Anda di halaman 1dari 3

Pencerdasan & Penyadaran 

Politik
MTaufikNT

Salah satu perkara penting yang harus ditanamkan di tengah-tengah umat adalah kesadaran politik
(al wa’yu as siyâsi). Orang yang buta politik tidak akan sadar bahwa kesulitan ekonomi, tinggi rendahnya
biaya hidup, menyebar atau hilangnya penyakit masyarakat, semuanya sangat dipengaruhi oleh keputusan
politik, mereka juga tidak peduli bahwa terkurasnya kekayaan umat, melemahnya nilai tukar mata uang, itu
juga akibat keputusan politik, bukan semata ekonomi.
Membangun kesadaran politik memang banyak hambatannya, orang yang buta huruf relatif mudah diajari
daripada orang yang buta politik, karena orang yang buta huruf biasanya merasa bahwa itu adalah
kekurangan dirinya, sementara orang yang buta politik, mereka bahkan bisa bangga dengan ‘kebutaannya’
tersebut, bahkan mengajak orang lain untuk seperti dirinya.
Yang dimaksud dengan kesadaran politik bukanlah kesadaran tentang situasi-situasi politik,
konstelasi internasional, peristiwa-peristiwa politik, mengikuti politik internasional, atau mengikuti
aktivitas-aktivitas politik. Itu semua adalah hal-hal yang melengkapi kesempurnaannya saja.
Kesadaran politik adalah suatu pandangan kepada alam semesta (universal) dengan susut pandang
yang khas. Pandangan yang universal tanpa melalui sudut pandang yang khas adalah pandangan yang
dangkal, dan bukan merupakan kesadaran politik. Begitu juga pandangan yang bersifat regional adalah
pandangan yang sempit, dan tidak membentuk kesadaran politik.
Kesadaran politik tidak akan sempurna, kecuali dipenuhinya dua unsur. 
Pertama = adanya pandangan yang universal, yang tidak terbatas pada negeri-negeri tertentu.
Kedua = pandangan tersebut harus bertolak dari sudut pandang yang khas, dari manapun asalnya sudut
pandang tersebut, baik itu mabda`/ideologi ataupun ide-ide tertentu.
Hanya saja, jika sudut pandang yang khusus tersebut merupakan suatu mabda`, maka kesadaran
politik yang terbentuk akan bersifat langgeng (fixed), tidak akan bergeser atau berubah dari tujuan yang
akan dicapainya. Bagi seorang muslim, sudut pandang ini seharusnya adalah akidah Islam. Kalimat Lâ
Ilâha IllaLLâh Muhammadur Rasûlullah-lah yang akan menjadi dasar/asas pandangannya sekaligus
menjadi sudut pandang dalam melihat berbagi fenomena, dengannya dia berpijak, dengannya dia ingin
hidup dan dengannya pula dia ingin kelak dibangkitkan di yaumul makhsyar.

Perjuangan; Buah Kesadaran Politik


Suatu kesadaran politik, dengan sendirinya memastikan adanya perjuangan pada diri manusia
yang dikerahkan untuk membentuk persepsi tertentu tentang kehidupan dimanapun dia berada.
Pembentukan persepsi ini merupakan tanggung-jawab utama yang diemban oleh orang-orang yang telah
memiliki kesadaran politik. Ia tidak akan merasa tenang, kecuali menghadapi segala macam kesulitan
untuk memenuhi tanggung jawabnya.
Orang yang memiliki kesadaran politik, pasti akan menerjunkan diri dalam kancah
perjuangan melawan setiap pandangan yang berlawanan dengan pandanganan/persepsinya. Sekaligus
melakukan perjuangan untuk menanamkan pandangannya di tengah-tengah masyarakat.
Maka dari itu, orang yang memiliki kesadaran politik akan berbenturan dengan berbagai problem
pada saat dia bersinggungan dengan fakta, manusia, dan juga problem-problem kehidupan yang tidak
selaras dengan pandangan politiknya.
Tidak heran jika Rasulullah saw akhirnya bersitegang dan berbenturan dengan masyarakat Arab
saat itu, ini tidak lain karena Beliau bukan saja berupaya menanamkan pandangan Islam di masyarakat,
namun juga melawan dan menjelaskan kekeliruan pandangan masyarakat ketika itu.

Hati-Hati Menafsirkan Realitas

Jika realitas di masyarakat tidak sesuai dengan sudut pandang politik seseorang, maka orang yang
memiliki kesadaran politik tentu akan mengalami benturan pandangan dengan masyarakat tersebut.
Hanya saja, karena dia berpegang teguh dengan sudut pandang yang khusus, juga karena adanya
perasaan dan kecenderungan tertentu terhadap sudut pandang itu, baik kecenderungan itu muncul secara
alamiah maupun ideologis, maka dikhawatirkan –jika dia tidak menyadari— dia akan memberi warna atas
realitas dengan warna yang dia inginkan, akan menafsirkan pemikiran sesuai dengan yang dia kehendaki,
atau akan memahami berita sesuai dengan kesimpulan yang ingin dia peroleh.
Karenanya, dia wajib berhati-hati dari dominasi kecenderungannya terhadap berbagai pendapat
dan berita. Sebab, kecintaan dirinya pada sesuatu, atau pada sebuah partai, atau pada sebuah ideologi,
mungkin saja mengakibatkan dia menafsirkan suatu pendapat sebagai benar padahal dusta, atau
mengkhayalkannya sebagai dusta padahal benar. Karena itu, seseorang yang berkesadaran politik harus
mempunyai kejelasan akan perkataan yang dia ucapkan atau aktivitas yang dia lakukan.Adapun yang
berkaitan dengan fakta, baik berupa benda-benda maupun kejadian-kejadian, dia harus memahaminya
secara inderawi dan menginderanya secara logis, namun harus tetap objektif sebagaimana adanya, bukan
sebagaimana yang dia kehendaki.
Adapun yang berkaitan dengan pemikiran, dia harus memahaminya secara objektif lalu
memindahkan dari benaknya ke luar benak dan melihat dengan mata hatinya fakta yang dia gambarkan
mengenai pemikiran itu, lalu memahami pemikiran itu sesuai dengan pandangannya terhadap fakta yang
ditunjukkan pemikiran, secara objektif sesuai dengan apa yang ada, bukan sesuai dengan apa yang
dikehendakinya.
Memang benar terkadang suatu ungkapan bisa berupa
ungkapan metaforis (majas), alegoris (perumpamaan), atau sindiran (kinayah). Suatu ungkapan kadang
berupa sebuah kalimat yang maknanya terdapat dalam kalimat itu, bukan terdapat dalam kata-kata yang
menyusunnya. Namun semua itu tidak menghalanginya untuk memindahkan ungkapan itu ke luar benak,
dan melihat fakta yang ditunjukkan oleh ungkapan itu sesuai dengan makna bahasa dan apa yang dikatakan
oleh ahli bahasa tentang maknanya.
Kesadaran politik tidak berarti harus menguasai setiap keadaan yang ada di dunia, segala sesuatu
yang menyangkut mabda`, atau menguasai apa yang harus dijadikan sudut pandang tertentu yang bersifat
universal. Akan tetapi kesadaran politik cukup ditunjukkan dengan adanya pandangan tertentu yang
universal, tanpa memandang apakah pengetahuan yang dimilikinya tentang pandangan tersebut banyak
atau sedikit, serta menjadikan pandangan tersebut bertolak dari sudut pandang tertentu, tanpa memandang
apakah pengetahuannya tentang sudut pandang tersebut sedikit atau banyak.
Hanya dengan adanya pandangan yang bersifat universal dan sudut pandang tertentu, sudah
menunjukkan adanya kesadaran politik. Walaupun tingkat kesadaran itu bisa berbeda-beda, tergantung
perbedaan pengetahuan tentang masyarakat dan negara-negara di dunia. Sebab yang dimaksud dengan
“pandangan yang bersifat universal ini” adalah terfokus pada “pandangan tentang keadaan manusia” yang
hidup di bumi ini. Sedangkan yang dimaksud dengan “pandangan yang bertolak dari sudut pandang
tertentu” adalah terfokus pada persepsi yang dimilikinya tentang kehidupan dan dijadikan sebagai sudut
pandangnya.
Seseorang tidak dapat dikatakan memiliki kesadaran politik, jika ia mengatakan sesuatu dan
berbuat berlawanan dengan apa yang ia katakan; atau ia memiliki pendapat tertentu, tetapi tidak berusaha
menerapkannya. Sesungguhnya orang yang menganut suatu ideologi atau suatu ide tertentu yang memiliki
kesadaran politik terhadapnya, maka kesadaran itu akan tampak dalam aktivitas perbuatannya, bukan
hanya tampak dalam bentuk pidato, tulisan, atau diskusi-diskusi. Selama pemikiran-pemikiran yang
dimilikinya belum menjelma dalam aktivitas perbuatannya, maka sudah selayaknya ia maupun orang lain
meragukan adanya kesadaran politik tersebut atau paling tidak adanya kesadaran yang benar dalam dirinya.

Pencerdasan Politik
Pencerdasan politik adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran politik, hal ini bisa dilakukan dengan
senantiasa melatih keempat hal berikut :
1. Melakukan monitoring peristiwa/berita/informasi-informasi politik.
2. Menguraikan merinci dan dan mengkaji peristiwa/berita/informasi-informasi politik yang dia
monitoring.
3. Memberikan pendapatnya berkaitan dengan peristiwa/berita/informasi-informasi politik tersebut kepada
manusia.
4. Haruslah pendapatnya bersumber dari sudut pandang khusus yang berkaitan dengan pandangan hidup,
yang dalam hal politik Islam, maka semua pendapatnya bersumber dari ‘aqidah Islam.
Harus disadari bahwa memperhatikan urusan kaum muslimin, ke arah mana pemikiran mereka,
apa saja rencana-rencana yang akan ditimpakan oleh musuh kepada mereka lalu menyikapinya dengan
sudut pandang Islam, dan membongkar makar yang akan ditimpakan kepada umat, semua itu adalah
aktivitas yang mulia.

Diriwayatkan dari Hudzaifah r.a bahwa Rasulullah bersabda:

‫ َو َم ْن لَ ْم‬،‫ْس ِمنَ هَّللا ِ فِي َش ْي ٍء‬


َ ‫ فَلَي‬،َ ‫ق هَّللا‬ َ ‫ فَلَي‬،‫َم ْن أَصْ بَ َح َوال ُّد ْنيَا أَ ْكبَ ُر هَ ِّم ِه‬
ِ َّ‫ َو َم ْن لَ ْم يَت‬،‫ْس ِمنَ هَّللا ِ فِي َش ْي ٍء‬
َ ‫ فَلَي‬،ً‫َي ْهتَ َّم لِ ْل ُم ْسلِ ِمينَ عَا َّمة‬
‫ْس ِم ْنهُ ْم‬
“Barang siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar, maka itu tidak ada apa-apanya di
sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah, maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah,
dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan
golongan mereka.”

Anda mungkin juga menyukai