Anda di halaman 1dari 8

SMK AL-ISLAH

TUGAS
ASWAJA
MENGAMALKAN DAN MENYEBARLUASKAN
ERIK
INDRA
VISI PERJUANGAN
NU DALAM BERBAGAI
IGO
IMANDA
BIDANG
M. DIKA RIAN
TAUFIK ISMAIL
M. FATURAHMAN
M. ALWAN

KIPRAH NAHDLATUL ULAMA


DALAM MENGAMALKAN VISI PERJUANGAN NU
Suatu organisasi atau lembaga dapat berjalan dengan baik manakala mempunyai tujuan yang
jelas. Dalam rangka mencapai tujuan, diperlukan visi dan misi yang diperinci dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. NU sebagai organisasi besar selalu bvercita-cita
mewujudkan kesejahteraan umatnya dalam pembangunan nasional, memiliki tujuan, visi dan
misi serat AD/ART yang pasti.
Tujuan
Tujuan didirikannya NU adsalah untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan
mengamalkan ajaran islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah dengan menganut salah
satu dari mazhab empat (Hanafi, maliki, SyafiI dan Hambali) serta mempersatukan lagkah para
ulama beserta pengikut-pengikutnya dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat serta martabat
manusia.
Visi dan Misi
Nahdlatul Ulama mempunyai visi dan misi yang jelas sebagai jamiah yang berhaluan
Ahlussunnah Waljamaah.
Visi NU
Visi NU yaitu menjadikan wadah perjuangan ulama dan pengikutnya yang bergerak dalam
bidang agama dan sosial kemasyarakatan demi terwujudnya Khoiru Ummah.
Misi NU
Dalam bidang agama mengupayakan terlaksananya ajaran islam yang menganut faham
ahlussunnah wal jamaah dan menurut salah satu mazhab empat dalam masyarakat dengan
melaksanakan dakwah amar maruf nahi mungkar.
Dalam bidang edukatif, mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan
pengakaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran islam. Untuk membina

umat muslim agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi, luhur, berpengetahuan luas dan
terampil, serta berguna bagi agama bangsa dan negara.
Dalam bidang sosial, mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat
Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan,
kesempatan, berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mengutamakan tumbuh
berkembangnya ekonomi kerakyatan.
Dalam bidang usaha lain, mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat
banyak guna terwujudnya Khoiru Ummah.

KIPRAH NAHDLATUL ULAMA


DALAM BIDANG POLITIK
visi, misi dan haluan politik NU. Tiada lain, NU ingin menegakkan dan membentuk masyarakat
Islamiyah, menganut paham perdamaian, menginginkan terciptanya Negara Hukum yang
berkedaulatan rakyat. Dan haluan perjuangan politik itu akan tercermin dalam perilaku politik
NU.
Pada masa pertumbuhan, partai politik NU menghadapi berbagai kesulitan. Pertama,
kekurangan tenaga terampil di bidang politik. Kedua, kesulitan menghadapi lawan politik, dalam
arti pertentangan ideologis dengan PKI dan sekutunya. Di samping juga harus melawan
Masyumi dalam pola pemerintahan koalisi, karena pertentangan harga diri.
Untuk kesulitan pertama, partai NU segera mengadakan rekrutmen (penambahan
anggota0 tenaga terampil di bidang politik. Dan tentu saja tenaga terampil harus beragama Islam
dan berhaluan dari empat madzab atau menganut paham Ahlussunah wal Jamaah. Selain itu,
tenaga terampil ini harus juga memiliki ketaatan kepada para ulama, meski ketaatan itu hanya
bersifat formal. Seperti tampilnya H. Djamaluddun Malik yang memprakasai, dan akhirnya NU
menyetujui berdirinya Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI), yang
bertugas memelihara seni budaya muslim, dan berperan mencegah berkembangnya seni budaya
yang ditangani kelompok Komunis atau PKI.[5]
Selain itu ada Idham Chalid, yang dikenal sebagai orang yang strategi, kepala dingin,
cermat dan teliti dalam berpolitik, pandai bergaul dan bisa hidup disegala zaman dan aktif dalam
mengambil bagian di dalam partai NU, dan berhasil menduduki posisi ketua MAaarif NU pada
tahun 1952. Karena potensinya dalam berpolitik sangat menonjol, pada Muktamar ke-21 di
Medan, Desember 1956, ia terpilih sebagai Ketua Umum PBNU.[6]
Ciri khusus dalam usaha rekrutmen ini adalah tanpa melihat latar belakang social maupun
pendidikannya. Yang penting, tenaga yang diambil mau taat dan patuh kepada kepemimpinan
Syuriyah.
Setelah kesulitan pertama teratasi. NU segera mengalihkan perhatiannya kepada
persoalan konsolidasi dan penyelamatan eksistensi partai, baik yang ada hubungannya dengan

keanggotaan Parlemen maupun keikutsertaannya di dalam Kabinet. Selain itu, NU berusaha


menggalang persatuan barisan Islam untuk berjuang bersama demi agama, Negara dan bangsa.
Namun, sikap hati-hati dan penuh pertimbangan masih tercermin dalam segala tingkah laku
politik NU di masa pertumbuhannya.
Dengan segala pertimbangan yang mendalam, setelah NU resmi menjadi partai politik,
para anggota NU yang duduk di Parlemen RI segera mengadakan reaksi politik. Delapan anggota
fraksi Masyumi (dari NU) secara sukarela membentuk fraksi tersendiri, yakni fraksi NU. Mereka
itu adalah KH. Wahab Hasbullah, KH. Muhammad Ilyas, Muhammad Saleh Suryaningprojo,
Muhammad Ali Prataningkusumo, A. A. Achsin, Idham Chalid, As. Bamid dan Zainul Arifin
(kemudian diganti oleh Saifudin Zuhri).[7]

KIPRAH NAHDLATUL ULAMA


DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Kebangkitan Islam telah menjadi wacana bersama sejak kita memasuki


abad ke-15 H. Sebelumnya, umat Islam memang mengalami stagnasi yang
cukup lama terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Belakangan ini, umat Islam di berbagai kawasan sudah mulai melakukan
identifikasi terhadap potensi yang dimilikikinya. Berbagai inovasi, kreatifitas,
spekulasi dan eksperimen ilmiah mulai dilakukan. Kendati mengalami banyak
kendala, peradaban muslim sudah mulai diukir sebagai sumbangsihnya pada
dunia.
Di Indonesia, dinamika umat Islam bergerak secara positif ke depan
dalam membangun bangsa dan negara. Krisis multi-dimensi (tahun 1997-an)
dapat dilewati dengan bijak, walaupun tetap harus menanggung resiko
perubahan-perubahan akibat transisi politik. Demikian juga, dinamika yang
terjadi karena pengaruh masyarakat internasional dapat pula disikapi oleh
umat Islam Indonesia secara terbuka, rasional dan dewasa.
Di tengah-tengah dinamika dan perubahan tersebut masyarakat mulai
merasakan perlunya nilai-nilai luhur, format etika serta sistem kehidupan
kemasyarakatan yang dapat dijadikan pegangan bukan saja untuk
perikehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi untuk totalitas
kehidupannya. Jadi, dibutuhkan semacam guideline yang bisa menuntun
individu ke satu ruang kehidupan yang mensejahterakan. Dalam konteks
demikianlah kita membutuhkan sebuah sistem pendidikan yang dapat
dijadikan pilar utama untuk membangun peradaban bangsa sepanjang masa.
Hal ini penting agar langkah kita tidak tertinggal jauh dari bangsa-bangsa
lain di dunia.
Kita sepakat untuk memberdayakan kualitas sumber daya manusia
Indonesia secara utuh dan keseluruhan. Kita sepakat pula cara itu dilakukan
melalui pendidikan. Namun hingga saat ini pendidikan belum mampu
menampakkan format kelembagaan dan pola penyelenggaraan yang
berkualitas. Oleh karena itu, kita perlu memberikan perhatian khusus

terhadap sektor pendidikan; bahkan kita membutuhkan keberanian untuk


meninggalkan sistem yang tidak mampu memberikan pemecahan terhadap
segala problem kependidikan selama ini.
Dalam rangka berikhtiar mencari sistem penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu, kita perlu mempertimbangkan kecenderungan perubahan
yang terjadi sekarang maupun masa mendatang. Menurut para ahli ilmu
sosial, perubahan itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, terjadinya
teknologisasi kehidupan sebagai akibat loncatan revolusi di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat teknologis ditandai dengan
pembakuan kerja dan perubahan nilai, yaitu makin dominannya
pertimbangan efisiensi dan produktivitas.
Kedua, perilaku yang fungsional menjadikan hubungan sosial hanya
dipandang dari sudut kegunaan dan kepentingan semata. Keberadaan
seseorang sangat ditentukan sejauh mana ia memberi manfaat bagi dirinya
dan orang lain. Karena itu, dalam masyarakat yang fungsional terjadi
pergeseran pola hubungan sosial dari emosional pada rasional.
Ketiga, penguasaan informasi sangat menentukan eksistensi
seseorang dalam pergaulan sosialnya.
Keempat, kehidupan masyarakat yang makin sistematik dan terbuka di
mana masyarakat berjalan teratur dalam sistem yang terbuka (open
system).
Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut Nahdlatul Ulama (NU)
mencoba memberikan respons-antisipatif dengan cara melakukan telaah
ulang terhadap pola penyelenggaraan pendidikan yang dipakai selama ini.
Pendidikan yang dikembangkan oleh NU akan seoptimal mungkin
menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial sehingga masyarakat tetap
menaruh minat, atensi dan antusiasmenya. Penyikapan ini terkait dengan
pemahaman masyarakat bahwa pendidikan merupakan energi untuk
memperbaiki diri di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan NU diupayakan
dapat mencakup kecenderungan teknologis, fungsional-individual, informatif
dan terbuka.

KIPRAH NAHDLATUL ULAMA


DALAM BIDANG EKONOMI

Di bidang ekonomi, mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan


kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dengan mengutamakan tumbuh
dan berkembangnya ekonomi kerakyatan.

Anda mungkin juga menyukai