Baiq Handayani Rinuastuti, Aenun Safitri, Devi Yuniar, Dick Ema Deviana, Farida
Rahmany, Ike Nursafitri, Lale Novi Laela Purnama, Meinda Ilyani, Muhamad
Zulkurniawan, Sigit Widia Putra dan Solihin Fikriadi
Universitas Mataram
Abstrak
I. Pendahuluan
Dalam mencapai suatu kemajuan maka potensi-potensi yang ada pada seorang manusia
harus dikembangkan. Tentunya jika potensi-potensi tersebut dikembangkan secara
teratur dan terencana akan membawa pada suatu perubahan tingkat sosial tertentu.
Terutama pada daerah pedesaan, tentunya untuk meningkatkan suatu kesejahteraan
masyarakat harus dengan meningkatkan sumberdaya manusianya. Adapun sumber daya
manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah makhluk yang kompleks dan
keterpaduan tubuh dan jiwanya, yang tidak dapat dilakukan sebagai mana sumber daya
daya alam dan finansial dalam kegiatan bisnis. Tentunya manusia sebagai sumber daya
bagi suatu organisasi tidak sama karakteristiknya dengan sumber daya alam dan
finansial(Wakerwa, 2016).
Pada tahun 2019, Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah
menjadi sasaran dari Program Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) yang
berasal dari Kementrian Sosial ini. Program BLPS yang di berikan kepada 3 Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) yang bergerak didibidang pengerajin tenun yang merupakan
produk unggulan dari desa Sukarara ini. Pembentukan KUBE ini bertujuan untuk
meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan tentunya untuk meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
ketua KUBE di desa Sukarara, ternyata dalam kelompoknya terdapat beberapa
permasalahan diantaranya yaitu para anggota kelompok sulit untuk diatur, kurangnya
kesadaran bekelompok dan adanya padangan negatif kepada ketua kelompok terkait
bantuan yang diberikan. Sehingga diperlukan optimalisasi kelompok usaha bersama
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia adalah proses analisis dan identifikasi yang
dilakukan organisasi terhadap kebutuhan akan sumber daya manusia, sehingga
organisasi tersebut dapat menentukan langkah yang harus diambil guna mencapai
tujuannya. Selain itu, pentingnya diadakan perencanaan sumber daya manusia ialah
organisasi akan memiliki gambaran yang jelas akan masa depan, serta mampu
mengantisipasi kekurangan kualitas tenaga kerja yang diperlukan (Taufiqurokhman,
2009).
Proses perencanaan sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Lingkungan Eksternal
Perubahan-perubahan lingkungan sulit diprediksi dalam jangka pendek dan
kadangkadang tidak mungkin diperkirakan dalam jangka panjang.
2. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi mempunyai pengaruh yang besar tetapi sulit diestimasi.
Sebagai contoh tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga sering merupakan
faktor penentu kondisi bisnis yang dihadapi perusahaan.
3. Kondisi Sosial, Politik, Hukum
Kondisi ini mempunyai implikasi pada perencanaan sumber daya manusia melalui
berbagai peraturan di bidang personalia, perubahan sikap dan tingkah laku, dan
sebagainya.
4. Perubahan Teknologi
Perubahan-perubahan teknologi sekarang ini tidak hanya sulit diramal tetapi juga
sulit dinilai. Perkembangan komputer secara dasyat merupakan contoh jelas
bagaimana perubahan teknologi menimbulkan gejolak sumber daya manusia.
5. Pesaing
Para pesaing merupakan suatu tantangan eksternal lainnya yang akan mempengaruhi
permintaan sumber daya manusia organisasi. Sebagai contoh, “pembajakan” manajer
akan memaksa perusahaan untuk selalu menyiapkan penggantinya melalui antisipasi
dalam perencanaan sumber daya manusia.
B. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah rancangan sistem-sistem formal
dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif
dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional. Tidak peduli apakah
perusahaan tersebut merupakan sebuah perusahaan besar yang memiliki 10.000
karyawan atau organisasi nirlaba kecil yang memiliki 10 karyawan, tetap saja
karyawan-karyawan tersebut harus dibayar, yang berarti dibutuhkan sebuah sistem
kompensasi yang baik dan sah (Masram, 2017). Fungsi MSDM diterapkan dengan baik
dan tepat maka perlu perencanaan terlebih dahulu seperti yang diungkapakan
Taufiqurokhman (2009) sebagai berikut:
a. Perencanaan Organisasi
b. Perencanaan pengarahan
c. Perencanaan pengendalian
d. Perencanaan pengadaan
e. Perencanaan pengembangan
f. Perencanaan kompensasi
g. Perencanaan pengintegrasian
h. Perencanaan pemeliharaan
i. Perencanaan kedisiplinan
j. Perencanaan pemberhentian
III. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dengan metode pencatatan atas pengamatan
fakta yang berhasil dilihat. Fokus penelitian terarah pada kegiatan Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) dalam meningkatkan Usaha Ekonomi Produktifnya (UEP) dan
kegiatan Kelompok Usaha Bersama dalam menguatkan kelembagaannya. Lokasi
Penelitian Terletak di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara.
IV. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum KUBE Desa Sukarara
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang ada di Desa Sukarara merupakan
bentukan dari Dinas Sosial kabupaten Lombok Tengah yang dananya dari APBD.
KUBE di Desa Sukarara terdapat tiga kelompok, dimana masing-masing kelompok
terdiri dari 10 anggota. KUBE di Desa Sukarara diantaranya yaitu Kelompok Anggrek,
Kelompok Petak dan Kelompok Bintang. Masing-masing kelompok terdiri dari ketua
kelompok, sekretaris,bendahara dan 7 orang aggota. KUBE di Desa Sukarara ini
bergerak dibidang pen gerajin tenun,dimana awalnya para anggota KUBE ini adalah
pengerajin tenun yang hanya menjual hasil tenunya kepada pengumpul dimana
untungnya tidak seberapa.
KUBE di Desa Sukarara ini didampingi oleh seorang pendamping yang bernama
bapak Satriadi. KUBE di Desa ini mendapat bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten
Lombok Tengah berupa alat tenun dan bahan berupa benang untuk dijadikan dua
songket dengan sistem satu songket diserahkan keketua kelompok untuk dijadikan kas
agar kelompoknya lebih berkembang dan satu songketnya untuk diri sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kelompok KUBE ternyata terdapat
beberapa permasalahan yang terjadi dikelompoknya yaitu para anggota kelompok sulit
untuk diatur, kurangnya kesadaran bekelompok dan adanya padangan negatif kepada
ketua kelompok terkait bantuan yang diberikan. Sehingga diperlukan pengoptimalan
KUBE agar berjalan dan lebih berkembang.
3. Awiq-awiq Kube
Awiq-awiq adalah pranata atau aturan yang dibuat dan ditaati oleh masyarakat secara
bersama untuk mengatur hubungan antar manusia dan manusia dengan lingkuganya.
Tentunya kehidupan bermasyarakat tidak dapat lepas dari aturan-aturan yang harus
ditaati agar kehidupan masyarakat menjadi aman dan damai. Begitu juga dalam sebuah
kelompok pasti tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak ada awiq-awiq yang
mengikat. KUBE di Desa Sukarara ternyata belum memiliki awiq-awiq, sehingga perlu
difasilitasi untuk membuat dan menyepakati awiq-awiq yang harus ditaati. Para anggota
KUBE anggrek dan petak sangat setuju untuk dibuatkan awiq-awiq agar para
anggotanya tidak bertingkah semaunya.
Gambar 4.2 Musyawarah dan penetapan Awiq-awiq KUBE Anggrek dan Petak
Setelah dilakukan musyawarah maka ditetapkan tiga bidang yang diatur diantarnya
yaitu penataan kelembagaan KUBe, pengembangan usaha ekonomi produktif dan usaha
kesejahteraan sosial. Awiq-awiq untuk bidang penataan kelembagaan KUBe diantarnya:
Tabel 4.1 Awiq-awiq bidang penataan kelembagaan KUBe
Awiq-Awiq Bidang Penataan Kelembagaan Kube
1) Tujuan Pembentukan KUBe adalah meningkatkan taraf kesejahteraan anggota KUBe.
2) Jumlah awak anggota KUBe adalah 10 orang dan dapat bertambah jumlah
keanggotaannya atas dasar hasil musyawarah dan mufakat oleh anggota inti/awal
dengan permakluman kepada pendamping KUBe dan aparat pemerintah desa/kel
setempat serta dilaporkan ke Dinas Sosial Nakertrans Kab/Kota setempat.
3) Pengurus KUBe Fakir Miskin dipilih oleh, dari dan untuk anggota kelompok yang
mau dan mampu sebagai pengurus berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan
anggota KUBe.
4) Kepengurusan KUBe terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris, seorang
bendahara dan semuanya merangkap sebagai anggota KUBe.
5) Masa Kerja Kepengurusan bersifat permanen dan dapat diperpanjang beberapa kali
berdasarkan musyawarah anggota.
6) Bila terjadi hal-hal seperti meninggal dunia, pindah lokasi, atau melakukan perbuatan
yang merugikan KUBe maka kepengurusan dapat diganti sebelum waktunya
berdasarkan musyawarah mufakat anggota.
7) Penyediaan sarana dan prasarana serta kelengkapan KUBe diperoleh dari Iuran
Anggota dan atau sumber lainnya yang sah.
8) Untuk mempererat tali silaturahmi dan mengoptimalkan kegiatan KUBe, Pengurus
KUBe menjadwalkan pertemuan secara rutin setiap 1 bulan sekali.
9) Setiap anggota KUBe wajib hadir dalam pertemuan KUBe kecuali sakit, apabila tidak
hadir dengan alasan yang tidak jelas, maka anggota yang tidak hadir tersebut
dikenakan sanksi dengan membayar denda Rp. 5000.
Daftar Pustaka
Masram dan Mu’ah. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Profesional. Sidoardjo:
Zifatama Publisher.