Anda di halaman 1dari 2

Marketplace Furu: Solusi atau Degradasi

Disusun oleh: Dian Aulia dan Iis Suminar

Gagasan Baru
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim
berencana menerapkan terobosan baru dalam hal rekrutmen guru pada 2024 mendatang.
Terobosan yang dimaksud adalah penerapan sistem marketplace untuk rekrutmen guru
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Marketplace guru adalah suatu wadah bagi para guru untuk menemukan maupun ditemukan
sekolah yang membutuhkan talentanya untuk mengajar. Layaknya 'online shop', marketplace
guru memungkinkan talenta dipesan oleh institusi pendidikan sesuai formasi yang
dibutuhkan.
Siapa saja pihak yang diperbolehkan masuk dalam Marketplace guru ini? Yang pertama,
guru-guru honorer yang sudah masuk seleksi untuk mengikuti calon guru ASN. Yang kedua
adalah lulusan PPG Prajabatan. Semua guru yang masuk ke marketplace ini sudah berhak
mengajar di sekolah-sekolah. Sekolah nanti bisa memilih langsung guru sesuai kebutuhan di
satuan pendidikannya secara real time melalui marketplace ini. Marketplace Guru disebut
dapat menjangkau dua pilar lainnya, yakni Perekrutan oleh Sekolah, dan Penempatan pada
Formasi Kurang Peminat.
Meski demikian, formasi masih tetap ditentukan pemerintah pusat, tetapi bersifat dinamis
setiap tahun tergantung jumlah siswa. Mekanisme seperti itu dianggap akan sangat efisien
mengisi kekosongan guru ASN PPPK di sekolah ketimbang yang ada saat ini. Adanya
marketplace guru akan membantu mengatasi masalah guru honorer yang selama ini terjadi
seperti tak bisa langsung merekrut guru baru karena harus menunggu rekrutmen guru ASN
terpusat. Sekolah ke depannya hanya bisa merekrut guru lewat Marketplace tersebut,
sementara guru juga dapat lebih fleksibel mendaftar ke institusi pendidikan yang mereka
inginkan.
Poin terakhir, pemerintah akan memastikan keterisian formasi guru di sekolah yang kurang
peminat dengan mengambil talenta di Marketplace dan membekali mereka dengan beasiswa
dan ikatan dinas.

Guru ladang bisnis?


Namun rencana yang dikembangkan oleh pemerintah tersebut justru berpotensi menimbulkan
masalah baru, karena tidak semua pihak setuju dengan hal itu. Seperti yang disampaikan oleh
Imam Zanatul Khaeri, tentang kekhawatirannya akan penggunaan marketplace menggradasi
guru menjadi sekedar barang jualan dan kedudukan guru makin tidak terhormat.
Lalu ada pula anggpan bahwa langkah yang tengah diupayakan oleh pemerintah tersebut
bukan sebagai langkah menyelesaikan masalah, melainkan strategi lari dari tanggung jawab.
Strategi pembuatan lokapasar itu terkesan menyerahkan nasib guru ke mekanisme pasar.
Pemerintah seharusnya memberikan jaminan penempatan yang pasti terlebih dahulu atas
nasib guru-guru yang hingga saat ini masih belum jelas.
Dibalik kemudahan akses tersebut, marketplace guru juga dapat memicu komersialisasi
pendidikan. Dalam upaya untuk bersaing dan menarik pelanggan, beberapa guru mungkin
tergoda untuk memasarkan diri mereka dengan harga yang lebih murah atau menawarkan
janji hasil yang cepat. Hal ini dapat mengabaikan kualitas pendidikan yang seharusnya
menjadi prioritas utama.

Anda mungkin juga menyukai