com
DRAFT SUPLEMEN I
FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI
KONSULTASI PUBLIK
2020
farmasiindustri.com
I. Sediaan Umum
Tablet
II. Monografi
A. Bahan Baku Aktif Obat dan Obat Kimia
No Judul Monografi No Judul Monografi
1 Adapelin 2 Gel Adapelin
3 Suspensi Oral Albendazol 4 Tablet Kunyah Albendazol
5 Amoksisilin Natrium untuk Injeksi 6 Krim Asam Fusidat
7 Kapsul Asam Traneksamat 8 Azitromisin untuk Suspensi oral
9 Injeksi Besi Sukrosa 10 Tablet Bromheksin Hidroklorida
Injeksi Dekstrosa Monohidrat dan
11 Deksklorfeniramin Maleat 12
Natrium Klorida
13 Injeksi Doksorubisin Hidroklorida 14 Tablet Efavirens
15 Efedrin Hidroklorida 16 Injeksi Efedrin Hidroklorida
17 Estazolam 18 Tablet Estazolam
19 Fosfomisin Natrium 20 Fosfomisin Natrium untuk Injeksi
21 Glikuidon 22 Tablet Glikuidon
23 Granisetron Hidroklorida 24 Injeksi Granisetron Hidroklorida
25 Krim Hidrokortison 26 Hidroksiklorokuin Sulfat
27 Tablet Hidroksiklorokuin Sulfat 28 Hipromelosa
29 Tetes Mata Hipromelosa 30 Imipenem
Imipenem dan Silastatin untuk
31 32 Irbesartan
Injeksi
33 Tablet Isoksuprin Hidroklorida 34 Injeksi Isosorbid Dinitrat
35 Kalsitriol 36 Kapsul Kalsitriol
37 Kalsium Folinat 38 Injeksi Kalsium Folinat
39 Kapsul Lepas Lambat Ketoprofen 40 Salep Klobetasol Propionat
41 Klorfeniramin Maleat 42 Tablet Klorfeniramin Maleat
43 Tetes Mata Levofloksasin 44 Tablet Levonorgestrel
45 Losartan Kalium 46 Mekobalamin
47 Kapsul Mekobalamin 48 Supositoria Metronidazol
49 Misoprostol 50 Tablet Misoprostol
51 Salep Mometason Furoat 52 Semprot Hidung Mometason Furoat
Krim Neomisin Sulfat dan Hidrokortison
53 Injeksi Morfin Hidroklorida 54
Asetat
55 Tetes Mata Ofloksasin 56 Okskarbazepin
57 Tablet Okskarbazepin 58 Olanzapin
59 Tablet Olanzapin 60 Omeprazol Natrium
61 Omeprazol Natrium untuk Injeksi 62 Oseltamivir Fosfat
63 Pantoprazol Natrium 64 Tablet Lepas Tunda Pantoprazol Natrium
65 Pantoprazol Natrium untuk Injeksi 66 Supositoria Parasetamol
67 Pentoksifilin 68 Injeksi Pentoksifilin
farmasiindustri.com
B. Produk Biologi
No Judul Monografi
1 Vaksin Basil Calmette-Guerin
2 Vaksin Campak, Hidup
3 Vaksin Difteri Jerap
4 Vaksin Difteri, Tetanus, Pertusis (Sel Utuh), Poliomyelitis (Inaktif) dan
Hemophilus Tipe B Konjugat (Jerap)
5 Vaksin Haemofilus Tipe B Konjugat
6 Vaksin Pertusis (Sel Utuh, Jerap)
7 Vaksin Poliomyelitis (Inaktif)
8 Vaksin Poliomyelitis Oral, Hidup
9 Vaksin Tetanus Jerap
III. Lampiran
No Judul lampiran
<52> Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan Mikroba
<53> Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Mikroba Spesifik
<54> Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Kriteria Keberterimaan Sediaan
dan Bahan Baku untuk Penggunaan Farmasi
<55> Penetapan Aktivitas Air Sediaan Nonsteril
<72> Agens Asing Dalam Vaksin Virus
<73> Uji Keberadaan Mikobakteria
<74> Uji Keberadaan Mikoplasma
<252> Uji Toksisitas Abnormal
<1052> Penetapan Viskositas: Metode Kapiler
<1053> Penetapan Viskositas: Metode Ratisional
<1251> Uji Waktu Hancur
<1385> Metode Imunokimia
farmasiindustri.com
“SHADING”
Shading pada teks farmakope digunakan untuk menandai bagian yang baru, mengalami perubahan,
penghilangan atau penambahan.
Jika terdapat perubahan pada suatu parameter maka pada awal parameter yang diubah dituliskan kata
Perubahan. Jika terdapat penambahan parameter, dituliskan Tambahkan persyaratan. Untuk parameter yang
dihilangkan pada awal parameter dituliskan Hilangkan persyaratan.
Contoh:
Perubahan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Tambahkan persyaratan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit Endotoksin per mg, jika pada etiket tertera amoksisilin
steril atau harus dilakukan proses sterilisasi untuk pembuatan sediaan injeksi.
Hilangkan persyaratan
Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º.
farmasiindustri.com
SEDIAAN
farmasiindustri.com
diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang dengan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi
tidak larut) yang diizinkan, perisa dan pemanis. terlebih dahulu.
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah bahan Keadaan fisik mutu tablet yang kurang baik
aktif sedikit atau sifat bahan aktif menyebabkan sulit diuraikan dalam Pertimbangan tentang Stabilitas
dikempa tanpa adanya bahan lain. dalam Pemberian Obat <1351>.
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada
massa serbuk agar dapat meningkatkan
PENGUJIAN
pembentukan tablet dan mempertahankan
keseragaman bahan aktif dalam campuran tablet. Keragaman bobot dan keseragaman
Bahan disintegran membantu hancurnya tablet kandungan Tablet harus memenuhi uji keragaman
menjadi partikel kecil setelah kontak dengan air atau bobot seperti yang tertera pada Keseragaman
cairan biologik. Sediaan <911>, jika zat aktif merupakan bagian
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot
pengempaan tablet dan mencegah massa tablet dianggap cukup mewakili keseragaman kandungan.
melekat pada cetakan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang
Glidan adalah bahan yang dapat memperbaiki cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif
kemampuan mengalir serbuk, penanganan serbuk merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet
dan kontrol bobot tablet. bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet yang
ditambahkan pada formulasi tablet untuk menambah mengandung zat aktif 25 mg atau kurang, dan bobot
nilai estetik atau untuk identitas produk. zat aktif lebih kecil dari 25% bobot sediaan, harus
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan
Metode pembuatan Tablet dibuat dari seperti yang tertera pada Keseragaman Sediaan
formulasi yang diproses dengan salah satu dari 3 <911> yang pengujiannya dilakukan pada tiap
metode umum, yaitu granulasi basah, granulasi tablet.
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa
langsung. Waktu hancur dan Disolusi Waktu hancur
Granulasi basah melibatkan pencampuran adalah hal yang penting untuk tablet yang diberikan
serbuk kering dengan cairan granulasi untuk melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah
membentuk massa granul basah yang dikeringkan sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-
dan ditetapkan ukuran granul sebelum dikempa. Hal lambat. Uji waktu hancur tertera pada Uji Waktu
ini berguna untuk mencapai keseragaman bahan Hancur <1251> dan batas waktu hancur untuk
aktif dosis rendah, pembasahan dan disolusi bahan berbagai jenis tablet tertera pada masing-masing
aktif yang hidrofobik. monografi.
Granulasi kering dilakukan dengan melewatkan Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas,
serbuk diantara mesin rol pada tekanan tinggi atau disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hamcur.
dengan menekan massa serbuk pada tekanan tinggi Uji disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi
sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk <1231> dipersyaratkan dalam sejumlah monografi
baik (proses slugging), kemudian digiling dan tablet. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran yang dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif.
diinginkan. Pada granulasi kering ini tidak Tetapi uji tersebut terutama berguna sebagai alat
diperlukan panas dan kelembaban dalam proses untuk tapis pendahuluan formulasi dan sebagai
granulasi. prosedur pengawasan mutu secara rutin.
Pada kempa langsung melibatkan pencampuran
kering bahan aktif dan bahan tambahan, diikuti
farmasiindustri.com
MONOGRAFI
Bahan Baku Aktif Obat dan Obat Kimia
farmasiindustri.com
―headspace‖ 20 mL, tambahkan 1,0 mL natrium Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per
hidoksida 1 N. mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 50 mg per mL. Pindahkan 4,0 kadar lebih kurang 40 µg per mL.
mL larutan ke dalam vial ―headspace‖ 20 mL, Larutan uji persediaan Timbang saksama
tambahkan 1,0 mL natrium hidoksida 1 N. sejumlah zat, larutkan dengan sedikit
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi tetrahidrofuran P (lebih kurang 1% - 5% volume
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 0,53 akhir), sonikasi jika perlu, dan encerkan dengan
mm x 30 m berisi bahan pengisi G27 dengan tebal Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per
lapisan 3,0 µm. Pertahankan suhu injektor dan mL.
detektor pada 250° dan 300º. Atur suhu kolom Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
sebagai berikut: persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 40 µg per mL.
Suhu Laju suhu Suhu Waktu tahan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
awal (° per menit) akhir pada suhu akhir tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan
(°) (°) (menit) kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
40 0 40 5 L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
40 40 240 5 kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Atur operasional ―headspace‖ pada suhu ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kesetimbangan 95⁰ selama 15 menit, suhu ―transfer simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
line‖ 125⁰ dan waktu ―pressurization‖ 3 menit. tidak lebih dari 1,0%.
[Catatan Operasional parameter ―headspace‖ Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dapat dimodifikasi untuk optimasi kinerja.] volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dan laju dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
alir lebih kurang 4,8 mL per menit. Lakukan kromatogram, dan ukur respons puncak. Hitung
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam persentase adapelin, C28H28O3, dengan rumus:
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 15 %. ( ) ( )
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 1,0 mL) Larutan baku
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
adapelin dari Larutan uji dan Larutan baku;
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
CS adalah kadar Adapelin BPFI dalam µg per mL
Hitung jumlah trietilamin dalam bpj dengan rumus:
Larutan baku; CU adalah kadar adapelin dalam µg
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
( ) ( ) ditimbang.
*Cemaran dibatasi pada bahan baku, pencantuman Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam tabel sebagai identifikasi dan tidak dilaporkan rapat, simpan pada suhu ruang terkendali dan
dalam total cemaran. lindungi dari pembekuan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Tambahan monografi
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- SUSPENSI ORAL ALBENDAZOL
tetrahidrofuran P-asam trifluoroasetat P-air
Albendazole Oral Suspension
(43:36:0,02:21). Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Suspensi Oral Albendazol adalah suspensi
Kromatografi <931>.
Albendazol yang mengandung satu atau lebih
Larutan baku persediaan Timbang saksama
pengawet dan pendispersi atau pensuspensi yang
sejumlah Adapelin BPFI, tambahkan sejumlah
sesuai. Mengandung albendazol, C12H15N3O2S,
tetrahidrofuran P 1% dari volume akhir, sonikasi
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
untuk melarutkan dan encerkan dengan Fase gerak
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Baku pembanding Albendazol BPFI; tidak boleh
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
kadar 20 µg per mL.
terlindung cahaya.
Larutan uji persediaan Timbang saksama 2,0 g
gel, masukkan dalam labu tentukur 100-mL,
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan
tambahkan 25 mL tetrahidrofuran P, sonikasi untuk
uji menunjukkan maksimum dan minimum pada
melarutkan. Tambahkan 25 mL asetonitril P dan
panjang gelombang yang sama dengan Larutan
sonikasi selama 20 menit. Dinginkan hingga suhu
baku Albendazol BPFI.
ruang dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Larutan uji persediaan Lakukan seperti tertera
tanda. Larutan mengandung adapelin lebih kurang
pada Penetapan kadar.
20 µg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
Larutan uji Saring sejumlah Larutan uji
persediaan, encerkan dengan natrium hidroksida
persediaan, melalui penyaring berbahan teflon
0,1 N LP, hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
dengan porositas 0,45 µm, gunakan filtrat.
mL.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan
pH <1071> Antara 4,5 dan 5,5.
kolom 4,6mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
pada Kromatografi <931>.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan A Campuran metanol P-asam
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan
hidroklorida P (99:1).
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan B Timbang sejumlah natrium fosfat
2,0%.
monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
hingga kadar lebih kurang 13,75 g per L.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku Fase gerak Campuran metanol P-Larutan B
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Hitung persentase adapelin, C28H28O3, dalam gel seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dengan rumus:
Larutan baku persediaan Timbang saksama
rU CS sejumlah Albendazol BPFI, larutkan dan encerkan
100 dengan Larutan A, hingga kadar lebih kurang 1 mg
rS CU per mL.
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 10-
adapelin dari Larutan uji dan Larutan baku; mL, encerkan dengan Fase gerak hingga tanda.
CS adalah kadar Adapelin BPFI dalam mg per mL Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume
Larutan baku; CU adalah kadar adapelin dalam mg suspensi oral, larutkan dan encerkan dengan
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Larutan A hingga kadar albendazol lebih kurang 1
pada etiket. mg per mL.
Larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji persediaan,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar albendazol lebih
farmasiindustri.com
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan Fase
rapat, simpan pada suhu ruang terkendali. gerak merambat hingga 15 cm di atas garis
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
biarkan lempeng kering di udara dan paparkan
dengan uap iodum P hingga tampak bercak.
Tambahan monografi Kromatogram Larutan kesesuaian sistem
AMOKSISILIN NATRIUM UNTUK menunjukkan dua bercak yang terpisah dengan
INJEKSI sempurna. Bercak utama yang diperoleh dari
Amoxicillin Sodium for Injection Larutan uji mempunyai nilai Rf, warna, dan ukuran
yang sama dengan bercak utama yang diperoleh
Amoksisilin Natrium untuk injeksi adalah bahan dari Larutan baku.
steril yang terdiri dari amoksisilin natrium dengan C. Menunjukkan reaksi Natrium cara B seperti
atau tanpa eksipien. Mengandung amoksisilin, tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan
etiket. penetapan menggunakan larutan zat (10 dalam
100).
Baku pembanding Amoksisilin natrium BPFI;
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam lemari Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 4,0%;
pendingin, dalam wadah terlindung dari cahaya. lakukan penetapan menggunakan 0,3 g zat.
Amoksisilin Trihidrat BPFI. Ampisilin Trihidrat
BPFI. Sefadroksil BPFI. Endotoksin BPFI; Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5
[Catatan: Bersifat pirogenik, penanganan vial dan unit Endotoksin per mL larutan yang mengandung
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. 10 mg per mL amoksisilin.
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam
lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pembeku. pada Kromatografi <931>.
Dapar Ke dalam 250 mL kalium dihidrogen
Identifikasi ortofosfat P 0,2 M, tambahkan natrium hidroksida
A. Spektrum serapan infra merah zat yang 2 N, atur pH hingga 5,0, encerkan dengan air
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan sampai 1000 mL.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (99:1),
sama pada Amoksisilin Trihidrat BPFI. saring dan awaudarakan.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti Larutan B Campuran Dapar-asetonitril P
tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis (80:20), saring dan awaudarakan.
tipis <281>. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Fase gerak Campuran amonium asetat P (15,4 g dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
dalam 100 mL, atur pH hingga 5,0 dengan kromatografi.
penambahan asam asetat glasial P)-aseton P Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama
(90:10). 0,2 g Amoksisilin Trihidrat BPFI, tambahkan 1 mL
Pengencer Larutkan 42 g natrium bikarbonat P air, kocok, tambahkan beberapa tetes natrium
dalam 1000 mL air. hidroksida P hingga pH 8,5. Diamkan larutan pada
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah suhu ruang selama 4 jam. Pipet 0,5 mL larutan,
Amoksisilin Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan encerkan dengan Larutan A sampai 50 mL.
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2,5 Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama
mg per mL. sejumlah Sefadroksil BPFI dan Amoksisilin
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Amoksisilin Trihidrat BPFI dan Ampisilin Trihidrat Larutan A hingga kadar berturut-turut lebih kurang
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer 4 µg per mL dan 30 µg per mL.
hingga kadar masing-masing lebih kurang 2,5 mg Larutan uji Timbang sejumlah zat setara dengan
per mL. 0,15 g amoksisilin, tambahkan 80 mL Larutan A,
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan kocok selama 15 menit. Sonikasi selama 1 menit,
dalam sejumlah volume Pengencer hingga kadar encerkan dengan Larutan A sampai 100 mL,
setara lebih kurang 2,5 mg per mL amoksisilin. campur, saring.
Penampak bercak Gunakan uap iodum P. Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji,
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
masing 1 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian encerkan dengan Larutan A sampai 100 mL.
sistem dan Larutan uji pada lempeng kromatografi Larutan blangko Gunakan Larutan A.
GF 254. Masukkan lempeng ke dalam bejana
farmasiindustri.com
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja hidroksida 2 M, encerkan dengan air sampai 100
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan mL.
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (99:1),
L1. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. saring dan awaudarakan.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Larutan B Campuran Dapar-asetonitril P
(80:20), saring dan awaudarakan.
Periode Waktu Larutan Larutan Keterangan Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
A B (92:8). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
1 0 - tR 92 8 Isokratik Kesesuaian sistem seperti tertera pada
amoksisilin Kromatografi <931>.
2 Periode 1 + 92 1 8100 Gradien Larutan baku Timbang saksama sejumlah
25 menit
Amoksisilin Trihidrat BPFI, larutkan dan encerkan
3 Periode 2 + 0 100 Isokratik
15 menit
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,7
4 Periode 3 + 92 8 Isokratik mg per mL.
15 menit Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Sefadroksil BPFI dan Amoksisilin BPFI,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga
sistem 1, rekam kromatogram dan ukur respons kadar berturut-turut lebih kurang 4 µg per mL dan
puncak seperti tertera pada Prosedur: puncak 30 µg per mL.
amoksisilin diketopiperazin, amoksisilin dimer, dan Larutan uji Timbang saksama isi tidak kurang
amoksisilin trimer terelusi setelah puncak utama dari 10 wadah, hitung bobot rata-rata. Timbang
dengan waktu retensi relatif terhadap puncak utama saksama serbuk amoksisilin natrium untuk injeksi
berturut-turut 3,4; 4,1; dan 4,5. Lakukan setara dengan 60 mg amoksisilin, masukkan ke
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem 2, dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 80 mL
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan A, kocok selama 15 menit. Sonikasi selama
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 1 menit, encerkan dengan Larutan A sampai tanda,
puncak amoksisilin dan sefadroksil tidak kurang saring melalui penyaring dengan porositas yang
dari 2,0. sesuai.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan tinggi dilengkapi detektor 254 nm dan kolom
blangko, Larutan uji dan Larutan pembanding ke berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dengan ukuran partikel 5μm. Laju alir lebih kurang
seluruh respons puncak. Hitung persentase masing- 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
masing cemaran dalam zat. Masing-masing cemaran Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
dan total cemaran tidak lebih dari batas seperti yang dan ukur respons puncak seperti tertera pada
tertera pada Tabel. Prosedur: resolusi, R, antara puncak amoksisilin
dan sefadroksil tidak kurang dari 2.
Tabel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (50 L) Larutan uji dan Larutan
Nama Batas baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Amoksisilin Tidak lebih dari 3 kali respons dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
dimer puncak utama Larutan amoksisilin, C16H19N3O5S, dari jumlah yang tertera
pembanding (3%) pada etiket dengan rumus:
Cemaran lain Respons puncak lain selain
tidak spesifik puncak utama tidak lebih dari 2 387,4
kali respons puncak utama ( ) ( ) ( )
Larutan pembanding (2%) 365,4
Total cemaran Tidak lebih dari 9 kali respons
puncak utama Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pembanding (9%) amoksisilin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,1 kali adalah kadar Amoksisilin Trihidrat BPFI dalam mg
respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%). per mL Larutan baku; CU adalah kadar amoksisilin
natrium dalam mg per mL Larutan uji; 387,4
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara adalah bobot molekul amoksisilin natrium; 365,4
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera adalah bobot molekul amoksisilin.
pada Kromatografi <931>.
Larutan dapar persediaan Timbang sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah padatan
kalium dihidrogen ortofosfat P, larutkan dan steril seperti tertera pada Injeksi. Simpan pada suhu
encerkan dengan air hingga kadar 0,2 M. 5º± 3º, terlindung dari cahaya.
Dapar Pipet 25 mL Larutan dapar persediaan,
atur pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium
farmasiindustri.com
Penandaan Pada etiket dicantumkan kesetaraan Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
amoksisilin natrium dengan amoksisilin. 5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Larutan kalium sorbat Timbang saksama
sejumlah kalium sorbat P, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Tambahan monografi Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
KRIM ASAM FUSIDAT mL.
Fusidic Acid Cream Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim
setara dengan lebih kurang 15 mg asam fusidat
Krim Asam Fusidat mengandung Asam Fusidat, anhidrat. Dispersikan dalam 25 mL Fase gerak,
C31H48O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih panaskan sampai krim meleleh dan aduk kuat
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. selama 15 menit. Dinginkan campuran pada suhu di
bawah 10⁰. Saring melalui penyaring kaca
Baku pembanding Dietanolamin Fusidat BPFI; mikrofiber, buang beberapa mL filtrat pertama dan
simpan pada wadah tertutup rapat, dalam lemari diamkan hingga suhu ruang.
pendingin. Larutan pembanding 1 Pipet 1 mL Larutan uji,
encerkan dengan Fase gerak hingga 100 mL.
Identifikasi Larutan pembanding 2 Pipet 30 µL Larutan uji,
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi encerkan dengan Fase gerak hingga 100 mL.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penjerap Campuran silika gel P F254.. Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Fase gerak Campuran metanol P-asam asetat Larutan pembanding 1, rekam kromatogram dan
glasial P-sikloheksan P- kloroform P ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
(2,5:10:10:80). efisiensi kolom puncak asam fusidat tidak kurang
Larutan baku Timbang sejumlah Dietanolamin dari 2000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
Fusidat BPFI masukkan ke dalam labu tentukur utama tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan etanol P terhadap Larutan pembanding 2, rekam
hingga kadar lebih kurang 5 mg per mL. kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan kalium sorbat Timbang sejumlah kalium tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal to
sorbat P masukkan ke dalam labu tentukur yang noise" puncak utama tidak kurang dari 3.
sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan
Larutan uji Timbang sejumlah krim setara pembanding 1, Larutan pembanding 2, Larutan
dengan lebih kurang 40 mg asam fusidat anhidrat, kalium sorbat dan Larutan uji ke dalam
larutkan dalam 10 mL etanol P dengan kromatograf. Lakukan kromatografi selama 3,5 kali
pengadukan. Saring, gunakan filtrat. waktu retensi asam fusidat, rekam kromatogram
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- dan ukur semua respons puncak. Waktu retensi
masing 10 µL Larutan uji, Larutan baku dan asam fusidat lebih kurang 5,1 menit dan waktu
Larutan kalium sorbat pada lempeng kromatografi. retensi relatif asam 3-ketofusidat lebih kurang 0,7.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi Abaikan puncak dengan respons kurang dari
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan respons puncak utama Larutan pembanding 2.
merambat hingga lebih kurang 12,5 cm. Angkat Abaikan puncak dengan waktu retensi yang sesuai
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan dengan puncak utama pada Larutan kalium sorbat.
mengering. Amati bercak di bawah cahaya Total cemaran pada Larutan uji tidak lebih dari
ultraviolet 254 nm: posisi dan ukuran bercak utama lima kali respons puncak utama asam fusidat pada
dari kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan pembanding 1.
Larutan baku dan terpisah dari bercak lain yang
diperoleh pada Larutan kalium sorbat. Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan kadar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
pH <1131> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan Fase gerak Buat campuran metanol P-asam
langsung pada krim. ortofosfat 0,05 M-asetonitril P (10:40:50), saring
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
farmasiindustri.com
Media disolusi: 900 mL Dapar natrium fosfat digunakan dalam g; dan V adalah volume media
pH 6,0. disolusi (900 mL).
Alat tipe 2: 50 rpm. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut
Waktu: 30 menit. tidak kurang dari 75% (Q) C38H72N2O12, dari
Prosedur Lakukan penetapan jumlah jumlah yang tertera pada etiket.
C38H72N2O12 yang terlarut dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Tambahan persyaratan
pada Kromatografi <931>. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan A Larutkan 8,7 g dikalium Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
hidrogenfosfat anhidrat P dalam 1000 mL air. Atur pada Kromatografi <931>.
pH hingga 8,2 menggunakan larutan kalium Larutan A Buat larutan 1,8 g dinatrium
hidroksida P atau asam ortofosfat P encer. hidrogenfosfat dihidrat P dalam 1000 mL air. Atur
Fase gerak Campuran Larutan A - asetonitril P pH hingga 8,9 menggunakan asam ortofosfat P
(35:65). Saring dan awaudarakan. Jika perlu encer. Saring dan awaudarakan.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Larutan B Campuran asetonitril P - metanol P
seperti tertera pada Kromatografi <931>. (75:25). Saring dan awaudarakan.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
sejumlah Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
labu tentukur yang sesuai. Tambahkan sejumlah kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
volume asetonitril P lebih kurang 5% volume labu menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
tentukur, sonikasi dalam tangas air dingin selama 5 Kromatografi <931>.
menit hingga larut sempurna. Encerkan dengan Dapar Larutkan 1,73 g ammonium
Media disolusi sampai tanda. Larutan ini dihidrogenfosfat P dalam 1000 mL air, atur pH
mengandung 0,55 mg Azitromisin BPFI per mL. hingga 10,0 ± 0,05 dengan penambahan larutan
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku ammonia P.
persediaan, ke dalam labu tentukur yang sesuai, Pengencer Buat campuran Dapar – metanol P –
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. asetonitril P (35:35:30).
Larutan mengandung azitromisin 0,22 mg per mL. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
menggunakan penyaring yang sesuai. Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja mL. Jika perlu lakukan sonikasi dalam tangas air
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan dingin untuk melarutkan.
kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1, Larutan uji Konstitusikan azitromisin untuk
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur
2,0 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada saksama sejumlah suspensi setara dengan 400,0 mg
50° dan suhu ―autosampler‖ pada 10°. Lakukan azitromisin, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons mL. Tambahkan 70 mL Pengencer, sonikasi dalam
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tangas air dingin selama 15 menit. Encerkan
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif dengan Pengencer sampai tanda, saring
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. menggunakan penyaring membran porositas 0,45
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah µm.
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam masing-masing sejumlah Senyawa sejenis F
kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu Azitromisin BPFI dan Desosaminilazitromisin
retensi azitromisin dan ukur respons puncak utama. BPFI, larutkan dan encerkan dalam Pengencer
Hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12, yang hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,015 mg
terlarut dengan rumus: per mL dan 0,025 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
𝑑 tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
( ) ( ) 𝐷 ( ) 𝑉 kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1,
𝐿 𝑊
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 0,9 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada
azitromisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; 60° dan suhu ―autosampler‖ pada 10°.
CS adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per Kromatograf diprogram sebagai berikut:
mL Larutan baku; L adalah jumlah azitromisin
dalam mg per 5 mL seperti tertera pada etiket; D Waktu Larutan A Larutan B
adalah faktor pengenceran, hanya jika larutan uji (menit) (%) (%)
diencerkan; d adalah bobot jenis sampel dalam g 0 50 50
25 45 55
per mL; W adalah bobot suspensi oral yang
30 40 60
80 25 75
farmasiindustri.com
81 50 50 metilfenil)sulfonil]azitr
90 50 50 omisin
3-Deoksiazitromisin
1,31 - -
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian (azitromisin B)
sistem, ukur respons puncak seperti tertera pada Cemaran lain tidak
- 1,0 0,20
Prosedur: resolusi, R, antara desoaminilazitromisin spesifik hasil degradasi
Total cemaran - - 3,5
dan senyawa sejenis F azitromisin tidak kurang dari
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Perubahan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tidak lebih dari 5,0%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan
mengandung azitromisin stabil hingga 12 jam pada
volume sama (lebih kurang 100 L) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam suhu 10]
kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu Larutan A Larutkan 8,7 g dikalium
retensi azitromisin dan ukur semua respons puncak. hidrogenfosfat anhidrat P dalam 1000 mL air. Atur
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam pH hingga 8,2 menggunakan larutan kalium
azitromisin untuk suspensi oral dengan rumus: hidroksida P atau asam ortofosfat P encer.
Fase gerak Campuran Larutan A - asetonitril P
(3:7). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
( ) ( ) 𝑃 ( ) penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran asetonitril P –
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
metanol P – air (4:4:2).
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
azitromisin dari Larutan baku; CS adalah kadar
Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Azitromisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per
CU adalah kadar azitromisin dalam mg per mL
mL. Jika perlu lakukan sonikasi dalam tangas air
Larutan uji; P adalah potensi Azitromisin BPFI
dingin untuk melarutkan.
dalam µg per mg; F1 adalah faktor koreksi, 0,001
Larutan uji Konstitusikan azitromisin untuk
mg per µg; F2 adalah faktor respon relatif seperti
suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan
saksama sejumlah suspensi, masukkan ke dalam
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
labu tentukur yang sesuai. Tambahkan sejumlah
pada Tabel. Abaikan puncak dengan waktu retensi
volume Pengencer lebih kurang 50% volume labu
relatif kurang dari 0,29 dan lebih dari 1,31.
tentukur, sonikasi dalam tangas air dingin sambil
dikocok selama 20 menit. Encerkan dengan
Tabel
Pengencer sampai tanda, saring menggunakan
penyaring membran porositas 0,45 µm. Larutan
Waktu Faktor
Nama Retensi Respons
Batas mengandung azitromisin 0,6 mg per mL.
(%) Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Relatif Relatif
Azitromisin-N-oksida 0,29 0,43 0,50 tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
3‘-(N,N-Didemetil)-3‘- kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1,
0,37 1,7 0,50 dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
N-formilazitromisin
3‘-(N,N- 2,0 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada
Didemetil)azitromisin 0,43 1,0 0,50 30° dan suhu ―autosampler‖ pada 10°. Lakukan
(aminoazitromisin) kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
Senyawa sejenis F puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
0,51 3,8 0,50
azitromisin tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
Desosaminilazitromisin 0,54 1,0 0,30 pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
N-Dimetilazitromisin 0,61 1,0 0,50
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Azitromisin C (3‘‘-O-
demetilazitromisin)
0,73 - - volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku
3‘-De(dimetilamino)- dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
0,76 1,5 0,5 kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu
3‘-oksoazitromisin
Azaeritromisin A 0,83 - - retensi azitromisin dan ukur respons puncak utama.
Cemaran spesifik tidak Hitung persentase azitromisin, C38H72N2O12, dalam
diidentifikasi (specified 0,92 - - azitromisin untuk suspensi oral dengan rumus:
unidentified )
Azitromisin 1,0 - -
rU CS
2-Desetil-2-
1,23 - - P F 100
propilazitromisin
3‘-N-Demetil-3‘-N-[(4- 1,26 - - rS CU
farmasiindustri.com
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan pengenceran injeksi dalam air (1 dalam 10).
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku,
Larutan kesesuaian sistem dan Larutan uji ke Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tertera pada Uji hitung partikel secara pengaburan
respons puncak utama. Bobot molekul dari cahaya untuk Injeksi volume kecil. Lakukan
kompleks dihitung dari kurva kalibrasi. Kurva penetapan dengan pengenceran injeksi dalam air (1
distribusi bobot molekul terbagi ke dalam beberapa dalam 40), saring menggunakan penyaring dengan
fraksi. Hitung rata-rata dari bobot molekul, MW, porositas 1,2 µm atau lebih halus.
dengan rumus:
Kekeruhan Antara 4,4 dan 5,3. Timbang lebih
AT M T kurang 500 mg injeksi, masukkan ke dalam gelas
piala 150 mL, tambahkan 100 mL air, dan atur pH
A T hingga 6,0 dengan penambahan asam hidroklorida
0,1 N LV sambil diaduk secara konstan. Angkat
Dan hitung rata-rata jumlah bobot molekul, MN, elektroda pH dari larutan. Atur sumber cahaya
dengan rumus: sehingga cahaya dapat mengenai gelas piala dengan
A T arah paralel sekitar 2 cm dibawah permukaan
A cairan. Cahaya harus menembus permukaan dan
MT
T
larutan tidak keruh. Pengukuran harus dilakukan di
tempat gelap. Teteskan asam hidroklorida 0,1 N LV
AT adalah area dari masing-masing fraksi distribusi secara perlahan sampai terbentuk sedikit kekeruhan
sampel; MT adalah nilai tengah bobot molekul yang permanen. Ukur pH larutan pada titik
masing-masing fraksi yang ditentukan dari waktu kekeruhan.
retensi pada kurva kalibrasi. Kurva distribusi bobot
molekul yang diperoleh dari injeksi memenuhi Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
parameter sebagai berikut : Injeksi.
Osmolalitas dan osmolaritas <941> Antara 1150 Klorida Tidak kurang dari 0,012 % dan tidak lebih
dan 1350 mOsmol per L. Lakukan penetapan dari 0,025%. Timbang saksama lebih kurang 12 g
farmasiindustri.com
injeksi, masukkan ke dalam gelas piala 50 mL. CU adalah kadar sukrosa dalam mg per mL Larutan
Tambahkan 40 mL air dan 0,3 mL asam nitrat P uji yang diperoleh dari grafik; D adalah volume
65%, titrasi dengan perak nitrat 0,01 N LV sambil pengenceran Larutan uji dalam mL; G adalah
diaduk. Tetapkan titik akhir secara potensiometrik bobot jenis injeksi dalam g per mL; W adalah bobot
dengan elektroda perak-kaca. Hitung jumlah injeksi yang ditimbang dalam g.
klorida dalam mg injeksi.
Penetapan kadar Besi Lakukan penetapan
Tiap mL perak nitrat 0,01 N menggunakan Spektrofotometer serapan atom
setara dengan 0,3545 mg klorida. seperti tertera pada Spektrofotometri dan
Hamburan Cahaya <1191>.
Penetapan kadar Sukrosa Tidak kurang dari 260 Larutan kalsium klorida Timbang lebih kurang
mg dan tidak lebih dari 340 mg per mL. Lakukan 2,64 g kalsium klorida P, masukkan ke dalam labu
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tentukur 1000-mL, tambahkan 500 mL air, kocok
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. sampai larut. Tambahkan 5,0 mL asam
Fase gerak Campuran asetonitril P-air (79:21), hidroklorida P, encerkan dengan air sampai tanda.
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutan baku persediaan Timbang saksama
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti lebih kurang 350 mg besi(II) amonium sulfat P,
tertera pada Kromatografi <931>. masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
Larutan natrium fosfat monobasa Larutkan 30 g larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
natrium fosfat monobasa P dalam 50 mL air. Kadar besi lebih kurang 50 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
Sukrosa BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur baku persediaan ke dalam labu tentukur yang
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan air sesuai, encerkan dengan Larutan kalsium klorida
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 13, 16, 18, hingga kadar besi berturut-turut 2,0; 4,0; 6,0; 8,0;
21, dan 23 mg per mL. dan 10,0 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang Larutan uji persediaan Pipet 2 mL injeksi ke
1,875 g injeksi, masukkan ke dalam labu tentukur dalam labu tentukur 100-mL. Bilas pipet beberapa
25-mL, tambahkan 1,25 mL air, campur. kali dengan Larutan kalsium klorida. Tambahkan 5
Tambahkan 1,25 mL Larutan natrium fosfat mL asam hidroklorida P, aduk hingga larutan
monobasa, campur. Diamkan selama 10 menit berwarna kuning, dinginkan pada suhu ruang,
untuk mengendapkan besi hidroksida. Encerkan encerkan dengan Larutan kalsium klorida sampai
dengan air sampai tanda. Sentrifus dengan tanda, dan campur.
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, saring Larutan uji Pipet 2 mL Larutan uji persediaan
melalui penyaring yang sesuai, buang 2 mL filtrat ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
pertama. Larutan kalsium klorida sampai tanda. Kadar besi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lebih kurang 8,0 µg per mL.
tinggi dilengkapi dengan detektor indeks bias dan Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan
kolom 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L8. Larutan uji pada panjang gelombang emisi besi
Pertahankan suhu kolom dan detektor antara 20° 248,3 nm menggunakan spektrofotometer serapan
dan 25° (±2°). Laju alir lebih kurang 2 mL per atom yang dilengkapi dengan lampu tabung katode
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan besi dan nyala udara asetilena P, gunakan Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons kalsium klorida sebagai blangko. Buat grafik
puncak seperti tertera pada Prosedur: koefisien serapan tiap larutan baku terhadap kadar besi dalam
korelasi yang diperoleh dari regresi linier tidak µg per mL, dan tarik garis lurus melalui kelima titik
kurang dari 0,998 [Catatan Waktu retensi sukrosa tersebut. Dari grafik yang diperoleh, tentukan kadar
lebih kurang 8 menit]. besi dalam µg per mL Larutan uji. Hitung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah persentase besi dalam tiap mL injeksi dengan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku rumus:
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
( )
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Buat
grafik respons puncak tiap Larutan baku terhadap
kadar sukrosa dalam mg per mL, dan tarik garis CA adalah kadar sebenarnya besi dalam µg per mL
lurus melalui kelima titik tersebut. Dari grafik yang Larutan uji yang diperoleh dari kurva kalibrasi ; CU
diperoleh, tentukan kadar sukrosa dalam mg per adalah kadar besi dalam µg per mL Larutan uji
mL Larutan uji. Hitung jumlah sukrosa, dalam mg berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
per mL injeksi dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
𝐷 tunggal, dari kaca Tipe I, pada suhu ruang
𝑊 terkendali. Tidak boleh dibekukan.
farmasiindustri.com
Penandaan Pada etiket cantumkan hanya untuk Prosedur Triturasi satu tablet dalam mortir
penggunaan secara intravena. Jika diberikan secara menggunakan etanol P, masukkan ke dalam labu
infus intravena, injeksi harus diencerkan dengan tentukur 50-mL, larutkan dengan bantuan etanol P
natrium klorida P 0,9%. Cantumkan pula yang dihangatkan untuk membantu kelarutan,
osmolaritas total larutan dalam mOsmol per L. encerkan dengan etanol P sampai tanda, kocok dan
saring. Pipet 5 mL filtrat, encerkan dengan etanol P
Tambahan monografi hingga 50 mL, dan kocok. Ukur serapan
TABLET BROMHEKSIN maksimum larutan pada panjang gelombang 249
HIDROKLORIDA nm. Hitung jumlah C14H20Br2N2∙HCl dengan nilai
Bromhexine Hydrochloride Tablets absortivitas molar (1%, 1 cm) 270.
Tablet Bromheksin Hidroklorida mengandung Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
bromheksin hidroklorida, (C14H20Br2N2∙HCl), tidak Tablet.
kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Baku pembanding Bromheksin Hidroklorida pada Kromatografi <931>.
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam seperti tertera pada Penetapan kadar.
lemari pendingin. Senyawa Sejenis I Bromheksin Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Hidroklorida BPFI. tablet setara dengan lebih kurang 50 mg
bromheksin hidroklorida, masukkan ke dalam labu
Identifikasi tentukur 20-mL. Larutkan dengan metanol P,
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram sonikasi dan encerkan dengan metanol P sampai
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tanda. Kocok dan saring, gunakan filtrat.
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji,
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang kurang 5 µg per mL.
249 nm seperti tertera pada Keseragaman sediaan. Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama
(lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan
Disolusi <1231> pembanding ke dalam kromatograf, rekam
Media disolusi: 900 mL air kromatogram tidak kurang dari 2 kali waktu retensi
Alat tipe 2: 75 rpm bromheksin hidroklorida dan ukur semua respons
Waktu: 45 menit puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan pada Larutan uji tidak lebih dari batas yang tertera
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Tabel.
pada Kromatografi <931>. Tabel
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar. Nama Batas
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 16 Senyawa Tidak lebih besar dari respons puncak
mg Bromheksin Hidroklorida BPFI, masukkan ke Sejenis I utama Larutan pembanding (0,2%)
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 4 mL
Bromheksin
etanol P, kocok, encerkan dengan air sampai tanda.
Hidroklorida
Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 20-
Cemaran lain Tidak lebih dari 0,5 kali respons
mL, encerkan dengan air sampai tanda.
puncak utama Larutan pembanding
Larutan uji Pipet lebih kurang 10 mL alikot, (0,1%)
saring melalui penyaring membran organik, buang Total cemaran Tidak lebih dari 1,5 kali respons
lebih kurang 5 mL filtrat pertama. puncak utama Larutan pembanding
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (0,3%)
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatogram dan ukur respons puncak utama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Hitung persentase bromheksin hidroklorida, pada Kromatografi <931>.
(C14H20Br2N2∙HCl), yang terlarut. Dapar fosfat pH 7,0 Larutkan 1,0 g kalium
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut dihidrogen fosfat P dalam 900 mL air. Atur pH
tidak kurang dari 65% (Q) C17H18N2O6 dari jumlah hingga 7,0 dengan penambahan natrium hidroksida
yang tertera pada etiket. 0,5 N, encerkan dengan air hingga 1000 mL.
Fase gerak Campuran Dapar fosfat pH 7,0-
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. asetonitril P (20:80). Saring dan awaudarakan. Jika
Prosedur keseragaman kandungan.
farmasiindustri.com
Tambahan parameter
farmasiindustri.com
tangas air hingga diperoleh residu berminyak. maleat 0,5 mg per mL dan feniramin maleat,
Masukkan residu secara kuantitatif ke dalam labu senyawa sejenis B klorfeniramin, senyawa sejenis
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan 2- C klorfeniramin masing-masing 2 µg per mL.
propanol P sampai tanda. Kadar deksklorfeniramin Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dalam larutan lebih kurang 0,7 mg per mL. Deksklorfeniramin maleat BPFI, larutkan dan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,5 mg
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan per mL, sonikasi selama 1 menit.
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L51 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi kadar 0,5 mg per mL, sonikasi selama 1 menit.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak R- kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi
enansiomer dan deksklorfeniramin (S-enansiomer) bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
tidak kurang dari 1,5. [Catatan deksklorfeniramin Pertahankan suhu kolom pada 30°. Laju alir lebih
(S-enansiomer) tereluasi pertama]. kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sebagai berikut:
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Waktu Dapar Asetonitril P
kromatogram dan ukur respons puncak utama. (menit) (%) (%)
Hitung persentase R-enansiomer dalam zat dengan 0 95 5
rumus: 1 95 5
( ) ( ) 20 70 30
30 70 30
31 95 5
ru adalah respons puncak R-enansiomer dari 40 95 5
Larutan uji; rs adalah respons puncak
deksklorfeniramin dari Larutan baku; Cs dan Cu Lakukan kromatografi terhadap Larutan
berturut-turut adalah kadar deksklorfeniramin kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
dalam mg per mL Larutan baku dan Larutan uji. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif asam maleat dan senyawa
sejenis C klorfeniramin terhadap deksklorfeniramin
Perubahan berturut-turut lebih kurang 0,18 dan 0,94; resolusi,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara R, antara puncak senyawa sejenis C klorfeniramin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera dan deksklorfeniramin tidak kurang dari 1,5;
pada Kromatografi <931>. resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B
Dapar Timbang lebih kurang 5,44 g kalium klorfeniramin dan feniramin tidak kurang dari 2,0.
fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
air. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan penambahan seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
asam ortofosfat P. Saring dan awaudarakan. lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada
Fase gerak Gunakan variasi campuran Dapar penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
dan asetonitril P seperti tertera pada Sistem Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatografi. Saring dan awaudarakan. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Pengencer Buat campuran Dapar-asetonitril P dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(95:5). kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang Hitung persentase deksklorfeniramin maleat,
saksama sejumlah Feniramin Maleat BPFI, C16H19ClN2.C4H4O4, dalam zat dengan rumus:
Senyawa sejenis B Klorfeniramin BPFI, dan
Senyawa sejenis C Klorfeniramin BPFI, larutkan
rU CS
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar 100
masing-masing lebih kurang 0,02 mg per mL, rS CU
sonikasi selama 1 menit.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak
lebih kurang 5 mg Deksklorfeniramin maleat BPFI, deksklorfeniramin dari Larutan uji dan Larutan
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, baku; Cs adalah kadar Deksklorfeniramin Maleat
tambahkan 5 mL Pengencer dan 1,0 mL Larutan BPFI dalam mg per mL Larutan baku ; Cu adalah
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan kadar deksklorfeniramin maleat dalam mg per mL
Pengencer sampai tanda, dan sonikasi selama 1 Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
menit. Larutan mengandung deksklorfeniramin
farmasiindustri.com
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Penetapan kadar Natrium klorida Pipet sejumlah
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus larutan injeksi setara dengan lebih kurang 90 mg
hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. natrium klorida, masukkan ke dalam labu
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam Erlenmeyer. Tambahkan berturut-turut 10 mL asam
lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 asetat glasial P, 75 mL metanol P dan 3 tetes eosin
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari Y LP, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga
pembeku. titik akhir berwarna merah muda.
ruang sebelum dibuka. Doksorubisinon BPFI Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
[Catatan Bersifat karsinogenik, penanganan vial Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
dan isi harus hati-hati untuk menghindari Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
kontaminasi]; tidak boleh dikeringkan sebelum dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada
digunakan. Simpan pada wadah tertutup rapat, Prosedur: resolusi, R, antara doksorubisin dan
terlindung dari cahaya. Epirubisin Hidroklorida epirubisin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
BPFI [Catatan Bersifat karsinogenik, penanganan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari kromatogram dan ukur respons puncak seperti
kontaminasi]; simpan dalam wadah tertutup rapat, tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
pada lemari pembeku. Endotoksin BPFI; [Catatan penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 kromatogram dan ukur semua respons puncak.
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari Hitung persentase doksorubisinon dalam larutan
pembeku. injeksi dengan rumus:
Identifikasi
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram ( ) ( ) 𝑃
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar. ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji doksorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan
menunjukkan maksimum dan minimum pada baku; CS adalah kadar Doksorubisinon BPFI dalam
panjang gelombang yang sama dengan Larutan µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar. doksorubisin hidroklorida dalam µg per mL
Larutan uji; P adalah potensi doksorubisinon dalam
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,2 µg per mg Doksorubisinon BPFI.
unit Endotoksin per mg doksorubisin hidroklorida; Hitung persentase cemaran tidak spesifik lain
lakukan penetapan menggunakan larutan injeksi dalam larutan injeksi dengan rumus:
dengan kadar 1,1 mg per mL.
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 7,5
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera unit Endotoksin per mg efedrin hidroklorida.
pada Tabel.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan
Tabel penetapan dengan penyaringan membran seperti
tertera pada Prosedur uji.
Nama Senyawa Waktu retensi Faktor Batas
relatif respons (%) pH <1071>Antara 4,5 dan 6,5.
relatif
Efedrin 1,0 - - Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk
Pseudoefedrin 1,1 - - Injeksi Volume Kecil.
α-Asetilbenzil 1,4 2,5 0,2
alkohol
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
Cemaran lain - 1,0 0,1
Total cemaran - - 0,5
Abaikan respons puncak kurang dari 0,05% respons Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak efedrin. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Perubahan Fase gerak Campuran natrium lauril sulfat P (1
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang g dalam 128 mL)-asetonitril P-asam ortofosfat P
150 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, (640:360:1).
tambahkan 50 mL etanol P. Tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal Timbang 1 g etilefrin
asam hidroklorida 0,01 N Titrasi dengan natrium hidroklorida P, larutkan dan encerkan dalam air
hidroklorida 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara hingga 500 mL.
potensiometri. Tetapkan volume titran yang Larutan baku Timbang sejumlah 40 mg Efedrin
ditambahkan antara 2 titik infleksi. Hidroklorida BPFI, tambahkan 10,0 mL Larutan
baku internal sampai larut, encerkan dengan air
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N setara dengan sampai 200 mL.
20,17 mg C10H15NO.HCl Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan 40 mg efedrin hidroklorida, tambahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 10,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan
baik, tidak tembus cahaya. air hingga 200 mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Tambahan monografi dengan ukuran partikel lebih kurang 5 µm.
INJEKSI EFEDRIN HIDROKLORIDA Pertahankan suhu kolom pada 45°. Atur laju alir
Ephedrine Hydrochloride Injection hingga waktu retensi efedrin lebih kurang 14 menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Injeksi Efedrin Hidroklorida adalah larutan steril rekam kromatogram dan ukur respons puncak
efedrin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi, seperti tertera pada Prosedur: resolusi antara
mengandung efedrin hidroklorida, C10H15NO.HCl, etilefrin hidroklorida dan efedrin tidak kurang dari
tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 15; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. tidak lebih dari 1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI; volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan: Bersifat Hitung persentase efedrin hidroklorida,
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati C10H15NO.HCl, dalam injeksi dengan rumus:
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin ( ) ( )
dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan puncak efedrin terhadap puncak etielfrin dari
0,05% menunjukkan maksimum pada panjang Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
gelombang antara 249 nm dan 253 nm; antara 255 Efedrin Hidroklorida BPFI dalam µg per mL
nm dan 259 nm; dan antara 261 nm dan 265 nm. Larutan baku; dan CU adalah kadar efedrin
hidroklorida dalam µg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
farmasiindustri.com
ri adalah respons puncak dari masing-masing 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
cemaran dalam Larutan uji; rS adalah respons Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
puncak estazolam dari Larutan baku; CS adalah respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kadar Estazolam BPFI dalam µg per mL Larutan faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
baku; CU adalah kadar estazolam dalam µg per mL relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan uji. F adalah faktor respons relatif masing- 2,0%.
masing cemaran seperti tertera pada Tabel. Masing- Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku
batas yang tertera pada Tabel. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram 2,5 kali waktu retensi estazolam dan
Tabel ukur respons puncak. Hitung persentase estazolam,
C16H11ClN4, dalam zat dengan rumus:
Waktu Faktor
Batas
Nama retensi Respons
(%) ( ) ( )
relatif Relatif
Estazolam 1,0 - -
Nordazepam 1,4 1,3 0,1
Senyawa sejenis A 1,6 1,0 0,1 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
estazolam utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dan
Formamido 2,0 1,5 0,1 CU berturut-turut adalah kadar estazolam dalam mg
klorobenzofenon per ml Larutan baku dan Larutan uji berdasarkan
Biskloroasetilbenzofenon 2,2 1,5 0,1 bobot yang ditimbang.
Aminoklorobenzofenon 2,6 1,4 0,1
Kloroasetamido 2,7 1,2 0,1 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
klorobenzofenon rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu
Cemaran lain tidak - 1,0 0,10 ruang terkendali.
spesifik
Total cemaran - - 0,5
kadar lebih kurang (L/1000) mg per mL dengan L Larutan baku Timbang saksama sejumlah
adalah jumlah estazolam dalam mg per tablet yang Estazolam BPFI larutkan dan encerkan dengan
tertera pada etiket. Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per
Larutan uji Saring alikot melalui membran mL
dengan porositas tidak lebih dari 0,45 µm. Buang Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
filtrat pertama. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku sesuai. Tambahkan sejumlah Fase gerak, sonikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam selama 5 menit. Encerkan dengan Fase gerak
kromatogram 1,6 kali waktu retensi estazolam dan hingga kadar estazolam lebih kurang 0,02 mg per
ukur respons puncak. Hitung persentase estazolam, mL. Saring larutan dengan penyaring yang sesuai.
C16H11ClN4, yang terlarut dengan rumus: Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11
( ) ( ) 𝑉 dengan ukuran partikel 3 µm m. Laju alir lebih
𝐿
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kadar Estazolam BPFI dalam mg per mL Larutan faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
baku; V adalah volume Media disolusi, 900 mL; relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
dan L adalah jumlah estazolam dalam mg per tablet 2,0%.
yang tertera pada etiket. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku
tidak kurang dari 80% (Q), C16H11ClN4 dari jumlah dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
yang tertera pada etiket. kromatogram 2,7 kali waktu retensi estazolam dan
ukur respons puncak. Hitung persentase estazolam,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. C16H11ClN4, dalam tablet dengan rumus:
sintesis kimia. Mempunyai potensi setara dengan Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan,
tidak kurang dari 725 µg per mg dan tidak lebih masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
dari 770 µg per mg, dihitung terhadap zat anhidrat. tambahkan 2,5 mL amonium molibdat-asam sulfat
Potensi fosfomisin natrium dihitung berdasarkan LP dan 1 mL 1-amino-2-naftol-4-asam sulfonat LP,
kesetaraan dengan fosfomisin (C3H7O4P: 138,06). campur, encerkan dengan air sampai tanda.
Biarkan selama 30 menit pada suhu 20 ± 1°.
Pemerian Serbuk hablur putih. Larutan baku persediaan Timbang saksama
lebih kurang 70 mg kalium dihidrogen fosfat P,
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, agak lakukan penyiapan larutan seperti pada Larutan uji
sukar larut dalam metanol, dan praktis tidak larut persediaan.
dalam etanol. Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
Baku pembanding Fosfomisin Natrium BPFI. mL, tambahkan 2,5 mL amonium molibdat-asam
Simpan dalam lemari pendingin. sulfat LP dan 1 mL 1-amino-2-naftol-4-asam
sulfonat LP, campur, encerkan dengan air sampai
Identifikasi tanda. Biarkan selama 30 menit pada suhu 20 ± 1°.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan blangko persediaan Buat seperti pada
didispersikan dalam kalium bromida P, Larutan uji persediaan tanpa menggunakan zat.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Larutan blangko Pipet 5 mL Larutan blangko
gelombang yang sama seperti pada Fosfomisin persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
Natrium BPFI. mL, tambahkan 2,5 mL amonium molibdat-asam
B. Larutan zat (1 dalam 500) menunjukkan sulfat LP dan 1 mL 1-amino-2-naftol-4-asam
reaksi Natrium cara A seperti tertera pada Uji sulfonat LP, campur, encerkan dengan air sampai
Identifikasi Umum <291>. tanda. Biarkan selama 30 menit pada suhu 20 ± 1°.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku, Larutan uji
Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak dan Larutan Blangko pada panjang gelombang 740
berwarna; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g nm menggunakan air sebagai blangko. Hitung
zat dalam 10 mL air. jumlah dalam mg fosfor, P, dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
Rotasi jenis <1081> Antara -3,5º dan -5,5º,
dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
menggunakan 0,5 g zat dalam 10 mL air. , 8
pH <1071> Antara 8,5 dan 10,5; lakukan penetapan AU, AB dan AS berturut-turut adalah serapan dari
menggunakan 0,70 g zat dalam 10 mL air. Larutan uji, Larutan Blangko dan Larutan baku; M
adalah jumlah kalium dihidrogen fosfat dalam mg.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 3,0%.
Lakukan penetapan menggunakan 0,2 g. Arsen <321> Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan
penetapan menggunakan Larutan uji sebagai
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 berikut: Timbang sejumlah lebih kurang 1,0 g zat,
bpj; lakukan penetapan menggunakan 1 g zat dan masukkan ke dalam krus platina, kuarsa, atau
pembanding 10 mL Larutan timbal. porselen. Tambahkan 10 mL larutan magnesium
trihidrat heksahidrat P dalam etanol P (1 dalam
Fosfor Antara 16,2 dan 17,9%. Lakukan penetapan 50), uapkan etanol, dan panaskan secara bertahap
dengan cara Spektrofotometri Ultraviolet dan untuk membakar. Jika masih terdapat bahan
Cahaya Tampak seperti tertera pada karbon, lembabkan dengan sejumlah volume asam
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. nitrat P, dan pijarkan kembali dengan cara yang
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih sama. Setelah dingin, tambahkan 3 mL asam
kurang 0,1 g zat, masukkan ke dalam wadah yang hidroklorida P, panaskan dalam penangas air untuk
sesuai, tambahkan berturut-turut 40 mL natrium melarutkan residu.
periodat P (107 dalam 10.000), dan 2 mL asam
perklorat P, panaskan di dalam tangas air selama 1 Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti
jam. Setelah dingin, masukan ke dalam labu tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
tentukur 200-mL. Bilas wadah dengan air, Mikrobiologi <131>, menggunakan metode
masukkan larutan ke dalam labu tentukur dan lempeng silinder.
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL Dapar tris pH 7,0 Larutkan 6,06 g 2-amino-2-
larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, hidroksimetil-1,3-propanediol dalam 750 mL air,
tambahkan 1 mL kalium iodida LP, kocok dan atur pH hingga 7,0 dengan penambahan asam
tambahkan natrium tiosulfat LP sampai larutan hidroklorida 0,1 N, encerkan dengan air hingga 1
tidak berwarna, encerkan dengan air sampai tanda. L.
farmasiindustri.com
Larutan baku persediaan Timbang saksama satu sama lain berjarak sama (silinder diletakkan
sejumlah Fosfomisin Fenetilamonium BPFI setara pada lingkaran dengan radius 25 – 28 mm),
dengan 20 mg fosfomisin, masukkan ke dalam sesuaikan jarak dengan diameter Petri jika
labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan menggunakan Petri yang lebih besar. Gunakan
Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Larutan ini dapat silinder baja tahan karat dengan dimensi: diameter
disimpan pada suhu lebih dari 5º dan dapat luar 7,9 – 8,1 mm; diameter dalam 5,9 – 6,1 mm;
digunakan selama 7 hari. panjang 9,9 – 10,1 mm. Silinder tidak boleh
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku mempengaruhi pengujian.
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Gunakan 5 lempeng agar silinder untuk satu kali
encerkan dengan Dapar tris pH 7,0 hingga kadar pengujian. Jika digunakan cawan yang lebih besar,
lebih kurang 10 µg per mL dan 5 µg per mL jumlah silinder untuk satu pengujian harus setara
berturut-turut sebagai larutan baku kadar tinggi dan dengan jika menggunakan cawan Petri. Dalam satu
kadar rendah. [Catatan Larutan dibuat segar.] cawan petri agar-silinder, masukkan sejumlah
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat volume Larutan baku kadar tinggi dan kadar
setara dengan 20 mg fosfomisin, masukkan ke rendah secara berhadapan, dan Larutan uji pada
dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan pasangan silinder yang tersisa dengan volume
dengan Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Pipet sama. Inkubasi pada suhu 32 - 370 selama 16 – 20
sejumlah larutan ini, masukkan ke dalam dua labu jam. Gunakan alat ukur yang sesuai, ukur diameter
tentukur yang berbeda. Pada masing-masing labu zona hambat dengan presisi tidak kurang dari 0,25
tambahkan Dapar tris pH 7,0 hingga kadar mm.
berturut-turut lebih kurang 10 µg per mL dan 5 µg Estimasi potensi Korelasi antara potensi (P)
per mL berturut-turut sebagai Larutan uji dengan larutan dalam silinder dan diameter (d) zona
kadar yang setara dengan kadar tinggi dan kadar hambat adalah sebagai berikut:
rendah Larutan baku.
Mikroba uji Gunakan Proteus sp. MB838. d = a log P + b
Media kultur Campur 5,0 g pepton; 3,0 g ekstrak
daging; 2,0 g ekstrak ragi; dan 15 g agar dalam a dan b adalah konstanta.
1000 mL air, sterilisasi. Gunakan sebagai lapisan
dasar dan inokula dengan pH antara 6,5 dan 6,6 Dengan menggunakan persamaan di atas,
setelah sterilisasi. perkirakan potensi Larutan uji dengan rumus:
Lapisan Inokula Inkubasi mikroba uji yang telah
stabil pada media agar miring pada suhu 370 selama A x Potensi SH x Faktor pengenceran UH
40 – 48 jam. Inokulasi mikroba pada permukaan
300 mL media agar dalam botol Roux, inkubasi dimana
pada suhu 370 selama 40 – 48 jam, suspensikan =
mikroba ke dalam 30 mL air. Gunakan sebagai
suspensi persediaan mikroba uji. Encerkan suspensi
I = log (potensi SH/potensi SL)
dengan air lebih kurang 10 kali untuk memperoleh
V = ƩUH +ƩUL -ƩSH -ƩSL
persen transmitan sebesar 17% pada panjang
gelombang 560 nm. Simpan suspensi persediaan W = ƩUH +ƩSH -ƩUL -ƩSL
pada suhu di bawah 100 dan gunakan pada waktu 7
hari. Tambahkan 1,0 – 2,0 mL suspensi persediaan Keterangan:
mikroba uji pada 100 mL media agar yang SH adalah larutan baku kadar tinggi
disiapkan pada suhu 480, campur, dan gunakan SL adalah larutan baku kadar rendah
sebagai lapisan inokula. UH adalah larutan uji kadar tinggi
Lapisan dasar Tuang lebih kurang 20 mL Media UL adalah larutan uji kadar rendah
kultur ke dalam cawan Petri (jika ukuran cawan
Petri lebih besar tuang media kultur dengan volume ƩSH adalah jumlah diameter zona hambat larutan
yang sesuai) hingga membentuk lapisan yang baku kadar tinggi (dalam mm).
seragam dengan ketebalan 2-3 mm. ƩSL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
Prosedur Tuang lebih kurang 4 – 6 mL Lapisan baku kadar rendah (dalam mm).
inokula pada cawan petri yang berisi Lapisan dasar ƩUH adalah jumlah diameter zona hambat larutan
(jika ukuran cawan Petri lebih besar tuang media uji kadar tinggi (dalam mm).
kultur dengan volume yang sesuai) hingga ƩUL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
membentuk lapisan yang seragam dengan uji kadar rendah (dalam mm).
ketebalan 1,5 – 2,5 mm, dan sebarkan hingga
merata pada seluruh permukaan, biarkan memadat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
Letakkan 4 silinder pada permukaan agar dalam udara.
cawan Petri sehingga masing-masing silinder
memiliki jarak yang sama dari titik tengah agar dan
farmasiindustri.com
Fosfomisin Natrium untuk injeksi adalah sediaan Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti
untuk injeksi yang dilarutkan dalam air sebelum tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
digunakan. Mengandung tidak kurang dari 90,0% Mikrobiologi <131>, menggunakan metode
dan tidak lebih dari 110,0% fosfomisin, C3H7O4P, lempeng silinder.
dari jumlah yang tertera pada etiket. Mikroba uji Gunakan Proteus sp. MB838 atau
Proteus mirabilis (ATCC® 21100™)
Baku pembanding Fosfomisin Natrium BPFI. Media kultur Campur 5,0 g pepton; 3,0 g ekstrak
daging; 2,0 g ekstrak ragi; dan 15 g agar dalam
Identifikasi 1000 mL air, sterilisasi. Gunakan sebagai lapisan
A. Larutkan lebih kurang 0,1 g Fosfomisin dasar dan inokula dengan pH antara 6,5 dan 6,6
Natrium untuk injeksi dalam 3 mL asam perklorat setelah sterilisasi.
P (1 dalam 4), tambahkan 1 mL natrium periodat Larutan baku persediaan Timbang saksama
0,1 M dan panaskan di dalam penangas air pada sejumlah Fosfomisin Fenetilamonium BPFI setara
suhu 600 selama 30 menit. Setelah dingin, dengan 20 mg fosfomisin, masukkan ke dalam
tambahkan 50 mL air, netralkan dengan larutan labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
natrium bikarbonat P jenuh, tambahkan 1 mL Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Larutan ini dapat
kalium iodida P: warna merah tidak terjadi pada disimpan pada suhu lebih dari 5º dan dapat
larutan, terjadi warna merah pada blangko. digunakan selama 7 hari.
B. Ke dalam 2 mL Fosfomisin Natrium untuk Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
injeksi (1 dalam 250), tambahkan 1 mL asam persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
perklorat P dan 2 mL natrium periodat 0,1 M, encerkan dengan Dapar tris pH 7,0 hingga kadar
panaskan di dalam penangas air selama 10 menit. lebih kurang 10 µg per mL dan 5 µg per mL
Setelah dingin, tambahkan 1 mL heksaamonium berturut-turut sebagai larutan baku kadar tinggi dan
heptamolibdat-asam sulfat LP dan 1 mL 1-amino- kadar rendah. [Catatan Larutan dibuat segar.]
2-naftol-4-asam sulfonat LP, biarkan selama 30 Lapisan Inokula Inkubasi mikroba uji yang telah
menit: terjadi warna biru. stabil pada media agar miring pada suhu 37° selama
C. Larutkan sejumlah Fosfomisin Natrium untuk 40 – 48 jam. Inokulasi mikroba pada permukaan
injeksi setara dengan 0,1 g fosfomisin dalam 50 300 mL media agar dalam botol Roux, inkubasi
mL air. Larutan ini menunjukkan reaksi Natrium pada suhu 37° selama 40 – 48 jam, suspensikan
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. mikroba ke dalam 30 mL air. Gunakan sebagai
suspensi persediaan mikroba uji. Encerkan suspensi
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan dengan air lebih kurang 10 kali untuk memperoleh
menggunakan Fosfomisin Natrium untuk injeksi persen transmitan sebesar 17% pada panjang
setara 1,0 g fosfomisin yang dilarutkan dalam 20 gelombang 560 nm. Simpan suspensi persediaan
mL air. pada suhu di bawah 10° dan gunakan pada waktu 7
hari. Tambahkan 1,0 – 2,0 mL suspensi persediaan
Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak mikroba uji pada 100 mL media agar yang
berwarna, lakukan penetapan menggunakan disiapkan pada suhu 48°, campur, dan gunakan
Fosfomisin Natrium untuk injeksi setara 1,0 g sebagai lapisan inokula.
dalam 10 mL air. Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
10 wadah Fosfomisin Natrium untuk injeksi.
Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 4,0%. Timbang saksama sejumlah Fosfomisin Natrium
Lakukan penetapan menggunakan 0,1 g zat. untuk injeksi setara dengan 20 mg (potensi)
fosfomisin natrium, masukkan ke dalam labu
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,025 tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
unit Endotoksin per mg. Dapar tris pH 7,0 sampai tanda. Pipet sejumlah
larutan, encerkan dengan Dapar tris pH 7,0 hingga
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. diperoleh kadar berturut-turut 10 µg per mL dan 5
µg per mL berturut-turut sebagai Larutan uji kadar
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tinggi dan kadar rendah.
tertera pada Injeksi volume kecil. Lapisan dasar Tuang lebih kurang 20 mL Media
kultur ke dalam cawan Petri (jika ukuran cawan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Petri lebih besar tuang media kultur dengan volume
Injeksi.
farmasiindustri.com
yang sesuai) hingga membentuk lapisan yang ƩSL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
seragam dengan ketebalan 2-3 mm. baku kadar rendah (dalam mm).
Prosedur Tuang lebih kurang 4 – 6 mL Lapisan ƩUH adalah jumlah diameter zona hambat larutan
inokula pada cawan petri yang berisi Lapisan dasar uji kadar tinggi (dalam mm).
(jika ukuran cawan Petri lebih besar tuang media ƩUL adalah jumlah diameter zona hambat larutan
kultur dengan volume yang sesuai) hingga uji kadar rendah (dalam mm).
membentuk lapisan yang seragam dengan
ketebalan 1,5 – 2,5 mm, dan sebarkan hingga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
merata pada seluruh permukaan, biarkan memadat. udara.
Letakkan 4 silinder pada permukaan agar dalam
cawan Petri sehingga masing-masing silinder
memiliki jarak yang sama dari titik tengah agar dan
satu sama lain berjarak sama (silinder diletakkan Tambahan monografi
pada lingkaran dengan radius 25 – 28 mm), GLIKUIDON
sesuaikan jarak dengan diameter Petri jika Gliquidone
menggunakan Petri yang lebih besar. Gunakan
silinder baja tahan karat dengan dimensi: diameter
luar 7,9 – 8,1 mm; diameter dalam 5,9 – 6,1 mm;
panjang 9,9 – 10,1 mm. Silinder tidak boleh
mempengaruhi pengujian.
Gunakan 5 lempeng agar silinder untuk satu kali
pengujian. Jika digunakan cawan yang lebih besar,
jumlah silinder untuk satu pengujian harus setara
dengan jika menggunakan cawan Petri. Dalam satu
cawan petri agar-silinder, masukkan sejumlah
volume Larutan baku kadar tinggi dan kadar 1-sikloheksil-3-[[p-[2-(3,4-dihidro-7-metoksi-4, 4-
rendah secara berhadapan, dan Larutan uji pada dimetil-1, 3-diokso-2 (1H)-isokuinolil)etil] fenil]
pasangan silinder yang tersisa dengan volume sulfonil] urea [33342-05-1]
sama. Inkubasi pada suhu 32 - 370 selama 16 – 20 C27H33N3O6S BM 527,64
jam. Gunakan alat ukur yang sesuai, ukur diameter
zona hambat dengan presisi tidak kurang dari 0,25 Glikuidon mengandung tidak kurang dari 98,0%
mm. dan tidak lebih dari 102,0%, C27H33N3O6S, dihitung
Estimasi potensi Korelasi antara potensi (P) terhadap zat yang telah dikeringkan.
larutan dalam silinder dan diameter (d) zona
hambat adalah sebagai berikut: Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih; tidak
berbau.
d = a log P + b
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut
a dan b adalah konstanta dalam kloroform, sukar larut dalam aseton; sangat
sukar larut dalam etanol dan dalam metanol.
Dengan menggunakan persamaan di atas,
perkirakan potensi Larutan uji dengan rumus: Baku pembanding Glikuidon BPFI; Isokuinolin
BPFI (glikuidon sulfonamida).
A x Potensi SH x Faktor pengenceran UH
Identifikasi
= A. Pada lebih kurang 10 mg zat, tambahkan 5
tetes fenilhidrazin P, panaskan sampai larutan
menjadi jernih, diamkan hingga suhu ruang, dan
I = log (potensi SH/potensi SL)
tambahkan 0,5 mL amonia LP, 0,5 mL larutan
V = ƩUH +ƩUL -ƩSH -ƩSL nikel sulfat 10% dan 1 mL kloroform P, kocok
W = ƩUH +ƩSH -ƩUL -ƩSL kuat, diamkan: terjadi warna merah keunguan pada
lapisan bawah larutan.
Keterangan: B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
SH adalah larutan baku kadar tinggi sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
SL adalah larutan baku kadar rendah Penetapan kadar.
UH adalah larutan uji kadar tinggi C. Spektrum serapan inframerah zat yang
UL adalah larutan uji kadar rendah didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
ƩSH adalah jumlah diameter zona hambat larutan gelombang yang sama seperti pada Glikuidon
baku kadar tinggi (dalam mm). BPFI.
farmasiindustri.com
larut. Diamkan hingga suhu ruang, encerkan gelombang yang sama seperti pada Granisetron
dengan metanol P sampai tanda, kocok dan saring. Hidroklorida BPFI.
Pipet 10 mL filtrat ke dalam labu tentukur 50-mL, B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
encerkan dengan metanol P sampai tanda, campur. pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan
Larutan uji pada panjang gelombang serapan pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5; lakukan penetapan
maksimum 310 nm. Hitung persentase glikuidon, menggunakan larutan 10 mg per mL dalam air
C27H33N3O6S, dalam serbuk tablet dengan rumus: bebas karbon dioksida P.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Granisetron Hidroklorida BPFI larutkan dan
Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
sejenis C granisetron dan granisetron tidak kurang kurang 1,0 mg per mL.
dari 3,5; faktor ikutan puncak granisetron tidak Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Fase
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur gerak hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Pipet 2 mL larutan ke dalam vial kaca bening
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang bersumbat, sumbat vial dan paparkan pada cahaya
tidak lebih dari 10%. matahari selama 4 jam atau letakkan di bawah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lampu UV selama 16 jam (granisetron mengalami
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku, degradasi sebagian menjadi senyawa sejenis C
Larutan identifikasi dan Larutan uji ke dalam granisetron). Tingkat degradasi lebih kurang 0,3%
kromatograf, rekam kromatogram selama dua kali menjadi senyawa sejenis C granisetron harus
waktu retensi granisetron dan ukur respons semua diperoleh yang ditunjukkan dengan puncak yang
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran sesuai pada kromatogram. Jika degradasi tidak
dalam zat dengan rumus: tercapai, paparkan kembali larutan di bawah sinar
matahari atau lampu UV.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
( ) ( ) ( ) mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran tanda, campur.
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
granisetron dari Larutan baku; CS dan CU adalah tinggi dilengkapi dengan detektor 305 nm dan
kadar granisetron hidroklorida dalam mg per ml kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan baku dan Larutan uji; F adalah faktor dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
respons relatif yang tertera pada Tabel. Masing- kolom pada 40⁰. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per
masing cemaran tidak lebih dari yang tertera pada menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Tabel; total cemaran tidak lebih dari 1,0%. Abaikan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
puncak cemaran kurang dari 0,05%. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis C
Tabel granisetron dan granisetron tidak kurang dari 3,5;
faktor ikutan puncak granisetron tidak lebih dari
Nama Waktu Faktor Batas 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
retensi Respons (%) rekam kromatogram dan ukur respons puncak
relatif Relatif seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Senyawa sejenis D 0,4 1,0 0,1 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
granisetron 2,0%.
Senyawa sejenis B 0,5 0,59 0,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
granisetron volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Senyawa sejenis A 0,7 1,0 1,0 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
granisetron
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Senyawa sejenis C 0,8 1,0 0,2
granisetron Hitung persentase granisetron hidroklorida,
Granisetron 1,0 - - C18H24N4O.HCl, dalam zat dengan rumus:
Cemaran lain - 1,0 0,1
( ) ( )
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
semua larutan granisetron hidroklorida dari utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dan
cahaya] CU berturut-turut adalah kadar granisetron
Fase gerak Pipet 1,6 ml asam ortofosfat P, hidroklorida dalam mg per ml Larutan baku dan
encerkan dengan air hingga 800 mL. Tambahkan Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
200 mL asetonitril P, campur. Tambahkan 1,0 mL
heksilamin, campur. Atur pH hingga 7,5 ± 0,05 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan penambahan trietilamin P (lebih kurang 4 baik, terlindung cahaya, pada suhu ruang.
mL). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
farmasiindustri.com
Cemaran umum <481> Memenuhi syarat. tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Lakukan
Larutan baku Buat larutan baku dalam pelarut penanganan pada tempat kering.
air dalam metanol P (10%).
Larutan uji Buat larutan uji dalam pelarut air Identifikasi
dalam metanol P (10%). A. Basa nitrogen organik <261> Memenuhi
Fase gerak Campuran etanol P- air-ammonium syarat.
hidroksida P (80:16:4). Larutan uji Triturasi sejumlah serbuk tablet
Penampak bercak Gunakan Penampak bercak 1. setara dengan lebih kurang 1000 mg
hidroksiklorokuin sulfat dengan 50 mL air (kadar
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara larutan lebih kurang 20 mg per mL), saring.
Spektrofotometri seperti yang tertera pada Gunakan sisa filtrat untuk uji Identifikasi B.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. B. Filtrat menunjukkan reaksi Sulfat seperti
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI, masukkan ke dalam C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
dengan air hingga kadar lebih kurang 20 mg per yang diperoleh pada Penetapan kadar.
mL. Pipet sejumlah larutan, encerkan dengan asam
hidroklorida P (1 dalam 100) hingga kadar lebih Disolusi <1231>
kurang 10 µg per mL. Media: 900 mL air
Larutan uji Timbang sejumlah zat, masukkan ke Alat tipe 2: 50 rpm
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan Waktu: 60 menit
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 20 Prosedur Lakukan penetapan jumlah
mg per mL. Pipet sejumlah larutan, encerkan hidroksiklorokuin sulfat, C18H26ClN3O.H2SO4,
dengan asam hidroklorida P (1 dalam 100) hingga yang terlarut secara spektrofotometri dengan
kadar lebih kurang 10 µg per mL. mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan dengan Media disolusi dan larutan baku
Larutan uji pada panjang gelombang serapan Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI dalam media yang
maksimum lebih kurang 343 nm, menggunakan sama pada panjang gelombang serapan maksimum
asam hidroklorida P (1 dalam 100) sebagai lebih kurang 343 nm.
blangko. Hitung persentase hidroksiklorokuin Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut
sulfat, C18H26ClN3O.H2SO4, dalam zat dengan tidak kurang dari 70% (Q), C18H26ClN3O.H2SO4,
rumus: dari jumlah yang tertera pada etiket.
persediaan, encerkan dengan Fase gerak sampai (˗OC3H6OH: 75,09) sesuai batas untuk jenis
tanda. hipromelosa (hidroksipropil metilselulosa) seperti
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan yang tertera pada Tabel 1, dihitung terhadap zat
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama kering.
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang Tabel 1
200 mg hidroksiklorokuin sulfat, masukkan ke
dalam labu tentukur 200-mL. Tambahkan 150 mL Jenis Metoksi Hidroksipropoksi
Pengencer, campur, sonikasi selama 15 menit dan Substitusi (%) (%)
goyang sesekali, diamkan hingga suhu ruang. Min. Maks. Min. Maks.
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda, saring. 1828 16,5 20,0 23,0 32,0
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji 2208 19,0 24,0 4,0 12,0
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga 2906 27,0 30,0 4,0 7,5
2910 28,0 30,0 7,0 12,0
kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 254 nm dan Pemerian Serbuk serat atau granul; putih hingga
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan hampir putih.
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 – 10 µm. Laju
alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Kelarutan Mengembang dalam air dan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, menghasilkan campuran koloidal kental yang jernih
rekam kromatogram dan ukur respons puncak hingga keruh; tidak larut dalam etanol mutlak,
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dalam eter, dan dalam kloroform.
puncak klorokuin dan hidroksiklorokuin tidak
kurang dari 1,8. Lakukan kromatografi terhadap Baku pembanding Hipromelosa BPFI; Untuk
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur penetapan kuantitatif, lakukan susut pengeringan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pada suhu 105° selama 1 jam saat akan digunakan.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Simpan dalam wadah tertutup rapat. Bersifat
tidak lebih dari 1,5%. higroskopis.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Identifikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam A. Timbang lebih kurang 1 g zat, masukkan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. secara perlahan ke dalam permukaan gelas piala
Hitung persentase hidroksiklorokuin sulfat, yang berisi 100 mL air, diamkan sampai zat
C18H26ClN3O.H2SO4, dalam serbuk tablet dengan terdispersi di permukaan, dan ketuk bagian atas
rumus: gelas untuk menjamin dispersi zat homogen.
Diamkan selama 1-2 menit: terbentuk agregasi
serbuk di permukaan.
( ) ( ) B. Timbang lebih kurang 1 g zat, masukkan ke
dalam wadah yang berisi 100 mL air mendidih,
aduk campuran menggunakan pengaduk magnetik
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dengan panjang 25 mm: terbentuk bubur, tetapi
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
serbuk tidak larut. Dinginkan bubur pada suhu 10°,
kadar Hidroksiklorokuin Sulfat BPFI dalam mg per
dan aduk dengan pengaduk magnetik. Larutan yang
mL Larutan baku; CU adalah kadar
dihasilkan adalah larutan jernih atau agak keruh
hidroksiklorokuin sulfat dalam mg per mL Larutan
dengan viskositas bervariasi tergantung tingkat
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
viskositas.
C. Pada 0,1 mL larutan jernih hasil uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Identifikasi B, tambahkan 9 mL campuran asam
rapat dan tidak tembus cahaya.
sulfat P-air (9 dalam 10) [Catatan Tambahkan
asam sulfat P pada air secara hati-hati]. Panaskan
diatas tangas air selama 3 menit, dinginkan segera
dalam tangas es, dan tambahkan 0,6 mL ninhidrin
Tambahan monografi
LP secara hati-hati. Kocok, diamkan pada suhu
HIPROMELOSA 25°: terjadi warna merah yang kemudian berubah
Hypromellose menjadi ungu dalam 100 menit.
Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) D. Buat lapisan tipis dari 2-3 mL larutan jernih
hasil uji Identifikasi B pada kaca objek, diamkan
2-Hidroksipropil metil eter selulosa [9004-65-3] hingga air menguap: terbentuk lapisan koheren dan
jernih pada kaca objek.
Hipromelosa adalah campuran metil dan E. Tambahkan 50 mL larutan jernih hasil uji
hidroksipropil eter selulosa. Mengandung gugus Identifikasi B pada gelas piala yang berisi 50 mL
metoksi (˗OCH3: 31,03) dan hidroksipropoksi air. Masukkan termometer ke dalam larutan. Aduk
farmasiindustri.com
larutan dengan pengaduk magnetik diatas tangas air yang sesuai (Brookfield jenis LV atau yang setara)
panas, dan mulai panaskan dengan kecepatan 2°-5° dengan kondisi seperti tertera pada tabel. Sebelum
per menit. Catat suhu mulai terjadi kekeruhan, dan pengukuran dilakukan, biarkan spindle berputar
nyatakan suhu tersebut sebagai suhu flokulasi: suhu selama 2 menit. Berikan jeda waktu istirahat
flokulasi lebih besar dari 50°. selama 2 menit antar pengukuran. Ulangi
pengukuran sebanyak dua kali terhadap spindle
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%. seperti tertera pada Tabel 2, dan hitung rata-rata
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, dengan dari ketiga pengukuran.
pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam.
Tabel 2
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,5%;
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. Viskositas yang Rotor Putaran Faktor
tertera pada etiket No. (rpm) Perkalian
Viskositas: Metode kapiler <1052> dan Metode (cP)
Rotasional <1053> 600-1.400 3 60 20
Metode 1 Tidak kurang dari 80,0% dan tidak 1.400-3.500 3 12 100
lebih dari 120,0% dari yang tertera pada etiket 3.500-9.500 4 60 100
untuk hipromelosa dengan jenis viskosita kurang 9.500-99.500 4 6 1000
dari 600 cP. Timbang saksama sejumlah zat setara ≥ 99.500 4 3 2000
dengan 4 g padatan, dihitung terhadap zat kering,
pada botol sentrifus bermulut lebar yang telah pH <1071> Antara 5,0 dan 8,0; lakukan penetapan
ditara, tambahkan air panas (90°-99°) hingga bobot menggunakan larutan yang disiapkan seperti pada
total sampel dan air 200,0 g. Tutup botol, aduk penetapan Viskositas. Ukur pH setelah elektroda
secara mekanik dengan kecepatan 400 ± 50 rpm tercelup dalam larutan selama 5 ± 0,5 menit.
selama 10-20 menit sampai seluruh partikel
terdipersi dan terbasahi. Gosok dinding botol Penetapan kadar [Perhatian Asam hidriodat dan
dengan spatula, jika perlu, untuk menjamin tidak produk samping reaksi bersifat sangat toksik.
ada zat yang tidak larut di dinding botol, dan Lakukan semua tahap dalam penyiapan Larutan
lanjutkan pengadukan dalam tangas air dingin pada baku dan Larutan uji dalam lemari asam yang
suhu kurang dari 10° selama 20-40 menit. berfungsi baik. Praktik perlindungan spesifik yang
Tambahkan air dingin, jika perlu, hingga bobot harus diikuti harus diidentifikasi terhadap analis
200,0 g. Sentrifus larutan, jika perlu, untuk yang melakukan pengujian]. Lakukan penetapan
menghilangkan udara yang terperangkap. Jika dengan cara Kromatografi gas seperti yang tertera
terdapat gelembung udara, hilangkan dengan pada Kromatografi <931>.
spatula. Ukur viskoitas pada suhu 20° ± 0,1° Peralatan Untuk vial reaksi, gunakan vial serum
menggunakan Viskosimeter Tipe Ubbelohde yang 5-mL kedap tekanan dengan ukuran tinggi 50 mm,
sesuai dalam Prosedur untuk turunan selulosa diameter luar 20 mm, dan diameter dalam mulut
seperti yang tertera pada Penetapan viskositas: vial 13 mm. Vial dilengkapi penutup kedap tekanan
Metode kapiler <1052>. berbahan karet butilpolitetra fluoroetilen dan
Metode 2 Tidak kurang dari 75,0% dan tidak penutup kedap udara menggunakan ‗aluminum
lebih dari 140,0% dari yang tertera pada etiket crimp‘ atau sistem penutup lain dengan pengedapan
untuk hipromelosa dengan jenis viskositas 600 cP udara yang memadai. Gunakan pemanas yang
atau lebih. Timbang saksama sejumlah zat setara memiliki modul pemanasan dengan blok aluminum
dengan 10 g padatan, dihitung terhadap zat kering, berbentuk persegi dengan lubang berdiameter 20
pada botol sentrifus bermulut lebar yang telah mm dan kedalaman 32 mm sesuai dengan ukuran
ditara, tambahkan air panas (90°- 99°) hingga bobot vial reaksi yang digunakan. Modul pemanasan juga
total sampel dan air 500,0 g. Tutup botol, aduk dilengkapi dengan pengaduk magnetik yang dapat
secara mekanik dengan kecepatan 400 ± 50 rpm mencampur isi vial, atau pengaduk resiprokal yang
selama 10-20 menit sampai seluruh partikel memiliki kecepatan pengadukan 100 kali per menit.
terdipersi dan terbasahi. Gosok dinding botol Asam hidriodat Gunakan pereaksi dengan kadar
dengan spatula, jika perlu, untuk menjamin tidak hidrogen iodida (HI) lebih kurang 57%.
ada zat yang tidak larut di dinding botol, dan Larutan baku internal Timbang saksama
lanjutkan pengadukan dalam tangas air dingin pada sejumlah n-oktana, larutkan dan encerkan dengan
suhu kurang dari 10° selama 20-40 menit. o-xilena P hingga kadar 30 mg per mL.
Tambahkan air dingin, jika perlu, hingga bobot Larutan baku Timbang lebih kurang 60 mg
500,0 g. Sentrifus larutan, jika perlu, untuk sampai 100 mg asam adipat P dalam vial serum
menghilangkan udara yang terperangkap. Jika yang sesuai, tambahkan 2,0 mL asam hidriodat dan
terdapat gelembung udara, hilangkan dengan 2,0 mL Larutan baku internal, dan tutup rapat vial
spatula. Ukur viskositas pada suhu 20° ± 0,1° dengan penutup yang sesuai. Timbang vial dan
menggunakan viskosimeter rotasi silinder tunggal isinya, tambahkan 15 µL sampai 22 µL isopropil
farmasiindustri.com
iodida dengan alat suntik melalui lubang di vial, perbandingan respons puncak metil iodide dan
timbang kembali, dan hitung bobot isopropil iodida isopropil iodida terhadap baku internal.
yang ditambahkan, berdasarkan selisih bobot. Prosedur Suntikkan lebih kurang 1-2 µL lapisan
Tambahkan 45 µL metil iodida P, timbang atas Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
kembali, dan hitung bobot metil iodida P yang kromatograf. Rekam kromatogram selama tidak
ditambahkan, berdasarkan selisih bobot. Kocok dan kurang dari 20,3 menit dan ukur respons puncak.
diamkan hingga lapisan memisah. Gunakan lapisan Hitung persentase metoksi (-OCH3) dalam zat
atas sebagai Larutan baku. dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 65
mg zat, masukkan ke dalam vial reaksi berdinding ,864 ( )
tebal 5-mL yang dilengkapi dengan penutup kedap
tekanan, tambahkan lebih kurang 60 mg sampai
100 mg asam adipat P, dan pipet 2,0 mL Larutan RUa adalah perbandingan respons puncak metil
baku internal ke dalam vial. Pipet 2,0 mL asam iodida terhadap n-oktana dari Larutan uji; RSa
hidriodat ke dalam campuran secara hati-hati, tutup adalah perbandingan respons puncak metil iodida
segera vial dengan rapat, dan timbang. Dengan terhadap n-oktana dari Larutan baku; WSa adalah
pengaduk magnetik pada modul pemanas atau bobot metil iodida dalam mg Larutan baku; WU
pengaduk resiprokal, aduk isi vial secara terus adalah bobot hipromelosa dalam mg Larutan uji,
menerus, panaskan dan pertahankan suhu isi vial dihitung terhadap zat kering.
pada 130°±2° selama 60 menit. Jika pengaduk Hitung perentase hidroksipropoksi (˗OC3H6OH)
magnetik atau pengaduk resiprokal tidak dapat dalam zat dengan rumus:
digunakan, kocok vial menggunakan tangan dengan
interval 5 menit selama 30 menit pertama 𝑊
44, 7 ( )
pemanasan. Dinginkan vial, dan timbang. Jika 𝑊
kehilangan bobot tidak kurang dari 26 mg atau bila
terbukti terdapat kebocoran, buang campuran RUb adalah perbandingan respons puncak isopropil
tersebut, dan buat Larutan uji yang lain. iodida terhadap n-oktana dari Larutan uji; RSb
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi adalah perbandingan respons puncak isopropil
dengan detektor penghantar panas atau detektor iodida terhadap n-oktana dari Larutan baku; WSb
ionisasi nyala hidrogen dan kolom kapiler leburan adalah bobot isopropil iodida dalam mg Larutan
silika 0,53 mm x 30 m berisi bahan pengisi G1 baku; WU adalah bobot hipromelosa dalam mg
dengan lapisan 3 µm, gunakan kolom pelindung Larutan uji, dihitung terhadap zat kering.
jika perlu. Pertahankan suhu injektor dan detektor
masing-masing berturut-turut pada 250° dan 280°. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Pertahankan suhu kolom seperti pada Tabel 3. baik. Tidak ada kondisi penyimpanan khusus.
Identifikasi Imipenem
A. Pipet sejumlah volume tetes mata, teteskan
pada kaca objek, diamkan hingga air menguap:
terbentuk lapisan tipis.
B. Pipet 5 mL tetes mata, masukkan ke dalam
tabung reaksi, panaskan pada nyala api kecil:
larutan hangat keruh yang berubah menjadi jernih
setelah dingin.
(5R,6S)-6-[(R)-1-hidroksietil]-3-[[2-[imino-
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. metil]amino]etil]sulfanil]-7-oxo-1-azabi-
siklo[3,2,0]hep-2-ena-2-asam karboksilat
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,8. monohidrat [74431-23-5]
C12H17N3O4S.H2O BM 317,4
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Spektrofotometri seperti tertera pada Imipenem mengandung tidak kurang dari 98,0%
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. dan tidak lebih dari 101,0%, C12H17N3O4S, dihitung
Larutan difenilamin Timbang lebih kurang 3,75 terhadap zat kering.
g kristal difenilamin P tidak berwarna, larutkan
dalam 150 mL asam asetat glasial P, dan encerkan Pemerian Serbuk putih hingga hampir putih atau
dengan 90 mL asam hidroklorida P. kuning pucat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hipromelosa BPFI, larutkan dan encerkan dengan Kelarutan Agak sukar larut dalam air; sukar larut
air hingga kadar lebih kurang 100 µg per mL. dalam metanol.
Larutan uji Pipet sejumlah volume tetes mata ke
dalam wadah yang sesuai, encerkan dengan air Baku pembanding Imipenem Monohidrat BPFI.
hingga kadar hipromelosa lebih kurang 100 µg per
mL. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat
Blangko Gunakan air. kering yang didispersikan dalam kalium bromida P
Prosedur Pipet masing-masing 2 mL Larutan menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
baku, Larutan uji, dan Blangko, masukkan secara gelombang yang sama seperti pada Imipenem
terpisah ke dalam tabung reaksi bertutup kaca. Pada Monohidrat BPFI.
masing-masing tabung, tambahkan 5,0 mL Larutan
difenilamin, campur, dan segera masukkan tabung Kejernihan larutan <881> Timbang saksama 1 g
ke dalam tangas minyak pada suhu 105°-110° zat, larutkan dan encerkan dalam 100 mL Dapar
selama 30 menit, pertahankan suhu merata dalam fosfat pH 7,0: opalesensi yang dihasilkan tidak
0,1° selama pemanasan. Angkat tabung, masukkan lebih keruh dari suspensi padanan II.
ke dalam tangas es selama 10 menit atau sampai
seluruhnya dingin. Ukur serapan Larutan baku dan Warna dan akromisitas <1291> Larutan seperti
Larutan uji secara bersamaan pada suhu ruang tertera pada Kejernihan larutan: warna yang terjadi
dengan menggunakan spektrofotometer yang sesuai tidak lebih intensif dari larutan pembanding yang
pada panjang gelombang serapan maksimum 635 dibuat menggunakan campuran 0,8 mL Besi(III)
nm, menggunakan air sebagai blangko. Hitung klorida, 1,5 mL Kobalt(II) klorida, 0,2 mL
jumlah dalam mg hipromelosa, dalam tetes mata Tembaga(II) sulfat dan 97,5 mL asam hidroklorida
dengan rumus: 1%.
Besi(III) klorida Larutkan lebih kurang 46 g
, 𝑑 ( ) besi(III) klorida P (FeCl3.6H2O) dalam campuran
25 mL asam hidroklorida P dan 975 mL air
secukupnya hingga 1000 mL.
C adalah kadar Hipromelosa BPFI dalam µg per Kobalt(II) klorida Larutkan lebih kurang 60 g
mL Larutan baku; d adalah faktor pengenceran dari kobalt(II) klorida P (CoCl2.6H2O) dalam campuran
Larutan uji; AU dan AS berturut-turut adalah 25 mL asam hidroklorida P dan 975 mL air
serapan Larutan uji dan Larutan baku. secukupnya hingga 1000 mL.
Tembaga(II) sulfat Larutkan lebih kurang 63 g
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tembaga(II) sulfat P (CuSO4.5H2O) dalam
rapat. campuran 25 mL asam hidroklorida P dan 975 mL
air secukupnya hingga 1000 mL.
Rotasi optik <1081> +84,0º sampai +89,0°. Prosedur: waktu retensi relatif antara imipenem
Lakukan penetapan menggunakan zat 5 mg per mL dan senyawa sejenis A imipenem lebih kurang 0,8;
dalam Dapar fosfat pH 7,0. dan resolusi, R, antara senyawa sejenis A imipenem
dan imipenem tidak kurang dari 3,5.
Air <1031> Metode I Antara 5,0 % dan 8,0%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Lakukan penetapan menggunakan 0,2 g zat. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Rekam kromatogram dua kali waktu rentensi
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. puncak utama dan ukur semua respons puncak:
respons puncak senyawa sejenis A imipenem tidak
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari lebih besar dari respons puncak imipenem dalam
0,17 unit Endotoksin per mg imipenem. [Catatan Larutan pembanding (1,0%); respons puncak
Persyaratan ini untuk Imipenem yang digunakan senyawa sejenis lainnya tidak lebih besar dari 0,3
pada pembuatan sediaan parenteral tanpa proses kali respons puncak imipenem dalam Larutan
lebih lanjut untuk penghilangan endotoksin pembanding (0,3%); jumlah respons puncak
bakteri] cemaran tidak lebih besar dari respons puncak
imipenem dalam Larutan pembanding (1,0%); dan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. [Catatan abaikan respons puncak yang lebih kecil dari 0,1
Persyaratan ini untuk Imipenem yang digunakan kali puncak imipenem dalam Larutan pembanding
pada pembuatan sediaan parenteral tanpa proses (0,1%).
sterilisasi lebih lanjut.]
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Simpan
pada Kromatografi <931>. [Catatan Simpan larutan dalam tangas es dan gunakan dalam waktu
larutan dalam tangas es dan gunakan dalam waktu 8 jam.]
8 jam.] Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 54
Pengencer Campuran asetonitril P-kalium fosfat mg kalium fosfat monobasa P, larutkan dalam 360
dibasa P 0,135 mg per mL (0,7:99,3). Atur pH mL air. Atur pH hingga lebih kurang 6,8 dengan
hingga lebih kurang 6,8 dengan penambahan asam penambahan natrium hidroksida 0,5 N atau asam
ortofosfat P. ortofosfat 0,5 N. Encerkan dengan air sampai 400
Fase gerak Campuran asetonitril P- kalium mL, saring.
fosfat dibasa P 8,7 mg per mL (0,7:99,3). Atur pH Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hingga lebih kurang 3,7 dengan penambahan asam Imipenem monohidrat BPFI, larutkan dan encerkan
ortofosfat P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,4
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem mg per mL.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Imipenem BPFI, larutkan dan encerkan dalam larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per tanda.
mL. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai dengan ukuran partikel 10 µm, laju alir lebih
tanda. kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji, terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. efisiensi kolom tidak kurang dari 600 lempeng
Larutan kesesuaian sistem [Catatan Penyiapan teoritis; dan simpangan baku relatif pada
in situ senyawa sejenis A imipenem.] Pipet 20 mL penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan uji, atur pH hingga lebih kurang 10,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan penambahan natrium hidroksida P, volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
panaskan pada suhu 80° selama 5 menit. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kromatogram dan ukur respons puncak utama.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Hitung persentase imipenem, C12H17N3O4S, dalam
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 zat dengan rumus:
dengan ukuran partikel 5 µm, laju alir lebih kurang
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram ( )( )
dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada
farmasiindustri.com
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Fase gerak Larutkan 2,0 g natrium 1-
imipenem dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS heksansulfonat P dalam 800 mL Dapar pH 6,8.
adalah kadar Imipenem monohidrat BPFI dalam Atur pH hingga 6,8 dengan penambahan natrium
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar hidroksida 0,5 M atau asam ortofosfat 0,5 M,
imipenem dalam mg per mL Larutan uji encerkan sampai 1000 mL dengan Dapar pH 6,8.
berdasarkan bobot yang ditimbang. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap tertera pada Kromatografi <931>.
udara, dalam lemari pendingin. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Imipenem monohidrat BPFI dan Silastatin Natrium
Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan BPFI, larutkan dan encerkan dengan Dapar pH 6,8
sediaan steril, pada etiket harus dinyatakan steril. hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,5 mg
per mL.
Larutan uji Rekonstitusi Injeksi Imipenem dan
Silastatin, encerkan dengan Dapar pH 6,8 sampai
Tambahan monografi 100 mL, campur. Encerkan sejumlah volume
IMIPENEM DAN SILASTATIN UNTUK larutan dengan Dapar pH 6,8 hingga diperoleh
INJEKSI kadar larutan setara dengan lebih kurang 0,5 mg
Imipenem and Cilastatin for Injection per mL imipenem.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Imipenem dan Silastatin untuk injeksi adalah tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
campuran steril dari Imipenem, Silastatin Natrium kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dan Natrium Bikarbonat. Rekonstitusi seperti yang dengan ukuran partikel 5µm. Laju alir lebih kurang
tertera pada etiket. [Catatan Larutan yang telah 2 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 50º.
direkonstitusi sebaiknya segera digunakan atau Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu rekam kromatogram dan ukur respons puncak
sesuai dengan data stabilitas]. Injeksi Imipenem seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
dan Silastatin mengandung tidak kurang 90,0% dan puncak tidak kurang dari 600 lempeng teoritis;
tidak lebih dari 115,0% imipenem, C12H17N3O4S faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku
dan silastatin, C16H26N2O5S. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0%.
Baku Pembanding Imipenem Monohidrat BPFI, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Silastatin Natrium BPFI. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram dan ukur respons puncak utama.
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan Hitung persentase silastatin, C16H26N2O5S, dalam
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. sediaan injeksi dengan rumus:
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
unit Endotoksin per mg. silastatin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Silastatin Natrium BPFI dalam mg per mL
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,5%; Larutan baku; CU adalah kadar silastatin dalam mg
lakukan penetapan menggunakan 0,1 g zat, dengan per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
pengeringan pada suhu 60o selama 3 jam pada tertera pada etiket. 358,4 dan 380,4 berturut-turut
tekanan tidak lebih dari 0,7 kPa. adalah bobot molekul silastatin dan silastatin
natrium. Hitung persentase imipenem,
Syarat lain Larutan yang telah direkonstitusi C12H17N3O4S dalam sediaan injeksi dengan rumus:
memenuhi syarat Kejernihan Larutan dan Bahan
Partikulat seperti tertera pada Injeksi. 99,4
( ) ( ) ( )
3 7,4
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan imipenem Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
dibuat segar.] kadar Imipenem monohidrat BPFI dalam mg per
Dapar pH 6,8 Larutkan dan encerkan 28,80 g mL Larutan baku; CU adalah kadar imipenem
dinatrium hidrogen fosfat P dan 11,45 g kalium dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
dihidrogen fosfat P dalam 1000 mL air. yang tertera pada etiket. 299,4 dan 317,4 berturut-
farmasiindustri.com
Batas
Nitrosamin
(bpj)
IRBESARTAN N-Nitrosodimethylamine (NDMA) 0,32
Irbesartan N-Nitrosodiethylamine (NDEA) 0,088
Perubahan
Azida Tidak lebih dari 10 bpj. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,1
N, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah natrium azida, larutkan dan encerkan
2-Butil-3-[p-(o-1H-tetrazol-5-ilfenil)benzil]-1,3- dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,25
diazaspiro[4,4]non-1-en-4-on. [138402-11-6] mg per mL.
C H NO
25 28 6 BM 428,53 Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
Perubahan kadar lebih kurang 0,312 µg per mL.
Irbesartan mengandung tidak kurang dari 98,0% Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dan tidak lebih dari 102,0% C H N O, dihitung
25 28 6 larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
terhadap zat kering. kadar lebih kurang 20 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir tinggi yang dilengkapi dengan detektor
putih. (conductimetric with a suitable background
suppressor unit) dan kolom 4,0 mm x 25 cm berisi
Kelarutan Sukar larut dalam etanol dan metilen bahan pengisi L31. Laju alir lebih kurang 1 mL per
klorida; praktis tidak larut dalam air. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Perubahan puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
Baku pembanding Irbesartan BPFI, tidak boleh ―signal to noise‖ untuk puncak azida tidak kurang
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam dari 10.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lemari pendingin. Senyawa Sejenis A Irbesartan volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
BPFI. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak azida.
Identifikasi Hitung jumlah dalam bpj, azida dalam zat dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang rumus:
4 ,
didispersikan dalam kalium bromida P ( ) ( ) ( )
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan 65,
gelombang yang sama seperti pada Irbesartan
BPFI. r dan r berturut-turut adalah respons puncak azida
U S
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram dari Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
S
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti natrium azida dalam µg per mL Larutan baku; C U
diperoleh pada Penetapan kadar. adalah kadar irbesartan dalam mg per mL Larutan
uji; 42,02 dan 65,01 berturut-turut adalah bobot
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. molekul azida dan natrium azida. F adalah faktor
koreksi, 1000.
farmasiindustri.com
Perubahan Perubahan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. pada Kromatografi <931>.
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera Dapar Buat campuran air-asam ortofosfat P
pada Penetapan kadar. (950:5,5). Atur pH hingga 3,2 dengan penambahan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah trietilamin P.
Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A Irbesartan Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P (670:330), saring dan awaudarakan. Jika perlu
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
per mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga sejumlah Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
kadar lebih kurang 1 mg per mL. Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja metanol P hingga kadar masing-masing lebih
tinggi yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kurang 0,05 mg per mL.
kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per
kromatogram dan ukur respons puncak seperti mL.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %. larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
Hitung persentase senyawa sejenis A irbesartan Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
dalam zat dengan rumus: kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera dalam Prosedur: waktu retensi relatif
( ) ( ) untuk senyawa sejenis A irbesartan dan irbesartan
berturut-turut adalah lebih kurang 0,8 dan 1,0;
resolusi, R, antara puncak irbesartan dan puncak
r dan r berturut-turut adalah respons puncak
U S
senyawa sejenis A irbesartan tidak kurang dari 2,0.
senyawa sejenis A irbesartan dari Larutan uji dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Larutan baku; C adalah kadar Senyawa Sejenis A
S
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Irbesartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
C adalah kadar irbesartan dalam mg per mL
U
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0
Larutan uji. Hitung persentase cemaran lain dalam
%.
zat dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
( ) ( ) dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
persentase irbesartan, C H N O, dalam zat dengan
25 28 6
Larutan uji.
Senyawa sejenis Batas
(%)
Senyawa sejenis A irbesartan 0,2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Cemaran lain 0,1 rapat dan simpan pada suhu di bawah 30°.
Total cemaran 0,5
farmasiindustri.com
Injeksi Isosorbid Dinitrat adalah larutan steril Larutan uji Ke dalam 40 mL injeksi tambahkan
isosorbid dinitrat encer dalam Air untuk injeksi, 2 mL larutan asam sulfanilat, 2 mL larutan asam
mengandung isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, tidak aminonaftalensulfonat. Encerkan dengan air hingga
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari 50 mL. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam.
jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
natrium klorida untuk isotonis. baku pada panjang gelombang serapan maksimum
524 nm menggunakan Blangko sebagai koreksi.
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat BPFI Serapan Larutan uji tidak lebih dari Larutan baku.
[Perhatian Zat yang tidak diencerkan, mudah
meledak dan dapat meledak karena benturan atau Isosorbid 5-nitrat dan Isosorbid 2-nitrat Masing-
pemanasan berlebih.] mengandung isosorbid masing tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan
dinitrat 41,3%. Tidak boleh dikeringkan sebelum dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
terlindung dari panas berlebih. Isosorbid Fase gerak Campuran air-metanol P (70:30),
Mononitrat BPFI; Isosorbid 2-nitrat BPFI; Simpan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
dalam wadah tertutup rapat, pada lemari pendingin. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik. tertera pada Kromatografi <931>.
Penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, Isosorbid 2-nitrat BPFI, larutkan dan encerkan
simpan larutan dalam lemari pendingin dan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang per mL.
belum dibuka dalam lemari pembeku. Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah
Isosorbid Mononitrat BPFI, larutkan dan encerkan
Identifikasi dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg
A. Keringkan sejumlah volume injeksi pada per mL.
tekanan udara rendah pada suhu di bawah 40º Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
hingga diperoleh residu setara dengan lebih kurang sejumlah Isosorbid 2-nitrat BPFI dan Isosorbid
25 mg isosorbid dinitrat. Tambahkan pada residu Mononitrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
10 mL diklorometan P, aduk selama 5 menit. Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih
Saring dan uapkan filtrat hingga kering. Spektrum kurang 50 µg per mL.
serapan inframerah residu yang didispersikan dalam Larutan uji Keringkan sejumlah volume injeksi
kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya setara dengan lebih kurang 50 mg isosorbid dinitrat
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada pada tekanan udara rendah pada suhu di bawah 40⁰.
Isosorbid Dinitrat BPFI. Triturasi residu dengan 50 mL Fase gerak, aduk.
B. Menunjukkan reaksi garam Natrium dan Saring melalui penyaring kaca fiber, gunakan
Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum filtrat.
<291>. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
pH <1071> Antara 3,5 dan 7,0. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi ―end-
capped‖ L1 dengan ukuran partikel lebih kurang 5
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,0 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit.
unit Endotoksin per mL injeksi. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Injeksi. antara puncak isosorbid mononitrat dan isosorbid
2-nitrat tidak kurang dari 2,4.
Nitrit Tidak lebih dari 1 bpj. Lakukan penetapan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan cara Spektrofotometri UV seperti tertera volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku 1,
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya Larutan baku 2, dan Larutan uji ke dalam
<1191>. kromatograf, rekam semua respons puncak. Hitung
Blangko Campuran 40 mL air, 2 mL larutan persentase cemaran berdasarkan perbandingan
asam sulfanilat, 2 mL larutan asam puncak kromatogram. Respons puncak isosorbid 2-
aminonaftalensulfonat. Encerkan dengan air hingga nitrat pada kromatogram Larutan uji tidak lebih
50 mL. Diamkan pada suhu ruang selama 1 jam. besar dari puncak utama pada Larutan baku 1; dan
Larutan baku Pipet 2 mL larutan baku nitrit (20 respons puncak isosorbid 5-nitrat pada
bpj), encerkan dengan air hingga 40 mL. kromatogram Larutan uji tidak lebih besar dari
Tambahkan 2 mL larutan asam sulfanilat, 2 mL respons puncak utama pada Larutan baku 2.
larutan asam aminonaftalensulfonat. Encerkan
dengan air hingga 50 mL. Diamkan pada suhu
ruang selama 1 jam.
farmasiindustri.com
HO ( )
(5Z,7E)-9,10-Sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,
3, 25-triol [32222-06-3] ri adalah respons masing-masing puncak selain
C27H44O3 BM 416,64 puncak utama kalsitriol dan pre-kalsitriol Larutan
farmasiindustri.com
uji; dan rT adalah jumlah semua respons puncak simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total tidak lebih dari 1,0%.
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Tabel. volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tabel kromatogram selama tidak kurang dari 2 kali waktu
retensi kalsitriol, ukur respons puncak kalsitriol dan
Cemaran
Waktu retensi Batas pre-kalsitriol. Hitung persentase kalsitriol,
relatif (%) C27H44O3, dalam zat dengan rumus:
Triazolin adduct of pre-
0,43 0,1
calsitriol
Trans-kalsitriol 0,96 0,25 ( ) ( )
Kalsitriol 1,0 -
1β-Kalsitriol 1,15 0,1
Metilen kalsitriol 1,5 0,25 rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons
Cemaran lain tidak spesifik - 0,1 puncak kalsitriol dan pre-kalsitriol dalam Larutan
Total cemaran - 1,0 uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kasitriol
Abaikan puncak kurang dari 0,05% BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
kadar kalsitriol dalam mg per mL Larutan uji
Perubahan terhadap bobot yang ditimbang.
Penetapan kadar [Catatan Lakukan penetapan
secepat mungkin untuk menghindari larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
mengandung kalsitriol terpapar cahaya dan rapat, tidak tembus cahaya. Simpan seperti
udara.] Lakukan penetapan dengan cara petunjuk pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Penandaan Mencantumkan bentuk monohidrat
Dapar Buat larutan tris (hidroksimetil) atau anhidrat.
aminometan P 1 mg per mL dalam air, atur pH
hingga 7,0-7,5 dengan penambahan asam ortofosfat
P.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar Tambahan monografi
(55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu KAPSUL KALSITRIOL
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Calcitriol Capsules
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kapsul Kalsitriol berisi larutan kalsitriol dalam
Kalsitriol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur minyak yang sesuai, mengandung kalsitriol,
yang sesuai dan larutkan dalam asetonitril P C27H44O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
sejumlah 55% dari volume labu. Encerkan dengan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Dapar sampai tanda. Larutan mengandung [Catatan Pada larutan dapat terjadi isomerisasi
kalsitriol 0,1 mg per mL. yang reversibel menjadi pre-kalsitriol yang
Larutan kesesuaian sistem Panaskan 2,0 mL dipengaruhi suhu dan waktu. aktivitas obat berasal
Larutan baku pada 80º selama 30 menit. dari kedua komponen]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan Baku pembanding Kalsitriol BPFI; tidak boleh
larutkan dalam asetonitril P sejumlah 55% dari dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
volume labu, encerkan dengan Dapar sampai terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Setelah
tanda. Larutan mengandung kalsitriol 0,1 mg per dibuka, simpan bagian yang tidak digunakan di
mL. bawah gas inert dalam lemari pembeku.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40º.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sistem, rekam respons puncak seperti tertera pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Prosedur: waktu retensi relatif pre-kalsitriol dan pada Kromatografi <931>.
kalsitriol berturut-turut lebih kurang 0,9 dan 1,0; Fase gerak Buat campuran etil asetat P –
resolusi, R, antara puncak pre-kalsitriol dan heksana P – metanol P – n-propanol P (60:40:2:1).
kalsitriol tidak kurang dari 3,5. Lakukan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: tertera pada Kromatografi <931>.
farmasiindustri.com
Larutan uji Timbang kurang lebih 15 mg zat, dan fase diam kopolimer stirena-divinilbenzena
masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan 0,32 mm x 10 m. Suhu injektor dan detektor pada
dan encerkan dengan amonia P 3% sampai tanda. 250. Kondisikan headspace sampler dengan suhu
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- kesetimbangan 80°, waktu kesetimbangan 20 menit
masing 5 μL Larutan baku dan Larutan uji pada dan waktu presurisasi 30 detik. Suhu kolom
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke diprogram sebagai berikut:
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga 15 Waktu Suhu
cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan (menit) (°C)
kering di udara. Amati bercak di bawah cahaya Kolom 0-6 125 185
ultraviolet 254 nm: ukuran dan harga RF bercak 6-15 185
utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai Injektor 250
dengan bercak utama Larutan baku. Detektor 250
D. Menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan
laju alir lebih kurang 4 mL per menit.
Kejernihan larutan <881> Jernih; serapan pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
panjang gelombang 420 nm tidak lebih dari 0,60. volume sama yang sesuai Larutan baku dan
Lakukan penetapan menggunakan larutan 2,5% Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dalam air bebas karbon dioksida P, jika perlu kromatogram dan ukur respons puncak utama.
panaskan pada suhu 40°. Hitung persentase aseton, etanol, dan metanol
dalam zat.
pH <1071> Antara 6,8 dan 8,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan 2,5% dalam air bebas karbon Klorida <361> Tidak lebih dari 0,5%. Timbang
dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 40°. saksama lebih kurang 300 mg zat, larutkan dalam
50 mL air. Jika perlu panaskan pada suhu 40°.
Rotasi jenis <1081> Antara +14,4º dan +18,0º Tambahkan 10 mL asam nitrat 2N, titrasi dengan
terhadap zat anhidrat, lakukan penetapan perak nitrat 0,005 N LV sambil diaduk. tetapkan
menggunakan larutan 2,5% dalam air bebas karbon titik akhir secara potensiometrik. Hitung jumlah
dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 40°. klorida dalam mg.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 17,0%. Tiap mL perak nitrat 0,005 N
Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: setara dengan 0,177 mg klorida.
larutkan 100 mg zat dalam 50 mL pelarut dan 15
mL formamida P. Aduk selama 6 menit sebelum Platinum Tidak lebih dari 20 bpj.
titrasi dan gunakan pentiter yang sesuai yang tidak Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
mengandung piridin. kurang 1 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur
100-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari tanda.
0,5 unit Endotoksin per mg kalsium folinat, jika Larutan baku Buat Larutan baku platina 30 bpj
digunakan untuk pembuatan sediaan parenteral dalam campuran asam nitrat P-air (1:99). Buat
tanpa prosedur sterilisasi lebih lanjut. beberapa konsentrasi Larutan baku.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan
Aseton, Etanol dan Metanol Aseton tidak lebih Larutan uji pada garis emisi platinum 265,9 nm
dari 0,5%; etanol tidak lebih dari 3,0% dan metanol dengan spektrofotometer serapan atom seperti
tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Cahaya <1191> dilengkapi dengan lampu hollow
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan metode katoda platina. Ukur penetapan blangko dan
standar adisi untuk aseton, etanol, dan metanol.] lakukan koreksi. Buat kurva yang menggambarkan
Larutan baku Timbang saksama masing-masing hubungan antara serapan Larutan baku terhadap
0,125 g aseton P, 0,750 g etanol anhidrat P, dan kadar platinum dan buat garis regresi. Dari kurva
0,125 g metanol P, masukkan ke dalam labu yang diperoleh, tentukan kadar platinum dalam
tentukur 1000-mL, encerkan dengan air sampai Larutan uji. Hitung kadar platinum dalam bpj
tanda. dalam zat menggunakan kurva kalibrasi.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,25
g zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi pada Kromatografi <931>.
dengan injektor headspace, detektor ionisasi nyala Dapar Timbang lebih kurang 2,2 g natrium
dan kolom dengan penyangga leburan silika fosfat dibasa dodekahidrat P, larutkan dalam air,
farmasiindustri.com
CS adalah kadar Kalsium folinat BPFI dalam mg Fase gerak Campuran metanol P-Dapar (22:78).
per mL Larutan baku; CU adalah kadar kalsium Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
folinat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Kesesuaian sistem seperti tertera pada
bobot yang ditimbang. Kromatografi <931>.
Larutan uji Encerkan sejumlah volume atau
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap serbuk injeksi dengan air hingga kadar kalium
udara, terlindung cahaya. Jika digunakan untuk folinat lebih kurang 1 mg per mL.
sediaan steril, simpan dalam wadah steril, kedap Larutan pembanding 1 Campuran Larutan uji-air
udara dan disegel. (1:100).
Larutan pembanding 2 Campuran Larutan
pembanding 1-air (1:10).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Tambahan monografi Formilfolat BPFI larutkan dan encerkan dengan
INJEKSI KALSIUM FOLINAT Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per
Calcium Folinate Injection mL.
Larutan kesesuaian sistem Campuran Larutan
Injeksi Kalsium Folinat adalah larutan steril pembanding 1-Larutan baku (2:1).
kalsium folinat. Tersedia dalam bentuk larutan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
injeksi atau serbuk injeksi yang perlu di tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
konstitusikan dalam Air untuk Injeksi. Mengandung kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari ―endcapped‖ dengan ukuran partikel 5 µm.
110,0%, C20H23N7O7, dari jumlah yang tertera pada Pertahankan suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih
etiket. kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Baku pembanding Kalsium Folinat BPFI; tidak kromatogram dan ukur semua respons puncak
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah terlindung seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
cahaya, dalam lemari pendingin. Asam formilfolat puncak kalsium folinat dan asam formilfolat tidak
BPFI (Senyawa Sejenis D Kalsium Folinat BPFI). kurang dari 2,2.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji,
A. Timbang saksama sejumlah serbuk atau Larutan pembanding 1 dan Larutan pembanding 2
larutan injeksi setara dengan lebih kurang 20 mg ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali
kalsium folinat, tambahkan 40 mL aseton P, kocok, waktu retensi kalsium folinat dan ukur semua
diamkan dan setrifus, buang pelarut. Larutkan respons puncak. Masing-masing cemaran dan total
residu dalam 40 mL aseton P dan sentrifus cemaran tidak lebih dari batas seperti yang tertera
kembali, Keringkan residu dibawah aliran nitrogen pada Tabel.
pada tekanan 0,7 kPa selama 2 jam. Spektrum Tabel
serapan inframerah residu yang didispersikan
dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum Nama Batas
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Asam formilfolat Tidak lebih besar dari respons
Kalsium Folinat BPFI. puncak Larutan baku (1%)
B. Menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera Cemaran lain Tidak lebih besar dari luas
pada Uji Identifikasi Umum <291>. puncak utama Larutan
pembanding 1 (1%)
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5. Total cemaran lain Tidak lebih dari 2,5 kali luas
puncak utama Larutan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. pembanding 1 (2,5%)
Abaikan respons puncak lebih kecil dari respons puncak
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada utama Larutan pembanding 2 (0,1%).
Injeksi.
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi Lindungi larutan dari cahaya.]
larutan dari cahaya.] Dapar Timbang saksama lebih kurang 2,2 g
Dapar Timbang saksama lebih kurang 2,2 g dinatrium hidrogen ortofosfat P, larutkan dalam
dinatrium hidrogen ortofosfat P, larutkan dalam 750 mL air, tambahkan 2 mL tetrabutil amonium
750 mL air, tambahkan 2 mL tetrabutil amonium hidroksida P. Atur pH hingga 7,5 dengan
hidroksida P. Atur pH hingga 7,5 dengan penambahan asam ortofosfat P, Encerkan dengan
penambahan asam ortofosfat P, Encerkan dengan air hingga 780 mL.
air hingga 780 mL.
farmasiindustri.com
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 100 mg Prosedur keseragaman kandungan. [Catatan
Gunakan filtrat sebagai Blangko kapsul. Lindungi Larutan baku dan Larutan uji dari
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 150 mg cahaya].
Pipet 30 mL filtrat, masukkan ke dalam labu yang Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian
sesuai, encerkan dengan 15,0 mL Media disolusi. sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
Blangko kapsul untuk kekuatan kapsul 200 mg tertera pada Penetapan kadar.
Pipet 25 mL filtrat, masukkan ke dalam labu yang Larutan uji Ambil 10 kapsul, masukkan tiap isi
sesuai, encerkan dengan 25,0 mL Media disolusi. 1 kapsul masing-masing ke dalam labu tentukur
Prosedur Lakukan penetapan jumlah ketoprofen, 250-mL secara terpisah, tambahkan lebih kurang
C16H14O3, yang terlarut dengan mengukur serapan 150 mL Fase gerak pada tiap labu, aduk selama 2
Larutan baku, Larutan uji, dan Blangko kapsul jam. Masing masing encerkan dengan Fase gerak
yang sesuai pada panjang gelombang serapan sampai tanda, campur. Sentrifus dan pipet sejumlah
maksimum lebih kurang 258 nm, menggunakan volume beningan yang mengandung lebih kurang
Media disolusi sebagai blangko. Hitung kadar 2,4 mg ketoprofen, masukkan ke dalam labu
ketoprofen, C16H14O3, dalam mg per mL Larutan tentukur 100-mL. Encerkan dengan Fase gerak
uji pada tiap titik waktu pengambilan alikot dengan sampai tanda.
rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
( ) kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, dalam tiap
AU dan ACB berturut-turut adalah serapan Larutan kapsul dengan rumus:
uji dan Blangko kapsul; CS adalah kadar
Ketoprofen BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
( ) ( )
AS adalah serapan Larutan baku.
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, yang
terlarut pada tiap titik waktu pengambilan alikot rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dengan rumus: utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Ketoprofen BPFI dalam mg per mL Larutan
𝐷 baku; CU adalah kadar ketoprofen dalam mg per
𝐿 mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket.
D adalah jumlah ketoprofen yang terlarut dalam
mg, dihitung dengan cara mengkalikan volume Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sebelum pengambilan alikot (mL) dengan kadar Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
ketoprofen dalam mg per mL Larutan uji pada titik pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
waktu tertentu pengambilan alikot; R adalah jumlah Larutan baku dan Larutan uji dari cahaya].
ketoprofen yang diambil dalam mg, dihitung Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-
dengan cara mengkalikan volume alikot yang asam asetat glasial P (90:110:1). Saring dan
diambil (mL) dengan kadar ketoprofen dalam mg awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
per mL Larutan uji pada tiap titik waktu menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
pengambilan alikot; 100 adalah faktor konversi Kromatografi <931>.
untuk persentase; L adalah jumlah ketoprofen Larutan baku persediaan Timbang saksama
dalam mg per kapsul seperti yang tertera pada sejumlah Ketoprofen BPFI, larutkan dan encerkan
etiket. dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,24
Toleransi Persentase ketoprofen, C16H14O3, yang mg per mL.
harus larut dari jumlah yang tertera pada etiket Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
pada tiap titik waktu pengambilan alikot, tertera baku persediaan ke dalam wadah yang sesuai,
pada Tabel. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
ketoprofen lebih kurang 0,024 mg per mL.
Waktu pengambilan Jumlah terlarut Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
alikot (jam) (%) sejumlah Ketoprofen BPFI dan Senyawa Sejenis A
1 10 - 25 Ketoprofen BPFI, larutkan dan encerkan dengan
4 55 - 80 Fase gerak hingga kadar berturut-turut 0,25 mg per
8 Tidak kurang dari 80 mL dan 0,5 mg per mL. Pipet 4 mL larutan,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
bersihkan cangkang kapsul. Timbang saksama
farmasiindustri.com
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 200 dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis A
mg ketoprofen, masukkan dalam labu tentukur Klobetasol Propionat BPFI.
250-mL. Tambahkan 150 mL Fase gerak, campur
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis
kocok. Sentrifus, dan pipet 3 mL beningan yang seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mengandung lebih kurang 2,4 mg ketoprofen, Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. P-etanol P (100:10:5).
Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Klobetasol Propionat BPFI, larutkan dan encerkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan dengan kloroform P hingga kadar 0,5 mg per mL.
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang setara dengan lebih kurang 1,0 mg klobetasol
1,2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap propionat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram plastik bersumbat 25-mL, tambahkan 10 mL metanol
dan ukur respons puncak seperti tertera pada P dan tutup. Panaskan dalam tangas air pada suhu
Prosedur: resolusi, R, antara puncak ketoprofen 70 selama 4 menit, angkat tabung, dan kocok kuat.
dan senyawa sejenis A ketoprofen tidak kurang dari Ulangi pemanasan dan pengocokan. Dinginkan
3,0; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 untuk puncak campuran dalam tangas es selama 5 menit dan
ketoprofen. Lakukan kromatografi terhadap sentrifus pada lebih kurang 3500 rpm selama 10
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur menit. Pipet 5 mL beningan ke dalam vial yang
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: sesuai, uapkan dengan bantuan aliran uap nitrogen
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang sampai kering. Larutkan residu dalam 1,0 mL
tidak lebih dari 2,0%. kloroform P. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
kromatogram dan ukur respons puncak utama. lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
Hitung persentase ketoprofen, C16H14O3, dalam dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
kapsul dengan rumus: dengan Fase gerak, biarkan fase gerak merambat
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
rU CS lempeng, tandai batas rambat, keringkan di udara,
100 dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm :
rS CU harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah <52> dan <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
kadar Ketoprofen BPFI dalam mg per mL Larutan dari 100 koloni per g. Uji terhadap Staphylococcus
baku dan CU adalah kadar ketoprofen dalam mg per aureus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera coli, dan Salmonella sp memberikan hasil negatif.
pada etiket.
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang terkendali. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa
Tambahan monografi 0,05 M, atur pH hingga 2,5 dengan penambahan
SALEP KLOBETASOL PROPIONAT asam ortofosfat P 85%.
Clobetasol Propionate Ointment Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar-
metanol P (95:85:20). Saring dan awaudarakan, jika
Salep Klobetasol Propionat mengandung klobetasol perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
propionat, C25H32ClFO5, tidak kurang dari 90,0% sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang Larutan baku internal Timbang saksama
tertera pada etiket, dalam basis salep yang sesuai. sejumlah beklometason dipropionat, larutkan dan
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
Baku pembanding Klobetasol Propionat BPFI; kurang 0,2 mg per mL.
[Catatan Dapat bersifat toksik terhadap kesuburan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan janin, penanganan harus hati-hati] Simpan Klobetasol Propionat BPFI, larutkan dalam
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, metanol P dan tambahkan sejumlah Larutan baku
farmasiindustri.com
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Klorfenamin Maleat BPFI, masukkan ke dalam rapat, tidak tembus cahaya.
labu tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah
Pengencer, sonikasi selama 1 menit, dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5
mg per mL. TABLET KLORFENAMIN MALEAT
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Tablet Klorfeniramin Maleat
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Chlorphenamine Maleate Tablets
tambahkan sejumlah Pengencer, sonikasi selama 1
menit, dan encerkan dengan Pengencer hingga Tablet Klorfenamin Maleat mengandung
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. klorfenamin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan jumlah yang tertera pada etiket.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Baku pembanding Klorfenamin Maleat BPFI;
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: tertutup rapat, terlindung cahaya.
kurang 0,4 mg per mL. Saring melalui penyaring Larutan A Timbang 1,32 g D-fenilalanin P dan 1
membran dengan porositas 0,45 µm. g tembaga sulfat P, larutkan dalam 1000 mL air,
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang atur pH hingga 3,5 dengan penambahan natrium
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk hidroksida LP.
tablet setara dengan lebih kurang 10 mg Fase gerak Campuran Larutan A-metanol P
klorfenamin maleat, masukkan ke dalam labu (82:18).
tentukur 25-mL, tambahkan 12,5 mL Fase gerak, Larutan baku persediaan Timbang saksama
sonikasi selama 15 menit, dan encerkan dengan sejumlah Levofloksasin BPFI, larutkan dan
Fase gerak sampai tanda. Saring melalui penyaring encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga
membran dengan porositas 0,45 µm. kadar lebih kurang 0,1 g per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan persediaan, larutkan dan encerkan dengan Fase
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 gerak hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang Larutan uji persediaan Pipet sejumlah zat,
1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
simpangan baku relatif klorfenamin tidak lebih dari persediaan, larutkan dan encerkan dengan Fase
2,0%. gerak hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku tinggi dilengkapi dengan detektor 294 nm, kolom
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan diameter dalam 3,9-4,6 mm berisi bahan pengisi L1
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dengan ukuran partikel 3-10 µm..
Hitung persentase klorfenamin maleat, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
C16H19ClN2 .C4H4O4, dengan rumus: volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak: waktu
( ) ( ) retensi puncak utama kromatogram Larutan uji
sesuai dengan Larutan baku.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak B. Pipet sejumlah zat, larutkan dan encerkan
klorfenamin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih
adalah kadar Klorfenamin Maleat BPFI dalam mg kurang 5 µg per mL: spektrum serapan ultraviolet
per mL Larutan baku; CU adalah kadar klorfenamin menunjukkan maksimum dan minimum pada
maleat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan panjang gelombang 226 nm dan 294 nm.
jumlah yag tertera pada etiket.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. pH <1071> Antara 6,0 dan 7,0.
Tetes Mata Levofloksasin mengandung Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
levofloksasin, C18H20FN3O4, tidak kurang dari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah pada Kromatografi <931>.
yang tertera pada etiket. Larutan A Timbang 4 g amonium asetat P dan 7
g natrium perklorat P, larutkan dengan 1300 mL
Baku pembanding Levofloksasin BPFI; Simpan air, campur, atur pH hingga 2,2 dengan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. penambahan asam ortofosfat P.
Senyawa Sejenis A Levofloksasin BPFI, Senyawa Larutan B Campuran Larutan A-asetonitril P
Sejenis E Levofloksasin BPFI, Ofloksasin BPFI, (85:15).
Siprofloksasin BPFI. Larutan C Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran
Identifikasi Larutan B dan Larutan C seperti tertera pada
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Sistem kromatografi.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan baku cemaran Timbang saksama 18 mg
Kromatografi <931>. Senyawa Sejenis A Levofloksasin BPFI, masukkan
farmasiindustri.com
ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 1,0 mL (0,7%). Abaikan respons puncak kurang dari 0,1
larutan amonium hidroksida 6 N, larutkan dan kali respons puncak Larutan sensitivitas.
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 2 mL
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
encerkan dengan air sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Larutan uji Timbang saksama sejumlah tetes pada Kromatografi <931>.
mata, encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N Dapar Timbang 4 g amonium asetat P dan 7 g
hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. natrium perklorat P, larutkan dengan 1300 mL air,
Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji, campur, atur pH hingga 2,2 dengan penambahan
encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga asam ortofosfat P.
kadar lebih kurang 2 µg per mL. Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume (85:15).
Larutan pembanding, encerkan dengan asam Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,2 Levofloksasin BPFI, Siprofloksasin BPFI dan
µg per mL. Senyawa Sejenis E Levofloksasin BPFI, larutkan
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah dan encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N
Levofloksasin BPFI, Siprofloksasin BPFI, dan hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,1 mg per
Senyawa Sejenis E Levofloksasin BPFI, larutkan mL, 5 µg per mL dan 5 µg per mL.
dan encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N Larutan uji Timbang saksama sejumlah tetes
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 1,0 mg per mata, encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N
mL; 5 µg per mL dan 5 µg per mL. hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan 294 tinggi dilengkapi dengan detektor 294 nm, kolom
nm, kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan pengisi L1 dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan pengisi L1 dengan
dengan ukuran partikel 3-10 µm. Pertahankan suhu kolom pada ukuran partikel 3-10 µm. Lakukan kromatografi terhadap
40°. Laju alir 1 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai Larutan baku, rekam respons puncak seperti tertera
berikut: pada Prosedur: waktu retensi levofloksasin lebih
kurang 15 menit; resolusi, R, antara puncak
Waktu Larutan B Larutan C levofloksasin dan senyawa sejenis E levofloksasin
(menit) (%) (%) tidak kurang dari 2,0; resolusi, R, antara puncak
0 100 0 levofloksasin dan siprofloksasin tidak kurang dari
18 100 0 2,5.
25 70 30 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
39 70 30 volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
40 100 0
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
50 100 0
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase levofloksasin, C18H20FN3O4,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dalam zat yang digunakan dengan rumus:
sistem, rekam respons puncak pada panjang
gelombang 294 nm seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak levofloksasin dan ( ) ( )
senyawa sejenis E levofloksasin tidak kurang dari
2,0; resolusi, R, antara puncak levofloksasin dan
siprofloksasin tidak kurang dari 2,5. Lakukan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kadar Levofloksasin BPFI dalam mg per mL
perbandingan ―signal to noise‖ tidak kurang dari 10. Larutan baku; CU adalah kadar levofloksasin dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku tertera pada etiket.
cemaran, Larutan pembanding, dan Larutan uji ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
semua respons puncak. Pada Larutan uji: respons rapat, terlindung cahaya, simpan pada suhu ruang.
puncak senyawa sejenis A levofloksasin tidak lebih
dari 0,3% dihitung terhadap Larutan baku cemaran
pada panjang gelombang 238 nm; masing-masing Tambahan monografi
respons puncak lain tidak lebih besar dari 1,5 kali TABLET LEVONORGESTREL
respons puncak Larutan pembanding pada panjang Levonorgestrel Tablets
gelombang 294 nm (0,3%); total cemaran selain
senyawa sejenis A levofloksasin tidak lebih besar Tablet Levonorgestrel mengandung levonorgestrel,
dari 3,5 kali respons puncak Larutan pembanding C21H28O2,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
farmasiindustri.com
Fase gerak Buat campuran metanol P-asetonitril Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
P-air (15:35:50). Saring dan awaudarakan. Jika dengan lebih kurang 1,5 mg levonorgestrel,
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian masukkan ke dalam tabung reaksi bersumbat,
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. tambahkan 5 mL Fase gerak, sonikasi selama 45
Pengencer Metanol P-air (50:50) menit. Kocok selama 15 menit, dan sentrifus.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Encerkan beningan dengan Fase gerak hingga
Levonorgestrel BPFI dan Etinil Estradiol BPFI, kadar 6 µg per mL.
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, larutkan Larutan uji (untuk tablet kekuatan 30 µg)
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar Timbang dan serbukkan 20 tablet. Timbang
masing-masing 4 µg per mL. saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk kurang 60 µg levonorgestrel, masukkan ke dalam
tablet setara dengan lebih kurang 0,18 mg tabung reaksi bersumbat, tambahkan 5 mL Fase
levonorgestrel, masukkan ke dalam wadah yang gerak, sonikasi selama 45 menit. Kocok selama 15
sesuai, larutkan dalam 5 mL Pengencer, sonikasi menit, dan sentrifus. Encerkan beningan dengan
selama 30 menit. Aduk kuat selama 15 menit, Fase gerak hingga kadar 6 µg per mL.
sentifus, dan gunakan beningan. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan pembanding Pipet sejumlah volume tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
Larutan uji, encerkan dengan Pengencer hingga kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
kadar 0,36 µg per mL. L1 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kurang 1,3 mL per menit. Lakukan kromatografi
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu waktu retensi levonorgestrel lebih kurang 7,9
kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit; efisiensi kolom tidak kurang dari 5.000; dan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan faktor ikutan tidak lebih dari 1,6.
baku, rekam kromatogram selama dua kali waktu Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
retensi levonorgestrel (waktu retensi levonorgestrel volume sama (lebih kurang 25 L) Larutan baku
lebih kurang 26 menit) dan ukur semua respons dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, kromatogram dan ukur respons puncak utama.
antara puncak levonorgestrel dan etinil estradiol Hitung persentase levonorgestrel, C21H28O2, dalam
tidak kurang dari 12. tablet dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan uji
dan Larutan pembanding ke dalam kromatograf. ( ) ( )
Rekam kromatogram selama dua kali waktu retensi
puncak utama dan ukur semua respons puncak. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Respons puncak tiap cemaran pada kromatogram Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan uji tidak lebih besar dari respons puncak Levonorgestrel BPFI dalam µg per mL Larutan
utama Larutan pembanding (1,0%). Total respons baku; CU adalah kadar levonorgestrel dalam µg per
puncak cemaran pada kromatogram Larutan uji mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
tidak lebih dari 2 kali respons puncak utama pada etiket.
Larutan pembanding (2,0%). B. Gunakan rata-rata kadar dari 10 tablet yang
diperoleh pada Keseragaman sediaan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar A atau
B. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
A. Lakukan penetapan dengan cara rapat, terlindung cahaya.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran asetonitril P-air (50:50).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
LOSARTAN KALIUM
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Losartan Potassium
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 6 Cl
HO CH3
tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan N N N
Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke K
N N
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji (untuk tablet kekuatan 750 µg dan
1,5 mg) Timbang dan serbukkan 20 tablet.
farmasiindustri.com
Tambahan persyaratan ( )
Nitrosamin Lakukan penetapan menggunakan
metoda yang sesuai. Masing-masing cemaran tidak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
rT adalah jumlah semua respons puncak.
Tabel
Perubahan
Nitrosamin Batas Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
(bpj) Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
N-Nitrosodimethylamine (NDMA) 0.96 pada Kromatografi <931>.
N-Nitrosodiethylamine (NDEA) 0.27 Larutan A Buat larutan asam ortofosfat P dengan
kadar 0,1%.
Perubahan Larutan B Gunakan Asetonitril P
Cemaran Organik Masing-masing cemaran tidak Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B
lebih dari 0,2% dan total cemaran tidak lebih dari (3:2), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tertera pada Kromatografi <931>.
pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan A Buat larutan Asam ortofosfat P Losartan Kalium BPFI, larutkan dan encerkan
dengan kadar 0,1%. secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
farmasiindustri.com
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan tambahkan dan larutkan 3,76 g natrium 1-heksan
penetapan menggunakan larutan 20 mg zat dalam sulfonat P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
10 mL air. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Warna dan Akromisitas <1291> Larutan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50
berwarna merah; lakukan penetapan menggunakan mg Mekobalamin BPFI, masukkan dalam labu
larutan 20 mg zat dalam 10 mL air. tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 12%; Larutan kesesuaian sistem Timbang masing-
lakukan penetapan menggunakan 0,1 g zat. masing 5 mg mekobalamin dan hidroksokobalamin
asetat, masukkan dalam labu tentukur 100 mL,
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tanda.
pada Kromatografi <931>. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan mg zat, masukkan dalam labu tentukur 50-mL,
seperti tertera pada Penetapan kadar. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 tanda. .
mg zat, masukkan dalam labu tentukur 50-mL, Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tinggi dilengkapi dengan detektor 266 nm dan
tanda. kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi
Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL Larutan bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
uji ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan Pertahankan suhu kolom pada 40⁰. Atur laju alir
dengan Fase gerak sampai tanda. hingga diperoleh waktu retensi mekobalamin lebih
Larutan sensitivitas Pipet 1 mL Larutan kurang 12 menit. Lakukan kromatografi terhadap
kesesuaian sistem ke dalam labu tentukur 10-mL, Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara mekobalamin dan
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap hidroksokobalamin tidak kurang dari 3; efisiensi
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram kolom tidak kurang dari 6000 lempeng teoritis.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Prosedur: simpangan baku relatif pada enam kali rekam kromatogram dan ukur respons puncak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Lakukan seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak
kromatogram dan ukur respons puncak seperti lebih dari 1,0%.
tertera pada Prosedur: respons puncak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mekobalamin pada kromatogram Larutan volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
sensitivitas setara dengan 7-13% respons puncak dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mekobalamin pada kromatogram Larutan kromatogram, dan uku respons puncak utama.
kesesuaian sistem. Hitung persentase mekobalamin, C63H91CoN13O14P,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan rumus:
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan uji ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram tidak ( ) ( )
kurang dua setengah kali waktu retensi
mekobalamin, dan ukur semua respons puncak: rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
masing-masing respons puncak selain respons mekobalamin dari Larutan uji dan Larutan baku;
puncak mekobalamin tidak lebih dari 0,5% respons CS adalah kadar Mekobalamin BPFI dalam mg per
puncak mekobalamin dan total semua respons mL Larutan baku; CU adalah kadar mekobalamin
puncak selain respons puncak mekobalamin tidak dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
lebih dari 2,0% respons puncak mekobalamin. yang ditimbang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rapat, tidak tembus cahaya.
pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan
terlindung cahaya, gunakan peralatan kaca aktinik
rendah].
Dapar fosfat pH 3,5 Larutkan 3,1 g natrium Tambahan monografi
dihidrogen fosfat P dalam 1 L air. Atur pH hingga
3,5 dengan penambahan asam ortofosfat encer LP.
KAPSUL MEKOBALAMIN
Fase gerak Buat campuran 200 mL asetonitril P Mecobalamin Capsules
dan 800 mL dapar fosfat pH 3,5 Kemudian
farmasiindustri.com
Kapsul Mekobalamin mengandung mekobalamin, 10-mL, tambahkan sejumlah Fase gerak, sonikasi
C63H91CoN13O14P, tidak kurang dari 90,0% dan untuk melarutkan dan encerkan dengan Fase gerak
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera sampai tanda, saring, gunakan filtrat.
pada etiket. Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Baku pembanding Mekobalamin BPFI Fase gerak sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti rekam kromatogram selama tidak kurang tiga kali
yang diperoleh pada Penetapan Kadar. waktu retensi puncak utama, dan ukur semua
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg respons puncak: respons puncak masing-masing
per mL dalam air pada daerah panjang gelombang cemaran pada kromatogram Larutan uji tidak lebih
antara 220 nm dan 550 nm menunjukkan dari respons puncak utama kromatogram Larutan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang pembanding dan total cemaran pada kromatogram
yang sama seperti pada Mekobalamin BPFI. Kedua Larutan uji tidak lebih dari tiga kali respons puncak
spektrum menunjukkan 3 panjang gelombang utama kromatogram Larutan pembanding.
maksimum pada 266 nm, 342 nm dan 522 nm.
[Catatan Lindungi larutan dari cahaya selama Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
pengujian]. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
Disolusi <1231> larutan dari cahaya selama pengujian.]
Media disolusi : 500 mL air Dapar Larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M .
Alat tipe 2 : 50 rpm Atur pH sampai 4,5 dengan penambahan natrium
Waktu : 30 menit. hidroksida 0,2 N atau asam ortofosfat P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fase gerak Campuran Dapar - asetonitril P
Mekobalamin BPFI, larutkan dan encerkan dengan (84:16). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
air hingga diperoleh kadar 1 µg per mL. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mekobalamin, C63H91CoN13O14P yang terlarut Mekobalamin BPFI larutkan dan encerkan dengan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Fase gerak hingga kadar lebih kurang 50 µg per
seperti tertera pada Penetapan kadar. mL.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
tidak kurang dari 75% (Q), C63H91CoN13O14P, dari 25 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
jumlah yang tertera pada etiket. bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama,
hitung bobot rata-rata isi tiap kapsul. Timbang
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. saksama sejumlah isi kapsul setara 5 mg
Masukkan isi satu kapsul ke dalam labu tentukur mekobalamin, masukkan ke dalam labu tentukur
10-mL, bilas cangkang kapsul beberapa kali 100-mL, tambahkan sejumlah Fase gerak, sonikasi
dengan Fase gerak, masukkan bilasan ke dalam untuk melarutkan, dinginkan dan encerkan dengan
labu tentukur yang sama. Sonikasi untuk Fase gerak sampai tanda.
melarutkan, encerkan dengan Fase gerak sampai Larutan kesesuaian sistem Timbang 10 mg
tanda. Lakukan penetapan dengan cara Mekobalamin BPFI, masukkan ke dalam labu
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tentukur 20-mL, larutkan dan encerkan dengan air
pada Penetapan kadar. sampai tanda, biarkan terpapar cahaya selama 5-10
menit. Larutan mengandung hidroksokobalamin.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kapsul. tinggi dilengkapi dengan detektor 342 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1,
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara dengan ukuran partikel 5 μm. Lakukan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi rekam kromatogram dan ukur respons puncak
larutan dari cahaya selama pengujian]. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan mekobalamin dan hidroksokobalamin tidak kurang
seperti tertera pada Penetapan kadar. dari 20 dan simpangan baku relatif pada
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
25 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur. Waktu retensi mekobalamin lebih kurang 12 menit,
Timbang saksama isi kapsul setara lebih kurang 5 waktu retensi relatif hidroksokobalamin lebih
mg mekobalamin, masukkan dalam labu tentukur kurang 0,2.]
farmasiindustri.com
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku supositoria setara dengan lebih kurang 250 mg
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam metronidazol, hangatkan hingga meleleh dengan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. panas sedang, diamkan hingga suhu ruang.
Hitung persentase mekobalamin, C63H91CoN13O14P, Tambahkan 20 mL petroleum eter P (jarak didih
dalam kapsul dengan rumus: 40°-60°), hangatkan di atas penangas air. Saring,
cuci residu dengan petroleum eter P dan keringkan
pada aliran udara hangat. Larutkan dalam 250 mL
( ) ( ) Fase gerak.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 5
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak mg 2-metil-5-nitroimidazol BPFI, masukkan ke
mekobalamin dari Larutan uji dan Larutan baku; dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan
CS adalah kadar Mekobalamin BPFI dalam µg per encerkan dengan Larutan uji sampai tanda. Pipet 1
mL Larutan baku; CU adalah kadar mekobalamin mL larutan ke dalam labu tentukur 10-mL,
dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan bobot encerkan dengan Larutan uji sampai tanda.
yang tertera pada etiket. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 315 nm dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan
rapat, terlindung dari cahaya. pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Tambahan monografi seperti tertera pada Prosedur: respons puncak 2-
metil-5-nitroimidazol tidak kurang dari 10 kali
SUPOSITORIA METRONIDAZOL
respons puncak terendah dari puncak yang berada
Metronidazole Suppositories diantara puncak 2-metil-5-nitroimidazol dan
puncak utama.
Supositoria Metronidazol mengandung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
metronidazol, C6H9N3O3, tidak kurang dari 92,5%
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Respons puncak cemaran lain dari Larutan uji tidak
Baku pembanding Metronidazol BPFI; tidak
lebih besar dari respons puncak 2-metil-5-
boleh dikeringkan. Simpan pada lemari pendingin,
nitroimidazol dari Larutan baku.
terlindung dari cahaya. 2-metil-5-nitroimidazol
BPFI.
Penetapan kadar Timbang saksama lima
supositoria, lelehkan dengan cara dihangatkan,
Identifikasi Masukkan sejumlah supositoria setara
diamkan hingga suhu ruang, aduk terus menerus
dengan lebih kurang 500 mg metronidazol ke
sampai memadat. Timbang saksama padatan setara
dalam labu erlenmeyer yang sesuai, tambahkan 30
dengan lebih kurang 500 mg metronidazol,
mL petroleum eter P (jarak didih 40°-60°),
tambahkan 60 mL asam asetat anhidrat P yang
hangatkan di atas penangas air. Saring, cuci residu
telah dinetralkan terhadap 1-naftolbenzein P
dengan petroleum eter P dan keringkan pada suhu
dengan asam perklorat 0,1 N LV, hangatkan sampai
100°: spektrum serapan inframerah residu yang
meleleh, lanjutkan pemanasan selama 30 menit dan
didispersikan dalam kalium bromida P
kocok selama 5 menit, diamkan hingga suhu ruang.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
gelombang yang sama seperti pada Metronidazol
menggunakan indikator p-naftolbenzein LP.
BPFI.
Lakukan penetapan blangko.
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
setara dengan 17,12 mg C6H9N3O3
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran larutan kalium dihidrogen
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah
fosfat P 0,01 M-metanol P (70:30). Saring dan
terlindung dari cahaya.
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2-
Tambahan monografi
metil-5-nitroimidazol BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar 5 µg per mL.
MISOPROSTOL
Misoprostol
farmasiindustri.com
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
pada Kromatografi <931>. diperoleh pada Penetapan kadar.
Fase gerak Campur asetonitril P-air (45:55). B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan lapis tipis seperti yang tertera pada Identifikasi
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tertera pada Kromatografi <931>. Penjerap Gunakan silika gel P dengan ukuran
Larutan baku Timbang saksama sejumlah partikel 10–40 μm.
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak Buat campuran toluen P-etil asetat
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per P-etanol mutlak P-asam asetat glasial P (8:2:1:0,1)
mL. [Catatan Larutan dibuat segar].
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Penampak bercak Gunakan uap iodum P.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan per mL.
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu tablet, larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak
kolom pada 35º dan suhu ―autosampler‖ pada 4°. P hingga kadar misoprostol lebih kurang 0,1 mg
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan per mL, kocok secara mekanik dan saring.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Gunakan filtrat sebagai larutan uji.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan masing 100 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
1,5. lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam hingga 10-15 cm. Angkat lempeng, tandai batas
kromatogram dan ukur respons puncak utama. rambat, biarkan kering di udara. Paparkan dengan
Hitung persentase misoprostol, C22H3805, dalam zat Penampak bercak hingga bercak tampak dan amati
dengan rumus: kromatogram : harga Rf, warna, dan intensitas
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku.
( ) ( )
Disolusi <1231>
Media disolusi: 500 mL air
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Alat tipe 2: 50 rpm
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Waktu: 30 menit
Misoprostol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Lakukan penetapan persentase misoprostol,
CU adalah kadar misoprostol dalam mg per mL C22H3805, yang terlarut dengan cara Kromatografi
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sistem kromatografi dan Fase gerak Lakukan
rapat. Simpan pada suhu antara -25° dan -10°. seperti pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per
Tambahan monografi mL. Encerkan sejumlah larutan ini dengan air
TABLET MISOPROSTOL hingga diperoleh kadar 0,2 µg per mL untuk tablet
Misoprostol Tablets dengan kekuatan 100 µg dan 0,4 µg per mL untuk
tablet dengan kekuatan 200 µg.
Tablet Misoprostol mengandung misoprostol, Larutan uji Saring sejumlah alikot (lebih kurang
C22H3805, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih 10 mL) dengan penyaring yang sesuai. Biarkan
dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket. filtrat hingga mencapai suhu ruang.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Misoprostol BPFI; tidak boleh volume sama (lebih kurang 250 µL) Larutan baku
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pada suhu antara -25° dan -10°, terlindung cahaya. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase misoprostol, C22H3805, yang
Identifikasi Lakukan identifikasi A atau B. terlarut.
farmasiindustri.com
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tidak kurang dari 80% (Q) C22H3805 dari jumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan
yang tertera pada etiket. kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
Keseragaman kandungan. menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Fase gerak, Sistem Kromatografi, dan Prosedur
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Larutan Larutan
Waktu (menit) Eluasi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah A (%) B (%)
Misoprostol BPFI, larutkan dan encerkan dengan 0-5 100 0 Isokratik
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per 5-15 100→65 0→35 Gradien Linier
mL. 15-(rt + 1) 65 35 Isokratik
Larutan uji (untuk tablet dengan kekuatan 100
(rt + 1)-( rt + 4) 65→0 35→100 Gradien Linier
µg) Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 5-
mL. Tambahkan 3 mL Fase gerak, sonikasi selama (rt + 4)-( rt + 9) 0 100 Isokratik
10 menit [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu (rt + 9)-( rt + 11) 0→100 100→0 Gradien Linier
penangas di bawah suhu ruang untuk menghindari (rt + 11)-( rt + 100 0 Kesetimbangan
degradasi misoprostol]. Saring larutan dengan 19) kembali
penyaring yang sesuai, buang beberapa mL filtrat rt : waktu retensi misoprostol dari Larutan uji
pertama.
Larutan uji (untuk tablet dengan kekuatan 200 Lakukan kromatografi terhadap Larutan degradasi,
µg) Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 10- rekam kromatogram dan ukur semua respons
mL. Tambahkan 6 mL Fase gerak, sonikasi selama puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
10 menit [Catatan Lakukan sonikasi dengan suhu misoprostol lebih kurang 21 menit; waktu retensi
penangas di bawah suhu ruang untuk menghindari relatif senyawa sejenis A misoprostol terhadap
degradasi misoprostol]. Saring larutan dengan misoprostol lebih kurang 0,95; perbandingan
penyaring yang sesuai, buang beberapa mL filtrat puncak terhadap lembah tidak kurang dari 5,0.
pertama. Hitung perbandingan puncak terhadap lembah
menggunakan rumus:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
HP
pada Kromatografi <931>. [Catatan Larutan
dibuat segar dan lakukan penetapan segera] V
H
Larutan A Buat campuran asetonitril P-air-
metanol P (28:69:3). Hp adalah respons puncak senyawa sejenis A
Larutan B Buat campuran asetonitril P-air- misoprostol dihitung dari garis dasar; dan HV
metanol P (47:50:3). adalah respons dari garis dasar ke titik terendah
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dari kurva yang memisahkan puncak senyawa
dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem sejenis A misoprostol dan misoprostol.
kromatografi. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Pengencer Campur asetonitril P-air (31:69). volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan uji
Larutan uji Timbang dan serbukkan 20 tablet. dan Larutan pembanding ke dalam kromatograf.
Timbang saksama sejumlah serbuk setara dengan Rekam kromatogram dan ukur semua respons
lebih kurang 2 mg misoprostol, masukkan ke dalam puncak. Lakukan identifikasi puncak berdasarkan
labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan waktu retensi relatif terhadap misoprostol seperti pada
asetonitril P hingga tanda, sonikasi selama lebih Tabel 1 [Catatan Gunakan pula kromatogram
kurang 10 menit [Catatan Lakukan sonikasi Larutan terdegradasi untuk identifikasi senyawa
dengan suhu penangas di bawah suhu ruang untuk sejenis A misoprostol dan senyawa sejenis C
menghindari degradasi misoprostol]. Sentrifus dan misoprostol].
saring beningan. Uapkan 6 mL filtrat dengan
bantuan aliran uap nitrogen sampai kering. Tabel 1
Larutkan residu dalam 3,0 mL Pengencer, kocok
dengan vorteks. Waktu Retensi Relatif
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke Nama Komponen
(perkiraan)
dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan Senyawa sejenis E
0,84
Pengencer sampai tanda. misoprostol (puncak 1)
Larutan degradasi Pipet 1 mL Larutan uji ke Senyawa sejenis E
0,86
dalam gelas piala yang sesuai, panaskan diatas misoprostol (puncak 2)
tangas air pada 75° selama 1 jam. Senyawa sejenis B
0,90
misoprostol (puncak 1)
Senyawa sejenis B 0,92
farmasiindustri.com
dengan 1 mL heksana P, gunakan fase bagian seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
bawah. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- 10%.
masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lempeng kromatografi yang dilapisi silika gel P volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan uji dan
setebal 0,25 mm, biarkan bercak mengering. Blangko ke dalam kromatograf. Rekam
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi kromatogram dan ukur semua respons puncak.
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak A, Hitung persentase tiap cemaran dalam salep dengan
biarkan merambat lebih kurang 2 cm dari titik rumus:
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
biarkan kering di udara. Masukkan lempeng ke
( )
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan Fase gerak B, biarkan merambat tiga
perempat kali panjang lempeng. Angkat lempeng, ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
tandai batas rambat, biarkan kering di udara. Amati rT adalah total semua respons puncak.
bercak di bawah sinar UV 254 nm; harga Rf dan
intensitas bercak utama Larutan uji sesuai dengan Tabel
bercak Larutan baku.
Waktu
Batas
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik Nama retensi
(%)
<52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus relatif
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli 9ɑ-kloro-11β, 0,56 0,2
dan spesies Salmonella memberikan hasil negatif. 17,21,trihidroksi-16ɑ-
metilpregna-1,4-dien-3,20-
dion 17-(2-furoat)
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. 9ɑ-21-dikloro-11β, 17- 0,73 0,2
dihidroksi-16ɑ-
Cemaran organik Masing-masing cemaran dan metilpregna-1,4-dien-3,20-
total cemaran tidak lebih dari yang tertera pada dion
Tabel. Lakukan penetapan dengan cara 21-kloro-17-hidroksi-16ɑ- 0,88 0,2
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera metilpregna-1,4-dien-
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi 3,11,20-trion 17-(2-furoat)
larutan dari cahaya]. 21-kloro-9β, 11β-epoksi- 0,94 1,0
Pengencer A, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, 17-hidroksi-16ɑ-
metilpregna-1,4-dien-3,20-
dan Larutan baku persediaan Lakukan seperti yang
dion 17-(2-furoat)
tertera pada Penetapan kadar. Mometason furoat 1,0 -
Pengencer C Buat campuran air-asetonitril P- Cemaran lain 1 1,04 -
asam asetat glasial P (70:30:1). Cemaran lain 2 1,13 -
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Cemaran lain tidak spesifik - 0,2
Larutan baku persediaan, encerkan dengan Total cemaran spesifik dan - 1,0
Pengencer C hingga kadar Mometason furoat BPFI tidak spesifik
lebih kurang 0,1 µg per mL. [Catatan Abaikan respons puncak kurang dari
Blangko Campuran Pengencer C-Pengencer A respons puncak pada kromatogram Larutan
(3:1). kesesuaian sistem. Abaikan puncak dengan waktu
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep retensi yang sesuai dengan puncak pada
setara dengan lebih kurang 2,0 mg mometason kromatogram Blangko].
furoat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
bertutup ulir 50 mL. Tambah 5,0 mL Pengencer A, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dan beberapa manik kaca, kocok menggunakan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
vortex. Tambahkan 15,0 mL Pengencer C, campur. pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
Sentrifugasi selama 10 menit. Saring melalui larutan dari cahaya].
penyaring polipropilen dengan porositas 0,2 µm, Pengencer A Campuran tetrahidrofuran P-asam
buang 1-2 mL filtrat pertama. asetat glasial P (100:1).
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pengencer B Buat campuran asetonitril P-air-
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan asam asetat glasial P (50:50:1).
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan Larutan A Gunakan air. Saring dan awaudarakan.
pengisi L60 dengan ukuran partikel 5 µm dan Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan
pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 25±5. awaudarakan.
Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
rekam kromatogram dan ukur respons puncak kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
farmasiindustri.com
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Kromatografi <931>. Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU adalah
Larutan baku internal Timbang saksama kadar Mometason furoat BPFI dalam mg per mL
sejumlah dietil ftalat P, larutkan dan encerkan Larutan baku dan Larutan uji.
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1,4
mg per mL. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan baku persediaan Timbang saksama baik, simpan pada suhu ruang terkendali.
sejumlah Mometason Furoat BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer A hingga kadar lebih
kurang 0,2 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah masing-masing Tambahan monografi
volume sama Larutan baku persediaan dan LARUTAN SEMPROT HIDUNG
Larutan baku internal, masukkan ke dalam labu MOMETASON
tentukur yang sesuai, encerkan dengan Pengencer Mometasone Aqueous Nasal Spray
B sampai tanda hingga kadar mometason furoat dan
dietil ftalat masing-masing lebih kurang 0,05 mg Larutan semprot hidung Mometason adalah
per mL dan 0,35 mg per mL. suspensi dengan pembawa air dari mometason
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep furoat dalam wadah bertekanan, dilengkapi dengan
setara dengan lebih kurang 1,0 mg mometason sistem penghantaran yang sesuai. Mengandung
furoat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga 50 Mometason Furoat, C27H30Cl2O6, tidak kurang dari
mL bertutup ulir. Tambahkan 5,0 mL Pengencer A 80,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah
dan beberapa manik kaca, kocok menggunakan yang tertera pada etiket per dosis aktuasi.
vortex. Tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal,
campur. Tambahkan 10,0 mL Pengencer B, campur
Baku pembanding Mometason Furoat BPFI; tidak
menggunakan vortex selama 1 menit dan sentrifus
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
selama 10 menit. Saring beningan melalui
rapat dan terlindung cahaya.
penyaring polipropilen dengan porositas 0,2 µm,
buang 1-2 mL filtrat pertama.
Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
A. Harga Rf bercak Larutan uji sesuai dengan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Larutan baku 4 seperti yang diperoleh pada
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan
Cemaran organik.
pengisi L60 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
lebih kurang 2 mL per menit. Kromatograf
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diprogram sebagai berikut :
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Cemaran organik Lakukan Kromatografi lapis
0 70 30 tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
2 70 30 Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
45 45 55 mm.
46 70 30 Fase gerak Campuran 1,2-dikloroetana P-
50 70 30 metanol P (97:3).
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 20 µg
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif per mL.
untuk dietil ftalat dan mometason furoat berturut- Larutan baku 2 Campur satu bagian volume
turut 0,4 dan 1,0; faktor ikutan untuk mometason Larutan baku 1 dengan satu bagian volume aseton
furoat tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif P.
pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku 3 Campur satu bagian volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku 1 dengan tiga bagian volume aseton
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku P.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku 4 Timbang saksama sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Mometason Furoat BPFI, larutkan dan encerkan
Hitung persentase mometason furoat, C27H30Cl2O6 dengan aseton P hingga kadar lebih kurang 1 mg
dalam salep yang digunakan dengan rumus: per mL.
Larutan uji Lakukan aktuasi beberapa kali
sehingga diperoleh 1 mg Mometason Furoat,
( ) ( ) tambahkan 4 mL aseton P, kocok dengan bantuan
ultrasonik dan saring. Uapkan filtrat sampai kering
dan larutkan dalam 1,0 mL aseton P.
farmasiindustri.com
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera tertera pada etiket.
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan 1,0 g natrium lauril Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
sulfat P dalam 500 mL asam ortofosfat encer (1 udara, tidak tembus cahaya.
dalam 1000). Atur pH hingga 3,0 dengan
penambahan natrium hidroksida LP. Ke dalam 240
mL larutan ini tambahkan 70 mL tetrahidrofuran
P, campur, saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Tambahan monografi
seperti tertera pada Kromatografi <931> KRIM NEOMISIN SULFAT DAN
Larutan baku internal Timbang saksama HIDROKORTISON ASETAT
sejumlah etilefrin hidroklorida, masukkan ke dalam Neomycin Sulfate and Hydrocortisone Acetate
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan Cream
dalam air hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 Krim Neomisin Sulfat dan Hidrokortison Asetat
mg Morfin Hidroklorida Trihidrat BPFI, masukkan mengandung neomisin sulfat, setara dengan
ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 10,0 mL neomisin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan baku internal, encerkan dengan air sampai dari 135,0% dan mengandung hidrokortison asetat,
tanda. C23H32O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
sediaan setara dengan 80 mg morfin hidroklorida
hidrat, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, Baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI; lakukan
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. pengeringan dalam hampa udara pada tekanan tidak
Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan, lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
tambahkan 10,0 mL Larutan baku internal, rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.
encerkan dengan air sampai tanda. Bersifat higroskopis. Hidrokortison Asetat BPFI:
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan 60° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dalam wadah tertutup rapat.
dengan ukuran partikel lebih kurang 5 µm.
Pertahankan suhu kolom pada 40°. Atur laju alir Identifikasi
hingga waktu retensi morfin lebih kurang 10 menit. A. Memenuhi syarat untuk Neomisin seperti
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, tertera pada Prosedur untuk Basitrasin, Neomisin
rekam kromatogram dan ukur respons puncak dan Polimiksin B dalam Identifikasi secara
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kromatografi lapis tipis <281>.
morfin dan etilefrin hidroklorida tidak kurang dari B. Waktu retensi puncak utama hidrokortison
3; simpangan baku relatif perbandingan respon asetat pada kromatogram Larutan uji sesuai
puncak morfin terhadap etilefrin hidroklorida pada dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
enam kali penyuntikan ulang tidak lebih dari Penetapan kadar hidrokortison asetat.
1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Penetapan kadar neomisin Lakukan seperti
kromatogram dan ukur respons puncak utama. tertera pada Penetapan potensi antibiotik secara
Hitung persentase morfin hidroklorida hidrat, mikrobiologi <131>. Timbang saksama sejumlah
C17H19NO3.HCl.3H2O, dalam injeksi dengan krim setara dengan 3,5 mg neomisin, masukkan ke
rumus: dalam corong pisah secara kuantitatif, dengan
RU CS bantuan 50 mL eter P, kocok. Ekstraksi empat kali,
100 tiap kali dengan 20 mL Dapar D.3. Kumpulkan
RS CU lapisan air, dan encerkan dengan Dapar D.3
hingga volume yang sesuai untuk memperoleh
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan Larutan uji persediaan. Encerkan Larutan uji
respons puncak morfin hidroklorida terhadap persediaan secara kuantitatif dan bertahap dengan
etilefrin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan Dapar D.3 hingga diperoleh Larutan uji dengan
baku; CS adalah kadar Morfin Hidroklorida kadar yang setara dengan dosis tengah Larutan
Trihidrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; baku.
CU adalah kadar morfin hidroklorida hidrat dalam
farmasiindustri.com
Penetapan kadar hidrokortison asetat Lakukan Tetes Mata Ofloksasin mengandung ofloksasin,
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja C18H20FN3O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Fase gerak Buat campuran butil klorida P - butil etiket.
klorida P jenuh air - tetrahidrofuran P - metanol P
-asam asetat glasial P (475:475:70:35:30). Saring Baku pembanding Ofloksasin BPFI: tidak boleh
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dan terlindung cahaya. Siprofloksasin BPFI.
Kromatografi <931>. Senyawa Sejenis A Ofloksasin BPFI. Senyawa
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sejenis E Ofloksasin BPFI. Benzalkonium Bromida
Hidrokortison Asetat BPFI, masukkan ke dalam BPFI.
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
dengan kloroform P jenuh air hingga kadar lebih Identifikasi Lakukan identifikasi A dan C atau B
kurang 0,10 mg per mL. dan C.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
setara dengan lebih kurang 2,5 mg hidrokortison lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
asetat, masukkan ke dalam wadah bertutup yang Penjerap Silika gel P GF254.
sesuai. Tambahkan 25,0 mL kloroform P jenuh air Fase gerak Campuran etilasetat P-metanol P-
dan lebih kurang 10 buah manik kaca. Tutup wadah amonium hidroksida P (5:6:2).
dengan hati-hati, dan kocok kuat selama lebih Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kurang 15 menit. Sentrifus, dan gunakan lapisan Ofloksasin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
beningan kloroform (lapisan bawah). yang sesuai, larutkan dengan sejumlah asam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja hidroklorida 0,1 N (tambahkan 1 mL asam
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan hidroklorida 0,1 N tiap 5 mg ofloksasin), encerkan
kolom 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L3. Atur dengan etanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg
laju alir hingga memenuhi syarat uji kesesuaian per mL.
sistem. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
baku, rekam kromatogram dan ukur respons sejumlah Ofloksasin BPFI dan Siprofloksasin
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
baku relatif pada 6 kali penyuntikan ulang tidak sesuai, larutkan dengan sejumlah asam
lebih dari 2,0%. hidroklorida 0,1 N (tambahkan 1 mL asam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah hidroklorida 0,1 N tiap 5 mg ofloksasin), encerkan
volume sama Larutan baku dan Larutan uji ke dengan etanol P hingga kadar masing-masing lebih
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kurang 1 mg per mL.
respons puncak utama. Hitung persentase Larutan uji Pipet sejumlah tetes mata ke dalam
hidrokortison asetat, C23H32O6, dalam krim dengan labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
rumus: dengan etanol P hingga kadar ofloksasin lebih
kurang 1 mg per mL.
rU CS Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
100 masing 2 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian
rS CU sistem, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar merambat hingga lebih kurang 8-15 cm. Angkat
Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg per mL lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering di
Larutan baku dan CU adalah kadar hidrokortison udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet
asetat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan 254 nm atau 365 nm: nilai Rf, warna, dan intensitas
jumlah yang tertera pada etiket. bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku.Uji dinyatakan absah jika pada Larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kesesuaian sistem, dua bercak utama terpisah
baik. sempurna.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar.
C. Spektrum serapan ultraviolet larutan 6 µg per
Tambahan monografi
mL dalam asam hidroklorida 0,1 N menunjukkan
TETES MATA OFLOKSASIN maksimum hanya pada panjang gelombang 294
Ofloxacin Eye Drops nm.
nm), dan ukur respons puncak seperti tertera pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Prosedur: waktu retensi ofloksasin lebih kurang 15 tinggi dilengkapi dengan detektor 294 nm, kolom
menit; resolusi, R, antara puncak ofloksasin dan dengan diameter 3,9 - 4,6 mm berisi bahan pengisi
senyawa sejenis E ofloksasin tidak kurang dari 2,0, L1 dengan ukuran partikel 3-10 µm.. Atur laju alir
dan antara ofloksasin dan siprofloksasin tidak hingga memenuhi syarat kesesuaian sistem.
kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan sensitivitas, rekam kromatogram (pada sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
detektor 294 nm) dan ukur respons puncak seperti puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal to ofloksasin lebih kurang 15 menit; resolusi, R,
noise" puncak utama tidak kurang dari 10. antara puncak ofloksasin dan senyawa sejenis E
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah ofloksasin tidak kurang dari 2,0, dan antara
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku, ofloksasin dan siprofloksasin tidak kurang dari 2,5.
Larutan uji, dan Larutan pembanding ke dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatograf, rekam kromatogram (pada detektor volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
294 nm dan 238 nm), dan ukur semua respons dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran kromatogram dan ukur respons puncak utama.
dari Larutan uji tidak lebih dari batas yang tertera Hitung persentase ofloksasin, C18H20FN3O4, dalam
pada Tabel. tetes mata dengan rumus:
Tabel rU CS
100
Nama Batas rS CU
Cemaran A Tidak lebih dari 0,4 % (dihitung rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
(pada 238 nm) terhadap puncak utama Larutan
utama Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah
baku pada 238 nm)
kadar Ofloksasin BPFI dalam mg per mL Larutan
Cemaran lain Tidak lebih dari 1,5 kali respons
selain cemaran A puncak utama Larutan
baku; CU adalah kadar ofloksasin dalam mg per mL
(pada 294 nm) pembanding (0,3%) Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Total cemaran Tidak lebih dari 3,5 kali respons etiket.
selain cemaran A puncak utama Larutan
(pada 294 nm) pembanding (0,7%) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Abaikan puncak natrium edetat dengan waktu retensi rapat, terlindung dari cahaya.
relatif lebih kurang 0,14.
Larutan B Buat campuran asetonitril P-air- Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
tetrahidrofuran P-Dapar B (6:2:1:1). Saring dan zat dengan rumus:
awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A ri CS 1
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
100
kromatografi. rS CU F
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
sejumlah Senyawa Sejenis A Okskarbazepin BPFI,
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak
Senyawa Sejenis B Okskarbazepin BPFI, Senyawa
okskarbazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar
Sejenis D Okskarbazepin BPFI, dan Senyawa
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan
Sejenis E Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per
encerkan dengan campuran asetonitril P-Pengencer
mL Larutan uji; F adalah faktor respons relatif
(1:1) hingga kadar masing-masing lebih kurang 2
seperti tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran
µg per mL.
dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
Larutan baku persediaan Timbang saksama
pada Tabel.
sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
Tabel
kurang 0,1 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Waktu Faktor
persediaan masukkan ke dalam labu tentukur yang Batas
Nama retensi respon
(%)
sesuai, encerkan dengan campuran asetonitril P- relatif relatif
Pengencer (1:1) hingga kadar lebih kurang 2 µg per Senyawa sejenis F 0,76 0,59 0,2
mL. okskarbazepin
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Okskarbazepin 1,0 - -
larutkan dan encerkan dengan campuran asetonitril N-Karbamoil 1,1 0,91 0,05
P-Pengencer (1:1) hingga kadar lebih kurang 1 mg okskarbazepin
per mL. Senyawa sejenis A 1,2 1,1 0,2
okskarbazepin
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Senyawa sejenis B 1,3 1,1 0,1
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan okskarbazepin
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 Dibenzazepinodion 1,7 2,0 0,1
dengan ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu Senyawa sejenis D 2,3 1,7 0,2
kolom pada 50 dan laju alir lebih kurang 0,8 mL okskarbazepin
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Senyawa sejenis E 2,4 3,3 0,05
okskarbazepin
Waktu Larutan A Larutan B Masing-masing - 1,0 0,05
(menit) (%) (%) cemaran lain
0 80 20 Total cemaran - - 1,0
Abaikan puncak cemaran kurang dari 0,03%.
1 80 20
29 30 70
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
30 30 70
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
33 80 20 pada Kromatografi <931>.
42 80 20 Dapar Timbang sejumlah kalium fosfat
monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian hingga kadar lebih kurang 6,8 g per L. Setiap 1 L
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua larutan tambahkan 2 mL trietilamin P dan campur.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Atur pH hingga 6,0 ± 0,1 dengan penambahan
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A asam ortofosfat P.
okskarbazepin dan senyawa sejenis B Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
okskarbazepin tidak kurang dari 1,0; antara puncak asetonitril P (31:11:8). Saring dan awaudarakan.
senyawa sejenis D okskarbazepin dan senyawa Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
sejenis E okskarbazepin tidak kurang dari 1,2. Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Kromatografi <931>.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Okskarbazepin BPFI, larutkan dan encerkan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1
5,0%. mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
farmasiindustri.com
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 60º. Keringkan residu dan gerus residu dengan
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kalium bromida P; Spektrum serapan inframerah
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 residu yang dikeringkan dan didispersikan dalam
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Kalium bromida P (1:100), menunjukkan
kolom pada 50 dan laju alir lebih kurang 1,5 mL maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan sama seperti pada Okskarbazepin BPFI.
baku rekam kromatogram dan ukur respons puncak B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari diperoleh pada Penetapan kadar.
2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Disolusi <1231>
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku UJI 1
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Media disolusi:
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Tablet yang mengandung okskarbazepin 150 mg;
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2 900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 0,3%,
dalam zat dengan rumus: deaerasi.
Tablet yang mengandung okskarbazepin 300 mg :
900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 0,6%,
rU CS
100 deaerasi.
rS CU Tablet yang mengandung okskarbazepin 600 mg:
900 mL larutan natrium dodesil sulfat P 1,0 %,
deaerasi.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Alat tipe 2: 60 rpm.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Waktu: 30 dan 60 menit.
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan
baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL cara spektrofotometri seperti tertera pada
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan
baik, pada suhu ruang terkendali. encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
kurang 0,35 mg per mL.
Penandaan Cantumkan Prosedur Cemaran Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
organik yang digunakan jika tidak menggunakan persediaan, masukan ke dalam labu tentukur yang
Prosedur 1. sesuai, encerkan dengan Media disolusi yang sesuai
hingga kadar lebih kurang 0,0175 mg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah volume alikot, saring
menggunakan penyaring yang sesuai dengan
Tambahan monografi porositas 0,45 µm. Volume alikot yang dipipet
TABLET OKSKARBAZEPIN harus digantikan dengan sejumlah volume sama
Oxcarbazepine Tablets Media disolusi yang sesuai. Jika perlu encerkan
dengan Media disolusi yang sesuai dengan
Tablet Okskarbazepin mengandung kekuatan tablet hingga diperoleh kadar yang
okskarbazepin, C15H12N2O2, tidak kurang dari mendekati Larutan baku.
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Prosedur Lakukan penetapan jumlah
yang tertera pada etiket. C15H12N2O2 yang terlarut dengan mengukur serapan
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
Baku pembanding Okskarbazepin BPFI; tidak gelombang serapan maksimum lebih kurang 256
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan nm. Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2,
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, yang terlarut dalam 30 menit ( Q30 ) dengan rumus:
dalam lemari pendingin. Karbamazepin BPFI.
Senyawa Sejenis C Okskarbazepin BPFI.
A C
Q30 u S D V 100
Identifikasi AS L
A. Timbang lebih kurang 840 mg serbuk tablet
okskarbazepin, masukkan ke dalam labu tentukur
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2,
50-mL. Tambahkan 45 mL kloroform P, kocok
secara mekanik selama lebih kurang 30 menit, yang terlarut dalam 60 menit ( Q60 ) dengan rumus:
encerkan dengan kloroform P sampai tanda,
sentrifus dan kumpulkan beningan ke dalam cawan
petri. Uapkan beningan di atas tangas air pada suhu
farmasiindustri.com
A C V A C V
Q60 u S D V 100 Q30 S Q60 u S D V 100 Q30 S
AS L V AS L V
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; CS adalah kadar Okskarbazepin dan Larutan baku; CS adalah kadar Okskarbazepin
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah
jumlah okskarbazepin dalam mg per tablet yang jumlah okskarbazepin dalam mg per tablet yang
tertera pada etiket; D adalah faktor pengenceran tertera pada etiket; D adalah faktor pengenceran
dari Larutan uji; V adalah volume Media disolusi (, dari Larutan uji; V adalah volume Media disolusi (,
900 mL); VS adalah volume alikot yang diambil 900 mL); VS adalah volume alikot yang diambil
dalam mL. dari media dalam mL.
Toleransi Dalam waktu 30 menit, harus larut Toleransi untuk tablet 150 mg dan 300 mg :
tidak kurang dari 70% (Q), C15H12N2O2 dan dalam Dalam waktu 30 menit, harus larut tidak kurang
waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 80% dari 70% (Q), C15H12N2O2 dan dalam waktu 60
(Q), C15H12N2O2 dari jumlah yang tertera pada menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q),
etiket. C15H12N2O2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Toleransi untuk tablet 600 mg : Dalam waktu 30
UJI 2 [Catatan Jika sediaan memenuhi uji ini maka menit, harus larut tidak kurang dari 50% (Q),
dicantumkan memenuhi syarat Disolusi Uji 2] C15H12N2O2 dan dalam waktu 60 menit harus larut
Media disolusi, Alat tipe 2 dan Waktu Lakukan tidak kurang dari 80% (Q), C15H12N2O2 dari jumlah
seperti tertera pada Uji 1. yang tertera pada etiket
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan
cara spektrofotometri seperti tertera pada Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Cemaran organik [Catatan Berdasarkan rute
sejumlah Okskarbazepin BPFI, larutkan dan sintesis, lakukan salah satu Prosedur 1 atau
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih Prosedur 2. Jika metoksikarbamazepin berpotensi
kurang 3,3 mg per mL. [Catatan Larutan ini stabil merupakan produk degradasi, disarankan
selama 22 jam pada suhu 10º.] menggunakan Prosedur 1. Jika
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan karbamazepinadion atau dibenzazepinodion
baku persediaan ke dalam labu tentukur yang berpotensi merupakan produk degradasi,
sesuai encerkan dengan Media disolusi yang sesuai disarankan menggunakan Prosedur 2.]
dengan kekuatan tablet hingga diperoleh kadar Prosedur 1 Lakukan penetapan dengan cara
(L/900) mg per mL. L adalah jumlah dalam mg per Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
tablet seperti tertera pada etiket. pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Pipet sejumlah volume alikot , saring Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan
melalui penyaring yang sesuai dengan porositas kadar.
0,45 µm. Volume alikot yang dipipet harus Pengencer Buat campuran metanol P-air
digantikan dengan sejumlah volume sama Media (60:40).
disolusi yang sesuai. Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P-
Prosedur Lakukan penetapan jumlah asetonitril P (75:29:21). Saring dan awaudarakan.
C15H12N2O2 yang terlarut dengan mengukur serapan Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang Kesesuaian sistem seperti tertera pada
gelombang serapan maksimum lebih kurang 304 Kromatografi <931>.
nm. Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
yang terlarut dalam 30 menit ( Q30 ) dengan sejumlah Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
rumus: hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 mg per
mL dan 1,0 µg per mL.
A C Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Q30 u S D V 100 Okskarbazepin BPFI, larutkan dan encerkan
AS L dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5
µg per mL.
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2, Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
yang terlarut dalam 60 menit ( Q60 ) dengan rumus: tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
600 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
tentukur 500-mL, larutkan dengan Pengencer
hingga 50% volume labu, sonikasi selama 15 menit
farmasiindustri.com
sambil sesekali di kocok, dinginkan hingga suhu Dapar A Timbang lebih kurang 4,2 g
ruang dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. tris(hidroksimetil)amino metana P dan 0,2 g
Saring melalui penyaring kaca masir dengan dinatrium edetat P, masukkan ke dalam labu
porositas 2 µm. Buang filtrat pertama. Larutan tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan
mengandung setara dengan lebih kurang 1,2 mg air sampai tanda.
okskarbazepin per mL. Dapar B Timbang lebih kurang 18 g
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji tris(hidroksimetil)amino metana P dan 0,9 g
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang dinatrium edetat P, masukkan ke dalam labu
sesuai, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan
lebih kurang 0,5 mg per mL. air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Pengencer Buat campuran asetonitril P-larutan
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap asam askorbat 1,8 g per L (1:99).
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Larutan A Buat campuran Dapar A-
dan ukur semua respons puncak seperti tertera pada tetrahidrofuran P-asetonitril P (85:10:5). Saring
Prosedur: resolusi, R, antara puncak okskarbazepin dan awaudarakan.
dan karbamazepin tidak kurang dari 8,0. Lakukan Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar B
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam -tetrahidrofuran P (70:20:10). Saring dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama awaudarakan.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
10,0%. kromatografi.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku saksama sejumlah Senyawa Sejenis C
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Okskarbazepin BPFI dan Karbamazepin BPFI,
kromatogram dan ukur semua respons puncak. larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam kadar masing-masing berturut-turut 1 µg per mL
tablet dengan rumus: dan 12 µg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi
untuk melarutkan. [Catatan Suhu tangas air tidak
ri CS 1 lebih dari 23º.]
100 Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah
rS CU F Larutan kesesuaian sistem persediaan ke dalam
labu tentukur yang berisi Pengencer sejumlah 50%
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari volume labu. Diamkan larutan hingga suhu
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak ruang, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
okskarbazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar Larutan mengandung Senyawa Sejenis C
Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL Larutan Okskarbazepin BPFI; Karbamazepin BPFI dan
baku; CU adalah kadar okskarbazepin dalam mg per Okskarbazepin BPFI berturut-turut lebih kurang
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera 0,05 µg per mL; 0,6 µg per mL; dan 0,06 mg per
pada etiket; F adalah faktor respons relatif seperti mL.
tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan Larutan baku persediaan Timbang saksama
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera sejumlah Karbamazepin BPFI, larutkan dan
pada Tabel. encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
kurang 12 µg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi
Tabel untuk membantu kelarutan. [Catatan Suhu tangas
air tidak lebih dari 23º.]
Nama Waktu Faktor Batas Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
retensi respons (%) persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai
relatif relatif berisi Pengencer sejumlah 50% dari volume labu
Okskarbazepin 1,0 1,0 - dan asetonitril P sejumlah 20% dari volume labu.
Karbamazepin 1,6 1,5 0,5 Diamkan larutan hingga suhu ruang, encerkan
Dibenzazepinon 2,0 1,0 0,05 dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan
Metoksikarbamazepin 2,3 1,3 0,05 mengandung Karbamazepin BPFI 0,6 µg per mL.
Masing-masing produk - 1,0 0,10 Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
degradasi tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
Total cemaran - - 0,75 sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang
375 mg okskarbazepin, masukkan ke dalam labu
Prosedur 2 Lakukan penetapan dengan cara tentukur 250-mL, tambahkan 150 mL asetonitril P,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera sonikasi selama 15 menit, kocok selama 15 menit,
pada Kromatografi <931>. dan encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
Kocok dan diamkan selama 30 menit sampai
farmasiindustri.com
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari Baku pembanding Olanzapin BPFI; tidak boleh
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
ulang tidak lebih dari 2,0%. dan terlindung dari cahaya. Senyawa Sejenis A
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Olanzapin BPFI. Senyawa Sejenis B Olanzapin
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku BPFI.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Identifikasi
Hitung persentase okskarbazepin, C15H12N2O2 A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dalam tablet dengan rumus: didispersikan dalam kalium bromida P,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
rU CS gelombang yang sama seperti pada Olanzapin
100 BPFI.
rS CU B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 1,0%.
kadar Okskarbazepin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar okskarbazepin Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup pada Kromatografi <931>.
baik, pada suhu ruang terkendali. Dapar Larutkan 13 g natrium dodesil sulfat P
dalam 1500 mL air. Tambahkan 5 mL asam
Penandaan Cantumkan Uji Disolusi yang ortofosfat P, atur hingga pH 2,5 dengan larutan
digunakan jika tidak menggunakan Uji 1. natrium hidroksida P.
Cantumkan Prosedur Cemaran organik yang Larutan A Campuran asetonitril P–Dapar
digunakan, jika tidak menggunakan Prosedur 1. (48:52).
Larutan B Campuran asetonitril P–Dapar
(70:30).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Tambahan monografi dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
OLANZAPIN kromatografi.
Olanzapine Larutan dinatrium edetat Timbang sejumlah
dinatrium edetat P larutkan dalam Dapar hingga
kadar lebih kurang 37 mg per liter.
Pengencer Campuran asetonitril P-Larutan
dinatrium edetat (40:60).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Olanzapin BPFI, Senyawa Sejenis A
Olanzapin BPFI dan Senyawa Sejenis B Olanzapin
BPFI larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga diperoleh kadar berturut-turut lebih kurang
20; 2 dan 2 µg per mL.
10H-Tieno[2,3-b][1,5]benzodiazepin, 2-metil-4-(4- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
metil-1-piperazinil) [132539-06-1] Olanzapin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
C17H20N4S BM 312,43 Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Olanzapin mengandung tidak kurang dari 98,0% larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
dan tidak lebih dari 102,0% C17H20N4S, dihitung kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
terhadap zat anhidrat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
Pemerian Padatan hablur kuning. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut kolom pada 35° dan suhu autosampler 5°. Laju alir
dalam n-propanol; agak sukar larut dalam lebih kurang 1,5 mL per menit. Kromatograf
asetonitril; sukar larut dalam metanol dan dalam diprogram sebagai berikut:
etanol.
Waktu Larutan A Larutan B
farmasiindustri.com
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kromatogram dan ukur respons puncak utama. kurang 0,375 – 0,500 mg per mL. Sentrifus
Hitung persentase olanzapin (C17H20N4S) yang sebagian larutan, gunakan beningan. [Catatan
terlarut dengan rumus: Segera aduk untuk mencegah tablet melekat pada
dinding labu. Jangan lakukan sonikasi. Larutan
rU CS stabil selama 12 jam pada suhu ruang dan 48 jam
V 100 pada lemari pendingin].
rS L Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kolom pada 35°. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per
kadar Olanzapin BPFI dalam mg per ml Larutan menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
baku; L adalah jumlah olanzapin dalam mg per
tablet seperti yang tertera pada etiket; V adalah Waktu Larutan A Larutan B
volume Media disolusi, 900 mL. (menit) (%) (%)
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut 0 100 0
tidak kurang dari 80% (Q) C17H20N4S, dari jumlah 10 100 0
yang tertera pada etiket. 20 0 100
25 0 100
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 27 100 0
35 100 0
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
pada Kromatografi <931>. [Catatan Dapat sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
ditambahkan beberapa tetes asetonitril P tidak puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
lebih 5% dari volume akhir pada Larutan baku dan antara olanzapin dan senyawa sejenis C olanzapin
Larutan uji sebelum enceran akhir untuk tidak kurang dari 3,0; faktor ikutan untuk puncak
mengurangi pembentukan busa]. olanzapin tidak lebih dari 1,5. Lakukan
Dapar 1 Buat larutan asam ortofosfat P dengan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
kadar 3,3 mL per L, atur pH hingga 2,5 dengan kromatogram dan ukur respons puncak seperti
penambahan natrium hidroksida P 50%. tertera pada Prosedur: perbandingan ―signal to
Dapar 2 Buat larutan natrium dodesil sulfat P noise‖ tidak kurang dari 10. Lakukan kromatografi
8,7 g per L dalam Dapar 1. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Dapar 3 Buat larutan dinatrium edetat P 18,6 ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
mg per L dalam Dapar 2. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Larutan A Campuran asetonitril P–Dapar 2 tidak lebih dari 2,0%.
(12:13), saring dan awaudarakan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan B Campuran asetonitril P–Dapar 2 volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
(7:3), saring dan awaudarakan. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A kromatogram dan ukur semua respons puncak.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
kromatografi. tablet yang digunakan dengan rumus:
Pengencer Campuran asetonitril P - Dapar 3
(2:3). ( ) ( ) ( )
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Olanzapin BPFI, Senyawa Sejenis B
Olanzapin BPFI dan Senyawa Sejenis C Olanzapin ri adalah respons masing-masing cemaran dari
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Larutan uji; rS adalah respons puncak utama dari
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 20; 2 dan Larutan baku; CS adalah kadar Olanzapin BPFI
2 µg per mL. dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah zat dalam mg per mL Larutan uji; dan F adalah
Olanzapin BPFI, larutkan dan encerkan dengan faktor respons relatif. Masing-masing cemaran dan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,002 mg per total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
mL. pada Tabel.
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan
baku, encerkan dengan Pengencer hingga kadar Tabel
lebih kurang 0,4 µg per mL.
Larutan uji Timbang sejumlah tablet, masukkan Waktu Faktor
Batas
ke dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dan Cemaran Retensi Respons
(%)
Relatif Relatif
farmasiindustri.com
Olanzapin laktam 0,26 1,0 0,50 tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi
Senyawa sejenis B 0,30 2,3 0,50 relatif senyawa sejenis A olanzapin dan olanzapin
Olanzapin berturut-turut 0,89 dan 1,0].
Olanzapin tiolaktam 0,34 1,0 0,50 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Senyawa sejenis C 0,83 0,76 0,50 volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Olanzapin
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Olanzapin 1,0 - -
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Masing-masing - 1,0 0,20
produk degradasi Hitung persentase olanzapin, C17H20N4S, dalam
lainnya tablet dengan rumus:
Total Cemaran - - 1,5
rU CS
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rS CU
pada Kromatografi <931>. [Catatan Dapat
ditambahkan beberapa tetes asetonitril P tidak rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
lebih 5% dari volume akhir pada Larutan baku dan Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Larutan uji sebelum enceran akhir untuk Olanzapin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
mengurangi pembentukan busa]. adalah kadar olanzapin dalam mg per mL Larutan
Dapar 1 Buat larutan natrium fosfat monobasa P uji berdasarkan bobot yang tertera pada etiket.
6,9 gram per L, atur pH hingga 2,5 dengan
penambahan asam ortofosfat P. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Dapar 2 Buat larutan natrium dodesil sulfat P 12 rapat, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu
gram per L dalam Dapar 1. ruang terkendali.
Fase gerak Campuran asetonitril P – Dapar 2
(1:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Penandaan Jika tidak menggunakan Disolusi Uji
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti 1, cantumkan uji disolusi yang digunakan.
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Olanzapin BPFI dan Senyawa Sejenis A Olanzapin Tambahan monografi
BPFI, masukkan ke dalam satu labu tentukur yang OMEPRAZOL NATRIUM
sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
Omeprazole Sodium
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 dan
0,01 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Olanzapin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
mL.
Larutan uji Timbang sejumlah tablet tidak
5-metoksi-2[[(4-metoksi-3,5-dimetil-2-
kurang dari 5 tablet setara dengan tidak kurang dari
piridinil)metil]sulfinil]-1H-benzimidazol
25 mg olanzapin, masukkan ke dalam labu tentukur
monohidrat natrium [95510-7-6]
yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda, campur dan sonikasi selama 10 C17H18N3NaO3SH2O BM 385,41
menit. Sentrifus sebagian larutan, gunakan dan
encerkan beningan dengan Fase gerak hingga Omeprazol Natrium mengandung tidak kurang dari
kadar olanzapin lebih kurang 0,1 mg per mL. 98,5% C17H18N3NaO3S, dihitung terhadap zat
[Catatan Aduk sebelum sonikasi untuk mencegah anhidrat dan bebas pelarut.
tablet melekat pada dinding labu].
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan putih; tidak berbau, bersifat higroskopis.
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang Kelarutan Mudah larut dalam air, agak sukar larut
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap dalam metanol dan dalam etanol, sukar larut dalam
Larutan kesesuaian sistem rekam kromatogram dan diklorometan.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak olanzapin dan senyawa Baku pembanding Omeprazol Natrium BPFI;
sejenis A olanzapin tidak kurang dari 2,0. Lakukan Senyawa Sejenis I Omeprazol BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti Identifikasi
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg
1,8; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang per mL dalam natrium hidroksida 0,1 N
farmasiindustri.com
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang kolom pada 35selama 10 menitdan naikan suhu
antara 276 nm dan 305 nm. Perbandingan serapan hingga 200 dengan kenaikan 40per menit,
pada 305 nm terhadap 276 nm antara 1,6 dan 1,8. pertahankan suhu ini selama 3 menit. Suhu injektor
B. Spektrum serapan inframerah zat yang dan detektor masing-masing pada 200 dan 260.
didispersikan dalam kalium bromida P, Pertahankan suhu vial ‖headspace‖ pada 60
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan selama 30 menit. Gunakan nitrogen P sebagai gas
gelombang yang sama seperti pada Omeprazol pembawa dengan laju alir 2,0 mL per menit.
Natrium BPFI. Lakukan kromatografi terhadap gas yang terbentuk
C. Menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti dari Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara masing-masing pasangan
pH <1071> Antara 10,3 dan 11,3. Lakukan puncak utama yang berdekatan tidak kurang dari
penetapan menggunakan 0,2 g zat dalam 10 mL air. 1,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kejernihan larutan <881> Larutan jernih, jika volume sama gas yang terbentuk dari Larutan uji
terbentuk opalesen tidak lebih dari Suspensi dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
padanan 1. Lakukan penetapan menggunakan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
larutan yang dibuat dengan melarutkan 0,2 g zat Hitung persentase metanol, etanol, etil asetat,
dalam 10 ml air. aseton dan diklorometan dalam zat yang
digunakan. Masing-masing sisa pelarut tidak lebih
Warna dan akromisitas <1291> Metode II dari batas yang tertera pada Tabel.
Warna Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan
padanan. Tabel
Larutan uji Larutkan 0,2 g zat dalam 10 mL air.
Larutan padanan induk Campur 4,0 mL kalium Sisa pelarut Batas
(%)
dikromat LK; 23,3 mL tembaga(II) sulfat LK dan
Metanol 0,3
72,7 mL air. Etanol 0,5
Larutan padanan Campur 0,5 mL Larutan Etil asetat 0,5
padanan induk dengan 9,5 mL air. Aseton 0,5
Diklorometan 0,06
Air <1031> Metode Ia Antara 4,5% dan 10,0%.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
Prosedur Larutkan sejumlah zat uji ke dalam 5 Lakukan pengujian dalam kondisi terlindung
mL natrium hidroksida P dan 20 mL air. cahaya.]
Tambahkan 5 tetes natrium sulfida LP, campur: Dapar Buat larutan dinatrium hidrogen fosfat
warna yang dihasilkan tidak lebih intensif dari 0,01 N, atur pH hingga 7,6 dengan penambahan
larutan baku. asam ortofosfat P.
Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P
Sisa pelarut Lakukan Kromatografi gas seperti (75:25), saring dan awaudarakan. Jika perlu
tertera pada Kromatografi <931>. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Larutan baku persediaan Pipet sejumlah metanol seperti tertera pada Kromatografi <931>.
P, etanol P, etil asetat P, aseton P dan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
diklorometan P, masing-masing encerkan dengan larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
N,N-dimetilformamida P hingga kadar berturut- kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
turut 120 µg, 200 µg, 200 µg, 200 µg dan 24 µg per Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji,
mL. masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL,
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
persediaan masukan ke dalam vial ―headspace‖, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tutup rapat. masing-masing sejumlah Omeprazol Natrium BPFI
Larutan uji Timbang saksama 0,2 g zat dan Senyawa Sejenis I Omeprazole BPFI,
masukkan ke dalam vial ―headspace‖, tambahkan masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
5,0 mL N,N-dimetilformamida, tutup rapat. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Sistem kromatografi Kromatograf gas kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
dilengkapi injektor ―headspace‖, detektor ionisasi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
nyala dan kolom kapiler , berisi bahan pengisi 6% tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm, kolom
sianida fenil-94% dimetilpolisiloksan, (atau dengan dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan pengisi
polaritas yang sama sebagai fase diam). Atur suhu L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
farmasiindustri.com
kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap gelombang maksimum 305 nm terhadap 276 nm
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, antara 1,6 dan 1,8.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada C. Menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti
Prosedur: resolusi, R, antara puncak omeprazol dan tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
senyawa sejenis I omeprazol tidak kurang dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kejernihan larutan <881> Larutan jernih atau
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan tidak lebih opalesen dari Suspensi padanan I.
pembanding dan Larutan uji ke dalam Lakukan penetapan menggunakan 5 isi wadah
kromatograf, rekam kromatogram selama 3,5 kali sediaan, tambahkan sejumlah volume air hingga
waktu retensi puncak utama dan ukur semua diperoleh kadar omeprazol lebih kurang 4,0 mg per
respons puncak. Respons puncak masing-masing mL.
cemaran dari Larutan uji tidak lebih dari 0,2 kali
respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%) Warna dan akromisitas <1291> Serapan Larutan
dan total cemaran tidak lebih besar dari respons uji pada panjang gelombang 440 nm tidak lebih
puncak utama Larutan pembanding (0,5%) dari 0,1. Gunakan Larutan uji seperti pada
Kejernihan larutan.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
0,3 g zat, larutkan dalam 50 mL air . Titrasi dengan pH <1071> Antara 10,1 dan 11,1. Lakukan
asam hidroklorida 0,1 N LV, tetapkan titik akhir penetapan menggunakan larutan yang diperoleh
secara potensiometri. Lakukan penetapan blangko. dari Kejernihan larutan.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan asam hidroklorida 2 N atau natrium hidroksida 2
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang N.
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Dapar fosfat pH 11,0 Timbang lebih kurang 0,34
Lakukan pengujian segera dalam kondisi g natrium fosfat dodekahidrat P dan 0,627 g
terlindung cahaya setelah Larutan baku dan dinatrium hidrogen fosfat dodekahidrat P,
Larutan uji disiapkan]. masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
Dapar Timbang lebih kurang 0,34 g natrium larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
fosfat dodekahidrat P dan 0,627 g dinatrium Atur pH hingga 11,0 ± 0,2 dengan penambahan
hidrogen fosfat dodekahidrat P, masukkan ke asam hidroklorida 2 N atau natrium hidroksida 2
dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dan N.
encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH hingga Larutan tetrabutilamonium hidrogen sulfat
11,0 ± 0,2. dengan penambahan asam klorida 2 N Timbang lebih kurang 6,78 g tetrabutilamonium
atau natrium hidroksida 2 N. hidrogen sulfat P dan 0,8 g natrium hidroksida P,
Pengencer Ukur sejumlah volume lebih kurang masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
200 mL asetonitril P, masukkan ke dalam labu larutkan dan encerkan dengan Dapar Fosfat pH 7,4
tentukur 1000-mL, encerkan dengan Dapar sampai sampai tanda.
tanda. Fase gerak Campuran Dapar Fosfat pH 7,4-
Larutan uji, Fase gerak dan Sistem kromatografi asetonitril P-Larutan tetrabutilamonium hidrogen
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. sulfat (69:26:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji, lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, seperti tertera pada Kromatografi <931>.
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pengencer Pipet 200 mL asetonitril P, masukkan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 6 ke dalam labu tentukur 1000-mL, encerkan dengan
mg Senyawa sejenis I omeprazole BPFI, masukkan Dapar Fosfat pH 11,0 sampai tanda.
ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 5 mL Larutan baku Timbang saksama sejumlah
asetonitril P untuk melarutkan, encerkan dengan Omeprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer sampai tanda dan campur. Pipet 1 mL Pengencer hingga kadar omeprazol lebih kurang
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, 0,1 mg per mL.
encerkan dengan Pengencer sampai tanda, campur Larutan uji Larutkan masing-masing isi 5 wadah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dengan sejumlah volume Pengencer, masukkan ke
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 dan kolom dalam labu tentukur 200-mL, campur. Encerkan
dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan pengisi dengan Pengencer sampai tanda, campur. Pipet
L1. Atur laju alir hingga memenuhi syarat sejumlah volume larutan, ke dalam labu tentukur
kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap yang sesuai, encerkan dengan Pengencer hingga
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur kadar omeprazol lebih kurang 0,1 mg per mL.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan kesesuaian sistem Timbang masing-
resolusi, R, antara puncak omeprazol dan senyawa masing sejumlah Omeprazol BPFI dan Senyawa
sejenis I omeprazol tidak kurang dari 3,0. sejenis I omeprazole BPFI, masukkan ke dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dengan Fase gerak. hingga kadar masing-masing
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 0,1 mg per mL.
kromatogram selama 3,5 kali waktu retensi puncak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
utama dan ukur semua respons puncak. Senyawa tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
sejenis I dari Larutan uji tidak lebih 1,0% masing- kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan
masing cemaran lain tidak lebih dari respons pengisi L1. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
puncak utama Larutan pembanding (1,0%); total kesesuaian sistem. Lakukan kromatografi terhadap
cemaran tidak lebih dari 1,5 kali respons puncak Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram,
utama Larutan pembanding (1,5%). dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: resolusi, R, antara puncak omeprazol dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara senyawa sejenis I omeprazol tidak kurang dari 3,0.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
pengujian dalam kondisi terlindung cahaya]. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Dapar fosfat pH 7,4 Timbang lebih kurang 0,166 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
g natrium fosfat monobasa monohidrat P dan 1,074 2,0%.
g dinatrium hidrogen fosfat dodekahidrat P, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Atur pH hingga 7,4 ± 0,1 dengan penambahan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
farmasiindustri.com
Hitung persentase omeprazol, C10H19N3S dalam menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dalam sediaan dengan rumus: gelombang yang sama seperti pada Oseltamivir
Fosfat BPFI.
rU CS B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
100 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
rS CU yang diperoleh pada Penetapan kadar.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Omeprazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Rotasi jenis <1081> Antara -30,7º dan -32,6º,
CU adalah kadar omeprazol dalam mg per mL lakukan penetapan menggunakan larutan 10 mg per
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada mL dalam air.
etiket.
Cemaran organik
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Prosedur 1 Lakukan penetapan secara
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada tempat Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
sejuk. pada Kromatografi <931>.
Dapar, Fase gerak, Pengencer, Larutan baku,
Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti pada Penetapan kadar.
Tambahan monografi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku
OSELTAMIVIR FOSFAT dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Oseltamivir Phosphate kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat
dengan rumus:
( ) ( ) ( )
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem CU adalah kadar oseltamivir fosfat dalam mg per
seperti tertera pada Kromatografi <931>. mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan A persediaan Timbang saksama
sejumlah Senyawa sejenis A Oseltamivir BPFI, Prosedur 3
larutkan dalam etanol P menggunakan 5% total Tributil fosfin Oksida Tidak lebih dari 0,1%;
volume larutan. Encerkan dengan air hingga kadar Lakukan penetapan secara Kromatografi gas
lebih kurang 50 µg per mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Pipet sejumlah Larutan A persediaan, Pereaksi penderivat Gunakan penderivat
encerkan dengan air hingga kadar 1 µg per mL. trimetilsilil yang sesuai [Catatan dapat digunakan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah reagen Tri-Sil1].
Oseltamivir Fosfat BPFI, larutkan dan encerkan Blangko Pipet 1 mL Pereaksi penderivat ke
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 10 mg dalam vial. Tutup vial, goyang dan panaskan pada
per mL. suhu 60° selama 20 menit. Sentrifus hingga
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, terbentuk endapan garam piridin dan gunakan
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar beningan.
lebih kurang 10 mg per mL. Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja sejumlah Tributil Fosfin Oksida BPFI, larutkan dan
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 210 nm, encerkan dengan piridin P hingga kadar lebih
spektrometer massa dan kolom berukuran 3,0 mm x kurang 21 mg per mL.
5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per sejumlah Oseltamivir Fosfat BPFI, masukkan ke
menit, pertahankan suhu kolom pada 40°. Gunakan dalam vial, larutkan dan encerkan dengan Pereaksi
ionisasi electrospray (+), dan pilihan pengendalian penderivat hingga kadar lebih kurang 21 mg per
ion (Selected Ion Monitoring) dengan m/z = 356,2 mL. Tutup vial, campur dan panaskan pada suhu
(senyawa sejenis A oseltamivir terprotonasi). Atur 60° selama 20 menit. Sentrifus hingga terbentuk
dwell time, voltase fragmentasi, suhu gas endapan garam piridin dan gunakan beningan.
pengering, aliran gas pengering, tekanan nebulizer Larutan baku Pipet berturut-turut sejumlah
dan voltase kapiler yang sesuai untuk mendapatkan Larutan baku persediaan 1 dan Larutan baku
respons yang optimal. [Catatan Dapat digunakan persediaan 2 encerkan dengan piridin P hingga
splitter aliran setelah kolom dengan perbandingan kadar masing-masing lebih kurang 21 µg per mL.
split lebih kurang 3:1] Lakukan kromatografi Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 15
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan mg zat masukkan ke dalam vial. Tambahkan 1,0
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: mL Pereaksi penderivat. Tutup vial, campur dan
waktu retensi relatif senyawa sejenis A oseltamivir panaskan pada suhu 60° selama 20 menit. Sentrifus
dibandingkan dengan oseltamivir lebih kurang 2,6; hingga terbentuk endapan garam piridin dan
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A gunakan beningan.
oseltamivir (deteksi dengan MD-SIM) dan Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
oseltamivir (deteksi dengan UV) sebagai baseline. dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler
[Catatan Resolusi dua senyawa harus dapat 0,32 mm x 30 m berisi fase diam G1 setebal 0,25
meminimalisir noise pada background dan efek µm. Pertahankan suhu injektor dan detektor
supresi ion untuk sisa senyawa sejenis A masing-masing pada 260º. Perbandingan split 1:50.
oseltamivir oleh matriks oseltamivir] dan Atur suhu kolom seperti di bawah ini:
simpangan baku relatif puncak senyawa sejenis A
oseltamivir pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Suhu Kenaikan Suhu akhir waktu
15,0%. awal suhu (°) ditahan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (°) (°/menit) pada suhu
volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan akhir
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam (menit)
kromatogram dan ukur semua respons puncak. 180 0 180 2
Hitung persentase senyawa sejenis A oseltamivir 180 8 250 10
dalam zat dengan rumus:
Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan
( ) ( ) laju alir lebih kurang 64 mL per menit. Kecepatan
linear lebih kurang 27 cm per detik. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kromatogram dan ukur respons puncak seperti
senyawa sejenis A oseltamivir pada Larutan uji dan tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif tributil
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A
Oseltamivir BPFI dalam mg per mL Larutan baku; 1
reagen Tri-Sil (product number: 48999 0049001)
farmasiindustri.com
Hitung persentase pantoprazol natrium, menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
C16H14F2N3NaO4S, dalam zat dengan rumus: Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
rU C S sejumlah 20 mg Pantoprazol Natrium BPFI,
100 masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Tambah
rS CU 30 mL natrium hidroksida 0,02 N, sonikasi sampai
melarut. Tambah 2 mL asetonitril P, encerkan
ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak dari dengan natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda.
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU adalah Larutan baku Pipet 1,0 mL Larutan baku
kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per persediaan ke dalam labu tentukur 20-mL,
mL Larutan baku dan Larutan uji. encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penyaring dengan porositas 0,45 µm. Encerkan
baik, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu segera dengan natrium hidroksida 0,5 N dengan
ruang. faktor pengenceran dua. Pindahkan tablet ke dalam
labu disolusi yang berisi Media tahap dapar.
Penandaan Cantumkan uji cemaran organik yang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
digunakan jika tidak menggunakan Uji 1. tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
kolom 4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 3 μm. Pertahankan suhu
kolom pada 30o. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Tambahan monografi menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons
TABLET LEPAS TUNDA
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
PANTOPRAZOL NATRIUM baku relatif tidak lebih dari 2,0% dan faktor ikutan
Pantoprazole Sodium Delayed-Release tidak lebih dari 2,5.
Tablets Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Tablet lepas tunda Pantoprazol Natrium dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mengandung pantoprazol natrium setara dengan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
pantoprazol, C16H15F2N3O4S tidak kurang dari persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang
90,0% dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah terlarut dengan rumus:
yang tertera pada etiket.
segera dengan natrium hidroksida 0,5 N dengan Media tahap dapar : 1000 mL dapar fosfat pH
faktor pengenceran dua. 6,8.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut Alat tipe 2 : 100 rpm.
tidak kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari Waktu : 45 menit.
jumlah yang tertera pada etiket. Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
terlarut dengan cara Spektrofotometri seperti tertera
UJI 2 pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya
TAHAP ASAM <1191>.
Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida Larutan baku tahap dapar Encerkan sejumlah
0,1 N. volume Larutan baku persediaan seperti tertera
Alat tipe 2 : 100 rpm. pada Tahap asam dengan 250 mL Media tahap
Waktu: 120 menit. dapar hingga kadar lebih kurang 100% dari yang
Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang tertera pada etiket per L.
terlarut dengan cara Spektrofotometri seperti tertera Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya penyaring yang sesuai dengan porositas 10 µm.
<1191>. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Larutan baku persediaan Timbang saksama pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan
sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI ke dalam labu mengukur serapan Larutan uji pada panjang
tentukur yang sesuai. Larutkan dalam natrium gelombang serapan maksimum lebih kurang 288
hidroksida 0,1 N sampai 10% volume akhir labu, nm dibandingkan terhadap serapan Larutan baku
encerkan dengan dapar fosfat pH 6,8 sampai tanda. tahap dapar dalam sel 0,5-cm, menggunakan
Larutan ini mengandung pantoprazol natrium lebih Media tahap dapar sebagai blangko.
kurang 0,46 mg per mL. Kocok sampai jernih. Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
Larutan baku tahap asam Encerkan sejumlah yang terlarut dengan rumus:
volume Larutan baku persediaan dengan Media
tahap asam hingga 1000 mL. Kadar akhir larutan
lebih kurang 10% dari jumlah yang tertera pada ( ) ( ) ( ) 𝑉
𝐿
etiket dalam mg per L.
Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan
penyaring yang sesuai dengan porositas 10 µm. uji; dan Larutan baku tahap dapar; CS adalah kadar
Pindahkan tablet ke dalam labu disolusi yang berisi Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL
Media tahap dapar. Larutan baku; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah
Prosedur Lakukan penetapan jumlah bobot molekul pantoprazol (383,37) dan
pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume
mengukur serapan Larutan uji pada panjang Media disolusi, 1000 mL dan L adalah kadar dalam
gelombang serapan maksimum lebih kurang 305 mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada
nm dibandingkan terhadap serapan Larutan baku etiket.
tahap asam dalam sel 4-cm, menggunakan Media Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
tahap asam sebagai blangko. Hitung persentase tidak kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
pantoprazol, C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan jumlah yang tertera pada etiket.
rumus:
UJI 3
TAHAP ASAM
( ) ( ) ( ) 𝑉
𝐿 Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida
0,1 N.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan Alat tipe 2 : 100 rpm.
uji; dan Larutan baku tahap asam; CS adalah kadar Waktu: 120 menit.
Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
Larutan baku; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
bobot molekul pantoprazol (383,37) dan tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume Larutan amonia Pipet sejumlah 40 mL amonium
Media disolusi, 1000 mL dan L adalah kadar dalam hidroksida P ke dalam labu tentukur 100-mL,
mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada encerkan dengan air sampai tanda.
etiket. Dapar Timbang 1,5 g amonium asetat P,
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL.
tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari Larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
jumlah yang tertera pada etiket. Atur pH hingga 7,0±0,1 dengan penambahan
Larutan amonia.
TAHAP DAPAR Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (3:2).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
farmasiindustri.com
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
tertera pada Kromatografi <931>. terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pantoprazol Natrium BPFI ke dalam labu tentukur Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
yang sesuai, tambahkan metanol P sampai 10% baku pada TAHAP ASAM, encerkan dengan Media
volume akhir labu, sonikasi, encerkan dengan Fase tahap dapar hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per
gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung mL.
pantoprazol natrium lebih kurang 0,4 mg per mL. Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu
Larutan uji Setelah 2 jam dalam Media tahap disolusi berisi Media tahap asam, lakukan seperti
asam, dekantasi media dari labu disolusi, keluarkan pada TAHAP ASAM. Setelah 2 jam dalam Media
tablet dari labu disolusi dan keringkan dengan tahap asam, dekantasi media dari labu disolusi,
kertas tisu. Masukkan tablet ke dalam labu tentukur tambahkan Media tahap dapar dan lakukan uji.
yang sesuai, tambahkan metanol P sampai 20% Setelah 45 menit, pipet 10 mL alikot, saring
volume labu, sonikasi selama 20 menit. Encerkan melalui penyaring dengan porositas 0,45 µm.
dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan ini Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
mengandung pantoprazol natrium lebih kurang 0,4 TAHAP ASAM.
mg per mL. Kocok, sentrifus dan gunakan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
beningan. volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu yang terlarut dengan rumus:
kolom pada suhu ruang dan suhu autosampler pada
4°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
( ) ( ) ( ) 𝑉
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, 𝐿
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kurang dari 7500 lempeng teoritis; faktor ikutan dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per mL
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bobot molekul pantoprazol (383,37) dan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku pantoprazol natrium (405,35); V adalah volume
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Media disolusi, 1000 mL dan L adalah kadar dalam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, etiket.
yang terlarut dengan rumus: Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
tidak kurang dari 75% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
jumlah yang tertera pada etiket.
[( ) ( ) 𝐷 ( ) ]
𝐿
UJI 4
A adalah persentase pantoprazol yang diperoleh TAHAP ASAM
pada Penetapan kadar; rU dan rS berturut-turut Media tahap asam : 1000 mL asam hidroklorida
adalah respons puncak dalam Larutan uji dan 0,1 N.
Larutan baku; CS adalah kadar Pantoprazol Alat tipe 2 : 100 rpm. [Catatan Jika perlu gunakan
Natrium BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Mr1 singker].
dan Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul Waktu: 120 menit.
pantoprazol (383,37) dan pantoprazol natrium Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
(405,35); DU adalah faktor pengenceran Larutan uji terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
dan L adalah kadar dalam mg per tablet sesuai tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dengan yang tertera pada etiket. Pengencer Campuran air-asetonitril P (7:3).
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut Dapar Timbang 771 mg amonium asetat P,
tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga
jumlah yang tertera pada etiket. 8,5±0,1 dengan penambahan asam asetat P atau
amonium hidroksida P.
TAHAP DAPAR Larutan A Campuran Dapar-asetonitril P (7:3).
Media tahap dapar : 1000 mL dapar fosfat pH Saring dan awaudarakan.
6,8. Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan
Alat tipe 2 : 100 rpm. awaudarakan.
Waktu : 45 menit. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
farmasiindustri.com
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian A adalah persentase pantoprazol yang diperoleh
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada pada Penetapan kadar; rU dan rS berturut-turut
Kromatografi <931>. adalah respons puncak dalam Larutan uji dan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan baku; CS adalah kadar Pantoprazol
sejumlah Senyawa Sejenis A Pantoprazol BPFI, Natrium BPFI dalam mg per mL Larutan baku
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga tahap asam; Mr1 dan Mr2 berturut-turut adalah
kadar lebih kurang 6,8 µg per mL. Pipet 10 mL bobot molekul pantoprazol (383,37) dan
larutan, ke dalam labu tentukur 100-mL, pantoprazol natrium (405,35); DU adalah faktor
tambahkan 23 mg Pantoprazol Natrium BPFI dan pengenceran Larutan uji dan L adalah kadar dalam
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. mg per tablet sesuai dengan yang tertera pada
Larutan baku tahap asam Timbang saksama etiket.
sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI larutkan Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,23 tidak lebih dari 10% (Q), C16H15F2N3O4S, dari
mg per mL. jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji Setelah 2 jam dalam Media tahap
asam, pindahkan tablet dari labu disolusi dan TAHAP DAPAR
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Dapar fosfat Timbang 76,0 gram natrium fosfat
tambahkan Pengencer sampai 50% volume labu, dodekahidrat tribasa P, larutkan dalam 1000 mL
sonikasi selama 20 menit (tidak lebih dari 60 air. Ambil 250 mL larutan ini, tambahkan ke dalam
menit). Putar labu setiap beberapa menit. Encerkan 750 mL Media tahap asam, atur pH hingga
dengan Pengencer sampai tanda. Larutan ini 6,80±0,05 dengan penambahan asam hidroklorida
mengandung pantoprazol lebih kurang 0,2 mg per P atau natrium hidroksida P.
mL. Media tahap dapar 1000 mL Dapar fosfat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Alat tipe 2 : 100 rpm. [Catatan Jika perlu
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan gunakan singker].
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Waktu: 45 menit.
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu Lakukan penetapan jumlah C16H15F2N3O4S yang
kolom pada 30° dan suhu autosampler pada 4°. terlarut dengan cara Spektrofotometri seperti tertera
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya
Kromatograf diprogram sebagai berikut: <1191>.
Larutan baku tahap dapar Timbang saksama
Waktu Larutan A Larutan B sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, larutkan dan
(menit) (%) (%) encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih
0 100 0 kurang 1,6 mg per mL. Larutan stabil selama 5 hari
6 100 0 pada suhu ruang dan 7 hari di lemari pendingin.
17 27 73 Encerkan larutan dengan Media tahap dapar
18 100 0 hingga kadar (L/1000) mg per mL. L adalah jumlah
22 100 0 dalam mg per tablet sesuai dengan yang tertera
pada etiket.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons disolusi yang berisi Media tahap asam, lakukan
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, seperti pada TAHAP ASAM. Setelah 2 jam,
antara senyawa sejenis A pantoprazol dan pindahkan Media tahap asam, tambahkan Media
pantoprazol tidak kurang dari 1,5. Lakukan tahap dapar dan lakukan uji. Setelah 45 menit,
kromatografi terhadap Larutan baku tahap asam, pipet lebih kurang 10 mL alikot. Saring melalui
rekam kromatogram dan ukur respons puncak penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari C16H15F2N3O4S yang terlarut dengan mengukur
2,0%. serapan Larutan uji pada panjang gelombang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah serapan maksimum lebih kurang 289 nm dalam sel
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku 1-cm, menggunakan Media tahap dapar sebagai
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam blangko. Hitung persentase pantoprazol,
kromatogram dan ukur respons puncak utama. C16H15F2N3O4S, yang terlarut dengan rumus:
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
yang terlarut berdasarkan kadar dengan rumus:
( ) ( ) ( ) 𝑉
𝐿
[( ) ( ) 𝐷 ( ) ]
𝐿 AU dan AS adalah serapan Larutan uji dan Larutan
baku tahap dapar; CS adalah kadar Pantoprazol
Natrium BPFI dalam Larutan baku tahap dapar
farmasiindustri.com
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
tertera pada Kromatografi <931>. pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan A Timbang 3,85 g amonium asetat P
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada dan 1,1 g tetrabutilamonium hidrogen sulfat P
Penetapan kadar. larutkan dalam 1000 mL air, atur pH hingga 7,9
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku yang dengan penambahan larutan amonium hidroksida
tertera pada Penetapan kadar, encerkan dengan P (1:1).
natrium hidroksida 0,02 N hingga kadar lebih Pengencer Campuran asetonitril P-natrium
kurang 0,4 µg per mL. hidroksida 0,02 N (1:1).
Sistem kromatografi Lakukan seperti pada Fase gerak Campuran Larutan A-asetonitril P
Penetapan kadar Lakukan kromatografi terhadap (65:35). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
dan ukur respons puncak seperti tertera pada seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur: [Catatan Waktu retensi relatif masing- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
masing senyawa tertera dalam Tabel 3]. Resolusi, Pantoprazol Natrium BPFI, masukkan ke dalam
R, antara senyawa sejenis A pantoprazol dan labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan natrium
pantoprazol tidak kurang dari 3; faktor ikutan hidroksida 0,02 N sampai 60% volume akhir labu.
untuk pantoprazol tidak lebih dari 2,0. Lakukan Sonikasi selama 5 menit hingga larut, tambahkan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam lebih kurang 2% asetonitril P, encerkan dengan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda. Larutan
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada ini mengandung pantoprazol natrium lebih kurang
penyuntikkan ulang tidak lebih dari 10,0%. 0,2 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku sejumlah Pantoprazol Natrium BPFI, Senyawa
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Sejenis A Pantoprazol BPFI dan Senyawa Sejenis
kromatogram tidak kurang dari tiga kali waktu B Pantoprazol BPFI, larutkan dan encerkan
retensi puncak pantoprazol dan ukur semua respons dengan natrium hidroksida 0,02 N hingga kadar
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran berturut-turut lebih kurang 0,2 mg per mL; 0,4 µg
dalam zat dengan rumus: per mL dan 0,4 µg per mL.
Larutan uji Masukkan 5 tablet ke dalam labu
( ) ( ) ( ) tentukur yang sesuai. [Catatan Gunakan labu
tentukur 50-mL untuk tablet mengandung
pantoprazol 20 mg atau gunakan labu tentukur
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran 100-mL untuk tablet mengandung pantoprazol 40
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak mg]. Tambahkan Pengencer sampai 60% volume
pantoprazol natrium dari Larutan baku; CS adalah akhir labu, kocok secara mekanik selama 60 menit
kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam mg per dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
mL Larutan baku; CU adalah kadar pantoprazol Saring melalui penyaring yang sesuai, encerkan
dalam mg per mL Larutan uji; Mr1 dan Mr2 filtrat dengan natrium hidroksida 0,02 N hingga
berturut-turut adalah bobot molekul pantoprazol kadar pantoprazol lebih kurang 0,2 mg per mL.
(383,37) dan pantoprazol natrium (405,35). Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm dan
lebih dari yang tertera pada Tabel 3. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih
Tabel 3 kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Nama Waktu retensi Batas kromatogram dan ukur respons puncak seperti
farmasiindustri.com
tertera pada Prosedur: Resolusi, R, antara senyawa A. Larutkan sejumlah serbuk injeksi setara 10
sejenis A pantoprazol dan pantoprazol tidak mg pantoprazol dalam 20 mL air. Pada 2 mL
kurang dari 3; faktor ikutan untuk pantoprazol larutan tambahkan 5 tetes asam hidroklorida encer
tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi LP, kemudian tambahkan 1 mL asam silikotungstat
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan LP tetes demi tetes: terbentuk endapan putih dadih.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
tidak lebih dari 2,0%. Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah C. Larutan dari Identifikasi A menunjukkan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku reaksi Natrium seperti tertera pada Uji Identifikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Umum <291>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S, pH <1071> Antara 9,5 dan 11,0; lakukan
dalam tablet dengan rumus: penetapan menggunakan larutan 4 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sediaan Larutan baku Timbang sejumlah Pantoprazole
setara 8 mg pantoprazol, masukkan dalam labu Natrium BPFI, larutkan dan encerkan dengan
tentukur 10-mL, larutkan dalam 1 mL larutan Pengencer hingga kadar pantoprazol lebih kurang
hidrogen peroksida P 0,3%, encerkan dengan 40 µg per mL.
Pengencer sampai tanda. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 289 nm dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 289 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 Atur laju alir sehingga memenuhi syarat kesesuaian
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu sistem. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kolom pada 40⁰. Atur laju alir sehingga memenuhi baku, rekam kromatogram dan ukur respons
syarat kesesuaian sistem. Kromatograf diprogram puncak seperti yang tertera pada Prosedur: efisiensi
sebagai berikut: kolom tidak kurang dari 2500 lempeng teoritis dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Waktu Larutan A Larutan B tidak lebih dari 2,0%.
(menit) (%) (%) Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
0 90 10 volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku
30 60 40 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
45 15 85 kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase pantoprazol, C16H15F2N3O4S,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian dalam larutan terkonstitusi dengan rumus:
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
relatif senyawa hasil degradasi oksidasi lebih ( ) ( )
kurang 0,9; resolusi, R, antara puncak pantoprazol
natrium dan senyawa hasil degradasi oksidasi tidak
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kurang dari 2,0; simpangan baku relatif pada
pantoprazol dari Larutan uji dan Larutan baku;
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
CS adalah kadar Pantoprazol Natrium BPFI dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
pantoprazol dalam µg per mL Larutan uji
pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; Mr1
rekam kromatogram, ukur semua respons puncak:
dan Mr2 berturut-turut adalah bobot molekul
respons puncak masing-masing cemaran pada
pantoprazol (383,37) dan pantoprazol natrium
kromatogram Larutan uji tidak lebih dari 0,5 kali
(405,350).
respons puncak utama kromatogram Larutan
pembanding (0,5%) dan total cemaran pada
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam Wadah
kromatogram Larutan uji tidak lebih dari respons
untuk padatan steril seperti tertera pada Injeksi.
puncak utama kromatogram Larutan pembanding
Simpan dalam tempat dingin, terlindung cahaya.
(1,0%); Abaikan respons puncak kurang dari 0,05
kali respons puncak Larutan pembanding .
di atas tangas uap hingga meleleh. Angkat gelas lapisan bagian bawah ke dalam labu tentukur 200-
dari tangas uap, dinginkan sambil sesekali diaduk, mL, ekstraksi lapisan n-heksana yang tersisa dalam
saring: filtrat memenuhi uji Identifikasi secara corong pisah 3 kali, tiap kali dengan 30 mL air,
Kromatografi Lapis Tipis <281>, gunakan fase kumpulkan lapisan bagian bawah ke dalam labu
gerak campuran diklorometana P-metanol P (4:1). tentukur 200-mL yang sama. Encerkan kumpulan
ekstrak dalam labu tentukur dengan air sampai
4-Aminofenol <310> Memenuhi syarat. tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Fase gerak, Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
Larutan kesesuaian sistem, Sistem kromatografi, persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
Prosedur, dan Kriteria keberterimaan Lakukan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
seperti tertera pada Uji Batas 4-Aminofenol dalam kurang 0,01 mg per mL. Saring larutan melalui
Sediaan mengandung Parasetamol <310> penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih
Dapar Timbang saksama sejumlah natrium sitrat halus, buang 10 mL filtrat pertama. Gunakan
dihidrat P dan asam sitrat anhidrat P, larutkan dan larutan jernih sebagai Larutan uji.
encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
lebih kurang 4,0 g per L dan 1,5 g per L. tinggi dilengkapi dengan detektor 243 nm dan
Pengencer Campuran Dapar - asetonitril P kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
(9:1). Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
Larutan baku persediaan Timbang saksama kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sejumlah 4-Aminofenol BPFI, larutkan dan kromatogram dan ukur respons puncak seperti
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari
kurang 25 µg per mL. 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Larutan baku Pipet 20,0 mL Larutan uji ulang tidak lebih dari 2,0%.
persediaan dan 15,0 mL Larutan baku persediaan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Pengencer sampai tanda. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur
Larutan uji persediaan Masukkan sejumlah respons puncak utama. Hitung persentase
supositoria ke dalam labu tentukur yang sesuai. parasetamol, C8H9NO2, dalam supositoria dengan
Tambahkan Pengencer hingga lebih kurang rumus:
setengah tabung, sonikasi selama 1 jam dengan
sering dikocok. Dinginkan dan encerkan dengan
Pengencer sampai tanda. Kadar larutan lebih ( )( )
kurang 12-13 mg per mL.
Larutan uji Pipet 20,0 mL Larutan uji rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
persediaan ke dalam labu tentukur 50-mL, Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Kadar Parasetamol BPFI dalam mg per mL Larutan
larutan lebih kurang 4,8-5,2 mg per mL. baku; CU adalah kadar parasetamol dalam mg per
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang tertera
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Fase gerak Campuran air-metanol P (3:1), rapat. Simpan pada suhu ruang terkendali atau di
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan tempat sejuk.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
yang tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Parasetamol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per PENTOKSIFILIN
mL. Pentoxifylline
Larutan uji persediaan Tara cawan kecil dan
H3C O O
batang pengaduk, masukkan 5 buah supositoria
N
pada cawan, panaskan perlahan di atas tangas uap N CH3
hingga supositoria meleleh, aduk, dinginkan sambil
N N O
diaduk, dan timbang. Timbang saksama sejumlah
CH3
massa setara dengan lebih kurang 100 mg
parasetamol, masukkan ke dalam corong pisah 250
mL, tambahkan 30 mL n-heksana P, kocok hingga 1-(5-Oksoheksil)teobromin [6493-05-6]
larut. Tambahkan 30 mL air, kocok perlahan dan C13H18N4O3 BM 278,31
biarkan lapisan memisah (Jika terbentuk emulsi,
tambah waktu hingga lapisan memisah). Alirkan Pentoksifilin mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C13H18N4O3.
farmasiindustri.com
larutkan dalam Fase gerak hingga kadar berturut- Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam
turut lebih kurang 0,024 mg per mL dan 0,048 mg lemari pendingin, dan gunakan dalam waktu 14
per mL. hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah pembeku. Teobromin BPFI, Teofilin BPFI, Kofein
Pentoksifilin BPFI, larutkan dalam Fase gerak, jika BPFI.
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. Identifikasi
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, A. Pada sejumlah volume injeksi setara 10 mg
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga pentoksifilin tambahkan 1 mL asam hidroklorida P
kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. dan 0,1 g kalium klorat P, uapkan hingga kering di
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja atas tangas air. Residu yang terbentuk bereaksi
tinggi dilengkapi dengan detektor 273 nm dan dengan uap amoniak menghasilkan warna ungu,
kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi yang akan hilang dengan penambahan beberapa
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih tetes natrium hidroksida LP.
kurang 0,7 mL per menit. Lakukan kromatografi B. Encerkan sejumlah volume injeksi setara 10
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam mg pentoksifilin dengan 5 mL air, tambahkan 1 mL
kromatogram dan ukur respons puncak seperti asam sulfat encer LP dan beberapa tetes iodum LP:
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kofein terbentuk endapan coklat.
dan pentoksifilin tidak kurang dari 10,0. Lakukan C. Waktu retensi puncak utama pada
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%. pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,0
Hitung persentase pentoksifilin, C13H18N4O3, dalam unit Endotoksin per mg pentoksifilin.
zat dengan rumus:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
( ) ( ) tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Campuran larutan kalium dihidrogen
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak fosfat P 0,544% - metanol P (7:3). Saring dan
pentoksifilin dari Larutan uji dan Larutan baku; awaudarakan.
CS adalah kadar Pentoksifilin BPFI dalam mg per Larutan B Campuran metanol P-larutan kalium
mL Larutan baku; CU adalah kadar pentoksifilin dihidrogen fosfat P 0,544% (7:3). Saring dan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot awaudarakan.
yang ditimbang. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kromatografi.
baik. Pengencer larutan kalium dihidrogen fosfat P
0,544%-metanol P (1:1).
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
Tambahan monografi kurang 1 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
INJEKSI PENTOKSIFILIN
Teobromin BPFI, Teofilin BPFI, Kofein BPFI dan
Pentoxifilline Injection Pentoksifilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer sampai kadar masing-masing 2 µg per
Injeksi Pentoksifilin adalah larutan steril
mL.
pentoksifilin dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pentoksifilin, C13H18F2N4O3, tidak kurang dari
tinggi dilengkapi dengan detektor 272 nm dan
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
kolom dengan diameter 3,9-4,6 mm berisi bahan
yang tertera pada etiket.
pengisi L7. Atur laju alir hingga memenuhi syarat
kesesuaian sistem. Kromatograf diprogram sebagai
Baku pembanding Pentoksifilin BPFI; tidak boleh
berikut:
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan Waktu Larutan A Larutan B
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus (menit) (%) (%)
hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
farmasiindustri.com
Penjerap Campuran silika gel GF254. Respons puncak 2-piridilamin tidak lebih besar dari
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-metanol respons puncak utama.
P-asam asetat glasial P (80:10:1). Saring dan
awaudarakan. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pengencer Buat larutan asam hidroklorida P Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
0,01 M dalam metanol P. pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pengencer Buat larutan asam hidroklorida 0,01
Piroksikam BPFI, larutkan dan encerkan dengan M dalam metanol P.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. Dapar Buat larutan natrium dihidrogen fosfat 0,05
Larutan uji Timbang sejumlah gel setara lebih M atur pH hingga 3,5 dengan penambahan asam
kurang 10 mg piroksikam, larutkan dengan natrium ortofosfat P.
klorida P jenuh sampai campuran menjadi keruh. Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
Encerkan dengan Pengencer sampai 5 mL, kocok, metanol P (55:30:15). Saring dan awaudarakan. Jika
sentrifugasi dan gunakan beningan. Jika perlu perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
saring beningan. sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
masing 5 µL Larutan baku dan Larutan uji pada Piroksikam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan Campur, jika perlu sonikasi. Pipet 5 mL larutan ke
dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
merambat hingga 15 cm. Angkat lempeng, tandai Fase gerak sampai tanda.
batas rambat, keringkan dan amati di bawah Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel
cahaya ultraviolet 254 nm. Harga RF bercak utama setara dengan lebih kurang 5 mg piroksikam,
yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan tambahkan 5 mL Pengencer, kocok perlahan
bercak utama Larutan baku. selama 30 menit, tambahkan 50 mL Fase gerak,
kocok kuat selama 30 menit. Encerkan dengan
pH <1071> Antara 7,2 dan 8,2. Fase gerak sampai 100 mL, campur. Saring
melalui penyaring kaca fiber dengan porositas 1
2-piridilamin Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan μm.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. tinggi dilengkapi dengan detektor UV 248 nm, dan
Pengencer, Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi ―end
yang tertera pada Penetapan kadar. capped‖ L7 dengan ukuran partikel 5 m.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2- Pertahankan suhu kolom pada 40. Laju alir lebih
dipiridilamin, larutkan dengan Fase gerak hingga kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
kadar lebih kurang 5 µg per mL. Pipet 5 mL larutan terhadap Larutan baku, ukur respons puncak
ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara
Pengencer sampai tanda. 0,8 dan 1,5.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
setara lebih kurang 5 mg piroksikam, tambahkan 5 volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
mL Pengencer, kocok perlahan selama 30 menit, Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
tambahkan 50 mL Fase gerak, kocok kuat selama kromatogram dan ukur respons puncak utama.
30 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai 100 Hitung persentase piroksikam, C15H13N3O4S dalam
mL, saring melalui penyaring kaca fiber dengan zat yang digunakan dengan rumus:
porositas 1 μm.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi detektor fluoresen dengan ( ) ( )
panjang gelombang eksitasi 313 nm dan panjang
gelombang emisi 380 nm, dan kolom 4,6 mm × 25
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
cm berisi bahan pengisi ―end capped‖ L7 dengan
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU berturut-
ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom turut adalah kadar Piroksikam BPFI dalam mg per
pada 40. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. mL Larutan baku dan Larutan uji berdasarkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur bobot yang tertera pada etiket.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
faktor ikutan 2-piridilamin tidak kurang dari 0,8 Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
dan tidak lebih dari 1,5 antara 0,8 dan 1,5. tertutup rapat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Tambahan monografi
farmasiindustri.com
PROKAIN BENZILPENISILIN UNTUK berisi Penampak bercak: Nilai Rf dari dua bercak
INJEKSI utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
Procaine Benzylpenicillin for Injection dengan bercak utama dari Larutan baku 1 dan
Larutan baku 2.
Prokain Benzilpenisilin untuk Injeksi adalah B. Waktu retensi dua puncak utama dari Larutan
sediaan steril campuran Prokain Benzilpenisilin uji sesuai dengan waktu retensi dua puncak utama
dan Benzilpenisilin Natrium (Kalium) yang berisi dari Larutan baku seperti diperoleh pada
dapar dan bahan pensuspensi yang sesuai. Penetapan kadar.
Mengandung prokain, C13H20N2O2, tidak kurang C. Menunjukkan reaksi Natrium (Kalium) seperti
dari 29,1% dan tidak lebih dari 35,6%; tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Mengandung penisilin, C16H18N2O4S tidak kurang
dari 59,0% dan tidak lebih dari 66,3% dari jumlah Warna larutan dalam metanol
yang tertera pada etiket. Potensi tidak kurang dari Larutan padanan induk 1 Campur 4,0 mL kalium
1050 unit penisilin dan tidak lebih dari 1180 unit dikromat LK; 23,3 mL tembaga(II) sulfat LK dan
penisilin FI per mg dihitung terhadap zat anhidrat. 72,7 mL air.
Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak Larutan padanan 1 Campur 2,0 mL Larutan
lebih dari 105,0% penisilin dihitung dari bobot padanan induk 1 dengan 8,0 mL air.
rata-rata kadar. Larutan padanan induk 2 Campur 1,2 mL kalium
dikromat LK; 22,8 mL tembaga(II) sulfat LK; 7,2
Baku pembanding Prokain hidroklorida BPFI. mL kobalt(II) klorida LK; dan 68,8 mL air.
Prokain BPFI. Penisilin BPFI. Fenoksimetil Larutan padanan 2 Campur 2,0 mL Larutan
penisilin BPFI. Asam p-aminobenzoat BPFI. padanan induk 2 dengan 8,0 mL air.
Benzilpenisilin untuk kesesuaian sistem BPFI Prosedur Ke dalam masing-masing 5 wadah
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, (potensi 400.000 unit), tambahkan 1 mL air
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk (tambahkan 2 mL air untuk potensi 800.000 unit),
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, kocok. Tambahkan 5 mL metanol P (tambahkan 10
simpan larutan dalam lemari pendingin dan mL metanol P untuk potensi 800.000 unit) untuk
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang melarutkan: warna larutan tidak lebih intensif dari
belum dibuka dalam lemari pembeku. Larutan padanan 1 atau Larutan padanan 2.
waktu retensi puncak penisilin kurang dari 25 Hitung persentase prokain, C13H20N2O2 dan
menit. [Catatan Urutan elusi puncak adalah asam penisilin, C16H18N2O2S4 dalam serbuk injeksi.
p-aminobenzoat, prokain, cemaran utama penisilin
dan penisilin.]; Lakukan kromatografi terhadap Tiap mg penisilin, C16H18N2O2S4
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur setara dengan 1780 unit penisilin
respons puncak seperti pada Prosedur : resolusi, R,
antara puncak asam p-aminobenzoat, penisilin dan Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
puncak yang berdekatan tidak kurang dari 1,5. tertutup baik, pada tempat kering.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Tambahan monografi
Respons puncak asam p-aminobenzoat dari LARUTAN ORAL TRIPROLIDIN DAN
Larutan uji tidak lebih dari 0,5 kali respons puncak PSEUDOEFEDRIN HIDROKLORIDA
Larutan baku (0,024%); Respons puncak masing- Triprolidine and Pseudoephedrine
masing cemaran dari Larutan uji tidak lebih dari Hydrochlorides Oral Solution
respons puncak penisilin dari Larutan baku (1,0%).
Larutan oral Triprolidin dan Pseudoefedrin
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hidroklorida mengandung triprolidin hidroklorida,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
C19H22N2HClH2O dan pseudoefedrin hidroklorida
pada Kromatografi <931>.
Dapar Timbang saksama lebih kurang 14 g C10H15NOHCl , tidak kurang dari 90,0% dan tidak
kalium dihidrogen fosfat P dan 6,5 g larutan lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
tetrabutilamonium hidroksida 40%, masukkan ke etiket.
dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan dalam 700
mL air, atur pH hingga 7,0 dengan penambahan Baku pembanding Triprolidin hidroklorida BPFI;
kalium hidroksida 1 N dan encerkan dengan air tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan,
sampai tanda. simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P- cahaya. Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI; tidak
air (52:25:23), atur pH hingga 7,5 ± 0,05 dengan boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan
penambahan kalium hidroksida 1 N atau asam dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya
ortofosfat 10%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi
Penisilin BPFI dan Prokain BPFI, larutkan dan A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut- sesuai dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
turut lebih kurang 0,8 dan 0,54 mg per mL. Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk B. Lakukan penetapan seperti tertera pada
injeksi setara dengan 70 mg prokain Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
benzilpenisilin, masukkan ke dalam labu tentukur Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
50-mL. Larutkan dalam 30 mL Fase gerak, mm.
sonikasi dan encerkan dengan Fase gerak sampai Fase gerak Campuran butyl alcohol P-asam
tanda, campur. asetat glasial P-air (8:2:2).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan uji Masukkan lebih kurang 10 mL
sejumlah Fenoksimetil penisilin BPFI, larutkan dan larutan oral ke dalam labu bersumbat kaca yang
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih sesuai, tambahkan 10 mL eter P dan encerkan
kurang 2,4 mg per mL. Buat campuran larutan ini dengan 2 mL natrium hidroksida P, kocok selama
dengan Larutan baku (1:3). 5 menit, diamkan hingga terbentuk endapan.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm, kolom Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
dengan diameter 3,9-4,6 mm, berisi bahan pengisi hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
L1. Atur laju alir hingga memenuhi syarat air hingga kadar masing-masing berturut-turut 6 mg
kesesuaian system. Lakukan kromatografi terhadap per mL dan 250 µg per mL.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
dan ukur respons puncak seperti tertera pada masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada
Prosedur: resolusi, R, antara puncak penisilin dan lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
fenoksimetil penisilin tidak kurang dari 2,0. dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Biarkan Fase gerak merambat hingga lebih kurang
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tandai batas rambat dan biarkan Fase gerak
kromatogram dan ukur respons puncak utama. menguap. Semprot lempeng dengan Penampak
farmasiindustri.com
bercak. Amati bercak di bawah cahaya UV: harga rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji Larutan uji dan Larutan baku; 332,88 dan 314,86
sesuai dengan Larutan baku. berturut-turut adalah bobot molekul triprolidin
hidroklorida monohidrat dan triprolidin
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara hidroklorida anhidrat; C adalah kadar Triprolidin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan
pada Kromatografi <931>. baku berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran etanol P-larutan amonium
asetat P 0,40% (17:3), saring dan awaudarakan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Jika perlu lakukan Kesesuaian sistem seperti tertera rapat, tidak tembus cahaya.
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara Tambahan monografi
bertahap dengan asam hidroklorida 0,01 N hingga TABLET TRIPROLIDIN
kadar masing-masing berturut-turut 1,2 mg per mL HIDROKLORIDA DAN
dan 0,05 mg per mL, dan saring. PSEUDOEFEDRIN HIDROKLORIDA
Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral Triprolidine and Pseudoephedrine
setara dengan lebih kurang 60 mg pseudoefedrin
Hydrochlorides Tablets
klorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
encerkan dengan asam hidroklorida 0,01 N sampai
Tablet Triprolidin Hidroklorida dan Pseudoefedrin
tanda dan campur.
Hidroklorida mengandung triprolidin hidroklorida,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggidilengkapi dengan detektor 254 nm dan C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin
kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3. hidroklorida C10H15NO.HCl, tidak kurang dari
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
kromatografi terhadap Larutan baku rekam yang tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Baku pembanding Triprolidin hidroklorida BPFI;
triprolidin dan pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
faktor ikutan puncak triprolidin tidak lebih dari 2,0 tertutup rapat, terlindung cahaya. Pseudoefedrin
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Hidroklorida BPFI; simpan dalam wadah tertutup
tidak lebih dari 2,0%. rapat, terlindung cahaya
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Identifikasi
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Larutan uji sesuai dengan kromatogram Larutan
Waktu retensi relatif pseudoefedrin, dan triprolidin baku, seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
berturut-turut adalah 0,68 dan 1,0. Hitung jumlah B. Lakukan penetapan seperti tertera pada
pseudoefedrin hidroklorida, C10H15NOHCl, dalam Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
mg tablet dengan rumus: Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25
mm.
Fase gerak Campuran butil alkohol P-asam
rU
50C asetat glasial P-air (8:2:2).
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
rS bersumbat kaca yang sesuai, tambahkan 10 mL air,
kocok selama 5 menit, biarkan hingga terbentuk
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak endapan, gunakan beningan.
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dalam mg per Pseudoefedrin Hidroklorida BPFI dan Triprolidin
mL Larutan baku berdasarkan jumlah yang tertera hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
pada etiket. Hitung jumlah triprolidin hidroklorida, air hingga kadar masing-masing berturut-turut 6 mg
C19H22N2HClH2O, dalam mg tablet dengan per mL dan 250 µg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
rumus:
masing sejumlah volume sama 10 µL Larutan baku
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi,
rU 332,88 diamkan sampai bercak mengering. Masukkan
50C lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi
rS 314,86 Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
farmasiindustri.com
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan Fase labu tentukur 100-mL, tambahkan 10 mL asam
gerak menguap. Amati bercak di bawah cahaya UV hidroklorida 0,01 N, sonikasi selama 10 menit,
pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm: diamkan hingga suhu ruang, encerkan dengan asam
Nilai Rf bercak utama yang diperoleh dari Larutan hidroklorida 0,01 N sampai tanda, campur dan
uji sesuai dengan Larutan baku. saring.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Prosedur keseragaman kandungan triprolidin kolom 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3.
hidroklorida dan pseudoefedrin hidroklorida Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Disolusi <1231> Prosedur gabungan sampel kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Media disolusi: 900 mL air. tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Alat tipe 2: 50 rpm pseudoefedrin hidroklorida, dan triprolidin
Waktu: 45 menit hidroklorida berturut-turut adalah 0,68 dan 1,0;
Lakukan penetapan persentase triprolidin resolusi, R, antara puncak triprolidin dan
hidroklorida, C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan
hidroklorida, C10H15NO.HCl yang terlarut dengan puncak triprolidin dan pseudoefedrin masing-
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera masing tidak lebih dari 2,0, dan simpangan baku
pada Kromatografi <931>. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan 2,0%.
seperti tertera pada Penetapan kadar. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
Triprolidin hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dalam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Media disolusi jika perlu bertahap hingga kadar Hitung persentase, triprolidin hidroklorida,
masing-masing lebih kurang mendekati kadar C19H22N2.HCl.H2O, dalam tablet dengan rumus:
Larutan uji.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
rU CS 332,88
penyaring yang sesuai. 100
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah rS CU 314,86
volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kromatogram dan ukur respons puncak utama. tripolidin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan
Hitung persentase triprolidin hidroklorida, baku; CS adalah kadar Triprolidin Hidroklorida
C19H22N2.HCl.H2O dan pseudoefedrin hidroklorida BPFI anhidrat dalam mg per mL Larutan baku; CU
C10H15NO.HCl dan yang terlarut. adalah kadar triprolidin hidroklorida dalam mg per
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
kurang dari 75% (Q), C19H22N2.HCl.H2O dan pada etiket; 332,88 dan 314,86 berturut-turut
C10H15NO.HCl, dari jumlah yang tertera pada adalah bobot molekul triprolidin hidroklorida
etiket. monohidrat dan triprolidin hidroklorida anhidrat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hitung persentase pseudoefedrin hidroklorida,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera C10H15NO.HCl, dalam tablet dengan rumus:
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran etanol P-larutan amonium rU CS
asetat 0,40% (17:3), saring dan awaudarakan. Jika 100
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian rS CU
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Triprolidin Hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin pseudoefedrin hidroklorida dari Larutan uji dan
Hidroklorida BPFI , larutkan dan encerkan dengan Larutan baku; CS adalah kadar Pseudoefedrin
asam hidroklorida 0,01 N hingga kadar Triprolidin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan
Hidroklorida BPFI anhidrat dan Pseudoefedrin baku; CU adalah kadar pseudoefedrin hidroklorida
Hidroklorida BPFI berturut-turut lebih kurang dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
0,05 dan 1,2 mg per mL, dan saring. yang tertera pada etiket.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tablet setara dengan lebih kurang 120 mg rapat, tidak tembus cahaya.
pseudoefedrin hidroklorida, masukkan ke dalam
farmasiindustri.com
kolom 4,6 mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi Larutan baku Timbang saksama sejumlah
L7 dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu Rifampisin BPFI dan Isoniazid BPFI, larutkan
kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per dalam metanol P hingga kadar masing-masing
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan lebih kurang 0,8 dan 0,4 mg per mL. Pipet 10 mL
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur larutan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dengan Dapar sampai tanda.
resolusi, R, antara rifampisin dan rifampisin kuinon Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
tidak kurang dari 4; efisiensi kolom tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
dari 2000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih tablet setara dengan lebih kurang 40 mg isoniazid,
dari 2,0. larutkan dalam 100 mL metanol P. Encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan Dapar hingga 500 mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 238 nm dan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Hitung persentase cemaran berdasarkan L1 dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
perbandingan puncak kromatogram. kolom pada 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Tabel
Waktu Larutan A(%) Larutan B(%)
Nama Waktu Faktor Batas (%) (menit)
retensi Respons 0 100 0
relatif Relatif 5 100 0
Rifampisin 1,0 1,0 - 6 0 100
Rifampisin 0,55 1,19 Tidak lebih dari 15 0 100
kuinon empat kali 16 100 0
respons puncak 20 100 0
utama Larutan [Catatan Jenuhkan kolom dengan Larutan B selama satu
baku (4,0%) jam sebelum penyuntikan]
Rifampisin n- 1,25 1,03 Tidak lebih dari
oksida 1,5 kali respons Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
puncak utama rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan baku seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
(1,5%) rifampisin dan isoniazid berturut-turut tidak kurang
3-formil 1,51 1,22 Tidak lebih dari dari 25.000 dan 3.000 lempeng teoritik, faktor
rifamisin SV lima kali respons
isonikotinil puncak utama
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
hidrazon Larutan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
(5,0%) 2,0%.
3-formil 2,61 1,25 Tidak lebih dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
rifamisin SV respons puncak volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
utama Larutan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baku (1,0%) kromatogram dan ukur respons puncak utama.
- - Tidak lebih dari Hitung persentase rifampisin, C43H58N4O12, dan
Cemaran lain 1,5 kali respons isoniazid, C6H7N3O, dalam serbuk tablet dengan
puncak utama
rumus:
Larutan baku
(1,5%)
rU
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara C 100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rS
pada Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 1,4 g natrium fosfat dibasa rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
anhidrat P dalam 1 L air, atur pH hingga 6,8 dengan Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
penambahan asam ortofosfat P. Rifampisin BPFI atau Isoniazid BPFI dalam mg per
Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar (4:96), mL Larutan baku berdasarkan yang tertera pada
saring dan awaudarakan. etiket.
Larutan B Campuran asetonitril P-Dapar
(55:45) saring dan awaudarakan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan rapat, terlindung dari lembap.
A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Tambahan monografi
farmasiindustri.com
puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Tabel Hitung persentase isoniazid, C6H7N3O, dan
pirazinamida, C5H5N3O, dalam tablet dengan
Nama Batas rumus:
Cemaran Tidak lebih besar dari respons
hidrazon puncak utama Larutan pembanding ( ) ( )
(5,0%)
Rifampisin Tidak lebih dari 0,8 kali respons
kuinon puncak utama Larutan pembanding rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
(4,0%) Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Cemaran lain Tidak lebih dari 0,3 kali respons Isoniazid BPFI atau Pirazinamida BPFI dalam mg
puncak utama Larutan pembanding per mL Larutan baku; CU adalah kadar isoniazid
(1,5%) atau pirazinamida dalam mg per mL Larutan uji
Total cemaran Tidak lebih dari 2 kali respons berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
puncak utama Larutan pembanding
(10,0%) Penetapan kadar Rifampisin Lakukan penetapan
Abaikan puncak kurang dari 0,02 kali respons puncak dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
utama Larutan pembanding (0,1%) dan puncak dengan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
waktu retensi relatif terhadap rifampisin kurang dari
0,23.
Larutan dibuat segar dan gunakan peralatan kaca
aktinik rendah].
Penetapan kadar Isoniazid dan Pirazinamida Dapar fosfat Timbang lebih kurang 1,36 g
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kalium fosfat monobasa P, larutkan dalam 1000 mL
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi air. Atur pH hingga 7,0 dengan penambahan
<931>. natrium hidroksida 0,1 N.
Larutan amonium asetat Larutkan 50 g Fase gerak Campuran metanol P-dapar fosfat
ammonium asetat P dalam 1000 mL air, atur pH (6:4). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
hingga 5,0 dengan penambahan asam asetat glasial penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
P. tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran Larutan amonium asetat- Pengencer Campuran metanol P-dapar fosfat
metanol P (940:60). Saring dan awaudarakan. Jika (4:6).
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Larutan baku Timbang saksama sejumlah
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Rifampisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pengencer hingga kadar 0,20 mg per mL.
Isoniazid BPFI dan sejumlah Pirazinamida BPFI Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
secara proporsional sesuai perbandingan kekuatan sejumlah Rifampisin BPFI dan Rifampisin Kuinon
dalam tablet, larutkan dan encerkan dengan air BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar isoniazid 0,06 mg per mL. hingga kadar masing-masing 0,2 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara lebih kurang 30 mg isoniazid, tablet setara lebih kurang 40 mg rifampisin, kocok
masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL. segera dengan 200 mL Pengencer, saring.
Larutkan dalam 400 mL air dan kocok selama 15 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
menit. [Catatan Jika terbentuk gelembung udara, tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
gunakan 400 mL metanol P 4% sebagai pengganti kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
air]. Encerkan dengan air sampai tanda. Saring L1 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih
larutan melalui penyaring dengan porositas kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
0,45m, buang beberapa mL filtrat pertama. terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi rifampisin dan rifampisin kuinon tidak kurang dari
4.
L1 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang 2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
resolusi, R, antara puncak isoniazid dan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
pirazinamida tidak kurang dari 2. Hitung persentase rifampisin, C43H58N4O12, dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tablet dengan rumus:
farmasiindustri.com
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj.
terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali. Pengencer Campuran air-aseton P (15:85).
Tidak boleh dibekukan.
farmasiindustri.com
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2,0 g zat, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga 20 tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan
mL. kolom 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1
Larutan baku Gunakan Larutan baku timbal 10 bpj ―end capped‖ dengan ukuran partikel 5 µm.
dalam Pengencer. Pertahankan suhu kolom pada 15°. Laju alir lebih
Prosedur Ke dalam 2 tabung yang masing- kurang 1,1 mL per menit. Kromatograf diprogram
masing berisi Larutan baku dan Larutan uji sebagai berikut:
tambahkan 10 mL hidrogen sulfida LP yang dibuat
segar, campur, encerkan dengan air hingga 50 mL, Waktu Larutan A Larutan B
diamkan selama 5 menit. Amati warna larutan dari (menit) (%) (%)
atas dengan dasar putih: Warna yang diperoleh 0 100 0
pada Larutan uji tidak lebih intensif dari pada 50 100 0
Larutan baku. 80 90 10
100 100 0
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 3,0%. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Lakukan penetapan menggunakan 0,2 gram zat. puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
puncak terhadap lembah (Hp/Hv) dari senyawa
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara sejenis A roksitromisin dan roksitromisin tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kurang dari 2,0; Hp adalah tinggi puncak senyawa
Kromatografi <931>. sejenis A roksitromisin dari garis dasar dan Hv
Pengencer Campuran asetonitril P-amonium adalah tinggi di atas garis dasar dari titik terendah
dihidrogen fosfat P 4,8% (30:70). Atur pH hingga kurva pemisah puncak ini dari puncak
5,3 dengan penambahan natrium hidroksida LP. roksitromisin; waktu retensi relatif senyawa sejenis
Larutan baku persediaan Timbang saksama A roksitromisin lebih kurang 1,15. Lakukan
sejumlah Roksitromisin BPFI, larutkan dan encerkan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg kromatogram dan ukur respons puncak seperti
per mL. tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%.
lebih kurang 2 mg Senyawa Sejenis A Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Roksitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu volume sama (lebih kurang 20 µL) Blangko,
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
Larutan baku sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini, kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur semua
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan respons puncak. Masing-masing cemaran dan total
dengan Larutan baku sampai tanda. cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku Tabel.
persediaan, ke dalam labu tentukur 100-mL,
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Tabel
Blangko Pipet 1 mL toluen P, ke dalam labu
tentukur 100-mL, encerkan dengan asetonitril P Nama Batas
sampai tanda. Pipet 0,2 mL larutan ini, ke dalam (%)
labu tentukur 200-mL, encerkan dengan Pengencer Senyawa sejenis A tidak lebih dari respons
sampai tanda. roksitromisin puncak Larutan baku (1,0%)
Cemaran lain tidak tidak lebih dari 0,5 kali
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50
spesifik respons puncak Larutan baku
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, (0,5%)
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai Total cemaran tidak lebih dari 3 kali respons
tanda. puncak Larutan baku (3,0%)
Larutan A Campuran asetonitril P-amonium Abaikan puncak dengan respons 0,05 kali respons
dihidrogen fosfat P 5,97% (26:74). Atur pH hingga puncak utama Larutan baku (0,05%). Abaikan respons
4,3 dengan penambahan natrium hidroksida LP. puncak toluen yang sesuai pada kromatogram Blangko.
Saring dan awaudarakan.
Larutan B Campuran air-asetonitril P (30:70). Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Saring dan awaudarakan. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A pada Kromatografi <931>.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Pengencer Campuran asetonitril P-amonium
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian dihidrogen fosfat P 4,8% (30:70). Atur pH hingga
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 5,3 dengan penambahan natrium hidroksida LP.
Kromatografi <931>. Fase gerak Campuran asetonitril P-amonium
dihidrogen fosfat P 4,91% (307:693). Atur pH
farmasiindustri.com
Identifikasi
( ) ( ) A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak sama seperti pada Sefdinir BPFI.
utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
kadar Roksitromisin BPFI dalam mg per mL Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Larutan baku dan CU adalah kadar zat dalam mg yang diperoleh pada Penetapan kadar.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket. Rotasi jenis <1081> Antara -61º dan -67º pada
suhu 20º, lakukan penetapan menggunakan larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah 10 mg zat per mL Dapar yang diperoleh dari
terlindung cahaya dan kelembaban. Penetapan kadar.
Penandaan Jika tablet merupakan tablet Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0% untuk
dispersibel, pada etiket tertera tablet didispersikan zat anhidrat; 4,0%-8,5% untuk bentuk hidrat;
di dalam air sebelum digunakan. lakukan penetapan menggunakan campuran
formamida dan metanol (2:1) sebagai pelarut.
Tambahan monografi Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,20%.
SEFDINIR
Cefdinir Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Larutan D,
dan Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Kadar.
Larutan E Tambahkan 0,4 mL Larutan D ke
dalam 1000 mL Larutan C, saring dan
awaudarakan.
farmasiindustri.com
Larutan F Buat campuran Larutan C-asetonitril Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
P-metanol P- Larutan D (500:300:200:0,4), saring volume (lebih kurang 10 µL) Larutan uji ke dalam
dan awaudarakan. kromatograf. Rekam kromatogram tidak kurang
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan E dari 1,8 kali waktu retensi puncak sefdinir dan ukur
dan Larutan F seperti yang tertera pada Sistem semua respons puncak. Hitung persentase tiap
kromatografi. cemaran dalam zat dengan rumus:
Larutan uji persediaan Timbang saksama
sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Dapar
hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.
( )
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji
persediaan, encerkan dengan Larutan C hingga ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
kadar lebih kurang 1,5 mg per mL. [Catatan rT adalah total semua respons puncak. Masing-
Gunakan segera setelah dibuat] masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Larutan kesesuaian sistem 1 Pipet sejumlah yang tertera pada Tabel.
volume Larutan uji, encerkan dengan Larutan C Tabel
hingga kadar lebih kurang 15 µg per mL.
Larutan kesesuaian sistem 2 Pipet sejumlah Waktu
volume Larutan kesesuaian sistem 1, encerkan Batas
Nama retensi
(%)
dengan Larutan C hingga kadar lebih kurang 1,5 relatif
µg per mL. Tiazolilasetil glisin oksim 0,10 0,5
Larutan kesesuaian sistem 3 Timbang saksama Tiazolilasetil glisin oksim 0,12 0,5
sejumlah Sefdinir BPFI dan Senyawa Sejenis A asetal
BPFI, larutkan dalam Dapar sampai 15% volume 3-metil sefdinir 0,74 0,7
akhir dan encerkan dengan Larutan C hingga Senyawa sejenis A sefdinir 0,85 0,7
(cincin terbuka lakton a
kadar Sefdinir BPFI lebih kurang 1,5 mg per mL
sefdinir)
dan Senyawa Sejenis A BPFI lebih kurang 0,1 mg Senyawa sejenis A sefdinir 0,93 0,7
per mL. (cincin terbuka lakton b
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja sefdinir)
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Senyawa sejenis A sefdinir 1,11 0,7
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 (cincin terbuka lakton c
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu sefdinir)
kolom pada 40º. Laju alir lebih kurang 1 mL per Senyawa sejenis A sefdinir 1,14 0,7
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: (cincin terbuka lakton d
sefdinir)
Waktu Larutan E Larutan F Sefdinir lakton 1,22 0,5
(menit) (%) (%) Sefdinir analog isoksazol 1,36 0,5
0 95 5 E-Sefdinir 1,51 0,7
Cincin terbuka lakton a 1,61 0,5
2 95 5 dekarboksi sefdinir
22 75 25 Cincin terbuka lakton b 1,64 0,5
32 50 50 dekarboksi sefdinir
Cemaran tidak spesifik lain - 0,2
37 50 50 Total cemaran - 3,0
38 95 5
58 95 5 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan A Buat larutan natrium fosfat dibasa P
sistem 1, dan Larutan kesesuaian sistem 2, rekam
dengan kadar 14,2 g per liter.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan B Buat larutan kalium fosfat monobasa
tertera pada Prosedur: perbandingan respons
P dengan kadar 13,6 g per liter.
puncak sefdinir pada Larutan kesesuaian sistem 2
Larutan C Pipet sejumlah volume
terhadap Larutan kesesuaian sistem 1: antara 7%
dan 13%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan tetrametilamonium hidroksida P, encerkan dengan
kesesuaian sistem 3, rekam kromatogram dan ukur air hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL atur pH
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: hingga 5,5 dengan penambahan asam ortofosfa Pt
terdapat empat puncak pada Senyawa Sejenis A 10%.
Sefdinir BPFI, resolusi, R, antara sefdinir dan Larutan D Buat larutan dinatrium edetat P
puncak ketiga dari senyawa sejenis A sefidinir dengan kadar 37,2 g per liter.
tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku relatif Dapar Buat campuran Larutan A-Larutan B
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. (lebih kurang 2:1), atur pH hingga 7,0 dengan
farmasiindustri.com
yang tertera pada Tabel. Abaikan puncak cemaran Larutan A Buat larutan asam sitrat monohidrat P
yang kurang dari 0,1%. dengan kadar 7 g per liter, atur pH hingga 2,0 ±
0,05 dengan penambahan asam ortofosfat P.
Tabel Fase gerak Buat campuran Larutan A – metanol
P – tetrahidrofuran P (1000:111:28), saring dan
Waktu Faktor
Batas
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Nama retensi respons menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
(%)
relatif relatif Kromatografi <931>.
Tiazolilasetil glisin 0,10 1,0 0,5 Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
oksim sejumlah Sefdinir BPFI dan asam m-
Tiazolilasetil glisin 0,12 1,0 0,5
hidroksibenzoat P, larutkan dan encerkan dengan
oksim asetal
Sefdinir sulfoksida 0,36 1,0 0,2
Dapar hingga kadar berturut-turut lebih kurang 50
Sefidinir tiazin 0,46 0,68 0,7 µg per mL dan 175 µg per mL.
analog Larutan baku Timbang sakasama sejumlah
3-metil sefdinir 0,74 0,7 Sefdinir BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Cemaran sefdinir 1 0,77 1,0 0,3 Dapar hingga kadar lebih kurang 50 µg per mL.
Senyawa sejenis A 0,85 0,65 2,5 Larutan uji Keluarkan isi kapsul tidak kurang
sefdinir (cincin dari 20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
terbuka lakton a kapsul, larutkan dan encerkan dengan Dapar
sefdinir) hingga diperoleh kadar sefdinir 50 µg per mL.
Senyawa sejenis A 0,94 0,65 2,5 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
sefdinir (cincin tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
terbuka lakton b
sefdinir)
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Senyawa sejenis A 1,11 0,65 2,5 dengan ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang
sefdinir (cincin 1,4 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
terbuka lakton c Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
sefdinir) dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Senyawa sejenis A 1,14 0,65 2,5 Prosedur: resolusi, R, antara sefdinir dan m-asam
sefdinir (cincin hidroksibenzoat tidak kurang dari 3,0 dan faktor
terbuka lakton d ikutan puncak utama tidak lebih dari 2,0. Lakukan
sefdinir) kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
7S-Sefdinir 1,18 1,0 0,2 kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Sefdinir lakton 1,23 1,0 0,1
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Senyawa sejenis B 1,28 1,0 0,2
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
sefdinir
Sefdinir isoksazol 1,37 0,72 0,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
analog volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku
Cemaran sefdinir 2 1,44 1,0 0,5 dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Cemaran glioksalik 1,49 1,0 0,2 kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
analog persentase sefdinir dalam serbuk kapsul dengan
E-sefdinir 1,51 1,0 1,2 rumus:
Cincin terbuka 1,62 1,0 1,0
lakton a dekarboksi
sefdinir ( ) ( )
Cincin terbuka 1,64 1,0 1,0
lakton b dekarboksi
sefdinir
Cemaran sefdinir 3 1,82 1,0 0,2 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Cemaran tidak - 1,0 0,2 utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
spesifik lain kadar Sefdinir BPFI dalam mg per mL Larutan
Total cemaran - - 5,0 baku; CU adalah kadar sefdinir dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Dapar Buat larutan natrium fosfat dibasa P dan tertutup rapat, tidak tembus cahaya, dan pada suhu
natrium fosfat monobasa P dengan kadar 10,7 g per ruang terkendali.
liter dan 3,4 g per liter, atur pH hingga 7,0 ± 0,05
dengan penambahan asam ortofosfat P atau
natrium hidroksida P.
Tambahan monografi
KAPSUL SEFIKSIM
farmasiindustri.com
kromatogram dan ukur respons puncak utama. sistem, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
Hitung persentase sefiksim, C16H15N5O7S2, dalam Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
serbuk kapsul dengan rumus: yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
Fase gerak merambat hingga 15 cm. Angkat
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di
( ) ( ) udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet
pada panjang gelombang 254 nm: harga Rf bercak
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Uji
sefiksim dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS dinyatakan absah jika pada Larutan kesesuaian
adalah kadar Sefiksim BPFI dalam mg per mL sistem, dua bercak utama terpisah.
Larutan baku; CU adalah kadar sefiksim dalam mg B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
pada etiket. diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan A Campuran asetonitril P–asam tidak lebih besar dari 2 kali respons puncak utama
ortofosfat P 0,1% (30:70). Saring dan pada Larutan pembanding (1,0%). Abaikan respons
awaudarakan. Larutan B Gunakan asam puncak yang kurang dari respons puncak utama
ortofosfat P 0,1%. Saring dan awaudarakan. pada Larutan sensitivitas dan puncak yang sesuai
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dengan puncak utama Larutan baku 2.
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 300 mg zat, larutkan dalam 30 mL metanol P.
Kromatografi <931>. Tambahkan 5 mL air dan asam hidroklorida 0,1 N
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 32 sampai pH lebih kurang 3,0 dan titrasi dengan
mg zat, larutkan dalam 20,0 mL air. natrium hidroksida 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir
Larutan sensitivitas Pipet 2 mL Larutan uji ke secara potensiometrik dengan membaca volume
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air diantara tiga titik infleksi.
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
Larutan pembanding Pipet 5 mL Larutan uji ke setara dengan 19,02 mg C16H25N2NaO5S
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu Wadah dan penyimpanan Simpan terlindung dari
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. kelembaban, pada suhu tidak lebih dari 8°. Jika zat
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 16 steril, simpan dalam wadah steril, kedap dan
mg zat, larutkan dan encerkan dengan hidrogen bersegel.
peroksida P sampai 10,0 mL. Biarkan selama 30
menit. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan
100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. sediaan steril, pada etiket harus dinyatakan steril.
Larutan baku 2 Timbang saksama lebih kurang 32
mg mesitil oksida, larutkan dan encerkan dengan air
sampai 100 mL. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam
labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai Tambahan monografi
tanda. SILDENAFIL SITRAT
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Sildenafil Citrate
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu
kolom pada 50°. Laju alir lebih kurang 2,0 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang Kesesuaian sistem seperti tertera pada
didispersikan dalam kalium bromida P, Kromatografi <931>.
menunjukan maksimum hanya pada bilangan Larutan identifikasi Timbang saksama sejumlah
gelombang yang sama seperti pada Sildenafil sitrat Senyawa Sejenis A Sildenafil BPFI, larutkan dan
BPFI. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 7,5 µg per mL.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,5%. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih kurang 70 mg zat, larutkan dalam 1 mL
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; campuran hidrogen peroksida P dan asam format
lakukan penetapan menggunakan 0,5 g zat. anhidrat P (2:1), diamkan selama tidak kurang 10
menit untuk menghasilkan sildenafil N-oksida,
Imidazol Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan encerkan dengan Fase gerak sampai 250 mL.
penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
seperti tertera pada Kromatografi <931>. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,2 mm kadar lebih kurang 0,7 mg per mL.
dengan ukuran partikel 2-10 µm (lempeng Enceran larutan uji Pipet sejumlah volume
kromatografi lapis tipis kinerja tinggi). Larutan uji, encerkan dengan Fase gerak hingga
Pengencer Campuran metanol P-air-amonium kadar lebih kurang 1,4 µg per mL.
hidroksida P (15:5:1). Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume
Fase gerak Buat campuran metilen klorida P-etil Enceran larutan uji, encerkan dengan Fase gerak
asetat P-etanol P-amonium hidroksida P hingga kadar lebih kurang 0,35 µg per mL.
(50:30:20:1). Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm, kolom
Imidazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan 3,9 mm x 15 cm yang berisi L1 dengan ukuran
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,035 mg per partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30º.
mL. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
Larutan baku 2 Pipet sejumlah volume Larutan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
baku 1, encerkan dengan Pengencer hingga kadar rekam kromatogram dan ukur respons puncak
lebih kurang 0,0175 mg per mL. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, puncak sildenafil N-oksida dan sildenafil tidak
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap
kadar lebih kurang 17,5 mg per mL. Enceran larutan uji, rekam kromatogram dan ukur
Larutan kesesuaian sistem Campur volume sama respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan uji dan Larutan baku 1. faktor ikutan puncak sildenafil tidak lebih dari 1,5.
Prosedur Totolkan masing-masing sejumlah Lakukan kromatografi terhadap Larutan
volume (10 µL) Larutan kesesuaian sistem, sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan baku 2 dan Larutan uji pada lempeng puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana ―signal to noise‖ tidak kurang dari 10. [Catatan
kromatografi berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak Waktu retensi relatif tertera pada Tabel]
merambat hingga dua pertiga tinggi lempeng. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Semprot lempeng dengan uap iodum P hingga volume sama (lebih kurang 20 µL), Larutan
bercak tampak dan panaskan lempeng pada suhu identifikasi, Enceran larutan uji dan Larutan uji ke
100º selama 15 menit. Uji dinyatakan valid jika dalam kromatograf, rekam kromatogram selama 3
pada kromatogram Larutan kesesuaian sistem, dua kali waktu retensi sildenafil dan ukur semua
bercak jelas terpisah. [Catatan Faktor retardasi respons puncak. [Catatan Identifikasi senyawa
sitrat, imidazol, dan sildenafil berturut-turut lebih sejenis A sildenafil menggunakan Larutan
kurang 0; 0,25 dan 0,4]. Bercak yang sesuai dengan identifikasi]. Hitung persentase senyawa sejenis A
imidazol pada Larutan uji tidak lebih intensif dari sildenafil dan cemaran lain dalam zat dengan
bercak utama Larutan baku 2. rumus:
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada kadar Sildenafil Sitrat BPFI dalam mg per mL
Tabel. Larutan baku; CU adalah kadar sildenafil sitrat dalam
mg per mL Larutan uji.
Tabel
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
Waktu
Batas
udara. Simpan pada suhu ruang.
Cemaran retensi
(%)
relatif
Sildenafil 1,0 -
Sildenafil N-oksida 1,2 - Tambahan monografi
Senyawa sejenis A 1,7 0,3
Sildenafil
TABLET SILDENAFIL
Masing-masing - 0,10 Sildenafil Tablets
cemaran tidak
spesifik Tablet Sildenafil mengandung Sildenafil sitrat
Total cemaran tidak - 0,3 setara dengan sildenafil, C22H30N6O4S tidak kurang
spesifik dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
Total cemaran - 0,5 yang tertera pada etiket.
Abaikan puncak lebih kecil dari 0,05%.
Baku pembanding Sildenafil sitrat BPFI; tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rapat, terlindung dari cahaya dan simpan dalam
pada Kromatografi <931>. lemari pendingin.
Dapar Pipet 7 mL trietilamin P encerkan dengan
air hingga 1000 mL. Aduk dan atur pH hingga Identifikasi
3,0±0,1 dengan penambahan asam ortofosfat P. A. Larutan A Campuran amonium hidroksida P-
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P- air (10:90).
asetonitril P (58:25:17). Saring dan awaudarakan. Larutan baku Timbang sejumlah Sildenafil Sitrat
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A
Kesesuaian sistem seperti tertera pada hingga kadar 1,4 mg per mL.
Kromatografi <931>. Larutan uji Serbukkan 1 tablet, tambahkan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah sejumlah Larutan A hingga diperoleh kadar
Sildenafil Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan sildenafil 1 mg per mL, sonikasi selama 2 menit,
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang kocok dan sentrifus. Gunakan beningan.
0,028 mg per mL. Prosedur Lakukan ekstraksi fase padat (Solid
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat Phase Exraction) terhadap Larutan baku dan
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Larutan uji sebagai berikut: Pada cartridge SPE
kadar lebih kurang 0,028 mg per mL. C18 dengan ukuran 6 mL, cuci dengan 10 mL
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja metanol P diikuti dengan 10 mL Larutan A, buang
tinggi dilengkapi dengan detektor 290 nm, kolom pencuci. Masukkan masing-masing 5 mL Larutan
3,9 mm x 15 cm yang berisi L1 dengan ukuran baku dan Larutan uji pada masing-masing
partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30º. cartridge. Cuci setiap cartridge dengan 10 mL air.
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Keringkan pada hampa udara. Elusi sildenafil dari
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam tiap cartridge dengan 5 mL metanol P dan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti kumpulkan eluat dalam wadah yang sesuai.
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih Tambahkan lebih kurang 200 mg kalium bromida P
dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada enam kali pada tiap wadah, campur dan uapkan hingga
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,85%. kering. Pada masing-masing 70 mg campuran
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kering tambahkan lebih kurang 140 mg kalium
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku bromida P, campur: spektrum serapan inframerah
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam residu campuran yang didispersikan dalam kalium
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
persentase sildenafil sitrat, C22H30N6O4S.C6H8O7, panjang gelombang yang sama seperti pada
dengan rumus: Sildenafil sitrat BPFI yang diperlakukan sama.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
rU CS Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
100 yang diperoleh pada Penetapan kadar.
rS CU
Disolusi <1231>
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Media disolusi: 900 ml asam hidroklorida 0,01
utama Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah N.
farmasiindustri.com
Amonium Tidak lebih dari 0,05%. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
Larutan pembanding Timbang saksama 29,7 mg 0,30 unit Endotoksin per mg, untuk penggunaan
amonium klorida P, larutkan dalam 1 L air. Tiap sediaan parenteral.
mL larutan mengandung setara 10 µg amonium.
Larutan raksa(II) kalium iodida alkalis Larutkan Sterilitas <71> Memenuhi syarat, untuk
10 g kalium iodida P dalam 10 mL air, tambahkan penggunaan sediaan parenteral.
larutan jenuh raksa(II) klorida P secara perlahan
sambil diaduk sampai terbentuk endapan merah Sisa pelarut Jumlah metanol, etanol dan aseton
yang tidak larut. Tambahkan 30 g kalium berturut-turut tidak lebih dari 0,3; 0,5 dan 0,5%.
hidroksida P dan biarkan melarut, kemudian Lakukan Kromatografi gas seperti tertera pada
tambahkan 1 tetes atau lebih larutan jenuh raksa(II) Kromatografi <931>.
klorida P, encerkan dengan air sampai 200 mL. Larutan baku internal Encerkan sejumlah n-
Biarkan terbentuk endapan, gunakan beningan. propanol P, dengan air hingga diperoleh larutan
Prosedur Timbang 0,20 g zat, masukkan ke mengandung n-propanol 500 µg per mL.
dalam labu destilasi, tambahkan 200 mL air bebas Larutan baku persediaan Pipet sejumlah metanol
amonia P dan 1 g magnesium oksida P, distilasi, P, etanol P dan aseton P, encerkan dengan air
masukkan destilat ke dalam tabung Nessler berisi 5 hingga diperoleh larutan mengandung metanol,
mL air bebas amonia P dan 1 tetes asam etanol dan aseton berturut-turut 450, 750 dan 750
hidroklorida encer LP. Hentikan destilasi jika µg per mL.
sudah mencapai 40 mL, tambahkan 2 mL larutan Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku
raksa(II) kalium iodida alkalis, campur, diamkan persediaan dan 5 mL Larutan baku internal ke
selama 15 menit: opalesensi yang terjadi tidak lebih dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air
keruh dibandingkan larutan pembanding yang sampai tanda.
mengandung 10,0 mL Larutan pembanding. Larutan uji Timbang saksama 0,75 g zat
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
Besi <331> Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal, encerkan
penetapan menggunakan 0,20 g zat: opalesensi dengan air sampai tanda.
yang terjadi tidak lebih keruh dibandingkan larutan Sistem kromatografi Kromatograf gas
pembanding yang mengandung 2,0 mL larutan dilengkapi dengan injektor ―headspace‖, detektor
baku besi 10 µg per mL. ionisasi nyala dan kolom kapiler dari leburan silika,
berisi bahan pengisi polietilen glikol (20PEG-20M
Fosfat Tidak lebih dari 0,1%. atau yang sama polaritasnya). Pertahankan suhu
Larutan pembanding Timbang saksama 0,286 g injektor, kolom dan detektor masing-masing
kalium dihidrogen fosfat P, yang telah dikeringkan berturut-turut pada suhu 200, 60 dan 250.
hingga bobot tetap pada suhu 105⁰, masukkan ke Pertahankan ‖headspace‖ pada suhu 80⁰ selama 45
dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dan menit. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa
encerkan dengan air, kocok. Sebelum digunakan, dengan laju alir antara 1,0 – 2,0 mL per menit.
pipet 10 mL larutan ke dalam labu tentukur 100- Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
mL, encerkan dengan air sampai tanda, dan kocok. rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Setiap mL larutan mengandung 20 µg fosfat. seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
Prosedur Larutkan 0,10 g zat dalam 10 mL air, kurang dari 5000 lempeng teoritis, resolusi, R,
tambahkan 1 mL larutan amonium molibdat (1 g antara respons puncak sitikolin dan puncak
amonium molibdat P dalam 40 mL asam sulfat terdekat tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku
0,5M) dan 0,5 mL asam 1,2,4-aminonaftolsulfonat relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
LP, biarkan selama 5 menit. Warna yang terjadi 5,0%.
tidak lebih intensif dari 5,0 mL Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pembanding yang diperlakukan sama. volume sama (lebih kurang 1 L) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%; kromatogram dan ukur respons puncak etanol,
lakukan pengeringan pada suhu 100° selama 5 jam metanol, isopropanol dan n-propanol. Hitung
di atas fosforpentoksida dengan pengurangan persentase metanol, etanol dan aseton
tekanan udara. menggunakan metode baku internal.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 5 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
bpj. Lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Arsen <321> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
penetapan menggunakan 2,0 g zat. seperti tertera pada Penetapan kadar.
farmasiindustri.com
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 5’- kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air rekam kromatogram dan ukur respons puncak
hingga kadar 7,5 µg per mL seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 5‘-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, sitidilat dan sitikolin natrium tidak kurang dari 1,5.
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 2,5 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mg per mL. volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ke dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
air sampai tanda, hingga kadar lebih kurang 0,01 Hitung persentase sitikolin natrium,
mg per mL. C14H25N4NaO11P2 dalam zat dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku,
Larutan pembanding dan Larutan uji ke dalam ( ) ( )
kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali waktu
retensi puncak utama, dan ukur semua respons rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
puncak. Hitung persentase 5‘-sitidilat dalam zat utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
dengan membandingkan terhadap respons puncak kadar Sitikolin Natrium BPFI dalam mg per mL
Larutan baku. Hitung persentase cemaran lain Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per
dengan membandingkan terhadap respons puncak mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan pembanding. Masing-masing cemaran dan
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pada Tabel. rapat, terlindung cahaya.
Tabel
Nama Batas
5‘-sitidilat 0,3 %
Cemaran lain Tidak lebih dari respons Tambahan monografi
puncak utama Larutan INJEKSI SITIKOLIN NATRIUM
pembanding (0,2%) Citicoline Sodium Injection
Total cemaran Tidak lebih dari 3,5 kali
(kecuali 5‘-sitidilat) respons puncak utama
Injeksi Sitikolin Natrium adalah larutan steril
Larutan pembanding (0,7%)
sitikolin natrium dalam Air untuk Injeksi.
Mengandung sitikolin natrium, C14H25N4NaO11P2,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
pada Kromatografi <931>.
Dapar fosfat Buat campuran volume sama
Baku pembanding Sitikolin Natrium BPFI; tidak
larutan kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dan larutan
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
tetrabutil amonium hidroksida 0,01 M atur pH
rapat, terlindung cahaya. Zat bersifat higroskopik,
hingga 4,5 dengan penambahan asam ortofosfat P.
lakukan penanganan pada kelembapan di bawah
Fase gerak Campuran Dapar fosfat – metanol P
30%. Buang bagian yang tidak digunakan setelah
(95:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
wadah dibuka. Asam 5’-Sitidilat BPFI.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Sitikolin Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
diperoleh pada Penetapan kadar.
air sampai tanda. Kadar larutan 0,25 mg per mL.
B. Pada 1 mg zat tambahkan 3 mL asam
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
hidroklorida encer LP, larutan menunjukkan reaksi
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
Natrium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Umum <291>.
Kadar larutan 0,25 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
pH <1071> Antara 6,0 dan 8,0.
sejumlah 5’-Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan air hingga kadar 0,25 mg per mL. Campur
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat
larutan dengan Larutan baku dengan perbandingan
seperti tertera pada Sitikolin Natrium.
volume sama.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan
kolom berisi bahan pengisi L1. Atur laju alir hingga
memenuhi kesesuaian sistem. Lakukan
farmasiindustri.com
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara mg per mL. Campur larutan dengan Larutan baku
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera dengan perbandingan volume sama.
pada Kromatografi <931>. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan
seperti tertera pada Penetapan kadar. kolom berisi bahan pengisi L1. Atur laju alir hingga
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam memenuhi kesesuaian sistem. Lakukan
5’-Sitidilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
hingga kadar 7,5 µg per mL. rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
encerkan dengan air hingga kadar 2,5 mg per mL. asam 5‘-sitidilat dan sitikolin natrium tidak kurang
Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji dari 1,5.
ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
air sampai tanda, hingga kadar lebih kurang 0,01 volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku
mg per mL. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku, Hitung persentase sitikolin natrium,
Larutan pembanding dan Larutan uji ke dalam C14H25N4NaO11P2 dalam injeksi dengan rumus:
kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur semua
respons puncak. Hitung persentase asam 5‘-sitidilat
dalam injeksi dengan membandingkan terhadap ( ) ( )
respons puncak Larutan baku. Hitung persentase
cemaran lain dengan membandingkan terhadap rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
respons puncak Larutan pembanding. Masing- utama dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari kadar Sitikolin Natrium BPFI dalam mg per mL
batas yang tertera pada Tabel. Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Tabel pada etiket.
Nama Batas
Asam 5‘-sitidilat 0,3 % Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Cemaran lain Tidak lebih dari respons baik, terlindung cahaya.
puncak utama Larutan
pembanding (0,2%)
Total cemaran Tidak lebih dari 1,4 kali
(kecuali asam 5‘- respons puncak utama Tambahan monografi
sitidilat) Larutan pembanding (0,7%)
KRIM TERBINAFIN HIDROKLORIDA
Terbinafine Hydrochloride Cream
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Krim Terbinafin Hidroklorida mengandung
pada Kromatografi <931>.
terbinafin hidroklorida, C21H25N.HCl, tidak kurang
Dapar fosfat Buat campuran volume sama
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
larutan kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dan larutan
yang tertera pada etiket.
tetrabutil amonium hidroksida 0,01 M atur pH
hingga 4,5 dengan penambahan asam ortofosfat P.
Baku pembanding Terbinafin Hidroklorida BPFI;
Fase gerak Campuran Dapar fosfat – metanol P
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
(95:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Sitikolin Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
air sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,25
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
<52> dan <53> Angka Lempeng Total tidak lebih
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
dari 102 koloni per mL; dan angka kapang dan
Kadar larutan lebih kurang 0,25 mg per mL.
khamir tidak lebih dari 10 koloni per mL; uji
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
sejumlah Asam 5’-Sitidilat BPFI, larutkan dan
aeruginosa memberikan hasil negatif.
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,25
farmasiindustri.com
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara dan encerkan dengan asetonitril P – air (1:1)
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL, paparkan
pada Kromatografi <931>. pada sinar UV 254 nm selama 1 jam.
Pengencer Gunakan isopropanol P. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kolom 3,0 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji 0,8 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih berikut:
kurang 2,5 µg per mL. Waktu Larutan A Larutan B
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan (menit) (%) (%)
pembanding encerkan dengan Pengencer hingga 0 100 0
kadar lebih kurang 0,25 µg per mL. 4 100 0
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 25 0 100
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap 30 0 100
Larutan sensitivitas rekam kromatogram dan ukur 31 100 0
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 38 100 0
perbandingan signal to noise respons puncak utama
lebih dari 5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sistem rekam kromatogram dan ukur respons
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf. puncak utama lebih kurang 16 menit; waktu retensi
Rekam kromatogram dan ukur semua respons relatif tiga cemaran utama berturut-turut lebih
puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran kurang 0,87; 0,95 dan 1,1; resolusi, R, antara
tidak lebih dari batas seperti tertera pada Tabel. terbinafin dan cemaran dengan waktu retensi relatif
0,95 dan 1,1 masing-masing tidak kurang dari 2,0.
Tabel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Nama Batas (%) dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Masing-masing Tidak lebih dari respons puncak kromatogram dan ukur respons puncak utama.
cemaran lain utama Larutan pembanding (0,5%) Hitung persentase terbinafin hidroklorida,
Total cemaran Tidak lebih dari 4 kali respons C21H25NHCl dalam krim dengan rumus:
puncak utama Larutan
pembanding (2,0%)
rU CS
Abaikan respons puncak zat tambahan (waktu retensi 100
kurang dari 2 menit) dan respons puncak kurang dari rS CU
respons puncak utama Larutan sensitivitas.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
kadar Terbinafin Hidroklorida BPFI dalam mg per
pada Kromatografi <931>.
mL Larutan baku; CU adalah kadar terbinafin
Dapar Larutan trietilamin P 0,2%, atur pH
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
hingga 7,5 dengan penambahan asam asetat glasial
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
P.
Larutan A Campuran metanol P- Dapar-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
asetonitril P (42:30:28). Saring dan awaudarakan.
baik, terlindung cahaya.
metanol P- Dapar- asetonitril P (42:30:28).
Larutan B Campuran metanol P–asetonitril P-
Dapar (57:38:5). Saring dan awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Tambahan monografi
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. KAPSUL TIAMFENIKOL
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Thiamphenicol Capsules
Terbinafin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan isopropanol P hingga kadar lebih Kapsul Tiamfenikol mengandung tiamfenikol,
kurang 0,2 mg per mL. C12H15Cl2NO5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim, lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
larutkan dan encerkan dengan isopropanol P etiket.
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Baku pembanding Tiamfenikol BPFI; simpan
sejumlah Terbinafin Hidroklorida BPFI, larutkan pada lemari pendingin, terlindung cahaya.
farmasiindustri.com
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku pada Uji Identifikasi Umum <291>.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Hitung persentase tiamfenikol, C12H15Cl2NO5S, lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat,
dalam kapsul dengan rumus: keringkan pada suhu 80º selama 5 jam.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Formaldehida Tidak lebih dari 20 bpj. Lakukan
tiamfenikol dari Larutan uji dan Larutan baku; penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
CS adalah kadar Tiamfenikol BPFI dalam mg per tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mL Larutan baku; CU adalah kadar tiamfenikol Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah asam hidroklorida P (3:2:0,004).
yang tertera pada etiket. Larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin Timbang
saksama sejumlah 2,4-dinitrofenil hidrazin P,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
rapat, terlindung dari cahaya. Simpan pada tempat kadar lebih kurang 1,65 mg per mL.
kering. Larutan baku persediaan Ukur saksama
sejumlah larutan formaldehida, setara dengan 37
mg formaldehida, masukkan ke dalam labu
Tambahan monografi tentukur 100-mL, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
TIKLOPIDIN HIDROKLORIDA
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Ticlopidine Hydrochloride persediaan, encerkan dengan metanol P hingga
kadar lebih kurang 1,85 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama 500 mg tiklopidin
hidroklorida, larutkan dan encerkan dalam 10 mL
metanol P. Jika perlu lakukan sonikasi untuk
melarutkan.
5-(o-klorobenzil)-4,5,6,7-tetrahidrotieno-[3,2-c] Derivatisasi Larutan baku dan Larutan uji Pipet
piridin hidroklorida [53885-35-1] 2,0 mL Larutan 2,4-dinitrofenil hidrazin,
C14H14ClNS.HCl BM 300,25 masukkan ke dalam lima labu tentukur 10-mL yang
berbeda. Masukkan 50 µL asam hidroklorida 2N
Tiklopidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dan 150 µL, 250 µL, dan 500 µL Larutan baku ke
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, dalam tiga labu tentukur pertama. Masukkan 500
C14H14ClNS.HCl, dihitung terhadap zat kering. µL Larutan uji ke dalam labu tentukur keempat dan
500 µL metanol P ke dalam labu tentukur kelima.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih. Campur tiap larutan dengan baik dan biarkan
bereaksi selama lebih kurang 30 menit pada suhu
Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan etanol; ruang. Encerkan tiap larutan dengan Fase gerak
sangat sukar larut dalam etil asetat. sampai tanda, kocok. Larutan harus diuji dalam
waktu 4 jam.
Baku pembanding Sulkonazol Nitrat BPFI: tidak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
boleh dikeringkan, dalam wadah tertutup rapat; tinggi dilengkapi dengan detektor 365 nm dan
Tiklopidin Hidroklorida BPFI: tidak boleh kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
terlindung cahaya; Senyawa Sejenis A Tiklopidin 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Hidroklorida BPFI; Senyawa Sejenis B Tiklopidin Larutan baku terderivatisasi yang disiapkan dari
Hidroklorida BPFI. 500 µL, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Identifikasi baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didis- 10,0%.
persikan dalam minyak mineral P menunjukkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
sama seperti pada Tiklopidin Hidroklorida BPFI. dan Larutan uji terderivatisasi ke dalam
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti puncak utama [Catatan Perkiraan waktu retensi
yang diperoleh pada Penetapan kadar. untuk 2,4-dinitrofenilhidrazin lebih kurang 3,5
farmasiindustri.com
hingga 1000 mL. Jika perlu, atur pH hingga antara Tablet Tiklopidin Hidroklorida mengandung
6,1 dan 6,6 dengan penambahan asam ortofosfat P tiklopidin hidroklorida, C14H14ClNS.HCl, tidak
atau natrium hidroksida P . kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol jumlah yang tertera pada etiket.
P-Dapar (6:7:7).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Baku pembanding Tiklopidin Hidroklorida BPFI:
sejumlah masing-masing Tiklopidin hidroklorida tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
BPFI dan Sulkonazol nitrat BPFI, larutkan dan tertutup rapat, terlindung cahaya.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
masing lebih kurang 0,2 mg per mL. Jika perlu Identifikasi
lakukan sonikasi untuk melarutkan. A. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah setara dengan 100 mg tiklopidin hidroklorida,
Tiklopidin hidroklorida BPFI, larutkan dan masukkan ke dalam labu yang sesuai. Tambahkan
encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih 1 mL air dan biarkan selama 15 menit, kocok
kurang 0,4 mg per mL. sesekali. Tambahkan lebih kurang 60 mL Fase
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, gerak (seperti tertera pada Penetapan kadar),
larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga sonikasi selama 15 menit, dan kocok secara
kadar lebih kurang 0,4 mg per mL. mekanis selama 15 menit. Encerkan dengan Fase
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja gerak sampai tanda, kocok. Pipet sejumlah larutan,
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 kurang 0,1 mg per mL tiklopidin hidrolorida:
dengan ukuran partikel 10 µm. Pertahankan suhu spektrum serapan ultraviolet menunjukkan
kolom pada 40. Laju alir lebih kurang 2 mL per maksimum pada panjang gelombang yang sama
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan (232 nm) seperti pada Tiklopidin Hidroklorida
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur BPFI.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
resolusi, R, antara puncak tiklopidin hidroklorida Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
dengan puncak sulkonazol nitrat tidak kurang dari yang diperoleh pada Penetapan kadar.
2,6. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Disolusi <1231>
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Media disolusi: 900 mL air, awaudarakan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Alat tipe 2: 50 rpm
1,0%. Waktu: 45 menit
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Blangko Gunakan Media disolusi.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Tiklopidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
kromatogram 1,5 kali waktu retensi puncak encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih
tiklopidin dan ukur respons puncak utama. Hitung kurang 0,278 mg per mL.
persentase tiklopidin hidroklorida, Larutan uji Saring alikot menggunakan
C14H14ClNS.HCl, dalam zat dengan rumus: penyaring membran yang sesuai.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan
( )( ) baku menggunakan sel 0,1-cm, pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 232
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak nm. Hitung persentase tiklodipin hidroklorida,
tiklopidin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah C14H14ClNS.HCl, yang terlarut dengan rumus:
kadar tiklopidin dalam Larutan baku; CU adalah
kadar tiklopidin dalam Larutan uji berdasarkan ( )( ) 𝑉
bobot yang ditimbang. 𝐿
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup AU danAS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
rapat, pada suhu di bawah 30°. dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan baku
dalam mg per mL; L adalah kadar tablet sesuai
etiket dalam mg; V adalah volume Media disolusi
(900 mL).
Tambahan monografi Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
TABLET TIKLOPIDIN HIDROKLORIDA tidak kurang dari 75% (Q) tiklodipin hidroklorida,
Ticlopidine Hydrochloride Tablets C14H14ClNS.HCl, dari jumlah yang tertera pada
etiket.
farmasiindustri.com
lebih kurang 3,0 ± 0,05 dengan penambahan berturut-turut adalah bobot molekul tizanidin
Larutan A atau natrium hidroksida 1 N. (253,71) dan tizanidin hidroklorida (290,17); dan F
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar adalah faktor respons relatif (seperti tertera pada
(20:80). Tabel). Masing-masing cemaran dan total cemaran
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
saksama masing-masing sejumlah Senyawa Sejenis
A Tizanidin BPFI, Senyawa Sejenis B Tizanidin Tabel
BPFI, dan Senyawa Sejenis C Tizanidin BPFI,
Nama Waktu Faktor Batas
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
retensi respons (%)
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL. relatif relatif
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Senyawa sejenis C
sejumlah Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan 0,8 1,0 0,1
tizanidin
dengan Fase gerak, tambahkan sejumlah Larutan Tizanidin 1,0 - -
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan Senyawa sejenis B
1,4 1,1 0,1
Fase gerak hingga kadar tizanidin hidroklorida dan tizanidin
masing-masing senyawa sejenis tizanidin lebih Senyawa sejenis A
10,2 1,1 0,1
kurang 0,23 mg per mL dan 0,01 mg per mL. tizanidin
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Masing-masing
Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan dan cemaran lain tidak - 1,0 0,1
spesifik
encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Total cemaran - - 0,3
kurang 0,046 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
kadar lebih kurang 1,14 mg per mL.
pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Dapar Timbang 6,8 g kalium fosfat monobasa P,
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
larutkan dalam 1000 mL air. Atur pH hingga lebih
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
kurang 7,5 ± 0,05 dengan penambahan kalium
Pertahankan suhu kolom pada 50. Laju alir lebih
hidroksida 5,3 N.
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
(20:80).
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
sejumlah masing-masing Tizanidin hidroklorida
tizanidin dengan puncak senyawa sejenis C
BPFI dan Senyawa sejenis C Tizanidin BPFI,
tizanidin tidak kurang dari 4,0; dan resolusi, R,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
antara puncak tizanidin dengan puncak senyawa
kadar masing-masing lebih kurang 46 µg per mL
sejenis B tizanidin tidak kurang dari 4,0. Lakukan
dan 0,12 µg per mL.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Tizanidin hidroklorida BPFI, larutkan dan
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
encerkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
dari 5000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih
kurang 46 µg per mL.
dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
larutkan dan encerkan dalam Fase gerak hingga
Waktu retensi relatif tertera pada Tabel].
kadar lebih kurang 46 µg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7.
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Pertahankan suhu kolom pada 35. Laju alir lebih
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
rumus:
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
( )( )( )( ) tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
tizanidin dengan puncak senyawa sejenis C
tizanidin tidak kurang dari 6. Lakukan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tizanidin dalam Larutan baku; CS adalah kadar tertera pada Prosedur: faktor ikutan untuk tizanidin
Tizanidin hidroklorida BPFI dalam mg per mL tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif
Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji [Catatan Waktu retensi relatif untuk senyawa
berdasarkan bobot yang ditimbang; Mr1 dan Mr2
farmasiindustri.com
sejenis C tizanidin dantizanidin berturut-turut 0,5 Larutan uji Encerkan alikot dengan Media
dan 1,0.] disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan baku.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
kromatogram dan ukur respons puncak utama. dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Hitung persentase tizanidin hidroklorida, kolom pada 50. Laju alir lebih kurang 1 mL per
C9H8ClN5S.HCl, dalam zat dengan rumus: menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
( )( )
tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tizanidin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
kadar Tizanidin hidroklorida BPFI dalam µg per dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mL Larutan baku; CU adalah kadar tizanidin kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
hidroklorida dalam µg per mL Larutan uji persentase tizanidin, C9H8ClN5S, yang terlarut
berdasarkan bobot yang ditimbang. dengan rumus:
warna, dan intensitas bercak utama Larutan uji persentase triamsinolon asetonida, C24H31FO6,
sesuai dengan Larutan baku. dalam krim dengan rumus:
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
masing 10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada triamsinolon asetonida dan fluoksimesteron tidak
lempeng kromatografi dengan jarak lebih kurang kurang dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
1,5 cm dari bawah lempeng. Masukkan lempeng ke penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak volume sama (15 µL sampai 25 µL) Larutan baku
merambat hingga 12 cm diatas garis penotolan. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Angkat lempeng, tandai batas rambat, dan kromatogram, dan ukur respons puncak baku
keringkan di udara. Semprot lempeng dengan internal dan triamsinolon asetonida. Hitung
Penampak bercak, terjadi warna biru: harga Rf, persentase triamsinolon asetonida, C24H31FO6,
warna, dan intensitas bercak utama Larutan uji dalam salep dengan rumus:
sesuai dengan Larutan baku.
RU CS
Penghitungan mikroba dan Uji mikroba spesifik x x100
<52> dan <53> Uji terhadap Staphylococcus aureus RS CU
dan Pseudomonas aeruginosa memberikan hasil
negatif. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
respons puncak triamsinolon asetonida terhadap
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku;CS
adalah kadar Triamsinolon Asetonida BPFI dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera triamsinolon asetonida dalam µg per mL Larutan
pada Kromatografi <931>. uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (70:30),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti baik.
yang tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang saksama
sejumlah fluoksimesteron, larutkan dan encerkan
dengan isopropil alkohol P hingga kadar lebih
kurang 50 µg per mL. Tambahan monografi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah TRIMETAZIDIN HIDROKLORIDA
Triamsinolon Asetonida BPFI, larutkan dalam Trimetazidine Hydrochloride
Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang
75 µg per mL. Campur larutan ini dan Fase gerak
(1:1). Kadar Triamsinolon Asetonida BPFI lebih
kurang 37,5 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
setara dengan 1,5 mg triamsinolon asetonida,
masukkan ke dalam tabung sentrifuga bertutup ulir. 1-(2,3,4-trimetoksibenzil) piperazin dihidro-klorida
Tambahkan 20,0 mL Larutan baku internal, tutup [13171-25-0]
rapat tabung. Panaskan pada suhu 60° selama 5 C14H22N2O3.2HCl BM 339,26
menit, kocok kuat selama tidak kurang dari 30
detik. Ulangi pemanasan dan pengocokan selama 3 Trimetazidin Hidroklorida mengandung tidak
kali. Dinginkan larutan dalam tangas metanol es kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
selama 15-20 menit, dan sentrifus selama 15 menit C14H22N2O3.2HCl, dihitung terhadap zat kering.
pada suhu -5°. Pipet sejumlah volume beningan,
encerkan dengan Fase gerak (1:1). Dinginkan Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih,
larutan dalam tangas metanol es selama 10-15 tidak berbau.
menit, aduk sesekali. Saring larutan menggunakan
wol kaca atau prefilter disk, kemudian saring Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam
dengan penyaring membran porositas 0,45 μm larutan asam hidroklorida 0,1 N, atau dalam larutan
hingga diperoleh larutan jernih. natrium hidroksida 0,1 N; mudah larut dalam asam
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja asetat; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan etanol; praktis tidak larut dalam eter.
kolom 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
Atur laju alir hingga waktu retensi triamsinolon Baku pembanding Trimetazidin Hidroklorida
asetonida lebih kurang 14,5 menit. Lakukan BPFI. Piperazin BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti
farmasiindustri.com
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 waktu suhu kenaikan
bpj. (menit) () suhu Keterangan
(/menit)
Uji batas arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 2 0-6 60 - isotermal
bpj. Lakukan penetapan menggunakan larutan uji 6-18 60 180 10 gradien linear
yang disiapkan sebagai berikut: timbang saksama 18-19 180 - isotermal
1,0 g zat, larutkan dalam 23 mL air, tambahkan 5
mL asam hidroklorida P. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Piperazin Tidak lebih dari 0,1%, dihitung terhadap seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
piperazin anhidrat. setiap masing-masing puncak cemaran yang
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi berdekatan tidak kurang dari 1,5.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Masukkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak Campuran etanol P-amonium volume sama (lebih kurang 5,0 mL) Larutan uji
hidroksida P (80:20). dan Larutan baku ke dalam vial headspace, tutup
Penjerap Gunakan silika gel G P. vial. Suntikkan sejumlah volume sama gas dari
Pengencer Gunakan metanol P. vial headspace Larutan baku dan Larutan uji,
Penampak bercak Campuran asam kloroplatina rekam kromatogram dan ukur semua respons
P 0,3%-kalium iodida P 6% (1:1). puncak. Hitung persentase etanol, metilen klorida,
kloroform, dan toluen dalam zat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Piperazin Hidrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 22,6 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
µg per mL. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, pada Kromatografi <931>.
Larutan A Campuran Larutan natrium
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
heptansulfonat anhidrat 0,287% - metanol P
kadar lebih kurang 10 mg per mL.
farmasiindustri.com
(643:357), atur pH hingga 3,0 dengan penambahan besar dari respons puncak trimetazidin dalam
asam ortofosfat P 10%. Larutan baku (0,2%); total respons puncak
Larutan B Gunakan metanol P. cemaran tidak lebih besar dari 2,5 kali respons
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A puncak trimetazidin dalam Larutan baku (0,5%);
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dan abaikan respons puncak yang lebih kecil dari
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian puncak trimetazidin dalam Larutan sensitivitas
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada (0,02%).
Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
lebih kurang 20 mg Trimetazidin Hidroklorida Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
BPFI, larutkan dalam 2 mL air, tambahkan 3 mL pada Kromatografi <931>.
Larutan hidrogen peroksida 30%, kocok dan Larutan A Campuran Larutan natrium
biarkan pada suhu antara 22° dan 35° selama 1-2 heptansulfonat anhidrat 0,287% - metanol P
jam (kontrol produk degradasi oksidatif lebih (643:357), atur pH hingga 3,0 dengan penambahan
kurang 2%). asam ortofosfat P 10%.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 Larutan B Gunakan metanol P.
mg trimetazidin hidroklorida, masukkan ke dalam Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan (80:20).
air sampai tanda. Larutan baku persediaan Timbang saksama 100
Larutan baku persediaan Pipet 2,0 mL Larutan mg Trimetazidin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan
encerkan dengan air sampai tanda. encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku Pipet 1,0 mL Larutan baku Larutan baku Pipet 5,0 mL Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 10- persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
mL, encerkan dengan air sampai tanda. mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan sensitivitas Pipet 1,0 mL Larutan baku, Larutan uji persediaan Timbang saksama 100
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
dengan air sampai tanda. larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan uji Pipet 5,0 mL Larutan uji persediaan,
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi dengan air sampai tanda.
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kromatograf diprogram sebagai berikut : tinggi dilengkapi dengan detektor 231 nm dan
kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi
Waktu Larutan A Larutan B bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
(menit) (%) (%) Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
0 100 0 rekam kromatogram dan ukur respons puncak
10 100 0 seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
60 40 60 puncak trimetazidin dengan puncak cemaran yang
62 100 0 berdekatan tidak kurang dari 1,5; dan efisiensi
70 100 0
kolom dari puncak trimetazidin tidak kurang dari
3000 lempeng teoritis.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
waktu retensi trimetazidin adalah 30 menit; waktu kromatogram dan ukur respons puncak utama.
retensi relatif produk degradasi oksidatif adalah Hitung persentase trimetazidin hidroklorida,
0,95; resolusi, R, antara puncak produk degradasi C14H22N2O3.2HCl, dalam zat dengan rumus:
oksidatif dengan puncak trimetazidin tidak kurang
dari 1,5; dan resolusi, R, antara puncak trimetazidin
dengan puncak cemaran yang berdekatan tidak ( )( )
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
semua respons puncak seperti tertera pada
trimetazidin dalam Larutan uji dan Larutan baku;
Prosedur: perbandingan signal to noise pada
CS adalah kadar Trimetazidin Hidroklorida BPFI
puncak trimetazidin tidak kurang dari 10.
dalam Larutan baku; CU adalah kadar trimetazidin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam Larutan uji berdasarkan bobot yang
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
ditimbang.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak:
respons puncak senyawa sejenis lainnya tidak lebih
farmasiindustri.com
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam
rapat, terlindung cahaya. ortofosfat P 10%.
Larutan B Gunakan metanol P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Tambahan monografi kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
TABLET TRIMETAZIDIN
Kromatografi <931>.
HIDROKLORIDA Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Trimetazidine Hydrochloride Tablets lebih kurang 20 mg Trimetazidin Hidroklorida
BPFI, larutkan dalam 2 mL air, tambahkan 3 mL
Tablet Trimetazidin Hidroklorida mengandung Larutan hidrogen peroksida 30%, kocok dan
trimetazidin hidroklorida, C14H22N2O3.2HCl, tidak biarkan pada suhu antara 22° dan 35° selama 1-2
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jam (kontrol produk degradasi oksidatif lebih
jumlah yang tertera pada etiket. kurang 2%).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Baku pembanding Trimetazidin Hidroklorida tablet setara dengan lebih kurang 200 mg
BPFI. trimetazidin hidroklorida, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-mL, tambahkan sejumlah air, sonikasi
Identifikasi untuk melarutkan trimetazidin hidroklorida,
A. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet, encerkan dengan air sampai tanda. Kocok dan
larutkan dan encerkan dengan asam hidroklorida sentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 15
0,1 N hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL, menit. Gunakan beningan.
saring: spektrum serapan ultraviolet larutan Larutan pembanding Pipet 1,0 mL Larutan uji,
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang encerkan dengan 100 mL air, kocok.
231 nm. Larutan sensitivitas Pipet 2,0 mL Larutan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram pembanding, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda, kocok.
yang diperoleh pada Penetapan kadar. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan
Disolusi <1231> kolom dengan diameter 4,6 mm x 15 cm berisi
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
0,05 N. Kromatograf diprogram sebagai berikut :
Alat tipe 2: 50 rpm
Waktu: 30 menit Waktu Larutan A Larutan B
Larutan baku Timbang saksama sejumlah (menit) (%) (%)
Trimetazidin Hidroklorida BPFI, larutkan dan 0 100 0
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih 10 100 0
kurang 20 µg per mL. 60 40 60
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring 62 100 0
membran dengan porositas yang sesuai. 70 100 0
Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
baku, pada panjang gelombang lebih kurang 234 sistem, rekam kromatogram dan ukur semua
nm. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut waktu retensi trimetazidin adalah 30 menit; waktu
tidak kurang dari 65% (Q) trimetazidin retensi relatif produk degradasi oksidatif adalah
hidroklorida, C14H22N2O3.2HCl, dari jumlah yang 0,95; resolusi, R, antara puncak produk degradasi
tertera pada etiket. oksidatif dengan puncak trimetazidin tidak kurang
dari 1,5 dan resolusi, R, antara puncak trimetazidin
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dengan puncak cemaran yang berdekatan tidak
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur
Tablet. semua respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: perbandingan signal to noise pada
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara puncak trimetazidin tidak kurang dari 10.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pada Kromatografi <931>. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan
Larutan A Campuran Larutan natrium 1- pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
heptansulfonat P 0,287% - metanol P (643:357), rekam kromatogram dan ukur semua respons
puncak: respons puncak masing-masing cemaran
farmasiindustri.com
Tambahan monografi
( ) 𝑉 ( ) 𝐷 ( )
TABLET VALASIKLOVIR 𝐿
Valacyclovir Tablets
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Tablet Valasiklovir mengandung valasiklovir utama dari Larutan uji dan Larutan baku; V adalah
hidroklorida setara dengan valasiklovir, volume Media disolusi, 900 mL; Mr1 dan Mr2
C13H20N6O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak berturut-turut adalah bobot molekul valasiklovir
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada dan valasiklovir hidroklorida, 324,34 dan 360,80;
etiket. D adalah faktor pengenceran Larutan uji; CS adalah
kadar Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg
Baku pembanding Valasiklovir Hidroklorida per mL Larutan baku; L adalah kadar valasiklovir
BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam yang tertera pada etiket dalam mg per tablet.
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
dalam lemari pendingin. tidak kurang dari 75% (Q) valasiklovir,
C13H20N6O4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi
A.Waktu retensi puncak utama kromatogram UJI 2
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1
yang diperoleh pada Penetapan kadar. N.
B.Menunjukkan reaksi Klorida seperti yang Alat tipe 2: 50 rpm.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Waktu: 45 menit.
Larutan baku Timbang saksama Valasiklovir
Disolusi <1231> Hidroklorida BPFI larutkan dan encerkan dengan
UJI 1 Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,6 mg
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 per mL untuk tablet dengan kekuatan 500 mg; 1,2
N. mg per mL untuk tablet dengan kekuatan 1000 mg.
Alat tipe 2: 50 rpm. Sejumlah volume metanol P tidak lebih 5% dari
Waktu: 45 menit. volume akhir, dapat digunakan untuk membantu
Lakukan penetapan jumlah C13H20N6O4 yang kelarutan.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Larutan uji Saring alikot melalui penyaring
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. membran dengan porositas 0,45 m. Buang 3 mL filtrat
Pengencer Larutan asam ortofosfat P 0,1%. pertama.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Pengencer Prosedur Lakukan penetapan jumlah
(5:95). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan C13H20N6O4, yang terlarut dengan mengukur
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
tertera pada Kromatografi <931>. gelombang serapan maksimum lebih kurang 252
Larutan baku Timbang saksama sejumlah nm menggunakan sel 0,02-cm. Hitung persentase
Valasiklovir Hidroklorida BPFI, larutkan dalam valasiklovir, C13H20N6O4 yang terlarut dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,044 mg per rumus:
mL.
( ) 𝑉 ( ) 𝐷 ( )
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring 𝐿
membran dengan porositas 0,45 m. Encerkan dengan
farmasiindustri.com
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku A. Spektrum serapan infra merah zat yang
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari didispersikan dalam minyak mineral P,
2,0%. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah gelombang yang sama seperti pada Valsartan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku ke BPFI.
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
respons puncak utama. Hitung persentase Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
valasiklovir, C13H20N6O4, dalam tablet yang yang diperoleh pada Penetapan kadar.
digunakan dengan rumus:
Serapan tidak lebih dari 0,02. Ukur serapan
larutan zat dalam metanol P (1 dalam 20) dalam sel
( ) ( ) ( ) 1-cm pada panjang gelombang 420 nm.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
utama Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Valasiklovir Hidroklorida BPFI dalam mg Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
per mL Larutan baku; CU adalah kadar valasiklovir
dalam mg per mL Larutan uji; Mr1 adalah bobot Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10
molekul valasiklovir (324,34) dan Mr2 adalah bobot bpj.
molekul valasiklovir hidroklorida (360,80).
Tambahan persyaratan
Nitrosamin Lakukan penetapan menggunakan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
metoda yang sesuai. Masing-masing cemaran tidak
rapat, pada suhu ruang terkendali.
lebih dari batas yang tertera pada Tabel
Penandaan Cantumkan uji disolusi yang
Tabel
digunakan, jika tidak menggunakan Uji 1.
Nitrosamin Batas
(bpj)
N-Nitrosodimethylamine (NDMA) 0.3
VALSARTAN N-Nitrosodiethylamine (NDEA) 0.083
Valsartan
Senyawa sejenis A valsartan Tidak lebih dari
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran n heksan P-
isopropil alkohol P- asam trifloroasetat P
(850:150:1). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
N-p-(o-1H-Tetrazol-5-ilfenil)benzil-N-valeril-L- lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Valin 137862-53-4 seperti tertera pada Kromatografi <931>.
C24H29N5O3 BM 435,52 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Senyawa sejenis A Valsartan BPFI, larutkan dan
Valsartan mengandung tidak kurang dari 98,0% encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
dan tidak lebih dari 102,0% C24H29N5O3, dihitung kurang 0,01 mg per mL.
terhadap zat kering. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Pemerian Serbuk higroskopis, putih atau hampir kadar lebih kurang 1 mg per mL. Lakukan sonikasi
putih. selama 5 menit.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah sejumlah Valsartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
larut dalam etanol mutlak; sukar larut dalam Valsartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
metilen klorida. Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih
kurang 0,04 mg per mL.
Baku pembanding Valsartan BPFI; tidak boleh
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dikeringkan sebelum digunakan. Higroskopis.
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L40
cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis A
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Valsartan BPFI. Senyawa Sejenis B Valsartan
0,8 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
BPFI. Senyawa Sejenis C Valsartan BPFI.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram
Identifikasi dan ukur respons puncak seperti tertera pada
farmasiindustri.com
Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
sejenis A valsartan dan valsartan tidak kurang dari Senyawa sejenis B Valsartan BPFI atau Senyawa
2,0 dan simpangan baku relatif senyawa sejenis A sejenis C Valsartan BPFI dalam mg per mL
valsartan pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Larutan baku dan CU adalah kadar valsartan dalam
5%. mg per mL Larutan uji. Hitung persentase masing-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah masing cemaran lain dalam zat dengan rumus:
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam ( ) ( )
kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase senyawa sejenis A valsartan
dalam zat dengan rumus:
ri adalah respons puncak cemaran lain dari Larutan
uji; rS adalah respons puncak valsartan dari Larutan
( ) ( ) baku; CS adalah kadar Valsartan BPFI dalam mg
per mL Larutan baku; CU adalah kadar valsartan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan total
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
senyawa sejenis A valsartan dari Larutan uji dan
Tabel.
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A
Tabel
Valsartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar valsartan dalam mg per mL Cemaran Batas
Larutan uji. (%)
Senyawa sejenis B valsartan 0,2
Senyawa sejenis B valsartan, senyawa sejenis C Senyawa sejenis C valsartan 0,1
valsartan dan senyawa sejenis lainnya Cemaran lain 0,1
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Total cemaran 0,3
Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Valsartan BPFI, Senyawa Sejenis B Valsartan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
BPFI dan Senyawa Sejenis C Valsartan BPFI, pada Kromatografi <931>.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam
kadar masing-masing lebih kurang 1 µg per mL. asetat glasial P-air (500:1:500). Saring dan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Penetapan kadar kecuali gunakan detektor 225 nm. Valsartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per
rekam kromatogram dan ukur respons puncak mL.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
puncak senyawa sejenis B valsartan dan valsartan larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
tidak kurang dari 1,8; simpangan baku relatif kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
puncak senyawa sejenis B valsartan pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0% dan tinggi dilengkapi dengan detektor 273 nm dan
simpangan baku relatif puncak valsartan pada kolom 3,0 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 0,4 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kromatogram dan ukur semua respons puncak. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Hitung persentase senyawa sejenis B valsartan dan tidak lebih dari 2,0%.
senyawa sejenis C valsartan dalam zat dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
rumus: volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
( ) ( ) Hitung persentase valsartan, C24H29N5O3, dalam zat
yang digunakan dengan rumus:
dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan 0,1 mL kromatogram dan ukur respons puncak utama.
dietilamina P, encerkan dengan metanol P sampai Hitung persentase zolpidem tartrat, C42H48N6O8,
tanda. yang terlarut.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing- Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
masing 5 µL Larutan baku, Larutan kesesuaian tidak kurang dari 75% (Q) C42H48N6O8 dari jumlah
sistem, dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. yang tertera pada etiket.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Fase gerak merambat hingga 15 cm. Angkat
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada panjang gelombang 254 nm: harga Rf bercak pada Kromatografi <931>.
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Uji Larutan asam fosfat Buat larutan asam ortofosfat
dinyatakan absah jika pada Larutan kesesuaian P dengan kadar 5,6 mg per mL.
sistem, dua bercak utama terpisah. Larutan A Buat campuran asetonitril P-metanol
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram P-Larutan asam fosfat (18:23:59). Atur pH hingga
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti 5,5 dengan penambahan trietilamin P
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan B Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Disolusi <1231> dan Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N kromatografi.
Alat tipe 2: 50 rpm Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Waktu: 45 menit Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa sejenis A
Lakukan penetapan persentase zolpidem tartrat, Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan dengan
C42H48N6O8, yang terlarut dengan cara Larutan A hingga kadar masing-masing lebih
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera kurang 50 µg per mL.
pada Kromatografi <931>. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan asam ortofosfat Buat larutan asam tablet setara dengan lebih kurang 10 mg zolpidem
ortofosfat P dengan kadar 5,6 mg per mL. tartrat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- Tambahkan 80 mL Larutan A, kocok dengan
metanol P-Larutan asam ortofosfat (18:23:59). bantuan sonikasi, dan encerkan dengan Larutan A
Atur pH hingga 5,5 dengan penambahan trietilamin sampai tanda. Saring larutan melalui penyaring
P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan nilon dengan porositas 0,45 µm.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Larutan pembanding 1 Pipet 1 mL Larutan uji
tertera pada Kromatografi <931>. ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan A sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke
Zolpidem Tartrat BPFI, larutkan dan encerkan dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang Larutan A sampai tanda.
5,5 µg per mL. Larutan pembanding 2 Campur satu bagian
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan pembanding 1 dengan satu bagian Larutan
sejumlah Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa A.
sejenis A Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dengan Fase gerak hingga kadar masing-masing tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom
lebih kurang 50 µg per mL. 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Larutan uji Saring sejumlah alikot, jika perlu ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL
encerkan dengan Media disolusi hingga kadar lebih per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
kurang 5,5 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan Waktu A B
Eluasi
kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 (menit) (%) (%)
dengan ukuran partikel 4 m. Pertahankan suhu
0-20 100 0 Isokratik
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 20-40 100→50 0→50 Gradien Linier
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur 40-45 50 50 Isokratik
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 45-46 50→100 50→0 Gradien Linier
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
46-60 100 0 Kesetimbangan
zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari 2,0.
kembali
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
farmasiindustri.com
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi setara dengan lebih kurang 10 mg zolpidem tartrat,
zolpidem lebih kurang 10,5 menit; waktu retensi masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
relatif asam tartrat dan senyawa sejenis A zolpidem Tambahkan 80 mL Fase gerak, kocok dengan
terhadap zolpidem berturut-turut lebih kurang 0,16 bantuan sonikasi, dan encerkan dengan Fase gerak
dan 0,8; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis sampai tanda. Saring larutan melalui penyaring
A zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari 2,0. nilon dengan porositas 0,45 µm. Pipet 1 mL larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah ini ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku, Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji, Larutan pembanding 1, dan Larutan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pembanding 2 ke dalam kromatograf, rekam tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kromatogram dan ukur semua respons puncak: kolom 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
Pada Larutan uji: respons puncak selain puncak dengan ukuran partikel 4 m. Pertahankan suhu
utama tidak lebih besar dari respons puncak utama kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Larutan pembanding 1 (0,2%); total respons menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
puncak selain puncak utama tidak lebih dari 2,5 kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
kali respons puncak utama Larutan pembanding 1 semua respons puncak seperti tertera pada
(0,5%). Abaikan respons puncak kurang dari Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
respons puncak utama Larutan pembanding 2 sejenis A zolpidem dan zolpidem tidak kurang dari
(0,1%). Abaikan respons puncak asam tartrat. 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pada Kromatografi <931>. kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Larutan asam ortofosfat Buat larutan asam Hitung persentase zolpidem tartrat, C42H48N6O8,
ortofosfat P dengan kadar 5,6 mg per mL. dalam tablet dengan rumus:
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-
metanol P-Larutan asam ortofosfat (18:23:59).
Atur pH hingga 5,5 dengan penambahan trietilamin ( ) ( )
P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Zolpidem Tartrat BPFI, larutkan dan encerkan Zolpidem Tartrat BPFI dalam mg per mL Larutan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 baku; CU adalah kadar zolpidem tartrat dalam mg
µg per mL. per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama pada etiket.
sejumlah Zolpidem Tartrat BPFI dan Senyawa
sejenis A Zolpidem BPFI, larutkan dan encerkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan Fase gerak hingga kadar masing-masing rapat. Simpan pada suhu tidak lebih dari 25°.
lebih kurang kurang 50 µg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
farmasiindustri.com
MONOGRAFI
PRODUK BIOLOGI
farmasiindustri.com
Tambahan monografi Hanya lot benih kerja yang memenuhi syarat yang
VAKSIN BASIL CALMETTE-GUERIN digunakan untuk propagasi.
Bacillus Calmette-Guerin Vaccine
Identifikasi
Vaksin BCG adalah sediaan beku kering bakteri Bakteri dalam lot benih kerja diidentifikasi sebagai
hidup turunan dari kultur basil Calmette dan Guerin Mycobacterium bovis BCG menggunakan teknik
(Mycobacterium bovis BCG) yang kemampuannya mikrobiologi, yang dapat ditambahkan dengan
melawan tuberkulosis yang telah ditetapkan. teknik biologi molekular (misalnya, amplifikasi
asam nukleat dan restriction-fragment-length
PRODUKSI polymorphism).
Produksi vaksin BCG harus dilakukan oleh
personel yang sehat dan tidak bekerja dengan Kontaminasi bakteri dan jamur
patogen menular lainnya; khususnya tidak boleh Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan
bekerja dengan virus galur virulen Mycobacterium penetapan menggunakan 10 mL untuk masing-
tuberculosis, serta tidak boleh terpapar risiko masing media. Lot benih kerja memenuhi uji
infeksi tuberkulosis. Personel diperiksa terhadap sterilitas, kecuali terhadap mikobakteria.
tuberkulosis secara berkala. Vaksin BCG rentan Mikrobakteria virulen Lakukan seperti tertera
terhadap sinar matahari sehingga proses produksi pada Uji menggunakan 6 marmot.
harus dirancang agar semua produk terlindung dari
sinar matahari secara langsung dan sinar ultraviolet PROPAGASI DAN PANENAN
dalam semua tahap, mulai dari produksi, pengujian, Bakteri ditumbuhkan dalam media yang cocok
dan penyimpanan. selama tidak lebih dari 21 hari, secara kultur. Media
kultur tidak mengandung bahan yang toksik atau
Produksi dilakukan berdasarkan sistem lot benih. alergenik pada manusia atau menyebabkan bakteri
Metode produksi harus menghasilkan produk menjadi virulen bagi marmot. Kultur dipanen dan
vaksin BCG yang menginduksi sensitivitas disuspensikan dalam media cair steril yang
tuberkulin pada manusia secara konsisten, melindungi viabilitas vaksin seperti yang
memberikan potensi yang dapat melindungi hewan ditetapkan dengan uji viabilitas yang sesuai.
uji, dan aman. Vaksin dibuat dari biakan yang
berasal dari lot benih induk, tidak lebih dari 12 VAKSIN RUAHAN AKHIR
pasase. Selama berlangsungnya pasase sediaan Vaksin ruahan akhir dibuat dari panenan tunggal
tidak boleh dibekukeringkan lebih dari satu kali. atau dengan pengumpulan sejumlah panenan
tunggal. Stabilisator dapat ditambahkan; jika
Jika uji bioluminesensi atau metode biokimia lain stabilisator mengganggu penetapan kadar bakteri
digunakan sebagai pengganti uji viabilitas, metode pada vaksin ruahan akhir, maka penetapan
tersebut divalidasi terhadap uji viabilitas pada dilakukan sebelum penambahan stabilisator.
setiap tahap proses ketika metode tersebut Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat
digunakan. yang dapat digunakan untuk pembuatan lot akhir.
bakteri total berada dalam batas yang telah hari. Pada akhir periode pengamatan, lakukan
disetujui untuk produk tertentu. autopsi dan amati gejala infeksi tuberkulosis,
Rasio jumlah unit viabilitas terhadap konsentrasi abaikan beberapa reaksi minor pada area
bakteri total tidak kurang dari nilai yang disetujui. penyuntikan. Hewan yang mati selama periode
pengamatan juga diamati gejala tuberkulosisnya.
LOT AKHIR Vaksin memenuhi syarat jika tidak satu pun
Vaksin ruahan akhir didistribusikan ke dalam marmot menunjukkan gejala tuberkulosis dan jika
wadah steril dan dibekukeringkan sehingga tidak lebih dari 1 hewan mati selama periode
kandungan kelembapan sesuai untuk stabilitas pengamatan. Jika 2 hewan mati selama masa
produk; wadah tertutup baik dalam vakum atau gas pengamatan dan autopsi tidak menunjukkan tanda-
inert. tanda tuberkulosis, ulangi pengujian menggunakan
Kecuali jika wadah terisi dan tertutup disimpan 6 marmot yang lain.
pada suhu -20º atau lebih rendah, masa Vaksin memenuhi syarat jika tidak lebih dari 1
kedaluwarsa tidak lebih dari 4 tahun dari tanggal hewan uji mati selama 42 hari setelah penyuntikan
panenan. dan hasil autopsi tidak menunjukkan gejala-gejala
Hanya lot akhir yang memenuhi syarat unit tuberkulosis.
viabilitas dan Identifikasi, Uji, dan Penetapan dapat
diluluskan untuk penggunaan. Jika uji mikobakteria Kontaminasi bakteri dan jamur
virulen pada vaksin ruahan akhir memenuhi syarat, Sterilitas <71> Memenuhi syarat, kecuali
maka tidak dilakukan pada lot akhir. Jika uji terhadap mikobakteria.
reaktivitas kulit pada lot benih kerja dan pada 5 lot Reaktivitas kulit Gunakan 6 marmot sehat,
akhir berturut-turut memenuhi syarat maka uji berwarna putih atau pucat, masing-masing dengan
tersebut tidak dilakukan pada lot akhir. bobot tidak kurang dari 250 g dan tidak
mendapatkan perlakuan yang dapat mengganggu
Perhitungan unit viabilitas pengujian. Suntikkan secara intradermal pada
Tetapkan jumlah unit viabilitas per milliliter masing-masing marmot, secara acak, masing-
dengan cara menghitung viabilitas pada media masing 0,1 mL vaksin yang direkonstitusi dan 2
padat menggunakan metode yang sesuai untuk seri pengenceran sepuluh kali lipat dari vaksin
produk yang diuji atau menggunakan metode tersebut serta dosis yang sama dari baku vaksin.
biokimia yang sesuai. Rasio jumlah unit viabilitas Amati lesi yang terbentuk di area penyuntikan
setelah dan sebelum dibekukeringkan tidak kurang selama 4 minggu. Vaksin memenuhi syarat jika
dari nilai yang disetujui. reaksi yang dihasilkan tidak berbeda bermakna dari
reaksi yang dihasilkan oleh baku vaksin.
Stabilitas termal Air <1031> Tidak lebih dari batas yang telah
Simpan lot akhir vaksin beku kering pada suhu 37º disetujui, ditetapkan dengan metode yang sesuai.
± 1º selama 4 minggu. Tentukan jumlah unit Penetapan Potensi/Viabilitas Tentukan jumlah
viabilitas seperti tertera pada Penetapan. Lakukan unit viabilitas produk yang direkonstitusi melalui
uji secara paralel untuk vaksin yang disimpan pada perhitungan viabilitas pada media padat
suhu 37º ± 1º dan vaksin yang disimpan pada suhu menggunakan metode sesuai atau metode biokimia
penyimpanan yang sesuai. yang telah divalidasi. Jumlah unit viabilitas berada
Jumlah unit viabilitas vaksin yang disimpan pada dalam rentang yang tertera pada label. Tentukan
suhu 37º ± 1º tidak kurang dari 20% dibandingkan jumlah unit viabilitas terhadap baku vaksin secara
dengan vaksin yang disimpan pada suhu paralel.
penyimpanan.
Wadah dan Penyimpanan Simpan dalam wadah
IDENTIFIKASI terlindung dari sinar matahari. Jika sudah
Vaksin BCG diidentifikasi secara mikroskopis direkonstitusi, vaksin harus segera digunakan, jika
bentuk basil dengan pewarnaan bakteri tahan asam ada yang tersisa harus dibuang.
dan melalui bentuk karakteristik koloni yang
tumbuh dalam media padat. Alternatif lain, dapat Tambahan monografi
digunakan teknik biologi molekuler (misalnya VAKSIN CAMPAK, HIDUP
amplifikasi asam nukleat). Measles Vaccine, Live
UJI BATAS Vaksin campak (hidup) merupakan sediaan beku
Mikobakteria virulen Suntikkan secara subkutan kering dari jenis virus campak yang sesuai dan
atau intramuskular pada masing-masing 6 marmot, dilemahkan. Vaksin direkonstitusi sesaat sebelum
dengan bobot 250-400 g dan tidak pernah digunakan, seperti tertera pada label, untuk
mendapat perlakuan yang dapat mempengaruhi menghasilkan larutan jernih yang dapat berwarna
pengujian, vaksin yang diuji setara dengan 50 dosis ketika terdapat indikator pH.
manusia. Amati hewan selama tidak kurang dari 42 PRODUKSI
farmasiindustri.com
Produksi vaksin berdasarkan pada sistem lot benih media pertumbuhan, tetapi media terakhir untuk
dan sistem bank sel jika virus dipropagasi dalam sel memelihara sel selama multiplikasi virus tidak
diploid manusia. Metode produksi harus dapat mengandung serum hewan. Serum dan tripsin yang
menghasilkan vaksin campak hidup dengan digunakan dalam persiapan suspensi sel dan media
imunogenisitas dan keamanan yang memadai kultur harus bebas dari agens asing. Media kultur
secara konsisten. Kecuali telah dijustifikasi dan sel dapat mengandung indikator pH seperti fenol
disetujui, pasase virus dalam produk akhir lot benih merah, dan antibiotik yang sesuai pada kadar
induk tidak boleh lebih dari virus yang digunakan efektif terkecil. Diutamakan agar substrat bebas
untuk membuat vaksin yang sudah terbukti khasiat dari antibiotik selama produksi. Tidak kurang dari
dan keamanannya dalam studi klinis; walaupun 500 mL kultur sel produksi disisihkan sebagai
dengan persetujuan resmi, kelebihan jumlah pasase kultur sel yang tidak diinfeksi (sel kontrol).
dari yang digunakan dalam uji klinik tidak boleh Suspensi virus dipanen pada waktu yang sesuai
lebih dari 5. dengan galur virus yang digunakan.
Hanya panenan tunggal yang memenuhi
Potensi neurovirulensi galur vaksin perlu persyaratan berikut yang dapat digunakan dalam
dipertimbangkan selama pengembangan pra-klinis, pembuatan produk ruahan.
berdasarkan data epidemiologi yang tersedia Identifikasi Panenan tunggal diidentifikasi
tentang neurovirulensi dan neurotropisme, terutama dengan netralisasi serum dalam kultur sel,
untuk virus tipe liar. Mengingat hal tersebut, menggunakan antibodi spesifik.
analisis risiko perlu dilakukan. Jika perlu, lakukan Konsentrasi virus Lakukan seperti yang
pengujian pada galur vaksin menggunakan model ditentukan dalam Penetapan untuk mengawasi
hewan yang dapat membedakan virus tipe liar dan konsistensi produksi dan untuk menentukan
virus yang dilemahkan; pengujian pada galur pengenceran yang akan digunakan untuk produk
pelemahan intermediat juga mungkin diperlukan. ruahan.
Metode produksi divalidasi untuk menunjukkan Agens asing <72> Panenan tunggal memenuhi
bahwa produk akan memenuhi uji toksisitas syarat
abnormal untuk imunosera dan vaksin untuk Sel kontrol Jika sel diploid manusia digunakan
penggunaan manusia. <252> untuk produksi, sel kontrol harus memenuhi
persyaratan untuk Identifikasi. Sel kontrol juga
Substrat untuk Propagasi Virus Virus harus memenuhi persyaratan untuk agens asing.
dipropagasi dalam sel diploid manusia <1412> atau <72>
dalam kultur sel embrio ayam yang berasal dari
kelompok ayam yang bebas dari patogen spesifik Vaksin Ruahan Akhir
<1411> Panenan virus yang memenuhi persyaratan diatas
dikumpulkan dan dijernihkan untuk menghilangkan
Lot Benih sel. Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan dan
Galur virus campak harus diidentifikasi kumpulan panenan diencerkan sesuai kebutuhan.
berdasarkan catatan sejarah yang mencantumkan Hanya vaksin produk ruahan yang memenuhi
informasi mengenai asal mula galur dan proses- persyaratan berikut yang dapat digunakan untuk
proses rekayasa selanjutnya. Lot benih virus pembuatan produk jadi.
disiapkan dalam jumlah besar dan disimpan pada Kontaminasi bakteri dan jamur Produk ruahan
suhu dibawah -20° dalam bentuk beku kering, atau memenuhi persyaratan Sterilitas <71>
dibawah -60° jika tidak dalam bentuk beku kering. menggunakan 10 mL untuk setiap media.
Hanya lot benih yang memenuhi persyaratan
berikut yang dapat digunakan untuk propagasi
virus.
Identifikasi Lot benih induk dan lot benih kerja LOT AKHIR
diidentifikasi dengan netralisasi serum dalam kultur Konsentrasi minimum virus untuk pelulusan
sel, menggunakan antibodi spesifik. ditetapkan untuk memastikan bahwa konsentrasi
Konsentrasi virus Konsentrasi virus dari lot minimum yang tertera pada label masih terpenuhi
benih induk dan lot benih kerja ditentukan untuk pada akhir masa simpan, dengan
mengawasi konsistensi produksi. mempertimbangkan data uji stabilitas.
Agens asing <…> Lot benih kerja memenuhi Hanya produk jadi yang memenuhi syarat
persyaratan untuk lot benih. konsentrasi minimum virus untuk pelulusan,
termasuk persyaratan untuk stabilitas termal, dan
PROPAGASI DAN PANENAN persyaratan seperti pada Identifikasi dan Uji
Semua proses bank sel dan kultur sel selanjutnya kontaminasi bakteri dan jamur, albumin serum
dilakukan dalam kondisi aseptik di daerah di mana sapi, dan air, dapat diluluskan untuk penggunaan.
tidak ada sel lain yang ditangani selama produksi. Jika penetapan serum albumin sapi pada produk
Serum hewan yang cocok dapat digunakan dalam ruahan telah dilakukan dengan hasil yang
farmasiindustri.com
memenuhi syarat, penetapan ini dapat dihilangkan Pengujian diulangi jika tingkat kepercayaan (P =
pada produk jadi. 0,95) dari konsentrasi virus gabungan vaksin lebih
Stabilitas termal Inkubasi tidak kurang dari 3 besar dari ± 0,3 log10 CCID50; data yang diperoleh
vial produk jadi pada 37°±1° selama 7 hari. dari pengujian yang valid dikombinasikan dengan
Tentukan konsentrasi virus seperti yang dijelaskan metode statistik biasa untuk menghitung
pada Penetapan secara paralel untuk vaksin yang konsentrasi virus sampel. Tingkat kepercayaan (P =
diinkubasi dan untuk vaksin yang disimpan pada 0,95) dari konsentrasi virus gabungan tidak lebih
suhu penyimpanan. Penurunan konsentrasi virus besar dari ± 0,3 log10 CCID50.
dari vaksin yang diinkubasi tidak lebih dari 1,0 Jika dijustifikasi dan disetujui, desain uji berbeda
log10 dibanding vaksin yang tidak diinkubasi. dapat digunakan; hal tersebut mungkin dapat
menghasilkan data validitas dan kriteria
IDENTIFIKASI keberterimaan berbeda. Namun, vaksin harus
Jika vaksin yang direkonstitusi sesuai label memenuhi syarat jika diuji seperti dijelaskan di
dicampur dengan antibodi campak spesifik, tidak atas.
akan menginfeksi kultur sel yang rentan.
Tambahan monografi
UJI BATAS VAKSIN DIFTERI JERAP
Kontaminasi bakteri dan jamur Vaksin yang Diphtheria Vaccine (Adsorbed)
telah direkonstitusi memenuhi persyaratan Sterilitas
<71> Vaksin difteri jerap adalah sediaan berisi toksoid
Serum Albumin Sapi Mengandung tidak lebih formol difteri dengan suatu adsorben mineral.
dari 50 ng serum albumin sapi per dosis tunggal Toksoid formol diperoleh dari toksin yang
manusia. Gunakan metode imunokimia <1385> diproduksi dari pertumbuhan Corynebacterium
yang sesuai. diphtheriae.
Air <1031> Mengandung tidak lebih dari 3,0%
air. Gunakan penetapan air semi-mikro. PRODUKSI
Toksisitas spesifik Metode produksi divalidasi
PENETAPAN POTENSI untuk menunjukkan bahwa produk, ketika diuji,
Titrasi vaksin untuk virus infektif, menggunakan akan memenuhi persyaratan pengujian berikut:
tidak kurang dari 3 vial vaksin dan inokulasi Suntikkan secara subkutan sejumlah 5 kali dosis
sejumlah sumuran yang sesuai untuk setiap tunggal manusia yang tercantum pada label, pada 5
pengenceran. Titrasi 1 vial Larutan baku ekor marmot sehat, dengan bobot 250-350 g, yang
pembanding virus secara triplo untuk kontrol setiap sebelumnya tidak diperlakukan atau diberikan
pengujian. Konsentrasi virus dari Larutan baku bahan apapun yang dapat mengganggu pengujian.
dipantau menggunakan grafik pemantau dan titer Jika dalam waktu 42 hari setelah injeksi hewan
ditetapkan berdasarkan riwayat oleh setiap terlihat tanda-tanda kematian dari toksemia difteri,
laboratorium pengujian. vaksin tidak memenuhi syarat. Jika terdapat lebih
dari satu hewan mati akibat penyebab non-spesifik,
Jika menggunakan baku pembanding yang ulangi pengujian sebanyak satu kali, jika lebih dari
diproduksi sendiri, lakukan pembakuan terhadap satu hewan mati pada pengujian kedua, vaksin
baku Internasional yang disetujui secara berkala. tidak memenuhi syarat.
Hitung konsentrasi virus individu untuk setiap vial Toksoid Murni Ruahan Untuk pembuatan toksin
vaksin dan untuk setiap replikat baku pembanding, difteri, yang akan digunakan pada pembuatan
serta konsentrasi virus gabungan yang sesuai, toksoid, kultur benih diatur dalam sistem lot benih
menggunakan metode statistik umum. Perkiraan yang toksinogenisitasnya dijaga dan jika perlu
konsentrasi gabungan untuk 3 vial vaksin tidak dipulihkan dengan pemilihan ulang. Galur
kurang dari konsentrasi yang tercantum pada label; Corynebacterium diphtheriae dengan
konsentrasi minimum virus yang tercantum pada toksinogenisitas tinggi dengan asal dan riwayat
label tidak kurang dari 3,0 log10 CCID 50 per dosis yang diketahui, ditumbuhkan dalam media cair
tunggal manusia. yang sesuai. Pada akhir kultivasi, kemurnian
masing-masing kultur diuji dan kultur yang
Penetapan tidak valid jika: terkontaminasi dibuang. Media kultur yang
a. Tingkat kepercayaan (P = 0,95) dari mengandung toksin dipisahkan secara aseptik dari
perkiraan konsentrasi virus dari baku massa bakteri sesegera mungkin. Kandungan toksin
pembanding untuk gabungan 3 replikat (Lf per mililiter) diperiksa <1410> untuk
lebih besar dari ± 0,3 log10 CCID memantau konsistensi produksi. Panenan tunggal
b. Perbedaan konsentrasi virus BP lebih dari dapat dikumpulkan untuk membuat toksoid murni
0,5 log10 CCID dari nilai yang telah ruahan. Toksin dimurnikan untuk menghilangkan
ditetapkan. komponen yang dapat menyebabkan reaksi
merugikan pada manusia. Toksin murni
farmasiindustri.com
didetoksifikasi dengan formaldehid dengan metode mengandung antitoksin difteri. Toksoid murni
yang mencegah destruksi potensi imunogenik dari ruahan memenuhi syarat jika tidak ada toksisitas
toksoid dan pembalikan toksoid menjadi toksin, yang dapat dinetralkan dengan antitoksin
khususnya jika terpapar panas. Sebagai alternatif, ditemukan pada kedua sampel.
pemurnian dapat dilakukan setelah detoksifikasi. Kemurnian antigen Tidak kurang dari 1500 Lf
Hanya toksoid murni ruahan yang memenuhi syarat per miligram nitrogen protein.
yang dapat digunakan dalam pembuatan vaksin
ruahan akhir. VAKSIN RUAHAN AKHIR
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 Vaksin ruahan akhir disiapkan dengan adsorpsi
mL untuk setiap media. sejumlah toksoid murni ruahan pada pembawa
Bebas toksin dan ireversibilitas toksoid mineral seperti aluminium fosfat hidrat atau
Gunakan larutan dapar yang sama seperti untuk aluminium hidroksida; menghasilkan campuran
vaksin akhir, tanpa adsorben, siapkan larutan yang isotonik dengan darah. Pengawet antimikroba
toksoid murni ruahan pada 100 Lf per mL. Bagi yang sesuai dapat ditambahkan. Pengawet
larutan menjadi 2 bagian yang sama. Pertahankan antimikroba tertentu, terutama golongan fenolik,
suhu larutan pertama pada 5º ±3º dan larutan berdampak buruk pada aktivitas antigenik dan tidak
lainnya pada 37º selama 6 minggu. Lakukan uji boleh digunakan. Hanya vaksin ruahan akhir yang
dalam sel Vero untuk toksin difteri aktif memenuhi syarat yang dapat digunakan pada
menggunakan 50 µL per sumuran pada kedua penyiapan lot akhir.
sampel. Sampel tidak boleh mengandung pengawet Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan
antimikroba dan bahan detoksifikasi harus jumlah pengawet antimikroba menggunakan
ditentukan di bawah konsentrasi toksik pada sel metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang
Vero. Toksisitas non-spesifik dapat dihilangkan dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah
dengan dialisis. yang ditetapkan
Gunakan sel Vero segar yang ditripsinisasi pada Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
konsentrasi yang sesuai, misalnya 2,5 x 105 mL-1 mL untuk setiap media.
dan toksin difteri baku yang diencerkan dalam 100
Lf per mL toksoid difteri. Toksin difteri baku LOT AKHIR
mengandung tidak kurang dari 100 LD50 per mL Vaksin ruahan akhir didistribusikan secara aseptis
atau 67 hingga 133 Lr per 100 dalam 1 Lf dan ke dalam wadah steril anti rusak. Wadah ditutup
25.000 hingga 50.000 dosis reaksi minimum untuk untuk mencegah kontaminasi. Hanya lot akhir yang
kulit marmot dalam 1 Lf (toksin difteri BP memenuhi syarat Identifikasi, Uji Batas dan
digunakan sebagai toksin baku). Encerkan toksin Penetapan potensi yang dapat dirilis untuk
dalam 100 Lf per mL toksoid difteri pada digunakan. Uji batas pengawet antimikroba dan
konsentrasi yang sesuai, misalnya 2 x 10-4 Lf per Penetapan potensi yang telah dilakukan dengan
mL. Siapkan 2 seri pengenceran larutan toksin hasil yang memenuhi syarat pada Vaksin Ruahan
difteri yang diencerkan dan gunakan sampel uji Akhir, maka keduanya tidak perlu dilakukan pada
yang tidak diencerkan (50 µL per sumuran). lot akhir.
Masukkan larutan ke dalam sumuran pada lempeng Uji batas formaldehid bebas yang telah dilakukan
jaringan kultur steril yang mengandung media yang pada antigen yang dimurnikan atau pada ruahan
sesuai untuk sel Vero. Untuk memastikan bahwa akhir, dan memperlihatkan bahwa kadar dalam lot
setiap efek sitotoksik yang dicatat spesifik untuk akhir tidak lebih dari 0,2 g per L, maka Uji batas
toksin difteri, siapkan dalam pengenceran paralel formaldehid bebas pada lot akhir dapat
dimana toksin dinetralkan dengan konsentrasi dihilangkan.
antitoksin difteri yang sesuai, misalnya 100 unit per
mL. Sertakan sumuran kontrol tanpa toksoid atau IDENTIFIKASI
toksin dan dengan toksoid non-toksik pada 100 Lf Toksoid difteri diidentifikasi menggunakan metode
per mL pada setiap lempeng untuk memastikan imunokimia yang sesuai <1385>. Metode berikut,
pertumbuhan sel normal. Tambahkan suspensi sel berlaku untuk vaksin tertentu, diberikan sebagai
ke dalam tiap sumuran, tutup lempeng dan contoh. Larutkan dalam vaksin yang akan diuji,
inkubasi pada suhu 37º selama 5-6 hari. Efek sejumlah Natrium sitrat P hingga diperoleh larutan
sitotoksik dilihat dari adanya penghambatan 100 g per L. Suhu dijaga pada 37° selama 16 jam
metabolisme sel Vero yang ditunjukkan oleh dan sentrifugasi hingga diperoleh beningan.
indikator pH media. Efek sitopatik dikonfirmasi Beningan bereaksi dengan antitoksin difteri yang
dengan pemeriksaan mikroskopis atau pewarnaan sesuai, menghasilkan endapan.
yang sesuai, seperti MTT. Uji tidak absah jika 5 x
10-5 Lf per mL toksin difteri baku dalam 100 Lf per UJI BATAS
mL toksoid tidak memiliki efek sitotoksik pada sel Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per
Vero atau jika efek sitotoksik dengan jumlah toksin dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida
tersebut tidak dinetralkan dalam sumuran yang
farmasiindustri.com
atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai Selama studi pengembangan produk dan apabila
absorben. dibutuhkan validasi ulang, maka dilakukan uji pada
Formaldehid bebas <1392> Tidak lebih dari 0,2 hewan yang menunjukkan bahwa vaksin
g per L. menginduksi respon imun sel B bergantung sel T
Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan terhadap PRP. Jika dalam proses pembuatan
jumlah pengawet antimikroba menggunakan dilakukan modifikasi, harus menunjukkan
metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang karakteristik PRP konjugat tidak terpengaruh.
dari jumlah minimum yang efektif dan tidak lebih Jika komponen haemophilus tersedia dalam wadah
dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. terpisah dan merupakan bagian dari studi
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. konsistensi, penetapan potensi difteri, tetanus,
pertusis, dan poliomyelitis dilakukan pada sejumlah
PENETAPAN POTENSI bets vaksin yang telah direkonstitusi.
Lakukan salah satu metode untuk pengujian vaksin Jika komponen haemophilus tersedia dalam wadah
difteri jerap yang disetujui oleh instansi berwenang. terpisah, metode produksi divalidasi untuk
Tingkat kepercayaan bawah (P = 0,95) dari potensi menunjukkan komponen hemophilus jika diuji
yang diperkirakan tidak kurang dari 30 unit per akan memenuhi syarat seperti pada Uji Endotoksin
dosis tunggal manusia. <201> lakukan seperti pada Prosedur.
Prosedur Suntikkan per kilogram bobot kelinci
Tambahan monografi sejumlah volume setara dengan 1 µg PRP untuk
VAKSIN DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS vaksin dengan toksoid difteri atau protein difteri
(SEL UTUH), POLIOMYELITIS CRM 197 sebagai pembawa, 0,1 µg PRP untuk
(INAKTIF) DAN HEMOPHILUS TIPE B vaksin dengan toksoid tetanus sebagai pembawa,
KONJUGAT (JERAP) 0,025 µg PRP untuk vaksin dengan Kompleks
Protein membran luar meningococcal grup sebagai
Diphtheria, Tetanus, Pertussis (Whole Cell),
pembawa.
Poliomyelitis (Inactivated) and Vaksin baku Bila penetapan absah dapat
Haemophilus Type b Conjugate Vaccine dilakukan, vaksin baku komponen tunggal dapat
(Adsorbed) digunakan untuk penetapan vaksin kombinasi. Jika
hal ini tidak memungkinkan karena adanya
Vaksin difteri, tetanus, pertusis (sel utuh), interaksi antara komponen vaksin kombinasi atau
poliomyelitis (inaktif) dan hemophilus tipe b karena perbedaan komposisi antara vaksin baku
konjugat (jerap) adalah vaksin kombinasi yang komponen tunggal dan vaksin uji, bets vaksin
terdiri dari: toksoid formol difteri; toksoid formol kombinasi yang terbukti efektif dalam uji klinis
tetanus; suspensi inaktif dari Bordetella pertussis; atau yang mewakili bets dapat digunakan sebagai
galur yang sesuai dari virus polio manusia tipe 1, 2 vaksin baku. Bets yang mewakili harus diuji
dan 3 yang tumbuh pada kultur sel yang sesuai dan dengan prosedur yang sama dengan bets yang diuji
diinaktivasi dengan metode yang sesuai; klinis. Vaksin baku dapat distabilkan dengan
poliribosilribitol fosfat (PRP) terikat secara kovalen metode yang terbukti tidak mempunyai efek pada
pada protein pembawa; adsorben mineral seperti penetapan potensi.
aluminium hidroksida atau aluminium fosfat hidrat.
Produk ini diberikan dengan komponen hemophilus Toksisitas Spesifik Komponen Difteri dan
dalam wadah yang terpisah, isinya dicampur Tetanus
dengan komponen lain segera sebelum digunakan. Metode produksi divalidasi untuk
Toksoid formol disiapkan dari toksin yang menunjukkanbahwa produk jika diuji, akan
diproduksi oleh biakan Corynebacterium memenuhi pengujian berikut: Suntikkan secara
diphtheriae dan Clostridium tetani berturut-turut. subkutan 5 kali dosis tunggal pada manusia seperti
PRP adalah susunan kopolimer linierdari 3-ß-D- yang tertera dilabel ke masing-masing 5 marmot
ribofuranosil-(1→1)-ribitol-5-fosfat sehat, dengan berat masing-masing 250-350 g,
((C10H19O12P)n) yang berulang, dengan ukuran yang belum diuji sebelumnya. Jika dalam 42 hari
molekul yang ditetapkan dan diturunkan dari galur hewan yang telah disuntik menunjukkan gejala atau
Haemophilus influenzae tipe b yang sesuai. mati karena toksin difteri atau tetanus, maka vaksin
Protein pembawa, ketika dikonjugasikan ke PRP, tersebut tidak memenuhi syarat. Jika lebih dari
dapat menginduksi respon imun sel B bergantung satuhewan uji mati karena faktor non spesifik,
sel T terhadap polisakarida. ulangi pengujian sekali lagi; jika lebih dari satu
hewan uji mati pada pengujian kedua, vaksin
tersebut tidak memenuhi syarat.
PRODUKSI
Metode produksi harus menunjukkan hasil vaksin PRODUKSI KOMPONEN
yang konsisten terhadappotensi dan keamanan Komponen produksi memenuhi persyaratan
klinik pada manusia. monografi Vaksin difteri (jerap), Vaksin tetanus
farmasiindustri.com
(jerap), Vaksin pertusis (aseluler, komponen, Pengujian in vivo komponen poliomyelitis tidak
jerap), Vaksin polimyelitis (inaktivasi), dan Vaksin perlu dilakukan bila telah dilakukan untuk produk
konjugat haemophilus tipe B. yang diberikan dan untuk masing-masing tipe virus
polio, maka kriteria penerimaan penentuan antigen
RUAHAN AKHIR D adalah panen hasil yang sama dengan pengujian
Ruahan komponen difteri, tetanus, pertusis dan in vivo dalam terminologi penerimaan atau
poliomyelitis dibuat melalui penyerapan, penolakan bets. Uji in vivo harus meliputi
pemisahan atau keduanya, jumlah yang sesuai pengujian khasiat bets, uji pendahuluan, misalnya
dengan ruahan murni dari toksoid difteri, toksoid melalui pemanasan atau penurunan aktifitas
tetanus dan pertusis aseluler ke dalam ajuvan imunogenik. Jika terdapat perubahan yang
seperti aluminium hidroksida atau aluminium fosfat signifikan dalam proses pembuatan antigen atau
hidrat dan campuran sejumlah tertentu panenan formulasinya, beberapa dampak pengujian in vivo
virus polio manusia murni yang sesuai tipe 1, 2 dan dan in vitro harus dievaluasi dan perlu dilakukan
3 atau sejumlah tertentu kumpulan panenan validasi ulang.
monovalen membentuk trivalen yang sesuai. Dapat Osmolalitas <941> Memenuhi syarat,
ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai. direkonstitusi jika digunakan, dalam batas yang
Jika vaksin tersedia dengan 5 komponen pada disepakati untuk persiapan tertentu.
wadah yang sama, ruahan akhir dibuat dengan PRP Bebas Jika komponen haemophilus terdapat
menambahkan sejumlah ruahan konjugat dalam sediaan cair, keberadaan komponen lain
haemophilus pada ruahan tetravalen. Jika dapat mengganggu dalam pengujian dan tidak
komponen haemophilus pada wadah terpisah dimungkinkan untuk pemisahan PRP dari ajuvan.
ruahan komponen hemophilus dibuat dengan Keberadaan PRP bebas ditetapkan pada komponen
pengenceran ruahan konjugat ke konsentrasi akhir haemophilus setelah pemisahan konjugat, misalnya
dengan pelarut yang sesuai untuk beku kering dan secara presipitasi, kromatografi (gel filtrasi,
dapat ditambahkan penstabil. hidropobik, penukar anion, eksklusi ukuran),
Hanya ruahan yang memenuhi persyaratan dapat ultrafiltrasi, ultrasentrifugasi, dan imunoassay
digunakan untuk pembuatan lot akhir. dengan antibodi anti-PRP. Jumlah PRP bebas tidak
Albumin Serum Sapi Pada vaksin akhir tidak lebih dari jumlah yang telah ditetapkan.
lebih dari 50 ng per dosis tunggal manusia.
Ditetapkan pada komponen poliomyelitis dengan IDENTIFIKASI
metode imunokimia <1385> selama pembuatan Uji identifikasi A, B, C dan D dilakukan
vaksin ruahan akhir, sebelum penambahan menggunakan vial yang mengandung komponen
penjerap. difteri, tetanus, pertusis dan polimyelitis; uji
Pengawet Antimikroba Jika digunakan, tidak identifikasi E dilakukan pada vial baik yang
kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari mengandung lima komponen atau vial yang
kandungan yang diharapkan. Tetapkan kadar mengandung mono-haemophilus.
pengawet antimikroba dengan metode kimia yang
sesuai. A. Toksoid difteri diidentifikasi menggunakan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan metode imunokimia yang sesuai <1385>.
penetapan menggunakan 10 ml untuk masing- Metode ini digunakan untuk vaksin tertentu,
masing media. sebagai contoh. Larutkan vaksin yang akan
diuji dalam natrium sitrat P untuk
LOT AKHIR mendapatkan larutan 100 g per L. Simpan
Jika komponen haemophilus tersedia dalam wadah pada suhu 37º selama 16 jam dan
terpisah, ruahan akhir komponen haemophilus disentrifugasi sampai didapatkan cairan
dibuat beku kering. Hanya lot akhir yang supernatan yang jernih. Cairan supernatan
memenuhi persyaratan uji osmolalitas seperti yang jernih bereaksi dengan antitoksin difteri
tertera pada persyaratan Identifikasi, Uji dan membentuk endapan.
Penetapan potensi yang dapat diluluskan. B. Toksoid tetanus diidentifikasi menggunakan
Jika penetapan kandungan formaldehid bebas telah metode imunokimia yang sesuai <1385>.
ditentukan pada ruahan murni antigen dan panenan Metode ini digunakan untuk vaksin tertentu,
monovalen murni atau kumpulan trivalen virus sebagai contoh. Cairan supernatan jernih
polio atau ruahan akhir dan hal tersebut telah yang dihasilkan selama uji identifikasi A
menunjukkan bahwa kandungan lot terakhir tidak bereaksi dengan antitoksin tetanus
melebihi 0.2 g per L, pengujian formaldehid tidak membentuk endapan.
perlu dilakukan pada lot akhir. C. Residu sentrifugasi yang diperoleh pada
Jika pengujian in vivo komponen poliomyelitis Identifikasi A dapat digunakan. Metode lain
telah dilakukan dengan hasil memenuhi syarat pada yang sesuai untuk memisahkan bakteri dari
vaksin ruahan akhir, pengujian tidak perlu adsorben juga dapat digunakan. Identifikasi
dilakukan pada lot akhir. vaksin pertusis menggunakan aglutinasi
farmasiindustri.com
bakteri dari endapan yang disuspensi ulang atau aluminum hidrat fosfat digunakan sebagai
dengan antisera spesifik terhadap B. Pertussis adsorben.
atau penetapan komponen pertusis seperti Formaldehid Bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2
tertera pada Penetapan potensi. g per L
D. Vaksin mengandung virus polio manusia tipe Pengawet Antibakteri Bila digunakan, jumlah
1, 2 dan 3 dengan metode imunokimia yang pengawet antibakteri ditetapkan menggunakan
sesuai <138>), contoh penetapan antigen D metode kimia yang sesuai. Kandungan tidak kurang
menggunakan enzyme-linked immunosorbent dari jumlah minimal yang efektif dan tidak lebih
assay (ELISA). dari 115% jumlah yang tertera pada label.
E. Komponen haemophilus diidentifikasi Air <1031> Tidak lebih dari 3% untuk
menggunakan metode imunokimia yang komponen haemophilus beku kering.
sesuai <1385> untuk PRP. Sterilitas <71> Memenuhi syarat
Endotoksin Bakteri <201> Memenuhi syarat.
UJI BATAS
Jika komponen haemophilus terdapat pada wadah PENETAPAN POTENSI
terpisah, pengujian untuk residu toksin pertusis dan Komponen Difteri
toksoid pertusis yang ireversibel, aluminum, Lakukan seperti tertera pada penetapan vaksin
formaldehid bebas, pengawet antimikroba dan difteri (jerap).
sterilitas dilakukan pada wadah dengan komponen Nilai potensi dengan tingkat kepercayaan terendah
difteri, tetanus, pertusis dan poliomyelitis; uji PRP, (P=0,95) tidak kurang dari 30 unit per dosis tunggal
air, sterilitas dan pirogen yang dilakukan pada manusia.
wadah yang mengandung mono-haemophilus. Komponen Tetanus Lakukan seperti tertera pada
Beberapa pengujian untuk komponen haemophilus pengujian vaksin tetanus (jerap).
dilakukan pada produk beku kering dibandingkan Jika penetapan dilakukan pada marmot, nilai
pada ruahan konjugat meskipun proses beku kering potensi dengan tingkat kepercayaan terendah
dapat mempengaruhi komponen yang diuji. (P=0,95) tidak kurang dari 40 unit per dosis tunggal
Toksisitas spesifik komponen pertusis Gunakan manusia; jika penetapan dilakukan pada mencit,
tidak kurang dari 5 mencit sehat dengan bobot 14- nilai potensi dengan tingkat kepercayaan terendah
16 g, untuk kelompok uji dan kontrol saline. (P=0,95) tidak kurang dari 60 unit per dosis tunggal
Gunakan mencit dengan jenis kelamin yang sama manusia
atau distribusikan jantan dan betina secara rata Komponen Pertusis Lakukan seperti tertera pada
pada kedua kelompok. Biarkan hewan uji makan penetapan Vaksin Pertusis (Sel utuh)
atau minum selama setidaknya 2 jam sebelum Potensi tidak kurang dari 4,0 unit per dosis tunggal
penyuntikan dan selama pengujian. Suntikkan manusia dan Nilai potensi dengan tingkat
setiap mencit kelompok uji secara intraperitoneal kepercayaan terendah (P=0,95) tidak kurang dari
dengan 0,5 mL vaksin setara dengan tidak kurang 2,0 IU per dosis tunggal manusia.
dari setengah dosis manusia tunggal. Suntikkan Komponen Poliomyelitis
setiap mencit kelompok kontrol dengan 0,5 mL Kandungan antigen D, sebagai parameter
larutan steril natrium klorida 9 g per L, yang konsistensi produksi, tentukan kandungan antigen
mengandung sejumlah sama pengawet antimikroba D pada virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3
dengan vaksin uji, jika digunakan. Timbang menggunakan metode imunokimia yang sesuai
kelompok mencit segera sebelum penyuntikan, 72 <1385> , dengan teknik desorption. Metode ini
jam, dan 7 hari setelah penyuntikan. Vaksin menggunakan baku yang dikalibrasi. Untuk setiap
memenuhi syarat jika: a) pada akhir 72 jam, bobot tipe 1, 2 dan 3, kandungan komponen poliomyelitis
total mencit kelompok vaksin uji tidak kurang dari yang dihitung terhadap baku jumlah antigen D
sebelum penyuntikan; b) pada akhir hari ke-7, yang tertera pada label, berada dalam batas yang
peningkatan rata-rata bobot mencit kelompok uji dipersyaratkan untuk vaksin. Vaksin poliomyelitis
tidak kurang dari 60% dari mencit kelompok (inaktivasi) BP dikalibrasi dan digunakan dalam
kontrol; dan c) tidak lebih dai 5% mencit kelompok pengujian antigen D.
uji mati selama pengujian. Pengujian dapat diulang Pengujian in vivo Vaksin memenuhi pengujian
dan hasil uji dapat dikombinasi. in vivo vaksin poliomyelitis (inaktif).
PRP Tidak kurang dari 80% dari jumlah PRP
yang tertera pada label. PRP ditentukan dengan Tambahan monografi
analisa ribosa <1405> atau fosfor <1401>, secara VAKSIN HAEMOFILUS TIPE B
metode imunokimia <1385> atau kromatografi cair KONJUGAT
penukar anion <931> dengan detektor Haemophilus type b conjugate vaccine
amperometrik.
Aluminum <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per Vaksin haemophilus tipe b konjugat adalah sediaan
dosis tunggal manusia, jika aluminum hidroksida cair atau beku kering dari polisakarida, berasal dari
galur Haemophilus influenzae tipe b yang sesuai,
farmasiindustri.com
digunakan selama inaktivasi dan pemurnian. Nilai deteksi amperometrik (HPAEC-PAD) dan
keberterimaan setiap pereaksi ditetapkan pada immunoassay dengan antibodi anti-PRP.
produk tertentu dan setiap bets PRP harus Protein pembawa bebas Tentukan kadar melalui
memenuhi syarat yang ditetapkan. Jika studi metode yang sesuai, baik secara langsung atau
validasi penghilangan residu pereaksi telah melalui derivat kadar melalui perhitungan hasil uji
ditetapkan, maka uji pada PRP dapat dihilangkan. yang lain. Jumlah harus memenuhi syarat yang
disetujui untuk produk tertentu.
PROTEIN PEMBAWA Gugus fungsi yang tidak reaktif Tidak ada gugus
Produksi dan karakteristik protein pembawa fungsi yang tidak reaktif terdeteksi pada konjugat
dijelaskan secara umum pada bab 5.2.11. Protein ruahan kecuali proses validasi menunjukkan bahwa
pembawa untuk produksi vaksin polisakarida gugus fungsi tidak reaktif yang terdeteksi pada
terkonjugasi untuk digunakan manusia. Hanya tahap ini telah dihilangkan selama proses produksi
protein pembawa yang memenuhi syarat yang yang bertahap (misalnya, karena masa simpan yang
digunakan dalam penyiapan konjugat. singkat).
Residu pereaksi Penghilangan residu pereaksi
KONJUGAT RUAHAN seperti sianida, EDAC
PRP dimodifikasi secara kimia agar terjadi (ethyldimethylaminopropylcarbodiimide) dan fenol
konjugasi. Sebagian didepolimerisasi baik sebelum dikonfirmasi melalui uji yang sesuai atau melalui
atau selama proses produksi konjugat. Gugus proses validasi.
fungsi reaktif atau penghubung dapat digunakan Sterilitas <71> Lakukan pengujian menggunakan
pada protein pembawa atau PRP sebelum 10 mL untuk setiap media atau setara dengan 100
konjugasi. Untuk menjaga konsistensi, produk dosis.
derivatisasi dipantau. Konjugat dihasilkan melalui
ikatan kovalen antara PRP dan protein pembawa. VAKSIN RUAHAN AKHIR
Apabila memungkinkan, gugus fungsi yang tidak Ajuvan, pengawet antimikroba, dan stabilisator
reaktif tetapi berpotensi reaktogenik dideaktivasi dapat ditambahkan pada konjugat ruahan sebelum
menggunakan capping agent; konjugat dimurnikan pengenceran dengan pelarut yang sesuai hingga
untuk menghilangkan pereaksi. konsentrasi akhir.
Hanya konjugat ruahan yang memenuhi syarat Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat
yang dapat digunakan dalam pembuatan produk yang digunakan dalam pembuatan lot akhir.
akhir ruahan vaksin. Untuk masing-masing uji dan Pengawet antimikroba Apabila memungkinkan,
masing-masing produk tertentu, batas tentukan jumlah pengawet antimikroba
keberterimaan ditetapkan dan setiap bets konjugat menggunakan metode kimia atau metode
harus memenuhi batas yang telah ditetapkan. Untuk fisikokimia yang sesuai. Kadar tidak kurang dari
vaksin beku kering, beberapa uji lebih baik 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang
dilakukan pada lot akhir dibandingkan pada ditetapkan.
konjugat ruahan karena proses beku kering dapat Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
mempengaruhi komponen yang diuji. mL untuk setiap media.
PRP Kadar PRP ditentukan dengan uji ribosa
<1405> atau uji fosfor <1401> menggunakan LOT AKHIR
metode imunokimia <1385>, atau dengan Hanya lot akhir yang memenuhi syarat Identifikasi
kromatografi cair penukar anion <931> dan Uji yang dapat diluluskan untuk penggunaan.
menggunakan deteksi amperometrik. Jika uji pengawet antimikroba telah dilakukan pada
Protein Kandungan protein ditentukan melalui vaksin ruahan akhir, dapat dihilangkan pada lot
metode kimia yang sesuai <1385> akhir.
Rasio PRP terhadap protein Tentukan rasio pH <...> Memenuhi syarat yang telah disetujui.
melalui perhitungan. PRP bebas Beberapa metode pemisahan PRP
Distribusi ukuran molekul atau massa molekul bebas dari konjugat, seperti presipitasi, filtrasi gel,
Distribusi ukuran molekul atau massa molekul ukuran-eksklusi, pertukaran anion dan
ditentukan oleh kromatografi eksklusi ukuran kromatografi hidrofobik, ultrafiltrasi dan
<931>, dikombinasikan dengan sistem deteksi yang ultrasentrifugasi. PRP bebas dapat diukur dengan
sesuai. Nilai keberterimaan ditetapkan untuk berbagai teknik, seperti kromatografi penukar anion
konjugat ruahan. Setiap bets harus memenuhi batas kinerja tinggi dengan deteksi amperometrik
yang telah ditetapkan. (HPAEC-PAD) dan immunoassay dengan antibodi
PRP Bebas Beberapa metode pemisahan PRP anti-PRP. Jumlah PRP bebas tidak lebih dari syarat
bebas dari konjugat, seperti presipitasi, filtrasi gel, yang telah disetujui.
eksklusi ukuran, pertukaran anion dan kromatografi
hidrofobik, ultrafiltrasi dan ultrasentrifugasi. PRP IDENTIFIKASI
bebas dapat diukur dengan berbagai teknik, seperti Vaksin diidentifikasi menggunakan metode
kromatografi penukar anion kinerja tinggi dengan imunokimia yang sesuai untuk PRP <1385>.
farmasiindustri.com
dalam unit internasional untuk baku internasional Fimbriae Sebelum adsorben ditambahkan, setiap
opasitas dinyatakan oleh WHO. ruahan diperiksa kandungan fimbriae 2 dan 3 untuk
Metode spektrofotometri divalidasi terhadap baku memastikan bahwa ekspresi yang tepat telah terjadi
opasitas dan serapan dapat diukur pada 600 nm. selama pertumbuhan bakteri.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
INAKTIVASI DAN DETOKSIFIKASI mL untuk setiap media.
SUSPENSI B. PERTUSSIS Pengawet antimikroba Jika digunakan, tentukan
Inaktivasi segera dilakukan setelah pengambilan jumlah pengawet antimikroba dengan metode
sampel panenan tunggal untuk pemantauan kimia atau fisikomia yang sesuai. Jumlah tidak
kemurnian dan pengukuran opasitas. Bakteri kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari
dimatikan dan didetoksifikasi dalam kondisi yang jumlah yang tertera pada label.
terkendali menggunakan zat kimia yang sesuai atau
dengan pemanasan atau kombinasi kedua metode LOT AKHIR
ini. Suspensi dipertahankan pada suhu 5° ± 3° Vaksin ruahan akhir dicampur hingga homogen dan
dalam periode yang sesuai untuk mengurangi dimasukkan dalam wadah yang sesuai.
toksisitasnya. Hanya produk akhir yang memenuhi syarat
Hanya ruahan sel monovalen inaktif yang Identifikasi, Uji, dan Penetapan potensi yang dapat
memenuhi syarat di bawah ini yang dapat diluluskan untuk penggunaan. Jika uji toksisitas
digunakan pada pembuatan vaksin ruahan akhir. spesifik, formaldehid bebas, pengawet antimikroba,
Residu B. pertussis hidup Inaktivasi sel utuh B. dan penetapan potensi telah dilakukan dengan hasil
pertussis diverifikasi dengan media kultur yang yang memenuhi syarat pada vaksin ruahan akhir,
sesuai. uji tersebut dapat dihilangkan pada lot akhir.
Toksin pertusis Ukur dengan uji biakan sel CHO
menggunakan teknik semi kuantitatif dan rentang Identifikasi Larutkan dalam vaksin yang akan
yang telah ditetapkan. diuji, sejumlah natrium sitrat P hingga diperoleh
pH Memenuhi syarat. larutan 100 g per L. Pertahankan suhu pada 37°
Identifikasi Verifikasi dengan uji aglutinasi atau selama sekitar 16 jam dan sentrifugasi untuk
uji imunodifusi yang sesuai. memperoleh endapan bakteri. Identitas vaksin
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10 pertusis berdasarkan pada reaksi imunologi,
mL untuk setiap media. sebagai contoh aglutinasi dari bakteri yang
Opasitas Opasitas dari setiap panenan tunggal disuspensikan kembali dengan serum anti-pertusis
diukur dalam fase akhir, pada akhir proses spesifik atau metode imunokimia <1385> lain yang
fermentasi, dibandingkan dengan baku sesuai.
internasional opasitas, dan digunakan sebagai dasar
perhitungan untuk tahapan selanjutnya dalam UJI BATAS
pembuatan vaksin. Kesetaraan dalam unit Toksisitas spesifik Gunakan tidak kurang dari 5
internasional untuk baku internasional opasitas mencit sehat dengan bobot 14-16 g untuk
dinyatakan oleh WHO. Serapan pada 600 nm kelompok uji dan kelompok kontrol. Gunakan
berada dalam rentang yang disetujui. mencit dengan jenis kelamin yang sama atau jantan
dan betina dalam jumlah yang sama antara
VAKSIN RUAHAN AKHIR kelompok. Suntikkan secara intraperitoneal pada
Vaksin ruahan akhir dibuat secara aseptis dengan setiap mencit kelompok uji dengan 0,5 mL,
mencampurkan sejumlah panenan tunggal inaktif. mengandung sejumlah vaksin setara dengan tidak
Jika dua atau lebih galur B. pertussis digunakan, kurang dari setengah dosis tunggal manusia.
komposisi lot vaksin ruahan akhir yang berturut- Suntikkan setiap mencit kelompok kontrol dengan
turut harus konsisten untuk setiap galur yang 0,5 mL larutan natrium klorida steril 9 g per L,
diukur dalam unit opasitas. Konsentrasi bakteri mengandung sejumlah sama pengawet antimikroba
vaksin ruahan akhir tidak lebih dari 20 unit opasitas yang disuntikan dengan vaksin, jika digunakan.
per dosis tunggal manusia. Opasitas yang diukur Timbang kelompok mencit segera sebelum
pada panenan tunggal digunakan untuk menghitung penyuntikan, 72 jam, dan hari ke-7 setelah
kontaminasi bakteri dalam vaksin ruahan akhir. penyuntikan. Vaksin memenuhi syarat jika: (a) pada
Adsorben mineral seperti aluminium fosfat hidrat akhir 72 jam, rata-rata bobot kelompok mencit
atau aluminium hidroksida ditambahkan pada yang divaksinasi tidak kurang dari sebelum
suspensi sel. Pengawet antimikroba yang sesuai disuntikkan; (b) pada hari ke-7, rata-rata bobot
dapat ditambahkan. Fenol tidak digunakan sebagai kelompok mencit yang divaksinasi tidak kurang
pengawet. dari 60% dari kelompok kontrol; dan (c) tidak lebih
Hanya vaksin ruahan akhir yang memenuhi syarat dari 5% mencit yang divaksinasi mati selama
di bawah ini yang dapat digunakan untuk pengujian. Jika pengujian dilakukan menggunakan
pembuatan lot akhir. 5 mencit dan 1 mencit yang divaksinasi mati,
farmasiindustri.com
pengujian dapat diulangi menggunakan 15 mencit sediaan baku dan 3 kelompok lainnya menerima
dan hasil pengujian dikombinasi. sediaan uji, sedang 4 kelompok yang terdiri dari 10
Aluminium <1391> Tidak lebih dari 1,25 mg per ekor digunakan untuk penetapan DL50 suspensi
dosis tunggal manusia, jika aluminium hidroksida tantang.
atau aluminium fosfat hidrat digunakan sebagai Prosedur Gunakan 3 dosis sediaan baku dalam
adsorben. pelarut yang sesuai dan 3 dosis sediaan uji yang
Formaldehid bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 disuspensikan dengan larutan yang sesuai. Ketiga
g per L, jika digunakan. dosis diatur sedemikian sehingga dosis yang
Pengawet antimikroba Jika digunakan, tetapkan melindungi 50% mencit mendekati dosis tengah.
jumlah pengawet antimikroba menggunakan Umumnya digunakan dosis 0,5 unit; 0,1 unit dan
metode kimia yang sesuai. Jumlah tidak kurang 0,02 unit sediaan baku dan (1 dalam 8); (1 dalam
dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah 40) dan (1 dalam 200) enceran sediaan uji, masing-
yang tertera pada label. masing dosis tidak lebih dari 0,5 mL. Suntikkan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. setiap mencit satu dosis secara intraperitoneal.
Setelah 14 hingga 17 hari, suntikkan mencit secara
Penetapan Potensi Tidak kurang dari 4,0 unit per intraserebral satu dosis suspensi tantang B.
dosis tunggal manusia dan batas kepercayaan pertussis. Pada saat yang sama suntikkan secara
terendah (P=0,95) dari potensi yang diperkirakan intraserebral pada 4 kelompok mencit terdiri dari
tidak kurang dari 2,0 unit per dosis tunggal 10 ekor suspensi tantang dengan enceran yang
manusia. Lakukan penetapan dengan sesuai untuk menetapkan DL50 dalam dosis yang
membandingkan dosis sediaan uji dan dosis sediaan diberikan pada mencit yang telah diinokulasi.
Baku vaksin pertusis yang dapat memberikan Amati mencit tiap hari selama 14 hari setelah
perlindungan yang sama bagi mencit terhadap dosis penyuntikan dengan suspensi tantang. Hitung
letal intraserebral B. pertussis. potensi vaksin menggunakan metode statistik
Pemilihan galur tantang dan pembuatan probit atau metode statistik lain yang sesuai,
suspensi tantang Gunakan Bordetella pertussis berdasarkan jumlah mencit yang hidup, tidak
yang sesuai dan dapat menyebabkan kematian termasuk mencit yang mati dalam waktu 48 jam
mencit dalam waktu 14 hari setelah penyuntikan setelah penyuntikan suspensi tantang. Jika perlu,
secara intraserebral. Jika dalam waktu 48 jam ulangi pengujian. Jika dilakukan lebih dari satu kali
setelah penyuntikan, lebih dari 20% hewan mati, pengujian, potensi dan batas kepercayaan dihitung
galur dianggap tidak sesuai. Buat satu subkultur berdasarkan semua hasil uji yang absah. Uji absah
dari galur di atas dan suspensikan hasil panenan B. jika dosis sediaan uji dan sediaan baku yang dapat
pertussis dalam larutan yang mengandung kasein melindungi 50% hewan uji terletak diantara dosis
hidrolisat P 1% dan natrium klorida P 0,6%, pH tertinggi dan terendah yang diberikan pada mencit,
7,0 sampai 7,2 atau dalam larutan lain yang sesuai. kurva dosis respons menunjukkan kemiringan yang
Tetapkan opasitas suspensi. Buat satu seri bermakna dengan deviasi yang tidak bermakna,
pengenceran pada larutan yang sama, alokasikan terhadap kesejajaran atau linieritas dan dosis
tiap enceran pada masing-masing kelompok mencit tantang lebih kurang 100 DL50.
yang terdiri dari 10 ekor. Suntikkan secara
intraserebral 0,02 mL atau 0,03 mL tiap enceran Wadah dan penyimpanan Bila disimpan pada
pada tiap mencit dalam masing-masing kelompok kondisi yang ditentukan, potensi vaksin diharapkan
yang dialokasikan. Setelah 14 hari hitung jumlah dapat bertahan selama tidak kurang dari 2 tahun
mencit yang hidup dari masing-masing kelompok. sejak tanggal potensi ditetapkan.
Dari hasil tersebut hitung opasitas suspensi yang
mengandung 100 DL50 dalam setiap dosis tantang. Tambahan monografi
Untuk penetapan potensi vaksin, buat subkultur VAKSIN POLIOMYELITIS (INAKTIF)
segar dari galur B. pertussis yang sama, dan dari Inactivated Poliomyelitis Vaccine
panenan bakteri buat suspensi dengan opasitas yang
setara dengan lebih kurang 100 DL50 dalam setiap Vaksin poliomyelitis (inaktif) adalah sediaan cair
dosis tantang. Buat tiga pengenceran suspensi dari galur virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3 yang
tantang. tumbuh dalam biakan sel yang sesuai dan
Hewan uji Gunakan mencit putih dari galur yang diinaktivasi dengan metode yang divalidasi. Vaksin
sesuai dari sumber yang seragam, umur kurang dari berupa cairan jernih yang dapat berwarna jika
5 minggu, perbedaan bobot tubuh tidak lebih dari 5 terdapat indikator pH.
g. Kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-
masing terdiri dari 16 ekor dan 4 kelompok PRODUKSI
masing-masing terdiri dari 10 ekor; dari jenis Metode produksi harus konsisten menghasilkan
kelamin yang sama atau jenis kelamin berbeda vaksin yang imunogenik dan aman digunakan oleh
yang dibagi merata di antara kelompok. Untuk 3 manusia. Produksi vaksin didasarkan pada sistem
kelompok yang terdiri dari 16 ekor menerima lot benih virus. Sel lestari digunakan mengikuti
farmasiindustri.com
sistem bank sel. Jika sel primer, sekunder atau bebas dari antibodi herpesvirus B dengan
tersier ginjal monyet digunakan, produksi memperhitungkan bahaya penanganan herpesvirus
memenuhi persyaratan di bawah ini. Kecuali B. Ginjal monyet yang akan diambil diperiksa
dinyatakan lain dan disetujui oleh instansi secara menyeluruh, untuk membuktikan bahwa
berwenang, virus dalam produk akhir tidak monyet bebas dari infeksi, khususnya Tuberkulosis
melewati lebih dari pasase lot benih induk yang dan herpesvirus B (cercopithecine herpesvirus 1).
digunakan untuk menyiapkan vaksin yang Jika monyet memperlihatkan lesi patologis
dibuktikan keamanan dan khasiat dalam studi berkaitan dengan penggunaan ginjal dalam
klinis. Metode produksi divalidasi untuk pembuatan lot benih atau vaksin, monyet tidak
menunjukkan bahwa produk memenuhi uji boleh digunakan, begitu juga monyet lain dalam
toksisitas abnormal untuk imunosera dan vaksin kelompok karantina yang sama tidak boleh
untuk penggunaan manusia <252>. digunakan kecuali telah dibuktikan bahwa
penggunaan monyet tersebut tidak berpengaruh
Substrat untuk propagasi virus pada keamanan produk. Seluruh prosedur yang
Virus diperbanyak dalam sel lestari diploid dijelaskan di bawah ini harus dilakukan di luar area
manusia <1412> dalam sel lestari kontinu atau produksi vaksin.
dalam sel ginjal monyet primer, sekunder atau Biakan sel monyet untuk produksi vaksin Ginjal
tersier. yang tidak memperlihatkan tanda-tanda patologis
digunakan untuk produksi biakan sel. Tiap
Sel ginjal monyet primer, sekunder atau tersier kelompok biakan sel yang diperoleh dari satu
Persyaratan khusus berikut untuk substrat untuk monyet menghasilkan satu produksi biakan sel
propagasi virus pada sel primer, sekunder, atau sehingga diperoleh panenan tunggal terpisah.
tersier ginjal monyet. Sel primer ginjal monyet sesuai dengan uji untuk
Monyet digunakan dalam persiapan biakan sel mikobakteri <73>
ginjal untuk produksi dan pengawasan vaksin Jika sel sekunder atau tersier digunakan, harus
Hewan yang digunakan adalah spesies yang ditunjukkan oleh uji validasi yang sesuai bahwa
disetujui oleh instansi berwenang, kondisi sehat, biakan sel melampaui batas jumlah pasase untuk
kecuali telah dijustifikasi oleh instansi berwenang, produksi harus bebas dari tumorigenisitas.
dan sebelumnya tidak pernah digunakan untuk
tujuan eksperimental lain. LOT BENIH
Sel ginjal yang digunakan untuk produksi dan Setiap 3 galur virus polio yang digunakan harus
kontrol vaksin berasal dari kelompok monyet yang diidentifikasi oleh catatan histori yang mencakup
dimonitor dan dipelihara di penangkaran, bukan informasi tentang asal usul galur. Hanya lot benih
dari hewan yang ditangkap di alam; lot benih yang yang memenuhi persyaratan berikut yang dapat
sebelumnya disetujui dapat disiapkan digunakan untuk propagasi virus.
menggunakan virus yang dipasase dalam sel dari Identifikasi Setiap lot benih kerja diidentifikasi
monyet liar, disetujui oleh instansi berwenang, mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dengan
digunakan untuk produksi vaksin jika rekam netralisasi virus dalam biakan sel menggunakan
sejarah tentang keamanan telah terjustifikasi. antibodi spesifik.
Koloni monyet tertutup yang dipantau Monyet Konsentrasi Virus Ditetapkan konsentrasi virus
disimpan dalam kelompok di dalam kandang. pada setiap lot benih kerja untuk menentukan
Bebas dari agens asing dan didapat dengan jumlah virus yang akan digunakan untuk inokulasi
menggunakan hewan yang dipelihara di kelompok produksi biakan sel.
tertutup dibawah pengawasan dokter hewan dan Agens asing <72> Lot benih kerja memenuhi
laboratorium yang berkesinambungan dan syarat lot benih untuk vaksin virus. Selain itu, jika
sistematis terhadap keberadaan agens infeksi. sel primer, sekunder atau tersier ginjal monyet telah
Pemasok hewan disertifikasi oleh instansi digunakan untuk isolasi galur, dipastikan bahwa
berwenang. Setiap monyet diuji serologis secara galur tidak terkontaminasi dengan virus simian
berkala selama periode karantina tidak kurang dari seperti virus simian imunodefisiensi, simian virus
6 minggu sebelum memasuki kelompok, dan 40, filoviruses dan herpesvirus B (cercopithechine
selama tinggal di kelompok. Monyet harus bebas herpesvirus 1). Lot benih kerja dibuat dalam sel
dari Tuberkulin, antibodi terhadap virus simian 40 primer, sekunder atau tersier ginjal monyet
(SV40), dan simian virus imunodefisiensi. Sampel memenuhi persyaratan yang diberikan di bawah ini
darah yang digunakan dalam pengujian antibodi pada propagasi dan panen virus untuk panen
SV40 harus diambil sedekat mungkin dengan tunggal yang diproduksi dalam sel tersebut.
waktu pengambilan ginjal. Jika untuk produksi
menggunakan Macaca spp., monyet harus bebas PROPAGASI DAN PANENAN
dari antibodi terhadap infeksi virus cercopithecine Semua proses bank sel dan biakan sel
herpesvirus 1 (Herpesvirus B). Gejala infeksi turunannya dilakukan dalam kondisi aseptik pada
Herpesvirus manusia digunakan sebagai indikator area di mana tidak ada sel lain yang ditangani
farmasiindustri.com
selama pembuatan. Serum hewan yang sesuai dapat kelinci. Uji ini tidak valid jika lebih dari 20%
digunakan dalam media biakan, tetapi media akhir biakan sel kontrol dibuang karena alasan tidak
untuk mempertahankan pertumbuhan sel selama spesifik.
propagasi virus tidak boleh mengandung serum Identifikasi Panenan tunggal diidentifikasi
hewan. Serum dan tripsin yang digunakan dalam kandungan virus polio manusia tipe 1, 2 atau 3
pembuatan suspensi sel dan media harus bebas dari melalui netralisasi virus dalam biakan sel
agens asing hidup. Media biakan sel dapat menggunakan antibodi spesifik.
mengandung indikator pH seperti merah fenol dan Konsentrasi Virus Konsentrasi virus dari setiap
antibiotik yang sesuai dengan kadar efektif panenan ditentukan oleh titrasi virus menular dalam
terendah. Tidak kurang dari 500 mL biakan sel biakan sel.
yang digunakan untuk produksi vaksin dipisahkan Kontaminasi Bakteri dan Jamur Panenan tunggal
sebagai biakan sel yang tidak diinfeksi (sel memenuhi Uji sterilitas <71> dilakukan
kontrol); sel lestari kontinu dalam fermentor menggunakan 10 mL untuk setiap media.
digunakan untuk produksi, 200 x 106 sel dipisahkan Mikoplasma <74> Panenan tunggal sesuai
untuk menyiapkan sel kontrol; di mana sel primer, dengan Uji untuk mikoplasma, dilakukan
sekunder atau tersier ginjal monyet digunakan menggunakan 10 mL.
untuk produksi sampel sel yang setara dengan tidak Uji dalam biakan sel ginjal kelinci Jika sel
kurang dari 500 mL suspensi sel, pada konsentrasi primer, sekunder atau tersier ginjal monyet
yang digunakan untuk produksi vaksin, diambil digunakan untuk produksi, uji sampel setidaknya
untuk menyiapkan sel kontrol. Panenan tunggal 10 mL dari panen tunggal bebas dari herpesvirus B
harus memenuhi persyaratan berikut untuk (cercopithecine herpesvirus 1) dan virus lainnya
digunakan dalam persiapan vaksin. Pada gabungan dengan inokulasi pada biakan sel ginjal kelinci
panenan monovalen murni dilakukan uji seperti dijelaskan di atas untuk sel kontrol.
identifikasi dan kontaminasi bakteri dan jamur. Uji dalam biakan sel ginjal cercopithecus Jika
Setelah konsistensi produksi pada tahap panenan sel primer, sekunder atau tersier ginjal monyet
tunggal terbukti, pada gabungan panenan digunakan untuk produksi, uji sampel setidaknya
monovalen murni dilakukan uji konsentrasi virus. 10 mL dari panenan tunggal untuk bebas dari virus
SV40 dan agens asing lainnya. Netralkan sampel
Sel Kontrol dengan antiserum titer tinggi terhadap galur virus
Sel kontrol biakan sel produksi memenuhi syarat polio tertentu. Uji sampel dalam biakan sel ginjal
identifikasi (jika sistem bank sel digunakan untuk primer cercopithecus atau sel yang telah terbukti
produksi) dan dengan persyaratan untuk agens setidaknya rentan terhadap SV40. Inkubasi biakan
asing; Jika sel primer, sekunder atau tersier ginjal pada suhu 37 dan amati selama 14 hari. Pada akhir
monyet digunakan, Uji dalam biakan sel dilakukan periode ini, buat sekurangnya satu subbiakan cairan
seperti yang ditunjukkan pada Uji dalam biakan sel dalam sistem biakan sel yang sama dan amati
ginjal kelinci dan Uji dalam biakan sel ginjal biakan primer dan subbiakan tambahan selama 14
cercopithecus. hari.
Uji dalam biakan sel ginjal kelinci Uji sampel
setidaknya 10 mL cairan supernatant yang Pemurnian dan ruahan monovalen
dikumpulkan dari biakan kontrol bebas dari Beberapa panenan tunggal dari tipe yang sama
herpesvirus B (cercopithecine herpesvirus 1) dan dapat dikumpulkan dan dapat dipekatkan. Panenan
virus lainnya dengan inokulasi pada biakan sel monovalen atau panenan monovalen gabungan
ginjal kelinci. Pengenceran supernatan dalam dimurnikan dengan metode yang sudah divalidasi.
medium nutrisi tidak lebih besar dari seperempat Jika sel lestari kontinu digunakan untuk produksi,
dan luas lapisan sel setidaknya 3 cm2 per mililiter proses pemurnian harus secara konsisten
inokulum. Pisahkan satu atau lebih wadah dari menurunkan kandungan DNA sel substrat menjadi
setiap bets sel dengan media yang sama dengan sel tidak lebih dari 100 pg per dosis tunggal manusia.
kontrol yang tidak diinokulasi. Inkubasi biakan Hanya panenan monovalen murni yang memenuhi
pada suhu 37˚ dan amati setidaknya selama 2 persyaratan berikut ini yang dapat digunakan untuk
minggu. Uji ini tidak valid jika lebih dari 20% persiapan panenan monovalen tidak aktif.
biakan sel kontrol dibuang karena alasan tidak Identifikasi Netralisasi virus dalam biakan sel
spesifik. menggunakan antibodi spesifik atau dengan
Uji dalam biakan sel ginjal cercopithecus Uji penetapan antigen-D.
sampel setidaknya 10 mL cairan supernatan Konsentrasi Virus Tetapkan dengan titrasi virus
dikumpulkan dari biakan kontrol bebas dari virus penginfeksi.
SV40 dan agens asing lainnya dengan inokulasi ke Aktivitas spesifik Rasio konsentrasi virus atau
biakan sel yang dibuat dari ginjal monyet kandungan antigen-D ditentukan oleh metode
cercopithecus, atau sel lain yang terbukti imunokimia yang sesuai <1385>, terhadap
setidaknya sensitif untuk SV40, dengan metode kandungan protein total (aktivitas spesifik) dari
seperti tertera pada Uji dalam biakan sel ginjal
farmasiindustri.com
panenan monovalen murni dalam batas yang virus polio pada biakan sel. Pada akhir periode
disetujui untuk produk vaksin. pengamatan, uji kerentanan biakan sel yang
digunakan dengan inokulasi virus polio hidup dari
Inaktivasi dan ruahan monovalen inaktif tipe yang sama seperti tertera pada panenan
Beberapa ruahan monovalen inaktif dari tipe monovalen inaktif.
yang sama dapat dicampur sebelum inaktivasi. Kinetik Inaktivasi Ditetapkan dan disetujui oleh
Untuk menghindari kegagalan dalam inaktivasi instansi yang berwenang. Data kinetik inaktivasi
yang disebabkan oleh adanya agregat virus, yang memadai diperoleh dan dipantau konsistensi
lakukan penyaringan sebelum dan selama proses inaktivasi.
inaktivasi; inaktivasi dimulai dalam periode yang Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
sesuai, sebaiknya tidak lebih dari 24 jam, dan pada mL untuk setiap media.
keadaan tertentu tidak lebih dari 72 jam dari Kandungan Antigen-D Tetapkan menggunakan
penyaringan sebelumnya. Suspensi virus metode imunokimia yang sesuai <1385> dalam
diinaktivasi dengan metode yang telah divalidasi batas yang disetujui untuk pembuatan tertentu.
dan terbukti dapat menginaktivasi virus polio tanpa
merusak imunogenisitas; selama studi validasi,
tetapkan kurva inaktivasi dengan tidak kurang dari VAKSIN RUAHAN AKHIR
4 titik (misalnya, waktu 0 jam, 24 jam, 48 jam, dan Vaksin ruahan akhir dibuat langsung dari
96 jam) yang menunjukkan penurunan konsentrasi panenan monovalen inaktif virus polio manusia tipe
virus hidup terhadap waktu. Jika formaldehid 1, 2 dan 3 atau dari kumpulan trivalen panenan
digunakan untuk inaktivasi, residu formaldehid monovalen inaktif. Pengawet antimikroba dan
pada akhir periode inaktivasi harus diverifikasi. stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan.
Uji kinetika inaktivasi yang dijelaskan di bawah ini Hanya produk ruahan akhir yang memenuhi
dilakukan pada setiap bets untuk memastikan persyaratan berikut yang dapat digunakan dalam
konsistensi proses inaktivasi. persiapan lot akhir.
Hanya panenan monovalen inaktif yang memenuhi Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Gunakan 10
persyaratan berikut yang dapat digunakan dalam mL untuk setiap media.
pembuatan gabungan trivalen dari masing-masing Pengawet Antimikroba Jika digunakan, tidak
panenan monovalen inaktif atau vaksin ruahan kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari
akhir. jumlah yang tertera pada label. Tentukan jumlah
bahan pengawet antimikroba dengan metode kimia
Uji efektivitas inaktifasi Setelah netralisasi atau fisikokimia yang sesuai <1385>.
formaldehid dengan natrium bisulfit (jika
digunakan), verifikasi tidak adanya residu virus LOT AKHIR
polio hidup dengan inokulasi pada biakan sel yang Hanya lot akhir yang sesuai dengan persyaratan
sesuai dari 2 sampel dari masing-masing panenan Identifikasi, Uji, dan Penetapan Potensi yang dapat
monovalen inaktif, setara dengan tidak kurang dari dirilis untuk digunakan. Apabila uji untuk
1500 dosis manusia. Sel yang digunakan untuk formaldehid bebas dan pengawet antimikroba dan
pengujian harus memiliki kepekaan optimal uji in vivo telah dilakukan dengan hasil yang
terhadap residu virus polio penginfeksi, misalnya memuaskan pada vaksin ruahan akhir dapat
sel ginjal dari spesies monyet tertentu (Macaca, dihilangkan pada lot akhir.
Cercopithecus atau Papio), atau sel Hep-2. Jika sel Jika produk ruahan akhir diformulasi dari ruahan
lain digunakan, sel tersebut harus terbukti memiliki trivalen dan antigen lainnya menjadi vaksin
setidaknya sensitivitas yang sama dengan yang kombinasi, penetapan antigen-D pada lot akhir
ditentukan di atas. Ambil satu sampel tidak lebih menggunakan ELISA. Jika penetapan antigen-D
dari tiga per empat masa periode inaktivasi dan menggunakan ELISA tidak sesuai, maka digunakan
sisanya pada akhir periode. Inokulasikan sampel uji in vivo.
dalam biakan sel sedemikian hingga pengenceran Jika kandungan protein telah ditentukan pada
vaksin dalam media nutrisi tidak lebih besar dari 1 panenan monovalen yang dimurnikan atau pada
dalam 4 dan area lapisan sel tidak kurang dari 3 panenan monovalen inaktif dan telah dibuktikan
cm2 per mL inokulum. bahwa kandungan dalam lot akhir tidak melebihi
Pisahkan satu atau lebih wadah dengan media yang 10 µg per dosis tunggal manusia, uji tersebut dapat
sama dengan sel kontrol yang tidak diinokulasi. dihilangkan pada lot akhir.
Amati biakan sel selama tidak kurang dari 3 Jika uji serum albumin sapi memberikan hasil yang
minggu. Buat tidak kurang dari 2 pasase dari setiap memuaskan pada kumpulan trivalen dari panenan
wadah, satu di akhir periode pengamatan dan yang monovalen inaktif atau pada vaksin ruah akhir, uji
lainnya 1 minggu sebelumnya; untuk pasase, tersebut dapat dihilangkan pada lot akhir.
gunakan supernatant biakan sel dan inokulasi untuk Identifikasi Kandungan virus polio manusia tipe
sampel awal. Amati subbiakan selama tidak kurang 1, 2, dan 3 dalam vaksin ditentukan menggunakan
dari 2 minggu. Tidak terdapat tanda multiplikasi
farmasiindustri.com
metode imunokimia yang sesuai <1385> seperti dengan suhu netralisasi 35-37 selama 3 jam,
penetapan antigen-D menggunakan (ELISA). lanjutkan inkubasi pada suhu 2-8 selama 18 jam
untuk konsistensi hasil, jika perlu. Inkubasi pada
UJI BATAS suhu 35 selama 7 hari, lakukan fiksasi dan
Formaldehid Bebas <1395> Tidak lebih dari 0,2 pewarnaan, amati hasil. Penetapan potensi antibodi
g per L. valid jika titer antibodi untuk setiap virus tantang
Pengawet Antimikroba Jika digunakan, jumlah berada pada rentang 10 CCID50 sampai 1000
tidak kurang dari kadar efektif terendah dan tidak CCID50 dan titer antibodi netralisasi pada serum
lebih dari 115% dari jumlah yang tertera pada label. kontrol harus berada dalam 2 kali lipat pengenceran
Tetapkan kadar bahan pengawet antimikroba dari rata-rata geometrik kadar serum. Potensi
dengan metode kimia atau fisikokimia yang sesuai. diukur dengan membandingkan proporsi respon
Kandungan Protein <1387> Tidak lebih dari 10 yang menggunakan vaksin uji terhadap vaksin
µg per dosis tunggal manusia. pembanding dengan metode probit atau, setelah
Serum Albumin Sapi Maksimal 50 ng per dosis validasi, menggunakan metode parallel-line. Pada
tunggal manusia, ditentukan oleh metode metode probit, untuk mengidentifikasi responden
imunokimia yang sesuai <1385>. perlu menetapkan batas titer antibodi untuk tiap
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. jenis virus polio. Masing-masing laboratorium
Endotoksin Bakteri <201> Tidak lebih dari 5 menentukan batas titer menggunakan tidak kurang
Unit per dosis tunggal manusia. dari 3 uji dengan vaksin pembanding. Titik tengah
pada skala log2 antara titer rata-rata geometrik
PENETAPAN POTENSI minimum dan maksimum dari 3 seri atau lebih uji
Kandungan Antigen-D Sebagai ukuran yang digunakan nilai batas (cut-off value). Potensi
konsistensi produksi, tentukan kandungan antigen- vaksin untuk masing-masing 3 tipe virus polio
D untuk virus polio manusia tipe 1, 2 dan 3 dengan tidak berbeda bermakna terhadap vaksin
metode imunokimia yang sesuai <...> pembanding. Pengujian dikatakan valid jika:
menggunakan baku pembanding yang dikalibrasi (1) Pada masing-masing vaksin uji dan vaksin
dalam satuan unit Antigen-D. Bila penetapan pembanding, ED50 berada diantara dosis terendah
antigen-D telah dilakukan pada produk ruahan dan tertinggi yang diberikan pada hewan uji; (2)
akhir dan dapat dibuktikan bahwa tidak ada Analisis statistik linieritas atau paralelisme tidak
kehilangan potensi sampai lot akhir maka menunjukkan penyimpangan yang bermakna; (3)
pengujian ini tidak perlu dilakukan. Batas kepercayaan (P=0,95) tidak kurang dari 25%
Uji in vivo Memenuhi syarat. dan tidak lebih dari 400% dari potensi yang
Kemampuan vaksin untuk menginduksi diperkirakan.
pembentukan antibodi, ditetapkan secara in vivo
melalui salah satu metode berikut. Tambahan monografi
Uji pada Tikus Penetapan potensi secara in vivo VAKSIN POLIOMYELITIS ORAL,
yang sesuai terdiri dari injeksi intramuskular tidak HIDUP
kurang dari 3 enceran vaksin uji dan satu vaksin
Poliomyelitis Vaccine, Live (Oral)
pembanding pada kaki belakang tikus galur spesifik
bebas patogen. Tiap kelompok terdiri dari 10 tikus
Vaksin poliomyelitis oral adalah sediaan virus
masing-masing diberikan enceran vaksin uji atau
poliomyelitis hidup tipe 1, tipe 2, atau tipe 3 yang
vaksin pembanding. Pada umumnya menggunakan
dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan sel yang
4 enceran vaksin untuk memperoleh hasil yang
sesuai. Vaksin dapat mengandung satu tipe virus,
valid pada 3 serotipe. Jumlah hewan tiap kelompok
kombinasi virus tipe 1 dan tipe 3, atau kombinasi
harus mencukupi untuk mendapatkan hasil yang
dari ketiga tipe virus galur Sabin, dibuat dalam
sesuai dengan kriteria validasi; walaupun hasil
bentuk yang cocok untuk pemberian oral dan
yang valid dapat diperoleh dengan kelompok dalam
memenuhi semua persyaratan yang tercantum.
jumlah yang sedikit, disarankan menggunakan 10
Vaksin berupa cairan jernih yang dapat berwarna
kelompok tikus. Apabila menggunakan hewan
jika terdapat indikator pH.
dengan jenis kelamin berbeda, hewan jantan dan
betina dibagi rata ke semua kelompok. Disarankan
PRODUKSI
menggunakan hewan dengan bobot antara 175-250
Galur vaksin dan metode pembuatan harus
g. Gunakan cairan inokulum 0,5 mL tiap tikus.
konsisten menghasilkan vaksin yang imunogenik
Rentang dosis yang dipilih berdasarkan jumlah
dan aman digunakan oleh manusia. Pembuatan
dosis yang menghasilkan respon terhadap ketiga
vaksin berdasarkan sistem lot benih virus. Sel
tipe virus polio. Ambil darah hewan uji setelah 20-
lestari digunakan menurut sistem bank sel. Jika
22 hari. Titer netralisasi untuk ketiga antibodi tipe
biakan sel ginjal monyet primer digunakan,
virus polio dihitung secara terpisah menggunakan
pembuatan harus memenuhi persyaratan yang
100 CCID50 galur Sabin sebagai virus tantang, sel
dijelaskan dibawah ini. Kecuali dinyatakan lain dan
Vero atau sel Hep2 digunakan sebagai sel indikator,
disetujui oleh instansi yang berwenang, virus dalam
farmasiindustri.com
produk akhir tidak melewati lebih dari 2 pasase dari monyet dari kelompok tersebut harus dilanjutkan
lot benih induk. hingga tidak kurang dari 6 minggu. Kelompok
harus dipelihara secara kontinu dalam isolasi,
Baku Pembanding seperti dalam karantina, begitu juga setelah periode
Baku internasional untuk poliovirus tipe 1 (Sabin), karantina selesai. Setelah monyet terakhir dalam
poliovirus tipe 2 (Sabin) untuk uji MAPREC suatu kelompok dikeluarkan, ruangan yang
(Mutant Analysis by PCR and Restriction Enzyme ditempati kelompok tersebut harus dibersihkan dan
Cleavage), dan poliovirus tipe 3 (Sabin) DNA didekontaminasi secara menyeluruh sebelum
sintetis untuk uji MAPREC digunakan sebagai digunakan untuk kelompok selanjutnya. Jika ginjal
penanda genetik dan uji molekular untuk fetus dari monyet mendekati kelahiran digunakan,
konsistensi produksi. induk monyet dikarantina selama masa kehamilan.
Baku pembanding untuk setiap tipe poliovirus pada Monyet yang ginjalnya akan diambil harus dibius
sabin asli + 2 tingkat pasase yaitu, WHO (SO + 2)/I dan diperiksa secara menyeluruh, terutama terkait
untuk virus tipe 1, WHO (SO + 2)/II untuk virus infeksi tuberkulosis dan cercopithecine herpesvirus
tipe 2, dan WHO (SO + 2)/III untuk virus tipe 3 1 (herpesvirus B). Jika monyet memperlihatkan lesi
digunakan untuk perbandingan neurovirulensi in patologis berkaitan dengan penggunaan ginjalnya
vivo dengan vaksin homotipe. Permintaan untuk dalam pembuatan lot benih atau vaksin, monyet
baku pembanding WHO untuk uji neurovirulensi tidak boleh digunakan, begitu juga monyet lain
dapat ditujukan pada ‖World Health Organization‖ dalam kelompok karantina yang sama tidak boleh
(WHO, Biologicals, Geneva, Switzerland. digunakan kecuali telah dibuktikan bahwa
Baku pembanding yang sesuai digunakan pada penggunaan monyet tersebut tidak berpengaruh
setiap pengujian. pada keamanan produk.
Seluruh prosedur yang dijelaskan dibawah ini harus
Substrat untuk propagasi virus dilakukan di luar area produksi vaksin. Monyet
Virus diperbanyak dalam sel diploid manusia atau harus bebas dari antibodi terhadap virus simian
sel lestari kontinu <1412>, atau dalam biakan sel (SV40), virus imunodefisiensi simian dan
ginjal monyet primer (termasuk sel-sel yang spumavirus. Sampel darah yang digunakan dalam
dipasase secara urut dari sel ginjal monyet primer). pengujian untuk antibodi SV40 harus diambil
sedekat mungkin dengan waktu pengambilan
Biakan sel ginjal monyet primer ginjal. Jika untuk produksi digunakan Macaca spp.,
(Catatan: Persyaratan khusus subtsrat untuk monyet harus bebas dari antibodi terhadap infeksi
propagasi virus dibawah ini berlaku terhadap virus cercopithecine herpesvirus 1 (herpesvirus B).
biakan sel ginjal monyet primer. Monyet digunakan Gejala infeksi Herpesvirus manusia digunakan
untuk pembuatan biakan sel ginjal monyet primer sebagai indikator bebas dari antibodi herpesvirus B
dan untuk pengujian virus) dengan memperhitungkan bahaya penanganan
Jika vaksin dibuat dalam biakan sel ginjal monyet herpesvirus B. Monyet yang digunakan untuk
primer, spesies hewan yang digunakan harus produksi lot benih baru harus bebas dari antibodi
disetujui oleh instansi berwenang, sehat, dipantau terhadap simian cytomegalovirus (sCMV).
secara intensif, dan sebelumnya tidak pernah Biakan sel ginjal monyet primer untuk
digunakan untuk tujuan eksperimental lain. pembuatan vaksin Ginjal yang tidak
Monyet harus dipelihara dalam kandang yang memperlihatkan tanda-tanda patologis digunakan
berjarak sejauh mungkin satu sama lain pada untuk membuat biakan sel. Jika monyet berasal dari
ruangan dengan ventilasi memadai. Lakukan koloni yang dipelihara untuk produksi vaksin,
pencegahan agar tidak terjadi infeksi silang antar biakan sel ginjal monyet yang dipasase secara
monyet. berseri dari sel ginjal monyet primer dapat
Tidak lebih dari dua monyet dipelihara dalam satu digunakan untuk propagasi virus, jika tidak, sel
kandang dan setiap monyet tidak boleh bertukar ginjal monyet tidak diperbanyak secara seri. Virus
kandang. untuk pembuatan vaksin ditumbuhkan dengan
Monyet harus dipelihara di negara pembuat vaksin metode aseptis dalam biakan tersebut. Jika serum
dalam kelompok karantina selama tidak kurang dari hewan digunakan dalam propagasi sel, media
6 minggu sebelum digunakan. Kelompok karantina pemeliharaan setelah inokulasi virus tidak boleh
adalah sekumpulan monyet sehat terpilih yang mengandung serum.
dipelihara dalam satu ruangan dengan makanan Setiap kelompok biakan sel yang berasal dari satu
terpisah dan fasilitas kebersihan, serta tidak monyet atau janin yang tidak lebih dari 10 monyet
berhubungan dengan monyet lain selama periode mendekati melahirkan disiapkan dan diuji sebagai
karantina. Jika selama periode karantina tingkat kelompok individu.
kematian keseluruhan yang terdiri dari satu atau
lebih kelompok mencapai 5% (tidak termasuk LOT BENIH VIRUS
kematian akibat kecelakaan atau kematian tidak alur virus polio yang digunakan harus diidentifikasi
disebabkan oleh infeksi penyakit), karantina dari rekam sejarah yang mencakup informasi
farmasiindustri.com
tentang asal dan rekayasa galur berikutnya. Lot replikasinya pada suhu 36° hingga 40° seperti yang
benih kerja dibuat dengan pasase tunggal dari lot tertera pada Produk ruahan monovalen.
benih induk dan pada tingkat pasase yang disetujui
dari virus sabin asli. Lot benih virus dibuat dalam PROPAGASI DAN PANENAN VIRUS
jumlah besar dan disimpan pada suhu dibawah - Semua proses bank sel dan biakan sel turunannya
60°. Hanya lot benih virus yang memenuhi dilakukan dalam kondisi aseptik pada area di mana
persyaratan dibawah ini dapat digunakan untuk tidak ada sel lain yang ditangani selama
Propagasi virus. pembuatan. Serum hewan yang sesuai dapat
Identifikasi Setiap lot benih kerja diindentifikasi digunakan dalam media biakan, tetapi media akhir
sebagai virus polio yang sesuai dengan tipennya untuk mempertahankan pertumbuhan sel selama
menggunakan antibodi spesifik. propagasi virus tidak boleh mengandung serum
Konsentrasi virus Tetapkan menggunakan hewan. Serum dan tripsin yang digunakan dalam
metode dibawah, konsentrasi virus merupakan pembuatan suspensi sel dan media harus bebas dari
dasar untuk jumlah virus yang digunakan dalam uji senyawa asing hidup. Media biakan sel dapat
neurovirulensi. mengandung indikator pH seperti fenol merah dan
Agens asing <72> Jika lot benih kerja dibuat antibiotik yang sesuai dengan kadar efektif
dalam sel diploid manusia atau dalam sel lestari terendah. Direkomendasikan untuk memiliki
kontinu, harus memenuhi persyaratan lot benih substrat yang bebas dari antibiotik selama
untuk vaksin virus. Jika lot benih kerja dibuat pembuatan. Pada hari inokulasi dengan lot benih
dalam biakan sel ginjal monyet primer, harus kerja virus, tidak kurang dari 5% atau 1000 mL
memenuhi persyaratan pada Propagasi dan panen (mana yang lebih rendah) dari biakan sel yang
virus, Produk ruahan monovalen, serta uji dalam digunakan untuk pembuatan vaksin dipisahkan
mencit dewasa, mencit menyusui, dan marmot. sebagai biakan sel yang tidak terinfeksi (sel
Sebagai tambahan terhadap persyaratan pada kontrol). Persyaratan khusus yang diberikan
<1412>, untuk vaksin yang dibuat dalam sel lestari dibawah ini, berlaku untuk sel kontrol ketika vaksin
dan ketika lot benih dibuat dalam biakan sel ginjal dibuat dalam biakan sel ginjal monyet primer.
monyet primer, lakukan uji untuk sCMV yang Suspensi virus dipanen tidak lebih dari 4 hari
tervalidasi. Lot benih kerja harus bebas dari urutan setelah inokulasi virus. Setelah inokulasi
DNA virus simian 40 (SV40) yang terdeteksi. pembuatan biakan sel dengan lot benih kerja virus,
Neurovirulensi Setiap lot benih induk dan kerja sel terinokulasi dipertahankan pada suhu tetap yang
harus memenuhi syarat untuk neurovirulensi pada sesuai, antara 33° - 35° ± 0,5°, biakan sel kontrol
vaksin poliomyelitis oral dalam mencit atau monyet dipertahankan pada suhu 33° - 35° untuk periode
transgenik. Prosedur yang sesuai untuk uji pada inkubasi yang relevan.
mencit dan monyet tersedia di WHO. Sebagai Hanya panenan virus tunggal yang memenuhi
tambahan, setidaknya 3 bets pertama berurutan syarat dibawah ini yang dapat digunakan pada
produk ruahan monovalen yang dibuat dari lot pembuatan produk ruahan monovalen.
benih baru harus memenuhi persyaratan Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi panenan
neurovirulensi vaksin oral poliomyelitis sebelum virus seperti tertera pada Penetapan untuk
lot benih dianggap sesuai untuk digunakan. Selain memantau konsistensi pembuatan dan untuk
itu, lot benih sebaiknya berhenti digunakan dalam menentukan penganceran yang akan digunakan
produksi vaksin jika frekuensi kegagalan produk untuk vaksin ruahan akhir.
ruahan monovalen yang dihasilkan dari lot benih Uji molekular untuk konsistensi pembuatan
tersebut lebih besar dari yang diperkirakan secara Lakukan uji MAPREC yang tervalidasi pada setiap
statistik. Perkiraan statistik ini dihitung setelah panenan virus kecuali dinyatakan lain. Kriteria
setiap uji berdasarkan semua produk ruahan keberterimaan untuk konsistensi pembuatan
monovalen yang diuji; sebanding dengan ditentukan untuk setiap produsen dan untuk setiap
probabilitas tingkat penerimaan palsu pada benih kerja. Kriteria ini ditinjau secara berkala dan
kesempatan uji pertama (misalnya 1%), diperbarui sesuai dengan yang disetujui oleh
probabilitas tingkat penerimaan palsu pada instansi berwenang. Investigasi konsistensi
pengujian ulang dapat diabaikan. dilakukan jika panenan virus memberikan hasil
Penanda fenotipe atau genotipe Setiap lot benih yang tidak konsisten dengan riwayat pembuatan
virus harus memenuhi syarat uji MAPREC. Uji sebelumnya.
MAPREC tervalidasi dilakukan untuk setiap lot Sel kontrol Memenuhi syarat identitas dan agens
benih induk dan kerja untuk menetapkan profil asing <72>, atau jika biakan sel ginjal monyet
(misalnya persentase kadar mutan). Prosedur primer digunakan, dijelaskan seperti dibawah ini.
(Mutant analysis by PCR and restriction enzyme
cleavage (MAPREC) untuk vaksin polio oral tipe Biakan sel ginjal monyet primer
1,2,3 (Sabin) yang sesuai tersedia pada WHO. (Catatan: Persyaratan khusus dibawah ini berlaku
Sambil menunggu validasi dari uji MAPREC, untuk propagasi dan panen dalam biakan sel ginjal
setiap lot benih induk dan kerja diuji sifat monyet primer)
farmasiindustri.com
Biakan sel Pada hari inokulasi dengan lot benih Sampel selanjutnya, sejumlah 10 mL cairan yang
kerja virus, setiap biakan sel diperiksa terhadap diambil dari biakan sel pada hari inokulasi dengan
degenerasi yang disebabkan oleh senyawa infektif. lot benih virus diuji kandungan senyawa asing
Jika pada pemeriksaan ditemukan adanya senyawa dengan inokulasi ke dalam biakan sel manusia yang
asing, seluruh kelompok biakan tersebut harus sensitif terhadap virus campak.
ditolak. Uji tidak valid jika lebih dari 20% wadah biakan
Pada hari inokulasi dengan lot benih kerja virus, dibuang pada akhir periode masing-masing
sampel tidak kurang dari 30 mL cairan yang pengujian karena alasan tidak spesifik yang tidak
dikumpulkan dari biakan sel ginjal dari setiap dapat diprediksi. Jika pada pengujian ditemukan
monyet tunggal atau dari janin tidak lebih dari 10 adanya senyawa asing, panen tunggal dari seluruh
monyetjangka pendek dibagi menjadi 2 bagian kelompok biakan sel yang bersangkutan ditolak.
sama rata. 1 bagian cairan diuji dalam biakan sel Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B),
ginjal monyet dari spesies yang sama, namun pembuatan vaksin poliomyelitis oral harus
bukan hewan yang sama dengan yang digunakan dihentikan dan diinformasikan kepada instansi
pada pembuatan vaksin. Bagian cairan lainnya, jika yang berwenang. Pembuatan tidak boleh
perlu, diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari dilanjutkan sampai investigasi menyeluruh telah
spesies lain sehingga uji pada cairan dilakukan selesai dan tindakan pencegahan terhadap
dalam biakan sel dari setidaknya 1 spesies yang munculnya kembali infeksi telah dilakukan, serta
diketahui sensitif terhadap SV40. Cairan hanya dengan persetujuan instansi yang berwenang.
diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini Jika pengujian tidak dilakukan segera, sampel
sedemikian hingga pengenceran cairan dalam cairan biakan sel yang dikumpulkan harus disimpan
media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area pada suhu -60° atau dibawahnya, kecuali sampel
lembar sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. untuk uji virus B dapat disimpan pada suhu 4°,
Tidak kurang dari 1 botol dari setiap jenis biakan asalkan pengujian dilakukan tidak lebih dari 7 hari
sel tidak diinokulasi sebagai kontrol. Jika spesies setelah diambil.
monyet yang digunakan untuk pembuatan vaksin Biakan sel kontrol Pada hari inokulasi dengan lot
diketahui sensitif terhadap SV40, uji pada spesies benih kerja virus, 25% (tetapi tidak lebih dari 2,5
kedua tidak diperlukan. Serum hewan dapat L) suspensi sel yang diperoleh dari ginjal setiap
digunakan dalam propagasi sel, asalkan tidak monyet tunggal atau dari tidak lebih dari 10 monyet
mengandung antibodi SV40, tetapi media jangka pendek digunakan untuk membuat biakan
pemeliharaan setelah inokulasi bahan uji tidak sel kontrol yang tidak diinokulasi. Biakan sel
mengandung serum tambahan kecuali seperti yang kontrol ini diinkubasi dalam kondisi yang sama
dijelaskan di bawah ini. Biakan diinkubasi pada dengan biakan yang diinokulasi selama tidak
suhu 35° – 37° dan diamati selama tidak kurang kurang dari 2 minggu dan diperiksa selama periode
dari 4 minggu. Selama periode pengamatan ini dan tersebut untuk melihat adanya perubahan sitopatik.
setelah tidak kurang dari 2 minggu inkubasi, Uji tidak valid jika lebih dari 20% biakan sel
setidaknya 1 subkultur cairan dibuat dari masing- kontrol dibuang karena alasan kejadian tertentu
masing biakan ini dalam sistem biakan sel yang yang tidak spesifik. Pada akhir periode
sama. Subkultur juga diamati setidaknya selama 2 pengamatan, biakan sel kontrol diperiksa terhadap
minggu. Serum dapat ditambahkan ke biakan asli degenerasi yang disebabkan oleh senyawa infektif.
pada saat membuat subkultur, asalkan serum tidak Jika pemeriksaan ini atau uji lain yang dibutuhkan
mengandung antibodi SV40. Teknik antibodi pada bagian ini memperlihatkan adanya senyawa
fluoresensi dapat digunakan untuk mendeteksi asing dalam biakan kontrol, virus polio yang
virus SV40 dan virus lain di dalam sel. ditumbuhkan dalam biakan yang diinokulasi dari
Sampel selanjutnya, tidak kurang dari 10 mL cairan kelompok yang sama harus ditolak.
yang dikumpulkan diuji untuk cercopithecid Uji untuk virus hemadsorbsi Pada waktu panen
herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dalam biakan atau dalam 4 hari inokulasi pembuatan biakan
sel ginjal kelinci. Serum yang digunakan dalam dengan lot benih virus, sampel sejumlah 4% biakan
media nutrisi dari biakan ini harus bebas dari sel kontrol diambil dan diuji untuk virus
inhibitor virus B. Human herpesvirus telah haemadsorpsi. Pada akhir periode pengamatan,
digunakan sebagai indikator untuk bebas dari biakan sel kontrol yang tersisa diuji serupa.
inhibitor virus B karena bahaya penanganan virus Uji untuk agens asing lain pada waktu panen
B. Sampel diinokulasi ke dalam botol biakan sel ini atau dalam 7 hari inokulasi pembuatan biakan
sedemikian hingga pengenceran cairan dalam dengan lot benih virus, sampel sejumlah tidak
media nutrisi tidak melebihi 1 dalam 4. Area kurang dari 20 mL cairan yang dikumpulkan dari
lembar sel tidak kurang dari 3 cm2 per mL cairan. setiap kelompok biakan kontrol diambil dan diuji
Tidak kurang dari 1 botol dari setiap jenis biakan dalam 2 jenis biakan sel ginjal monyet, seperti yang
sel tidak diinokulasi sebagai kontrol. Biakan telah dijelaskan di atas. Pada akhir periode
diinkubasi pada suhu 35° – 37° dan diamati selama pengmatan untuk biakan sel kontrol asli, sampel
tidak kurang dari 2 minggu. cairan yang serupa diambil dan ulangi pengujian
farmasiindustri.com
dengan mengacu pada bagian ini dalam 2 jenis sampel panenan tunggal yang dinetralisasi dengan
biakan sel ginjal monyet dan dalam biakan sel menginokulasi 10 mL ke dalam biakan sel manusia
kelinci, seperti yang telah dijelaskan pada Biakan yang sensitif terhadap virus campak. Uji ini juga
sel di atas. divalidasi untuk mendeteksi sCMV.
Jika terdapat cercopithecid herpesvirus 1 (Virus B), Teknik antibodi fluoresensi dapat digunakan untuk
pembuatan biakan sel tidak boleh digunakan dan mendeteksi virus SV40 dan virus lain di dalam sel.
langkah-langkah mengenai pembuatan vaksin yang Uji tidak valid jika lebih dari 20% dari wadah
dijelaskan di atas harus dilakukan. Cairan yang biakan dibuang karena alasan kejadian tertentu
dikumpulkan dari biakan sel kontrol pada saat yang tidak spesifik pada akhir periode masing-
panen virus dan pada akhir periode pengamatan masing pengujian.
dapat dikumpulkan sebelum pengujian untuk Jika perubahan sitopatik muncul pada biakan,
senyawa asing. Sampel sejumlah 2% dari cairan penyebab perubahan tersebut harus diinvestigasi.
yang dikumpulkan diuji dalam masing-masing Jika perubahan sitopatik terlihat disebabkan oleh
sistem biakan sel yang ditentukan. virus polio yang tidak ternetralisasi, ulangi
pengujian. Jika terdapat SV40 atau senyawa asing
Panenan tunggal lain yang berasal dari panenan tunggal, panenan
Uji untuk panenan tunggal yang dinetralisasi tunggal tesebut ditolak.
dalam biakan sel ginjal monyet primer Sampel
sejumlah tidak kurang dari 10 mL dari setiap PRODUK RUAHAN MONOVALEN
panenan tunggal dinetralisasi dengan antiserum Produk ruahan monovalen dapat dibuat dengan
poliomyelitis tipe spesifik yang dibuat dalam mengumpulan sejumlah panenan tunggal dari jenis
hewan selan monyet. Dalam membuat antisera virus yang sama yang memenuhi syarat. Produk
untuk tujuan tersebut, antigen pengimunisasi yang ruahan monovalen dari sel lestari berkelanjutan
digunakan harus dibuat dalam sel non-simian. dapat dimurnikan. Setiap produk ruahan monovalen
Separuh dari suspensi yang dinetralisasi (setara disaring melalui filter retentif bakteri. Hanya
dengan tidak kurang dari 5 mL panenan tunggal) produk ruahan monovalen yang memenuhi syarat
diuji dalam biakan sel ginjal monyet yang dibuat berikut ini yang dapat digunakan untuk pembuatan
dari spesies yang sama, tetapi bukan hewan yang vaksin ruah akhir.
sama, seperti yang digunakan pada pembuatan Identifikasi Setiap produk ruahan monovalen
vaksin. Separuh suspensi yang dinetralisasi lainnya, diidentifikasi sebagai virus poliomyelitis yang
jika perlu, diuji dalam biakan sel ginjal monyet dari sesuai dengan tipennya menggunakan antibodi
spesies lain lain sehingga uji pada suspensi yang spesifik.
dinetralisasi dilakukan dalam biakan sel dari Konsentrasi virus Tetapkan konsentrasi virus
setidaknya 1 spesies yang diketahui sensitif menggunakan metode yang dijelaskan dibawah ini,
terhadap SV40. dan untuk menentukan pengenceran yang akan
Suspensi yang dinetralisasi diinokulasi ke dalam digunakan untuk vaksin ruahan akhir, untuk
botol biakan sel ini sedemikian hingga pengenceran kuantitas virus yang digunakan dalam uji
suspensi dalam media nutrisi tidak melebihi 1 neurovirulensi, serta untuk menetapkan dan
dalam 4. Area lembar sel tidak kurang dari 3 cm2 memantau konsitensi pembuatan.
per mL suspensi yang dinetralisasi. Tidak kurang Penanda fenotipe atau genotipe Uji MAPREC
dari 1 botol dari setiap jenis biakan sel tidak tervalidasi dilakukan untuk virus polio Sabin tipe 1,
diinokulasi sebagai kontrol dan dipertahankan 2, atau 3 menggunakan prosedur seperti tertera
dengan media nutrisi yang mengandung sejumlah pada Lot benih virus. Pada analisis ini, jumlah
sama antiserum spesifik yang digunakan untuk mutasi pada posisi 480 dan 525 dari genom (480-
netralisasi. A; 525-C) untuk tipe 1, posisi 481 dari genom
Serum hewan dapat digunakan dalam propagasi sel, (481-G) untuk tipe 2, dan posisi 472 dari genom
asalkan tidak mengandung antibodi SV40, tetapi (472-C) untuk tipe 3 diperkirakan dan
media pemeliharaan setelah inokulasi bahan uji diekspresikan sebagai perbandingan relatif terhadap
tidak mengandung serum tambahan kecuali seperti baku internasional untuk analisis MAPREC dari
yang dijelaskan di bawah ini. Biakan diinkubasi setiap tipe virus polio (Sabin) terkait. Dikarenakan
pada suhu 35° – 37° dan diamati selama tidak uji MAPREC untuk poliovirus tipe 3 (sabin) sangat
kurang dari 4 minggu. Selama periode pengamatan prediktif terhadap neurovirulensi in vivo, virus
ini dan setelah tidak kurang dari 2 minggu polio monovalen tipe 3 yang ditemukan memiliki
inkubasi, setidaknya 1 subkultur cairan dibuat dari tingkat mutasi lebih besar dari 1,0% dinyatakan
masing-masing biakan ini dalam sistem biakan sel gagal uji. Untuk produk ruahan monovalen virus
yang sama. Subkultur juga diamati setidaknya polio tipe 1 atau 2, batas tingkat mutasi harus
selama 2 minggu. Serum dapat ditambahkan ke disetujui oleh instansi berwenang.
biakan asli pada saat membuat subkultur, asalkan Kriteria keberterimaan untuk penilaian konsistensi
serum tidak mengandung antibodi SV40. Pengujian pembuatan ditetapkan untuk setiap prodesn dan
tambahan dilakukan untuk senyawa asing pada untuk setiap lot benih kerja dengan persetujuan dari
farmasiindustri.com
instansi yang berwenang. Kriteria ini diperbarui diamati selama tidak kurang dari 3 minggu
ketika setiap ruahan baru dibuat dan dianalisis. terhadap kematian dan tanda-tanda penyakit.
Lakukan investigasi konsistensi jika produk ruahan Semua kelinci yang mati setelah 24 jam pertama
monovalen memberikan hasil yang tidak konsisten pengujian dan kelinci yang memperlihatkan tanda-
dengan riwayat pembuatan sebelumnya. tanda penyakit diperiksa dengan otopsi. Otak dan
Jika virus polio (Sabin) monovalen ruahan gagal uji organ diambil untuk pemeriksaan lebih rinci untuk
MAPREC, lakukan investigasi terhadap konsistensi menetapkan penyebab kematian.
proses pembuatan. Dalam hal gagal uji terjadi pada Uji tidak valid jika lebih dari 20% kelinci yang
lot benih kerja baru, investigasi ini juga mencakup diinokulasi memperlihatkan tanda-tanda infeksi
pertimbangan kesesuaian lot benih tersebut. Produk kambuhan selama periode pengamatan. Panenan
ruahan monovalen yang memenuhi syarat uji monovalen yang dikumpulkan memenuhi syarat
MAPREC selanjutnya dilakukan uji neurovirulensi jika tidak ada kelinci yang memperlihatkan bukti
in vivo. infeksi virus B atau senyawa asing lain atau lesi
Sambil menunggu hasil validasi dari uji MAPREC, apa pun yang disebabkan oleh suspensi ruahan.
produk ruahan monovalen diuji sifat reproduksi Jika terdapat virus B, lakukan langkah-langkah
virusnya pada suhu 36° hingga 40°. Perbandingan mengenai pembuatan vaksin yang dijelaskan di atas
kapasitas replikasi virus dalam produk ruahan dalam Biakan sel.
monovalen diperoleh pada suhu antara 36° dan 40° Uji pada marmot (Catatan: Jika biakan sel
dibandingkan dengan lot benih atau baku ginjal monyet primer tidak berasal dari monyet
pembanding untuk uji penanda dan dengan galur yang disimpan dalam koloni tertutup, panenan
rct/40- dan rct/40+ virus polio yang sesuai dari tipe monovalen yang dikumpulkan harus memenuhi
yang sama. Suhu inkubasi yang digunakan dalam syarat untuk uji berikut). Suntikkan pada tidak
pengujian ini dikontrol dalam ± 0,1°. kurang dari 5 marmot dengan bobot masing-masing
Produk ruahan monovalen memenuhi syarat jika 350 – 450 g, 0,1 mL panenan monovalen yang
kedua virus dalam panenan dan baku pembanding dikumpulkan secara intraserebral (0,05 mL pada
yang sesuai, titer yang ditetapkan pada suhu 36° setiap hemisfer serebral) dan 0,5 mL secara
setidaknya 5.0 log10 lebih besar dari yang intraperitoneal. Ukur suhu rektal setiap hewan uji
ditetapkan pada suhu 40°. Jika pertumbuhan pada pada setiap hari kerja selama 6 minggu. Pada akhir
suhu 40° sangat rendah sehingga perbandingan periode pengmatan, lakukan otopsi pada setiap
yang valid tidak dapat ditetapkan, gunakan suhu hewan uji.
antara 39,0° – 39,5°. Pada suhu tersebut, Sebagai tambahan, suntikkan pada tidak kurang
pengurangan titer baku pembanding harus dalam dari 5 marmot, 0,5 mL secara intraperitoneal dan
kisaran 3,0 – 5,0 log10 dari nilai pada suhu 36°; amati seperti yang dijelaskan diatas selama 2-3
pengurangan minimum yang dapat diterima minggu. Pada akhir periode pengamatan, lakukan
ditentukan untuk setiap jenis virus pada suhu pasase dari hewan-hewan tersebut hingga tidak
tertentu. Jika titer yang diperoleh untuk 1 atau lebih kurang dari 5 marmot menggunakan darah dan
virus pembanding tidak sesuai dengan nilai yang suspensi jaringan hati atau limpa. Ukur suhu rektal
diharapkan, ulangi pengujian. setiap marmot selama 2-3 minggu. Otopsi semua
Neurovirulensi Memenuhi syarat seperti tertera hewan yang setelah hari pertama pengujian mati
pada Lot benih virus. atau dimatikan karena memperlihatkan tanda-tanda
penyakit, atau pada 3 hari berturut-turut
Biakan sel ginjal monyet primer memperlihatkan suhu tubuh lebih dari 40,1°;
(Catatan: Persyaratan khusus dibawah ini berlaku lakukan pemeriksaan histologi untuk mendeteksi
untuk panenan monovalen yang berasal dari infeksi dengan filovirus; sebagai tambahan,
biakan sel ginjal monyet primer) suntikkan suspensi jaringan hati atau limpa atau
Retrovirus Tidak terdapat indikasi keberadaan darah secara intraperitoneal pada tidak kurang dari
retrovirus. Panenan monovalen yang dikumpulkan 3 marmot. Jika tercatat tanda-tanda infeksi dengan
diperiksa menggunakan uji transkripsi balik. filovirus, lakukan konfirmasi dengan uji serologi
Uji pada kelinci Sampel panenan monovalen pada darah hewan yang terpengaruh. Panenan
yang dikumpulkan diuji terhadap cercopithecid monovalen yang dikumpulkan memenuhi syarat
herpesvirus 1 (virus B) dan virus lain dengan jika tidak kurang dari 80% marmot bertahan hingga
penyuntikan tidak kurang dari 100 mL ke dalam akhir periode pengamatan dan tetap sehat, serta
tidak kurang dari 10 kelinci sehat dengan bobot 1,5 tidak ada hewan yang memperlihatkan tanda-tanda
– 2,5 kg. Setiap kelinci menerima tidak kurang dari infeksi filovirus.
10 mL dan tidak lebih dari 20 mL, dimana 1 mL
diberikan secara intradermal di beberapa titik VAKSIN RUAHAN AKHIR
karena volume maksimum yang akan disuntikkan Vaksin ruahan akhir dibuat dari 1 (satu) atau lebih
secara intradermal di setiap titik adalah 0,1 mL, dan produk ruahan monovalen memenuhi syarat dan
sisanya disuntikkan secara subkutan. Kelinci dapat mengandung lebih dari 1 (satu) tipe virus.
Dapat mengandung perisa dan zat penstabil yang
farmasiindustri.com
LAMPIRAN
farmasiindustri.com
≤ 3 hari
Bacillus subtilis Soybean-Casein Soybean-Casein Soybean-Casein
ATCC 6633, Digest Agar atau Digest Agar Digest Agar/APM
NCIMB 8054, CIP Soybean- Casein dan Soybean- Soybean-Casein
52.62 atau NBRC Digest Broth, Casein Digest Digest Broth,
3134 30-35°, Broth, ≤100 koloni,
18-24 jam ≤100 koloni, 30-35°,
30-35°, ≤ 3 hari
≤ 3 hari
Candida albicans Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud
ATCC 10231, Dextrose Agar Digest Agar, Dextrose Agar, Digest Agar, Dextrose Agar,
NCPF 3179, IP atau Sabouraud ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni,
48.72 atau NBRC Dextrose Broth, 30-35°, 20-25°, 30-35°, 20-25°,
1594 20-25°, ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari
2-3 hari APM: tidak ada
Aspergillus Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud Soybean-Casein Sabouraud
brasiliensis ATCC Dextrose Agar Digest Agar, Dextrose Agar, Digest Agar, Dextrose Agar,
16404, IMI 149007, atau Potato- ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni, ≤100 koloni,
IP 1431.83 atau Dextrose Agar, 30-35°C 20-25°, 30-35°C, 20-25°,
NBRC 9455 20-25°, ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari ≤ 5 hari
5-7 hari, atau APM: tidak ada
hingga diperoleh
sporulasi yang
baik
Untuk membuat suspensi mikroba uji gunakan uji fertilitas pada inokulum yang dibuat segar harus
Larutan Dapar Natrium Klorida-Pepton pH 7,0 sebanding dengan bets sebelumnya. Media cair
atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2; untuk dapat digunakan jika pertumbuhan mikroba uji
mempertahankan spora Aspergillus brasiliensis, terlihat jelas dan sebanding dengan hasil uji
tambahkan polisorbat 80 P 0,05% pada dapar. fertilitas bets media sebelumnya
Gunakan suspensi dalam waktu 2 jam, atau 24 jam
jika disimpan pada 2º- 8º. Sebagai alternatif Kesesuaian Metode Penghitungan Mikroba
penyiapan dan pengenceran suspensi segar sel dalam Sediaan
vegetatif A. brasiliensis atau B. subtilis, dapat
digunakan suspensi spora yang stabil dengan PENYIAPAN SAMPEL
volume yang sesuai untuk inokulasi. Suspensi Metode penyiapan sampel disesuaikan dengan
spora yang stabil dipertahankan pada 2º – 8º untuk sifat fisik sediaan yang diuji. Jika dengan prosedur
jangka waktu yang tervalidasi. yang diuraikan di bawah ini tidak ada yang
memuaskan maka harus dikembangkan prosedur
Kontrol Negatif lain yang sesuai.
Untuk membuktikan kesesuaian kondisi Sediaan Larut Air Larutkan atau encerkan
pengujian, dilakukan kontrol negatif menggunakan sediaan yang akan diuji (biasanya 1 dalam 10)
pelarut yang sesuai seperti pada penyiapan larutan dalam Larutan Dapar Natrium Klorida-Pepton pH
uji. Kontrol negatif harus menunjukkan tidak ada 7,0, atau Larutan Dapar Fosfat pH 7,2, atau
pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif juga Soybean-Casein Digest Broth, bila perlu atur pH
dilakukan pada saat pengujian seperti tertera pada hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan lebih lanjut
Pengujian Sediaan. Apabila terjadi kegagalan pada dengan pelarut yang sama.
kontrol negatif diperlukan investigasi. Sediaan Bukan Lemak yang Tidak Larut
dalam Air Suspensikan sediaan yang akan diuji
Fertilitas Media (biasanya 1 dalam 10) dalam Larutan Dapar
Uji setiap bets media siap pakai dan setiap bets Natrium Klorida-Pepton pH 7,0, atau Larutan
media yang dibuat dari media kering atau dari Dapar Fosfat pH 7,2, atau Soybean-Casein Digest
komponen yang tertera pada formula. Broth. Dapat ditambahkan surfaktan seperti
Inokulasi secara terpisah sejumlah mikroba polisorbat 80 P 1 g per L untuk membantu
(tidak lebih dari 100 koloni) ke dalam lempeng mensuspensikan bahan yang sulit dibasahi, jika
media Soybean-Casein Digest Broth, Soybean- perlu atur pH hingga 6 - 8. Jika perlu encerkan
Casein Digest Agar dan Sabouraud Dextrose Agar lebih lanjut dengan pelarut yang sama.
seperti tertera pada Tabel 1. Inkubasi sesuai dengan Sediaan Berlemak Larutkan sediaan yang akan
kondisi yang tertera pada Tabel 1. diuji dalam isopropil miristat yang disterilkan
Untuk media padat, pertumbuhan yang diperoleh dengan cara penyaringan, atau campurkan sediaan
tidak boleh berbeda lebih dari dua kali nilai hitung yang akan diuji dengan sesedikit mungkin
inokulum standar. Pertumbuhan mikroba dan hasil polisorbat 80 steril atau surfaktan non-inhibitor lain
farmasiindustri.com
steril, jika perlu hangatkan dalam tangas air pada memastikan validitas hasil. Modifikasi prosedur
suhu tidak lebih dari 40º atau pada kasus tertentu dapat dilakukan dengan:
tidak lebih dari 45º. Aduk perlahan-lahan dan jika (1) Penambahan jumlah volume pengencer
perlu pertahankan suhu dalam tangas air. atau media biakan;
Tambahkan secukupnya pengencer yang telah (2) Penambahan larutan penetral khusus atau
dihangatkan hingga diperoleh pengenceran 1 dalam umum pada pengencer;
10. Aduk perlahan-lahan dan jika perlu (3) Penyaringan membran; atau
pertahankan suhu dengan waktu sesingkat mungkin (4) Kombinasi perubahan di atas.
untuk pembentukan emulsi. Lakukan pengenceran
bertingkat dengan pengencer yang mengandung Zat Penetral Zat penetral digunakan untuk
polisorbat 80 atau surfaktan non-inhibitor lain steril menetralkan aktivitas senyawa antimikroba (seperti
dengan kadar sesuai. yang tertera pada Tabel 2). Zat tersebut dapat
Cairan atau Padatan dalam bentuk Aerosol ditambahkan pada pelarut atau media yang sesuai
Pindahkan seluruh isi sediaan secara aseptik ke sebelum disterilkan. Zat penetral yang digunakan
dalam penyaring membran atau wadah steril yang harus menunjukkan efikasi dan tidak toksik
sesuai untuk pengambilan sampel. Gunakan seluruh terhadap mikroba yang dibuktikan dengan
isi atau sejumlah tertentu sediaan dari tiap wadah penambahan zat penetral pada blangko tanpa
yang diuji. sediaan.
“Transdermal Patches” Lepaskan lapisan
pelindung, letakkan bagian berperekat menghadap Tabel 2. Zat Penetral /Metode Umum
ke atas pada lempeng kaca atau baki plastik steril. untuk Zat Penghambat
Agar tidak saling menempel, tutup permukaan
berperekat dengan bahan berpori steril yang sesuai Zat Penghambat Zat Penetral /Metode
(misal kasa steril), kemudian pindahkan lembaran Glutaraldehid, raksa Natrium hidrogen sulfit
transdermal dalam wadah berisi pengencer yang (Natrium bisulfit)
mengandung inaktivator seperti polisorbat 80 Fenolik, alkohol,
dan/atau lesitin dengan volume yang sesuai. Kocok Pengenceran
aldehid, sorbat
kuat selama tidak kurang dari 30 menit. Aldehid Glisin
Senyawa amonium
INOKULASI DAN PENGENCERAN kuartener,
Tambahkan suspensi mikroba uji pada sampel parahidroksibenzoat Lesitin
dan kontrol (pengencer tanpa sampel) seperti yang (paraben), bis-
tertera diatas, untuk mendapatkan inokulum dengan biguanida
jumlah tidak lebih dari 100 koloni. Volume Senyawa amonium
suspensi inokulum yang ditambahkan tidak lebih kuartener, iodin, Polisorbat
dari 1% dari volume sediaan yang diencerkan. paraben
Untuk menunjukkan perolehan kembali mikroba Raksa Tioglikolat
uji yang dapat diterima dari sediaan, gunakan Raksa, halogen,
sampel dengan faktor pengenceran terendah yang Tiosulfat
aldehid
memungkinkan. Jika tidak memungkinkan karena EDTA (edetat) Ion Mg atau Ca
terdapat aktivitas antimikroba atau kelarutan yang
rendah, perlu dikembangkan protokol uji yang Jika tidak ditemukan metode netralisasi yang
sesuai. Jika penghambatan pertumbuhan mikroba sesuai, dapat diartikan bahwa kegagalan isolasi
dari sampel tidak dapat dihindari, alikuot suspensi
mikroba yang diinokulasikan disebabkan oleh
mikroba dapat ditambahkan setelah proses
aktivitas antimikroba dari sediaan. Hal ini
netralisasi, pengenceran atau penyaringan.
menunjukkan bahwa sediaan tidak mungkin
terkontaminasi spesies mikroba uji yang digunakan.
NETRALISASI/PENGHILANGAN Lakukan pengujian dengan faktor pengenceran
AKTIVITAS ANTIMIKROBA tertinggi yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba
Jumlah perolehan kembali mikroba uji dari
uji dan kriteria keberterimaan khusus. Sebagai
sampel yang disiapkan seperti tertera pada
informasi, produk mungkin dapat menghambat
Inokulasi dan Pengenceran, dan diinkubasi
spesies mikroba spesifik tertentu seperti tertera
mengikuti prosedur yang tertera pada Perolehan
pada Tabel 1, namun tidak dapat menghambat galur
kembali mikroba uji dalam sediaan, dibandingkan mikroba lainnya.
dengan jumlah perolehan kembali mikroba uji dari
kontrol.
PEROLEHAN KEMBALI MIKROBA UJI
Jika pertumbuhan terhambat (dengan faktor
DALAM SEDIAAN
reduksi lebih besar dari 2), harus dilakukan
Untuk tiap mikroba yang tercantum seperti
modifikasi prosedur uji penghitungan untuk
tertera pada Tabel 1, lakukan uji terpisah. Hanya
farmasiindustri.com
mikroba dari galur uji yang ditambahkan yang Membran atau Metode Angka Lempeng Total.
dihitung. Hasilnya tidak dapat diandalkan terutama untuk
Penyaringan Membran Gunakan penyaring penghitungan kapang. Metode APM dapat
membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 digunakan untuk menghitung ALT jika tidak ada
µm. Jenis bahan penyaring dipilih sedemikian rupa metode lain yang. Jika metode APM telah
sehingga kemampuan menahan bakteri tidak ditetapkan, lakukan pengujian seperti dibawah ini.
dipengaruhi oleh kandungan sampel uji. Gunakan Siapkan minimal tiga seri pengenceran (10-1,
satu membran penyaring untuk tiap mikroba uji. 10-2, 10-3) sediaan dengan cara seperti tertera pada
Pindahkan sejumlah sampel yang sesuai yang Penyiapan Sampel, Inokulasi dan Pengenceran
disiapkan seperti tertera pada Penyiapan Sampel, serta Netralisasi/ Penghilangan Aktivitas
Inokulasi dan Pengenceran serta Netralisasi/ Antimikroba. Dari tiap tingkat pengenceran
Penghilangan Aktivitas Antimikroba (setara 1 g sediaan, inokulasikan masing-masing tiga alikot 1 g
sediaan, atau kurang dari 1 g jika diperkirakan atau 1 mL ke dalam tiga seri tabung berisi 9 – 10
jumlah koloni besar) ke dalam penyaring membran, mL media Soybean-Casein Digest Broth. Jika
saring segera dan bilas penyaring membran dengan perlu tambahkan surfaktan seperti polisorbat 80
sejumlah tertentu volume pengencer. atau inaktivator senyawa antimikroba ke dalam
Untuk menentukan Angka Lempeng Total media. Jika dibuat tiga tingkat pengenceran, maka
(ALT) mikroba aerob, pindahkan penyaring diperoleh 9 tabung terinokulasi.
membran ke permukaan lempeng media Soybean- Inkubasi semua tabung yang telah diinokulasi
Casein Digest Agar (SCDA). Untuk menentukan pada suhu 30° - 35° selama tidak lebih dari 3 hari.
Angka Kapang Khamir (AKK), pindahkan Jika terdapat kesulitan dalam membaca hasil, atau
membran ke permukaan lempeng media Sabouraud ketidakyakinan terhadap sifat dari sediaan yang
Dextrose Agar. Inkubasi seperti tertera pada Tabel diuji, lakukan sub-kultur pada media Broth yang
1. Lakukan pengamatan dan penghitungan. sama atau Soybean Casein Digestic Agar selama 1
Metode Angka Lempeng Total Metode angka sampai 2 hari pada suhu yang sama, gunakan hasil
lempeng total dilakukan setidaknya duplo untuk ini. Dengan menggunakan Tabel 3 dapat ditentukan
tiap media, dan hasil merupakan rata-rata hitung angka paling mungkin (APM) per g atau per mL
jumlah koloni. sediaan uji.
Metode Tuang Untuk cawan Petri berdiameter 9
cm, tambahkan 1 mL sampel yang disiapkan Tabel 3. Nilai Angka Paling Mungkin Mikroba
seperti tertera pada Penyiapan Sampel, Inokulasi
dan Pengenceran serta Netralisasi /Penghilangan Kombinasi jumlah APM
Aktivitas Antimikroba ke dalam tiap cawan dan tabung pada tiap seri per g Batas
kemudian tambahkan 15 - 20 mL Soybean-Casein yang menunjukkan atau Kepercayaan
Digest Agar atau Sabouraud Dextrose Agar pada pertumbuhan per mL 95%
suhu tidak lebih dari 45°. Jika digunakan cawan sediaan
Petri yang lebih besar, sesuaikan jumlah media. Jumlah g atau mL
Lakukan duplo untuk tiap mikroba uji yang tertera sediaan per tabung
pada Tabel 1. 0,1 0,01 0,001
Inkubasi seperti tertera pada Tabel 1. Hitung 0 0 0 <3 0 - 9,4
jumlah koloni rata-rata dari tiap cawan media dan 0 0 1 3 0,1 - 9,5
hitung jumlah koloni inokulum awal. 0 1 0 3 0,1 - 10
Metode Sebar Untuk cawan Petri berdiameter 9 0 1 1 6,1 1,2 - 17
cm, tambahkan 15-20 mL Soybean-Casein Digest 0 2 0 6,2 1,2 - 17
Agar atau Sabouraud Dextrose Agar pada suhu 0 3 0 9,4 3,5 - 35
lebih kurang 45° pada tiap cawan Petri, dan biarkan
1 0 0 3,6 0,2 - 17
memadat. Jika digunakan cawan Petri yang lebih
1 0 1 7,2 1,2 - 17
besar, sesuaikan jumlah media. Keringkan lempeng
1 0 2 11 4 - 35
media dalam laminar air flow atau dalam
inkubator. Lakukan duplo untuk tiap mikroba uji 1 1 0 7,4 1,3 - 20
yang tertera pada Tabel 1. Inokulasikan 0,1 mL 1 1 1 11 4 - 35
sampel yang disiapkan seperti pada Penyiapan 1 2 0 11 4 - 35
Sampel, Inokulasi dan Pengenceran serta 1 2 1 15 5 - 38
Netralisasi/ Penghilangan Aktivitas Antimikroba 1 3 0 16 5 - 38
dengan menyebarkan pada permukaan lempeng 2 0 0 9,2 1,5 - 3,5
media. Inkubasi dan hitung jumlah koloni seperti 2 0 1 14 4 - 35
yang telah dijelaskan pada Metode Tuang. 2 0 2 20 5 - 38
Metode Angka Paling Mungkin (APM) 2 1 0 15 4 - 38
Metode APM kurang presisi dan akurat 2 1 1 20 5 - 38
dibandingkan dengan Metode Penyaringan 2 1 2 27 9 - 94
farmasiindustri.com
inkubasi dan penghitungan jumlah koloni, lakukan ditetapkan. Untuk pelaksanaan pengujian, ikuti
seperti yang tertera pada Metode Tuang. petunjuk di bawah ini, termasuk jumlah sampel dan
interpretasi hasil uji.
METODE ANGKA PALING MUNGKIN (APM) Prosedur mikrobiologi alternatif termasuk
Siapkan dan encerkan sampel dengan metode metode otomatisasi dapat digunakan setelah
sesuai seperti yang tertera pada Uji Fertilitas dan dibuktikan kesetaraannya dengan metode
Kesesuaian Metode Penghitungan. Inkubasi semua farmakope.
tabung selama 3-5 hari pada suhu 30°-35°. Jika
perlu, lakukan subkultur menggunakan metode PROSEDUR UMUM
yang sesuai. Catat jumlah tabung yang
menunjukkan pertumbuhan mikroba pada tiap Penyiapan sampel dilakukan seperti tertera pada
tingkat pengenceran. Tentukan APM mikroba per g Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
atau per mL sediaan yang diuji berdasarkan Tabel Penghitungan Mikroba <52>.
3. Jika sediaan yang akan diuji memiliki aktifitas
antimikroba, sifat antimikroba dihilangkan atau
Interpretasi Hasil dinetralkan seperti tertera pada Pengujian
Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji Penghitungan
Angka Lempeng Total (ALT) mikroba aerob Mikroba <52>.
dianggap sama dengan jumlah koloni yang Jika dalam penyiapan sampel digunakan
ditemukan pada Soybean-Casein Digest Agar; jika surfaktan, harus dibuktikan surfaktan tidak toksik
koloni jamur ditemukan pada media ini, maka terhadap mikroba dan kompatibel dengan
dihitung sebagai bagian dari ALT. Angka Kapang inaktivator yang digunakan seperti tertera pada
dan Khamir (AKK) dianggap sama dengan jumlah Pengujian Mikrobiologi Sediaan Nonsteril: Uji
koloni yang ditemukan pada Sabouraud Dextrose Penghitungan Mikroba <52>.
Agar; jika koloni bakteri ditemukan pada media ini,
maka dihitung sebagai bagian dari AKK. Jika AKK FERTILITAS DAN DAYA HAMBAT DARI
diperkirakan melebihi kriteria keberterimaan MEDIA, KESESUAIAN UJI DAN
karena adanya pertumbuhan bakteri, dapat KONTROL NEGATIF
digunakan Sabouraud Dextrose Agar yang
mengandung antibiotik. Jika penghitungan Kemampuan metode untuk mendeteksi mikroba
dilakukan menggunakan metode APM, nilai pada sediaan yang diuji harus ditetapkan. Jika
penghitungan yang diperoleh merupakan Angka terjadi perubahan kinerja pengujian atau perubahan
Lempeng Total (ALT) mikroba aerob. sediaan yang mempengaruhi hasil uji, maka harus
Jika telah ditetapkan kriteria keberterimaan dilakukan kesesuaian terhadap metode.
untuk mutu mikrobiologi, maka diinterpretasikan
sebagai berikut: Penyiapan Galur Uji
- 101 koloni: maksimum penghitungan yang dapat
diterima = 20; Gunakan suspensi mikroba uji yang stabil,
- 102 koloni: maksimum penghitungan yang dapat terstandar seperti yang tertera di bawah ini. Galur
diterima = 200; mikroba uji dipelihara dengan teknik biakan lot
- 103 koloni: maksimum penghitungan yang dapat benih sehingga mikroba yang digunakan untuk
diterima = 2000; dan seterusnya. inokulasi tidak lebih dari 5 pasase dari master lot
Larutan dan media yang direkomendasikan benih asli.
tertera pada Pengujian Mikrobiologi Sediaan
Nonsteril: Uji Mikroba Spesifik <53>. MIKROBA AEROB
Biakkan masing-masing galur bakteri secara
terpisah dalam wadah berisi media Soybean-Casein
Digest Broth atau Soybean-Casein Digest Agar,
PENGUJIAN MIKROBIOLOGI pada suhu 30° - 35° selama 18 - 24 jam. Biakkan
SEDIAAN NONSTERIL: UJI MIKROBA galur uji Candida albicans secara terpisah pada
SPESIFIK <53> Sabouraud Dextrose Agar atau dalam Sabouraud
Dextrose Broth pada suhu 20° - 25° selama 2 - 3
PENDAHULUAN hari.
Bab ini menjelaskan tentang keberadaan atau Staphylococcus ATCC 6538, NCIMB
batas mikroba spesifik yang dapat dideteksi dengan aureus 9518, CIP 4.83 atau
kondisi dan metode yang sesuai. NBRC 13276
Pengujian ini dirancang untuk menetapkan Pseudomonas ATCC 9027, NCIMB
apakah suatu bahan atau sediaan memenuhi kriteria aeruginosa 8626, CIP 82.118 atau
spesifikasi mutu secara mikrobiologi yang telah NBRC 13275
farmasiindustri.com
Escherichia coli ATCC 8739, NCIMB Reinforced Medium for Clostridia pada suhu 30° -
8545, CIP 53.126 atau 35° selama 24 - 48 jam. Sebagai alternatif
NBRC 3972 penyiapan dan pengenceran suspensi segar sel
Salmonella enterica ATCC 14028 vegetatif Cl. Sporogenes, dapat digunakan suspensi
subsp. enterica spora yang stabil untuk inokulasi. Suspensi spora
serovar Typhimurium yang stabil dipertahankan pada suhu 2°- 8° untuk
atau sebagai pilihan jangka waktu yang tervalidasi.
lain
Salmonella enterica NBRC 100797, NCTC Kontrol Negatif
subsp. enterica 6017 atau CIP 80.39 Untuk memverifikasi kesesuaian kondisi
serovar Abony pengujian, dilakukan kontrol negatif menggunakan
Candida albicans ATCC 10231, NCPF pelarut yang sesuai menggantikan larutan uji.
3179, IP 48.72 atau Kontrol negatif harus menunjukkan tidak ada
NBRC 1594 pertumbuhan mikroba. Kontrol negatif juga
dilakukan pada saat pengujian seperti tertera pada
Gunakan Larutan Dapar natrium klorida–pepton Pengujian Sediaan. Apabila terjadi kegagalan pada
pH 7,0 atau Larutan Dapar fosfat pH 7,2 untuk kontrol negatif diperlukan investigasi.
membuat suspensi uji. Gunakan suspensi tersebut
dalam waktu 2 jam atau jika digunakan sampai 24 Fertilitas dan Daya Hambat Media
jam harus disimpan pada suhu 2° - 8°. Uji tiap bets media siap pakai dan tiap bets
media yang dibuat dari media kering atau dari
CLOSTRIDIA komponen yang tertera pada formula. Verifikasi
Gunakan Clostridium sporogenes ATCC 11437 kesesuaian sifat dari media yang relevan seperti
(NBRC 14293, NCIMB 12343, CIP 100651) atau yang tertera pada Tabel 1.
ATCC 19404 (NCTC 532 atau CIP 79.3). Biakkan
galur uji Clostridia dalam kondisi anaerob pada
INTERPRETASI INTERPRETASI
Pertumbuhan koloni menunjukkan kemungkinan Pertumbuhan koloni berwarna merah, dengan
adanya E.coli yang dikonfirmasi dengan uji atau tanpa titik hitam di bagian tengah menunjukkan
identifikasi. kemungkinan adanya Salmonella yang dikonfirmasi
Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat dengan uji identifikasi.
pertumbuhan koloni atau jika hasil konfirmasi uji Sediaan memenuhi syarat jika tidak terdapat
identifikasi negatif. pertumbuhan koloni seperti diuraikan atau jika hasil
konfirmasi uji identifikasi negatif.
farmasiindustri.com
Rute Pemberian Angka Lempeng Total Angka Kapang Khamir Mikroba Spesifik
(koloni per gram atau (koloni per gram atau
koloni per mL) koloni per mL)
Sediaan oral dengan 103 102 Escherichia coli: negatif per
pembawa bukan air gram atau per mL
Sediaan oral dengan 102 101 Escherichia coli: negatif per
pembawa air gram atau per mL
Sediaan rektal 103 102 -
Sediaan untuk mukosa Staphylococcus aureus:
oral 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk gigi 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
farmasiindustri.com
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk kulit 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk hidung 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk telinga 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Staphylococcus aureus:
Sediaan untuk vagina 102 101 negatif per gram atau per mL
Pseudomonas aeruginosa:
negatif per gram atau per mL
Candida albicans: negatif per
gram atau per mL
Sediaan transdermal Staphylococcus aureus:
(batas untuk satu patch 102 101 negatif per gram atau per mL
termasuk lapisan Pseudomonas aeruginosa:
perekat dan penutup) negatif per gram atau per mL
Sediaan inhalasi Staphylococcus aureus:
(persyaratan khusus negatif per gram atau per mL
berlaku untuk sediaan 102 101 Pseudomonas aeruginosa:
nebulizer) negatif per gram atau per mL
Bakteri Gram-Negatif Bile-
tolerant: negatif per gram atau
per mL
Tabel 1 meliputi daftar mikroba spesifik dan Selain mikroba yang tertera pada Tabel 1,
kriteria keberterimaan yang ditetapkan. Jenis pertimbangan penting untuk pengujian mikroba
mikroba spesifik dan kriteria keberterimaan yang lain dikaji berdasarkan:
ditetapkan pada Tabel 1 tidak membatasi untuk • Penggunaan sediaan : variasi bahaya tergantung
dilakukannya uji mikroba lain bila diperlukan rute pemberian (mata, hidung, saluran
untuk sediaan tertentu tergantung pada sifat bahan pernapasan).
awal dan proses produksi. • Sifat sediaan: apakah sediaan mendukung
pertumbuhan mikroba? Apakah sediaan
Jika hasil uji yang dilakukan menunjukan
mengandung pengawet /antimikroba yang
penghitungan mikroba yang tidak sesuai dengan
memadai?
kriteria pada tingkat interpretasi yang ditentukan,
• Cara penggunaan
maka digunakan metode yang telah divalidasi
• Pengguna: risiko dapat berbeda untuk neonatus,
dengan batas deteksi sedekat mungkin dengan
bayi, kondisi lemah.
kriteria keberterimaan.
• Penggunaan agen imunosupresif, kortikosteroid.
• Adanya penyakit, luka, kerusakan organ.
farmasiindustri.com
29
bawah 0,77. Lebih jauh, bahkan ragi yang paling air yang diukur pada 25° untuk pertumbuhan
osmofilik dan jamur xerofilik tidak akan tumbuh di berbagai mikroorganisme tertera pada Tabel 1.
bawah 0,60, dan tidak dapat diisolasi pada media
yang terdapat pada literatur1. Persyaratan aktivitas
Tabel 1. Aktivitas air (aW) yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme
Sediaan obat dengan aktivitas air di bawah 0,75 sediaan obat memiliki aktivitas antimikroba, dan
(misalnya tablet kempa langsung, kapsul berisi tempat produksi sediaan tersebut mempunyai
serbuk atau cairan, sediaan cair tidak mengandung riwayat bioburden yang rendah. Tabel 2 berisi
air, salep, dan supositoria rektal) akan menjadi pengujian batas mikroba yang disarankan untuk
kandidat yang sangat baik untuk pengujian sediaan farmasi berdasarkan aktivitas air. Hal-hal
penurunan batas mikroba untuk pelulusan produk seperti yang telah disebutkan di atas, perlu
dan uji stabilitas. Hal-hal lain yang perlu diterapkan saat menetapkan uji batas mikroba
diperhatikan seperti sediaan farmasi dibuat dari untuk masing-masing sediaan obat karena
bahan dengan mutu mikrobiologi yang baik, pengukuran aktivitas air tidak dapat semata-mata
lingkungan produksi mendukung tidak terjadinya digunakan untuk membenarkan penghapusan uji
kontaminasi mikroba, terdapat proses yang secara batas mikroba saat pelulusan produk.
inheren mengurangi kandungan mikroba, formulasi
Tabel 2. Uji Batas mikroba untuk Sediaan farmasi berdasarkan Aktivitas air
Hal yang serupa dapat berlaku untuk pengujian biasanya dikalibrasi menggunakan larutan jenuh
batas mikroba bahan obat. Namun, produsen harus garam pada suhu 25°, seperti yang tercantum dalam
memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang Tabel 3.
proses pembuatan, penjaminan mutu, dan catatan Tabel 3. Standar Larutan Jenuh Garam yang
pengujian. Hal ini dapat diperoleh melalui program Digunakan untuk Mengkalibrasi Instrumen
audit pemasok. Penetapan Aktivitas Air
Aktivitas air (aW) adalah perbandingan antara Larutan Jenuh ERH (%) aW
tekanan uap H2O dalam sediaan (P) dan tekanan Garam
uap H2O murni (Po) pada suhu yang sama. Secara Kalium sulfat 97,3 0,973
numerik sama dengan 1/100 kelembaban relatif (K2SO4)
(RH) produk dalam sistem tertutup. RH dapat Barium klorida 90,2 0,902
dihitung dari pengukuran langsung tekanan uap (BaCl2)
parsial atau titik embun atau pengukuran tidak Natrium klorida 75,3 0,753
(NaCl)
langsung oleh sensor dengan karakteristik fisik atau
Magnesium nitrat 52,9 0,529
elektrik yang sensitif terhadap perubahan RH. (Mg(NO3)2)
Magnesium klorida 32,8 0,328
Hubungan antara aW dan kesetimbangan (MgCl2)
kelembaban relatif (ERH) dihitung dengan
persamaan berikut:
aW = Tambahan lampiran
AGENS ASING DALAM VAKSIN VIRUS <72>
dan
Metode untuk menguji agens asing dalam vaksin
virus harus dikembangkan berdasarkan analisis
risiko mengikuti prinsip risiko kontaminasi virus
sesuai Keamanan virus.
Pengukuran aW dapat dilakukan menggunakan Metode ini mencakup pengujian yang sesuai untuk
3 mendeteksi berbagai kelompok agens asing yang
metode titik embun / chilled mirror . Chilled
dapat menginfeksi sumber galur virus termasuk
mirror yang dipoles digunakan sebagai permukaan
substrat sel dan bahan baku yang berasal dari
kondensasi. Sistem pendingin dihubungkan secara
hewan atau tumbuhan. Hal ini juga
elektronik ke sel fotoelektrik dengan cahaya yang
mempertimbangkan kapasitas proses pembuatan
dipantulkan dari condensing mirror. Dalam
untuk menghilangkan atau menginaktivasi virus.
kesetimbangan dengan sampel uji, aliran udara
Daftar uji yang terdapat dalam Tabel 1 harus
diarahkan ke cermin yang mendingin hingga terjadi
disesuaikan tergantung pada agens asing yang
kondensasi pada cermin. Suhu di mana kondensasi
berpotensi mengkontaminasi produk; untuk uji in
ini dimulai adalah titik embun ERH ditentukan.
vitro, analisis risiko dapat dilakukan dengan
Penyiapan sampel perlu diperhatikan karena dapat
persetujuan instansi berwenang, penggunaan lini
mempengaruhi tingkat aktivitas air dari bahan yang
sel lain atau metode biologi molekuler tergantung
diuji. Instrumen yang tersedia secara komersial,
pada proses pembuatan dan suhu inkubasi untuk
menggunakan metode titik embun / chilled mirror
pertumbuhan virus tertentu. Jika uji in vivo lebih
atau teknologi lain jika digunakan untuk penentuan
relevan daripada uji in vitro untuk mendeteksi
aktivitas air perlu dievaluasi dalam hal kesesuaian,
beberapa virus adventitious (misalnya mencit
validasi, dan kalibrasi. Instrumen-instrumen ini
menyusu untuk virus stomatitis vesikular dan telur
fertil bebas patogen spesifik/Specific Pathogen
3 Free (SPF) untuk virus influenza), pemilihan uji in
AOC International Official Method 978.18. In: Official
Methods of Analysis of AOAC International, 17th vivo harus ditetapkan berdasarkan analisis risiko.
edition, AOAC International, Gaithersburg, Maryland.
farmasiindustri.com
29
risiko perlu dipertimbangkan terhadap semua 36±1º dan amati selama 14 hari. Jika produksi
pengujian pada sel substrat tertentu. Inokulasi tidak kultur sel dipertahanakan pada suhu selain 36±1º,
kurang dari 20 hewan uji, masing-masing berumur uji tambahan untuk agens asing dilakukan pada
kurang dari 24 jam, suntikkan 0,01 mL lot benih suhu produksi menggunakan jenis sel sama yang
virus secara intraserebral dan tidak kurang dari 0,1 digunakan untuk pertumbuhan virus. Subkultur
ml secara intraperitoneal. Amati hewan uji setiap berumur 14 hari diuji diikuti oleh uji haemadsorbsi.
hari selama tidak kurang dari 4 minggu. Lakukan Lot benih atau panenan virus memenuhi syarat uji
autopsi terhadap semua hewan uji yang mati jika tidak ada kultur sel yang menunjukkan
setelah 24 jam pertama uji atau yang menunjukkan keberadaan agens asing setelah 14 dan 28 hari
gejala penyakit, dan periksa bukti infeksi virus inkubasi, dan tidak ada bukti adanya virus
yang disebabkan oleh lot benih. Uji ini valid haemadsorbsi setelah 28 hari. Uji dinyatakan valid
apabila tidak kurang dari 80% hewan uji hidup jika tidak kurang dari 80% dari kultur sel tetap
selama pengamatan. hidup.
seperti yang dijelaskan di atas untuk pengujian atau telur kontrol memenuhi syarat jika tidak
agens asing dalam kultur sel. Pada hari ke 14 atau ditemukan virus leukosis avian.
pada saat panenan virus terakhir, periksa tidak
kurang dari 25% kultur kontrol untuk keberadaan Uji virus spesifik tertentu dengan NAT
virus haemadsorbsi dengan penambahan sel darah Berdasarkan analisis risiko yang terkait dengan
merah marmot. Jika tidak memungkinkan proses pembuatan, setiap lot virus dan setiap
dilakukan uji virus haemadsorbsi, lakukan uji virus panenan virus dapat diuji dengan NAT <1389>
haemaglutinasi. Sel darah merah marmot dapat untuk virus spesifik yang tidak terdeteksi oleh uji in
disimpan pada suhu 5±3º selama tidak lebih dari 7 vivo konvensional atau kultur sel.
hari. Periksa separuh dari biakan setelah inkubasi
pada suhu 5±3º selama 30 menit dan separuh Uji virus menggunakan metode molekuler luas
lainnya setelah inkubasi pada suhu 20-25º selama Melalui persetujuan instansi berwenang, metode
30 menit. Tidak ditemukan adanya agen molekuler yang luas (misalnya high-throughput
haemadsorbsi. sequencing) dapat digunakan baik sebagai alternatif
untuk uji in vivo dan NAT spesifik, atau sebagai
Uji pada telur kontrol suplemen/alternatif untuk uji kultur in vitro
Jika telur digunakan untuk produksi virus, uji 0,25 berdasarkan analisis risiko. Baik NAT <1389> dan
mL cairan alantoik dari setiap telur kontrol untuk metode molekuler luas dilakukan dengan atau tanpa
agen hemaglutinasi dengan mencampur langsung amplifikasi sebelumnya dalam sel yang sesuai.
sel darah merah ayam dan setelah pasase pada telur Dalam kasus hasil positif dengan metode molekuler
SPF lakukan sebagai berikut: inokulasi 5 mL luas atau NAT, pemeriksaan lebih lanjut harus
sampel cairan amnion yang dikumpulkan dari telur dilakukan untuk menentukan apakah asam nukleat
kontrol masing-masing 0,5 mL ke dalam rongga yang terdeteksi disebabkan oleh adanya infeksi
alantoik dan rongga amnion telur SPF. Telur agens asing dan/atau diketahui memiliki risiko
kontrol memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan terhadap kesehatan manusia.
keberadaan agen hemaglutinasi.
Selain itu, inokulasi 5 mL sampel yang
dikumpulkan dari cairan amnion dari telur kontrol
ke dalam sel yang sesuai termasuk sel manusia, Tambahan lampiran
simian, dan unggas. Amati kultur sel selama 14 hari UJI KEBERADAAN MIKOBAKTERIA
pada suhu inkubasi yang sesuai. Telur kontrol <73>
memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan agens
asing. Uji dinyatakan valid jika tidak kurang dari Jika sampel terkontaminasi mikroorganisme selain
80% kultur yang diinokulasi bertahan sampai akhir mikobakteria, gunakan larutan dekontaminasi yang
periode pengamatan. sesuai, seperti larutan asetilsistein natrium
hidroksida atau larutan natrium laurilsulfat.
Virus leukosis avian Inokulasi 0,2 mL sampel ke masing-masing 2
Untuk setiap virus yang dikembangbiakkan dalam media padat yang sesuai (media Lӧwenstein-Jensen
jaringan sel avian primer atau dalam telur, kultur dan media Middlebrook 7H10 yang sesuai) secara
sel produksi (sel kontrol atau telur kontrol) diuji triplo. Inokulasi 0,5 mL sampel ke dalam media
untuk virus leukosis avian. Jika kultur sel cair yang sesuai secara triplo. Inkubasi semua
digunakan untuk produksi virus, pemeriksaan media pada 37 selama 56 hari. Tetapkan fertilitas
mikroskopis sel-sel kontrol dilakukan seperti yang media dengan menggunakan galur Mycobacterium
dijelaskan di atas untuk uji agens asing sebelum sp. (misalnya BCG) dan jika perlu gunakan bahan
dilakukan uji untuk virus leukosis avian. Pada hari penetral yang sesuai. Jika mikroorganisme
ke 14 atau pada saat panenan virus terakhir, kontaminan tumbuh selama 8 hari pertama
lakukan uji virus leukosis avian pada sel DF1 atau inkubasi, ulangi uji dan lakukan uji sterilitas
kultur sel embrio ayam bebas leukosis dengan bakteriologis secara bersamaan. Sediaan memenuhi
amplifikasi melalui 5 pasase menggunakan tidak syarat jika pada akhir waktu inkubasi tidak ada
kurang dari 5 mL supernatant dari sel kontrol atau pertumbuhan mikobakteri.
tidak kurang dari 10 mL sampel cairan amnion
yang dikumpulkan dari telur kontrol. Uji titik akhir
PERT dapat digunakan untuk mendeteksi retrovirus
eksogen avian (termasuk virus leukosis avian) Tambahan lampiran
setelah amplifikasi DF1. Untuk deteksi spesifik UJI KEBERADAAN MIKOPLASMA <74>
virus leukosis avian, beberapa uji titik akhir dapat
digunakan seperti immunostaining, enzyme-linked Uji mikoplasma untuk bank sel induk, bank sel
immunosorbent assay (ELISA) atau complement kerja, lot benih virus atau sel kontrol, dapat
fixation for avian leucosis (COFAL). Sel kontrol dilakukan menggunakan metode kultur atau metode
kultur sel indikator. Uji mikoplasma pada panenan
farmasiindustri.com
32
virus, ruahan virus atau ruahan akhir (bets), dapat kelembaban yang cukup untuk menghindari
menggunakan metode kultur. Metode kultur sel pengeringan pada permukaan agar) pada suhu 35º-
indikator juga dapat digunakan pada skrining 38º.
media, jika perlu.
Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan Sifat nutrisi
sebagai pengganti satu atau kedua metode tersebut Lakukan pengujian sifat nutrisi pada tiap bets
setelah divalidasi. media baru Inokulasi media yang dipilih
menggunakan mikroorganisme uji yang sesuai;
Metode Kultur gunakan tidak lebih dari 100 CFU per 60 mm
Pemilihan media kultur Uji dilakukan diameter cawan yang mengandung 9 mL media
menggunakan sejumlah media, baik cair maupun padat dan per 100 mL wadah dari media padat;
padat untuk memastikan pertumbuhan pada kondisi gunakan cawan dan wadah terpisah untuk tiap jenis
inkubasi yang ditentukan dari sejumlah kecil mikroorganisme. Inkubasi media dan buat
mikoplasma yang mungkin terdapat di produk yang subkultur dari 0,2 mL media cair ke media padat
akan diuji. Media cair harus mengandung merah dengan interval yang spesifik (lihat dibawah uji
fenol. Media yang digunakan harus memenuhi mikoplasma pada produk yang diuji). Media padat
faktor kecukupan nutrisi minimal untuk memenuhi syarat apabila pertumbuhan koloni tiap
mikroorganisme yang dijelaskan di bawah ini. mikroorganisme uji memadai (Nilai pertumbuhan
Faktor nutrisi dari tiap bets media baru diverifikasi yang diperoleh dari hasil pengujian tidak boleh
terhadap daftar mikroorganisme yang sesuai. lebih besar dari lima faktor terhadap nilai yang
Ketika uji mikoplasma dilakukan, minimal satu diperoleh dari nilai perhitungan menggunakan
jenis mikroorganisme berikut digunakan sebagai inokulum yang sama). Media cair memenuhi syarat
kontrol positif: apabila pertumbuhan pada cawan subkultur dari
Acholeplasma laidlawii (vaksin manusia dan broth ditemukan paling sedikit 1 subkultur untuk
hewan jika antibiotik digunakan selama produksi). tiap mikroorganisme uji.
Mycoplasma gallisepticum (apabila Senyawa inhibitor Uji senyawa inhibitor
menggunakan bahan dari unggas selama produksi dilakukan satu kali untuk produk yang ditentukan
atau jika vaksin dibuat untuk penggunaan pada dan diulang setiap kali ada perubahan dalam
unggas). metode produksi yang dapat mempengaruhi deteksi
Mycoplasma hyorhinis (vaksin hewan non- mikoplasma.
unggas) Untuk memastikan tidak adanya inhibitor, lakukan
Mycoplasma orale (vaksin manusia dan hewan) uji sifat nutrisi pada media dengan dan tanpa
Mycoplasma pneumoniae (vaksin manusia) atau produk yang diuji. Jika pertumbuhan
menjadi spesies lain yang dapat memfermentasi mikroorganisme uji terjadi pada 1 subkultur lebih
glukosa, misalnya Mycoplasma fermentans. awal tanpa produk uji dibandingkan dengan produk
Mycoplasma synoviae (apabila menggunakan uji, atau jika plat yang diinokulasi dengan produk
bahan dari unggas selama produksi atau jika vaksin uji mempunyai jumlah koloni lebih rendah dari 1/5
dibuat untuk penggunaan pada unggas). jumlah uji dari yang diinokulasi tanpa produk uji
Galur uji merupakan isolat yang telah mengalami artinya produk uji mengandung inhibitor dan
pembatasan jumlah subkultur (tidak lebih dari 15), inhibitor harus dinetralisasi atau efeknya
disimpan dalam kondisi beku atau beku-kering. dihilangkan. Contohnya, dengan pasase dalam
Setelah perbanyakan, galur diidentifikasi dengan media pertumbuhan yang tidak mengandung
perbandingan jenis kultur, sebagai contoh: inhibitor atau pengenceran dengan volume medium
lebih besar sebelum uji. Jika pengenceran
A. laidlawii NCTC 10116 CIP 75,27 ATTC 23206 dilakukan, volume media yang lebih besar dapat
M. gallisepticum NCTC 10115 CIP 104967 ATTC 19610
M. fermentans NCTC 10117 CIP 105680 ATTC 19989 digunakan atau volume inokulum dibagi dalam
M. hyorhinis NCTC 10130 CIP 104968 ATTC 17981 beberapa labu 100 mL. Efektivitas netralisasi atau
M. orale NCTC 10112 CIP 104969 ATTC 23714
M. pneumoniae NCTC 10119 CIP 103766 ATTC 15531
proses lain dapat diuji dengan mengulangi uji untuk
M. synoviae NCTC 10124 CIP 104970 ATTC 25204 zat penghambat setelah netralisasi.
Uji mikoplasma pada produk yang akan diuji
Acholeplasma laidlawii BP, Mycoplasma Inokulasi 10 mL produk yang akan diuji dalam 100
fermentans BP, Mycoplasma hyorhinis BP, mL tiap media cair. Apabila ditemukan adanya
Mycoplasma orale BP, dan Mycoplasma synoviae perubahan pH secara signifikan ketika penambahan
BP dapat digunakan sebagai galur baku dengan produk yang akan diuji, kembalikan ke pH semula,
pasase rendah. dengan menambahkan larutan natrium hidroksida
atau asam hidroklorat. Inokulasi 0,2 mL produk
Kondisi inkubasi Inkubasi media cair dalam yang akan diuji pada tiap cawan media padat.
wadah bersumbat pada suhu 35º - 38º. Inkubasi Inkubasi media cair selama 20-21 hari. Inkubasi
media padat pada kondisi mikroaerofilik (nitrogen media padat selama tidak kurang dari 14 hari,
dengan kandungan 5-10% karbon dioksida dan Kecuali subkultur 20-21 hari tersebut diinkubasi
farmasiindustri.com
33
Rekomendasi Media Untuk Metode Kultur Media Friis (Direkomendasikan untuk deteksi
Media di bawah ini direkomendasikan. Media lain non avian mikoplasma)
dapat digunakan, jika media tersebut terbukti Media cair
mampu mempertahankan pertumbuhan Hanks’balanced salt solution (modifikasi)
mikoplasma pada tiap bets dengan ada dan tidak 800 mL
adanya produk yang diuji. Air 67 mL
Brain heart infusion (5) 135 mL
Hayflick Media (Rekomendasi untuk PPLO Broth (6) 248 mL
pendeteksian umum mikroplasma) Ekstrak ragi (170 g per L) 60 mL
Basitrasin 250 mg
Media cair Metisilin 250 mg
Merah fenol (5 g per L) 4,5 mL
Beef heart infusion broth (1) 90,0 mL Serum kuda (larutan 10 g per L) 165 mL
Serum kuda (tidak dipanaskan) 20,0 mL Serum babi 165 mL
Ekstrak Ragi (250 g/L) 10,0 mL Atur hingga pH 7,40 – 7,45
Merah fenol (larutan 0,6 g/L) 5,0 mL
Penisilin (20 000 IU/mL) 0,25 mL Media padat
Asam Deoksiribonukleat 1,2 mL Hanks’balanced salt solution 200 mL
Atur hingga pH 7,8 (modifikasi) (4)
farmasiindustri.com
34
DEAE-dekstran 200 mg
Agar, dimurnikan (3) 15,65 g (6) PPPLO Broth
Campur dan sterilisasi dengan autoklaf. Dinginkan Beef heart infusion 50 gram
hingga suhu 100º. Tambahkan ke dalam 1740 ml Pepton 10 gram
media cair diatas. Natrium klorida 5 gram
Air hingga 1000 mL
(1) Beef heart infusion broth
Beef heart (untuk penyiapan infus) 500 g
Pepton 10 g Metode Kultur Sel Indikator
Natrium klorida 5g Kultur sel diwarnai dengan pewarna fluorosens
Air hingga 1000 mL yang berikatan dengan DNA. Mikoplasma
Sterilisasi dengan autoklaf dideteksi dari karakteristik partikulatnya atau pola
berserabut fluorosens pada permukaan sel dan jika
(2) Vitamin esensial terjadi kontaminasi tingkat tinggi, terlihat di
Biotin 100 mg sekeliling area. Mitokondria dalam sitoplasma
Kalsium pantotenat 100 mg dapat terwarnai tetapi mudah dibedakan dari
Kholin klorida 100 mg mikoplasma.
Asam folat 100 mg
i-Inositol 100 mg Jika untuk suspensi virus, interpretasi hasil
Nikotinamida 200 mg dipengaruhi oleh efek sitopatik, virus dapat
Piridoksal hidroklorida 100 mg dinetralkan menggunakan antiserum yang tidak
Riboflavin 10 mg memiliki efek penghambat pada mikoplasma atau
Tiamin hidroklorida 100 mg substrat sel kultur yang tidak menyebabkan
Air hingga 1000 mL pertumbuhan virus. Untuk membuktikan tidak ada
efek penghambat serum, lakukan uji kontrol positif
(3) Agar, dimurnikan dengan menggunakan dan tidak menggunakan
Agar untuk penggunaan mikrobiologi dan antiserum.
imunologi, disiapkan dengan prosedur penukar ion
yang menghasilkan produk dengan kemurnian Verifikasi Substrat
tinggi, kejernihan dan kepadatan gel. Agar Gunakan sel vero atau kultur sel lain (contoh lini
mengandung: sel produksi) yang setara dengan efektivitas untuk
Air 12,2 % deteksi mikoplasma. Uji efektvitas sel digunakan
Abu 1,5 % dengan menerapkan prosedur di bawah ini dan
Acid insoluble ash 0,2 % inokulasi tidak lebih dari 100 CFU atau
Klorin 0 mikroorganisme mirip CFU galur baku M.
Fosfat (dihitung sebagai P2O5) 0,3 % hyorhinis dan M. orale yang sesuai. Galur berikut
Total nitrogen 0,3 % yang sesuai sebagai berikut:
Tembaga 8 bpj
Besi 170 bpj M. hyorhinis ATCC 29052
M. orale NCTC 10112 CIP104969 ATCC 23714
Kalsium 0,28 %
Magnesium 0,32 %
Sel sesuai jika kedua galur baku terdeteksi. Sel
(4) Hanks’ balanced salt solution (modifikasi) indikator harus disubkultur tanpa antibiotik
Natrium klorida 6,4 g sebelum digunakan pada uji.
Kalium klorida 0,32 g
Magnesium sulfat heptahidrat 0,08 g Metode Uji
Magnesium klorida heksahidrat 0,08 g 1. Tumbuhkan kultur sel indikator pada kerapatan
Kalsium klorida anhidrat 0,112 g yang sesuai (contoh 2x104 hingga 2x105 sel per
Disodium hidrogen fosfat dihidrat 0,0596 g mL, 4x103 hingga 2,5x104 sel per cm2) yang
Kalium dihidrogen fosfat anhidrat 0,048 g menghasilkan pertumbuhan sel yang merata
Air hingga 800 mL setelah 3 hari. Inokulasi 1 mL produk uji ke
wadah kultur sel dan inkubasi pada suhu 35º –
(5) Brain heart infusion 38º.
Calf brain infusion 200 gram 2. Setelah minimal 3 hari inkubasi, saat sel tumbuh
Beef heart infusion 250 gram merata, buat subkultur pada cover glass pada
Proteose peptone 10 gram wadah yang sesuai (contoh bagian kaca objek)
Glukosa monohidrat 2 gram untuk prosedur uji ini. Tumbuhkan sel pada
Natrium klorida 5 gram kerapatan rendah sehingga sel 50% merata
Dinatrium hidrogen fosfat, anhidrat 2,5 gram setelah 3-5 hari inkubasi. Pemerataan sel yang
Air hingga 1000 mL sempurna dapat mengganggu visualisasi
farmasiindustri.com
35
mikoplasma setelah pewarnaan dan harus pengganti metode kultur dan metode kultur sel
dihindari. indikator setelah dilakukan validasi yang sesuai.
3. Buang media dan bilas sel indikator dengan
dapar salin fosfat pH 7,4, tambahkan larutan Teknik amplifikasi asam nukleat langsung Dapat
fiksasi yang sesuai (campurkan asam asetat diterapkan jika terdapat bahan sitotoksik dan jika
glasial P - metanol P (1:3) yang dibuat segar, metode cepat diperlukan.
jika bisbenzimida P digunakan untuk
pewarnaan). Pengkayaan kultur sel diikuti oleh Teknik
4. Buang larutan fiksasi dan cuci sel dengan air amplifikasi asam nukleat Uji sampel dan substrat
steril P. Keringkan kaca objek dengan sel yang sesuai (seperti yang dijelaskan di bawah
sempurna jika kaca objek akan diwarnai lebih metode kultur sel indikator) dikultur bersama
dari 1 jam sesudahnya (perlakuan tertentu selama periode tertentu; asam nukleat kemudian
dibutuhkan untuk pewarnaan kaca objek setelah diekstraksi dari sel dan beningan serta digunakan
pengeringan karena bercak yang mungkin untuk deteksi dengan teknik amplifikasi asam
dihasilkan). nukleat.
5. Tambahkan pewarna DNA yang sesuai dan
diamkan dalam waktu yang sesuai (larutan kerja Validasi
bisbenzimida P dan waktu selama 10 menit). Baku pembanding diperlukan pada berbagai tahap
6. Hilangkan warna dan bersihkan permukaan selama validasi dan untuk penggunaan sebagai
dengan air P. kontrol selama pengujian rutin. Baku pembanding
7. Pasang setiap cover glass jika memungkinkan berupa mikoplasma atau asam nukleat.
(campuran gliserol P - dapar fosfat sitrat pH 5,5 Untuk validasi batas deteksi, spesies berikut ini
(1:1)). Periksa dengan fluoresensi (untuk mewakili seleksi optimal sebagai kontaminan dan
pewarna bisbenzimida, filter eksitasi 330 nm/ hubungan filogenetik:
380 nm dan barrier filter LP 440 nm) pada A. laidlawii;
perbesaran 400 kali atau lebih. M. fermentans;
8. Bandingkan kultur uji kontrol negatif dan positif M. hyorhinis (jika pengkayaan sel kultur
menggunakan mikroskop, periksa fluoresensi digunakan, galur fastidious seperti ATCC
ekstranuklir. Mikoplasma menghasilkan titik 29052 disertakan)
kecil dan filamen dalam ruang interselular. M. orale
Beberapa area mikroskopik diperiksa sesuai M. pneumoniae atau M. gallisepticum;
protokol validasi. M. synoviae (jika ada penggunaan atau paparan
terhadap bahan avian selama produksi)
Interpretasi Hasil M. arginine;
Produk yang diuji memenuhi syarat jika tidak
S. citri (jika ada penggunaan atau paparan
terdapat fluorosensi spesifik mikoplasma. Uji tidak
terhadap serangga atau bahan tanaman selama
memenuhi syarat jika kontrol positif tidak
produksi).
menunjukkan fluorosensi spesifik mikoplasma dan
jika kontrol negatif menunjukkan fluorosensi
Spesifisitas ditunjukkan menggunakan jenis spesies
spesifik mikoplasma.
bakteri yang sesuai selain mikoplasma. Genus
bakteri dengan filogenetik yang memiliki
Teknik Amplifikasi Asam Nukleat
kekerabatan dekat dengan mikoplasma lebih sesuai
untuk validasi ini meliputi Clostridium,
Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan
Lactobacillus dan Streptococcus.
untuk deteksi mikoplasma dengan amplifikasi asam
nukleat yang diekstraksi dari sampel uji dengan
Studi perbandingan untuk penggunaan Teknik
primer spesifik terhadap asam nukleat target.
amplifikasi asam nukleat sebagai metode alternatif
Teknik amplifikasi asam nukleat menunjukkan
Untuk tiap spesies uji mikoplasma:
urutan asam nukleat tertentu dan tidak memerlukan
- Sebagai alternatif metode kultur: Uji teknik
mikoplasma hidup. Terdapat sejumlah teknik yang
amplifikasi asam nukleat dapat mendeteksi 10
berbeda. Prosedur lain dapat digunakan, namun
CFU/mL;
harus divalidasi seperti tertera pada pedoman yang
- Sebagai alternatif metode kultur sel indikator;
tercantum pada akhir bagian ini. Jika kit komersial
sistem uji teknik amplifikasi asam nukleat dapat
digunakan, terdapat parameter tertentu yang harus
mendeteksi 100 CFU/mL
divalidasi oleh produsen dan diinformasikan
Atau batas deteksi yang setara dengan jumlah
kepada pengguna.
salinan asam nukleat mikoplasma dalam sampel uji
Teknik amplifikasi asam nukleat diterapkan jika
(menggunakan baku pembanding asam nukleat
ditetapkan pada monografi. Teknik amplifikasi
mikoplasma yang sesuai).
asam nukleat juga dapat digunakan sebagai
Kontrol Internal
farmasiindustri.com
36
Kontrol internal dibutuhkan untuk verifikasi rutin - Metode alternatif untuk menggantikan metode
adanya penghambat. Kontrol internal dapat kompendial (metode kultur sel indikator atau
mengandung urutan yang dikenali primer atau metode kultur).
beberapa urutan lain yang sesuai. Kontrol internal Pedoman ini memiliki 2 tujuan yaitu untuk validasi
hendaknya ditambahkan ke bahan uji sebelum amplifikasi asam nukleat dan untuk studi
isolasi asam nukleat sehingga dapat berlaku sebagai pembanding antara amplifikasi asam nukleat dan
kontrol keseluruhan (ekstraksi, transkripsi balik, metode kompendial.
amplifikasi, deteksi).
95% selama uji. Titik cut off positif dipengaruhi variasi kecil dalam parameter metode bersifat
oleh distribusi genom mikoplasma dalam sampel kritis. Namun, ketegaran metode dapat dilakukan
individu yang diuji dan faktor seperti efisiensi selama pengembangan ketika variasi kecil dalam
enzim dan dapat menghasilkan perbedaan 95% konsentrasi reagen dilakukan (misal MgCl2, primer
nilai cut off untuk setiap uji. atau deoksiribonukleotida). Evaluasi harus
Untuk menentukan titik cut off positif, seri dilakukan apabila terdapat modifikasi kit ekstraksi
pengenceran dikarakterisasi dan dikalibrasi (dalam atau prosedur ekstraksi serta jenis alat PCR.
CFU atau salinan asam nukleat) dalam galur baku Ketegaran suatu metode dapat dievaluasi melalui
kerja atau standar kompendial harus diuji pada hari studi kolaborasi.
berbeda untuk menentukan variasi antar uji.
Untuk validasi batas deteksi, spesies berikut ini
mewakili seleksi optimal sebagai kontaminan dan Pedoman Studi Komparibilitas
hubungan filogenetik: Teknik amplifikasi asam nukleat dapat digunakan
A. laidlawii; sebagai pengganti metode kompendial (metode
M. fermentans; kultur sel indikator atau metode kultur). Dalam
M. hyorhinis (jika pengkayaan sel kultur kasus ini, studi komparibilitas harus dilakukan.
digunakan, galur fastidious seperti ATCC Studi komparibilitas ini harus meliputi
29052 disertakan) perbandingan batas deteksi respektif (masing-
M. orale masing) metode alternatif dan metode kompendial.
M. pneumoniae atau M. gallisepticum; Tetapi spesifisitas (mikoplasma terdeteksi, hasil
M. synoviae (jika ada penggunaan atau positif palsu yang diprediksi) harus
paparan terhadap bahan avian selama dipertimbangkan. Untuk batas deteksi, kriteria
produksi) penerimaan didefinisikan sebagai berikut:
- Jika metode alternatif diusulkan untuk
M. arginine;
menggantikan metode kultur, sistem
S. citri (jika ada penggunaan atau paparan
amplifikasi asam nukleat harus dapat
terhadap serangga atau bahan tanaman
mendeteksi 10 CFU per mL untuk setiap
selama produksi).
spesies uji mikoplasma yang dijelaskan di
Untuk setiap galur, minimal 3 seri independen
atas,
pengenceran kelipatan 10 harus diuji, dengan
- Jika metode alternatif diusulkan untuk
sejumlah replikasi pada setiap pengenceran dengan
menggantikan metode kultur sel indikator,
jumlah total 24 hasil uji, untuk mendapatkan hasil
sistem amplifikasi asam nukleat harus dapat
analisis statistik. Misalnya dilakukan 3 seri
mendeteksi 100 CFU per mL untuk setiap
pengenceran pada hari berbeda dengan 8 replikasi
spesies uji mikoplasma yang dijelaskan di
untuk tiap pengenceran, 4 seri pengenceran pada
atas.
hari berbeda dengan 6 replikasi untuk tiap
Untuk kedua kasus, standar terkalibrasi yang sesuai
pengenceran, atau 6 seri pengenceran pada hari
untuk sejumlah salinan asam nukleat dan sejumlah
berbeda dengan 4 replikasi untuk tiap pengenceran.
CFU dapat digunakan untuk memenuhi penetapan
Untuk menetapkan jumlah pengenceran pada tahap
kriteria keberterimaan. Hubungan antara CFU dan
yang dapat dikendalikan, uji pendahuluan harus
salinan asam nukleat untuk sediaan baku harus
dilakukan untuk mendapatkan nilai awal titik cut
ditetapkan sebelumnya untuk membandingkan
off positif (misalnya pengenceran tertinggi
kinerja metode amplifikasi asam nukleat dengan
memberikan respon positif). Rentang pengenceran
kinerja metode kompendial.
dapat dipilih sekitar titik cut off awal yang telah
Satu dari dua strategi di bawah ini dapat digunakan
ditentukan. Konsentrasi mikoplasma (CFU atau
untuk menunjukkan studi komparibilitas:
salinan) dapat dideteksi pada 95% uji yang dapat
- Lakukan metode alternatif amplifikasi asam
dihitung menggunakan metode statistik yang
nukleat secara paralel dengan metode
sesuai. Hasil tersebut dapat digunakan untuk
kompendial untuk mengevaluasi batas deteksi
menilai variabilitas prosedur analitik.
secara simultan kedua metode menggunakan
sampel yang sama dari galur yang terkalibrasi.
Ketegaran
- Bandingkan kinerja metode alternatif
Ketegaran adalah ukuran kemampuan prosedur
amplifikasi asam nukleat menggunakan data
untuk tetap bertahan dan tidak terpengaruh oleh
yang diperoleh sebelumnya dari validasi
parameter metode dengan variasi kecil yang
metode kompendial. Dalam hal ini, kalibrasi
disengaja pada parameter dan menyediakan
standar yang digunakan untuk kedua validasi
indikasi keandalan metode selama penggunaan
dan juga stabilitasnya harus didokumentasikan
normal. Evaluasi ketegaran harus dipertimbangkan
dengan baik.
pada tahap pengembangan metode. Evaluasi
Laporan studi komparabilitas seharusnya
seharusnya menunjukkan keandalan prosedur
menjelaskan semua elemen validasi (spesifisitas,
analitik yang parameter metodenya divariasi
batas deteksi dan variabilitas dan ketegaran) untuk
dengan disengaja. Untuk amplifikasi asam nukleat,
farmasiindustri.com
38
menilai semua kelebihan dan kekurangan metode Prosedur berikut ini digunakan untuk
amplifikasi asam nukleat alternatif dibandingkan menetapkan viskositas cairan Newtonian, yaitu
dengan metode kompendial. cairan yang mempunyai viskositas tidak tergantung
pada kecepatan alir.
k = η / (ρ × t)
Alat
Gambar 7. Rheometer rotasional lempeng parallel
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas
Variabel dalam Gambar 7, didefinisikan sebagai piala berukuran 1000 mL, dengan tinggi 138
berikut: hingga 160 mm dan diameter dalam 97 hingga 115
ω = kecepatan sudut (radian/s) mm, termostat untuk memanaskan cairan media
R = jari-jari lempeng (m) antara 35o hingga 39o dan alat untuk
h = jarak antara dua lempeng paralel (m) menaikturunkan keranjang dalam cairan media
pada frekuensi yang tetap antara 29 hingga 32 kali
per menit melalui jarak tidak kurang dari 53 mm
farmasiindustri.com
43
Larutan uji Larutkan sejumlah bahan dalam kembali residu protein dalam 1 mL tembaga alkali
dapar yang ditentukan untuk mendapatkan P.
kelarutan yang memiliki konsentrasi dalam rentang
kurva standar. Dapar yang sesuai akan METODE 3
menghasilkan larutan pH 10,0 hingga 10,5. Metode ini (umumnya disebut sebagai Uji
Larutan baku Larutkan baku untuk protein yang Bradford) didasarkan pada pergeseran absorpsi dari
diuji dalam dapar sesuai yang telah ditentukan. 470 nm menjadi 595 nm yang diamati ketika
Encerkan bagian dari larutan ini dengan dapar yang pewarna biru asam 90 berikatan dengan protein.
sama untuk mendapatkan tidak kurang dari lima Pewarna biru asam 90 berikatan dengan mudah
larutan baku yang memiliki konsentrasi protein pada residu arginin dan lisin dalam protein yang
pada rentang antara 5 µg per mL dan 100 µg per dapat menyebabkan variasi pada respon pengujian
mL. terhadap protein yang berbeda. Protein yang
Blanko Buat blangko dari dapar yang digunakan digunakan sebagai senyawa baku harus sama
untuk menyiapkan Larutan uji dan Larutan baku. dengan protein yang akan diuji. Terdapat senyawa
Tembaga sulfat P Larutkan 100 mg tembaga pengganggu yang relatif rendah, namun lebih baik
sulfat pentahidrat P dan 0,2 g natrium tartrat P dihindari detergen dan ampholytes dalam sampel
dalam air P dan encerkan hingga 50 mL dengan uji. Sampel alkalin tinggi dapat mengganggu
pelarut yang sama. Larutkan 10 g natrium karbonat dengan adanya pereaksi asam.
anhidrat dalam air P dan encerkan hingga 50 mL
dengan pelarut yang sama. Tuangkan secara METODE 4
perlahan larutan natrium karbonat ke dalam larutan Metode ini (umumnya disebut sebagai
tembaga sulfat lalu aduk. Gunakan dalam 24 jam. bicinchoninic acid atau BCA assay) didasarkan
Tembaga alkali P Campurkan 1 volume tembaga pada reduksi ion tembaga (Cu2+) menjadi ion
sulfat P, 2 volume dari 50 g per L larutan natrium tembaga (Cu1+) dengan protein. Pereaksi
dodesil sulfat P dan 1 volume dari 32 g per L bicinchoninic acid digunakan untuk mendeteksi ion
larutan natrium hidroksida P. Simpan pada suhu tembaga (Cu1+). Beberapa senyawa akan
ruang dan gunakan dalam waktu 2 minggu. mengganggu proses reaksi. Ketika terdapat
Fosfomolibdotungstik encer P Campurkan 5 mL senyawa penggangu, efek senyawa tersebut dapat
fosfomolibdotungstik P dengan 55 mL air . Simpan diminimumkan dengan pengenceran, asalkan
dalam wadah kaca aktinik rendah, pada suhu ruang. konsentrasi protein yang akan ditentukan tetap
Prosedur Tambahkan 1,0 mL tembaga alkali P mencukupi untuk pengukuran yang akurat. Sebagai
ke dalam masing-masing Larutan baku, Larutan uji alternatif, prosedur presipitasi protein yang
dan blangko, dan homogenkan. Diamkan selama 10 dijelaskan pada Metode 2 dapat digunakan untuk
menit. Tambahkan 0,5 mL fosfomolibdobotungstik menghilangkan senyawa pengganggu. Spesies
P encer, aduk dan biarkan pada suhu ruang selama protein dapat memberikan intensitas respon warna
30 menit. Tentukan serapan larutan pada panjang berbeda, sehingga protein baku dan protein uji
gelombang 750 nm, gunakan blanko. harus sama.
Perhitungan Korelasi antara serapan dan
konsentrasi protein tidak linier. Jika rentang METODE 5
konsentrasi yang digunakan untuk penyiapan kurva Metode ini (umumnya disebut sebagai uji biuret)
baku cukup kecil maka korelasi antara serapan dan didasarkan pada interaksi ion tembaga (Cu2+)
konsentrasi protein akan mendekati linier. Gambar dengan protein dalam larutan alkali dan
hubungan serapan Larutan baku dengan pengembangan absorbansi yang dihasilkan pada
konsentrasi protein dan gunakan regresi linier 545 nm. Uji ini memberikan hasil dengan
untuk menetapkan kurva baku. Dari kurva baku dan perbedaan minimal bila digunakan jumlah ekivalen
serapan Larutan uji, tentukan konsentrasi protein antara sampel IgG dan albumin. Penambahan
dalam Larutan uji. natrium hidroksida dan pereaksi biuret sebagai
Bahan pengganggu Tambahkan asam pereaksi kombinasi, pencampuran yang tidak cukup
deoksikolat-trikloroasetat ke dalam sampel uji setelah penambahan natrium hidroksida, atau
untuk menghilangkan bahan pengganggu dengan perpanjangan waktu antara penambahan larutan
pengendapan protein sebelum digunakan; teknik ini natrium hidroksida dan penambahan perekasi biuret
juga dapat digunakan untuk memekatkan akan memberikan sampel IgG respon yang lebih
konsentrasi protein. Tambahkan 0,1 mL larutan tinggi dibandingkan dengan sampel albumin.
natrium deoksikolat 1,5 g per L ke dalam 1 mL Metode asam trikloroasetat yang digunakan untuk
larutan zat yang akan diuji. Campur menggunakan meminimumkan efek senyawa pengganggu juga
pengocok vorteks dan biarkan pada suhu ruang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein
selama 10 menit. Tambahkan 0,1 mL larutan asam dalam sampel uji pada konsentrasi kurang dari 500
trikloroasetat P 720 g per L selama 30 menit, µg per mL.
buang cairan dan pipet sisa cairan. Larutkan
farmasiindustri.com
48
bahan dan teknologi yang digunakan. Hal yang menggunakan hibridisasi spesifik dari pelacak yang
perlu dipertimbangkan meliputi perpindahan memiliki sekuens komplementer dengan sekuens
personil, baju laboratorium, alur bahan, suplai target atau dengan pemotongan amplikon
udara dan prosedur dekontaminasi. berdasarkan titik target spesifik dari enzim
Laboratorium hendaknya dibagi menjadi beberapa restriksi. Deteksi dan karakterisasi menggunakan
area seperti: modifikasi kimia dapat dilakukan melalui
- area master-mix (area bebas cetakan misal penempelan fluorophore ke dalam amplikon dan
primer, dapar dll) selanjutnya fluoresensi dideteksi setelah eksitasi.
- area sebelum PCR (area penanganan pereaksi, Deteksi amplikon juga dapat dilakukan
sampel dan kontrol) menggunakan pelacak bertanda yang
- area amplifikasi PCR (area penanganan bahan memungkinkan deteksi selanjutnya menggunakan
amplifikasi dalam sistem tertutup) chemiluminescent, radioisotop atau immune-
- area sesudah deteksi PCR (area penanganan enzyme-coupled
bahan yang telah diamplifikasi dalam sistem
terbuka) Evaluasi dan Interpretasi Hasil
Jika menggunakan sistem tertutup, pemisahan area Hasil valid diperoleh jika kontrol positif memberi
yang ketat tidak diperlukan. hasil positif dan kontrol negatif memberi hasil
negatif (pembacaan hasil tidak meragukan).
Penyiapan Sampel Mengingat metode PCR memiliki sensitifitas
Saat penyiapan sampel, sekuens target yang akan sangat tinggi dan adanya risiko kontaminasi perlu
diamplifikasi perlu diekstraksi secara efisien atau dilakukan konfirmasi hasil positif dengan
dibebaskan dari bahan uji sehingga amplifikasi melakukan pengulangan pengujian secara duplo,
menggunakan kondisi reaksi yang ditetapkan dapat jika memungkinkan dari tube sampel berbeda.
terjadi. Berbagai prosedur ekstraksi secara Sampel disimpulkan positif jika minimal satu dari
fisikokimia dan/atau prosedur yang telah hasil uji ulang memberikan hasil positif. Jika
dioptimasi dapat digunakan. Zat aditif dalam bahan pengujian mensyaratkan batas tertentu maka
uji dapat mengganggu PCR. Prosedur melibatkan dilakukan sistem uji kuantitatif.
kontrol internal dilakukan untuk mengendalikan
inhibitor yang berasal dari bahan uji . Jaminan Mutu
Jika menggunakan cetakan RNA, perlu perhatian Validasi sistem PCR
khusus untuk mencegah aktivitas ribonuklease. Program validasi harus mencakup validasi
instrumentasi dan metode PCR yang digunakan.
Amplifikasi Validasi mengacu pada Pedoman ICH Q2 (RI)
Amplifikasi sekuens target menggunakan PCR Validation of Analytical Procedures: Text and
dilakukan dalam kondisi siklus yang ditentukan Methodology.
(profil suhu untuk denaturasi DNA untai ganda, Validasi uji PCR menggunakan baku kerja resmi
penempelan dan perpanjangan primer; waktu yang sesuai atau baku in-house yang dikalibrasi
inkubasi pada suhu tertentu; kecepatan peningkatan terhadap Standar Internasional untuk sekuens
suhu). Hal-hal ini bergantung pada berbagai target, jika tersedia.
parameter seperti: Penentuan titik cut-off positif Selama validasi uji
- panjang dan komposisi basa primer dan kualitatif, titik cut-off positif harus ditentukan. Titik
sekuens target; cut-off positif didefinisikan sebagai jumlah
- jenis DNA polimerase, komposisi dapar dan minimum sekuens target per volume sampel yang
volume reaksi yang digunakan untuk dapat dideteksi dalam 95% uji. Titik cut-off positif
amplifikasi; tergantung pada faktor-faktor yang saling terkait
- Thermocycler yang digunakan dan tingkat seperti volume sampel yang diekstraksi dan
konduktivitas termal antara alat, tabung efektivitas metode ekstraksi, transkripsi RNA target
reaksi dan cairan reaksi. ke cDNA, proses amplifikasi serta deteksi. Untuk
menentukan batas deteksi sistem pengujian, harus
Deteksi mengacu titik cut-off positif untuk setiap sekuens
Amplikon yang dihasilkan oleh PCR dapat target dan kinerja pengujian di atas dan di bawah
diidentifikasi berdasarkan ukuran, sekuens, titik cut-off positif.
modifikasi kimia atau kombinasi parameter Sistem pengujian kuantitatif Untuk pengujian
tersebut. Deteksi dan karakterisasi berdasarkan kuantitatif, parameter validasi adalah akurasi,
ukuran dapat dilakukan menggunakan presisi, spesifisitas, batas kuantitasi, linearitas,
elektroferesis gel (menggunakan lempeng gel rentang dan ketegaran.
agarosa atau poliakrilamida atau elektroferesis
kapiler) atau kromatografi kolom (misalnya Kontrol kualitas pereaksi
kromatografi cair). Deteksi dan karakterisasi Semua pereaksi yang penting untuk metode yang
berdasarkan komposisi sekuens dapat dilakukan digunakan harus dikontrol sebelum digunakan
farmasiindustri.com
50
secara rutin. Penerimaan/penggunaan pereaksi tetes asam nitrat P dan lanjutkan pemanasan
didasarkan pada kriteria kualitas yang telah hingga warna hilang. Biarkan sampai dingin selama
ditentukan. Primer adalah komponen penting dari beberapa menit, tambahkan 10 mL air P dengan
uji PCR sehingga desain, kemurnian dan validasi hati-hati dan didihkan hingga diperoleh larutan
penggunaan primer dalam uji PCR membutuhkan jernih. Biarkan sampai dingin, tambahkan 0,05 mL
perhatian khusus. Primer dapat dimodifikasi larutan jingga metil P dan netralisasikan dengan
(misalnya konjugasi dengan fluorophore atau natrium hidroksida P pekat (6,5 mL sampai 7 mL).
antigen) sehingga memungkinkan penggunaan Jika terbentuk endapan larutkan melalui
metode spesifik untuk mendeteksi amplikon, jika penambahan tetes demi tetes larutan asam sulfat P
modifikasi tersebut tidak menghambat amplifikasi encer.
sekuens target yang akurat dan efisien. Pindahkan larutan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL, cuci combustion flask dengan 25 mL air P.
Kontrol Uji Tambahkan 25,0 mL natrium EDTA 0,02 M, 10
Kontrol eksternal Untuk meminimalisir risiko mL larutan dapar asetat P pH 4,4, dan beberapa
kontaminasi dan menjamin sensitifitas uji yang manik kaca dan didihkan secara perlahan selama 3
memadai, diperlukan kontrol eksternal dalam setiap menit. Tambahkan 0,1 mL larutan piridilazonaftol
uji PCR sebagai berikut: P dan titrasi larutan dalam kondisi panas dengan
- kontrol positif: mengandung salinan sekuens tembaga sulfat 0,02 M sampai warna berubah
target yang telah ditentukan: jumlah yang menjadi coklat keunguan. Lakukan titrasi blangko
mendekati nilai cut-off positif (kontrol tanpa vaksin.
inhibitor) dan ditentukan secara individual 1 mL natrium EDTA 0,02 M
untuk setiap sistem pengujian dan sejumlah setara dengan 0,5396 mg Al.
kelipatan dari nilai cut-off positif dari sistem
pengujian;
- kontrol negatif: sampel dari matriks yang
sesuai dan sudah terbukti bebas dari sekuens Tambahan lampiran
target. UJI PADA VAKSIN: FORMALDEHID
BEBAS <1395>
Kontrol internal Kontrol internal didefinisikan
sebagai sekuens asam nukleat yang mengandung Kecuali dinyatakan lain, gunakan metode A.
urutan pengikatan primer, kecuali ditentukan lain. Metode B sesuai untuk vaksin yang menggunakan
Kontrol internal harus diamplifikasi secara efektif natrium metabisulfit untuk menetralisasi
dan amplikon harus jelas terlihat. Kontrol internal formaldehid berlebih.
harus dari jenis asam nukleat (DNA/RNA) yang
sama dengan bahan yang diuji. Kontrol internal Metode A
hendaknya ditambahkan ke bahan uji sebelum Vaksin untuk manusia, siapkan pengenceran vaksin
isolasi asam nukleat sehingga dapat berlaku sebagai 1 dalam 10. Pada 1 mL enceran, tambahkan 4 mL
kontrol keseluruhan (ekstraksi, transkripsi balik, air dan 5 mL pereaksi asetilaseton P. Tempatkan
amplifikasi, deteksi). tabung dalam tangas air pada suhu 40 selama 40
Kontrol ambang batas Kontrol ambang batas menit. Pastikan tabung dalam posisi tegak lurus.
untuk pengujian kuantitatif adalah sampel uji Intensitas warna larutan uji tidak boleh lebih pekat
dengan analit pada konsentrasi yang didefinisikan daripada intensitas larutan baku yang disiapkan
sebagai ambang batas yang tidak boleh dilampaui. pada waktu dan cara yang sama menggunakan 1
Kontrol ini berisi analit yang telah dikalibrasi mL hasil enceran larutan formaldehid P yang
dalam Unit Internasional dan dianalisis secara mengandung 20 µg formaldehid (CH2O) per mL,
paralel dalam setiap uji kuantitatif. sebagai pengganti pelarut vaksin yang diuji.
Metode B
Larutan uji Siapkan pengenceran vaksin 1 dalam
Tambahan lampiran 200 dengan air P. Jika vaksin dalam bentuk emulsi,
UJI PADA VAKSIN: ALUMINIUM siapkan pengenceran yang setara menggunakan
DALAM VAKSIN JERAP <1391> fase air yang dipisahkan dengan prosedur yang
sesuai. Jika satu dari metode di bawah ini
Homogenkan sediaan uji dan pindahkan sejumlah digunakan dalam pemisahan fase air, gunakan
tertentu, diperkirakan mengandung aluminium 5 pengenceran 1 dalam 20.
mg sampai 6 mg, ke dalam combustion flask 50
mL. Tambahkan 1 mL asam sulfat P; 0,1 mL asam Larutan baku Siapkan larutan mengandung CH2O
nitrat P dan beberapa manik kaca. Panaskan larutan 0,25; 0,50; 1,00; 2,00g per L melalui pengenceran
hingga kental, muncul asap putih. Jika terbentuk larutan formaldehid P dengan air P. Siapkan
warna hitam dalam tahap ini, tambahkan beberapa
farmasiindustri.com
51
pengenceran 1 dalam 200 dari setiap larutan mL dengan air P. Siapkan 0,5 mL, 1,0 mL dan 2,0
dengan air P. mL larutan enceran ke dalam 3 tabung pijar.
Pada 0,5 mL larutan uji dan masing-masing Siapkan larutan blangko menggunakan 2,0 mL air
larutan baku dalam tabung uji, tambahkan 5,0 mL P dalam tabung pijar.
larutan metilbenzotiazolon hidrazon hidroklorida P Tambahkan 0,2 mL asam sulfat P ke dalam semua
0,5 g per L yang dibuat segar. Tutup tabung, kocok tabung dan panaskan dalam tangas minyak pada
dan diamkan selama 60 menit. Tambahkan 1 mL suhu 120 selama 1 jam dan kemudian pada suhu
pereaksi asam feri klorida-sulfamat P dan diamkan 160 sampai asap putih terlihat (kira-kira 1 jam).
selama 15 menit. Ukur absorban larutan pada Tambahkan 0,1 mL asam perklorik P dan panaskan
panjang gelombang 628 nm. Hitung kandungan pada suhu 160 sehingga larutan tidak berwarna
formaldehid dalam vaksin menggunakan kurva (kira-kira 90 menit). Dinginkan dan tambahkan 4
kalibrasi Larutan baku. Uji memenuhi syarat jika mL air P dan 4 mL ammonium molydate P ke
koefisien korelasi (r) kurva kalibrasi tidak kurang dalam setiap tabung. Panaskan dalam tangas air
dari 0,97. pada suhu 37 selama 90 menit dan dinginkan. Atur
volume hingga 10,0 mL dengan air P. Warna biru
Emulsi stabil selama beberapa jam. Ukur serapan setiap
Jika vaksin yang diuji adalah emulsi, fase air larutan pada panjang gelombang 820 nm
dipisahkan menggunakan prosedur yang sesuai dan menggunakan blangko. Buat kurva baku dari
digunakan untuk penyiapan larutan uji. serapan 3 Larutan baku terhadap jumlah fosfor
a) Tambahkan 1,0 mL vaksin uji pada 1,0 mL dalam larutan dan tentukan kandungan fosfor uji.
isopropil miristat P dan campur. Tambahkan 1,3
mL asam hidroklorida P 1 M, 2,0 mL kloroform P
dan 2,7 mL larutan natrium klorida P 9 g per L.
Campur hingga homogen. Sentrifus pada 15.000
gravitasi selama 60 menit. Pindahkan fase air pada Tambahan lampiran
labu tentukur 10-mL dan larutkan dengan air P UJI PADA VAKSIN: PROTEIN DALAM
hingga tanda. Jika prosedur ini gagal memisahkan VAKSIN POLISAKARIDA <1402>
fase air, tambahkan polisorbat 20 P 100 g per L
pada larutan natrium klorida dan ulangi prosedur Larutan uji Siapkan larutan 5 mg per mL
dengan melakukan sentrifus pada 22.500 gravitasi. polisakarida kering dalam labu tentukur. Masukkan
b) Tambahkan 1,0 mL vaksin uji pada 1,0 mL 1 mL larutan ke dalam tabung gelas dan tambahkan
larutan natrium klorida P 100 g per L dan campur. 0,15 mL larutan asam trikloroasetat P 400 g per L.
Sentrifus pada 1000 gravitasi selama 15 menit. Kocok, diamkan selama 15 menit, sentrifus selama
Pindahkan fase air ke dalam labu tentukur 10-mL 10 menit pada 5000 rpm dan buang beningan.
dan encerkan dengan air P sampai tanda. Tambahkan 0,4 mL natrium hidroksida 0,1 M ke
c) Tambahkan 1,0 mL vaksin uji pada 2,0 mL dalam residu.
larutan natrium klorida P 100 g per L, dan 3,0 mL Larutan baku Larutkan 0,100 g albumin sapi P
kloroform, campur. Sentrifus pada 1000 gravitasi dalam 100 mL natrium hidroksida 0,1 M (larutan
selama 5 menit. Pindahkan fase air pada labu sediaan mengandung 1 g protein per L). Encerkan
tentukur 10-mL dan encerkan dengan air P sampai 1 mL larutan sediaan sampai 20 mL dengan
tanda. natrium hidroksida 0,1 M (larutan kerja 1:50 mg
protein per L). Encerkan 1 mL larutan stok sampai
4 mL dengan natrium hidroksida 0,1 M (larutan
kerja 2:250 mg protein per L). Pipet masing-masing
0,10 mL, 0,20 mL dan 0,40 mL larutan kerja 1 dan
Tambahan lampiran 0,15 mL, 0,20 mL dan 0,25 mL larutan kerja 2 ke
UJI PADA VAKSIN: FOSFOR DALAM dalam 6 tabung gelas. Tambahkan natrium
VAKSIN POLISAKARIDA <1401> hidroksida 0,1 M ke masing-masing tabung sampai
volume 0,40 mL. Siapkan blangko 0,4 mL natrium
Larutan uji Siapkan larutan mengandung 5 mg hidroksida 0,1 M. Tambahkan 2 mL larutan cupri
per mL polisakarida kering dalam air P tartaric P ke dalam setiap tabung, kocok dan
menggunakan labu tentukur dengan volume yang diamkan selama 10 menit. Tambahkan 0,2 mL
sesuai. Encerkan sejumlah volume (1 mL) Larutan campuran phosphomolybdotungstic P - air P (1:1)
uji hingga mengandung lebih kurang 6 µg fosfor. ke dalam setiap tabung. Siapkan campuran segera
Pipet 1,0 mL larutan ke dalam tabung pijar 10 mL. sebelum digunakan. Sumbat tabung, campur
Larutan baku Larutkan 0,2194 g kalium dengan cara dibolak balik dan diamkan selama 30
dihidrogen fosfat P dalam 500 mL air P sehingga menit dalam gelap. Warna biru stabil selama 60
menghasilkan larutan yang setara dengan 0,1 mg menit. Sentrifus jika perlu untuk memperoleh
fosfor per mL. Encerkan 5 mL larutan hingga 100,0 larutan jernih.
farmasiindustri.com
52
Ukur serapan setiap larutan pada panjang Tentukan rata-rata kandungan ribosa uji dari 3
gelombang 760 nm menggunakan blangko. Buat nilai.
kurva baku dari serapan dari 6 Larutan baku
terhadap kandungan protein dan tentukan
kandungan protein uji.
Tambahan lampiran
UJI PADA VAKSIN : NILAI FLOKULASI
(LF) UNTUK TOKSIN DAN TOKSOID
Tambahan lampiran
DIFTERI DAN TETANUS (RAMON
UJI PADA VAKSIN: ASAM NUKLEAT
ASSAY) ASAM SIALAT DALAM
DALAM VAKSIN POLISAKARIDA
VAKSIN POLISAKARIDA <1410>
<1403>
Kandungan toksin atau toksoid dalam sampel dapat
Larutan uji Siapkan larutan mengandung 5 mg per
dinyatakan sebagai nilai flokulasi (Lf) yang
mL P polisakarida kering dalam air P
ditentukan menggunakan Ramon assay. Dalam
menggunakan labu tentukur dengan volume yang
pengujian ini, antitoksin dengan konsentrasi
sesuai. Encerkan larutan uji untuk memperoleh
bertingkat ditambahkan ke dalam sejumlah tabung
nilai serapan yang sesuai untuk instrumen yang
yang berisi toksin atau toksoid dengan konsentrasi
digunakan, jika perlu. Ukur serapan pada panjang
yang sama. Pada titik ekivalen toksin atau toksoid
gelombang 260 nm menggunakan air P. Serapan
dan antitoksin, flokulasi terjadi dalam satu tabung
larutan 1 g per L asam nukleat pada panjang
atau lebih. Tabung pertama yang menunjukkan
gelombang 260 nm adalah 20.
terjadinya flokulasi digunakan untuk menentukan
nilai Lf sampel.
Nilai Lf toksin atau toksoid ditentukan oleh
jumlah unit antitoksin yang ketika dicampur
Tambahan lampiran dengan sampel, menghasilkan campuran flokulasi
UJI PADA VAKSIN: RIBOSA DALAM yang optimal (Ramon assay).
VAKSIN POLISAKARIDA <1405> Antitoksin yang digunakan untuk Ramon assay
harus dikalibrasi langsung terhadap baku
Larutan uji Siapkan larutan mengandung 5 mg internasional untuk toksoid difteri atau baku
per mL polisakarida kering dalam air P internasional untuk toksoid tetanus untuk uji
menggunakan labu tentukur dengan volume yang flokulasi, menggunakan prinsip-prinsip yang
sesuai. Encerkan larutan dengan volume yang dijelaskan di bawah ini. Konsentrasi dinyatakan
sesuai hingga memperoleh sejumlah 2,5 µg hingga dalam Lf-ekuivalen per mL (Lf-eq/mL).
25 µg ribosa dalam Larutan uji. Siapkan 0,20 mL Nilai 1 Lf adalah jumlah toksin atau toksoid
dan 0,40 mL larutan yang diencerkan ke dalam yang berflokulasi dalam waktu tersingkat dengan 1
tabung secara triplo. Lf-eq antitoksin spesifik. Sejumlah volume baku
Larutan baku Larutkan 25 mg ribosa P dalam antitoksin dengan konsentrasi 100 Lf-eq/mL
air P dan encerkan hingga volume 100,0 mL dimasukkan ke dalam sederet tabung flokulasi
(larutan sediaan mengandung ribosa 0,25 g per L). dengan diameter 1 cm dengan jumlah bertingkat,
Encerkan 1 mL larutan sediaan hingga volume 10,0 sebagai contoh 0,40; 0,45; 0,50; 0,55; 0,60; 0,65
mL dengan air P, siapkan larutan segera sebelum mL. Tambahkan larutan Natrium klorida P 0,9 %
digunakan (larutan kerja: ribosa 25 mg per L). ke dalam setiap tabung sehingga diperoleh volume
Pipet masing-masing 0,10 mL, 0,20 mL, 0,40 mL, total 1 mL. Ke dalam masing-masing tabung
0,60 mL, 0,80 mL, dan 1,0 mL larutan kerja ke tersebut tambahkan 1 mL sampel uji dengan
dalam 6 tabung gelas. konsentrasi 50 Lf per mL.
Siapkan larutan blangko menggunakan 2 mL air P. Kocok tabung kemudian masukkan ke dalam
Pipet 2 mL air P ke dalam masing-masing 6 tabung tangas air pada suhu konstan antara 30° dan 52°,
Larutan baku, kocok. Tambahkan 2 mL larutan dan amati secara berkala hingga muncul flok
besi (II) klorida 0,5 g per L dalam asam pertama. Gunakan lensa pembesar dan
hidroklorat P pada setiap tabung, kocok. pencahayaan yang baik jika diperlukan.
Tambahkan 0,2 mL larutan orsinol 100 g per L Catat tabung yang menunjukkan munculnya flok
dalam etanol P. Letakkan tabung pada tangas air pertama dan kedua dan waktu terbentuknya flok
selama 20 menit. Dinginkan dalam air berisi es. tersebut. Dua tabung dapat berflokulasi secara
Ukur serapan setiap larutan pada panjang bersamaan.
gelombang 670 nm menggunakan blangko. Buat Tabung yang pertama kali mengalami flokulasi
kurva baku dari serapan 6 larutan baku terhadap adalah tabung yang mengandung jumlah antitoksin
kandungan ribosa. Tentukan kandungan ribosa uji. yang setara dengan jumlah antigen dalam
sampel. Kandungan antitoksin dari tabung ini dapat
farmasiindustri.com
53
digunakan untuk menghitung nilai Lf sampel. Jika pengujian akan memakan waktu lama, sedangkan
2 tabung mengalami flokulasi pada saat yang sama, pada konsentrasi tinggi, timbulnya flokulasi
maka nilai Lf sampel dihitung dari rata-rata mungkin sangat cepat sehingga sulit untuk
kandungan antitoksin kedua tabung. membedakan tabung pertama dan kedua yang lebih
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan flok dulu mengalami flokulasi.
pertama (Kf) menunjukkan kualitas antigen. Jika
pada suhu dan konsentrasi toksoid dan antitoksin Uji flokulasi campuran untuk konsentrasi
tertentu, nilai Kf meningkat dibandingkan dengan rendah
normal, ini menunjukkan bahwa antigen telah Untuk konsentrasi yang sangat rendah, lebih baik
rusak. Nilai Kf juga dapat berubah dengan kualitas mengukur toksin atau toksoid dengan metode
antitoksin yang digunakan. flokulasi campuran. Metode ini membandingkan
Contoh nilai Lf toksin atau toksoid yang diketahui dan
Tabung A B C D E F campuran sampel dengan toksin atau toksoid
Antitoksin yang tersebut.
ditambahkan
(mL)
0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 Jika toksin atau toksoid dengan nilai Lf yang
diketahui dan toksin atau toksoid dengan nilai Lf
Saline yang yang tidak diketahui berflokulasi bersama-sama,
ditambahkan campuran akan berflokulasi pada nilai Lf yang
0,60 0,55 0,50 0,45 0,40 0,35
(mL) merupakan jumlah kedua nilai Lf jika homogen.
Konsentrasi Jika toksin atau toksoid tidak homogen dicampur,
Antitoksin akan menghasilkan pola menyimpang dengan 2
40 45 50 55 60 65
(Lf-eq) maksima flokulasi.
Sampel hasil
pengenceran yang 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
ditambahkan
Tambahan lampiran
Jika dalam contoh di atas, tabung pertama yang UJI PADA VAKSIN: SEKELOMPOK
mengalami flokulasi adalah tabung C, maka nilai AYAM BEBAS PATOGEN SPESIFIK
Lf sampel yang diencerkan adalah 50 Lf per mL. UNTUK PRODUKSI DAN
Namun, jika tabung pertama yang mengalami PENGAWASAN MUTU VAKSIN <1411>
flokulasi adalah tabung A atau tabung F, hal ini
tidak menunjukkan kesetaraan pada tingkat Apabila ditetapkan, ayam, embrio atau biakan sel
tersebut. Uji ulang menggunakan sampel uji yang digunakan untuk produksi atau pengawasan
dengan pengenceran berbeda atau memilih rentang mutu vaksin berasal dari telur yang diproduksi dari
dosis baku antitoksin yang berbeda perlu sekelompok ayam bebas patogen spesifik/Specified
dilakukan. Pathogens Free (SPF). Status SPF dari sekelompok
Presisi lebih baik dapat diperoleh dengan ayam dipastikan melalui sistem sebagai berikut.
membuat urutan untuk flokulasi setelah tabung Sekelompok ayam didefinisikan sebagai
pertama. Jadi, dalam contoh yang tertera, jika sekelompok unggas di lingkungan yang sama dan
tabung kedua yang berflokulasi adalah tabung D, memiliki penjaga khusus yang tidak memiliki
nilai akhir untuk sampel yang diencerkan adalah kontak dengan kelompok non-SPF. Setelah
52, sedangkan jika tabung kedua yang mengalami kelompok ayam ditetapkan, tidak boleh
flokulasi adalah tabung B, nilai akhir akan menjadi ditambahkan unggas non-SPF ke dalam kelompok
48. tersebut.
Jika tidak ada indikasi nilai Lf sampel yang Setiap kelompok ayam diisolasi untuk
diharapkan diperoleh, disarankan untuk meminimalkan risiko kontaminasi. Fasilitas isolasi
mendapatkan perkiraan kasar menggunakan kelompok ayam SPF tidak boleh berdekatan
rentang kandungan antitoksin lebih lebar dalam dengan kelompok ayam non-SPF. Kelompok ayam
tabung sebelum melanjutkan ke pengujian akhir. SPF diisolasi dalam isolator atau dalam bangunan
yang memiliki penyaring udara dengan tekanan
Contoh positif. Lakukan tindakan yang tepat untuk
Tabung A B C D E F mencegah masuknya tikus, unggas liar, serangga,
Konsentrasi dan personel yang tidak berwenang.
antitoksin 20 30 45 70 100 150
(Lf-eq)
Personel yang memiliki akses untuk memasuki
fasilitas kelompok ayam SPF tidak boleh
melakukan kontak langsung dengan unggas lain
Tingkat konsentrasi toksin atau toksoid dan
atau dengan bahan yang berpotensi menginfeksi
antitoksin dalam pengujian dapat bervariasi, tetapi
kelompok ayam SPF. Dianjurkan bagi personel
ini akan sangat mempengaruhi waktu flokulasi,
untuk mandi dan berganti pakaian atau
sehingga pada tingkat yang sangat rendah,
farmasiindustri.com
54
mengenakan pakaian pelindung sebelum memasuki SPF. Sejak umur 20 minggu, kelompok diuji
fasilitas yang dikendalikan. seperti dijelaskan dalam Pengujian rutin kelompok
Barang yang dibawa ke dalam fasilitas kelompok ayam SPF. Semua tahap pengujian ini juga
ayam SPF seharusnya disterilisasi. Pakan diterapkan pada 2 generasi berikutnya, kecuali uji
dihindarkan dari kontaminasi mikroorganisme yang untuk setiap unggas sebelum bertelur untuk
tidak diinginkan dan air dengan kualitas air minum. pengujian agen yang dapat ditularkan secara
Obat yang dapat mengganggu deteksi penyakit vertikal. Semua hasil uji harus menunjukkan bebas
unggas tidak boleh diberikan pada kelompok ayam dari patogen pada 3 generasi untuk kelompok yang
SPF. terdiri dari Generasi ke-3 yang akan ditetapkan
Kesehatan kelompok ayam SPF direkam dan setiap sebagai SPF. Embrio SPF yang berasal dari
kelainan diinvestigasi. Faktor morbiditas, kelompok SPF lain dalam fasilitas terpisah di
mortalitas, kondisi fisik umum, konsumsi pakan, lokasi yang sama dapat digunakan. Dari umur 8
produksi telur setiap hari dan kualitas telur, minggu, unggas pengganti ini dianggap sebagai
kesuburan dan daya tetas dipantau. Rekaman kelompok dan diuji sesuai dengan prosedur
disimpan dalam jangka waktu minimal 5 tahun. pengujian yang dijelaskan di atas.
Rincian penyimpangan dalam parameter ini atau
deteksi infeksi diinformasikan sesegera mungkin Persyaratan Pengujian Awal untuk Generasi
kepada pengguna telur. dari Kelompok Ayam SPF
Uji atau kombinasi uji yang dijelaskan di bawah ini Sekelompok ayam pengganti harus diuji sebelum
harus memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang ditetapkan sebagai SPF. Selain pengujian
relevan dengan serotipe virus. Sampel untuk Salmonella dan monitoring kesehatan serta
pengujian diambil secara acak. pengamatan perilaku ayam SPF, pengujian spesifik
Sekelompok ayam SPF yang positif virus anemia perlu dilakukan sejak umur 8 minggu.
ayam atau Chicken Anemia Viruses (CAV) masih Uji dilakukan pada dua sampel masing-masing 5%
dapat digunakan, kecuali produksi vaksin hidup pada kelompok unggas (minimum 10, maksimum
pada unggas yang berumur kurang dari 7 hari harus 200 ekor) yang diambil pada interval paling sedikit
menggunakan sekelompok ayam SPF yang bebas 4 minggu antara umur 12-16 minggu dan 16-20
CAV. Untuk produksi vaksin inaktivasi pada minggu.Semua sampel dikumpulkan dan diuji
unggas yang berumur kurang dari 7 hari dapat secara individual. Sampel darah untuk uji antibodi
menggunakan sekelompok ayam SPF yang belum dan sampel yang cocok untuk pengujian antigen
terbukti bebas CAV, dengan menunjukkan bukti leukosit dikumpulkan. Metode pengujian yang akan
proses inaktivasi CAV. digunakan adalah seperti yang dijelaskan dalam
Pengujian rutin kelompok ayam SPF. Jika semua
Pembentukan Kelompok Ayam SPF uji membuktikan tidak ada infeksi, generasi baru
Kelompok ayam SPF berasal dari ayam yang dapat ditetapkan sebagai SPF.
terbukti bebas dari agen yang dapat menular secara
vertikal yang tercantum dalam Tabel 5.2.2-1 Hal Pengujian Rutin Kelompok Ayam SPF
ini dilakukan dengan menguji 2 generasi sebelum Pemeriksaan umum dan nekropsi Pemeriksaan
ditetapkan sebagai kelompok SPF. Skema umum klinis dilakukan minimal sekali seminggu selama
prosedur untuk pembentukan dan pemeliharaan masa hidup kelompok untuk memastikan bahwa
kelompok ayam SPF seperti pada Tabel 5.2.2-2 unggas tersebut bebas dari fowl-pox virus dan
Untuk penambahan kelompok ayam SPF baru, gejala infeksi lainnya. Jika kematian melebihi 0,2%
serangkaian uji harus dilakukan pada 3 generasi per minggu, nekropsi dilakukan pada semua hewan
unggas. Semua unggas dalam generasi pertama yang mati untuk memverifikasi bahwa tidak ada
harus diuji setidaknya sekali sebelum umur 20 gejala infeksi. Apabila diperlukan, studi
minggu untuk uji bebas antigen leukosis avian dan histopatologis dan/atau mikrobiologis/virologis
diuji dengan enzyme immunoassay (EIA) atau dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
dengan netralisasi virus atau virus neutralisation Pemeriksaan khusus untuk lesi tuberkulosis
(VN) untuk bebas dari antibodi terhadap virus dilakukan dan sampel histologis dari setiap lesi
leukosit avian subtipe A, B dan J. Semua unggas yang diduga terinfeksi diwarnai untuk
juga harus diuji untuk bebas dari antibodi terhadap memverifikasi bebas dari Mycobacterium avium.
agen yang dapat menular secara vertikal yang Isi usus semua hewan yang mati diperiksa secara
tercantum dalam Tabel 5.2.2-1. Sejak umur 8 mikrobiologis untuk memeriksa keberadaan
minggu, kelompok diuji untuk bebas dari Salmonella spp. menggunakan teknik yang
Salmonella. Pemeriksaan klinis dilakukan pada dijelaskan di bawah ini. Jika diperlukan, sampel
kelompok dari umur 8 minggu dan unggas tidak usus dapat dikumpulkan dari 5 unggas.
boleh menunjukkan tanda-tanda penyakit menular.
Metode pengujian yang akan digunakan untuk Uji kultur untuk Salmonella spp. Uji kultur untuk
pengujian ini terdapat dalam tabel dan panduan Salmonella spp. dilakukan baik dengan menguji
lebih lanjut sesuai Pengujian rutin kelompok ayam sampel feses atau cloacal swabs atau dengan
farmasiindustri.com
55
Tabel 1.
Uji untuk Salmonella spp. dan pengamatan klinis umum sejak umur 8 minggu
Lakukan pengujian rutin untuk bahan spesifik sejak umur 20 minggu
Lakukan pengujian pasca-lay untuk agen yang dapat menular secara vertikal
Uji yang dilakukan Pada Akhir Masa Bertelur UJI PADA VAKSIN: SUBSTRAT SEL
Setelah pengumpulan telur terakhir, dilakukan UNTUK PRODUKSI VAKSIN MANUSIA
pengujian akhir untuk membutikan tidak ada <1412>
patogen yang dapat menular secara vertikal seperti
pada Tabel 1. Setelah pengumpulan telur terakhir, Bab umum ini membahas sel lestari diploid dan sel
minimal 5% dari kelompok ayam SPF (minimum lestari kontinu yang digunakan sebagai sel substrat
10, maksimum 200) dipelihara selama minimal 4 untuk produksi vaksin untuk penggunaan manusia;
minggu. Sampel darah dikumpulkan dari setiap informasi spesifik terkait vaksin yang dibuat
ayam dalam kelompok selama 4 minggu tidak melalui teknologi DNA rekombinan tercantum
kurang dari 1,25% unggas (25% dari sampel) pada Produk monografi teknologi DNA
diambil darah tidak kurang dari 4 minggu setelah rekombinan. Pengujian akan dilakukan pada
pengumpulan telur terakhir. Sampel serum diuji berbagai tahap (benih sel, bank sel induk (BSI),
terhadap patogen yang dapat menular secara bank sel kerja (BSK), sel akhir produksi (SAP) atau
vertikal Tabel1menggunakan metode yang bank sel ekstensi (BSE) yang sesuai dengan sel
ditetapkan. Ketika pengambilan sampel dilakukan pada atau melebihi level penggandaan populasi
setiap minggu, tidak kurang dari 1,25% unggas maksimum yang digunakan untuk produksi) sesuai
(25% dari sampel) diuji setiap minggu selama Tabel 3 Ketentuan umum untuk penggunaan sel
periode tersebut. Sebagai alternatif, dalam waktu 4 lestari dan metode pengujian dijelaskan di bawah
minggu dari pengumpulan darah telur terakhir ini. Jika sel atau sel primer yang telah mengalami
dan/atau sampel lain yang sesuai dikumpulkan dari beberapa pasase tidak mengikuti ketentuan bank sel
setidaknya 5 % dari kelompok ayam SPF dan diuji digunakan untuk produksi vaksin, persyaratan
keberadaan patogen yang dapat menular secara terdapat dalam masing-masing monografi.
vertikal menggunakan metode amplifikasi asam
nukleat yang tervalidasi <1389>. Sel lestari diploid
Sel lestari diploid memiliki kemampuan pasase
Tindakan yang dilakukan Jika Terdeteksi tinggi tetapi terbatas untuk propagasi secara in
Patogen Spesifik vitro.
Jika kelompok ayam SPF terkontaminasi patogen
dengan penyebaran lambat seperti tertera pada Sel lestari kontinu
Tabel 1, semua telur yang berasal dari kelompok Sel lestari kontinu memiliki kapasitas untuk
ayam SPF selama 4 minggu sebelum waktu sampel propagasi tanpa batas waktu secara in vitro; sel
positif ditemukan dianggap tidak memenuhi syarat. sering memiliki perbedaan kariotipe dibandingkan
Demikian pula, Jika kelompok ayam SPF dengan sel asli; sel dapat diperoleh dari jaringan
terkontaminasi patogen dengan penyebaran cepat yang sehat atau jaringan tumor, baik dari mamalia
seperti tertera pada Tabel 2, semua telur yang atau dari serangga.
berasal dari kelompok ayam SPF selama 2 minggu Secara teori terdapat risiko penggunaan sel lestari
sebelum waktu sampel positif ditemukan dianggap kontinu, terutama jika potensi tumor telah terbukti
tidak memenuhi syarat. Seluruh produk yang secara eksperimental. Risiko ini terkait dengan
berasal dari telur yang terkontaminasi patogen tidak aktivitas biologi residu DNA sel inang dalam
memenuhi syarat dan harus dimusnahkan; semua vaksin. Residu DNA sel inang dapat dikaitkan
uji pengawasan mutu yang dilakukan menggunakan dengan risiko infektivitas jika genom virus DNA
telur tersebut dinyatakan tidak absah. Penyedia atau provirus terdapat dalam DNA seluler
telur harus menginformasikan mengenai bukti (kromosom terintegrasi atau ekstra kromosom).
kontaminasi sesegera mungkin kepada pengguna Selain itu, terdapat risiko potensial onkogenisitas
telur. Kelompok yang terinfeksi patogen tidak jika sel substrat berpotensi tumor.
dapat digunakan sebagai kelompok ayam SPF. Vaksin yang diproduksi menggunakan sel lestari
Setiap turunan yang berasal dari kelompok tersebut kontinu, untuk mengetahui muncul atau tidaknya
selama atau setelah periode 4 minggu sebelum tumorigenik, harus dilakukan analisis dan mitigasi
sampel negatif terakhir ditemukan tidak boleh risiko untuk menentukan kriteria keberterimaan
ditetapkan sebagai SPF. DNA sel inang residu dalam produk akhir serta
mengevaluasi konsistensi protein sel inang.
Produksi vaksin dalam sel lestari diploid atau sel atau organ yang digunakan; hasil semua uji
kontinu didasarkan pada sistem bank sel. Umur in patogen.
vitro sel dihitung dari bank sel induk. Setiap BSK Untuk sel lestari hewan, informasi berikut terkait
disiapkan dari satu atau lebih wadah BSI. sumber sel didokumentasikan: spesies; galur;
Penggunaan, identitas, dan kontrol bank sel harus kondisi pembiakan hewan; asal geografis; umur;
didokumentasikan. jenis kelamin; kondisi fisiologis umum, jaringan
atau organ yang digunakan; hasil semua uji
Media dan bahan yang berasal dari manusia patogen.
atau hewan Sel yang berasal dari sel saraf, seperti
Komposisi media yang digunakan untuk isolasi dan neuroblastoma dan sel lestari P12 tidak digunakan
semua kultur berikutnya dicatat secara terperinci, untuk produksi vaksin karena mengandung agens
dan jika bahan asal manusia atau hewan digunakan, ensefalopati spongiform.
harus bebas dari agens asing <72> dan harus
memenuhi Keamanan virus Histori benih sel Informasi berikut
Jika larutan albumin manusia digunakan harus didokumentasikan: metode yang digunakan untuk
memenuhi persyaratan yang tertera pada Larutan mengisolasi benih sel; metode kultur; prosedur lain
Albumin Manusia. yang digunakan untuk membuat BSI, terutama
Jika serum sapi digunakan, harus memenuhi yang mungkin mencemari sel dari agens asing.
persyaratan yang tertera pada Serum Sapi. Informasi lengkap mungkin tidak tersedia pada
Tripsin yang digunakan untuk pembuatan kultur sel komposisi media yang digunakan sebelumnya
diuji dengan metode yang sesuai dan terbukti steril untuk kultivasi sel, misalnya pada sumber bahan
serta bebas mikoplasma dan virus, kecuali yang hewan; Jika disetujui oleh otoritas obat terkait,
berasal dari produk rekombinan, bank sel yang sudah mapan menggunakan media
tersebut dapat digunakan untuk produksi vaksin.
Benih sel
Data asal sel, histori dan karakterisasi digunakan
untuk menilai kesesuaian benih sel.
(1) Karakter diploid dibuat untuk setiap BSK tetapi menggunakan sel sesuai dengan sel pada atau melebihi level penggandaan populasi
maksimum yang digunakan untuk produksi
(2) Jika sel rentan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis atau spesies lain
farmasiindustri.com
59
Karakterisasi benih sel Sifat berikut ini diperiksa: spesies asal, misalnya, virus simian 40 pada kera
1. Identitas sel, menggunakan metode seperti rhesus, virus Flock house pada sel serangga, atau
analisis isoenzim, uji imunokimia in vitro, virus yang secara tidak sengaja terdeteksi selama
sidik jari asam nukleat dan teknik proses produksi atau melalui penggunaan bahan asal
amplifikasi asam nukleat (NAT); hewan atau tumbuhan. Untuk sel lestari asal
2. Karakteristik pertumbuhan sel dan sifat serangga, dilakukan uji virus spesifik yang relevan
morfologisnya (mikroskopi optik dan dengan spesies asal sel serangga dan arbovirus
elektron); (virus yang ditularkan melalui arthropoda). Panel
3. Sel lestari diploid, karyotipe; virus yang diuji dipilih sesuai dengan kondisi
4. Sel lestari diploid, masa hidup in vitro pengetahuan ilmiah saat ini. Uji transkriptase balik
dalam hal level penggandaan populasi. tidak diperlukan untuk lini sel yang
mengekspresikan partikel retroviral endogen (misal.
Stabilitas substrat sel sel hewan pengerat) karena hasil uji diharapkan
Viabilitas sel dalam penyimpanan yang sesuai harus positif, dan dengan demikian uji infektivitas harus
dilakukan. Untuk produk tertentu yang dibuat dalam dilakukan untuk menentukan apakah partikel
sel lestari, perlu ditunjukkan bahwa produksi yang retroviral endogen ini infektif atau tidak.
konsisten dapat diperoleh pada pasase dan/atau level Sel lestari yang menunjukkan retrovirus infektif,
penggandaan populasi pada awal dan akhir periode tidak dapat digunakan untuk produksi vaksin,
penggunaan yang dimaksud. kecuali dinyatakan lain.
dapat dilakukan untuk mendokumentasikan sifat sel Morfologi sel dideskripsikan dan didokumentasikan
substrat lainnya, seperti kemampuan menginduksi dengan baik.
pertumbuhan sel invasif dalam otot dan/atau
kemampuan sel substrat untuk menginduksi Identifikasi
transformasi sel 3T3. Analisis sidik jari asam nukleat dan beberapa pilihan
metode yang relevan untuk menentukan identitas
Residu DNA sel inang sel:
Setiap vaksin yang diproduksi menggunakan sel (1) karakteristik biokimia (analisis isoenzim);
lestari kontinu, kandungan residu DNA sel inang (2) karakteristik imunologis (histokompatibilitas
pada produk akhir harus diuji dan ditentukan batas antigen, uji imunokimia in vitro);
maksimal yang dapat diterima berdasarkan analisis (3) penanda sitogenetik;
risiko, dengan mempertimbangkan: (4) NAT.
(1) Sifat sel substrat (non-tumorigenik, level
tumorigenisitas) dan sumber asalnya Sel kontaminan
(manusia/non-manusia); Analisis sidik jari asam nukleat dilakukan untuk
(2) Keberadaan senyawa kimia seperti identifikasi, dan juga untuk melihat apakah bebas
betapropiolakton dan/atau penggunaan DNase dari sel kontaminan.
untuk menginaktivasi aktivitas biologis yang
potensial (onkogenisitas, infektivitas) dari Kontaminasi bakteri dan jamur
residu DNA sel inang; BSI dan BSK memenuhi syarat uji sterilitas <71>.
(3) Kemampuan proses untuk mengurangi jumlah Gunakan 10 mL supernatant dari biakan sel untuk
dan ukuran residu DNA sel inang yang setiap media. Lakukan pengujian pada 1% wadah,
mencemari; dengan minimum 2 wadah.
(4) Tujuan penggunaan vaksin (contoh: rute
pemberian); Mikobakteria
(5) Metode yang digunakan untuk mengukur Jika sel rentan terhadap infeksi Mycobacterium
residu DNA sel inang. tuberculosis atau spesies lain, BSI dan BSK harus
Secara umum, proses purifikasi vaksin parenteral memenuhi syarat untuk uji mikobakteria <73>.
dapat mengurangi residu DNA sel inang dalam NAT <1389> dapat digunakan sebagai metode
produk akhir hingga kurang dari 10 ng per dosis, alternatif jika telah divalidasi dan dapat
namun kriteria keberterimaan harus disetujui oleh dibandingkan dengan metode kultur.
instansi yang berwenang.
Jika studi validasi (contoh: spiking studies Mikoplasma <74>
menggunakan distribusi ukuran DNA yang sesuai) BSI dab BSK memenuhi syarat. Gunakan satu atau
telah dilakukan dan reprodusibilitas proses produksi lebih wadah.
dalam mengurangi DNA sel inang residu hingga
tingkat yang diharapkan terbukti, uji DNA sel inang Spiroplasma
residu dapat dihilangkan dengan persetujuan dari Spiroplasma dapat masuk ke dalam sel substrat
instansi yang berwenang. melalui kontaminasi bahan yang berasal dari
tanaman atau sel lestari serangga. BSI dan BSK
Karakterisasi kromosom harus bebas dari spiroplasma yang diuji
Sel lestari diploid menunjukkan karakteristik menggunakan metode tervalidasi yang disetujui oleh
diploid. Karakterisasi sel lestari diploid yang lebih instansi yang berwenang. Metode NAT untuk
lengkap dengan analisis karyotipe diperlukan jika deteksi mikoplasma <74> dapat digunakan untuk
penghilangan sel utuh selama proses setelah panen mendeteksi spiroplasma setelah divalidasi dan
belum tervalidasi. Sampel dari 4 pasase yang disetujui oleh instansi yang berwenang. Gunakan
masing-masing pasase berjarak sama dan melebihi satu atau lebih wadah untuk pengujian.
masa hidup sel lestari harus diuji. Tidak kurang dari
200 sel pada fase metafase diuji jumlah kromosom Mikroskopi elektron
yang tepat dan untuk frekuensi hiperploidi, BSI diamati menggunakan mikroskop elektron
hipoploidi, poliploidi, kerusakan, dan abnormalitas untuk melihat agens asing. Sel lestari dipelihara
struktural. pada suhu yang secara rutin digunakan untuk
Sel lestari MRC-5, WI-38, dan FRhL-2 diketahui produksi dan diambil pada atau melebihi tingkat
bersifat diploid dan terkarakterisasi dengan baik. penggandaan populasi maksimum. Sebagai
Jika ketiganya tidak dimodifikasi secara genetik, tambahan, sel lestari serangga dipelihara pada suhu
karakterisasi lebih lanjut tidak perlu dilakukan. di atas atau di bawah suhu yang secara rutin
digunakan untuk produksi dan juga untuk perlakuan
METODE UJI UNTUK BIAKAN SEL lain seperti paparan terhadap bahan kimia. Untuk sel
Morfologi lestari serangga, suhu pemeliharaan dan perlakuan
yang digunakan harus disetujui oleh instansi yang
farmasiindustri.com
61
berwenang, beserta dengan jumlah sel yang akan Jika sel lestari menghasilkan partikel retroviral
diamati. (contoh: sel lestari rodent), uji retrovirus
menggunakan:
Uji agens asing dalam biakan sel - Mikroskopi elektron transmisi.
Sel mamalia, sel hidup (setidaknya 107 sel) atau lisat - Uji infektivitas pada sel manusia dan sel
sel yang setara, dalam supernatant biakannya, diko- tambahan yang sesuai (contoh: sel Mus dunni
kultivasi (untuk sel hidup) atau diinokulasi (untuk atau sel SC-1 untuk sel substrat CHO) dengan
lisat sel) pada biakan: metode PERT assay pada beningan, kecuali
(1) Sel diploid manusia ketika sel amplifikasi positif terhadap reverse
(2) Sel ginjal simian kontinu transcriptase, pembacaan dilakukan
(3) Substrat sel selain sel manusia atau simian, menggunakan metode plaque atau fluorescent
berasal dari bets terpisah. focus.
Pada sel lestari serangga, lisat sel diinokulasi pada Sensitivitas metode PERT sangat tinggi, sehingga
biakan sel lapis tunggal dari sel lain, termasuk interpretasi sinyal positif mungkin samar-samar dan
manusia, simian, dan sebagai tambahan, setidaknya keputusan keberterimaan sel substrat didasarkan
satu sel lestari yang berbeda dari yang digunakan pada data yang tersedia.
dalam produksi, yang sesuai untuk virus serangga
dan dapat mendeteksi arbovirus manusia (contoh: Uji pada mencit menyusu
sel BHK-21). Uji dilakukan jika analisis risiko menunjukkan
Hasil ko-kultivasi biakan sel (untuk sel hidup) atau bahwa mitigasi risiko perlu dipertimbangkan
inokulasi biakan sel (untuk lisat sel) diamati efek terhadap semua pengujian pada sel substrat tertentu.
sitopatik selama tidak kurang dari 2 minggu. Jika sel Suntikkan 107 sel hidup atau lisat sel yang setara,
lestari diketahui mampu menumbuhkan dalam beningan biakan pada kelompok anak tikus
sitomegalovirus manusia ataupun simian, biakan sel menyusu dari dua kelahiran yang berumur kurang
diploid manusia diamati selama tidak kurang dari 4 dari 24 jam, tidak kurang dari 10 hewan. Suntikkan
minggu. Biakan sel diploid manusia yang tidak kurang dari 0,1 mL secara intraperitonial dan
diperpanjang selama 4 minggu untuk tujuan 0,01 mL secara intraserebral.
mendeteksi sitomegalovirus manusia atau simian, Amati hewan selama tidak kurang dari 4 minggu.
dapat digantikan dengan metode NAT <1389>. Investigasi hewan yang sakit atau memperlihatkan
Untuk menjaga biakan sel tetap sehat selama abnormalitas untuk menentukan penyebab penyakit.
tambahan waktu 2 minggu, perlu diberikan medium Sel substrat memenuhi syarat pengujian jika tidak
segar atau lakukan subkultur setelah 2 minggu ke ditemukan adanya agens asing. Pengujian valid jika
dalam biakan segar agar dapat mendeteksi virus. tidak kurang dari 80% hewan dari setiap kelompok
Pada akhir periode pengamatan, lakukan uji tetap sehat dan bertahan hingga akhir masa
hemaglutinasi pada beningan biakan atau pada sel pengamatan.
hidup untuk haemadsorbing virus menggunakan sel
darah merah marmot. Jika sel darah merah marmot Uji pada telur (hanya untuk sel substrat avian)
disimpan, simpan pada suhu 5° ± 3° selama tidak Uji dilakukan jika analisis risiko menunjukkan
lebih dari 7 hari. Lakukan analisis terhadap setengah bahwa mitigasi risiko perlu dipertimbangkan
dari biakan setelah inkubasi pada 5° ± 3° selama 30 terhadap semua pengujian pada sel substrat tertentu.
menit dan setengah bagian lainnya setelah inkubasi Suntikkan inokulum 106 sel hidup atau lisat sel yang
pada 20° - 25° selama 30 menit. Uji haemaglutinasi setara, dalam supernatant biakan ke dalam rongga
tidak dapat digunakan untuk arbovirus. alantoik 10 telur ayam berembrio bebas patogen
Uji dinyatakan valid jika tidak kurang dari 80% spesifik berusia 9-11 hari <1411> dan ke dalam
biakan sel tetap hidup. Sel substrat memenuhi syarat kantung kuning telur 10 telur ayam berembrio bebas
pengujian jika tidak ditemukan adanya agens asing. patogen spesifik berusia 5-7 hari. Inkubasi selama
tidak kurang dari 5 hari. Uji cairan alantoik
Retrovirus menggunakan sel darah merah mamalia dan avian
Jika sel lestari belum diketahui menghasilkan untuk mengetahui terbentuknya haemaglutinin,
partikel retroviral, periksa keberadaan retrovirus lakukan pada suhu 5° ± 3° dan 20°- 25°, baca hasil
menggunakan: setelah 30-60 menit. Sel substrat memenuhi syarat
(1) ―Product-enhanced reverse transcriptase‖ pengujian jika tidak ditemukan agens asing.
(PERT) assay dilakukan terhadap supernatant Pengujian valid jika tidak kurang dari 80% embrio
bank sel menggunakan sel pada atau melebihi tetap sehat dan bertahan hingga akhir masa
level penggandaan populasi maksimum yang pengamatan.
digunakan untuk produksi
(2) Mikroskopi Elektron Transmisi
Jika uji (1) dan/atau (2) memberikan hasil positif, Uji untuk virus spesifik
lakukan uji infektivitas pada sel manusia yang Daftar virus spesifik yang akan diuji ditentukan
sesuai dengan metode PERT assay pada beningan. berdasarkan analisis risiko kontaminasi virus sesuai
farmasiindustri.com
62
dengan prinsip-prinsip yang dirinci dalam dieutanasia sebelum uji berakhir, untuk menghindari
Keamanan virus, dan memperhitungkan (tetapi tidak penderitaan hewan yang tidak perlu.
terbatas pada) asal sel dan sumber potensial Pada akhir periode pengamatan, semua hewan
kontaminasi virus (contoh: bahan yang berasal dari termasuk kelompok kontrol positif dieutanasia dan
hewan atau tumbuhan). Uji NAT <1381> dilakukan diamati secara visual dan mikroskopis dari bukti
dengan atau tanpa amplifikasi sebelumnya dalam proliferasi sel yang diinokulasi di tempat
sel. Untuk sel lestari yang berasal dari hewan penyuntikan dan di organ lain (contoh: kelenjar
pengerat, NAT atau uji produksi antibodi dalam getah bening, paru-paru, ginjal, dan hati).
mencit, tikus, ataupun hamster digunakan untuk Semua hewan diamati dan dipalpasi secara berkala
mendeteksi virus dengan spesies spesifik. untuk mengetahui pembentukan nodul di lokasi
penyuntikan. Setiap nodul yang terbentuk diukur
Uji virus menggunakan metode molekular dalam 2 arah tegak lurus, catat hasil pengukuran
lainnya secara teratur untuk melihat pertumbuhan nodul
Sesuai persetujuan dengan instansi yang berwenang, yang progresif. Hewan yang menunjukkan nodul
metode molekular lain (contoh: High Throughput yang mulai mengalami regresi selama periode
Sequencing) dapat digunakan sebagai alternatif uji pengamatan dieutanasia sebelum nodul tidak lagi
in vivo dan metode NAT spesifik, atau sebagai teraba, dan diproses untuk pemeriksaan histologis.
tambahan atau alternatif uji biakan sel in vitro Hewan dengan nodul yang semakin berkembang
berdasarkan analisis risiko. diamati selama 1-2 minggu. Di antara hewan yang
Metode NAT dan metode molekular lainnya tidak mengalami pembentukan nodul, setengahnya
didasarkan pada analisis risiko dan tergantung pada diamati selama 3 minggu dan setengah lainnya
langkah-langkah di mana kontaminan virus dapat diamati selama 12 minggu sebelum dieutanasia dan
ditetapkan. Dalam hal hasil positif dengan metode dilakukan pemeriksaan histologis. Semua hewan
molekuler lain atau uji NAT, uji lebih lanjut harus dinekropsi dan dilakukan pemeriksaan terhadap
dilakukan untuk menentukan apakah asam nukleat pembentukan tumor di lokasi penyuntikan dan organ
yang terdeteksi disebabkan oleh adanya agens asing lain seperti kelenjar getah bening, paru-paru, otak,
yang menginfeksi dan/atau diketahui memiliki risiko limpa, ginjal, dan hati. Semua lesi mirip tumor dan
terhadap kesehatan manusia. lokasi penyuntikan diperiksa secara histologis.
Selain itu, karena beberapa sel lestari dapat
Uji untuk tumorigenisitas in vivo menimbulkan metastasis tanpa pertumbuhan tumor,
Pengujian ini menetapkan perbandingan antara sel setiap kelenjar getah bening regional yang terdeteksi
lestari kontinu dan sel lestari kontrol positif yang dan paru-paru hewan diperiksa secara histologis.
sesuai sebagai pembanding (contoh: sel HeLa atau Pengujian valid jika dari 10 hewan yang disuntik
sel Hep2). dengan sel kontrol positif baku, terdapat tidak
Hewan yang telah terbukti sesuai untuk pengujian kurang dari 9 hewan yang memperlihatkan
ini meliputi: pertumbuhan tumor secara progresif.
(1) Mencit atimik (genotipe Nu/Nu), Pada sel lestari yang berpotensi menimbulkan tumor
(2) Mencit, tikus, atau hamster baru lahir, yang baru, didokumentasikan tingkat tumorigenisitas, dari
diberi perlakuan dengan serum atau globulin berbagai dosis sel substrat (contoh: 105, 106, dan
antitimosit, 107) disuntikkan dalam kelompok berbeda yang
(3) Mencit yang telah dihilangkan kelenjar timus terdiri dari 10 hewan.
(timektomisasi) dan teriradiasi yang telah
direkonstitusi (T-, B+) dengan sumsum tulang
dari mencit yang sehat.
Pada hewan terpilih, sel lestari dan sel kontrol
positif disuntikkan ke dalam kelompok terpisah
terdiri dari masing-masing 10 hewan. Dalam
keduanya, inokulum untuk setiap hewan adalah 10 7
sel yang disuspensikan dengan volume 0,2 mL, dan
penyuntikan dapat dilakukan melalui rute
intramuskular atau subkutan. Hewan yang baru lahir
diberi perlakuan dengan 0,1 mL serum atau globulin
antitimosit pada hari ke-0, 2, 7, dan 14 setelah
kelahiran. Serum atau globulin poten adalah yang
dapat menekan mekanisme kekebalan (imun) hewan
yang sedang berkembang hingga inokulum
berikutnya dari 107 sel kontrol positif yang secara
teratur menghasilkan tumor dan metastasis. Hewan
yang terpengaruh sangat parah dan menunjukkan
pertumbuhan tumor yang progresif, dapat
farmasiindustri.com
63
PEREAKSI
farmasiindustri.com
64
Tetrabutilamonium hidroksida P
Tetrabutilamonium hidroksida 30 hidrat;
C16H37NO.30H2O; BM 799,93; [147741-30-8];
gunakan pereaksi dengan mutu yang sesuai,
mengandung tidak kurang dari 98,0%.
Tambahan
Kalium dikromat LK Timbang saksama 0,4000 g
kalium dikromat P, yang sebelumnya dipanaskan
pada 120⁰ sampai bobot tetap, larutkan dalam 500
mL air. Tiap mL larutan mengandung 0,800 mg
K2Cr2O7.
Perubahan
Asam perklorat dioksan 0,1 N