Pembelajaran Bahasa Dalam pandangan beberapa ahli, ada perbedaan antara konsep pemerolehan dan pembelajaran. Pemerolehan bahasa diartikan sebagai penguasaan bahasa pertama seorang anak di mana dia tinggal. Proses pemerolehan bahasa ini berlangsung secara tidak sadar. Di sisi lain, pembelajaran adalah proses penguasaan bahasa target (bahasa kedua) yang dilakukan oleh seseorang guna kepentingan tertentu, misalnya untuk tujuan pekerjaan, akademis, ekonomi, dan lain-lain. Dalam proses ini tujuan yang ingin dicapai oleh individu tersebut jelas sehingga proses inipun dilakukan dengan sadar. Meskipun pemerolehan dan pembelajaran bahasa memiliki esensi yang berbeda tetapi keduanya memiliki persamaan dalam prosesnya. Persamaan antara pemerolehan dan pembelajaran bahasa tersebut seperti di bawah ini. 1) Praktik, baik pemerolehan maupun pembelajaran pada hakikatnya adalah pembentukan kebiasaan berbahasa sehingga ia memiliki kemampuan (capability) berbahasa yang dilakukan melalui serangkaian praktik berbahasa. 2) Meniru, kegiatan meniru (imitation) juga berlaku bagi pemerolehan maupun pembelajaran bahasa. Peniruan itu baik dari aspek suara, kalimat, dan metode menggunakannya (konteks). 3) Keduanya melalui tahapan-tahapan dalam proses kebahasaannya.
Selain persamaan tersebut, pemerolehan maupun pembelajaran bahasa juga memiliki perbedaan sebagai berikut. 1) Perbedaan Motivasi atau tujuan, pemerolehan bahasa digunakan sebagai dasar dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya sedangkan pembelajaran didasari oleh motif tertentu seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain sebagainya. 2) Pemerolehan bahasa dilakukan secara tidak sadar sedangkan pembelajaran bahasa dilakukan secara sadar oleh individu yang bersangkutan. 3) Model dalam pemerolehan bahasa pertama adalah bahasa pertama yang digunakan di lingkungannya sedangkan pembelajaran biasanya objek bahasanya adalah bahasa kedua. Misalnya, di suku Jawa bahasa pertama adalah bahasa Jawa dan bahasa kedua adalah bahasa Indonesia. 4) Perbedaan waktu ini mengacu pada tahap yang dilalui dimana pemerolehan bahasa pertama biasanya pada waktu usia anak-anak dan yang paling baik pada masa periode masa kritis dan pembelajaran bahasa bahasa dapat dilakukan kapanpun. 5) Pembelajaran bahasa adalah proses yang terjadi setelah pemerolehan bahasa terjadi. Konsep persamaan dan perbedaan pemerolehan dan pembelajaran bahasa ini penting diketahui dan dipahami oleh seorang pendidik bahasa. Hal ini nantinya dapat digunakan sebagai landasan dalam penyusunan pembelajaran bahasa yang efektif dan efisien sesuai dengan konteks yang dihadapi. Di samping kedua istilah di atas, yang bisa menimbulkan salah pengertian kita terutama karena kemiripan pengucapannya adalah sifat pemerolehan yaitu nurture atau nature. Istilah tersebut memang lahir dari kedua tokoh yang berlainan aliran dan bidang kajian yang berbeda pula. Istilah nurture merupakan kesimpulan dari teori behaviorisme yang mengatakan bahwa otak manusia dilahirkan seperti tabularasa (blank slate/piring kosong) dimana blank slate ini akan diisi oleh alam sekitarnya. Dalam buku Psikolinguistik karya Abdul Chaer, hipotesis tabularasa ini mulanya dikemukakan oleh John Locke seorang tokoh empirisme yang sangat terkenal.Kemudian pelopor modern dalam pandangan ini adalah seorang psikolog dari Universitas Harvard yaitu, B.F. Skinner. Sedangkan istilah nature adalah lahir dari teori Innatisme yang dipelopori oleh Noam Chomsky (1960an) yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan dengan Innate Properties (bekal kodrati) yaitu bersama Faculties of the Mind (kapling minda) yang salah satu bagiannya khusus untuk memperoleh bahasa, yaitu Language Acquisition Device (piranti pemerolehan bahasa). Karena alat ini berlaku semesta, maka kemudian Chomsky merumuskan teorinya dengan istilah Universal Grammar (tatabahasa semesta). Jadi perkembangan pemerolehan bahasa anak akan seiring dengan pertumbuhan faktor biologisnya (Ghazali: 2000 dan Dardjowidjojo: 2005). Meskipun terjadi perbedaan sifat pemerolehan seperti disebutkan di atas, namun antara Nurture dan Nature sama-sama saling mendukung. Nature diperlukan, karena tanpa bekal kodrati makhluk tidak mungkin anak dapat berbahasa sedangkan nurture diperlukan, karena tanpa input dari alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud (Dardjowidjojo, 2005:237). Elis (dalam Chaer 2002 : 242) menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu: 1). Tipe Naturalistik Tipe naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan pembelajaran berlangsung didalam lingkungan kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat billingual dan multi lingual tipe naturalistik banyak dijumpai. Belajar bahasa menurut tipe naturalistik ini sama prosesnya dengan pemerolehan bahasa pertama yang berlangsungnya secara ilmiah, sehingga pemerolehan bahasa yang dihasilkan antara anak-anak dan dewasa berbeda. 2). Tipe formal Tipe formal yang bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi dan alat-alat yang sudah dipersiapkan, pembelajaan bahasa dalam tipe ini dilakukan dengan sengaja atau sadar, pembelajaran bahasa bersifat formal seharusnya lebih baik dari pada pembelajaran yang dilakukan secara naturalistik, tapi pada kenyataanya tidak tidak berbagai penyebab atau faktor yang mempengaruhinya dalam proses pembelajaran bahasa. Beberapa tokoh sudah banyak menyatakan bahwa meskipun studi tentang metodologi belajar bahasa kedua ataupun bahasa asing telah banyak dilakukan dengan memakan waktu sekian lama dan biaya yanga sangat besar, tetapi belum banyak mengubah cara orang untuk belajar bahasa.
Dalam proses belajar bahasa, kita mengenal hipotesis Model Krashen (1976).
1. Hipotesis pemerolehan dan pembelajaran bahasa Hipotesis ini menyatakan bahwa anak kecil dalam meguasai bahasa pertama terjadi secara ambang sadar (sub-consiusness) dan bersifat alamiah. Proses ini disebut pemerolehan(acquisition). Orang dewasa dalam proses menguasai bahasa kedua atau bahasa asing terjadi secara sadar (consiusness) melalui bentuk-bentuk bahasa dan mewujudkannya dalam bentuk verbal. Orang dewasa mengusai bahasa melalui kaidah- kaidah formal bahasa. Proses ini disebut dengan belajar (learning). Adapun identifikasi proses penguasaan bahasa oleh kanak-kanak dan orang dewasa adalah sebagai berikut: a. Proses penguasaan bahasa anak (1) Proses terjadi secara ambang sadar pada pemerolehan bahasa pertama (2) Komunikasi terjadi secara alamiah (3) Keberhasilan belajar bahasa bagi anak tidak mungkin dihindari (4) Pembelajar tidak dapat menyebut aturan tata bahasa (5) Tidak diperkuat oleh pengajaran, uraian tentang tatabahasa, dan tidak ada koreksi (6) Proses diatur oleh strategi universal yang disebut LAD (Language Acquisition Device) b. Proses penguasaan bahasa orang dewasa (1) Proses ini terjadi pada saat orang dewasa belajar bahasa kedua (2) Proses terjadi secara sadar dan terjadi secara internalisasi aturan tatabahasa (3) Kemampuan yang dimiliki merupakan hasil dari pengajaran (4) Proses penguasaan bahasa tidak mungkin dihindari (5) Pembelajar memiliki rumusan-rumusan aturan tatabahasa Berdasarkan pendapat krashen tersebut secara jelas dapat dilihat bahwa proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa benar-benar dipisahkan. Tapi dalam kenyataannya dalam proses belajar di sekolah pun sesungguhnya terjadi proses pemerolehan di sela-sela proses belajar. 2. Hipotesis Urutan Alamiah Hipotesis yang menyatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang itu berjenjang secara alamiah dan bersifat universal. Penjelasan alamiah menunjukkan bahwa bentuk- bentuk bahasa yang sederhana akan dikuasai terlebih dulu oleh anak sebelum menguasai bentuk-bentukyang lebih rumit. 3. Hipotesis Monitor Hipotesis ini menyatakan bahwa kegiatan berbahasa melalui kaidah-kaidah kebahasaan yang dipelajari secara sadar hanya berfungsi sebagai monitor dan editor. Proses monitor hanya dapat berlangsung apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a) Ada waktu yang cukup bagi pembelajar untuk memilih dan menerapkan kaidah yang dipelajarinya b) Difokuskan pada bentuk-bentuk bahasa yang benar menurut kaidah c) Pembelajar harus memahami dan menguasai kaidah bahasa yang dipelajarinya secara benar 4. Hipotesis Input Hipotesis ini menyatakan bahwa kemampuan berbahasa (out put) seseorang bergantung kepada masukannya. Jika masukannya benar, maka keluarannya pun juga akan benar.dalam proses penguasaan bahasa pada aspek menyimak dan membaca pemahaman memiliki peranan penting dalam progam belajar bahasa, dan kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa kedua akan mengair dari kedua aspek tersebut. 5. Hipotesis Filter Afektif Semakin besar saringan afektif pembelajar akan semakin sukar menguasai bahasa kedua.wujud dari saringan afektif yang semakin besar adalah berupa hambatan psikologis (inhibisi) seseorang, misalnya rasa malu, cemas, rasa takut.
Dalam kegiatan proses belajar bahasa kita juga mamahami Model
Bialystok (1978) dalam 3 tataran, yaitu input, knowledge, dan out put. a. Tataran input Tataran ini, berupa pengalaman berbahasa pembelajar yang telah dipajan (expouser) melalui belajar membaca dan berbicara. b. Tataran knowledge Berupa cara penyimpanan informasi. Cara penyimpanannya meliputi penyimpanan implisit berupa pengetahuan intuitif. Cara penyimpanan eksplisit berupa pengetahuan bahasa secara sadar dan cara penyimpanan informasi eksplisit berupa pengetahuan bahasa secara sadar.pengetahuan eksplisit mempunyai 3 fungsi, yaitu : 1) Sebagai dasar informasi baru sebelum disimpan dalam pengetahuan implisit 2) Sebagai gudang informasi 3) Sebagai sistem artikulasi untuk pengetehuan implisit yang mungkin dipakai secara eksplisit. Sedang pengetahuan implisit hanya mempunyai satu fungsi, yaitu untuk menyimpan semua informasi tentang bahasa target yang diperlukan untuk mengungkapkan dan memahami bahasa. c. Tataran output Pengungkapan bahasa dari informasi yang tersimpan melalui proses membaca dan menyimak. JAWABAN NO 2
Hubungan antara Pemerolehan Bahasa Pertama dan Pemerolehan Bahasa
Kedua
Ciri-ciri pemerolehan bahasa mencakup keseluruhan kosakata, keseluruhan
morfologi, keseluruhan sintaksis, dan kebanyakan fonologi. Istilah pemerolehan bahasa kedua atau second language aqcuisition adalah pemerolehan yang bermula pada atau sesudah usia 3 atau 4 tahun. Ada pemerolehan bahasa kedua anak-anak dan pemerolehan bahasa kedua orang dewasa. Ada lima hal pokok berkenaan dengan hubungan pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa kedua. Salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah bahwa pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi sesudah perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai, dalam pemerolehan bahasa pertama pemerolehan lafal dilakukan tanpa kesalahan, sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua itu jarang terjadi, dalam pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ada kesamaan dalam urutan perolehan butir-butir tata bahasa, banyak variabel yang berbeda antara pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa. Kedua, suatu ciri yang khas antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua belum tentu ada meskipun ada persamaan perbedaan di antara kedua pemerolehan. Ada tiga macam pengaruh proses belajar bahasa kedua, yaitu pengaruh pada urutan kata dan karena proses penerjemahan, pengaruh pada morfem terikat, dan pengaruh bahasa pertama walaupun pengaruh isi sangat lemah (kecil).