dalam bpj
tanda. dalam zat menggunakan kurva kalibrasi.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,25
g zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi pada Kromatografi <931>.
dengan injektor headspace, detektor ionisasi nyala Dapar Timbang lebih kurang 2,2 g natrium
dan kolom dengan penyangga leburan silika fosfat dibasa dodekahidrat P, larutkan dalam air,
farmasiindustri.com

tambahkan 2,0 mL Larutan tetrabutilamonium E, F, G kalsium folinat lebih dari respons


hidroksida P 40%, atur pH hingga 7,8 dengan puncak utama Larutan
penambahan asam ortofosfat P. Encerkan dengan baku A (1%)
air hingga 780 mL. Total cemaran Tidak lebih dari 2,5 kali
Fase gerak Campuran metanol P-Dapar (selain senyawa sejenis D respons puncak Larutan
kalsium folinat) baku A (2,5%)
(220:780), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Abaikan respons puncak lebih kecil dari respons puncak
lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem utama Larutan pembanding (0,1%).
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang Penetapan kadar kalsium Timbang saksama lebih
10 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur kurang 400 mg zat, larutkan dalam 150 mL air dan
10-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai encerkan dengan 300 mL air. Titrasi dengan
tanda. natrium edetat 0,1 M LV.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
lebih kurang 10 mg Kalsium Folinat BPFI, Tiap mL natrium edetat 0,1 M
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan setara dengan 4,008 mg Ca
dan encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku A Pipet 1 mL Larutan baku Penetapan kadar kalsium folinat Lakukan
persediaan ke dalam labu tentukur 100-mL, penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
encerkan dengan air sampai tanda. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang Dapar Timbang lebih kurang 2,2 g natrium
10 mg Asam formilfolat BPFI (Senyawa Sejenis D fosfat dibasa dodekahidrat P, larutkan dalam air,
Kalsium Folinat BPFI) masukkan ke dalam labu tambahkan 2,0 mL Larutan tetrabutilamonium
tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan hidroksida P 40%, atur pH hingga 7,8 dengan
Fase gerak sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini, penambahan asam ortofosfat P. Encerkan dengan
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan air hingga 780 mL.
dengan air sampai tanda. Fase gerak Campuran metanol P-Dapar
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan baku A (220:780), saring dan awaudarakan. Jika perlu
ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan air lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem
sampai tanda. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Pipet 5 mL Larutan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
baku B ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan 10 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
dengan Larutan baku A sampai tanda. 10-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tanda.
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10
kolom 4 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L1 mg Kalsium Folinat BPFI, masukkan ke dalam
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan
kurang 1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom air sampai tanda.
pada 40º. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kesesuaian sistem rekam kromatogram dan ukur tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kolom 4 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L1
resolusi, R, antara Senyawa Sejenis D Kalsium dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
Folinat BPFI dan kalsium folinat tidak kurang dari kurang 1,0 mL per menit. Pertahankan suhu
2,2. kolom pada 40º. Lakukan kromatografi terhadap
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku rekam kromatogram dan ukur
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji, respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan baku A, Larutan baku B, Larutan simpangan baku relatif pada enam kali
pembanding, dan Larutan kesesuaian sistem ke penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dalam kromatograf. Rekam kromatogram 2,5 kali Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
waktu retensi folinat dan ukur semua respons volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran Larutan baku ke dalam kromatograf. Rekam
dalam zat. Masing-masing cemaran dan total cemaran kromatogram dan ukur respons puncak utama.
tidak lebih dari batas seperti tertera pada Tabel. Hitung persentase kalsium folinat,
C20H21CaN7O7,xH2O, dengan rumus:
Tabel
 rU   CS 
Cemaran Batas       100
Senyawa sejenis D Tidak lebih dari respons  rS   CU 
kalsium folinat puncak Larutan baku B
(1%) ru dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Senyawa sejenis A, B, C, Masing-masing tidak kalsium folinat dari Larutan uji dan Larutan baku;
farmasiindustri.com

CS adalah kadar Kalsium folinat BPFI dalam mg Fase gerak Campuran metanol P-Dapar (22:78).
per mL Larutan baku; CU adalah kadar kalsium Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
folinat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Kesesuaian sistem seperti tertera pada
bobot yang ditimbang. Kromatografi <931>.
Larutan uji Encerkan sejumlah volume atau
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap serbuk injeksi dengan air hingga kadar kalium
udara, terlindung cahaya. Jika digunakan untuk folinat lebih kurang 1 mg per mL.
sediaan steril, simpan dalam wadah steril, kedap Larutan pembanding 1 Campuran Larutan uji-air
udara dan disegel. (1:100).
Larutan pembanding 2 Campuran Larutan
pembanding 1-air (1:10).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Tambahan monografi Formilfolat BPFI larutkan dan encerkan dengan
INJEKSI KALSIUM FOLINAT Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
Calcium Folinate Injection mL.
Larutan kesesuaian sistem Campuran Larutan
Injeksi Kalsium Folinat adalah larutan steril pembanding 1-Larutan baku (2:1).
kalsium folinat. Tersedia dalam bentuk larutan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
injeksi atau serbuk injeksi yang perlu di tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
konstitusikan dalam Air untuk Injeksi. Mengandung kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari ―endcapped‖ dengan ukuran partikel 5 µm.
110,0%, C20H23N7O7, dari jumlah yang tertera pada Pertahankan suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih
etiket. kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Baku pembanding Kalsium Folinat BPFI; tidak kromatogram dan ukur semua respons puncak
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah terlindung seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
cahaya, dalam lemari pendingin. Asam formilfolat puncak kalsium folinat dan asam formilfolat tidak
BPFI (Senyawa Sejenis D Kalsium Folinat BPFI). kurang dari 2,2.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji,
A. Timbang saksama sejumlah serbuk atau Larutan pembanding 1 dan Larutan pembanding 2
larutan injeksi setara dengan lebih kurang 20 mg ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali
kalsium folinat, tambahkan 40 mL aseton P, kocok, waktu retensi kalsium folinat dan ukur semua
diamkan dan setrifus, buang pelarut. Larutkan respons puncak. Masing-masing cemaran dan total
residu dalam 40 mL aseton P dan sentrifus cemaran tidak lebih dari batas seperti yang tertera
kembali, Keringkan residu dibawah aliran nitrogen pada Tabel.
pada tekanan 0,7 kPa selama 2 jam. Spektrum Tabel
serapan inframerah residu yang didispersikan
dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum Nama Batas
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Asam formilfolat Tidak lebih besar dari respons
Kalsium Folinat BPFI. puncak Larutan baku (1%)
B. Menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera Cemaran lain Tidak lebih besar dari luas
pada Uji Identifikasi Umum <291>. puncak utama Larutan
pembanding 1 (1%)
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5. Total cemaran lain Tidak lebih dari 2,5 kali luas
puncak utama Larutan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. pembanding 1 (2,5%)
Abaikan respons puncak lebih kecil dari respons puncak
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada utama Larutan pembanding 2 (0,1%).
Injeksi.
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi Lindungi larutan dari cahaya.]
larutan dari cahaya.] Dapar Timbang saksama lebih kurang 2,2 g
Dapar Timbang saksama lebih kurang 2,2 g dinatrium hidrogen ortofosfat P, larutkan dalam
dinatrium hidrogen ortofosfat P, larutkan dalam 750 mL air, tambahkan 2 mL tetrabutil amonium
750 mL air, tambahkan 2 mL tetrabutil amonium hidroksida P. Atur pH hingga 7,5 dengan
hidroksida P. Atur pH hingga 7,5 dengan penambahan asam ortofosfat P, Encerkan dengan
penambahan asam ortofosfat P, Encerkan dengan air hingga 780 mL.
air hingga 780 mL.
farmasiindustri.com

Fase gerak Campuran metanol P-Dapar


(22:78). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Tambahan monografi
Kesesuaian sistem seperti tertera pada KAPSUL LEPAS LAMBAT
Kromatografi <931>. KETOPROFEN
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi atau Ketoprofen Extended-Release Capsules
timbang sejumlah serbuk injeksi, larutkan dan
encerkan dengan asam folinat hingga kadar Kapsul lepas lambat Ketoprofen mengandung
kalsium folinat lebih kurang 0,1 mg per mL. Ketoprofen, C16H14O3, tidak kurang dari 90,0% dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
Kalsium Folinat BPFI, larutkan dan encerkan pada etiket.
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,11 mg per
mL. Baku pembanding Ketoprofen BPFI; lakukan
Larutan A Timbang saksama sejumlah Asam pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60°
Formilfolat BPFI, larutkan dan encerkan dengan selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per wadah tertutup rapat. [Peringatan Berbahaya pada
mL. sistem reproduksi]. Senyawa Sejenis A Ketoprofen
Larutan B Timbang saksama sejumlah Kalsium BPFI.
Folinat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL. Identifikasi
Larutan kesesuaian sistem Campuran Larutan A- A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan B (5:10). Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja diperoleh pada Penetapan kadar.
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji yang
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 diperoleh pada Disolusi menunjukkan maksimum
―endcapped‖ dengan ukuran partikel 5 µm. hanya pada panjang gelombang yang sama seperti
Pertahankan suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih pada Larutan Baku.
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Disolusi <1231>
kromatogram dan ukur semua respons puncak Media disolusi: 1000 mL dapar fosfat pH 6,8
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Alat tipe 2: 50 rpm
puncak kalsium folinat dan asam formilfolat tidak Waktu: 1,4, dan 8 jam
kurang dari 2,2. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Ketoprofen BPFI, larutkan dan encerkan dengan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji dan Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam per mL.
kromatogram 2,5 kali waktu retensi kalsium folinat Larutan uji Ambil sejumlah alikot, saring
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase melalui penyaring dengan porositas 10 µm,
asam folinat dalam larutan atau serbuk injeksi kemudian saring filtrat melalui penyaring dengan
dengan rumus: porositas 0,45 µm.
Larutan uji untuk kekuatan kapsul 100 mg
 rU   CS  Gunakan filtrat.
      100
 rS   CU  Larutan uji untuk kekuatan kapsul 150 mg Pipet
6 mL filtrat, masukkan ke dalam tabung reaksi,
encerkan dengan 3,0 mL Media disolusi.
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji untuk kekuatan kapsul 200 mg Pipet
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar 5 mL filtrat, masukkan ke dalam tabung reaksi,
Kalsium Folinat BPFI dalam mg per mL Larutan encerkan dengan 5,0 mL Media disolusi.
baku; CU adalah kadar kalsium folinat dalam mg per Blangko kapsul Keluarkan isi 10 kapsul dan
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera bersihkan semua cangkang kapsul, masukkan ke
pada etiket. Tiap mg C20H21CaN7O7 setara dengan dalam labu tentukur 1000-mL. Tambahkan lebih
0,9255 mg C20H23N7O7. kurang 800 mL Media disolusi pada suhu 37°.
Aduk sampai cangkang kapsul hancur. Diamkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah sampai mencapai suhu ruang, kemudian encerkan
terlindung cahaya pada suhu 2-8°. [Catatan Jika dengan Media disolusi sampai tanda. Pipet 100 mL
sediaan dalam bentuk larutan injeksi.] larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
mL, encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
Penandaan Pada etiket cantumkan jumlah zat aktif Saring larutan melalui penyaring dengan porositas
setara dengan jumlah kalsium folinat. 10 µm, kemudian saring filtrat melalui penyaring
dengan porositas 0,45 µm.
farmasiindustri.com

Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 100 mg Prosedur keseragaman kandungan. [Catatan
Gunakan filtrat sebagai Blangko kapsul. Lindungi Larutan baku dan Larutan uji dari
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 150 mg cahaya].
Pipet 30 mL filtrat, masukkan ke dalam labu yang Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian
sesuai, encerkan dengan 15,0 mL Media disolusi. sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 200 mg tertera pada Penetapan kadar.
Pipet 25 mL filtrat, masukkan ke dalam labu yang Larutan uji Ambil 10 kapsul, masukkan tiap isi
sesuai, encerkan dengan 25,0 mL Media disolusi. 1 kapsul masing-masing ke dalam labu tentukur
Prosedur Lakukan penetapan jumlah ketoprofen, 250-mL secara terpisah, tambahkan lebih kurang
C16H14O3, yang terlarut dengan mengukur serapan 150 mL Fase gerak pada tiap labu, aduk selama 2
Larutan baku, Larutan uji, dan Blangko kapsul jam. Masing masing encerkan dengan Fase gerak
yang sesuai pada panjang gelombang serapan sampai tanda, campur. Sentrifus dan pipet sejumlah
maksimum lebih kurang 258 nm, menggunakan volume beningan yang mengandung lebih kurang
Media disolusi sebagai blangko. Hitung kadar 2,4 mg ketoprofen, masukkan ke dalam labu
ketoprofen, C16H14O3, dalam mg per mL Larutan tentukur 100-mL. Encerkan dengan Fase gerak
uji pada tiap titik waktu pengambilan alikot dengan sampai tanda.
rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
( ) kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, dalam tiap
AU dan ACB berturut-turut adalah serapan Larutan kapsul dengan rumus:
uji dan Blangko kapsul; CS adalah kadar
Ketoprofen BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
( ) ( )
AS adalah serapan Larutan baku.
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, yang
terlarut pada tiap titik waktu pengambilan alikot rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dengan rumus: utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Ketoprofen BPFI dalam mg per mL Larutan
𝐷 baku; CU adalah kadar ketoprofen dalam mg per
𝐿 mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket.
D adalah jumlah ketoprofen yang terlarut dalam
mg, dihitung dengan cara mengkalikan volume Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sebelum pengambilan alikot (mL) dengan kadar Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
ketoprofen dalam mg per mL Larutan uji pada titik pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
waktu tertentu pengambilan alikot; R adalah jumlah Larutan baku dan Larutan uji dari cahaya].
ketoprofen yang diambil dalam mg, dihitung Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-
dengan cara mengkalikan volume alikot yang asam asetat glasial P (90:110:1). Saring dan
diambil (mL) dengan kadar ketoprofen dalam mg awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
per mL Larutan uji pada tiap titik waktu menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
pengambilan alikot; 100 adalah faktor konversi Kromatografi <931>.
untuk persentase; L adalah jumlah ketoprofen Larutan baku persediaan Timbang saksama
dalam mg per kapsul seperti yang tertera pada sejumlah Ketoprofen BPFI, larutkan dan encerkan
etiket. dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,24
Toleransi Persentase ketoprofen, C16H14O3, yang mg per mL.
harus larut dari jumlah yang tertera pada etiket Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
pada tiap titik waktu pengambilan alikot, tertera baku persediaan ke dalam wadah yang sesuai,
pada Tabel. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
ketoprofen lebih kurang 0,024 mg per mL.
Waktu pengambilan Jumlah terlarut Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
alikot (jam) (%) sejumlah Ketoprofen BPFI dan Senyawa Sejenis A
1 10 - 25 Ketoprofen BPFI, larutkan dan encerkan dengan
4 55 - 80 Fase gerak hingga kadar berturut-turut 0,25 mg per
8 Tidak kurang dari 80 mL dan 0,5 mg per mL. Pipet 4 mL larutan,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
bersihkan cangkang kapsul. Timbang saksama
farmasiindustri.com

sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 200 dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis A
mg ketoprofen, masukkan dalam labu tentukur Klobetasol Propionat BPFI.
250-mL. Tambahkan 150 mL Fase gerak, campur
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis
kocok. Sentrifus, dan pipet 3 mL beningan yang seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mengandung lebih kurang 2,4 mg ketoprofen, Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. P-etanol P (100:10:5).
Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Klobetasol Propionat BPFI, larutkan dan encerkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan dengan kloroform P hingga kadar 0,5 mg per mL.
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang setara dengan lebih kurang 1,0 mg klobetasol
1,2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap propionat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram plastik bersumbat 25-mL, tambahkan 10 mL metanol
dan ukur respons puncak seperti tertera pada P dan tutup. Panaskan dalam tangas air pada suhu
Prosedur: resolusi, R, antara puncak ketoprofen 70 selama 4 menit, angkat tabung, dan kocok kuat.
dan senyawa sejenis A ketoprofen tidak kurang dari Ulangi pemanasan dan pengocokan. Dinginkan
3,0; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 untuk puncak campuran dalam tangas es selama 5 menit dan
ketoprofen. Lakukan kromatografi terhadap sentrifus pada lebih kurang 3500 rpm selama 10
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur menit. Pipet 5 mL beningan ke dalam vial yang
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: sesuai, uapkan dengan bantuan aliran uap nitrogen
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang sampai kering. Larutkan residu dalam 1,0 mL
tidak lebih dari 2,0%. kloroform P. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
kromatogram dan ukur respons puncak utama. lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, dalam dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
kapsul dengan rumus: dengan Fase gerak, biarkan fase gerak merambat
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
 rU   CS  lempeng, tandai batas rambat, keringkan di udara,
      100 dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm :
 rS   CU  harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah <52> dan <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
kadar Ketoprofen BPFI dalam mg per mL Larutan dari 100 koloni per g. Uji terhadap Staphylococcus
baku dan CU adalah kadar ketoprofen dalam mg per aureus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera coli, dan Salmonella sp memberikan hasil negatif.
pada etiket.
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang terkendali. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa
Tambahan monografi 0,05 M, atur pH hingga 2,5 dengan penambahan
SALEP KLOBETASOL PROPIONAT asam ortofosfat P 85%.
Clobetasol Propionate Ointment Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar-
metanol P (95:85:20). Saring dan awaudarakan, jika
Salep Klobetasol Propionat mengandung klobetasol perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
propionat, C25H32ClFO5, tidak kurang dari 90,0% sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang Larutan baku internal Timbang saksama
tertera pada etiket, dalam basis salep yang sesuai. sejumlah beklometason dipropionat, larutkan dan
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
Baku pembanding Klobetasol Propionat BPFI; kurang 0,2 mg per mL.
[Catatan Dapat bersifat toksik terhadap kesuburan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan janin, penanganan harus hati-hati] Simpan Klobetasol Propionat BPFI, larutkan dalam
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, metanol P dan tambahkan sejumlah Larutan baku
farmasiindustri.com

internal hingga kadar Klobetasol Propionat BPFI


dan beklometason dipropionat berturut-turut lebih Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
kurang 0,04 mg per mL dan 0,08 mg per mL. dilipat atau dalam wadah tertutup rapat, simpan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama pada suhu ruang terkendali. Tidak boleh
masing-masing sejumlah Senyawa Sejenis A didinginkan.
Klobetasol Propionat BPFI dan Klobetasol
Propionat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar berturut-turut lebih
kurang 0,001 mg per mL dan 0,1 mg per mL. KLORFENAMIN MALEAT
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep Klorfeniramin Maleat
setara dengan lebih kurang 1,0 mg klobetasol Chlorphenamine Maleate
propionat, masukkan ke dalam corong pisah 125-
mL. Tambahkan 30 mL n-heksana P dan 10,0 mL
Larutan baku internal, kocok. Masukkan lapisan
bagian bawah ke dalam labu tentukur 25-mL.
Ekstraksi kembali lapisan n-heksana 2 kali, tiap
kali dengan 5 mL Fase gerak. Kumpulkan lapisan
bagian bawah ke dalam labu tentukur sebelumnya.
Encerkan kumpulan ekstrak dalam labu tentukur
25-mL dengan Fase gerak sampai tanda, saring 2-[p-Kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]
melalui penyaring dengan porositas 0,45 m. Kadar piridina maleat (1:1) [113-92-8]
larutan lebih kurang 0,04 mg per mL. C16H19CIN2 .C4H4O4 BM 390,86
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan Perubahan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Klorfenamin Maleat mengandung tidak kurang dari
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, C16H19ClN2 .C4H4O4, dihitung terhadap zat kering.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau.
klobetasol propionat dan senyawa sejenis A Larutan mempunyai pH antara 4 dan 5.
klobetasol propionat berturut-turut lebih kurang 1,0
dan 1,1; resolusi, R, antara puncak klobetasol Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam
propionat dan senyawa sejenis A klobetasol etanol dan dalam kloroform; sukar larut dalam eter
propionat tidak kurang dari 1,5; efisiensi kolom dan dalam benzen.
puncak klobetasol propionat tidak kurang dari 5000
lempeng teoritis; faktor ikutan puncak klobetasol Perubahan
propionat tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku Baku pembanding Klorfenamin Maleat BPFI;
relatif puncak klobetasol propionat pada tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Senyawa
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sejenis B Klorfenamin Maleat BPFI, Senyawa
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Sejenis C Klorfenamin Maleat BPFI, Feniramin
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Maleat BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Waktu retensi relatif klobetasol propionat dan Perubahan
beklometason dipropionat berturut-turut lebih Identifikasi
kurang 1,0 dan 1,6. Hitung persentase klobetasol A. Spektrum serapan inframerah zat yang
propionat, C25H32ClFO5, dalam salep dengan didispersikan dalam kalium bromida P
rumus: menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Klorfenamin
Maleat BPFI.
( ) ( ) B. Waktu retensi puncak asam maleat dan
klorfenamin pada Larutan uji sesuai dengan
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan Larutan baku, seperti diperoleh pada Penetapan
puncak klobetasol propionat terhadap puncak baku kadar.
internal yang diperoleh dari Larutan uji dan
Larutan baku; CS adalah kadar Klobetasol Hilangkan persyaratan
Propionat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Jarak lebur <1021> Antara 130° dan 135°.
CU adalah kadar klobetasol propionat dalam mg per
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
pada etiket. lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
farmasiindustri.com

Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; F


Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. adalah faktor respons relatif seperti tertera pada
Tabel. Masing-masing cemaran dan total cemaran
Tambahkan persyaratan tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
Rotasi jenis <1081> 0,10º sampai +0,10º.
Lakukan penetapan menggunakan 100 mg zat per Tabel
mL dalam air pada suhu 20⁰.
Waktu Faktor
Batas
Tambahkan persyaratan Nama retensi respons
(%)
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara relatif relatif
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Asam maleat* 0,18 - -
pada Kromatografi <931>. Analog diamin 0,37 0,73 0,2
Larutan A, Larutan B, Pengencer, Larutan Senyawa sejenis B
0,49 0,77 0,1
kesesuaian sistem, dan Fase gerak Lakukan seperti klorfenamin
tertera pada Penetapan kadar. Feniramin** 0,57 - -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa sejenis C
0,97 1,0 0,1
klorfenamin
Klorfenamin Maleat BPFI masukkan ke dalam labu
Klorfenamin 1,0 - -
tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah
Klorfenamin nitril 1,19 1,0 0,1
Pengencer, sonikasi selama 1 menit, dan encerkan
Masing-masing
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,4 - 1,0 0,10
cemaran lain
µg per mL atau setara klorfenamin lebih kurang 1,0
Total Cemaran - - 0,5
µg per mL. * Hanya untuk identifikasi
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan ** untuk kesesuaian sistem
baku, encerkan dengan Pengencer hingga kadar Abaikan puncak kurang dari 0.05%
lebih kurang 0,28 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Perubahan
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tambahkan sejumlah Pengencer, sonikasi selama 1 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
menit, dan encerkan dengan Pengencer hingga pada Kromatografi <931>.
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Larutan A Timbang 5,44 g kalium fosfat
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada monobasa P, larutkan dalam 1 liter air. Atur pH
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap hingga 3,0 dengan penambahan asam ortofosfat P.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Saring dan awaudarakan.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Larutan B Gunakan asetonitril P.
Prosedur: resolusi, R, antara senyawa sejenis C Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
klorfenamin dan klorfenamin tidak kurang dari 1,5; dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
resolusi, R, antara senyawa sejenis B klorfenamin kromatografi.
dan feniramin tidak kurang dari 2,0. Lakukan Pengencer Campuran Larutan A dan asetonitril
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam P (95:5).
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif saksama sejumlah Feniramin Maleat BPFI,
klorfenamin pada penyuntikan ulang tidak lebih Senyawa Sejenis B Klorfenamin Maleat BPFI, dan
dari 5,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Senyawa Sejenis C Klorfenamin Maleat BPFI,
sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur respons masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
puncak seperti tertera pada Prosedur perbandingan tambahkan sejumlah Pengencer, sonikasi selama 1
―signal to noise‖ klorfenamin tidak kurang dari 10. menit, dan encerkan dengan Pengencer hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kadar masing-masing lebih kurang 0,02 mg per
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku mL.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
kromatogram dan ukur semua respons puncak. lebih kurang 5,0 mg Klorfenamin Maleat BPFI,
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
rumus: tambahkan 5 mL Pengencer dan 1,0 mL Larutan
kesesuaian sistem persediaan, sonikasi selama 1
( ) ( ) ( ) menit, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan mengandung Klorfenamin Maleat BPFI
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lebih kurang 0,5 mg per mL dan masing-masing
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak mengandung Feniramin Maleat BPFI, Senyawa
klorfenamin dari Larutan baku; CS adalah kadar Sejenis B Klorfenamin Maleat BPFI, dan Senyawa
klorfenamin dalam mg per mL Larutan baku; CU Sejenis C Klorfenamin Maleat BPFI lebih kurang 2
adalah kadar klorfenamin maleat dalam mg per mL µg per mL
farmasiindustri.com

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Klorfenamin Maleat BPFI, masukkan ke dalam rapat, tidak tembus cahaya.
labu tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah
Pengencer, sonikasi selama 1 menit, dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5
mg per mL. TABLET KLORFENAMIN MALEAT
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Tablet Klorfeniramin Maleat
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Chlorphenamine Maleate Tablets
tambahkan sejumlah Pengencer, sonikasi selama 1
menit, dan encerkan dengan Pengencer hingga Tablet Klorfenamin Maleat mengandung
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. klorfenamin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan jumlah yang tertera pada etiket.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Baku pembanding Klorfenamin Maleat BPFI;
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: tertutup rapat, terlindung cahaya.

Waktu Larutan A Larutan B Perubahan


(menit) (%) (%) Identifikasi Waktu retensi puncak utama
0 95 5 kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
1 95 5 baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
20 70 30
30 70 30 Disolusi <1231>
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,01
31 95 5
N.
40 95 5 Alat tipe 2: 50 rpm
Waktu: 30 menit
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Prosedur Lakukan penetapan jumlah,
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons C16H19ClN2.C4H4O4, yang terlarut dengan
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, mengukur serapan alikot yang telah disaring, jika
antara senyawa sejenis C klorfenamin dan perlu encerkan dengan Media disolusi, ukur
klorfenamin tidak kurang dari 1,5; resolusi, R, serapan larutan uji dan larutan baku Klorfenamin
antara senyawa sejenis B klorfenamin dan Maleat BPFI dalam media yang sama pada panjang
feniramin tidak kurang dari 2,0. Lakukan gelombang serapan maksimum lebih kurang 265
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam nm.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut
tertera pada Prosedur: faktor ikutan klorfenamin tidak kurang dari 80% (Q), C16H19ClN2.C4H4O4,
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif dari jumlah yang tertera pada etiket.
klorfenamin tidak lebih dari 0,73%. [Catatan
Waktu retensi relatif asam maleat, senyawa sejenis Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
C klorfenamin dan klorfenamin berturut-turut lebih
kurang 0,18; 0,94 dan 1,0]. Perubahan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam pada Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Dapar fosfat Timbang 13,6 g kalium dihidrogen
Hitung persentase klorfenamin maleat, fosfat P, tambahkan 800 mL air, sonikasi selama 5
C16H19ClN2 .C4H4O4, dengan rumus: menit, encerkan dengan air sampai 1 Liter. Saring
dan awaudarakan.
Fase gerak Campuran Dapar fosfat dan metanol
( ) ( ) P (50:50), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak seperti tertera pada Kromatografi <931>.
klorfenamin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS Larutan baku Timbang saksama sejumlah
adalah kadar Klorfenamin Maleat BPFI dalam mg Klorfenamin Maleat BPFI, masukkan ke dalam
per mL Larutan baku; CU adalah kadar klorfenamin labu tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah
maleat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Fase gerak, sonikasi selama 15 menit, dan
bobot yang ditimbang encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
farmasiindustri.com

kurang 0,4 mg per mL. Saring melalui penyaring Larutan A Timbang 1,32 g D-fenilalanin P dan 1
membran dengan porositas 0,45 µm. g tembaga sulfat P, larutkan dalam 1000 mL air,
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang atur pH hingga 3,5 dengan penambahan natrium
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk hidroksida LP.
tablet setara dengan lebih kurang 10 mg Fase gerak Campuran Larutan A-metanol P
klorfenamin maleat, masukkan ke dalam labu (82:18).
tentukur 25-mL, tambahkan 12,5 mL Fase gerak, Larutan baku persediaan Timbang saksama
sonikasi selama 15 menit, dan encerkan dengan sejumlah Levofloksasin BPFI, larutkan dan
Fase gerak sampai tanda. Saring melalui penyaring encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga
membran dengan porositas 0,45 µm. kadar lebih kurang 0,1 g per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan persediaan, larutkan dan encerkan dengan Fase
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 gerak hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang Larutan uji persediaan Pipet sejumlah zat,
1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
simpangan baku relatif klorfenamin tidak lebih dari persediaan, larutkan dan encerkan dengan Fase
2,0%. gerak hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku tinggi dilengkapi dengan detektor 294 nm, kolom
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan diameter dalam 3,9-4,6 mm berisi bahan pengisi L1
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dengan ukuran partikel 3-10 µm..
Hitung persentase klorfenamin maleat, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
C16H19ClN2 .C4H4O4, dengan rumus: volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak: waktu
( ) ( ) retensi puncak utama kromatogram Larutan uji
sesuai dengan Larutan baku.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak B. Pipet sejumlah zat, larutkan dan encerkan
klorfenamin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih
adalah kadar Klorfenamin Maleat BPFI dalam mg kurang 5 µg per mL: spektrum serapan ultraviolet
per mL Larutan baku; CU adalah kadar klorfenamin menunjukkan maksimum dan minimum pada
maleat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan panjang gelombang 226 nm dan 294 nm.
jumlah yag tertera pada etiket.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. pH <1071> Antara 6,0 dan 7,0.

Osmolalitas dan osmolaritas <941> Antara 0,9


dan 1,1 mOsmol per kg.
Tambahan monografi
TETES MATA LEVOFLOKSASIN Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera
Levofloxacin Eye Drops pada Larutan dalam Sediaan obat mata.

Tetes Mata Levofloksasin mengandung Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
levofloksasin, C18H20FN3O4, tidak kurang dari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah pada Kromatografi <931>.
yang tertera pada etiket. Larutan A Timbang 4 g amonium asetat P dan 7
g natrium perklorat P, larutkan dengan 1300 mL
Baku pembanding Levofloksasin BPFI; Simpan air, campur, atur pH hingga 2,2 dengan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. penambahan asam ortofosfat P.
Senyawa Sejenis A Levofloksasin BPFI, Senyawa Larutan B Campuran Larutan A-asetonitril P
Sejenis E Levofloksasin BPFI, Ofloksasin BPFI, (85:15).
Siprofloksasin BPFI. Larutan C Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran
Identifikasi Larutan B dan Larutan C seperti tertera pada
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Sistem kromatografi.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan baku cemaran Timbang saksama 18 mg
Kromatografi <931>. Senyawa Sejenis A Levofloksasin BPFI, masukkan
farmasiindustri.com

ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 1,0 mL (0,7%). Abaikan respons puncak kurang dari 0,1
larutan amonium hidroksida 6 N, larutkan dan kali respons puncak Larutan sensitivitas.
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 2 mL
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
encerkan dengan air sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Larutan uji Timbang saksama sejumlah tetes pada Kromatografi <931>.
mata, encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N Dapar Timbang 4 g amonium asetat P dan 7 g
hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. natrium perklorat P, larutkan dengan 1300 mL air,
Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji, campur, atur pH hingga 2,2 dengan penambahan
encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga asam ortofosfat P.
kadar lebih kurang 2 µg per mL. Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume (85:15).
Larutan pembanding, encerkan dengan asam Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,2 Levofloksasin BPFI, Siprofloksasin BPFI dan
µg per mL. Senyawa Sejenis E Levofloksasin BPFI, larutkan
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah dan encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N
Levofloksasin BPFI, Siprofloksasin BPFI, dan hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,1 mg per
Senyawa Sejenis E Levofloksasin BPFI, larutkan mL, 5 µg per mL dan 5 µg per mL.
dan encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N Larutan uji Timbang saksama sejumlah tetes
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 1,0 mg per mata, encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N
mL; 5 µg per mL dan 5 µg per mL. hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan 294 tinggi dilengkapi dengan detektor 294 nm, kolom
nm, kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan pengisi L1 dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan pengisi L1 dengan
dengan ukuran partikel 3-10 µm. Pertahankan suhu kolom pada ukuran partikel 3-10 µm. Lakukan kromatografi terhadap
40°. Laju alir 1 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai Larutan baku, rekam respons puncak seperti tertera
berikut: pada Prosedur: waktu retensi levofloksasin lebih
kurang 15 menit; resolusi, R, antara puncak
Waktu Larutan B Larutan C levofloksasin dan senyawa sejenis E levofloksasin
(menit) (%) (%) tidak kurang dari 2,0; resolusi, R, antara puncak
0 100 0 levofloksasin dan siprofloksasin tidak kurang dari
18 100 0 2,5.
25 70 30 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
39 70 30 volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
40 100 0
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
50 100 0
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase levofloksasin, C18H20FN3O4,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dalam zat yang digunakan dengan rumus:
sistem, rekam respons puncak pada panjang
gelombang 294 nm seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak levofloksasin dan ( ) ( )
senyawa sejenis E levofloksasin tidak kurang dari
2,0; resolusi, R, antara puncak levofloksasin dan
siprofloksasin tidak kurang dari 2,5. Lakukan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kadar Levofloksasin BPFI dalam mg per mL
perbandingan ―signal to noise‖ tidak kurang dari 10. Larutan baku; CU adalah kadar levofloksasin dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku tertera pada etiket.
cemaran, Larutan pembanding, dan Larutan uji ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
semua respons puncak. Pada Larutan uji: respons rapat, terlindung cahaya, simpan pada suhu ruang.
puncak senyawa sejenis A levofloksasin tidak lebih
dari 0,3% dihitung terhadap Larutan baku cemaran
pada panjang gelombang 238 nm; masing-masing Tambahan monografi
respons puncak lain tidak lebih besar dari 1,5 kali TABLET LEVONORGESTREL
respons puncak Larutan pembanding pada panjang Levonorgestrel Tablets
gelombang 294 nm (0,3%); total cemaran selain
senyawa sejenis A levofloksasin tidak lebih besar Tablet Levonorgestrel mengandung levonorgestrel,
dari 3,5 kali respons puncak Larutan pembanding C21H28O2,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
farmasiindustri.com

Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi


Baku pembanding Levonorgestrel BPFI; tidak yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup merambat hingga 10-15 cm. Angkat lempeng,
rapat dan terlindung cahaya, dalam lemari tandai batas rambat, biarkan kering di udara.
pendingin. Etinil Estradiol BPFI; tidak boleh Semprot dengan Penampak bercak dan panaskan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 105° selama beberapa menit: harga Rf,
dan terlindung cahaya. [Peringatan Dapat warna, dan intensitas bercak utama Larutan uji
menyebabkan kanker dan berbahaya pada sistem sesuai dengan Larutan baku.
reproduksi]. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Identifikasi Lakukan identifikasi A atau B. diperoleh pada Penetapan kadar.
A. Lakukan identifikasi A1, atau jika tidak ada
lampu UV lakukan identifikasi A2. Disolusi <1231>
A1. Lakukan penetapan seperti tertera pada Untuk tablet kekuatan 750 µg dan 1,5 mg.
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis Media disolusi: 500 mL larutan natrium dodesil
<281>. sulfat P 0,1% dalam asam hidroklorida 0,1 N.
Penjerap Silika gel 60 F254. Alat tipe 2: 75 rpm.
Fase gerak Campuran sikloheksan P-aseton P Waktu : 30 menit.
(7:3). Untuk tablet kekuatan 30 µg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,01
Levonorgestrel BPFI, larutkan dan encerkan N.
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang Alat tipe 2: 75 rpm.
0,30 mg per mL. Waktu : 30 menit.
Larutan uji (untuk tablet kekuatan 750 µg dan Lakukan penetapan persentase levonorgestrel,
1,5 mg) Timbang saksama sejumlah serbuk tablet C21H28O2, yang terlarut dengan cara Kromatografi
setara dengan lebih kurang 1,5 mg levonorgestrel, cair kinerja tinggi seperti tertera pada Penetapan
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, kocok kadar.
dengan 5 mL asetonitril P, saring, dan gunakan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
beningan. Levonorgestrel BPFI, larutkan dalam etanol P 95%,
Larutan uji (untuk tablet kekuatan 30 µg) dan encerkan dengan Media disolusi hingga kadar 6
Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara µg per mL.
dengan lebih kurang 60 µg levonorgestrel, Larutan uji Pipet 10 mL alikot, saring dengan
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, kocok penyaring yang sesuai, gunakan filtrat.
dengan 2 mL asetonitril P, saring, dan gunakan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
beningan. volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- dan Larutan uji (untuk tablet kekuatan 750 µg dan
masing 10 μL Larutan baku dan Larutan uji (untuk 1,5 mg) atau suntikkan secara terpisah sejumlah
tablet kekuatan 750 µg dan 1,5 mg) dan 100 μL volume sama (lebih kurang 500 μL) Larutan baku
Larutan baku dan Larutan uji (untuk tablet dan Larutan uji (untuk tablet kekuatan 30 µg) ke
kekuatan 30 µg) pada lempeng kromatografi. dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi respons puncak utama.
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut
merambat hingga 10-15 cm. Angkat lempeng, tidak kurang dari 75% (Q) levonorgestrel,
tandai batas rambat, biarkan kering di udara. Amati C21H28O2, dari jumlah yang tertera pada etiket.
bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm: harga
Rf, warna, dan intensitas bercak utama Larutan uji Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
sesuai dengan Larutan baku. Keseragaman kandungan.
A2. Lakukan penetapan seperti tertera pada Fase gerak, Larutan baku, Sistem Kromatografi,
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada
<281>. Penetapan kadar.
Fase gerak, Larutan baku, dan Larutan uji Larutan uji Masukkan 1 tablet yang telah
Lakukan seperti tertera pada Identifikasi A1. diserbukkan ke dalam tabung reaksi bersumbat,
Penjerap Silika gel 60. tambahkan 5,0 mL Fase gerak, sonikasi selama 45
Penampak bercak Campuran asam sulfat P- menit. Kocok selama 15 menit, dan sentrifus.
etanol P 95% (50:50). Encerkan beningan dengan Fase gerak hingga
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- kadar 6 µg per mL.
masing 10 μL Larutan baku dan Larutan uji (untuk
tablet kekuatan 750 µg dan 1,5 mg) dan 100 μL Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku dan Larutan uji (untuk tablet Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
kekuatan 30 µg) pada lempeng kromatografi. pada Kromatografi <931>.
farmasiindustri.com

Fase gerak Buat campuran metanol P-asetonitril Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
P-air (15:35:50). Saring dan awaudarakan. Jika dengan lebih kurang 1,5 mg levonorgestrel,
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian masukkan ke dalam tabung reaksi bersumbat,
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. tambahkan 5 mL Fase gerak, sonikasi selama 45
Pengencer Metanol P-air (50:50) menit. Kocok selama 15 menit, dan sentrifus.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Encerkan beningan dengan Fase gerak hingga
Levonorgestrel BPFI dan Etinil Estradiol BPFI, kadar 6 µg per mL.
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, larutkan Larutan uji (untuk tablet kekuatan 30 µg)
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar Timbang dan serbukkan 20 tablet. Timbang
masing-masing 4 µg per mL. saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk kurang 60 µg levonorgestrel, masukkan ke dalam
tablet setara dengan lebih kurang 0,18 mg tabung reaksi bersumbat, tambahkan 5 mL Fase
levonorgestrel, masukkan ke dalam wadah yang gerak, sonikasi selama 45 menit. Kocok selama 15
sesuai, larutkan dalam 5 mL Pengencer, sonikasi menit, dan sentrifus. Encerkan beningan dengan
selama 30 menit. Aduk kuat selama 15 menit, Fase gerak hingga kadar 6 µg per mL.
sentifus, dan gunakan beningan. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan pembanding Pipet sejumlah volume tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
Larutan uji, encerkan dengan Pengencer hingga kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
kadar 0,36 µg per mL. L1 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kurang 1,3 mL per menit. Lakukan kromatografi
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu waktu retensi levonorgestrel lebih kurang 7,9
kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit; efisiensi kolom tidak kurang dari 5.000; dan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan faktor ikutan tidak lebih dari 1,6.
baku, rekam kromatogram selama dua kali waktu Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
retensi levonorgestrel (waktu retensi levonorgestrel volume sama (lebih kurang 25 L) Larutan baku
lebih kurang 26 menit) dan ukur semua respons dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, kromatogram dan ukur respons puncak utama.
antara puncak levonorgestrel dan etinil estradiol Hitung persentase levonorgestrel, C21H28O2, dalam
tidak kurang dari 12. tablet dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan uji
dan Larutan pembanding ke dalam kromatograf. ( ) ( )
Rekam kromatogram selama dua kali waktu retensi
puncak utama dan ukur semua respons puncak. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Respons puncak tiap cemaran pada kromatogram Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan uji tidak lebih besar dari respons puncak Levonorgestrel BPFI dalam µg per mL Larutan
utama Larutan pembanding (1,0%). Total respons baku; CU adalah kadar levonorgestrel dalam µg per
puncak cemaran pada kromatogram Larutan uji mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
tidak lebih dari 2 kali respons puncak utama pada etiket.
Larutan pembanding (2,0%). B. Gunakan rata-rata kadar dari 10 tablet yang
diperoleh pada Keseragaman sediaan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar A atau
B. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
A. Lakukan penetapan dengan cara rapat, terlindung cahaya.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran asetonitril P-air (50:50).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
LOSARTAN KALIUM
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Losartan Potassium
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 6 Cl

mg Levonorgestrel BPFI, masukkan ke dalam labu N

HO CH3
tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan N N N
Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke K
N N
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji (untuk tablet kekuatan 750 µg dan
1,5 mg) Timbang dan serbukkan 20 tablet.
farmasiindustri.com

2-Butil-4-kloro-1-[p-(o-1H-tetrazol-5- Larutan B Gunakan Asetonitril P.


ilfenil)benzil] imidazol-5-metanol, garam Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan
monokalium [124750-99-8] A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
C22H22ClKN6O BM 461,00 kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Losartan Kalium mengandung C22H22ClKN6O, sejumlah Losartan Kalium BPFI dan
tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari trifenilmetanol P, larutkan dalam metanol P,
101,0% dihitung terhadap zat kering bebas pelarut. encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,3 mg per
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih. mL dan 2 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
isopropil alkohol; sukar larut dalam asetonitril. kadar lebih kurang 0,3 mg per mL.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
Baku pembanding Losartan Kalium BPFI. tidak tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup kolom 4,0 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L1.
rapat, terlindung cahaya. Bersifat higroskopis pada Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
kelembapan diatas 75%. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Identifikasi Waktu Larutan A Larutan B


A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah (menit) (%) (%)
didispersikan dalam minyak mineral P atau kalium 0 75 25
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada 25 10 90
bilangan gelombang yang sama seperti pada 35 10 90
45 75 25
Losartan Kalium BPFI. 50 75 25
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg
per mL dalam metanol P, menunjukkan maksimum
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dan minimum hanya pada panjang gelombang yang
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
sama seperti pada Losartan Kalium BPFI. puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
C. Menunjukkan reaksi Kalium seperti tertera relatif losartan dan trifenilmetanol berturut-turut
pada Uji Identifikasi Umum <291>. lebih kurang 1,0 dan 1,9; faktor ikutan puncak
losartan tidak lebih dari 1,6. [Catatan Waktu
Perubahan retensi trifenilmetanol lebih kurang 20 menit.]
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. Jika
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih
pada etiket tertera dalam bentuk amorf, tidak lebih kurang 10 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf,
dari 5,0%. rekam kromatogram dan ukur respons semua
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 dalam zat yang digunakan dengan rumus:
bpj.

Tambahan persyaratan ( )
Nitrosamin Lakukan penetapan menggunakan
metoda yang sesuai. Masing-masing cemaran tidak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
rT adalah jumlah semua respons puncak.
Tabel
Perubahan
Nitrosamin Batas Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
(bpj) Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
N-Nitrosodimethylamine (NDMA) 0.96 pada Kromatografi <931>.
N-Nitrosodiethylamine (NDEA) 0.27 Larutan A Buat larutan asam ortofosfat P dengan
kadar 0,1%.
Perubahan Larutan B Gunakan Asetonitril P
Cemaran Organik Masing-masing cemaran tidak Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B
lebih dari 0,2% dan total cemaran tidak lebih dari (3:2), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tertera pada Kromatografi <931>.
pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan A Buat larutan Asam ortofosfat P Losartan Kalium BPFI, larutkan dan encerkan
dengan kadar 0,1%. secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
farmasiindustri.com

metanol P, hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per


mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Pertahankan
suhu kolom 35°. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
efisiensi kolom tidak kurang dari 5600 lempeng
teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,4 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 0,5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Co -[-(5,6- Dimetil-1H-benzoimidazol-1-il)]-
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Co-metilkobamida [13422-55-4]
kromatogram dan ukur respons puncak utama. C63H91CoN13O14P BM 1344,38
Hitung persentase losartan kalium, C22H22ClKN6O,
dalam zat dengan rumus: Mekobalamin mengandung tidak kurang dari
98,0% C63H91CoN13O14P, dihitung terhadap zat
kering.
( ) ( )
Pemerian Hablur atau serbuk hablur berwarna
merah gelap.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, sukar larut
S

Losartan kalium BPFI dalam mg per mL Larutan


dalam etanol, praktis tidak larut dalam asetonitril.
baku; C adalah kadar losartan kalium dalam mg
U

per mL Larutan uji;


Baku pembanding Mekobalamin BPFI.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik, pada suhu ruang terkendali. Identifikasi
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (1
dalam 20.000) dalam dapar asam hidroklorida-
Tambahan persyaratan
kalium klorida pH 2,0 menunjukkan maksimum
Penandaan Jika bentuk amorf, cantumkan pada
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
etiket.
seperti pada Mekobalamin BPFI dalam pelarut
yang sama. Pada penetapan terpisah, spektrum
serapan ultraviolet larutan zat (1 dalam 20.000)
dalam dapar fosfat pH 7,0 menunjukkan
Tambahan monografi
maksimum dan minimum pada panjang gelombang
MEKOBALAMIN yang sama seperti pada Mekobalamin BPFI dalam
Mecobalamin pelarut yang sama [Catatan Larutan terlindung
cahaya, gunakan peralatan kaca aktinik rendah].
B. Campur 1 mg zat dengan 50 mg kalium
bisulfat P, lebur dengan pemijaran. Dinginkan,
pecahkan massa yang terbentuk dengan batang
pengaduk, tambah 3 mL air, didihkan untuk
melarutkan. Tambahkan 1 tetes fenolftalein LP,
kemudian tambahkan tetes demi tetes natrium
hidroksida LP sampai terjadi warna merah muda.
Tambahkan 0,5 g natrium asetat P; 0,5 mL asam
asetat encer LP dan 0,5 mL larutan garam nitroso
R P (1 dalam 500): segera terjadi warna merah
hingga merah-jingga. Tambahkan 0,5 mL asam
hidroklorida P dan didihkan selama 1 menit: warna
merah tidak hilang.
farmasiindustri.com

Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan tambahkan dan larutkan 3,76 g natrium 1-heksan
penetapan menggunakan larutan 20 mg zat dalam sulfonat P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
10 mL air. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Warna dan Akromisitas <1291> Larutan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50
berwarna merah; lakukan penetapan menggunakan mg Mekobalamin BPFI, masukkan dalam labu
larutan 20 mg zat dalam 10 mL air. tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 12%; Larutan kesesuaian sistem Timbang masing-
lakukan penetapan menggunakan 0,1 g zat. masing 5 mg mekobalamin dan hidroksokobalamin
asetat, masukkan dalam labu tentukur 100 mL,
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tanda.
pada Kromatografi <931>. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan mg zat, masukkan dalam labu tentukur 50-mL,
seperti tertera pada Penetapan kadar. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 tanda. .
mg zat, masukkan dalam labu tentukur 50-mL, Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tinggi dilengkapi dengan detektor 266 nm dan
tanda. kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi
Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL Larutan bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
uji ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan Pertahankan suhu kolom pada 40⁰. Atur laju alir
dengan Fase gerak sampai tanda. hingga diperoleh waktu retensi mekobalamin lebih
Larutan sensitivitas Pipet 1 mL Larutan kurang 12 menit. Lakukan kromatografi terhadap
kesesuaian sistem ke dalam labu tentukur 10-mL, Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara mekobalamin dan
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap hidroksokobalamin tidak kurang dari 3; efisiensi
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram kolom tidak kurang dari 6000 lempeng teoritis.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Prosedur: simpangan baku relatif pada enam kali rekam kromatogram dan ukur respons puncak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Lakukan seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak
kromatogram dan ukur respons puncak seperti lebih dari 1,0%.
tertera pada Prosedur: respons puncak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mekobalamin pada kromatogram Larutan volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
sensitivitas setara dengan 7-13% respons puncak dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mekobalamin pada kromatogram Larutan kromatogram, dan uku respons puncak utama.
kesesuaian sistem. Hitung persentase mekobalamin, C63H91CoN13O14P,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan rumus:
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan uji ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram tidak ( ) ( )
kurang dua setengah kali waktu retensi
mekobalamin, dan ukur semua respons puncak: rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
masing-masing respons puncak selain respons mekobalamin dari Larutan uji dan Larutan baku;
puncak mekobalamin tidak lebih dari 0,5% respons CS adalah kadar Mekobalamin BPFI dalam mg per
puncak mekobalamin dan total semua respons mL Larutan baku; CU adalah kadar mekobalamin
puncak selain respons puncak mekobalamin tidak dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
lebih dari 2,0% respons puncak mekobalamin. yang ditimbang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rapat, tidak tembus cahaya.
pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan
terlindung cahaya, gunakan peralatan kaca aktinik
rendah].
Dapar fosfat pH 3,5 Larutkan 3,1 g natrium Tambahan monografi
dihidrogen fosfat P dalam 1 L air. Atur pH hingga
3,5 dengan penambahan asam ortofosfat encer LP.
KAPSUL MEKOBALAMIN
Fase gerak Buat campuran 200 mL asetonitril P Mecobalamin Capsules
dan 800 mL dapar fosfat pH 3,5 Kemudian
farmasiindustri.com

Kapsul Mekobalamin mengandung mekobalamin, 10-mL, tambahkan sejumlah Fase gerak, sonikasi
C63H91CoN13O14P, tidak kurang dari 90,0% dan untuk melarutkan dan encerkan dengan Fase gerak
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera sampai tanda, saring, gunakan filtrat.
pada etiket. Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Baku pembanding Mekobalamin BPFI Fase gerak sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti rekam kromatogram selama tidak kurang tiga kali
yang diperoleh pada Penetapan Kadar. waktu retensi puncak utama, dan ukur semua
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg respons puncak: respons puncak masing-masing
per mL dalam air pada daerah panjang gelombang cemaran pada kromatogram Larutan uji tidak lebih
antara 220 nm dan 550 nm menunjukkan dari respons puncak utama kromatogram Larutan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang pembanding dan total cemaran pada kromatogram
yang sama seperti pada Mekobalamin BPFI. Kedua Larutan uji tidak lebih dari tiga kali respons puncak
spektrum menunjukkan 3 panjang gelombang utama kromatogram Larutan pembanding.
maksimum pada 266 nm, 342 nm dan 522 nm.
[Catatan Lindungi larutan dari cahaya selama Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
pengujian]. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
Disolusi <1231> larutan dari cahaya selama pengujian.]
Media disolusi : 500 mL air Dapar Larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M .
Alat tipe 2 : 50 rpm Atur pH sampai 4,5 dengan penambahan natrium
Waktu : 30 menit. hidroksida 0,2 N atau asam ortofosfat P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fase gerak Campuran Dapar - asetonitril P
Mekobalamin BPFI, larutkan dan encerkan dengan (84:16). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
air hingga diperoleh kadar 1 µg per mL. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mekobalamin, C63H91CoN13O14P yang terlarut Mekobalamin BPFI larutkan dan encerkan dengan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Fase gerak hingga kadar lebih kurang 50 µg per
seperti tertera pada Penetapan kadar. mL.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
tidak kurang dari 75% (Q), C63H91CoN13O14P, dari 25 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
jumlah yang tertera pada etiket. bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama,
hitung bobot rata-rata isi tiap kapsul. Timbang
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. saksama sejumlah isi kapsul setara 5 mg
Masukkan isi satu kapsul ke dalam labu tentukur mekobalamin, masukkan ke dalam labu tentukur
10-mL, bilas cangkang kapsul beberapa kali 100-mL, tambahkan sejumlah Fase gerak, sonikasi
dengan Fase gerak, masukkan bilasan ke dalam untuk melarutkan, dinginkan dan encerkan dengan
labu tentukur yang sama. Sonikasi untuk Fase gerak sampai tanda.
melarutkan, encerkan dengan Fase gerak sampai Larutan kesesuaian sistem Timbang 10 mg
tanda. Lakukan penetapan dengan cara Mekobalamin BPFI, masukkan ke dalam labu
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tentukur 20-mL, larutkan dan encerkan dengan air
pada Penetapan kadar. sampai tanda, biarkan terpapar cahaya selama 5-10
menit. Larutan mengandung hidroksokobalamin.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kapsul. tinggi dilengkapi dengan detektor 342 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1,
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara dengan ukuran partikel 5 μm. Lakukan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi rekam kromatogram dan ukur respons puncak
larutan dari cahaya selama pengujian]. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan mekobalamin dan hidroksokobalamin tidak kurang
seperti tertera pada Penetapan kadar. dari 20 dan simpangan baku relatif pada
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
25 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur. Waktu retensi mekobalamin lebih kurang 12 menit,
Timbang saksama isi kapsul setara lebih kurang 5 waktu retensi relatif hidroksokobalamin lebih
mg mekobalamin, masukkan dalam labu tentukur kurang 0,2.]
farmasiindustri.com

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku supositoria setara dengan lebih kurang 250 mg
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam metronidazol, hangatkan hingga meleleh dengan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. panas sedang, diamkan hingga suhu ruang.
Hitung persentase mekobalamin, C63H91CoN13O14P, Tambahkan 20 mL petroleum eter P (jarak didih
dalam kapsul dengan rumus: 40°-60°), hangatkan di atas penangas air. Saring,
cuci residu dengan petroleum eter P dan keringkan
pada aliran udara hangat. Larutkan dalam 250 mL
( ) ( ) Fase gerak.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 5
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak mg 2-metil-5-nitroimidazol BPFI, masukkan ke
mekobalamin dari Larutan uji dan Larutan baku; dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan
CS adalah kadar Mekobalamin BPFI dalam µg per encerkan dengan Larutan uji sampai tanda. Pipet 1
mL Larutan baku; CU adalah kadar mekobalamin mL larutan ke dalam labu tentukur 10-mL,
dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan bobot encerkan dengan Larutan uji sampai tanda.
yang tertera pada etiket. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 315 nm dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan
rapat, terlindung dari cahaya. pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Tambahan monografi seperti tertera pada Prosedur: respons puncak 2-
metil-5-nitroimidazol tidak kurang dari 10 kali
SUPOSITORIA METRONIDAZOL
respons puncak terendah dari puncak yang berada
Metronidazole Suppositories diantara puncak 2-metil-5-nitroimidazol dan
puncak utama.
Supositoria Metronidazol mengandung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
metronidazol, C6H9N3O3, tidak kurang dari 92,5%
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Respons puncak cemaran lain dari Larutan uji tidak
Baku pembanding Metronidazol BPFI; tidak
lebih besar dari respons puncak 2-metil-5-
boleh dikeringkan. Simpan pada lemari pendingin,
nitroimidazol dari Larutan baku.
terlindung dari cahaya. 2-metil-5-nitroimidazol
BPFI.
Penetapan kadar Timbang saksama lima
supositoria, lelehkan dengan cara dihangatkan,
Identifikasi Masukkan sejumlah supositoria setara
diamkan hingga suhu ruang, aduk terus menerus
dengan lebih kurang 500 mg metronidazol ke
sampai memadat. Timbang saksama padatan setara
dalam labu erlenmeyer yang sesuai, tambahkan 30
dengan lebih kurang 500 mg metronidazol,
mL petroleum eter P (jarak didih 40°-60°),
tambahkan 60 mL asam asetat anhidrat P yang
hangatkan di atas penangas air. Saring, cuci residu
telah dinetralkan terhadap 1-naftolbenzein P
dengan petroleum eter P dan keringkan pada suhu
dengan asam perklorat 0,1 N LV, hangatkan sampai
100°: spektrum serapan inframerah residu yang
meleleh, lanjutkan pemanasan selama 30 menit dan
didispersikan dalam kalium bromida P
kocok selama 5 menit, diamkan hingga suhu ruang.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
gelombang yang sama seperti pada Metronidazol
menggunakan indikator p-naftolbenzein LP.
BPFI.
Lakukan penetapan blangko.
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
setara dengan 17,12 mg C6H9N3O3
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran larutan kalium dihidrogen
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah
fosfat P 0,01 M-metanol P (70:30). Saring dan
terlindung dari cahaya.
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2-
Tambahan monografi
metil-5-nitroimidazol BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar 5 µg per mL.
MISOPROSTOL
Misoprostol
farmasiindustri.com

dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat


hingga 10-15 cm. Angkat lempeng, tandai batas
rambat, biarkan kering di udara. Paparkan dengan
Penampak bercak hingga bercak tampak dan amati
kromatogram: harga Rf, warna, dan intensitas
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku.
C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Cmpuran metil ras-7-{(1R,2R,3R)-3-hidroksi-2- diperoleh pada Penetapan kadar.
[(1E,4R)-4-hidroksi-4-metilok-1-en-1-il]-5- Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 1,0%;
oksosiklopentil}heptanoat dan metil ras-7- lakukan penetapan menggunakan 1,0 mL larutan
{(1R,2R,3R)-3-hidroksi-2-[(1E,4S)-4-hidroksi-4- yang dibuat dengan cara: timbang 10 mg zat,
metilok-1-en-1-il]-5-oksosiklopentil}heptanoat larutkan dalam 1 mL metanol anhidrat P.
[59122-46-2]
C22H3805 BM 382,5 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Misoprostol mengandung tidak kurang dari 96,5% pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan
dan tidak lebih dari 102,0%, C22H3805, dihitung dibuat segar dan lakukan penetapan segera]
terhadap zat kering. Larutan A Buat campuran asetonitril P-air-
metanol P (28:69:3).
Pemerian Cairan seperti minyak, jernih, tidak Larutan B Buat campuran asetonitril P-air-
berwarna atau kekuningan; bersifat higroskopis. metanol P (47:50:3).
[Catatan Dapat terdegradasi secara bertahap pada Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
suhu ruang, degradasi lebih cepat pada suhu lebih dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
tinggi] kromatografi.
Pengencer Campur asetonitril P-air (31:69).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
dalam etanol 95%; agak sukar larut dalam mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
asetonitril. larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
tanda, sonikasi selama lebih kurang 10 menit
Baku pembanding Misoprostol BPFI; tidak boleh [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu penangas
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat di bawah suhu ruang untuk menghindari degradasi
pada suhu antara -25° dan -10°, terlindung cahaya. misoprostol].
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke
Identifikasi Lakukan identifikasi A atau B dan C. dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang dibuat Pengencer sampai tanda.
lapisan film diantara dua lempeng natrium klorida Larutan terdegradasi Pipet 5 mL Larutan uji ke
P atau kalium bromida P menunjukkan maksimum dalam gelas piala yang sesuai, panaskan diatas
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti tangas air pada 75° selama 1 jam.
pada Misoprostol BPFI. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan
lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
Penjerap Gunakan silika gel P dengan ukuran kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
partikel 10–40 μm. menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Fase gerak Buat campuran toluen P-etil asetat
P-etanol mutlak P-asam asetat glasial P (8:2:1:0,1) Larutan Larutan
Waktu
[Catatan Larutan dibuat segar] A B Eluasi
(menit)
Penampak bercak Gunakan uap iodum P. (%) (%)
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 0-5 100 0 Isokratik
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan 5-15 100→65 0→35 Gradien
etanol mutlak P hingga kadar 0,1 mg per mL. Linier
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, 15-(rt+ 1) 65 35 Isokratik
larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P (rt + 1)-( rt + 4) 65→0 35→100 Gradien
hingga kadar 0,1 mg per mL. Linier
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- (rt + 4)-( rt + 9) 0 100 Isokratik
masing 100 µL Larutan baku dan Larutan uji pada (rt + 9)-( rt+11) 0→100 100→0 Gradien
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke Linier
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan (rt + 11)-( rt+19) 100 0 Kesetimban
farmasiindustri.com

gan kembali misoprostol pembanding (1,5%)


rt : waktu retensi misoprostol dari Larutan uji Senyawa sejenis C 0,76 Tidak lebih dari 0,75
misoprostol kali respons puncak
utama Larutan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan pembanding (0,15%)
terdegradasi, rekam kromatogram dan ukur semua Cemaran lain - Tidak lebih dari 0,5
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kali respons puncak
waktu retensi misoprostol lebih kurang 21 menit; utama Larutan
waktu retensi relatif senyawa sejenis A misoprostol pembanding (0,1%)
terhadap misoprostol lebih kurang 0,95; Total cemaran - Tidak lebih dari 10
perbandingan puncak terhadap lembah tidak kurang kali respons puncak
dari 5,0. Hitung perbandingan puncak terhadap utama Larutan
lembah menggunakan rumus: pembanding (2,0%).
Abaikan respons puncak kurang dari 0,25 kali respons
puncak utama Larutan pembanding (0,05%).
 HP 
 
 HV  Diastereoisomer Respons puncak pertama
misoprostol 45-55% dari total jumlah respons
Hp adalah respons puncak senyawa sejenis A puncak misoprostol. Lakukan penetapan dengan
misoprostol dihitung dari garis dasar; dan HV cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
adalah respons dari garis dasar ke titik terendah pada Kromatografi <931>.
dari kurva yang memisahkan puncak senyawa Fase gerak Buat campuran isopropil alkohol P -
sejenis A misoprostol dan misoprostol. n-heptan untuk kromatografi P-asam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah trifluoroasetat (4:96:0,1). Saring dan awaudarakan.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Larutan pembanding ke dalam kromatograf. Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Rekam kromatogram dan ukur semua respons Kromatografi <931>.
puncak. Lakukan identifikasi puncak berdasarkan Pengencer Campur isopropil alkohol P- n-
waktu retensi relatif terhadap misoprostol seperti pada heptan untuk kromatografi P (4:96).
Tabel [Catatan Gunakan pula kromatogram Larutan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
terdegradasi untuk identifikasi senyawa sejenis A larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
misoprostol dan senyawa sejenis C misoprostol]. kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Tabel tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan
kolom 2,1 mm x 15 cm berisi bahan pengisi hybrid
Waktu Retensi Relatif organic silica gel dengan ukuran partikel 3,5 m.
Nama Komponen Pertahankan suhu ―autosampler‖ pada 4°. Laju alir
(perkiraan)
Senyawa sejenis E lebih kurang 0,5 mL per menit.
0,84
misoprostol (puncak 1) Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µL Larutan
Senyawa sejenis E uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
0,86
misoprostol (puncak 2) ukur semua respons puncak: waktu retensi masing-
Senyawa sejenis B masing enansiomer misoprostol lebih kurang 14
0,90
misoprostol (puncak 1)
menit dan 16 menit; resolusi, R, antara puncak
Senyawa sejenis B
0,92 masing-masing enansiomer misoprostol tidak
misoprostol (puncak 2)
Senyawa sejenis A kurang dari 2,0. Hitung persentase masing-masing
0,95 enansiomer dalam zat dengan rumus :
misoprostol
Misoprostol 1,0
Senyawa sejenis D  rA 
1,27 100 
 rA  rB 
misoprostol
Senyawa sejenis C
1,37
misoprostol
 r 
100 B 
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak  
 A B 
r r 
lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
rA dan rB berturut-turut adalah respons puncak
Tabel masing-masing enansiomer misoprostol.
Nama Faktor Batas
koreksi (%)
Total senyawa sejenis - Tidak lebih dari 7,5
A, senyawa sejenis kali respons puncak
B, senyawa sejenis E utama Larutan
farmasiindustri.com

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
pada Kromatografi <931>. diperoleh pada Penetapan kadar.
Fase gerak Campur asetonitril P-air (45:55). B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tertera pada Kromatografi <931>. Penjerap Gunakan silika gel P dengan ukuran
Larutan baku Timbang saksama sejumlah partikel 10–40 μm.
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak Buat campuran toluen P-etil asetat
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per P-etanol mutlak P-asam asetat glasial P (8:2:1:0,1)
mL. [Catatan Larutan dibuat segar].
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Penampak bercak Gunakan uap iodum P.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan per mL.
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu tablet, larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak
kolom pada 35º dan suhu ―autosampler‖ pada 4°. P hingga kadar misoprostol lebih kurang 0,1 mg
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan per mL, kocok secara mekanik dan saring.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Gunakan filtrat sebagai larutan uji.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan masing 100 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
1,5. lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam hingga 10-15 cm. Angkat lempeng, tandai batas
kromatogram dan ukur respons puncak utama. rambat, biarkan kering di udara. Paparkan dengan
Hitung persentase misoprostol, C22H3805, dalam zat Penampak bercak hingga bercak tampak dan amati
dengan rumus: kromatogram : harga Rf, warna, dan intensitas
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku.
( ) ( )
Disolusi <1231>
Media disolusi: 500 mL air
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Alat tipe 2: 50 rpm
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Waktu: 30 menit
Misoprostol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Lakukan penetapan persentase misoprostol,
CU adalah kadar misoprostol dalam mg per mL C22H3805, yang terlarut dengan cara Kromatografi
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sistem kromatografi dan Fase gerak Lakukan
rapat. Simpan pada suhu antara -25° dan -10°. seperti pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per
Tambahan monografi mL. Encerkan sejumlah larutan ini dengan air
TABLET MISOPROSTOL hingga diperoleh kadar 0,2 µg per mL untuk tablet
Misoprostol Tablets dengan kekuatan 100 µg dan 0,4 µg per mL untuk
tablet dengan kekuatan 200 µg.
Tablet Misoprostol mengandung misoprostol, Larutan uji Saring sejumlah alikot (lebih kurang
C22H3805, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih 10 mL) dengan penyaring yang sesuai. Biarkan
dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket. filtrat hingga mencapai suhu ruang.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Misoprostol BPFI; tidak boleh volume sama (lebih kurang 250 µL) Larutan baku
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pada suhu antara -25° dan -10°, terlindung cahaya. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase misoprostol, C22H3805, yang
Identifikasi Lakukan identifikasi A atau B. terlarut.
farmasiindustri.com

Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tidak kurang dari 80% (Q) C22H3805 dari jumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan
yang tertera pada etiket. kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
Keseragaman kandungan. menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Fase gerak, Sistem Kromatografi, dan Prosedur
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Larutan Larutan
Waktu (menit) Eluasi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah A (%) B (%)
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan 0-5 100 0 Isokratik
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per 5-15 100→65 0→35 Gradien Linier
mL. 15-(rt + 1) 65 35 Isokratik
Larutan uji (untuk tablet dengan kekuatan 100
(rt + 1)-( rt + 4) 65→0 35→100 Gradien Linier
µg) Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 5-
mL. Tambahkan 3 mL Fase gerak, sonikasi selama (rt + 4)-( rt + 9) 0 100 Isokratik
10 menit [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu (rt + 9)-( rt + 11) 0→100 100→0 Gradien Linier
penangas di bawah suhu ruang untuk menghindari (rt + 11)-( rt + 100 0 Kesetimbangan
degradasi misoprostol]. Saring larutan dengan 19) kembali
penyaring yang sesuai, buang beberapa mL filtrat rt : waktu retensi misoprostol dari Larutan uji
pertama.
Larutan uji (untuk tablet dengan kekuatan 200 Lakukan kromatografi terhadap Larutan degradasi,
µg) Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 10- rekam kromatogram dan ukur semua respons
mL. Tambahkan 6 mL Fase gerak, sonikasi selama puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
10 menit [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu misoprostol lebih kurang 21 menit; waktu retensi
penangas di bawah suhu ruang untuk menghindari relatif senyawa sejenis A misoprostol terhadap
degradasi misoprostol]. Saring larutan dengan misoprostol lebih kurang 0,95; perbandingan
penyaring yang sesuai, buang beberapa mL filtrat puncak terhadap lembah tidak kurang dari 5,0.
pertama. Hitung perbandingan puncak terhadap lembah
menggunakan rumus:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
 HP 
pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan  
dibuat segar dan lakukan penetapan segera]  V
H
Larutan A Buat campuran asetonitril P-air-
metanol P (28:69:3). Hp adalah respons puncak senyawa sejenis A
Larutan B Buat campuran asetonitril P-air- misoprostol dihitung dari garis dasar; dan HV
metanol P (47:50:3). adalah respons dari garis dasar ke titik terendah
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dari kurva yang memisahkan puncak senyawa
dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem sejenis A misoprostol dan misoprostol.
kromatografi. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Pengencer Campur asetonitril P-air (31:69). volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan uji
Larutan uji Timbang dan serbukkan 20 tablet. dan Larutan pembanding ke dalam kromatograf.
Timbang saksama sejumlah serbuk setara dengan Rekam kromatogram dan ukur semua respons
lebih kurang 2 mg misoprostol, masukkan ke dalam puncak. Lakukan identifikasi puncak berdasarkan
labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan waktu retensi relatif terhadap misoprostol seperti pada
asetonitril P hingga tanda, sonikasi selama lebih Tabel 1 [Catatan Gunakan pula kromatogram
kurang 10 menit [Catatan Lakukan sonikasi Larutan terdegradasi untuk identifikasi senyawa
dengan suhu penangas di bawah suhu ruang untuk sejenis A misoprostol dan senyawa sejenis C
menghindari degradasi misoprostol]. Sentrifus dan misoprostol].
saring beningan. Uapkan 6 mL filtrat dengan
bantuan aliran uap nitrogen sampai kering. Tabel 1
Larutkan residu dalam 3,0 mL Pengencer, kocok
dengan vorteks. Waktu Retensi Relatif
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke Nama Komponen
(perkiraan)
dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan Senyawa sejenis E
0,84
Pengencer sampai tanda. misoprostol (puncak 1)
Larutan degradasi Pipet 1 mL Larutan uji ke Senyawa sejenis E
0,86
dalam gelas piala yang sesuai, panaskan diatas misoprostol (puncak 2)
tangas air pada 75° selama 1 jam. Senyawa sejenis B
0,90
misoprostol (puncak 1)
Senyawa sejenis B 0,92
farmasiindustri.com

misoprostol (puncak 2) Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


Senyawa sejenis A volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku
0,95
misoprostol dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Misoprostol 1,0 kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Senyawa sejenis D Hitung persentase misoprostol, C22H3805, dalam
1,27
misoprostol
tablet dengan rumus:
Senyawa sejenis C
1,37
misoprostol
( ) ( )
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel 2.
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
Tabel 2 Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Misoprostol BPFI dalam µg per mL Larutan baku;
Nama Faktor Batas
koreksi (%)
CU adalah kadar misoprostol dalam µg per mL
Senyawa 0,76 Tidak lebih dari 3 kali Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
sejenis C respons puncak utama etiket.
misoprostol Larutan pembanding
(1,5%) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Senyawa - Tidak lebih dari 2 kali rapat, terlindung dari lembab.
sejenis D respons puncak utama
misoprostol Larutan pembanding
(1,0%)
Total senyawa - Tidak lebih dari 6,0 Tambahan monografi
sejenis A, kali respons puncak
senyawa sejenis utama Larutan SALEP MOMETASON FUROAT
B, senyawa pembanding (3,0%) Mometasone Furoate Ointment
sejenis E
misoprostol Salep Mometason Furoat adalah mometason furoat
dalam basis salep yang sesuai. Mengandung
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara mometason furoat, C27H30Cl2O6, tidak kurang dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
pada Kromatografi <931>. yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campur asetonitril P-air (45:55).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Baku pembanding Mometason Furoat BPFI; tidak
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
tertera pada Kromatografi <931>. rapat dan terlindung cahaya.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Identifikasi
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
mL. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Larutan uji Timbang dan serbukkan 20 tablet. yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Timbang saksama sejumlah serbuk setara dengan B. Lakukan penetapan seperti tertera pada
lebih kurang 400 µg misoprostol, masukkan ke Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 10 mL Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
Fase gerak, sonikasi selama 10 menit, dan mm.
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda Fase gerak A Gunakan metanol P.
[Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu penangas Fase gerak B Campuran kloroform P-etil asetat
di bawah suhu ruang untuk menghindari degradasi P (3:1).
misoprostol]. Saring larutan dengan penyaring Larutan baku Timbang saksama sejumlah
yang sesuai, buang beberapa mL filtrat pertama. Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dengan metanol P hingga kadar 0,6 mg per mL.
tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 setara dengan lebih kurang 3 mg mometason furoat,
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu masukkan ke dalam tabung sentrifuga bertutup ulir
kolom pada 35º dan suhu ―autosampler‖ pada 4°. 50 mL. Tambahkan 5,0 mL metanol P ke dalam
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan tabung, tutup. Panaskan di atas tangas uap hingga
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam salep meleleh, kocok kuat hingga salep memadat.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Tempatkan dalam tangas es selama 10 menit.
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan Sentrifus, saring beningan. Ekstraksi 1 mL filtrat
1,5.
farmasiindustri.com

dengan 1 mL heksana P, gunakan fase bagian seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
bawah. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- 10%.
masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lempeng kromatografi yang dilapisi silika gel P volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan uji dan
setebal 0,25 mm, biarkan bercak mengering. Blangko ke dalam kromatograf. Rekam
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi kromatogram dan ukur semua respons puncak.
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak A, Hitung persentase tiap cemaran dalam salep dengan
biarkan merambat lebih kurang 2 cm dari titik rumus:
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
biarkan kering di udara. Masukkan lempeng ke
( )
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan Fase gerak B, biarkan merambat tiga
perempat kali panjang lempeng. Angkat lempeng, ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
tandai batas rambat, biarkan kering di udara. Amati rT adalah total semua respons puncak.
bercak di bawah sinar UV 254 nm; harga Rf dan
intensitas bercak utama Larutan uji sesuai dengan Tabel
bercak Larutan baku.
Waktu
Batas
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik Nama retensi
(%)
<52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus relatif
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli 9ɑ-kloro-11β, 0,56 0,2
dan spesies Salmonella memberikan hasil negatif. 17,21,trihidroksi-16ɑ-
metilpregna-1,4-dien-3,20-
dion 17-(2-furoat)
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. 9ɑ-21-dikloro-11β, 17- 0,73 0,2
dihidroksi-16ɑ-
Cemaran organik Masing-masing cemaran dan metilpregna-1,4-dien-3,20-
total cemaran tidak lebih dari yang tertera pada dion
Tabel. Lakukan penetapan dengan cara 21-kloro-17-hidroksi-16ɑ- 0,88 0,2
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera metilpregna-1,4-dien-
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi 3,11,20-trion 17-(2-furoat)
larutan dari cahaya]. 21-kloro-9β, 11β-epoksi- 0,94 1,0
Pengencer A, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, 17-hidroksi-16ɑ-
metilpregna-1,4-dien-3,20-
dan Larutan baku persediaan Lakukan seperti yang
dion 17-(2-furoat)
tertera pada Penetapan kadar. Mometason furoat 1,0 -
Pengencer C Buat campuran air-asetonitril P- Cemaran lain 1 1,04 -
asam asetat glasial P (70:30:1). Cemaran lain 2 1,13 -
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Cemaran lain tidak spesifik - 0,2
Larutan baku persediaan, encerkan dengan Total cemaran spesifik dan - 1,0
Pengencer C hingga kadar Mometason furoat BPFI tidak spesifik
lebih kurang 0,1 µg per mL. [Catatan Abaikan respons puncak kurang dari
Blangko Campuran Pengencer C-Pengencer A respons puncak pada kromatogram Larutan
(3:1). kesesuaian sistem. Abaikan puncak dengan waktu
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep retensi yang sesuai dengan puncak pada
setara dengan lebih kurang 2,0 mg mometason kromatogram Blangko].
furoat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
bertutup ulir 50 mL. Tambah 5,0 mL Pengencer A, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dan beberapa manik kaca, kocok menggunakan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
vortex. Tambahkan 15,0 mL Pengencer C, campur. pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
Sentrifugasi selama 10 menit. Saring melalui larutan dari cahaya].
penyaring polipropilen dengan porositas 0,2 µm, Pengencer A Campuran tetrahidrofuran P-asam
buang 1-2 mL filtrat pertama. asetat glasial P (100:1).
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pengencer B Buat campuran asetonitril P-air-
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan asam asetat glasial P (50:50:1).
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan Larutan A Gunakan air. Saring dan awaudarakan.
pengisi L60 dengan ukuran partikel 5 µm dan Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan
pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 25±5. awaudarakan.
Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
rekam kromatogram dan ukur respons puncak kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
farmasiindustri.com

menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Kromatografi <931>. Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU adalah
Larutan baku internal Timbang saksama kadar Mometason furoat BPFI dalam mg per mL
sejumlah dietil ftalat P, larutkan dan encerkan Larutan baku dan Larutan uji.
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1,4
mg per mL. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan baku persediaan Timbang saksama baik, simpan pada suhu ruang terkendali.
sejumlah Mometason Furoat BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer A hingga kadar lebih
kurang 0,2 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah masing-masing Tambahan monografi
volume sama Larutan baku persediaan dan LARUTAN SEMPROT HIDUNG
Larutan baku internal, masukkan ke dalam labu MOMETASON
tentukur yang sesuai, encerkan dengan Pengencer Mometasone Aqueous Nasal Spray
B sampai tanda hingga kadar mometason furoat dan
dietil ftalat masing-masing lebih kurang 0,05 mg Larutan semprot hidung Mometason adalah
per mL dan 0,35 mg per mL. suspensi dengan pembawa air dari mometason
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep furoat dalam wadah bertekanan, dilengkapi dengan
setara dengan lebih kurang 1,0 mg mometason sistem penghantaran yang sesuai. Mengandung
furoat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga 50 Mometason Furoat, C27H30Cl2O6, tidak kurang dari
mL bertutup ulir. Tambahkan 5,0 mL Pengencer A 80,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah
dan beberapa manik kaca, kocok menggunakan yang tertera pada etiket per dosis aktuasi.
vortex. Tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal,
campur. Tambahkan 10,0 mL Pengencer B, campur
Baku pembanding Mometason Furoat BPFI; tidak
menggunakan vortex selama 1 menit dan sentrifus
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
selama 10 menit. Saring beningan melalui
rapat dan terlindung cahaya.
penyaring polipropilen dengan porositas 0,2 µm,
buang 1-2 mL filtrat pertama.
Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
A. Harga Rf bercak Larutan uji sesuai dengan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Larutan baku 4 seperti yang diperoleh pada
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan
Cemaran organik.
pengisi L60 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
lebih kurang 2 mL per menit. Kromatograf
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diprogram sebagai berikut :
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Cemaran organik Lakukan Kromatografi lapis
0 70 30 tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
2 70 30 Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
45 45 55 mm.
46 70 30 Fase gerak Campuran 1,2-dikloroetana P-
50 70 30 metanol P (97:3).
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 20 µg
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif per mL.
untuk dietil ftalat dan mometason furoat berturut- Larutan baku 2 Campur satu bagian volume
turut 0,4 dan 1,0; faktor ikutan untuk mometason Larutan baku 1 dengan satu bagian volume aseton
furoat tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif P.
pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku 3 Campur satu bagian volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku 1 dengan tiga bagian volume aseton
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku P.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku 4 Timbang saksama sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan
Hitung persentase mometason furoat, C27H30Cl2O6 dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 1 mg
dalam salep yang digunakan dengan rumus: per mL.
Larutan uji Lakukan aktuasi beberapa kali
sehingga diperoleh 1 mg Mometason Furoat,
( ) ( ) tambahkan 4 mL aseton P, kocok dengan bantuan
ultrasonik dan saring. Uapkan filtrat sampai kering
dan larutkan dalam 1,0 mL aseton P.
farmasiindustri.com

Prosedur Totolkan secara terpisah masing-  rU   CS 


masing 50 µL tiap larutan pada lempeng       100
kromatografi, masukkan lempeng ke dalam bejana  rS   CU 
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase
gerak. Biarkan merambat hingga tiga perempat rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
tinggi lempeng. Angkat lempeng, dan tandai batas Larutan uji dan Larutan baku; CS dan adalah kadar
rambat, keringkan di udara. Semprot dengan Biru Mometason Furoat BPFI dalam mg per mL
tetrazolium alkalis LP dan panaskan pada suhu Larutan baku; CU adalah kadar mometason furoat
lebih kurang 50° selama 5 menit. Diamkan sampai dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
suhu ruang dan semprot kembali dengan biru per dosis aktuasi yang tertera pada etiket.
tetrazolium alkalis LP. Pada kromatogram Larutan
uji: semua bercak sekunder tidak lebih intensif dari
bercak Larutan baku 1 (2%), tidak lebih dari satu
bercak sekunder yang lebih intensif dari bercak Tambahan monografi
Larutan baku 2 (1%), bercak sekunder lain tidak INJEKSI MORFIN HIDROKLORIDA
lebih intensif dari Larutan baku 3 (0,5%). Morphine Hydrochloride Injection
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Injeksi Morfin Hidroklorida adalah larutan steril
Fase gerak Campuran metanol P-air (55:45). dalam Air untuk Injeksi, mengandung morfin
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan hidroklorida hidrat, C17H19NO3.HCl.3H2O, tidak
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari
tertera pada Kromatografi <931>. jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan Baku pembanding Morfin Hidroklorida trihidrat
dengan metanol P 80% hingga kadar lebih kurang BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
20 µg per mL. lemari pendingin dan terlindung cahaya.
Larutan uji Lakukan aktuasi beberapa kali
sehingga diperoleh 1 mg Mometason Furoat, Identifikasi Pipet sejumlah volume sediaan setara
tambahkan 20 mL metanol P 90% panas dan dengan 40 mg morfin hidroklorida hidrat,
tambahkan 25 mL 2,2,4-trimetil-pentana P, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL,
dinginkan, kocok campuran dan saring lapisan tambahkan air sampai tanda, kocok.
metanol melalui saringan kapas murni yang A. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu tentukur
sebelumnya telah dibilas dengan metanol P 80%. 100-mL, tambahkan air sampai tanda, kocok.
Ulangi ekstraksi pada lapisan organik sebanyak dua Spektrum serapan ultraviolet larutan ini
kali, tiap kali dengan 10 mL metanol P 80%, saring menunjukkan maksimum pada panjang gelombang
ekstrak melalui penyaring kapas. Kumpulkan antara 283 nm dan 287 nm.
ekstrak dan tambahkan metanol 80% hingga B. Pipet 5 mL larutan, masukkan ke dalam labu
volume 50,0 mL. Saring melalui penyaring nilon tentukur 100-mL, encerkan dengan natrium
dengan porositas 0,45 µm. hidroksida encer LP sampai tanda, kocok.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Spektrum serapan ultraviolet larutan ini
tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan menunjukkan maksimum pada panjang gelombang
kolom 5 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 ―end antara 296 nm dan 300 nm.
capped‖ yang dideaktivasi basa dengan ukuran
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,5
menit dan pertahankan suhu kolom pada 60°. unit Endotoksin per mg morfin hidroklorida.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi puncak penetapan menggunakan Penyaringan membran
mometason furoat lebih kurang 9 menit; faktor seperti tertera pada Uji sterilitas dari produk yang
ikutan tidak lebih dari 1,2. diuji.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase C27H30Cl2O6, dengan rumus: Volume injeksi dalam wadah <1131> Memenuhi
syarat.
farmasiindustri.com

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tertera pada etiket.
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan 1,0 g natrium lauril Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
sulfat P dalam 500 mL asam ortofosfat encer (1 udara, tidak tembus cahaya.
dalam 1000). Atur pH hingga 3,0 dengan
penambahan natrium hidroksida LP. Ke dalam 240
mL larutan ini tambahkan 70 mL tetrahidrofuran
P, campur, saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Tambahan monografi
seperti tertera pada Kromatografi <931> KRIM NEOMISIN SULFAT DAN
Larutan baku internal Timbang saksama HIDROKORTISON ASETAT
sejumlah etilefrin hidroklorida, masukkan ke dalam Neomycin Sulfate and Hydrocortisone Acetate
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Cream
dalam air hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 Krim Neomisin Sulfat dan Hidrokortison Asetat
mg Morfin Hidroklorida Trihidrat BPFI, masukkan mengandung neomisin sulfat, setara dengan
ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 10,0 mL neomisin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan baku internal, encerkan dengan air sampai dari 135,0% dan mengandung hidrokortison asetat,
tanda. C23H32O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
sediaan setara dengan 80 mg morfin hidroklorida
hidrat, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, Baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI; lakukan
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. pengeringan dalam hampa udara pada tekanan tidak
Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan, lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
tambahkan 10,0 mL Larutan baku internal, rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.
encerkan dengan air sampai tanda. Bersifat higroskopis. Hidrokortison Asetat BPFI:
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan 60° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dalam wadah tertutup rapat.
dengan ukuran partikel lebih kurang 5 µm.
Pertahankan suhu kolom pada 40°. Atur laju alir Identifikasi
hingga waktu retensi morfin lebih kurang 10 menit. A. Memenuhi syarat untuk Neomisin seperti
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, tertera pada Prosedur untuk Basitrasin, Neomisin
rekam kromatogram dan ukur respons puncak dan Polimiksin B dalam Identifikasi secara
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kromatografi lapis tipis <281>.
morfin dan etilefrin hidroklorida tidak kurang dari B. Waktu retensi puncak utama hidrokortison
3; simpangan baku relatif perbandingan respon asetat pada kromatogram Larutan uji sesuai
puncak morfin terhadap etilefrin hidroklorida pada dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
enam kali penyuntikan ulang tidak lebih dari Penetapan kadar hidrokortison asetat.
1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Penetapan kadar neomisin Lakukan seperti
kromatogram dan ukur respons puncak utama. tertera pada Penetapan potensi antibiotik secara
Hitung persentase morfin hidroklorida hidrat, mikrobiologi <131>. Timbang saksama sejumlah
C17H19NO3.HCl.3H2O, dalam injeksi dengan krim setara dengan 3,5 mg neomisin, masukkan ke
rumus: dalam corong pisah secara kuantitatif, dengan
 RU   CS  bantuan 50 mL eter P, kocok. Ekstraksi empat kali,
     100 tiap kali dengan 20 mL Dapar D.3. Kumpulkan
 RS   CU  lapisan air, dan encerkan dengan Dapar D.3
hingga volume yang sesuai untuk memperoleh
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan Larutan uji persediaan. Encerkan Larutan uji
respons puncak morfin hidroklorida terhadap persediaan secara kuantitatif dan bertahap dengan
etilefrin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan Dapar D.3 hingga diperoleh Larutan uji dengan
baku; CS adalah kadar Morfin Hidroklorida kadar yang setara dengan dosis tengah Larutan
Trihidrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; baku.
CU adalah kadar morfin hidroklorida hidrat dalam
farmasiindustri.com

Penetapan kadar hidrokortison asetat Lakukan Tetes Mata Ofloksasin mengandung ofloksasin,
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja C18H20FN3O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Fase gerak Buat campuran butil klorida P - butil etiket.
klorida P jenuh air - tetrahidrofuran P - metanol P
-asam asetat glasial P (475:475:70:35:30). Saring Baku pembanding Ofloksasin BPFI: tidak boleh
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dan terlindung cahaya. Siprofloksasin BPFI.
Kromatografi <931>. Senyawa Sejenis A Ofloksasin BPFI. Senyawa
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sejenis E Ofloksasin BPFI. Benzalkonium Bromida
Hidrokortison Asetat BPFI, masukkan ke dalam BPFI.
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
dengan kloroform P jenuh air hingga kadar lebih Identifikasi Lakukan identifikasi A dan C atau B
kurang 0,10 mg per mL. dan C.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
setara dengan lebih kurang 2,5 mg hidrokortison lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
asetat, masukkan ke dalam wadah bertutup yang Penjerap Silika gel P GF254.
sesuai. Tambahkan 25,0 mL kloroform P jenuh air Fase gerak Campuran etilasetat P-metanol P-
dan lebih kurang 10 buah manik kaca. Tutup wadah amonium hidroksida P (5:6:2).
dengan hati-hati, dan kocok kuat selama lebih Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kurang 15 menit. Sentrifus, dan gunakan lapisan Ofloksasin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
beningan kloroform (lapisan bawah). yang sesuai, larutkan dengan sejumlah asam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja hidroklorida 0,1 N (tambahkan 1 mL asam
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan hidroklorida 0,1 N tiap 5 mg ofloksasin), encerkan
kolom 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L3. Atur dengan etanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg
laju alir hingga memenuhi syarat uji kesesuaian per mL.
sistem. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
baku, rekam kromatogram dan ukur respons sejumlah Ofloksasin BPFI dan Siprofloksasin
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
baku relatif pada 6 kali penyuntikan ulang tidak sesuai, larutkan dengan sejumlah asam
lebih dari 2,0%. hidroklorida 0,1 N (tambahkan 1 mL asam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah hidroklorida 0,1 N tiap 5 mg ofloksasin), encerkan
volume sama Larutan baku dan Larutan uji ke dengan etanol P hingga kadar masing-masing lebih
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kurang 1 mg per mL.
respons puncak utama. Hitung persentase Larutan uji Pipet sejumlah tetes mata ke dalam
hidrokortison asetat, C23H32O6, dalam krim dengan labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
rumus: dengan etanol P hingga kadar ofloksasin lebih
kurang 1 mg per mL.
 rU   CS  Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
      100 masing 2 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian
 rS   CU  sistem, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar merambat hingga lebih kurang 8-15 cm. Angkat
Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg per mL lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering di
Larutan baku dan CU adalah kadar hidrokortison udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet
asetat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan 254 nm atau 365 nm: nilai Rf, warna, dan intensitas
jumlah yang tertera pada etiket. bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku.Uji dinyatakan absah jika pada Larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kesesuaian sistem, dua bercak utama terpisah
baik. sempurna.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar.
C. Spektrum serapan ultraviolet larutan 6 µg per
Tambahan monografi
mL dalam asam hidroklorida 0,1 N menunjukkan
TETES MATA OFLOKSASIN maksimum hanya pada panjang gelombang 294
Ofloxacin Eye Drops nm.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat.


farmasiindustri.com

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


pH <1071> Antara 6,0 dan 7,0. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Absorbansi Tidak lebih dari 0,04 pada panjang Dapar Larutkan 4,0 g amonium asetat P dan 7,0
gelombang 450 nm. g natrium perklorat P dalam 1300 mL air, atur pH
hingga 2,2 dengan penambahan asam ortofosfat P.
Osmolalitas dan osmolaritas <941> Rasio Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P
osmolalitas antara 0,9 dan 1,1. (85:15). Saring dan awaudarakan.
Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan
Benzalkonium bromida Tidak kurang dari 80% awaudarakan.
dan tidak lebih dari 120% dari jumlah yang tertera Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
pada etiket. Uji ini dilakukan jika sediaan dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
mengandung benzalkonium bromida sebagai kromatografi.
pengawet. Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 12
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera mg Senyawa Sejenis A Ofloksasin BPFI, masukkan
pada Kromatografi <931>. ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 0,6 mL
Larutan amonium asetat 0,005 N Tambahkan 10 amonium hidroksida 6 N dan sejumlah volume air
mL trietilamin P dalam 1000 mL larutan, atur pH untuk melarutkan, encerkan dengan air sampai
hingga 5,0 ± 0,5 dengan penambahan asam asetat tanda. Pipet 2 mL larutan, masukkan ke dalam
P. labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai
Fase gerak Campuran Larutan amonium asetat tanda.
0,005 N-asetonitril P (35:65). Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Larutan baku Timbang saksama sejumlah sejumlah Ofloksasin BPFI, Siprofloksasin BPFI,
Benzalkonium Bromida BPFI, masukkan ke dalam dan Senyawa Sejenis E Ofloksasin BPFI, masukkan
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan ke dalam wadah yang sesuai, larutkan dan encerkan
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar
mL. masing-masing berturut-turut lebih kurang 1,2 mg
Larutan uji Pipet sejumlah volume tetes mata ke per mL, 6 µg per mL, dan 6 µg per mL.
dalam wadah yang sesuai, larutkan dan encerkan Larutan uji Pipet sejumlah volume tetes mata ke
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan
mL. encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kadar lebih kurang 1,2 mg per mL.
tinggi dilengkapi dengan detektor 214 nm, kolom Larutan pembanding Pipet sejumlah volume
dengan diameter 3,9 - 4,6 mm berisi bahan pengisi Larutan uji ke dalam labu tentukur yang sesuai,
L1 dengan ukuran partikel 3 - 10 µm. Atur laju alir encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga
hingga memenuhi syarat kesesuaian sistem. kadar lebih kurang 2,4 µg per mL.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan pembanding ke dalam labu tentukur yang
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak sesuai, encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N
benzalkonium bromida tidak lebih dari 1,5; hingga kadar lebih kurang 0,24 µg per mL.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tidak lebih dari 2,0%. tinggi dilengkapi dengan detektor 294 nm dan 238
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah nm, kolom dengan diameter 3,9 - 4,6 mm berisi
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3-10 µm..
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Pertahankan suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih
kromatogram dan ukur respons puncak utama. kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram
Hitung persentase benzalkonium bromida dalam sebagai berikut:
tetes mata dengan rumus:
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%)
 rU   CS 
     100 0 100 0
 rS   CU  18 100 0
25 70 30
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
39 70 30
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
40 100 0
Benzalkonium Bromida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar benzalkonium 50 100 0
bromida dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram (pada detektor 294
farmasiindustri.com

nm), dan ukur respons puncak seperti tertera pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Prosedur: waktu retensi ofloksasin lebih kurang 15 tinggi dilengkapi dengan detektor 294 nm, kolom
menit; resolusi, R, antara puncak ofloksasin dan dengan diameter 3,9 - 4,6 mm berisi bahan pengisi
senyawa sejenis E ofloksasin tidak kurang dari 2,0, L1 dengan ukuran partikel 3-10 µm.. Atur laju alir
dan antara ofloksasin dan siprofloksasin tidak hingga memenuhi syarat kesesuaian sistem.
kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan sensitivitas, rekam kromatogram (pada sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
detektor 294 nm) dan ukur respons puncak seperti puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal to ofloksasin lebih kurang 15 menit; resolusi, R,
noise" puncak utama tidak kurang dari 10. antara puncak ofloksasin dan senyawa sejenis E
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah ofloksasin tidak kurang dari 2,0, dan antara
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku, ofloksasin dan siprofloksasin tidak kurang dari 2,5.
Larutan uji, dan Larutan pembanding ke dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatograf, rekam kromatogram (pada detektor volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
294 nm dan 238 nm), dan ukur semua respons dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran kromatogram dan ukur respons puncak utama.
dari Larutan uji tidak lebih dari batas yang tertera Hitung persentase ofloksasin, C18H20FN3O4, dalam
pada Tabel. tetes mata dengan rumus:

Tabel  rU   CS 
     100
Nama Batas  rS   CU 
Cemaran A Tidak lebih dari 0,4 % (dihitung rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
(pada 238 nm) terhadap puncak utama Larutan
utama Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah
baku pada 238 nm)
kadar Ofloksasin BPFI dalam mg per mL Larutan
Cemaran lain Tidak lebih dari 1,5 kali respons
selain cemaran A puncak utama Larutan
baku; CU adalah kadar ofloksasin dalam mg per mL
(pada 294 nm) pembanding (0,3%) Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Total cemaran Tidak lebih dari 3,5 kali respons etiket.
selain cemaran A puncak utama Larutan
(pada 294 nm) pembanding (0,7%) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Abaikan puncak natrium edetat dengan waktu retensi rapat, terlindung dari cahaya.
relatif lebih kurang 0,14.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Tambahan monografi
pada Kromatografi <931>. OKSKARBAZEPIN
Dapar Larutkan 4,0 g amonium asetat P dan 7,0 Oxcarbazepine
g natrium perklorat P dalam 1300 mL air, atur pH
hingga 2,2 dengan penambahan asam ortofosfat P.
Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P
(85:15). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Ofloksasin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan asam 10,11-Dihidro-10-okso-5H-dibenz[b,f]azepin-5-
hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,12 karboksamida [28721-07-5]
mg per mL. C15H12N2O2 BM 252,27
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Ofloksasin BPFI, Siprofloksasin BPFI, Okskarbazepin mengandung tidak kurang dari
dan Senyawa Sejenis E Ofloksasin BPFI, masukkan 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C15H12N2O2,
ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan dihitung terhadap zat anhidrat.
encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga
kadar masing-masing berturut-turut 0,12 mg per Pemerian Serbuk jingga muda sampai putih krem
mL, 6 µg per mL, dan 6 µg per mL. atau hampir putih
Larutan uji Pipet sejumlah tetes mata setara
dengan lebih kurang 6 mg ofloksasin ke dalam labu Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan dalam asam asetat; agak sukar larut dalam
asam hidroklorida 0,1 N sampai tanda. klorofom.
farmasiindustri.com

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


Baku pembanding Okskarbazepin BPFI; tidak volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. kromatogram selama sepuluh kali waktu retensi
Karbamazepin BPFI. Senyawa Sejenis A puncak okskarbazepin dan ukur semua respons
Okskarbazepin BPFI. Senyawa Sejenis B puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran
Okskarbazepin BPFI. Senyawa Sejenis D dalam zat dengan rumus:
Okskarbazepin BPFI. Senyawa Sejenis E
Okskarbazepin BPFI.  ri   CS  1
        100
Identifikasi  rS   CU  F
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam Kalium bromida P, ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan dari Larutan uji; rs adalah respons puncak
gelombang yang sama seperti pada Okskarbazepin okskarbazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar
BPFI. [Catatan Jika pada spektrum menunjukkan Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan
hasil yang berbeda, larutkan zat dalam kloroform baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per
P, uapkan sampai kering. Bandingkan spektrum mL Larutan uji; F adalah faktor respons relatif
residu terhadap Okskarbazepin BPFI yang seperti tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran
diperlakukan dengan cara yang sama dengan zat dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
uji.] pada Tabel.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti Tabel
diperoleh pada Penetapan kadar.
Waktu Faktor
Batas
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Nama retensi respon
(%)
relatif relatif
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. Okskarbazepin 1,0 1,0 -
Karbamazepin 1,7 1,9 0,5
Senyawa sejenis E 2,1 1,2 0,05
Cemaran organik [Catatan Jika senyawa sejenis okskarbazepin
A okskarbazepin dan senyawa sejenis B Metoksikarbamazepin 2,5 1,6 0,05
okskarbazepin diketahui merupakan cemaran Senyawa sejenis B 7,4 1,3 0,05
terkait proses, lakukan penetapan cemaran okskarbazepin
organik, Prosedur 2.] Metoksidibenzazepin 7,9 1,5 0,05
Prosedur 1 Lakukan penetapan dengan cara Masing-masing - 1,0 0,05
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera cemaran lain
pada Kromatografi <931>. Total cemaran - - 1,0
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Prosedur 2 Lakukan penetapan dengan cara
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin BPFI, pada Kromatografi <931>.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Dapar A Buat larutan campuranyang
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL. mengandung kalium fosfat monobasa 0,004 M dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah natrium fosfat dibasa 0,063 M mol per L. dengan
Okskarbazepin BPFI, larutkan dan encerkan kadar berturut-turut 0,004 mol per L dan 0,063 mol
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,25 per L. Timbang 0,544 g kalium fosfat monobasa P
µg per mL. dan 8,943 g natrium fosfat dibasa P, masukkan ke
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dalam labu tentukur 1000-mL, larutan dan
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga encerkan dengan air sampai tanda.
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Dapar B Timbang 3,6 g dinatrium edetat P,
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Masukkan larutan ke dalam wadah yang sesuai,
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak tambahkan 1000 mL Dapar A, campur.
okskarbazepin dan karbamazepin tidak kurang dari Pengencer Timbang sejumlah asam askorbat,
8,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
rekam kromatogram dan ukur respons puncak lebih kurang 1,8 g per L.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Larutan A Buat campuran air-tetrahidrofuran P-
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Dapar B- asetonitril P (15:2:2:1). Saring dan
10,0%. awaudarakan.
farmasiindustri.com

Larutan B Buat campuran asetonitril P-air- Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
tetrahidrofuran P-Dapar B (6:2:1:1). Saring dan zat dengan rumus:
awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A  ri   CS  1
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
         100
kromatografi.  rS   CU  F
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
sejumlah Senyawa Sejenis A Okskarbazepin BPFI,
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak
Senyawa Sejenis B Okskarbazepin BPFI, Senyawa
okskarbazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar
Sejenis D Okskarbazepin BPFI, dan Senyawa
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan
Sejenis E Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per
encerkan dengan campuran asetonitril P-Pengencer
mL Larutan uji; F adalah faktor respons relatif
(1:1) hingga kadar masing-masing lebih kurang 2
seperti tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran
µg per mL.
dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
Larutan baku persediaan Timbang saksama
pada Tabel.
sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
Tabel
kurang 0,1 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Waktu Faktor
persediaan masukkan ke dalam labu tentukur yang Batas
Nama retensi respon
(%)
sesuai, encerkan dengan campuran asetonitril P- relatif relatif
Pengencer (1:1) hingga kadar lebih kurang 2 µg per Senyawa sejenis F 0,76 0,59 0,2
mL. okskarbazepin
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Okskarbazepin 1,0 - -
larutkan dan encerkan dengan campuran asetonitril N-Karbamoil 1,1 0,91 0,05
P-Pengencer (1:1) hingga kadar lebih kurang 1 mg okskarbazepin
per mL. Senyawa sejenis A 1,2 1,1 0,2
okskarbazepin
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Senyawa sejenis B 1,3 1,1 0,1
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan okskarbazepin
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 Dibenzazepinodion 1,7 2,0 0,1
dengan ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu Senyawa sejenis D 2,3 1,7 0,2
kolom pada 50 dan laju alir lebih kurang 0,8 mL okskarbazepin
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Senyawa sejenis E 2,4 3,3 0,05
okskarbazepin
Waktu Larutan A Larutan B Masing-masing - 1,0 0,05
(menit) (%) (%) cemaran lain
0 80 20 Total cemaran - - 1,0
Abaikan puncak cemaran kurang dari 0,03%.
1 80 20
29 30 70
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
30 30 70
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
33 80 20 pada Kromatografi <931>.
42 80 20 Dapar Timbang sejumlah kalium fosfat
monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian hingga kadar lebih kurang 6,8 g per L. Setiap 1 L
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua larutan tambahkan 2 mL trietilamin P dan campur.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Atur pH hingga 6,0 ± 0,1 dengan penambahan
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A asam ortofosfat P.
okskarbazepin dan senyawa sejenis B Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
okskarbazepin tidak kurang dari 1,0; antara puncak asetonitril P (31:11:8). Saring dan awaudarakan.
senyawa sejenis D okskarbazepin dan senyawa Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
sejenis E okskarbazepin tidak kurang dari 1,2. Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Kromatografi <931>.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Okskarbazepin BPFI, larutkan dan encerkan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1
5,0%. mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
farmasiindustri.com

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 60º. Keringkan residu dan gerus residu dengan
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kalium bromida P; Spektrum serapan inframerah
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 residu yang dikeringkan dan didispersikan dalam
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Kalium bromida P (1:100), menunjukkan
kolom pada 50 dan laju alir lebih kurang 1,5 mL maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan sama seperti pada Okskarbazepin BPFI.
baku rekam kromatogram dan ukur respons puncak B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari diperoleh pada Penetapan kadar.
2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Disolusi <1231>
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku UJI 1
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Media disolusi:
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Tablet yang mengandung okskarbazepin 150 mg;
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2 900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 0,3%,
dalam zat dengan rumus: deaerasi.
Tablet yang mengandung okskarbazepin 300 mg :
900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 0,6%,
 rU   CS 
      100 deaerasi.
 rS   CU  Tablet yang mengandung okskarbazepin 600 mg:
900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 1,0 %,
deaerasi.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Alat tipe 2: 60 rpm.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Waktu: 30 dan 60 menit.
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan
baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL cara spektrofotometri seperti tertera pada
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
baik, pada suhu ruang terkendali. encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
kurang 0,35 mg per mL.
Penandaan Cantumkan Prosedur Cemaran Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
organik yang digunakan jika tidak menggunakan persediaan, masukan ke dalam labu tentukur yang
Prosedur 1. sesuai, encerkan dengan Media disolusi yang sesuai
hingga kadar lebih kurang 0,0175 mg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah volume alikot, saring
menggunakan penyaring yang sesuai dengan
Tambahan monografi porositas 0,45 µm. Volume alikot yang dipipet
TABLET OKSKARBAZEPIN harus digantikan dengan sejumlah volume sama
Oxcarbazepine Tablets Media disolusi yang sesuai. Jika perlu encerkan
dengan Media disolusi yang sesuai dengan
Tablet Okskarbazepin mengandung kekuatan tablet hingga diperoleh kadar yang
okskarbazepin, C15H12N2O2, tidak kurang dari mendekati Larutan baku.
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Prosedur Lakukan penetapan jumlah
yang tertera pada etiket. C15H12N2O2 yang terlarut dengan mengukur serapan
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
Baku pembanding Okskarbazepin BPFI; tidak gelombang serapan maksimum lebih kurang 256
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan nm. Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2,
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, yang terlarut dalam 30 menit ( Q30 ) dengan rumus:
dalam lemari pendingin. Karbamazepin BPFI.
Senyawa Sejenis C Okskarbazepin BPFI.
 A  C 
Q30   u    S   D  V  100
Identifikasi  AS   L 
A. Timbang lebih kurang 840 mg serbuk tablet
okskarbazepin, masukkan ke dalam labu tentukur
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2,
50-mL. Tambahkan 45 mL kloroform P, kocok
secara mekanik selama lebih kurang 30 menit, yang terlarut dalam 60 menit ( Q60 ) dengan rumus:
encerkan dengan kloroform P sampai tanda,
sentrifus dan kumpulkan beningan ke dalam cawan
petri. Uapkan beningan di atas tangas air pada suhu
farmasiindustri.com

 A   C     V   A   C     V 
Q60   u    S   D  V 100  Q30   S  Q60   u    S   D  V  100  Q30   S 
 AS   L     V   AS   L     V 

AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; CS adalah kadar Okskarbazepin dan Larutan baku; CS adalah kadar Okskarbazepin
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah
jumlah okskarbazepin dalam mg per tablet yang jumlah okskarbazepin dalam mg per tablet yang
tertera pada etiket; D adalah faktor pengenceran tertera pada etiket; D adalah faktor pengenceran
dari Larutan uji; V adalah volume Media disolusi (, dari Larutan uji; V adalah volume Media disolusi (,
900 mL); VS adalah volume alikot yang diambil 900 mL); VS adalah volume alikot yang diambil
dalam mL. dari media dalam mL.
Toleransi Dalam waktu 30 menit, harus larut Toleransi untuk tablet 150 mg dan 300 mg :
tidak kurang dari 70% (Q), C15H12N2O2 dan dalam Dalam waktu 30 menit, harus larut tidak kurang
waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 80% dari 70% (Q), C15H12N2O2 dan dalam waktu 60
(Q), C15H12N2O2 dari jumlah yang tertera pada menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q),
etiket. C15H12N2O2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Toleransi untuk tablet 600 mg : Dalam waktu 30
UJI 2 [Catatan Jika sediaan memenuhi uji ini maka menit, harus larut tidak kurang dari 50% (Q),
dicantumkan memenuhi syarat Disolusi Uji 2] C15H12N2O2 dan dalam waktu 60 menit harus larut
Media disolusi, Alat tipe 2 dan Waktu Lakukan tidak kurang dari 80% (Q), C15H12N2O2 dari jumlah
seperti tertera pada Uji 1. yang tertera pada etiket
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan
cara spektrofotometri seperti tertera pada Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Cemaran organik [Catatan Berdasarkan rute
sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan sintesis, lakukan salah satu Prosedur 1 atau
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih Prosedur 2. Jika metoksikarbamazepin berpotensi
kurang 3,3 mg per mL. [Catatan Larutan ini stabil merupakan produk degradasi, disarankan
selama 22 jam pada suhu 10º.] menggunakan Prosedur 1. Jika
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan karbamazepinadion atau dibenzazepinodion
baku persediaan ke dalam labu tentukur yang berpotensi merupakan produk degradasi,
sesuai encerkan dengan Media disolusi yang sesuai disarankan menggunakan Prosedur 2.]
dengan kekuatan tablet hingga diperoleh kadar Prosedur 1 Lakukan penetapan dengan cara
(L/900) mg per mL. L adalah jumlah dalam mg per Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
tablet seperti tertera pada etiket. pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Pipet sejumlah volume alikot , saring Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan
melalui penyaring yang sesuai dengan porositas kadar.
0,45 µm. Volume alikot yang dipipet harus Pengencer Buat campuran metanol P-air
digantikan dengan sejumlah volume sama Media (60:40).
disolusi yang sesuai. Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
Prosedur Lakukan penetapan jumlah asetonitril P (75:29:21). Saring dan awaudarakan.
C15H12N2O2 yang terlarut dengan mengukur serapan Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang Kesesuaian sistem seperti tertera pada
gelombang serapan maksimum lebih kurang 304 Kromatografi <931>.
nm. Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
yang terlarut dalam 30 menit ( Q30 ) dengan sejumlah Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
rumus: hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 mg per
mL dan 1,0 µg per mL.
 A  C  Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Q30   u    S   D  V  100 Okskarbazepin BPFI, larutkan dan encerkan
 AS   L  dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5
µg per mL.
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2, Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
yang terlarut dalam 60 menit ( Q60 ) dengan rumus: tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
600 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
tentukur 500-mL, larutkan dengan Pengencer
hingga 50% volume labu, sonikasi selama 15 menit
farmasiindustri.com

sambil sesekali di kocok, dinginkan hingga suhu Dapar A Timbang lebih kurang 4,2 g
ruang dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. tris(hidroksimetil)amino metana P dan 0,2 g
Saring melalui penyaring kaca masir dengan dinatrium edetat P, masukkan ke dalam labu
porositas 2 µm. Buang filtrat pertama. Larutan tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan
mengandung setara dengan lebih kurang 1,2 mg air sampai tanda.
okskarbazepin per mL. Dapar B Timbang lebih kurang 18 g
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji tris(hidroksimetil)amino metana P dan 0,9 g
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang dinatrium edetat P, masukkan ke dalam labu
sesuai, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan
lebih kurang 0,5 mg per mL. air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Pengencer Buat campuran asetonitril P-larutan
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap asam askorbat 1,8 g per L (1:99).
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Larutan A Buat campuran Dapar A-
dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada tetrahidrofuran P-asetonitril P (85:10:5). Saring
Prosedur: resolusi, R, antara puncak okskarbazepin dan awaudarakan.
dan karbamazepin tidak kurang dari 8,0. Lakukan Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar B
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam -tetrahidrofuran P (70:20:10). Saring dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama awaudarakan.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
10,0%. kromatografi.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku saksama sejumlah Senyawa Sejenis C
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin BPFI,
kromatogram dan ukur semua respons puncak. larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam kadar masing-masing berturut-turut 1 µg per mL
tablet dengan rumus: dan 12 µg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi
untuk melarutkan. [Catatan Suhu tangas air tidak
 ri   CS  1 lebih dari 23º.]
        100 Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah
 rS   CU  F Larutan kesesuaian sistem persediaan ke dalam
labu tentukur yang berisi Pengencer sejumlah 50%
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari volume labu. Diamkan larutan hingga suhu
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak ruang, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
okskarbazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar Larutan mengandung Senyawa Sejenis C
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan Okskarbazepin BPFI; Karbamazepin BPFI dan
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per Okskarbazepin BPFI berturut-turut lebih kurang
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera 0,05 µg per mL; 0,6 µg per mL; dan 0,06 mg per
pada etiket; F adalah faktor respons relatif seperti mL.
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan Larutan baku persediaan Timbang saksama
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera sejumlah Karbamazepin BPFI, larutkan dan
pada Tabel. encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
kurang 12 µg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi
Tabel untuk membantu kelarutan. [Catatan Suhu tangas
air tidak lebih dari 23º.]
Nama Waktu Faktor Batas Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
retensi respons (%) persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai
relatif relatif berisi Pengencer sejumlah 50% dari volume labu
Okskarbazepin 1,0 1,0 - dan asetonitril P sejumlah 20% dari volume labu.
Karbamazepin 1,6 1,5 0,5 Diamkan larutan hingga suhu ruang, encerkan
Dibenzazepinon 2,0 1,0 0,05 dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan
Metoksikarbamazepin 2,3 1,3 0,05 mengandung Karbamazepin BPFI 0,6 µg per mL.
Masing-masing produk - 1,0 0,10 Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
degradasi tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
Total cemaran - - 0,75 sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
375 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
Prosedur 2 Lakukan penetapan dengan cara tentukur 250-mL, tambahkan 150 mL asetonitril P,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera sonikasi selama 15 menit, kocok selama 15 menit,
pada Kromatografi <931>. dan encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
Kocok dan diamkan selama 30 menit sampai
farmasiindustri.com

mengendap. Gunakan beningan. Larutan


mengandung okskarbazepin lebih kurang 1,5 mg
Waktu Faktor
per mL. [Catatan Suhu tangas air tidak lebih dari Batas
Nama retensi respons
23º.] (%)
relatif relatif
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji Karbamazepinedion 0,72 0,70 0,2
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai Okskarbazepin 1,0 1,0 -
berisi Pengencer sejumlah 50% dari volume labu Senyawa sejenis C 1,3 - -
dan asetonitril P sejumlah 20% dari volume labu. okskarbazepin
Diamkan larutan hingga suhu ruang, encerkan Karbamazepin 1,4 1,0 0,5
dengan asetonitril P sampai tanda. Saring melalui Dibenzazepinodion 1,7 2,8 0,2
penyaring dengan porositas 0,45 µm. Larutan Masing-masing - 1,0 0,1
mengandung okskarbazepin 0,3 mg per mL. produk degradasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Total cemaran - - 1,0
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom 3,0 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
kolom pada 35 dan suhu autosampler pada 5. pada Kromatografi <931>.
Laju alir lebih kurang 0,5 mL per menit. Dapar Timbang lebih kurang 6,8 g kalium fosfat
Kromatograf diprogram sebagai berikut : monobasa P, larutkan dalam 1000 mL air.
Tambahkan 2 mL trietilamin P dan campur. Atur
Waktu Larutan A Larutan B pH hingga 6,0 dengan penambahan asam
(menit) (%) (%) ortofosfat P.
0 95 5 Pengencer Buat campuran metanol P-air (80:20).
33,0 30 70 Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
asetonitril P (62:22:16). Saring dan awaudarakan.
33,1 95 5
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
45,0 95 5
Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua
sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis C
kurang 0,5 mg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi
okskarbazepin dan karbamazepin tidak kurang dari
untuk membantu kelarutan.
1,2. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
kurang 0,1 mg per mL.
15%.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
600 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
tentukur 500-mL, tambahkan Pengencer hingga
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
50% volume labu, sonikasi selama 10 15 menit
tablet dengan rumus:
sambil sesekali dikocok, dinginkan pada suhu ruang
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
 ri   CS  1 melalui penyaring kaca masir dengan porositas 2
         100 µm. Buang filtrat pertama. Larutan mengandung
 rS   CU  F okskarbazepin lebih kurang 1,2 mg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar kurang 0,1 mg per mL.
Karbamazepin BPFI dalam mg per mL Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1
pada etiket ; F adalah faktor respons relatif seperti dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan kolom pada 50 dan suhu autosampler pada 5.
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
pada Tabel. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Tabel kromatogram dan ukur respons puncak seperti
farmasiindustri.com

tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari Baku pembanding Olanzapin BPFI; tidak boleh
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
ulang tidak lebih dari 2,0%. dan terlindung dari cahaya. Senyawa Sejenis A
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Olanzapin BPFI. Senyawa Sejenis B Olanzapin
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku BPFI.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Identifikasi
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2 A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dalam tablet dengan rumus: didispersikan dalam kalium bromida P,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
 rU   CS  gelombang yang sama seperti pada Olanzapin
      100 BPFI.
 rS   CU  B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 1,0%.
kadar Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar okskarbazepin Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup pada Kromatografi <931>.
baik, pada suhu ruang terkendali. Dapar Larutkan 13 g natrium dodesil sulfat P
dalam 1500 mL air. Tambahkan 5 mL asam
Penandaan Cantumkan Uji Disolusi yang ortofosfat P, atur hingga pH 2,5 dengan larutan
digunakan jika tidak menggunakan Uji 1. natrium hidroksida P.
Cantumkan Prosedur Cemaran organik yang Larutan A Campuran asetonitril P–Dapar
digunakan, jika tidak menggunakan Prosedur 1. (48:52).
Larutan B Campuran asetonitril P–Dapar
(70:30).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Tambahan monografi dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
OLANZAPIN kromatografi.
Olanzapine Larutan dinatrium edetat Timbang sejumlah
dinatrium edetat P larutkan dalam Dapar hingga
kadar lebih kurang 37 mg per liter.
Pengencer Campuran asetonitril P-Larutan
dinatrium edetat (40:60).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Olanzapin BPFI, Senyawa Sejenis A
Olanzapin BPFI dan Senyawa Sejenis B Olanzapin
BPFI larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga diperoleh kadar berturut-turut lebih kurang
20; 2 dan 2 µg per mL.
10H-Tieno[2,3-b][1,5]benzodiazepin, 2-metil-4-(4- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
metil-1-piperazinil) [132539-06-1] Olanzapin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
C17H20N4S BM 312,43 Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Olanzapin mengandung tidak kurang dari 98,0% larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
dan tidak lebih dari 102,0% C17H20N4S, dihitung kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
terhadap zat anhidrat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
Pemerian Padatan hablur kuning. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut kolom pada 35° dan suhu autosampler 5°. Laju alir
dalam n-propanol; agak sukar larut dalam lebih kurang 1,5 mL per menit. Kromatograf
asetonitril; sukar larut dalam metanol dan dalam diprogram sebagai berikut:
etanol.
Waktu Larutan A Larutan B
farmasiindustri.com

(menit) (%) (%) Dapar 2 Timbang sejumlah natrium dodesil


0 100 0 sulfat P, larutkan dan encerkan dalam Dapar 1
10 100 0 hingga kadar 12 g per liter.
20 0 100 Fase gerak Campuran asetonitril P–Dapar 2
25 0 100 (47:53). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
27 100 0 lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
35 100 0 seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sejumlah Olanzapin BPFI dan Senyawa Sejenis A
sistem dan rekam respons puncak seperti tertera Olanzapin BPFI larutkan dan encerkan secara
pada Prosedur: resolusi, R, antara olanzapin dan kuantitatif dengan Fase gerak hingga diperoleh
senyawa sejenis A olanzapin tidak kurang dari 3,0; kadar berturut-turut lebih kurang 0,1 dan 0,01 mg
faktor ikutan puncak olanzapin tidak lebih dari 1,5 per mL.
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Identifikasi puncak Olanzapin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
menggunakan waktu retensi relatif yang tercantum Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
pada Tabel] mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan
zat dengan rumus: kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
( ) ( ) 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem dan rekam respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
ri adalah respons puncak dari masing-masing antara olanzapin dan senyawa sejenis A olanzapin
cemaran dalam Larutan uji; rS adalah respons tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan puncak antara
puncak olanzapin dari Larutan baku; CS adalah 0,8-1,5 dan simpangan baku relatif pada
kadar Olanzapin BPFI dalam mg per mL Larutan penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
baku; CU adalah kadar olanzapin dalam mg per mL Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji. F adalah faktor respons relatif masing- volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
masing cemaran seperti tertera pada Tabel. Masing- dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari kromatogram dan ukur respons puncak utama.
batas yang tertera pada Tabel. Hitung persentase olanzapin, C17H20N4S, dengan
rumus:
Tabel  rU   CS 
      100
Waktu Faktor
Batas  rS   CU 
Cemaran Retensi Respons
(%)
Relatif Relatif
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
Senyawa sejenis B 0,3 2,3 0,10
Olanzapin Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Senyawa sejenis A 0,8 2,3 0,10 Olanzapin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Olanzapin adalah kadar olanzapin dalam mg per mL Larutan
Olanzapin 1,0 - - uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Klorometil 1,1 1,0 0,15
olanzapinium Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
klorida
rapat pada suhu ruang.
Masing-masing - - 0,10
cemaran lain yang
tidak spesifik
Total Cemaran - - 0,4
Tambahan monografi
Penetapan Kadar Lakukan Kromatografi cair TABLET OLANZAPIN
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Olanzapine Tablets
<931>.
Dapar 1 Larutkan 6,9 g natrium fosfat monobasa Tablet Olanzapin mengandung Olanzapin,
P dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 2,5 dengan C17H20N4S tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
asam ortofosfat P. dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
farmasiindustri.com

Baku pembanding Olanzapin BPFI; tidak boleh


 rU  CS 
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,     V  100
dan terlindung dari cahaya. Senyawa Sejenis A  rS  L 
Olanzapin BPFI. Senyawa Sejenis B Olanzapin
BPFI. Senyawa Sejenis C Olanzapin BPFI. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Identifikasi Gerus lima tablet, dan timbang serbuk kadar Olanzapin BPFI dalam mg per ml Larutan
setara dengan lebih kurang 30 mg olanzapin ke baku; L adalah jumlah olanzapin dalam mg per
dalam wadah yang sesuai. Tambahkan 30 mL tablet seperti yang tertera pada etiket; V adalah
kloroform P dan sonikasi selama 15 menit sampai volume Media disolusi, 900 mL.
larut. Saring menggunakan penyaring yang sesuai, Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut
uapkan filtrat sampai kering di atas tangas air pada tidak kurang dari 80% (Q) C17H20N4S, dari jumlah
suhu 55°. Spektrum serapan inframerah lebih yang tertera pada etiket.
kurang 2 mg residu yang didispersikan dalam
kalium bromida P menunjukkan maksimum pada UJI 2
bilangan gelombang yang sama seperti pada Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,1 N.
Olanzapin BPFI yang diperlakukan sama. Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 20 menit.
Disolusi <1231> Lakukan penetapan jumlah C17H20N4S yang
UJI 1 terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Alat tipe 2: 50 rpm. Fase gerak Timbang sejumlah amonium asetat
Waktu: 30 menit. P, larutkan dan encerkan dengan campuran metanol
Lakukan penetapan jumlah C17H20N4S yang P-air (2:3) hingga kadar lebih kurang 10 gram per
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja liter, atur pH hingga 4,0 dengan menggunakan
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. asam hidroklorida P. Saring menggunakan
Fase gerak Timbang sejumlah amonium asetat penyaring dengan porositas 0,45 µm dan
P, larutkan dan encerkan dengan campuran metanol awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
P-air (2:3) hingga kadar lebih kurang 10 gram per menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
liter, atur pH hingga 4,0 dengan menggunakan Kromatografi <931>.
asam hidroklorida P. Saring dan awaudarakan. Jika Larutan baku persediaan Timbang saksama
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sejumlah Olanzapin BPFI masukkan dalam labu
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. tentukur yang sesuai, tambahkan asetonitril P lebih
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kurang 8% dari volume labu, sonikasi hingga larut,
Olanzapin BPFI, larutkan dalam Media disolusi kemudian encerkan dengan Media disolusi hingga
hingga kadar lebih kurang (L/1000) mg per mL kadar lebih kurang 0,28 mg per mL.
dengan L adalah kekuatan dalam mg per tablet Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
yang tertera pada etiket. Pipet 5 mL larutan ini, persediaan encerkan dengan Media disolusi hingga
masukkan ke dalam wadah yang sesuai dan kadar (L/900) mg per mL dengan L adalah
tambahkan 2,0 mL Fase gerak. kekuatan dalam mg per tablet yang tertera pada
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan etiket. Pipet 5 mL larutan ini, masukkan ke dalam
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm. wadah yang sesuai dan tambahkan 2,0 mL Fase
Pipet 5 mL filtrat, masukkan ke dalam wadah yang gerak.
sesuai dan tambahkan 2,0 mL Fase gerak. Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan Pipet 5 mL filtrat, masukkan ke dalam wadah yang
kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi sesuai dan tambahkan 2,0 mL Fase gerak.
L10 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: L11 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang kurang 1,5 ml per menit. Pertahankan suhu kolom
tidak lebih dari 2,0%. pada 40°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah baku, rekam kromatogram dan ukur respons
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam baku relatif pada penyuntikkan ulang tidak lebih
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dari 2,0%.
Hitung persentase olanzapin (C17H20N4S) yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
terlarut dengan rumus: volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku
farmasiindustri.com

dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kromatogram dan ukur respons puncak utama. kurang 0,375 – 0,500 mg per mL. Sentrifus
Hitung persentase olanzapin (C17H20N4S) yang sebagian larutan, gunakan beningan. [Catatan
terlarut dengan rumus: Segera aduk untuk mencegah tablet melekat pada
dinding labu. Jangan lakukan sonikasi. Larutan
 rU  CS  stabil selama 12 jam pada suhu ruang dan 48 jam
    V  100 pada lemari pendingin].
 rS  L  Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kolom pada 35°. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per
kadar Olanzapin BPFI dalam mg per ml Larutan menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
baku; L adalah jumlah olanzapin dalam mg per
tablet seperti yang tertera pada etiket; V adalah Waktu Larutan A Larutan B
volume Media disolusi, 900 mL. (menit) (%) (%)
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut 0 100 0
tidak kurang dari 80% (Q) C17H20N4S, dari jumlah 10 100 0
yang tertera pada etiket. 20 0 100
25 0 100
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 27 100 0
35 100 0
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
pada Kromatografi <931>. [Catatan Dapat sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
ditambahkan beberapa tetes asetonitril P tidak puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
lebih 5% dari volume akhir pada Larutan baku dan antara olanzapin dan senyawa sejenis C olanzapin
Larutan uji sebelum enceran akhir untuk tidak kurang dari 3,0; faktor ikutan untuk puncak
mengurangi pembentukan busa]. olanzapin tidak lebih dari 1,5. Lakukan
Dapar 1 Buat larutan asam ortofosfat P dengan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
kadar 3,3 mL per L, atur pH hingga 2,5 dengan kromatogram dan ukur respons puncak seperti
penambahan natrium hidroksida P 50%. tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal to
Dapar 2 Buat larutan natrium dodesil sulfat P noise‖ tidak kurang dari 10. Lakukan kromatografi
8,7 g per L dalam Dapar 1. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Dapar 3 Buat larutan dinatrium edetat P 18,6 ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
mg per L dalam Dapar 2. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Larutan A Campuran asetonitril P–Dapar 2 tidak lebih dari 2,0%.
(12:13), saring dan awaudarakan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan B Campuran asetonitril P–Dapar 2 volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
(7:3), saring dan awaudarakan. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A kromatogram dan ukur semua respons puncak.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
kromatografi. tablet yang digunakan dengan rumus:
Pengencer Campuran asetonitril P - Dapar 3
(2:3). ( ) ( ) ( )
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Olanzapin BPFI, Senyawa Sejenis B
Olanzapin BPFI dan Senyawa Sejenis C Olanzapin ri adalah respons masing-masing cemaran dari
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Larutan uji; rS adalah respons puncak utama dari
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 20; 2 dan Larutan baku; CS adalah kadar Olanzapin BPFI
2 µg per mL. dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah zat dalam mg per mL Larutan uji; dan F adalah
Olanzapin BPFI, larutkan dan encerkan dengan faktor respons relatif. Masing-masing cemaran dan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,002 mg per total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
mL. pada Tabel.
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan
baku, encerkan dengan Pengencer hingga kadar Tabel
lebih kurang 0,4 µg per mL.
Larutan uji Timbang sejumlah tablet, masukkan Waktu Faktor
Batas
ke dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dan Cemaran Retensi Respons
(%)
Relatif Relatif
farmasiindustri.com

Olanzapin laktam 0,26 1,0 0,50 tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi
Senyawa sejenis B 0,30 2,3 0,50 relatif senyawa sejenis A olanzapin dan olanzapin
Olanzapin berturut-turut 0,89 dan 1,0].
Olanzapin tiolaktam 0,34 1,0 0,50 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Senyawa sejenis C 0,83 0,76 0,50 volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Olanzapin
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Olanzapin 1,0 - -
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Masing-masing - 1,0 0,20
produk degradasi Hitung persentase olanzapin, C17H20N4S, dalam
lainnya tablet dengan rumus:
Total Cemaran - - 1,5
 rU   CS 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara       100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera  rS   CU 
pada Kromatografi <931>. [Catatan Dapat
ditambahkan beberapa tetes asetonitril P tidak rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
lebih 5% dari volume akhir pada Larutan baku dan Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Larutan uji sebelum enceran akhir untuk Olanzapin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
mengurangi pembentukan busa]. adalah kadar olanzapin dalam mg per mL Larutan
Dapar 1 Buat larutan natrium fosfat monobasa P uji berdasarkan bobot yang tertera pada etiket.
6,9 gram per L, atur pH hingga 2,5 dengan
penambahan asam ortofosfat P. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Dapar 2 Buat larutan natrium dodesil sulfat P 12 rapat, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu
gram per L dalam Dapar 1. ruang terkendali.
Fase gerak Campuran asetonitril P – Dapar 2
(1:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Penandaan Jika tidak menggunakan Disolusi Uji
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti 1, cantumkan uji disolusi yang digunakan.
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Olanzapin BPFI dan Senyawa Sejenis A Olanzapin Tambahan monografi
BPFI, masukkan ke dalam satu labu tentukur yang OMEPRAZOL NATRIUM
sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
Omeprazole Sodium
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 dan
0,01 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Olanzapin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
mL.
Larutan uji Timbang sejumlah tablet tidak
5-metoksi-2[[(4-metoksi-3,5-dimetil-2-
kurang dari 5 tablet setara dengan tidak kurang dari
piridinil)metil]sulfinil]-1H-benzimidazol
25 mg olanzapin, masukkan ke dalam labu tentukur
monohidrat natrium [95510-7-6]
yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda, campur dan sonikasi selama 10 C17H18N3NaO3SH2O BM 385,41
menit. Sentrifus sebagian larutan, gunakan dan
encerkan beningan dengan Fase gerak hingga Omeprazol Natrium mengandung tidak kurang dari
kadar olanzapin lebih kurang 0,1 mg per mL. 98,5% C17H18N3NaO3S, dihitung terhadap zat
[Catatan Aduk sebelum sonikasi untuk mencegah anhidrat dan bebas pelarut.
tablet melekat pada dinding labu].
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan putih; tidak berbau, bersifat higroskopis.
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang Kelarutan Mudah larut dalam air, agak sukar larut
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap dalam metanol dan dalam etanol, sukar larut dalam
Larutan kesesuaian sistem rekam kromatogram dan diklorometan.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak olanzapin dan senyawa Baku pembanding Omeprazol Natrium BPFI;
sejenis A olanzapin tidak kurang dari 2,0. Lakukan Senyawa Sejenis I Omeprazol BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Identifikasi
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg
1,8; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang per mL dalam natrium hidroksida 0,1 N
farmasiindustri.com

menunjukkan maksimum pada panjang gelombang kolom pada 35selama 10 menitdan naikan suhu
antara 276 nm dan 305 nm. Perbandingan serapan hingga 200 dengan kenaikan 40per menit,
pada 305 nm terhadap 276 nm antara 1,6 dan 1,8. pertahankan suhu ini selama 3 menit. Suhu injektor
B. Spektrum serapan inframerah zat yang dan detektor masing-masing pada 200 dan 260.
didispersikan dalam kalium bromida P, Pertahankan suhu vial ‖headspace‖ pada 60
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan selama 30 menit. Gunakan nitrogen P sebagai gas
gelombang yang sama seperti pada Omeprazol pembawa dengan laju alir 2,0 mL per menit.
Natrium BPFI. Lakukan kromatografi terhadap gas yang terbentuk
C. Menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti dari Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara masing-masing pasangan
pH <1071> Antara 10,3 dan 11,3. Lakukan puncak utama yang berdekatan tidak kurang dari
penetapan menggunakan 0,2 g zat dalam 10 mL air. 1,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kejernihan larutan <881> Larutan jernih, jika volume sama gas yang terbentuk dari Larutan uji
terbentuk opalesen tidak lebih dari Suspensi dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
padanan 1. Lakukan penetapan menggunakan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
larutan yang dibuat dengan melarutkan 0,2 g zat Hitung persentase metanol, etanol, etil asetat,
dalam 10 ml air. aseton dan diklorometan dalam zat yang
digunakan. Masing-masing sisa pelarut tidak lebih
Warna dan akromisitas <1291> Metode II dari batas yang tertera pada Tabel.
Warna Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan
padanan. Tabel
Larutan uji Larutkan 0,2 g zat dalam 10 mL air.
Larutan padanan induk Campur 4,0 mL kalium Sisa pelarut Batas
(%)
dikromat LK; 23,3 mL tembaga(II) sulfat LK dan
Metanol 0,3
72,7 mL air. Etanol 0,5
Larutan padanan Campur 0,5 mL Larutan Etil asetat 0,5
padanan induk dengan 9,5 mL air. Aseton 0,5
Diklorometan 0,06
Air <1031> Metode Ia Antara 4,5% dan 10,0%.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
Prosedur Larutkan sejumlah zat uji ke dalam 5 Lakukan pengujian dalam kondisi terlindung
mL natrium hidroksida P dan 20 mL air. cahaya.]
Tambahkan 5 tetes natrium sulfida LP, campur: Dapar Buat larutan dinatrium hidrogen fosfat
warna yang dihasilkan tidak lebih intensif dari 0,01 N, atur pH hingga 7,6 dengan penambahan
larutan baku. asam ortofosfat P.
Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P
Sisa pelarut Lakukan Kromatografi gas seperti (75:25), saring dan awaudarakan. Jika perlu
tertera pada Kromatografi <931>. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Larutan baku persediaan Pipet sejumlah metanol seperti tertera pada Kromatografi <931>.
P, etanol P, etil asetat P, aseton P dan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
diklorometan P, masing-masing encerkan dengan larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
N,N-dimetilformamida P hingga kadar berturut- kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
turut 120 µg, 200 µg, 200 µg, 200 µg dan 24 µg per Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji,
mL. masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL,
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
persediaan masukan ke dalam vial ―headspace‖, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tutup rapat. masing-masing sejumlah Omeprazol Natrium BPFI
Larutan uji Timbang saksama 0,2 g zat dan Senyawa Sejenis I Omeprazole BPFI,
masukkan ke dalam vial ―headspace‖, tambahkan masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
5,0 mL N,N-dimetilformamida, tutup rapat. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Sistem kromatografi Kromatograf gas kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
dilengkapi injektor ―headspace‖, detektor ionisasi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
nyala dan kolom kapiler , berisi bahan pengisi 6% tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm, kolom
sianida fenil-94% dimetilpolisiloksan, (atau dengan dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan pengisi
polaritas yang sama sebagai fase diam). Atur suhu L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
farmasiindustri.com

kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap gelombang maksimum 305 nm terhadap 276 nm
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, antara 1,6 dan 1,8.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada C. Menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti
Prosedur: resolusi, R, antara puncak omeprazol dan tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
senyawa sejenis I omeprazol tidak kurang dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kejernihan larutan <881> Larutan jernih atau
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan tidak lebih opalesen dari Suspensi padanan I.
pembanding dan Larutan uji ke dalam Lakukan penetapan menggunakan 5 isi wadah
kromatograf, rekam kromatogram selama 3,5 kali sediaan, tambahkan sejumlah volume air hingga
waktu retensi puncak utama dan ukur semua diperoleh kadar omeprazol lebih kurang 4,0 mg per
respons puncak. Respons puncak masing-masing mL.
cemaran dari Larutan uji tidak lebih dari 0,2 kali
respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%) Warna dan akromisitas <1291> Serapan Larutan
dan total cemaran tidak lebih besar dari respons uji pada panjang gelombang 440 nm tidak lebih
puncak utama Larutan pembanding (0,5%) dari 0,1. Gunakan Larutan uji seperti pada
Kejernihan larutan.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
0,3 g zat, larutkan dalam 50 mL air . Titrasi dengan pH <1071> Antara 10,1 dan 11,1. Lakukan
asam hidroklorida 0,1 N LV, tetapkan titik akhir penetapan menggunakan larutan yang diperoleh
secara potensiometri. Lakukan penetapan blangko. dari Kejernihan larutan.

Tiap mL asam hidroklorida 0,1 N Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


setara dengan 36,74 mg C17H18N3NaO3S Prosedur keseragaman kandungan untuk sediaan
dengan kekuatan omeprazol 20 mg. [Catatan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Lakukan pengujian dalam kondisi terlindung
tertutup rapat, terlindung dari cahaya. cahaya.]
Pengencer Larutan natrium tetraborat 0,01 M
yang mengandung 20% etanol P.
Larutan uji Larutkan isi dari 1 vial sediaan
Tambahan monografi dalam sejumlah volume natrium tetraborat 0,01 N
OMEPRAZOL NATRIUM UNTUK M, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
INJEKSI encerkan dengan natrium tetraborat 0,01 M sampai
Omeprazole Sodium for Injection tanda, kocok. Pipet 2 mL larutan ini ke dalam labu
tentukur 50-mL, encerkan dengan Pengencer
Omeprazol Natrium untuk Injeksi adalah sediaan sampai tanda.
steril liofilisasi omeprazol natrium. Mengandung Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari Omeprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
107,0% omeprazol, C17H19N3O3S, dari jumlah yang Pengencer hingga kadar lebih kurang 8 g per mL.
tertera pada etiket. Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku pada panjang gelombang serapan maksimum
Baku pembanding Omeprazol Natrium BPFI; lebih kurang 305 nm menggunakan Pengencer
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, sebagai blangko.
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,0
simpan larutan dalam lemari pendingin dan unit Endotoksin per mg omeprazol.
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dalam lemari pembeku. Senyawa Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 7,0%.
Sejenis I Omeprazol BPFI.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan
Identifikasi penetapan dengan Penyaring Membran dalam Uji
A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji Sterilitas Produk. Lakukan penetapan dengan
sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada melarutkan dan mengencerkan sejumlah
Penetapan kadar. Omeprazol Natrium untuk Injeksi dengan Air untuk
B. Timbang sejumlah sediaan , larutkan dan injeksi (atau larutan pepton steril 0,1%) hingga
encerkan dengan natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 8 mg omeprazole per mL.
kadar lebih kurang 20 µg per mL omeprazol, .
Spektrum serapan ultraviolet larutan menunjukkan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
maksimum pada panjang gelombang antara 276 nm Injeksi.
dan 305 nm. Perbandingan serapan pada panjang
farmasiindustri.com

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan asam hidroklorida 2 N atau natrium hidroksida 2
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang N.
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Dapar fosfat pH 11,0 Timbang lebih kurang 0,34
Lakukan pengujian segera dalam kondisi g natrium fosfat dodekahidrat P dan 0,627 g
terlindung cahaya setelah Larutan baku dan dinatrium hidrogen fosfat dodekahidrat P,
Larutan uji disiapkan]. masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
Dapar Timbang lebih kurang 0,34 g natrium larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
fosfat dodekahidrat P dan 0,627 g dinatrium Atur pH hingga 11,0 ± 0,2 dengan penambahan
hidrogen fosfat dodekahidrat P, masukkan ke asam hidroklorida 2 N atau natrium hidroksida 2
dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dan N.
encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH hingga Larutan tetrabutilamonium hidrogen sulfat
11,0 ± 0,2. dengan penambahan asam klorida 2 N Timbang lebih kurang 6,78 g tetrabutilamonium
atau natrium hidroksida 2 N. hidrogen sulfat P dan 0,8 g natrium hidroksida P,
Pengencer Ukur sejumlah volume lebih kurang masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
200 mL asetonitril P, masukkan ke dalam labu larutkan dan encerkan dengan Dapar Fosfat pH 7,4
tentukur 1000-mL, encerkan dengan Dapar sampai sampai tanda.
tanda. Fase gerak Campuran Dapar Fosfat pH 7,4-
Larutan uji, Fase gerak dan Sistem kromatografi asetonitril P-Larutan tetrabutilamonium hidrogen
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. sulfat (69:26:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji, lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, seperti tertera pada Kromatografi <931>.
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pengencer Pipet 200 mL asetonitril P, masukkan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 6 ke dalam labu tentukur 1000-mL, encerkan dengan
mg Senyawa sejenis I omeprazole BPFI, masukkan Dapar Fosfat pH 11,0 sampai tanda.
ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 5 mL Larutan baku Timbang saksama sejumlah
asetonitril P untuk melarutkan, encerkan dengan Omeprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer sampai tanda dan campur. Pipet 1 mL Pengencer hingga kadar omeprazol lebih kurang
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, 0,1 mg per mL.
encerkan dengan Pengencer sampai tanda, campur Larutan uji Larutkan masing-masing isi 5 wadah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dengan sejumlah volume Pengencer, masukkan ke
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 dan kolom dalam labu tentukur 200-mL, campur. Encerkan
dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan pengisi dengan Pengencer sampai tanda, campur. Pipet
L1. Atur laju alir hingga memenuhi syarat sejumlah volume larutan, ke dalam labu tentukur
kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap yang sesuai, encerkan dengan Pengencer hingga
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur kadar omeprazol lebih kurang 0,1 mg per mL.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan kesesuaian sistem Timbang masing-
resolusi, R, antara puncak omeprazol dan senyawa masing sejumlah Omeprazol BPFI dan Senyawa
sejenis I omeprazol tidak kurang dari 3,0. sejenis I omeprazole BPFI, masukkan ke dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dengan Fase gerak. hingga kadar masing-masing
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 0,1 mg per mL.
kromatogram selama 3,5 kali waktu retensi puncak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
utama dan ukur semua respons puncak. Senyawa tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
sejenis I dari Larutan uji tidak lebih 1,0% masing- kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan
masing cemaran lain tidak lebih dari respons pengisi L1. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
puncak utama Larutan pembanding (1,0%); total kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap
cemaran tidak lebih dari 1,5 kali respons puncak Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram,
utama Larutan pembanding (1,5%). dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: resolusi, R, antara puncak omeprazol dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara senyawa sejenis I omeprazol tidak kurang dari 3,0.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
pengujian dalam kondisi terlindung cahaya]. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Dapar fosfat pH 7,4 Timbang lebih kurang 0,166 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
g natrium fosfat monobasa monohidrat P dan 1,074 2,0%.
g dinatrium hidrogen fosfat dodekahidrat P, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Atur pH hingga 7,4 ± 0,1 dengan penambahan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
farmasiindustri.com

Hitung persentase omeprazol, C10H19N3S dalam menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dalam sediaan dengan rumus: gelombang yang sama seperti pada Oseltamivir
Fosfat BPFI.
 rU   CS  B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
      100 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
 rS   CU  yang diperoleh pada Penetapan kadar.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Omeprazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Rotasi jenis <1081> Antara -30,7º dan -32,6º,
CU adalah kadar omeprazol dalam mg per mL lakukan penetapan menggunakan larutan 10 mg per
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada mL dalam air.
etiket.
Cemaran organik
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Prosedur 1 Lakukan penetapan secara
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada tempat Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
sejuk. pada Kromatografi <931>.
Dapar, Fase gerak, Pengencer, Larutan baku,
Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti pada Penetapan kadar.
Tambahan monografi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku
OSELTAMIVIR FOSFAT dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Oseltamivir Phosphate kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat
dengan rumus:

( ) ( ) ( )

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran


dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
oseltamivir fosfat dari Larutan baku; CS adalah
Etil (3R, 4R, 5S)-4-asetamido-5-amino-3-(1-
kadar Oseltamivir Fosfat BPFI dalam mg per mL
etilpropoksi)-1-sikloheksen-1-karboksilat, fosfat
Larutan baku; CU adalah kadar oseltamivir fosfat
(1:1) [204255-11-8]
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
C16H28N2O4.H3PO4 BM 410,40
yang ditimbang; F adalah faktor respons relatif
masing-masing cemaran seperti pada Tabel.
Oseltamivir fosfat mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,5%,
Tabel
C16H28N2O4.H3PO4 dihitung terhadap zat kering.
Nama Waktu Faktor Batas
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih. retensi respons (%)
relatif relatif
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam Asam oseltamivir 0,17 1,4 0,3
metanol P, dalam dimetil sulfoksida P dan dalam Oseltamivir fenol 0,51 2,7 0,1
propilen glikol P; agak sukar larut dalam Oseltamivir fosfat 1,00 1,0 -
dimetilformamida P; sukar larut dalam etanol P; Cemaran lain - 1,0 0,1
sangat sukar larut dalam isopropil alkohol P dan Total cemaran - - 0,4
dalam polietilen glikol 400 P; praktis tidak larut lain
dalam asetonitril P, dalam aseton P, dalam Total Cemaran - - 0,7
diklorometan P dan dalam n-heksan P.
Prosedur 2
Baku pembanding Oseltamivir Fosfat BPFI; tidak Senyawa sejenis A oseltamivir Tidak lebih dari
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup 0,01%; Lakukan penetapan secara Kromatografi
rapat, dan terlindung dari cahaya. Senyawa Sejenis cair kinerja tinggi seperti tertera pada
A Oseltamivir BPFI; Tributil Fosfin Oksida BPFI. Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan ammonium asetat P dalam
Identifikasi air dengan kadar 1,54 g per L.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-
didispersikan dalam minyak mineral P Dapar (6:3:1). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
farmasiindustri.com

lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem CU adalah kadar oseltamivir fosfat dalam mg per
seperti tertera pada Kromatografi <931>. mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan A persediaan Timbang saksama
sejumlah Senyawa sejenis A Oseltamivir BPFI, Prosedur 3
larutkan dalam etanol P menggunakan 5% total Tributil fosfin Oksida Tidak lebih dari 0,1%;
volume larutan. Encerkan dengan air hingga kadar Lakukan penetapan secara Kromatografi gas
lebih kurang 50 µg per mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Pipet sejumlah Larutan A persediaan, Pereaksi penderivat Gunakan penderivat
encerkan dengan air hingga kadar 1 µg per mL. trimetilsilil yang sesuai [Catatan dapat digunakan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah reagen Tri-Sil1].
Oseltamivir Fosfat BPFI, larutkan dan encerkan Blangko Pipet 1 mL Pereaksi penderivat ke
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 10 mg dalam vial. Tutup vial, goyang dan panaskan pada
per mL. suhu 60° selama 20 menit. Sentrifus hingga
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, terbentuk endapan garam piridin dan gunakan
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar beningan.
lebih kurang 10 mg per mL. Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja sejumlah Tributil Fosfin Oksida BPFI, larutkan dan
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 210 nm, encerkan dengan piridin P hingga kadar lebih
spektrometer massa dan kolom berukuran 3,0 mm x kurang 21 mg per mL.
5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per sejumlah Oseltamivir Fosfat BPFI, masukkan ke
menit, pertahankan suhu kolom pada 40°. Gunakan dalam vial, larutkan dan encerkan dengan Pereaksi
ionisasi electrospray (+), dan pilihan pengendalian penderivat hingga kadar lebih kurang 21 mg per
ion (Selected Ion Monitoring) dengan m/z = 356,2 mL. Tutup vial, campur dan panaskan pada suhu
(senyawa sejenis A oseltamivir terprotonasi). Atur 60° selama 20 menit. Sentrifus hingga terbentuk
dwell time, voltase fragmentasi, suhu gas endapan garam piridin dan gunakan beningan.
pengering, aliran gas pengering, tekanan nebulizer Larutan baku Pipet berturut-turut sejumlah
dan voltase kapiler yang sesuai untuk mendapatkan Larutan baku persediaan 1 dan Larutan baku
respons yang optimal. [Catatan Dapat digunakan persediaan 2 encerkan dengan piridin P hingga
splitter aliran setelah kolom dengan perbandingan kadar masing-masing lebih kurang 21 µg per mL.
split lebih kurang 3:1] Lakukan kromatografi Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 15
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan mg zat masukkan ke dalam vial. Tambahkan 1,0
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: mL Pereaksi penderivat. Tutup vial, campur dan
waktu retensi relatif senyawa sejenis A oseltamivir panaskan pada suhu 60° selama 20 menit. Sentrifus
dibandingkan dengan oseltamivir lebih kurang 2,6; hingga terbentuk endapan garam piridin dan
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A gunakan beningan.
oseltamivir (deteksi dengan MD-SIM) dan Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
oseltamivir (deteksi dengan UV) sebagai baseline. dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler
[Catatan Resolusi dua senyawa harus dapat 0,32 mm x 30 m berisi fase diam G1 setebal 0,25
meminimalisir noise pada background dan efek µm. Pertahankan suhu injektor dan detektor
supresi ion untuk sisa senyawa sejenis A masing-masing pada 260º. Perbandingan split 1:50.
oseltamivir oleh matriks oseltamivir] dan Atur suhu kolom seperti di bawah ini:
simpangan baku relatif puncak senyawa sejenis A
oseltamivir pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Suhu Kenaikan Suhu akhir waktu
15,0%. awal suhu (°) ditahan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (°) (°/menit) pada suhu
volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan akhir
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam (menit)
kromatogram dan ukur semua respons puncak. 180 0 180 2
Hitung persentase senyawa sejenis A oseltamivir 180 8 250 10
dalam zat dengan rumus:
Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan
( ) ( ) laju alir lebih kurang 64 mL per menit. Kecepatan
linear lebih kurang 27 cm per detik. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kromatogram dan ukur respons puncak seperti
senyawa sejenis A oseltamivir pada Larutan uji dan tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif tributil
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A
Oseltamivir BPFI dalam mg per mL Larutan baku; 1
reagen Tri-Sil (product number: 48999 0049001)
farmasiindustri.com

fosfin oksida dan oseltamivir fosfat berturut-turut


lebih kurang 0,54 dan 1,0; simpangan baku relatif ( ) ( )
puncak tributil fosfin oksida dan oseltamivir fosfat
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
(lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji kadar Oseltamivir Fosfat BPFI dalam mg per mL
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan Larutan baku; CU adalah kadar oseltamivir fosfat
ukur semua respons puncak. Hitung persentase dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
tributil fosfin oksida dalam zat dengan rumus: yang ditimbang.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


( ) ( )
baik, pada suhu 25°, masih diperbolehkan disimpan
pada suhu antara 15° dan 30°.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
tributil fosfin oksida pada Larutan uji dan Larutan
baku; CS adalah kadar Tributil Fosfin Oksida BPFI
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar Tambahan monografi
oseltamivir fosfat dalam mg per mL Larutan uji PANTOPRAZOL NATRIUM
berdasarkan bobot yang ditimbang. Pantoprazole Sodium
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Dapar Timbang lebih kurang 6,8 g kalium
dihidrogen fosfat P, larutkan dalam 980 mL air.
Atur pH hingga 6,0 dengan penambahan larutan
kalium hidroksida P 1 M. Encerkan dengan air
hingga 1000 mL. Garam natrium 5-(Difluorometoksi)-2-[[3,4-
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P- dimetoksi-2-piridil)metil]sulfinil]benzimidazol,
asetonitril P (620:245:135). Saring dan sesquihidrat [164579-32-2]
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian C16H14F2N3NaO4S.1,5 H2O BM 432,37
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Pantoprazol natrium mengandung tidak kurang dari
Pengencer Buat campuran metanol P-asetonitril 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
P-air (245:135:620). C16H14F2N3NaO4S, dihitung terhadap zat anhidrat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Oseltamivir Fosfat BPFI, larutkan dan encerkan Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg
per mL. Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dan dalam etanol; praktis tidak larut dalam heksan
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga dan dalam diklorometan.
kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Baku pembanding Pantoprazol Natrium BPFI;
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 207 nm dan Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan,
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari
pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per pendingin dan terlindung dari cahaya. Higroskopik.
menit, pertahankan suhu kolom pada 50°. Lakukan Senyawa Sejenis A Pantoprazol BPFI. Senyawa
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Sejenis B Pantoprazol BPFI. Senyawa Sejenis C
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Pantoprazol BPFI. Campuran Senyawa Sejenis D
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari dan F Pantoprazol BPFI. Senyawa Sejenis E
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Pantoprazol BPFI.
ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Identifikasi
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam didispersikan dalam kalium bromida P
kromatogram dan ukur respons puncak utama. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Hitung persentase oseltamivir fosfat, gelombang yang sama seperti pada Pantoprazol
C16H28N2O4.H3PO4 dalam zat dengan rumus: Natrium BPFI.
farmasiindustri.com

B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji pantoprazol


sesuai dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh Pantoprazol 1,0 -
pada Penetapan kadar. Senyawa sejenis B 1,7 0,15
C. Menunjukkan reaksi nyala api Natrium seperti pantoprazol
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Cemaran lain - 0,10
Total cemaran - 0,5
Abaikan puncak cemaran lain kurang dari 0,05%.
Air <1031> Metode I Tidak kurang dari 4,5% dan
tidak lebih dari 8,0%.
Uji 2
Larutan A Timbang 1,74 g kalium fosfat dibasa
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
P, larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
7,0±0,05 dengan penambahan asam ortofosfat P.
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
Saring dan awaudarakan.
larutan yang mengandung pantoprazol natrium
Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan
dari cahaya]
awaudarakan.
[Catatan Lakukan Uji 1 atau Uji 2].
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Uji 1
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Dapar amonium fosfat, Fase gerak, Pengencer,
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan baku
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
persediaan, dan Larutan uji persediaan Lakukan
Kromatografi <931>.
seperti tertera pada Penetapan kadar.
Pengencer Campuran asetonitril P-natrium
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
hidroksida 0,001 N (1:1).
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
kadar lebih kurang 0,4 µg per mL.
sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, Senyawa
Larutan uji Timbang saksama 20 mg zat,
Sejenis A Pantoprazol BPFI, Senyawa Sejenis B
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Larutkan
Pantoprazol BPFI, Senyawa Sejenis C Pantoprazol
dengan 5-10 mL campuran asetonitril P-air (1:1),
BPFI, Senyawa Sejenis Campuran D dan F
encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Pantoprazol BPFI, dan Senyawa Sejenis E
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang
Pantoprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
tertera pada Penetapan kadar. Lakukan
Pengencer hingga kadar Pantoprazol Natrium
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
BPFI 0,46 mg per mL dan masing-masing senyawa
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
sejenis pantoprazol 1,3 µg per mL.
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
pantoprazol pantoprazol tidak kurang dari 10,0.
Pantoprazol Natrium BPFI, larutkan dan encerkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,03
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
mg per mL.
simpangan baku relatif untuk penyuntikan ulang
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
tidak lebih dari 10,0%.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kadar lebih kurang 0,46 mg per mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan 305
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
nm, kolom 4,6 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi
Hitung persentase masing-masing cemaran organik
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
dalam zat dengan rumus:
kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
( ) ( )
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%)
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak 0 80 20
masing-masing cemaran dari Larutan uji dan 40 20 80
Larutan baku; CS dan CU adalah kadar pantoprazol
natrium dalam µg per mL Larutan baku dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total kesesuaian sistem ukur respons puncak pada
cemaran tidak lebih dari yang tertera pada Tabel 1. panjang gelombang 290 nm, seperti tertera pada
Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
Tabel 1 sejenis E pantoprazol dan campuran senyawa
sejenis D dan F pantoprazol tidak kurang dari 1,5.
Waktu
Batas Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku ukur
Nama retensi
(%) respons puncak pada panjang gelombang 290 nm
relatif
Senyawa sejenis A 0,52 0,20 seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif untuk penyuntikan ulang tidak lebih dari
farmasiindustri.com

5,0%. [Catatan Senyawa Sejenis C Pantoprazol Pengencer Larutkan 25 mL amonium hidroksida


diukur pada panjang gelombang 305 nm, senyawa P dalam 500 mL air.
lain diukur pada panjang gelombang 290 nm]. Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah saksama sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI,
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Senyawa Sejenis A Pantoprazol BPFI dan Senyawa
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Sejenis B Pantoprazol BPFI, masukkan ke dalam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
Hitung persentase cemaran dalam zat dengan dengan campuran asetonitril P-air (1:1) hingga
rumus: kadar masing-masing lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah
volume Larutan kesesuaian sistem persediaan,
( ) ( ) ( ) encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 5 µg per mL.
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan baku persediaan Timbang saksama
masing-masing cemaran dari Larutan uji dan sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, larutkan
Larutan baku; CS dan CU adalah kadar pantoprazol campuran asetonitril P-air (1:1) sampai volume
natrium dalam mg per mL Larutan baku dan lebih kurang 10%-20% dari volume akhir labu.
Larutan uji dan F adalah faktor respons relatif. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Larutan
Masing-masing cemaran dan jumlah cemaran tidak ini mengandung pantoprazol natrium lebih kurang
lebih dari yang tertera pada Tabel 2. 0,4 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Tabel 2 persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,06 mg per mL.
Cemaran Waktu Faktor Batas Larutan uji persediaan Timbang saksama 20 mg
retensi respons (%) zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
relatif relatif Larutkan dalam 5-10 mL campuran asetonitril P-
Senyawa sejenis air (1:1), encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
0,6 3,3 0,10
C pantoprazol Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
Senyawa sejenis persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
0,9 1,0 0,20
A pantoprazol
kadar lebih kurang 0,06 mg per mL.
Pantoprazol 1,0 - -
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Senyawa sejenis
D pantoprazol tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan
dan senyawa 1,2 1,0 0,20 kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
sejenis F dengan ukuran partikel 4 µm. Pertahankan suhu
pantoprazol kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Senyawa sejenis menit dan pertahankan suhu ‖autosampler‖ pada
E pantoprazol 1,3 1,0 0,10 4°. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Senyawa sejenis Waktu Larutan A Larutan B


1,5 1,0 0,15
B pantoprazol (menit) (%) (%)
Cemaran lain - - 0,10 0 14 86
Total cemaran - - 0,5 10 14 86
35 58 42
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Lakukan kromatografi terhadap Larutan
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
kesesuaian sistem, ukur respons puncak seperti
larutan yang mengandung pantoprazol natrium
tertera pada Prosedur: [Catatan Waktu retensi
dari cahaya].
relatif masing-masing senyawa tertera dalam
Dapar amonium fosfat Timbang 1,32 g amonium
Tabel 1 pada Cemaran organik]. Resolusi, R,
fosfat dibasa P, larutkan dalam 1000 mL air. Atur
antara puncak senyawa sejenis A pantoprazol dan
pH hingga 7,5 dengan penambahan asam ortofosfat
pantoprazol tidak kurang dari 10,0. Lakukan
P.
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
Larutan A Campuran asetonitril P-metanol P
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
(7:3). Saring dan awaudarakan.
baku relatif untuk penyuntikan ulang tidak lebih
Larutan B Campuran Dapar amonium fosfat dan
dari 0,73%.
Larutan A (85:15). Saring dan awaudarakan.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
farmasiindustri.com

Hitung persentase pantoprazol natrium, menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
C16H14F2N3NaO4S, dalam zat dengan rumus: Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
 rU  C S  sejumlah 20 mg Pantoprazol Natrium BPFI,
    100 masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Tambah
 rS  CU  30 mL natrium hidroksida 0,02 N, sonikasi sampai
melarut. Tambah 2 mL asetonitril P, encerkan
ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak dari dengan natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda.
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU adalah Larutan baku Pipet 1,0 mL Larutan baku
kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per persediaan ke dalam labu tentukur 20-mL,
mL Larutan baku dan Larutan uji. encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penyaring dengan porositas 0,45 µm. Encerkan
baik, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu segera dengan natrium hidroksida 0,5 N dengan
ruang. faktor pengenceran dua. Pindahkan tablet ke dalam
labu disolusi yang berisi Media tahap dapar.
Penandaan Cantumkan uji cemaran organik yang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
digunakan jika tidak menggunakan Uji 1. tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
kolom 4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 3 μm. Pertahankan suhu
kolom pada 30o. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Tambahan monografi menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons
TABLET LEPAS TUNDA
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
PANTOPRAZOL NATRIUM baku relatif tidak lebih dari 2,0% dan faktor ikutan
Pantoprazole Sodium Delayed-Release tidak lebih dari 2,5.
Tablets Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Tablet lepas tunda Pantoprazol Natrium dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mengandung pantoprazol natrium setara dengan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
pantoprazol, C16H15F2N3O4S tidak kurang dari persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang
90,0% dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah terlarut dengan rumus:
yang tertera pada etiket.

Baku pembanding Pantoprazol Natrium BPFI; ( ) ( ) ( ) 𝑉


𝐿
Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan,
simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pendingin dan terlindung dari cahaya. Higroskopik. dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Senyawa Sejenis A Pantoprazol BPFI. kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan bobot molekul pantoprazol (383,37) dan
uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume
diperoleh pada Penetapan kadar. Media disolusi, 1000 mL dan L adalah kadar dalam
mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada
Disolusi <1231> etiket.
UJI 1 Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut
TAHAP ASAM tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
Media tahap asam : 1000 mL asam jumlah yang tertera pada etiket.
hidroklorida 0,1 N.
Alat tipe 2 : 75 rpm. TAHAP DAPAR
Waktu: 120 menit. Media tahap dapar : 1000 mL dapar fosfat pH
Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang 6,8.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Alat tipe 2 : 75 rpm.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Waktu : 30 menit.
Pengencer Campuran dapar fosfat pH 6,8- Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
natrium hidroksida 0,5 N (1:1). terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
Fase gerak Campuran air-asetonitril P- tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
trietilamin P (60:40:1), atur pH hingga 7,0±0,05 Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
dengan penambahan asam ortofosfat P. Saring dan penyaring dengan porositas 0,45 µm. Encerkan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
farmasiindustri.com

segera dengan natrium hidroksida 0,5 N dengan Media tahap dapar : 1000 mL dapar fosfat pH
faktor pengenceran dua. 6,8.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut Alat tipe 2 : 100 rpm.
tidak kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari Waktu : 45 menit.
jumlah yang tertera pada etiket. Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
terlarut dengan cara Spektrofotometri seperti tertera
UJI 2 pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya
TAHAP ASAM <1191>.
Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida Larutan baku tahap dapar Encerkan sejumlah
0,1 N. volume Larutan baku persediaan seperti tertera
Alat tipe 2 : 100 rpm. pada Tahap asam dengan 250 mL Media tahap
Waktu: 120 menit. dapar hingga kadar lebih kurang 100% dari yang
Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang tertera pada etiket per L.
terlarut dengan cara Spektrofotometri seperti tertera Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya penyaring yang sesuai dengan porositas 10 µm.
<1191>. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Larutan baku persediaan Timbang saksama pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan
sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI ke dalam labu mengukur serapan Larutan uji pada panjang
tentukur yang sesuai. Larutkan dalam natrium gelombang serapan maksimum lebih kurang 288
hidroksida 0,1 N sampai 10% volume akhir labu, nm dibandingkan terhadap serapan Larutan baku
encerkan dengan dapar fosfat pH 6,8 sampai tanda. tahap dapar dalam sel 0,5-cm, menggunakan
Larutan ini mengandung pantoprazol natrium lebih Media tahap dapar sebagai blangko.
kurang 0,46 mg per mL. Kocok sampai jernih. Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
Larutan baku tahap asam Encerkan sejumlah yang terlarut dengan rumus:
volume Larutan baku persediaan dengan Media
tahap asam hingga 1000 mL. Kadar akhir larutan
lebih kurang 10% dari jumlah yang tertera pada ( ) ( ) ( ) 𝑉
𝐿
etiket dalam mg per L.
Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan
penyaring yang sesuai dengan porositas 10 µm. uji; dan Larutan baku tahap dapar; CS adalah kadar
Pindahkan tablet ke dalam labu disolusi yang berisi Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL
Media tahap dapar. Larutan baku; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah
Prosedur Lakukan penetapan jumlah bobot molekul pantoprazol (383,37) dan
pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume
mengukur serapan Larutan uji pada panjang Media disolusi, 1000 mL dan L adalah kadar dalam
gelombang serapan maksimum lebih kurang 305 mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada
nm dibandingkan terhadap serapan Larutan baku etiket.
tahap asam dalam sel 4-cm, menggunakan Media Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
tahap asam sebagai blangko. Hitung persentase tidak kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan jumlah yang tertera pada etiket.
rumus:
UJI 3
TAHAP ASAM
( ) ( ) ( ) 𝑉
𝐿 Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida
0,1 N.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan Alat tipe 2 : 100 rpm.
uji; dan Larutan baku tahap asam; CS adalah kadar Waktu: 120 menit.
Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
Larutan baku; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
bobot molekul pantoprazol (383,37) dan tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume Larutan amonia Pipet sejumlah 40 mL amonium
Media disolusi, 1000 mL dan L adalah kadar dalam hidroksida P ke dalam labu tentukur 100-mL,
mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada encerkan dengan air sampai tanda.
etiket. Dapar Timbang 1,5 g amonium asetat P,
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL.
tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari Larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
jumlah yang tertera pada etiket. Atur pH hingga 7,0±0,1 dengan penambahan
Larutan amonia.
TAHAP DAPAR Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (3:2).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
farmasiindustri.com

penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
tertera pada Kromatografi <931>. terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pantoprazol Natrium BPFI ke dalam labu tentukur Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
yang sesuai, tambahkan metanol P sampai 10% baku pada TAHAP ASAM, encerkan dengan Media
volume akhir labu, sonikasi, encerkan dengan Fase tahap dapar hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung mL.
pantoprazol natrium lebih kurang 0,4 mg per mL. Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu
Larutan uji Setelah 2 jam dalam Media tahap disolusi berisi Media tahap asam, lakukan seperti
asam, dekantasi media dari labu disolusi, keluarkan pada TAHAP ASAM. Setelah 2 jam dalam Media
tablet dari labu disolusi dan keringkan dengan tahap asam, dekantasi media dari labu disolusi,
kertas tisu. Masukkan tablet ke dalam labu tentukur tambahkan Media tahap dapar dan lakukan uji.
yang sesuai, tambahkan metanol P sampai 20% Setelah 45 menit, pipet 10 mL alikot, saring
volume labu, sonikasi selama 20 menit. Encerkan melalui penyaring dengan porositas 0,45 µm.
dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan ini Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
mengandung pantoprazol natrium lebih kurang 0,4 TAHAP ASAM.
mg per mL. Kocok, sentrifus dan gunakan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
beningan. volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu yang terlarut dengan rumus:
kolom pada suhu ruang dan suhu autosampler pada
4°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
( ) ( ) ( ) 𝑉
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, 𝐿
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kurang dari 7500 lempeng teoritis; faktor ikutan dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bobot molekul pantoprazol (383,37) dan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Media disolusi, 1000 mL dan L adalah kadar dalam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, etiket.
yang terlarut dengan rumus: Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
tidak kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
jumlah yang tertera pada etiket.
[( ) ( ) 𝐷 ( ) ]
𝐿
UJI 4
A adalah persentase pantoprazol yang diperoleh TAHAP ASAM
pada Penetapan kadar; rU dan rS berturut-turut Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida
adalah respons puncak dalam Larutan uji dan 0,1 N.
Larutan baku; CS adalah kadar Pantoprazol Alat tipe 2 : 100 rpm. [Catatan Jika perlu gunakan
Natrium BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Mr1 singker].
dan Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul Waktu: 120 menit.
pantoprazol (383,37) dan pantoprazol natrium Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
(405,35); DU adalah faktor pengenceran Larutan uji terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
dan L adalah kadar dalam mg per tablet sesuai tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dengan yang tertera pada etiket. Pengencer Campuran air-asetonitril P (7:3).
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut Dapar Timbang 771 mg amonium asetat P,
tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga
jumlah yang tertera pada etiket. 8,5±0,1 dengan penambahan asam asetat P atau
amonium hidroksida P.
TAHAP DAPAR Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (7:3).
Media tahap dapar : 1000 mL dapar fosfat pH Saring dan awaudarakan.
6,8. Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan
Alat tipe 2 : 100 rpm. awaudarakan.
Waktu : 45 menit. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
farmasiindustri.com

kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian A adalah persentase pantoprazol yang diperoleh
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada pada Penetapan kadar; rU dan rS berturut-turut
Kromatografi <931>. adalah respons puncak dalam Larutan uji dan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan baku; CS adalah kadar Pantoprazol
sejumlah Senyawa Sejenis A Pantoprazol BPFI, Natrium BPFI dalam mg per mL Larutan baku
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga tahap asam; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah
kadar lebih kurang 6,8 µg per mL. Pipet 10 mL bobot molekul pantoprazol (383,37) dan
larutan, ke dalam labu tentukur 100-mL, pantoprazol natrium (405,35); DU adalah faktor
tambahkan 23 mg Pantoprazol Natrium BPFI dan pengenceran Larutan uji dan L adalah kadar dalam
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada
Larutan baku tahap asam Timbang saksama etiket.
sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI larutkan Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,23 tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
mg per mL. jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji Setelah 2 jam dalam Media tahap
asam, pindahkan tablet dari labu disolusi dan TAHAP DAPAR
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Dapar fosfat Timbang 76,0 gram natrium fosfat
tambahkan Pengencer sampai 50% volume labu, dodekahidrat tribasa P, larutkan dalam 1000 mL
sonikasi selama 20 menit (tidak lebih dari 60 air. Ambil 250 mL larutan ini, tambahkan ke dalam
menit). Putar labu setiap beberapa menit. Encerkan 750 mL Media tahap asam, atur pH hingga
dengan Pengencer sampai tanda. Larutan ini 6,80±0,05 dengan penambahan asam hidroklorida
mengandung pantoprazol lebih kurang 0,2 mg per P atau natrium hidroksida P.
mL. Media tahap dapar 1000 mL Dapar fosfat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Alat tipe 2 : 100 rpm. [Catatan Jika perlu
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan gunakan singker].
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Waktu: 45 menit.
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
kolom pada 30° dan suhu autosampler pada 4°. terlarut dengan cara Spektrofotometri seperti tertera
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya
Kromatograf diprogram sebagai berikut: <1191>.
Larutan baku tahap dapar Timbang saksama
Waktu Larutan A Larutan B sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, larutkan dan
(menit) (%) (%) encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
0 100 0 kurang 1,6 mg per mL. Larutan stabil selama 5 hari
6 100 0 pada suhu ruang dan 7 hari di lemari pendingin.
17 27 73 Encerkan larutan dengan Media tahap dapar
18 100 0 hingga kadar (L/1000) mg per mL. L adalah jumlah
22 100 0 dalam mg per tablet sesuai dengan yang tertera
pada etiket.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons disolusi yang berisi Media tahap asam, lakukan
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, seperti pada TAHAP ASAM. Setelah 2 jam,
antara senyawa sejenis A pantoprazol dan pindahkan Media tahap asam, tambahkan Media
pantoprazol tidak kurang dari 1,5. Lakukan tahap dapar dan lakukan uji. Setelah 45 menit,
kromatografi terhadap Larutan baku tahap asam, pipet lebih kurang 10 mL alikot. Saring melalui
rekam kromatogram dan ukur respons puncak penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari C16H15F2N3O4S yang terlarut dengan mengukur
2,0%. serapan Larutan uji pada panjang gelombang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah serapan maksimum lebih kurang 289 nm dalam sel
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku 1-cm, menggunakan Media tahap dapar sebagai
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam blangko. Hitung persentase pantoprazol,
kromatogram dan ukur respons puncak utama. C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan rumus:
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
yang terlarut berdasarkan kadar dengan rumus:
( ) ( ) ( ) 𝑉
𝐿
[( ) ( ) 𝐷 ( ) ]
𝐿 AU dan AS adalah serapan Larutan uji dan Larutan
baku tahap dapar; CS adalah kadar Pantoprazol
Natrium BPFI dalam Larutan baku tahap dapar
farmasiindustri.com

dalam mg per mL; Mr1 dan Mr2 berturut-turut relatif (%)


adalah bobot molekul pantoprazol (383,37) dan Pantoprazol 1,0 -
pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume Senyawa sejenis D dan F 1,2 0,5
Media disolusi, 1000 mL dan L adalah jumlah pantoprazol
dalam mg per tablet sesuai dengan yang tertera Senyawa sejenis A 1,3 0,5
pantoprazol
pada etiket.
Senyawa sejenis B 2,7 0,3
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
pantoprazol
tidak kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari Masing-masing cemaran - 0,2
jumlah yang tertera pada etiket. lain
Total cemaran - 1,0
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Abaikan puncak cemaran kurang dari 0,1%.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
tertera pada Kromatografi <931>. pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan A Timbang 3,85 g amonium asetat P
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada dan 1,1 g tetrabutilamonium hidrogen sulfat P
Penetapan kadar. larutkan dalam 1000 mL air, atur pH hingga 7,9
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku yang dengan penambahan larutan amonium hidroksida
tertera pada Penetapan kadar, encerkan dengan P (1:1).
natrium hidroksida 0,02 N hingga kadar lebih Pengencer Campuran asetonitril P-natrium
kurang 0,4 µg per mL. hidroksida 0,02 N (1:1).
Sistem kromatografi Lakukan seperti pada Fase gerak Campuran Larutan A-asetonitril P
Penetapan kadar Lakukan kromatografi terhadap (65:35). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
dan ukur respons puncak seperti tertera pada seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur: [Catatan Waktu retensi relatif masing- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
masing senyawa tertera dalam Tabel 3]. Resolusi, Pantoprazol Natrium BPFI, masukkan ke dalam
R, antara senyawa sejenis A pantoprazol dan labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan natrium
pantoprazol tidak kurang dari 3; faktor ikutan hidroksida 0,02 N sampai 60% volume akhir labu.
untuk pantoprazol tidak lebih dari 2,0. Lakukan Sonikasi selama 5 menit hingga larut, tambahkan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam lebih kurang 2% asetonitril P, encerkan dengan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda. Larutan
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada ini mengandung pantoprazol natrium lebih kurang
penyuntikkan ulang tidak lebih dari 10,0%. 0,2 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, Senyawa
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Sejenis A Pantoprazol BPFI dan Senyawa Sejenis
kromatogram tidak kurang dari tiga kali waktu B Pantoprazol BPFI, larutkan dan encerkan
retensi puncak pantoprazol dan ukur semua respons dengan natrium hidroksida 0,02 N hingga kadar
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran berturut-turut lebih kurang 0,2 mg per mL; 0,4 µg
dalam zat dengan rumus: per mL dan 0,4 µg per mL.
Larutan uji Masukkan 5 tablet ke dalam labu
( ) ( ) ( ) tentukur yang sesuai. [Catatan Gunakan labu
tentukur 50-mL untuk tablet mengandung
pantoprazol 20 mg atau gunakan labu tentukur
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran 100-mL untuk tablet mengandung pantoprazol 40
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak mg]. Tambahkan Pengencer sampai 60% volume
pantoprazol natrium dari Larutan baku; CS adalah akhir labu, kocok secara mekanik selama 60 menit
kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
mL Larutan baku; CU adalah kadar pantoprazol Saring melalui penyaring yang sesuai, encerkan
dalam mg per mL Larutan uji; Mr1 dan Mr2 filtrat dengan natrium hidroksida 0,02 N hingga
berturut-turut adalah bobot molekul pantoprazol kadar pantoprazol lebih kurang 0,2 mg per mL.
(383,37) dan pantoprazol natrium (405,35). Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
lebih dari yang tertera pada Tabel 3. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih
Tabel 3 kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Nama Waktu retensi Batas kromatogram dan ukur respons puncak seperti
farmasiindustri.com

tertera pada Prosedur: Resolusi, R, antara senyawa A. Larutkan sejumlah serbuk injeksi setara 10
sejenis A pantoprazol dan pantoprazol tidak mg pantoprazol dalam 20 mL air. Pada 2 mL
kurang dari 3; faktor ikutan untuk pantoprazol larutan tambahkan 5 tetes asam hidroklorida encer
tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi LP, kemudian tambahkan 1 mL asam silikotungstat
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan LP tetes demi tetes: terbentuk endapan putih dadih.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
tidak lebih dari 2,0%. Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah C. Larutan dari Identifikasi A menunjukkan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku reaksi Natrium seperti tertera pada Uji Identifikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Umum <291>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, pH <1071> Antara 9,5 dan 11,0; lakukan
dalam tablet dengan rumus: penetapan menggunakan larutan 4 mg per mL.

Kejernihan larutan <881> Larutan jernih;


( ) ( ) ( ) lakukan pengujian menggunakan larutan 4 mg per
mL dalam air.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Warna dan akromisitas <1291> Metode III
Pantoprazol Natrium BPFI dalam Larutan baku, Warna Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan
CU adalah kadar pantoprazol dalam mg per mL padanan.
Larutan uji; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah Larutan uji Larutkan sejumlah serbuk injeksi
bobot molekul pantoprazol (383,37) dan setara larutan 4 mg per mL dalam air.
pantoprazol natrium (405,35). Larutan padanan induk Campur 4,0 mL kalium
dikromat LK; 23,3 mL tembaga(II) sulfat LK dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 72,7 mL air.
baik, pada suhu ruang. Larutan padanan Campur 1,0 mL Larutan
padanan induk dengan 9,0 mL air.
Penandaan Cantumkan tablet tidak dibagi,
dikunyah atau digerus sebelum digunakan. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0%.
Cantumkan uji disolusi yang digunakan jika tidak
menggunakan Uji 1. Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan
penetapan menggunakan metode Penyaringan
membrane.

Tambahan monografi Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,2


PANTOPRAZOL NATRIUM UNTUK unit Endotoksin per mg pantoprazol.
INJEKSI
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Pantoprazole Sodium for Injection
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Pantoprazol Natrium untuk Injeksi adalah sediaan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
steril pantoprazol natrium terliofilisasi.
pada Kromatografi <931>.
Mengandung pantoprazol, C16H15F2N3O4S, tidak
Larutan A Larutan dikalium hidrogen fosfat 0,01
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110% dari
M. Atur pH sampai 7,0 menggunakan asam
jumlah yang tertera pada etiket.
ortofosfat P.
Larutan B Gunakan asetonitril P.
Baku pembanding Pantoprazol Natrium BPFI;
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dalam bentuk seskuihidrat. Simpan dalam wadah
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
tertutup rapat, dalam lemari pendingin, terlindung
kromatografi.
dari cahaya. Bersifat higroskopis. Endotoksin
Pengencer Campuran natrium hidroksida 0,001
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan
N-asetonitril P (1:1).
vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari
Larutan uji Timbang saksama sejumlah sediaan,
kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, simpan
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
larutan dalam lemari pendingin, gunakan larutan
kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji, ke
dibuka dalam lemari pembeku.
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
Identifikasi
farmasiindustri.com

Larutan kesesuaian sistem Timbang sediaan Larutan baku Timbang sejumlah Pantoprazole
setara 8 mg pantoprazol, masukkan dalam labu Natrium BPFI, larutkan dan encerkan dengan
tentukur 10-mL, larutkan dalam 1 mL larutan Pengencer hingga kadar pantoprazol lebih kurang
hidrogen peroksida P 0,3%, encerkan dengan 40 µg per mL.
Pengencer sampai tanda. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 289 nm dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 289 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 Atur laju alir sehingga memenuhi syarat kesesuaian
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu sistem. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kolom pada 40⁰. Atur laju alir sehingga memenuhi baku, rekam kromatogram dan ukur respons
syarat kesesuaian sistem. Kromatograf diprogram puncak seperti yang tertera pada Prosedur: efisiensi
sebagai berikut: kolom tidak kurang dari 2500 lempeng teoritis dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Waktu Larutan A Larutan B tidak lebih dari 2,0%.
(menit) (%) (%) Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
0 90 10 volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
30 60 40 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
45 15 85 kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian dalam larutan terkonstitusi dengan rumus:
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
relatif senyawa hasil degradasi oksidasi lebih ( ) ( )
kurang 0,9; resolusi, R, antara puncak pantoprazol
natrium dan senyawa hasil degradasi oksidasi tidak
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kurang dari 2,0; simpangan baku relatif pada
pantoprazol dari Larutan uji dan Larutan baku;
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
CS adalah kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
pantoprazol dalam µg per mL Larutan uji
pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; Mr1
rekam kromatogram, ukur semua respons puncak:
dan Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul
respons puncak masing-masing cemaran pada
pantoprazol (383,37) dan pantoprazol natrium
kromatogram Larutan uji tidak lebih dari 0,5 kali
(405,350).
respons puncak utama kromatogram Larutan
pembanding (0,5%) dan total cemaran pada
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam Wadah
kromatogram Larutan uji tidak lebih dari respons
untuk padatan steril seperti tertera pada Injeksi.
puncak utama kromatogram Larutan pembanding
Simpan dalam tempat dingin, terlindung cahaya.
(1,0%); Abaikan respons puncak kurang dari 0,05
kali respons puncak Larutan pembanding .

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada


Injeksi. Tambahan monografi
SUPOSITORIA PARASETAMOL
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Acetaminophen Suppositories
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Supositoria Parasetamol mengandung parasetamol,
Dapar Larutan dikalium hidrogen fosfat 0,01 M. C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Atur pH sampai 7,0 menggunakan asam ortofosfat dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
P.
Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P Baku pembanding Parasetamol BPFI; tidak boleh
(65:35), saring dan awaudarakan. Jika perlu dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem dan terlindung cahaya. 4-Aminofenol BPFI.
seperti tertera pada Kromatografi <931>
Pengencer Campuran natrium hidroksida 0,001 Identifikasi
N-asetonitril P (1:1). A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji Konstitusikan isi 4 wadah, masukkan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Pengencer sampai tanda. Pipet sejumlah larutan, B. Masukkan sejumlah supositoria setara dengan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 20 mg parasetamol ke dalam gelas
pantoprazol lebih kurang 40 µg per mL. kimia. Tambahkan 20 mL metanol P dan panaskan
farmasiindustri.com

di atas tangas uap hingga meleleh. Angkat gelas lapisan bagian bawah ke dalam labu tentukur 200-
dari tangas uap, dinginkan sambil sesekali diaduk, mL, ekstraksi lapisan n-heksana yang tersisa dalam
saring: filtrat memenuhi uji Identifikasi secara corong pisah 3 kali, tiap kali dengan 30 mL air,
Kromatografi Lapis Tipis <281>, gunakan fase kumpulkan lapisan bagian bawah ke dalam labu
gerak campuran diklorometana P-metanol P (4:1). tentukur 200-mL yang sama. Encerkan kumpulan
ekstrak dalam labu tentukur dengan air sampai
4-Aminofenol <310> Memenuhi syarat. tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Fase gerak, Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
Larutan kesesuaian sistem, Sistem kromatografi, persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
Prosedur, dan Kriteria keberterimaan Lakukan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
seperti tertera pada Uji Batas 4-Aminofenol dalam kurang 0,01 mg per mL. Saring larutan melalui
Sediaan mengandung Parasetamol <310> penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih
Dapar Timbang saksama sejumlah natrium sitrat halus, buang 10 mL filtrat pertama. Gunakan
dihidrat P dan asam sitrat anhidrat P, larutkan dan larutan jernih sebagai Larutan uji.
encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
lebih kurang 4,0 g per L dan 1,5 g per L. tinggi dilengkapi dengan detektor 243 nm dan
Pengencer Campuran Dapar - asetonitril P kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
(9:1). Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
Larutan baku persediaan Timbang saksama kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sejumlah 4-Aminofenol BPFI, larutkan dan kromatogram dan ukur respons puncak seperti
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari
kurang 25 µg per mL. 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Larutan baku Pipet 20,0 mL Larutan uji ulang tidak lebih dari 2,0%.
persediaan dan 15,0 mL Larutan baku persediaan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Pengencer sampai tanda. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur
Larutan uji persediaan Masukkan sejumlah respons puncak utama. Hitung persentase
supositoria ke dalam labu tentukur yang sesuai. parasetamol, C8H9NO2, dalam supositoria dengan
Tambahkan Pengencer hingga lebih kurang rumus:
setengah tabung, sonikasi selama 1 jam dengan
sering dikocok. Dinginkan dan encerkan dengan
Pengencer sampai tanda. Kadar larutan lebih ( )( )
kurang 12-13 mg per mL.
Larutan uji Pipet 20,0 mL Larutan uji rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
persediaan ke dalam labu tentukur 50-mL, Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Kadar Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan
larutan lebih kurang 4,8-5,2 mg per mL. baku; CU adalah kadar parasetamol dalam mg per
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang tertera
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Fase gerak Campuran air-metanol P (3:1), rapat. Simpan pada suhu ruang terkendali atau di
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan tempat sejuk.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
yang tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Parasetamol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per PENTOKSIFILIN
mL. Pentoxifylline
Larutan uji persediaan Tara cawan kecil dan
H3C O O
batang pengaduk, masukkan 5 buah supositoria
N
pada cawan, panaskan perlahan di atas tangas uap N CH3
hingga supositoria meleleh, aduk, dinginkan sambil
N N O
diaduk, dan timbang. Timbang saksama sejumlah
CH3
massa setara dengan lebih kurang 100 mg
parasetamol, masukkan ke dalam corong pisah 250
mL, tambahkan 30 mL n-heksana P, kocok hingga 1-(5-Oksoheksil)teobromin [6493-05-6]
larut. Tambahkan 30 mL air, kocok perlahan dan C13H18N4O3 BM 278,31
biarkan lapisan memisah (Jika terbentuk emulsi,
tambah waktu hingga lapisan memisah). Alirkan Pentoksifilin mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C13H18N4O3.
farmasiindustri.com

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera


Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir pada Kromatografi <931>.
putih. Larutan A dan Fase gerak Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
kloroform dan dalam metanol; sukar larut dalam sejumlah kofein dan Pentoksifilin BPFI, larutkan
etanol; agak sukar larut dalam eter. dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
berturut-turut lebih kurang 0,7 µg per mL dan 350
Perubahan µg per mL.
Baku pembanding Pentoksifilin BPFI; tidak boleh Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat Pentoksifilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
dan terlindung cahaya. Kofein BPFI Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,7 µg per
mL.
Perubahan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Kesempurnaan melarut <901> Memenuhi syarat; larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
lakukan penetapan menggunakan larutan 1 g zat kadar lebih kurang 350 µg per mL.
dalam 50 mL air bebas karbondioksida P. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Perubahan Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
Identifikasi dan ukur respons puncak seperti tertera pada
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Prosedur: resolusi, R, antara kofein dan
didispersikan dalam kalium bromida P, pentoksifilin tidak kurang dari 10,0. Lakukan
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
gelombang yang sama seperti pada Pentoksifilin kromatogram dan ukur respons puncak seperti
BPFI. tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
B. Waktu retensi puncak utama pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Hilangkan persyaratan kromatogram tidak kurang lima kali waktu retensi
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 104° dan pentoksifilin, ukur respons semua puncak. Hitung
107°. persentase masing-masing cemaran dalam zat
dengan rumus:
Keasaman Larutkan 1 g zat dalam 50 mL air
bebas karbondioksida P, tambahkan 1 tetes biru
brom timol LP; dibutuhkan tidak lebih dari 0,2 mL ( ) ( )
natrium hidroksida 0,01 N untuk menghasilkan
perubahan warna. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; pentoksifilin dari Larutan baku; CS adalah kadar
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu Pentoksifilin BPFI dalam µg per mL Larutan baku;
60° selama 3 jam. CU adalah kadar pentoksifilin dalam µg per mL
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Cemaran senyawa organik mudah menguap
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,011% atau setara <471> Metode V Memenuhi syarat.
dengan 0,31 mL asam hidroklorida 0,020 N;
lakukan penetapan menggunakan 2 g zat. Perubahan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,02% atau setara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
dengan 0,2 mL asam sulfat 0,020 N; lakukan pada Kromatografi <931>.
penetapan menggunakan 1 g zat. Larutan A Buat larutan 1 g asam perklorat P
dalam 1000 mL air.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari Fase gerak Campuran Larutan A-asetonitril P-
10 bpj. tetrahidrofuran P-metanol P (80:15:2,5:2), saring
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Perubahan menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Kromatografi <931>.
lebih dari 0,2% dan total cemaran tidak lebih dari Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara sejumlah Kofein BPFI dan Pentoksifilin BPFI,
farmasiindustri.com

larutkan dalam Fase gerak hingga kadar berturut- Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam
turut lebih kurang 0,024 mg per mL dan 0,048 mg lemari pendingin, dan gunakan dalam waktu 14
per mL. hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah pembeku. Teobromin BPFI, Teofilin BPFI, Kofein
Pentoksifilin BPFI, larutkan dalam Fase gerak, jika BPFI.
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. Identifikasi
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, A. Pada sejumlah volume injeksi setara 10 mg
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga pentoksifilin tambahkan 1 mL asam hidroklorida P
kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. dan 0,1 g kalium klorat P, uapkan hingga kering di
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja atas tangas air. Residu yang terbentuk bereaksi
tinggi dilengkapi dengan detektor 273 nm dan dengan uap amoniak menghasilkan warna ungu,
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi yang akan hilang dengan penambahan beberapa
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih tetes natrium hidroksida LP.
kurang 0,7 mL per menit. Lakukan kromatografi B. Encerkan sejumlah volume injeksi setara 10
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam mg pentoksifilin dengan 5 mL air, tambahkan 1 mL
kromatogram dan ukur respons puncak seperti asam sulfat encer LP dan beberapa tetes iodum LP:
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kofein terbentuk endapan coklat.
dan pentoksifilin tidak kurang dari 10,0. Lakukan C. Waktu retensi puncak utama pada
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%. pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,0
Hitung persentase pentoksifilin, C13H18N4O3, dalam unit Endotoksin per mg pentoksifilin.
zat dengan rumus:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
( ) ( ) tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Campuran larutan kalium dihidrogen
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak fosfat P 0,544% - metanol P (7:3). Saring dan
pentoksifilin dari Larutan uji dan Larutan baku; awaudarakan.
CS adalah kadar Pentoksifilin BPFI dalam mg per Larutan B Campuran metanol P-larutan kalium
mL Larutan baku; CU adalah kadar pentoksifilin dihidrogen fosfat P 0,544% (7:3). Saring dan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot awaudarakan.
yang ditimbang. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kromatografi.
baik. Pengencer larutan kalium dihidrogen fosfat P
0,544%-metanol P (1:1).
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
Tambahan monografi kurang 1 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
INJEKSI PENTOKSIFILIN
Teobromin BPFI, Teofilin BPFI, Kofein BPFI dan
Pentoxifilline Injection Pentoksifilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer sampai kadar masing-masing 2 µg per
Injeksi Pentoksifilin adalah larutan steril
mL.
pentoksifilin dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pentoksifilin, C13H18F2N4O3, tidak kurang dari
tinggi dilengkapi dengan detektor 272 nm dan
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan
yang tertera pada etiket.
pengisi L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
kesesuaian sistem. Kromatograf diprogram sebagai
Baku pembanding Pentoksifilin BPFI; tidak boleh
berikut:
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan Waktu Larutan A Larutan B
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus (menit) (%) (%)
hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
farmasiindustri.com

0 86 14 Larutan baku Timbang saksama sejumlah


6 86 14 Pentoksifilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
13 10 90 Fase gerak hingga kadar lebih kurang 50 µg per
30 10 90 mL.
38 86 14 Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
43 86 14 sejumlah Kofein BPFI dan Pentoksifilin BPFI,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, kadar masing-masing lebih kurang 50 µg per mL.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
seperti yang tertera pada Prosedur: urutan eluasi tinggi dilengkapi dengan detektor 272 nm, dan
berturut-turut: teobromin, teofilin, kofein dan kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan
pentoksifilin; waktu retensi pentoksifilin lebih pengisi L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
kurang 12; resolusi, R, antara puncak teofilin dan kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap
kofein tidak kurang dari 4, dan resolusi, R, antara Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
puncak kofein dan pentoksifilin tidak kurang dari dan ukur respons puncak seperti yang tertera pada
10; efisiensi kolom respons puncak pentoksifilin Prosedur: resolusi, R, antara kofein dan
tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis; dan pentoksifilin tidak kurang dari 5,0; efisiensi kolom
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak kurang dari 2000 lempeng teoritis. Lakukan
tidak lebih dari 2,0%. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku tertera pada Prosedur simpangan baku relatif pada
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
kromatogram, ukur semua respons puncak. Hitung Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
persentase masing-masing cemaran dengan rumus: volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
( ) ( ) kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase pentoksifilin, C13H18F2N4O3,
dalam tiap mL injeksi dengan rumus:
ri adalah respons puncak teobromin, teofilin atau
kofein dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
teobromin, teofilin atau kofein dari Larutan baku; ( ) ( )
CS adalah kadar teobromin, teofilin atau kofein
dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pentoksifilin dalam µg per mL Larutan uji. pentoksifilin dari Larutan uji dan Larutan baku;
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak CS adalah kadar Pentoksifilin BPFI dalam µg per
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. mL Larutan baku; CU adalah kadar pentoksifilin
dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
Tabel yang tertera pada etiket.
Nama Batas Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
(%) baik, terlindung cahaya.
Teobromin 0,2
Teofilin 0,2
Kofein 0,2
Masing-masing cemaran 0,2 Tambahan monografi
lain GEL PIROKSIKAM
Total cemaran 1,0 Piroxicam Gel
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Gel Piroksikam mengandung Piroksikam,
Injeksi. C15H13N3O4S, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Baku pembanding Piroksikam BPFI; simpan pada
Fase gerak Campuran larutan kalium dihidrogen suhu 5°±3°, terlindung dari cahaya.
fosfat P 0,544%-metanol P (52:48).
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, Identifikasi
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
kurang 50 µg per mL. tertera pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis
Tipis <281>.
farmasiindustri.com

Penjerap Campuran silika gel GF254. Respons puncak 2-piridilamin tidak lebih besar dari
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-metanol respons puncak utama.
P-asam asetat glasial P (80:10:1). Saring dan
awaudarakan. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pengencer Buat larutan asam hidroklorida P Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
0,01 M dalam metanol P. pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pengencer Buat larutan asam hidroklorida 0,01
Piroksikam BPFI, larutkan dan encerkan dengan M dalam metanol P.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. Dapar Buat larutan natrium dihidrogen fosfat 0,05
Larutan uji Timbang sejumlah gel setara lebih M atur pH hingga 3,5 dengan penambahan asam
kurang 10 mg piroksikam, larutkan dengan natrium ortofosfat P.
klorida P jenuh sampai campuran menjadi keruh. Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
Encerkan dengan Pengencer sampai 5 mL, kocok, metanol P (55:30:15). Saring dan awaudarakan. Jika
sentrifugasi dan gunakan beningan. Jika perlu perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
saring beningan. sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
masing 5 µL Larutan baku dan Larutan uji pada Piroksikam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan Campur, jika perlu sonikasi. Pipet 5 mL larutan ke
dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
merambat hingga 15 cm. Angkat lempeng, tandai Fase gerak sampai tanda.
batas rambat, keringkan dan amati di bawah Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel
cahaya ultraviolet 254 nm. Harga RF bercak utama setara dengan lebih kurang 5 mg piroksikam,
yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan tambahkan 5 mL Pengencer, kocok perlahan
bercak utama Larutan baku. selama 30 menit, tambahkan 50 mL Fase gerak,
kocok kuat selama 30 menit. Encerkan dengan
pH <1071> Antara 7,2 dan 8,2. Fase gerak sampai 100 mL, campur. Saring
melalui penyaring kaca fiber dengan porositas 1
2-piridilamin Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan μm.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. tinggi dilengkapi dengan detektor UV 248 nm, dan
Pengencer, Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi ―end
yang tertera pada Penetapan kadar. capped‖ L7 dengan ukuran partikel 5 m.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2- Pertahankan suhu kolom pada 40. Laju alir lebih
dipiridilamin, larutkan dengan Fase gerak hingga kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
kadar lebih kurang 5 µg per mL. Pipet 5 mL larutan terhadap Larutan baku, ukur respons puncak
ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara
Pengencer sampai tanda. 0,8 dan 1,5.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
setara lebih kurang 5 mg piroksikam, tambahkan 5 volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
mL Pengencer, kocok perlahan selama 30 menit, Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
tambahkan 50 mL Fase gerak, kocok kuat selama kromatogram dan ukur respons puncak utama.
30 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai 100 Hitung persentase piroksikam, C15H13N3O4S dalam
mL, saring melalui penyaring kaca fiber dengan zat yang digunakan dengan rumus:
porositas 1 μm.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi detektor fluoresen dengan ( ) ( )
panjang gelombang eksitasi 313 nm dan panjang
gelombang emisi 380 nm, dan kolom 4,6 mm × 25
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
cm berisi bahan pengisi ―end capped‖ L7 dengan
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU berturut-
ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom turut adalah kadar Piroksikam BPFI dalam mg per
pada 40. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. mL Larutan baku dan Larutan uji berdasarkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur bobot yang tertera pada etiket.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
faktor ikutan 2-piridilamin tidak kurang dari 0,8 Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
dan tidak lebih dari 1,5 antara 0,8 dan 1,5. tertutup rapat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Tambahan monografi
farmasiindustri.com

PROKAIN BENZILPENISILIN UNTUK berisi Penampak bercak: Nilai Rf dari dua bercak
INJEKSI utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
Procaine Benzylpenicillin for Injection dengan bercak utama dari Larutan baku 1 dan
Larutan baku 2.
Prokain Benzilpenisilin untuk Injeksi adalah B. Waktu retensi dua puncak utama dari Larutan
sediaan steril campuran Prokain Benzilpenisilin uji sesuai dengan waktu retensi dua puncak utama
dan Benzilpenisilin Natrium (Kalium) yang berisi dari Larutan baku seperti diperoleh pada
dapar dan bahan pensuspensi yang sesuai. Penetapan kadar.
Mengandung prokain, C13H20N2O2, tidak kurang C. Menunjukkan reaksi Natrium (Kalium) seperti
dari 29,1% dan tidak lebih dari 35,6%; tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Mengandung penisilin, C16H18N2O4S tidak kurang
dari 59,0% dan tidak lebih dari 66,3% dari jumlah Warna larutan dalam metanol
yang tertera pada etiket. Potensi tidak kurang dari Larutan padanan induk 1 Campur 4,0 mL kalium
1050 unit penisilin dan tidak lebih dari 1180 unit dikromat LK; 23,3 mL tembaga(II) sulfat LK dan
penisilin FI per mg dihitung terhadap zat anhidrat. 72,7 mL air.
Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak Larutan padanan 1 Campur 2,0 mL Larutan
lebih dari 105,0% penisilin dihitung dari bobot padanan induk 1 dengan 8,0 mL air.
rata-rata kadar. Larutan padanan induk 2 Campur 1,2 mL kalium
dikromat LK; 22,8 mL tembaga(II) sulfat LK; 7,2
Baku pembanding Prokain hidroklorida BPFI. mL kobalt(II) klorida LK; dan 68,8 mL air.
Prokain BPFI. Penisilin BPFI. Fenoksimetil Larutan padanan 2 Campur 2,0 mL Larutan
penisilin BPFI. Asam p-aminobenzoat BPFI. padanan induk 2 dengan 8,0 mL air.
Benzilpenisilin untuk kesesuaian sistem BPFI Prosedur Ke dalam masing-masing 5 wadah
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, (potensi 400.000 unit), tambahkan 1 mL air
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk (tambahkan 2 mL air untuk potensi 800.000 unit),
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, kocok. Tambahkan 5 mL metanol P (tambahkan 10
simpan larutan dalam lemari pendingin dan mL metanol P untuk potensi 800.000 unit) untuk
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang melarutkan: warna larutan tidak lebih intensif dari
belum dibuka dalam lemari pembeku. Larutan padanan 1 atau Larutan padanan 2.

Polimer penisilin Tidak lebih dari 0, 80% Lakukan


Identifikasi penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>
tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis Larutan dapar fosfat Buat campuran dinatrium
tipis <281>. hidrogen fosfat 0,03 M-natrium dihidrogen fosfat
Fase gerak Campuran aseton P–Larutan 0,03 M (61:39). Atur pH hingga 7,0.
ammonium asetat P 15,4% (2:3). Atur pH hingga 7 Fase gerak A Gunakan Larutan dapar fosfat.
dengan penambahan larutan ammonium pekat atau Fase gerak B Gunakan air.
asam asetat glasial P. Larutan kesesuaian sistem Buat larutan
Penjerap Campuran silika gel G. mengandung dekstran biru 2000 dengan kadar 0,1
Penampak bercak Gunakan uap Iodum P. mg per mL.
Pelarut Campuran air-aseton P (3:2) Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji Rekonstitusi Prokain Benzilpenisilin Penisilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
untuk Injeksi dan encerkan dengan Pelarut hingga hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
kadar prokain bensilpenisilin lebih kurang 5 mg per Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
mL. injeksi setara dengan 180 mg penisilin, masukkan
Larutan baku 1 Timbang sejumlah Prokain ke dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan 2 mL
hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan N,N dimetilformamida untuk melarutkan prokain
Pelarut hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. benzilpenisilin, encerkan dengan air sampai tanda
Larutan baku 2 Timbang sejumlah Penisilin dan campur.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pelarut Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
hingga kadar lebih kurang 3 mg per mL. tinggi Size Exclusion Chromatography (SEC)
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
masing 5 µL Larutan baku 1. Larutan baku 2 dan dengan diameter 1,0-1,4 nm x 30-40 cm dan
Larutan uji pada lempeng kromatografi. Masukkan panjang 30-40 cm Sephadex G-10 dengan ukuran
lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase partikel 40-120 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL
gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga lebih per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat kesesuaian sistem menggunakan Fase gerak A,
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan hingga rekam kromatogram. Kemudian lakukan
kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana yang kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem
farmasiindustri.com

menggunakan Fase gerak B, rekam kromatogram.


Ukur kedua respons puncak seperti tertera pada Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Prosedur: efisiensi kolom pada masing-masing fase Injeksi.
gerak tidak kurang dari 400 lempeng teoritis; faktor
ikutan tidak lebih dari 2,0. Perbandingan waktu Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
retensi puncak dekstran biru 2000 pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
kromatogram dengan Fase gerak A terhadap Fase tertera pada Kromatografi <931>.
gerak B antara 0,93 dan 1,07. Lakukan Dapar Timbang sejumlah lebih kurang 14 g
kromatografi terhadap Larutan baku dan Larutan kalium dihidrogen fosfat P dan 6,5 g larutan
Kesesuaian sistem menggunakan Fase gerak B, tetrabutilamonium hidroksida 40%, masukkan ke
rekam kromatogram dan ukur respons puncak dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan dalam 700
seperti tertera pada Prosedur: perbandingan waktu mL air, atur pH hingga 7,0 dengan penambahan
retensi puncak utama Larutan baku terhadap kalium hidroksida 1 N dan encerkan dengan air
puncak dekstran biru 2000 antara 0,93 dan 1,07. sampai tanda.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji dan Larutan A Campuran Dapar-air-asetonitril P
Larutan kesesuaian sistem menggunakan Fase (52:28 :20). Saring dan awaudarakan.
gerak A, rekam kromatogram dan ukur respons Larutan B Campuran Dapar- asetonitril P-air
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan (52:30:18). Saring dan awaudarakan.
waktu retensi puncak polimer utama Larutan uji Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan kesesuaian sistem antara 0,93 dan dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
1,07. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku kromatografi.
menggunakan Fase gerak A. rekam kromatogram Larutan asam p-aminobenzoat Timbang
dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada sejumlah lebih kurang 16,80 mg Asam p-
Prosedur: perbandingan tinggi puncak polimer aminobenzoat BPFI, masukkan ke dalam labu
terhadap lembah antara monomer dan polimer lebih tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
besar dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan A sampai tanda.
Larutan baku menggunakan Fase gerak B, rekam Larutan uji Timbang saksama Prokain
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Benzilpenisilin untuk injeksi setara dengan 70 mg
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada prokain benzilpenisilin, masukkan ke dalam labu
5 kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%%. tentukur 50-mL. Larutkan dan encerkan dengan
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (100-200 Larutan A sampai tanda.
µL) Larutan uji menggunakan Fase gerak A, Larutan baku Pipet 1 mL Larutan uji dan 2 mL
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan asam p-aminobenzoat, masukkan ke dalam
utama. Suntikkan sejumlah volume (100-200 µL) labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Larutan A
Larutan uji menggunakan Fase gerak B Rekam sampai tanda.
kromatograf dan ukur semua respons puncak Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
utama. Hitung polimer penisilin dalam Larutan uji sejumlah Penisilin BPFI, Prokain hidroklorida
terhadap Larutan baku. BPFI dan Benzilpenisilin untuk kesesuaian sistem
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan asam
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 3,5% p-aminobenzoat hingga kadar berturut-turut lebih
kurang 0,50; 0,15; dan 0,80 mg per mL.
Suspending time and Consistence Lakukan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
penetapan menggunakan satu wadah, larutkan tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm, kolom
dalam air hingga diperoleh potensi 400.000 unit per berisi bahan pengisi L1. Lakukan eluasi secara
mL. Kocok dan biarkan selama 2 menit: tidak isokratik menggunakan Larutan A sampai muncul
terbentuk endapan atau suspensi tidak terpisah puncak prokain. Kemudian kromatograf diprogram
secara jelas menjadi lapisan. Suspensi dapat sebagai berikut:
melewati jarum hipodermik no 4½ dengan mudah,
tanpa menyumbat jarum. Waktu Larutan A Larutan B
(Menit) (%) (%)
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5. Lakukan penetapan 0 100 0
menggunakan larutan yang mengandung 60 mg per 1 100 0
mL. 2 50 50
27 50 50
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,01 28 100 0
unit Endotoksin per 1000 unit penisilin. 38 100 0

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Setelah Lakukan kromatografi terhadap, Larutan


diinaktivasi dengan penisilinase (untuk serbuk kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
steril). respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
farmasiindustri.com

waktu retensi puncak penisilin kurang dari 25 Hitung persentase prokain, C13H20N2O2 dan
menit. [Catatan Urutan elusi puncak adalah asam penisilin, C16H18N2O2S4 dalam serbuk injeksi.
p-aminobenzoat, prokain, cemaran utama penisilin
dan penisilin.]; Lakukan kromatografi terhadap Tiap mg penisilin, C16H18N2O2S4
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur setara dengan 1780 unit penisilin
respons puncak seperti pada Prosedur : resolusi, R,
antara puncak asam p-aminobenzoat, penisilin dan Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
puncak yang berdekatan tidak kurang dari 1,5. tertutup baik, pada tempat kering.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Tambahan monografi
Respons puncak asam p-aminobenzoat dari LARUTAN ORAL TRIPROLIDIN DAN
Larutan uji tidak lebih dari 0,5 kali respons puncak PSEUDOEFEDRIN HIDROKLORIDA
Larutan baku (0,024%); Respons puncak masing- Triprolidine and Pseudoephedrine
masing cemaran dari Larutan uji tidak lebih dari Hydrochlorides Oral Solution
respons puncak penisilin dari Larutan baku (1,0%).
Larutan oral Triprolidin dan Pseudoefedrin
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hidroklorida mengandung triprolidin hidroklorida,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
C19H22N2HClH2O dan pseudoefedrin hidroklorida
pada Kromatografi <931>.
Dapar Timbang saksama lebih kurang 14 g C10H15NOHCl , tidak kurang dari 90,0% dan tidak
kalium dihidrogen fosfat P dan 6,5 g larutan lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
tetrabutilamonium hidroksida 40%, masukkan ke etiket.
dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan dalam 700
mL air, atur pH hingga 7,0 dengan penambahan Baku pembanding Triprolidin hidroklorida BPFI;
kalium hidroksida 1 N dan encerkan dengan air tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan,
sampai tanda. simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P- cahaya. Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI; tidak
air (52:25:23), atur pH hingga 7,5 ± 0,05 dengan boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan
penambahan kalium hidroksida 1 N atau asam dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya
ortofosfat 10%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi
Penisilin BPFI dan Prokain BPFI, larutkan dan A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut- sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
turut lebih kurang 0,8 dan 0,54 mg per mL. Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk B. Lakukan penetapan seperti tertera pada
injeksi setara dengan 70 mg prokain Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
benzilpenisilin, masukkan ke dalam labu tentukur Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
50-mL. Larutkan dalam 30 mL Fase gerak, mm.
sonikasi dan encerkan dengan Fase gerak sampai Fase gerak Campuran butyl alcohol P-asam
tanda, campur. asetat glasial P-air (8:2:2).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan uji Masukkan lebih kurang 10 mL
sejumlah Fenoksimetil penisilin BPFI, larutkan dan larutan oral ke dalam labu bersumbat kaca yang
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih sesuai, tambahkan 10 mL eter P dan encerkan
kurang 2,4 mg per mL. Buat campuran larutan ini dengan 2 mL natrium hidroksida P, kocok selama
dengan Larutan baku (1:3). 5 menit, diamkan hingga terbentuk endapan.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm, kolom Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan pengisi hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
L1. Atur laju alir hingga memenuhi syarat air hingga kadar masing-masing berturut-turut 6 mg
kesesuaian system. Lakukan kromatografi terhadap per mL dan 250 µg per mL.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
dan ukur respons puncak seperti tertera pada masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
Prosedur: resolusi, R, antara puncak penisilin dan lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
fenoksimetil penisilin tidak kurang dari 2,0. dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Biarkan Fase gerak merambat hingga lebih kurang
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tandai batas rambat dan biarkan Fase gerak
kromatogram dan ukur respons puncak utama. menguap. Semprot lempeng dengan Penampak
farmasiindustri.com

bercak. Amati bercak di bawah cahaya UV: harga rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji Larutan uji dan Larutan baku; 332,88 dan 314,86
sesuai dengan Larutan baku. berturut-turut adalah bobot molekul triprolidin
hidroklorida monohidrat dan triprolidin
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara hidroklorida anhidrat; C adalah kadar Triprolidin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan
pada Kromatografi <931>. baku berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran etanol P-larutan amonium
asetat P 0,40% (17:3), saring dan awaudarakan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Jika perlu lakukan Kesesuaian sistem seperti tertera rapat, tidak tembus cahaya.
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara Tambahan monografi
bertahap dengan asam hidroklorida 0,01 N hingga TABLET TRIPROLIDIN
kadar masing-masing berturut-turut 1,2 mg per mL HIDROKLORIDA DAN
dan 0,05 mg per mL, dan saring. PSEUDOEFEDRIN HIDROKLORIDA
Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral Triprolidine and Pseudoephedrine
setara dengan lebih kurang 60 mg pseudoefedrin
Hydrochlorides Tablets
klorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
encerkan dengan asam hidroklorida 0,01 N sampai
Tablet Triprolidin Hidroklorida dan Pseudoefedrin
tanda dan campur.
Hidroklorida mengandung triprolidin hidroklorida,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggidilengkapi dengan detektor 254 nm dan C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3. hidroklorida C10H15NO.HCl, tidak kurang dari
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
kromatografi terhadap Larutan baku rekam yang tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Baku pembanding Triprolidin hidroklorida BPFI;
triprolidin dan pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
faktor ikutan puncak triprolidin tidak lebih dari 2,0 tertutup rapat, terlindung cahaya. Pseudoefedrin
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Hidroklorida BPFI; simpan dalam wadah tertutup
tidak lebih dari 2,0%. rapat, terlindung cahaya
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Identifikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Larutan uji sesuai dengan kromatogram Larutan
Waktu retensi relatif pseudoefedrin, dan triprolidin baku, seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
berturut-turut adalah 0,68 dan 1,0. Hitung jumlah B. Lakukan penetapan seperti tertera pada
pseudoefedrin hidroklorida, C10H15NOHCl, dalam Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
mg tablet dengan rumus: Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
mm.
Fase gerak Campuran butil alkohol P-asam
 rU 
   50C asetat glasial P-air (8:2:2).
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
 rS  bersumbat kaca yang sesuai, tambahkan 10 mL air,
kocok selama 5 menit, biarkan hingga terbentuk
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak endapan, gunakan beningan.
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dalam mg per Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
mL Larutan baku berdasarkan jumlah yang tertera hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
pada etiket. Hitung jumlah triprolidin hidroklorida, air hingga kadar masing-masing berturut-turut 6 mg
C19H22N2HClH2O, dalam mg tablet dengan per mL dan 250 µg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
rumus:
masing sejumlah volume sama 10 µL Larutan baku
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi,
 rU   332,88  diamkan sampai bercak mengering. Masukkan
    50C lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi
 rS   314,86  Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
farmasiindustri.com

lempeng, tandai batas rambat dan biarkan Fase labu tentukur 100-mL, tambahkan 10 mL asam
gerak menguap. Amati bercak di bawah cahaya UV hidroklorida 0,01 N, sonikasi selama 10 menit,
pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm: diamkan hingga suhu ruang, encerkan dengan asam
Nilai Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan hidroklorida 0,01 N sampai tanda, campur dan
uji sesuai dengan Larutan baku. saring.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Prosedur keseragaman kandungan triprolidin kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3.
hidroklorida dan pseudoefedrin hidroklorida Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Disolusi <1231> Prosedur gabungan sampel kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Media disolusi: 900 mL air. tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Alat tipe 2: 50 rpm pseudoefedrin hidroklorida, dan triprolidin
Waktu: 45 menit hidroklorida berturut-turut adalah 0,68 dan 1,0;
Lakukan penetapan persentase triprolidin resolusi, R, antara puncak triprolidin dan
hidroklorida, C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan
hidroklorida, C10H15NO.HCl yang terlarut dengan puncak triprolidin dan pseudoefedrin masing-
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera masing tidak lebih dari 2,0, dan simpangan baku
pada Kromatografi <931>. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan 2,0%.
seperti tertera pada Penetapan kadar. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Triprolidin hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dalam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Media disolusi jika perlu bertahap hingga kadar Hitung persentase, triprolidin hidroklorida,
masing-masing lebih kurang mendekati kadar C19H22N2.HCl.H2O, dalam tablet dengan rumus:
Larutan uji.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
 rU   CS   332,88 
penyaring yang sesuai.         100
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah  rS   CU   314,86 
volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kromatogram dan ukur respons puncak utama. tripolidin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan
Hitung persentase triprolidin hidroklorida, baku; CS adalah kadar Triprolidin Hidroklorida
C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin hidroklorida BPFI anhidrat dalam mg per mL Larutan baku; CU
C10H15NO.HCl dan yang terlarut. adalah kadar triprolidin hidroklorida dalam mg per
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
kurang dari 75% (Q), C19H22N2.HCl.H2O dan pada etiket; 332,88 dan 314,86 berturut-turut
C10H15NO.HCl, dari jumlah yang tertera pada adalah bobot molekul triprolidin hidroklorida
etiket. monohidrat dan triprolidin hidroklorida anhidrat.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hitung persentase pseudoefedrin hidroklorida,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera C10H15NO.HCl, dalam tablet dengan rumus:
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran etanol P-larutan amonium  rU   CS 
asetat 0,40% (17:3), saring dan awaudarakan. Jika       100
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian  rS   CU 
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Triprolidin Hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin pseudoefedrin hidroklorida dari Larutan uji dan
Hidroklorida BPFI , larutkan dan encerkan dengan Larutan baku; CS adalah kadar Pseudoefedrin
asam hidroklorida 0,01 N hingga kadar Triprolidin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan
Hidroklorida BPFI anhidrat dan Pseudoefedrin baku; CU adalah kadar pseudoefedrin hidroklorida
Hidroklorida BPFI berturut-turut lebih kurang dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
0,05 dan 1,2 mg per mL, dan saring. yang tertera pada etiket.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tablet setara dengan lebih kurang 120 mg rapat, tidak tembus cahaya.
pseudoefedrin hidroklorida, masukkan ke dalam
farmasiindustri.com

Larutan uji 2 Jika perlu encerkan Larutan uji 1


dengan Dapar.
Tambahan monografi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
TABLET RIFAMPISIN DAN ISONIAZID tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Rifampicin and Isoniazid Tablets kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang
Tablet Rifampisin dan Isoniazid mengandung 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
rifampisin, C43H58N4O12, dan isoniazid, C6H7N3O, Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; efisiensi kolom
tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis, dan
Baku pembanding Rifampisin BPFI; tidak boleh simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
dikeringkan. Hindari paparan oksigen. Simpan tidak lebih dari 2,0%.
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kelembaban, dalam lemari pendingin. Isoniazid volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji 2
BPFI; keringkan pada suhu 105 selama 4 jam dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah kromatogram dan ukur respons puncak isoniazid.
tertutup rapat dan terlindung cahaya. Rifampisin Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
Kuinon BPFI. tidak kurang dari 75% (Q) rifampisin, C43H58N4O12
dan isoniazid, C6H7N3O dari jumlah yang tertera
Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada etiket.
rifampisin dan isoniazid dalam kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
diperoleh pada Penetapan kadar.
Cemaran organik Tidak lebih dari yang tertera
Disolusi <1231> pada Tabel. Lakukan penetapan dengan cara
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
N. pada Kromatografi <931>.
Alat tipe 1: 100 rpm. Larutan A Buat campuran larutan asam sitrat P
Waktu: 45 menit. 21,01%- larutan kalium dihidrogen fosfat P 13,61%-
Lakukan penetapan jumlah rifampisin, larutan dikalium hidrogen fosfat P 17,42%
C43H58N4O12 terlarut dengan cara spektrofotometri Pengencer Buat campuran Larutan A – larutan
seperti tertera pada Spektrofotometri dan dikalium dhidrogen fosfat P 17,42% – air – asetonitril
Hamburan Cahaya <1191>. P (10:77:640:250).
Larutan baku Timbang sejumlah Rifampisin Larutan B Buat campuran larutan asam ortofosfat
BPFI dan Isoniazid BPFI, larutkan dan encerkan P 0,1%, natrium perklorat P 0,19%, asam sitrat P
dengan Media disolusi hingga kadar berturut-turut 0,59%, dan kalium dihidrogen fosfat P 2,09%
lebih kurang 0,165 mg dan 0,0825 mg per mL. Fase gerak Campuran Larutan B dan asetonitril
Larutan uji 1 Pipet sejumlah volume alikot dan P (65:35). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
saring melalui penyaring membran dengan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
porositas tidak lebih dari 0,8 µm, buang beberapa seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mL filtrat pertama. Jika perlu encerkan dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Media disolusi. Rifampisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Lakukan penetapan jumlah rifampisin, asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per
C43H58N4O12 yang terlarut dengan mengukur mL. Pipet 1 mL larutan ke dalam labu tentukur
serapan Larutan baku dan Larutan uji 1 pada 100-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
panjang gelombang serapan maksimum lebih Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
kurang 475 nm. masing-masing sejumlah Rifampisin BPFI dan
Lakukan penetapan jumlah isoniazid, C6H7N3O, Rifampisin Kuinon BPFI, larutkan dalam asetonitril
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja P hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. per mL. Pipet 5 mL ke dalam labu tentukur 50-mL,
Dapar Buat larutan kalium dihidrogen fosfat P encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
0,05 M, atur pH hingga 6,2 dengan penambahan Larutan uji Timbang dan serbukkan sejumlah
natrium hidroksida 0,1 M. tablet setara dengan lebih kurang 200 mg
Fase gerak Campuran Dapar -asetonitril P rifampisin, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
(99:1), atur pH hingga 4,0 ± 0,05 dengan mL, larutkan dalam asetonitril P sampai tanda,
penambahan asam ortofosfat P, saring dan saring. Pipet 5 mL filtrat ke dalam labu tentukur
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 50-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kromatografi <931>. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
farmasiindustri.com

kolom 4,6 mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi Larutan baku Timbang saksama sejumlah
L7 dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu Rifampisin BPFI dan Isoniazid BPFI, larutkan
kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per dalam metanol P hingga kadar masing-masing
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan lebih kurang 0,8 dan 0,4 mg per mL. Pipet 10 mL
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur larutan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dengan Dapar sampai tanda.
resolusi, R, antara rifampisin dan rifampisin kuinon Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
tidak kurang dari 4; efisiensi kolom tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
dari 2000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih tablet setara dengan lebih kurang 40 mg isoniazid,
dari 2,0. larutkan dalam 100 mL metanol P. Encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan Dapar hingga 500 mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Hitung persentase cemaran berdasarkan L1 dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
perbandingan puncak kromatogram. kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Tabel
Waktu Larutan A(%) Larutan B(%)
Nama Waktu Faktor Batas (%) (menit)
retensi Respons 0 100 0
relatif Relatif 5 100 0
Rifampisin 1,0 1,0 - 6 0 100
Rifampisin 0,55 1,19 Tidak lebih dari 15 0 100
kuinon empat kali 16 100 0
respons puncak 20 100 0
utama Larutan [Catatan Jenuhkan kolom dengan Larutan B selama satu
baku (4,0%) jam sebelum penyuntikan]
Rifampisin n- 1,25 1,03 Tidak lebih dari
oksida 1,5 kali respons Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
puncak utama rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan baku seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
(1,5%) rifampisin dan isoniazid berturut-turut tidak kurang
3-formil 1,51 1,22 Tidak lebih dari dari 25.000 dan 3.000 lempeng teoritik, faktor
rifamisin SV lima kali respons
isonikotinil puncak utama
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
hidrazon Larutan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
(5,0%) 2,0%.
3-formil 2,61 1,25 Tidak lebih dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
rifamisin SV respons puncak volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
utama Larutan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baku (1,0%) kromatogram dan ukur respons puncak utama.
- - Tidak lebih dari Hitung persentase rifampisin, C43H58N4O12, dan
Cemaran lain 1,5 kali respons isoniazid, C6H7N3O, dalam serbuk tablet dengan
puncak utama
rumus:
Larutan baku
(1,5%)
 rU 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara    C 100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera  rS 
pada Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 1,4 g natrium fosfat dibasa rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
anhidrat P dalam 1 L air, atur pH hingga 6,8 dengan Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
penambahan asam ortofosfat P. Rifampisin BPFI atau Isoniazid BPFI dalam mg per
Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar (4:96), mL Larutan baku berdasarkan yang tertera pada
saring dan awaudarakan. etiket.
Larutan B Campuran asetonitril P-Dapar
(55:45) saring dan awaudarakan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan rapat, terlindung dari lembap.
A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Tambahan monografi
farmasiindustri.com

TABLET DISPERSIBEL RIFAMPISIN, C2. Lakukan penetapan seperti tertera pada


ISONIAZID, DAN PIRAZINAMIDA Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis
Rifampicin, Isoniazid and Pyrazinamide <281>.
Dispersible Tablets Fase gerak, Larutan baku, dan Larutan uji
Lakukan seperti tertera pada Identifikasi C1.
Tablet Dispersibel Rifampisin, Isoniazid dan Penjerap Silika gel 60.
Pirazinamida mengandung rifampisin, Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
C43H58N4O12, isoniazid, C6H7N3O, dan masing 5 μL Larutan baku dan Larutan uji pada
pirazinamida, C5H5N3O, tidak kurang dari 90,0% lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
tertera pada etiket, dalam basis dispersibel yang dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga 10-
sesuai. Dapat mengandung perisa yang sesuai. 15 cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
biarkan kering di udara, paparkan pada uap iodum
Baku pembanding Rifampisin BPFI; tidak boleh P selama 20 menit: nilai Rf, warna, dan intensitas
dikeringkan. Hindari paparan oksigen. Simpan bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan baku.
kelembaban, dalam lemari pendingin. Isoniazid
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam Waktu Hancur <1251> Tidak lebih dari 3 menit.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam Gunakan air pada suhu 15-25°.
lemari pendingin. Pirazinamida BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis Rifampisin Lakukan penetapan
Rifampisin Kuinon BPFI. dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi Lakukan identifikasi A dan B, atau C. Dapar fosfat, Fase gerak, Pengencer,dan
A. Waktu retensi puncak utama isoniazid dan Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera
pirazinamida pada kromatogram Larutan uji sesuai pada Penetapan kadar Rifampisin.
dengan Larutan baku seperti diperoleh pada Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 4
Penetapan kadar isoniazid dan pirazinamida. mg Rifampisin BPFI dan 2 mg Isoniazid BPFI,
B. Waktu retensi puncak utama rifampisin pada larutkan dalam 25 mL asam asetat encer LP,
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan diamkan pada suhu ruang selama 30 menit.
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
rifampisin. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
C. Lakukan identifikasi C1, atau jika tidak ada tablet setara lebih kurang 40 mg rifampisin, kocok
lampu UV lakukan identifikasi C2. segera dengan 200 mL Pengencer, dan saring.
C1. Lakukan penetapan seperti tertera pada Larutan pembanding Pipet sejumlah volume
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis Larutan uji, encerkan dengan Pengencer hingga
<281>. kadar rifampisin 10 µg per mL.
Penjerap Silika gel 60 F254. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Fase gerak Campuran metanol P-amonium tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
hidroksida P (100:1,5). kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah L1 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih
Isoniazid BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
diperoleh kadar 1 mg per mL dan sejumlah terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Rifampisin BPFI dan Pirazinamida BPFI secara kromatogram dan ukur respons puncak seperti
proporsional sesuai perbandingan kekuatan dalam tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
tablet, larutkan dalam metanol P. rifampisin dan rifampisin kuinon tidak kurang dari
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk 4. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tablet setara dengan lebih kurang 5 mg isoniazid, kesesuaian sistem dan Larutan baku, rekam
kocok dengan 5 mL metanol P selama 15 menit, kromatogram dan ukur respons puncak seperti
saring, dan gunakan filtrat. tertera pada Prosedur: waktu retensi rifampisin
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- lebih kurang 25 menit; waktu retensi relatif 3-
masing 5 μL Larutan baku dan Larutan uji pada (isonikotinoilhidrazinometil)rifamisin [Catatan
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke Merupakan hidrazon yang dihasilkan dari reaksi
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan antara 3-formilrifamisin dan isoniazid] dan
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga 10- rifampisin kuinon terhadap rifampisin berturut-
15 cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, turut lebih kurang 0,5 dan 0,7.
biarkan kering di udara. Amati bercak di bawah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
cahaya ultraviolet 254 nm: nilai Rf, warna, dan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
intensitas bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan pembanding ke dalam kromatograf.
Larutan baku. Rekam kromatogram dan ukur semua respons
farmasiindustri.com

puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Tabel Hitung persentase isoniazid, C6H7N3O, dan
pirazinamida, C5H5N3O, dalam tablet dengan
Nama Batas rumus:
Cemaran Tidak lebih besar dari respons
hidrazon puncak utama Larutan pembanding ( ) ( )
(5,0%)
Rifampisin Tidak lebih dari 0,8 kali respons
kuinon puncak utama Larutan pembanding rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
(4,0%) Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Cemaran lain Tidak lebih dari 0,3 kali respons Isoniazid BPFI atau Pirazinamida BPFI dalam mg
puncak utama Larutan pembanding per mL Larutan baku; CU adalah kadar isoniazid
(1,5%) atau pirazinamida dalam mg per mL Larutan uji
Total cemaran Tidak lebih dari 2 kali respons berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
puncak utama Larutan pembanding
(10,0%) Penetapan kadar Rifampisin Lakukan penetapan
Abaikan puncak kurang dari 0,02 kali respons puncak dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
utama Larutan pembanding (0,1%) dan puncak dengan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
waktu retensi relatif terhadap rifampisin kurang dari
0,23.
Larutan dibuat segar dan gunakan peralatan kaca
aktinik rendah].
Penetapan kadar Isoniazid dan Pirazinamida Dapar fosfat Timbang lebih kurang 1,36 g
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kalium fosfat monobasa P, larutkan dalam 1000 mL
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi air. Atur pH hingga 7,0 dengan penambahan
<931>. natrium hidroksida 0,1 N.
Larutan amonium asetat Larutkan 50 g Fase gerak Campuran metanol P-dapar fosfat
ammonium asetat P dalam 1000 mL air, atur pH (6:4). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
hingga 5,0 dengan penambahan asam asetat glasial penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
P. tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran Larutan amonium asetat- Pengencer Campuran metanol P-dapar fosfat
metanol P (940:60). Saring dan awaudarakan. Jika (4:6).
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Larutan baku Timbang saksama sejumlah
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Rifampisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pengencer hingga kadar 0,20 mg per mL.
Isoniazid BPFI dan sejumlah Pirazinamida BPFI Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
secara proporsional sesuai perbandingan kekuatan sejumlah Rifampisin BPFI dan Rifampisin Kuinon
dalam tablet, larutkan dan encerkan dengan air BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar isoniazid 0,06 mg per mL. hingga kadar masing-masing 0,2 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara lebih kurang 30 mg isoniazid, tablet setara lebih kurang 40 mg rifampisin, kocok
masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL. segera dengan 200 mL Pengencer, saring.
Larutkan dalam 400 mL air dan kocok selama 15 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
menit. [Catatan Jika terbentuk gelembung udara, tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
gunakan 400 mL metanol P 4% sebagai pengganti kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
air]. Encerkan dengan air sampai tanda. Saring L1 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih
larutan melalui penyaring dengan porositas kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
0,45m, buang beberapa mL filtrat pertama. terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi rifampisin dan rifampisin kuinon tidak kurang dari
4.
L1 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang 2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
resolusi, R, antara puncak isoniazid dan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
pirazinamida tidak kurang dari 2. Hitung persentase rifampisin, C43H58N4O12, dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tablet dengan rumus:
farmasiindustri.com

Sistem kromatografi Seperti tertera pada


( ) ( ) Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Rifampisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; bisiklorisperidon dan Z-oksim tidak kurang dari
CU adalah kadar rifampisin dalam mg per mL 1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada rekam kromatogram dan ukur respons puncak
etiket. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 10%. [Catatan Lihat Tabel untuk waktu retensi
rapat, terlindung cahaya. relatif].
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tambahan monografi kromatogram 2 kali waktu retensi risperidon dan
LARUTAN ORAL RISPERIDON ukur semua respons puncak. Hitung persentase
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:
Risperidone Oral Solutions

Larutan Oral Risperidon mengandung risperidon, ( ) ( )( )


C23H27FN4O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket. Dapat mengandung pengawet yang sesuai. ri adalah respons puncak dari masing-masing
cemaran dari Larutan Uji; rS adalah respons puncak
Baku pembanding Risperidon BPFI: simpan risperidon dari Larutan baku; CS adalah kadar
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Risperidon BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Campuran Senyawa Sejenis Risperidon BPFI. CU adalah kadar risperidon dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Identifikasi Waktu retensi puncak utama etiket. F adalah faktor respons relatif masing-
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan masing cemaran seperti tertera pada Tabel. Masing-
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
batas yang tertera pada Tabel.
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
Angka Lempeng Total tidak lebih dari 102 koloni Tabel
per g atau 102 koloni per mL. Angka kapang dan
khamir tidak lebih dari 101 koloni per g atau 101 Waktu Faktor
Batas
koloni per mL. Uji terhadap Escherichia coli Nama retensi Respons
(%)
relatif Relatif
memberikan hasil negatif.
Risperidon cis-N-
0,33 0,97 0,50
oksida
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. Bisiklorisperidonb 0,43 0,67 0,50
Z-oksimc 0,53 - -
pH <1071> Antara 2,0 dan 4,0. Risperidon 1,0 - -
Masing-masing
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara cemaran lain yang - 1,0 0,20
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tidak spesifik
pada Kromatografi <931>. Total cemaran - - 1,0
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
Larutan uji, dan Sistem kromatografi Lakukan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
seperti tertera pada Penetapan kadar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Larutan baku persediaan Timbang saksama pada Kromatografi <931>.
sejumlah Risperidon BPFI, larutkan dan encerkan Dapar Timbang saksama sejumlah amonium
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 5 µg asetat P, larutkan dan encerkan dengan air hingga
per mL. kadar lebih kurang 5,0 g per L.
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25- (11:39).
mL. Tambahkan 5,0 mL air kemudian 12,5 mL Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Dapar, biarkan dingin hingga suhu ruang. sejumlah Campuran senyawa sejenis risperidon
Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Larutan BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
mengandung kadar lebih kurang 1 µg per mL. sesuai. Larutkan dengan metanol P sejumlah 20%
volume labu tentukur. Tambahkan air sejumlah
farmasiindustri.com

20% volume labu tentukur diikuti dengan Dapar


sejumlah 50% volume labu tentukur, dan biarkan
dingin hingga suhu ruang. Encerkan dengan
metanol P sampai tanda. Larutan mengandung Tambahan monografi
kadar lebih kurang 0,25 mg per mL. ROKSITROMISIN
Larutan baku persediaan Timbang saksama Roxithromycin
sejumlah Risperidon BPFI, larutkan dan encerkan
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg
per mL.
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
mL. Tambahkan 5,0 mL air kemudian 12,5 mL
Dapar, biarkan dingin hingga suhu ruang.
Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Larutan
mengandung kadar lebih kurang 0,2 mg per mL
Risperidon BPFI.
Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral,
setara dengan lebih kurang 5 mg risperidon,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
tambahkan 12,5 mL Dapar, tambahkan metanol P
hingga hampir penuh, dan kocok. Biarkan dingin
hingga suhu ruang, encerkan dengan metanol P (3R,4S,5S,6R,7R,9R,11S,12R,13S,14R)-4-[(2,6-
sampai tanda. Larutan mengandung kadar lebih dideoksi-3-C-metil-3-O-metil-α-L-ribo-
kurang 0,2 mg per mL risperidon. heksopiranosil)oksi]-14-etil-7,12,13-trihidroksi-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 10[(E)-[(2-metoksietoksi)metoksi]imino]-
tinggi dilengkapi dengan detektor 275 nm dan 3,5,7,9,11,13-heksametil-6-[[3,4,6-trideoksi-3-
kolom 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 (dimetilamino)-β-siloheksopiranosil]oksi]
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang oksasiklotetradekan-2-on [80214-83-1]
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram C41H76N2O15 BM 837,0
dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: resolusi, R, antara puncak Roksitromisin mengandung tidak kurang dari
bisiklorisperidon dan Z-oksim tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C41H76N2O15,
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, dihitung terhadap zat anhidrat.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Pemerian Serbuk hablur putih.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0%. [Catatan Lihat Tabel untuk waktu retensi Baku pembanding Roksitromisin BPFI; Senyawa
relatif]. Sejenis A Roksitromisin BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Identifikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatogram dua kali waktu retensi risperidon dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
ukur respons puncak utama. Hitung persentase maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
risperidon, C23H27FN4O2, dalam sediaan yang sama seperti pada Roksitromisin BPFI.
digunakan dengan rumus: B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar.
( ) ( )
Kejernihan larutan <881> Jernih dan tidak
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak berwarna; lakukan penetapan menggunakan larutan
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 1,0% dalam metanol P.
Risperidon BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar risperidon dalam mg per mL Rotasi jenis <1081> Antara -93,0º dan -96,0º;
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada lakukan penetapan menggunakan larutan 1,0%
etiket. dalam aseton P.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj.
terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali. Pengencer Campuran air-aseton P (15:85).
Tidak boleh dibekukan.
farmasiindustri.com

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2,0 g zat, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga 20 tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan
mL. kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan baku Gunakan Larutan baku timbal 10 bpj ―end capped‖ dengan ukuran partikel 5 µm.
dalam Pengencer. Pertahankan suhu kolom pada 15°. Laju alir lebih
Prosedur Ke dalam 2 tabung yang masing- kurang 1,1 mL per menit. Kromatograf diprogram
masing berisi Larutan baku dan Larutan uji sebagai berikut:
tambahkan 10 mL hidrogen sulfida LP yang dibuat
segar, campur, encerkan dengan air hingga 50 mL, Waktu Larutan A Larutan B
diamkan selama 5 menit. Amati warna larutan dari (menit) (%) (%)
atas dengan dasar putih: Warna yang diperoleh 0 100 0
pada Larutan uji tidak lebih intensif dari pada 50 100 0
Larutan baku. 80 90 10
100 100 0
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 3,0%. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Lakukan penetapan menggunakan 0,2 gram zat. puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
puncak terhadap lembah (Hp/Hv) dari senyawa
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara sejenis A roksitromisin dan roksitromisin tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kurang dari 2,0; Hp adalah tinggi puncak senyawa
Kromatografi <931>. sejenis A roksitromisin dari garis dasar dan Hv
Pengencer Campuran asetonitril P-amonium adalah tinggi di atas garis dasar dari titik terendah
dihidrogen fosfat P 4,8% (30:70). Atur pH hingga kurva pemisah puncak ini dari puncak
5,3 dengan penambahan natrium hidroksida LP. roksitromisin; waktu retensi relatif senyawa sejenis
Larutan baku persediaan Timbang saksama A roksitromisin lebih kurang 1,15. Lakukan
sejumlah Roksitromisin BPFI, larutkan dan encerkan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg kromatogram dan ukur respons puncak seperti
per mL. tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%.
lebih kurang 2 mg Senyawa Sejenis A Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Roksitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu volume sama (lebih kurang 20 µL) Blangko,
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
Larutan baku sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini, kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur semua
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan respons puncak. Masing-masing cemaran dan total
dengan Larutan baku sampai tanda. cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku Tabel.
persediaan, ke dalam labu tentukur 100-mL,
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Tabel
Blangko Pipet 1 mL toluen P, ke dalam labu
tentukur 100-mL, encerkan dengan asetonitril P Nama Batas
sampai tanda. Pipet 0,2 mL larutan ini, ke dalam (%)
labu tentukur 200-mL, encerkan dengan Pengencer Senyawa sejenis A tidak lebih dari respons
sampai tanda. roksitromisin puncak Larutan baku (1,0%)
Cemaran lain tidak tidak lebih dari 0,5 kali
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
spesifik respons puncak Larutan baku
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, (0,5%)
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai Total cemaran tidak lebih dari 3 kali respons
tanda. puncak Larutan baku (3,0%)
Larutan A Campuran asetonitril P-amonium Abaikan puncak dengan respons 0,05 kali respons
dihidrogen fosfat P 5,97% (26:74). Atur pH hingga puncak utama Larutan baku (0,05%). Abaikan respons
4,3 dengan penambahan natrium hidroksida LP. puncak toluen yang sesuai pada kromatogram Blangko.
Saring dan awaudarakan.
Larutan B Campuran air-asetonitril P (30:70). Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Saring dan awaudarakan. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A pada Kromatografi <931>.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Pengencer Campuran asetonitril P-amonium
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian dihidrogen fosfat P 4,8% (30:70). Atur pH hingga
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 5,3 dengan penambahan natrium hidroksida LP.
Kromatografi <931>. Fase gerak Campuran asetonitril P-amonium
dihidrogen fosfat P 4,91% (307:693). Atur pH
farmasiindustri.com

hingga 5,3 dengan penambahan natrium hidroksida Tambahan monografi


LP. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan TABLET ROKSITROMISIN
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Roxithromycin Tablets
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Tablet Roksitromisin mengandung roksitromisin,
Roksitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan C41H76N2O15, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama etiket.
lebih kurang 2 mg Senyawa Sejenis A
Roksitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu Baku pembanding Roksitromisin BPFI; Senyawa
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan Sejenis A Roksitromisin BPFI.
Larutan baku sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan Identifikasi Waktu retensi puncak utama
dengan Larutan baku sampai tanda. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai Disolusi <1231>
tanda. Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 6,0.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Alat tipe 2: 50 rpm
tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan Waktu: 45 menit
kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 Lakukan penetapan zat terlarut dengan cara
―end capped‖ dengan ukuran partikel 5 µm. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Pertahankan suhu kolom pada 15°. Laju alir lebih pada Penetapan kadar.
kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi Larutan baku Timbang saksama sejumlah
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Roksitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,166 mg
tertera pada Prosedur: perbandingan puncak per mL.
terhadap lembah (Hp/Hv) dari senyawa sejenis A Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring
roksitromisin dan roksitromisin tidak kurang dari dengan penyaring yang sesuai.
1,5; Hp adalah tinggi puncak senyawa sejenis A Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
roksitromisin dari garis dasar dan Hv adalah tinggi tidak kurang dari 70% (Q) C41H76N2O15 dari jumlah
di atas garis dasar dari titik terendah kurva pemisah yang tertera pada etiket.
puncak ini dari puncak roksitromisin. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pada Kromatografi <931>.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Pengencer Campuran asetonitril P-amonium
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam dihidrogen fosfat P 4,8% (30:70). Atur pH hingga
kromatogram dan ukur respons puncak utama. 5,3 dengan penambahan natrium hidroksida LP.
Hitung persentase roksitromisin, C41H76N2O15 Fase gerak Campuran asetonitril P-amonium
dalam zat dengan rumus: dihidrogen fosfat P 4,91% (307:693). Atur pH
hingga 5,3 dengan penambahan natrium hidroksida
( ) ( ) LP. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah Roksitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kadar Roksitromisin BPFI dalam mg per mL Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
Larutan baku dan CU adalah kadar zat dalam mg Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang lebih kurang 2 mg Senyawa Sejenis A
ditimbang. Roksitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah Larutan baku sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini,
terlindung cahaya dan kelembaban. ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
Larutan baku sampai tanda.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
serbuk setara dengan 0,2 g roksitromisin, masukkan
farmasiindustri.com

ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dalam 80


mL Pengencer dan kocok, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan
kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1
―end capped‖ dengan ukuran partikel 5 µm.
Pertahankan suhu kolom pada 15°. Laju alir lebih
kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti ((-)-(6R,7R)-7-[2-(2-Amino-4-
tertera pada Prosedur: perbandingan puncak tiazolil)glioksilamido]-8-okso-3-vinil-5-tia-1-
terhadap lembah (Hp/Hv) dari senyawa sejenis A azabisiklo[4.2.0]okto-2-en-asam karboksilat,72-
roksitromisin dan roksitromisin tidak kurang dari (Z)-oksim) [91832-40-5]
1,5; Hp adalah tinggi puncak senyawa sejenis A C14H13N5O5 S2 BM 395,41
roksitromisin dari garis dasar dan Hv adalah tinggi
di atas garis dasar dari titik terendah kurva pemisah Sefdinir mengandung tidak kurang dari 940 µg per
puncak ini dari puncak roksitromisin; waktu retensi mg dan tidak lebih dari 1030 µg per mg sefdinir,
relatif senyawa sejenis A roksitromisin terhadap C14H13N5O5 S2, dihitung terhadap zat kering.
roksitromisin adalah 1,15. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan Pemerian Serbuk hablur putih sampai kuning.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang Kelarutan Agak sukar larut dalam larutan dapar
tidak lebih dari 2,0%. fosfat 0,1 M; praktis tidak larut dalam air, dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah alkohol, dan dalam dietil eter.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Baku pembanding Sefdinir BPFI; tidak boleh
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Hitung persentase roksitromisin, C41H76N2O15 terlindung cahaya dan kelembaban, simpan dalam
dalam tablet dengan rumus: lemari pembeku. Senyawa Sejenis A Sefdinir BPFI.

Identifikasi
( ) ( ) A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak sama seperti pada Sefdinir BPFI.
utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kadar Roksitromisin BPFI dalam mg per mL Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Larutan baku dan CU adalah kadar zat dalam mg yang diperoleh pada Penetapan kadar.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket. Rotasi jenis <1081> Antara -61º dan -67º pada
suhu 20º, lakukan penetapan menggunakan larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah 10 mg zat per mL Dapar yang diperoleh dari
terlindung cahaya dan kelembaban. Penetapan kadar.
Penandaan Jika tablet merupakan tablet Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0% untuk
dispersibel, pada etiket tertera tablet didispersikan zat anhidrat; 4,0%-8,5% untuk bentuk hidrat;
di dalam air sebelum digunakan. lakukan penetapan menggunakan campuran
formamida dan metanol (2:1) sebagai pelarut.
Tambahan monografi Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,20%.
SEFDINIR
Cefdinir Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Larutan D,
dan Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Kadar.
Larutan E Tambahkan 0,4 mL Larutan D ke
dalam 1000 mL Larutan C, saring dan
awaudarakan.
farmasiindustri.com

Larutan F Buat campuran Larutan C-asetonitril Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
P-metanol P- Larutan D (500:300:200:0,4), saring volume (lebih kurang 10 µL) Larutan uji ke dalam
dan awaudarakan. kromatograf. Rekam kromatogram tidak kurang
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan E dari 1,8 kali waktu retensi puncak sefdinir dan ukur
dan Larutan F seperti yang tertera pada Sistem semua respons puncak. Hitung persentase tiap
kromatografi. cemaran dalam zat dengan rumus:
Larutan uji persediaan Timbang saksama
sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Dapar
hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.
( )
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
persediaan, encerkan dengan Larutan C hingga ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
kadar lebih kurang 1,5 mg per mL. [Catatan rT adalah total semua respons puncak. Masing-
Gunakan segera setelah dibuat] masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Larutan kesesuaian sistem 1 Pipet sejumlah yang tertera pada Tabel.
volume Larutan uji, encerkan dengan Larutan C Tabel
hingga kadar lebih kurang 15 µg per mL.
Larutan kesesuaian sistem 2 Pipet sejumlah Waktu
volume Larutan kesesuaian sistem 1, encerkan Batas
Nama retensi
(%)
dengan Larutan C hingga kadar lebih kurang 1,5 relatif
µg per mL. Tiazolilasetil glisin oksim 0,10 0,5
Larutan kesesuaian sistem 3 Timbang saksama Tiazolilasetil glisin oksim 0,12 0,5
sejumlah Sefdinir BPFI dan Senyawa Sejenis A asetal
BPFI, larutkan dalam Dapar sampai 15% volume 3-metil sefdinir 0,74 0,7
akhir dan encerkan dengan Larutan C hingga Senyawa sejenis A sefdinir 0,85 0,7
(cincin terbuka lakton a
kadar Sefdinir BPFI lebih kurang 1,5 mg per mL
sefdinir)
dan Senyawa Sejenis A BPFI lebih kurang 0,1 mg Senyawa sejenis A sefdinir 0,93 0,7
per mL. (cincin terbuka lakton b
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja sefdinir)
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Senyawa sejenis A sefdinir 1,11 0,7
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 (cincin terbuka lakton c
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu sefdinir)
kolom pada 40º. Laju alir lebih kurang 1 mL per Senyawa sejenis A sefdinir 1,14 0,7
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: (cincin terbuka lakton d
sefdinir)
Waktu Larutan E Larutan F Sefdinir lakton 1,22 0,5
(menit) (%) (%) Sefdinir analog isoksazol 1,36 0,5
0 95 5 E-Sefdinir 1,51 0,7
Cincin terbuka lakton a 1,61 0,5
2 95 5 dekarboksi sefdinir
22 75 25 Cincin terbuka lakton b 1,64 0,5
32 50 50 dekarboksi sefdinir
Cemaran tidak spesifik lain - 0,2
37 50 50 Total cemaran - 3,0
38 95 5
58 95 5 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan A Buat larutan natrium fosfat dibasa P
sistem 1, dan Larutan kesesuaian sistem 2, rekam
dengan kadar 14,2 g per liter.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan B Buat larutan kalium fosfat monobasa
tertera pada Prosedur: perbandingan respons
P dengan kadar 13,6 g per liter.
puncak sefdinir pada Larutan kesesuaian sistem 2
Larutan C Pipet sejumlah volume
terhadap Larutan kesesuaian sistem 1: antara 7%
dan 13%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan tetrametilamonium hidroksida P, encerkan dengan
kesesuaian sistem 3, rekam kromatogram dan ukur air hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL atur pH
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: hingga 5,5 dengan penambahan asam ortofosfa Pt
terdapat empat puncak pada Senyawa Sejenis A 10%.
Sefdinir BPFI, resolusi, R, antara sefdinir dan Larutan D Buat larutan dinatrium edetat P
puncak ketiga dari senyawa sejenis A sefidinir dengan kadar 37,2 g per liter.
tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku relatif Dapar Buat campuran Larutan A-Larutan B
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. (lebih kurang 2:1), atur pH hingga 7,0 dengan
farmasiindustri.com

penambahan asam ortofosfat P atau natrium KAPSUL SEFDINIR


hidroksida P. Cefdinir Capsule
Fase gerak Buat campuran Larutan C -
asetonitril P - metanol P - Larutan D Kapsul Sefdinir mengandung sefdinir,
(4500:300:200:2), saring dan awaudarakan. Jika C14H13N5O5S2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. etiket.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Sefdinir BPFI dan Senyawa Sejenis A Baku pembanding Sefdinir BPFI; tidak boleh
Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Dapar hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,2 terlindung cahaya dan kelembaban, simpan dalam
mg per mL dan 0,5 mg per mL. lemari pembeku. Senyawa Sejenis A Sefdinir BPFI.
Larutan baku Timbang sakasama sejumlah Senyawa Sejenis B Sefdinir BPFI.
Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Dapar hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Identifikasi
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, A. Lakukan penetapan dengan cara
larutkan dan encerkan dengan Dapar hingga kadar Spektrofotometri UV seperti tertera pada
lebih kurang 0,2 mg per mL. Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Dapar Lakukan seperti pada Penetapan kadar.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Blangko Gunakan larutan Dapar.
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kolom pada 40º. Laju alir lebih kurang 1 mL per Dapar hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Larutan uji Timbang saksama sejumlah isi
kesesuaian sistem dan Larutan baku, rekam kapsul, larutkan dan encerkan dengan Dapar
kromatogram dan ukur respons puncak seperti hingga kadar sefdinir 10 µg per mL, saring, dan
tertera pada Prosedur: terdapat empat puncak pada gunakan filtrat.
Senyawa Sejenis A Sefdinir BPFI. Lakukan Prosedur Spektrum serapan ultraviolet Larutan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, uji dalam kuvet 1-cm menunjukkan maksimum dan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak minimum pada panjang gelombang yang sama
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak dengan Larutan baku.
lebih dari 1,5 dan resolusi, R, antara puncak kedua B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
senyawa sejenis A sefdinir dan sefdinir tidak Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
kurang dari 1,2. Lakukan kromatografi terhadap yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Disolusi <1231>
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat 0,05 M pH
tidak lebih dari 1,0%. 6,8.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Alat tipe 2: 50 rpm.
volume sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku dan Waktu: 30 menit.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Lakukan penetapan zat terlarut dengan cara
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung Spektrofotometri seperti tertera pada
jumlah sefdinir, C14H13N5O5S2, dalam zat dengan Spektrofotometri dan hamburan cahaya <1191>.
rumus: Larutan baku Timbang saksama Sefdinir BPFI,
larutkan dan encerkan dengan Media disolusi
( ) ( ) 𝑃 hingga kadar lebih kurang 0,33 mg per mL.
Larutan uji Saring alikot melalui membran
dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Encerkan dengan sejumlah Media disolusi hingga
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU berturut- kadar sefdinir lebih kurang 0,33 mg per mL.
turut adalah kadar sefdinir dalam mg per mL Blangko Larutkan satu kapsul kosong dalam 100
Larutan baku dan Larutan uji, dan P adalah mL Media disolusi, encerkan sampai 900 mL,
kemurnian Sefdinir BPFI dalam µg per mg. saring.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup C14H13N5O5S2, yang terlarut secara
rapat, tidak tembus cahaya. spektrofotometri dari Larutan baku dan Larutan uji
dalam kuvet 0,1-cm (flow cell), pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 290
nm. Hitung persentase sefdinir, C14H13N5O5S2,
Tambahan monografi yang terlarut dengan rumus:
farmasiindustri.com

Larutan baku persediaan Timbang saksama


( ) 𝑉 𝐷 ( ) sejumlah Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Dapar hingga kadar lebih kurang 750 µg
per mL.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
dan Larutan baku; CS adalah kadar Sefdinir BPFI baku persediaan, encerkan dengan Larutan C
dalam mg per mL Larutan baku; D adalah faktor hingga kadar lebih kurang 15 µg per mL.
pengenceran dari Larutan uji; V adalah volume Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang
Media disolusi, 900 mL; dan L adalah jumlah dari 20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
sefdinir dalam mg per kapsul yang tertera pada kapsul setara dengan lebih kurang 300 mg sefdinir,
etiket. masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut Larutkan dalam 30 mL Dapar, encerkan dengan
tidak kurang dari 80% (Q), C14H13N5O5S2 dari Larutan C hingga kadar sefdinir 1,5 mg per mL.
jumlah yang tertera pada etiket. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara kolom pada 40º dan autosampler pada 4°. Laju alir
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera lebih kurang 1 mL per menit. Kromatograf
pada Kromatografi <931>. diprogram sebagai berikut:
Larutan A Buat larutan natrium fosfat dibasa P
dengan kadar 14,2 g per liter. Waktu Larutan E Larutan F
Larutan B Buat larutan kalium fosfat monobasa (menit) (%) (%)
P dengan kadar 13,6 g per liter. 0 95 5
Dapar Buat campuran Larutan A-Larutan B 2 95 5
(lebih kurang 2:1) atur pH hingga 7,0 ± 0,1 dengan
22 75 25
penambahan asam ortofosfat P atau natrium
hidroksida P. 32 50 50
Larutan C Pipet sejumlah volume 37 50 50
tetrametilamonium hidroksida P, encerkan dengan 38 95 5
air hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL, atur pH
58 95 5
hingga 5,5 ± 0,1 dengan penambahan larutan asam
ortofosfat P (1 dalam 10).
Larutan D Buat larutan dinatrium edetat P Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dengan kadar 37,2 mg per mL. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan E Pipet 0,4 mL Larutan D ke dalam puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
1000 mL Larutan C, saring dan awaudarakan. antara sefdinir dan puncak ketiga senyawa sejenis
Larutan F Buat campuran Larutan C-asetonitril A sefdinir tidak kurang dari 1,5 dan faktor ikutan
P-metanol P-Larutan D (500:300:200:0,4), saring senyawa sejenis B sefdinir tidak lebih dari 1,5.
dan awaudarakan. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan E rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dan Larutan F seperti yang tertera pada Sistem seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
kromatografi. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan kesesuaian sistem persediaan 1 2,0%.
Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Larutan C hingga kadar lebih kurang 40 µg per dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
mL. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan kesesuaian sistem persediaan 2 Hitung persentase tiap cemaran dalam kapsul
Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis B dengan rumus:
Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan C hingga kadar lebih kurang 40 µg per
( ) ( ) ( )
mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih kurang 37,5 mg Sefdinir BPFI, masukkan ke ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dalam labu tentukur 25-mL. Tambahkan berturut- dari Larutan uji; rS adalah respons puncak sefdinir
turut 10 mL Dapar; 5,0 mL Larutan kesesuaian dari Larutan baku; CS dan CU adalah kadar sefdinir
sistem persediaan 1 dan 5,0 mL Larutan dalam mg per mL Larutan baku dan Larutan uji; F
kesesuaian sistem persediaan 2, encerkan dengan adalah faktor respons relatif yang tertera pada
Larutan C sampai tanda. Tabel. Masing-masing cemaran tidak lebih dari
farmasiindustri.com

yang tertera pada Tabel. Abaikan puncak cemaran Larutan A Buat larutan asam sitrat monohidrat P
yang kurang dari 0,1%. dengan kadar 7 g per liter, atur pH hingga 2,0 ±
0,05 dengan penambahan asam ortofosfat P.
Tabel Fase gerak Buat campuran Larutan A – metanol
P – tetrahidrofuran P (1000:111:28), saring dan
Waktu Faktor
Batas
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Nama retensi respons menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
(%)
relatif relatif Kromatografi <931>.
Tiazolilasetil glisin 0,10 1,0 0,5 Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
oksim sejumlah Sefdinir BPFI dan asam m-
Tiazolilasetil glisin 0,12 1,0 0,5
hidroksibenzoat P, larutkan dan encerkan dengan
oksim asetal
Sefdinir sulfoksida 0,36 1,0 0,2
Dapar hingga kadar berturut-turut lebih kurang 50
Sefidinir tiazin 0,46 0,68 0,7 µg per mL dan 175 µg per mL.
analog Larutan baku Timbang sakasama sejumlah
3-metil sefdinir 0,74 0,7 Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Cemaran sefdinir 1 0,77 1,0 0,3 Dapar hingga kadar lebih kurang 50 µg per mL.
Senyawa sejenis A 0,85 0,65 2,5 Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang
sefdinir (cincin dari 20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
terbuka lakton a kapsul, larutkan dan encerkan dengan Dapar
sefdinir) hingga diperoleh kadar sefdinir 50 µg per mL.
Senyawa sejenis A 0,94 0,65 2,5 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
sefdinir (cincin tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
terbuka lakton b
sefdinir)
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Senyawa sejenis A 1,11 0,65 2,5 dengan ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang
sefdinir (cincin 1,4 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
terbuka lakton c Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
sefdinir) dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Senyawa sejenis A 1,14 0,65 2,5 Prosedur: resolusi, R, antara sefdinir dan m-asam
sefdinir (cincin hidroksibenzoat tidak kurang dari 3,0 dan faktor
terbuka lakton d ikutan puncak utama tidak lebih dari 2,0. Lakukan
sefdinir) kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
7S-Sefdinir 1,18 1,0 0,2 kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Sefdinir lakton 1,23 1,0 0,1
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Senyawa sejenis B 1,28 1,0 0,2
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
sefdinir
Sefdinir isoksazol 1,37 0,72 0,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
analog volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku
Cemaran sefdinir 2 1,44 1,0 0,5 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Cemaran glioksalik 1,49 1,0 0,2 kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
analog persentase sefdinir dalam serbuk kapsul dengan
E-sefdinir 1,51 1,0 1,2 rumus:
Cincin terbuka 1,62 1,0 1,0
lakton a dekarboksi
sefdinir ( ) ( )
Cincin terbuka 1,64 1,0 1,0
lakton b dekarboksi
sefdinir
Cemaran sefdinir 3 1,82 1,0 0,2 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Cemaran tidak - 1,0 0,2 utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
spesifik lain kadar Sefdinir BPFI dalam mg per mL Larutan
Total cemaran - - 5,0 baku; CU adalah kadar sefdinir dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Dapar Buat larutan natrium fosfat dibasa P dan tertutup rapat, tidak tembus cahaya, dan pada suhu
natrium fosfat monobasa P dengan kadar 10,7 g per ruang terkendali.
liter dan 3,4 g per liter, atur pH hingga 7,0 ± 0,05
dengan penambahan asam ortofosfat P atau
natrium hidroksida P.
Tambahan monografi
KAPSUL SEFIKSIM
farmasiindustri.com

Cefixime Capsules Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang


dari 20 kapsul. Timbang sejumlah isi kapsul setara
Kapsul Sefiksim mengandung sefiksim, dengan lebih kurang 100 mg sefiksim, masukkan
C16H15N5O7S2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak ke dalam labu tentukur 100-mL. Larutkan dan
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada encerkan dengan Dapar fosfat pH 7,0.
etiket. Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan
uji, encerkan dengan Dapar fosfat pH 7,0 hingga
Baku pembanding Sefiksim BPFI; merupakan kadar 0,01 mg per mL.
bentuk trihidrat dari sefiksim. Lakukan penetapan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kadar air secara titrimetri pada saat digunakan. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung Larutan pembanding ke dalam kromatograf.
cahaya, dalam lemari pendingin. Rekam kromatogram tidak kurang dua setengah
kali waktu retensi respons puncak utama dan ukur
Identifikasi semua respons puncak: masing-masing respons
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram puncak selain respons puncak utama tidak lebih
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti dari respons puncak Larutan pembanding (1,0%)
yang diperoleh pada Penetapan kadar. dan total respons puncak selain respons puncak
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg utama tidak lebih dari respons puncak Larutan
per mL dalam dapar asam fosfat pH 7,0 pembanding (6,0%).
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang
288 nm. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Disolusi <1231> pada Kromatografi <931>.
Dapar fosfat pH 7,2 Timbang 6,8 g kalium fosfat Larutan tetrabutilamonium hidroksida Pipet 25
monobasa P, larutkan dalam air, atur pH hingga 7,2 mL larutan tetrabutilamonium hidroksida P 10%,
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N dan tambahkan 100 mL air, atur pH hingga 7,0 dengan
encerkan dengan air hingga 1000 mL, penambahan asam ortofosfat 0,1 M.
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 7,2. Fase gerak Campuran Larutan
Alat tipe 1: 100 rpm. tetrabutilamonium hidrosida - asetonitril P (72:28),
Waktu: 45 menit. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Sefiksim BPFI, larutkan dengan sejumlah metanol tertera pada Kromatografi <931>.
P tidak lebih dari 0,1% volume akhir dan encerkan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
dengan Media disolusi hingga diperoleh kadar 10 sejumlah Sefiksim BPFI, larutkan dan encerkan
µg per mL. dengan air hingga kadar 1 mg per mL. Panaskan
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring, larutan pada penangas air suhu 100° selama 45
jika perlu encerkan dengan Media disolusi hingga menit, dinginkan.
diperoleh kadar 10 µg per mL. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Prosedur Lakukan penetapan jumlah sefiksim, Sefiksim BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
C16H15N5O7S2 yang terlarut secara spektrofotometri yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase
dengan mengukur Larutan baku dan Larutan uji, gerak hingga kadar sefiksim 0,2 mg per mL.
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang
kurang 288 nm. dari 20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut kapsul setara dengan lebih kurang 50 mg sefiksim,
tidak kurang dari 75% (Q) sefiksim, C16H15N5O7S2, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL.
dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 12,0%. kolom dengan diameter internal 3,9 - 4,6 mm,
berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3-
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara 20 µm Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
pada Kromatografi <931>. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan resolusi, R, antara isomer E sefiksim dan sefiksim
seperti tertera pada Penetapan kadar. tidak kurang dari 1,5; dan simpangan baku relatif
Dapar fosfat pH 7,0 Timbang 0,68 g kalium pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dihidrogen fosfat P, larutkan denga 29,1 mL Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
hingga 100 mL. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
farmasiindustri.com

kromatogram dan ukur respons puncak utama. sistem, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
Hitung persentase sefiksim, C16H15N5O7S2, dalam Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
serbuk kapsul dengan rumus: yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
Fase gerak merambat hingga 15 cm. Angkat
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di
( ) ( ) udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet
pada panjang gelombang 254 nm: harga Rf bercak
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Uji
sefiksim dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS dinyatakan absah jika pada Larutan kesesuaian
adalah kadar Sefiksim BPFI dalam mg per mL sistem, dua bercak utama terpisah.
Larutan baku; CU adalah kadar sefiksim dalam mg B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
pada etiket. diperoleh pada Penetapan kadar.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Disolusi <1231>


rapat, terlindung cahaya. Media disolusi: 900 mL air
Alat tipe 2: 50 rpm
Waktu: 45 menit
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Tambahan monografi Setirizin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
KAPSUL SETIRIZIN dengan air hingga kadar lebih kurang 0,005 mg per
Cetirizine Capsules mL.
Larutan uji Saring sejumlah alikot (lebih kurang
Kapsul Setirizin mengandung setirizin hidroklorida, 10 mL) dengan penyaring yang sesuai, gunakan
C21H25ClN2O3.2HCl, tidak kurang dari 95,0% dan filtrat, jika perlu encerkan dengan Media disolusi
tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera hingga diperoleh kadar setirizin hidroklorida lebih
pada etiket. kurang 0,005 mg per mL.
Prosedur Lakukan penetapan persentase
Baku pembanding Setirizin Hidroklorida BPFI; C21H25ClN2O3.2HCl, yang terlarut dengan
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah mengukur serapan Larutan baku pada panjang
tertutup rapat dan terlindung cahaya. Klorfeniramin gelombang serapan maksimum lebih kurang 230
maleat BPFI. Campuran Cemaran Setirizin nm dan 260 nm menggunakan Media disolusi
Hidroklorida BPFI; mengandung setirizin sebagai blangko, hitung selisih serapan sebagai
hidroklorida, senyawa sejenis A setrizin, senyawa Ab, dan ukur serapan Larutan uji pada panjang
sejenis B setirizin, dan senyawa sejenis G setirizin. gelombang serapan maksimum lebih kurang 230
nm dan 260 nm menggunakan Media disolusi
Identifikasi sebagai blangko, hitung selisih serapan sebagai
A. Lakukan penetapan dengan cara Au.
Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis tidak kurang dari 80% (Q) C21H25ClN2O3.2HCl dari
<281>. jumlah yang tertera pada etiket.
Penjerap Gunakan silika gel F254
Fase gerak Buat campuran amonia 18 N-metanol Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
P-metilen klorida P (1:10:90).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Setirizin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,0 pada Kromatografi <931>.
mg per mL. Larutan A Campuran asetonitril P-air yang telah
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama diatur pH hingga 1,5 dengan penambahan asam
sejumlah Setirizin Hidroklorida BPFI dan ortofosfat P (17:83).
Klorfeniramin maleat BPFI, larutkan dan encerkan Larutan B Campuran asetonitril P-air yang telah
dengan metanol P hingga kadar masing-masing diatur pH hingga 1,5 dengan penambahan asam
lebih kurang 1,0 mg per mL. ortofosfat P (35:65),
Larutan uji Timbang saksama sejumlah isi Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
kapsul, larutkan dan encerkan dengan metanol P dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
hingga kadar 1,0 mg per mL. Saring larutan melalui kromatografi.
penyaring nilon dengan porositas 0,45 µm, gunakan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
filtrat. sejumlah Campuran Cemaran Setirizin
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
masing 5 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian
farmasiindustri.com

Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per sejenis A


mL. setirizin)
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Setirizin N- - Tidak lebih dari
setirizin n-oksida, larutkan dan encerkan dengan oksida respons puncak utama
Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,6 µg per Larutan baku (0,3%)
Cemaran lain - Tidak lebih dari 2 kali
mL.
respons puncak utama
Larutan uji Timbang saksama sejumlah isi Larutan pembanding
kapsul, larutkan dan encerkan dengan Larutan A (0,2%)
hingga diperoleh kadar setirizin hidroklorida 0,2 Total cemaran - Tidak lebih dari 10 kali
mg per mL. Saring larutan melalui penyaring nilon respons puncak utama
dengan porositas 0,45 µm. Larutan pembanding
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke (1,0%).
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Abaikan respons puncak kurang dari respons puncak
Larutan A sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke utama Larutan pembanding (0,1%).
dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
Larutan A sampai tanda. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan pada Kromatografi <931>.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 Fase gerak Campuran asetonitril P- larutan
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kalium fosfat monobasa 0,0025 M yang telah diatur
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per pH hingga 1,5 dengan penambahan asam ortofosfat
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: P (30:70). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
(menit) (%) (%) Larutan baku Timbang saksama sejumlah
0-50 100→0 0→100 Gradien Linier Setirizin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
50-53 0 100 Isokratik dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,02
mg per mL.
53-54 0→100 100→0 Gradien Linier Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
54-60 100 0 Kesetimbangan sejumlah Campuran Cemaran Setirizin
kembali Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian mL.
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 20 kapsul. Keluarkan semua isi kapsul, bersihkan
resolusi, R, antara puncak setirizin dan senyawa cangkang kapsul dan timbang saksama. Hitung
sejenis B setirizin tidak kurang dari 1,5. bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sejumlah isi kapsul, larutkan dan encerkan dengan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan Fase gerak hingga kadar setirizin hidroklorida 0,02
kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan uji, dan mg per mL. Saring larutan melalui penyaring nilon
Larutan pembanding ke dalam kromatograf, rekam dengan porositas 0,45 µm.
kromatogram dan ukur semua respons puncak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
[Catatan Gunakan kromatogram Larutan tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
kesesuaian sistem untuk identifikasi puncak kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
senyawa sejenis A setirizin]. Masing-masing dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
yang tertera pada Tabel. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Tabel kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Nama Faktor Batas resolusi, R, antara puncak setirizin dan senyawa
koreksi (%)
sejenis B setirizin tidak kurang dari 1,5.
Senyawa - -
sejenis A
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
setirizin volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Senyawa 0,7 - dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
sejenis B (terhadap kromatogram dan ukur respons puncak utama.
setirizin senyawa Hitung persentase setirizin hidroklorida,
sejenis A C21H25ClN2O3.2HCl, dalam kapsul dengan rumus:
setirizin)
Senyawa 0,7 -
sejenis G (terhadap
setirizin senyawa
farmasiindustri.com

 rU   CS  Warna dan Akromisitas <1291>Metode III


     100 Warna larutan tidak lebih intensif dari Larutan
 rS   CU  padanan W6. Lakukan penetapan menggunakan
larutan 1,0% dalam air bebas karbondioksida P.
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17
Setirizin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL unit Endotoksin per mg silastatin natrium. [Catatan
Larutan baku; CU adalah kadar setirizin Persyaratan ini untuk Silastatin Natrium yang
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji digunakan pada pembuatan sediaan parenteral
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. tanpa proses lebih lanjut untuk penghilangan
endotoksin bakteri.]
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Simpan pada suhu tidak lebih dari 30°. Rotasi optik <1081> +41,5º sampai +44,5º.
Lakukan penetapan menggunakan larutan 10 mg
per mL dalam asam hidroklorida P-metanol P
(1:120).
Tambahan monografi
pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5. Lakukan penetapan
SILASTATIN NATRIUM
menggunakan larutan 1,0% dalam air bebas
Cilastatin Sodium karbondioksida P.

Air <1031> Tidak lebih dari 2,0%; lakukan


penetapan menggunakan 0,5 g zat.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20


bpj. Lakukan penetapan menggunakan 0,5 g zat.
Natrium (Z)-7-[[(R)-2-amino-2-
Mesitil oksida, aseton dan metanol Mesitil oksida
karboksietil]sulfanil]-2-[[[(1S)-2,2-dimetil-
tidak lebih dari 0,4%, aseton tidak lebih dari 1,0%
siklopropil]karbonil]amino]hepta-2-enoat
dan metanol tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
[81129-83-1]
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
C16H25N2NaO5S BM 380,4
Larutan baku internal Pipet 0,5 mL propanol P ke
dalam labu tentukur 1000-mL, encerkan dengan air
Silastatin natrium mengandung tidak kurang dari
sampai tanda.
98,0% dan tidak lebih dari 101,5%
Larutan baku Pipet 2 mL aseton P, 0,5 mL
C16H25N2NaO5S, dihitung terhadap zat anhidrat
metanol P dan 0,5 mL mesitil oksida P ke dalam
bebas pelarut.
labu tentukur 1000-mL, encerkan dengan air
sampai tanda. Ke dalam 2,0 mL larutan, tambahkan
Pemerian Serbuk amorf putih atau kuning,
2,0 mL Larutan baku internal dan encerkan dengan
higroskopis.
air sampai 10,0 mL. Larutan ini mengandung 316
µg aseton, 79 µg metanol dan 86 µg mesitil oksida
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan
per mL.
dalam metanol; sukar larut dalam etanol anhidrat;
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,2 g
sangat sukar larut dalam dimetilsulfoksida; praktis
zat, masukkan kedalam labu tentukur 10-mL,
tidak larut dalam aseton dan dalam diklorometan.
tambahkan 2 mL Larutan baku internal, encerkan
dengan air sampai tanda.
Baku pembanding Silastatin Natrium BPFI;
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
simpan dalam wadah tertutup rapat, dan terlindung
detektor ionisasi nyala dengan kolom 0,53 mm x 30
dari cahaya.
m berisi bahan pengisi G16 setebal 5 m. Gunakan
nitrogen P sebagai gas pembawa, laju alir lebih
Identifikasi
kurang 9 mL per menit. Atur suhu kolom pada 50°
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
sampai 2,5 menit; 50°-70° sampai 5 menit; dan
didispersikan dalam kalium bromida P,
pertahankan suhu kolom pada 70° sampai 5,5
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
menit. Pertahankan suhu injektor dan detektor
gelombang yang sama seperti pada Silastatin
pada 160° dan 220º.
Natrium BPFI.
B. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
farmasiindustri.com

Larutan A Campuran asetonitril P–asam tidak lebih besar dari 2 kali respons puncak utama
ortofosfat P 0,1% (30:70). Saring dan pada Larutan pembanding (1,0%). Abaikan respons
awaudarakan. Larutan B Gunakan asam puncak yang kurang dari respons puncak utama
ortofosfat P 0,1%. Saring dan awaudarakan. pada Larutan sensitivitas dan puncak yang sesuai
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dengan puncak utama Larutan baku 2.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 300 mg zat, larutkan dalam 30 mL metanol P.
Kromatografi <931>. Tambahkan 5 mL air dan asam hidroklorida 0,1 N
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 32 sampai pH lebih kurang 3,0 dan titrasi dengan
mg zat, larutkan dalam 20,0 mL air. natrium hidroksida 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir
Larutan sensitivitas Pipet 2 mL Larutan uji ke secara potensiometrik dengan membaca volume
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air diantara tiga titik infleksi.
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
Larutan pembanding Pipet 5 mL Larutan uji ke setara dengan 19,02 mg C16H25N2NaO5S
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu Wadah dan penyimpanan Simpan terlindung dari
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. kelembaban, pada suhu tidak lebih dari 8°. Jika zat
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 16 steril, simpan dalam wadah steril, kedap dan
mg zat, larutkan dan encerkan dengan hidrogen bersegel.
peroksida P sampai 10,0 mL. Biarkan selama 30
menit. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan
100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. sediaan steril, pada etiket harus dinyatakan steril.
Larutan baku 2 Timbang saksama lebih kurang 32
mg mesitil oksida, larutkan dan encerkan dengan air
sampai 100 mL. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam
labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai Tambahan monografi
tanda. SILDENAFIL SITRAT
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Sildenafil Citrate
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu
kolom pada 50°. Laju alir lebih kurang 2,0 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Waktu Larutan A Larutan B


(menit) (%) (%)
0 15 85 1-[[3-(6,7-dihidro-1-metil-7-okso-3-propil-1H-
30 100 0 pirazolo[4,3-d]pirimidin-5-il)-4-
46 100 0 etoksifenil]sulfonil]-4-metilpiperazin sitrat (1:1)
56 15 85 [171599-83-0]
C22H30N6O4S.C6H8O7 BM 666,70
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku 1 dan C22H30N6O4S [139755-83-2] BM 474,58
rekam respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: terdapat tiga puncak utama: dua puncak Sildenafil sitrat mengandung tidak kurang dari
pertama (senyawa sejenis A silastatin) dapat 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
terelusi tanpa pemisahan sempurna; faktor C22H30N6O4S.C6H8O7, dihitung terhadap zat
kapasitas dari puncak ketiga (silastatin) tidak anhidrat.
kurang dari 10. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan sensitivitas dan rekam respons puncak Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
seperti tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal
to noise‖ tidak kurang dari 5,0. Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah metanol; praktis tidak larut dalam heksan.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
sensitivitas, Larutan pembanding, Larutan baku 2 Baku pembanding Sildenafil Sitrat BPFI; tidak
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
kromatogram dan ukur semua respons puncak. rapat, terlindung dari cahaya dan simpan dalam
Pada Larutan uji: respons puncak lain tidak lebih lemari pendingin. Imidazol BPFI; Senyawa Sejenis
besar dari respons puncak utama pada Larutan A Sildenafil BPFI.
pembanding (0,5%); jumlah respons puncak lain
farmasiindustri.com

Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang Kesesuaian sistem seperti tertera pada
didispersikan dalam kalium bromida P, Kromatografi <931>.
menunjukan maksimum hanya pada bilangan Larutan identifikasi Timbang saksama sejumlah
gelombang yang sama seperti pada Sildenafil sitrat Senyawa Sejenis A Sildenafil BPFI, larutkan dan
BPFI. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 7,5 µg per mL.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,5%. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih kurang 70 mg zat, larutkan dalam 1 mL
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; campuran hidrogen peroksida P dan asam format
lakukan penetapan menggunakan 0,5 g zat. anhidrat P (2:1), diamkan selama tidak kurang 10
menit untuk menghasilkan sildenafil N-oksida,
Imidazol Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan encerkan dengan Fase gerak sampai 250 mL.
penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
seperti tertera pada Kromatografi <931>. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,2 mm kadar lebih kurang 0,7 mg per mL.
dengan ukuran partikel 2-10 µm (lempeng Enceran larutan uji Pipet sejumlah volume
kromatografi lapis tipis kinerja tinggi). Larutan uji, encerkan dengan Fase gerak hingga
Pengencer Campuran metanol P-air-amonium kadar lebih kurang 1,4 µg per mL.
hidroksida P (15:5:1). Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume
Fase gerak Buat campuran metilen klorida P-etil Enceran larutan uji, encerkan dengan Fase gerak
asetat P-etanol P-amonium hidroksida P hingga kadar lebih kurang 0,35 µg per mL.
(50:30:20:1). Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm, kolom
Imidazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan 3,9 mm x 15 cm yang berisi L1 dengan ukuran
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,035 mg per partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30º.
mL. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
Larutan baku 2 Pipet sejumlah volume Larutan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
baku 1, encerkan dengan Pengencer hingga kadar rekam kromatogram dan ukur respons puncak
lebih kurang 0,0175 mg per mL. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, puncak sildenafil N-oksida dan sildenafil tidak
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap
kadar lebih kurang 17,5 mg per mL. Enceran larutan uji, rekam kromatogram dan ukur
Larutan kesesuaian sistem Campur volume sama respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan uji dan Larutan baku 1. faktor ikutan puncak sildenafil tidak lebih dari 1,5.
Prosedur Totolkan masing-masing sejumlah Lakukan kromatografi terhadap Larutan
volume (10 µL) Larutan kesesuaian sistem, sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan baku 2 dan Larutan uji pada lempeng puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana ―signal to noise‖ tidak kurang dari 10. [Catatan
kromatografi berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak Waktu retensi relatif tertera pada Tabel]
merambat hingga dua pertiga tinggi lempeng. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Semprot lempeng dengan uap iodum P hingga volume sama (lebih kurang 20 µL), Larutan
bercak tampak dan panaskan lempeng pada suhu identifikasi, Enceran larutan uji dan Larutan uji ke
100º selama 15 menit. Uji dinyatakan valid jika dalam kromatograf, rekam kromatogram selama 3
pada kromatogram Larutan kesesuaian sistem, dua kali waktu retensi sildenafil dan ukur semua
bercak jelas terpisah. [Catatan Faktor retardasi respons puncak. [Catatan Identifikasi senyawa
sitrat, imidazol, dan sildenafil berturut-turut lebih sejenis A sildenafil menggunakan Larutan
kurang 0; 0,25 dan 0,4]. Bercak yang sesuai dengan identifikasi]. Hitung persentase senyawa sejenis A
imidazol pada Larutan uji tidak lebih intensif dari sildenafil dan cemaran lain dalam zat dengan
bercak utama Larutan baku 2. rumus:

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera ( ) ( )
pada Kromatografi <931>.
Dapar Pipet 7 mL trietilamin P encerkan dengan ri adalah respons puncak dari senyawa sejenis A
air hingga 1000 mL. Aduk dan atur pH hingga sildenafil atau cemaran lain tidak spesifik lain
3,0±0,1 dengan penambahan asam ortofosfat P. dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P- sildenafil dari Enceran larutan uji; CS adalah kadar
asetonitril P (58:25:17). Saring dan awaudarakan. sildenafil sitrat dalam mg per mL Enceran larutan
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut uji; CU adalah kadar sildenafil sitrat dalam mg per
mL Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total
farmasiindustri.com

cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada kadar Sildenafil Sitrat BPFI dalam mg per mL
Tabel. Larutan baku; CU adalah kadar sildenafil sitrat dalam
mg per mL Larutan uji.
Tabel
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
Waktu
Batas
udara. Simpan pada suhu ruang.
Cemaran retensi
(%)
relatif
Sildenafil 1,0 -
Sildenafil N-oksida 1,2 - Tambahan monografi
Senyawa sejenis A 1,7 0,3
Sildenafil
TABLET SILDENAFIL
Masing-masing - 0,10 Sildenafil Tablets
cemaran tidak
spesifik Tablet Sildenafil mengandung Sildenafil sitrat
Total cemaran tidak - 0,3 setara dengan sildenafil, C22H30N6O4S tidak kurang
spesifik dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
Total cemaran - 0,5 yang tertera pada etiket.
Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%.
Baku pembanding Sildenafil sitrat BPFI; tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rapat, terlindung dari cahaya dan simpan dalam
pada Kromatografi <931>. lemari pendingin.
Dapar Pipet 7 mL trietilamin P encerkan dengan
air hingga 1000 mL. Aduk dan atur pH hingga Identifikasi
3,0±0,1 dengan penambahan asam ortofosfat P. A. Larutan A Campuran amonium hidroksida P-
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P- air (10:90).
asetonitril P (58:25:17). Saring dan awaudarakan. Larutan baku Timbang sejumlah Sildenafil Sitrat
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A
Kesesuaian sistem seperti tertera pada hingga kadar 1,4 mg per mL.
Kromatografi <931>. Larutan uji Serbukkan 1 tablet, tambahkan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah sejumlah Larutan A hingga diperoleh kadar
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan sildenafil 1 mg per mL, sonikasi selama 2 menit,
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang kocok dan sentrifus. Gunakan beningan.
0,028 mg per mL. Prosedur Lakukan ekstraksi fase padat (Solid
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat Phase Exraction) terhadap Larutan baku dan
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Larutan uji sebagai berikut: Pada cartridge SPE
kadar lebih kurang 0,028 mg per mL. C18 dengan ukuran 6 mL, cuci dengan 10 mL
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja metanol P diikuti dengan 10 mL Larutan A, buang
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm, kolom pencuci. Masukkan masing-masing 5 mL Larutan
3,9 mm x 15 cm yang berisi L1 dengan ukuran baku dan Larutan uji pada masing-masing
partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30º. cartridge. Cuci setiap cartridge dengan 10 mL air.
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Keringkan pada hampa udara. Elusi sildenafil dari
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam tiap cartridge dengan 5 mL metanol P dan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti kumpulkan eluat dalam wadah yang sesuai.
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih Tambahkan lebih kurang 200 mg kalium bromida P
dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada enam kali pada tiap wadah, campur dan uapkan hingga
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,85%. kering. Pada masing-masing 70 mg campuran
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kering tambahkan lebih kurang 140 mg kalium
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku bromida P, campur: spektrum serapan inframerah
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam residu campuran yang didispersikan dalam kalium
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
persentase sildenafil sitrat, C22H30N6O4S.C6H8O7, panjang gelombang yang sama seperti pada
dengan rumus: Sildenafil sitrat BPFI yang diperlakukan sama.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
 rU   CS  Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
      100 yang diperoleh pada Penetapan kadar.
 rS   CU 
Disolusi <1231>
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,01
utama Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah N.
farmasiindustri.com

Alat tipe 1: 100 rpm. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja


Waktu: 15 menit. tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dalam Media dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
disolusi hingga kadar lebih kurang 0,03 mg per mL. kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan kesesuaian sistem, rekam kromatogram selama
Media disolusi. tidak kurang dari 3 kali waktu retensi sildenafil dan
Prosedur Lakukan penetapan jumlah sildenafil, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
C22H30N6O4S yang terlarut dengan mengukur resolusi, R, antara sildenafil N-oksida dan sildenafil
serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang tidak kurang dari 2,6. Lakukan kromatografi
gelombang serapan maksimum lebih kurang 290 terhadap Larutan baku, rekam kromatogram selama
nm. Hitung persentase zat terlarut dengan rumus: tidak kurang dari 3 kali waktu retensi sildenafil dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
faktor ikutan tidak lebih dari 1,3 dan simpangan
( ) 𝑉 ( ) 𝐷 ( ) baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
𝐿
3,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari sensitivitas, rekam kromatogram selama tidak
Larutan uji dan Larutan baku; V adalah volume kurang dari 3 kali waktu retensi sildenafil dan ukur
Media disolusi, 900 mL; Mr1 dan Mr2 berturut-turut respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
adalah bobot molekul sildenafil dan sildenafil perbandingan ‖signal to noise‖ tidak kurang dari
sitrat; 474,58 dan 666,70; D adalah faktor 10.
pengenceran Larutan uji; CS adalah kadar Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sildenafil Sitrat BPFI dalam mg per mL Larutan volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
baku; L adalah kadar sildenafil yang tertera pada dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
etiket dalam mg per tablet. kromatogram selama tidak kurang dari 3 kali waktu
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut retensi sildenafil dan ukur semua respons puncak.
tidak kurang dari 80% (Q) sildenafil C22H30N6O4S, Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
dari jumlah yang tertera pada etiket. rumus:

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


( ) ( ) ( )
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera ri adalah respons masing-masing cemaran dari
pada Kromatografi <931>. Larutan uji; rS adalah respons puncak utama dari
Dapar, Fase gerak, dan Pengencer Buat seperti Larutan baku; CS adalah kadar Sildenafil BPFI
yang tertera pada Penetapan kadar. dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama zat dalam mg per mL Larutan uji; Mr1 dan Mr2
sejumlah 70 mg Sildenafil Sitrat BPFI larutkan berturut-turut adalah bobot molekul sildenafil dan
dalam 1 mL campuran hidrogen peroksida P dan sildenafil sitrat; 474,58 dan 666,70. Masing-masing
asam format P (2:1), diamkan selama tidak lebih cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas
dari 10 menit dan encerkan dengan Fase gerak yang tertera pada Tabel sebagai berikut:
sampai 250,0 mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Tabel
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang Waktu Retensi Batas
Nama
0,0014 mg per mL. Relatif (%)
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume Sildenafil 1,0 -
Larutan baku, encerkan dengan Fase gerak hingga Sildenafil N-oksida 1,2 0,20
kadar lebih kurang 0,00035 mg per mL. Masing-masing - 0,20
Larutan uji persediaan Masukkan 5 tablet ke cemaran lain
dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan 25 mL Total cemaran - 0,50
Pengencer, dispersikan dengan bantuan sonikasi. [Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%].
Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sonikasi jika perlu. Sentrifus dan gunakan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
beningan. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Larutan uji Encerkan sejumlah volume Larutan pada Kromatografi <931>.
uji persediaan dengan Fase gerak hingga diperoleh Dapar Encerkan 7 mL trietilamin P dalam 1 L
kadar sildenafil lebih kurang 0,5 mg per mL. air, atur hingga pH 3,0 dengan penambahan asam
ortofosfat P.
farmasiindustri.com

Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P–


asetonitril P (58:25:17), saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P-air (90:10).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
Garam Mononatrium sitidin -5’-difosfokolin
0,028 mg per mL.
[33818-15-4]
Larutan uji persediaan Dispersikan 1 tablet
C14H25N4NaO11P2 BM 510,31
dalam 5 mL Pengencer dengan bantuan sonikasi.
Jika tablet sudah terdispersi sempurna, encerkan
Sitikolin Natrium mengandung tidak kurang dari
dengan Fase gerak sampai 250,0 mL sambil
98,0% C14H25N4NaO11P2, dihitung terhadap zat
dikocok. Sentrifus dan gunakan beningan.
kering.
Larutan uji Encerkan sejumlah volume Larutan
uji persediaan dengan Fase gerak hingga kadar
Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih, tidak
sildenafil lebih kurang 0,02 mg per mL.
berbau.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, tidak
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
larut dalam etanol dan dalam aseton.
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Baku pembanding Sitikolin Natrium BPFI; tidak
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
baku rekam kromatogram selama tidak kurang dari
rapat, terlindung cahaya. Zat bersifat higroskopik,
1,5 kali waktu retensi sildenafil dan ukur respons
lakukan penanganan pada kelembapan di bawah
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
30%. Buang bagian yang tidak digunakan setelah
tidak lebih dari 1,3 dan simpangan baku relatif
wadah dibuka. Asam 5’-Sitidilat BPFI.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, Lakukan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
diperoleh pada Penetapan kadar.
kromatogram selama 1,5 kali waktu retensi
B. Spektrum serapan inframerah zat yang
sildenafil dan ukur respons puncak. Hitung
didispersikan dalam kalium bromida P,
persentase sildenafil, C22H30N6O4S, dalam tablet
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
yang digunakan dengan rumus:
gelombang yang sama seperti pada Sitikolin
Natrium BPFI.
( ) ( ) ( ) C. Pada 1 mg zat tambahkan 3 mL asam
hidroklorida encer LP, larutan menunjukkan reaksi
Natrium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Umum <291>.
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Sildenafil BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan
adalah kadar sildenafil dalam mg per mL Larutan uji menggunakan larutan 0,5 g zat dalam 10 mL air.
berdasarkan bobot yang tertera pada etiket. Mr1 dan
Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul sildenafil Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
dan sildenafil sitrat; 474,58 dan 666,70. penetapan menggunakan larutan 1 g zat dalam 8
mL air.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik, pada suhu ruang terkendali. Warna dan Akromisitas <1291> Tidak berwarna;
lakukan penetapan menggunakan larutan 1 g zat
dalam 8 mL air.

Tambahan monografi Klorida <361> Tidak lebih dari 0,05%. Lakukan


SITIKOLIN NATRIUM penetapan menggunakan 0,10 g zat: opalesensi
Citicoline Sodium yang terjadi tidak lebih keruh dibandingkan larutan
pembanding yang mengandung 5,0 mL larutan
baku natrium klorida 10 µg per mL.
farmasiindustri.com

Amonium Tidak lebih dari 0,05%. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
Larutan pembanding Timbang saksama 29,7 mg 0,30 unit Endotoksin per mg, untuk penggunaan
amonium klorida P, larutkan dalam 1 L air. Tiap sediaan parenteral.
mL larutan mengandung setara 10 µg amonium.
Larutan raksa(II) kalium iodida alkalis Larutkan Sterilitas <71> Memenuhi syarat, untuk
10 g kalium iodida P dalam 10 mL air, tambahkan penggunaan sediaan parenteral.
larutan jenuh raksa(II) klorida P secara perlahan
sambil diaduk sampai terbentuk endapan merah Sisa pelarut Jumlah metanol, etanol dan aseton
yang tidak larut. Tambahkan 30 g kalium berturut-turut tidak lebih dari 0,3; 0,5 dan 0,5%.
hidroksida P dan biarkan melarut, kemudian Lakukan Kromatografi gas seperti tertera pada
tambahkan 1 tetes atau lebih larutan jenuh raksa(II) Kromatografi <931>.
klorida P, encerkan dengan air sampai 200 mL. Larutan baku internal Encerkan sejumlah n-
Biarkan terbentuk endapan, gunakan beningan. propanol P, dengan air hingga diperoleh larutan
Prosedur Timbang 0,20 g zat, masukkan ke mengandung n-propanol 500 µg per mL.
dalam labu destilasi, tambahkan 200 mL air bebas Larutan baku persediaan Pipet sejumlah metanol
amonia P dan 1 g magnesium oksida P, distilasi, P, etanol P dan aseton P, encerkan dengan air
masukkan destilat ke dalam tabung Nessler berisi 5 hingga diperoleh larutan mengandung metanol,
mL air bebas amonia P dan 1 tetes asam etanol dan aseton berturut-turut 450, 750 dan 750
hidroklorida encer LP. Hentikan destilasi jika µg per mL.
sudah mencapai 40 mL, tambahkan 2 mL larutan Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku
raksa(II) kalium iodida alkalis, campur, diamkan persediaan dan 5 mL Larutan baku internal ke
selama 15 menit: opalesensi yang terjadi tidak lebih dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air
keruh dibandingkan larutan pembanding yang sampai tanda.
mengandung 10,0 mL Larutan pembanding. Larutan uji Timbang saksama 0,75 g zat
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
Besi <331> Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal, encerkan
penetapan menggunakan 0,20 g zat: opalesensi dengan air sampai tanda.
yang terjadi tidak lebih keruh dibandingkan larutan Sistem kromatografi Kromatograf gas
pembanding yang mengandung 2,0 mL larutan dilengkapi dengan injektor ―headspace‖, detektor
baku besi 10 µg per mL. ionisasi nyala dan kolom kapiler dari leburan silika,
berisi bahan pengisi polietilen glikol (20PEG-20M
Fosfat Tidak lebih dari 0,1%. atau yang sama polaritasnya). Pertahankan suhu
Larutan pembanding Timbang saksama 0,286 g injektor, kolom dan detektor masing-masing
kalium dihidrogen fosfat P, yang telah dikeringkan berturut-turut pada suhu 200, 60 dan 250.
hingga bobot tetap pada suhu 105⁰, masukkan ke Pertahankan ‖headspace‖ pada suhu 80⁰ selama 45
dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dan menit. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa
encerkan dengan air, kocok. Sebelum digunakan, dengan laju alir antara 1,0 – 2,0 mL per menit.
pipet 10 mL larutan ke dalam labu tentukur 100- Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
mL, encerkan dengan air sampai tanda, dan kocok. rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Setiap mL larutan mengandung 20 µg fosfat. seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
Prosedur Larutkan 0,10 g zat dalam 10 mL air, kurang dari 5000 lempeng teoritis, resolusi, R,
tambahkan 1 mL larutan amonium molibdat (1 g antara respons puncak sitikolin dan puncak
amonium molibdat P dalam 40 mL asam sulfat terdekat tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku
0,5M) dan 0,5 mL asam 1,2,4-aminonaftolsulfonat relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
LP, biarkan selama 5 menit. Warna yang terjadi 5,0%.
tidak lebih intensif dari 5,0 mL Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pembanding yang diperlakukan sama. volume sama (lebih kurang 1 L) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%; kromatogram dan ukur respons puncak etanol,
lakukan pengeringan pada suhu 100° selama 5 jam metanol, isopropanol dan n-propanol. Hitung
di atas fosforpentoksida dengan pengurangan persentase metanol, etanol dan aseton
tekanan udara. menggunakan metode baku internal.

Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 5 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
bpj. Lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Arsen <321> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
penetapan menggunakan 2,0 g zat. seperti tertera pada Penetapan kadar.
farmasiindustri.com

Larutan baku Timbang saksama sejumlah 5’- kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air rekam kromatogram dan ukur respons puncak
hingga kadar 7,5 µg per mL seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 5‘-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, sitidilat dan sitikolin natrium tidak kurang dari 1,5.
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 2,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mg per mL. volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ke dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
air sampai tanda, hingga kadar lebih kurang 0,01 Hitung persentase sitikolin natrium,
mg per mL. C14H25N4NaO11P2 dalam zat dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku,
Larutan pembanding dan Larutan uji ke dalam ( ) ( )
kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali waktu
retensi puncak utama, dan ukur semua respons rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
puncak. Hitung persentase 5‘-sitidilat dalam zat utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
dengan membandingkan terhadap respons puncak kadar Sitikolin Natrium BPFI dalam mg per mL
Larutan baku. Hitung persentase cemaran lain Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per
dengan membandingkan terhadap respons puncak mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan pembanding. Masing-masing cemaran dan
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pada Tabel. rapat, terlindung cahaya.
Tabel
Nama Batas
5‘-sitidilat 0,3 %
Cemaran lain Tidak lebih dari respons Tambahan monografi
puncak utama Larutan INJEKSI SITIKOLIN NATRIUM
pembanding (0,2%) Citicoline Sodium Injection
Total cemaran Tidak lebih dari 3,5 kali
(kecuali 5‘-sitidilat) respons puncak utama
Injeksi Sitikolin Natrium adalah larutan steril
Larutan pembanding (0,7%)
sitikolin natrium dalam Air untuk Injeksi.
Mengandung sitikolin natrium, C14H25N4NaO11P2,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
pada Kromatografi <931>.
Dapar fosfat Buat campuran volume sama
Baku pembanding Sitikolin Natrium BPFI; tidak
larutan kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dan larutan
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
tetrabutil amonium hidroksida 0,01 M atur pH
rapat, terlindung cahaya. Zat bersifat higroskopik,
hingga 4,5 dengan penambahan asam ortofosfat P.
lakukan penanganan pada kelembapan di bawah
Fase gerak Campuran Dapar fosfat – metanol P
30%. Buang bagian yang tidak digunakan setelah
(95:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
wadah dibuka. Asam 5’-Sitidilat BPFI.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Sitikolin Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
diperoleh pada Penetapan kadar.
air sampai tanda. Kadar larutan 0,25 mg per mL.
B. Pada 1 mg zat tambahkan 3 mL asam
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
hidroklorida encer LP, larutan menunjukkan reaksi
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
Natrium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Umum <291>.
Kadar larutan 0,25 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
pH <1071> Antara 6,0 dan 8,0.
sejumlah 5’-Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan air hingga kadar 0,25 mg per mL. Campur
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat
larutan dengan Larutan baku dengan perbandingan
seperti tertera pada Sitikolin Natrium.
volume sama.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan
kolom berisi bahan pengisi L1. Atur laju alir hingga
memenuhi kesesuaian sistem. Lakukan
farmasiindustri.com

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara mg per mL. Campur larutan dengan Larutan baku
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera dengan perbandingan volume sama.
pada Kromatografi <931>. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan
seperti tertera pada Penetapan kadar. kolom berisi bahan pengisi L1. Atur laju alir hingga
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam memenuhi kesesuaian sistem. Lakukan
5’-Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
hingga kadar 7,5 µg per mL. rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
encerkan dengan air hingga kadar 2,5 mg per mL. asam 5‘-sitidilat dan sitikolin natrium tidak kurang
Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji dari 1,5.
ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
air sampai tanda, hingga kadar lebih kurang 0,01 volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
mg per mL. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku, Hitung persentase sitikolin natrium,
Larutan pembanding dan Larutan uji ke dalam C14H25N4NaO11P2 dalam injeksi dengan rumus:
kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur semua
respons puncak. Hitung persentase asam 5‘-sitidilat
dalam injeksi dengan membandingkan terhadap ( ) ( )
respons puncak Larutan baku. Hitung persentase
cemaran lain dengan membandingkan terhadap rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
respons puncak Larutan pembanding. Masing- utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari kadar Sitikolin Natrium BPFI dalam mg per mL
batas yang tertera pada Tabel. Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Tabel pada etiket.
Nama Batas
Asam 5‘-sitidilat 0,3 % Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Cemaran lain Tidak lebih dari respons baik, terlindung cahaya.
puncak utama Larutan
pembanding (0,2%)
Total cemaran Tidak lebih dari 1,4 kali
(kecuali asam 5‘- respons puncak utama Tambahan monografi
sitidilat) Larutan pembanding (0,7%)
KRIM TERBINAFIN HIDROKLORIDA
Terbinafine Hydrochloride Cream
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Krim Terbinafin Hidroklorida mengandung
pada Kromatografi <931>.
terbinafin hidroklorida, C21H25N.HCl, tidak kurang
Dapar fosfat Buat campuran volume sama
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
larutan kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dan larutan
yang tertera pada etiket.
tetrabutil amonium hidroksida 0,01 M atur pH
hingga 4,5 dengan penambahan asam ortofosfat P.
Baku pembanding Terbinafin Hidroklorida BPFI;
Fase gerak Campuran Dapar fosfat – metanol P
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
(95:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Sitikolin Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
air sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,25
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
<52> dan <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
dari 102 koloni per mL; dan angka kapang dan
Kadar larutan lebih kurang 0,25 mg per mL.
khamir tidak lebih dari 10 koloni per mL; uji
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
sejumlah Asam 5’-Sitidilat BPFI, larutkan dan
aeruginosa memberikan hasil negatif.
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,25
farmasiindustri.com

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara dan encerkan dengan asetonitril P – air (1:1)
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL, paparkan
pada Kromatografi <931>. pada sinar UV 254 nm selama 1 jam.
Pengencer Gunakan isopropanol P. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kolom 3,0 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji 0,8 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih berikut:
kurang 2,5 µg per mL. Waktu Larutan A Larutan B
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan (menit) (%) (%)
pembanding encerkan dengan Pengencer hingga 0 100 0
kadar lebih kurang 0,25 µg per mL. 4 100 0
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 25 0 100
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap 30 0 100
Larutan sensitivitas rekam kromatogram dan ukur 31 100 0
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 38 100 0
perbandingan signal to noise respons puncak utama
lebih dari 5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sistem rekam kromatogram dan ukur respons
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf. puncak utama lebih kurang 16 menit; waktu retensi
Rekam kromatogram dan ukur semua respons relatif tiga cemaran utama berturut-turut lebih
puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran kurang 0,87; 0,95 dan 1,1; resolusi, R, antara
tidak lebih dari batas seperti tertera pada Tabel. terbinafin dan cemaran dengan waktu retensi relatif
0,95 dan 1,1 masing-masing tidak kurang dari 2,0.
Tabel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Nama Batas (%) dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Masing-masing Tidak lebih dari respons puncak kromatogram dan ukur respons puncak utama.
cemaran lain utama Larutan pembanding (0,5%) Hitung persentase terbinafin hidroklorida,
Total cemaran Tidak lebih dari 4 kali respons C21H25NHCl dalam krim dengan rumus:
puncak utama Larutan
pembanding (2,0%)
 rU   CS 
Abaikan respons puncak zat tambahan (waktu retensi       100
kurang dari 2 menit) dan respons puncak kurang dari  rS   CU 
respons puncak utama Larutan sensitivitas.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
kadar Terbinafin Hidroklorida BPFI dalam mg per
pada Kromatografi <931>.
mL Larutan baku; CU adalah kadar terbinafin
Dapar Larutan trietilamin P 0,2%, atur pH
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
hingga 7,5 dengan penambahan asam asetat glasial
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
P.
Larutan A Campuran metanol P- Dapar-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
asetonitril P (42:30:28). Saring dan awaudarakan.
baik, terlindung cahaya.
metanol P- Dapar- asetonitril P (42:30:28).
Larutan B Campuran metanol P–asetonitril P-
Dapar (57:38:5). Saring dan awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Tambahan monografi
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. KAPSUL TIAMFENIKOL
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Thiamphenicol Capsules
Terbinafin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan isopropanol P hingga kadar lebih Kapsul Tiamfenikol mengandung tiamfenikol,
kurang 0,2 mg per mL. C12H15Cl2NO5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim, lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
larutkan dan encerkan dengan isopropanol P etiket.
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Baku pembanding Tiamfenikol BPFI; simpan
sejumlah Terbinafin Hidroklorida BPFI, larutkan pada lemari pendingin, terlindung cahaya.
farmasiindustri.com

Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan


Identifikasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Penjerap Campuran silika gel GF254 Tiamfenikol BPFI larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-metanol Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 µg per
P (97:3). mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan uji Timbang isi tidak kurang dari
Tiamfenikol BPFI, larutkan dan encerkan dengan 20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per Timbang saksama sejumlah isi kapsul, larutkan dan
mL. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Larutan uji Timbang sejumlah isi kapsul, kurang 1 mg per mL.
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kadar lebih kurang 10 mg per mL. volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku
Prosedur Totolkan masing-masing 5 µL Larutan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. kromatogram selama tidak kurang tiga setengah
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi kali waktu retensi puncak utama dan ukur semua
berisi Fase gerak, eluasi hingga Fase gerak respons puncak: respons puncak masing-masing
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi cemaran dari Larutan uji tidak lebih dari respons
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, puncak utama Larutan baku (1,0%) dan total
biarkan mengering di udara. Amati lempeng di respons puncak cemaran dari Larutan uji tidak
bawah cahaya UV 254 nm: nilai Rf dan warna lebih dari tiga kali respons puncak utama Larutan
bercak utama dari Larutan uji sesuai dengan baku (3,0%).
Larutan baku.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
tertera pada Penetapan Kadar. pada Kromatografi <931>.
C. Timbang sejumlah isi kapsul setara 50 mg Fase gerak Campuran air - asetonitril P (4:1).
tiamfenikol, larutkan dalam 2 mL kalium Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
hidroksida etanol LP, panaskan dalam tangas air penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
selama 15 menit dengan menghindari penguapan tertera pada Kromatografi <931>.
etanol. Larutan menunjukkan reaksi Klorida seperti Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Tiamfenikol BPFI larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
Disolusi <1231> mL.
Media disolusi : 900 mL air Larutan uji Timbang tidak kurang dari
Alat tipe 1 : 100 rpm 20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
Waktu : 45 menit. bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama,
Prosedur Lakukan penetapan persentase hitung bobot rata-rata isi tiap kapsul. Timbang
C12H15Cl2NO5S, yang terlarut dengan mengukur saksama sejumlah isi kapsul, larutkan dan encerkan
serapan alikot yang telah di saring, dan serapan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1
larutan baku Tiamfenikol BPFI 0,28 mg per mL mg per mL.
dalam media yang sama pada panjang gelombang Larutan kesesuaian sistem Timbang 25 mg
serapan maksimum lebih kurang 266 nm. [Catatan Tiamfenikol BPFI, masukkan ke dalam labu
Untuk kekuatan 500 mg, jika perlu lakukan tentukur 25-mL, tambah 2,0 mL natrium hidroksida
pengenceran pada alikot]. 1 N, biarkan 10 menit, tambahkan 2,0 mL asam
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut hidroklorida 1 N, encerkan dengan Fase gerak
tidak kurang dari 70% (Q), C12H15Cl2NO5S, dari sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu
jumlah yang tertera pada etiket. tentukur 50-mL, tambah 5 mg Tiamfenikol BPFI,
encerkan dengan Fase gerak hingga tanda.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; kolom berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
lakukan pengeringan isi kapsul pada suhu 105 kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
sampai bobot tetap. terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tiamfenikol dan cemaran tidak kurang dari 1,5 dan
pada Kromatografi <931>. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%.
farmasiindustri.com

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku pada Uji Identifikasi Umum <291>.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Hitung persentase tiamfenikol, C12H15Cl2NO5S, lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat,
dalam kapsul dengan rumus: keringkan pada suhu 80º selama 5 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


( ) ( ) Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Formaldehida Tidak lebih dari 20 bpj. Lakukan
tiamfenikol dari Larutan uji dan Larutan baku; penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
CS adalah kadar Tiamfenikol BPFI dalam mg per tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mL Larutan baku; CU adalah kadar tiamfenikol Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah asam hidroklorida P (3:2:0,004).
yang tertera pada etiket. Larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin Timbang
saksama sejumlah 2,4-dinitrofenil hidrazin P,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
rapat, terlindung dari cahaya. Simpan pada tempat kadar lebih kurang 1,65 mg per mL.
kering. Larutan baku persediaan Ukur saksama
sejumlah larutan formaldehida, setara dengan 37
mg formaldehida, masukkan ke dalam labu
Tambahan monografi tentukur 100-mL, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
TIKLOPIDIN HIDROKLORIDA
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Ticlopidine Hydrochloride persediaan, encerkan dengan metanol P hingga
kadar lebih kurang 1,85 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama 500 mg tiklopidin
hidroklorida, larutkan dan encerkan dalam 10 mL
metanol P. Jika perlu lakukan sonikasi untuk
melarutkan.
5-(o-klorobenzil)-4,5,6,7-tetrahidrotieno-[3,2-c] Derivatisasi Larutan baku dan Larutan uji Pipet
piridin hidroklorida [53885-35-1] 2,0 mL Larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin,
C14H14ClNS.HCl BM 300,25 masukkan ke dalam lima labu tentukur 10-mL yang
berbeda. Masukkan 50 µL asam hidroklorida 2N
Tiklopidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dan 150 µL, 250 µL, dan 500 µL Larutan baku ke
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, dalam tiga labu tentukur pertama. Masukkan 500
C14H14ClNS.HCl, dihitung terhadap zat kering. µL Larutan uji ke dalam labu tentukur keempat dan
500 µL metanol P ke dalam labu tentukur kelima.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih. Campur tiap larutan dengan baik dan biarkan
bereaksi selama lebih kurang 30 menit pada suhu
Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan etanol; ruang. Encerkan tiap larutan dengan Fase gerak
sangat sukar larut dalam etil asetat. sampai tanda, kocok. Larutan harus diuji dalam
waktu 4 jam.
Baku pembanding Sulkonazol Nitrat BPFI: tidak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
boleh dikeringkan, dalam wadah tertutup rapat; tinggi dilengkapi dengan detektor 365 nm dan
Tiklopidin Hidroklorida BPFI: tidak boleh kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
terlindung cahaya; Senyawa Sejenis A Tiklopidin 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Hidroklorida BPFI; Senyawa Sejenis B Tiklopidin Larutan baku terderivatisasi yang disiapkan dari
Hidroklorida BPFI. 500 µL, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Identifikasi baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didis- 10,0%.
persikan dalam minyak mineral P menunjukkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
sama seperti pada Tiklopidin Hidroklorida BPFI. dan Larutan uji terderivatisasi ke dalam
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti puncak utama [Catatan Perkiraan waktu retensi
yang diperoleh pada Penetapan kadar. untuk 2,4-dinitrofenilhidrazin lebih kurang 3,5
farmasiindustri.com

menit; dan untuk formaldehida dan derivat 2,4-


dinitrofenilhidrazin lebih kurang 3,8 menit]. Tabel 1
Hitung kadar dalam bpj formaldehida, pada
Larutan uji terderivatisasi dalam tiklopidin Nama Waktu retensi Batas
hidroklorida, yang digunakan dengan rumus: relatif (Rft) (%)
Tiklopidin hidroklorida 1,00 -
𝐷 𝑊 Senyawa sejenis A
tiklopidin hidroklorida 1,26 0,5

C adalah kadar formaldehida dari kurva kalibrasi Senyawa sejenis B


tiklopidin hidroklorida 1,41 0,5
yang dihasilkan dari respons puncak derivat
metanol dan tiga Larutan baku terderivatisasi
dalam µg per mL; D adalah faktor pengenceran UJI 2
(200); W adalah bobot sampel dalam gram. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Cemaran organik <931>.
UJI 1 Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Larutan baku, Larutan uji, dan Sistem
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Fase gerak Buat campuran butanol P-air-asam Penetapan kadar.
asetat glasial P (4:5:1). Kocok baik di corong Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pemisah, biarkan mengendap, buang lapisan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
‖aqueous‖ sebelah bawah, dan gunakan lapisan dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
organik sebelah atas. kromatogram 1,5 kali waktu retensi puncak
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 tiklopidin dan ukur semua respons puncak. Hitung
mm. persentase N-metil tiklopidin dalam tiklopidin
Pengencer Campuran metilen klorida P-metanol hidroklorida yang digunakan dengan rumus:
P (1:2).
Penampak bercak Campuran iodum LP-metanol ( )
P (1:1).
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
Tiklopidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan ri adalah respons puncak N-metil tiklopidin dalam
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Larutan uji; dan rT adalah total semua respons
kurang 15 mg per mL. puncak dalam Larutan uji. Hitung persentase
Larutan baku B Timbang saksama masing- masing-masing cemaran dalam tiklopidin
masing sejumlah Senyawa Sejenis Tiklopidin hidroklorida yang digunakan dengan rumus:
Hidroklorida A BPFI dan Senyawa Sejenis
Tiklopidin Hidroklorida B BPFI, larutkan dan ( )
encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing-
masing lebih kurang 2,5 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga dalam Larutan uji; dan rS adalah respons puncak
kadar lebih kurang 15 mg per mL. tiklopidin dalam Larutan baku. Masing-masing
Campuran larutan baku Pipet lebih kurang 1,5 cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas
mL Larutan baku B dan 250 µL Larutan uji, yang tertera pada Tabel 2.
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Tabel 2
Prosedur Totolkan secara terpisah 2, 5, dan 10
µL Larutan baku kombinasi dan 20 µL Larutan uji Nama Waktu Batas
retensi (%)
pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke relatif
dalam bejana yang telah dijenuhkan dan biarkan
Tiklopidin hidroklorida 1 -
merambat 15 cm dari titik awal. Angkat lempeng,
N-metil tiklopidin 1,18 0,5
tandai batas rambat dan biarkan mengering di udara Masing-masing cemaran lain - 0,10
lebih kurang selama 1 jam. Lihat secara visual di Total cemaran - 1,0
bawah sinar UV. Beri tanda senyawa sejenis A
tiklopidin dan senyawa sejenis B tiklopidin.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Semprot dengan Penampak bercak, beri tanda
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
cemaran lain dan bandingkan dengan bercak
pada Kromatografi <931>.
tiklopidin hidroklorida pada Campuran llarutan
Dapar Timbang saksama masing-masing 1,1 g
baku. Masing-masing cemaran tidak lebih dari
natrium fosfat monobasa P dan 0,28 g natrium
batas yang tertera pada Tabel 1.
fosfat dibasa P, larutkan dan encerkan dengan air
farmasiindustri.com

hingga 1000 mL. Jika perlu, atur pH hingga antara Tablet Tiklopidin Hidroklorida mengandung
6,1 dan 6,6 dengan penambahan asam ortofosfat P tiklopidin hidroklorida, C14H14ClNS.HCl, tidak
atau natrium hidroksida P . kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol jumlah yang tertera pada etiket.
P-Dapar (6:7:7).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Baku pembanding Tiklopidin Hidroklorida BPFI:
sejumlah masing-masing Tiklopidin hidroklorida tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
BPFI dan Sulkonazol nitrat BPFI, larutkan dan tertutup rapat, terlindung cahaya.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
masing lebih kurang 0,2 mg per mL. Jika perlu Identifikasi
lakukan sonikasi untuk melarutkan. A. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah setara dengan 100 mg tiklopidin hidroklorida,
Tiklopidin hidroklorida BPFI, larutkan dan masukkan ke dalam labu yang sesuai. Tambahkan
encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih 1 mL air dan biarkan selama 15 menit, kocok
kurang 0,4 mg per mL. sesekali. Tambahkan lebih kurang 60 mL Fase
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, gerak (seperti tertera pada Penetapan kadar),
larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga sonikasi selama 15 menit, dan kocok secara
kadar lebih kurang 0,4 mg per mL. mekanis selama 15 menit. Encerkan dengan Fase
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja gerak sampai tanda, kocok. Pipet sejumlah larutan,
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 kurang 0,1 mg per mL tiklopidin hidrolorida:
dengan ukuran partikel 10 µm. Pertahankan suhu spektrum serapan ultraviolet menunjukkan
kolom pada 40. Laju alir lebih kurang 2 mL per maksimum pada panjang gelombang yang sama
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan (232 nm) seperti pada Tiklopidin Hidroklorida
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur BPFI.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
resolusi, R, antara puncak tiklopidin hidroklorida Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
dengan puncak sulkonazol nitrat tidak kurang dari yang diperoleh pada Penetapan kadar.
2,6. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Disolusi <1231>
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Media disolusi: 900 mL air, awaudarakan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Alat tipe 2: 50 rpm
1,0%. Waktu: 45 menit
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Blangko Gunakan Media disolusi.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Tiklopidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
kromatogram 1,5 kali waktu retensi puncak encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih
tiklopidin dan ukur respons puncak utama. Hitung kurang 0,278 mg per mL.
persentase tiklopidin hidroklorida, Larutan uji Saring alikot menggunakan
C14H14ClNS.HCl, dalam zat dengan rumus: penyaring membran yang sesuai.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan
( )( ) baku menggunakan sel 0,1-cm, pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 232
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak nm. Hitung persentase tiklodipin hidroklorida,
tiklopidin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah C14H14ClNS.HCl, yang terlarut dengan rumus:
kadar tiklopidin dalam Larutan baku; CU adalah
kadar tiklopidin dalam Larutan uji berdasarkan ( )( ) 𝑉
bobot yang ditimbang. 𝐿

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup AU danAS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
rapat, pada suhu di bawah 30°. dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan baku
dalam mg per mL; L adalah kadar tablet sesuai
etiket dalam mg; V adalah volume Media disolusi
(900 mL).
Tambahan monografi Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
TABLET TIKLOPIDIN HIDROKLORIDA tidak kurang dari 75% (Q) tiklodipin hidroklorida,
Ticlopidine Hydrochloride Tablets C14H14ClNS.HCl, dari jumlah yang tertera pada
etiket.
farmasiindustri.com

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


Tambahan monografi
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara TIZANIDIN HIDROKLORIDA
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Tizanidine Hydrochloride
pada Kromatografi <931>.
Dapar Timbang 3,55 g natrium fosfat dibasa P,
larutkan dalam 1000 mL air.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (3:2).
Atur pH hingga lebih kurang 7,0 ± 0,1 dengan
penambahan asam ortofosfat P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Tiklopidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 0,1 mg per mL. 5-Kloro-4-(2-imidazolin-2-ilamino)-2,1,3-
Larutan uji Timbang dan serbukkan sejumlah benzotiadiazol monohidroklorida [64461-82-1]
tablet tidak kurang dari 20 tablet. Masukkan C9H8ClN5S.HCl BM 290,17
sejumlah serbuk tablet, setara dengan lebih kurang
250 mg tiklopidin hidroklorida, ke dalam labu Tizanidin Hidroklorida mengandung tidak kurang
tentukur 250-mL, tambahkan 150 mL Fase gerak, dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
sonikasi selama 5 menit, dan kocok secara mekanik C9H8ClN5S.HCl, dihitung terhadap zat kering.
selama 10 menit. Encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda, dan kocok. Saring larutan Pemerian Serbuk hablur; hampir putih hingga agak
menggunakan penyaring dengan porositas 0,45-µm kuning.
atau yang sesuai, buang beberapa mL filtrat
pertama. Pipet 5 mL filtrat, masukkan ke dalam Kelarutan Sukar larut dalam air dan metanol.
labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. Baku pembanding Tizanidin Hidroklorida BPFI:
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
tinggi dilengkapi dengan detektor 228 nm dan tertutup rapat; Senyawa Sejenis A Tizanidin BPFI;
kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1 Senyawa Sejenis B Tizanidin BPFI; Senyawa
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Sejenis C Tizanidin BPFI.
kolom pada 40. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didis-
baku, rekam kromatogram dan ukur respons
persikan dalam kalium bromida P menunjukkan
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif
sama seperti pada Tizanidin Hidroklorida BPFI.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
C. Larutan 10 mg per mL zat menunjukkan
kromatogram dua kali waktu retensi puncak
reaksi Klorida cara A seperti tertera pada Uji
tiklopidin dan ukur respons puncak utama. Hitung
Identifikasi Umum <291>.
persentase tiklopidin hidroklorida,
C14H14ClNS.HCl, dalam tablet yang digunakan
pH <1071> Antara 4,3 dan 5,3; lakukan penetapan
dengan rumus:
menggunakan larutan 10 mg per mL.

( )( ) Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;


lakukan penetapan menggunakan 0,5 g zat,
keringkan pada suhu 105º selama 3 jam.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
tiklopidin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
kadar Tiklopidin Hidroklorida BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; CU adalah kadar tiklopidin Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. pada Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan A Campuran air-asam ortofosfat P
rapat, pada suhu ruang terkendali. (88:12).
Dapar Timbang 3,5 g natrium 1-pentansulfonat
P, larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga
farmasiindustri.com

lebih kurang 3,0 ± 0,05 dengan penambahan berturut-turut adalah bobot molekul tizanidin
Larutan A atau natrium hidroksida 1 N. (253,71) dan tizanidin hidroklorida (290,17); dan F
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar adalah faktor respons relatif (seperti tertera pada
(20:80). Tabel). Masing-masing cemaran dan total cemaran
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
saksama masing-masing sejumlah Senyawa Sejenis
A Tizanidin BPFI, Senyawa Sejenis B Tizanidin Tabel
BPFI, dan Senyawa Sejenis C Tizanidin BPFI,
Nama Waktu Faktor Batas
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
retensi respons (%)
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL. relatif relatif
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Senyawa sejenis C
sejumlah Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan 0,8 1,0 0,1
tizanidin
dengan Fase gerak, tambahkan sejumlah Larutan Tizanidin 1,0 - -
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan Senyawa sejenis B
1,4 1,1 0,1
Fase gerak hingga kadar tizanidin hidroklorida dan tizanidin
masing-masing senyawa sejenis tizanidin lebih Senyawa sejenis A
10,2 1,1 0,1
kurang 0,23 mg per mL dan 0,01 mg per mL. tizanidin
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Masing-masing
Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan dan cemaran lain tidak - 1,0 0,1
spesifik
encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Total cemaran - - 0,3
kurang 0,046 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
kadar lebih kurang 1,14 mg per mL.
pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Dapar Timbang 6,8 g kalium fosfat monobasa P,
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga lebih
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
kurang 7,5 ± 0,05 dengan penambahan kalium
Pertahankan suhu kolom pada 50. Laju alir lebih
hidroksida 5,3 N.
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
(20:80).
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
sejumlah masing-masing Tizanidin hidroklorida
tizanidin dengan puncak senyawa sejenis C
BPFI dan Senyawa sejenis C Tizanidin BPFI,
tizanidin tidak kurang dari 4,0; dan resolusi, R,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
antara puncak tizanidin dengan puncak senyawa
kadar masing-masing lebih kurang 46 µg per mL
sejenis B tizanidin tidak kurang dari 4,0. Lakukan
dan 0,12 µg per mL.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan dan
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
dari 5000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih
kurang 46 µg per mL.
dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga
Waktu retensi relatif tertera pada Tabel].
kadar lebih kurang 46 µg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Pertahankan suhu kolom pada 35. Laju alir lebih
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
rumus:
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
( )( )( )( ) tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
tizanidin dengan puncak senyawa sejenis C
tizanidin tidak kurang dari 6. Lakukan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tizanidin dalam Larutan baku; CS adalah kadar tertera pada Prosedur: faktor ikutan untuk tizanidin
Tizanidin hidroklorida BPFI dalam mg per mL tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif
Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji [Catatan Waktu retensi relatif untuk senyawa
berdasarkan bobot yang ditimbang; Mr1 dan Mr2
farmasiindustri.com

sejenis C tizanidin dantizanidin berturut-turut 0,5 Larutan uji Encerkan alikot dengan Media
dan 1,0.] disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan baku.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Hitung persentase tizanidin hidroklorida, kolom pada 50. Laju alir lebih kurang 1 mL per
C9H8ClN5S.HCl, dalam zat dengan rumus: menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
( )( )
tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tizanidin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
kadar Tizanidin hidroklorida BPFI dalam µg per dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mL Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
hidroklorida dalam µg per mL Larutan uji persentase tizanidin, C9H8ClN5S, yang terlarut
berdasarkan bobot yang ditimbang. dengan rumus:

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


rapat, pada suhu ruang. ( ) 𝑉 ( )( )
𝐿

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak


tizanidin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
Tambahan monografi adalah kadar Tizanidin hidroklorida BPFI dalam
TABLET TIZANIDIN mg per mL Larutan baku; V adalah volume Media
disolusi, 500 mL; L adalah kadar tizanidin
Tizanidine Tablets
hidroklorida yang tertera pada etiket dalam mg per
tablet; dan Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah bobot
Tablet Tizanidin mengandung tizanidin
molekul tizanidin (253,71) dan tizanidin
hidroklorida setara dengan tizanidin, C9H8ClN5S,
hidroklorida (290,17).
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
tidak kurang dari 80% (Q) tizanidin, C9H8ClN5S,
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Tizanidin Hidroklorida BPFI:
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
UJI 2 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini, pada
tertutup rapat; Senyawa Sejenis A Tizanidin BPFI;
etiket cantumkan bahwa produk memenuhi UJI 2]
Senyawa Sejenis B Tizanidin BPFI; Senyawa
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1
Sejenis C Tizanidin BPFI.
N, awaudarakan.
Alat tipe 1: 100 rpm
Identifikasi
Waktu: 30 menit
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Tizanidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
encerkan dengan Media hingga kadar lebih kurang
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
L per 500 mg per mL, dimana L adalah kadar
sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
tizanidin hidroklorida yang tertera pada etiket
pada Penetapan kadar.
dalam mg per tablet.
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring
Disolusi <1231>
membran dengan porositas 0,45 µm atau yang
UJI 1
sesuai.
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1 N
Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut
Alat tipe 1: 100 rpm
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan
Waktu: 15 menit
baku, pada panjang gelombang lebih kurang 228
Larutan A, Dapar, dan Fase gerak Lakukan
nm. Hitung persentase tizanidin, C9H8ClN5S, yang
seperti tertera pada Penetapan kadar.
terlarut dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Tizanidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih ( ) 𝑉 ( )( )
kurang L per 500 mg per mL, dimana L adalah 𝐿
kadar tizanidin hidroklorida yang tertera pada etiket
dalam mg per tablet.
farmasiindustri.com

AU danAS berturut-turut adalah serapan Larutan uji Senyawa sejenis C


0,8 - -
dan Larutan baku; CS adalah kadar Tizanidin tizanidin
hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan Tizanidin 1,0 - -
baku; V adalah volume Media disolusi, 500 mL; L Senyawa sejenis B
1,4 - -
adalah kadar tizanidin hidroklorida yang tertera tizanidin
Senyawa sejenis A
pada etiket dalam mg per tablet; dan Mr1 dan Mr2 10,2 1,1 0,2
tizanidin
berturut-turut adalah bobot molekul tizanidin
Masing-masing
(253,71) dan tizanidin hidroklorida (290,17). cemaran lain tidak - 1,0 0,2
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut spesifik
tidak kurang dari 80% (Q) tizanidin, C9H8ClN5S, Total cemaran - - 0,5
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pada Kromatografi <931>. Larutan A Campuran air-asam ortofosfat P
Larutan A, Dapar, Fase gerak, Larutan (44:6).
kesesuaian sistem, Larutan baku, Sistem Dapar Timbang 3,5 g natrium 1-pentansulfonat
kromatografi, dan Kesesuaian sistem Lakukan P, larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga
seperti tertera pada Penetapan kadar. lebih kurang 3,0 dengan penambahan Larutan A
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang atau natrium hidroksida 1 N.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
tablet setara dengan lebih kurang 20 mg tizanidin, (20:80).
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. Larutan senyawa sejenis A tizanidin Timbang
Tambahkan lebih kurang 50 mL Dapar, sonikasi saksama sejumlah Senyawa sejenis A tizanidin
selama 15 menit, kocok sesekali, dan kocok secara BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P
mekanik selama 15 menit. Tambahkan 20 mL hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
asetonitril P, campur. Biarkan dingin, encerkan Larutan senyawa sejenis B tizanidin Timbang
dengan Dapar sampai tanda, dan campur. Sentrifus saksama sejumlah Senyawa sejenis B tizanidin
sejumlah larutan selama 10 menit dengan BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P
kecepatan 2000 rpm atau lebih. Saring larutan hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 Larutan senyawa sejenis C tizanidin Timbang
µm atau lebih halus, gunakan filtrat. saksama sejumlah Senyawa sejenis C tizanidin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 23
kromatogram dan ukur semua respons puncak. mg Tizanidin hidroklorida BPFI, masukkan ke
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan dalam labu tentukur 100-mL. Tambahkan 20 mL
rumus: Fase gerak dan masing-masing 10 mL Larutan
senyawa sejenis A tizanidin, Larutan senyawa
( )( )( )( ) sejenis B tizanidin, dan Larutan senyawa sejenis C
tizanidin. Sonikasi untuk melarutkan Tizanidin
hidroklorida BPFI, dan encerkan dengan Fase
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran gerak sampai tanda.
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tizanidin dalam Larutan baku; CS adalah kadar Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan dan
Tizanidin hidroklorida BPFI dalam mg per mL encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin kurang 46 µg per mL.
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; Mr1 dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
dan Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul tablet setara dengan lebih kurang 20 mg tizanidin,
tizanidin (253,71) dan tizanidin hidroklorida masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL.
(290,17); dan F adalah faktor respons relatif Tambahkan lebih kurang 250 mL Dapar, sonikasi
(seperti tertera pada Tabel). Masing-masing selama 15 menit, kocok sesekali, dan kocok secara
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas mekanik selama 15 menit. Tambahkan 100 mL
yang tertera pada Tabel. asetonitril P, campur. Biarkan dingin, encerkan
dengan Dapar sampai tanda. Sentrifus sejumlah
Tabel larutan selama 10 menit dengan kecepatan 2000
rpm atau lebih. Saring larutan melalui penyaring
Nama Waktu Faktor Batas
retensi respons (%)
membran dengan porositas 0,45 µm atau lebih
relatif relatif halus, gunakan filtrat.
farmasiindustri.com

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Identifikasi


tinggi dilengkapi dengan detektor diode array 210- A. Keluarkan sejumlah isi kapsul, larutkan dan
400 nm pada panjang gelombang analisis 230 nm encerkan dengan air, kocok dan saring. Gunakan
dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 filtrat. Tambahkan 3-4 tetes larutan asam sitrat P
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu 2% dalam anhidrat asetat P, panaskan dalam
kolom pada 50. Laju alir lebih kurang 1 mL per tangas air pada suhu 90° selama 3-5 menit: terjadi
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan warna violet-merah.
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 80 µg
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: per mL dalam air menunjukkan maksimum pada
resolusi, R, antara puncak tizanidin dengan puncak 270 nm dan minimum pada 241 nm.
senyawa sejenis C tizanidin tidak kurang dari 4,0; C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
dan resolusi, R, antara puncak tizanidin dengan pada Uji Identifikasi Umum <291>.
puncak senyawa sejenis B tizanidin tidak kurang D. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dari 4,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
baku, rekam kromatogram dan ukur respons yang diperoleh pada Penetapan kadar.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif Disolusi <1231>
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Media disolusi: 900 mL air
[Catatan Waktu retensi relatif tertera pada Tabel]. Alat tipe 1: 100 rpm
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Waktu: 20 menit
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Tramadol Hidroklorida BPFI, larutkan dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. encerkan dalam air hingga kadar lebih kurang 50
Hitung persentase tizanidin, C9H8ClN5S, dalam µg per mL.
tablet yang digunakan dengan rumus: Larutan uji Pipet 10 mL alikot dan saring.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah
C16H25NO2.HCl yang terlarut, dengan mengukur
( )( )( ) serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
gelombang lebih kurang 270 nm.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar tidak kurang dari 75% (Q) tramadol hidroklorida,
Tizanidin Hidroklorida BPFI dalam µg per mL C16H25NO2.HCl, dari jumlah yang tertera pada
Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin dalam µg etiket.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
tertera pada etiket; Mr1 dan Mr2 berturut-turut Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
adalah bobot molekul tizanidin (253,71) dan
tizanidin hidroklorida (290,17). Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup pada Kromatografi <931>.
rapat, pada suhu ruang terkendali. Dapar Timbang 18 g natrium asetat P, larutkan
dalam 9,8 mL asam asetat glasial P, encerkan
Penandaan Jika tidak menggunakan Disolusi Uji dengan air hingga 1000 mL.
1, cantumkan uji disolusi yang digunakan. Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (65:35).
Larutan uji Keluarkan dan timbang isi kapsul
dengan saksama setara dengan lebih kurang 50 mg
tramadol hidroklorida. Larutkan dan encerkan
Tambahan monografi dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 2 mg
KAPSUL TRAMADOL HIDROKLORIDA per mL, kocok dan saring. Gunakan filtrat.
Tramadol Hydrochloride Capsules Larutan baku cemaran Timbang saksama
sejumlah Senyawa Sejenis A Tramadol BPFI,
Kapsul Tramadol Hidroklorida mengandung larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
tramadol hidroklorida, C16H25NO2.HCl, tidak kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji dan
jumlah yang tertera pada etiket. 3 mL Larutan baku cemaran, masukkan ke dalam
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase gerak
Baku pembanding Tramadol Hidroklorida BPFI; sampai tanda, kocok.
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari tinggi dilengkapi dengan detektor 271 nm dan
pendingin. Senyawa Sejenis A Tramadol BPFI. kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
farmasiindustri.com

Lakukan kromatografi terhadap Larutan


pembanding, rekam kromatogram dan ukur respons Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, rapat. Simpan di tempat sejuk, terlindung cahaya.
antara puncak senyawa sejenis A tramadol dan
tramadol tidak kurang dari 1,5; dan efisiensi kolom
tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Tambahan monografi
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan KRIM TRIAMSINOLON ASETONIDA
pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Triamcinolone Acetonide Cream
Rekam kromatogram tiga kali waktu retensi puncak
utama dan ukur semua respons puncak: respons Krim Triamsinolon Asetonida adalah triamsinolon
puncak senyawa sejenis A tramadol dalam Larutan asetonida dalam basis krim yang sesuai.
uji tidak lebih besar dari respons puncak senyawa Mengandung triamsinolon asetonida, C24H31FO6,
sejenis A tramadol dalam Larutan pembanding tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
(0,3%); dan total respons puncak cemaran dalam 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji tidak lebih besar dari respons puncak
tramadol dalam Larutan pembanding (1,0%). Baku pembanding Triamsinolon Asetonida BPFI;
[Catatan : Dapat bersifat toksik terhadap
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kesuburan dan janin, penanganan harus hati-hati],
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
pada Kromatografi <931>. tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
Dapar Timbang 18 g natrium asestat P, larutkan pendingin.
dalam 9,8 mL asam asetat glasial P, encerkan
dengan air hingga 1000 mL. Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (65:35). pada Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis
Larutan baku Timbang saksama sejumlah <281>.
Tramadol Hidroklorida BPFI, larutkan dan Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih mm.
kurang 0,5 mg per mL. Fase gerak Buat campuran kloroform P-benzen
Larutan uji Keluarkan 20 isi kapsul dan timbang P-metanol P (100:40:20).
saksama sejumlah isi kapsul setara dengan lebih Larutan A Buat larutan biru tetrazolium P dalam
kurang 50 mg tramadol hidroklorida, masukkan ke metanol P (1 dalam 500).
dalam labu tentukur 100-mL. Larutkan dan Larutan B Buat larutan natrium hidroksida P
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, kocok dalam air (1 dalam 5).
dan saring. Gunakan filtrat. Penampak bercak Campuran larutan natrium
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja hidroksida P (1 dalam 5) - Larutan A (1:1).
tinggi dilengkapi dengan detektor 271 nm dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi Triamsinolon Asetonida BPFI, larutkan dalam
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. kloroform P hingga kadar lebih kurang 100 µg per
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, mL.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan uji Masukkan lebih kurang 2,0 g krim
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 50 mL
kurang dari 1500 lempeng teoritis. kloroform P dan 15 g natrium sulfat anhidrat P,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kocok sampai krim terlarut. Saring larutan jika
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku perlu untuk mendapatkan filtrat yang jernih,
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tambahkan natrium sulfat anhidrat P dan saring
kromatogram dan ukur respons puncak utama. kembali. Uapkan filtrat hingga hampir kering.
Hitung persentase tramadol hidroklorida, Larutkan residu dalam kloroform P hingga kadar
C16H25NO2.HCl, dalam serbuk kapsul dengan lebih kurang 100 µg per mL.
rumus: Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
masing 10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada
lempeng kromatografi dengan jarak lebih kurang
( )( )
1,5 cm dari bawah lempeng. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar merambat hingga 12 cm diatas garis penotolan.
Tramadol Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Angkat lempeng, tandai batas rambat, dan
Larutan baku; CU adalah kadar tramadol keringkan di udara. Semprot lempeng dengan
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji Penampak bercak, terjadi warna biru : harga Rf,
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
farmasiindustri.com

warna, dan intensitas bercak utama Larutan uji persentase triamsinolon asetonida, C24H31FO6,
sesuai dengan Larutan baku. dalam krim dengan rumus:

Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik  RU   CS 


<52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus aureus   x  x100
dan Pseudomonas aeruginosa memberikan hasil  RS   CU 
negatif.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. respons puncak triamsinolon asetonida terhadap
baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku;CS
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara adalah kadar Triamsinolon Asetonida BPFI dalam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
pada Kromatografi <931>. triamsinolon asetonida dalam µg per mL Larutan
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (70:30), uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
yang tertera pada Kromatografi <931>. rapat.
Larutan baku internal Timbang saksama
sejumlah fluoksimesteron, larutkan dan encerkan
dengan isopropil alkohol P hingga kadar lebih
kurang 50 µg per mL. Tambahan monografi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah SALEP TRIAMSINOLON ASETONIDA
Triamsinolon Asetonida BPFI, larutkan dalam Triamcinolone Acetonide Ointment
Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang
75 µg per mL. Campur larutan ini dan Fase gerak Salep Triamsinolon Asetonida adalah Triamsinolon
(1:1). Kadar Triamsinolon asetonida BPFI lebih Asetonida dalam basis salep yang sesuai.
kurang 37,5 µg per mL. Mengandung triamsinolon asetonida, C24H31FO6,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
setara dengan 1,5 mg triamsinolon asetonida, 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
masukkan ke dalam tabung sentrifuga bertutup ulir.
Tambahkan 20 mL Larutan baku internal, tutup Baku pembanding Triamsinolon Asetonida BPFI;
rapat tabung. Panaskan pada suhu 60° selama 5 [Catatan : Dapat bersifat toksik terhadap
menit, kocok kuat selama tidak kurang dari 30 kesuburan dan janin, penanganan harus hati-hati],
detik. Ulangi pemanasan dan pengocokan selama 3 tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
kali. Dinginkan larutan dalam tangas metanol es tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
selama 15-20 menit, dan sentrifus selama 15 menit pendingin.
pada suhu -5°. Pipet sejumlah volume beningan,
encerkan dengan Fase gerak (1:1). Dinginkan Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera
dalam tangas metanol es selama 10-15 menit, aduk pada Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis
sesekali. Saring larutan menggunakan wol kaca <281>.
atau prefilter disk, kemudian saring dengan Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
penyaring membran porositas 0,45 μm hingga mm.
diperoleh larutan jernih. Fase gerak Buat campuran kloroform P-benzen
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja P-metanol P (100:40:20).
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Larutan A Buat larutan biru tetrazolium P dalam
kolom 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. metanol P (1 dalam 500).
Atur laju alir hingga waktu retensi triamsinolon Larutan B Buat larutan natrium hidroksida P
asetonida lebih kurang 14,5 menit. Lakukan dalam air (1 dalam 5).
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Penampak bercak Campuran Larutan A- Larutan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti B (1:1).
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
triamsinolon asetonida dan fluoksimesteron tidak Triamsinolon Asetonida BPFI, larutkan dalam
kurang dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada etanol P hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Larutan uji Masukkan lebih kurang 2,0 g salep
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 5,0 mL
volume sama (15 µL sampai 25 µL) Larutan baku kloroform P, kocok selama 10 menit. Tambahkan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 15,0 mL etanol P, kocok selama 10 menit. Saring
kromatogram, dan ukur respons puncak baku larutan ke dalam tabung sentrifuga, dan uapkan
internal dan triamsinolon asetonida. Hitung filtrat hingga kering. Larutkan residu dalam etanol
P hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL.
farmasiindustri.com

Prosedur Totolkan secara terpisah masing- tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
masing 10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada triamsinolon asetonida dan fluoksimesteron tidak
lempeng kromatografi dengan jarak lebih kurang kurang dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
1,5 cm dari bawah lempeng. Masukkan lempeng ke penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak volume sama (15 µL sampai 25 µL) Larutan baku
merambat hingga 12 cm diatas garis penotolan. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Angkat lempeng, tandai batas rambat, dan kromatogram, dan ukur respons puncak baku
keringkan di udara. Semprot lempeng dengan internal dan triamsinolon asetonida. Hitung
Penampak bercak, terjadi warna biru: harga Rf, persentase triamsinolon asetonida, C24H31FO6,
warna, dan intensitas bercak utama Larutan uji dalam salep dengan rumus:
sesuai dengan Larutan baku.
 RU   CS 
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik   x  x100
<52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus aureus  RS   CU 
dan Pseudomonas aeruginosa memberikan hasil
negatif. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
respons puncak triamsinolon asetonida terhadap
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku;CS
adalah kadar Triamsinolon Asetonida BPFI dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera triamsinolon asetonida dalam µg per mL Larutan
pada Kromatografi <931>. uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (70:30),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti baik.
yang tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang saksama
sejumlah fluoksimesteron, larutkan dan encerkan
dengan isopropil alkohol P hingga kadar lebih
kurang 50 µg per mL. Tambahan monografi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah TRIMETAZIDIN HIDROKLORIDA
Triamsinolon Asetonida BPFI, larutkan dalam Trimetazidine Hydrochloride
Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang
75 µg per mL. Campur larutan ini dan Fase gerak
(1:1). Kadar Triamsinolon Asetonida BPFI lebih
kurang 37,5 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
setara dengan 1,5 mg triamsinolon asetonida,
masukkan ke dalam tabung sentrifuga bertutup ulir. 1-(2,3,4-trimetoksibenzil) piperazin dihidro-klorida
Tambahkan 20,0 mL Larutan baku internal, tutup [13171-25-0]
rapat tabung. Panaskan pada suhu 60° selama 5 C14H22N2O3.2HCl BM 339,26
menit, kocok kuat selama tidak kurang dari 30
detik. Ulangi pemanasan dan pengocokan selama 3 Trimetazidin Hidroklorida mengandung tidak
kali. Dinginkan larutan dalam tangas metanol es kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
selama 15-20 menit, dan sentrifus selama 15 menit C14H22N2O3.2HCl, dihitung terhadap zat kering.
pada suhu -5°. Pipet sejumlah volume beningan,
encerkan dengan Fase gerak (1:1). Dinginkan Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih,
larutan dalam tangas metanol es selama 10-15 tidak berbau.
menit, aduk sesekali. Saring larutan menggunakan
wol kaca atau prefilter disk, kemudian saring Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam
dengan penyaring membran porositas 0,45 μm larutan asam hidroklorida 0,1 N, atau dalam larutan
hingga diperoleh larutan jernih. natrium hidroksida 0,1 N; mudah larut dalam asam
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja asetat; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan etanol; praktis tidak larut dalam eter.
kolom 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
Atur laju alir hingga waktu retensi triamsinolon Baku pembanding Trimetazidin Hidroklorida
asetonida lebih kurang 14,5 menit. Lakukan BPFI. Piperazin BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
farmasiindustri.com

Identifikasi Prosedur Totolkan secara terpisah 10 µL


A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
didispersikan dalam kalium bromida P, kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan yang telah dijenuhkan dan biarkan merambat.
gelombang yang sama seperti pada Trimetazidin Angkat lempeng dan biarkan kering di udara dan
Hidroklorida BPFI. pada suhu 105° selama 30 menit. Semprot dengan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg Penampak bercak: warna yang terjadi pada bercak
per mL dalam asam hidroklorida 0,1 N Larutan uji tidak lebih gelap dari warna yang
menunjukkan maksimum hanya pada panjang terjadi pada bercak Larutan baku.
gelombang 231 nm.
C. Menunjukkan reaksi sebagai berikut: Residu pelarut Etanol tidak lebih dari 0,5%;
Larutan benzokuinon Timbang 1 g 1,4- metilen klorida tidak lebih dari 0,06%; kloroform
benzokuinon, larutkan dalam 5 mL asam asetat P, tidak lebih dari 0,006%; dan toluen tidak lebih dari
encerkan dengan etanol P hingga 100 mL. 0,089%. Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur Timbang 5 mg zat, larutkan dalam 1 Kromatografi gas seperti yang tertera pada
mL air. Tambahkan 1 mL Larutan benzokuinon, Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan kurva
didihkan hati-hati selama 2-3 menit, biarkan kalibrasi untuk etanol, metilen klorida, kloroform,
dingin: larutan menjadi merah. dan toluene.]
D. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti Larutan baku Timbang saksama masing-masing
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. sejumlah etanol mutlak P, metilen klorida P,
kloroform P, dan toluen P, larutkan dan encerkan
Kejernihan dan warna larutan Timbang 500 mg dalam air hingga kadar masing-masing lebih
zat, larutkan dan encerkan dalam 5 mL air: larutan kurang 0,5; 0,06; 0,006; dan 0,089 mg per mL.
jernih dan tidak berwarna. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dalam air hingga kadar lebih
pH <1071> Antara 2,3 dan 3,3; lakukan penetapan kurang 100 mg per mL.
dengan melarutkan 500 mg zat dalam 10 mL air. Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
dengan injektor headspace, detektor ionisasi nyala
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%; dan kolom kapiler G43 . Gunakan gas nitrogen P
keringkan pada suhu 105º. sebagai gas pembawa dengan laju alir 2 mL per
menit. Suhu injektor 200°, suhu detektor 250°.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Kondisi headspace dengan suhu kesetimbangan 60°
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. selama 45 menit. Atur suhu kolom sebagai berikut:

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 waktu suhu kenaikan
bpj. (menit) () suhu Keterangan
(/menit)
Uji batas arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 2 0-6 60 - isotermal
bpj. Lakukan penetapan menggunakan larutan uji 6-18 60  180 10 gradien linear
yang disiapkan sebagai berikut: timbang saksama 18-19 180 - isotermal
1,0 g zat, larutkan dalam 23 mL air, tambahkan 5
mL asam hidroklorida P. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Piperazin Tidak lebih dari 0,1%, dihitung terhadap seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
piperazin anhidrat. setiap masing-masing puncak cemaran yang
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi berdekatan tidak kurang dari 1,5.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Masukkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak Campuran etanol P-amonium volume sama (lebih kurang 5,0 mL) Larutan uji
hidroksida P (80:20). dan Larutan baku ke dalam vial headspace, tutup
Penjerap Gunakan silika gel G P. vial. Suntikkan sejumlah volume sama gas dari
Pengencer Gunakan metanol P. vial headspace Larutan baku dan Larutan uji,
Penampak bercak Campuran asam kloroplatina rekam kromatogram dan ukur semua respons
P 0,3%-kalium iodida P 6% (1:1). puncak. Hitung persentase etanol, metilen klorida,
kloroform, dan toluen dalam zat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Piperazin Hidrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 22,6 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
µg per mL. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, pada Kromatografi <931>.
Larutan A Campuran Larutan natrium
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
heptansulfonat anhidrat 0,287% - metanol P
kadar lebih kurang 10 mg per mL.
farmasiindustri.com

(643:357), atur pH hingga 3,0 dengan penambahan besar dari respons puncak trimetazidin dalam
asam ortofosfat P 10%. Larutan baku (0,2%); total respons puncak
Larutan B Gunakan metanol P. cemaran tidak lebih besar dari 2,5 kali respons
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A puncak trimetazidin dalam Larutan baku (0,5%);
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dan abaikan respons puncak yang lebih kecil dari
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian puncak trimetazidin dalam Larutan sensitivitas
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada (0,02%).
Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
lebih kurang 20 mg Trimetazidin Hidroklorida Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
BPFI, larutkan dalam 2 mL air, tambahkan 3 mL pada Kromatografi <931>.
Larutan hidrogen peroksida 30%, kocok dan Larutan A Campuran Larutan natrium
biarkan pada suhu antara 22° dan 35° selama 1-2 heptansulfonat anhidrat 0,287% - metanol P
jam (kontrol produk degradasi oksidatif lebih (643:357), atur pH hingga 3,0 dengan penambahan
kurang 2%). asam ortofosfat P 10%.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 Larutan B Gunakan metanol P.
mg trimetazidin hidroklorida, masukkan ke dalam Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan (80:20).
air sampai tanda. Larutan baku persediaan Timbang saksama 100
Larutan baku persediaan Pipet 2,0 mL Larutan mg Trimetazidin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan
encerkan dengan air sampai tanda. encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku Pipet 1,0 mL Larutan baku Larutan baku Pipet 5,0 mL Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 10- persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
mL, encerkan dengan air sampai tanda. mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan sensitivitas Pipet 1,0 mL Larutan baku, Larutan uji persediaan Timbang saksama 100
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
dengan air sampai tanda. larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan uji Pipet 5,0 mL Larutan uji persediaan,
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi dengan air sampai tanda.
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kromatograf diprogram sebagai berikut : tinggi dilengkapi dengan detektor 231 nm dan
kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi
Waktu Larutan A Larutan B bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
(menit) (%) (%) Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
0 100 0 rekam kromatogram dan ukur respons puncak
10 100 0 seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
60 40 60 puncak trimetazidin dengan puncak cemaran yang
62 100 0 berdekatan tidak kurang dari 1,5; dan efisiensi
70 100 0
kolom dari puncak trimetazidin tidak kurang dari
3000 lempeng teoritis.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
waktu retensi trimetazidin adalah 30 menit; waktu kromatogram dan ukur respons puncak utama.
retensi relatif produk degradasi oksidatif adalah Hitung persentase trimetazidin hidroklorida,
0,95; resolusi, R, antara puncak produk degradasi C14H22N2O3.2HCl, dalam zat dengan rumus:
oksidatif dengan puncak trimetazidin tidak kurang
dari 1,5; dan resolusi, R, antara puncak trimetazidin
dengan puncak cemaran yang berdekatan tidak ( )( )
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
semua respons puncak seperti tertera pada
trimetazidin dalam Larutan uji dan Larutan baku;
Prosedur: perbandingan signal to noise pada
CS adalah kadar Trimetazidin Hidroklorida BPFI
puncak trimetazidin tidak kurang dari 10.
dalam Larutan baku; CU adalah kadar trimetazidin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam Larutan uji berdasarkan bobot yang
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
ditimbang.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak:
respons puncak senyawa sejenis lainnya tidak lebih
farmasiindustri.com

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam
rapat, terlindung cahaya. ortofosfat P 10%.
Larutan B Gunakan metanol P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Tambahan monografi kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
TABLET TRIMETAZIDIN
Kromatografi <931>.
HIDROKLORIDA Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Trimetazidine Hydrochloride Tablets lebih kurang 20 mg Trimetazidin Hidroklorida
BPFI, larutkan dalam 2 mL air, tambahkan 3 mL
Tablet Trimetazidin Hidroklorida mengandung Larutan hidrogen peroksida 30%, kocok dan
trimetazidin hidroklorida, C14H22N2O3.2HCl, tidak biarkan pada suhu antara 22° dan 35° selama 1-2
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jam (kontrol produk degradasi oksidatif lebih
jumlah yang tertera pada etiket. kurang 2%).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Baku pembanding Trimetazidin Hidroklorida tablet setara dengan lebih kurang 200 mg
BPFI. trimetazidin hidroklorida, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-mL, tambahkan sejumlah air, sonikasi
Identifikasi untuk melarutkan trimetazidin hidroklorida,
A. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet, encerkan dengan air sampai tanda. Kocok dan
larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida sentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 15
0,1 N hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL, menit. Gunakan beningan.
saring: spektrum serapan ultraviolet larutan Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji,
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang encerkan dengan 100 mL air, kocok.
231 nm. Larutan sensitivitas Pipet 2,0 mL Larutan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram pembanding, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda, kocok.
yang diperoleh pada Penetapan kadar. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan
Disolusi <1231> kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
0,05 N. Kromatograf diprogram sebagai berikut :
Alat tipe 2: 50 rpm
Waktu: 30 menit Waktu Larutan A Larutan B
Larutan baku Timbang saksama sejumlah (menit) (%) (%)
Trimetazidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan 0 100 0
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih 10 100 0
kurang 20 µg per mL. 60 40 60
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring 62 100 0
membran dengan porositas yang sesuai. 70 100 0
Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
baku, pada panjang gelombang lebih kurang 234 sistem, rekam kromatogram dan ukur semua
nm. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut waktu retensi trimetazidin adalah 30 menit; waktu
tidak kurang dari 65% (Q) trimetazidin retensi relatif produk degradasi oksidatif adalah
hidroklorida, C14H22N2O3.2HCl, dari jumlah yang 0,95; resolusi, R, antara puncak produk degradasi
tertera pada etiket. oksidatif dengan puncak trimetazidin tidak kurang
dari 1,5 dan resolusi, R, antara puncak trimetazidin
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dengan puncak cemaran yang berdekatan tidak
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur
Tablet. semua respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: perbandingan signal to noise pada
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara puncak trimetazidin tidak kurang dari 10.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pada Kromatografi <931>. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan
Larutan A Campuran Larutan natrium 1- pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
heptansulfonat P 0,287% - metanol P (643:357), rekam kromatogram dan ukur semua respons
puncak: respons puncak masing-masing cemaran
farmasiindustri.com

tidak lebih besar dari 0,5 kali respons puncak


trimetazidin dalam Larutan pembanding (0,5%); Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
total respons puncak cemaran tidak lebih besar dari rapat, terlindung cahaya.
respons puncak trimetazidin dalam Larutan
pembanding (1,0%); dan abaikan semua respons
puncak dengan waktu retensi relatif terhadap Tambahan monografi
trimetazidin hidroklorida kurang dari 0,13 dan VALASIKLOVIR HIDROKLORIDA
respons puncak yang lebih kecil dari puncak Valacyclovir Hydrochloride
trimetazidin dalam Larutan sensitivitas (0,02%).

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan A Campuran Larutan natrium
heptansulfonat anhidrat 0,287% - metanol P
(643:357), atur pH hingga 3,0 dengan penambahan
asam ortofosfat P 10%. L-valin, ester 9-[(2-hidroksietoksi)metil]guanin,
Larutan B Gunakan metanol P. monohidroklorida [124832-27-5]
Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B C13H20N6O4.HCl BM 360,80
(80:20).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Valasiklovir Hidroklorida mengandung tidak
Trimetazidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 102,0%
encerkan denga air hingga kadar lebih kurang 0,2 C13H20N6O4.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat
mg per mL. bebas pelarut.
Larutan uji Timbang dan serbukkan 20 tablet.
Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih.
dengan 20 mg trimetazidin hidrokorida, masukkan
ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan Kelarutan Larut dalam air; tidak larut dalam
sejumlah air, sonikasi untuk melarutkan diklorometan.
trimetazidin hidroklorida, encerkan dengan air
sampai tanda. Kocok dan sentrifus dengan Baku pembanding Valasiklovir Hidroklorida
kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Gunakan BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
beningan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis A
tinggi dilengkapi dengan detektor 231 nm dan Asiklovir BPFI; Senyawa Sejenis C Valasiklovir
kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi BPFI; Senyawa Sejenis D Valasiklovir BPFI;
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Senyawa Sejenis E Valasiklovir BPFI; Senyawa
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Sejenis F Valasiklovir BPFI; Senyawa Sejenis G
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Valasiklovir BPFI.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak trimetazidin dengan puncak cemaran yang Identifikasi
berdekatan tidak kurang dari 1,5; dan efisiensi A.Spektrum serapan inframerah zat yang
kolom dari puncak trimetazidin tidak kurang dari didispersikan dalam kalium bromida P
3000 lempeng teoritis. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah gelombang yang sama seperti pada Valasiklovir
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Hidroklorida BPFI.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Hitung persentase trimetazidin hidroklorida, diperoleh pada Penetapan kadar.
C14H22N2O3.2HCl, dalam tablet dengan rumus: C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291> menggunakan
( )( ) larutan 50 mg per mL.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak lakukan penetapan menggunakan 2 g zat.
trimetazidin dalam Larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Trimetazidin Hidroklorida BPFI Air <1031> Metode I, anhidrat tidak lebih dari
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar 2,0%. Jika pada etiket tertera bentuk hidrat antara
trimetazidin dalam mg per mL Larutan uji 5,0% dan 11,0%; lakukan penetapan menggunakan
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. 200 mg zat.
farmasiindustri.com

kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan


Paladium Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan Fase gerak merambat lebih kurang 7 cm di atas
penetapan dengan cara Inductively Coupled garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas
Plasma-optical emission spectrophotometric rambat dan biarkan kering. Amati di bawah cahaya
system. ultraviolet 254 nm, bandingkan bercak senyawa
Pengencer Campuran air-asam nitrat P sejenis E dan G dalam Larutan uji dengan bercak
(99,8:0,2). Larutan baku. Terdapat 3 bercak yang terpisah pada
Blangko Gunakan Pengencer. Larutan baku yaitu senyawa sejenis D, E dan G
Larutan baku Pipet sejumlah larutan baku valasiklovir. Semprot lempeng dengan Penampak
paladium (II) klorida dengan kadar lebih kurang 1 bercak, amati di bawah cahaya ultraviolet 366 nm:
mg per mL. Encerkan dengan Pengencer hingga bandingkan bercak senyawa sejenis F valasiklovir
kadar berturut-turut lebih kurang 0,03; 0,19; 0,30; dalam Larutan uji terhadap Larutan baku. Nilai RF
0,38; 0,75 dan 1,13 µg per mL. relatif dan batas masing-masing cemaran tertera
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, pada Tabel 1.
larutkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 30 mg per mL. Tabel 1
Sistem spektrofotometri Lakukan pengukuran
emisi terhadap Blangko dan Larutan baku, rekam Nama
Nilai RF Batas
dan ukur serapan emisi pada panjang gelombang relatif (%)
340,458 nm: simpangan baku relatif tidak lebih dari Valasiklovir hidroklorida 1 -
10,0%; koefisien korelasi tidak kurang dari 0,995. Senyawa sejenis D
1,1 -
Prosedur Lakukan pengukuran emisi terhadap Valasiklovir *
Senyawa sejenis E
Blangko dan Larutan uji, rekam dan ukur serapan 1,3 0,2
valasiklovir
emisi. Hitung kadar paladium dalam zat dengan
Senyawa sejenis F
menggunakan kurva kalibrasi. 1,8 0,1
valasiklovir
Senyawa sejenis G
Cemaran organik Total cemaran dari Uji 1, 2 dan 1,9 0,05
valasiklovir
3 tidak lebih dari 5,0%. * Cemaran ditetapkan pada UJI 2
UJI 1 (Senyawa Sejenis E, F dan G). Lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis UJI 2
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 cair kinerja tinggi seperti tertera pada
mm. Lakukan ―prewash‖ menggunakan metanol P. Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol Larutan A Timbang 0,3 g asam trifluoroasetat P
P-tetrahidrofuran P-amonia P (54:34:12:3). larutkan dengan 100 mL air. Saring dan
Penampak bercak Larutan fluoresamin P 0,01 % awaudarakan.
dalam etilen diklorida P. Larutan B Timbang 0,3 g asam trifluoroasetat P
Larutan baku persediaan Timbang saksama larutkan dengan 100 mL metanol P. Saring dan
lebih kurang 5 mg Senyawa Sejenis D Valasiklovir awaudarakan.
BPFI dan Senyawa Sejenis G Valasiklovir BPFI; Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
10 mg Senyawa Sejenis E Valasiklovir BPFI; 8,4 dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
mg Senyawa Sejenis F Valasiklovir BPFI, kromotografi.
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL. Pengencer Campuran air-etanol P (4:1).
Tambahkan 2 mL air, aduk, tambahkan 6 mL Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
etanol P dan sonikasi selama 20 menit. Biarkan sejumlah Valasiklovir Hidroklorida BPFI; Senyawa
dingin dan encerkan dengan etanol P sampai tanda. Sejenis C Valasiklovir Hidroklorida BPFI dan
Larutan baku Pada dua labu tentukur 10-mL Senyawa Sejenis A Asiklovir, larutkan dan encerkan
terpisah, masukkan masing-masing 1,0 mL dan 0,5 dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang
mL Larutan baku persediaan, encerkan dengan berturut-turut 0,4 mg per mL; 0,8 dan 1,6 µg per
etanol P sampai tanda. mL.
Larutan uji Timbang 250 mg zat, masukkan ke Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dalam labu tentukur 5-mL. Tambahkan 2 mL air, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
sonikasi selama 20 menit sampai larut. Tambahkan kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
etanol P sampai 95% volume labu. Diamkan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
hingga suhu ruang dan encerkan dengan etanol P tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi
porositas 0,45 m. bahan pengisi L11 dengan ukuran partikel 5 µm.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Laju alir lebih kurang 0,8 mL per menit.
4 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Pertahankan suhu kolom pada 15°. Kromatograf
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana diprogram sebagai berikut:
farmasiindustri.com

kromatogram dan ukur semua respons puncak.


Waktu Larutan A Larutan B Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
(menit) (%) (%) rumus:
0 90 10
5 90 10
35 60 40 ( ) ( ) ( )
35,01 90 10
45 90 10
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
valasiklovir dari Larutan baku; CS adalah kadar
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Larutan baku; CU adalah kadar valasiklovir
antara valasiklovir dan senyawa sejenis C
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji. F
valasiklovir tidak lebih dari 1,5 dan antara senyawa
adalah faktor respons relatif masing-masing
sejenis C valasiklovir dan senyawa sejenis A
cemaran seperti tertera pada Tabel 4.
valasiklovir tidak lebih dari 1,5; faktor ikutan untuk
valasiklovir hidroklorida tidak lebih dari 1,5.
Tabel 4
Prosedur Suntikkan sejumlah volume lebih
kurang 10 µL Larutan uji ke dalam kromatograf.
Waktu Faktor
Rekam kromatogram dan ukur semua respons Nama retensi respons
Batas
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran relatif relatif
(%)
dengan rumus: Guanin dan asiklovir 0,18 1,51 2,0
 ri  Senyawa sejenis A 0,42 1,12 0,2
   100
 rT  asiklovir
D-valasiklovir 0,55 1,0 3,0
Valasiklovir 1,0 - -
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji; rT adalah jumlah semua respons
puncak larutan uji. Masing-masing cemaran dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
total cemaran tertera pada Tabel 2. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Tabel 2 Fase gerak Campuran air-metanol P-asam
perklorat P (19:1:0,1).
Nama Waktu retensi Batas
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
relatif (%) Valasiklovir Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Guanin* 0,31 - encerkan dengan asam hidroklorida 0,05 M hingga
Asiklovir* 0,42 - kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. [Catatan
Asiklovir alaninat 0,54 0,2 Valasiklovir Hidroklorida BPFI dapat mengandung
Valasiklovir 1,00 - sejumlah D-valasiklovir].
Senyawa sejenis C 0,3 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
1,06
valasiklovir larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida
Senyawa sejenis A - 0,05 M hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
1,09
asiklovir* Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Senyawa sejenis D 0,5 tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, dan
1,17
valasiklovir
kolom 4 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L66
Asiklovir isoleusinat 1,30 0,2
dengan ukuran partikel 5µm. Laju alir lebih kurang
N-formil valasiklovir 1,61 0,8
Guaninil valasiklovir 1,66 0,2
0,75 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada
Bis valasiklovir 2,0 0,3 10. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Cemaran lain tidak spesifik - 0,1 rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
* Cemaran ditetapkan pada UJI 3 tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
valasiklovir hidroklorida dan D-valasiklovir tidak
UJI 3 kurang dari 2,0; simpangan baku relatif pada
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kromatografi <931>. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji dan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Penetapan kadar. Hitung persentase valasiklovir hidroklorida,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah C13H20N6O4.HCl dalam zat yang digunakan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dengan rumus:
dan Larutan uji ke dalam kromatograf; rekam
farmasiindustri.com

Pengencer hingga kadar valasiklovir lebih kurang


( )( ) 0,044 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU kolom 4,6 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L1
berturut-turut adalah kadar valasiklovir dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
hidroklorida dalam mg per mL Larutan baku dan 2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji; berdasarkan bobot yang ditimbang. Larutan baku rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan
rapat, pada suhu di bawah 30°. baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0%.
Penandaan Jika dalam bentuk hidrat, cantumkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pada etiket. volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase zat yang terlarut dengan rumus:

Tambahan monografi
( ) 𝑉 ( ) 𝐷 ( )
TABLET VALASIKLOVIR 𝐿
Valacyclovir Tablets
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Tablet Valasiklovir mengandung valasiklovir utama dari Larutan uji dan Larutan baku; V adalah
hidroklorida setara dengan valasiklovir, volume Media disolusi, 900 mL; Mr1 dan Mr2
C13H20N6O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak berturut-turut adalah bobot molekul valasiklovir
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada dan valasiklovir hidroklorida, 324,34 dan 360,80;
etiket. D adalah faktor pengenceran Larutan uji; CS adalah
kadar Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg
Baku pembanding Valasiklovir Hidroklorida per mL Larutan baku; L adalah kadar valasiklovir
BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam yang tertera pada etiket dalam mg per tablet.
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
dalam lemari pendingin. tidak kurang dari 75% (Q) valasiklovir,
C13H20N6O4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi
A.Waktu retensi puncak utama kromatogram UJI 2
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1
yang diperoleh pada Penetapan kadar. N.
B.Menunjukkan reaksi Klorida seperti yang Alat tipe 2: 50 rpm.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Waktu: 45 menit.
Larutan baku Timbang saksama Valasiklovir
Disolusi <1231> Hidroklorida BPFI larutkan dan encerkan dengan
UJI 1 Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,6 mg
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 per mL untuk tablet dengan kekuatan 500 mg; 1,2
N. mg per mL untuk tablet dengan kekuatan 1000 mg.
Alat tipe 2: 50 rpm. Sejumlah volume metanol P tidak lebih 5% dari
Waktu: 45 menit. volume akhir, dapat digunakan untuk membantu
Lakukan penetapan jumlah C13H20N6O4 yang kelarutan.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Larutan uji Saring alikot melalui penyaring
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. membran dengan porositas 0,45 m. Buang 3 mL filtrat
Pengencer Larutan asam ortofosfat P 0,1%. pertama.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Pengencer Prosedur Lakukan penetapan jumlah
(5:95). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan C13H20N6O4, yang terlarut dengan mengukur
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
tertera pada Kromatografi <931>. gelombang serapan maksimum lebih kurang 252
Larutan baku Timbang saksama sejumlah nm menggunakan sel 0,02-cm. Hitung persentase
Valasiklovir Hidroklorida BPFI, larutkan dalam valasiklovir, C13H20N6O4 yang terlarut dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,044 mg per rumus:
mL.
( ) 𝑉 ( ) 𝐷 ( )
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring 𝐿
membran dengan porositas 0,45 m. Encerkan dengan
farmasiindustri.com

AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari


Larutan uji dan Larutan baku; V adalah volume
Media disolusi, 900 mL; Mr1 dan Mr2 berturut-turut ( ) ( ) ( ) ( )
adalah bobot molekul valasiklovir dan valasiklovir
hidroklorida, 324,34 dan 360,80; D adalah faktor ri adalah respons puncak D-valasiklovir atau
pengenceran Larutan uji; CS adalah kadar asiklovir Larutan uji; rS adalah respons puncak
Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg per mL valasiklovir hidroklorida Larutan baku; CS adalah
Larutan baku; L adalah kadar valasiklovir yang kadar Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg
tertera pada etiket dalam mg per tablet. per mL Larutan baku; CU adalah kadar valasiklovir
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut dalam mg per mL Larutan uji; Mr1 dan Mr2
tidak kurang dari 80% (Q) valasiklovir berturut-turut adalah bobot molekul valasiklovir
C13H20N6O4, dari jumlah yang tertera pada etiket. dan valasiklovir hidroklorida; 324,34 dan 360,80. F
adalah faktor respons relatif masing-masing
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. cemaran seperti tertera pada Tabel. Cemaran tidak
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>. [Catatan Semua kadar larutan dinyatakan Tabel
sebagai valasiklovir].
Pengencer Larutan asam ortofosfat P 0,1%. Nama Waktu retensi Faktor Batas
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem relatif respons (%)
kromatografi Lakukan seperti tertera pada UJI 1 relatif
dalam Disolusi. D-Valasiklovir 0,82 1,0 -
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu Asiklovir 0,56 1,4 2,5
tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah
Pengencer lebih kurang 60% dari volume labu dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sonikasi selama 10 menit hingga tablet hancur. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Diamkan hingga suhu ruang dan encerkan dengan pada Kromatografi <931>.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per Pengencer Larutan asam ortofosfat P 0,1%.
mL. Saring melalui penyaring membran dengan Fase gerak Campuran Pengencer-metanol P
porositas 0,45 m. Gunakan filtrat. (95:5). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Valasiklovir Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Hitung jumlah dalam mg valasiklovir, C13H20N6O4 encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
dalam tablet dengan rumus: kurang 0,1 mg per mL. [Catatan Valasiklovir
Hidroklorida BPFI dapat mengandung sejumlah
D-valasiklovir].
( ) ( ) ( ) Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 tablet
ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak sejumlah asam hidroklorida 0,1 M (lebih kurang
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah 80% dari volume labu) dan kocok secara mekanik
kadar Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg selama 60 menit hingga tablet hancur membentuk
per mL Larutan baku; CU adalah kadar valasiklovir suspensi yang halus, sonikasi selama 10 menit.
dalam mg per mL Larutan uji; Mr1 dan Mr2 Diamkan hingga suhu ruang dan encerkan dengan
berturut-turut adalah bobot molekul valasiklovir asam hidroklorida 0,1 M sampai tanda dan campur
dan valasiklovir hidroklorida; 324,34 dan 360,80. hingga diperoleh kadar lebih kurang 2,5 mg per mL.
Encerkan larutan ini dengan Pengencer hingga kadar
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan valasiklovir lebih kurang 0,1 mg per mL. Saring
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 m.
tertera pada Kromatografi <931>. Gunakan filtrat.
Pengencer, Fase gerak, Larutan baku, Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
uji, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
pada Penetapan kadar. kolom 4 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L66
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku kolom pada 10°. Laju alir lebih kurang 0,75 mL per
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. baku rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Hitung persentase D-valasiklovir dan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara D-
asiklovir,dalam tablet dengan rumus: valaksiklovir dan valasiklovir tidak kurang dari 1,3;
farmasiindustri.com

faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku A. Spektrum serapan infra merah zat yang
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari didispersikan dalam minyak mineral P,
2,0%. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah gelombang yang sama seperti pada Valsartan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku ke BPFI.
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
respons puncak utama. Hitung persentase Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
valasiklovir, C13H20N6O4, dalam tablet yang yang diperoleh pada Penetapan kadar.
digunakan dengan rumus:
Serapan tidak lebih dari 0,02. Ukur serapan
larutan zat dalam metanol P (1 dalam 20) dalam sel
( ) ( ) ( ) 1-cm pada panjang gelombang 420 nm.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
per mL Larutan baku; CU adalah kadar valasiklovir
dalam mg per mL Larutan uji; Mr1 adalah bobot Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10
molekul valasiklovir (324,34) dan Mr2 adalah bobot bpj.
molekul valasiklovir hidroklorida (360,80).
Tambahan persyaratan
Nitrosamin Lakukan penetapan menggunakan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
metoda yang sesuai. Masing-masing cemaran tidak
rapat, pada suhu ruang terkendali.
lebih dari batas yang tertera pada Tabel
Penandaan Cantumkan uji disolusi yang
Tabel
digunakan, jika tidak menggunakan Uji 1.
Nitrosamin Batas
(bpj)
N-Nitrosodimethylamine (NDMA) 0.3
VALSARTAN N-Nitrosodiethylamine (NDEA) 0.083
Valsartan
Senyawa sejenis A valsartan Tidak lebih dari
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran n heksan P-
isopropil alkohol P- asam trifloroasetat P
(850:150:1). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
N-p-(o-1H-Tetrazol-5-ilfenil)benzil-N-valeril-L- lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Valin 137862-53-4 seperti tertera pada Kromatografi <931>.
C24H29N5O3 BM 435,52 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Senyawa sejenis A Valsartan BPFI, larutkan dan
Valsartan mengandung tidak kurang dari 98,0% encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
dan tidak lebih dari 102,0% C24H29N5O3, dihitung kurang 0,01 mg per mL.
terhadap zat kering. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Pemerian Serbuk higroskopis, putih atau hampir kadar lebih kurang 1 mg per mL. Lakukan sonikasi
putih. selama 5 menit.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah sejumlah Valsartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
larut dalam etanol mutlak; sukar larut dalam Valsartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
metilen klorida. Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih
kurang 0,04 mg per mL.
Baku pembanding Valsartan BPFI; tidak boleh
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dikeringkan sebelum digunakan. Higroskopis.
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L40
cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis A
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Valsartan BPFI. Senyawa Sejenis B Valsartan
0,8 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
BPFI. Senyawa Sejenis C Valsartan BPFI.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
Identifikasi dan ukur respons puncak seperti tertera pada
farmasiindustri.com

Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
sejenis A valsartan dan valsartan tidak kurang dari Senyawa sejenis B Valsartan BPFI atau Senyawa
2,0 dan simpangan baku relatif senyawa sejenis A sejenis C Valsartan BPFI dalam mg per mL
valsartan pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Larutan baku dan CU adalah kadar valsartan dalam
5%. mg per mL Larutan uji. Hitung persentase masing-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah masing cemaran lain dalam zat dengan rumus:
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam ( ) ( )
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase senyawa sejenis A valsartan
dalam zat dengan rumus:
ri adalah respons puncak cemaran lain dari Larutan
uji; rS adalah respons puncak valsartan dari Larutan
( ) ( ) baku; CS adalah kadar Valsartan BPFI dalam mg
per mL Larutan baku; CU adalah kadar valsartan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan total
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
senyawa sejenis A valsartan dari Larutan uji dan
Tabel.
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A
Tabel
Valsartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar valsartan dalam mg per mL Cemaran Batas
Larutan uji. (%)
Senyawa sejenis B valsartan 0,2
Senyawa sejenis B valsartan, senyawa sejenis C Senyawa sejenis C valsartan 0,1
valsartan dan senyawa sejenis lainnya Cemaran lain 0,1
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Total cemaran 0,3
Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Valsartan BPFI, Senyawa Sejenis B Valsartan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
BPFI dan Senyawa Sejenis C Valsartan BPFI, pada Kromatografi <931>.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam
kadar masing-masing lebih kurang 1 µg per mL. asetat glasial P-air (500:1:500). Saring dan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Penetapan kadar kecuali gunakan detektor 225 nm. Valsartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per
rekam kromatogram dan ukur respons puncak mL.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
puncak senyawa sejenis B valsartan dan valsartan larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
tidak kurang dari 1,8; simpangan baku relatif kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
puncak senyawa sejenis B valsartan pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0% dan tinggi dilengkapi dengan detektor 273 nm dan
simpangan baku relatif puncak valsartan pada kolom 3,0 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 0,4 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kromatogram dan ukur semua respons puncak. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Hitung persentase senyawa sejenis B valsartan dan tidak lebih dari 2,0%.
senyawa sejenis C valsartan dalam zat dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
rumus: volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
( ) ( ) Hitung persentase valsartan, C24H29N5O3, dalam zat
yang digunakan dengan rumus:

rU dan rS adalah respons puncak senyawa sejenis B ( ) ( )


valsartan atau senyawa sejenis C valsartan dari
farmasiindustri.com

dikeringkan dan didispersikan dalam kalium


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar bilangan gelombang yang sama seperti pada
Valsartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Zolpidem Tartrat BPFI yang diperlakukan sama.
dan CU adalah kadar valsartan dalam mg per mL B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Larutan uji. lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penjerap Gunakan silika gel F254
rapat, pada suhu ruang terkendali, terlindung dari Fase gerak Buat campuran dietilamina P-
panas dan kelembaban. sikloheksan P-etil asetat P (10:45:45).
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50
mg Zolpidem Tartrat BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 10-mL, larutkan dalam 5 mL metanol
Tambahan monografi P. Tambahkan 0,1 mL dietilamina P, encerkan
ZOLPIDEM TARTRAT dengan metanol P sampai tanda.
Zolpidem Tartrate Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih kurang 50 mg Flunitrazepam BPFI,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
dalam 5 mL metilen klorida P dan encerkan dengan
metilen klorida P sampai tanda. Campur 1 mL
larutan ini dengan 1 mL Larutan baku.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
larutkan dalam 5 mL metanol P. Tambahkan 0,1
mL dietilamina P, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
Bis[N,N-dimetil-2-[6-metil-2-(4-metilfenil) masing 5 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian
imidazo[1,2-α]piridin-3-il]asetamid] (2R,3R)-2,3- sistem dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
dihidroksibutanadioat [99294-93-6] Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
C42H48N6O8 BM 764,87 yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
Fase gerak merambat hingga dua per tiga tinggi
Zolpidem Tartrat mengandung tidak kurang dari lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
98,5% dan tidak lebih dari 101,0%, C42H48N608, biarkan kering di udara. Amati bercak di bawah
dihitung terhadap zat kering. cahaya ultraviolet pada panjang gelombang 254
nm: harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan uji
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih; sesuai dengan Larutan baku. Uji dinyatakan absah
bersifat higroskopis. jika pada Larutan kesesuaian sistem, dua bercak
utama terpisah.
Kelarutan Sukar larut dalam air; agak sukar larut C. Larutkan lebih kurang 0,1 g zat dalam 1 mL
dalam metanol; praktis tidak larut dalam metilen metanol P, panaskan perlahan: 0,1 mL larutan
klorida. menunjukkan reaksi Tartrat cara C seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Baku pembanding Zolpidem Tartrat BPFI; tidak
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
rapat pada suhu 5° ± 3°, terlindung cahaya. penetapan menggunakan larutan yang dibuat
Flunitrazepam BPFI. Senyawa sejenis A Zolpidem dengan cara: triturasi 0,25 g zat dan 0,125 g asam
BPFI. tartrat P, larutkan dalam 20 mL air dan encerkan
dengan air hingga 25 mL. [Catatan Lindungi
Identifikasi Lakukan identifikasi A dan C atau B larutan dari cahaya dan lakukan penetapan
dan C. segera]
A. Larutkan lebih kurang 0,10 g zat dalam 10
mL asam hidroklorida 0,1 N, tambahkan 10 mL Warna dan Akromisitas <1291> Metode III
air. Tambahkan tetes demi tetes 1 mL amonium warna larutan tidak lebih intensif dari Larutan
hidroksida (encerkan 14 g amonium hidroksida padanan W6 atau V6; lakukan penetapan
pekat minimum 30% b/b NH3 dengan air hingga menggunakan larutan yang dibuat dengan cara:
100 mL), sambil diaduk. Saring dan kumpulkan triturasi 0,25 g zat dan 0,125 g asam tartrat P,
endapan. Bilas endapan dengan air, keringkan larutkan dalam 20 mL air dan encerkan dengan air
dalam oven pada suhu 105° selama 2 jam: hingga 25 mL. [Catatan Lindungi larutan dari
spektrum serapan inframerah endapan yang telah cahaya dan lakukan penetapan segera]
farmasiindustri.com

Larutan pembanding (0,05%). Abaikan respons


Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%; puncak asam tartrat.
lakukan penetapan menggunakan 0,50 g zat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; 300 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. 125-mL, larutkan dalam campuran 20 mL asam
asetat glasial P dan 20 mL anhidrida asetat P.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera titik akhir secara potensiometrik. Lakukan
pada Kromatografi <931>. penetapan blangko.
Larutan asam fosfat Buat larutan asam ortofosfat
P dengan kadar 5,6 g per liter. Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol setara dengan 38,24 mg C42H48N6O8
P-Larutan asam fosfat (18:23:59). Atur pH hingga
5,5 dengan penambahan trietilamin P. Saring dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian udara, terlindung cahaya.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 5
mg Senyawa Sejenis A Zolpidem BPFI, masukkan Tambahan monografi
ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan TABLET ZOLPIDEM
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Zolpidem Tablets
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih kurang 5 mg zat, masukkan ke dalam labu Tablet Zolpidem mengandung zolpidem tartrat,
tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan C42H48N6O8, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
Fase gerak sampai tanda. Campur 10,0 mL larutan lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada
ini dengan 10,0 mL Larutan baku. etiket.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, Baku pembanding Zolpidem Tartrat BPFI; tidak
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
tanda. rapat pada suhu 5°±3°, terlindung cahaya.
Larutan pembanding Pipet 2 mL Larutan uji ke Flunitrazepam BPFI. Senyawa sejenis A Zolpidem
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan BPFI.
Fase gerak sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke
dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Fase Identifikasi
gerak sampai tanda. A. Lakukan penetapan dengan cara
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 <281>.
dengan ukuran partikel 4 m. Laju alir lebih kurang Penjerap Gunakan silika gel F254
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Fase gerak Buat campuran dietilamina P-
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram sikloheksan P-etil asetat P (10:45:45).
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15
Prosedur: waktu retensi zolpidem lebih kurang 10 mg Zolpidem Tartrat BPFI, masukkan ke dalam
menit; waktu retensi relatif asam tartrat dan labu tentukur 5-mL, larutkan dalam 2,5 mL
senyawa sejenis A zolpidem terhadap zolpidem metanol P. Tambahkan 0,05 mL dietilamina P,
berturut-turut lebih kurang 0,16 dan 0,8; resolusi, encerkan dengan metanol P sampai tanda.
R, antara puncak senyawa sejenis A zolpidem dan Larutan flunitrazepam Timbang saksama
zolpidem tidak kurang dari 2,0 [Catatan Gunakan sejumlah Flunitrazepam BPFI, larutkan dan
kromatogram dari Larutan kesesuaian sistem untuk encerkan dengan diklorometana P hingga kadar 3,0
identifikasi senyawa sejenis A zolpidem]. mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan kesesuaian sistem Campur satu bagian
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan Larutan baku dengan satu bagian Larutan
Larutan pembanding ke dalam kromatograf. flunitrazepam.
Rekam kromatogram dan ukur semua respons Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
puncak: masing-masing cemaran tidak lebih dari 0,5 tablet setara dengan lebih kurang 30 mg zolpidem
kali respons puncak utama Larutan pembanding tartrat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga,
(0,1%); total cemaran tidak lebih dari respons puncak tambahkan 5 mL air, kocok. Sentrifus hingga
utama Larutan pembanding (0,2%). Abaikan respons diperoleh beningan, saring melalui penyaring nilon
puncak kurang dari 0,25 kali respons puncak utama dengan porositas 0,45 µm. Masukkan filtrat ke
farmasiindustri.com

dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan 0,1 mL kromatogram dan ukur respons puncak utama.
dietilamina P, encerkan dengan metanol P sampai Hitung persentase zolpidem tartrat, C42H48N6O8,
tanda. yang terlarut.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
masing 5 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian tidak kurang dari 75% (Q) C42H48N6O8 dari jumlah
sistem, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. yang tertera pada etiket.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Fase gerak merambat hingga 15 cm. Angkat
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada panjang gelombang 254 nm: harga Rf bercak pada Kromatografi <931>.
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Uji Larutan asam fosfat Buat larutan asam ortofosfat
dinyatakan absah jika pada Larutan kesesuaian P dengan kadar 5,6 mg per mL.
sistem, dua bercak utama terpisah. Larutan A Buat campuran asetonitril P-metanol
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram P-Larutan asam fosfat (18:23:59). Atur pH hingga
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti 5,5 dengan penambahan trietilamin P
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan B Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Disolusi <1231> dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N kromatografi.
Alat tipe 2: 50 rpm Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Waktu: 45 menit Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa sejenis A
Lakukan penetapan persentase zolpidem tartrat, Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan dengan
C42H48N6O8, yang terlarut dengan cara Larutan A hingga kadar masing-masing lebih
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera kurang 50 µg per mL.
pada Kromatografi <931>. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan asam ortofosfat Buat larutan asam tablet setara dengan lebih kurang 10 mg zolpidem
ortofosfat P dengan kadar 5,6 mg per mL. tartrat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- Tambahkan 80 mL Larutan A, kocok dengan
metanol P-Larutan asam ortofosfat (18:23:59). bantuan sonikasi, dan encerkan dengan Larutan A
Atur pH hingga 5,5 dengan penambahan trietilamin sampai tanda. Saring larutan melalui penyaring
P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan nilon dengan porositas 0,45 µm.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Larutan pembanding 1 Pipet 1 mL Larutan uji
tertera pada Kromatografi <931>. ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan A sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke
Zolpidem Tartrat BPFI, larutkan dan encerkan dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang Larutan A sampai tanda.
5,5 µg per mL. Larutan pembanding 2 Campur satu bagian
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan pembanding 1 dengan satu bagian Larutan
sejumlah Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa A.
sejenis A Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dengan Fase gerak hingga kadar masing-masing tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom
lebih kurang 50 µg per mL. 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Larutan uji Saring sejumlah alikot, jika perlu ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
kurang 5,5 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Waktu A B
Eluasi
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 (menit) (%) (%)
dengan ukuran partikel 4 m. Pertahankan suhu
0-20 100 0 Isokratik
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 20-40 100→50 0→50 Gradien Linier
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur 40-45 50 50 Isokratik
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 45-46 50→100 50→0 Gradien Linier
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
46-60 100 0 Kesetimbangan
zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari 2,0.
kembali
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
farmasiindustri.com

seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi setara dengan lebih kurang 10 mg zolpidem tartrat,
zolpidem lebih kurang 10,5 menit; waktu retensi masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
relatif asam tartrat dan senyawa sejenis A zolpidem Tambahkan 80 mL Fase gerak, kocok dengan
terhadap zolpidem berturut-turut lebih kurang 0,16 bantuan sonikasi, dan encerkan dengan Fase gerak
dan 0,8; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis sampai tanda. Saring larutan melalui penyaring
A zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari 2,0. nilon dengan porositas 0,45 µm. Pipet 1 mL larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah ini ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku, Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji, Larutan pembanding 1, dan Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pembanding 2 ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kromatogram dan ukur semua respons puncak: kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Pada Larutan uji: respons puncak selain puncak dengan ukuran partikel 4 m. Pertahankan suhu
utama tidak lebih besar dari respons puncak utama kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Larutan pembanding 1 (0,2%); total respons menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
puncak selain puncak utama tidak lebih dari 2,5 kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
kali respons puncak utama Larutan pembanding 1 semua respons puncak seperti tertera pada
(0,5%). Abaikan respons puncak kurang dari Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
respons puncak utama Larutan pembanding 2 sejenis A zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari
(0,1%). Abaikan respons puncak asam tartrat. 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pada Kromatografi <931>. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Larutan asam ortofosfat Buat larutan asam Hitung persentase zolpidem tartrat, C42H48N6O8,
ortofosfat P dengan kadar 5,6 mg per mL. dalam tablet dengan rumus:
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-
metanol P-Larutan asam ortofosfat (18:23:59).
Atur pH hingga 5,5 dengan penambahan trietilamin ( ) ( )
P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Zolpidem Tartrat BPFI, larutkan dan encerkan Zolpidem Tartrat BPFI dalam mg per mL Larutan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 baku; CU adalah kadar zolpidem tartrat dalam mg
µg per mL. per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama pada etiket.
sejumlah Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa
sejenis A Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan Fase gerak hingga kadar masing-masing rapat. Simpan pada suhu tidak lebih dari 25°.
lebih kurang kurang 50 µg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
farmasiindustri.com

MONOGRAFI
PRODUK BIOLOGI
farmasiindustri.com

Tambahan monografi Hanya lot benih kerja yang memenuhi syarat yang
VAKSIN BASIL CALMETTE-GUERIN digunakan untuk propagasi.
Bacillus Calmette-Guerin Vaccine
Identifikasi
Vaksin BCG adalah sediaan beku kering bakteri Bakteri dalam lot benih kerja diidentifikasi sebagai
hidup turunan dari kultur basil Calmette dan Guerin Mycobacterium bovis BCG menggunakan teknik
(Mycobacterium bovis BCG) yang kemampuannya mikrobiologi, yang dapat ditambahkan dengan
melawan tuberkulosis yang telah ditetapkan. teknik biologi molekular (misalnya, amplifikasi
asam nukleat dan restriction-fragment-length
PRODUKSI polymorphism).
Produksi vaksin BCG harus dilakukan oleh
personel yang sehat dan tidak bekerja dengan Kontaminasi bakteri dan jamur
patogen menular lainnya; khususnya tidak boleh Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan
bekerja dengan virus galur virulen Mycobacterium penetapan menggunakan 10 mL untuk masing-
tuberculosis, serta tidak boleh terpapar risiko masing media. Lot benih kerja memenuhi uji
infeksi tuberkulosis. Personel diperiksa terhadap sterilitas, kecuali terhadap mikobakteria.
tuberkulosis secara berkala. Vaksin BCG rentan Mikrobakteria virulen Lakukan seperti tertera
terhadap sinar matahari sehingga proses produksi pada Uji menggunakan 6 marmot.
harus dirancang agar semua produk terlindung dari
sinar matahari secara langsung dan sinar ultraviolet PROPAGASI DAN PANENAN
dalam semua tahap, mulai dari produksi, pengujian, Bakteri ditumbuhkan dalam media yang cocok
dan penyimpanan. selama tidak lebih dari 21 hari, secara kultur. Media
kultur tidak mengandung bahan yang toksik atau
Produksi dilakukan berdasarkan sistem lot benih. alergenik pada manusia atau menyebabkan bakteri
Metode produksi harus menghasilkan produk menjadi virulen bagi marmot. Kultur dipanen dan
vaksin BCG yang menginduksi sensitivitas disuspensikan dalam media cair steril yang
tuberkulin pada manusia secara konsisten, melindungi viabilitas vaksin seperti yang
memberikan potensi yang dapat melindungi hewan ditetapkan dengan uji viabilitas yang sesuai.
uji, dan aman. Vaksin dibuat dari biakan yang
berasal dari lot benih induk, tidak lebih dari 12 VAKSIN RUAHAN AKHIR
pasase. Selama berlangsungnya pasase sediaan Vaksin ruahan akhir dibuat dari panenan tunggal
tidak boleh dibekukeringkan lebih dari satu kali. atau dengan pengumpulan sejumlah panenan
tunggal. Stabilisator dapat ditambahkan; jika
Jika uji bioluminesensi atau metode biokimia lain stabilisator mengganggu penetapan kadar bakteri
digunakan sebagai pengganti uji viabilitas, metode pada vaksin ruahan akhir, maka penetapan
tersebut divalidasi terhadap uji viabilitas pada dilakukan sebelum penambahan stabilisator.
setiap tahap proses ketika metode tersebut Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat
digunakan. yang dapat digunakan untuk pembuatan lot akhir.

LOT BENIH BAKTERI Kontaminasi bakteri dan jamur


Galur yang digunakan untuk menetapkan lot benih Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan
induk dipilih dan dipertahankan untuk menjaga penetapan menggunakan 10 mL untuk masing-
karakteristiknya, kemampuannya untuk masing media. Lot benih kerja memenuhi uji
memberikan sensitivitas terhadap tuberkulin pada sterilitas, kecuali terhadap mikobakteria.
manusia dan melindungi hewan uji terhadap Perhitungan unit viabilitas Tetapkan jumlah unit
tuberkulosis, serta ketiadaan patogenisitas untuk viabilitas per milliliter dengan cara menghitung
manusia dan hewan uji. Galur yang digunakan viabilitas pada media padat menggunakan metode
harus diidentifikasi melalui catatan histori yang yang sesuai untuk produk yang diuji atau
meliputi informasi asal usul dan rekayasa tahap menggunakan metode biokimia yang sesuai.
berikutnya. Lakukan uji secara paralel terhadap baku dengan
galur yang sama.
Bets vaksin yang sesuai disiapkan dari lot benih Konsentrasi bakteri Tentukan konsentrasi bakteri
kerja pertama dan disimpan sebagai vaksin total menggunakan metode yang sesuai, baik
pembanding. Jika lot benih kerja yang baru secara langsung dengan menentukan bobot
ditetapkan, lakukan uji hipersensitivitas tertunda mikroorganisme, atau secara tidak langsung
yang sesuai pada marmot menggunakan bets vaksin melalui metode opasitas yang telah dikalibrasi
yang disiapkan dari lot benih kerja; aktivitas vaksin dengan bobot mikroorganisme; jika konsentrasi
tidak berbeda bermakna dibandingkan vaksin bakteri ditentukan sebelum penambahan
kontrol. Uji sensitivitas bahan antimikroba juga stabilisator, konsentrasi dalam vaksin ruahan akhir
dilakukan. ditentukan melalui perhitungan. Konsentrasi
farmasiindustri.com

bakteri total berada dalam batas yang telah hari. Pada akhir periode pengamatan, lakukan
disetujui untuk produk tertentu. autopsi dan amati gejala infeksi tuberkulosis,
Rasio jumlah unit viabilitas terhadap konsentrasi abaikan beberapa reaksi minor pada area
bakteri total tidak kurang dari nilai yang disetujui. penyuntikan. Hewan yang mati selama periode
pengamatan juga diamati gejala tuberkulosisnya.
LOT AKHIR Vaksin memenuhi syarat jika tidak satu pun
Vaksin ruahan akhir didistribusikan ke dalam marmot menunjukkan gejala tuberkulosis dan jika
wadah steril dan dibekukeringkan sehingga tidak lebih dari 1 hewan mati selama periode
kandungan kelembapan sesuai untuk stabilitas pengamatan. Jika 2 hewan mati selama masa
produk; wadah tertutup baik dalam vakum atau gas pengamatan dan autopsi tidak menunjukkan tanda-
inert. tanda tuberkulosis, ulangi pengujian menggunakan
Kecuali jika wadah terisi dan tertutup disimpan 6 marmot yang lain.
pada suhu -20º atau lebih rendah, masa Vaksin memenuhi syarat jika tidak lebih dari 1
kedaluwarsa tidak lebih dari 4 tahun dari tanggal hewan uji mati selama 42 hari setelah penyuntikan
panenan. dan hasil autopsi tidak menunjukkan gejala-gejala
Hanya lot akhir yang memenuhi syarat unit tuberkulosis.
viabilitas dan Identifikasi, Uji, dan Penetapan dapat
diluluskan untuk penggunaan. Jika uji mikobakteria Kontaminasi bakteri dan jamur
virulen pada vaksin ruahan akhir memenuhi syarat, Sterilitas <71> Memenuhi syarat, kecuali
maka tidak dilakukan pada lot akhir. Jika uji terhadap mikobakteria.
reaktivitas kulit pada lot benih kerja dan pada 5 lot Reaktivitas kulit Gunakan 6 marmot sehat,
akhir berturut-turut memenuhi syarat maka uji berwarna putih atau pucat, masing-masing dengan
tersebut tidak dilakukan pada lot akhir. bobot tidak kurang dari 250 g dan tidak
mendapatkan perlakuan yang dapat mengganggu
Perhitungan unit viabilitas pengujian. Suntikkan secara intradermal pada
Tetapkan jumlah unit viabilitas per milliliter masing-masing marmot, secara acak, masing-
dengan cara menghitung viabilitas pada media masing 0,1 mL vaksin yang direkonstitusi dan 2
padat menggunakan metode yang sesuai untuk seri pengenceran sepuluh kali lipat dari vaksin
produk yang diuji atau menggunakan metode tersebut serta dosis yang sama dari baku vaksin.
biokimia yang sesuai. Rasio jumlah unit viabilitas Amati lesi yang terbentuk di area penyuntikan
setelah dan sebelum dibekukeringkan tidak kurang selama 4 minggu. Vaksin memenuhi syarat jika
dari nilai yang disetujui. reaksi yang dihasilkan tidak berbeda bermakna dari
reaksi yang dihasilkan oleh baku vaksin.
Stabilitas termal Air <1031> Tidak lebih dari batas yang telah
Simpan lot akhir vaksin beku kering pada suhu 37º disetujui, ditetapkan dengan metode yang sesuai.
± 1º selama 4 minggu. Tentukan jumlah unit Penetapan Potensi/Viabilitas Tentukan jumlah
viabilitas seperti tertera pada Penetapan. Lakukan unit viabilitas produk yang direkonstitusi melalui
uji secara paralel untuk vaksin yang disimpan pada perhitungan viabilitas pada media padat
suhu 37º ± 1º dan vaksin yang disimpan pada suhu menggunakan metode sesuai atau metode biokimia
penyimpanan yang sesuai. yang telah divalidasi. Jumlah unit viabilitas berada
Jumlah unit viabilitas vaksin yang disimpan pada dalam rentang yang tertera pada label. Tentukan
suhu 37º ± 1º tidak kurang dari 20% dibandingkan jumlah unit viabilitas terhadap baku vaksin secara
dengan vaksin yang disimpan pada suhu paralel.
penyimpanan.
Wadah dan Penyimpanan Simpan dalam wadah
IDENTIFIKASI terlindung dari sinar matahari. Jika sudah
Vaksin BCG diidentifikasi secara mikroskopis direkonstitusi, vaksin harus segera digunakan, jika
bentuk basil dengan pewarnaan bakteri tahan asam ada yang tersisa harus dibuang.
dan melalui bentuk karakteristik koloni yang
tumbuh dalam media padat. Alternatif lain, dapat Tambahan monografi
digunakan teknik biologi molekuler (misalnya VAKSIN CAMPAK, HIDUP
amplifikasi asam nukleat). Measles Vaccine, Live
UJI BATAS Vaksin campak (hidup) merupakan sediaan beku
Mikobakteria virulen Suntikkan secara subkutan kering dari jenis virus campak yang sesuai dan
atau intramuskular pada masing-masing 6 marmot, dilemahkan. Vaksin direkonstitusi sesaat sebelum
dengan bobot 250-400 g dan tidak pernah digunakan, seperti tertera pada label, untuk
mendapat perlakuan yang dapat mempengaruhi menghasilkan larutan jernih yang dapat berwarna
pengujian, vaksin yang diuji setara dengan 50 dosis ketika terdapat indikator pH.
manusia. Amati hewan selama tidak kurang dari 42 PRODUKSI
farmasiindustri.com

Produksi vaksin berdasarkan pada sistem lot benih media pertumbuhan, tetapi media terakhir untuk
dan sistem bank sel jika virus dipropagasi dalam sel memelihara sel selama multiplikasi virus tidak
diploid manusia. Metode produksi harus dapat mengandung serum hewan. Serum dan tripsin yang
menghasilkan vaksin campak hidup dengan digunakan dalam persiapan suspensi sel dan media
imunogenisitas dan keamanan yang memadai kultur harus bebas dari agens asing. Media kultur
secara konsisten. Kecuali telah dijustifikasi dan sel dapat mengandung indikator pH seperti fenol
disetujui, pasase virus dalam produk akhir lot benih merah, dan antibiotik yang sesuai pada kadar
induk tidak boleh lebih dari virus yang digunakan efektif terkecil. Diutamakan agar substrat bebas
untuk membuat vaksin yang sudah terbukti khasiat dari antibiotik selama produksi. Tidak kurang dari
dan keamanannya dalam studi klinis; walaupun 500 mL kultur sel produksi disisihkan sebagai
dengan persetujuan resmi, kelebihan jumlah pasase kultur sel yang tidak diinfeksi (sel kontrol).
dari yang digunakan dalam uji klinik tidak boleh Suspensi virus dipanen pada waktu yang sesuai
lebih dari 5. dengan galur virus yang digunakan.
Hanya panenan tunggal yang memenuhi
Potensi neurovirulensi galur vaksin perlu persyaratan berikut yang dapat digunakan dalam
dipertimbangkan selama pengembangan pra-klinis, pembuatan produk ruahan.
berdasarkan data epidemiologi yang tersedia Identifikasi Panenan tunggal diidentifikasi
tentang neurovirulensi dan neurotropisme, terutama dengan netralisasi serum dalam kultur sel,
untuk virus tipe liar. Mengingat hal tersebut, menggunakan antibodi spesifik.
analisis risiko perlu dilakukan. Jika perlu, lakukan Konsentrasi virus Lakukan seperti yang
pengujian pada galur vaksin menggunakan model ditentukan dalam Penetapan untuk mengawasi
hewan yang dapat membedakan virus tipe liar dan konsistensi produksi dan untuk menentukan
virus yang dilemahkan; pengujian pada galur pengenceran yang akan digunakan untuk produk
pelemahan intermediat juga mungkin diperlukan. ruahan.
Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan Agens asing <72> Panenan tunggal memenuhi
bahwa produk akan memenuhi uji toksisitas syarat
abnormal untuk imunosera dan vaksin untuk Sel kontrol Jika sel diploid manusia digunakan
penggunaan manusia. <252> untuk produksi, sel kontrol harus memenuhi
persyaratan untuk Identifikasi. Sel kontrol juga
Substrat untuk Propagasi Virus Virus harus memenuhi persyaratan untuk agens asing.
dipropagasi dalam sel diploid manusia <1412> atau <72>
dalam kultur sel embrio ayam yang berasal dari
kelompok ayam yang bebas dari patogen spesifik Vaksin Ruahan Akhir
<1411> Panenan virus yang memenuhi persyaratan diatas
dikumpulkan dan dijernihkan untuk menghilangkan
Lot Benih sel. Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan dan
Galur virus campak harus diidentifikasi kumpulan panenan diencerkan sesuai kebutuhan.
berdasarkan catatan sejarah yang mencantumkan Hanya vaksin produk ruahan yang memenuhi
informasi mengenai asal mula galur dan proses- persyaratan berikut yang dapat digunakan untuk
proses rekayasa selanjutnya. Lot benih virus pembuatan produk jadi.
disiapkan dalam jumlah besar dan disimpan pada Kontaminasi bakteri dan jamur Produk ruahan
suhu dibawah -20° dalam bentuk beku kering, atau memenuhi persyaratan Sterilitas <71>
dibawah -60° jika tidak dalam bentuk beku kering. menggunakan 10 mL untuk setiap media.
Hanya lot benih yang memenuhi persyaratan
berikut yang dapat digunakan untuk propagasi
virus.
Identifikasi Lot benih induk dan lot benih kerja LOT AKHIR
diidentifikasi dengan netralisasi serum dalam kultur Konsentrasi minimum virus untuk pelulusan
sel, menggunakan antibodi spesifik. ditetapkan untuk memastikan bahwa konsentrasi
Konsentrasi virus Konsentrasi virus dari lot minimum yang tertera pada label masih terpenuhi
benih induk dan lot benih kerja ditentukan untuk pada akhir masa simpan, dengan
mengawasi konsistensi produksi. mempertimbangkan data uji stabilitas.
Agens asing <…> Lot benih kerja memenuhi Hanya produk jadi yang memenuhi syarat
persyaratan untuk lot benih. konsentrasi minimum virus untuk pelulusan,
termasuk persyaratan untuk stabilitas termal, dan
PROPAGASI DAN PANENAN persyaratan seperti pada Identifikasi dan Uji
Semua proses bank sel dan kultur sel selanjutnya kontaminasi bakteri dan jamur, albumin serum
dilakukan dalam kondisi aseptik di daerah di mana sapi, dan air, dapat diluluskan untuk penggunaan.
tidak ada sel lain yang ditangani selama produksi. Jika penetapan serum albumin sapi pada produk
Serum hewan yang cocok dapat digunakan dalam ruahan telah dilakukan dengan hasil yang
farmasiindustri.com

memenuhi syarat, penetapan ini dapat dihilangkan Pengujian diulangi jika tingkat kepercayaan (P =
pada produk jadi. 0,95) dari konsentrasi virus gabungan vaksin lebih
Stabilitas termal Inkubasi tidak kurang dari 3 besar dari ± 0,3 log10 CCID50; data yang diperoleh
vial produk jadi pada 37°±1° selama 7 hari. dari pengujian yang valid dikombinasikan dengan
Tentukan konsentrasi virus seperti yang dijelaskan metode statistik biasa untuk menghitung
pada Penetapan secara paralel untuk vaksin yang konsentrasi virus sampel. Tingkat kepercayaan (P =
diinkubasi dan untuk vaksin yang disimpan pada 0,95) dari konsentrasi virus gabungan tidak lebih
suhu penyimpanan. Penurunan konsentrasi virus besar dari ± 0,3 log10 CCID50.
dari vaksin yang diinkubasi tidak lebih dari 1,0 Jika dijustifikasi dan disetujui, desain uji berbeda
log10 dibanding vaksin yang tidak diinkubasi. dapat digunakan; hal tersebut mungkin dapat
menghasilkan data validitas dan kriteria
IDENTIFIKASI keberterimaan berbeda. Namun, vaksin harus
Jika vaksin yang direkonstitusi sesuai label memenuhi syarat jika diuji seperti dijelaskan di
dicampur dengan antibodi campak spesifik, tidak atas.
akan menginfeksi kultur sel yang rentan.
Tambahan monografi
UJI BATAS VAKSIN DIFTERI JERAP
Kontaminasi bakteri dan jamur Vaksin yang Diphtheria Vaccine (Adsorbed)
telah direkonstitusi memenuhi persyaratan Sterilitas
<71> Vaksin difteri jerap adalah sediaan berisi toksoid
Serum Albumin Sapi Mengandung tidak lebih formol difteri dengan suatu adsorben mineral.
dari 50 ng serum albumin sapi per dosis tunggal Toksoid formol diperoleh dari toksin yang
manusia. Gunakan metode imunokimia <1385> diproduksi dari pertumbuhan Corynebacterium
yang sesuai. diphtheriae.
Air <1031> Mengandung tidak lebih dari 3,0%
air. Gunakan penetapan air semi-mikro. PRODUKSI
Toksisitas spesifik Metode produksi divalidasi
PENETAPAN POTENSI untuk menunjukkan bahwa produk, ketika diuji,
Titrasi vaksin untuk virus infektif, menggunakan akan memenuhi persyaratan pengujian berikut:
tidak kurang dari 3 vial vaksin dan inokulasi Suntikkan secara subkutan sejumlah 5 kali dosis
sejumlah sumuran yang sesuai untuk setiap tunggal manusia yang tercantum pada label, pada 5
pengenceran. Titrasi 1 vial Larutan baku ekor marmot sehat, dengan bobot 250-350 g, yang
pembanding virus secara triplo untuk kontrol setiap sebelumnya tidak diperlakukan atau diberikan
pengujian. Konsentrasi virus dari Larutan baku bahan apapun yang dapat mengganggu pengujian.
dipantau menggunakan grafik pemantau dan titer Jika dalam waktu 42 hari setelah injeksi hewan
ditetapkan berdasarkan riwayat oleh setiap terlihat tanda-tanda kematian dari toksemia difteri,
laboratorium pengujian. vaksin tidak memenuhi syarat. Jika terdapat lebih
dari satu hewan mati akibat penyebab non-spesifik,
Jika menggunakan baku pembanding yang ulangi pengujian sebanyak satu kali, jika lebih dari
diproduksi sendiri, lakukan pembakuan terhadap satu hewan mati pada pengujian kedua, vaksin
baku Internasional yang disetujui secara berkala. tidak memenuhi syarat.
Hitung konsentrasi virus individu untuk setiap vial Toksoid Murni Ruahan Untuk pembuatan toksin
vaksin dan untuk setiap replikat baku pembanding, difteri, yang akan digunakan pada pembuatan
serta konsentrasi virus gabungan yang sesuai, toksoid, kultur benih diatur dalam sistem lot benih
menggunakan metode statistik umum. Perkiraan yang toksinogenisitasnya dijaga dan jika perlu
konsentrasi gabungan untuk 3 vial vaksin tidak dipulihkan dengan pemilihan ulang. Galur
kurang dari konsentrasi yang tercantum pada label; Corynebacterium diphtheriae dengan
konsentrasi minimum virus yang tercantum pada toksinogenisitas tinggi dengan asal dan riwayat
label tidak kurang dari 3,0 log10 CCID 50 per dosis yang diketahui, ditumbuhkan dalam media cair
tunggal manusia. yang sesuai. Pada akhir kultivasi, kemurnian
masing-masing kultur diuji dan kultur yang
Penetapan tidak valid jika: terkontaminasi dibuang. Media kultur yang
a. Tingkat kepercayaan (P = 0,95) dari mengandung toksin dipisahkan secara aseptik dari
perkiraan konsentrasi virus dari baku massa bakteri sesegera mungkin. Kandungan toksin
pembanding untuk gabungan 3 replikat (Lf per mililiter) diperiksa <1410> untuk
lebih besar dari ± 0,3 log10 CCID memantau konsistensi produksi. Panenan tunggal
b. Perbedaan konsentrasi virus BP lebih dari dapat dikumpulkan untuk membuat toksoid murni
0,5 log10 CCID dari nilai yang telah ruahan. Toksin dimurnikan untuk menghilangkan
ditetapkan. komponen yang dapat menyebabkan reaksi
merugikan pada manusia. Toksin murni
farmasiindustri.com

didetoksifikasi dengan formaldehid dengan metode mengandung antitoksin difteri. Toksoid murni
yang mencegah destruksi potensi imunogenik dari ruahan memenuhi syarat jika tidak ada toksisitas
toksoid dan pembalikan toksoid menjadi toksin, yang dapat dinetralkan dengan antitoksin
khususnya jika terpapar panas. Sebagai alternatif, ditemukan pada kedua sampel.
pemurnian dapat dilakukan setelah detoksifikasi. Kemurnian antigen Tidak kurang dari 1500 Lf
Hanya toksoid murni ruahan yang memenuhi syarat per miligram nitrogen protein.
yang dapat digunakan dalam pembuatan vaksin
ruahan akhir. VAKSIN RUAHAN AKHIR
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 Vaksin ruahan akhir disiapkan dengan adsorpsi
mL untuk setiap media. sejumlah toksoid murni ruahan pada pembawa
Bebas toksin dan ireversibilitas toksoid mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau
Gunakan larutan dapar yang sama seperti untuk aluminium hidroksida; menghasilkan campuran
vaksin akhir, tanpa adsorben, siapkan larutan yang isotonik dengan darah. Pengawet antimikroba
toksoid murni ruahan pada 100 Lf per mL. Bagi yang sesuai dapat ditambahkan. Pengawet
larutan menjadi 2 bagian yang sama. Pertahankan antimikroba tertentu, terutama golongan fenolik,
suhu larutan pertama pada 5º ±3º dan larutan berdampak buruk pada aktivitas antigenik dan tidak
lainnya pada 37º selama 6 minggu. Lakukan uji boleh digunakan. Hanya vaksin ruahan akhir yang
dalam sel Vero untuk toksin difteri aktif memenuhi syarat yang dapat digunakan pada
menggunakan 50 µL per sumuran pada kedua penyiapan lot akhir.
sampel. Sampel tidak boleh mengandung pengawet Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan
antimikroba dan bahan detoksifikasi harus jumlah pengawet antimikroba menggunakan
ditentukan di bawah konsentrasi toksik pada sel metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang
Vero. Toksisitas non-spesifik dapat dihilangkan dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah
dengan dialisis. yang ditetapkan
Gunakan sel Vero segar yang ditripsinisasi pada Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
konsentrasi yang sesuai, misalnya 2,5 x 105 mL-1 mL untuk setiap media.
dan toksin difteri baku yang diencerkan dalam 100
Lf per mL toksoid difteri. Toksin difteri baku LOT AKHIR
mengandung tidak kurang dari 100 LD50 per mL Vaksin ruahan akhir didistribusikan secara aseptis
atau 67 hingga 133 Lr per 100 dalam 1 Lf dan ke dalam wadah steril anti rusak. Wadah ditutup
25.000 hingga 50.000 dosis reaksi minimum untuk untuk mencegah kontaminasi. Hanya lot akhir yang
kulit marmot dalam 1 Lf (toksin difteri BP memenuhi syarat Identifikasi, Uji Batas dan
digunakan sebagai toksin baku). Encerkan toksin Penetapan potensi yang dapat dirilis untuk
dalam 100 Lf per mL toksoid difteri pada digunakan. Uji batas pengawet antimikroba dan
konsentrasi yang sesuai, misalnya 2 x 10-4 Lf per Penetapan potensi yang telah dilakukan dengan
mL. Siapkan 2 seri pengenceran larutan toksin hasil yang memenuhi syarat pada Vaksin Ruahan
difteri yang diencerkan dan gunakan sampel uji Akhir, maka keduanya tidak perlu dilakukan pada
yang tidak diencerkan (50 µL per sumuran). lot akhir.
Masukkan larutan ke dalam sumuran pada lempeng Uji batas formaldehid bebas yang telah dilakukan
jaringan kultur steril yang mengandung media yang pada antigen yang dimurnikan atau pada ruahan
sesuai untuk sel Vero. Untuk memastikan bahwa akhir, dan memperlihatkan bahwa kadar dalam lot
setiap efek sitotoksik yang dicatat spesifik untuk akhir tidak lebih dari 0,2 g per L, maka Uji batas
toksin difteri, siapkan dalam pengenceran paralel formaldehid bebas pada lot akhir dapat
dimana toksin dinetralkan dengan konsentrasi dihilangkan.
antitoksin difteri yang sesuai, misalnya 100 unit per
mL. Sertakan sumuran kontrol tanpa toksoid atau IDENTIFIKASI
toksin dan dengan toksoid non-toksik pada 100 Lf Toksoid difteri diidentifikasi menggunakan metode
per mL pada setiap lempeng untuk memastikan imunokimia yang sesuai <1385>. Metode berikut,
pertumbuhan sel normal. Tambahkan suspensi sel berlaku untuk vaksin tertentu, diberikan sebagai
ke dalam tiap sumuran, tutup lempeng dan contoh. Larutkan dalam vaksin yang akan diuji,
inkubasi pada suhu 37º selama 5-6 hari. Efek sejumlah Natrium sitrat P hingga diperoleh larutan
sitotoksik dilihat dari adanya penghambatan 100 g per L. Suhu dijaga pada 37° selama 16 jam
metabolisme sel Vero yang ditunjukkan oleh dan sentrifugasi hingga diperoleh beningan.
indikator pH media. Efek sitopatik dikonfirmasi Beningan bereaksi dengan antitoksin difteri yang
dengan pemeriksaan mikroskopis atau pewarnaan sesuai, menghasilkan endapan.
yang sesuai, seperti MTT. Uji tidak absah jika 5 x
10-5 Lf per mL toksin difteri baku dalam 100 Lf per UJI BATAS
mL toksoid tidak memiliki efek sitotoksik pada sel Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per
Vero atau jika efek sitotoksik dengan jumlah toksin dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida
tersebut tidak dinetralkan dalam sumuran yang
farmasiindustri.com

atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai Selama studi pengembangan produk dan apabila
absorben. dibutuhkan validasi ulang, maka dilakukan uji pada
Formaldehid bebas <1392> Tidak lebih dari 0,2 hewan yang menunjukkan bahwa vaksin
g per L. menginduksi respon imun sel B bergantung sel T
Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan terhadap PRP. Jika dalam proses pembuatan
jumlah pengawet antimikroba menggunakan dilakukan modifikasi, harus menunjukkan
metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang karakteristik PRP konjugat tidak terpengaruh.
dari jumlah minimum yang efektif dan tidak lebih Jika komponen haemophilus tersedia dalam wadah
dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. terpisah dan merupakan bagian dari studi
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. konsistensi, penetapan potensi difteri, tetanus,
pertusis, dan poliomyelitis dilakukan pada sejumlah
PENETAPAN POTENSI bets vaksin yang telah direkonstitusi.
Lakukan salah satu metode untuk pengujian vaksin Jika komponen haemophilus tersedia dalam wadah
difteri jerap yang disetujui oleh instansi berwenang. terpisah, metode produksi divalidasi untuk
Tingkat kepercayaan bawah (P = 0,95) dari potensi menunjukkan komponen hemophilus jika diuji
yang diperkirakan tidak kurang dari 30 unit per akan memenuhi syarat seperti pada Uji Endotoksin
dosis tunggal manusia. <201> lakukan seperti pada Prosedur.
Prosedur Suntikkan per kilogram bobot kelinci
Tambahan monografi sejumlah volume setara dengan 1 µg PRP untuk
VAKSIN DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS vaksin dengan toksoid difteri atau protein difteri
(SEL UTUH), POLIOMYELITIS CRM 197 sebagai pembawa, 0,1 µg PRP untuk
(INAKTIF) DAN HEMOPHILUS TIPE B vaksin dengan toksoid tetanus sebagai pembawa,
KONJUGAT (JERAP) 0,025 µg PRP untuk vaksin dengan Kompleks
Protein membran luar meningococcal grup sebagai
Diphtheria, Tetanus, Pertussis (Whole Cell),
pembawa.
Poliomyelitis (Inactivated) and Vaksin baku Bila penetapan absah dapat
Haemophilus Type b Conjugate Vaccine dilakukan, vaksin baku komponen tunggal dapat
(Adsorbed) digunakan untuk penetapan vaksin kombinasi. Jika
hal ini tidak memungkinkan karena adanya
Vaksin difteri, tetanus, pertusis (sel utuh), interaksi antara komponen vaksin kombinasi atau
poliomyelitis (inaktif) dan hemophilus tipe b karena perbedaan komposisi antara vaksin baku
konjugat (jerap) adalah vaksin kombinasi yang komponen tunggal dan vaksin uji, bets vaksin
terdiri dari: toksoid formol difteri; toksoid formol kombinasi yang terbukti efektif dalam uji klinis
tetanus; suspensi inaktif dari Bordetella pertussis; atau yang mewakili bets dapat digunakan sebagai
galur yang sesuai dari virus polio manusia tipe 1, 2 vaksin baku. Bets yang mewakili harus diuji
dan 3 yang tumbuh pada kultur sel yang sesuai dan dengan prosedur yang sama dengan bets yang diuji
diinaktivasi dengan metode yang sesuai; klinis. Vaksin baku dapat distabilkan dengan
poliribosilribitol fosfat (PRP) terikat secara kovalen metode yang terbukti tidak mempunyai efek pada
pada protein pembawa; adsorben mineral seperti penetapan potensi.
aluminium hidroksida atau aluminium fosfat hidrat.
Produk ini diberikan dengan komponen hemophilus Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan
dalam wadah yang terpisah, isinya dicampur Tetanus
dengan komponen lain segera sebelum digunakan. Metode produksi divalidasi untuk
Toksoid formol disiapkan dari toksin yang menunjukkanbahwa produk jika diuji, akan
diproduksi oleh biakan Corynebacterium memenuhi pengujian berikut: Suntikkan secara
diphtheriae dan Clostridium tetani berturut-turut. subkutan 5 kali dosis tunggal pada manusia seperti
PRP adalah susunan kopolimer linierdari 3-ß-D- yang tertera dilabel ke masing-masing 5 marmot
ribofuranosil-(1→1)-ribitol-5-fosfat sehat, dengan berat masing-masing 250-350 g,
((C10H19O12P)n) yang berulang, dengan ukuran yang belum diuji sebelumnya. Jika dalam 42 hari
molekul yang ditetapkan dan diturunkan dari galur hewan yang telah disuntik menunjukkan gejala atau
Haemophilus influenzae tipe b yang sesuai. mati karena toksin difteri atau tetanus, maka vaksin
Protein pembawa, ketika dikonjugasikan ke PRP, tersebut tidak memenuhi syarat. Jika lebih dari
dapat menginduksi respon imun sel B bergantung satuhewan uji mati karena faktor non spesifik,
sel T terhadap polisakarida. ulangi pengujian sekali lagi; jika lebih dari satu
hewan uji mati pada pengujian kedua, vaksin
tersebut tidak memenuhi syarat.
PRODUKSI
Metode produksi harus menunjukkan hasil vaksin PRODUKSI KOMPONEN
yang konsisten terhadappotensi dan keamanan Komponen produksi memenuhi persyaratan
klinik pada manusia. monografi Vaksin difteri (jerap), Vaksin tetanus
farmasiindustri.com

(jerap), Vaksin pertusis (aseluler, komponen, Pengujian in vivo komponen poliomyelitis tidak
jerap), Vaksin polimyelitis (inaktivasi), dan Vaksin perlu dilakukan bila telah dilakukan untuk produk
konjugat haemophilus tipe B. yang diberikan dan untuk masing-masing tipe virus
polio, maka kriteria penerimaan penentuan antigen
RUAHAN AKHIR D adalah panen hasil yang sama dengan pengujian
Ruahan komponen difteri, tetanus, pertusis dan in vivo dalam terminologi penerimaan atau
poliomyelitis dibuat melalui penyerapan, penolakan bets. Uji in vivo harus meliputi
pemisahan atau keduanya, jumlah yang sesuai pengujian khasiat bets, uji pendahuluan, misalnya
dengan ruahan murni dari toksoid difteri, toksoid melalui pemanasan atau penurunan aktifitas
tetanus dan pertusis aseluler ke dalam ajuvan imunogenik. Jika terdapat perubahan yang
seperti aluminium hidroksida atau aluminium fosfat signifikan dalam proses pembuatan antigen atau
hidrat dan campuran sejumlah tertentu panenan formulasinya, beberapa dampak pengujian in vivo
virus polio manusia murni yang sesuai tipe 1, 2 dan dan in vitro harus dievaluasi dan perlu dilakukan
3 atau sejumlah tertentu kumpulan panenan validasi ulang.
monovalen membentuk trivalen yang sesuai. Dapat Osmolalitas <941> Memenuhi syarat,
ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai. direkonstitusi jika digunakan, dalam batas yang
Jika vaksin tersedia dengan 5 komponen pada disepakati untuk persiapan tertentu.
wadah yang sama, ruahan akhir dibuat dengan PRP Bebas Jika komponen haemophilus terdapat
menambahkan sejumlah ruahan konjugat dalam sediaan cair, keberadaan komponen lain
haemophilus pada ruahan tetravalen. Jika dapat mengganggu dalam pengujian dan tidak
komponen haemophilus pada wadah terpisah dimungkinkan untuk pemisahan PRP dari ajuvan.
ruahan komponen hemophilus dibuat dengan Keberadaan PRP bebas ditetapkan pada komponen
pengenceran ruahan konjugat ke konsentrasi akhir haemophilus setelah pemisahan konjugat, misalnya
dengan pelarut yang sesuai untuk beku kering dan secara presipitasi, kromatografi (gel filtrasi,
dapat ditambahkan penstabil. hidropobik, penukar anion, eksklusi ukuran),
Hanya ruahan yang memenuhi persyaratan dapat ultrafiltrasi, ultrasentrifugasi, dan imunoassay
digunakan untuk pembuatan lot akhir. dengan antibodi anti-PRP. Jumlah PRP bebas tidak
Albumin Serum Sapi Pada vaksin akhir tidak lebih dari jumlah yang telah ditetapkan.
lebih dari 50 ng per dosis tunggal manusia.
Ditetapkan pada komponen poliomyelitis dengan IDENTIFIKASI
metode imunokimia <1385> selama pembuatan Uji identifikasi A, B, C dan D dilakukan
vaksin ruahan akhir, sebelum penambahan menggunakan vial yang mengandung komponen
penjerap. difteri, tetanus, pertusis dan polimyelitis; uji
Pengawet Antimikroba Jika digunakan, tidak identifikasi E dilakukan pada vial baik yang
kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari mengandung lima komponen atau vial yang
kandungan yang diharapkan. Tetapkan kadar mengandung mono-haemophilus.
pengawet antimikroba dengan metode kimia yang
sesuai. A. Toksoid difteri diidentifikasi menggunakan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan metode imunokimia yang sesuai <1385>.
penetapan menggunakan 10 ml untuk masing- Metode ini digunakan untuk vaksin tertentu,
masing media. sebagai contoh. Larutkan vaksin yang akan
diuji dalam natrium sitrat P untuk
LOT AKHIR mendapatkan larutan 100 g per L. Simpan
Jika komponen haemophilus tersedia dalam wadah pada suhu 37º selama 16 jam dan
terpisah, ruahan akhir komponen haemophilus disentrifugasi sampai didapatkan cairan
dibuat beku kering. Hanya lot akhir yang supernatan yang jernih. Cairan supernatan
memenuhi persyaratan uji osmolalitas seperti yang jernih bereaksi dengan antitoksin difteri
tertera pada persyaratan Identifikasi, Uji dan membentuk endapan.
Penetapan potensi yang dapat diluluskan. B. Toksoid tetanus diidentifikasi menggunakan
Jika penetapan kandungan formaldehid bebas telah metode imunokimia yang sesuai <1385>.
ditentukan pada ruahan murni antigen dan panenan Metode ini digunakan untuk vaksin tertentu,
monovalen murni atau kumpulan trivalen virus sebagai contoh. Cairan supernatan jernih
polio atau ruahan akhir dan hal tersebut telah yang dihasilkan selama uji identifikasi A
menunjukkan bahwa kandungan lot terakhir tidak bereaksi dengan antitoksin tetanus
melebihi 0.2 g per L, pengujian formaldehid tidak membentuk endapan.
perlu dilakukan pada lot akhir. C. Residu sentrifugasi yang diperoleh pada
Jika pengujian in vivo komponen poliomyelitis Identifikasi A dapat digunakan. Metode lain
telah dilakukan dengan hasil memenuhi syarat pada yang sesuai untuk memisahkan bakteri dari
vaksin ruahan akhir, pengujian tidak perlu adsorben juga dapat digunakan. Identifikasi
dilakukan pada lot akhir. vaksin pertusis menggunakan aglutinasi
farmasiindustri.com

bakteri dari endapan yang disuspensi ulang atau aluminum hidrat fosfat digunakan sebagai
dengan antisera spesifik terhadap B. Pertussis adsorben.
atau penetapan komponen pertusis seperti Formaldehid Bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2
tertera pada Penetapan potensi. g per L
D. Vaksin mengandung virus polio manusia tipe Pengawet Antibakteri Bila digunakan, jumlah
1, 2 dan 3 dengan metode imunokimia yang pengawet antibakteri ditetapkan menggunakan
sesuai <138>), contoh penetapan antigen D metode kimia yang sesuai. Kandungan tidak kurang
menggunakan enzyme-linked immunosorbent dari jumlah minimal yang efektif dan tidak lebih
assay (ELISA). dari 115% jumlah yang tertera pada label.
E. Komponen haemophilus diidentifikasi Air <1031> Tidak lebih dari 3% untuk
menggunakan metode imunokimia yang komponen haemophilus beku kering.
sesuai <1385> untuk PRP. Sterilitas <71> Memenuhi syarat
Endotoksin Bakteri <201> Memenuhi syarat.
UJI BATAS
Jika komponen haemophilus terdapat pada wadah PENETAPAN POTENSI
terpisah, pengujian untuk residu toksin pertusis dan Komponen Difteri
toksoid pertusis yang ireversibel, aluminum, Lakukan seperti tertera pada penetapan vaksin
formaldehid bebas, pengawet antimikroba dan difteri (jerap).
sterilitas dilakukan pada wadah dengan komponen Nilai potensi dengan tingkat kepercayaan terendah
difteri, tetanus, pertusis dan poliomyelitis; uji PRP, (P=0,95) tidak kurang dari 30 unit per dosis tunggal
air, sterilitas dan pirogen yang dilakukan pada manusia.
wadah yang mengandung mono-haemophilus. Komponen Tetanus Lakukan seperti tertera pada
Beberapa pengujian untuk komponen haemophilus pengujian vaksin tetanus (jerap).
dilakukan pada produk beku kering dibandingkan Jika penetapan dilakukan pada marmot, nilai
pada ruahan konjugat meskipun proses beku kering potensi dengan tingkat kepercayaan terendah
dapat mempengaruhi komponen yang diuji. (P=0,95) tidak kurang dari 40 unit per dosis tunggal
Toksisitas spesifik komponen pertusis Gunakan manusia; jika penetapan dilakukan pada mencit,
tidak kurang dari 5 mencit sehat dengan bobot 14- nilai potensi dengan tingkat kepercayaan terendah
16 g, untuk kelompok uji dan kontrol saline. (P=0,95) tidak kurang dari 60 unit per dosis tunggal
Gunakan mencit dengan jenis kelamin yang sama manusia
atau distribusikan jantan dan betina secara rata Komponen Pertusis Lakukan seperti tertera pada
pada kedua kelompok. Biarkan hewan uji makan penetapan Vaksin Pertusis (Sel utuh)
atau minum selama setidaknya 2 jam sebelum Potensi tidak kurang dari 4,0 unit per dosis tunggal
penyuntikan dan selama pengujian. Suntikkan manusia dan Nilai potensi dengan tingkat
setiap mencit kelompok uji secara intraperitoneal kepercayaan terendah (P=0,95) tidak kurang dari
dengan 0,5 mL vaksin setara dengan tidak kurang 2,0 IU per dosis tunggal manusia.
dari setengah dosis manusia tunggal. Suntikkan Komponen Poliomyelitis
setiap mencit kelompok kontrol dengan 0,5 mL Kandungan antigen D, sebagai parameter
larutan steril natrium klorida 9 g per L, yang konsistensi produksi, tentukan kandungan antigen
mengandung sejumlah sama pengawet antimikroba D pada virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3
dengan vaksin uji, jika digunakan. Timbang menggunakan metode imunokimia yang sesuai
kelompok mencit segera sebelum penyuntikan, 72 <1385> , dengan teknik desorption. Metode ini
jam, dan 7 hari setelah penyuntikan. Vaksin menggunakan baku yang dikalibrasi. Untuk setiap
memenuhi syarat jika: a) pada akhir 72 jam, bobot tipe 1, 2 dan 3, kandungan komponen poliomyelitis
total mencit kelompok vaksin uji tidak kurang dari yang dihitung terhadap baku jumlah antigen D
sebelum penyuntikan; b) pada akhir hari ke-7, yang tertera pada label, berada dalam batas yang
peningkatan rata-rata bobot mencit kelompok uji dipersyaratkan untuk vaksin. Vaksin poliomyelitis
tidak kurang dari 60% dari mencit kelompok (inaktivasi) BP dikalibrasi dan digunakan dalam
kontrol; dan c) tidak lebih dai 5% mencit kelompok pengujian antigen D.
uji mati selama pengujian. Pengujian dapat diulang Pengujian in vivo Vaksin memenuhi pengujian
dan hasil uji dapat dikombinasi. in vivo vaksin poliomyelitis (inaktif).
PRP Tidak kurang dari 80% dari jumlah PRP
yang tertera pada label. PRP ditentukan dengan Tambahan monografi
analisa ribosa <1405> atau fosfor <1401>, secara VAKSIN HAEMOFILUS TIPE B
metode imunokimia <1385> atau kromatografi cair KONJUGAT
penukar anion <931> dengan detektor Haemophilus type b conjugate vaccine
amperometrik.
Aluminum <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per Vaksin haemophilus tipe b konjugat adalah sediaan
dosis tunggal manusia, jika aluminum hidroksida cair atau beku kering dari polisakarida, berasal dari
galur Haemophilus influenzae tipe b yang sesuai,
farmasiindustri.com

terikat secara kovalen dengan protein pembawa.


Polisakarida, poliribosilribitol fosfat (PRP), adalah H. INFLUENZAE TIPE B POLISAKARIDA
kopolimer linear yang terdiri dari 3--D- (PRP)
ribofuranosil-(11)-ribitol-5-fosfat H. influenzae tipe b diperbanyak dalam media cair
C10H19O12Pn, dengan ukuran molekul tertentu. yang tidak mengandung polisakarida dengan bobot
Protein pembawa, ketika dikonjugasi ke PRP, dapat molekul yang besar; jika komposisi media
menginduksi respon imun sel B bergantung sel T mengandung komponen darah, proses harus
pada polisakarida. divalidasi untuk membuktikan bahwa setelah tahap
pemurnian, sudah tidak terdeteksi lagi. Kemurnian
PRODUKSI kultur bakteri diverifikasi dengan metode sensitif
Metode produksi menunjukkan vaksin haemophilus yang sesuai. Metode tersebut meliputi inokulasi
tipe b konjugat yang konsisten dan setara dengan pada media yang sesuai, pemeriksaan morfologi
keamanan dan imunogenisitas pada manusia. koloni, pemeriksaan mikroskopis hasil pewarnaan
Produksi PRP dan protein pembawa berdasarkan Gram dan aglutinasi kultur dengan antisera spesifik
pada sistem lot benih. yang sesuai. Kultur dapat diinaktivasi. PRP
Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan dipisahkan dari media kultur dan dimurnikan
bahwa produk tersebut, apabila diuji, memenuhi dengan metode yang sesuai. Bahan mudah
syarat uji toksisitas abnormal untuk imunosera dan menguap, termasuk air, dalam polisakarida murni
vaksin untuk manusia <252> dan uji pirogen, ditetapkan dengan metode yang sesuai; hasil
dilakukan sebagai berikut: suntikkan perkilo gram penetapan kadar air digunakan untuk menghitung
bobot kelinci sejumlah vaksin yang setara dengan 1 hasil uji tertentu di bawah ini dengan baku dalam
μg PRP untuk vaksin dengan toksoid difteri atau bentuk kering.
protein difteri CRM 197 sebagai pembawa; 0,1 μg PRP yang memenuhi syarat di bawah ini digunakan
PRP untuk vaksin dengan protein tetanus toksoid dalam penyiapan konjugat.
sebagai pembawa; 0,025 μg PRP untuk vaksin Identifikasi PRP diidentifikasi dengan metode
dengan protein OMP (kompleks protein membran imunokimia <1385> atau metode lain yang sesuai,
luar meningokokus grup B) sebagai pembawa. misalnya spektrometri resonansi magnetik inti 1H.
Distribusi ukuran molekul atau massa molekul
Selama studi pengembangan, vaksin harus secara Distribusi ukuran molekul atau massa molekul
konsisten menginduksi respon imun sel B ditentukan oleh kromatografi eksklusi ukuran
bergantung sel T pada PRP. Jika proses produksi <931>, dikombinasikan dengan sistem deteksi yang
dimodifikasi, harus ditunjukkan melalui metode in sesuai. Apabila memungkinkan, distribusi ukuran
vitro yang tepat bahwa karakteristik vaksin tidak molekul juga ditentukan setelah modifikasi kimia
terpengaruh. dari polisakarida. Nilai keberterimaan untuk
polisakarida PRP ditetapkan. Setiap bets harus
Stabilitas lot akhir dan produk antara terkait sesuai dengan batas yang telah ditetapkan.
dievaluasi menggunakan satu atau lebih uji Ribosa <1405> Tidak kurang dari 32%
indikator. Uji tersebut meliputi penetapan ukuran polisakarida kering. Gunakan metode yang
molekul, penetapan PRP bebas dalam konjugat, dan disetujui oleh instansi yang berwenang untuk
uji imunogenisitas pada mencit. Dengan produk tertentu, dihitung menggunakan baku
mempertimbangkan hasil uji stabilitas, persyaratan pembanding terhadap senyawa yang telah
pelulusan ditetapkan berdasarkan uji indikator dikeringkan.
tersebut untuk memastikan bahwa vaksin Fosfor <1401> Antara 6,8% hingga 9,0%. Kadar
memenuhi syarat hingga akhir periode validasi. teoritis fosfor adalah 8,4%. Gunakan metode yang
disetujui oleh instansi yang berwenang untuk
LOT BENIH BAKTERI produk tertentu, dihitung menggunakan baku
Lot benih H. influenzae tipe b harus bebas pembanding terhadap senyawa yang telah
kontaminasi yang dibuktikan melalui metode dikeringkan.
dengan sensitifitas yang sesuai, meliputi inokulasi Protein <1402> Tidak lebih dari 1,0%, dihitung
pada media yang sesuai, pemeriksaan morfologi menggunakan baku pembanding terhadap senyawa
koloni, pemeriksaan mikroskopis hasil dari yang telah dikeringkan. Gunakan sejumlah PRP
pewarnaan Gram dan aglutinasi kultur dengan yang dapat mendeteksi protein pada konsentrasi 1%
antisera spesifik yang sesuai. atau lebih.
Medium yang digunakan untuk pengawetan Asam nukleat <1403> Tidak lebih dari 1,0%,
viabilitas galur, untuk penyimpanan beku dan beku dihitung menggunakan baku pembanding terhadap
kering tidak mengandung produk kompleks yang senyawa yang telah dikeringkan.
bersumber dari hewan. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 10
Produk PRP yang diproduksi dengan lot benih unit per mikrogram PRP.
direkomendasikan untuk dikarakterisasi Residu pereaksi Apabila memungkinkan, uji
menggunakan spektrometri resonansi magnetik inti. dilakukan untuk menetapkan residu pereaksi yang
farmasiindustri.com

digunakan selama inaktivasi dan pemurnian. Nilai deteksi amperometrik (HPAEC-PAD) dan
keberterimaan setiap pereaksi ditetapkan pada immunoassay dengan antibodi anti-PRP.
produk tertentu dan setiap bets PRP harus Protein pembawa bebas Tentukan kadar melalui
memenuhi syarat yang ditetapkan. Jika studi metode yang sesuai, baik secara langsung atau
validasi penghilangan residu pereaksi telah melalui derivat kadar melalui perhitungan hasil uji
ditetapkan, maka uji pada PRP dapat dihilangkan. yang lain. Jumlah harus memenuhi syarat yang
disetujui untuk produk tertentu.
PROTEIN PEMBAWA Gugus fungsi yang tidak reaktif Tidak ada gugus
Produksi dan karakteristik protein pembawa fungsi yang tidak reaktif terdeteksi pada konjugat
dijelaskan secara umum pada bab 5.2.11. Protein ruahan kecuali proses validasi menunjukkan bahwa
pembawa untuk produksi vaksin polisakarida gugus fungsi tidak reaktif yang terdeteksi pada
terkonjugasi untuk digunakan manusia. Hanya tahap ini telah dihilangkan selama proses produksi
protein pembawa yang memenuhi syarat yang yang bertahap (misalnya, karena masa simpan yang
digunakan dalam penyiapan konjugat. singkat).
Residu pereaksi Penghilangan residu pereaksi
KONJUGAT RUAHAN seperti sianida, EDAC
PRP dimodifikasi secara kimia agar terjadi (ethyldimethylaminopropylcarbodiimide) dan fenol
konjugasi. Sebagian didepolimerisasi baik sebelum dikonfirmasi melalui uji yang sesuai atau melalui
atau selama proses produksi konjugat. Gugus proses validasi.
fungsi reaktif atau penghubung dapat digunakan Sterilitas <71> Lakukan pengujian menggunakan
pada protein pembawa atau PRP sebelum 10 mL untuk setiap media atau setara dengan 100
konjugasi. Untuk menjaga konsistensi, produk dosis.
derivatisasi dipantau. Konjugat dihasilkan melalui
ikatan kovalen antara PRP dan protein pembawa. VAKSIN RUAHAN AKHIR
Apabila memungkinkan, gugus fungsi yang tidak Ajuvan, pengawet antimikroba, dan stabilisator
reaktif tetapi berpotensi reaktogenik dideaktivasi dapat ditambahkan pada konjugat ruahan sebelum
menggunakan capping agent; konjugat dimurnikan pengenceran dengan pelarut yang sesuai hingga
untuk menghilangkan pereaksi. konsentrasi akhir.
Hanya konjugat ruahan yang memenuhi syarat Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat
yang dapat digunakan dalam pembuatan produk yang digunakan dalam pembuatan lot akhir.
akhir ruahan vaksin. Untuk masing-masing uji dan Pengawet antimikroba Apabila memungkinkan,
masing-masing produk tertentu, batas tentukan jumlah pengawet antimikroba
keberterimaan ditetapkan dan setiap bets konjugat menggunakan metode kimia atau metode
harus memenuhi batas yang telah ditetapkan. Untuk fisikokimia yang sesuai. Kadar tidak kurang dari
vaksin beku kering, beberapa uji lebih baik 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang
dilakukan pada lot akhir dibandingkan pada ditetapkan.
konjugat ruahan karena proses beku kering dapat Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
mempengaruhi komponen yang diuji. mL untuk setiap media.
PRP Kadar PRP ditentukan dengan uji ribosa
<1405> atau uji fosfor <1401> menggunakan LOT AKHIR
metode imunokimia <1385>, atau dengan Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Identifikasi
kromatografi cair penukar anion <931> dan Uji yang dapat diluluskan untuk penggunaan.
menggunakan deteksi amperometrik. Jika uji pengawet antimikroba telah dilakukan pada
Protein Kandungan protein ditentukan melalui vaksin ruahan akhir, dapat dihilangkan pada lot
metode kimia yang sesuai <1385> akhir.
Rasio PRP terhadap protein Tentukan rasio pH <...> Memenuhi syarat yang telah disetujui.
melalui perhitungan. PRP bebas Beberapa metode pemisahan PRP
Distribusi ukuran molekul atau massa molekul bebas dari konjugat, seperti presipitasi, filtrasi gel,
Distribusi ukuran molekul atau massa molekul ukuran-eksklusi, pertukaran anion dan
ditentukan oleh kromatografi eksklusi ukuran kromatografi hidrofobik, ultrafiltrasi dan
<931>, dikombinasikan dengan sistem deteksi yang ultrasentrifugasi. PRP bebas dapat diukur dengan
sesuai. Nilai keberterimaan ditetapkan untuk berbagai teknik, seperti kromatografi penukar anion
konjugat ruahan. Setiap bets harus memenuhi batas kinerja tinggi dengan deteksi amperometrik
yang telah ditetapkan. (HPAEC-PAD) dan immunoassay dengan antibodi
PRP Bebas Beberapa metode pemisahan PRP anti-PRP. Jumlah PRP bebas tidak lebih dari syarat
bebas dari konjugat, seperti presipitasi, filtrasi gel, yang telah disetujui.
eksklusi ukuran, pertukaran anion dan kromatografi
hidrofobik, ultrafiltrasi dan ultrasentrifugasi. PRP IDENTIFIKASI
bebas dapat diukur dengan berbagai teknik, seperti Vaksin diidentifikasi menggunakan metode
kromatografi penukar anion kinerja tinggi dengan imunokimia yang sesuai untuk PRP <1385>.
farmasiindustri.com

UJI BATAS LOT BENIH


PRP Tidak kurang dari 80% jumlah PRP yang Produksi vaksin pertusis berdasarkan sistem lot
tertera pada label. PRP ditentukan dengan uji ribosa benih. Galur B. pertussis yang digunakan
<1405> atau uji fosfor <1401> menggunakan diidentifikasi melalui rekaman riwayat lengkap,
metode imunokimia <1385>, atau dengan termasuk informasi tentang asal usul galur dan
kromatografi cair penukar anion <931> rekayasa selanjutnya yang dilakukan, karakteristik
menggunakan deteksi amperometrik. isolasi, dan terutama pada semua uji yang
Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per dilakukan secara berkala untuk memverifikasi sifat
dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida galur.
atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai Media pertumbuhan B. Pertussis dipilih secara
adsorben. cermat dan memungkinkan mikroorganisme
Pengawet antimikroba Apabila memungkinkan, mempertahankan karakteristik fase I.
tentukan jumlah pengawet antimikroba Jika digunakan darah hewan atau produk darah
menggunakan metode kimia atau metode hewan, hilangkan dengan mencuci bakteri yang
fisikokimia yang sesuai. Kadar tidak kurang dari dipanen.
jumlah efektif minimun dan tidak lebih dari 115% Darah manusia atau produk darah manusia tidak
dari jumlah yang tertera pada label. digunakan dalam media kultur manapun untuk
Air <1031> Tidak lebih dari 3,0% untuk vaksin propagasi bakteri, baik untuk benih maupun untuk
beku kering. vaksin.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Endotoksin Bakteri Memenuhi syarat yang telah PROPAGASI DAN PANENAN
disetujui oleh instansi yang berwenang untuk Setiap galur ditumbuhkan secara terpisah dari lot
produk tertentu. Jika terdapat komponen vaksin benih kerja. Biakan diperiksa pada tahap fermentasi
yang menghambat penetapan endotoksin, lakukan yang berbeda (subkultur dan kultur utama) untuk
Uji pirogen seperti yang tertera pada Produksi. kemurnian, identitas, opasitas sel, dan pH. Biakan
yang tidak memenuhi syarat harus dibuang.
Tambahan monografi Produksi biakan harus konsisten dalam hal tingkat
VAKSIN PERTUSIS (SEL UTUH, JERAP) pertumbuhan, pH, dan hasil sel atau produk sel.
Pertussis Vaccine (Whole Cell, Adsorbed) Bakteri dipanen dan dicuci untuk menghilangkan
bahan yang berasal dari media dan disuspensikan
Vaksin pertusis (sel utuh, jerap) merupakan dalam larutan natrium klorida 9 g per L atau larutan
suspensi steril sel utuh satu atau lebih galur isotonik lainnya.
Bordetella pertussis yang telah diinaktivasi, yang
diberi perlakuan untuk memperkecil toksisitas dan PANENAN SEL MONOVALEN
menjaga potensi. Vaksin mengandung adsorben Konsistensi produksi dipantau tingkat
mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau pertumbuhan, pH, karakteristik organisme fase I
aluminium hidroksida. dalam biakan, seperti terdapatnya fimbriae 2 dan 3,
serta aktivitas hemolitik. Panenan tunggal tidak
PRODUKSI digunakan untuk vaksin ruahan akhir kecuali telah
Proses produksi harus menghasilkan vaksin yang terbukti mengandung sel B. pertussis dengan
secara konsisten sebanding dengan vaksin yang karakteristik yang sama berkaitan dengan
terbukti efektif secara klinis dan aman pada pertumbuhan aglutinogen sebagai galur induk, dan
manusia. bebas dari kontaminasi bakteri dan jamur.
Tingkat toksin pertusis, toksin aktif yang rentan Hanya panenan monovalen yang memenuhi syarat
terhadap panas toksin dermonekrotik atau dibawah ini yang dapat digunakan untuk proses
sitotoksin trakea harus sebanding dengan tingkat produksi selanjutnya.
toksin pertusis pada vaksin yang terbukti efektif Kemurnian Sampel panenan tunggal yang
secara klinis dan aman pada manusia serta disetujui diambil sebelum inaktivasi diperiksa dengan
oleh instansi yang berwenang. mikroskop pewarnaan gram, atau dengan inokulasi
pada media kultur yang sesuai, atau dengan
PEMILIHAN GALUR VAKSIN prosedur lain yang sesuai.
Vaksin tediri dari campuran satu atau lebih galur B. Opasitas Opasitas dari setiap panenan tunggal
pertussis. Galur B. pertussis yang digunakan dalam diukur tidak lebih dari 2 minggu setelah panen dan
pembuatan vaksin dikarakterisasi dengan baik dan sebelum suspensi bakteri telah mengalami proses
dipilih sedemikian rupa sehingga vaksin akhir yang mampu mengubah opasitasnya, dibandingkan
mengandung terutama sel-sel fase I yang dengan baku internasional opasitas, dan digunakan
menunjukkan fimbriae 2 dan 3, yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan untuk tahapan
melalui uji aglutinasi atau metode imunokimia lain selanjutnya dalam pembuatan vaksin. Kesetaraan
yang sesuai <1385> .
farmasiindustri.com

dalam unit internasional untuk baku internasional Fimbriae Sebelum adsorben ditambahkan, setiap
opasitas dinyatakan oleh WHO. ruahan diperiksa kandungan fimbriae 2 dan 3 untuk
Metode spektrofotometri divalidasi terhadap baku memastikan bahwa ekspresi yang tepat telah terjadi
opasitas dan serapan dapat diukur pada 600 nm. selama pertumbuhan bakteri.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
INAKTIVASI DAN DETOKSIFIKASI mL untuk setiap media.
SUSPENSI B. PERTUSSIS Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan
Inaktivasi segera dilakukan setelah pengambilan jumlah pengawet antimikroba dengan metode
sampel panenan tunggal untuk pemantauan kimia atau fisikomia yang sesuai. Jumlah tidak
kemurnian dan pengukuran opasitas. Bakteri kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari
dimatikan dan didetoksifikasi dalam kondisi yang jumlah yang tertera pada label.
terkendali menggunakan zat kimia yang sesuai atau
dengan pemanasan atau kombinasi kedua metode LOT AKHIR
ini. Suspensi dipertahankan pada suhu 5° ± 3° Vaksin ruahan akhir dicampur hingga homogen dan
dalam periode yang sesuai untuk mengurangi dimasukkan dalam wadah yang sesuai.
toksisitasnya. Hanya produk akhir yang memenuhi syarat
Hanya ruahan sel monovalen inaktif yang Identifikasi, Uji, dan Penetapan potensi yang dapat
memenuhi syarat di bawah ini yang dapat diluluskan untuk penggunaan. Jika uji toksisitas
digunakan pada pembuatan vaksin ruahan akhir. spesifik, formaldehid bebas, pengawet antimikroba,
Residu B. pertussis hidup Inaktivasi sel utuh B. dan penetapan potensi telah dilakukan dengan hasil
pertussis diverifikasi dengan media kultur yang yang memenuhi syarat pada vaksin ruahan akhir,
sesuai. uji tersebut dapat dihilangkan pada lot akhir.
Toksin pertusis Ukur dengan uji biakan sel CHO
menggunakan teknik semi kuantitatif dan rentang Identifikasi Larutkan dalam vaksin yang akan
yang telah ditetapkan. diuji, sejumlah natrium sitrat P hingga diperoleh
pH Memenuhi syarat. larutan 100 g per L. Pertahankan suhu pada 37°
Identifikasi Verifikasi dengan uji aglutinasi atau selama sekitar 16 jam dan sentrifugasi untuk
uji imunodifusi yang sesuai. memperoleh endapan bakteri. Identitas vaksin
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 pertusis berdasarkan pada reaksi imunologi,
mL untuk setiap media. sebagai contoh aglutinasi dari bakteri yang
Opasitas Opasitas dari setiap panenan tunggal disuspensikan kembali dengan serum anti-pertusis
diukur dalam fase akhir, pada akhir proses spesifik atau metode imunokimia <1385> lain yang
fermentasi, dibandingkan dengan baku sesuai.
internasional opasitas, dan digunakan sebagai dasar
perhitungan untuk tahapan selanjutnya dalam UJI BATAS
pembuatan vaksin. Kesetaraan dalam unit Toksisitas spesifik Gunakan tidak kurang dari 5
internasional untuk baku internasional opasitas mencit sehat dengan bobot 14-16 g untuk
dinyatakan oleh WHO. Serapan pada 600 nm kelompok uji dan kelompok kontrol. Gunakan
berada dalam rentang yang disetujui. mencit dengan jenis kelamin yang sama atau jantan
dan betina dalam jumlah yang sama antara
VAKSIN RUAHAN AKHIR kelompok. Suntikkan secara intraperitoneal pada
Vaksin ruahan akhir dibuat secara aseptis dengan setiap mencit kelompok uji dengan 0,5 mL,
mencampurkan sejumlah panenan tunggal inaktif. mengandung sejumlah vaksin setara dengan tidak
Jika dua atau lebih galur B. pertussis digunakan, kurang dari setengah dosis tunggal manusia.
komposisi lot vaksin ruahan akhir yang berturut- Suntikkan setiap mencit kelompok kontrol dengan
turut harus konsisten untuk setiap galur yang 0,5 mL larutan natrium klorida steril 9 g per L,
diukur dalam unit opasitas. Konsentrasi bakteri mengandung sejumlah sama pengawet antimikroba
vaksin ruahan akhir tidak lebih dari 20 unit opasitas yang disuntikan dengan vaksin, jika digunakan.
per dosis tunggal manusia. Opasitas yang diukur Timbang kelompok mencit segera sebelum
pada panenan tunggal digunakan untuk menghitung penyuntikan, 72 jam, dan hari ke-7 setelah
kontaminasi bakteri dalam vaksin ruahan akhir. penyuntikan. Vaksin memenuhi syarat jika: (a) pada
Adsorben mineral seperti aluminium fosfat hidrat akhir 72 jam, rata-rata bobot kelompok mencit
atau aluminium hidroksida ditambahkan pada yang divaksinasi tidak kurang dari sebelum
suspensi sel. Pengawet antimikroba yang sesuai disuntikkan; (b) pada hari ke-7, rata-rata bobot
dapat ditambahkan. Fenol tidak digunakan sebagai kelompok mencit yang divaksinasi tidak kurang
pengawet. dari 60% dari kelompok kontrol; dan (c) tidak lebih
Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat dari 5% mencit yang divaksinasi mati selama
di bawah ini yang dapat digunakan untuk pengujian. Jika pengujian dilakukan menggunakan
pembuatan lot akhir. 5 mencit dan 1 mencit yang divaksinasi mati,
farmasiindustri.com

pengujian dapat diulangi menggunakan 15 mencit sediaan baku dan 3 kelompok lainnya menerima
dan hasil pengujian dikombinasi. sediaan uji, sedang 4 kelompok yang terdiri dari 10
Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per ekor digunakan untuk penetapan DL50 suspensi
dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida tantang.
atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai Prosedur Gunakan 3 dosis sediaan baku dalam
adsorben. pelarut yang sesuai dan 3 dosis sediaan uji yang
Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 disuspensikan dengan larutan yang sesuai. Ketiga
g per L, jika digunakan. dosis diatur sedemikian sehingga dosis yang
Pengawet antimikroba Jika digunakan, tetapkan melindungi 50% mencit mendekati dosis tengah.
jumlah pengawet antimikroba menggunakan Umumnya digunakan dosis 0,5 unit; 0,1 unit dan
metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang 0,02 unit sediaan baku dan (1 dalam 8); (1 dalam
dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah 40) dan (1 dalam 200) enceran sediaan uji, masing-
yang tertera pada label. masing dosis tidak lebih dari 0,5 mL. Suntikkan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. setiap mencit satu dosis secara intraperitoneal.
Setelah 14 hingga 17 hari, suntikkan mencit secara
Penetapan Potensi Tidak kurang dari 4,0 unit per intraserebral satu dosis suspensi tantang B.
dosis tunggal manusia dan batas kepercayaan pertussis. Pada saat yang sama suntikkan secara
terendah (P=0,95) dari potensi yang diperkirakan intraserebral pada 4 kelompok mencit terdiri dari
tidak kurang dari 2,0 unit per dosis tunggal 10 ekor suspensi tantang dengan enceran yang
manusia. Lakukan penetapan dengan sesuai untuk menetapkan DL50 dalam dosis yang
membandingkan dosis sediaan uji dan dosis sediaan diberikan pada mencit yang telah diinokulasi.
Baku vaksin pertusis yang dapat memberikan Amati mencit tiap hari selama 14 hari setelah
perlindungan yang sama bagi mencit terhadap dosis penyuntikan dengan suspensi tantang. Hitung
letal intraserebral B. pertussis. potensi vaksin menggunakan metode statistik
Pemilihan galur tantang dan pembuatan probit atau metode statistik lain yang sesuai,
suspensi tantang Gunakan Bordetella pertussis berdasarkan jumlah mencit yang hidup, tidak
yang sesuai dan dapat menyebabkan kematian termasuk mencit yang mati dalam waktu 48 jam
mencit dalam waktu 14 hari setelah penyuntikan setelah penyuntikan suspensi tantang. Jika perlu,
secara intraserebral. Jika dalam waktu 48 jam ulangi pengujian. Jika dilakukan lebih dari satu kali
setelah penyuntikan, lebih dari 20% hewan mati, pengujian, potensi dan batas kepercayaan dihitung
galur dianggap tidak sesuai. Buat satu subkultur berdasarkan semua hasil uji yang absah. Uji absah
dari galur di atas dan suspensikan hasil panenan B. jika dosis sediaan uji dan sediaan baku yang dapat
pertussis dalam larutan yang mengandung kasein melindungi 50% hewan uji terletak diantara dosis
hidrolisat P 1% dan natrium klorida P 0,6%, pH tertinggi dan terendah yang diberikan pada mencit,
7,0 sampai 7,2 atau dalam larutan lain yang sesuai. kurva dosis respons menunjukkan kemiringan yang
Tetapkan opasitas suspensi. Buat satu seri bermakna dengan deviasi yang tidak bermakna,
pengenceran pada larutan yang sama, alokasikan terhadap kesejajaran atau linieritas dan dosis
tiap enceran pada masing-masing kelompok mencit tantang lebih kurang 100 DL50.
yang terdiri dari 10 ekor. Suntikkan secara
intraserebral 0,02 mL atau 0,03 mL tiap enceran Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada
pada tiap mencit dalam masing-masing kelompok kondisi yang ditentukan, potensi vaksin diharapkan
yang dialokasikan. Setelah 14 hari hitung jumlah dapat bertahan selama tidak kurang dari 2 tahun
mencit yang hidup dari masing-masing kelompok. sejak tanggal potensi ditetapkan.
Dari hasil tersebut hitung opasitas suspensi yang
mengandung 100 DL50 dalam setiap dosis tantang. Tambahan monografi
Untuk penetapan potensi vaksin, buat subkultur VAKSIN POLIOMYELITIS (INAKTIF)
segar dari galur B. pertussis yang sama, dan dari Inactivated Poliomyelitis Vaccine
panenan bakteri buat suspensi dengan opasitas yang
setara dengan lebih kurang 100 DL50 dalam setiap Vaksin poliomyelitis (inaktif) adalah sediaan cair
dosis tantang. Buat tiga pengenceran suspensi dari galur virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3 yang
tantang. tumbuh dalam biakan sel yang sesuai dan
Hewan uji Gunakan mencit putih dari galur yang diinaktivasi dengan metode yang divalidasi. Vaksin
sesuai dari sumber yang seragam, umur kurang dari berupa cairan jernih yang dapat berwarna jika
5 minggu, perbedaan bobot tubuh tidak lebih dari 5 terdapat indikator pH.
g. Kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-
masing terdiri dari 16 ekor dan 4 kelompok PRODUKSI
masing-masing terdiri dari 10 ekor; dari jenis Metode produksi harus konsisten menghasilkan
kelamin yang sama atau jenis kelamin berbeda vaksin yang imunogenik dan aman digunakan oleh
yang dibagi merata di antara kelompok. Untuk 3 manusia. Produksi vaksin didasarkan pada sistem
kelompok yang terdiri dari 16 ekor menerima lot benih virus. Sel lestari digunakan mengikuti
farmasiindustri.com

sistem bank sel. Jika sel primer, sekunder atau bebas dari antibodi herpesvirus B dengan
tersier ginjal monyet digunakan, produksi memperhitungkan bahaya penanganan herpesvirus
memenuhi persyaratan di bawah ini. Kecuali B. Ginjal monyet yang akan diambil diperiksa
dinyatakan lain dan disetujui oleh instansi secara menyeluruh, untuk membuktikan bahwa
berwenang, virus dalam produk akhir tidak monyet bebas dari infeksi, khususnya Tuberkulosis
melewati lebih dari pasase lot benih induk yang dan herpesvirus B (cercopithecine herpesvirus 1).
digunakan untuk menyiapkan vaksin yang Jika monyet memperlihatkan lesi patologis
dibuktikan keamanan dan khasiat dalam studi berkaitan dengan penggunaan ginjal dalam
klinis. Metode produksi divalidasi untuk pembuatan lot benih atau vaksin, monyet tidak
menunjukkan bahwa produk memenuhi uji boleh digunakan, begitu juga monyet lain dalam
toksisitas abnormal untuk imunosera dan vaksin kelompok karantina yang sama tidak boleh
untuk penggunaan manusia <252>. digunakan kecuali telah dibuktikan bahwa
penggunaan monyet tersebut tidak berpengaruh
Substrat untuk propagasi virus pada keamanan produk. Seluruh prosedur yang
Virus diperbanyak dalam sel lestari diploid dijelaskan di bawah ini harus dilakukan di luar area
manusia <1412> dalam sel lestari kontinu atau produksi vaksin.
dalam sel ginjal monyet primer, sekunder atau Biakan sel monyet untuk produksi vaksin Ginjal
tersier. yang tidak memperlihatkan tanda-tanda patologis
digunakan untuk produksi biakan sel. Tiap
Sel ginjal monyet primer, sekunder atau tersier kelompok biakan sel yang diperoleh dari satu
Persyaratan khusus berikut untuk substrat untuk monyet menghasilkan satu produksi biakan sel
propagasi virus pada sel primer, sekunder, atau sehingga diperoleh panenan tunggal terpisah.
tersier ginjal monyet. Sel primer ginjal monyet sesuai dengan uji untuk
Monyet digunakan dalam persiapan biakan sel mikobakteri <73>
ginjal untuk produksi dan pengawasan vaksin Jika sel sekunder atau tersier digunakan, harus
Hewan yang digunakan adalah spesies yang ditunjukkan oleh uji validasi yang sesuai bahwa
disetujui oleh instansi berwenang, kondisi sehat, biakan sel melampaui batas jumlah pasase untuk
kecuali telah dijustifikasi oleh instansi berwenang, produksi harus bebas dari tumorigenisitas.
dan sebelumnya tidak pernah digunakan untuk
tujuan eksperimental lain. LOT BENIH
Sel ginjal yang digunakan untuk produksi dan Setiap 3 galur virus polio yang digunakan harus
kontrol vaksin berasal dari kelompok monyet yang diidentifikasi oleh catatan histori yang mencakup
dimonitor dan dipelihara di penangkaran, bukan informasi tentang asal usul galur. Hanya lot benih
dari hewan yang ditangkap di alam; lot benih yang yang memenuhi persyaratan berikut yang dapat
sebelumnya disetujui dapat disiapkan digunakan untuk propagasi virus.
menggunakan virus yang dipasase dalam sel dari Identifikasi Setiap lot benih kerja diidentifikasi
monyet liar, disetujui oleh instansi berwenang, mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dengan
digunakan untuk produksi vaksin jika rekam netralisasi virus dalam biakan sel menggunakan
sejarah tentang keamanan telah terjustifikasi. antibodi spesifik.
Koloni monyet tertutup yang dipantau Monyet Konsentrasi Virus Ditetapkan konsentrasi virus
disimpan dalam kelompok di dalam kandang. pada setiap lot benih kerja untuk menentukan
Bebas dari agens asing dan didapat dengan jumlah virus yang akan digunakan untuk inokulasi
menggunakan hewan yang dipelihara di kelompok produksi biakan sel.
tertutup dibawah pengawasan dokter hewan dan Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi
laboratorium yang berkesinambungan dan syarat lot benih untuk vaksin virus. Selain itu, jika
sistematis terhadap keberadaan agens infeksi. sel primer, sekunder atau tersier ginjal monyet telah
Pemasok hewan disertifikasi oleh instansi digunakan untuk isolasi galur, dipastikan bahwa
berwenang. Setiap monyet diuji serologis secara galur tidak terkontaminasi dengan virus simian
berkala selama periode karantina tidak kurang dari seperti virus simian imunodefisiensi, simian virus
6 minggu sebelum memasuki kelompok, dan 40, filoviruses dan herpesvirus B (cercopithechine
selama tinggal di kelompok. Monyet harus bebas herpesvirus 1). Lot benih kerja dibuat dalam sel
dari Tuberkulin, antibodi terhadap virus simian 40 primer, sekunder atau tersier ginjal monyet
(SV40), dan simian virus imunodefisiensi. Sampel memenuhi persyaratan yang diberikan di bawah ini
darah yang digunakan dalam pengujian antibodi pada propagasi dan panen virus untuk panen
SV40 harus diambil sedekat mungkin dengan tunggal yang diproduksi dalam sel tersebut.
waktu pengambilan ginjal. Jika untuk produksi
menggunakan Macaca spp., monyet harus bebas PROPAGASI DAN PANENAN
dari antibodi terhadap infeksi virus cercopithecine Semua proses bank sel dan biakan sel
herpesvirus 1 (Herpesvirus B). Gejala infeksi turunannya dilakukan dalam kondisi aseptik pada
Herpesvirus manusia digunakan sebagai indikator area di mana tidak ada sel lain yang ditangani
farmasiindustri.com

selama pembuatan. Serum hewan yang sesuai dapat kelinci. Uji ini tidak valid jika lebih dari 20%
digunakan dalam media biakan, tetapi media akhir biakan sel kontrol dibuang karena alasan tidak
untuk mempertahankan pertumbuhan sel selama spesifik.
propagasi virus tidak boleh mengandung serum Identifikasi Panenan tunggal diidentifikasi
hewan. Serum dan tripsin yang digunakan dalam kandungan virus polio manusia tipe 1, 2 atau 3
pembuatan suspensi sel dan media harus bebas dari melalui netralisasi virus dalam biakan sel
agens asing hidup. Media biakan sel dapat menggunakan antibodi spesifik.
mengandung indikator pH seperti merah fenol dan Konsentrasi Virus Konsentrasi virus dari setiap
antibiotik yang sesuai dengan kadar efektif panenan ditentukan oleh titrasi virus menular dalam
terendah. Tidak kurang dari 500 mL biakan sel biakan sel.
yang digunakan untuk produksi vaksin dipisahkan Kontaminasi Bakteri dan Jamur Panenan tunggal
sebagai biakan sel yang tidak diinfeksi (sel memenuhi Uji sterilitas <71> dilakukan
kontrol); sel lestari kontinu dalam fermentor menggunakan 10 mL untuk setiap media.
digunakan untuk produksi, 200 x 106 sel dipisahkan Mikoplasma <74> Panenan tunggal sesuai
untuk menyiapkan sel kontrol; di mana sel primer, dengan Uji untuk mikoplasma, dilakukan
sekunder atau tersier ginjal monyet digunakan menggunakan 10 mL.
untuk produksi sampel sel yang setara dengan tidak Uji dalam biakan sel ginjal kelinci Jika sel
kurang dari 500 mL suspensi sel, pada konsentrasi primer, sekunder atau tersier ginjal monyet
yang digunakan untuk produksi vaksin, diambil digunakan untuk produksi, uji sampel setidaknya
untuk menyiapkan sel kontrol. Panenan tunggal 10 mL dari panen tunggal bebas dari herpesvirus B
harus memenuhi persyaratan berikut untuk (cercopithecine herpesvirus 1) dan virus lainnya
digunakan dalam persiapan vaksin. Pada gabungan dengan inokulasi pada biakan sel ginjal kelinci
panenan monovalen murni dilakukan uji seperti dijelaskan di atas untuk sel kontrol.
identifikasi dan kontaminasi bakteri dan jamur. Uji dalam biakan sel ginjal cercopithecus Jika
Setelah konsistensi produksi pada tahap panenan sel primer, sekunder atau tersier ginjal monyet
tunggal terbukti, pada gabungan panenan digunakan untuk produksi, uji sampel setidaknya
monovalen murni dilakukan uji konsentrasi virus. 10 mL dari panenan tunggal untuk bebas dari virus
SV40 dan agens asing lainnya. Netralkan sampel
Sel Kontrol dengan antiserum titer tinggi terhadap galur virus
Sel kontrol biakan sel produksi memenuhi syarat polio tertentu. Uji sampel dalam biakan sel ginjal
identifikasi (jika sistem bank sel digunakan untuk primer cercopithecus atau sel yang telah terbukti
produksi) dan dengan persyaratan untuk agens setidaknya rentan terhadap SV40. Inkubasi biakan
asing; Jika sel primer, sekunder atau tersier ginjal pada suhu 37 dan amati selama 14 hari. Pada akhir
monyet digunakan, Uji dalam biakan sel dilakukan periode ini, buat sekurangnya satu subbiakan cairan
seperti yang ditunjukkan pada Uji dalam biakan sel dalam sistem biakan sel yang sama dan amati
ginjal kelinci dan Uji dalam biakan sel ginjal biakan primer dan subbiakan tambahan selama 14
cercopithecus. hari.
Uji dalam biakan sel ginjal kelinci Uji sampel
setidaknya 10 mL cairan supernatant yang Pemurnian dan ruahan monovalen
dikumpulkan dari biakan kontrol bebas dari Beberapa panenan tunggal dari tipe yang sama
herpesvirus B (cercopithecine herpesvirus 1) dan dapat dikumpulkan dan dapat dipekatkan. Panenan
virus lainnya dengan inokulasi pada biakan sel monovalen atau panenan monovalen gabungan
ginjal kelinci. Pengenceran supernatan dalam dimurnikan dengan metode yang sudah divalidasi.
medium nutrisi tidak lebih besar dari seperempat Jika sel lestari kontinu digunakan untuk produksi,
dan luas lapisan sel setidaknya 3 cm2 per mililiter proses pemurnian harus secara konsisten
inokulum. Pisahkan satu atau lebih wadah dari menurunkan kandungan DNA sel substrat menjadi
setiap bets sel dengan media yang sama dengan sel tidak lebih dari 100 pg per dosis tunggal manusia.
kontrol yang tidak diinokulasi. Inkubasi biakan Hanya panenan monovalen murni yang memenuhi
pada suhu 37˚ dan amati setidaknya selama 2 persyaratan berikut ini yang dapat digunakan untuk
minggu. Uji ini tidak valid jika lebih dari 20% persiapan panenan monovalen tidak aktif.
biakan sel kontrol dibuang karena alasan tidak Identifikasi Netralisasi virus dalam biakan sel
spesifik. menggunakan antibodi spesifik atau dengan
Uji dalam biakan sel ginjal cercopithecus Uji penetapan antigen-D.
sampel setidaknya 10 mL cairan supernatan Konsentrasi Virus Tetapkan dengan titrasi virus
dikumpulkan dari biakan kontrol bebas dari virus penginfeksi.
SV40 dan agens asing lainnya dengan inokulasi ke Aktivitas spesifik Rasio konsentrasi virus atau
biakan sel yang dibuat dari ginjal monyet kandungan antigen-D ditentukan oleh metode
cercopithecus, atau sel lain yang terbukti imunokimia yang sesuai <1385>, terhadap
setidaknya sensitif untuk SV40, dengan metode kandungan protein total (aktivitas spesifik) dari
seperti tertera pada Uji dalam biakan sel ginjal
farmasiindustri.com

panenan monovalen murni dalam batas yang virus polio pada biakan sel. Pada akhir periode
disetujui untuk produk vaksin. pengamatan, uji kerentanan biakan sel yang
digunakan dengan inokulasi virus polio hidup dari
Inaktivasi dan ruahan monovalen inaktif tipe yang sama seperti tertera pada panenan
Beberapa ruahan monovalen inaktif dari tipe monovalen inaktif.
yang sama dapat dicampur sebelum inaktivasi. Kinetik Inaktivasi Ditetapkan dan disetujui oleh
Untuk menghindari kegagalan dalam inaktivasi instansi yang berwenang. Data kinetik inaktivasi
yang disebabkan oleh adanya agregat virus, yang memadai diperoleh dan dipantau konsistensi
lakukan penyaringan sebelum dan selama proses inaktivasi.
inaktivasi; inaktivasi dimulai dalam periode yang Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
sesuai, sebaiknya tidak lebih dari 24 jam, dan pada mL untuk setiap media.
keadaan tertentu tidak lebih dari 72 jam dari Kandungan Antigen-D Tetapkan menggunakan
penyaringan sebelumnya. Suspensi virus metode imunokimia yang sesuai <1385> dalam
diinaktivasi dengan metode yang telah divalidasi batas yang disetujui untuk pembuatan tertentu.
dan terbukti dapat menginaktivasi virus polio tanpa
merusak imunogenisitas; selama studi validasi,
tetapkan kurva inaktivasi dengan tidak kurang dari VAKSIN RUAHAN AKHIR
4 titik (misalnya, waktu 0 jam, 24 jam, 48 jam, dan Vaksin ruahan akhir dibuat langsung dari
96 jam) yang menunjukkan penurunan konsentrasi panenan monovalen inaktif virus polio manusia tipe
virus hidup terhadap waktu. Jika formaldehid 1, 2 dan 3 atau dari kumpulan trivalen panenan
digunakan untuk inaktivasi, residu formaldehid monovalen inaktif. Pengawet antimikroba dan
pada akhir periode inaktivasi harus diverifikasi. stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan.
Uji kinetika inaktivasi yang dijelaskan di bawah ini Hanya produk ruahan akhir yang memenuhi
dilakukan pada setiap bets untuk memastikan persyaratan berikut yang dapat digunakan dalam
konsistensi proses inaktivasi. persiapan lot akhir.
Hanya panenan monovalen inaktif yang memenuhi Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
persyaratan berikut yang dapat digunakan dalam mL untuk setiap media.
pembuatan gabungan trivalen dari masing-masing Pengawet Antimikroba Jika digunakan, tidak
panenan monovalen inaktif atau vaksin ruahan kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari
akhir. jumlah yang tertera pada label. Tentukan jumlah
bahan pengawet antimikroba dengan metode kimia
Uji efektivitas inaktifasi Setelah netralisasi atau fisikokimia yang sesuai <1385>.
formaldehid dengan natrium bisulfit (jika
digunakan), verifikasi tidak adanya residu virus LOT AKHIR
polio hidup dengan inokulasi pada biakan sel yang Hanya lot akhir yang sesuai dengan persyaratan
sesuai dari 2 sampel dari masing-masing panenan Identifikasi, Uji, dan Penetapan Potensi yang dapat
monovalen inaktif, setara dengan tidak kurang dari dirilis untuk digunakan. Apabila uji untuk
1500 dosis manusia. Sel yang digunakan untuk formaldehid bebas dan pengawet antimikroba dan
pengujian harus memiliki kepekaan optimal uji in vivo telah dilakukan dengan hasil yang
terhadap residu virus polio penginfeksi, misalnya memuaskan pada vaksin ruahan akhir dapat
sel ginjal dari spesies monyet tertentu (Macaca, dihilangkan pada lot akhir.
Cercopithecus atau Papio), atau sel Hep-2. Jika sel Jika produk ruahan akhir diformulasi dari ruahan
lain digunakan, sel tersebut harus terbukti memiliki trivalen dan antigen lainnya menjadi vaksin
setidaknya sensitivitas yang sama dengan yang kombinasi, penetapan antigen-D pada lot akhir
ditentukan di atas. Ambil satu sampel tidak lebih menggunakan ELISA. Jika penetapan antigen-D
dari tiga per empat masa periode inaktivasi dan menggunakan ELISA tidak sesuai, maka digunakan
sisanya pada akhir periode. Inokulasikan sampel uji in vivo.
dalam biakan sel sedemikian hingga pengenceran Jika kandungan protein telah ditentukan pada
vaksin dalam media nutrisi tidak lebih besar dari 1 panenan monovalen yang dimurnikan atau pada
dalam 4 dan area lapisan sel tidak kurang dari 3 panenan monovalen inaktif dan telah dibuktikan
cm2 per mL inokulum. bahwa kandungan dalam lot akhir tidak melebihi
Pisahkan satu atau lebih wadah dengan media yang 10 µg per dosis tunggal manusia, uji tersebut dapat
sama dengan sel kontrol yang tidak diinokulasi. dihilangkan pada lot akhir.
Amati biakan sel selama tidak kurang dari 3 Jika uji serum albumin sapi memberikan hasil yang
minggu. Buat tidak kurang dari 2 pasase dari setiap memuaskan pada kumpulan trivalen dari panenan
wadah, satu di akhir periode pengamatan dan yang monovalen inaktif atau pada vaksin ruah akhir, uji
lainnya 1 minggu sebelumnya; untuk pasase, tersebut dapat dihilangkan pada lot akhir.
gunakan supernatant biakan sel dan inokulasi untuk Identifikasi Kandungan virus polio manusia tipe
sampel awal. Amati subbiakan selama tidak kurang 1, 2, dan 3 dalam vaksin ditentukan menggunakan
dari 2 minggu. Tidak terdapat tanda multiplikasi
farmasiindustri.com

metode imunokimia yang sesuai <1385> seperti dengan suhu netralisasi 35-37 selama 3 jam,
penetapan antigen-D menggunakan (ELISA). lanjutkan inkubasi pada suhu 2-8 selama 18 jam
untuk konsistensi hasil, jika perlu. Inkubasi pada
UJI BATAS suhu 35 selama 7 hari, lakukan fiksasi dan
Formaldehid Bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 pewarnaan, amati hasil. Penetapan potensi antibodi
g per L. valid jika titer antibodi untuk setiap virus tantang
Pengawet Antimikroba Jika digunakan, jumlah berada pada rentang 10 CCID50 sampai 1000
tidak kurang dari kadar efektif terendah dan tidak CCID50 dan titer antibodi netralisasi pada serum
lebih dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. kontrol harus berada dalam 2 kali lipat pengenceran
Tetapkan kadar bahan pengawet antimikroba dari rata-rata geometrik kadar serum. Potensi
dengan metode kimia atau fisikokimia yang sesuai. diukur dengan membandingkan proporsi respon
Kandungan Protein <1387> Tidak lebih dari 10 yang menggunakan vaksin uji terhadap vaksin
µg per dosis tunggal manusia. pembanding dengan metode probit atau, setelah
Serum Albumin Sapi Maksimal 50 ng per dosis validasi, menggunakan metode parallel-line. Pada
tunggal manusia, ditentukan oleh metode metode probit, untuk mengidentifikasi responden
imunokimia yang sesuai <1385>. perlu menetapkan batas titer antibodi untuk tiap
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. jenis virus polio. Masing-masing laboratorium
Endotoksin Bakteri <201> Tidak lebih dari 5 menentukan batas titer menggunakan tidak kurang
Unit per dosis tunggal manusia. dari 3 uji dengan vaksin pembanding. Titik tengah
pada skala log2 antara titer rata-rata geometrik
PENETAPAN POTENSI minimum dan maksimum dari 3 seri atau lebih uji
Kandungan Antigen-D Sebagai ukuran yang digunakan nilai batas (cut-off value). Potensi
konsistensi produksi, tentukan kandungan antigen- vaksin untuk masing-masing 3 tipe virus polio
D untuk virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3 dengan tidak berbeda bermakna terhadap vaksin
metode imunokimia yang sesuai <...> pembanding. Pengujian dikatakan valid jika:
menggunakan baku pembanding yang dikalibrasi (1) Pada masing-masing vaksin uji dan vaksin
dalam satuan unit Antigen-D. Bila penetapan pembanding, ED50 berada diantara dosis terendah
antigen-D telah dilakukan pada produk ruahan dan tertinggi yang diberikan pada hewan uji; (2)
akhir dan dapat dibuktikan bahwa tidak ada Analisis statistik linieritas atau paralelisme tidak
kehilangan potensi sampai lot akhir maka menunjukkan penyimpangan yang bermakna; (3)
pengujian ini tidak perlu dilakukan. Batas kepercayaan (P=0,95) tidak kurang dari 25%
Uji in vivo Memenuhi syarat. dan tidak lebih dari 400% dari potensi yang
Kemampuan vaksin untuk menginduksi diperkirakan.
pembentukan antibodi, ditetapkan secara in vivo
melalui salah satu metode berikut. Tambahan monografi
Uji pada Tikus Penetapan potensi secara in vivo VAKSIN POLIOMYELITIS ORAL,
yang sesuai terdiri dari injeksi intramuskular tidak HIDUP
kurang dari 3 enceran vaksin uji dan satu vaksin
Poliomyelitis Vaccine, Live (Oral)
pembanding pada kaki belakang tikus galur spesifik
bebas patogen. Tiap kelompok terdiri dari 10 tikus
Vaksin poliomyelitis oral adalah sediaan virus
masing-masing diberikan enceran vaksin uji atau
poliomyelitis hidup tipe 1, tipe 2, atau tipe 3 yang
vaksin pembanding. Pada umumnya menggunakan
dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan sel yang
4 enceran vaksin untuk memperoleh hasil yang
sesuai. Vaksin dapat mengandung satu tipe virus,
valid pada 3 serotipe. Jumlah hewan tiap kelompok
kombinasi virus tipe 1 dan tipe 3, atau kombinasi
harus mencukupi untuk mendapatkan hasil yang
dari ketiga tipe virus galur Sabin, dibuat dalam
sesuai dengan kriteria validasi; walaupun hasil
bentuk yang cocok untuk pemberian oral dan
yang valid dapat diperoleh dengan kelompok dalam
memenuhi semua persyaratan yang tercantum.
jumlah yang sedikit, disarankan menggunakan 10
Vaksin berupa cairan jernih yang dapat berwarna
kelompok tikus. Apabila menggunakan hewan
jika terdapat indikator pH.
dengan jenis kelamin berbeda, hewan jantan dan
betina dibagi rata ke semua kelompok. Disarankan
PRODUKSI
menggunakan hewan dengan bobot antara 175-250
Galur vaksin dan metode pembuatan harus
g. Gunakan cairan inokulum 0,5 mL tiap tikus.
konsisten menghasilkan vaksin yang imunogenik
Rentang dosis yang dipilih berdasarkan jumlah
dan aman digunakan oleh manusia. Pembuatan
dosis yang menghasilkan respon terhadap ketiga
vaksin berdasarkan sistem lot benih virus. Sel
tipe virus polio. Ambil darah hewan uji setelah 20-
lestari digunakan menurut sistem bank sel. Jika
22 hari. Titer netralisasi untuk ketiga antibodi tipe
biakan sel ginjal monyet primer digunakan,
virus polio dihitung secara terpisah menggunakan
pembuatan harus memenuhi persyaratan yang
100 CCID50 galur Sabin sebagai virus tantang, sel
dijelaskan dibawah ini. Kecuali dinyatakan lain dan
Vero atau sel Hep2 digunakan sebagai sel indikator,
disetujui oleh instansi yang berwenang, virus dalam
farmasiindustri.com

produk akhir tidak melewati lebih dari 2 pasase dari monyet dari kelompok tersebut harus dilanjutkan
lot benih induk. hingga tidak kurang dari 6 minggu. Kelompok
harus dipelihara secara kontinu dalam isolasi,
Baku Pembanding seperti dalam karantina, begitu juga setelah periode
Baku internasional untuk poliovirus tipe 1 (Sabin), karantina selesai. Setelah monyet terakhir dalam
poliovirus tipe 2 (Sabin) untuk uji MAPREC suatu kelompok dikeluarkan, ruangan yang
(Mutant Analysis by PCR and Restriction Enzyme ditempati kelompok tersebut harus dibersihkan dan
Cleavage), dan poliovirus tipe 3 (Sabin) DNA didekontaminasi secara menyeluruh sebelum
sintetis untuk uji MAPREC digunakan sebagai digunakan untuk kelompok selanjutnya. Jika ginjal
penanda genetik dan uji molekular untuk fetus dari monyet mendekati kelahiran digunakan,
konsistensi produksi. induk monyet dikarantina selama masa kehamilan.
Baku pembanding untuk setiap tipe poliovirus pada Monyet yang ginjalnya akan diambil harus dibius
sabin asli + 2 tingkat pasase yaitu, WHO (SO + 2)/I dan diperiksa secara menyeluruh, terutama terkait
untuk virus tipe 1, WHO (SO + 2)/II untuk virus infeksi tuberkulosis dan cercopithecine herpesvirus
tipe 2, dan WHO (SO + 2)/III untuk virus tipe 3 1 (herpesvirus B). Jika monyet memperlihatkan lesi
digunakan untuk perbandingan neurovirulensi in patologis berkaitan dengan penggunaan ginjalnya
vivo dengan vaksin homotipe. Permintaan untuk dalam pembuatan lot benih atau vaksin, monyet
baku pembanding WHO untuk uji neurovirulensi tidak boleh digunakan, begitu juga monyet lain
dapat ditujukan pada ‖World Health Organization‖ dalam kelompok karantina yang sama tidak boleh
(WHO, Biologicals, Geneva, Switzerland. digunakan kecuali telah dibuktikan bahwa
Baku pembanding yang sesuai digunakan pada penggunaan monyet tersebut tidak berpengaruh
setiap pengujian. pada keamanan produk.
Seluruh prosedur yang dijelaskan dibawah ini harus
Substrat untuk propagasi virus dilakukan di luar area produksi vaksin. Monyet
Virus diperbanyak dalam sel diploid manusia atau harus bebas dari antibodi terhadap virus simian
sel lestari kontinu <1412>, atau dalam biakan sel (SV40), virus imunodefisiensi simian dan
ginjal monyet primer (termasuk sel-sel yang spumavirus. Sampel darah yang digunakan dalam
dipasase secara urut dari sel ginjal monyet primer). pengujian untuk antibodi SV40 harus diambil
sedekat mungkin dengan waktu pengambilan
Biakan sel ginjal monyet primer ginjal. Jika untuk produksi digunakan Macaca spp.,
(Catatan: Persyaratan khusus subtsrat untuk monyet harus bebas dari antibodi terhadap infeksi
propagasi virus dibawah ini berlaku terhadap virus cercopithecine herpesvirus 1 (herpesvirus B).
biakan sel ginjal monyet primer. Monyet digunakan Gejala infeksi Herpesvirus manusia digunakan
untuk pembuatan biakan sel ginjal monyet primer sebagai indikator bebas dari antibodi herpesvirus B
dan untuk pengujian virus) dengan memperhitungkan bahaya penanganan
Jika vaksin dibuat dalam biakan sel ginjal monyet herpesvirus B. Monyet yang digunakan untuk
primer, spesies hewan yang digunakan harus produksi lot benih baru harus bebas dari antibodi
disetujui oleh instansi berwenang, sehat, dipantau terhadap simian cytomegalovirus (sCMV).
secara intensif, dan sebelumnya tidak pernah Biakan sel ginjal monyet primer untuk
digunakan untuk tujuan eksperimental lain. pembuatan vaksin Ginjal yang tidak
Monyet harus dipelihara dalam kandang yang memperlihatkan tanda-tanda patologis digunakan
berjarak sejauh mungkin satu sama lain pada untuk membuat biakan sel. Jika monyet berasal dari
ruangan dengan ventilasi memadai. Lakukan koloni yang dipelihara untuk produksi vaksin,
pencegahan agar tidak terjadi infeksi silang antar biakan sel ginjal monyet yang dipasase secara
monyet. berseri dari sel ginjal monyet primer dapat
Tidak lebih dari dua monyet dipelihara dalam satu digunakan untuk propagasi virus, jika tidak, sel
kandang dan setiap monyet tidak boleh bertukar ginjal monyet tidak diperbanyak secara seri. Virus
kandang. untuk pembuatan vaksin ditumbuhkan dengan
Monyet harus dipelihara di negara pembuat vaksin metode aseptis dalam biakan tersebut. Jika serum
dalam kelompok karantina selama tidak kurang dari hewan digunakan dalam propagasi sel, media
6 minggu sebelum digunakan. Kelompok karantina pemeliharaan setelah inokulasi virus tidak boleh
adalah sekumpulan monyet sehat terpilih yang mengandung serum.
dipelihara dalam satu ruangan dengan makanan Setiap kelompok biakan sel yang berasal dari satu
terpisah dan fasilitas kebersihan, serta tidak monyet atau janin yang tidak lebih dari 10 monyet
berhubungan dengan monyet lain selama periode mendekati melahirkan disiapkan dan diuji sebagai
karantina. Jika selama periode karantina tingkat kelompok individu.
kematian keseluruhan yang terdiri dari satu atau
lebih kelompok mencapai 5% (tidak termasuk LOT BENIH VIRUS
kematian akibat kecelakaan atau kematian tidak alur virus polio yang digunakan harus diidentifikasi
disebabkan oleh infeksi penyakit), karantina dari rekam sejarah yang mencakup informasi
farmasiindustri.com

tentang asal dan rekayasa galur berikutnya. Lot replikasinya pada suhu 36° hingga 40° seperti yang
benih kerja dibuat dengan pasase tunggal dari lot tertera pada Produk ruahan monovalen.
benih induk dan pada tingkat pasase yang disetujui
dari virus sabin asli. Lot benih virus dibuat dalam PROPAGASI DAN PANENAN VIRUS
jumlah besar dan disimpan pada suhu dibawah - Semua proses bank sel dan biakan sel turunannya
60°. Hanya lot benih virus yang memenuhi dilakukan dalam kondisi aseptik pada area di mana
persyaratan dibawah ini dapat digunakan untuk tidak ada sel lain yang ditangani selama
Propagasi virus. pembuatan. Serum hewan yang sesuai dapat
Identifikasi Setiap lot benih kerja diindentifikasi digunakan dalam media biakan, tetapi media akhir
sebagai virus polio yang sesuai dengan tipennya untuk mempertahankan pertumbuhan sel selama
menggunakan antibodi spesifik. propagasi virus tidak boleh mengandung serum
Konsentrasi virus Tetapkan menggunakan hewan. Serum dan tripsin yang digunakan dalam
metode dibawah, konsentrasi virus merupakan pembuatan suspensi sel dan media harus bebas dari
dasar untuk jumlah virus yang digunakan dalam uji senyawa asing hidup. Media biakan sel dapat
neurovirulensi. mengandung indikator pH seperti fenol merah dan
Agens asing <72> Jika lot benih kerja dibuat antibiotik yang sesuai dengan kadar efektif
dalam sel diploid manusia atau dalam sel lestari terendah. Direkomendasikan untuk memiliki
kontinu, harus memenuhi persyaratan lot benih substrat yang bebas dari antibiotik selama
untuk vaksin virus. Jika lot benih kerja dibuat pembuatan. Pada hari inokulasi dengan lot benih
dalam biakan sel ginjal monyet primer, harus kerja virus, tidak kurang dari 5% atau 1000 mL
memenuhi persyaratan pada Propagasi dan panen (mana yang lebih rendah) dari biakan sel yang
virus, Produk ruahan monovalen, serta uji dalam digunakan untuk pembuatan vaksin dipisahkan
mencit dewasa, mencit menyusui, dan marmot. sebagai biakan sel yang tidak terinfeksi (sel
Sebagai tambahan terhadap persyaratan pada kontrol). Persyaratan khusus yang diberikan
<1412>, untuk vaksin yang dibuat dalam sel lestari dibawah ini, berlaku untuk sel kontrol ketika vaksin
dan ketika lot benih dibuat dalam biakan sel ginjal dibuat dalam biakan sel ginjal monyet primer.
monyet primer, lakukan uji untuk sCMV yang Suspensi virus dipanen tidak lebih dari 4 hari
tervalidasi. Lot benih kerja harus bebas dari urutan setelah inokulasi virus. Setelah inokulasi
DNA virus simian 40 (SV40) yang terdeteksi. pembuatan biakan sel dengan lot benih kerja virus,
Neurovirulensi Setiap lot benih induk dan kerja sel terinokulasi dipertahankan pada suhu tetap yang
harus memenuhi syarat untuk neurovirulensi pada sesuai, antara 33° - 35° ± 0,5°, biakan sel kontrol
vaksin poliomyelitis oral dalam mencit atau monyet dipertahankan pada suhu 33° - 35° untuk periode
transgenik. Prosedur yang sesuai untuk uji pada inkubasi yang relevan.
mencit dan monyet tersedia di WHO. Sebagai Hanya panenan virus tunggal yang memenuhi
tambahan, setidaknya 3 bets pertama berurutan syarat dibawah ini yang dapat digunakan pada
produk ruahan monovalen yang dibuat dari lot pembuatan produk ruahan monovalen.
benih baru harus memenuhi persyaratan Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi panenan
neurovirulensi vaksin oral poliomyelitis sebelum virus seperti tertera pada Penetapan untuk
lot benih dianggap sesuai untuk digunakan. Selain memantau konsistensi pembuatan dan untuk
itu, lot benih sebaiknya berhenti digunakan dalam menentukan penganceran yang akan digunakan
produksi vaksin jika frekuensi kegagalan produk untuk vaksin ruahan akhir.
ruahan monovalen yang dihasilkan dari lot benih Uji molekular untuk konsistensi pembuatan
tersebut lebih besar dari yang diperkirakan secara Lakukan uji MAPREC yang tervalidasi pada setiap
statistik. Perkiraan statistik ini dihitung setelah panenan virus kecuali dinyatakan lain. Kriteria
setiap uji berdasarkan semua produk ruahan keberterimaan untuk konsistensi pembuatan
monovalen yang diuji; sebanding dengan ditentukan untuk setiap produsen dan untuk setiap
probabilitas tingkat penerimaan palsu pada benih kerja. Kriteria ini ditinjau secara berkala dan
kesempatan uji pertama (misalnya 1%), diperbarui sesuai dengan yang disetujui oleh
probabilitas tingkat penerimaan palsu pada instansi berwenang. Investigasi konsistensi
pengujian ulang dapat diabaikan. dilakukan jika panenan virus memberikan hasil
Penanda fenotipe atau genotipe Setiap lot benih yang tidak konsisten dengan riwayat pembuatan
virus harus memenuhi syarat uji MAPREC. Uji sebelumnya.
MAPREC tervalidasi dilakukan untuk setiap lot Sel kontrol Memenuhi syarat identitas dan agens
benih induk dan kerja untuk menetapkan profil asing <72>, atau jika biakan sel ginjal monyet
(misalnya persentase kadar mutan). Prosedur primer digunakan, dijelaskan seperti dibawah ini.
(Mutant analysis by PCR and restriction enzyme
cleavage (MAPREC) untuk vaksin polio oral tipe Biakan sel ginjal monyet primer
1,2,3 (Sabin) yang sesuai tersedia pada WHO. (Catatan: Persyaratan khusus dibawah ini berlaku
Sambil menunggu validasi dari uji MAPREC, untuk propagasi dan panen dalam biakan sel ginjal
setiap lot benih induk dan kerja diuji sifat monyet primer)
farmasiindustri.com

Biakan sel Pada hari inokulasi dengan lot benih Sampel selanjutnya, sejumlah 10 mL cairan yang
kerja virus, setiap biakan sel diperiksa terhadap diambil dari biakan sel pada hari inokulasi dengan
degenerasi yang disebabkan oleh senyawa infektif. lot benih virus diuji kandungan senyawa asing
Jika pada pemeriksaan ditemukan adanya senyawa dengan inokulasi ke dalam biakan sel manusia yang
asing, seluruh kelompok biakan tersebut harus sensitif terhadap virus campak.
ditolak. Uji tidak valid jika lebih dari 20% wadah biakan
Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus, dibuang pada akhir periode masing-masing
sampel tidak kurang dari 30 mL cairan yang pengujian karena alasan tidak spesifik yang tidak
dikumpulkan dari biakan sel ginjal dari setiap dapat diprediksi. Jika pada pengujian ditemukan
monyet tunggal atau dari janin tidak lebih dari 10 adanya senyawa asing, panen tunggal dari seluruh
monyetjangka pendek dibagi menjadi 2 bagian kelompok biakan sel yang bersangkutan ditolak.
sama rata. 1 bagian cairan diuji dalam biakan sel Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B),
ginjal monyet dari spesies yang sama, namun pembuatan vaksin poliomyelitis oral harus
bukan hewan yang sama dengan yang digunakan dihentikan dan diinformasikan kepada instansi
pada pembuatan vaksin. Bagian cairan lainnya, jika yang berwenang. Pembuatan tidak boleh
perlu, diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari dilanjutkan sampai investigasi menyeluruh telah
spesies lain sehingga uji pada cairan dilakukan selesai dan tindakan pencegahan terhadap
dalam biakan sel dari setidaknya 1 spesies yang munculnya kembali infeksi telah dilakukan, serta
diketahui sensitif terhadap SV40. Cairan hanya dengan persetujuan instansi yang berwenang.
diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini Jika pengujian tidak dilakukan segera, sampel
sedemikian hingga pengenceran cairan dalam cairan biakan sel yang dikumpulkan harus disimpan
media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area pada suhu -60° atau dibawahnya, kecuali sampel
lembar sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. untuk uji virus B dapat disimpan pada suhu 4°,
Tidak kurang dari 1 botol dari setiap jenis biakan asalkan pengujian dilakukan tidak lebih dari 7 hari
sel tidak diinokulasi sebagai kontrol. Jika spesies setelah diambil.
monyet yang digunakan untuk pembuatan vaksin Biakan sel kontrol Pada hari inokulasi dengan lot
diketahui sensitif terhadap SV40, uji pada spesies benih kerja virus, 25% (tetapi tidak lebih dari 2,5
kedua tidak diperlukan. Serum hewan dapat L) suspensi sel yang diperoleh dari ginjal setiap
digunakan dalam propagasi sel, asalkan tidak monyet tunggal atau dari tidak lebih dari 10 monyet
mengandung antibodi SV40, tetapi media jangka pendek digunakan untuk membuat biakan
pemeliharaan setelah inokulasi bahan uji tidak sel kontrol yang tidak diinokulasi. Biakan sel
mengandung serum tambahan kecuali seperti yang kontrol ini diinkubasi dalam kondisi yang sama
dijelaskan di bawah ini. Biakan diinkubasi pada dengan biakan yang diinokulasi selama tidak
suhu 35° – 37° dan diamati selama tidak kurang kurang dari 2 minggu dan diperiksa selama periode
dari 4 minggu. Selama periode pengamatan ini dan tersebut untuk melihat adanya perubahan sitopatik.
setelah tidak kurang dari 2 minggu inkubasi, Uji tidak valid jika lebih dari 20% biakan sel
setidaknya 1 subkultur cairan dibuat dari masing- kontrol dibuang karena alasan kejadian tertentu
masing biakan ini dalam sistem biakan sel yang yang tidak spesifik. Pada akhir periode
sama. Subkultur juga diamati setidaknya selama 2 pengamatan, biakan sel kontrol diperiksa terhadap
minggu. Serum dapat ditambahkan ke biakan asli degenerasi yang disebabkan oleh senyawa infektif.
pada saat membuat subkultur, asalkan serum tidak Jika pemeriksaan ini atau uji lain yang dibutuhkan
mengandung antibodi SV40. Teknik antibodi pada bagian ini memperlihatkan adanya senyawa
fluoresensi dapat digunakan untuk mendeteksi asing dalam biakan kontrol, virus polio yang
virus SV40 dan virus lain di dalam sel. ditumbuhkan dalam biakan yang diinokulasi dari
Sampel selanjutnya, tidak kurang dari 10 mL cairan kelompok yang sama harus ditolak.
yang dikumpulkan diuji untuk cercopithecid Uji untuk virus hemadsorbsi Pada waktu panen
herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dalam biakan atau dalam 4 hari inokulasi pembuatan biakan
sel ginjal kelinci. Serum yang digunakan dalam dengan lot benih virus, sampel sejumlah 4% biakan
media nutrisi dari biakan ini harus bebas dari sel kontrol diambil dan diuji untuk virus
inhibitor virus B. Human herpesvirus telah haemadsorpsi. Pada akhir periode pengamatan,
digunakan sebagai indikator untuk bebas dari biakan sel kontrol yang tersisa diuji serupa.
inhibitor virus B karena bahaya penanganan virus Uji untuk agens asing lain pada waktu panen
B. Sampel diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini atau dalam 7 hari inokulasi pembuatan biakan
sedemikian hingga pengenceran cairan dalam dengan lot benih virus, sampel sejumlah tidak
media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area kurang dari 20 mL cairan yang dikumpulkan dari
lembar sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. setiap kelompok biakan kontrol diambil dan diuji
Tidak kurang dari 1 botol dari setiap jenis biakan dalam 2 jenis biakan sel ginjal monyet, seperti yang
sel tidak diinokulasi sebagai kontrol. Biakan telah dijelaskan di atas. Pada akhir periode
diinkubasi pada suhu 35° – 37° dan diamati selama pengmatan untuk biakan sel kontrol asli, sampel
tidak kurang dari 2 minggu. cairan yang serupa diambil dan ulangi pengujian
farmasiindustri.com

dengan mengacu pada bagian ini dalam 2 jenis sampel panenan tunggal yang dinetralisasi dengan
biakan sel ginjal monyet dan dalam biakan sel menginokulasi 10 mL ke dalam biakan sel manusia
kelinci, seperti yang telah dijelaskan pada Biakan yang sensitif terhadap virus campak. Uji ini juga
sel di atas. divalidasi untuk mendeteksi sCMV.
Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B), Teknik antibodi fluoresensi dapat digunakan untuk
pembuatan biakan sel tidak boleh digunakan dan mendeteksi virus SV40 dan virus lain di dalam sel.
langkah-langkah mengenai pembuatan vaksin yang Uji tidak valid jika lebih dari 20% dari wadah
dijelaskan di atas harus dilakukan. Cairan yang biakan dibuang karena alasan kejadian tertentu
dikumpulkan dari biakan sel kontrol pada saat yang tidak spesifik pada akhir periode masing-
panen virus dan pada akhir periode pengamatan masing pengujian.
dapat dikumpulkan sebelum pengujian untuk Jika perubahan sitopatik muncul pada biakan,
senyawa asing. Sampel sejumlah 2% dari cairan penyebab perubahan tersebut harus diinvestigasi.
yang dikumpulkan diuji dalam masing-masing Jika perubahan sitopatik terlihat disebabkan oleh
sistem biakan sel yang ditentukan. virus polio yang tidak ternetralisasi, ulangi
pengujian. Jika terdapat SV40 atau senyawa asing
Panenan tunggal lain yang berasal dari panenan tunggal, panenan
Uji untuk panenan tunggal yang dinetralisasi tunggal tesebut ditolak.
dalam biakan sel ginjal monyet primer Sampel
sejumlah tidak kurang dari 10 mL dari setiap PRODUK RUAHAN MONOVALEN
panenan tunggal dinetralisasi dengan antiserum Produk ruahan monovalen dapat dibuat dengan
poliomyelitis tipe spesifik yang dibuat dalam mengumpulan sejumlah panenan tunggal dari jenis
hewan selan monyet. Dalam membuat antisera virus yang sama yang memenuhi syarat. Produk
untuk tujuan tersebut, antigen pengimunisasi yang ruahan monovalen dari sel lestari berkelanjutan
digunakan harus dibuat dalam sel non-simian. dapat dimurnikan. Setiap produk ruahan monovalen
Separuh dari suspensi yang dinetralisasi (setara disaring melalui filter retentif bakteri. Hanya
dengan tidak kurang dari 5 mL panenan tunggal) produk ruahan monovalen yang memenuhi syarat
diuji dalam biakan sel ginjal monyet yang dibuat berikut ini yang dapat digunakan untuk pembuatan
dari spesies yang sama, tetapi bukan hewan yang vaksin ruah akhir.
sama, seperti yang digunakan pada pembuatan Identifikasi Setiap produk ruahan monovalen
vaksin. Separuh suspensi yang dinetralisasi lainnya, diidentifikasi sebagai virus poliomyelitis yang
jika perlu, diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari sesuai dengan tipennya menggunakan antibodi
spesies lain lain sehingga uji pada suspensi yang spesifik.
dinetralisasi dilakukan dalam biakan sel dari Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi virus
setidaknya 1 spesies yang diketahui sensitif menggunakan metode yang dijelaskan dibawah ini,
terhadap SV40. dan untuk menentukan pengenceran yang akan
Suspensi yang dinetralisasi diinokulasi ke dalam digunakan untuk vaksin ruahan akhir, untuk
botol biakan sel ini sedemikian hingga pengenceran kuantitas virus yang digunakan dalam uji
suspensi dalam media nutrisi tidak melebihi 1 neurovirulensi, serta untuk menetapkan dan
dalam 4. Area lembar sel tidak kurang dari 3 cm2 memantau konsitensi pembuatan.
per mL suspensi yang dinetralisasi. Tidak kurang Penanda fenotipe atau genotipe Uji MAPREC
dari 1 botol dari setiap jenis biakan sel tidak tervalidasi dilakukan untuk virus polio Sabin tipe 1,
diinokulasi sebagai kontrol dan dipertahankan 2, atau 3 menggunakan prosedur seperti tertera
dengan media nutrisi yang mengandung sejumlah pada Lot benih virus. Pada analisis ini, jumlah
sama antiserum spesifik yang digunakan untuk mutasi pada posisi 480 dan 525 dari genom (480-
netralisasi. A; 525-C) untuk tipe 1, posisi 481 dari genom
Serum hewan dapat digunakan dalam propagasi sel, (481-G) untuk tipe 2, dan posisi 472 dari genom
asalkan tidak mengandung antibodi SV40, tetapi (472-C) untuk tipe 3 diperkirakan dan
media pemeliharaan setelah inokulasi bahan uji diekspresikan sebagai perbandingan relatif terhadap
tidak mengandung serum tambahan kecuali seperti baku internasional untuk analisis MAPREC dari
yang dijelaskan di bawah ini. Biakan diinkubasi setiap tipe virus polio (Sabin) terkait. Dikarenakan
pada suhu 35° – 37° dan diamati selama tidak uji MAPREC untuk poliovirus tipe 3 (sabin) sangat
kurang dari 4 minggu. Selama periode pengamatan prediktif terhadap neurovirulensi in vivo, virus
ini dan setelah tidak kurang dari 2 minggu polio monovalen tipe 3 yang ditemukan memiliki
inkubasi, setidaknya 1 subkultur cairan dibuat dari tingkat mutasi lebih besar dari 1,0% dinyatakan
masing-masing biakan ini dalam sistem biakan sel gagal uji. Untuk produk ruahan monovalen virus
yang sama. Subkultur juga diamati setidaknya polio tipe 1 atau 2, batas tingkat mutasi harus
selama 2 minggu. Serum dapat ditambahkan ke disetujui oleh instansi berwenang.
biakan asli pada saat membuat subkultur, asalkan Kriteria keberterimaan untuk penilaian konsistensi
serum tidak mengandung antibodi SV40. Pengujian pembuatan ditetapkan untuk setiap prodesn dan
tambahan dilakukan untuk senyawa asing pada untuk setiap lot benih kerja dengan persetujuan dari
farmasiindustri.com

instansi yang berwenang. Kriteria ini diperbarui diamati selama tidak kurang dari 3 minggu
ketika setiap ruahan baru dibuat dan dianalisis. terhadap kematian dan tanda-tanda penyakit.
Lakukan investigasi konsistensi jika produk ruahan Semua kelinci yang mati setelah 24 jam pertama
monovalen memberikan hasil yang tidak konsisten pengujian dan kelinci yang memperlihatkan tanda-
dengan riwayat pembuatan sebelumnya. tanda penyakit diperiksa dengan otopsi. Otak dan
Jika virus polio (Sabin) monovalen ruahan gagal uji organ diambil untuk pemeriksaan lebih rinci untuk
MAPREC, lakukan investigasi terhadap konsistensi menetapkan penyebab kematian.
proses pembuatan. Dalam hal gagal uji terjadi pada Uji tidak valid jika lebih dari 20% kelinci yang
lot benih kerja baru, investigasi ini juga mencakup diinokulasi memperlihatkan tanda-tanda infeksi
pertimbangan kesesuaian lot benih tersebut. Produk kambuhan selama periode pengamatan. Panenan
ruahan monovalen yang memenuhi syarat uji monovalen yang dikumpulkan memenuhi syarat
MAPREC selanjutnya dilakukan uji neurovirulensi jika tidak ada kelinci yang memperlihatkan bukti
in vivo. infeksi virus B atau senyawa asing lain atau lesi
Sambil menunggu hasil validasi dari uji MAPREC, apa pun yang disebabkan oleh suspensi ruahan.
produk ruahan monovalen diuji sifat reproduksi Jika terdapat virus B, lakukan langkah-langkah
virusnya pada suhu 36° hingga 40°. Perbandingan mengenai pembuatan vaksin yang dijelaskan di atas
kapasitas replikasi virus dalam produk ruahan dalam Biakan sel.
monovalen diperoleh pada suhu antara 36° dan 40° Uji pada marmot (Catatan: Jika biakan sel
dibandingkan dengan lot benih atau baku ginjal monyet primer tidak berasal dari monyet
pembanding untuk uji penanda dan dengan galur yang disimpan dalam koloni tertutup, panenan
rct/40- dan rct/40+ virus polio yang sesuai dari tipe monovalen yang dikumpulkan harus memenuhi
yang sama. Suhu inkubasi yang digunakan dalam syarat untuk uji berikut). Suntikkan pada tidak
pengujian ini dikontrol dalam ± 0,1°. kurang dari 5 marmot dengan bobot masing-masing
Produk ruahan monovalen memenuhi syarat jika 350 – 450 g, 0,1 mL panenan monovalen yang
kedua virus dalam panenan dan baku pembanding dikumpulkan secara intraserebral (0,05 mL pada
yang sesuai, titer yang ditetapkan pada suhu 36° setiap hemisfer serebral) dan 0,5 mL secara
setidaknya 5.0 log10 lebih besar dari yang intraperitoneal. Ukur suhu rektal setiap hewan uji
ditetapkan pada suhu 40°. Jika pertumbuhan pada pada setiap hari kerja selama 6 minggu. Pada akhir
suhu 40° sangat rendah sehingga perbandingan periode pengmatan, lakukan otopsi pada setiap
yang valid tidak dapat ditetapkan, gunakan suhu hewan uji.
antara 39,0° – 39,5°. Pada suhu tersebut, Sebagai tambahan, suntikkan pada tidak kurang
pengurangan titer baku pembanding harus dalam dari 5 marmot, 0,5 mL secara intraperitoneal dan
kisaran 3,0 – 5,0 log10 dari nilai pada suhu 36°; amati seperti yang dijelaskan diatas selama 2-3
pengurangan minimum yang dapat diterima minggu. Pada akhir periode pengamatan, lakukan
ditentukan untuk setiap jenis virus pada suhu pasase dari hewan-hewan tersebut hingga tidak
tertentu. Jika titer yang diperoleh untuk 1 atau lebih kurang dari 5 marmot menggunakan darah dan
virus pembanding tidak sesuai dengan nilai yang suspensi jaringan hati atau limpa. Ukur suhu rektal
diharapkan, ulangi pengujian. setiap marmot selama 2-3 minggu. Otopsi semua
Neurovirulensi Memenuhi syarat seperti tertera hewan yang setelah hari pertama pengujian mati
pada Lot benih virus. atau dimatikan karena memperlihatkan tanda-tanda
penyakit, atau pada 3 hari berturut-turut
Biakan sel ginjal monyet primer memperlihatkan suhu tubuh lebih dari 40,1°;
(Catatan: Persyaratan khusus dibawah ini berlaku lakukan pemeriksaan histologi untuk mendeteksi
untuk panenan monovalen yang berasal dari infeksi dengan filovirus; sebagai tambahan,
biakan sel ginjal monyet primer) suntikkan suspensi jaringan hati atau limpa atau
Retrovirus Tidak terdapat indikasi keberadaan darah secara intraperitoneal pada tidak kurang dari
retrovirus. Panenan monovalen yang dikumpulkan 3 marmot. Jika tercatat tanda-tanda infeksi dengan
diperiksa menggunakan uji transkripsi balik. filovirus, lakukan konfirmasi dengan uji serologi
Uji pada kelinci Sampel panenan monovalen pada darah hewan yang terpengaruh. Panenan
yang dikumpulkan diuji terhadap cercopithecid monovalen yang dikumpulkan memenuhi syarat
herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dengan jika tidak kurang dari 80% marmot bertahan hingga
penyuntikan tidak kurang dari 100 mL ke dalam akhir periode pengamatan dan tetap sehat, serta
tidak kurang dari 10 kelinci sehat dengan bobot 1,5 tidak ada hewan yang memperlihatkan tanda-tanda
– 2,5 kg. Setiap kelinci menerima tidak kurang dari infeksi filovirus.
10 mL dan tidak lebih dari 20 mL, dimana 1 mL
diberikan secara intradermal di beberapa titik VAKSIN RUAHAN AKHIR
karena volume maksimum yang akan disuntikkan Vaksin ruahan akhir dibuat dari 1 (satu) atau lebih
secara intradermal di setiap titik adalah 0,1 mL, dan produk ruahan monovalen memenuhi syarat dan
sisanya disuntikkan secara subkutan. Kelinci dapat mengandung lebih dari 1 (satu) tipe virus.
Dapat mengandung perisa dan zat penstabil yang
farmasiindustri.com

sesuai. Vaksin ruahan akhir harus memenuhi


persyaratan Sterilitas <71> untuk dapat digunakan Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu -
pada Lot Akhir. Gunakan 10 mL vaksin ruahan 20°. Vaksin dapat disimpan pada suhu 2 - 8° selama
akhir untuk setiap media. tidak lebih dari enam bulan. Selama pengiriman
atau di pasaran, vaksin dapat mencair dan
LOT AKHIR dibekukan kembali.
Lot akhir harus memenuhi persyaratan Stabilitas
termal, Identifikasi, Sterilitas, dan Titer Virus. Tambahan monografi
Stabilitas termal Kadar virus total vaksin yang VAKSIN TETANUS JERAP
disimpan pada suhu tinggi tidak lebih rendah dari Tetanus Vaccine (Adsorbed)
0,5 log10 dari vaksin yang disimpan pada suhu
penyimpanan. Simpan tidak kurang dari 3 wadah Vaksin tetanus jerap adalah sediaan berisi toksoid
dari lot akhir pada 37° ± 1° selama 48 jam. formol tetanus dengan suatu adsorben mineral.
Tentukan kadar virus total seperti tertera pada Titer Toksoid formol diperoleh dari toksin yang
virus secara paralel untuk vaksin yang disimpan diproduksi dari pertumbuhan Clostridium tetani.
pada suhu tinggi dan vaksin yang disimpan pada
suhu penyimpanan. PRODUKSI
Baku Pembanding Baku internasional virus Toksisitas spesifik Metode produksi divalidasi
poliomyelitis (Sabin) tipe 1, 2, dan/atau 3 untuk untuk menunjukkan bahwa produk, ketika diuji,
penentuan titer virus dapat diperoleh dari NIBSC, akan memenuhi persyaratan pengujian berikut:
Potters Bar, England. Suntikkan secara subkutan sejumlah 5 kali dosis
Identifikasi Vaksin mengandung virus tunggal manusia yang tercantum pada label, pada 5
poliomyelitis dari setiap tipe yang tercantum pada ekor marmot sehat, dengan bobot 250-350 g, yang
label. Lakukan uji imunologi pada biakan sel sebelumnya tidak diperlakukan dengan pemberian
menggunakan antibodi spesifik. bahan apapun yang dapat mengganggu pengujian.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Jika dalam waktu 21 hari setelah injeksi hewan
Titer virus Titer virus per dosis tunggal manusia terlihat tanda-tanda kematian dari toksemia tetanus,
tidak kurang dari 6,0 log10 CCID50 untuk tipe 1, vaksin tidak memenuhi syarat. Jika terdapat lebih
tidak kurang dari 5,0 log10 CCID50 untuk tipe 2, dan dari satu hewan mati akibat penyebab non-spesifik,
tidak kurang dari 5,5 log10 CCID50 untuk tipe 3. ulangi pengujian sebanyak satu kali, jika lebih dari
Lakukan titrasi virus, menggunakan tidak kurang satu hewan mati pada pengujian kedua, vaksin
dari 3 wadah vaksin terpisah. Titrasi 1 wadah baku tidak memenuhi syarat.
pembanding virus yang sesuai (triplo) untuk Toksoid Murni Ruahanan Untuk pembuatan
memvalidasi setiap uji. Titer virus baku dipantau toksin tetanus, yang akan digunakan pada
menggunakan grafik pemantau. Jika vaksin pembuatan toksoid, kultur benih dikelola dalam
mengandung lebih dari satu tipe virus poliomyelitis, sistem lot benih dimana toksinogenisitas dijaga dan
lakukan titrasi pada setiap tipe secara terpisah jika perlu dipulihkan dengan pemilihan ulang.
menggunakan antiserum tipe spesifik yang sesuai Galur Clostridium tetani dengan toksinogenisitas
untuk menetralisasi masing-masing tipe lain. tinggi dengan asal dan riwayat yang diketahui,
Hitung titer virus individu untuk setiap wadah ditanam dalam media cair yang sesuai. Pada akhir
vaksin dan untuk setiap pengulangan baku, serta kultivasi, kemurnian masing-masing kultur diuji
titer virus campuran yang sesuai menggunakan dan kultur yang terkontaminasi dibuang. Media
metode statistik. kultur yang mengandung toksin dipisahkan secara
Prosedur Inokulasikan sejumlah volume masing- aseptik. Kandungan toksin (Lf per mililiter)
masing pengenceran virus ke dalam sumur lempeng <1410> diperiksa untuk memantau konsistensi
mikrotiter, tambahkan sejumlah volume suspensi produksi. Panenan tunggal dapat dikumpulkan
sel Hep-2C (Cincinnati). Amati biakan antara hari untuk membuat toksoid murni ruahanan. Toksin
ke-5 dan ke-9. dimurnikan untuk menghilangkan komponen yang
Pengujian tidak valid jika rentang kepercayaan dapat menyebabkan efek merugikan pada manusia.
(P = 0,95) titer virus baku untuk gabungan tiga Toksin murni didetoksifikasi dengan formaldehid
pengulangan lebih dari ± 0,3 log10 CCID50, dengan metode yang mencegah destruksi potensi
dan/atau titer virus baku berbeda lebih dari 0,5 imunogenik dari toksoid dan pembalikan toksoid
log10 CCID50 dari nilai yang ditetapkan. menjadi toksin, khususnya jika terpapar panas.
Pengujian diulang jika rentang kepercayaan (P = Sebagai alternatif, pemurnian dapat dilakukan
0,95) titer virus vaksin gabungan lebih dari ± 0,3 setelah detoksifikasi. Hanya toksoid murni
log10 CCID50; data diperoleh hanya dari gabungan ruahanan yang memenuhi syarat yang dapat
hasil uji yang valid dengan metode statistik untuk digunakan dalam pembuatan vaksin ruahan akhir.
menghitung titer virus vaksin. Rentang Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
kepercayaan (P = 0,95) titer virus gabungan tidak mL untuk setiap media.
lebih dari ± 0,3 log10 CCID50.
farmasiindustri.com

Bebas toksin dan ireversibilitas toksoid LOT AKHIR


Gunakan larutan dapar yang sama seperti untuk Vaksin ruahan akhir didistribusikan secara aseptis
vaksin akhir, tanpa adsorben, siapkan larutan ke dalam wadah steril anti rusak. Wadah ditutup
toksoid murni ruahanan pada konsentrasi yang untuk mencegah kontaminasi.
sama seperti vaksin akhir. Bagi larutan menjadi 2 Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Identifikasi,
bagian yang sama. Pertahankan suhu larutan Uji Batas, dan Penetapan potensi, yang dapat
pertama pada 5±3º dan larutan lainnya pada 37º dirilis untuk digunakan.
selama 6 minggu. Lakukan uji pada kedua larutan Uji batas pengawet antimikroba dan Penetapan
dengan metode berikut. Gunakan 15 marmot, potensi yang telah dilakukan dengan hasil yang
dengan bobot 250-350 g, yang sebelumnya tidak memenuhi syarat pada Vaksin Ruahan Akhir, maka
diperlakukan atau diberikan bahan apapun yang keduanya tidak perlu dilakukan pada lot akhir.
dapat mengganggu pengujian. Suntikkan secara Uji batas formaldehid bebas yang telah dilakukan
subkutan pada 5 marmot sejumlah 5 mL larutan pada antigen yang dimurnikan atau pada ruahan
yang diinkubasi pada 5±3º. Suntikkan secara akhir, dan memperlihatkan bahwa kadar dalam Lot
subkutan pada 5 marmot sejumlah 5 mL larutan akhir tidak lebih dari 0,2 g per L, maka Uji batas
yang diinkubasi pada 37º. Suntikkan secara formaldehid bebas pada lot akhir dapat
subkutan pada 5 marmot tidak kurang dari 500 Lf dihilangkan.
toksoid murni ruahanan yang tidak diinkubasi
dalam volume 1 mL. Jika dalam waktu 21 hari IDENTIFIKASI
setelah injeksi hewan tidak terlihat tanda-tanda Toksoid tetanus diidentifikasi menggunakan
kematian dari toksemia tetanus, toksoid murni metode imunokimia yang sesuai <1385>. Metode
ruahanan memenuhi syarat. Jika terdapat lebih dari berikut, berlaku untuk vaksin tertentu, diberikan
satu hewan mati akibat penyebab non-spesifik, sebagai contoh. Larutkan dalam vaksin yang akan
ulangi pengujian, jika lebih dari satu hewan mati diuji, sejumlah Natrium sitrat P hingga diperoleh
pada pengujian kedua, toksoid tidak memenuhi larutan 100 g per L. Suhu dijaga pada 37° selama
syarat. 16 jam dan sentrifugasi hingga diperoleh beningan.
Kemurnian antigen Tidak kurang dari 1000 Lf Beningan bereaksi dengan antitoksin tetanus yang
per miligram nitrogen protein. sesuai, menghasilkan endapan.

VAKSIN RUAHAN AKHIR UJI BATAS


Vaksin ruahan akhir disiapkan dengan adsorpsi Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per
sejumlah toksoid murni ruahanan pada pembawa dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida
mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai
aluminium hidroksida; menghasilkan campuran adsorben.
yang isotonik dengan darah. Pengawet antimikroba Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2
yang sesuai dapat ditambahkan. Pengawet g per L.
antimikroba tertentu, terutama golongan fenolik, Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan
berdampak buruk pada aktivitas antigenik dan tidak jumlah pengawet antimikroba menggunakan
boleh digunakan. Hanya vaksin ruahan akhir yang metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang
memenuhi syarat yang dapat digunakan pada dari jumlah minimum yang efektif dan tidak lebih
penyiapan lot akhir. dari 115% dari jumlah yang tertera pada label.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan
jumlah pengawet antimikroba menggunakan PENETAPAN POTENSI
metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang Lakukan salah satu metode yang ditentukan untuk
dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah pengujian vaksin tetanus jerap yang disetujui oleh
yang ditetapkan. instansi berwenang. Batas kepercayaan bawah (P =
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 0,95) dari potensi yang diperkirakan tidak kurang
mL untuk setiap media. dari 40 unit per dosis tunggal manusia.
farmasiindustri.com

LAMPIRAN
farmasiindustri.com

PENGUJIAN MIKROBIOLOGI SEDIAAN


NONSTERIL: UJI PENGHITUNGAN METODE PENGHITUNGAN
MIKROBA <52>
Pengujian dilakukan dengan metode
PENDAHULUAN Penyaringan Membran atau salah satu Metode
Angka Lempeng yang sesuai. Metode lain adalah
Bab ini menjelaskan tentang pengujian Angka Paling Mungkin (APM) yang secara umum
kuantitatif untuk bakteri mesofil dan kapang kurang akurat untuk penghitungan mikroba, namun
khamir yang dapat tumbuh pada kondisi aerob. sesuai untuk produk dengan tingkat kontaminasi
Pengujian ini dirancang untuk menentukan rendah.
apakah suatu bahan atau sediaan memenuhi Pemilihan metode pengujian berdasarkan
spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah beberapa faktor antara lain jenis produk yang diuji,
ditetapkan. Untuk pelaksanaan pengujian, ikuti batas mikroba yang dipersyaratkan, dan ukuran
petunjuk di bawah ini, termasuk jumlah sampel dan sampel yang memadai untuk memperkirakan
interpretasi hasil uji. kesesuaian dengan spesifikasi. Kesesuaian metode
Metode ini tidak dapat diaplikasikan untuk terpilih harus ditetapkan.
sediaan yang mengandung mikroba viabel sebagai
bahan aktif. UJI FERTILITAS, KESESUAIAN METODE
Prosedur mikrobiologi alternatif termasuk metode PENGHITUNGAN DAN KONTROL
otomatisasi dapat digunakan setelah dibuktikan NEGATIF
kesetaraannya dengan metode farmakope.
Ketentuan Umum
PROSEDUR UMUM Kemampuan metode untuk mendeteksi mikroba
pada sediaan yang diuji harus ditetapkan.
Pengujian dilakukan pada kondisi aseptik Jika terjadi perubahan kinerja pengujian atau
sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari perubahan sediaan yang mempengaruhi hasil uji,
kontaminasi mikroba luar terhadap sediaan, tetapi maka harus dilakukan kesesuaian terhadap metode.
tidak mempengaruhi mikroba yang diuji.
Jika sediaan yang akan diuji memiliki aktivitas Penyiapan Galur Mikroba Uji
antimikroba, sifat antimikroba dihilangkan atau Gunakan suspensi mikroba uji yang stabil,
dinetralkan sebelum diuji. Jika digunakan terstandar atau siapkan seperti yang tertera di
inaktivator, harus dibuktikan efikasi dan tidak bawah ini. Galur mikroba uji dipelihara dengan
toksik terhadap mikroba. teknik biakan lot benih hingga mikroba yang
Jika dalam penyiapan sampel digunakan digunakan untuk inokulasi tidak lebih dari 5 pasase
surfaktan, harus dibuktikan surfaktan tidak toksik dari master lot benih asli. Biakkan tiap galur
terhadap mikroba dan kompatibel dengan bakteri dan kapang khamir uji secara terpisah
inaktivator yang digunakan. seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Penyiapan dan Penggunaan Mikroba Uji

Kesesuaian Metode Penghitungan


Fertilitas
dalam Sediaan
Penyiapan Galur Total Mikroba Angka Kapang Total Mikroba Angka Kapang
Mikroba Uji
Uji Aerob dan Khamir Aerob dan Khamir
Staphylococcus Soybean-Casein Soybean-Casein Soybean-Casein
aureus ATCC Digest Agar atau Digest Agar Digest Agar/APM
6538, NCIMB Soybean- Casein dan Soybean- Soybean-Casein
9518, CIP 4.83, Digest Broth, Casein Digest Digest Broth,
atau NBRC 13276 30-35°, Broth, ≤100 koloni,
18-24 jam ≤100 koloni, 30-35°,
30-35°, ≤ 3 hari
≤ 3 hari

Pseudomonas Soybean-Casein Soybean-Casein Soybean-Casein


aeruginosa Digest Agar atau Digest Agar Digest Agar/APM
ATCC 9027, Soybean- Casein dan Soybean- Soybean-Casein
NCIMB 8626, CIP Digest Broth, Casein Digest Digest Broth,
82.118 atau NBRC 30-35°, Broth, ≤100 koloni,
13275 18-24 jam ≤100 koloni, 30-35°,
30-35°, ≤ 3 hari
farmasiindustri.com

≤ 3 hari
Bacillus subtilis Soybean-Casein Soybean-Casein Soybean-Casein
ATCC 6633, Digest Agar atau Digest Agar Digest Agar/APM
NCIMB 8054, CIP Soybean- Casein dan Soybean- Soybean-Casein
52.62 atau NBRC Digest Broth, Casein Digest Digest Broth,
3134 30-35°, Broth, ≤100 koloni,
18-24 jam ≤100 koloni, 30-35°,
30-35°, ≤ 3 hari
≤ 3 hari
Candida albicans Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud
ATCC 10231, Dextrose Agar Digest Agar, Dextrose Agar, Digest Agar, Dextrose Agar,
NCPF 3179, IP atau Sabouraud ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni,
48.72 atau NBRC Dextrose Broth, 30-35°, 20-25°, 30-35°, 20-25°,
1594 20-25°, ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari
2-3 hari APM: tidak ada
Aspergillus Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud
brasiliensis ATCC Dextrose Agar Digest Agar, Dextrose Agar, Digest Agar, Dextrose Agar,
16404, IMI 149007, atau Potato- ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni,
IP 1431.83 atau Dextrose Agar, 30-35°C 20-25°, 30-35°C, 20-25°,
NBRC 9455 20-25°, ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari
5-7 hari, atau APM: tidak ada
hingga diperoleh
sporulasi yang
baik

Untuk membuat suspensi mikroba uji gunakan uji fertilitas pada inokulum yang dibuat segar harus
Larutan Dapar Natrium Klorida-Pepton pH 7,0 sebanding dengan bets sebelumnya. Media cair
atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2; untuk dapat digunakan jika pertumbuhan mikroba uji
mempertahankan spora Aspergillus brasiliensis, terlihat jelas dan sebanding dengan hasil uji
tambahkan polisorbat 80 P 0,05% pada dapar. fertilitas bets media sebelumnya
Gunakan suspensi dalam waktu 2 jam, atau 24 jam
jika disimpan pada 2º- 8º. Sebagai alternatif Kesesuaian Metode Penghitungan Mikroba
penyiapan dan pengenceran suspensi segar sel dalam Sediaan
vegetatif A. brasiliensis atau B. subtilis, dapat
digunakan suspensi spora yang stabil dengan PENYIAPAN SAMPEL
volume yang sesuai untuk inokulasi. Suspensi Metode penyiapan sampel disesuaikan dengan
spora yang stabil dipertahankan pada 2º – 8º untuk sifat fisik sediaan yang diuji. Jika dengan prosedur
jangka waktu yang tervalidasi. yang diuraikan di bawah ini tidak ada yang
memuaskan maka harus dikembangkan prosedur
Kontrol Negatif lain yang sesuai.
Untuk membuktikan kesesuaian kondisi Sediaan Larut Air Larutkan atau encerkan
pengujian, dilakukan kontrol negatif menggunakan sediaan yang akan diuji (biasanya 1 dalam 10)
pelarut yang sesuai seperti pada penyiapan larutan dalam Larutan Dapar Natrium Klorida-Pepton pH
uji. Kontrol negatif harus menunjukkan tidak ada 7,0, atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2, atau
pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif juga Soybean-Casein Digest Broth, bila perlu atur pH
dilakukan pada saat pengujian seperti tertera pada hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan lebih lanjut
Pengujian Sediaan. Apabila terjadi kegagalan pada dengan pelarut yang sama.
kontrol negatif diperlukan investigasi. Sediaan Bukan Lemak yang Tidak Larut
dalam Air Suspensikan sediaan yang akan diuji
Fertilitas Media (biasanya 1 dalam 10) dalam Larutan Dapar
Uji setiap bets media siap pakai dan setiap bets Natrium Klorida-Pepton pH 7,0, atau Larutan
media yang dibuat dari media kering atau dari Dapar Fosfat pH 7,2, atau Soybean-Casein Digest
komponen yang tertera pada formula. Broth. Dapat ditambahkan surfaktan seperti
Inokulasi secara terpisah sejumlah mikroba polisorbat 80 P 1 g per L untuk membantu
(tidak lebih dari 100 koloni) ke dalam lempeng mensuspensikan bahan yang sulit dibasahi, jika
media Soybean-Casein Digest Broth, Soybean- perlu atur pH hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan
Casein Digest Agar dan Sabouraud Dextrose Agar lebih lanjut dengan pelarut yang sama.
seperti tertera pada Tabel 1. Inkubasi sesuai dengan Sediaan Berlemak Larutkan sediaan yang akan
kondisi yang tertera pada Tabel 1. diuji dalam isopropil miristat yang disterilkan
Untuk media padat, pertumbuhan yang diperoleh dengan cara penyaringan, atau campurkan sediaan
tidak boleh berbeda lebih dari dua kali nilai hitung yang akan diuji dengan sesedikit mungkin
inokulum standar. Pertumbuhan mikroba dan hasil polisorbat 80 steril atau surfaktan non-inhibitor lain
farmasiindustri.com

steril, jika perlu hangatkan dalam tangas air pada memastikan validitas hasil. Modifikasi prosedur
suhu tidak lebih dari 40º atau pada kasus tertentu dapat dilakukan dengan:
tidak lebih dari 45º. Aduk perlahan-lahan dan jika (1) Penambahan jumlah volume pengencer
perlu pertahankan suhu dalam tangas air. atau media biakan;
Tambahkan secukupnya pengencer yang telah (2) Penambahan larutan penetral khusus atau
dihangatkan hingga diperoleh pengenceran 1 dalam umum pada pengencer;
10. Aduk perlahan-lahan dan jika perlu (3) Penyaringan membran; atau
pertahankan suhu dengan waktu sesingkat mungkin (4) Kombinasi perubahan di atas.
untuk pembentukan emulsi. Lakukan pengenceran
bertingkat dengan pengencer yang mengandung Zat Penetral Zat penetral digunakan untuk
polisorbat 80 atau surfaktan non-inhibitor lain steril menetralkan aktivitas senyawa antimikroba (seperti
dengan kadar sesuai. yang tertera pada Tabel 2). Zat tersebut dapat
Cairan atau Padatan dalam bentuk Aerosol ditambahkan pada pelarut atau media yang sesuai
Pindahkan seluruh isi sediaan secara aseptik ke sebelum disterilkan. Zat penetral yang digunakan
dalam penyaring membran atau wadah steril yang harus menunjukkan efikasi dan tidak toksik
sesuai untuk pengambilan sampel. Gunakan seluruh terhadap mikroba yang dibuktikan dengan
isi atau sejumlah tertentu sediaan dari tiap wadah penambahan zat penetral pada blangko tanpa
yang diuji. sediaan.
“Transdermal Patches” Lepaskan lapisan
pelindung, letakkan bagian berperekat menghadap Tabel 2. Zat Penetral /Metode Umum
ke atas pada lempeng kaca atau baki plastik steril. untuk Zat Penghambat
Agar tidak saling menempel, tutup permukaan
berperekat dengan bahan berpori steril yang sesuai Zat Penghambat Zat Penetral /Metode
(misal kasa steril), kemudian pindahkan lembaran Glutaraldehid, raksa Natrium hidrogen sulfit
transdermal dalam wadah berisi pengencer yang (Natrium bisulfit)
mengandung inaktivator seperti polisorbat 80 Fenolik, alkohol,
dan/atau lesitin dengan volume yang sesuai. Kocok Pengenceran
aldehid, sorbat
kuat selama tidak kurang dari 30 menit. Aldehid Glisin
Senyawa amonium
INOKULASI DAN PENGENCERAN kuartener,
Tambahkan suspensi mikroba uji pada sampel parahidroksibenzoat Lesitin
dan kontrol (pengencer tanpa sampel) seperti yang (paraben), bis-
tertera diatas, untuk mendapatkan inokulum dengan biguanida
jumlah tidak lebih dari 100 koloni. Volume Senyawa amonium
suspensi inokulum yang ditambahkan tidak lebih kuartener, iodin, Polisorbat
dari 1% dari volume sediaan yang diencerkan. paraben
Untuk menunjukkan perolehan kembali mikroba Raksa Tioglikolat
uji yang dapat diterima dari sediaan, gunakan Raksa, halogen,
sampel dengan faktor pengenceran terendah yang Tiosulfat
aldehid
memungkinkan. Jika tidak memungkinkan karena EDTA (edetat) Ion Mg atau Ca
terdapat aktivitas antimikroba atau kelarutan yang
rendah, perlu dikembangkan protokol uji yang Jika tidak ditemukan metode netralisasi yang
sesuai. Jika penghambatan pertumbuhan mikroba sesuai, dapat diartikan bahwa kegagalan isolasi
dari sampel tidak dapat dihindari, alikuot suspensi
mikroba yang diinokulasikan disebabkan oleh
mikroba dapat ditambahkan setelah proses
aktivitas antimikroba dari sediaan. Hal ini
netralisasi, pengenceran atau penyaringan.
menunjukkan bahwa sediaan tidak mungkin
terkontaminasi spesies mikroba uji yang digunakan.
NETRALISASI/PENGHILANGAN Lakukan pengujian dengan faktor pengenceran
AKTIVITAS ANTIMIKROBA tertinggi yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba
Jumlah perolehan kembali mikroba uji dari
uji dan kriteria keberterimaan khusus. Sebagai
sampel yang disiapkan seperti tertera pada
informasi, produk mungkin dapat menghambat
Inokulasi dan Pengenceran, dan diinkubasi
spesies mikroba spesifik tertentu seperti tertera
mengikuti prosedur yang tertera pada Perolehan
pada Tabel 1, namun tidak dapat menghambat galur
kembali mikroba uji dalam sediaan, dibandingkan mikroba lainnya.
dengan jumlah perolehan kembali mikroba uji dari
kontrol.
PEROLEHAN KEMBALI MIKROBA UJI
Jika pertumbuhan terhambat (dengan faktor
DALAM SEDIAAN
reduksi lebih besar dari 2), harus dilakukan
Untuk tiap mikroba yang tercantum seperti
modifikasi prosedur uji penghitungan untuk
tertera pada Tabel 1, lakukan uji terpisah. Hanya
farmasiindustri.com

mikroba dari galur uji yang ditambahkan yang Membran atau Metode Angka Lempeng Total.
dihitung. Hasilnya tidak dapat diandalkan terutama untuk
Penyaringan Membran Gunakan penyaring penghitungan kapang. Metode APM dapat
membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 digunakan untuk menghitung ALT jika tidak ada
µm. Jenis bahan penyaring dipilih sedemikian rupa metode lain yang. Jika metode APM telah
sehingga kemampuan menahan bakteri tidak ditetapkan, lakukan pengujian seperti dibawah ini.
dipengaruhi oleh kandungan sampel uji. Gunakan Siapkan minimal tiga seri pengenceran (10-1,
satu membran penyaring untuk tiap mikroba uji. 10-2, 10-3) sediaan dengan cara seperti tertera pada
Pindahkan sejumlah sampel yang sesuai yang Penyiapan Sampel, Inokulasi dan Pengenceran
disiapkan seperti tertera pada Penyiapan Sampel, serta Netralisasi/ Penghilangan Aktivitas
Inokulasi dan Pengenceran serta Netralisasi/ Antimikroba. Dari tiap tingkat pengenceran
Penghilangan Aktivitas Antimikroba (setara 1 g sediaan, inokulasikan masing-masing tiga alikot 1 g
sediaan, atau kurang dari 1 g jika diperkirakan atau 1 mL ke dalam tiga seri tabung berisi 9 – 10
jumlah koloni besar) ke dalam penyaring membran, mL media Soybean-Casein Digest Broth. Jika
saring segera dan bilas penyaring membran dengan perlu tambahkan surfaktan seperti polisorbat 80
sejumlah tertentu volume pengencer. atau inaktivator senyawa antimikroba ke dalam
Untuk menentukan Angka Lempeng Total media. Jika dibuat tiga tingkat pengenceran, maka
(ALT) mikroba aerob, pindahkan penyaring diperoleh 9 tabung terinokulasi.
membran ke permukaan lempeng media Soybean- Inkubasi semua tabung yang telah diinokulasi
Casein Digest Agar (SCDA). Untuk menentukan pada suhu 30° - 35° selama tidak lebih dari 3 hari.
Angka Kapang Khamir (AKK), pindahkan Jika terdapat kesulitan dalam membaca hasil, atau
membran ke permukaan lempeng media Sabouraud ketidakyakinan terhadap sifat dari sediaan yang
Dextrose Agar. Inkubasi seperti tertera pada Tabel diuji, lakukan sub-kultur pada media Broth yang
1. Lakukan pengamatan dan penghitungan. sama atau Soybean Casein Digestic Agar selama 1
Metode Angka Lempeng Total Metode angka sampai 2 hari pada suhu yang sama, gunakan hasil
lempeng total dilakukan setidaknya duplo untuk ini. Dengan menggunakan Tabel 3 dapat ditentukan
tiap media, dan hasil merupakan rata-rata hitung angka paling mungkin (APM) per g atau per mL
jumlah koloni. sediaan uji.
Metode Tuang Untuk cawan Petri berdiameter 9
cm, tambahkan 1 mL sampel yang disiapkan Tabel 3. Nilai Angka Paling Mungkin Mikroba
seperti tertera pada Penyiapan Sampel, Inokulasi
dan Pengenceran serta Netralisasi /Penghilangan Kombinasi jumlah APM
Aktivitas Antimikroba ke dalam tiap cawan dan tabung pada tiap seri per g Batas
kemudian tambahkan 15 - 20 mL Soybean-Casein yang menunjukkan atau Kepercayaan
Digest Agar atau Sabouraud Dextrose Agar pada pertumbuhan per mL 95%
suhu tidak lebih dari 45°. Jika digunakan cawan sediaan
Petri yang lebih besar, sesuaikan jumlah media. Jumlah g atau mL
Lakukan duplo untuk tiap mikroba uji yang tertera sediaan per tabung
pada Tabel 1. 0,1 0,01 0,001
Inkubasi seperti tertera pada Tabel 1. Hitung 0 0 0 <3 0 - 9,4
jumlah koloni rata-rata dari tiap cawan media dan 0 0 1 3 0,1 - 9,5
hitung jumlah koloni inokulum awal. 0 1 0 3 0,1 - 10
Metode Sebar Untuk cawan Petri berdiameter 9 0 1 1 6,1 1,2 - 17
cm, tambahkan 15-20 mL Soybean-Casein Digest 0 2 0 6,2 1,2 - 17
Agar atau Sabouraud Dextrose Agar pada suhu 0 3 0 9,4 3,5 - 35
lebih kurang 45° pada tiap cawan Petri, dan biarkan
1 0 0 3,6 0,2 - 17
memadat. Jika digunakan cawan Petri yang lebih
1 0 1 7,2 1,2 - 17
besar, sesuaikan jumlah media. Keringkan lempeng
1 0 2 11 4 - 35
media dalam laminar air flow atau dalam
inkubator. Lakukan duplo untuk tiap mikroba uji 1 1 0 7,4 1,3 - 20
yang tertera pada Tabel 1. Inokulasikan 0,1 mL 1 1 1 11 4 - 35
sampel yang disiapkan seperti pada Penyiapan 1 2 0 11 4 - 35
Sampel, Inokulasi dan Pengenceran serta 1 2 1 15 5 - 38
Netralisasi/ Penghilangan Aktivitas Antimikroba 1 3 0 16 5 - 38
dengan menyebarkan pada permukaan lempeng 2 0 0 9,2 1,5 - 3,5
media. Inkubasi dan hitung jumlah koloni seperti 2 0 1 14 4 - 35
yang telah dijelaskan pada Metode Tuang. 2 0 2 20 5 - 38
Metode Angka Paling Mungkin (APM) 2 1 0 15 4 - 38
Metode APM kurang presisi dan akurat 2 1 1 20 5 - 38
dibandingkan dengan Metode Penyaringan 2 1 2 27 9 - 94
farmasiindustri.com

2 2 0 21 5 - 40 yang diuji harus 1% dari bets kecuali ditetapkan


2 2 1 28 9 - 94 jumlah sampel yang lebih kecil dan disetujui.
2 2 2 35 9 - 94 Untuk sediaan dengan total keseluruhan bets
2 3 0 29 9 - 94 kurang dari 200 unit (misal sampel untuk uji
2 3 1 36 9 - 94 klinis), ukuran sampel dapat dikurangi menjadi dua
3 0 0 23 5 - 94 unit, atau satu unit jika kurang dari 100 unit.
3 0 1 38 9 - 104 Ambil sampel secara acak dari ruahan sediaan
3 0 2 64 16 - 181 atau dari wadah yang tersedia pada saat pengerjaan.
3 1 0 43 9 - 181 Untuk mendapatkan jumlah yang diperlukan,
campurkan sejumlah isi wadah hingga mencapai
3 1 1 75 17 - 199
jumlah sampel yang cukup.
3 1 2 120 30 - 360
3 1 3 160 30 - 380
Pemeriksaan Sediaan
3 2 0 93 18 - 360
3 2 1 150 30 - 380 PENYARINGAN MEMBRAN
3 2 2 210 30 - 400 Gunakan alat penyaring yang dirancang
3 2 3 290 90 - 990 sedemikian rupa sehingga memungkinkan
3 3 0 240 40 - 990 pemindahan penyaring membran ke media.
3 3 1 460 90 - 1980 Siapkan sampel menggunakan metode seperti yang
3 3 2 1100 200 - 4000 tertera pada Uji Fertilitas dan Kesesuaian Metode
3 3 3 >1100 Penghitungan, masukkan sejumlah tertentu sampel
ke dalam dua penyaring membran, saring segera.
HASIL DAN INTERPRETASI Bilas tiap penyaring sesuai dengan prosedur.
Dalam memverifikasi kesesuaian Metode Untuk menentukan Angka Lempeng Total
Penyaringan Membran atau Metode Angka (ALT) mikroba aerob, pindahkan satu penyaring
Lempeng Total, perbedaan jumlah rata-rata dari membran ke permukaan Soybean-Casein Digestic
tiap mikroba uji tidak lebih besar dari dua kali nilai Agar, dan inkubasi pada suhu 30° - 35° selama 3 –
kontrol tanpa sediaan seperti tertera pada Inokulasi 5 hari. Untuk menentukan Angka Kapang Khamir
dan Pengenceran. (AKK), pindahkan satu penyaring membran yang
Dalam memverifikasi kesesuaian Metode APM, lain ke permukaan Sabouraud Dextrose Agar, dan
nilai yang dihitung dari inokulum harus dalam inkubasi pada suhu 20° - 25° selama 5-7 hari.
batas kepercayaan 95% dari nilai kontrol. Hitung jumlah koloni per g atau per mL sediaan.
Jika kriteria tersebut di atas tidak dapat dipenuhi Untuk pengujian sampel ―transdermal patches‖,
untuk satu atau lebih mikroba yang diuji dengan secara terpisah saring 10% dari volume larutan
metode tersebut diatas, maka digunakan metode seperti yang tertera pada Penyiapan Sampel
dan kondisi uji yang paling mendekati kriteria menggunakan masing-masing dari dua penyaring
untuk menguji sediaan. membran steril. Pindahkan satu membran pada
Soybean-Casein Digest Agar untuk ALT dan
PENGUJIAN SEDIAAN membran lainnya pada Sabouraud Dextrose Agar
untuk AKK.
Jumlah Sediaan yang Digunakan
untuk Pengujian METODE ANGKA LEMPENG TOTAL
Metode Tuang Siapkan sampel menggunakan
Jika tidak dinyatakan lain, gunakan 10 g atau 10 metode yang sesuai seperti yang tertera pada Uji
mL sediaan uji yang disiapkan dengan cara seperti Fertilitas dan Kesesuaian Metode Penghitungan.
di atas. Untuk sediaan cairan atau padatan dalam Siapkan untuk masing-masing media sekurang-
bentuk aerosol, gunakan 10 wadah sampel, kurangnya dua cawan Petri untuk tiap tingkat
demikian juga untuk sampel ―transdermal pengenceran. Inkubasi lempeng Soybean-Casein
patches‖. Digest Agar pada suhu 30° - 35° selama 3 – 5 hari
Jumlah yang diuji dapat dikurangi untuk sediaan dan lempeng Sabouraud Dextrose Agar pada suhu
dengan bahan aktif yang dibuat dalam jumlah per 20° - 25° selama 5-7 hari. Pilih cawan dari satu
unit dosis (contoh tablet, kapsul, injeksi) kurang tingkat pengenceran dengan jumlah koloni tertinggi
dari atau sama dengan 1 mg, atau jumlah per g atau kurang dari 250 untuk ALT dan 50 untuk AKK.
per mL (untuk sediaan tidak dalam unit dosis) Hitung jumlah rata-rata koloni dalam media biakan
kurang dari 1 mg. Dalam hal ini jumlah sampel dan jumlah koloni per g atau per mL sediaan.
yang diuji tidak kurang dari jumlah dalam 10 unit Metode Sebar Siapkan sampel dengan metode
dosis atau 10 g atau 10 mL sediaan. yang sesuai seperti yang tertera pada Uji Fertilitas
Untuk bahan aktif dengan jumlah sampel dan Kesesuaian Metode Penghitungan. Siapkan
terbatas atau ukuran bets sangat kecil (misalnya sekurang-kurangnya dua cawan Petri untuk tiap
kurang dari 1000 mL atau 1000 g), jumlah sampel media dan tiap tingkat pengenceran. Untuk
farmasiindustri.com

inkubasi dan penghitungan jumlah koloni, lakukan ditetapkan. Untuk pelaksanaan pengujian, ikuti
seperti yang tertera pada Metode Tuang. petunjuk di bawah ini, termasuk jumlah sampel dan
interpretasi hasil uji.
METODE ANGKA PALING MUNGKIN (APM) Prosedur mikrobiologi alternatif termasuk
Siapkan dan encerkan sampel dengan metode metode otomatisasi dapat digunakan setelah
sesuai seperti yang tertera pada Uji Fertilitas dan dibuktikan kesetaraannya dengan metode
Kesesuaian Metode Penghitungan. Inkubasi semua farmakope.
tabung selama 3-5 hari pada suhu 30°-35°. Jika
perlu, lakukan subkultur menggunakan metode PROSEDUR UMUM
yang sesuai. Catat jumlah tabung yang
menunjukkan pertumbuhan mikroba pada tiap Penyiapan sampel dilakukan seperti tertera pada
tingkat pengenceran. Tentukan APM mikroba per g Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
atau per mL sediaan yang diuji berdasarkan Tabel Penghitungan Mikroba <52>.
3. Jika sediaan yang akan diuji memiliki aktifitas
antimikroba, sifat antimikroba dihilangkan atau
Interpretasi Hasil dinetralkan seperti tertera pada Pengujian
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan
Angka Lempeng Total (ALT) mikroba aerob Mikroba <52>.
dianggap sama dengan jumlah koloni yang Jika dalam penyiapan sampel digunakan
ditemukan pada Soybean-Casein Digest Agar; jika surfaktan, harus dibuktikan surfaktan tidak toksik
koloni jamur ditemukan pada media ini, maka terhadap mikroba dan kompatibel dengan
dihitung sebagai bagian dari ALT. Angka Kapang inaktivator yang digunakan seperti tertera pada
dan Khamir (AKK) dianggap sama dengan jumlah Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
koloni yang ditemukan pada Sabouraud Dextrose Penghitungan Mikroba <52>.
Agar; jika koloni bakteri ditemukan pada media ini,
maka dihitung sebagai bagian dari AKK. Jika AKK FERTILITAS DAN DAYA HAMBAT DARI
diperkirakan melebihi kriteria keberterimaan MEDIA, KESESUAIAN UJI DAN
karena adanya pertumbuhan bakteri, dapat KONTROL NEGATIF
digunakan Sabouraud Dextrose Agar yang
mengandung antibiotik. Jika penghitungan Kemampuan metode untuk mendeteksi mikroba
dilakukan menggunakan metode APM, nilai pada sediaan yang diuji harus ditetapkan. Jika
penghitungan yang diperoleh merupakan Angka terjadi perubahan kinerja pengujian atau perubahan
Lempeng Total (ALT) mikroba aerob. sediaan yang mempengaruhi hasil uji, maka harus
Jika telah ditetapkan kriteria keberterimaan dilakukan kesesuaian terhadap metode.
untuk mutu mikrobiologi, maka diinterpretasikan
sebagai berikut: Penyiapan Galur Uji
- 101 koloni: maksimum penghitungan yang dapat
diterima = 20; Gunakan suspensi mikroba uji yang stabil,
- 102 koloni: maksimum penghitungan yang dapat terstandar seperti yang tertera di bawah ini. Galur
diterima = 200; mikroba uji dipelihara dengan teknik biakan lot
- 103 koloni: maksimum penghitungan yang dapat benih sehingga mikroba yang digunakan untuk
diterima = 2000; dan seterusnya. inokulasi tidak lebih dari 5 pasase dari master lot
Larutan dan media yang direkomendasikan benih asli.
tertera pada Pengujian Mikrobiologi Sediaan
Nonsteril: Uji Mikroba Spesifik <53>. MIKROBA AEROB
Biakkan masing-masing galur bakteri secara
terpisah dalam wadah berisi media Soybean-Casein
Digest Broth atau Soybean-Casein Digest Agar,
PENGUJIAN MIKROBIOLOGI pada suhu 30° - 35° selama 18 - 24 jam. Biakkan
SEDIAAN NONSTERIL: UJI MIKROBA galur uji Candida albicans secara terpisah pada
SPESIFIK <53> Sabouraud Dextrose Agar atau dalam Sabouraud
Dextrose Broth pada suhu 20° - 25° selama 2 - 3
PENDAHULUAN hari.

Bab ini menjelaskan tentang keberadaan atau Staphylococcus ATCC 6538, NCIMB
batas mikroba spesifik yang dapat dideteksi dengan aureus 9518, CIP 4.83 atau
kondisi dan metode yang sesuai. NBRC 13276
Pengujian ini dirancang untuk menetapkan Pseudomonas ATCC 9027, NCIMB
apakah suatu bahan atau sediaan memenuhi kriteria aeruginosa 8626, CIP 82.118 atau
spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah NBRC 13275
farmasiindustri.com

Escherichia coli ATCC 8739, NCIMB Reinforced Medium for Clostridia pada suhu 30° -
8545, CIP 53.126 atau 35° selama 24 - 48 jam. Sebagai alternatif
NBRC 3972 penyiapan dan pengenceran suspensi segar sel
Salmonella enterica ATCC 14028 vegetatif Cl. Sporogenes, dapat digunakan suspensi
subsp. enterica spora yang stabil untuk inokulasi. Suspensi spora
serovar Typhimurium yang stabil dipertahankan pada suhu 2°- 8° untuk
atau sebagai pilihan jangka waktu yang tervalidasi.
lain
Salmonella enterica NBRC 100797, NCTC Kontrol Negatif
subsp. enterica 6017 atau CIP 80.39 Untuk memverifikasi kesesuaian kondisi
serovar Abony pengujian, dilakukan kontrol negatif menggunakan
Candida albicans ATCC 10231, NCPF pelarut yang sesuai menggantikan larutan uji.
3179, IP 48.72 atau Kontrol negatif harus menunjukkan tidak ada
NBRC 1594 pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif juga
dilakukan pada saat pengujian seperti tertera pada
Gunakan Larutan Dapar natrium klorida–pepton Pengujian Sediaan. Apabila terjadi kegagalan pada
pH 7,0 atau Larutan Dapar fosfat pH 7,2 untuk kontrol negatif diperlukan investigasi.
membuat suspensi uji. Gunakan suspensi tersebut
dalam waktu 2 jam atau jika digunakan sampai 24 Fertilitas dan Daya Hambat Media
jam harus disimpan pada suhu 2° - 8°. Uji tiap bets media siap pakai dan tiap bets
media yang dibuat dari media kering atau dari
CLOSTRIDIA komponen yang tertera pada formula. Verifikasi
Gunakan Clostridium sporogenes ATCC 11437 kesesuaian sifat dari media yang relevan seperti
(NBRC 14293, NCIMB 12343, CIP 100651) atau yang tertera pada Tabel 1.
ATCC 19404 (NCTC 532 atau CIP 79.3). Biakkan
galur uji Clostridia dalam kondisi anaerob pada

Tabel 1. Fertilitas, Daya Hambat, dan Indikatif dari Media

Uji/Media Sifat Mikroba Uji


Uji Bakteri Gram Negatif
Bile-Tolerant
Enterobacteria Enrichment Fertilitas E. coli
Broth Mossel P.aeruginosa
Daya hambat S. aureus
Violet Red Bile Glucose Fertilitas + indikatif E.coli
Agar P.aeruginosa
Uji Escherichia coli
MacConkey Broth Fertilitas E.coli
Daya hambat S. aureus
MacConkey Agar Fertilitas + indikatif E.coli
Uji Salmonella
Rappaport Vassiliadis Fertilitas Salmonella enterica subsp. enterica
Salmonella Enrichment serovar Typhimurium atau
Broth Salmonella enterica subsp. enterica
serovar Abony
Daya hambat S.aureus
Xylose Lysine Fertilitas + indikatif Salmonella enterica subsp. enterica
Deoxycholate Agar serovar Typhimurium atau
Salmonella enterica subsp. enterica
serovar Abony
Uji Pseudomonas
aeruginosa
Cetrimide Agar Fertilitas P.aeruginosa
farmasiindustri.com

Uji/Media Sifat Mikroba Uji


Penghambatan Daya E.coli
hambat
Uji Staphylococcus aureus
Mannitol Salt Agar Fertilitas + indikatif S.aureus
Penghambatan Daya E.coli
hambat
Uji Clostridia
Reinforced Medium for Fertilitas Cl.sporogenes
Clostridia
Columbia Agar Fertilitas Cl.sporogenes
Uji Candida albicans
Sabouraud Dextrose Broth Fertilitas C.albicans
Sabouraud Dextrose Agar Fertilitas + indikatif C.albicans

UJI FERTILITAS MEDIA CAIR Kesesuaian Metode Uji


Inokulasi sejumlah mikroba uji (tidak lebih dari
100 koloni) ke dalam media yang sesuai. Inkubasi Untuk masing-masing sediaan baru yang diuji,
pada suhu tertentu selama tidak lebih dari periode lakukan penyiapan sampel seperti tertera pada
terpendek seperti tertera pada prosedur uji. Pengujian Sediaan. Pada saat pencampuran,
Pertumbuhan mikroba uji harus terlihat jelas dan tambahkan secara terpisah masing-masing suspensi
harus sebanding dengan hasil uji fertilitas bets mikroba uji sejumlah tidak lebih dari 100 koloni.
media sebelumnya. Lakukan uji seperti tertera pada Pengujian
Sediaan dengan masa inkubasi terpendek.
UJI FERTILITAS MEDIA PADAT Mikroba uji spesifik harus dapat dideteksi
Gunakan Metode Sebar seperti tertera pada dengan reaksi indikasi seperti dijelaskan dalam
Metode Angka Lempeng Total dalam Pengujian Pengujian Sediaan.
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Adanya aktivitas antimikroba pada sediaan
Mikroba <52>. Inokulasi masing-masing lempeng memerlukan modifikasi prosedur uji seperti tertera
dengan sejumlah mikroba uji yang sesuai (tidak pada Netralisasi/ Penghilangan Aktivitas
lebih dari 100 koloni). Inkubasi pada suhu tertentu Antimikroba dalam Pengujian Mikrobiologi
selama tidak lebih dari periode terpendek seperti Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba
tertera dalam prosedur uji. Pertumbuhan mikroba <52>.
harus sebanding dengan hasil uji fertilitas bets Untuk sediaan tersebut, jika aktivitas
media sebelumnya. antimikroba untuk mikroba tertentu tidak dapat
dinetralisasi, dapat diasumsikan bahwa mikroba
UJI DAYA HAMBAT MEDIA CAIR ATAU yang dihambat tersebut tidak ada dalam sediaan.
PADAT
Inokulasi sejumlah mikroba uji tidak kurang dari PENGUJIAN SEDIAAN
100 koloni pada media yang sesuai. Inkubasi pada Uji Bakteri Gram Negatif Bile-Tolerant
suhu tertentu selama tidak kurang dari periode
terpanjang seperti tertera pada prosedur uji. Tidak PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI
terdapat pertumbuhan mikroba uji. Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10
menggunakan tidak kurang dari 1 g sediaan yang
UJI INDIKATIF MEDIA akan diuji seperti tertera pada Pengujian
Gunakan Metode Sebar seperti tertera pada Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan
Metode Angka Lempeng Total dalam Pengujian Mikroba <52>, tetapi gunakan Soybean-Casein
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril : Uji Penghitungan Digest Broth sebagai pengencer, campur, dan
Mikroba <52>. Inokulasi masing-masing lempeng inkubasi pada suhu 20° - 25° selama waktu yang
dengan sejumlah mikroba uji yang sesuai (tidak cukup untuk menumbuhkan bakteri tetapi tidak
lebih dari 100 koloni). Inkubasi pada suhu tertentu cukup untuk memicu multiplikasi mikroba
selama rentang waktu seperti tertera pada prosedur (biasanya 2 jam tetapi tidak lebih dari 5 jam).
uji. Koloni mikroba uji harus terlihat jelas dan
menunjukkan reaksi indikasi yang sama dengan UJI KUALITATIF
bets media sebelumnya. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, inokulasi sejumlah volume setara
dengan 1 g sediaan seperti tertera pada Penyiapan
farmasiindustri.com

Sampel dan Pra-inkubasi dalam media sampel tersebut hingga masing-masing


Enterobacteria Enrichment Broth Mossel. Inkubasi mengandung 0,1 g; 0,01 g dan 0,001 g (atau 0,1
pada suhu 30° - 35° selama 24 - 48 jam. Lakukan mL; 0,01 mL dan 0,001 mL). Inkubasi pada suhu
subkultur pada lempeng Violet Red Bile Glucose 30° - 35° selama 24-48 jam. Lakukan subkultur
Agar. Inkubasi pada suhu 30°- 35° selama 18 - 24 dengan menginokulasi masing-masing biakan pada
jam. lempeng Violet Red Bile Glucose Agar. Inkubasi
Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat pada suhu 30° - 35° selama 18 – 24 jam.
pertumbuhan koloni. Interpretasi Hasil positif ditunjukkan dengan
adanya pertumbuhan koloni. Catat jumlah terkecil
UJI KUANTITATIF dari sediaan yang memberikan hasil positif dan
Seleksi dan subkultur Inokulasi sejumlah jumlah terbesar dari sediaan yang memberikan
sediaan yang akan diuji ke dalam media hasil negatif. Tentukan angka yang mungkin dari
Enterobacteria Enrichment Broth Mossel dengan bakteri menggunakan Tabel 2.
penyiapan seperti tertera pada Penyiapan Sampel
dan Pra-inkubasi dan/atau lakukan pengenceran

Tabel 2. Interpretasi Hasil

Hasil dari Masing-Masing


Jumlah Sediaan
Angka yang mungkin dari Bakteri
0,1 g 0,01 g 0,001 g
per g atau per mL Sediaan
atau atau atau
0,1 mL 0,01 mL 0,001 mL
+ + + Lebih dari 103
+ + - Kurang dari 103 dan lebih dari 102
+ - - Kurang dari 102 dan lebih dari 10
- - - Kurang dari 10

Escherichia coli Salmonella

PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI


Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10 Siapkan sediaan yang akan diuji seperti tertera
menggunakan tidak kurang dari 1 g sediaan yang pada Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
akan diuji seperti tertera pada Pengujian Penghitungan Mikroba <52>, dan gunakan
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan sejumlah tertentu sediaan yang akan diuji setara
Mikroba <52>, dan gunakan 10 mL atau sejumlah dengan tidak kurang dari 10 g atau 10 mL,
tertentu setara dengan 1 g atau 1 mL sediaan yang inokulasikan ke dalam sejumlah volume media
akan diuji, inokulasikan ke dalam sejumlah volume Soybean-Casein Digest Broth (seperti tertera pada
media Soybean-Casein Digest Broth seperti tertera Kesesuaian metode uji), campur, dan inkubasi pada
dalam Kesesuaian Metode Uji, campur, dan suhu 30°-35 selama 18-24 jam.
inkubasi pada suhu 30° - 35 selama 18 - 24 jam.
SELEKSI DAN SUBKULTUR
SELEKSI DAN SUBKULTUR Pindahkan 0,1 mL Soybean-Casein Digest Broth
Kocok wadah, pindahkan 1 mL Soybean-Casein ke dalam 10 mL media Rappaport Vasiliadis
Digest Broth ke dalam 100 mL MacConkey Broth, Salmonella Enrichment Broth, inkubasi pada suhu
inkubasi pada suhu 42°-44 selama 24-48 jam. 30°-35 selama 18-24 jam. Lakukan subkultur pada
Lakukan subkultur pada lempeng MacConkey Agar, lempeng Xylose Lysine Deoxycholate Agar. Inkubasi
inkubasi pada suhu 30°- 35 selama 18 - 72 jam. pada suhu 30° - 35 selama 18 - 48 jam.

INTERPRETASI INTERPRETASI
Pertumbuhan koloni menunjukkan kemungkinan Pertumbuhan koloni berwarna merah, dengan
adanya E.coli yang dikonfirmasi dengan uji atau tanpa titik hitam di bagian tengah menunjukkan
identifikasi. kemungkinan adanya Salmonella yang dikonfirmasi
Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat dengan uji identifikasi.
pertumbuhan koloni atau jika hasil konfirmasi uji Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat
identifikasi negatif. pertumbuhan koloni seperti diuraikan atau jika hasil
konfirmasi uji identifikasi negatif.
farmasiindustri.com

Pseudomonas aeruginosa SELEKSI DAN SUBKULTUR


Lakukan subkultur pada lempeng Mannitol Salt
PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI Agar dan inkubasi pada suhu 30 - 35 selama 18 -
Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10 72 jam.
digunakan menggunakan tidak kurang dari 1 g
sediaan yang akan diuji seperti tertera pada INTERPRETASI
Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Pertumbuhan koloni berwarna kuning atau putih
Penghitungan Mikroba <52>, dan gunakan 10 mL dikelilingi zona kuning menunjukkan kemungkinan
atau sejumlah tertentu setara dengan 1 g atau 1 mL adanya S.aureus yang dikonfirmasi dengan uji
sediaan yang akan diuji, inokulasikan ke dalam identifikasi.
sejumlah volume media Soybean-Casein Digest Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat
Broth (seperti tertera pada Kesesuaian Metode Uji), pertumbuhan koloni seperti diuraikan atau jika hasil
dan campur. konfirmasi uji identifikasi negatif.
Untuk menguji ―transdermal patches‖, saring
sejumlah volume sampel setara dengan satu ―patch‖ Clostridia
(seperti tertera pada ―Transdermal Patches‖ dalam
Penyiapan sampel dalam Pengujian Mikrobiologi PENYIAPAN SAMPEL DAN PERLAKUAN PANAS
Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10
<52>) menggunakan penyaring membran steril, dan (total volume minimum 20 mL) menggunakan tidak
masukkan membran ke dalam 100 mL media kurang dari 2 g atau 2 mL sediaan yang akan diuji
Soybean-Casein Digest Broth. Inkubasi pada suhu seperti tertera pada Pengujian Mikrobiologi Sediaan
30° - 35 selama 18-24 jam. Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba <52>.
Pisahkan sampel menjadi dua bagian, sekurang-
SELEKSI DAN SUBKULTUR kurangnya 10 mL. Panaskan satu bagian pada 80
Lakukan subkultur pada lempeng Cetrimide Agar selama 10 menit, dinginkan dengan cepat. Satu
dan inkubasi pada suhu 30 - 35 selama 18 - 72 bagian lainnya tidak dipanaskan.
jam.
INTERPRETASI SELEKSI DAN SUBKULTUR
Pertumbuhan koloni menunjukkan kemungkinan Gunakan 10 mL atau sejumlah tertentu setara
adanya P.aeruginosa yang dikonfirmasi dengan uji dengan 1 g atau 1 mL sediaan yang akan diuji dari
identifikasi. kedua bagian, inokulasikan ke dalam sejumlah
Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat volume media Reinforced Medium for Clostridia
pertumbuhan koloni atau jika hasil konfirmasi uji (seperti tertera pada Kesesuaian Metode Uji).
identifikasi negatif. Inkubasi pada kondisi anaerob pada suhu 30 - 35
selama 48 jam. Setelah inkubasi, buat subkultur dari
Staphylococcus aureus masing-masing wadah pada Columbia agar, dan
inkubasi pada kondisi anaerob pada suhu 30 - 35
PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI selama 48 - 72 jam.
Siapkan sampel dengan pengenceran 1 dalam 10
menggunakan tidak kurang dari 1 g sediaan yang INTERPRETASI
akan diuji seperti tertera pada Pengujian Pertumbuhan koloni anaerob bentuk batang
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan (dengan atau tanpa endospora) memberikan reaksi
Mikroba <52>, dan gunakan 10 mL atau sejumlah katalase negatif, menunjukkan adanya Clostridia
tertentu setara dengan 1 g atau 1 mL sediaan yang yang dikonfirmasi dengan uji identifikasi.
akan diuji, inokulasikan ke dalam sejumlah volume Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat
media Soybean-Casein Digest Broth (seperti tertera pertumbuhan koloni seperti diuraikan atau jika hasil
pada Kesesuaian Metode Uji), dan homogenisasi. konfirmasi uji identifikasi negatif.
Untuk menguji ―transdermal patches‖, saring
sejumlah volume sampel setara dengan satu ―patch‖ Candida albicans
(seperti tertera pada ―Transdermal Patches‖ dalam
Penyiapan Sampel dalam Pengujian Mikrobiologi PENYIAPAN SAMPEL DAN PRA-INKUBASI
Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba Siapkan sediaan yang akan diuji seperti tertera
<52>) menggunakan penyaring membran steril, dan pada Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
masukkan membran ke dalam 100 mL media Penghitungan Mikroba <52>, dan gunakan 10 mL
Soybean-Casein Digest Broth. Inkubasi pada suhu atau sejumlah tertentu setara dengan tidak kurang
30 - 35 selama 18 - 24 jam. dari 1 g atau 1 mL sediaan yang akan diuji,
inokulasikan ke dalam 100 mL media Sabouraud
Dextrose Broth, dan campur. Inkubasi pada suhu
30 - 35 selama 3 - 5 hari.
farmasiindustri.com

SELEKSI DAN SUBKULTUR Pancreatic digest of casein 15,0 g


Lakukan subkultur pada lempeng Sabouraud Papaic digest of soybean 5,0 g
Dextrose Agar, dan inkubasi pada suhu 30 - 35 Natrium klorida 5,0 g
selama 24 - 48 jam. Agar 15,0 g
Air murni 1000 mL
INTERPRETASI Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,3 
Pertumbuhan koloni berwarna putih menunjukkan 0,2 pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
kemungkinan adanya C.albicans yang dikonfirmasi dengan siklus yang tervalidasi.
dengan uji identifikasi.
Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat
pertumbuhan koloni seperti diuraikan atau jika hasil Sabouraud Dextrose Agar
konfirmasi uji identifikasi negatif. Dekstrosa 40,0 g
Mixture peptic digest of 10,0 g
animal tissue and pancreatic
LARUTAN DAN MEDIA KULTUR
digest of casein (1:1)
YANG DISARANKAN
Agar 15,0 g
Air murni 1000 mL
[Catatan Bagian ini sebagai informasi.]
Larutan dan media kultur berikut memenuhi Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 5,6 
tujuan seperti tertera pada uji kontaminasi mikroba 0,2 pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
dalam Farmakope. Media lain mungkin dapat dengan siklus yang tervalidasi.
digunakan setelah dibuktikan kesesuaiannya.
Larutan Dapar Persediaan Timbang 34 g
kalium dihidrogen fosfat P, masukkan ke dalam labu Potato Dextrose Agar
tentukur 1000 mL, larutkan dalam 500 mL Air Infusion from potatoes 200 g
murni, atur pH hingga 7,2  0,2 dengan natrium Dekstrosa 20,0 g
hidroksida P, tambahkan Air murni sampai tanda, Agar 15,0 g
dan campur. Air murni 1000 mL
Masukkan ke dalam wadah, dan sterilisasi. Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 5,6 
Simpan pada suhu 2° - 8. 0,2 pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
Larutan Dapar Fosfat pH 7,2 Siapkan dengan siklus yang tervalidasi.
campuran Air murni dan Larutan Dapar persediaan
(800:1 v/v), dan sterilisasi.
Sabouraud Dextrose Broth
Larutan Dapar Natrium Klorida – Pepton Dekstrosa 20,0 g
pH 7,0 Mixture Peptic Digest of Animal 10,0 g
Kalium dihidrogen fosfat 3,6 g Tissue and Pancreatic Digest of
Dinatrium hidrogen fosfat 7,2 g Casein (1:1)
dihidrat (setara Air murni 1000 mL
0,067 M fosfat) Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 5,6 
Natrium klorida 4,3 g 0,2 pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf
Pepton (daging atau kasein) 1,0 g dengan siklus yang tervalidasi.
Air murni 1000 mL
Sterilisasi menggunakan otoklaf dengan siklus yang
tervalidasi. Enterobacteria Enrichment Broth Mossel
Pancreatic digest of gelatin 10,0 g
Glukosa monohidrat 5,0 g
Soybean-Casein Digest Broth Dehydrated ox bile 20,0 g
Pancreatic digest of casein 17,0 g Kalium dihidrogen fosfat 2,0 g
Papaic digest of soybean 3,0 g Dinatrium hydrogen fosfat 8,0 g
Natrium klorida 5,0 g dihidrat
Dibasa hidrogen fosfat 2,5 g Brilliant green 15 mg
Glukosa monohidrat 2,5 g Air murni 1000 mL
Air murni 1000 mL Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,2 
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,3  0,2 pada 25. Panaskan hingga 100º selama 30 menit
0,2 pada suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf dan dinginkan segera.
dengan siklus yang tervalidasi.

Violet Red Bile Glucose Agar


Soybean-Casein Digest Agar Yeast extract 3,0 g
farmasiindustri.com

Pancreatic digest of gelatin 7,0 g L-lysine 5,0 g


Bile salts 1,5 g Laktosa monohidrat 7,5 g
Natrium klorida 5,0 g Sukrosa 7,5 g
Glukosa monohidrat 10,0 g Natrium klorida 5,0 g
Agar 15,0 g Yeast extract 3,0 g
Merah netral 30 mg Merah fenol 80 mg
Kristal violet 2 mg Agar 13,5 g
Air murni 1000 mL Natrium deoksikolat 2,5 g
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,4  Natrium tiosulfat 6,8 g
0,2 pada 25. Panaskan hingga mendidih, jangan Besi(III) ammonium sitrat 0,8 g
dipanaskan menggunakan otoklaf. Air murni 1000 mL
Atur pH sehingga setelah pemanasan menjadi 7,4
0,2 pada suhu 25. Panaskan hingga mendidih,
MacConkey Broth dinginkan hingga 50, tuang ke dalam cawan Petri.
Pancreatic digest of gelatin 20,0 g Jangan disterilisasi menggunakan otoklaf.
Laktosa monohidrat 10,0 g
Dehydrated ox bile 5,0 g
Ungu bromokresol 10 mg Cetrimide Agar
Air murni 1000 mL Pancreatic digest of gelatin 20,0 g
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,3  Magnesium klorida 1,4 g
0,2 pada 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf Dikalium sulfat 10,0 g
dengan siklus yang tervalidasi. Setrimid 0,3 g
Agar 13,6 g
Air murni 1000 mL
MacConkey Agar Gliserol 10,0 mL
Pancreatic digest of gelatin 17,0 g Panaskan hingga mendidih selama 1 menit dengan
Peptones (meat and casein) 3,0 g pengocokan. Atur pH sehingga setelah sterilisasi
Laktosa monohidrat 10,0 g menjadi 7,2  0,2 pada 25. Sterilisasi menggunakan
Natrium klorida 5,0 g otoklaf dengan siklus yang tervalidasi.
Bile salts 1,5 g
Agar 13,5 g
Merah netral 30,0 mg Mannitol Salt Agar
Kristal violet 1 mg Pancreatic digest of casein 5,0 g
Air murni 1000 mL Peptic digest of animal 5,0 g
Atur pH sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,1 ± tissue
0,2 pada suhu 25º. Didihkan selama 1 menit dengan Beef extract 1,0 g
pengadukan konstan, kemudian sterilisasi D-manitol 10,0 g
menggunakan otoklaf dengan siklus yang Natrium klorida 75,0 g
tervalidasi. Agar 15,0 g
Merah fenol 0,025 g
Air murni 1000 mL
Rappaport Vassiliadis Salmonela Enrichment Panaskan hingga mendidih selama 1 menit dengan
Broth pengocokan. Atur pH sehingga setelah sterilisasi
Soya peptone 4,5 g menjadi 7,4  0,2 pada suhu 25. Sterilisasi
Magnesium klorida heksahidrat 29,0 g menggunakan otoklaf dengan siklus yang
Natrium klorida 8,0 g tervalidasi.
Dikalium fosfat 0,4 g
Kalium dihidrogen fosfat 0,6 g
Hijau malakit 0,036 g Reinforced Medium for Clostridia
Air murni 1000 mL Beef extract 10,0 g
Larutkan dalam keadaan agak hangat. Sterilisasi Pepton 10,0 g
menggunakan otoklaf dengan siklus yang Yeast extract 3,0 g
tervalidasi, pada suhu tidak lebih dari 115º. Setelah Soluble starch 1,0 g
disterilisasi menggunakan otoklaf pH menjadi 5,2 ± Glukosa monohidrat 5,0 g
0,2 pada suhu 25º. Sistein hidroklorida 0,5 g
Natrium klorida 5,0 g
Natrium asetat 3,0 g
Xylose Lysine Deoxycholate Agar Agar 0,5 g
Xylose 3,5 g
farmasiindustri.com

Air murni 1000 mL


Basahi dan larutkan agar menggunakan air murni, Adanya mikroba tertentu dalam sediaan nonsteril
dan panaskan hingga mendidih dengan pengadukan dapat berpotensi mengurangi atau bahkan
secara terus menerus. Jika diperlukan, atur pH menonaktifkan aktivitas sediaan terapeutik dan
sehingga setelah sterilisasi menjadi 6,8  0,2 pada berpotensi memberi dampak buruk bagi kesehatan
suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf dengan pengguna. Oleh karena itu, industri harus
siklus yang tervalidasi. memastikan jumlah cemaran mikroba yang rendah
dalam obat jadi dengan menerapkan pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik selama pembuatan,
Columbia Agar penyimpanan, dan distribusi sediaan farmasi.
Pancreatic digest of casein 10,0 g
Meat peptic digest 5,0 g Uji mikroba sediaan nonsteril dilakukan sesuai
Heart pancreatic digest 3,0 g dengan metode pada Pengujian mikrobiologi
Yeast extract 5,0 g sediaan nonsteril: Uji penghitungan mikroba
Maized starch 1,0 g <52> dan Pengujian mikrobiologi sediaan
Natrium klorida 5,0 g nonsteril: Uji mikroba spesifik <53>. Kriteria
Agar, tergantung pada 10,0-15,0 g keberterimaan untuk sediaan farmasi nonsteril
daya pembentukan gel berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT) dan
Air murni 1000 mL Angka Kapang Khamir (AKK) tertera pada Tabel 1
Basahi dan larutkan agar menggunakan air murni, dan 2. Kriteria keberterimaan berdasarkan pada hasil
dan panaskan hingga mendidih dengan pengadukan masing-masing uji atau rata-rata replikasi uji ketika
secara terus menerus. Jika diperlukan, atur pH replikasi dilakukan (misalnya, metode lempeng).
sehingga setelah sterilisasi menjadi 7,30,2 pada
suhu 25. Sterilisasi menggunakan otoklaf dengan Apabila dipersyaratkan kriteria keberterimaan untuk
siklus yang tervalidasi. Dinginkan hingga mencapai uji mikrobiologi, dapat diinterpretasikan sebagai
45-50, bila perlu tambahkan gentamisin sulfat yang berikut:
setara dengan 20 mg gentamisin basa, dan tuang ke • 101 koloni : maksimum penghitungan yang
dalam cawan Petri. dapat diterima = 20;
• 102 koloni : maksimum penghitungan yang
dapat diterima = 200;
Tambahan lampiran • 103 koloni : maksimum penghitungan yang dapat
PENGUJIAN MIKROBIOLOGI SEDIAAN diterima = 2000; dan seterusnya.
NONSTERIL: KRITERIA
KEBERTERIMAAN SEDIAAN DAN
BAHAN BAKU UNTUK PENGGUNAAN
FARMASI <54>

Tabel 1.Kriteria Keberterimaan untuk Uji Mikrobiologi Sediaan Nonsteril

Rute Pemberian Angka Lempeng Total Angka Kapang Khamir Mikroba Spesifik
(koloni per gram atau (koloni per gram atau
koloni per mL) koloni per mL)
Sediaan oral dengan 103 102 Escherichia coli: negatif per
pembawa bukan air gram atau per mL
Sediaan oral dengan 102 101 Escherichia coli: negatif per
pembawa air gram atau per mL
Sediaan rektal 103 102 -
Sediaan untuk mukosa Staphylococcus aureus:
oral 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk gigi 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
farmasiindustri.com

Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk kulit 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk hidung 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk telinga 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk vagina 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Candida albicans: negatif per
gram atau per mL
Sediaan transdermal Staphylococcus aureus:
(batas untuk satu patch 102 101 negatif per gram atau per mL
termasuk lapisan Pseudomonas aeruginosa:
perekat dan penutup) negatif per gram atau per mL
Sediaan inhalasi Staphylococcus aureus:
(persyaratan khusus negatif per gram atau per mL
berlaku untuk sediaan 102 101 Pseudomonas aeruginosa:
nebulizer) negatif per gram atau per mL
Bakteri Gram-Negatif Bile-
tolerant: negatif per gram atau
per mL

Tabel 2. Kriteria Keberterimaan untuk Uji Mikrobiologi Bahan Baku Nonsteril


untuk Penggunaan Farmasi

Angka Lempeng Total Angka Kapang Khamir


(koloni per gram atau (koloni per gram atau
koloni per mL) koloni per mL)
Bahan untuk penggunaan farmasi 103 102

Tabel 1 meliputi daftar mikroba spesifik dan Selain mikroba yang tertera pada Tabel 1,
kriteria keberterimaan yang ditetapkan. Jenis pertimbangan penting untuk pengujian mikroba
mikroba spesifik dan kriteria keberterimaan yang lain dikaji berdasarkan:
ditetapkan pada Tabel 1 tidak membatasi untuk • Penggunaan sediaan : variasi bahaya tergantung
dilakukannya uji mikroba lain bila diperlukan rute pemberian (mata, hidung, saluran
untuk sediaan tertentu tergantung pada sifat bahan pernapasan).
awal dan proses produksi. • Sifat sediaan: apakah sediaan mendukung
pertumbuhan mikroba? Apakah sediaan
Jika hasil uji yang dilakukan menunjukan
mengandung pengawet /antimikroba yang
penghitungan mikroba yang tidak sesuai dengan
memadai?
kriteria pada tingkat interpretasi yang ditentukan,
• Cara penggunaan
maka digunakan metode yang telah divalidasi
• Pengguna: risiko dapat berbeda untuk neonatus,
dengan batas deteksi sedekat mungkin dengan
bayi, kondisi lemah.
kriteria keberterimaan.
• Penggunaan agen imunosupresif, kortikosteroid.
• Adanya penyakit, luka, kerusakan organ.
farmasiindustri.com
29

Jika perlu, kajian berbasis risiko terhadap faktor-


faktor yang relevan dapat dilakukan oleh personil Jika memungkinkan saat memformulasikan suatu
yang dilatih khusus tentang mikrobiologi dan sediaan oral atau topikal, aktivitas air harus
interpretasi data mikrobiologi. Untuk bahan awal, dievaluasi sehingga sediaan obat dapat awet.
penilaian mempertimbangkan proses produksi, Sebagai contoh, perubahan kadar natrium klorida,
teknologi pengujian terkini, dan ketersediaan bahan sukrosa, alkohol, propilen glikol, atau gliserin yang
bermutu. kecil dalam formulasi dapat menghasilkan sediaan
obat dengan aktivitas air yang rendah sehingga
dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dalam sediaan. Hal Ini sangat bermanfaat untuk
Tambahan lampiran sediaan dosis ganda yang dapat terkontaminasi
PENETAPAN AKTIFITAS AIR SEDIAAN pada saat penggunaan. Uji terhadap bahan
NONSTERIL <55> pengemas harus dilakukan untuk menguji stabilitas
sediaan dan memastikan bahwa kemasan
Penetapan aktivitas air sediaan farmasi nonsteril melindungi sediaan dari kelembaban yang dapat
bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan meningkatkan aktivitas air selama penyimpanan.
terkait:
Pengurangan frekuensi uji batas mikroba perlu
a. Optimasi formulasi sediaan untuk
justifikasi melalui penilaian risiko.
meningkatkan efektivitas antimikroba dari
Penurunan frekuensi uji ini jika disetujui dapat
bahan pengawet,
berupa tidak melakukan uji batas mikroba,
b. Minimalisasi degradasi zat aktif dalam
menerapkan uji mikroba tidak pada semua lot atau
formulasi sediaan yang rentan terhadap
penghapusan uji rutin.
hidrolisis kimia,
c. Minimalisasi kerentanan formulasi (terutama
Sediaan cair yang tidak mengandung air atau
cairan, salep, losio dan krim) terhadap
sediaan padat kering tidak mendukung
kontaminasi mikroba, dan
pertumbuhan spora atau mikroba karena aktivitas
d. Penyediaan metode yang rasional untuk
airnya rendah. Frekuensi pemantauan mikroba
penurunan frekuensi uji batas mikroba dan
dapat ditentukan dengan mengkaji data riwayat
penapisan mikroorganisme yang tidak
pengujian sediaan dan menunjukkan efektivitas
diinginkan dalam pelulusan dan uji stabilitas
pengendalian kontaminasi mikroba pada bahan
sediaan menggunakan metode seperti yang
baku, kandungan air, proses produksi, formulasi,
tertera pada <52> Pengujian Mikrobiologi
dan sistem pengemasan. Riwayat pengujian
Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba
mencakup pemantauan mikroba selama
dan <53> Pengujian Mikrobiologi Sediaan
pengembangan sediaan, peningkatan besar bets
Nonsteril: Uji Mikroba Spesifik
produksi, proses validasi, dan pengujian rutin
terhadap beberapa lot sediaan yang telah
Penurunan aktivitas air (water activity, aW) sangat
dipasarkan (misalnya sampai 20 lot) untuk
membantu mencegah pertumbuhan mikroba dalam
memastikan bahwa sediaan, sedikit atau sama
sediaan farmasi. Formulasi, proses produksi, dan
sekali tidak memiliki potensi terkontaminasi
pengujian sediaan nonsteril perlu
mikroba.
mempertimbangkan parameter ini.
Uji batas mikroba yang sesuai untuk masing-
Aktivitas air yang rendah telah lama digunakan
masing sediaan dengan aktivitas air yang berbeda
untuk mengendalikan kerusakan bahan makanan
dapat ditentukan berdasarkan persyaratan aktivitas
yang disebabkan oleh mikroba. Contoh penurunan
air untuk bakteri Gram-reaktif, spora, ragi, dan
kelembaban pada makanan adalah buah kering,
jamur berbeda, seperti yang tertera pada literatur2.
sirup, dan acar daging dan sayuran. Aktivitas air
Misalnya, bakteri Gram-negatif termasuk
yang rendah membuat bahan-bahan ini awet.
mikroorganisme spesifik seperti Pseudomonas
Karakteristik sediaan lainnya, seperti pH rendah
aeruginosa, Escherichia coli, dan Salmonella sp.
atau tinggi, tidak adanya nutrisi, keberadaan
tidak akan tumbuh atau bertahan dalam sediaan
surfaktan, dan penambahan zat antimikroba, serta
dengan pengawet yang mempunyai aktivitas air di
aktivitas air yang rendah, membantu mencegah
bawah 0,91, sedangkan bakteri Gram-positif seperti
pertumbuhan mikroba. Namun, perlu dicatat bahwa
Staphylococcus aureus tidak akan tumbuh di bawah
banyak mikroorganisme yang resisten, termasuk
0,86 , dan Aspergillus niger tidak akan tumbuh di
pembentuk spora Clostridium spp., Bacillus spp.,
Salmonella spp. dan jamur berfilamen, meskipun 2
J. A. Troller, D. T. Bernard, and V. W. Scott.
mikroorganisme tersebut mungkin tidak
Meassurement of Water Activity. In: Compedium of
berkembang biak dalam sediaan obat dengan Methods for the Microbiological Examination of Foods.
aktivitas air rendah, namun dapat bertahan dalam American Public Health Association, Washington, DC,
sediaan. 1984 pp. 124-134
farmasiindustri.com
30

bawah 0,77. Lebih jauh, bahkan ragi yang paling air yang diukur pada 25° untuk pertumbuhan
osmofilik dan jamur xerofilik tidak akan tumbuh di berbagai mikroorganisme tertera pada Tabel 1.
bawah 0,60, dan tidak dapat diisolasi pada media
yang terdapat pada literatur1. Persyaratan aktivitas

Tabel 1. Aktivitas air (aW) yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme

Bakteri Aktivitas air Kapang dan Khamir Aktivitas air


(aW) (aW)
Pseudomonas aeruginosa 0,97 Rhyzopus nigricans 0,93
Bacillus cereus 0,95 Mucor plumbeus 0,92
Clostridium botulinum, Type A 0,95 Rhodotorula mucilaginosa 0,92
Escherichia coli 0,95 Saccharomyces cerevisiae 0,90
Clostridium perfringens 0,95 Paecilomyces variotti 0,84
Lactobacillus viridescens 0,95 Penicillium chrysogenum 0,83
Salmonella spp. 0,95 Aspergillus fumigatus 0,82
Enterobacter aerogenes 0,94 Aspergillus brasiliensis** 0,82
Bacillus subtilis 0,90 Penicillium glabrum 0,81
Micrococcus lysodekticus 0,93 Aspergillus flavus 0,78
Staphylococcus aureus 0,86 Aspergillus niger 0,77
Halobacterium halobium 0,75 Zygosachharomyces rouxii 0,62
(halophilic bacterium) (osmophilic yeast)
Clostridium sporogenes* 0,94 Xeromyces bisporus 0,61
(xerophilic fungi)
* Taylor, R. H., Dunn, M. L., Ogden, L. V., Jefferies , L. K., Eggett, D. L., and Steele, F. M. (2013), Conditions
associated with Clostridium sporogenes growth as a surrogate for Clostridium botulinum in nonthermally processed
canned butter, J. Dairy Sci., 96, 2754–2764. http://dx.doi.org/10.3168/jds.2012-6209. Di akses pada tanggal 15 Sept
2020. Di akses pada tanggal 15 September 2020.
** Parra, R., and Magan, N. (2004), Modelling the effect of temperature and water activity on growth of Aspergillus
niger strains and applications for food spoilage moulds, Journal of Applied Microbiology, 97, 429–438.
doi:10.1111/j.1365-2672.2004.02320.x. Di akses pada tanggal 15 September 2020.

Sediaan obat dengan aktivitas air di bawah 0,75 sediaan obat memiliki aktivitas antimikroba, dan
(misalnya tablet kempa langsung, kapsul berisi tempat produksi sediaan tersebut mempunyai
serbuk atau cairan, sediaan cair tidak mengandung riwayat bioburden yang rendah. Tabel 2 berisi
air, salep, dan supositoria rektal) akan menjadi pengujian batas mikroba yang disarankan untuk
kandidat yang sangat baik untuk pengujian sediaan farmasi berdasarkan aktivitas air. Hal-hal
penurunan batas mikroba untuk pelulusan produk seperti yang telah disebutkan di atas, perlu
dan uji stabilitas. Hal-hal lain yang perlu diterapkan saat menetapkan uji batas mikroba
diperhatikan seperti sediaan farmasi dibuat dari untuk masing-masing sediaan obat karena
bahan dengan mutu mikrobiologi yang baik, pengukuran aktivitas air tidak dapat semata-mata
lingkungan produksi mendukung tidak terjadinya digunakan untuk membenarkan penghapusan uji
kontaminasi mikroba, terdapat proses yang secara batas mikroba saat pelulusan produk.
inheren mengurangi kandungan mikroba, formulasi

Tabel 2. Uji Batas mikroba untuk Sediaan farmasi berdasarkan Aktivitas air

Sediaan Aktivitas air Kontaminan berpotensi besar Rekomendasi uji


(aW) tumbuh
Inhalasi hidung 0,99 Bakteri Gram-negatif ALT,* AKK, S. aureus dan P. aeruginosa
Cairan topikal 0,99 Bakteri Gram-negatif ALT, AKK, S. aureus dan P. aeruginosa
Antasida 0,99 Bakteri Gram-negatif ALT, AKK, E. coli dan Salmonella spp.
Krim topikal 0,97 Bakteri Gram-positif ALT, AKK, S. aureus dan P. aeruginosa
Cairan oral 0,90 Bakteri Gram-positif dan ALT dan AKK
kapang
Suspensi oral 0,87 kapang ALT dan AKK
farmasiindustri.com
29

Salep topikal 0,55 - Pengurangan uji


Supositoria vaginal 0,30 - Pengurangan uji
dan rektal
Tablet kempa 0,36 - Pengurangan uji
Kapsul berisi cairan 0,30 - Pengurangan uji
* ALT = Angka Lempeng Total; AKK = Angka Kapang Khamir .
Catatan—Aktivitas air yang tertera pada Tabel 2 merupakan contoh sediaan. Industri diminta untuk
menguji masing-masing sediaan sebelum menetapkan suatu pengembangan metode pengujian.

Hal yang serupa dapat berlaku untuk pengujian biasanya dikalibrasi menggunakan larutan jenuh
batas mikroba bahan obat. Namun, produsen harus garam pada suhu 25°, seperti yang tercantum dalam
memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang Tabel 3.
proses pembuatan, penjaminan mutu, dan catatan Tabel 3. Standar Larutan Jenuh Garam yang
pengujian. Hal ini dapat diperoleh melalui program Digunakan untuk Mengkalibrasi Instrumen
audit pemasok. Penetapan Aktivitas Air

Aktivitas air (aW) adalah perbandingan antara Larutan Jenuh ERH (%) aW
tekanan uap H2O dalam sediaan (P) dan tekanan Garam
uap H2O murni (Po) pada suhu yang sama. Secara Kalium sulfat 97,3 0,973
numerik sama dengan 1/100 kelembaban relatif (K2SO4)
(RH) produk dalam sistem tertutup. RH dapat Barium klorida 90,2 0,902
dihitung dari pengukuran langsung tekanan uap (BaCl2)
parsial atau titik embun atau pengukuran tidak Natrium klorida 75,3 0,753
(NaCl)
langsung oleh sensor dengan karakteristik fisik atau
Magnesium nitrat 52,9 0,529
elektrik yang sensitif terhadap perubahan RH. (Mg(NO3)2)
Magnesium klorida 32,8 0,328
Hubungan antara aW dan kesetimbangan (MgCl2)
kelembaban relatif (ERH) dihitung dengan
persamaan berikut:

aW = Tambahan lampiran
AGENS ASING DALAM VAKSIN VIRUS <72>
dan
Metode untuk menguji agens asing dalam vaksin
virus harus dikembangkan berdasarkan analisis
risiko mengikuti prinsip risiko kontaminasi virus
sesuai Keamanan virus.
Pengukuran aW dapat dilakukan menggunakan Metode ini mencakup pengujian yang sesuai untuk
3 mendeteksi berbagai kelompok agens asing yang
metode titik embun / chilled mirror . Chilled
dapat menginfeksi sumber galur virus termasuk
mirror yang dipoles digunakan sebagai permukaan
substrat sel dan bahan baku yang berasal dari
kondensasi. Sistem pendingin dihubungkan secara
hewan atau tumbuhan. Hal ini juga
elektronik ke sel fotoelektrik dengan cahaya yang
mempertimbangkan kapasitas proses pembuatan
dipantulkan dari condensing mirror. Dalam
untuk menghilangkan atau menginaktivasi virus.
kesetimbangan dengan sampel uji, aliran udara
Daftar uji yang terdapat dalam Tabel 1 harus
diarahkan ke cermin yang mendingin hingga terjadi
disesuaikan tergantung pada agens asing yang
kondensasi pada cermin. Suhu di mana kondensasi
berpotensi mengkontaminasi produk; untuk uji in
ini dimulai adalah titik embun ERH ditentukan.
vitro, analisis risiko dapat dilakukan dengan
Penyiapan sampel perlu diperhatikan karena dapat
persetujuan instansi berwenang, penggunaan lini
mempengaruhi tingkat aktivitas air dari bahan yang
sel lain atau metode biologi molekuler tergantung
diuji. Instrumen yang tersedia secara komersial,
pada proses pembuatan dan suhu inkubasi untuk
menggunakan metode titik embun / chilled mirror
pertumbuhan virus tertentu. Jika uji in vivo lebih
atau teknologi lain jika digunakan untuk penentuan
relevan daripada uji in vitro untuk mendeteksi
aktivitas air perlu dievaluasi dalam hal kesesuaian,
beberapa virus adventitious (misalnya mencit
validasi, dan kalibrasi. Instrumen-instrumen ini
menyusu untuk virus stomatitis vesikular dan telur
fertil bebas patogen spesifik/Specific Pathogen
3 Free (SPF) untuk virus influenza), pemilihan uji in
AOC International Official Method 978.18. In: Official
Methods of Analysis of AOAC International, 17th vivo harus ditetapkan berdasarkan analisis risiko.
edition, AOAC International, Gaithersburg, Maryland.
farmasiindustri.com
29

Metode molekular baru yang sensitif dengan Uji pada telur


kemampuan deteksi luas dilakukan menggunakan kontrol (bahan - - - +
High-Throughput Sequencing (HTS) methods, hemaglutinasi)
Nucleic Acid Amplification Techniques (NAT) (e.g. Virus avian
- - + +
Polymerase Chain Reaction (PCR), Reverse leukosis (6)
Trancriptase PCR (RT-PCR), Product-Enhanced Uji untuk virus
Reverse Transcriptase (PERT) assays) untuk spesifik dengan + + - -
keseluruhan kelompok virus atau metode random- NAT (7)
priming (dengan atau tanpa sekuensing), hibridisasi Uji untuk virus
pada susunan oligonukleotida, dan spektrofotometri menggunakan
massa dengan PCR spektrum luas. Metode ini + + - -
metode molekuler
dapat digunakan sebagai alternatif untuk uji in vivo luas (8)
dan NAT spesifik atau sebagai alternatif untuk uji 1) Jika menggunakan serangga atau bahan baku yang berasal
kultur in vitro berdasarkan analisis risiko dengan dari tanaman.
persetujuan instansi berwenang. 2) Jika analisis risiko menunjukkan bahwa mitigasi risiko
perlu dipertimbangkan terhadap semua pengujian pada sel
Dalam uji yang memerlukan netralisasi virus substrat tertentu.
sebelumnya, gunakan antibodi spesifik yang bukan 3) Jika virus dikembangbiakkan dalam avian atau jaringan
berasal dari manusia atau simian, jika virus primer avian. Jika analisis risiko menunjukkan bahwa
dikembangbiakkan dalam jaringan avian, antibodi mitigasi risiko perlu dipertimbangkan terhadap semua
pengujian pada sel substrat tertentu.
juga harus bukan berasal dari avian. Untuk 4) Uji dilakukan dalam biakan sel yang sesuai. Berdasarkan
membuat antiserum, gunakan antigen yang analisis risiko
diproduksi dalam biakan sel dari spesies berbeda 5) Jika virus dikembangbiakkan dalam sel serangga.
dari yang digunakan untuk membuat vaksin dan 6) Jika virus dikembangbiakkan dalam jaringan primer avian
atau telur.
bebas dari agens asing <72>. Jika digunakan telur 7) Berdasarkan analisis risiko.
SPF, telur diperoleh dari sekelompok SPF <1411>. 8) Metode ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk uji in
vivo dan NAT spesifik atau sebagai alternatif untuk uji
kultur in vitro berdasarkan analisis risiko dengan
METODE UJI
persetujuan instansi berwenang
Pengujian untuk agens asing yang dilakukan pada
berbagai tahap produksi ditunjukkan pada Tabel 1
Kontaminasi bakteri dan jamur
menggunakan metode yang dijelaskan di bawah ini, Setiap lot benih virus dan panenan virus memenuhi
berdasarkan analisis risiko. uji sterilitas <71>
Ambil sampel pada saat panen, dan jika tidak
segera diuji, simpan pada suhu di bawah -40o. Mikoplasma <74>
Setiap lot benih virus dan panenan virus memenuhi
Tabel 1. Uji yang relevan untuk agens asing uji mikoplasma.
pada berbagai tahap produksi
Produksi Spiroplasma
substrat Spiroplasma dapat masuk ke dalam lot benih virus
Lot
Panena kultur melalui kontaminasi bahan baku yang berasal dari
benih
n virus Sel Telur tanaman atau ketika lini sel serangga digunakan
virus
kont kontr untuk perkembangbiakkan virus. Jika perlu, lot
rol ol benih virus dibuktikan bebas dari spirosplasma
Kontaminasi menggunakan metode tervalidasi dan disetujui oleh
+ + - -
bakteri dan jamur instansi berwenang. Metode NAT untuk deteksi
Mikoplasma + + - - mikoplasma <74> dapat digunakan untuk
Spiroplasma (1) + - - - mendeteksi spiroplasma setelah validasi dan
Mikobakteria + + - - disetujui oleh instansi berwenang.
Uji pada mencit
+ - - -
menyusu (2) Mikobakteria <73>
(3)
Virus avian + + - - Sejumlah 2,7 mL sampel dari setiap lot benih virus
Uji agens asing dan setiap panenan virus diuji untuk memeriksa
dalam biakan sel + + + + keberadaan Mycobacterium spp. dengan metode
(4)
kultur yang sensitif untuk mendeteksi organisme
Virus serangga (5) + + - - ini. NAT <1389> dapat digunakan sebagai
Uji pada sel alternatif, jika pengujian tersebut divalidasi dan
kontrol terbukti sebanding dengan metode kultur.
- - + -
(pemeriksaan
mikroskopis) Mencit menyusu
Virus Setiap lot benih virus diuji pada mencit menyusu
- - + - Jika analisis risiko menunjukkan bahwa mitigasi
haemadsorbsi
farmasiindustri.com
30

risiko perlu dipertimbangkan terhadap semua 36±1º dan amati selama 14 hari. Jika produksi
pengujian pada sel substrat tertentu. Inokulasi tidak kultur sel dipertahanakan pada suhu selain 36±1º,
kurang dari 20 hewan uji, masing-masing berumur uji tambahan untuk agens asing dilakukan pada
kurang dari 24 jam, suntikkan 0,01 mL lot benih suhu produksi menggunakan jenis sel sama yang
virus secara intraserebral dan tidak kurang dari 0,1 digunakan untuk pertumbuhan virus. Subkultur
ml secara intraperitoneal. Amati hewan uji setiap berumur 14 hari diuji diikuti oleh uji haemadsorbsi.
hari selama tidak kurang dari 4 minggu. Lakukan Lot benih atau panenan virus memenuhi syarat uji
autopsi terhadap semua hewan uji yang mati jika tidak ada kultur sel yang menunjukkan
setelah 24 jam pertama uji atau yang menunjukkan keberadaan agens asing setelah 14 dan 28 hari
gejala penyakit, dan periksa bukti infeksi virus inkubasi, dan tidak ada bukti adanya virus
yang disebabkan oleh lot benih. Uji ini valid haemadsorbsi setelah 28 hari. Uji dinyatakan valid
apabila tidak kurang dari 80% hewan uji hidup jika tidak kurang dari 80% dari kultur sel tetap
selama pengamatan. hidup.

Virus Avian Virus serangga


Setiap lot benih virus yang dikembangbiakkan Setiap lot benih virus dan panenan virus yang
dalam jaringan avian dan setiap panenan virus yang dikembangbiakkan dalam sel serangga diuji untuk
dikembangbiakkan dalam jaringan primer avian virus serangga. Sampel yang dinetralisasi, kecuali
diuji untuk virus avian Jika analisis risiko ditentukan lain, setara dengan 500 dosis vaksin
menunjukkan bahwa mitigasi risiko perlu manusia atau 50 mL, atau jumlah yang lebih besar,
dipertimbangkan terhadap semua pengujian pada diuji keberadaan agens asing dengan
sel substrat tertentu. Netralkan sampel setara menginokulasi kedalam minimal 1 kultur sel yang
dengan vaksin 100 dosis manusia atau 10 mL, atau berbeda dari yang digunakan dalam produksi dan
jumlah lebih besar. Menggunakan 0,5 mL per telur, diperbolehkan untuk virus serangga dan juga
inokulasikan satu kelompok telur fertil SPF, memungkinkan untuk deteksi arbovirus manusia
berumur 9-11 hari, melalui rute alantoik dan (misalnya BHK-21). Pilihan sel disetujui oleh
kelompok kedua, 5-7 hari, ke dalam kantung instansi berwenang dan mempertimbangkan
kuning telur. Inkubasi selama 7 hari. Lot benih sumber produksi sel dan kontaminan sejenis yang
virus atau panenan memenuhi uji jika cairan dapat dideteksi oleh sel yang dipilih. Sel diinkubasi
alantoik dan kantung kuning telur tidak pada suhu yang sesuai dan diamati selama 14 hari.
menunjukkan tanda keberadaan senyawa yang Lakukan subkultur berumur 14 hari dan dilanjutkan
mengaglutinasi dan jika semua embrio dan dengan uji haemadsorbsi. Lot benih atau panenan
membran korion-alantoik yang diuji untuk patologi virus lulus uji jika tidak ada kultur sel yang
makroskopis, adalah normal. Uji ini tidak valid menunjukkan keberadaan agens asing setelah 14
kecuali setidaknya 80% dari telur yang diinokulasi dan 28 hari inkubasi, dan tidak ada bukti
bertahan selama 7 hari. keberadaan virus haemadsorbsi setelah 28 hari. Uji
dinyatakan valid jika tidak kurang dari 80% dari
Uji agens asing dalam kultur sel kultur sel tetap hidup.
Untuk setiap lot benih virus, setiap panenan virus
dan setiap produksi kultur sel (sel kontrol atau telur Uji pada sel kontrol
kontrol), uji untuk agens asing lainnya harus Jika kultur sel digunakan dalam pembuatan virus,
dilakukan berdasarkan analisis risiko. Sumber periksa sel kontrol secara mikroskopis untuk
substrat sel dan galur virus, serta potensi agens memastikan tidak adanya virus yang menyebabkan
asing yang dapat secara tidak sengaja terdeteksi efek sitopatik selama waktu inkubasi kultur sel
selama proses produksi atau melalui penggunaan yang telah diinokulasi atau tidak kurang dari 14
bahan baku dari hewan atau tumbuhan, harus hari setelah inokulasi wadah produksi, atau yang
diperhitungkan ketika memilih sel yang sesuai. lebih lama. Uji dinyatakan valid jika tidak kurang
Untuk setiap lot benih virus dan panenan virus, dari 80% dari kultur sel kontrol tetap hidup sampai
sampel yang dinetralisasi, kecuali ditentukan lain, akhir periode pengamatan.
setara dengan 500 dosis vaksin manusia atau 50 Pada hari ke 14 atau pada saat panenan virus
mL, jika lebih besar, diuji untuk keberadaan agens terakhir, kumpulkan supernatant sel kontrol dan
asing dengan menginokulasi ke dalam kultur sel periksa keberadaan agens asing selama periode 14
manusia dan simian yang berkesinambungan. hari seperti yang dijelaskan di atas untuk lot benih
Jika virus dikembangbiakkan dalam sel simian atau virus dan panenan virus dengan inokulasi kultur sel
sel manusia, panenan virus yang dinetralisasi diuji yang relevan tergantung pada jenis sel yang
dalam kultur terpisah dari sel tersebut. Jika virus digunakan untuk pertumbuhan virus.
dikembangkan dalam sistem sel mamalia selain
simian atau manusia, atau dalam sel avian, sel dari Virus Haemadsorbsi
spesies tersebut, namun berasal dari bets yang Jika kultur sel digunakan untuk produksi virus,
terpisah, juga diinokulasi. Sel diinkubasi pada suhu pemeriksaan mikroskopis sel kontrol dilakukan
farmasiindustri.com
31

seperti yang dijelaskan di atas untuk pengujian atau telur kontrol memenuhi syarat jika tidak
agens asing dalam kultur sel. Pada hari ke 14 atau ditemukan virus leukosis avian.
pada saat panenan virus terakhir, periksa tidak
kurang dari 25% kultur kontrol untuk keberadaan Uji virus spesifik tertentu dengan NAT
virus haemadsorbsi dengan penambahan sel darah Berdasarkan analisis risiko yang terkait dengan
merah marmot. Jika tidak memungkinkan proses pembuatan, setiap lot virus dan setiap
dilakukan uji virus haemadsorbsi, lakukan uji virus panenan virus dapat diuji dengan NAT <1389>
haemaglutinasi. Sel darah merah marmot dapat untuk virus spesifik yang tidak terdeteksi oleh uji in
disimpan pada suhu 5±3º selama tidak lebih dari 7 vivo konvensional atau kultur sel.
hari. Periksa separuh dari biakan setelah inkubasi
pada suhu 5±3º selama 30 menit dan separuh Uji virus menggunakan metode molekuler luas
lainnya setelah inkubasi pada suhu 20-25º selama Melalui persetujuan instansi berwenang, metode
30 menit. Tidak ditemukan adanya agen molekuler yang luas (misalnya high-throughput
haemadsorbsi. sequencing) dapat digunakan baik sebagai alternatif
untuk uji in vivo dan NAT spesifik, atau sebagai
Uji pada telur kontrol suplemen/alternatif untuk uji kultur in vitro
Jika telur digunakan untuk produksi virus, uji 0,25 berdasarkan analisis risiko. Baik NAT <1389> dan
mL cairan alantoik dari setiap telur kontrol untuk metode molekuler luas dilakukan dengan atau tanpa
agen hemaglutinasi dengan mencampur langsung amplifikasi sebelumnya dalam sel yang sesuai.
sel darah merah ayam dan setelah pasase pada telur Dalam kasus hasil positif dengan metode molekuler
SPF lakukan sebagai berikut: inokulasi 5 mL luas atau NAT, pemeriksaan lebih lanjut harus
sampel cairan amnion yang dikumpulkan dari telur dilakukan untuk menentukan apakah asam nukleat
kontrol masing-masing 0,5 mL ke dalam rongga yang terdeteksi disebabkan oleh adanya infeksi
alantoik dan rongga amnion telur SPF. Telur agens asing dan/atau diketahui memiliki risiko
kontrol memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan terhadap kesehatan manusia.
keberadaan agen hemaglutinasi.
Selain itu, inokulasi 5 mL sampel yang
dikumpulkan dari cairan amnion dari telur kontrol
ke dalam sel yang sesuai termasuk sel manusia, Tambahan lampiran
simian, dan unggas. Amati kultur sel selama 14 hari UJI KEBERADAAN MIKOBAKTERIA
pada suhu inkubasi yang sesuai. Telur kontrol <73>
memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan agens
asing. Uji dinyatakan valid jika tidak kurang dari Jika sampel terkontaminasi mikroorganisme selain
80% kultur yang diinokulasi bertahan sampai akhir mikobakteria, gunakan larutan dekontaminasi yang
periode pengamatan. sesuai, seperti larutan asetilsistein natrium
hidroksida atau larutan natrium laurilsulfat.
Virus leukosis avian Inokulasi 0,2 mL sampel ke masing-masing 2
Untuk setiap virus yang dikembangbiakkan dalam media padat yang sesuai (media Lӧwenstein-Jensen
jaringan sel avian primer atau dalam telur, kultur dan media Middlebrook 7H10 yang sesuai) secara
sel produksi (sel kontrol atau telur kontrol) diuji triplo. Inokulasi 0,5 mL sampel ke dalam media
untuk virus leukosis avian. Jika kultur sel cair yang sesuai secara triplo. Inkubasi semua
digunakan untuk produksi virus, pemeriksaan media pada 37 selama 56 hari. Tetapkan fertilitas
mikroskopis sel-sel kontrol dilakukan seperti yang media dengan menggunakan galur Mycobacterium
dijelaskan di atas untuk uji agens asing sebelum sp. (misalnya BCG) dan jika perlu gunakan bahan
dilakukan uji untuk virus leukosis avian. Pada hari penetral yang sesuai. Jika mikroorganisme
ke 14 atau pada saat panenan virus terakhir, kontaminan tumbuh selama 8 hari pertama
lakukan uji virus leukosis avian pada sel DF1 atau inkubasi, ulangi uji dan lakukan uji sterilitas
kultur sel embrio ayam bebas leukosis dengan bakteriologis secara bersamaan. Sediaan memenuhi
amplifikasi melalui 5 pasase menggunakan tidak syarat jika pada akhir waktu inkubasi tidak ada
kurang dari 5 mL supernatant dari sel kontrol atau pertumbuhan mikobakteri.
tidak kurang dari 10 mL sampel cairan amnion
yang dikumpulkan dari telur kontrol. Uji titik akhir
PERT dapat digunakan untuk mendeteksi retrovirus
eksogen avian (termasuk virus leukosis avian) Tambahan lampiran
setelah amplifikasi DF1. Untuk deteksi spesifik UJI KEBERADAAN MIKOPLASMA <74>
virus leukosis avian, beberapa uji titik akhir dapat
digunakan seperti immunostaining, enzyme-linked Uji mikoplasma untuk bank sel induk, bank sel
immunosorbent assay (ELISA) atau complement kerja, lot benih virus atau sel kontrol, dapat
fixation for avian leucosis (COFAL). Sel kontrol dilakukan menggunakan metode kultur atau metode
kultur sel indikator. Uji mikoplasma pada panenan
farmasiindustri.com
32

virus, ruahan virus atau ruahan akhir (bets), dapat kelembaban yang cukup untuk menghindari
menggunakan metode kultur. Metode kultur sel pengeringan pada permukaan agar) pada suhu 35º-
indikator juga dapat digunakan pada skrining 38º.
media, jika perlu.
Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan Sifat nutrisi
sebagai pengganti satu atau kedua metode tersebut Lakukan pengujian sifat nutrisi pada tiap bets
setelah divalidasi. media baru Inokulasi media yang dipilih
menggunakan mikroorganisme uji yang sesuai;
Metode Kultur gunakan tidak lebih dari 100 CFU per 60 mm
Pemilihan media kultur Uji dilakukan diameter cawan yang mengandung 9 mL media
menggunakan sejumlah media, baik cair maupun padat dan per 100 mL wadah dari media padat;
padat untuk memastikan pertumbuhan pada kondisi gunakan cawan dan wadah terpisah untuk tiap jenis
inkubasi yang ditentukan dari sejumlah kecil mikroorganisme. Inkubasi media dan buat
mikoplasma yang mungkin terdapat di produk yang subkultur dari 0,2 mL media cair ke media padat
akan diuji. Media cair harus mengandung merah dengan interval yang spesifik (lihat dibawah uji
fenol. Media yang digunakan harus memenuhi mikoplasma pada produk yang diuji). Media padat
faktor kecukupan nutrisi minimal untuk memenuhi syarat apabila pertumbuhan koloni tiap
mikroorganisme yang dijelaskan di bawah ini. mikroorganisme uji memadai (Nilai pertumbuhan
Faktor nutrisi dari tiap bets media baru diverifikasi yang diperoleh dari hasil pengujian tidak boleh
terhadap daftar mikroorganisme yang sesuai. lebih besar dari lima faktor terhadap nilai yang
Ketika uji mikoplasma dilakukan, minimal satu diperoleh dari nilai perhitungan menggunakan
jenis mikroorganisme berikut digunakan sebagai inokulum yang sama). Media cair memenuhi syarat
kontrol positif: apabila pertumbuhan pada cawan subkultur dari
Acholeplasma laidlawii (vaksin manusia dan broth ditemukan paling sedikit 1 subkultur untuk
hewan jika antibiotik digunakan selama produksi). tiap mikroorganisme uji.
Mycoplasma gallisepticum (apabila Senyawa inhibitor Uji senyawa inhibitor
menggunakan bahan dari unggas selama produksi dilakukan satu kali untuk produk yang ditentukan
atau jika vaksin dibuat untuk penggunaan pada dan diulang setiap kali ada perubahan dalam
unggas). metode produksi yang dapat mempengaruhi deteksi
Mycoplasma hyorhinis (vaksin hewan non- mikoplasma.
unggas) Untuk memastikan tidak adanya inhibitor, lakukan
Mycoplasma orale (vaksin manusia dan hewan) uji sifat nutrisi pada media dengan dan tanpa
Mycoplasma pneumoniae (vaksin manusia) atau produk yang diuji. Jika pertumbuhan
menjadi spesies lain yang dapat memfermentasi mikroorganisme uji terjadi pada 1 subkultur lebih
glukosa, misalnya Mycoplasma fermentans. awal tanpa produk uji dibandingkan dengan produk
Mycoplasma synoviae (apabila menggunakan uji, atau jika plat yang diinokulasi dengan produk
bahan dari unggas selama produksi atau jika vaksin uji mempunyai jumlah koloni lebih rendah dari 1/5
dibuat untuk penggunaan pada unggas). jumlah uji dari yang diinokulasi tanpa produk uji
Galur uji merupakan isolat yang telah mengalami artinya produk uji mengandung inhibitor dan
pembatasan jumlah subkultur (tidak lebih dari 15), inhibitor harus dinetralisasi atau efeknya
disimpan dalam kondisi beku atau beku-kering. dihilangkan. Contohnya, dengan pasase dalam
Setelah perbanyakan, galur diidentifikasi dengan media pertumbuhan yang tidak mengandung
perbandingan jenis kultur, sebagai contoh: inhibitor atau pengenceran dengan volume medium
lebih besar sebelum uji. Jika pengenceran
A. laidlawii NCTC 10116 CIP 75,27 ATTC 23206 dilakukan, volume media yang lebih besar dapat
M. gallisepticum NCTC 10115 CIP 104967 ATTC 19610
M. fermentans NCTC 10117 CIP 105680 ATTC 19989 digunakan atau volume inokulum dibagi dalam
M. hyorhinis NCTC 10130 CIP 104968 ATTC 17981 beberapa labu 100 mL. Efektivitas netralisasi atau
M. orale NCTC 10112 CIP 104969 ATTC 23714
M. pneumoniae NCTC 10119 CIP 103766 ATTC 15531
proses lain dapat diuji dengan mengulangi uji untuk
M. synoviae NCTC 10124 CIP 104970 ATTC 25204 zat penghambat setelah netralisasi.
Uji mikoplasma pada produk yang akan diuji
Acholeplasma laidlawii BP, Mycoplasma Inokulasi 10 mL produk yang akan diuji dalam 100
fermentans BP, Mycoplasma hyorhinis BP, mL tiap media cair. Apabila ditemukan adanya
Mycoplasma orale BP, dan Mycoplasma synoviae perubahan pH secara signifikan ketika penambahan
BP dapat digunakan sebagai galur baku dengan produk yang akan diuji, kembalikan ke pH semula,
pasase rendah. dengan menambahkan larutan natrium hidroksida
atau asam hidroklorat. Inokulasi 0,2 mL produk
Kondisi inkubasi Inkubasi media cair dalam yang akan diuji pada tiap cawan media padat.
wadah bersumbat pada suhu 35º - 38º. Inkubasi Inkubasi media cair selama 20-21 hari. Inkubasi
media padat pada kondisi mikroaerofilik (nitrogen media padat selama tidak kurang dari 14 hari,
dengan kandungan 5-10% karbon dioksida dan Kecuali subkultur 20-21 hari tersebut diinkubasi
farmasiindustri.com
33

selama 7 hari pada media padat. Pada waktu yang


sama, inkubasi 100 mL untuk tiap media cair dan Media padat
cawan agar yang tidak diinokulasi sebagai kontrol Siapkan bahan seperti media cair dengan
negatif. Pada hari ke-2 sampai hari ke-4 setelah mengganti beef heart infusion broth dengan beef
inokulasi, lakukan subkultur tiap media cair dengan heart infusion agar yang mengandung agar 15 g
menginokulasi 0,2 mL paling sedikit 1 cawan tiap per L
media padat. Ulangi prosedur antara hari ke-6 dan
ke-8, kemudian antara hari ke-13 dan ke-15, lalu Frey Media (Rekomendasi untuk deteksi M.
antara hari ke-19 dan ke-21 setelah pengujian. synoviae)
Amati media cair setiap 2 sampai 3 hari dan jika Media cair
terjadi perubahan warna, lakukan subkultur. Jika
pada media cair terlihat kontaminasi bakteri atau Beef heart infusion broth (1) 90,0 mL
jamur, maka pengujian tidak valid. Pengujian Vitamin esensial (2) 0,025 mL
dikatakan valid apabila paling sedikit 1 cawan tiap Glukosa monohidrat (larutan 500 g per L) 2,0 mL
media dan inokulasi tiap hari dapat diamati. Pada Serum babi 12,0 mL
uji kontrol positif dilakukan dengan menginokulasi (inaktifasi pada suhu 56º selama 30 menit)
tidak lebih dari 100 CFU dari paling sedikit 1 β-Nikotinamida adenin dinukleotida 1,0 mL
mikroorganisme uji pada media agar atau media (larutan 10 g per L)
broth. Jika pengujian mikoplasma dilakukan secara Sistein hidroklorida (larutan 10 g per L) 1,0 mL
rutin dan bila memungkinkan, disarankan untuk Merah fenol (larutan 0,6 g per L) 5,0 mL
menggunakan uji mikroorganisme secara rutin. Penisilin (20.000 IU per mL) 0,25 mL
Mikroorganisme uji yang digunakan adalah yang
terdaftar berdasarkan pemilihan media kultur. Campur larutan β-Nikotinamida adenin
Interpretasi hasil Pada akhir periode inkubasi dinukleotida dan sistein hidroklorida kemudian
yang ditentukan, amati seluruh media padat yang tambahkan bahan lain setelah 10 menit. Atur
diinokulasi secara mikroskopik untuk melihat hingga pH 7,8.
keberadaan koloni mikoplasma. Produk memenuhi
syarat apabila tidak ada pertumbuhan jenis koloni Media padat
mikoplasma. Produk dikatakan tidak memenuhi Beef heart infusion broth (1) 90,0 mL
syarat jika ditemukan pertumbuhan koloni Agar, dimurnikan (3) 1,4 g
mikoplasma pada media padat. Pengujian Atur hingga pH 7,8, sterilisasi dengan autoklaf
dikatakan tidak valid apabila satu atau lebih kontrol kemudian tambah:
positif tidak menunjukkan pertumbuhan Vitamin esensial (2) 0,025 mL
mikoplasma setidaknya pada satu cawan subkultur. Glukosa monohidrat (larutan 500 g per L) 2,0 mL
Pengujian dikatakan tidak valid apabila satu atau Serum babi (tidak dipanaskan) 12,0 mL
lebih kontrol negatif menunjukkan pertumbuhan β-Nikotinamida adenin dinukleotida 1,0 mL
mikoplasma. Jika terdapat koloni yang diduga (larutan 10 g per L)
mikoplasma, gunakan metode validasi yang sesuai Sistein hidroklorida (larutan 10 g per L) 1,0 mL
untuk menentukan apakah hal tersebut disebabkan Merah fenol (larutan 0,6 g per L) 5,0 mL
oleh mikoplasma. Penisilin (20 000 IU per mL) 0,25 mL

Rekomendasi Media Untuk Metode Kultur Media Friis (Direkomendasikan untuk deteksi
Media di bawah ini direkomendasikan. Media lain non avian mikoplasma)
dapat digunakan, jika media tersebut terbukti Media cair
mampu mempertahankan pertumbuhan Hanks’balanced salt solution (modifikasi)
mikoplasma pada tiap bets dengan ada dan tidak 800 mL
adanya produk yang diuji. Air 67 mL
Brain heart infusion (5) 135 mL
Hayflick Media (Rekomendasi untuk PPLO Broth (6) 248 mL
pendeteksian umum mikroplasma) Ekstrak ragi (170 g per L) 60 mL
Basitrasin 250 mg
Media cair Metisilin 250 mg
Merah fenol (5 g per L) 4,5 mL
Beef heart infusion broth (1) 90,0 mL Serum kuda (larutan 10 g per L) 165 mL
Serum kuda (tidak dipanaskan) 20,0 mL Serum babi 165 mL
Ekstrak Ragi (250 g/L) 10,0 mL Atur hingga pH 7,40 – 7,45
Merah fenol (larutan 0,6 g/L) 5,0 mL
Penisilin (20 000 IU/mL) 0,25 mL Media padat
Asam Deoksiribonukleat 1,2 mL Hanks’balanced salt solution 200 mL
Atur hingga pH 7,8 (modifikasi) (4)
farmasiindustri.com
34

DEAE-dekstran 200 mg
Agar, dimurnikan (3) 15,65 g (6) PPPLO Broth
Campur dan sterilisasi dengan autoklaf. Dinginkan Beef heart infusion 50 gram
hingga suhu 100º. Tambahkan ke dalam 1740 ml Pepton 10 gram
media cair diatas. Natrium klorida 5 gram
Air hingga 1000 mL
(1) Beef heart infusion broth
Beef heart (untuk penyiapan infus) 500 g
Pepton 10 g Metode Kultur Sel Indikator
Natrium klorida 5g Kultur sel diwarnai dengan pewarna fluorosens
Air hingga 1000 mL yang berikatan dengan DNA. Mikoplasma
Sterilisasi dengan autoklaf dideteksi dari karakteristik partikulatnya atau pola
berserabut fluorosens pada permukaan sel dan jika
(2) Vitamin esensial terjadi kontaminasi tingkat tinggi, terlihat di
Biotin 100 mg sekeliling area. Mitokondria dalam sitoplasma
Kalsium pantotenat 100 mg dapat terwarnai tetapi mudah dibedakan dari
Kholin klorida 100 mg mikoplasma.
Asam folat 100 mg
i-Inositol 100 mg Jika untuk suspensi virus, interpretasi hasil
Nikotinamida 200 mg dipengaruhi oleh efek sitopatik, virus dapat
Piridoksal hidroklorida 100 mg dinetralkan menggunakan antiserum yang tidak
Riboflavin 10 mg memiliki efek penghambat pada mikoplasma atau
Tiamin hidroklorida 100 mg substrat sel kultur yang tidak menyebabkan
Air hingga 1000 mL pertumbuhan virus. Untuk membuktikan tidak ada
efek penghambat serum, lakukan uji kontrol positif
(3) Agar, dimurnikan dengan menggunakan dan tidak menggunakan
Agar untuk penggunaan mikrobiologi dan antiserum.
imunologi, disiapkan dengan prosedur penukar ion
yang menghasilkan produk dengan kemurnian Verifikasi Substrat
tinggi, kejernihan dan kepadatan gel. Agar Gunakan sel vero atau kultur sel lain (contoh lini
mengandung: sel produksi) yang setara dengan efektivitas untuk
Air 12,2 % deteksi mikoplasma. Uji efektvitas sel digunakan
Abu 1,5 % dengan menerapkan prosedur di bawah ini dan
Acid insoluble ash 0,2 % inokulasi tidak lebih dari 100 CFU atau
Klorin 0 mikroorganisme mirip CFU galur baku M.
Fosfat (dihitung sebagai P2O5) 0,3 % hyorhinis dan M. orale yang sesuai. Galur berikut
Total nitrogen 0,3 % yang sesuai sebagai berikut:
Tembaga 8 bpj
Besi 170 bpj M. hyorhinis ATCC 29052
M. orale NCTC 10112 CIP104969 ATCC 23714
Kalsium 0,28 %
Magnesium 0,32 %
Sel sesuai jika kedua galur baku terdeteksi. Sel
(4) Hanks’ balanced salt solution (modifikasi) indikator harus disubkultur tanpa antibiotik
Natrium klorida 6,4 g sebelum digunakan pada uji.
Kalium klorida 0,32 g
Magnesium sulfat heptahidrat 0,08 g Metode Uji
Magnesium klorida heksahidrat 0,08 g 1. Tumbuhkan kultur sel indikator pada kerapatan
Kalsium klorida anhidrat 0,112 g yang sesuai (contoh 2x104 hingga 2x105 sel per
Disodium hidrogen fosfat dihidrat 0,0596 g mL, 4x103 hingga 2,5x104 sel per cm2) yang
Kalium dihidrogen fosfat anhidrat 0,048 g menghasilkan pertumbuhan sel yang merata
Air hingga 800 mL setelah 3 hari. Inokulasi 1 mL produk uji ke
wadah kultur sel dan inkubasi pada suhu 35º –
(5) Brain heart infusion 38º.
Calf brain infusion 200 gram 2. Setelah minimal 3 hari inkubasi, saat sel tumbuh
Beef heart infusion 250 gram merata, buat subkultur pada cover glass pada
Proteose peptone 10 gram wadah yang sesuai (contoh bagian kaca objek)
Glukosa monohidrat 2 gram untuk prosedur uji ini. Tumbuhkan sel pada
Natrium klorida 5 gram kerapatan rendah sehingga sel 50% merata
Dinatrium hidrogen fosfat, anhidrat 2,5 gram setelah 3-5 hari inkubasi. Pemerataan sel yang
Air hingga 1000 mL sempurna dapat mengganggu visualisasi
farmasiindustri.com
35

mikoplasma setelah pewarnaan dan harus pengganti metode kultur dan metode kultur sel
dihindari. indikator setelah dilakukan validasi yang sesuai.
3. Buang media dan bilas sel indikator dengan
dapar salin fosfat pH 7,4, tambahkan larutan Teknik amplifikasi asam nukleat langsung Dapat
fiksasi yang sesuai (campurkan asam asetat diterapkan jika terdapat bahan sitotoksik dan jika
glasial P - metanol P (1:3) yang dibuat segar, metode cepat diperlukan.
jika bisbenzimida P digunakan untuk
pewarnaan). Pengkayaan kultur sel diikuti oleh Teknik
4. Buang larutan fiksasi dan cuci sel dengan air amplifikasi asam nukleat Uji sampel dan substrat
steril P. Keringkan kaca objek dengan sel yang sesuai (seperti yang dijelaskan di bawah
sempurna jika kaca objek akan diwarnai lebih metode kultur sel indikator) dikultur bersama
dari 1 jam sesudahnya (perlakuan tertentu selama periode tertentu; asam nukleat kemudian
dibutuhkan untuk pewarnaan kaca objek setelah diekstraksi dari sel dan beningan serta digunakan
pengeringan karena bercak yang mungkin untuk deteksi dengan teknik amplifikasi asam
dihasilkan). nukleat.
5. Tambahkan pewarna DNA yang sesuai dan
diamkan dalam waktu yang sesuai (larutan kerja Validasi
bisbenzimida P dan waktu selama 10 menit). Baku pembanding diperlukan pada berbagai tahap
6. Hilangkan warna dan bersihkan permukaan selama validasi dan untuk penggunaan sebagai
dengan air P. kontrol selama pengujian rutin. Baku pembanding
7. Pasang setiap cover glass jika memungkinkan berupa mikoplasma atau asam nukleat.
(campuran gliserol P - dapar fosfat sitrat pH 5,5 Untuk validasi batas deteksi, spesies berikut ini
(1:1)). Periksa dengan fluoresensi (untuk mewakili seleksi optimal sebagai kontaminan dan
pewarna bisbenzimida, filter eksitasi 330 nm/ hubungan filogenetik:
380 nm dan barrier filter LP 440 nm) pada  A. laidlawii;
perbesaran 400 kali atau lebih.  M. fermentans;
8. Bandingkan kultur uji kontrol negatif dan positif  M. hyorhinis (jika pengkayaan sel kultur
menggunakan mikroskop, periksa fluoresensi digunakan, galur fastidious seperti ATCC
ekstranuklir. Mikoplasma menghasilkan titik 29052 disertakan)
kecil dan filamen dalam ruang interselular.  M. orale
Beberapa area mikroskopik diperiksa sesuai  M. pneumoniae atau M. gallisepticum;
protokol validasi.  M. synoviae (jika ada penggunaan atau paparan
terhadap bahan avian selama produksi)
Interpretasi Hasil  M. arginine;
Produk yang diuji memenuhi syarat jika tidak
 S. citri (jika ada penggunaan atau paparan
terdapat fluorosensi spesifik mikoplasma. Uji tidak
terhadap serangga atau bahan tanaman selama
memenuhi syarat jika kontrol positif tidak
produksi).
menunjukkan fluorosensi spesifik mikoplasma dan
jika kontrol negatif menunjukkan fluorosensi
Spesifisitas ditunjukkan menggunakan jenis spesies
spesifik mikoplasma.
bakteri yang sesuai selain mikoplasma. Genus
bakteri dengan filogenetik yang memiliki
Teknik Amplifikasi Asam Nukleat
kekerabatan dekat dengan mikoplasma lebih sesuai
untuk validasi ini meliputi Clostridium,
Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan
Lactobacillus dan Streptococcus.
untuk deteksi mikoplasma dengan amplifikasi asam
nukleat yang diekstraksi dari sampel uji dengan
Studi perbandingan untuk penggunaan Teknik
primer spesifik terhadap asam nukleat target.
amplifikasi asam nukleat sebagai metode alternatif
Teknik amplifikasi asam nukleat menunjukkan
Untuk tiap spesies uji mikoplasma:
urutan asam nukleat tertentu dan tidak memerlukan
- Sebagai alternatif metode kultur: Uji teknik
mikoplasma hidup. Terdapat sejumlah teknik yang
amplifikasi asam nukleat dapat mendeteksi 10
berbeda. Prosedur lain dapat digunakan, namun
CFU/mL;
harus divalidasi seperti tertera pada pedoman yang
- Sebagai alternatif metode kultur sel indikator;
tercantum pada akhir bagian ini. Jika kit komersial
sistem uji teknik amplifikasi asam nukleat dapat
digunakan, terdapat parameter tertentu yang harus
mendeteksi 100 CFU/mL
divalidasi oleh produsen dan diinformasikan
Atau batas deteksi yang setara dengan jumlah
kepada pengguna.
salinan asam nukleat mikoplasma dalam sampel uji
Teknik amplifikasi asam nukleat diterapkan jika
(menggunakan baku pembanding asam nukleat
ditetapkan pada monografi. Teknik amplifikasi
mikoplasma yang sesuai).
asam nukleat juga dapat digunakan sebagai
Kontrol Internal
farmasiindustri.com
36

Kontrol internal dibutuhkan untuk verifikasi rutin - Metode alternatif untuk menggantikan metode
adanya penghambat. Kontrol internal dapat kompendial (metode kultur sel indikator atau
mengandung urutan yang dikenali primer atau metode kultur).
beberapa urutan lain yang sesuai. Kontrol internal Pedoman ini memiliki 2 tujuan yaitu untuk validasi
hendaknya ditambahkan ke bahan uji sebelum amplifikasi asam nukleat dan untuk studi
isolasi asam nukleat sehingga dapat berlaku sebagai pembanding antara amplifikasi asam nukleat dan
kontrol keseluruhan (ekstraksi, transkripsi balik, metode kompendial.
amplifikasi, deteksi).

Kontrol eksternal Pedoman Untuk Validasi Mikoplasma


Kontrol positif eksternal mengandung sejumlah Amplifikasi Asam Nukleat
salinan urutan target atau CFU dari 1 atau lebih Tiga parameter yang harus dievaluasi: spesifisitas,
spesies mikoplasma yang sesuai yang dipilih batas deteksi dan ketegaran.
selama validasi uji. Satu dari kontrol positif diatur 1. Spesifisitas
dekat dengan titik cut-off positif untuk Spesifisitas adalah kemampuan untuk menilai
menunjukkan sensitifitas yang diharapkan tercapai. dengan jelas asam nukleat target yang terdapat
Kontrol negatif eksternal tidak mengandung urutan pada sampel.
target tapi tidak mewakili matriks yang sama Spesifisitas teknik amplifikasi asam nukleat
sebagai bahan uji. tergantung pada pemilihan primer, pelacak (untuk
analisis produk jadi) dan keketatan kondisi uji
Interpretasi Hasil (untuk tahap amplifikasi dan deteksi).
Primer yang digunakan juga dapat mengamplifikasi Kemampuan teknik amplifikasi asam nukleat untuk
asam nukleat bakteri non mikoplasma, yang mendeteksi beragam spesies mikoplasma akan
mengarah ke hasil positif palsu. Prosedur bergantung pada pemilihan primer, probe dan
ditetapkan pada waktu validasi untuk menangani parameter metode. Kemampuan ini harus
konfirmasi hasil positif, jika diperlukan. dibuktikan menggunakan baku. Oleh karena teknik
amplifikasi sistem asam nukleat berdasarkan
Pedoman Validasi Amplifikasi Asam Nukleat campuran primer, perbandingan database analisis
Untuk Deteksi Mikoplasam primer dan pelacak tidak direkomendasikan. Hal ini
Ruang Lingkup karena interpretasi hasil rumit dan tidak
Teknik Amplifikasi asam nukleat adalah uji menggambarkan hasil uji. Selain itu primer akan
kualitatif atau kuantitatif adanya asam nukleat. mendeteksi spesies bakteri lain, potensi deteksi
Untuk deteksi kontaminasi mikoplasma dari variasi silang harus didokumentasikan dalam studi
sampel seperti vaksin dan substrat sel, uji kualitatif validasi. Genus bakteri dengan filogenetik yang
cukup dan dapat dipertimbangkan sebagai uji batas. memiliki kekerabatan dekat dengan mikoplasma
Pedoman ini menjelaskan metode untuk validasi lebih sesuai untuk validasi ini meliputi Clostridium,
prosedur analitik amplifikasi asam nukleat Lactobacillus dan Streptococcus. Namun tidak
kualitatif untuk mendeteksi kontaminasi hanya genus bakteri tersebut dan spesies yang diuji
mikoplasma. Metode tersebut berlaku untuk teknik akan bergantung pada kemampuan teoritis
amplifikasi asam nukleat real time yang digunakan (berdasarkan pada urutan primer/probe) sistem
untuk kontrol kontaminasi sebagai uji batas. amplifikasi asam nukleat untuk mendeteksi spesies
Dua karakteristik yang dianggap paling penting lain. Berdasarkan pada hasil validasi spesifisitas,
untuk validasi prosedur analitik adalah spesifisitas jika terdapat perbedaan dalam spesifisitas metode
dan batas deteksi. Ketegaran prosedur analitik (seperti deteksi asam nukleat bakteri non
harus dievaluasi. mikoplasma), strategi yang sesuai harus dilakukan
Untuk tujuan dokumen ini, prosedur analitik dalam studi validasi untuk menghasilkan
didefiniskan sebagai prosedur lengkap dari interpretasi hasil positif pada pengujian rutin. Misal
ekstraksi asam nukleat untuk deteksi produk yang uji kedua dapat dilakukan menggunakan metode
diamplifikasi. Jika kit komersial digunakan untuk alternatif tanpa perbedaan spesifisitas atau
sebagian atau semua prosedur analitik, validasi menggunakan metode kompendial.
terdokumentasi sudah dilakukan oleh produsen kit
yang dapat menggantikan validasi oleh pengguna. Batas Deteksi
Meskipun demikian, kinerja kit sehubungan dengan Batas deteksi prosedur analitik adalah jumlah
tujuan penggunaanya harus dibuktikan oleh terendah asam nukleat target dalam sampel yang
pengguna (misal batas deteksi, ketegaran, deteksi dapat dideteksi tapi tidak dikuantifikasi sebagai
silang bakteri klas lain). nilai yang tepat. Untuk penetapan batas deteksi,
Amplifikasi asam nukleat dapat digunakan sebagai: titik cut off positif harus ditentukan untuk prosedur
- uji pelengkap (misal untuk suspensi sitotoksik analitik amplifikasi asam nukleat. Titik cut off
virus) atau untuk tujuan kontrol dalam proses positif adalah jumlah minimum salinan urutan
target per volume uji yang dapat dideteksi pada
farmasiindustri.com
37

95% selama uji. Titik cut off positif dipengaruhi variasi kecil dalam parameter metode bersifat
oleh distribusi genom mikoplasma dalam sampel kritis. Namun, ketegaran metode dapat dilakukan
individu yang diuji dan faktor seperti efisiensi selama pengembangan ketika variasi kecil dalam
enzim dan dapat menghasilkan perbedaan 95% konsentrasi reagen dilakukan (misal MgCl2, primer
nilai cut off untuk setiap uji. atau deoksiribonukleotida). Evaluasi harus
Untuk menentukan titik cut off positif, seri dilakukan apabila terdapat modifikasi kit ekstraksi
pengenceran dikarakterisasi dan dikalibrasi (dalam atau prosedur ekstraksi serta jenis alat PCR.
CFU atau salinan asam nukleat) dalam galur baku Ketegaran suatu metode dapat dievaluasi melalui
kerja atau standar kompendial harus diuji pada hari studi kolaborasi.
berbeda untuk menentukan variasi antar uji.
Untuk validasi batas deteksi, spesies berikut ini
mewakili seleksi optimal sebagai kontaminan dan Pedoman Studi Komparibilitas
hubungan filogenetik: Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan
 A. laidlawii; sebagai pengganti metode kompendial (metode
 M. fermentans; kultur sel indikator atau metode kultur). Dalam
 M. hyorhinis (jika pengkayaan sel kultur kasus ini, studi komparibilitas harus dilakukan.
digunakan, galur fastidious seperti ATCC Studi komparibilitas ini harus meliputi
29052 disertakan) perbandingan batas deteksi respektif (masing-
 M. orale masing) metode alternatif dan metode kompendial.
 M. pneumoniae atau M. gallisepticum; Tetapi spesifisitas (mikoplasma terdeteksi, hasil
 M. synoviae (jika ada penggunaan atau positif palsu yang diprediksi) harus
paparan terhadap bahan avian selama dipertimbangkan. Untuk batas deteksi, kriteria
produksi) penerimaan didefinisikan sebagai berikut:
- Jika metode alternatif diusulkan untuk
 M. arginine;
menggantikan metode kultur, sistem
 S. citri (jika ada penggunaan atau paparan
amplifikasi asam nukleat harus dapat
terhadap serangga atau bahan tanaman
mendeteksi 10 CFU per mL untuk setiap
selama produksi).
spesies uji mikoplasma yang dijelaskan di
Untuk setiap galur, minimal 3 seri independen
atas,
pengenceran kelipatan 10 harus diuji, dengan
- Jika metode alternatif diusulkan untuk
sejumlah replikasi pada setiap pengenceran dengan
menggantikan metode kultur sel indikator,
jumlah total 24 hasil uji, untuk mendapatkan hasil
sistem amplifikasi asam nukleat harus dapat
analisis statistik. Misalnya dilakukan 3 seri
mendeteksi 100 CFU per mL untuk setiap
pengenceran pada hari berbeda dengan 8 replikasi
spesies uji mikoplasma yang dijelaskan di
untuk tiap pengenceran, 4 seri pengenceran pada
atas.
hari berbeda dengan 6 replikasi untuk tiap
Untuk kedua kasus, standar terkalibrasi yang sesuai
pengenceran, atau 6 seri pengenceran pada hari
untuk sejumlah salinan asam nukleat dan sejumlah
berbeda dengan 4 replikasi untuk tiap pengenceran.
CFU dapat digunakan untuk memenuhi penetapan
Untuk menetapkan jumlah pengenceran pada tahap
kriteria keberterimaan. Hubungan antara CFU dan
yang dapat dikendalikan, uji pendahuluan harus
salinan asam nukleat untuk sediaan baku harus
dilakukan untuk mendapatkan nilai awal titik cut
ditetapkan sebelumnya untuk membandingkan
off positif (misalnya pengenceran tertinggi
kinerja metode amplifikasi asam nukleat dengan
memberikan respon positif). Rentang pengenceran
kinerja metode kompendial.
dapat dipilih sekitar titik cut off awal yang telah
Satu dari dua strategi di bawah ini dapat digunakan
ditentukan. Konsentrasi mikoplasma (CFU atau
untuk menunjukkan studi komparibilitas:
salinan) dapat dideteksi pada 95% uji yang dapat
- Lakukan metode alternatif amplifikasi asam
dihitung menggunakan metode statistik yang
nukleat secara paralel dengan metode
sesuai. Hasil tersebut dapat digunakan untuk
kompendial untuk mengevaluasi batas deteksi
menilai variabilitas prosedur analitik.
secara simultan kedua metode menggunakan
sampel yang sama dari galur yang terkalibrasi.
Ketegaran
- Bandingkan kinerja metode alternatif
Ketegaran adalah ukuran kemampuan prosedur
amplifikasi asam nukleat menggunakan data
untuk tetap bertahan dan tidak terpengaruh oleh
yang diperoleh sebelumnya dari validasi
parameter metode dengan variasi kecil yang
metode kompendial. Dalam hal ini, kalibrasi
disengaja pada parameter dan menyediakan
standar yang digunakan untuk kedua validasi
indikasi keandalan metode selama penggunaan
dan juga stabilitasnya harus didokumentasikan
normal. Evaluasi ketegaran harus dipertimbangkan
dengan baik.
pada tahap pengembangan metode. Evaluasi
Laporan studi komparabilitas seharusnya
seharusnya menunjukkan keandalan prosedur
menjelaskan semua elemen validasi (spesifisitas,
analitik yang parameter metodenya divariasi
batas deteksi dan variabilitas dan ketegaran) untuk
dengan disengaja. Untuk amplifikasi asam nukleat,
farmasiindustri.com
38

menilai semua kelebihan dan kekurangan metode Prosedur berikut ini digunakan untuk
amplifikasi asam nukleat alternatif dibandingkan menetapkan viskositas cairan Newtonian, yaitu
dengan metode kompendial. cairan yang mempunyai viskositas tidak tergantung
pada kecepatan alir.

METODE I. VISKOMETER TABUNG


Tambahan lampiran KAPILER (UBBELOHDE)
UJI TOKSISITAS ABNORMAL <252>
Peralatan: Penetapan dapat dilakukan
Uji Umum menggunakan viskometer tabung kapiler seperti
Suntikkan secara intravena sejumlah sampel uji pada gambar (Gambar 1).
seperti tertera dalam monografi, yang dilarutkan
dalam 0,5 mL air untuk injeksi atau 9 g per L
larutan steril natrium klorida P pada 5 mencit sehat
dengan bobot antara 17 hingga 24 g. Kecuali
dinyatakan lain, suntikkan larutan selama 15
hingga 30 detik.
Sampel uji dinyatakan memenuhi syarat jika tidak
ada mencit yang mati dalam waktu 24 jam atau
dalam waktu seperti yang ditentukan dalam
masing-masing monografi. Jika lebih dari satu
hewan mati, sampel uji dinyatakan tidak memenuhi
syarat. Jika salah satu hewan mati, ulangi
pengujian. Sampel uji dinyatakan memenuhi syarat
jika tidak ada hewan pada pengujian ulang yang
mati dalam interval waktu yang ditentukan.

Imunosera dan Vaksin untuk Manusia


Kecuali dinyatakan lain, suntikkan secara
intraperitoneal 1 dosis manusia namun tidak lebih
dari 1,0 mL pada 5 mencit sehat dengan bobot
antara 17 g hingga 24 g. Dosis manusia adalah
dosis yang tercantum pada label sediaan uji atau
pada informasi produk yang menyertainya. Amati
hewan selama 7 hari.
Pengujian juga harus dilakukan pada 2 marmot Gambar 1. Viskometer Tabung Kapiler
sehat dengan bobot antara 250 g hingga 400 g. (Ubbelohde)
Suntikkan secara intraperitoneal 1 dosis manusia
pada setiap hewan, namun tidak lebih dari 5 mL. Viskometer lain dapat digunakan jika
Dosis manusia adalah dosis yang tercantum pada menunjukkan akurasi dan presisi tidak kurang dari
label sampel uji atau informasi produk yang yang diperoleh menggunakan viskometer yang
menyertainya. Amati hewan selama 7 hari. tertera pada lampiran ini.
Untuk kedua hewan uji, sampel uji dinyatakan
memenuhi syarat jika tidak ada hewan yang Prosedur: Isi viskometer melalui tabung (L)
menunjukkan tanda-tanda sakit. Jika lebih dari satu dengan jumlah cairan uji yang cukup yang sesuai
hewan mati, sampel uji dinyatakan tidak memenuhi untuk viskometer yang digunakan atau dengan
syarat. Jika salah satu hewan mati atau mengikuti petunjuk produsen. Lakukan penetapan
menunjukkan tanda-tanda sakit, ulangi pengujian. dengan tabung pada posisi vertikal. Isi tabung (A)
Sampel uji dianggap memenuhi syarat jika tidak dengan cairan, dan juga pastikan bahwa tinggi
ada hewan dari kelompok kedua yang mati atau cairan di tabung (B) berada di bawah bagian luar
menunjukkan tanda-tanda sakit dalam interval tabung ventilasi (M). Rendam viskometer dalam
waktu yang ditentukan. penangas air atau minyak pada suhu tetap yang
ditentukan dalam monografi masing-masing, dan
atur suhu hingga ± 0,1°, kecuali ditentukan lain
dalam monografi masing-masing. Pertahankan
Tambahan lampiran viskometer dalam posisi vertikal selama jangka
PENETAPAN VISKOSITAS: METODE waktu tidak kurang dari 30 menit sampai suhu
KAPILER <1052> cairan uji mencapai kesetimbangan. Tutup tabung
(M), dan naikkan ketinggian cairan dalam tabung
(N) ke tinggi lebih kurang 8 mm di atas tanda (E ≡
farmasiindustri.com
39

h1). Pertahankan cairan pada ketinggian ini dengan


menutup tabung (N) dan membuka tabung (M).
Buka tabung (N), dan ukur waktu yang dibutuhkan
agar tinggi cairan turun dari batas (E ≡ h1) ke batas
(F ≡ h2), menggunakan alat pengukur waktu yang
akurat dan sesuai. [Catatan— Waktu mengalir
minimum harus 200 detik].

Kalibrasi: Kalibrasi setiap viskometer pada


suhu pengujian menggunakan cairan dengan
viskositas baku yang diketahui untuk menentukan
konstanta viskometer, k. Nilai viskositas dari baku
kalibrasi harus mencakup nilai viskositas yang
ditentukan dari cairan.
Hitung konstanta viskometer, k, dalam mm2/s2:

k = η / (ρ × t)

η = viskositas cairan yang diketahui (mPa·s)


ρ = bobot jenis cairan (g/mL)
t = waktu mengalir cairan dalam detik (s), dari
tanda batas atas hingga tanda batas bawah
dalam tabung kapiler.
Gambar 2. Viskometer Kapiler Tabung
Perhitungan viskositas kinematik dan
Bentuk-U Sederhana (Ostwald)
Newtonian cairan uji: Viskometer kapiler dipilih
sehingga waktu mengalir, t, adalah tidak kurang
Variabel dan nomor garis pada Gambar 2 yaitu:
dari 200 detik, dan koreksi energi kinematik
biasanya kurang dari 1%. Jika konstanta viskositas,
Garis 1 = tanda batas atas pada tabung
k, diketahui, gunakan persamaan berikut untuk
V = volume cairan yang ditambahkan (m3)
menghitung viskositas kinematik, v, dalam mm2/s,
Garis 2 = tanda batas bawah pada tabung
dari waktu mengalir, t, dalam s.
L = panjang tabung kapiler (m)
v=k×t
Viskometer lain seperti viskometer kapiler tipe
Ostwald yang dimodifikasi (sebagai contoh
Jika bobot jenis cairan diketahui pada suhu
viskometer kapiler Cannon-Fenske adalah salah
pengukuran viskositas, maka viskositas Newtonian,
satu jenis viskometer kapiler tabung bentuk-U
η, dalam mPa· s, dihitung:
sederhana) dapat digunakan jika menunjukkan
akurasi dan presisi tidak kurang dari yang diperoleh
η=v×ρ
menggunakan viskometer yang tertera pada
lampiran ini.
ρ = bobot jenis cairan (g/mL)
Prosedur: Isi tabung dengan jumlah cairan uji
Waktu cairan mengalir yang diukur adalah rata-
yang sesuai dengan viskometer yang digunakan
rata dari tidak kurang dari tiga penetapan berturut-
atau dengan mengikuti petunjuk produsen. Volume
turut. Hasil dinyatakan valid jika persentase
cairan yang digunakan harus sedemikian rupa
simpangan baku relatif (% RSD) untuk ketiga
sehingga tabung bagian bawah tidak seluruhnya
pembacaan tersebut adalah tidak lebih dari 2,0%.
kosong saat cairan ditarik melalui tabung kapiler ke
batas keluar paling atas. Lakukan penetapan
METODE II. VISKOMETER KAPILER
dengan tabung pada posisi vertikal. Rendam
TABUNG BENTUK-U SEDERHANA
viskometer dalam penangas air atau minyak pada
(OSTWALD)
suhu tetap yang ditentukan dalam monografi
masing-masing, dan atur suhu hingga ± 0,1°,
Peralatan: Penetapan dapat dilakukan
kecuali ditentukan lain dalam monografi masing-
menggunakan viskometer kapiler tabung bentuk-U
masing. Pertahankan viskometer dalam posisi
sederhana (Gambar 2).
vertikal selama jangka waktu tidak kurang dari 30
menit sampai suhu cairan uji mencapai
kesetimbangan. Dengan menggunakan penyedot,
tarik cairan melalui tabung kapiler sampai
meniskus berada pada batas miniskus paling atas.
farmasiindustri.com
40

Buka kedua lubang dan tabung kapiler terhadap


tekanan atmosfer, catat waktu, dalam detik, yang
dibutuhkan agar cairan mengalir dari batas atas ke
batas bawah pada tabung kapiler. [Catatan—
Waktu mengalir minimum harus 200 detik].

Kalibrasi dan Perhitungan viskositas


kinematik dan Newtonian cairan uji: Lakukan
seperti yang tertera pada Metode I. Untuk
viskometer kapiler tabung bentuk-U sederhana
tertentu, tetapkan konstanta viskometer pada suhu
yang sama dengan cairan uji. Gambar 2. Spindel bentuk cakram

Viskositas absolut tidak dapat dihitung karena


adanya ruang antara spindel dan dinding wadah,
Tambahan lampiran atau karena geometri (bentuk) spindel. Torsi untuk
PENETAPAN VISKOSITAS: METODE mempertahankan kecepatan sudut tertentu,
ROTASIONAL <1053> memberikan ukuran ketahanan cairan untuk
mengalir tetapi sering digambarkan sebagai
viskositas nyata.
PENDAHULUAN
Viskometer tipe spindel lainnya dapat digunakan
Prinsip dari metode ini adalah untuk mengukur selama memiliki akurasi dan presisi yang tidak
gaya (torsi) yang bekerja pada rotor ketika berputar kurang dari yang diperoleh oleh viskometer yang
pada kecepatan sudut konstan atau kecepatan rotasi dijelaskan dalam bab ini.
dalam cairan. Rheometer/viskometer rotasi Prosedur Ketika pengukuran viskositas
digunakan untuk mengukur viskositas fluida, baik dilakukan dalam gelas kimia atau gelas dan laju
Newtonian maupun non-Newtonian. Prosedur geser tidak diketahui, untuk mendapatkan
berikut digunakan untuk menentukan viskositas reprodusibilitas laboratorium yang mengukur
cairan Newtonian atau viskositas yang nyata dari viskositas menggunakan instrumen yang berbeda,
cairan non-Newtonian. Viskositas fluida yang parameter ini harus dilaporkan bersama dengan
dihitung harus sama terlepas dari laju geser (atau viskositas yang diukur:
kecepatan rotasi). Karena viskositas bergantung 1. Ukuran dan bentuk spindel
pada suhu, maka suhu sampel yang diukur harus 2. Kecepatan sudut atau kecepatan rotasi dari
dikontrol ±0,1⁰, kecuali dinyatakan lain dalam spindle
masing-masing monografi. 3. Temperatur sampel uji

METODE I. VISKOMETER SPINDEL Spindel harus direndam dengan kedalaman yang


direkomendasikan berjarak setidaknya 1 cm dari
Peralatan: Dalam viskometer spindel, viskositas bagian bawah dan dinding wadah.
ditentukan dengan memutar spindel berbentuk Preparasi dari sampel uji, meliputi temperatur
silinder atau disk (cakram), seperti yang kesetimbangan, yang dinyatakan dalam masing-
ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2, yang masing monografi. Ikuti rekomendasi dari produsen
masing-masing direndam dalam jumlah besar instrumen yang meliputi kedalaman sampel,
volume cairan. pemilihan spindel dan pengoperasian alat
viskometer.
Pemeriksaan Kalibrasi Periksa kalibrasi dari
konfigurasi viskometer tertentu pada temperatur uji
menggunakan satu atau lebih cairan dengan
viskositas yang sudah diketahui (Viskositas baku
Newtonian).
[Catatan – Untuk membantuk verifikasi linearitas
peralatan, disarankan untuk melakukan
pengukuran viskositas baku Newtonian dalam
beberapa kecepatan rotasi pada temperatur uji].
Viskometer dianggap sudah dikalibrasi jika
Gambar 1. Spindel bentuk silinder viskositas nyata yang diukur sebesar ±5% dari nilai
yang dinyatakan. Secara umum, kalibrasi,
pengoperasian, dan pembersihan viskometer harus
dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari
produsen instrumen.
farmasiindustri.com
41

Variabel dalam Gambar 3 dan Gambar 4


didefinisikan sebagai berikut:
METODE II. RHEOMETER SILINDER M = torsi yang bekerja pada permukaan silinder
KONSENTRIS (N.m)
R0 = jari-jari silinder luar (m)
Peralatan Dalam rheometer silinder konsentris, R1 = jari-jari silinder dalam (m)
viskositas nyata ditentukan dengan memasukan h = tinggi perendaman silinder bagian dalam
cairan ke dalam ruang antara silinder dalam dan didalam media cair (m)
silinder luar. Baik rheometer rotasi-tegangan ω = kecepatan sudut (radian/s)
maupun rheometer rotasi-terkontrol, tersedia secara η = viskositas (Pa.s)
komersial dalam konfigurasi geometri absolut ѵ = kecepatan (m/s)
(misal, ruang sudut antar yang sangat kecil diantara Prosedur Tempatkan sejumlah cairan uji dalam
kedua silinder konsentris) yang memungkinkan rheometer, dan biarkan sampel mencapai
perhitungan viskositas nyata untuk cairan non- kesetimbangan termal, seperti yang ditunjukkan
Newtonian. Rheometer tegangan geser terkontrol pada masing-masing monografi. Operasikan
mengukur laju geser yang dihasilkan dari rheometer sesuai dengan prosedur yang
penerapan gaya atau torsi (tegangan). direkomendasikan oleh produsen instrumen. Untuk
Rheometer tegangan geser terkontrol mengukur sistem non-Newtonian, monografi menunjukkan
laju geser (dari torsi pada sumbu rotor) yang tipe rheometer yang sebaiknya digunakan dan laju
dihasilkan dari laju geser yang diberikan (atau geser dimana pengukuran harus dilakukan.
kecepatan rotasional). Rheometer rotasi silinder Tentukan viskositas nyata dengan mengubah laju
konsentris terkadang disebut sebagai rheometer geser (atau tegangan geser, jika menggunakan
cup-dan-bob. Rheometer ini melibatkan rheometer tegangan geser terkontrol) pada rentang
pertimbangan desain tambahan yang tergantung yang sesuai dengan penggunaan sampel yang diuji.
pada putaran silinder luar (cup) atau silinder dalam Dari serangkaian pengukuran viskositas tersebut,
(bob). Rheometer rotating-cup disebut sebagai dapat diperoleh hubungan antara laju geser dan
sistem Searle, seperti yang ditunjukkan pada tegangan geser dari cairan non-Newtonian.
berturut-turut Gambar 3 dan Gambar 4.

METODE III. KERUCUT DAN LEMPENG

Peralatan Pada rheometer kerucut dan lempeng,


cairan dimasukkan ke dalam celah antara cakram
datar atau lempeng dan kerucut yang membentuk
sudut tertentu. Sudut kerucut memastikan laju geser
konstan yang disebabkan karena adanya
peningkatan jarak ruang antara dan kecepatan
linear sebagai peningkatan jarak dari titik asal.
Pengukuran viskositas dapat dilakukan dengan
memutar kerucut atau lempeng, seperti ditunjukkan
pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 3. Sistem silinder konsentris Couette untuk [Catatan – Karena volume sampel kecil,
rheometri rotasional kehilangan pelarut mutlak dalam jumlah kecil
dapat menyebabkan perubahan viskositas dalam
persentase besar. Kehilangan tersebut
berhubungan dengan pelarut yang mudah menguap
tetapi bisa terjadi perubahan berarti untuk pelarut
yang tidak mudah menguap seperti air.]

Gambar 4. Sistem silinder konsentris Searle untuk


rheometri rotasional
Gambar 5. Rheometer rotasional kerucut dan
lempeng dengan kerucut berputar
farmasiindustri.com
42

Berbeda dengan rheometer kerucut dan lempeng,


laju geser antara lempeng paralel meningkat
dengan jarak dari asal sumbu rotasi akibat
meningkatnya kecepatan linear untuk kecepatan
sudut yang diberikan dengan jarak celah yang
konstan. Dengan demikian, diperoleh laju geser
rata-rata. Meskipun demikian terdapat beberapa
keuntungan dari rheometer lempeng paralel
meliputi kemudahan dalam pemasukan sampel
Gambar 5. Rheometer rotasional kerucut dan (terutama untuk cairan yang sangat kental dan semi
lempeng dengan lempeng berputar solid lunak), dan sesuai untuk suspensi atau
partikulat. Untuk suspensi, celah harus ditetapkan
Variabel dalam Gambar 5 dan Gambar 6 cukup tinggi untuk menghindari penggilingan
didefinisikan sebagai berikut: partikel antar lempeng. Lempeng paralel memiliki
ω = kecepatan sudut (radian/s) celah yang dapat diatur oleh pengguna (dalam batas
M = torsi yang bekerja pada lempeng datar atau praktis), sehingga jika tidak ada partikel besar
permukaan kerucut (N.m) dapat digunakan celah yang lebih sempit. Seperti
α = sudut antara lempeng datar dan kerucut (radian) halnya rheometer kerucut dan lempeng, kehilangan
R = jari-jari kerucut (m) pelarut karena penguapan dapat mempengaruhi
viskositas sampel secara nyata, sehingga tindakan
pencegahan yang memadai perlu dilakukan untuk
Prosedur Lakukan seperti pada Metode II. meminimalkan kehilangan pelarut.
Rheometer Silinder Konsentris. Prosedur Lakukan seperti Metode II. Rheometer
Silinder Konsentris.

METODE IV. RHEOMETER LEMPENG


PARALEL (ATAU CAKRAM PARALEL)
UJI WAKTU HANCUR <1251>
Peralatan Rheometer lempeng paralel mirip
dengan rheometer kerucut dan lempeng kecuali Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan
sampel yang diukur dimasukkan ke dalam ruang kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
antara lempeng datar atau cakram dan lempeng masing-masing monografi, kecuali pada etiket
datar paralel sejajar atau dengan cakram lain. dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan
Pengukuran yang dilakukan spesifik dengan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang
lempeng atau cakram yang lebih rendah tetap untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap
stasioner (diam), sedangkan lempeng atau cakram dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat
yang lebih atas diputar pada kecepatan sudut dalam dua atau lebih periode berbeda dengan jarak
konstan, ω (Gambar 7). waktu yang jelas di antara periode pelepasan
tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji
dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan
prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa
sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa
sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti
yang jelas. Kecuali bagian dari penyalut atau
cangkang kapsul yang tidak larut.

Alat
Gambar 7. Rheometer rotasional lempeng parallel
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas
Variabel dalam Gambar 7, didefinisikan sebagai piala berukuran 1000 mL, dengan tinggi 138
berikut: hingga 160 mm dan diameter dalam 97 hingga 115
ω = kecepatan sudut (radian/s) mm, termostat untuk memanaskan cairan media
R = jari-jari lempeng (m) antara 35o hingga 39o dan alat untuk
h = jarak antara dua lempeng paralel (m) menaikturunkan keranjang dalam cairan media
pada frekuensi yang tetap antara 29 hingga 32 kali
per menit melalui jarak tidak kurang dari 53 mm
farmasiindustri.com
43

dan tidak lebih dari 57 mm. Volume cairan dalam Prosedur


wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi
gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada
15 mm di bawah permukaan cairan dan pada masing-masing 6 tabung dari keranjang, jika
gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 25 dinyatakan, masukkan 1 cakram pada tiap tabung.
mm dari dasar wadah. Waktu yang diperlukan Jalankan alat selama 15 menit atau seperti
bergerak ke atas adalah sama dengan waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi,
diperlukan untuk bergerak ke bawah dan perubahan gunakan air bersuhu 37 ± 2o sebagai media, kecuali
pada arah gerakan merupakan perubahan yang dinyatakan menggunakan cairan lain dalam
halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan kasar. masing-masing monografi, Pada akhir batas waktu,
Rangkaian keranjang bergerak vertikal sepanjang angkat keranjang dan amati semua tablet: semua
sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet
atau gerakan sumbu dari posisi vertikalnya. tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
Rangkaian keranjang Rangkaian keranjang tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
terdiri atas 6 tabung transparan yang kedua diuji harus hancur sempurna.
ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang
77,5 ± 2,5 mm, diameter dalam 20,7 hingga 23 Tablet salut selaput Lakukan pengujian dengan
mm dan tebal dinding 1,0 hingga 2,8 mm, tabung- prosedur seperti tertera pada Tablet tidak bersalut.
tabung ditahan pada posisi vertikal oleh dua Setelah 30 menit atau seperti dinyatakan dalam
lempengan plastik, masing-masing dengan masing-masing monografi, angkat keranjang dan
diameter 88 hingga 92 mm, tebal 5 hingga 8,5 mm, amati semua tablet: semua tablet harus hancur. Bila
dengan enam buah lubang, masing-masing 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
berdiameter 22 hingga 26 mm dan berjarak sama pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang
dari pusat lempengan maupun antara lubang satu 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
dengan lainnya. Pada permukaan bawah lempengan
dipasang suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 Tablet salut gula Lakukan pengujian dengan
mesh nomor 23 (0,025 inci). Bagian-bagian alat prosedur seperti tertera pada Tablet tidak bersalut.
dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut Setelah 60 menit atau dinyatakan lain dalam
melalui kedua lempengan plastik. Suatu alat masing-masing monografi, angkat keranjang dan
pengait dipasang pada alat yang menaikturunkan amati semua tablet: semua tablet harus hancur. Bila
rangkaian keranjang melalui satu titik pada tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
sumbunya, digunakan untuk menggantungkan dengan menggunakan tablet tambahan dan asam
rangkaian keranjang. hidroklorida 0,1 N bersuhu 37 ± 2o sebagai media.
Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
berbeda asalkan spesifikasi tabung kaca dan ukuran ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak
kasa dipertahankan. kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
Cakram Penggunaan cakram hanya diizinkan sempurna.
apabila tertera pada masing-masing monografi.
Tiap tabung mempunyai cakram berbentuk silinder Tablet salut enterik Masukkan 1 tablet pada
dengan perforasi, tebal 9,5 ± 0,15 mm dan masing-masing 6 tabung dari keranjang, bila tablet
diameter 20,7 ± 0,15 mm. Cakram dibuat dari mempunyai salut gula yang dapat larut, celupkan
bahan plastik transparan yang sesuai, mempunyai keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5
bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat lima menit.
lubang berukuran 2 ± 0,1 mm yang tembus dari Tanpa menggunakan cakram jalankan alat,
atas ke bawah, salah satu lubang melalui sumbu gunakan cairan lambung buatan LP bersuhu 37 ±
silinder, sedangkan lubang lain paralel terhadapnya 2o sebagai media. Setelah alat dijalankan selama
dengan radius jarak 6 ± 0,2 mm. Pada sisi silinder satu jam, angkat keranjang dan amati semua tablet:
terdapat 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V tablet tidak hancur, retak, atau menjadi lunak.
yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Sisi Jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP
paralel trapesoid pada dasar mempunyai panjang bersuhu 37 ± 2o sebagai media, selama jangka
1,6 ± 0,1 mm dan ujung bawah terletak 1,5 hingga waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
1,8 mm dari keliling silinder. Sisi paralel pada monografi. Angkat keranjang dan amati semua
bawah silinder mempunyai panjang 9,4 ± 0,2 mm, tablet: semua tablet hancur sempurna. Bila 1 tablet
dan tengahnya terletak pada kedalaman 2,6 ± 0,1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
mm dari keliling silinder. Seluruh permukaan pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang
cakram licin. Jika penggunaan cakram dicantumkan 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
dalam masing-masing monografi, tambahkan
cakram pada masing-masing tabung dan lakukan Tablet bukal Lakukan pengujian dengan
penetapan seperti tertera pada Prosedur. prosedur seperti tertera pada Tablet tidak bersalut.
Setelah 4 jam, angkat keranjang dan amati semua
farmasiindustri.com
44

tablet: semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau


2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian Kapsul gelatin keras Lakukan pengujian
dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 dengan prosedur seperti tertera pada Tablet tidak
tablet yang diuji harus hancur sempurna. bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai
pengganti cakram digunakan suatu kasa berukuran
Tablet larut Lakukan pengujian dengan 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian
prosedur seperti tertera dalam Tablet tidak bersalut keranjang, kasa ini ditempatkan pada permukaan
pada suhu 15-25°. Setelah 3 menit, angkat lempengan atas dari rangkaian keranjang. Amati
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam
harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak masing-masing monografi, semua kapsul hancur,
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 kapsul
tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi
diuji harus hancur sempurna. pengujian dengan 12 kapsul lainnya: tidak kurang
16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur
Tablet dispersibel Lakukan pengujian dengan sempurna.
prosedur seperti tertera dalam Tablet tidak bersalut
pada suhu 15-25°. Setelah 3 menit, angkat Kapsul gelatin lunak Lakukan pengujian
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet dengan prosedur seperti tertera pada Kapsul gelatin
harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak keras.
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna.
Tambahan lampiran
Tablet orodispersibel Lakukan pengujian METODE IMUNOKIMIA <1385>
dengan prosedur seperti tertera pada Tablet tidak
bersalut. Setelah 3 menit, angkat keranjang dan Metode imunokimia berdasarkan pengikatan non-
amati semua tablet: semua tablet harus hancur. Bila kovalen antara antigen dan antibodi yang bersifat
1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi selektif dan reversibel. Metode ini digunakan untuk
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang mendeteksi atau mengukur suatu antigen maupun
16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. antibodi. Pembentukan kompleks antigen-antibodi
dapat dideteksi, dan jumlah kompleks yang
Tablet oral disintegrasi Lakukan pengujian terbentuk dapat diukur dengan berbagai cara. Hasil
dengan prosedur seperti tertera pada Tablet tidak metode imunokimia tergantung pada kondisi uji,
bersalut. Setelah 3 menit, angkat keranjang dan sifat, dan kualitas reagen yang digunakan. Penting
amati semua tablet: semua tablet harus hancur. Bila untuk membakukan komponen immunoassay dan
1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi menggunakan baku pembanding internasional
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang untuk immunoassay, jika tersedia.
16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Reagen yang diperlukan untuk banyak metode
imunokimia tersedia dalam bentuk kit uji
Tablet sublingual Lakukan pengujian dengan komersial, yaitu seperangkat reagen (terutama
prosedur seperti tertera pada Tablet tidak bersalut. antigen atau antibodi) dan bahan-bahan yang
Amati tablet dalam batas waktu yang dinyatakan dimaksudkan untuk estimasi in vitro bahan tertentu
dalam masing-masing monografi: semua tablet serta instruksi untuk penggunaan yang tepat.
harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak Penting untuk memastikan bahwa kit yang
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 digunakan sesuai untuk analisis bahan yang akan
tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji, dengan selektivitas dan sensitivitas tertentu.
diuji harus hancur sempurna.
METODE JIKA MENGGUNAKAN ANTIGEN
Tablet efervesen Masukkan 1 tablet pada ATAU ANTIBODI BERLABEL
masing-masing 6 gelas piala berisi 200 mL air Metode yang menggunakan bahan berlabel dapat
bersuhu 15-25°: terbentuk gelembung udara. Jika menggunakan label yang sesuai seperti enzim,
pembentukan gas disekitar tablet telah berhenti: fluorofor, luminofor, dan radioisotop. Jika label
tablet telah hancur, terlarut atau terdispersi dalam yang digunakan adalah radioisotop, metode ini
air dengan tidak meninggalkan agromerat. Amati disebut sebagai "radio-immunoassay".
tablet dalam waktu 5 menit atau batas waktu yang Rekomendasi untuk pengukuran radioaktivitas
dinyatakan dalam masing-masing monografi: yang tertera pada monografi yang berlaku untuk
semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet radio-immunoassay. Semua pekerjaan dengan
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi bahan radioaktif harus dilakukan sesuai dengan
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang peraturan nasional dan kode praktik yang diterima
16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
farmasiindustri.com
45

secara internasional untuk perlindungan terhadap Metode imununo-elektroforesis


bahaya radiasi. Imunoelektroforesis adalah teknik kualitatif yang
menggabungkan 2 metode: elektroforesis gel yang
METODE JIKA MENGGUNAKAN ANTIGEN diikuti dengan imunodifusi.
ATAU ANTIBODI TIDAK BERLABEL
Metode Imunopresipitasi Immunoelektroforesis silang digunakan untuk
Metode imunopresipitasi mencakup reaksi flokulasi analisis kualitatif dan kuantitatif. Tahap pertama
dan presipitasi. Ketika larutan antigen dicampur prosedur ini adalah elektroforesis gel biasa,
dengan antibodinya dalam kondisi yang sesuai, setelah lempeng gel mengandung fraksi terpisah
reaktan akan membentuk agregat. Rasio campuran yang akan ditentukan, kemudian dipotong dan
yang memberikan waktu flokulasi terpendek atau dipindahkan ke lempeng lain.
presipitasi paling tinggi disebut rasio optimal, dan Elektroforesis pada arah kedua dilakukan secara
biasanya dihasilkan dari antigen dan antibodi dalam tegak lurus terhadap proses elektroforesis
jumlah setara. Imunopresipitasi dapat dinilai secara sebelumnya dalam gel yang mengandung antibodi
visual atau dengan teknik hamburan cahaya. yang sesuai dengan konsentrasi relatif rendah.
Peningkatan sensitivitas diperoleh dengan Untuk konsentrasi antibodi tertentu dan ketebalan
menggunakan partikel dilapisi dengan antigen atau gel, hubungan antara luas puncak presipitasi
antibodi (misalnya lateks) sebagai pereaksi. masing-masing dan jumlah antigen yang sesuai
Dalam metode flokulasi, digunakan pengenceran harus linier.
bertahap dari salah satu campuran, sedangkan
dalam metode imunodifusi, pengenceran diperoleh Electroimmunoassay sering disebut sebagai rocket
dengan difusi dalam media gel: gradien konsentrasi immunoelectrophoresis adalah metode kuantitatif
dari satu atau kedua campuran dicapai, sehingga cepat untuk menentukan antigen dengan muatan
menghasilkan zona dalam medium gel. Jika metode berbeda dari antibodi atau
flokulasi dilakukan dalam tabung, metode sebaliknya. Elektroforesis antigen yang akan
imunodifusi dapat dilakukan menggunakan alat ditentukan dilakukan dalam gel yang mengandung
berbeda seperti tabung, lempeng kaca, atau bejana. konsentrasi relatif lebih rendah dari antibodi yang
Sistem imunopresipitasi sederhana terdiri dari satu sesuai. Bahan uji dan pengenceran antigen baku
antigen yang dicampur dengan antibodinya, sistem pembanding yang digunakan untuk kalibrasi
imunopresipitasi kompleks melibatkan campuran dimasukkan ke dalam sumur berbeda dalam gel.
yang terkait tetapi tidak identik secara serologis, Selama elektroforesis, zona presipitasi berbentuk
dan sistem imunopresipitasi ganda menggunakan puncak yang bermigrasi dari sumur terbentuk.
beberapa campuran yang tidak terkait secara Bagian depan endapan tidak bergerak ketika
serologis. antigen tidak ada lagi. Untuk konsentrasi antibodi
Dalam metode difusi sederhana, gradien tertentu, hubungan antara jarak yang ditempuh oleh
konsentrasi ditetapkan hanya untuk satu reaktan endapan dan jumlah antigen yang digunakan harus
yang berdifusi dari sumber eksternal ke dalam linear.
media gel yang mengandung reaktan sesuai pada
konsentrasi relatif rendah. Counter-immunoelectrophoresis adalah metode
kuantitatif cepat dengan gradien konsentrasi
Single radial immunodiffusion (SRID ) adalah antigen eksternal dan antibodi eksternal yang akan
teknik imunodifusi kuantitatif yang dibentuk dalam medan listrik tergantung pada
sederhana. Ketika kesetimbangan antara reaktan muatan berbeda. Hasil pengenceran baku
eksternal dan internal telah terbentuk, zona pembanding untuk kalibrasi dan pengenceran
presipitasi sirkular, yang berasal dari lokasi reaktan bahan uji dimasukkan ke dalam sumur pada gel dan
eksternal, berbanding lurus dengan jumlah antigen sejumlah tetap reaktan yang sesuai dimasukkan ke
yang digunakan dan berbanding terbalik dengan dalam sumur yang berlawanan. Titer bahan uji
konsentrasi antibodi dalam gel. dapat ditentukan sebagai pengenceran tertinggi
Dalam metode difusi ganda, gradien konsentrasi yang menunjukkan garis presipitasi.
ditetapkan untuk kedua reaktan. Kedua antigen dan
antibodi berdifusi dari sumur terpisah membentuk Visualisasi dan karakterisasi garis
kompleks antigen antibodi yang dapat diamati imunopresipitasi
secara visual. Metode ini dapat dilakukan dengan pewarnaan
selektif atau non-selektif, fluoroesensi, pelabelan
Metode difusi ganda komparatif digunakan untuk enzim,isotop atau teknik lain yang relevan. Metode
membandingkan berbagai antigen secara kualitatif pewarnaan selektif biasanya dilakukan untuk
dengan antibodi yang sesuai atau karakterisasi zat non-protein dalam endapan.
sebaliknya. Perbandingan didasarkan pada ada Dalam gel tembus cahaya seperti agar atau agarosa,
tidaknya interaksi antara pola presipitasi. garis presipitasi menjadi jelas terlihat dalam gel,
selama konsentrasi masing-masing reaktan tepat.
farmasiindustri.com
46

tinggi tidak boleh berbeda secara


VALIDASI METODE signifikan. Perbedaan dapat terjadi karena efek dari
Kriteria validasi matriks, baik penghambatan ikatan, atau degradasi
Metode imunokimia kuantitatif valid jika: senyawa pelabel.
1) Antibodi atau antigen tidak berbeda secara
signifikan antara uji dan baku
pembanding. Untuk reaktan berlabel, reaktan
yang sesuai tidak berbeda secara signifikan Tambahan lampiran
antara senyawa berlabel dan tidak berlabel. PROTEIN TOTAL <1387>
2) Metode ini tidak terpengaruh oleh matriks
pengujian, yaitu komponen lain dari sampel uji
METODE 1
atau eksipiennya, yang dapat bervariasi antar
Protein dalam larutan menyerap sinar ultraviolet
sampel. Komponen lain dapat berupa protein
pada panjang gelombang 280 nm, dengan adanya
lain, garam, pengawet, atau aktivitas proteolitik
kandungan asam amino aromatik, terutama tirosin
yang terkontaminasi dalam konsentrasi yang
dan triptofan, dalam struktur protein. Sifat ini dapat
tinggi.
digunakan untuk tujuan pengujian. Jika dapar yang
3) Batas kuantitasi berada di bawah kriteria
digunakan untuk melarutkan protein memiliki
keberterimaan yang tertera pada masing-
absorbansi tinggi relatif terhadap air, artinya
masing monografi.
terdapat senyawa pengganggu. Gangguan dapat
4) Presisi uji sesuai dengan variasi hasil yang
dihindari dengan menggunakan dapar tersebut
memenuhi persyaratan seperti tertera pada
sebagai cairan kompensasi tetapi jika senyawa
masing-masing monografi.
pengganggu menghasilkan absorbansi tinggi, hasil
5) Pengujian dilakukan secara sistematis.
dapat dijustifikasi. Pada konsentrasi rendah, protein
terabsorbsi pada sel dapat mengurangi kadar dalam
Metode validasi Untuk memverifikasi kriteria
larutan secara signifikan. Hal ini dapat dicegah
tersebut di atas, desain validasi mencakup kriteria
dengan menyiapkan sampel pada konsentrasi tinggi
berikut:
atau menggunakan detergen non-ionik dalam
1) Pengujian dilakukan tidak kurang dari 3 (tiga)
penyiapan.
kali pengulangan (triplo).
2) Pengujian mencakup tidak kurang dari 3 (tiga)
METODE 2
pengenceran berbeda dari baku pembanding dan
Metode ini (umumnya disebut sebagai uji Lowry)
3 (tiga) pengenceran sampel uji dari aktivitas
didasarkan pada Reduksi kromogen asam
yang diperkirakan sesuai dengan baku
campuran fosfomolibdobotungstik dalam pereaksi
pembanding.
fosfomolibdotungstik oleh protein, yang
3) Rancangan pengujian dilakukan secara acak.
menghasilkan serapan maksimum pada panjang
4) Jika sampel uji dalam bentuk serum atau
gelombang 750 nm.
diformulasikan dengan komponen lain, baku
Pereaksi fosfomolibdobotungstik bereaksi terutama
pembanding juga diperlakukan sama.
dengan residu tirosin dalam protein. Perubahan
5) Pengujian meliputi pengukuran ikatan non-
warna mencapai maksimum dalam waktu 20 menit
spesifik reaktan berlabel.
hingga 30 menit pada suhu kamar, selanjutnya
6) Untuk displacement immunoassay:
warna akan memudar secara perlahan-lahan.
a. Tentukan ikatan maksimum (zero
Mengingat metode ini peka terhadap zat
displacement)
pengganggu, prosedur pengendapan protein dalam
b. Pengenceran mencakup rentang respon
sampel uji dapat dilakukan. Sebagian besar zat
lengkap dari nilai yang dekat dengan ikatan
yang mengganggu menyebabkan pemudaran
non-spesifik hingga ikatan maksimum,
intensitas warna; namun penambahan deterjen
sebaiknya untuk baku pembanding dan
tertentu dapat sedikit menguatkan intensitas warna.
sampel uji.
Konsentrasi garam yang tinggi dapat menyebabkan
terbentuknya endapan. Karena jenis protein
PERHITUNGAN STATISTIK
berbeda dapat memberikan respons intensitas
Untuk menganalisis hasil, kurva respons untuk
warna berbeda, protein baku dan protein uji harus
pengujian dan standar dapat dianalisis dengan
sama. Jika pemisahan zat pengganggu dari protein
metode statistik yang sesuai.
dalam sampel uji diperlukan, lanjutkan seperti yang
Jika grafik yang dihasilkan antibodi atau antigen
tertera di bawah ini untuk zat pengganggu sebelum
antara sampel uji dan baku pembanding tidak
persiapan larutan uji dilakukan. Efek zat
paralel secara signifikan hasil dinyatakan tidak
pengganggu dapat dikurangi dengan pengenceran,
valid.
jika konsentrasi protein uji cukup untuk
Pada displacement immunoassay, nilai ikatan non-
pengukuran yang akurat.
spesifik dan pemindahan maksimum pada
Gunakan air P untuk penyiapan semua dapar dan
konsentrasi sampel dan baku pembanding yang
pereaksi yang digunakan untuk metode ini.
farmasiindustri.com
47

Larutan uji Larutkan sejumlah bahan dalam kembali residu protein dalam 1 mL tembaga alkali
dapar yang ditentukan untuk mendapatkan P.
kelarutan yang memiliki konsentrasi dalam rentang
kurva standar. Dapar yang sesuai akan METODE 3
menghasilkan larutan pH 10,0 hingga 10,5. Metode ini (umumnya disebut sebagai Uji
Larutan baku Larutkan baku untuk protein yang Bradford) didasarkan pada pergeseran absorpsi dari
diuji dalam dapar sesuai yang telah ditentukan. 470 nm menjadi 595 nm yang diamati ketika
Encerkan bagian dari larutan ini dengan dapar yang pewarna biru asam 90 berikatan dengan protein.
sama untuk mendapatkan tidak kurang dari lima Pewarna biru asam 90 berikatan dengan mudah
larutan baku yang memiliki konsentrasi protein pada residu arginin dan lisin dalam protein yang
pada rentang antara 5 µg per mL dan 100 µg per dapat menyebabkan variasi pada respon pengujian
mL. terhadap protein yang berbeda. Protein yang
Blanko Buat blangko dari dapar yang digunakan digunakan sebagai senyawa baku harus sama
untuk menyiapkan Larutan uji dan Larutan baku. dengan protein yang akan diuji. Terdapat senyawa
Tembaga sulfat P Larutkan 100 mg tembaga pengganggu yang relatif rendah, namun lebih baik
sulfat pentahidrat P dan 0,2 g natrium tartrat P dihindari detergen dan ampholytes dalam sampel
dalam air P dan encerkan hingga 50 mL dengan uji. Sampel alkalin tinggi dapat mengganggu
pelarut yang sama. Larutkan 10 g natrium karbonat dengan adanya pereaksi asam.
anhidrat dalam air P dan encerkan hingga 50 mL
dengan pelarut yang sama. Tuangkan secara METODE 4
perlahan larutan natrium karbonat ke dalam larutan Metode ini (umumnya disebut sebagai
tembaga sulfat lalu aduk. Gunakan dalam 24 jam. bicinchoninic acid atau BCA assay) didasarkan
Tembaga alkali P Campurkan 1 volume tembaga pada reduksi ion tembaga (Cu2+) menjadi ion
sulfat P, 2 volume dari 50 g per L larutan natrium tembaga (Cu1+) dengan protein. Pereaksi
dodesil sulfat P dan 1 volume dari 32 g per L bicinchoninic acid digunakan untuk mendeteksi ion
larutan natrium hidroksida P. Simpan pada suhu tembaga (Cu1+). Beberapa senyawa akan
ruang dan gunakan dalam waktu 2 minggu. mengganggu proses reaksi. Ketika terdapat
Fosfomolibdotungstik encer P Campurkan 5 mL senyawa penggangu, efek senyawa tersebut dapat
fosfomolibdotungstik P dengan 55 mL air . Simpan diminimumkan dengan pengenceran, asalkan
dalam wadah kaca aktinik rendah, pada suhu ruang. konsentrasi protein yang akan ditentukan tetap
Prosedur Tambahkan 1,0 mL tembaga alkali P mencukupi untuk pengukuran yang akurat. Sebagai
ke dalam masing-masing Larutan baku, Larutan uji alternatif, prosedur presipitasi protein yang
dan blangko, dan homogenkan. Diamkan selama 10 dijelaskan pada Metode 2 dapat digunakan untuk
menit. Tambahkan 0,5 mL fosfomolibdobotungstik menghilangkan senyawa pengganggu. Spesies
P encer, aduk dan biarkan pada suhu ruang selama protein dapat memberikan intensitas respon warna
30 menit. Tentukan serapan larutan pada panjang berbeda, sehingga protein baku dan protein uji
gelombang 750 nm, gunakan blanko. harus sama.
Perhitungan Korelasi antara serapan dan
konsentrasi protein tidak linier. Jika rentang METODE 5
konsentrasi yang digunakan untuk penyiapan kurva Metode ini (umumnya disebut sebagai uji biuret)
baku cukup kecil maka korelasi antara serapan dan didasarkan pada interaksi ion tembaga (Cu2+)
konsentrasi protein akan mendekati linier. Gambar dengan protein dalam larutan alkali dan
hubungan serapan Larutan baku dengan pengembangan absorbansi yang dihasilkan pada
konsentrasi protein dan gunakan regresi linier 545 nm. Uji ini memberikan hasil dengan
untuk menetapkan kurva baku. Dari kurva baku dan perbedaan minimal bila digunakan jumlah ekivalen
serapan Larutan uji, tentukan konsentrasi protein antara sampel IgG dan albumin. Penambahan
dalam Larutan uji. natrium hidroksida dan pereaksi biuret sebagai
Bahan pengganggu Tambahkan asam pereaksi kombinasi, pencampuran yang tidak cukup
deoksikolat-trikloroasetat ke dalam sampel uji setelah penambahan natrium hidroksida, atau
untuk menghilangkan bahan pengganggu dengan perpanjangan waktu antara penambahan larutan
pengendapan protein sebelum digunakan; teknik ini natrium hidroksida dan penambahan perekasi biuret
juga dapat digunakan untuk memekatkan akan memberikan sampel IgG respon yang lebih
konsentrasi protein. Tambahkan 0,1 mL larutan tinggi dibandingkan dengan sampel albumin.
natrium deoksikolat 1,5 g per L ke dalam 1 mL Metode asam trikloroasetat yang digunakan untuk
larutan zat yang akan diuji. Campur menggunakan meminimumkan efek senyawa pengganggu juga
pengocok vorteks dan biarkan pada suhu ruang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein
selama 10 menit. Tambahkan 0,1 mL larutan asam dalam sampel uji pada konsentrasi kurang dari 500
trikloroasetat P 720 g per L selama 30 menit, µg per mL.
buang cairan dan pipet sisa cairan. Larutkan
farmasiindustri.com
48

METODE 6 menggunakan PCR, sekuens DNA target dapat


Metode fluorometrik didasarkan pada derivatisasi dideteksi. Sekuens RNA juga dapat dideteksi
protein dengan o-ftalaldehid, yang bereaksi dengan setelah dilakukan transkripsi balik RNA ke DNA
amin primer pada protein (N-terminal asam amino komplementer (cDNA) dan dilanjutkan dengan
dan kelompok Ɛ-amino residu lisin). Sensitivitas uji amplifikasi.
ini dapat meningkat dengan menghidrolisis protein
sebelum menambahkan o-ftalaldehid. Hidrolisis Prinsip
membuat gugus α-amino asam amino konstituen PCR adalah prosedur yang memungkinkan
tersedia untuk reaksi dengan pereaksi ftalaldehid. amplifikasi in vitro spesifik terhadap fragmen DNA
Metode ini membutuhkan protein dengan jumlah atau RNA setelah transkripsi balik menjadi cDNA.
yang sangat kecil. Amin primer seperti Setelah denaturasi DNA untai ganda menjadi DNA
tris(hidroksimetil)aminometan dan dapar asam untai tunggal, 2 sintetik primer oligonukleotida
amino, bereaksi dengan ftalaldehid dan harus dengan arah berlawanan menempel pada masing-
dihindari atau dihilangkan. Amonia pada masing sekuens komplementer pada DNA yang
konsentrasi tinggi bereaksi dengan ftalaldehid. akan diamplifikasi. Region untai ganda pendek
Fluoresensi yang diperoleh ketika amina bereaksi yang terbentuk sebagai hasil dari pasangan basa
dengan ftalaldehid dapat bersifat tidak stabil. spesifik antara primer dan sekuens DNA
Penggunaan prosedur otomatis untuk komplementer berbatasan dengan fragmen DNA
menstandardisasi prosedur ini dapat meningkatkan yang akan diamplifikasi, dan berfungsi sebagai titik
akurasi dan presisi pengujian. awal sintesis DNA in vitro dengan menggunakan
DNA polimerase tahan panas.
METODE 7 Amplifikasi DNA terjadi dalam siklus yang terdiri
Metode ini didasarkan pada analisis nitrogen dari:
sebagai penetapan protein. Gangguan yang - denaturasi asam nukleat (sekuens target)
disebabkan oleh adanya senyawa mengandung menggunakan panas, menjadi 2 untai tunggal
nitrogen lain dalam sampel uji dapat - penempelan primer secara spesifik pada
mempengaruhi penetapan protein menggunakan sekuens target, dalam kondisi reaksi yang
metode ini. Teknik analisis nitrogen sesuai
menghancurkan sampel uji selama analisis namun - perpanjangan primer, yang terikat pada kedua
tidak terbatas pada penyajian protein dalam untai tunggal, oleh DNA polimerase pada
lingkungan berair. temperatur yang sesuai (sintesis DNA)
Siklus berulang dari denaturasi panas, penempelan
primer dan sintesis DNA menyebabkan amplifikasi
eksponensial dari fragmen DNA, yang dibatasi oleh
Tambahan lampiran primer.
TEKNIK AMPLIFIKASI ASAM Produk PCR spesifik yang dikenal sebagai
NUKLEAT <1389> amplikon dapat dideteksi menggunakan berbagai
metode dengan spesifisitas dan sensitifitas yang
Teknik amplifikasi asam nukleat didasarkan pada 2 sesuai.
pendekatan berbeda: Uji multipleks PCR menggunakan beberapa
- amplifikasi sekuens asam nukleat target pasangan primer yang dirancang untuk amplifikasi
menggunakan, sebagai contoh, Polymerase simultan target yang berbeda dalam satu reaksi.
Chain Reaction (PCR), ligase chain reaction
(LCR), atau amplifikasi asam ribonukleat Bahan
(RNA) isotermal; Mengingat PCR memiliki sensitifitas tinggi, sampel
- amplifikasi sinyal hibridisasi menggunakan, harus dilindungi terhadap kontaminasi eksternal
misalnya untuk asam deoksiribonukleat sekuens target. Pengambilan sampel, penyimpanan,
(DNA), metode branched DNA (bDNA). dan pengiriman bahan uji dilakukan dalam kondisi
Dalam hal ini, amplifikasi sinyal dapat yang meminimalisir degradasi target sekuens. Jika
tercapai tanpa melalui siklus amplifikasi target sekuens adalah RNA, diperlukan perlakuan
berulang dari asam nukleat. khusus karena RNA sangat sensitif terhadap
Pada ketentuan ini, metode PCR digambarkan degradasi oleh ribonuklease. Perlu diperhatikan
sebagai metode rujukan. Metode alternatif dapat bahwa beberapa pereaksi tambahan, seperti
digunakan jika memenuhi persyaratan di bawah antikoagulan atau pengawet, dapat mengganggu
ini. prosedur pengujian.

Ruang Lingkup Metode Uji


Bagian ini menetapkan persyaratan untuk preparasi Pencegahan kontaminasi
sampel, amplifikasi sekuens DNA secara in vitro Tingginya risiko kontaminasi menyebabkan
dan deteksi produk PCR spesifik. Dengan perlunya pemisahan area yang ketat tergantung dari
farmasiindustri.com
49

bahan dan teknologi yang digunakan. Hal yang menggunakan hibridisasi spesifik dari pelacak yang
perlu dipertimbangkan meliputi perpindahan memiliki sekuens komplementer dengan sekuens
personil, baju laboratorium, alur bahan, suplai target atau dengan pemotongan amplikon
udara dan prosedur dekontaminasi. berdasarkan titik target spesifik dari enzim
Laboratorium hendaknya dibagi menjadi beberapa restriksi. Deteksi dan karakterisasi menggunakan
area seperti: modifikasi kimia dapat dilakukan melalui
- area master-mix (area bebas cetakan misal penempelan fluorophore ke dalam amplikon dan
primer, dapar dll) selanjutnya fluoresensi dideteksi setelah eksitasi.
- area sebelum PCR (area penanganan pereaksi, Deteksi amplikon juga dapat dilakukan
sampel dan kontrol) menggunakan pelacak bertanda yang
- area amplifikasi PCR (area penanganan bahan memungkinkan deteksi selanjutnya menggunakan
amplifikasi dalam sistem tertutup) chemiluminescent, radioisotop atau immune-
- area sesudah deteksi PCR (area penanganan enzyme-coupled
bahan yang telah diamplifikasi dalam sistem
terbuka) Evaluasi dan Interpretasi Hasil
Jika menggunakan sistem tertutup, pemisahan area Hasil valid diperoleh jika kontrol positif memberi
yang ketat tidak diperlukan. hasil positif dan kontrol negatif memberi hasil
negatif (pembacaan hasil tidak meragukan).
Penyiapan Sampel Mengingat metode PCR memiliki sensitifitas
Saat penyiapan sampel, sekuens target yang akan sangat tinggi dan adanya risiko kontaminasi perlu
diamplifikasi perlu diekstraksi secara efisien atau dilakukan konfirmasi hasil positif dengan
dibebaskan dari bahan uji sehingga amplifikasi melakukan pengulangan pengujian secara duplo,
menggunakan kondisi reaksi yang ditetapkan dapat jika memungkinkan dari tube sampel berbeda.
terjadi. Berbagai prosedur ekstraksi secara Sampel disimpulkan positif jika minimal satu dari
fisikokimia dan/atau prosedur yang telah hasil uji ulang memberikan hasil positif. Jika
dioptimasi dapat digunakan. Zat aditif dalam bahan pengujian mensyaratkan batas tertentu maka
uji dapat mengganggu PCR. Prosedur melibatkan dilakukan sistem uji kuantitatif.
kontrol internal dilakukan untuk mengendalikan
inhibitor yang berasal dari bahan uji . Jaminan Mutu
Jika menggunakan cetakan RNA, perlu perhatian Validasi sistem PCR
khusus untuk mencegah aktivitas ribonuklease. Program validasi harus mencakup validasi
instrumentasi dan metode PCR yang digunakan.
Amplifikasi Validasi mengacu pada Pedoman ICH Q2 (RI)
Amplifikasi sekuens target menggunakan PCR Validation of Analytical Procedures: Text and
dilakukan dalam kondisi siklus yang ditentukan Methodology.
(profil suhu untuk denaturasi DNA untai ganda, Validasi uji PCR menggunakan baku kerja resmi
penempelan dan perpanjangan primer; waktu yang sesuai atau baku in-house yang dikalibrasi
inkubasi pada suhu tertentu; kecepatan peningkatan terhadap Standar Internasional untuk sekuens
suhu). Hal-hal ini bergantung pada berbagai target, jika tersedia.
parameter seperti: Penentuan titik cut-off positif Selama validasi uji
- panjang dan komposisi basa primer dan kualitatif, titik cut-off positif harus ditentukan. Titik
sekuens target; cut-off positif didefinisikan sebagai jumlah
- jenis DNA polimerase, komposisi dapar dan minimum sekuens target per volume sampel yang
volume reaksi yang digunakan untuk dapat dideteksi dalam 95% uji. Titik cut-off positif
amplifikasi; tergantung pada faktor-faktor yang saling terkait
- Thermocycler yang digunakan dan tingkat seperti volume sampel yang diekstraksi dan
konduktivitas termal antara alat, tabung efektivitas metode ekstraksi, transkripsi RNA target
reaksi dan cairan reaksi. ke cDNA, proses amplifikasi serta deteksi. Untuk
menentukan batas deteksi sistem pengujian, harus
Deteksi mengacu titik cut-off positif untuk setiap sekuens
Amplikon yang dihasilkan oleh PCR dapat target dan kinerja pengujian di atas dan di bawah
diidentifikasi berdasarkan ukuran, sekuens, titik cut-off positif.
modifikasi kimia atau kombinasi parameter Sistem pengujian kuantitatif Untuk pengujian
tersebut. Deteksi dan karakterisasi berdasarkan kuantitatif, parameter validasi adalah akurasi,
ukuran dapat dilakukan menggunakan presisi, spesifisitas, batas kuantitasi, linearitas,
elektroferesis gel (menggunakan lempeng gel rentang dan ketegaran.
agarosa atau poliakrilamida atau elektroferesis
kapiler) atau kromatografi kolom (misalnya Kontrol kualitas pereaksi
kromatografi cair). Deteksi dan karakterisasi Semua pereaksi yang penting untuk metode yang
berdasarkan komposisi sekuens dapat dilakukan digunakan harus dikontrol sebelum digunakan
farmasiindustri.com
50

secara rutin. Penerimaan/penggunaan pereaksi tetes asam nitrat P dan lanjutkan pemanasan
didasarkan pada kriteria kualitas yang telah hingga warna hilang. Biarkan sampai dingin selama
ditentukan. Primer adalah komponen penting dari beberapa menit, tambahkan 10 mL air P dengan
uji PCR sehingga desain, kemurnian dan validasi hati-hati dan didihkan hingga diperoleh larutan
penggunaan primer dalam uji PCR membutuhkan jernih. Biarkan sampai dingin, tambahkan 0,05 mL
perhatian khusus. Primer dapat dimodifikasi larutan jingga metil P dan netralisasikan dengan
(misalnya konjugasi dengan fluorophore atau natrium hidroksida P pekat (6,5 mL sampai 7 mL).
antigen) sehingga memungkinkan penggunaan Jika terbentuk endapan larutkan melalui
metode spesifik untuk mendeteksi amplikon, jika penambahan tetes demi tetes larutan asam sulfat P
modifikasi tersebut tidak menghambat amplifikasi encer.
sekuens target yang akurat dan efisien. Pindahkan larutan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL, cuci combustion flask dengan 25 mL air P.
Kontrol Uji Tambahkan 25,0 mL natrium EDTA 0,02 M, 10
Kontrol eksternal Untuk meminimalisir risiko mL larutan dapar asetat P pH 4,4, dan beberapa
kontaminasi dan menjamin sensitifitas uji yang manik kaca dan didihkan secara perlahan selama 3
memadai, diperlukan kontrol eksternal dalam setiap menit. Tambahkan 0,1 mL larutan piridilazonaftol
uji PCR sebagai berikut: P dan titrasi larutan dalam kondisi panas dengan
- kontrol positif: mengandung salinan sekuens tembaga sulfat 0,02 M sampai warna berubah
target yang telah ditentukan: jumlah yang menjadi coklat keunguan. Lakukan titrasi blangko
mendekati nilai cut-off positif (kontrol tanpa vaksin.
inhibitor) dan ditentukan secara individual 1 mL natrium EDTA 0,02 M
untuk setiap sistem pengujian dan sejumlah setara dengan 0,5396 mg Al.
kelipatan dari nilai cut-off positif dari sistem
pengujian;
- kontrol negatif: sampel dari matriks yang
sesuai dan sudah terbukti bebas dari sekuens Tambahan lampiran
target. UJI PADA VAKSIN: FORMALDEHID
BEBAS <1395>
Kontrol internal Kontrol internal didefinisikan
sebagai sekuens asam nukleat yang mengandung Kecuali dinyatakan lain, gunakan metode A.
urutan pengikatan primer, kecuali ditentukan lain. Metode B sesuai untuk vaksin yang menggunakan
Kontrol internal harus diamplifikasi secara efektif natrium metabisulfit untuk menetralisasi
dan amplikon harus jelas terlihat. Kontrol internal formaldehid berlebih.
harus dari jenis asam nukleat (DNA/RNA) yang
sama dengan bahan yang diuji. Kontrol internal Metode A
hendaknya ditambahkan ke bahan uji sebelum Vaksin untuk manusia, siapkan pengenceran vaksin
isolasi asam nukleat sehingga dapat berlaku sebagai 1 dalam 10. Pada 1 mL enceran, tambahkan 4 mL
kontrol keseluruhan (ekstraksi, transkripsi balik, air dan 5 mL pereaksi asetilaseton P. Tempatkan
amplifikasi, deteksi). tabung dalam tangas air pada suhu 40 selama 40
Kontrol ambang batas Kontrol ambang batas menit. Pastikan tabung dalam posisi tegak lurus.
untuk pengujian kuantitatif adalah sampel uji Intensitas warna larutan uji tidak boleh lebih pekat
dengan analit pada konsentrasi yang didefinisikan daripada intensitas larutan baku yang disiapkan
sebagai ambang batas yang tidak boleh dilampaui. pada waktu dan cara yang sama menggunakan 1
Kontrol ini berisi analit yang telah dikalibrasi mL hasil enceran larutan formaldehid P yang
dalam Unit Internasional dan dianalisis secara mengandung 20 µg formaldehid (CH2O) per mL,
paralel dalam setiap uji kuantitatif. sebagai pengganti pelarut vaksin yang diuji.

Metode B
Larutan uji Siapkan pengenceran vaksin 1 dalam
Tambahan lampiran 200 dengan air P. Jika vaksin dalam bentuk emulsi,
UJI PADA VAKSIN: ALUMINIUM siapkan pengenceran yang setara menggunakan
DALAM VAKSIN JERAP <1391> fase air yang dipisahkan dengan prosedur yang
sesuai. Jika satu dari metode di bawah ini
Homogenkan sediaan uji dan pindahkan sejumlah digunakan dalam pemisahan fase air, gunakan
tertentu, diperkirakan mengandung aluminium 5 pengenceran 1 dalam 20.
mg sampai 6 mg, ke dalam combustion flask 50
mL. Tambahkan 1 mL asam sulfat P; 0,1 mL asam Larutan baku Siapkan larutan mengandung CH2O
nitrat P dan beberapa manik kaca. Panaskan larutan 0,25; 0,50; 1,00; 2,00g per L melalui pengenceran
hingga kental, muncul asap putih. Jika terbentuk larutan formaldehid P dengan air P. Siapkan
warna hitam dalam tahap ini, tambahkan beberapa
farmasiindustri.com
51

pengenceran 1 dalam 200 dari setiap larutan mL dengan air P. Siapkan 0,5 mL, 1,0 mL dan 2,0
dengan air P. mL larutan enceran ke dalam 3 tabung pijar.
Pada 0,5 mL larutan uji dan masing-masing Siapkan larutan blangko menggunakan 2,0 mL air
larutan baku dalam tabung uji, tambahkan 5,0 mL P dalam tabung pijar.
larutan metilbenzotiazolon hidrazon hidroklorida P Tambahkan 0,2 mL asam sulfat P ke dalam semua
0,5 g per L yang dibuat segar. Tutup tabung, kocok tabung dan panaskan dalam tangas minyak pada
dan diamkan selama 60 menit. Tambahkan 1 mL suhu 120 selama 1 jam dan kemudian pada suhu
pereaksi asam feri klorida-sulfamat P dan diamkan 160 sampai asap putih terlihat (kira-kira 1 jam).
selama 15 menit. Ukur absorban larutan pada Tambahkan 0,1 mL asam perklorik P dan panaskan
panjang gelombang 628 nm. Hitung kandungan pada suhu 160 sehingga larutan tidak berwarna
formaldehid dalam vaksin menggunakan kurva (kira-kira 90 menit). Dinginkan dan tambahkan 4
kalibrasi Larutan baku. Uji memenuhi syarat jika mL air P dan 4 mL ammonium molydate P ke
koefisien korelasi (r) kurva kalibrasi tidak kurang dalam setiap tabung. Panaskan dalam tangas air
dari 0,97. pada suhu 37 selama 90 menit dan dinginkan. Atur
volume hingga 10,0 mL dengan air P. Warna biru
Emulsi stabil selama beberapa jam. Ukur serapan setiap
Jika vaksin yang diuji adalah emulsi, fase air larutan pada panjang gelombang 820 nm
dipisahkan menggunakan prosedur yang sesuai dan menggunakan blangko. Buat kurva baku dari
digunakan untuk penyiapan larutan uji. serapan 3 Larutan baku terhadap jumlah fosfor
a) Tambahkan 1,0 mL vaksin uji pada 1,0 mL dalam larutan dan tentukan kandungan fosfor uji.
isopropil miristat P dan campur. Tambahkan 1,3
mL asam hidroklorida P 1 M, 2,0 mL kloroform P
dan 2,7 mL larutan natrium klorida P 9 g per L.
Campur hingga homogen. Sentrifus pada 15.000
gravitasi selama 60 menit. Pindahkan fase air pada Tambahan lampiran
labu tentukur 10-mL dan larutkan dengan air P UJI PADA VAKSIN: PROTEIN DALAM
hingga tanda. Jika prosedur ini gagal memisahkan VAKSIN POLISAKARIDA <1402>
fase air, tambahkan polisorbat 20 P 100 g per L
pada larutan natrium klorida dan ulangi prosedur Larutan uji Siapkan larutan 5 mg per mL
dengan melakukan sentrifus pada 22.500 gravitasi. polisakarida kering dalam labu tentukur. Masukkan
b) Tambahkan 1,0 mL vaksin uji pada 1,0 mL 1 mL larutan ke dalam tabung gelas dan tambahkan
larutan natrium klorida P 100 g per L dan campur. 0,15 mL larutan asam trikloroasetat P 400 g per L.
Sentrifus pada 1000 gravitasi selama 15 menit. Kocok, diamkan selama 15 menit, sentrifus selama
Pindahkan fase air ke dalam labu tentukur 10-mL 10 menit pada 5000 rpm dan buang beningan.
dan encerkan dengan air P sampai tanda. Tambahkan 0,4 mL natrium hidroksida 0,1 M ke
c) Tambahkan 1,0 mL vaksin uji pada 2,0 mL dalam residu.
larutan natrium klorida P 100 g per L, dan 3,0 mL Larutan baku Larutkan 0,100 g albumin sapi P
kloroform, campur. Sentrifus pada 1000 gravitasi dalam 100 mL natrium hidroksida 0,1 M (larutan
selama 5 menit. Pindahkan fase air pada labu sediaan mengandung 1 g protein per L). Encerkan
tentukur 10-mL dan encerkan dengan air P sampai 1 mL larutan sediaan sampai 20 mL dengan
tanda. natrium hidroksida 0,1 M (larutan kerja 1:50 mg
protein per L). Encerkan 1 mL larutan stok sampai
4 mL dengan natrium hidroksida 0,1 M (larutan
kerja 2:250 mg protein per L). Pipet masing-masing
0,10 mL, 0,20 mL dan 0,40 mL larutan kerja 1 dan
Tambahan lampiran 0,15 mL, 0,20 mL dan 0,25 mL larutan kerja 2 ke
UJI PADA VAKSIN: FOSFOR DALAM dalam 6 tabung gelas. Tambahkan natrium
VAKSIN POLISAKARIDA <1401> hidroksida 0,1 M ke masing-masing tabung sampai
volume 0,40 mL. Siapkan blangko 0,4 mL natrium
Larutan uji Siapkan larutan mengandung 5 mg hidroksida 0,1 M. Tambahkan 2 mL larutan cupri
per mL polisakarida kering dalam air P tartaric P ke dalam setiap tabung, kocok dan
menggunakan labu tentukur dengan volume yang diamkan selama 10 menit. Tambahkan 0,2 mL
sesuai. Encerkan sejumlah volume (1 mL) Larutan campuran phosphomolybdotungstic P - air P (1:1)
uji hingga mengandung lebih kurang 6 µg fosfor. ke dalam setiap tabung. Siapkan campuran segera
Pipet 1,0 mL larutan ke dalam tabung pijar 10 mL. sebelum digunakan. Sumbat tabung, campur
Larutan baku Larutkan 0,2194 g kalium dengan cara dibolak balik dan diamkan selama 30
dihidrogen fosfat P dalam 500 mL air P sehingga menit dalam gelap. Warna biru stabil selama 60
menghasilkan larutan yang setara dengan 0,1 mg menit. Sentrifus jika perlu untuk memperoleh
fosfor per mL. Encerkan 5 mL larutan hingga 100,0 larutan jernih.
farmasiindustri.com
52

Ukur serapan setiap larutan pada panjang Tentukan rata-rata kandungan ribosa uji dari 3
gelombang 760 nm menggunakan blangko. Buat nilai.
kurva baku dari serapan dari 6 Larutan baku
terhadap kandungan protein dan tentukan
kandungan protein uji.
Tambahan lampiran
UJI PADA VAKSIN : NILAI FLOKULASI
(LF) UNTUK TOKSIN DAN TOKSOID
Tambahan lampiran
DIFTERI DAN TETANUS (RAMON
UJI PADA VAKSIN: ASAM NUKLEAT
ASSAY) ASAM SIALAT DALAM
DALAM VAKSIN POLISAKARIDA
VAKSIN POLISAKARIDA <1410>
<1403>
Kandungan toksin atau toksoid dalam sampel dapat
Larutan uji Siapkan larutan mengandung 5 mg per
dinyatakan sebagai nilai flokulasi (Lf) yang
mL P polisakarida kering dalam air P
ditentukan menggunakan Ramon assay. Dalam
menggunakan labu tentukur dengan volume yang
pengujian ini, antitoksin dengan konsentrasi
sesuai. Encerkan larutan uji untuk memperoleh
bertingkat ditambahkan ke dalam sejumlah tabung
nilai serapan yang sesuai untuk instrumen yang
yang berisi toksin atau toksoid dengan konsentrasi
digunakan, jika perlu. Ukur serapan pada panjang
yang sama. Pada titik ekivalen toksin atau toksoid
gelombang 260 nm menggunakan air P. Serapan
dan antitoksin, flokulasi terjadi dalam satu tabung
larutan 1 g per L asam nukleat pada panjang
atau lebih. Tabung pertama yang menunjukkan
gelombang 260 nm adalah 20.
terjadinya flokulasi digunakan untuk menentukan
nilai Lf sampel.
Nilai Lf toksin atau toksoid ditentukan oleh
jumlah unit antitoksin yang ketika dicampur
Tambahan lampiran dengan sampel, menghasilkan campuran flokulasi
UJI PADA VAKSIN: RIBOSA DALAM yang optimal (Ramon assay).
VAKSIN POLISAKARIDA <1405> Antitoksin yang digunakan untuk Ramon assay
harus dikalibrasi langsung terhadap baku
Larutan uji Siapkan larutan mengandung 5 mg internasional untuk toksoid difteri atau baku
per mL polisakarida kering dalam air P internasional untuk toksoid tetanus untuk uji
menggunakan labu tentukur dengan volume yang flokulasi, menggunakan prinsip-prinsip yang
sesuai. Encerkan larutan dengan volume yang dijelaskan di bawah ini. Konsentrasi dinyatakan
sesuai hingga memperoleh sejumlah 2,5 µg hingga dalam Lf-ekuivalen per mL (Lf-eq/mL).
25 µg ribosa dalam Larutan uji. Siapkan 0,20 mL Nilai 1 Lf adalah jumlah toksin atau toksoid
dan 0,40 mL larutan yang diencerkan ke dalam yang berflokulasi dalam waktu tersingkat dengan 1
tabung secara triplo. Lf-eq antitoksin spesifik. Sejumlah volume baku
Larutan baku Larutkan 25 mg ribosa P dalam antitoksin dengan konsentrasi 100 Lf-eq/mL
air P dan encerkan hingga volume 100,0 mL dimasukkan ke dalam sederet tabung flokulasi
(larutan sediaan mengandung ribosa 0,25 g per L). dengan diameter 1 cm dengan jumlah bertingkat,
Encerkan 1 mL larutan sediaan hingga volume 10,0 sebagai contoh 0,40; 0,45; 0,50; 0,55; 0,60; 0,65
mL dengan air P, siapkan larutan segera sebelum mL. Tambahkan larutan Natrium klorida P 0,9 %
digunakan (larutan kerja: ribosa 25 mg per L). ke dalam setiap tabung sehingga diperoleh volume
Pipet masing-masing 0,10 mL, 0,20 mL, 0,40 mL, total 1 mL. Ke dalam masing-masing tabung
0,60 mL, 0,80 mL, dan 1,0 mL larutan kerja ke tersebut tambahkan 1 mL sampel uji dengan
dalam 6 tabung gelas. konsentrasi 50 Lf per mL.
Siapkan larutan blangko menggunakan 2 mL air P. Kocok tabung kemudian masukkan ke dalam
Pipet 2 mL air P ke dalam masing-masing 6 tabung tangas air pada suhu konstan antara 30° dan 52°,
Larutan baku, kocok. Tambahkan 2 mL larutan dan amati secara berkala hingga muncul flok
besi (II) klorida 0,5 g per L dalam asam pertama. Gunakan lensa pembesar dan
hidroklorat P pada setiap tabung, kocok. pencahayaan yang baik jika diperlukan.
Tambahkan 0,2 mL larutan orsinol 100 g per L Catat tabung yang menunjukkan munculnya flok
dalam etanol P. Letakkan tabung pada tangas air pertama dan kedua dan waktu terbentuknya flok
selama 20 menit. Dinginkan dalam air berisi es. tersebut. Dua tabung dapat berflokulasi secara
Ukur serapan setiap larutan pada panjang bersamaan.
gelombang 670 nm menggunakan blangko. Buat Tabung yang pertama kali mengalami flokulasi
kurva baku dari serapan 6 larutan baku terhadap adalah tabung yang mengandung jumlah antitoksin
kandungan ribosa. Tentukan kandungan ribosa uji. yang setara dengan jumlah antigen dalam
sampel. Kandungan antitoksin dari tabung ini dapat
farmasiindustri.com
53

digunakan untuk menghitung nilai Lf sampel. Jika pengujian akan memakan waktu lama, sedangkan
2 tabung mengalami flokulasi pada saat yang sama, pada konsentrasi tinggi, timbulnya flokulasi
maka nilai Lf sampel dihitung dari rata-rata mungkin sangat cepat sehingga sulit untuk
kandungan antitoksin kedua tabung. membedakan tabung pertama dan kedua yang lebih
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan flok dulu mengalami flokulasi.
pertama (Kf) menunjukkan kualitas antigen. Jika
pada suhu dan konsentrasi toksoid dan antitoksin Uji flokulasi campuran untuk konsentrasi
tertentu, nilai Kf meningkat dibandingkan dengan rendah
normal, ini menunjukkan bahwa antigen telah Untuk konsentrasi yang sangat rendah, lebih baik
rusak. Nilai Kf juga dapat berubah dengan kualitas mengukur toksin atau toksoid dengan metode
antitoksin yang digunakan. flokulasi campuran. Metode ini membandingkan
Contoh nilai Lf toksin atau toksoid yang diketahui dan
Tabung A B C D E F campuran sampel dengan toksin atau toksoid
Antitoksin yang tersebut.
ditambahkan
(mL)
0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 Jika toksin atau toksoid dengan nilai Lf yang
diketahui dan toksin atau toksoid dengan nilai Lf
Saline yang yang tidak diketahui berflokulasi bersama-sama,
ditambahkan campuran akan berflokulasi pada nilai Lf yang
0,60 0,55 0,50 0,45 0,40 0,35
(mL) merupakan jumlah kedua nilai Lf jika homogen.
Konsentrasi Jika toksin atau toksoid tidak homogen dicampur,
Antitoksin akan menghasilkan pola menyimpang dengan 2
40 45 50 55 60 65
(Lf-eq) maksima flokulasi.
Sampel hasil
pengenceran yang 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
ditambahkan
Tambahan lampiran
Jika dalam contoh di atas, tabung pertama yang UJI PADA VAKSIN: SEKELOMPOK
mengalami flokulasi adalah tabung C, maka nilai AYAM BEBAS PATOGEN SPESIFIK
Lf sampel yang diencerkan adalah 50 Lf per mL. UNTUK PRODUKSI DAN
Namun, jika tabung pertama yang mengalami PENGAWASAN MUTU VAKSIN <1411>
flokulasi adalah tabung A atau tabung F, hal ini
tidak menunjukkan kesetaraan pada tingkat Apabila ditetapkan, ayam, embrio atau biakan sel
tersebut. Uji ulang menggunakan sampel uji yang digunakan untuk produksi atau pengawasan
dengan pengenceran berbeda atau memilih rentang mutu vaksin berasal dari telur yang diproduksi dari
dosis baku antitoksin yang berbeda perlu sekelompok ayam bebas patogen spesifik/Specified
dilakukan. Pathogens Free (SPF). Status SPF dari sekelompok
Presisi lebih baik dapat diperoleh dengan ayam dipastikan melalui sistem sebagai berikut.
membuat urutan untuk flokulasi setelah tabung Sekelompok ayam didefinisikan sebagai
pertama. Jadi, dalam contoh yang tertera, jika sekelompok unggas di lingkungan yang sama dan
tabung kedua yang berflokulasi adalah tabung D, memiliki penjaga khusus yang tidak memiliki
nilai akhir untuk sampel yang diencerkan adalah kontak dengan kelompok non-SPF. Setelah
52, sedangkan jika tabung kedua yang mengalami kelompok ayam ditetapkan, tidak boleh
flokulasi adalah tabung B, nilai akhir akan menjadi ditambahkan unggas non-SPF ke dalam kelompok
48. tersebut.
Jika tidak ada indikasi nilai Lf sampel yang Setiap kelompok ayam diisolasi untuk
diharapkan diperoleh, disarankan untuk meminimalkan risiko kontaminasi. Fasilitas isolasi
mendapatkan perkiraan kasar menggunakan kelompok ayam SPF tidak boleh berdekatan
rentang kandungan antitoksin lebih lebar dalam dengan kelompok ayam non-SPF. Kelompok ayam
tabung sebelum melanjutkan ke pengujian akhir. SPF diisolasi dalam isolator atau dalam bangunan
yang memiliki penyaring udara dengan tekanan
Contoh positif. Lakukan tindakan yang tepat untuk
Tabung A B C D E F mencegah masuknya tikus, unggas liar, serangga,
Konsentrasi dan personel yang tidak berwenang.
antitoksin 20 30 45 70 100 150
(Lf-eq)
Personel yang memiliki akses untuk memasuki
fasilitas kelompok ayam SPF tidak boleh
melakukan kontak langsung dengan unggas lain
Tingkat konsentrasi toksin atau toksoid dan
atau dengan bahan yang berpotensi menginfeksi
antitoksin dalam pengujian dapat bervariasi, tetapi
kelompok ayam SPF. Dianjurkan bagi personel
ini akan sangat mempengaruhi waktu flokulasi,
untuk mandi dan berganti pakaian atau
sehingga pada tingkat yang sangat rendah,
farmasiindustri.com
54

mengenakan pakaian pelindung sebelum memasuki SPF. Sejak umur 20 minggu, kelompok diuji
fasilitas yang dikendalikan. seperti dijelaskan dalam Pengujian rutin kelompok
Barang yang dibawa ke dalam fasilitas kelompok ayam SPF. Semua tahap pengujian ini juga
ayam SPF seharusnya disterilisasi. Pakan diterapkan pada 2 generasi berikutnya, kecuali uji
dihindarkan dari kontaminasi mikroorganisme yang untuk setiap unggas sebelum bertelur untuk
tidak diinginkan dan air dengan kualitas air minum. pengujian agen yang dapat ditularkan secara
Obat yang dapat mengganggu deteksi penyakit vertikal. Semua hasil uji harus menunjukkan bebas
unggas tidak boleh diberikan pada kelompok ayam dari patogen pada 3 generasi untuk kelompok yang
SPF. terdiri dari Generasi ke-3 yang akan ditetapkan
Kesehatan kelompok ayam SPF direkam dan setiap sebagai SPF. Embrio SPF yang berasal dari
kelainan diinvestigasi. Faktor morbiditas, kelompok SPF lain dalam fasilitas terpisah di
mortalitas, kondisi fisik umum, konsumsi pakan, lokasi yang sama dapat digunakan. Dari umur 8
produksi telur setiap hari dan kualitas telur, minggu, unggas pengganti ini dianggap sebagai
kesuburan dan daya tetas dipantau. Rekaman kelompok dan diuji sesuai dengan prosedur
disimpan dalam jangka waktu minimal 5 tahun. pengujian yang dijelaskan di atas.
Rincian penyimpangan dalam parameter ini atau
deteksi infeksi diinformasikan sesegera mungkin Persyaratan Pengujian Awal untuk Generasi
kepada pengguna telur. dari Kelompok Ayam SPF
Uji atau kombinasi uji yang dijelaskan di bawah ini Sekelompok ayam pengganti harus diuji sebelum
harus memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang ditetapkan sebagai SPF. Selain pengujian
relevan dengan serotipe virus. Sampel untuk Salmonella dan monitoring kesehatan serta
pengujian diambil secara acak. pengamatan perilaku ayam SPF, pengujian spesifik
Sekelompok ayam SPF yang positif virus anemia perlu dilakukan sejak umur 8 minggu.
ayam atau Chicken Anemia Viruses (CAV) masih Uji dilakukan pada dua sampel masing-masing 5%
dapat digunakan, kecuali produksi vaksin hidup pada kelompok unggas (minimum 10, maksimum
pada unggas yang berumur kurang dari 7 hari harus 200 ekor) yang diambil pada interval paling sedikit
menggunakan sekelompok ayam SPF yang bebas 4 minggu antara umur 12-16 minggu dan 16-20
CAV. Untuk produksi vaksin inaktivasi pada minggu.Semua sampel dikumpulkan dan diuji
unggas yang berumur kurang dari 7 hari dapat secara individual. Sampel darah untuk uji antibodi
menggunakan sekelompok ayam SPF yang belum dan sampel yang cocok untuk pengujian antigen
terbukti bebas CAV, dengan menunjukkan bukti leukosit dikumpulkan. Metode pengujian yang akan
proses inaktivasi CAV. digunakan adalah seperti yang dijelaskan dalam
Pengujian rutin kelompok ayam SPF. Jika semua
Pembentukan Kelompok Ayam SPF uji membuktikan tidak ada infeksi, generasi baru
Kelompok ayam SPF berasal dari ayam yang dapat ditetapkan sebagai SPF.
terbukti bebas dari agen yang dapat menular secara
vertikal yang tercantum dalam Tabel 5.2.2-1 Hal Pengujian Rutin Kelompok Ayam SPF
ini dilakukan dengan menguji 2 generasi sebelum Pemeriksaan umum dan nekropsi Pemeriksaan
ditetapkan sebagai kelompok SPF. Skema umum klinis dilakukan minimal sekali seminggu selama
prosedur untuk pembentukan dan pemeliharaan masa hidup kelompok untuk memastikan bahwa
kelompok ayam SPF seperti pada Tabel 5.2.2-2 unggas tersebut bebas dari fowl-pox virus dan
Untuk penambahan kelompok ayam SPF baru, gejala infeksi lainnya. Jika kematian melebihi 0,2%
serangkaian uji harus dilakukan pada 3 generasi per minggu, nekropsi dilakukan pada semua hewan
unggas. Semua unggas dalam generasi pertama yang mati untuk memverifikasi bahwa tidak ada
harus diuji setidaknya sekali sebelum umur 20 gejala infeksi. Apabila diperlukan, studi
minggu untuk uji bebas antigen leukosis avian dan histopatologis dan/atau mikrobiologis/virologis
diuji dengan enzyme immunoassay (EIA) atau dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
dengan netralisasi virus atau virus neutralisation Pemeriksaan khusus untuk lesi tuberkulosis
(VN) untuk bebas dari antibodi terhadap virus dilakukan dan sampel histologis dari setiap lesi
leukosit avian subtipe A, B dan J. Semua unggas yang diduga terinfeksi diwarnai untuk
juga harus diuji untuk bebas dari antibodi terhadap memverifikasi bebas dari Mycobacterium avium.
agen yang dapat menular secara vertikal yang Isi usus semua hewan yang mati diperiksa secara
tercantum dalam Tabel 5.2.2-1. Sejak umur 8 mikrobiologis untuk memeriksa keberadaan
minggu, kelompok diuji untuk bebas dari Salmonella spp. menggunakan teknik yang
Salmonella. Pemeriksaan klinis dilakukan pada dijelaskan di bawah ini. Jika diperlukan, sampel
kelompok dari umur 8 minggu dan unggas tidak usus dapat dikumpulkan dari 5 unggas.
boleh menunjukkan tanda-tanda penyakit menular.
Metode pengujian yang akan digunakan untuk Uji kultur untuk Salmonella spp. Uji kultur untuk
pengujian ini terdapat dalam tabel dan panduan Salmonella spp. dilakukan baik dengan menguji
lebih lanjut sesuai Pengujian rutin kelompok ayam sampel feses atau cloacal swabs atau dengan
farmasiindustri.com
55

metode drag swabs. Jika dilakukan uji terhadap


feses atau cloacal swabs, sejumlah 60 sampel diuji
setiap 4 minggu sepanjang hidup kelompok ayam
SPF. Uji dapat dilakukan pada kumpulan 10
sampel. Jika dilakukan drag swabs, minimal 2 drag
swabs diuji setiap 4 minggu sepanjang masa hidup
kelompok ayam SPF. Deteksi Salmonella spp.
dalam sampel ini dilakukan melalui pengayaan
sampel dilanjutkan dengan kultur menggunakan
media selektif Salmonella.

Uji antigen leukosis avian Sebelum masa bertelur,


sampel cloacal swabs atau sampel darah kultivasi
menggunakan buffy coat diuji untuk memeriksa
keberadan antigen grup-spesifik leukosit. Sebanyak
5% (minimum 10, maksimum 200) dari
sekelompok ayam SPF diambil setiap 4 minggu.
Selama masa bertelur, sampel albumin dari 5%
telur (minimum 10, maksimum 200) diuji setiap 4
minggu. Pengujian dilakukan dengan metode EIA
untuk antigen grup spesifik menggunakan metode
yang dapat mendeteksi antigen dari subgrup A, B
dan J.

Uji antibodi terhadap agen lain Uji antibodi


terhadap semua bahan yang tercantum dalam Tabel
1 dilakukan selama masa bertelur kelompok ayam
SPF. Setiap 4 minggu, diambil sampel dari 5%
kelompok ayam SPF (minimum 10, maksimum
200). Disarankan 1,25% dari sekelompok ayam
SPF diambil setiap minggu untuk pengujian
beberapa patogen. Tabel 1 mengklasifikasikan
patogen dalam kategori penyebaran cepat dan
penyebaran lambat atau tidak menyebar. Untuk
patogen dengan penyebaran lambat, setiap sampel
diuji secara individual. Untuk patogen dengan
penyebaran cepat, tidak kurang dari 20% sampel
yang dikumpulkan setiap 4 minggu diuji secara
individual atau, jika dilakukan netralisasi serum
atau uji ELISA, semua sampel dapat diuji secara
individual atau dengan menyiapkan kumpulan 5
sampel, dikumpulkan pada saat yang sama.
Metode yang sesuai untuk deteksi patogen tertera
pada Tabel 1 Berdasarkan persetujuan instansi yang
berwenang, metode pengujian lain dapat digunakan
jika menunjukkan sensitifitas dan spesifisitas yang
sesuai.
farmasiindustri.com
56

Tabel 1.

Agen Uji yang digunakan ** Penularan vertikal Penyebaran


cepat/lambat
Avian adenoviruses, group 1 AGP, EIA ya lambat
Avian encephalomyelitis virus AGP, EIA ya cepat
Avian infectious bronchitis virus HI, EIA tidak cepat
Avian infectious laryngotracheitis VN,EIA tidak lambat
virus
Avian leucosis virus EIA for viruses, VN, EIA ya lambat
for antibody
Avian nephritis virus IS tidak lambat
Avian orthoreoviruses IS, EIA ya lambat
Avian reticuloendotheliosis virus AGP, IS, EIA ya lambat
Chiken anaemia virus IS, EIA, VN ya lambat
Egg drop syndrome virus HI, EIA ya cepat
Infectious bursal disease virus Serotype 1: AGP, EIA, tidak cepat
VN
Serotype 2; VN
Influenza A Virus AGP, EIA, HI tidak cepat
Marek’s disease Virus AGP tidak cepat
Newcastle disease Virus HI, EIA tidak cepat
Turkey rhinotracheitis virus EIA tidak lambat
Mycoplasma gallisepticum Agg and HI to confirm a ya lambat
positive tets, EIA, HI
Mycoplasma synoviae Agg and HI to confirm a ya cepat
positive tets, EIA, HI
Salmonella pullorum Agg ya lambat
Agg: aglutinasi
AGP: Agar gel precipitation; teknik ini cocok jika pengujian dilakukan setiap minggu
EIA: enzyme immunoassay
HI: penghambatan hemaglutinasi
IS: immunostaining
VN: netralisasi virus
** Berdasarkan persetujuan pihak yang berwenang, uji lain dapat digunakan dengan sensitivitas dan spesifisitas
sesuai.

Tabel 2. Deskripsi skema pembentukan dan pemeliharaan kelompok ayam SPF


PERSEDIAAN Bebas dari agen yang dapat menular secara vertikal
BARU
Uji pada semua unggas untuk antigen leukosit unggas dan antibodi sebelum umur 20
minggu
Uji untuk Salmonella spp. dan pengamatan klinis umum sejak umur 8 minggu
Lakukan pengujian rutin untuk bahan spesifik sejak umur 20 minggu
GENERASI KE-2 Uji pada semua unggas untuk antigen leukosit unggas dan antibodi sebelum umur 20
minggu
Uji untuk Salmonella spp. dan pengamatan klinis umum sejak umur 8 minggu
Lakukan pengujian rutin untuk bahan spesifik sejak umur 20 minggu
GENERASI KE-3 Uji pada semua unggas untuk antigen leukosit unggas dan antibodi sebelum umur 20
minggu
Uji untuk Salmonella spp. dan pengamatan klinis umum sejak umur 8 minggu
KELOMPOK YANG DIRANCANG SEBAGAI SPF JIKA SEMUA UJI MEMENUHI
SYARAT
GENERASI KE-3 Lakukan pengujian rutin untuk bahan spesifik sejak umur 20 minggu
Lakukan pengujian paska bertelur untuk agen yang dapat menular secara vertikal
GENERASI Uji dua sampel 5 persen untuk antigen leukosis unggas dan antibodi terhadap agen
BERIKUTNYA tertentu antara usia 12 dan 20 minggu
farmasiindustri.com
57

Uji untuk Salmonella spp. dan pengamatan klinis umum sejak umur 8 minggu
Lakukan pengujian rutin untuk bahan spesifik sejak umur 20 minggu
Lakukan pengujian pasca-lay untuk agen yang dapat menular secara vertikal

Uji yang dilakukan Pada Akhir Masa Bertelur UJI PADA VAKSIN: SUBSTRAT SEL
Setelah pengumpulan telur terakhir, dilakukan UNTUK PRODUKSI VAKSIN MANUSIA
pengujian akhir untuk membutikan tidak ada <1412>
patogen yang dapat menular secara vertikal seperti
pada Tabel 1. Setelah pengumpulan telur terakhir, Bab umum ini membahas sel lestari diploid dan sel
minimal 5% dari kelompok ayam SPF (minimum lestari kontinu yang digunakan sebagai sel substrat
10, maksimum 200) dipelihara selama minimal 4 untuk produksi vaksin untuk penggunaan manusia;
minggu. Sampel darah dikumpulkan dari setiap informasi spesifik terkait vaksin yang dibuat
ayam dalam kelompok selama 4 minggu tidak melalui teknologi DNA rekombinan tercantum
kurang dari 1,25% unggas (25% dari sampel) pada Produk monografi teknologi DNA
diambil darah tidak kurang dari 4 minggu setelah rekombinan. Pengujian akan dilakukan pada
pengumpulan telur terakhir. Sampel serum diuji berbagai tahap (benih sel, bank sel induk (BSI),
terhadap patogen yang dapat menular secara bank sel kerja (BSK), sel akhir produksi (SAP) atau
vertikal Tabel1menggunakan metode yang bank sel ekstensi (BSE) yang sesuai dengan sel
ditetapkan. Ketika pengambilan sampel dilakukan pada atau melebihi level penggandaan populasi
setiap minggu, tidak kurang dari 1,25% unggas maksimum yang digunakan untuk produksi) sesuai
(25% dari sampel) diuji setiap minggu selama Tabel 3 Ketentuan umum untuk penggunaan sel
periode tersebut. Sebagai alternatif, dalam waktu 4 lestari dan metode pengujian dijelaskan di bawah
minggu dari pengumpulan darah telur terakhir ini. Jika sel atau sel primer yang telah mengalami
dan/atau sampel lain yang sesuai dikumpulkan dari beberapa pasase tidak mengikuti ketentuan bank sel
setidaknya 5 % dari kelompok ayam SPF dan diuji digunakan untuk produksi vaksin, persyaratan
keberadaan patogen yang dapat menular secara terdapat dalam masing-masing monografi.
vertikal menggunakan metode amplifikasi asam
nukleat yang tervalidasi <1389>. Sel lestari diploid
Sel lestari diploid memiliki kemampuan pasase
Tindakan yang dilakukan Jika Terdeteksi tinggi tetapi terbatas untuk propagasi secara in
Patogen Spesifik vitro.
Jika kelompok ayam SPF terkontaminasi patogen
dengan penyebaran lambat seperti tertera pada Sel lestari kontinu
Tabel 1, semua telur yang berasal dari kelompok Sel lestari kontinu memiliki kapasitas untuk
ayam SPF selama 4 minggu sebelum waktu sampel propagasi tanpa batas waktu secara in vitro; sel
positif ditemukan dianggap tidak memenuhi syarat. sering memiliki perbedaan kariotipe dibandingkan
Demikian pula, Jika kelompok ayam SPF dengan sel asli; sel dapat diperoleh dari jaringan
terkontaminasi patogen dengan penyebaran cepat yang sehat atau jaringan tumor, baik dari mamalia
seperti tertera pada Tabel 2, semua telur yang atau dari serangga.
berasal dari kelompok ayam SPF selama 2 minggu Secara teori terdapat risiko penggunaan sel lestari
sebelum waktu sampel positif ditemukan dianggap kontinu, terutama jika potensi tumor telah terbukti
tidak memenuhi syarat. Seluruh produk yang secara eksperimental. Risiko ini terkait dengan
berasal dari telur yang terkontaminasi patogen tidak aktivitas biologi residu DNA sel inang dalam
memenuhi syarat dan harus dimusnahkan; semua vaksin. Residu DNA sel inang dapat dikaitkan
uji pengawasan mutu yang dilakukan menggunakan dengan risiko infektivitas jika genom virus DNA
telur tersebut dinyatakan tidak absah. Penyedia atau provirus terdapat dalam DNA seluler
telur harus menginformasikan mengenai bukti (kromosom terintegrasi atau ekstra kromosom).
kontaminasi sesegera mungkin kepada pengguna Selain itu, terdapat risiko potensial onkogenisitas
telur. Kelompok yang terinfeksi patogen tidak jika sel substrat berpotensi tumor.
dapat digunakan sebagai kelompok ayam SPF. Vaksin yang diproduksi menggunakan sel lestari
Setiap turunan yang berasal dari kelompok tersebut kontinu, untuk mengetahui muncul atau tidaknya
selama atau setelah periode 4 minggu sebelum tumorigenik, harus dilakukan analisis dan mitigasi
sampel negatif terakhir ditemukan tidak boleh risiko untuk menentukan kriteria keberterimaan
ditetapkan sebagai SPF. DNA sel inang residu dalam produk akhir serta
mengevaluasi konsistensi protein sel inang.

Sistem bank sel


Tambahan lampiran
farmasiindustri.com
58

Produksi vaksin dalam sel lestari diploid atau sel atau organ yang digunakan; hasil semua uji
kontinu didasarkan pada sistem bank sel. Umur in patogen.
vitro sel dihitung dari bank sel induk. Setiap BSK Untuk sel lestari hewan, informasi berikut terkait
disiapkan dari satu atau lebih wadah BSI. sumber sel didokumentasikan: spesies; galur;
Penggunaan, identitas, dan kontrol bank sel harus kondisi pembiakan hewan; asal geografis; umur;
didokumentasikan. jenis kelamin; kondisi fisiologis umum, jaringan
atau organ yang digunakan; hasil semua uji
Media dan bahan yang berasal dari manusia patogen.
atau hewan Sel yang berasal dari sel saraf, seperti
Komposisi media yang digunakan untuk isolasi dan neuroblastoma dan sel lestari P12 tidak digunakan
semua kultur berikutnya dicatat secara terperinci, untuk produksi vaksin karena mengandung agens
dan jika bahan asal manusia atau hewan digunakan, ensefalopati spongiform.
harus bebas dari agens asing <72> dan harus
memenuhi Keamanan virus Histori benih sel Informasi berikut
Jika larutan albumin manusia digunakan harus didokumentasikan: metode yang digunakan untuk
memenuhi persyaratan yang tertera pada Larutan mengisolasi benih sel; metode kultur; prosedur lain
Albumin Manusia. yang digunakan untuk membuat BSI, terutama
Jika serum sapi digunakan, harus memenuhi yang mungkin mencemari sel dari agens asing.
persyaratan yang tertera pada Serum Sapi. Informasi lengkap mungkin tidak tersedia pada
Tripsin yang digunakan untuk pembuatan kultur sel komposisi media yang digunakan sebelumnya
diuji dengan metode yang sesuai dan terbukti steril untuk kultivasi sel, misalnya pada sumber bahan
serta bebas mikoplasma dan virus, kecuali yang hewan; Jika disetujui oleh otoritas obat terkait,
berasal dari produk rekombinan, bank sel yang sudah mapan menggunakan media
tersebut dapat digunakan untuk produksi vaksin.
Benih sel
Data asal sel, histori dan karakterisasi digunakan
untuk menilai kesesuaian benih sel.

Sumber benih sel Untuk sel lestari manusia,


informasi berikut terkait donor harus
didokumentasikan: asal etnis dan geografis; usia;
jenis kelamin; kondisi fisiologis umum; jaringan

Tabel 3 – Pengujian sel lestari

SAP / BSE (Sel


pada atau melebihi
level penggandaan
Bank sel Bank Sel
Uji Benih Sel populasi
Induk (BSI) Kerja (BSK)
maksimum yang
digunakan untuk
produksi)
1. IDENTITAS DAN KEMURNIAN
Morfologi + + + +
Identifikasi + + + +
Karyotipe (sel lestari diploid) + + +(1) +(1)
Masa hidup (sel lestari diploid) - + + -
2. AGENS ASING
Kontaminasi bakteri dan jamur - + + -
Mikobakteria - +(2) +(2) -
Mikoplasma - + + -
Spiroplasma(3) - + + -
Mikroskopi elektron - +(4) - +(4)
Uji bahan asing dalam kultur sel (dengan sel yang hidup atau sel - + + +
lisat yang setara)
Uji pada tikus menyusui dan telur - - +(5) +(5)
Uji virus tertentu secara NAT - +(6) +(6) +(6)
Uji virus secara molekuler +(7) +(7) +(7) +(7)
Retrovirus - +(4) - +(4)
3. TUMORGENISITAS
Tumorigenisitas +(8,9) - - -

(1) Karakter diploid dibuat untuk setiap BSK tetapi menggunakan sel sesuai dengan sel pada atau melebihi level penggandaan populasi
maksimum yang digunakan untuk produksi
(2) Jika sel rentan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis atau spesies lain
farmasiindustri.com
59

(3) Jika digunakan sel serangga atau tanaman


(4) Pengujian dilakukan untuk BSI, tetapi menggunakan sel sesuai dengan sel pada atau melebihi level penggandaan populasi maksimum
yang digunakan untuk produksi.
(5) Pengujian dilakukan untuk BSK, tetapi menggunakan sel sesuai dengan sel pada atau melebihi level penggandaan populasi maksimum
yang digunakan untuk produksi.
(6) Uji spesifik untuk kemungkinan kontaminan (mis. virus) ditentukan menurut analisis risiko berdasarkan asal sel dan bahan asing yang
potensial yang secara tidak sengaja terpapar selama proses produksi atau melalui penggunaan bahan hewan atau tanaman. Tahap
pengujian yang sesuai harus dipilih berdasarkan analisis risiko.
(7) Metode ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk uji in vivo dan NAT spesifik atau sebagai pelengkap atau alternatif untuk tes kultur
in vitro berdasarkan analisis risiko dan sesuai dengan instansi yang kompeten. Tahap pengujian yang dipilih didasarkan pada analisis
risiko.
(8) Sel lestari MRC-5, WI-38 dan FRhL-2 dinyatakan tidak berpotensi tumor dan tidak perlu diuji. Uji tidak dilakukan pada sel lestari yang
diketahui berpotensi tumor, misalnya CHO dan BHK-21.
(9) Pengujian dilakukan pada benih sel, tetapi menggunakan sel sesuai dengan sel pada atau melebihi level penggandaan populasi
maksimum yang digunakan untuk produksi.

Karakterisasi benih sel Sifat berikut ini diperiksa: spesies asal, misalnya, virus simian 40 pada kera
1. Identitas sel, menggunakan metode seperti rhesus, virus Flock house pada sel serangga, atau
analisis isoenzim, uji imunokimia in vitro, virus yang secara tidak sengaja terdeteksi selama
sidik jari asam nukleat dan teknik proses produksi atau melalui penggunaan bahan asal
amplifikasi asam nukleat (NAT); hewan atau tumbuhan. Untuk sel lestari asal
2. Karakteristik pertumbuhan sel dan sifat serangga, dilakukan uji virus spesifik yang relevan
morfologisnya (mikroskopi optik dan dengan spesies asal sel serangga dan arbovirus
elektron); (virus yang ditularkan melalui arthropoda). Panel
3. Sel lestari diploid, karyotipe; virus yang diuji dipilih sesuai dengan kondisi
4. Sel lestari diploid, masa hidup in vitro pengetahuan ilmiah saat ini. Uji transkriptase balik
dalam hal level penggandaan populasi. tidak diperlukan untuk lini sel yang
mengekspresikan partikel retroviral endogen (misal.
Stabilitas substrat sel sel hewan pengerat) karena hasil uji diharapkan
Viabilitas sel dalam penyimpanan yang sesuai harus positif, dan dengan demikian uji infektivitas harus
dilakukan. Untuk produk tertentu yang dibuat dalam dilakukan untuk menentukan apakah partikel
sel lestari, perlu ditunjukkan bahwa produksi yang retroviral endogen ini infektif atau tidak.
konsisten dapat diperoleh pada pasase dan/atau level Sel lestari yang menunjukkan retrovirus infektif,
penggandaan populasi pada awal dan akhir periode tidak dapat digunakan untuk produksi vaksin,
penggunaan yang dimaksud. kecuali dinyatakan lain.

Agens asing infektif Tumorigenisitas


Lini sel untuk produksi vaksin, harus dilakukan Tumorigenisitas didefinisikan sebagai kemampuan
pengujian terhadap bahan asing yang menular sel lestari untuk menginduksi tumor setelah
berdasarkan analisis risiko. Asal sel substrat serta penyuntikan sel hidup utuh pada hewan
agens asing potensial yang dapat secara tidak imunodefisiensi atau imunosupresi (biasanya hewan
sengaja terdeteksi selama proses produksi atau pengerat). Uji tumorigenisitas dilakukan
melalui penggunaan bahan turunan hewan atau menggunakan sel pada atau melebihi level
tumbuhan harus dipertimbangkan dalam pemilihan penggandaan populasi maksimum yang akan
sel permisif yang sesuai. Salah satu uji tercantum digunakan untuk produksi vaksin.
pada Tabel .., tetapi uji alternatif dapat fokus pada Sel lestari yang diketahui bersifat non-tumorigenik
pengujian yang lebih lengkap di tingkat BSI atau (MRC-5, WI-38 dan FRhL-2) dan sel yang bersifat
BSK. Dalam setiap pengujian, harus dilakukan tumorigenik (sel CHO) tidak perlu dilakukan
justifikasi untuk menjamin tingkat keamanan yang pengujian dan dokumentasi lebih lanjut.
sama seperti yang diuraikan dalam Tabel. Teknik Jika sel lestari yang sebelumnya belum pernah
molekuler sensitif dengan kemampuan deteksi luas dikarakterisasi adalah tumorigenik, studi
diantaranya metode ―massive parallel sequencing‖ onkogenisitas harus dilakukan menggunakan DNA
(MPS), ―polymerase chain reaction‖ (PCR) untuk yang dimurnikan dari lisat sel lestari dan / atau sel
seluruh famili virus atau ―random-priming methods‖ lestari untuk menunjukkan bebas komponen
(dengan atau tidak dengan sekuensing), hibridisasi onkogenik. Hasilnya digunakan sebagai bagian dari
terhadap susunan oligonukleotida dan spektrometri analisis risiko yang dilakukan untuk mendukung
massa. Metode ini dapat digunakan sebagai penggunaan sel lestari untuk produksi vaksin.
alternatif untuk uji in vivo atau uji NAT spesifik Penentuan TPD50 (Dosis yang menghasilkan tumor
atau sebagai metode tambahan/alternatif untuk uji pada 50% hewan uji) dan kapasitas untuk
kultur in vitro, sesuai dengan persetujuan instansi membentuk metastasis adalah sifat khas yang harus
yang berwenang. Kemampuan proses untuk ditentukan sebagai bagian dari analisis risiko.
menghilangkan/menginaktivasi virus spesifik harus Meskipun terdapat kesulitan dalam menunjukkan
mempertimbangkan asal dan sejarah kultur sel korelasi yang baik dan konklusif dengan fenotip
lestari dan virus asing yang diketahui menginfeksi tumorigenik, uji karakterisasi in vitro tambahan
farmasiindustri.com
60

dapat dilakukan untuk mendokumentasikan sifat sel Morfologi sel dideskripsikan dan didokumentasikan
substrat lainnya, seperti kemampuan menginduksi dengan baik.
pertumbuhan sel invasif dalam otot dan/atau
kemampuan sel substrat untuk menginduksi Identifikasi
transformasi sel 3T3. Analisis sidik jari asam nukleat dan beberapa pilihan
metode yang relevan untuk menentukan identitas
Residu DNA sel inang sel:
Setiap vaksin yang diproduksi menggunakan sel (1) karakteristik biokimia (analisis isoenzim);
lestari kontinu, kandungan residu DNA sel inang (2) karakteristik imunologis (histokompatibilitas
pada produk akhir harus diuji dan ditentukan batas antigen, uji imunokimia in vitro);
maksimal yang dapat diterima berdasarkan analisis (3) penanda sitogenetik;
risiko, dengan mempertimbangkan: (4) NAT.
(1) Sifat sel substrat (non-tumorigenik, level
tumorigenisitas) dan sumber asalnya Sel kontaminan
(manusia/non-manusia); Analisis sidik jari asam nukleat dilakukan untuk
(2) Keberadaan senyawa kimia seperti identifikasi, dan juga untuk melihat apakah bebas
betapropiolakton dan/atau penggunaan DNase dari sel kontaminan.
untuk menginaktivasi aktivitas biologis yang
potensial (onkogenisitas, infektivitas) dari Kontaminasi bakteri dan jamur
residu DNA sel inang; BSI dan BSK memenuhi syarat uji sterilitas <71>.
(3) Kemampuan proses untuk mengurangi jumlah Gunakan 10 mL supernatant dari biakan sel untuk
dan ukuran residu DNA sel inang yang setiap media. Lakukan pengujian pada 1% wadah,
mencemari; dengan minimum 2 wadah.
(4) Tujuan penggunaan vaksin (contoh: rute
pemberian); Mikobakteria
(5) Metode yang digunakan untuk mengukur Jika sel rentan terhadap infeksi Mycobacterium
residu DNA sel inang. tuberculosis atau spesies lain, BSI dan BSK harus
Secara umum, proses purifikasi vaksin parenteral memenuhi syarat untuk uji mikobakteria <73>.
dapat mengurangi residu DNA sel inang dalam NAT <1389> dapat digunakan sebagai metode
produk akhir hingga kurang dari 10 ng per dosis, alternatif jika telah divalidasi dan dapat
namun kriteria keberterimaan harus disetujui oleh dibandingkan dengan metode kultur.
instansi yang berwenang.
Jika studi validasi (contoh: spiking studies Mikoplasma <74>
menggunakan distribusi ukuran DNA yang sesuai) BSI dab BSK memenuhi syarat. Gunakan satu atau
telah dilakukan dan reprodusibilitas proses produksi lebih wadah.
dalam mengurangi DNA sel inang residu hingga
tingkat yang diharapkan terbukti, uji DNA sel inang Spiroplasma
residu dapat dihilangkan dengan persetujuan dari Spiroplasma dapat masuk ke dalam sel substrat
instansi yang berwenang. melalui kontaminasi bahan yang berasal dari
tanaman atau sel lestari serangga. BSI dan BSK
Karakterisasi kromosom harus bebas dari spiroplasma yang diuji
Sel lestari diploid menunjukkan karakteristik menggunakan metode tervalidasi yang disetujui oleh
diploid. Karakterisasi sel lestari diploid yang lebih instansi yang berwenang. Metode NAT untuk
lengkap dengan analisis karyotipe diperlukan jika deteksi mikoplasma <74> dapat digunakan untuk
penghilangan sel utuh selama proses setelah panen mendeteksi spiroplasma setelah divalidasi dan
belum tervalidasi. Sampel dari 4 pasase yang disetujui oleh instansi yang berwenang. Gunakan
masing-masing pasase berjarak sama dan melebihi satu atau lebih wadah untuk pengujian.
masa hidup sel lestari harus diuji. Tidak kurang dari
200 sel pada fase metafase diuji jumlah kromosom Mikroskopi elektron
yang tepat dan untuk frekuensi hiperploidi, BSI diamati menggunakan mikroskop elektron
hipoploidi, poliploidi, kerusakan, dan abnormalitas untuk melihat agens asing. Sel lestari dipelihara
struktural. pada suhu yang secara rutin digunakan untuk
Sel lestari MRC-5, WI-38, dan FRhL-2 diketahui produksi dan diambil pada atau melebihi tingkat
bersifat diploid dan terkarakterisasi dengan baik. penggandaan populasi maksimum. Sebagai
Jika ketiganya tidak dimodifikasi secara genetik, tambahan, sel lestari serangga dipelihara pada suhu
karakterisasi lebih lanjut tidak perlu dilakukan. di atas atau di bawah suhu yang secara rutin
digunakan untuk produksi dan juga untuk perlakuan
METODE UJI UNTUK BIAKAN SEL lain seperti paparan terhadap bahan kimia. Untuk sel
Morfologi lestari serangga, suhu pemeliharaan dan perlakuan
yang digunakan harus disetujui oleh instansi yang
farmasiindustri.com
61

berwenang, beserta dengan jumlah sel yang akan Jika sel lestari menghasilkan partikel retroviral
diamati. (contoh: sel lestari rodent), uji retrovirus
menggunakan:
Uji agens asing dalam biakan sel - Mikroskopi elektron transmisi.
Sel mamalia, sel hidup (setidaknya 107 sel) atau lisat - Uji infektivitas pada sel manusia dan sel
sel yang setara, dalam supernatant biakannya, diko- tambahan yang sesuai (contoh: sel Mus dunni
kultivasi (untuk sel hidup) atau diinokulasi (untuk atau sel SC-1 untuk sel substrat CHO) dengan
lisat sel) pada biakan: metode PERT assay pada beningan, kecuali
(1) Sel diploid manusia ketika sel amplifikasi positif terhadap reverse
(2) Sel ginjal simian kontinu transcriptase, pembacaan dilakukan
(3) Substrat sel selain sel manusia atau simian, menggunakan metode plaque atau fluorescent
berasal dari bets terpisah. focus.
Pada sel lestari serangga, lisat sel diinokulasi pada Sensitivitas metode PERT sangat tinggi, sehingga
biakan sel lapis tunggal dari sel lain, termasuk interpretasi sinyal positif mungkin samar-samar dan
manusia, simian, dan sebagai tambahan, setidaknya keputusan keberterimaan sel substrat didasarkan
satu sel lestari yang berbeda dari yang digunakan pada data yang tersedia.
dalam produksi, yang sesuai untuk virus serangga
dan dapat mendeteksi arbovirus manusia (contoh: Uji pada mencit menyusu
sel BHK-21). Uji dilakukan jika analisis risiko menunjukkan
Hasil ko-kultivasi biakan sel (untuk sel hidup) atau bahwa mitigasi risiko perlu dipertimbangkan
inokulasi biakan sel (untuk lisat sel) diamati efek terhadap semua pengujian pada sel substrat tertentu.
sitopatik selama tidak kurang dari 2 minggu. Jika sel Suntikkan 107 sel hidup atau lisat sel yang setara,
lestari diketahui mampu menumbuhkan dalam beningan biakan pada kelompok anak tikus
sitomegalovirus manusia ataupun simian, biakan sel menyusu dari dua kelahiran yang berumur kurang
diploid manusia diamati selama tidak kurang dari 4 dari 24 jam, tidak kurang dari 10 hewan. Suntikkan
minggu. Biakan sel diploid manusia yang tidak kurang dari 0,1 mL secara intraperitonial dan
diperpanjang selama 4 minggu untuk tujuan 0,01 mL secara intraserebral.
mendeteksi sitomegalovirus manusia atau simian, Amati hewan selama tidak kurang dari 4 minggu.
dapat digantikan dengan metode NAT <1389>. Investigasi hewan yang sakit atau memperlihatkan
Untuk menjaga biakan sel tetap sehat selama abnormalitas untuk menentukan penyebab penyakit.
tambahan waktu 2 minggu, perlu diberikan medium Sel substrat memenuhi syarat pengujian jika tidak
segar atau lakukan subkultur setelah 2 minggu ke ditemukan adanya agens asing. Pengujian valid jika
dalam biakan segar agar dapat mendeteksi virus. tidak kurang dari 80% hewan dari setiap kelompok
Pada akhir periode pengamatan, lakukan uji tetap sehat dan bertahan hingga akhir masa
hemaglutinasi pada beningan biakan atau pada sel pengamatan.
hidup untuk haemadsorbing virus menggunakan sel
darah merah marmot. Jika sel darah merah marmot Uji pada telur (hanya untuk sel substrat avian)
disimpan, simpan pada suhu 5° ± 3° selama tidak Uji dilakukan jika analisis risiko menunjukkan
lebih dari 7 hari. Lakukan analisis terhadap setengah bahwa mitigasi risiko perlu dipertimbangkan
dari biakan setelah inkubasi pada 5° ± 3° selama 30 terhadap semua pengujian pada sel substrat tertentu.
menit dan setengah bagian lainnya setelah inkubasi Suntikkan inokulum 106 sel hidup atau lisat sel yang
pada 20° - 25° selama 30 menit. Uji haemaglutinasi setara, dalam supernatant biakan ke dalam rongga
tidak dapat digunakan untuk arbovirus. alantoik 10 telur ayam berembrio bebas patogen
Uji dinyatakan valid jika tidak kurang dari 80% spesifik berusia 9-11 hari <1411> dan ke dalam
biakan sel tetap hidup. Sel substrat memenuhi syarat kantung kuning telur 10 telur ayam berembrio bebas
pengujian jika tidak ditemukan adanya agens asing. patogen spesifik berusia 5-7 hari. Inkubasi selama
tidak kurang dari 5 hari. Uji cairan alantoik
Retrovirus menggunakan sel darah merah mamalia dan avian
Jika sel lestari belum diketahui menghasilkan untuk mengetahui terbentuknya haemaglutinin,
partikel retroviral, periksa keberadaan retrovirus lakukan pada suhu 5° ± 3° dan 20°- 25°, baca hasil
menggunakan: setelah 30-60 menit. Sel substrat memenuhi syarat
(1) ―Product-enhanced reverse transcriptase‖ pengujian jika tidak ditemukan agens asing.
(PERT) assay dilakukan terhadap supernatant Pengujian valid jika tidak kurang dari 80% embrio
bank sel menggunakan sel pada atau melebihi tetap sehat dan bertahan hingga akhir masa
level penggandaan populasi maksimum yang pengamatan.
digunakan untuk produksi
(2) Mikroskopi Elektron Transmisi
Jika uji (1) dan/atau (2) memberikan hasil positif, Uji untuk virus spesifik
lakukan uji infektivitas pada sel manusia yang Daftar virus spesifik yang akan diuji ditentukan
sesuai dengan metode PERT assay pada beningan. berdasarkan analisis risiko kontaminasi virus sesuai
farmasiindustri.com
62

dengan prinsip-prinsip yang dirinci dalam dieutanasia sebelum uji berakhir, untuk menghindari
Keamanan virus, dan memperhitungkan (tetapi tidak penderitaan hewan yang tidak perlu.
terbatas pada) asal sel dan sumber potensial Pada akhir periode pengamatan, semua hewan
kontaminasi virus (contoh: bahan yang berasal dari termasuk kelompok kontrol positif dieutanasia dan
hewan atau tumbuhan). Uji NAT <1381> dilakukan diamati secara visual dan mikroskopis dari bukti
dengan atau tanpa amplifikasi sebelumnya dalam proliferasi sel yang diinokulasi di tempat
sel. Untuk sel lestari yang berasal dari hewan penyuntikan dan di organ lain (contoh: kelenjar
pengerat, NAT atau uji produksi antibodi dalam getah bening, paru-paru, ginjal, dan hati).
mencit, tikus, ataupun hamster digunakan untuk Semua hewan diamati dan dipalpasi secara berkala
mendeteksi virus dengan spesies spesifik. untuk mengetahui pembentukan nodul di lokasi
penyuntikan. Setiap nodul yang terbentuk diukur
Uji virus menggunakan metode molekular dalam 2 arah tegak lurus, catat hasil pengukuran
lainnya secara teratur untuk melihat pertumbuhan nodul
Sesuai persetujuan dengan instansi yang berwenang, yang progresif. Hewan yang menunjukkan nodul
metode molekular lain (contoh: High Throughput yang mulai mengalami regresi selama periode
Sequencing) dapat digunakan sebagai alternatif uji pengamatan dieutanasia sebelum nodul tidak lagi
in vivo dan metode NAT spesifik, atau sebagai teraba, dan diproses untuk pemeriksaan histologis.
tambahan atau alternatif uji biakan sel in vitro Hewan dengan nodul yang semakin berkembang
berdasarkan analisis risiko. diamati selama 1-2 minggu. Di antara hewan yang
Metode NAT dan metode molekular lainnya tidak mengalami pembentukan nodul, setengahnya
didasarkan pada analisis risiko dan tergantung pada diamati selama 3 minggu dan setengah lainnya
langkah-langkah di mana kontaminan virus dapat diamati selama 12 minggu sebelum dieutanasia dan
ditetapkan. Dalam hal hasil positif dengan metode dilakukan pemeriksaan histologis. Semua hewan
molekuler lain atau uji NAT, uji lebih lanjut harus dinekropsi dan dilakukan pemeriksaan terhadap
dilakukan untuk menentukan apakah asam nukleat pembentukan tumor di lokasi penyuntikan dan organ
yang terdeteksi disebabkan oleh adanya agens asing lain seperti kelenjar getah bening, paru-paru, otak,
yang menginfeksi dan/atau diketahui memiliki risiko limpa, ginjal, dan hati. Semua lesi mirip tumor dan
terhadap kesehatan manusia. lokasi penyuntikan diperiksa secara histologis.
Selain itu, karena beberapa sel lestari dapat
Uji untuk tumorigenisitas in vivo menimbulkan metastasis tanpa pertumbuhan tumor,
Pengujian ini menetapkan perbandingan antara sel setiap kelenjar getah bening regional yang terdeteksi
lestari kontinu dan sel lestari kontrol positif yang dan paru-paru hewan diperiksa secara histologis.
sesuai sebagai pembanding (contoh: sel HeLa atau Pengujian valid jika dari 10 hewan yang disuntik
sel Hep2). dengan sel kontrol positif baku, terdapat tidak
Hewan yang telah terbukti sesuai untuk pengujian kurang dari 9 hewan yang memperlihatkan
ini meliputi: pertumbuhan tumor secara progresif.
(1) Mencit atimik (genotipe Nu/Nu), Pada sel lestari yang berpotensi menimbulkan tumor
(2) Mencit, tikus, atau hamster baru lahir, yang baru, didokumentasikan tingkat tumorigenisitas, dari
diberi perlakuan dengan serum atau globulin berbagai dosis sel substrat (contoh: 105, 106, dan
antitimosit, 107) disuntikkan dalam kelompok berbeda yang
(3) Mencit yang telah dihilangkan kelenjar timus terdiri dari 10 hewan.
(timektomisasi) dan teriradiasi yang telah
direkonstitusi (T-, B+) dengan sumsum tulang
dari mencit yang sehat.
Pada hewan terpilih, sel lestari dan sel kontrol
positif disuntikkan ke dalam kelompok terpisah
terdiri dari masing-masing 10 hewan. Dalam
keduanya, inokulum untuk setiap hewan adalah 10 7
sel yang disuspensikan dengan volume 0,2 mL, dan
penyuntikan dapat dilakukan melalui rute
intramuskular atau subkutan. Hewan yang baru lahir
diberi perlakuan dengan 0,1 mL serum atau globulin
antitimosit pada hari ke-0, 2, 7, dan 14 setelah
kelahiran. Serum atau globulin poten adalah yang
dapat menekan mekanisme kekebalan (imun) hewan
yang sedang berkembang hingga inokulum
berikutnya dari 107 sel kontrol positif yang secara
teratur menghasilkan tumor dan metastasis. Hewan
yang terpengaruh sangat parah dan menunjukkan
pertumbuhan tumor yang progresif, dapat
farmasiindustri.com
63

PEREAKSI
farmasiindustri.com
64

PEREAKSI, INDIKATOR DAN Pembuatan Campur 8,5 mL asam perklorat P


dengan dioksan P yang telah dimurnikan dengan
LARUTAN adsorpsi, hingga 1000 mL.
Pembakuan Timbang saksama lebih kurang 700
mg kalium biftalat P yang sebelumnya telah
PEREAKSI DAN LARUTAN PEREAKSI dihaluskan dengan hati-hati dan dikeringkan pada
suhu 120º selama 2 jam dan larutkan dalam 50 mL
Tambahan asam asetat glasial P dalam labu 250 mL.
Asam m-hidroksibenzoat P C7H6O3; BM 138,12; Tambahkan 2 tetes kristal violet LP dan titrasi
[99-06-9]. dengan larutan asam perklorat sampai warna ungu
berubah menjadi hijau kebiruan. Lakukan penetapan
Asam silikotungstik P Gunakan Asam siliko- blangko. Hitung normalitas larutan.
wolframat P.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Asam silikowolframat P Asam silikotungstik P setara dengan 20,422 mg kalium biftalat
SiO2.12WO3.26H2O; BM 3310.66.

Asam silikowolframat LP Asam silikotungstik LP


Larutkan 10 g asam silikowolframat dalam 100 mL , 4 𝐿 𝐿
air.

Etilefrin hidroklorida P C10H15NO2.HCl; BM


217,69; [943-17-9]; jika dikeringkan, mengandung
tidak kurang dari 99,0% etilefrin hidroklorida.

Oksibendazol P C12H15N3O3; BM 249,27; [20559-


55-1]; gunakan pereaksi yang sesuai.

Kalium sorbat P Garam kalium asam sorbat;


C6H7KO2; BM 150,2; [110-44-1]; gunakan pereaksi
yang sesuai.

Tetrabutilamonium hidroksida P
Tetrabutilamonium hidroksida 30 hidrat;
C16H37NO.30H2O; BM 799,93; [147741-30-8];
gunakan pereaksi dengan mutu yang sesuai,
mengandung tidak kurang dari 98,0%.

Tetrabutilamonium hidroksida, larutan 40%


dalam air [CH3(CH2)3]4NOH; BM 259,47 [2052-
49-5]; gunakan pereaksi dengan mutu yang sesuai.

LARUTAN KOLORIMETRIK (LK)

Tambahan
Kalium dikromat LK Timbang saksama 0,4000 g
kalium dikromat P, yang sebelumnya dipanaskan
pada 120⁰ sampai bobot tetap, larutkan dalam 500
mL air. Tiap mL larutan mengandung 0,800 mg
K2Cr2O7.

LARUTAN VOLUMETRIK (LV)

Perubahan
Asam perklorat dioksan 0,1 N

Anda mungkin juga menyukai