PERJALANAN DAKWAH
HIZBUT TAHRIR
2 Nuqthatul Inthilaq
membangun institusinya dengan hati-hati, serta
menjernihkan suasana imannya dengan
sejernih-jernihnya, namun Hizb harus tetap melakukan
4 (empat) aktivitas dakwahnya. Hizb harus tetap
melanjutkan kegiatan berikut : 1) pembinaan intensif, 2)
pembinaan umum, 3) mengadopsi
kepentingan-kepentingan umat (tabanni mashalih al
ummah), dan 4) membongkar strategi penjajah
kepada masyarakat luas.
Agar Hizb mampu menghadapi masyarakat dan
melakukan tugas-tugas yang dipikulnya, Hizb harus
menyadari keadaan masyarakat dan memahami
berbagai situasi dan kondisi masyarakat secara
mendalam. Memahami masyarakat bukanlah tugas
pemimpin Hizb saja, melainkan menjadi tugas Hizb
secara keseluruhan. Sebab Hizb merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Bahkan lebih dari itu,
Hizb merupakan satu kesatuan pemikiran dan
perasaan yang telah mengalami kristalisasi pemikiran
dan perasaan, dikarenakan kedalamannya dalam
berpikir dan kepekaannya dalam merasakan sesuatu.
Ketika memasuki titik tolak perjalanan dakwah
(nuqthatul inthilaq), Hizb akan menghadapi hal-hal
berikut :
Nuqthatul Inthilaq 3
1. Meskipun umat Islam seluruhnya menyadari benar
bahwa mereka berada dalam kondisi yang buruk dan
membutuhkan kehadiran pemimpin yang ikhlas, penuh
kesadaran, dan mampu merasakan keadaan mereka,
namun kesadaran tersebut masih kabur dan perasaan
mereka pun masih mengambang, timbul-tenggelam.
Pemikiran umat masih lemah dan perasaan mereka
pun tidak peka. Mereka masih didominasi oleh
berbagai pemikiran dan pandangan yang campur aduk,
serta dicengkeram oleh berbagai perasaan yang
simpang-siur yang nyaris saling bertentangan satu
sama lain. Jadi umat berada pada taraf pemikiran dan
perasaan yang rendah.
4 Nuqthatul Inthilaq
3. Meskipun Dunia Islam kosong dari semua gerakan
politik, bahkan nyaris tidak ada sama sekali aktivitas
politik, namun penjajah telah meletakkan Dunia Islam
dalam situasi dan kondisi yang memunculkan
aktivitas-aktivitas yang menyerupai aktivitas politik
yang kemudian disebut aktivitas politik dan
memunculkan berbagai organisasi dengan beragam
bentuknya, yang kemudian sebagiannya disebut
organisasi politik. Inilah yang menyebabkan
masyarakat terkecoh sehingga mereka menduga
aktivitas tersebut merupakan aktivitas politik dan
organisasinya merupakan organisasi politik. Dugaan
inilah yang membuat masyarakat berada di bawah
penguasaan organisasi-organisasi tersebut. Dugaan
itu pula yang membuat mereka menjadi ajang
aktivitas-aktivitas organisasi tersebut.
Nuqthatul Inthilaq 5
hidup pada taraf yang lebih rendah daripada taraf
berpikir yang normal (at tafkir aladi), bahkan tidak
sampai ke taraf berpikir yang normal. Oleh karena itu,
organisasi-organisasi itu belum sampai ke taraf
organisasi partai politik dalam pengertian politik yang
sesungguhnya, bahkan belum sampai ke taraf
organisasi partai politik menurut istilah politik
kontemporer. Ini merupakan hal yang umum terjadi di
hampir seluruh negeri-negeri Islam.
6 Nuqthatul Inthilaq
mengikuti format-format ini dalam aktivitasnya
sekalipun mereka tidak merasakan kepuasan.
Nuqthatul Inthilaq 7
selama peraturannya tidak diterapkan atas mereka.
Umat Islam sekarang ini sedang ditarik oleh berbagai
organisasi dan pemikiran yang beragam. Padahal,
kekuatan pemikiran yang dominan mempunyai
pengaruh yang besar pada diri umat, yang bahkan
lebih kuat dibanding kekuatan apa pun. Karena itu,
umat akan tertarik pada organisasi yang mengemban
pemikiran yang sedang dominan di tengah umat.
Secara pasti, pemikiran-pemikiran ini akan
mendominasi segalanya. Akibatnya, metode
organisasi partai atau organisasi masyarakat yang
dominan itulah yang menjadi tradisi umat. Dan wajar
pula, jika aktivitas yang menjadi kebiasaan
kelompok-kelompok tersebut menjadi sesuatu yang
biasa pula bagi umat. Karena itu, umat akan selalu
memenuhi ajakan yang muncul dalam demonstrasi,
protes massal, intimidasi, serta pidato-pidato yang
emosional, meskipun umat menyadari ketumpulannya.
Karena itu, umat harus dipersiapkan sebelum
melakukan tindakan.
8 Nuqthatul Inthilaq
perasaannya dan menajamkan kepekaannya,
menjadikan kerinduannya untuk mengemban dakwah
Islam melebihi kerinduannya kepada yang lain, serta
menjadikan Islam sebagai satu-satunya pusat
kewaspadaannya yang alami. Ini sama halnya dengan
memerangi ketidakpedulian yang merajalela di tengah
umat, dan menggerakkan berbagai peristiwa yang
dapat menyadarkan umat dari tidurnya serta
membuang jauh-jauh ketidakpedulian dari dalam
dirinya. Semua ini mengharuskan agar tsaqafah Hizbut
Tahrir menjadi acuan serta mendominasi di
tengah-tengah masyarakat, dan mengharuskan pula
agar tsaqafah Islam secara umum menjadi
satu-satunya tsaqafah yang menguasai semua orang.
Nuqthatul Inthilaq 9
menjelaskan tsaqafahnya, namun juga dengan
menerapkan metode tersebut pada berbagai peristiwa
sehari-hari yang terjadi di dunia, baik yang
berhubungan dengan politik internasional maupun
politik di negeri-negeri Islam. Ini menuntut kecepatan
aktivitas politik yang terwujud nyata dalam kegiatan
mengadopsi kepentingan umat (tabanni mashalih al
ummah) serta membongkar strategi-strategi penjajah.
10 Nuqthatul Inthilaq
dakwah, namun penjajah tetap meletakkannya
semata-mata agar dapat memalingkan dakwah.
Karena itu, wajib dihindari sejauh mungkin benturan
dengan tembok penghalang ini dan juga dengan
semua tembok yang ada. Sebab, tembok-tembok
tersebut wajib digunakan untuk membangun benteng,
bukan untuk menjadi penghalang jalan. Dengan kata
lain, ketiga kelompok tersebut wajib dimanfaatkan
untuk kepentingan dakwah, atau setidaknya perlu
dipahami dan menjadi jelas bagi mereka maupun
semua pihak, bahwa ketiga kelompok itu adalah alat
penjajah kafir, sehingga dengan demikian Hizb dapat
melenyapkan pengaruhnya, jika tidak mampu
mengubah posisinya.
Nuqthatul Inthilaq 11
nasib sekaligus menghancurkan seluruh pemikiran
yang ada.
12 Nuqthatul Inthilaq
muncul gambaran pemerintahan Islam. Begitu juga
tidak boleh mengadopsi ide Keadilan Sosial maupun
ide Perdamaian Dunia, atau pemikiran-pemikiran
non-Islam yang lainnya.
Contoh lain, ketika seorang muslim melihat ada
seseorang yang mengunggulkan Blok Barat ketimbang
Blok Timur dengan alasan Blok Barat adalah Ahli Kitab,
maka pandangannya harus segera diarahkan bahwa
ideologi Kapitalisme tidak identik dengan agama
Nasrani, dan bahwa Blok Barat secara keseluruhan
kehidupannya diatur oleh ideologi Kapitalisme, bukan
oleh agama Nasrani. Jadi dalam hal ini tidak ada
hubungannya dengan pembahasan Ahli Kitab. Apabila
seorang muslim melihat seseorang berpendapat
bahwa tersebarnya praktik dosa besar, seperti
minuman keras, berzina, atau mencuri adalah akibat
hilangnya akhlak, maka pandangannya harus segera
diarahkan bahwa itu semua adalah akibat tidak
diterapkannya had syari (sanksi yang ditetapkan
syara), di mana keharaman-keharaman yang
ditetapkan oleh Allah tidak akan dapat dijaga kecuali
dengan adanya penerapan had syari yang ditetapkan
Allah.
Meskipun mengemban ideologi Islam tidak
akan terwujud kecuali jika dilaksanakan secara
Nuqthatul Inthilaq 13
sempurna, yaitu mengemban fikrah dan thariqahnya,
akan tetapi, secara khusus thariqah wajib diemban
dengan tujuan untuk diterapkan, serta wajib dijelaskan
kepada semua orang. Sebab kebanyakan kesalahan
dan kekaburan yang menimpa gerakan-gerakan
terdahulu dan juga menimpa kebanyakan orang,
adalah pada aspek thariqahnya.
14 Nuqthatul Inthilaq
14. Perhatian yang tinggi pada pemantapan
persepsi-persepsi yang diadopsi oleh Hizb tentang
Islam dan politik, mengharuskan para pengemban
dakwahnya berstatus sebagai hizbiyin (anggota Hizb).
Karena itu, setiap orang yang sedang belajar (daaris),
meskipun ide Hizb telah berinteraksi dengannya, tetap
diasumsikan belum mengetahui makna organisasi
politik dan belum memahami makna hubungan
kepartaian (alaqah hizbiyah). Maka dari itu, wajib
dicurahkan perhatian yang cukup untuk menjelaskan
hubungan kepartaian tersebut dalam proses
pembinaan dan dalam setiap kesempatan hingga
daaris tersebut menjadi bagian dari Hizb. Ini hanya
mungkin terwujud setelah dia meleburkan diri dengan
Hizb, baik dari segi fikriyah (pemikiran) maupun
nafsiyah (perasaan). Hubungan pemikiran wajib
dijelaskan, kemudian hubungan kepartaian, sehingga
hubungan aktivitas dalam dakwah nampak dengan
jelas dan alami, dan penyampaian pemikiran serta
kegiatan mengemban dakwah dapat berjalan dengan
sempurna. Dengan cara itulah, pengaruh secara total
akan berhasil diwujudkan, demikian pula aktivitas
kepartaian akan berjalan secara istimewa.
Nuqthatul Inthilaq 15
15. Setiap aktivitas harus mempunyai maksud (target)
yang tergambar jelas sebelum dilaksanakan. Maksud
tersebut merupakan bagian dari suasana keimanan.
Sebab, suasana keimanan ini terbentuk dari keimanan
kepada ideologi, yaitu Islam, serta terbentuk dari
pedoman perbuatan, yaitu dibarenginya pemikiran
dengan perbuatan, yang kedua-duanya diwujudkan
untuk mencapai tujuan tertentu. Bahwa pemikiran dan
perbuatan harus mempunyai tujuan, merupakan
ungkapan lain dari pernyataan bahwa setiap aktivitas
wajib mempunyai maksud. Pemahaman ini wajib
dimiliki oleh Hizb sebagai satu kesatuan, dan wajib
dimiliki oleh setiap anggota Hizb. Hizb harus
memelihara aspek ini dan mewujudkannya pada
semua pihak.
16 Nuqthatul Inthilaq
menunggu kedatangan situasi dan akibat-akibat yang
dibawanya, sebaliknya Hizb harus menciptakan serta
memanfaatkan situasi yang terjadi.
Yang dapat menghindarkan diri dari sikap
menyerah pada nasib dan bergantung pada situasi
adalah adanya penetapan maksud dari suatu aktivitas,
kontinuitas berpikir dalam dakwah serta ketekunan
dalam menjalankan dakwah, dan tidak adanya
kecenderungan pada situasi yang terjadi secara
kebetulan tanpa mengerahkan usaha apa pun.
Hubungan sebab-akibat juga wajib mendominasi
pemikiran, di samping meniadakan kecenderungan
pada apa yang dirasakan manusia secara internal,
sekalipun perasaan tersebut adalah benar.
Nuqthatul Inthilaq 17
sesuai situasi-kondisi yang ada yang kadang belum
pernah diprediksi. Karena itu, taktik harus selalu
dinamis dan berubah.
18 Nuqthatul Inthilaq
secara internasional ke seluruh dunia untuk
mengalahkan seluruh qiyadah fikriyah lain dalam
segala aspek kehidupan. Hizbut Tahrir harus
menyadari bahwa dia wajib memikul tugas tersebut.
Karena itu, aspek pemikiran tetap menjadi asas
kegiatan Hizb. Aspek pemikiran ini (yang harus selalu
dibarengi dengan aktivitas politik) adalah tumpuan
utama kegiatan Hizb. Maka dari itu, Hizb harus selalu
mencermati kondisi politik internasional dan kondisi
politik di negeri-negeri Islam, terutama kondisi politik
di tempat dia berkiprah. Hizb juga harus berusaha
untuk menjadikan pemikiran Islam sebagai
satu-satunya bahan diskusi dan bahan kajian di
seluruh negeri-negeri Islam. Di samping itu Hizb juga
harus selalu mencermati pemikiran yang berkembang
di tengah masyarakat di negeri-negeri Islam.
Nuqthatul Inthilaq 19
mengetahui semua itu agar Hizb dapat menancapkan
tsaqafahnya ke dalam jiwa masyarakat. Sebab
tsaqafah tersebut bak kayu bakar yang dibakar di
tengah masyarakat yang selanjutnya akan
mengalirkan panas dan mengubah masyarakat. Hizb
harus mengetahui semua itu agar mampu
mengangkat derajat umat mencapai taraf dimana
mereka memahami secara sadar dan mempunyai
perasaan secara benar, bahwa keberadaannya di
dunia adalah demi Islam semata dan demi
mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia, dan
bahwa Hizbut Tahrir adalah partai yang sedang
melaksanakan tugas ini.
20 Nuqthatul Inthilaq
Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah reaksi
naluriah yang muncul seperti gembira, sedih, rela, dan
marah. Ini metode untuk pemikiran dan perasaan yang
muncul, serta pemikiran dan perasaan yang
dikukuhkannya. Sedangkan metode untuk pemikiran
dan perasaan yang telah ada, caranya dengan
mencermati topik-topik yang menjadi bahan
perbincangan masyarakat, serta mencermati perasaan
yang muncul pada masyarakat. Misalnya,
perbincangan kaum muslimin dewasa ini tentang
koperasi dan perseroan terbatas (PT), padahal
seharusnya mereka membicarakan tentang Syirkah
Inan atau Syirkah Mudharabah. Seperti pula
kemarahan mereka yang bangkit karena nasionalisme,
padahal seharusnya mereka marah karena
kehormatan Islam dilanggar. Dengan standar ini,
pemikiran dan perasaan masyarakat akan dicatat dan
direkam. Hizb juga harus memperhatikan semua
lapisan masyarakat, baik kalangan intelektual maupun
yang lainnya, sebab pemikiran suatu komunitas
(jamaah) adalah sama, begitu juga perasaannya.
Nuqthatul Inthilaq 21
menjelaskan kekeliruannya. Juga dengan cara
mengubah perasaan gembira terhadap sesuatu yang
seharusnya seorang muslim tidak boleh bergembira,
menjadi gembira terhadap sesuatu yang memang
sudah semestinya dia bergembira, atau perasaan
marah terhadap sesuatu yang semestinya seorang
muslim tidak boleh marah, menjadi marah terhadap
sesuatu yang sudah semestinya dia marah. Karena itu,
Hizb harus benar-benar mengetahui reaksi yang
ditimbulkan oleh pelbagai peristiwa dan pemikiran,
yaitu mengetahui tanggapan positif masyarakat akibat
adanya peristiwa dan pemikiran : apakah
menimbulkan tanggapan positif ataukah tidak? Jika
menimbulkan tanggapan positif, berarti masyarakat
membenarkan atau menerima peristiwa dan pemikiran
yang terjadi, karena itu yang harus dilakukan adalah
menjelaskan kekeliruan pemikiran dan mengubah
perasaan yang ada. Jika tidak menimbulkan
tanggapan positif, berarti tidak perlu bersibuk diri
dalam masalah tersebut, sebab itu sama artinya
dengan melakukan perbuatan yang sia-sia.
22 Nuqthatul Inthilaq
mana reaksi yang muncul ketika terjadi upaya
perubahan persepsi itu. Yaitu, apakah upaya Hizb
mengubah persepsi masyarakat yang keliru
menimbulkan tanggapan positif (berpengaruh) pada
mereka ataukah tidak? Jika menimbulkan tanggapan
atau pengaruh positif, berarti pemikiran yang diberikan
oleh Hizb telah berhasil membentuk persepsi pada diri
mereka. Hal itu juga menunjukkan bahwa tindakan
mereka mengambil pemikiran Hizb adalah benar-benar
untuk mengubah persepsi mereka. Lain masalahnya
jika tidak muncul tanggapan positif pada mereka,
sedang mereka memahami pemikiran Hizb. Dalam
keadaan demikian, mereka mengambil pemikiran Hizb
hanya sebagai informasi belaka, tidak digunakan untuk
mengubah persepsi.
Nuqthatul Inthilaq 23
menyintai Hizb dan juga tidak membencinya, tetapi
menyikapi Hizb dengan sikap masabodoh atau tidak
peduli?
24 Nuqthatul Inthilaq
Dengan demikian, Hizb akan dapat menjamin
berlangsungnya transformasi umat Islam dan
terwujudnya tahap revolusi pemikiran dan perasaan.
Nuqthatul Inthilaq 25
mereka harus terdorong dengan kuat oleh perasaan
mereka bahwa pemikiran-pemikiran itu harus
diwujudkan dalam realitas kehidupan. Dengan
demikian, pemikiran telah berubah menjadi persepsi
yang akan mendorong manusia untuk melakukan
tindakan. Pemikiran Islam ini harus betul-betul mantap
tertanam dalam diri individu maupun masyarakat,
sehingga membuat pemikiran itu mengakar dan
menancap kuat, serta mampu menghasilkan kekuatan
dan pengaruh sehingga akhirnya dapat menimbulkan
perubahan yang menyeluruh. Pada saat itulah
perubahan dan transformasi umat akan terjadi.
26 Nuqthatul Inthilaq
bertentangan dengan aqidah mereka, bahkan sesuai
dengan aqidah mereka. Karena itulah, pemikiran
tersebut tidak kukuh tertanam dalam benak mereka,
meskipun mereka bertindak sesuai dengan pemikiran
itu. Jika mereka yakin bahwa pemikiran tersebut
bertentangan dengan aqidah mereka, mereka akan
segera meninggalkannya dan kembali kepada
pemikiran Islam. Dengan kembalinya mereka kepada
pemikiran Islam, akan terjadi perubahan dalam
masyarakat.
Nuqthatul Inthilaq 27
29. Di masyarakat terdapat kerancuan antara
pemikiran yang lahir dari metode akliah (thariqah
aqliyah) dengan pemikiran ilmiah yang lahir dari
metode ilmiah (thariqah ilmiah). Dengan kerancuan
tersebut, mereka menganggap psikologi sebagai sains
(ilmu pengetahuan) dan pemikiran-pemikirannya
mereka anggap sebagai pemikiran-pemikiran ilmiah,
karena diperoleh dari pengamatan yang terus menerus
terhadap anak-anak dalam situasi dan kondisi yang
berbeda pada tingkat usia yang tidak sama. Mereka
menganggap pengamatan yang berulang-ulang ini
adalah eksperimen. Padahal berbagai pemikiran
dalam psikologi sebenarnya bukan pemikiran ilmiah,
melainkan pemikiran akliah. Sebab eksperimen ilmiah
adalah meletakkan materi pada kondisi-kondisi dan
faktor-faktor yang berbeda dengan kondisi-kondisi dan
faktor-faktornya yang asli di alam, lalu melakukan
pengamatan terhadapnya. Dengan kata lain, yang
disebut dengan eksperimen adalah eksperimen
terhadap materi sebagaimana eksperimen dalam ilmu
alam dan ilmu kimia. Adapun pengamatan terhadap
sesuatu pada waktu dan kondisi yang berbeda,
bukanlah eksperimen ilmiah. Karena itu, pengamatan
terhadap anak-anak dalam situasi dan kondisi serta
tingkat usia yang berbeda-beda tidak termasuk dalam
28 Nuqthatul Inthilaq
pembahasan eksperimen ilmiah sehingga prosesnya
tidak dapat dianggap metode ilmiah, melainkan
hanyalah pengamatan dan pengulangan pengamatan
serta pengambilan kesimpulan. Metodenya adalah
metode akliah, bukan metode ilmiah. Karena itulah,
pemikiran-pemikiran psikologi sebenarnya merupakan
pemikiran-pemikiran akliah dan termasuk kategori
tsaqafah (kebudayaan), bukan sains. Yang sejenis
dengan psikologi adalah ilmu pendidikan dan sosiologi.
Nuqthatul Inthilaq 29
itu kekal. Kemudian tampaklah kesalahannya, dan
terbukti dengan metode ilmiah itu sendiri bahwa
materi itu dapat lenyap. Karena itu, metode ilmiah
tidak boleh dijadikan sebagai asas berpikir. Sebab
metode ilmiah menghasilkan kesimpulan yang zhanni
(bersifat dugaan) tentang keberadaan sesuatu dan
sifat-sifatnya. Sementara metode akliah memberikan
kesimpulan yang qathi (bersifat pasti) tentang
keberadaan sesuatu dan keberadaan sifat-sifat
tertentu pada sesuatu itu. Namun metode akliah
memberikan kesimpulan yang zhanni tentang hakikat
yang sebenarnya dari sesuatu. Dalam hal memutuskan
keberadaan sesuatu, atau keberadaan sifat tertentu
pada sesuatu, metode akliah memberikan kesimpulan
yang pasti dan meyakinkan. Karena itu, metode akliah
wajib dijadikan sebagai asas kajian, karena ia
memberikan kesimpulan yang pasti.
Oleh karena itu, jika terjadi kontradiksi antara
kesimpulan metode ilmiah dengan kesimpulan
metode akliah (mengenai keberadaan sesuatu atau
keberadaan sifat tertentu pada sesuatu itu) maka yang
harus diambil adalah kesimpulan metode akliah.
Kesimpulan metode ilmiah tidak diambil karena ia
bertentangan kesimpulan metode akliah. Sebab yang
harus diambil adalah yang qathi, bukan yang zhanni.
30 Nuqthatul Inthilaq
31. Tugas pokok Hizb adalah mengemban dakwah
Islam. Dengan demikian, aktivitas terpenting Hizb
adalah sebagai berikut :
1) Mengubah metode berpikir yang sedang
berlaku di dunia dengan metode berpikir Islam.
2) Mengubah dasar pemikiran (qa`idah fikriyah)
yang digunakan masyarakat sebagai dasar
pemikiran-pemikiran mereka dengan dasar
pemikiran Islam.
3) Mengubah pemikiran-pemikiran yang mereka
emban dengan pemikiran-pemikiran Islam.
4) Menghubungkan seluruh pemikiran yang ada
dengan dasar pemikiran Islam.
Mengubah metode berpikir harus dilakukan,
karena dunia yang mengalami kemunduran taraf
berpikir, termasuk Dunia Islam, berpikir secara dangkal
karena metode berpikirnya dangkal dan lemah. Maka
metode berpikirnya harus diubah menjadi metode
berpikir yang mendalam. Misalnya, penentangan
terhadap penjajahan dengan pelbagai demonstrasi
dan protes, digantikan dengan upaya mencabut
akar-akar penjajahan melalui mengemban qiyadah
fikriyah Islam dan mendirikan Daulah Islam. Pemikiran
Nuqthatul Inthilaq 31
tentang peningkatan produk nasional digantikan
dengan pemikiran tentang mekanisme
pendistribusiannya. Sebab masalah ekonomi di dunia
timbul dari buruknya distribusi kekayaan (barang dan
jasa), bukan karena minimnya produk nasional. Ini
untuk dunia yang mengalami kemunduran taraf
berpikir.
Sedangkan dunia yang taraf berpikirnya maju,
mereka telah mengalami penyimpangan berpikir dan
tersesat dari jalan yang lurus. Sebab metode
berpikirnya adalah metode berpikir ilmiah. Metode ini
mereka jadikan satu-satunya asas berpikir dan mereka
gunakan untuk menilai semua permasalahan. Dengan
demikian, metode akliah harus dijadikan asas berpikir
mereka, sebagaimana metode ilmiah harus
ditempatkan sebagai salah satu hasil atau cabang dari
metode akliah yang meliputi aspek pengetahuan
ilmiah dan aspek pengetahuan lainnya.
Ini karena metode ilmiah menuntut adanya
penghapusan atau ketiadaan semua informasi
terdahulu mengenai objek yang akan dikaji. Setelah itu
barulah dimulai pengamatan terhadap objek dan
dilangsungkan eksperimen terhadapnya. Yaitu dengan
meletakkan objek tersebut dalam kondisi-kondisi dan
faktor-faktor yang bukan kondisi-kondisi dan
32 Nuqthatul Inthilaq
faktor-faktor aslinya, kemudian dilakukan pengamatan
terhadapnya, dan selanjutnya dari proses tersebut
ditarik kesimpulan mengenai objek tadi sebagai
sebuah realitas materi yang dapat diindera,
sebagaimana yang terjadi di dalam laboratorium.
Berdasarkan proses ini, semua jenis objek yang tidak
dapat diindera secara material, dianggap tidak ada
dalam pandangan metode ilmiah. Dengan demikian,
logika dan sejarah dianggap tidak ada, sebab keduanya
tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, yaitu tidak dapat
dibuktikan dengan cara mengamati objek, melakukan
eksperimen padanya, dan menarik kesimpulan
material terhadap objek-objek yang dapat diindera.
Ini jelas merupakan kesalahan yang fatal.
Sebab, ilmu-ilmu eksperimental hanyalah salah satu
cabang dari pengetahuan serta hanya salah satu
bentuk pemikiran dari sekian pemikiran.
Pengetahuan-pengetahuan lainnya tentang kehidupan
masih banyak dan memang tidak dapat dibuktikan
dengan metode ilmiah, tetapi dibuktikan dengan
metode akliah. Karena itu, metode ilmiah tidak boleh
dijadikan asas berpikir.
Yang harus dijadikan asas berpikir adalah
metode akliah. Metode ini menyatakan bahwa
pemikiran atau pengetahuan akliah, lahir dari proses
Nuqthatul Inthilaq 33
pemindahan penginderaan terhadap objek (realitas
terindera) melalui pancaindera ke dalam otak, lalu
dengan informasi-informasi terdahulu yang ada,
ditafsirkanlah objek tersebut, sehingga otak kemudian
memberikan keputusan tentang objek tersebut.
Keputusan ini adalah pemikiran atau pengetahuan
akliah. Inilah yang menjadi asas berpikir. Melalui
metode akliah ini, diperoleh pengetahuan tentang
fakta-fakta ilmiah, dengan mengadakan pengamatan,
eksperimen, dan penarikan kesimpulan (inferensi).
Melalui metode akliah ini pula, diperoleh pengetahuan
tentang masalah-masalah dalam ilmu logika dan ilmu
yang semisalnya, tentang fakta-fakta sejarah dan
penilaian benar-salah dalam sejarah, serta tentang
pemikiran menyeluruh mengenai alam semesta,
manusia, dan kehidupan, serta mengenai Pencipta
alam semesta, manusia, dan kehidupan, berikut
hubungan kehidupan dunia dengan kehidupan
sebelum dan sesudahnya.
Inilah metode akliah yang wajib dijadikan
metode berpikir yang berlaku di dunia. Dunia harus
menjadikannya sebagai asas berpikir.
Sedangkan mengubah dasar pemikiran
(qa`idah fikriyah) masyarakat, caranya adalah dengan
mengemban qiyadah fikriyah ke seluruh dunia. Dengan
34 Nuqthatul Inthilaq
kata lain, caranya adalah mengemban Aqidah
Islamiyah secara akliah (harus dipahami melalui
proses berpikir), sehingga dasar pemikiran yang ada
pada diri masyarakat dapat berubah. Dasar pemikiran
masyarakat kemungkinan berupa iman yang bersifat
wijdani (melalui naluri, bukan akal) akan adanya Allah
disertai pemisahan iman ini dari kehidupan, atau
berupa pengingkaran terhadap eksistensi Allah.
Semuanya merupakan dasar pemikiran yang tidak
benar yang wajib dilenyapkan, kemudian diganti
dengan dasar pemikiran Islam (Aqidah Islamiyah).
Adapun mengubah pemikiran-pemikiran yang
diemban masyarakat, ditempuh dengan menjelaskan
kesalahan dalam pemikiran mereka dan menerangkan
pemikiran yang sahih untuk menggantikan posisi
pemikiran yang salah tersebut. Metode praktis untuk
menjalankannya adalah dengan cara menghubungkan
pemikiran-pemikiran yang sahih tersebut dengan
tindakan (tasharruf) yang dilakukan masyarakat.
Sebagai contoh, ketika orang
menggembar-gemborkan bahwa kemuliaan itu adalah
milik bangsa Arab, maka mereka diingatkan bahwa
pandangan tersebut bertentangan dengan Islam.
Sebab, kemuliaan itu hanya milik Allah, Rasul-Nya,
serta orang-orang mukmin. Ketika mereka
Nuqthatul Inthilaq 35
mempro-pagandakan nasionalisme Arab, mereka
diingatkan akan wajibnya menyerukan Islam, di mana
Islam telah menyerang fanatisme kesukuan, asal-usul,
dan kebangsaan, yang semuanya merupakan
fenomena nasionalisme. Dengan cara seperti itu,
mereka akan mengetahui kesalahan yang mereka
perbuat, karena tindakan-tindakan mereka
bertentangan dengan syara. Akhirnya mereka akan
mengetahui kesalahan pemikiran-pemikirannya.
Sedangkan menghubungkan
pemikiran-pemikiran dengan dasar pemikiran Islam,
dilakukan melalui dua aktivitas :
Pertama, anggota-anggota Hizb harus menjadi
teladan dalam tindakan-tindakannya dan mengaitkan
segala tindakannya dengan Aqidah Islamiyah,
meskipun itu menyalahi adat-istiadat dan tradisi yang
berlaku, atau menyalahi bangsa dan umat lain yang
telah maju secara material.
Kedua, melibatkan diri dalam semua problem
baru untuk menjelaskan pemecahannya dan
opini-opini yang dominan untuk menerangkan
kekeliruannya serta segera mengoreksi
persepsi-persepsi yang rancu, mengubah
pemikiran-pemikiran yang salah, serta membasmi
36 Nuqthatul Inthilaq
reaksi emosional yang rendah, lalu mengubahnya
menjadi perasaan Islam.
Nuqthatul Inthilaq 37
orang dianggap tidak mempunyai tsaqafah apa pun,
berapa pun tingkat pengetahuannya, baik pengetahuan
yang diterima sebelumnya berupa pengetahuan Islam
atau pengetahuan yang lain. Hizb tetap wajib
membinanya lagi dari awal.
Asumsi terhadap setiap orang ini harus
dilakukan, karena dua alasan :
Pertama, bahwa pemikiran dan potensi akal
terdapat pada semua orang, baik kaum terpelajar
maupun bukan. Mereka berbeda-beda tingkat
pemikirannya, karena adanya perbedaan potensi
alamiahnya, bukan karena bertambahnya informasi.
Sebab tsaqafah Islam kadang-kadang dapat tercetus
dari seorang jenius yang mempunyai pengetahuan
minim. Kejeniusannya dapat mencapai tsaqafah
Islamiyah itu sehingga menjadi nampak sangat jelas
baginya. Pemikirannya maju beberapa langkah
mendahului orang-orang yang mempunyai
pengetahuan lebih banyak dan ilmu yang lebih kaya
darinya. Karena itu, yang menjadi tolok ukur adalah
adanya potensi akal yang harus dijadikan
pertimbangan utama. Sebab potensi akal itulah yang
akan membuat seseorang lebih mampu mengemban
qiyadah fikriyah serta menciptakan revolusi pemikiran
dan perasaan di tengah-tengah masyarakat.
38 Nuqthatul Inthilaq
Kedua, metode berpikir yang dimiliki oleh kaum
terpelajar meskipun mereka mempunyai berbagai
pengetahuan adakanya dangkal atau terpengaruh
dengan metode ilmiah. Keduanya jauh dari metode
berpikir akliah. Selama metode berpikir itu tidak
diubah dan diganti dengan metode berpikir akliah, dan
selama dasar pemikiran dan pemikiran-pemikiran yang
mereka emban juga tidak diubah, maka mereka tidak
dapat dianggap sebagai para pemikir. Karena itu
mereka harus diubah menjadi para pemikir dengan
cara memberikan metode berpikir akliah kepada
mereka sehingga mereka menjadi para pemikir. Atas
dasar itu, Hizb wajib melahirkan para pemikir yang
unggul di tengah-tengah umat.
Nuqthatul Inthilaq 39
“Serulah (mereka) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan peringatan yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS An Nahl : 125).
40 Nuqthatul Inthilaq
pribadi. Ketiga metode dakwah ini wajib diperhatikan,
sebab kebanyakan orang yang dihadapi dalam dakwah
di tengah-tengah masyarakat adalah tiga kelompok
berikut :
Pertama, kelompok yang ingin memahami
Islam dan mengemban dakwah Islam. Namun mereka
ingin memahami Islam melalui proses berpikir sampai
akalnya puas dan hatinya tenang. Kelompok ini harus
didakwahi dengan argumentasi logis dan kajian yang
mendalam. Ini dilakukan melalui pembinaan intensif
yang tidak dapat diperoleh orang kecuali di dalam
halaqah-halaqah. Di dalamnya dia pertama-tama akan
menerima tsaqafah. Setelah itu dia akan membina
halaqah lain. Jadi orang yang dibina dalam halaqah
diseru dengan hikmah, dan orang yang membina
halaqah menyeru dengan hikmah. Inilah proses
pembinaan yang menyadarkan (tsaqafah waiyah) yang
akan melahirkan revolusi pemikiran dalam diri
seseorang serta menjadikan dirinya mampu
melahirkan revolusi pemikiran dalam diri orang lain di
masyarakat.
Kedua, kelompok khalayak ramai, yaitu
orang-orang yang tidak mempunyai cukup waktu,
kesiapan, serta situasi dan kondisi yang
memungkinkan mereka untuk mengikuti pembinaan
Nuqthatul Inthilaq 41
intensif secara terus menerus. Termasuk dalam
golongan ini adalah mereka yang pernah mengikuti
halaqah kemudian berhenti, atau mereka yang sama
sekali belum pernah mengikuti halaqah. Kepada
mereka ini disampaikan dakwah melalui pembinaan
umum (tsaqafah jamaiyah). Proses pembinaan ini
dapat dilakukan dengan ceramah, tulisan, radio, koran,
dan semua sarana publikasi. Tetapi harus dipahami
dengan jelas bahwa pembinaan yang diberikan secara
umum ini wajib memperhatikan aspek pemberian
pengaruh terhadap perasaan ketika kita melakukan
pembahasan yang bersifat akliah atau memberikan
pemikiran yang mendalam. Juga harus tetap
diperhatikan aspek pemberian pengaruh yang
mendalam terhadap akal ketika kita melakukan
pembahasan yang menyentuh perasaan. Dengan
demikian, tsaqafah yang disampaikan tidak melulu
bersifat akliah sehingga menjadi beku dan tidak
disambut dengan baik oleh khalayak ramai. Juga tidak
melulu bersifat emosional sehingga terkesan murahan
dan tidak diterima oleh kalangan intelektual. Perlu
diperhatikan, bahwa pembinaan umum inilah yang
dapat menggerakkan masyarakat dan memberikan
pemahaman kepada mereka. Pembinaan inilah yang
menyebabkan dakwah di tengah masyarakat menjadi
42 Nuqthatul Inthilaq
angin topan dan arus gelombang yang
menghanyutkan. Artinya, pembinaan umum itulah
yang yang akan benar-benar mengendalikan
masyarakat dalam langkah perjuangan dakwah untuk
merealisasikan target-target dakwah. Karena itu,
proses pembinaan umum ini harus diberi perhatian
khusus.
Ketiga, orang-orang yang terpesona dengan
pemikiran-pemikiran lain dan organisasi-organisasi
lain, atau orang-orang yang sedang kebingungan.
Mereka ini adalah penganut pemikiran-pemikiran lain
dan orang-orang yang bingung. Terhadap mereka,
harus dilakukan diskusi mengenai pemikiran Islam.
Mereka harus diajak untuk memahami Islam dan
mengemban dakwah Islam, meskipun sudah pasti
mereka akan menentang dakwah dengan cara
menebarkan keraguan terhadap pemikiran Islam dan
memberikan persepsi-persepsi yang rancu tentangnya
serta menyerang pemikiran Islam. Oleh karena itu,
seorang pengemban dakwah harus berlapang dada
terhadap mereka. Dia harus mengambil posisi sebagai
pihak yang menyerang pemikiran-pemikiran mereka
yang rusak, pemahaman-pemahaman mereka yang
rancu, serta metode-metode berpikir mereka yang
bengkok. Dia harus menjauhi posisi sebagai pihak
Nuqthatul Inthilaq 43
yang diserang dan jangan sampai mau menerima
Islam sebagai pihak yang tertuduh. Dia harus menolak
mentah-mentah semua itu dan segera menjelaskan
pemikiran-pemikiran Islam dengan cara memberikan
penjelasan (bayan) dan uraian (syarah), bukan dengan
cara membela diri secara defensif. Bantahan yang
diberikannya wajib berupa jidal billati hiya ahsan
(perdebatan dengan cara yang baik), yaitu harus
berupa diskusi, bukan debat kusir. Dalam diskusi
tersebut, hendaknya pengemban dakwah waspada
terhadap dua trik di mana penganut pemikiran yang
rusak akan berusaha mengalihkan pembicaraan
dengan dua trik tersebut ketika mereka menyadari
kekalahannya. Trik pertama, yaitu pengalihan
pembicaraan ketika pengemban dakwah hampir
sampai pada kebenaran yang meyakinkan kepada
pembicaraan lain sebelum selesainya pembicaraan
pertama. Pengalihan ini mengakibatkan diskusi hanya
berputar-putar dalam lingkaran kosong, yakni hanya
berpindah-pindah dari satu pembahasan ke
pembahasan lain, sehingga membuang-buang waktu
yang tidak sedikit tanpa pernah sampai kepada tujuan
diskusi. Trik kedua, ketika para penganut pemikiran
rusak itu menyadari kekalahannya, mereka akan
segera mencela dan menyerang pribadi lawan
44 Nuqthatul Inthilaq
diskusinya atau orang-orang yang mendakwahinya. Ini
dapat membuat pengemban dakwah tersebut balas
mencela atau melakukan pembelaan terhadap dirinya
ataupun terhadap pengemban dakwah lainnya. Karena
itu, hendaknya kita waspada terhadap hal ini. Tidak
dibolehkan terlibat dalam pembelaan terhadap diri
pribadi atau terhadap pengemban dakwah yang lain.
Kita harus pula menghindarkan diri membalas celaan,
sebab semua ini merupakan usaha mengalihkan
perhatian dari pemikiran dan proses berpikir yang
mendalam. Padahal justru inilah yang diinginkan oleh
penganut pemikiran yang rusak tersebut. Karena itu,
pembicaraan harus dibatasi pada aspek pemikiran
semata dan aspek dakwah saja. Dalam hal ini wajib
ada pemikiran yang diterima oleh kedua belah pihak
yang dapat dijadikan rujukan dalam pembicaraan.
Selama tidak ada pemikiran dasar yang diterima oleh
kedua belah pihak, tidak mungkin melakukan diskusi
sebab dalam keadaan demikian diskusi sebenarnya
tidak pernah ada.
34. Pendapat, pemikiran, dan hukum Islam yang
diadopsi oleh Hizb wajib dijadikan materi pembicaraan
dan diskusi, serta dijadikan bahan pembinaan. Karena
itu, dakwah yang dilakukan wajib melalui Hizb dan
dengan mengatasnamakan Hizb. Artinya, dakwah
Nuqthatul Inthilaq 45
tersebut adalah dakwah kepada Islam, dan
aktivitasnya adalah untuk melanjutkan kembali
kehidupan Islam. Tetapi yang mengemban dakwah
Islam dan beraktivitas untuk melanjutkan kehidupan
Islam adalah Hizbut Tahrir. Yang demikian itu karena
masyarakat harus yakin seratus persen dan tidak ragu
sedikit pun, bahwa tidak ada jalan keluar baginya
kecuali dengan Islam, dan tidak ada kehidupan
baginya kecuali dengan mengemban dakwah Islam.
Keyakinan ini setiap saat harus terus ditingkatkan.
Begitu pula, kepercayaan masyarakat kepada Hizb
harus ditanamkan, bahwa Hizb telah dengan baik
mengemban dakwah serta memimpin umat. Oleh
karena itu, Hizb harus tetap menjalin hubungan
dengan masyarakat, dan anggota-anggota Hizb harus
tetap melakukan hubungan dengan masyarakat,
sebagaimana anggota-anggota Hizb itu menjalin
hubungan dengan Hizb.
Hizb juga wajib memahami dan merasakan
bahwa umat secara keseluruhan adalah Hizb,
sebagaimana umat harus menyadari dan merasakan
bahwa Hizb adalah partai mereka dan diri mereka
secara keseluruhan adalah Hizb. Dengan demikian,
umat akan menjadi satu partai secara alami, dan
berjuang dalam satu barisan.
46 Nuqthatul Inthilaq
35. Sebagaimana Hizb wajib memahami keadaan
umat, Hizb juga wajib memahami kesadaran penjajah
terhadap dakwah dan terhadap Hizb itu sendiri. Sebab,
penjajah itulah yang mengumumkan peperangan
terhadap Islam dan negara Islam. Penjajahlah yang
telah menghancurkan negara Islam serta berusaha
dengan segala cara untuk menghalang-halangi
lahirnya kembali negara tersebut. Penjajah juga yang
telah mengemban qiyadah fikriyah yang bertentangan
dengan qiyadah fikriyah Islam serta berusaha untuk
mengokohkannya di negeri-negeri Islam.
Karena Hizb mengemban dakwah Islam
sebagai qiyadah fikriyah yang melahirkan peraturan
kehidupan serta berusaha untuk mendirikan negara
Islam di Dunia Islam dalam rangka mengemban
dakwah Islam ke seluruh dunia, maka wajar dan sudah
pasti penjajah akan menghalang-halangi Hizb,
sekaligus memerangi Hizb dan memerangi Islam.
Karena itu, harus ada kewaspadaan terhadap penjajah
untuk mengetahui metode-metode dan teknik-teknik
kegiatannya.
Kewaspadaan terhadap penjajah telah mampu
menunjukkan, bahwa penjajah akan selalu mengawasi
kaum muslimin, Islam dan gerakan-gerakan Islam.
Nuqthatul Inthilaq 47
Pengawasan yang dilakukan penjajah itu sebelumnya
telah memberikan banyak manfaat. Dengan
mengawasi kaum muslimin, kaum penjajah dapat
menundukkan mereka dan menjauhkan mereka dari
pemikiran Islam. Dengan mengawasi Islam, kaum
penjajah dapat memanfaatkanya untuk bisa
memasukkan dan memberikan persepsi-persepsi
Kapitalisme dan Demokrasi kepada kaum muslimin
seraya menyifatinya sebagai persepsi-persepsi Islam.
Dengan mengawasi gerakan-gerakan Islam, penjajah
dapat memanfaatkanya untuk bisa mengubah
gerakan-gerakan itu menjadi gerakan-gerakan
keagamaan dengan persepsi Barat atau
gerakan-gerakan yang berasas patriotisme. Sedang
gerakan-gerakan yang tidak dapat diubah, akan
dihancurkan oleh penjajah. Mereka mengawasi semua
itu dari jarak dekat dengan menggunakan kaca
pembesar sehingga dapat melihat apa yang tidak
dapat dilihat oleh kebanyakan kaum muslimin.
48 Nuqthatul Inthilaq
benar di Dunia Islam. Kewaspadaannya terhadap Hizb
ini membuat penjajah terus meningkatkan
kewaspadaannya terhadap Islam sebagai sebuah
ideologi, bukan sebagai agama yang hanya
mengandung aspek ibadah dan akhlak, sebagaimana
yang dia gambarkan kepada kaum muslimin.
Kewaspadaan itu juga menyebabkan penjajah semakin
mewaspadai kaum muslimin ketika penjajah melihat
pengaruh yang nyata dari tsaqafah Hizb dan Hizb itu
sendiri di setiap tempat di mana Hizb ada.
Kewaspadaan ini dalam pandangan banyak orang
dinilai terlalu dini, sebab Hizb belum melewati
nuqthatul ibtida` (titik permulaan dakwah) kecuali baru
beberapa langkah. Hizb juga belum nampak jelas
eksistensinya di tengah masyarakat tempat Hizb
beraktivitas, lalu bagaimana mungkin penjajah lebih
dulu mempunyai kewaspadaan seperti ini?
Akan tetapi, hal itu akan dapat dimengerti oleh
mereka yang paham benar tentang kelicikan dan
tipudaya penjajah terhadap Islam dan kaum muslimin,
tentang ketakutan mereka yang terus menerus
terhadap berdirinya Daulah Islam, dan tentang
kesadaran mereka bahwa Daulah Islam tidak hanya
akan mencabut penjajahan dari akar-akarnya, tetapi
juga akan mengambil alih posisi negara nomor satu di
Nuqthatul Inthilaq 49
dunia dan mengemban dakwah kepada setiap
manusia. Mereka yang paham benar akan semua itu
dapat memahami mengapa penjajah yang kafir itu
secara terus menerus mengawasi kaum muslimin
dengan kaca pembesar yakni dapat melihat hal-hal
yang tidak dapat dilihat oleh banyak orang sehingga
penjajah dapat mengetahuinya dan menyiapkan
segala sesuatu untuk menghadapinya.
Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa
di wilayah-wilayah yang ada di bawah
cengkeramannya, penjajah mulai mengendalikan
setiap penguasa dengan berbagai cara agar penguasa
itu melarang peredaran kitab-kitab Islam di
negeri-negeri Islam, menyitanya dari tangan khalayak
ramai, mendobrak rumah-rumah dan menggeledahnya
untuk mencari kitab-kitab itu, lalu merampas dan
membakarnya. Penjajah juga menyetir penguasa agar
melarang perpindahan kaum muslimin di negeri-negeri
mereka, menangkap mereka, membatasi domisili
mereka di tempat-tempat tertentu, serta mengawasi
dan memata-matai mereka. Itu terjadi hanya karena
mereka mengemban qiyadah fikriyah Islam dan
mengajak masyarakat kepada Islam. Dengan demikian,
tidak aneh penjajah yang kafir itu melakukan semua
itu padahal perjalanan dakwah belum melewati tahap
50 Nuqthatul Inthilaq
pembinaan dalam halaqah-halaqah dan kajian di
masjid-masjid. Dengan kata lain, dakwah belum
melampaui tahap muhawalah al mukhathabah (usaha
menyeru masyarakat). Yang demikian itu karena
penjajah mengetahui adanya kekuatan dahsyat yang
terkandung dalam Islam untuk mempengaruhi
manusia, lebih-lebih orang Islam.
Mereka menyadari adanya kekuatan dahsyat
dalam diri orang-orang yang mengimani Islam, yakni
pengaruh Islam terhadap mereka yang mengalami
perombakan total dalam pemikiran dan perasaan.
Maka dari itu, kaum penjajah berusaha dengan sekuat
tenaga untuk menghalang-halangi keberhasilan
dakwah Islam dan berdirinya Daulah Islam.
Nuqthatul Inthilaq 51
masyarakat, mengadopsi kemaslahatan mereka, serta
membongkar strategi penjajah. Dalam kondisi seperti
ini, penjajah tidak akan berpangku tangan, terutama
ketika strategi-strateginya dibongkar. Maka dari itu,
dalam keadaan seperti itu akan terjadi friksi secara
langsung dengan penjajah yang kafir, yang
kemungkinan akan membuat penjajah mencoba
mengobarkan konflik (clash) untuk melawan Hizb.
Dalam hal ini, penjajah telah menyiapkan diri untuk
membuat kaum muslimin saling berperang melawan
sesama muslim. Penjajah telah menetapkan hal ini
sebagai strateginya, sehingga mereka akan
merekayasa kelompok-kelompok dari rakyat
negeri-negeri Islam untuk bertarung melawan Hizb.
Penjajah akan bersungguh-sungguh menjalankan
strateginya ini. Penjajah tidak akan turun tangan
langsung menghadapi Hizb kecuali dalam kondisi
mendesak, atau ketika penjajah telah terpukul mundur
sampai di parit-parit bagian belakang yang dimilikinya
dengan membawa senjata terakhir yang dimilikinya.
Dengan demikian, Hizb wajib menghindari
konflik dengan penduduk negeri-negeri Islam dan
berupaya agar konflik yang terjadi adalah antara
penjajah melawan umat secara keseluruhan, bukan
melawan Hizb saja. Oleh sebab itu, Hizb harus
52 Nuqthatul Inthilaq
menjadikan umat secara keseluruhan sebagai Hizb.
Hizb harus meleburkan umat dengan Islam,
membuatnya percaya penuh kepada Hizb,
menanamkan ketaatan yang sadar kepada Hizb, serta
memimpin mereka kepada Hizb dan kepada ideologi
yang diemban Hizb, yaitu Islam. Dengan demikian,
umat akan berjalan dalam satu barisan yang terbentuk
dari kesadaran dan pemahaman, serta mempunyai
kekuatan dan daya dorong layaknya badai taufan yang
dapat menyapu segala sesuatu. Pertempuran yang
hakiki akan berkobar antara umat bahkan seluruh
penduduk negeri-negeri Islam melawan penjajah
yang kafir hingga semua bekas-bekas penjajahan
dapat dihapuskan.
Perubahan pihak yang bertempur, yang semula
antara Hizb melawan penjajah menjadi antara
penduduk negeri Islam melawan penjajah, akan
berlangsung secara pasti dan alami. Ini menuntut Hizb
untuk membongkar kepada umat sikap permusuhan
yang keji yang bersarang di dada musuh umat yang
telah menjajah mereka. Hizb harus membongkar pula
berbagai konspirasi jahat yang direkayasa penjajah
yang kafir untuk menentang umat serta berbagai tipu
muslihat yang licik yang diarahkan kepada umat, yang
tujuannya adalah untuk menghinakan umat,
Nuqthatul Inthilaq 53
memusnahkan mereka, dan menghancurkan ideologi
mereka.
Dengan demikian, umat secara keseluruhan
bersama-sama Hizb telah memikul tugas mengemban
dakwah Islam dan melanjutkan kehidupan Islam
dengan jalan mendirikan Daulah Islam dan
memusnahkan semua rintangan yang menghalangi
berdirinya Daulah Islam. [ ]
54 Nuqthatul Inthilaq
TITIK TOLAK
PERJALANAN DAKWAH
HIZBUT TAHRIR
Nuqthatul Inthilaq 55
Judul Asli : Nuqthatul Inthilaq
Dikeluarkan oleh : Hizbut Tahrir, 1957
Edisi Indonesia
56 Nuqthatul Inthilaq
arab
Nuqthatul Inthilaq 57