02/07/2023
Pengantar
Baru-baru ini, Mendikbudristek RI, Nadeim Makarim, telah menjadi pusat perhatian
karena gagasannya tentang penerapan platfrom Markeplace Guru atau Pasar Guru.
Gagasan itu, oleh Nadiem disebut-sebut sebagai langkah terobosan untuk mengatasi
problematika menahun tenaga guru honorer di Indonesia. Sebuah sistim rekrutmen
tenaga guru yang hadir dalam platfrom marketplace.
Gagasan marketplace guru muncul pertama kali dalam sebuah Rapat Kerja (raker)
Komisi X DPR RI dengan Kemendikbudristek, Kemenkeu, MenpanRB dan Kemendagri,
pada 26 Mei 2023. Melalui youtube channel dprriofficial, dikatakan bahwa tujuan
utama raker itu adalah Komisi X mendalami adanya mekanisme baru dalam
pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), sehingga
penyerapan tenaga pendidik yang telah lolos passing grade dapat memenuhi semua
formasi yang tersedia.
Seperti yang diinformasikan bahwa raker itu terjadi karena turut dipicu oleh
perbedaan pandangan banyak kalangan mengenai definisi lolos passing grade.
Mereka yang telah dinyatakan lolos ujian PPPK, justru tidak memiliki kepastian
1
pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)? Dan, bagaimana strategi
Kemendikbudristek menyelesaikan problem guru honorer di Indonesia?
Sementara itu, DPR juga telah memberikan penilaian yang utuh bahwa strategi ini
tidak menyentuh akar problematik tenaga pengajar honorer di Indonesia. Itu terkait
ketimpangan kuantiti, kualitas serta kesejahteraan.
Tetapi, cukup penting untuk membaca gagasan Mendikbudristek, yang juga pendiri
dan mantan CEO gojek itu, dalam konteks pendidikan nasional yang telah
terindustrialisasi. Menjawab pertanyaan, mengapa pemilihan istilah marketplace
guru digunakan tanpa memperhitungkan penghormatan terhadap harkat dan
martabat guru sebagai pahlawan memanusiakan manusia? Apakah gagasan ini
terkait dengan pangsa pasar guru sebagai subsektor perdangangan jasa pendidikan?
Artikel ini berargumen bahwa marketplace guru adalah bagian dari wacana
hegemoni neoliberal dalam industri ekspor jasa pendidikan regional dan global.
Marketplace guru adalah model bisnis masa depan tenaga pengajar dalam subsektor
pendidikan di Indonesia. Pasar guru yang dihadirkan Kemendikbudristek, hanyalah
prototype yang pasti akan berkembang seiring dengan perluasan legitimasi
memperdagangkan guru, selain oleh negara.
Siapa yang boleh masuk marketplace guru? Pertama adalah guru-guru honorer yang
sudah lulus seleksi untuk menjadi calon guru ASN. Jadi, marketplace guru akan di
2
peruntukkan bagi mereka yang telah lolos passing grade dalam seleksi ASN melalui
jalur PPPK. Kedua adalah mereka yang disebut full talent yakni lulusan Pendidikan
Profesi Guru (PPG) prajabatan. Menurut Mendikbudristek, para calon guru yang
masuk ke dalam marketplace guru telah dinilai berhak untuk mengajar.
3
Gagasan marketplace guru telah mendapatkan tanggapan yang beragam dari
berbagai kalangan. Mulai dari kalangan praktisi pendidikan, pakar kebijakan dan
teknologi pendidikan, warganet dan pengambil kebijakan. Beberapa memberikan
dukungan dengan catatan-catatan kritis. Namun, mayoritas memberikan kritikan
keras dan menolak gagasan ini karena dinilai tidak menjawab substansi persoalan
guru honorer di Indonesia.
Pengamat teknologi dan informatika seperti Heru Sutadi, menilai bahwa rencana
Mendikbudristek merancang marketplace guru perlu diapresiasi. Sebab,menurutnya
marketplace guru merupakan sebuah langkah inovatif dalam bidang pendidikan.
Tetapi, dia juga mendorong agar Kemndikbudristek mempertimbangkan rencana
tersebut dengan mengelaborasi lebih jauh. Terutama, bagaimana memperhitungkan
tingkat kepastian berhasil atau gagalnya rencana tersebut di tengah jalan.
Sementara itu, tanggapan lain yang cukup berbeda datang dari kalangan pakar, baik
pengamat kebijakan publik dan pengamat kebijakan pendidikan. Misalnya, pengamat
kebijakan publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, telah memberikan
4
penilaiannya bahwa marketplace guru akan mempersulit dunia pendidikan di
Indonesia. Namun, penekannanya lebih fokus pada masih rendahnya melek
teknologi di kalangan guru, terbatasnya sarana dan prasarana teknologi pendukung
serta minimnya aksesibilitas untuk guru di daerah 3T. Kritiknya yang lain bahwa
wacana marketplace guru merendahkan profesi guru karena murni bisnis. Oleh
karena itu, dia juga memberikan sebuah peringatan kepada Kemendikbudristek
bahwa penting untuk memahami profesi guru yang tidak boleh hanya diukur secara
logika, tetapi juga harus bermakna. Baginya, guru, selain menyimpan pesan keilmuan,
juga budi pekerti. Pada pesan terakhir ini, mengandung nilai-nilai luhur seperti
pancasila, kebangsaan dan toleransi. Dalam pembuatan kebijakan pendidikan,
seharusnya mempertimbangkan juga apa yang disebutnya sebagai ‘metode
verstehen' yakni memahami makna tindakan sosial, bukan teori belaka.
Demikian pula, pengamat kebijakan pendidikan dari Center for Education Regulation
and Developments Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji. Ia menilai bahwa gagasan
marketplace guru tidak memiliki tujuan dan konsep yang jelas. Charismiadji
merupakan salah satu pakar yang cukup aktif mengkritisi Kemendibudristek dalam
merancang kebijakan karena tidak berbasis kajian ilmiah yang mendalam. Bukan
hanya gagasan marketplace guru yang tidak berbasis kajian, tetapi juga merdeka
belajar dan Rancangan Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas),
yang dinilai olehnya sebagai ‘gagasan suka-suka’ dari seorang menteri yang suka
bikin aplikasi. Dia menunjukkan ketidakjelasan marketplace guru dengan
membandingkan banyaknya kasus guru honorer hanya dibayar Rp.100.000,- per tiga
bulan, tetapi solusinya justru marketplace.
Nampaknya, penting untuk mendengar penilaian publik yang jauh lebih terang
seperti diwakili oleh warganet +62. Pada 28 Mei 2023, sebuah video telah diunggah
akun TikTok @motivasiguru untuk menjelaskan program marketplace guru. Video itu
telah dilanda hujan cubiran warganet. Dua di antaranya, memberikan komentar
negatif dengan penekanan berbeda. Komentar akun @akusiapa, “Berharap banget
menteri pendidikan berasal dari lulusan pendidikan”. Sangat mungkin ini sebuah
sarkas terhadap pilihan politik Jokowi yang mempercayakan seorang CEO start up
sebagai menteri pendidikan. Sementara itu, akun @hepija1 berkomentar, "Kami
bukan barang. Biarlah kami mengajar dan mendidik anak bangsa yang cerdas dan
berakhlak mulia. Marketplace, kami manusia bukan barang." Jelas bahwa pemilihan
sadar Mendikbudristek terhadap istilah marketplace guru mengkonotasikan profesi
guru sebagai barang dagangan.
DPR yang paling berkepentingan dengan agenda raket itu, telah memberikan
keputusan utuh untuk tidak menerima gagasan marketplace guru. Komisi X DPR,
melalui Ketuanya Syaiful Huda, telah membuat penilaian mendalam berdasarkan
rapat itu bahwa marketplace guru tidak menyelesaikan akar problematik tenaga
pendidikan di Indonesia. Bagi mereka, gagasan itu hanya menjawab persoalan
distribusi guru. Padahal, Komisi X DPR mengingikan Kemendikbudristek dapat
mempersiapkan sebuah strategi untuk menjawab kebutuhan penting, bagaimana
tenaga guru honorer bisa secepatnya diangkat menjadi ASN, yang dikaitkan dengan
kesejahteraan guru.
5
Komisi X DPR nampaknya menagih komitmen Kemendikbudristek dalam
menuntaskan program rekrutmen 1 juta honorer menjadi ASN PPPK. Justru, dalam
raker itu, pemaparan Kemendikbudristek jauh dari ekspektasi mereka. Bagaimana
proses rekruitmen, proses penerbitan surat pengangkatan dan penempatan guru
yang lolos seleksi, sama sekali tidak terjawab. Mereka menilai bahwa strategi
Kemendikbudristek tidak ada yang menyentuh kebutuhan substantif dan konkrit
serta dapat dijalanakan. Bagi mereka, marketplace guru hanya dapat berjalan efektif
ketika problem substantif tadi diselesaikan.
Dalam penilaian DPR, tidak terealisasinya pengangkatan 1 juta guru honorer menjadi
ASN PPPK dalam dua tahun terakhir, terletak pada hambatan politik. Yakni,
kurangnya niat pemerintah daerah mengusulkan formasi, jika berbadingkan dengan
tingginya kebutuhan guru di daerah-daerah. Dengan demikian, sudah seharunya
peran Kemendikbudristek selaku pemerintah adalah membuat terobosan politis.
Maksud mereka adalah mendorong Kemendikbudristek meminta Presiden membuka
ruang untuk mengatasi hambatan regulatif maupun personal di lintas kementerian
dan lembaga. Bukan malah membuat aplikasi.
Namun, penilaian Komisi X nampaknya adalah sebuah ironi. Justru, otoritas politik
ada di tangan mereka untuk memaksa pemerintah mengambil kebijakan konkrit
yang berorentasi pada penuntasan masalah paling pokok. Jika saja, mereka memiliki
komitmetmen yang kuat dalam masalah ini, mereka dapat langsung menginisiasi
sebuah terobosan untuk menghilangkan hambatan-hambatan di atas.
Indonesia menghadapi tantangan berat terkait isu guru. Tidak hanya persoalan
status seperti PNS dan non-PNS yang dihubungakan dengan kersejahteraan. Tetapi
juga, menyangkut persoalan kesenjangan antara kebutuhan guru di sekolah dan
rombongan besar guru non-PNS dengan terbatasnya formasi untuk pengangkatan
guru baru. Persoalan terakhir ini telah dihubungkan dengan rendahnya komitmen
pendanaan pemerintah dan ketidaktepatan dalam merancang mekanisme
perekturtan guru.
Tetapi, siapa sesungguhnya guru honorer ini? Menurut PP Nomor 56 Tahun 2012,
guru atau tenaga honorer adalah mereka yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian ataupun pejabat lainnya di dalam pemerintahan agar bisa melakukan
tugas tertentu di dalam instansi pemerintahan. Pada dasarnya, mereka adalah
tenaga pengajar (pagawai) lepas. Mereka belum atau tidak diangkat sebagai tenaga
pengajar tetap. Karena status demikian, jasa mereka hanya diganjar dengan
honorarium sebagai upah mengajar yang akan dibayarkan setiap bulan, bahkan tiga
sampai enam bulan.
Pada 2022, Indonesia memiliki hampir setengah dari total gurunya berstatus non-
PNS. Dari total 2.906.185 guru, sebesar 1.385.831 (48%) yang berstatus non-PNS itu,
terdiri dari beragam sebutan, seperti guru honorer sekolah hingga guru bantu pusat.
6
Sementara, sisanya yang lebih dari setengah jumlah total atau sebesar 1.520.354
(52%) berstatus PNS.
Sumber: https://databoks.katadata.co.id
Penting untuk diketahui bahwa perbedaan status guru memiliki dampak terhadap
kesejahteraan ekonomi dan nilai sosial. Tetapi, tidak terdapat bukti positif ketika
status PNS dikaitkan dengan kinerja guru dalam pembelajaran. Terbukti secara
faktual bahwa guru PNS dibayar jauh lebih besar dari guru non-PNS, terutama guru
sertifikasi, sebagaimana ditampilkan nanti pada Tabel 1 dan 2. Ganjaran ekonomi
yang berbeda itu, juga memunculkan prestise sosial yang lebih menguntungkan guru
PNS dari pada guru non-PNS.
Namun, apakah guru PNS yang dibayar lebih tinggi dari guru non-PNS, berdampak
pada kinerja pembelajaran yang lebih baik? Pertanyaan ini telah menimbulkan
perbedaan bahkan pertentangan pendapat. Tetapi, menurut laporan McKinsey &
Company, dalam sebuah hasil penelitian berjudul “The Archipelago Economy:
Unleashing Indonesia's Potential” bahwa dalam satu dekade, dari 2003 hingga 2013,
telah terjadi penurunan signifikan dalam tingkat ketidakhadiran guru-guru sekolah.
Pada hari tertentu, ditemukan 10 persen guru tidak hadir di sekolah pada saat
mereka memiliki jadwal untuk bekerja. Dalam kaitan dengan bayaran guru sertifikasi,
dalam sebuh laporan berjudul “Indonesia: Teacher Certification and Beyond” oleh
Cheng et al dan Word Bank, disampaikan bahwa sertifikasi guru hanya memiliki
sedikit, jika ada, dampak positif pada pengetahuan mata pelajaran guru atau
keterampilan pedagogis mereka. Demikian pula, tidak berdampak positif terhadap
pembelajaran siswa.
Walaupun temuan terakhir di atas sangat penting, tetapi ia telah banyak digunakan
sebagai landasan untuk merekomendasi penghapusan tunjangan profesi guru di
Indonesia. Itu berarti akan ada penurunan kesejahteraan guru. Sebagai penegasan,
rekomendasi penghapusan tunjangan profesi guru, telah dimasukkan ke dalam
7
Rancangan Undang-Undang Sisdiknas pada tahun 2022 oleh Kemendikbudristek.
Jelas, hal ini memberikan wawasan bahwa semakin berkurangnya komitmen
pemerintah terhadap upaya mempertahankan dan melindungi guru dari ancaman
merosotnya tingkat kesejahteraan. Walaupun, mungkin benar sebagian besar guru
ASN dan honorer di Indonesia berkinerja buruk.
Isu guru di Indonesia terus berkembang dan menjadi semakin kompleks. Tidak hanya
mencakup kesejahteraan, perbedaan nilai sosial dan rendahnya kinerja dalam
pembelajaran. Tetapi juga, kesenjangan antara kebutuhan, ketersediaan dan
mekanisme rekturmen guru. Sejak 2020, telah muncul prediksi bahwa Indonesia
akan menghadapi krisis tenaga guru. Puncak krisis ini terjadi pada 2024, di mana
Indonesia akan mengalami kekurangan lebih dari 1,3 juta guru.
Oleh karena itu, strategi perekrutan guru ASN yang hendak dirancang haruslah
didasarkan pada standar keterujian kompetensi, baik kepribadian, pedagogik, sosial
dan profesional. Sebagaimana penekanan ini, memang secara garis besar telah
nampak dalam strategi rekrutmen melalui gagasan marketplace guru. Walaupun
demikian, gagasan itu masih perlu dipilah dan pilih, terutama untuk menemukan dan
membuang unsur hegemonik dari ekonomi pasar yang mungkin sangat kuat
mengkonstruksinya.
8
Upah rendah
Ambil contoh gaji guru honorer di jejang Sekolah Dasar (SD) pada 2022. Dalam tiga
kategori seperti umum, kota besar dan daerah dengan anggaran terbatas,
sebagaimana terlihat pada daftar gaji guru SD honorer di bawah:
Tabel 1: Daftar gaji guru honorer per bulan di jejang SD pada 2022
Sumber: CNBCIndonesia.com
Jika dibadingkan dengan besaran gaji pokok guru ASN pada jejang pendidikan yang
sama, maka keadaanya sangat jauh berbeda. Perbedaan itu, termasuk karena
ketiadaan tunjangan pada guru honorer.
Sebagai informasi, gaji guru ASN pada jejang SD diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedelapan Belas atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Ketentuan gaji guru PNS ini berlaku setara untuk semua instansi pemerintah, baik di
pusat maupun daerah. Besaran gaji guru ASN pada jenjang SD disesuaikan dengan
golongan dan Masa Kerja Golongan (MKG) mulai dari 1-27 tahun, sebagaimana
terlihat pada Tabel 2 di bawah:
Tabel 2: Daftar gaji guru ASN per bulan di jejang SD pada 2022
Golongan I (Juru)
IA 1.560.800 - 2.335.800
IB 1.704.500 - 2.472.900
9
IC 1.776.600 - 2.577.500
ID 1.851.800 - 2.686.500
Golongan II (Pengatur)
Golongan IV (Penata)
Sumber: CNBCIndonesia.com
Selain keistimewaan besaran gaji pokok guru ASN, mereka juga memperoleh
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), yang jumlahnya bervariasi di setiap daerah.
Misalnya, guru SD ASN di Jakarta, seperti terlihat di bawah:
IVC-IVE 6.521.250
IVA-IVB 6.174.375
IIIC-IIID 5.827.500
IIIA-IIIB 5.480.625
IIA-IID 4.370.625
Sumber: CNBCIndonesia.com
Tidak hanya itu, guru ASN SD juga menerima tiga tunjangan lain, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1997 tentang Peraturan Gaji
10
Pegawai Negeri Sipil. Mereka diberikan tunjangan suami/istri sebesar 5% dari gaji
pokok dan tunjangan anak sebesar 2% dari gaji pokok. Sedangkan, untuk tunjangan
makan, guru ASN Golongan I dan II mendapat uang makan Rp35.000 per hari.
Sementara, Golongan III mendapat Rp37.000 per hari dan Golongan IV sebesar
Rp41.000 per hari. Terkait tunjangan makan ini telah diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 32/PMK.02/2018 tentang Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2019.
Pertama, seperti pada kasus di salah satu Sekolah Dasar di Kota Kupang. Di mana,
guru berdagang makanan (cemilan) di sekolah dengan target pasar pelajar-pelajar
mereka. Karena tingkat persaingan yang tinggi di antara guru-guru ini, beberapa
memberikan kebijakan hutang pada pelajar yakni ‘ambil dulu, besok baru bayar’.
Akibatnya, beberapa pelajar mengalami gagal bayar karena terlalu sering didorong
untuk mengonsumsi berdasarkan hutang. Pelajar-pelajar tidak memiliki sumber
ekonomi dari diri mereka. Sehingga, jatah jajanan harian dari orang tuapun habis
dipakai untuk menyicil hutang makanan. Sedikit dari pelajar yang berhutang, tidak
ingin hadir di sekolah untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya rasa malu dan takut pada guru, yang mungkin akan menagih hutangnya.
Kasus ini terkuak setelah ada desakkan Kepala Sekolah untuk bertemu dengan
pelajar dan orang tuanya. Singkat cerita, dalam pertemuan tersebut, si pelajar
membuat pengakuan yang menyedihkan ini. Namun, baik guru honorer dan si
pelajar sama berstatus korban kebijakan.
Kedua, guru-guru honorer terlilit rantai hutang rentenir melalui aplikasi pinjaman
online (pinjol). Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) telah menduga bahwa
rendahnya kesejahteraan guru honorer membuat mereka terpaksa terjebak pinjol.
Mereka telah melansir data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa sebanyak 42%
masyarakat yang terjerat pinjol ilegal adalah guru. Walaupun, ada penilian bahwa
angka ini tidak hanya melibatakan guru berstatus honorer, tetapi mungkin juga guru
tetap swasta dan guru ASN.
Langkah pemerintah
11
Tetapi, penting untuk dicatat bahwa program ini telah dikaitkan dengan upaya
efisiensi anggaran negara, sekaligus mencerminkan kuatnya dorongan liberalisasi
birokrasi pemerintah. Di mana, ada keenganan pemerintah untuk mengangkat guru
ASN tanpa embel-embel kontrak kerja. Dalam konteks liberalisasi ini pula, format
pengelolaan tenaga guru sedang berstransisi menuju tata kelola korporasi dan oleh
korporasi.
Chart 3: Kebutuhan guru dan pemenuhan guru melalui pengangkatan guru ASN PPPK
tahun 2021-2022
Sumber: Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikbudristek RI
Meskipun guru-guru PPPK telah dimaksukkan ke dalam kategori ASN (PPPK), mereka
tetap saja berbeda dari ASN. Perbedaan itu terletak pada tiga hal, yakni komponen
gaji, tunjangan dan terutama status kerja. Karena guru PPPK diangkat berdasarkan
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu sebagai pelaksana tugas dan jabatan
pemerintahan, maka mereka tetap bertatus pegawai kontrak. Dengan status ini,
masa kerja mereka paling singkat satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai
kebutuhan serta berdasarkan penilaian kerja.
Jika dilihat dari gaji dan tunjangan guru PPPK, setidaknya telah ada peningkatan dari
besaran gaji guru honorer seperti telah ditampilkan pada Table 1. Besarkan gaji dan
tunjangan guru PPPK, ditentukan berdasarkan Peraturan Presiden (Pepres) Nomor
98 tahun 2020 tentang Gaji dan Tunjangan PPPK. Namun, angka tersebut belum
dipotong pajak penghasilan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Daftar gaji guru PPPK tahun 2022 seperti ditampilkan pada Tabel 3.
12
Tabel 3: Daftar gaji guru PPPK tahun 2022
I 1.794.900 - 2.686.200
II 1.960.200 - 2.843.900
IV 2.129.500 - 3.089.600
V 2.325.600 - 3.879.700
VI 2.539.700 - 4.043.800
IX 2.966.500 - 4.872.000
X 3.091.900 - 5.078.000
XI 3.222.700 - 5.292.800
XV 3.803.500 - 6.246.900
Sementara itu, tunjangan guru PPPK pada 2022 sebagaimana diatur dalam Perpres
98 Tahun 2020 pasal 4 ayat 1, mencakup: 1) Tunjangan keluarga; 2) Tunjangan
pangan; 3) Tunjangan jabatan struktural; 4) Tunjangan jabatan fungsional, dan; 5)
Tunjangan lainnya.
Namun, karena PPPK dan outsourcing honorer pemerintah adalah model masa
depan mekanisme rekrutmen pegawai pemerintahan—tidak hanya mencakup
guru—maka hilanglah kesempatan untuk menjadi ASN tetap. Inilah bukti nyata
penerapan liberalisasi birokrasi. Di mana, pemerintah mengadaptasi model
pengelolaan tenaga kerja ala korporasi untuk mendorong efisiensi anggaran,
sekaligus memperluas segmen bisnis tenaga kerja untuk pemain swasta.
13
Mereka ini terkandas pencapaian ambang batas kelulusan atau passing grade. Ketiga,
terkait nasib guru honorer yang telah dinyatakan lulus passing grade, namun hingga
kini belum mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari kepala daerah atau Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK).
Berdasarkan catatan ini, DPR secara keras menolak rencanan perekrutan guru PPPK
tahap 3 pada 2023, sebelum masalah di tahap 1 dan tahap 2 diselesaikan. Seperti
telah ditampilakan pada chart 3, sisa kebutuhan perekrutan pada tahun 2023
mencapai 601.286 guru PPPK.
Hegemoni Neoliberal
Perlu diketahui bahwa gagasan marketplace guru sama sekali bukan merupakan hal
baru. Ia adalah bagian dari model edubusiness yang telah lama berkembang seiring
dengan pemanfaatan teknologi internet sebagai salah satu media berkomunikasi dan
transaksi. Tetapi, penting untuk dicatat bahwa marketplace guru harus dibedakan
dari model bisnis EdTech seperti pada platform umumnya. Walaupun, sama-sama
memanfaatkan teknologi internet untuk bisnis pendidikan (EdTech), tetapi berbeda
dalam hal produk bisnis. Pada EdTech umumnya, produk utama yang
diperdagangkan adalah konten pembelajaran, bukan tenaga guru. Sedangkan, pada
marketplace guru, produk utama yang diperdagangkan adalah tenaga guru, bukan
konten pembelajaran. Dengan kata lain, jika yang pertama, penekanan bisnisnya
pada materi dan teknologi pembelajaran, maka yang kedua, penekanan bisnisnya
pada manusia yakni tenaga guru itu sendiri. Jadi, marketplace guru adalah ekplorasi
bisnis yang lebih jauh atau lebih maju dalam konteks perdagangan pendidikan.
14
Marketplace guru mengalami tumbuh dan berkembang pesat, baik di Amerika
Serikat, Eropa, Australia dan Asia. Platfrom ini didominasi oleh pemain industri
bahasa dalam konteks ekspor jasa pendidikan global. Platform-platfrom marketplace
guru menawarkan layanan tenaga guru yang beragam berdasarkan niche market
yang dituju. Platfrom ini jarang menyaring guru dengan kualifikasi akademik, kecuali
beberapa. Puluhan marketplace guru yang dapat didaftarkan di sini, seperti: eTalk,
FindTutors, TutorOecan, Languange Master, Verbalplanet, Spires Tutoring, Flalingo,
Totoroo, Learnmate, LiveXP, Classgap, First Tutors, Allschool, Tutor Hunt, Superprof,
Apprentus, Fluentify, Tutorfull, Wyzant, HeyTutor, Cafetalk, italki, Preply, Outschool,
Verbling, AmazingTalker, SkimaTalk dan Hello. Tentu saja, masih banyak bisnis
serupa yang bisa didaftarkan di sini.
Mempertimbangkan terbatasnya ruang dalam artikel ini, telah dipilih secara acak
tiga profil di antara marketplace guru yang telah disebutkan sebelumnya.
Selengkapnya seperti terbaca di bawah ini:
15
memiliki lebih dari 5.000 lebih. rata-rata kisaran bayaran untuk
guru dan tutor. Native atau Near-Native guru professional US$15,73 per jam
Perusahaan ini berdiri pada Spekar dan US$9,79 per jam.
2007 dan berkator pusat di Senang mengajar secara Pengajar dapat menarik
Hong Kong. informal pembayarannya apabila saldo
mereka telah mencapai US$30.
Guru Profesional Namun, Tutor dan Guru harus
Berlaku sama dua membayar komisi kepada italki
ketentuan awal tutor sebesar 15%.
komunitas. Kebijakan waktu panarikan
Bersertifikat professional pembayaran berlangsung dua kali
atau berpengalaman dalam sebulan dengan
dalam mengajar bahasa penjadwalan tanggal 1-15 dan 16-
dengan pembuktian. 31.
Sumber: https://onlineteachingreview.com/category/teacher-marketplaces/
Sementara itu, di Indonesia dapat ditemukan model yang lebih tradisoinal pada
EdTech, di mana korporasi baru pada tahapan menjual konten pembelajaran (materi
pelajaran) dengan memanfaatkan tenaga guru sebagai pengajar dan tutor. Bukan
menjual gurunya secara sebagai produk utama dalam bisnis mereka. Kecuali,
Gurukite, sebuah jasa penyedia guru privat berbasis online pertama di Pontianak.
Muncul sejak 2016 atau mungkin lebih awal, yang buat oleh tiga alumni FKIP
Matematika, dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, yakni Randa Reynaldi,
Syarifah Wardatul Fitri dan Muhammad. Model bisnis Gurukite ialah konsumen (para
pelajar) membayar langsung uang kursus ke para guru. Baru setelah itu, guru
memberi komisi ke penyedia platform. Gurukite menerapkan fee dengan kisaran
antara Rp 25.000 – Rp 60.000 untuk satu kali pertemuan. Pembagian fee, 85% untuk
guru, 10% untuk biaya administrasi dan 5% disumbangkan ke program sosial.
Marketplace guru awalnya tumbuh sebagai tren bisnis industri bahasa mengikuti
legalisasi ekspor jasa pendidikan global. Negara-negara berbahasa Inggris seperti
Inggris, Amerika, Australia, New Zealand dan Canada telah memainkan peran utama
dalam bisnis ini. Menjamurnya industri bahasa Inggris, terutama di Asia, dibungkus
dengan layanan program persiapan pelajar dan mahasiswa dari negara non-bahasa
Inggris. Upaya ini mempunyai tujuan lanjutan yanki untuk menarik pelajar dan
mahasiswa berbiaya mandiri. Dengan pengusaan bahasa Inggris pada level tertentu,
konsumen ini dapat belajar di sekolah dan perguruan tinggi negara-negara tadi.
Kelompok masyarakat menengah ke atas adalah sasaran empuk dari industri bahasa
tersebut.
16
Industri bahasa mengalami trasformasi ketika berhadapan dengan tingginya minat
masyarakat terhadap bahasa Inggris, penggunaan internet secara massal serta
meningkatnya jumlah sarjana pencari kerja. Transformasi dalam bentuk EdTech yang
lebih maju dari aspek teknologi dan variasi layanan produk. Termasuk di sini, produk
jasa tenaga guru dalam bentuk marketplace.
Transformasi ini menghadirkan fenomena baru yakni pasar guru daring. Di mana,
guru-guru mulai dipajang di etalase toko online. Mereka dapat mengiklankan diri
semenarik dan semeyakinkan mungkin agar dapat mendapatkan kesepakatan
konsumen. Kompetisi memperebutkan konsumen di pasar membuat calon-calon
guru saling menyingkirkan satu dengan lainnya, seperti pada eTalk. Marketplace
guru ini menerapkan kebijakan seleksi paling ketat. Dalam sebuah reviewnya
terhadap eTalk, Dr. Daniel Spence, yang merupakan pendiri Online Teaching Review,
melaporkan bahwa hanya 1 dari 20 pelamar di eTalk yang akan dipilih. Tidak hanya
itu, pelamar yang telah dinyatakan berhasil, harus pula lulus wawancara, tes
pengajaran online dan kelas demo. Menurut Spence, sekalipun eTalk secara selektif
merekrut guru bersertifikat dan berpengalaman, tetapi tingkat pembayarannya tidak
luar biasa. Kurangnya ulasan dari guru-guru yang pernah bekerja di sana, menurut
Spence, menunjukkan ada resiko bagi pelamar, meskipun perusahaan tersebut
tampaknya legal. Seringkali, perusahaan-perusahaan seperti ini, mengeksploitasi
guru-guru dengan kebijakan komisi dan layanan verifikasi berbayar, agar guru-guru
memperoleh rangking atau reputasi baik di mata konsumen. Padahal itu hanya
merupakan strategi bisnis perusahaan untuk meningkatkan laba mereka.
17
dan mantan SEO perusahaan teknologi trasportasi berstatus unicorn pertama di
Indonesia, bukan perkara sulit bagi Mendikbudristek untuk membangun marketplace
guru. Lagi pula, gagasan ini juga mendapatkan tanggapan positif dari kalangan
tertentu. Misalnya, melalui marketplace, guru tidak perlu menunggu pengangkatan
dari pemerintah pusat. Atau, marketplace memberi kesempatan luas dan merata
bagi guru-guru untuk mendapatkan pekerjaan di sekolah-sekolah yang
membutuhkan. Demikian pula, marketplace akan memotivasi guru meningkatkan
kualitas dan kompetensi karena sekolah pasti akan akan mencari guru-guru terbaik.
Lalu, apa buruknya gagasan ini?
Pauline Lipman, seorang aktivis pendidikan dan profesor studi kebijakan pendidikan
di University of Illinois di Chicago, menyebut upaya seperti ini sebagai “menanamkan
ideologi pasar dalam kehidupan sehari-hari”. Baginya, penanaman ideologi pasar
dalam perpektif politik memiliki signifikasi melampaui legitimasi komersialisasi
sektor pendidikan. Think tank neoliberal berupaya memberikan artikulasi baru pada
guru sebagai barang dagang. Lambat atau cepat, ketika ideologisasi neoliberal
berjalan, maka akan ada kelompok masyarakat yang mengakuinya bahkan membela
arti guru yang baru tersebut.
Lalu apa dampaknya? Dalam perspektif kritis, ketika tata kelola guru berada di
bawah kendali pasar, seperti marketplace guru, setidaknya empat dampak buruk
akan terjadi. Pertama, ia akan menjadi model bisnis tenaga guru di masa depan.
Kedua, tumbuhnya persaingan yang saling menyingkirkan. Ketiga, guru kehilangan
18
posisi politik di bawah kontrol pasar. Keempat, guru teralienasi dari pengabdian
kemanusiaan kerana dituntut mengejar target ekonomi perusahaan.
Namun, bagian akhir dari pembahasan ini hanya akan fokus pada dampak pertama
yakni marketplace guru akan menjadi model bisnis tenaga guru di masa depan. Hal
ini dilakukan agar ulasan ini konsisten untuk menjawab atau membuktikan
argumentasi utama artikel yang telah dikemukan pada bagian awal artikel.
Sementara itu, dampak lain akan disisakan untuk dibahas dalam artikel lain.
Sejak 2005 hingga 2022, model bisnis ini telah mendorong pertumbuhan edtech
mancanegara dengan konsentrasi pasar guru. Mereka didominasi oleh perusahaan-
perusahaan privat berbentuk start up capital ventura. Beberapa marketplace guru
beroperasi dalam cakupan pasar nasional, namun sebagaian besar adalah pemain di
pasar global. Berdasarkan penelusuran riwayat di online teaching review,
marketplace guru seperti italki telah mempekerjakan sekitar 5.000 guru dengan
5.000.000 pelajar dari lebih 100 negara. Demikian juga, AmazingTalker,
mempekerjakan 7.790 guru dengan 1.143.640 pelajar. Prepy yang berdiri sejak 2012,
mempekerjakan 140.000 guru dengan lebih dari 1 juta konsumen. Sementara itu,
Classgap, yang baru hadir setahun lalu (2022), telah mempekerjakan 12.000 guru
dengan 600 ribu hingga 3 juta konsumen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
19
Flolingo 2021 1.180 Ribuah California, AS Global
Hello 2021 75-175 25.000 Utah, AS Global
Classgap 2022 12.000 600 – 3 juta Barcelona Global
Allschool 2022 7.000 11.000 Singapura Global
Deregulasi peraturan guru di Indonesia yang mengarah pada dukungan pasar guru
nampak pada program PPPK dan pekerja alih daya (outsourcing). Jika saat ini, guru
dengan perjanjian kerja masih di kelola oleh pemerintah, maka guru honorer yang
yang tidak lolos seleksi CPNS PPPK akan beralih menjadi tenaga outsourcing di
tangan pengelola swasta.
Langkah deregulasi yang kemudian melahirkan outsourcing tenaga guru honorer itu,
telah cukup untuk menegaskan sesuatu yang penting. Bahwa mandat pengelolaan
20
tenaga guru lambat atau cepat akan bergeser ke tangan pengelola swasta. Biasanya,
para pengelola ini berbentuk korporasi pendidikan bahkan sama-sekali tidak
berhubungan dengan pendidikan. Dengan cara ini, pemerintah menyerahkan
sebagian pekerjaannya kepada perusahaan swasta sebagai subkontraktor. Di sini,
sekali lagi ditegaskan bahwa pemerintah jelas-jelas telah kurang berkomitmen
melindungi tenaga guru honor dan membuka pasar bagi pemain bisnis swasta.
Seringkali, dalam regulasi baru berbasis pasar, pengelola swasta akan diberikan
kewenangan merangking guru-guru dengan reputasi tertentu. Rekomendasi
korporat umumnyadipercaya sebagai ukuran untuk menentukan kelayakan mengajar,
kelanjutan kontrak, kenaikan pangkat dan kenaikan upah guru.
Ciri regulasi berbasis pasar di atas, bisa ditemukan pada kasus deregulasi sektor guru
di AS untuk pengembangan program persiapan guru swasta. Wayne Au, seorang
profesor di School of Educational Studies University of Washington dan juga editor
majalah Rethinking Schools, menunjukkan bukti di mana perusahaan seperti Relay
Graduate School of Education atau Teach for America, telah mendapatkan
wewenang memberikan lisensi guru untuk memenuhi persyaratan sertifikasi.
Marketplace guru hanyalah salah satu tanda ancaman nyata neoliberalisme di sektor
guru. Tanda mengenai kekuatan pasar yang hendak mengambil alih seluruh kendali
atas guru-guru pemerintah dan swasta berdasarkan legitimasi hukum. Pengelola
swasta jelas mengincar posisi dominan dalam pasar guru di Indonesia. Entah itu,
akan melalui pengelolaan pasar secara luring atau daring, sebagaimana pada
marketplace guru.
Lagi pula, adalah sebuah hukum bahwa umat manusia akan terus bergerak ke arah
pengembangan dan pemanfaatan pengetahuan dan teknologi untuk memudahkan
usahanya. Tidak ada salahnya atau sebaiknya memanfaatkan kemajuan pengetahuan
dan teknologi itu untuk mengatasi masalah guru di Indonesia. Dengan demikian,
upaya membangun platform seperti ini, hendaknya tidak berbasis pada kepentingan
pasar. Melainkan, didasarkan pada solidaritas (kemanusia) terhadap nasib guru
Indonesia yang sangat memprihatinkan.
21