Kampus Merdeka ini merupakan perpanjangan dari program Merdeka
Belajar yang hangat dibicarakan dewasa ini. Kampus Merdeka sendiri yaitu suatu program yang ditujukan bagi perguruan tinggi yang dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Program ini bertujuan agar mahasiswa bisa lebih mandiri dan menguasai berbagai keilmuan yang mereka sukai agar berguna bagi masa depannya. Kebijakan Kampus Merdeka terdiri dari empat poin penting. Yang pertama yaitu mengubah PTN Satker menjadi PTN BH. Tujuan penggantian menjadi PTN BH (perguruan tinggi negeri dengan kekuatan badan hukum) yaitu diharapkan dapat lebih memiliki keleluasaan untuk menjalankan proyek komersil sehingga pengelolaan keuangan dapat lebih cepat sesuai dengan yang dibutuhkan. Poin yang kedua yaitu penyederhanan pada akreditasi di perguruan tinggi. Akreditasi yang sebelumnya wajib dilakukan setiap lima tahun berubah menjadi diperbaharui secara otomatis dan perguruan Tinggi yang terakreditasi B atau C dapat mengajukan kenaikan akreditasi kapanpun secara sukarela. Selain itu, pengajuan re-akreditasi perguruan tinggi dan prodi dibatasi paling cepat 2 tahun setelah mendapatkan akreditasi yang terakhir kali. Poin kebijakan Kampus Merdeka yang ketiga yaitu pendirian program studi baru bagi perguruan tinggi negeri maupun swasta yang berakreditasi A dan B. Sebelumnya, yang mendapat kebebasan untuk membuka program studi ini hanya PTN BH. PTN non BH dan perguruan tinggi swasta mendapat proses perizinan yang memakan waktu lama. Selanjutnya, poin kebijakan yang terakhir yaitu mahasiswa memiliki hak belajar tiga semester di luar program studi dan hak untuk secara sukarela memilih Satuan Kredit Semester (SKS). Mahasiswa dapat mengambil SKS di luar perguruan tinggi sebanyak dua semester (setara dengan 40 SKS). Ditambah lagi, dapat mengambil SKS di prodi yang berbeda di perguruan tinggi yang sama sebanyak satu semester (setara dengan 20 SKS). Tentunya setiap kebijakan itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing- masing, tak terkecuali program Kampus Merdeka ini. Menurut saya, kelebihan kebijakan ini yaitu mendorong mahasiswa untuk lebih dapat menyesuaikan diri di lapangan dan lingkungan kerja ketika sudah lulus nantinya. Hal ini dikarenakan memandang bahwa relevansi materi pembelajaran yang selama ini dipelajari mahasiswa di kelas dengan kebutuhan dunia industri dan lapangan masih relatif rendah. Kebijakan ini juga dinilai mampu membekali mahasiswa dengan pengalaman baru serta membuka lebih lebar cakrawala pengetahuan dan pengalaman mereka. Mahasiswa juga diharapkan dapat lebih mandiri dapat menentukan rangkaian pembelajaran mereka sendiri. Tapi untuk itu, perguruan tinggi harus bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dan harus terbuka untuk kolaborasi dan interaksi dengan sesama penyelenggara pendidikan maupun pihak ketiga (dunia usaha, dunia industri, organisasi nonprofit, dll) untuk memperluas pembelajaran. Selain kelebihan diatas, tentunya ada kekurangan dari kebijakan Kampus Merdeka ini. Kekurangan yang pertama yaitu tidak terlihatnya spesifikasi tertentu dari keilmuan mahasiswa. Hal ini terjadi karena dengan adanya Kampus Merdeka mahasiswa menjadi ingin mencoba hal- hal yang baru dan karena itulah keilmuan mahasiswa menjadi terbagi dan tidak bisa fokus dengan satu ilmu. Selain itu, kekurangan Kampus Merdeka yaitu membuka perusahaan menyewa tenaga dengan upah murah melalui pemanfaatan mahasiswa magang. Tantangan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan program Kampus Merdeka ini terutama ditujukan kepada perguruan tinggi. Sudah bisakah satu program studi bekerja sama dengan program studi yang lain dan bahkan sudah dapatkah perguruan tinggi tersebut bekerja sama dengan perguruan tinggi yang lain. Kerja sama ini harus dipikirkan secara matang dengan mekanisme yang jelas agar mahasiswa bisa melaksanakan kewajibannya yaitu belajar sebaik mungkin.