Anda di halaman 1dari 7

BAB II

GURU DITUNTUT KREATIF DALAM SURAT KABAR KOMPAS,


SENIN, 22 OKTOBER 2018

2.1 Tanggapan terhadap artikel Guru dituntut kreatif dalam surat kabar
Kompas, senin, 22 oktober 2018

DNE/ELN (2018 : 11) menulis yang berjudul Pembelajaran bahasa


indonesia sesuai kurikulum 2013 didominasi struktur Bahasa. Guru harus
mengembangkan model pembelajaran yang menarik.

Jakarta. Kompas – Pengajaran Bahasa Indonesia yang belum menyeluruh di


sekolah menyebabkan kemampuan kebahasaan dan keberbahasaan siswa kurang.
Dituntut kreativitas guru Bahasa Indonesia dalam mengembangkan beragam model
belajar, mulai dari mendengarkan, berbicara, membaca hingga menulis, untuk
berkomunikasi sesuai konteks.

Kemampuan kebahasan dan keberbahasaan siswa yang kurang akan


terbawa hingga mereka dewasa. “Mahasiswa banyak yang tak menguasai
kompetensi dasar Bahasa Indonesia, seperti bentuk kalimat pasif dan aktif,
preposisi, tanda baca, imbuhan dan sisipan,” kata dosen Program Studi Sastra
Indonesia Universitas Indonesia, Untung Yuwono, ketika dihubungi dari Jakarta,
Sabtu (20/10/2018).

Dia mengatakan, kemampuan kebahasaan sangat mudah dilihat dari


kemampuan mahasiswa menulis karya ilmiah dan ketika mereka menyajikan karya
tersebut secara lisan.

Lemahnya kemampuan kebahasaan dan keberbahasaan termasuk


penghalang penguasaan konsep secara mendalam. Karena itu, menurut Untung,
sedini mungkin hendaknya guru melatih kemampuan kebahsaan dan keberbahasaab
siswa.
Ketua Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) Jajang Priatna,
Minggu, mengatakan, pengajaran Bahasa Indonesia dengan kurikulum 2013
didominasi struktur Bahasa.

Guru harus punya bekal beragam model belajar yang membuat siswa paham
dan dapat mengaplikasikan struktur Bahasa yang baik, terutama terkait beragam
teks.

“Bukan tidak bagus materi soal struktur Bahasa, tetapi bisa membuat siswa
bosan. Apalagi jika guru kurang mengembangkan model belajar yang menarik,”
ujar Jajang.

Kongres AGBSI menekankan agar guru menggunakan pendekatan sastra


untuk masuk dalam palajaran Bahasa Indonesia. Materi sastra beragam dan menarik
serta tetap bisa dipakai untuk mempelajari struktur Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.

Janjang mengatakan, guru bisa mulai dari dunia siswa. Siswa diera digital
mempunyai referensi membaca dalam Bahasa Indonesia secara digital.

“Dengan pendekatan yang tersumber dari apa yang dipahami atau dimiliki
siswa, belajar Bahasa Indonesia bisa menarik,” ujar Jajang.

Menurut Guru Besar Bidang Linguistik Universitas Mataram Mahsun,


pembelajaran Bahasa Indoensia selama ini memisahkan unsur-unsur pembentukan
Bahasa sehingga pemahaman struktur Bahasa tidak pernah sebagai sebuah
kesatuan.

Di kelas, guru mengajarkan materi tentang fonem, kalimat aktif, kalimat


pasif, serta penggunaan tanda baca sebagai subyek yang terpisah-pisah dan berdiri
sendiri.

Salah satu penyebabnya, guru Bahsa Indonesia sejak kuliah di Lembaga


Pendidikan tenaga kependidikan juga hanya diajar struktur Bahasa tercerai-berai.
Menurut Mahsun, intervensi pertama yang dilakukan adalah mengakrabkan guru
kepada jenis-jenis teks. Guru dituntut rajin membaca dan menganalisis teks.
Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Medan, Sumatera Utara, Wahidah
Rahmadani, mengatakan, dirinya berupaya mengajarkan Bahasa Indonesia secara
menyeluruh kepada siswa, termasuk memanfaatkan media internet.

Menurut jajang, guru Bahasa Indonesia dituntut mempunyai kemampuan


Bahasa Indonesia di level unggul. Namun, dari 37.893 peserta Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia pada periode 2005-2017, mayoritas diikuti guru Bahasa
Indonesia, yang mencapai level unggul dan sangat unggul hanya 33,6 persen.

Tanggapan.

Pengajaran Bahasa Indonesia yang belum menyeluruh di sekolah


menyebabkan kemampuan kebahasaan dan keberbahasaan siswa kurang. Dituntut
kreativitas guru Bahasa Indonesia dalam mengembangkan mulai dari
mendengarkan, berbicara, membaca, hingga menulis, untuk membantu siswa cakap
berkomunikasi sesuai konteks.

Guru harus punya bekal beragam model belajar yang membuat siswa paham
dan dapat mengaplikasikan struktur Bahasa yang baik, terutama terkait beragam
teks. Salah satu penyebab, guru Bahsa Indonesia sejak kuliah, juga hanya diajar
struktur Bahasa yang terceraiberai. Intervensi pertama yang dilakukan adalah
mengakrabkan guru kepada jenis-jenis teks. Guru dituntut rajin membaca dan
menganalisis teks.

2.2 Kesalahan kebahasaan dalam surat kabar Kompas, senin, 22 oktober 2018

1. Judul: Entis (2018:2) SDN Grenjeng kota Cirebon, Tiadakan Upacara Bendera

Kesalahan: Terdapat kata tiadakan, penggunaan kata yang tidak baku dalam
sebuah judul artikel.

Pembetulan: SDN Grenjeng kota Cirebon, Meniadakan Upacara Bendera

2. Paragraf pertama: Entis (2018:2) "Mulai tahun ini kita minta seluruh sekolah
melaksanakan upacara tiap hari Senin, kepala sekolah harus memberikan arahan
setiap pekan."
Kesalahan: Kata minta sebaiknya diganti dengan meminta, supaya baku. Kata
tiap sebaiknya diganti dengan setiap.

Pembetulan: "Mulai tahun ini kita meminta seluruh sekolah melaksanakan


upacara bendera setiap hari Senin. Kepala sekolah harus memberikan arahan
setiap pekan."

3. Paragraf ketiga: Entis (2018:2) Salah satu guru yang bernama Eman,
mengatakan selaku dirinya perwakilan guru kaget, kenapa tempat pembangunan
proyek di lapangan upacara.

Kesalahan: Selaku dirinya sebaiknya diganti dengan dirinya selaku. Kenapa


sebaiknya diganti dengan mengapa

Permbetulan: Salah satu guru yang bernama Eman, mengatakan dirinya selaku
perwakilan guru kaget, mengapa tempat pembangunan proyek di lapangan
upacara.

4. Paragraf keempat: Entis (2018:2) H Bram sendiri hanya menerima upah gaji
kerja semua tenaga kerja(tukang) dari H Bram.

Kesalahan: Upah gaji diganti dengan upah. Karena Jika ditulis keduanya akan
menimbulkan pemborosan kata. H Bram diberi tanda titik menjadi H. Bram.
Karena, merupakan singkatan kata haji.

Pembetulan: H. Bram sendiri menerima upah kerja semua tenaga kerja(tukang)

5. Paragraf kelima: Entis (2018:2) [...] karena ada lahan kosong di jejeran
kelas(pojok) tapi setelah lihat gambar berbeda.

Kesalahan: Terdapat kata lihat sebaiknya diganti dengan melihat, supaya baku.

Pembetulan: [...] karena ada lahan kosong di jejeran kelas(pojok) tapi setelah
melihat gambar berbeda.

6. Paragraf ketujuh: Entis (2018:2) "Bagi penilaian saya hanya selalu mencari akal
akalan saja agar anggaran sarana prasarana selalu meningkat di setiap tahunya,
masa kota cirebon hanya 5 kecamatan tingkat pembangunanya[...]"
Kesalahan: Terdapat kata bagi yang seharusnya menggunakan kata menurut.
Kata hanya selalu sebaiknya diganti dengan selalu. Akal akalan sebaiknya akal-
akalan. Tahunya seharusnya menggunakan tahunnya. Pembangunanya
seharusnya menggunakan pembangunannya. Karena keduanya ditambahkan
sufiks-nya.

Pembetulan: "Menurut penilaian saya hanya mencari akal-akalan saja agar


anggaran sarana prasarana selalu meningkat di setiap tahunnya, masa kota
cirebon hanya 5 kecamatan tingkat pembangunannya[...]"

7. Judul: Kartika (2018:8) Disdikpora Gunungkidul Terkesan Menutupi

Kesalahan: Kata menutupi masih ambigu, sehingga seharusnya ditambahkan


objek. Yaitu, swakelola di SD Negeri Sokoliman.

Pembetulan: Disdikpora Gunungkidul Terkesan Menutupi Swakelola di SD


Negeri Sokoliman

8. Paragraf kedua: Kartika (2018:8) [...] dari mulai upaya mengkaburkan informasi,
bahkan pengerjaannya telah diborongkan.

Kesalahan: Kata mengkaburkan seharusnya mengaburkan karena mengalami k,


t, s, p apabila di bubuhkan afiks akan mengalami peluruhan.

Pembetulan: [...] dari mulai upaya mengaburkan informasi, bahkan


pengerjaannya telah diborongkan.

9. Paragraf kelima: Kartika (2018:8) [...] kenapa muncul nama pihak ketiga, yaitu
Maryanto siapakah Maryanto?Sekdin menjawab dirinya tidak tahu.

Kesalahan: Kenapa seharusnya diganti dengan mengapa, supaya lebih resmi.


Penempatan kata sekdin seharusnya setelah spasi, sehingga tidak digabung
dengan tanda tanya.

Pembetulan: Paragraf kelima: [...] mengapa muncul nama pihak ketiga, yaitu
Maryanto siapakah Maryanto? Sekdin menjawab dirinya tidak tahu.
10. Paragraf ketujuh: Kartika (2018:8) Sebagai pejabat publik di Dinas
Pendidikan, seharusnya dapat memberikan contoh pejabat lain dilingkungan
pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul

Kesalahan: Kata dilingkungan seharusnya ditulis di lingkungan karena di


merupakan kata depan sehingga harus dipisah dengan kata lingkungan.

Pembetulan: Sebagai pejabat publik di Dinas Pendidikan, seharusnya dapat


memberikan contoh pejabat lain di lingkungan pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Gunungkidul.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesalahan yang terjadi


dalam surat kabar Kompas terletak pada peluluhan bunyi yang salah, penulisan
afiks yang salah, penempatan kata setelah tanda baca yang salah, dan abreviasi yang
salah.

3.2 Saran

Berbicara tentang bahasa, kita memang membutuhkan bahasa sebagai alat


komunikasi. Media masa merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan
suatu fikiran, maupun informasi, salah satunya adalah surat kabar. Penulisan surat
kabar hendaknya memerhatikan penulisan kata atau mofem sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pengetikan.

Anda mungkin juga menyukai