Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN SISTEM ZONASI, APAKAH EFEKTIF?

Adanya perubahan implementasi kebijakan system Zonasi yang dilakukan oleh


KEMENDIKBUD.RI Menyebabkan banyak perubahan dan dampak bagi para peserta didik
terutama peserta didik SMA/MA sederajat. System Zonasi merupakan system yang
mengharuskan peserta didik baru memilih sekolah yang memiliki radius terdekat sesuai
domisili masing-masing atau yang biasa diartikan dengan jarak terdekat dari rumah masing-
masing. Hal itu menyebabkan peserta didik yang rumah atau domisilinya jauh dari sekolah
yang peserta didik inginkan, tidak dapat dipilih. Mengapa KEMENDIKBUD memberlakukan
system zonasi ini? Kemungkinan dalam hal ini, system zonasi bertujuan untuk menyetarakan
derajat atau status antara sekolah negeri biasa dengan sekolah negeri favorit.
Menurut presepsi orang tua dari masing-masing peserta didik, system ini membuat peserta
didik yang ingin masuk ke sekolah favorit menjadi terbatas kuotanya. Bahkan mereka juga
mengatakan bahwa nilai yang didapatkan oleh putra-putrinya menjadi Cuma-Cuma. Mengapa
demikian? Karena pada awalnya banyak peserta didik yang ingin masuk ke sekolah favorit,
mereka berupaya sekuat tenaga untuk mendapatkan nilai atau hasil yang maksimal.
Kemudian munculah system zonasi ini, mereka semakin kebingungan dikarenakan nilai atau
hasil belajar nya itu ingin digunakan untuk masuk ke sekolah favorit yang mereka inginkan,
tetapi dengan adanya penerapan system ini mereka harus memilih sekolah yang sebelumnya
tidak ada dalam niat para peserta didik. Semangat para peserta didik kian memudar, mereka
banyak berprasangka bahwa nilai yang mereka dapatkan kini menjadi cuma-cuma.
Mengapa status SEKOLAH FAVORIT harus diubah ? dilansir dalam Instagram milik
KEMENDIKBUD.RI, status sekolah favorite dirubah sebab :
1. Penekanan kompetisi pada siswa hanya berdasarkan capaian prestasi akademik
2. Pandangan sempit tentang prestasi peserta didik yang hanya berdasarkan capaian nilai
ujian
3. Ketidakadilan bagi siswa yang memiliki nilai ujian rendah
4. Ketidakadilan bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu
5. Demi masuk sekolah “Favorit”, siswa terpaksa menempuh perjalanan jauh setiap
harinya atau tinggal berpisah dari orang tua
6. Intervensi pemerintah pusat/pemda hanya kepada sekolah favorit
7. Kondisi kelas kurang heterogen, guru cenderung kurang termotivasi untuk
meningkatkan kompetensi diri
8. Suburnya praktik “Jual beli kursi dan pungutan liar”.
Dari beberapa alasan mengapa status sekolah favorit dirubah, hal itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa selama ini, sekolah favorit hanya mengandalkan nilai saja. Tentu,
system zonasi ini menuai banyak alasan pro dan kontra. Alasan tentang jual beli kursi
mungkin banyak dilakukan oleh oknum-oknum nakal agar putra/putri nya dapat
bersekolah di Sekolah Favorit, tentu hal ini akan menyebabkan siswa yang memang
benar-benar pandai tidak dapat memilih sekolah itu sebab pagu atau kuotanya habis yang
dikarenakan telah diperjual belikan oleh suatu sekolah, oleh karena itu, KEMENDIKBUD
mengubah status sekolah favorit agar tidak terjadi banyak pelanggaran ataupun
penyelewengan jabatan oleh oknum di dalam sekolah. Hal ini juga dilakukan agar semua
peserta didik mampu bersekolah dan bersaing secara sehat tanpa memandang adanya
status antara sekolah favorite dan sekolah biasa.
Dengan dihilangkannya status sekolah favorit, semua sekolah negeri pada saatnya akan
setara. Kemendikbud terus mendorong sekolah-sekolah yang fasilitasnya masih belum
sempurna untuk mengejar ketertinggalan. Bantuan-bantuan pemerintah berupa fasilitias
laboratorium, alat bantu Pendidikan, dan lainnya diprioritaskan untuk sekolah-sekolah seperti
ini. Adapun zonasi menurut mendikbud :
1. Nondiskriminatif, objektif, transaparan, akuntabel, dan berkeadilan
2. Meningkatkan sarana-prasarana, kurikulum dan penataan menyeluruh
3. Menghindari jual beli kursi, titipan pejabat dan sebagainya
4. Menghapuskan label sekolah favorit.
Presiden Jokowi sempat meminta agar system zonasi di evaluasi kembali agar
tidak terjadi berbagai bentuk kesalahpahaman antara pihak kemendikbud dengan
masyarakat. Setelah ditutunkannya surat perintah Presiden terkait revisi PPDB,
KEMENDIKBUD memperbarui kuota penerimaan siswa. Didalam revisi peraturan,
kuota penerimaan siswa baru melalui system zonasi kini berubah menjadi 80% dan
jalur prestasi menjadi 15%. Namun hal ini hanya diterapkan di beberapa daerah yang
belum siap dari segi infrastruktur hingga SDM. Mendikbud sebutkan akan turrut
mendorong pemerataan guru sebagai prioritas lain guna mendukung system zonasi
ini. “Yang sudah mantap nggak usah di utik-utik, itu untuk menampung akomodasi
yang masih bermasalah aja. Rotasi guru, setelah itu nanti rekan sarana-prasarana
terutama sekolah-sekolah yang masih tertinggal gitu.” Ungkap Muhadjir Efendy saat
ditemui wartawan Net News.
Menanggapi gelombang protes orang tua peserta didik baru dan surat perintah
Presiden Jokowi terkait aturan system Zonasi pada PPDB 2019 Kemendikbud
akhirnya merevisi aturan zonasi. Evaluasi ini menyusul adanya perbedaan antara
kebijakan dengan situasi di lapangan kerja dan disetiap daerah memiliki karakter yang
berbeda-beda. Seorang ibu-ibu protes lantaran anaknya tidak diterima di sekolah
negeri yang menjadi impiannya, padahal sang anak memiliki prestasi yang
membanggakan. Ibu ini hanya salah satu dari ribuan orang tua siswa di Surabaya Jawa
Timur yang mengeluhkan system penerimaan siswa baru berbasis Zonasi yang
diterapkan KEMENDIKBUD. Orang tua siswa menuntut system zonasi agar
dihapuskan.
“Ya sudah saya perintahkan kepada Menteri untuk dievaluasi karena antara kebijakan
dan lapangan itu bisa berbeda gitu. Dan setiap daerah memiliki karakter yang
berbeda-beda.” Ungkap Presiden Jokowi
Dalam surat edaran 21 Juni 2019 yang ditujukan kepada Gubernur, Bupati dan Wali
Kota di seluruh Indonesia, KEMENDIKBUD memperbarui kuota siswa yang diterima
lewat jalur zonasi. Kuota sebelumnya jalur zonasi paling sedikit 90% dari daya
tampung sekolah, jalur prestasi paling banyak 5% di luar zonasi dari daya tampung
sekolah dan jalur perpindahan tugas orang tua/wali paling banyak 5% dari daya
tampung sekolah. Sementara pada revisi aturan zonasi PPDB 2019 kuota terbaru jalur
zonasi paling sedikit 80% dari daya tampung sekolah dan jalur prestasi paling banyak
15% dari daya tampung sekolah.
Melalui system zonasi ini, kemendikbud mengajak orang tua untuk mengubah pola
pikir antara status sekolah favorit dan sekolah non favorit karena sekolah harus
mendidik semua siswa tanpa terkecuali. Namun disisi lain, kebijakan yang berisikan
upaya untuk pemerataan akses Pendidikan, sejatinya melalui tahapan sosialisasi yang
baik kepada seluruh orang tua calon peserta didik baru.
Adapun pendapat dari BPTIK DIKBUD (Balai Pengembangan teknologi Informasi
dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan) kota Semarang terkait zonasi PPDB.
Latar belakang timbulnya zonasi oleh beberapa sebab :
1. Sekolah favorit
Sekolah favorit muncul sebab pemikiran masyarakat itu sendiri, faktanya sekolah
favorit itu tidak ada. Dengan adanya system zonasi, semua sekolah akan di
samaratakan.
2. Kompetisi pada siswa
Siswa belajar bukan untuk mencari sekolah favorit, dengan adanya system
zonasi siswa bersekolah untuk belajar dan mencari ilmu.
3. Interferensi bantuan sekolah
Banyak sekali isu-isu tentang bahwa sekolah favorit memiliki bantuan sekolah
yang banyak sedangkan sekolah non favorit kurang mendapatkan bantuan
sekolah dari kemendikbud. Dengan adanya system ini, akan adanya
pemerataan bagi semua sekolah.
4. Kompetensi guru cenderung menurun
Kompetensi guru akan menghilang apabila peserta didik bersifat homogen.
Dengan adanya system zonasi, siswa akan terbagi rata sehingga kompetensi
guru lebih meningkat.
5. Adanya jual beli kursi
Hal tersebut sering terjadi karena memaksakan untuk bersekolah yang
dianggap favorit. Dengan adanya system zonasi, penerimaan peserta didik
baru berdasarkan alamat kartu keluarga atau surat keterangan domisili dari
RT/RW yang dilegalisir oleh lurah atau kepala desa setempat yang
menerangkan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah berdomisili paling
singkat 6 bulan sebelum PPDB.
6. Sekolah jauh dari rumah
Dikarenkan sekolah yang jauh dari tempat tinggal tentunya akan menambah
biaya untuk transportasi. Dengan adanya zonasi, sekolah hanya akan
menampung siswa yang domisilinya dekat dengan sekolah tersebut.
Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan zonasi
merupakan salah satu strategi percepatan pemerataan Pendidikan yang berkualitas.
Target kita bukan hanya pemerataan akses layanan Pendidikan saja, tetapi juga
pemerataan kualitas Pendidikan. Penetapan Zonasi yang dilansir oleh BPTIK
DIKBUD, antara lain :
1. Mendekatkan domisili
2. Memperhatikan jumlah daya tampung
3. Administrasi dipastikan masuk
4. Zonasi wajib diumumkan paling lama satu bulan sebelum PPDB
5. Melibatkan musyawarah dengan kepala sekolah

Penetapan zonasi ini dijelaskan dalam PERMENDIKBUD No 51 tahun 2018.


Adapun manfaat system zonasi guna meningkatkan skill pembelajaran abad ke-21.
Skill yang dimaksud diantaranya adalah kolaborasi, komunikasi, kreatifitas, dan
berpikir kritis. Fungsi didirikannya sekolah pada dasarnya untuk memfasilitasi
masyarakat terdekatnya. Beberapa masyarakat mengatakan tidak semua zona
punya sekolah negeri mengendurkan semangat belajar siswa merusak proses
persaingan terbuka membatasi kebebasan memilih sekolah.

Seleksi ini dilakukan dengan memprioritaskan jarak tempat tinggal terdekat ke


sekolah dalam zonasi yang ditetapkan. Jarak tempat tinggal terdekat dihitung
berdasarkan jarak tempuh dari kantor Desa/Kelurahan menuju ke sekolah. Jika
jarak tempat tinggal sama. Maka yang diprioritaskan adalah calon peserta didik
yang mendaftar lebih awal dan berdasarkan nilai UN. Jika ada kesamaan nilai UN
diperingkatkan berdasarkan urutan mata pelajaran:
1. Bahasa Indonesia
2. IPA
3. Matematika
4. Bahasa Inggris
Calon peserta didik dapat melakukan pendaftaran melalui jalu prestasi di
luar zonasi domisili peserta didik. Polemik system zonasi PPDB
menyimpulkan adanya pendapat pro dan kontra. Adapun pendapat pro
menyebutkan bahwa zonasi dianggap baik untuk memenuhi unsur pemerataan
Pendidikan di Indonesia kedepannya. Peserta didik bisa lebih mudah datang
tepat waktu, dan tidak telat ke sekolah sehingga bisa lebih Fresh saat
menerima pembelajaran. Adapun pendapat Kontra lainnya bahwa zonasi
dianggap tidak adil bagi siswa yang berpestasi karena kalah bersaing dengan
siswa yang nilainya biasa saja karena lokasinya relative lebih jauh dari
sekolah. Zonasi diangap megajarkan peserta didik jadi pemalas karena yang
diutamakan zona bukan nilai.

Aturan pembatasan area asal siswa untuk memilih sekolah, atau yang dikenal
sebagai zonasi kini sedang menjadi pembicaraan hangat. Ini terbukti ketika
tetangga saya akan melaksanakan PPDB tingkat SMA/MA sederajat. Nilai UN
nya memang rendah sekitar 23,00. Hal itu membuat ketika ia ingin mendaftar
ke SMA setempatnya yang sudah termasuk zonasi dirumahnya tidak bisa
dikarenakan banyak nilai UN tinggi yang mendaftar pada pasca penutupan
PPDB yang membuatnya tidak tertampung di sekolah tersebut dan yang
keduanya adanya banyak peserta didik yang bersaing di zona yang sama
dengan tentangga saya. Karena banyaknya peserta didik yang berdada di zona
yang sama dengan tetangga saya, hal itu menyebabkan ia tidak dapat memilih
sekolah tersebut.
Sebenarna, tahun 2019 bukanlah tahun pertama diterapkannya system ini. Tahun
sebelumnya juga sudah diterapkan termasuk tahun-tahun saya ketika akan memasuki jenjang
SMP. Ketika saya akan memasuki jenjang SMP, di Surabaya terkenal dengan sebutan sekolah
Kawasan. Dimana saat itu ketika kita ingin masuk ke SMP Kawasan, kita harus
melaksanakan yang namanya Tes Potensi Akademik, dimana nilai itu dilakukan oleh seluruh
SMP Kawasan di Surabaya termasuk SMP Negeri 15 Surabaya. Nilai itu digunakan untuk
perangkingan peserta didik yang mampu masuk ke SMPN 15 Surabaya atau SMP Kawasan
lainnya. Hal itu awalnya juga menuai banyak pro kontra oleh wali murid peserta didik.
Pasalnya hal itu membuat system masuk sekolah menjadi sangat rumit, padahal menurut saya
hal itu digunakan untuk mengetahui sejauh mana potensi akademik seorang peserta didik
dalam menerima pembelajaran. Memang benar, masyarakat sebagian besar hanya kurang
memahami tentang system ini sehingga menuai banyak protes.
Merespon kalutnya penerapan zonasi sekolah, di Jawa Timur ratusan massa
yang didominasi wali murid pada pukul 21.00, massa menggelar aksi di depan Balai
Kota Surabaya pada Kamis (20/6). Mereka yang kecewa akan system zonasi pada
penerimaan peserta didik baru (PPDB). Dalam tuntutannya, massa meminta Presiden
Jokowi memecat MENDIKBUD. Sebelumnya juga dilakukan aksi serupa di depan
kantor Dinas Pendidikan. Para wali murid menutup akses Jalan Raya Jagir yang
berada tepat di depan kantor Dinas Pendidikan.
Buruknya system zonasi tahun 2018 diakui oleh Mendikbud sebab pada
pelaksanaan tahun 2018, system zonasi masih kurang baik, sehingga perlu dievalusi
dan perbaikan. Bahkan Wasekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI), Salim
menilai ada empat masalah system zonasi pada pelaksanaan PPDB tahun 2018.
Diantaranta adalah masalah munculnya jalur SKTM di Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Barat, berpindahnya tempat tinggal secara tiba-tiba, menerima sebanyak 90%
siswa yang dekat dengan lokasi sekolah dan tidak meratanya jumlah sekolah. Sama
halnya dengan PPDB tahun 2019, masalahya masih sama. Bahkan bisa jadi lebih
pelik. Seperti keluhan salah satu orang tua peserta didik di karawang. “ Sistem zonasi
bikin naik darah, halal haram tidak lagi diperdulikan, yang penting bisa masuk
sekolah yang diinginkan.” Ungkap salah satu wali murid di Karawang.
Para orang tua menjadi gusar, resah dan frustasi. Siapapun orang tuanya pasti
ingin memberikan Pendidikan yang terbaik. Seperti di kabupaten Karanganyar, warga
panik dengan system adu cepat mendaftar sehingga mereka rela menginap di depan
sekolah agar bisa mendapatkan urutan pertama. Penerapan system zonasi ini guna
untuk menghapuskan predikat-predikat sekolah unggulan serta buangan selama ini
menjadi bahan stratifikasi antar Lembaga Pendidikan. Dengan demikian, maka
pandangan “Sekolah unggul hanya untuk murid-murid unggul saja.” System ini
sendiri diterapkan di berbagai negara-negara maju dunia seperti Jepang, Australia,
serta Negara Negara Skandinavia.
Terdapat beberapa permasalahan yang menyertai diterapkannya system zonasi
ini. Yang pertama ialah bertambahnya jalur SKTM yang muncul di Jawa Tengah.
Kemudian terdapat upaya mengakali zonasi dengan perpindahan administrasi
kependudukan lewat kartu keluarga demi masuk zona sekolah tujuan. Lalu lokasi
geografis sekolah, sekolah-sekolah yang jauh dari Kawasan pemukiman wrga tentu
akan sepi peminat. Dan berlaku sebaliknya, Kawasan yang berada di zona padat tentu
akan kelebihan peminat. “Angka 90% itu mematikan kesempatan siswa dengan
kemampuan akademik unggul untuk mendapat sekolah negeri unggulan, karena
alasan jarak rumah dan sekolah. Celaka lagi kalau itu anak orang tidak mampu,
aslinya sudah pintar seharusnya bisa sekolah negeri. Tapi karena letak rumahnya
berjauhan dari sekolah akhirnya dia tidak bisa bersekolah di sekolah negeri. Zonasi itu
akan menciptakan pemerataan Pendidikan, tapi Pendidikan yang rendah kualitas.
Pemerataan mutu Pendidikan yang rendah saya percaya, tetapi kalau pemerataan mutu
Pendidikan yang baik enggak.” Ungkap Darmaningtyas.
Kini, Nadiem Makarim (Mendikbud) menetapkan perubahan mekanisme
dalam penerimaan pesrta didik baru berbasis Zonasi. “Jadi, arahannya untuk
kebijakan ke depan adalah sedikit kelonggaran dalam memberikan zonasi. Yang
tadinya untuk jalur prestasi hanya diberi kuota 15%, untuk sekarang jalur prestasi
kami perbolehkan sampai 30%.” Ujar Nadiem saat memaparkan program “Merdeka
Belajar” di Hotel Bidakara (11/12/2019). “Jadi, bagi bapak dan ibu, para orang tua
yang sangat bersemangat mem-push anaknya mendapatkan nilai baik dan prestasi
baik, maka inilah kesempatan bagi mereka buat mendapatkan sekolah yang baik.
Yang diinginkan oleh mereka.” Lanjut Nadiem Makarim.
Nadiem mengungkapkan masih ada presentase 70%. Dan minimal 50% ia bagi
untuk system wilayah. “Lalu jalur afirmasi (untuk siswa kurang mampu) diberikan
kesempatan sebanyak 15%. Terakhir, ada kesempatan untuk jalur pindahan sebanyak
5%.” Ungkapnya. “Tidak semua daerah itu bisa menerapkan system zonasi yang
sangat rigid. Jadi kami ingin menciptakan kebijakan yang bisa melaksanakan
semangat zonasi, yakni pemerataan bagi semua murid untuk bisa dapatkan kualitas
Pendidikan yang baik tapi juga bisa mengakomodasi perbedaan situasi daerah.”
Ujarnya
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menjelaskan
peraturan penerimaan peserta didik bau (PPDB) dengan system zonasi tetap
dierlakukan 2020. Kebijakan tersebut akan tetap digunakan regulasi yang lebih
fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah.
Mendikbud berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam
memeratakan akses dan kualitas Pendidikan.
“Pemerataan akses dan kualitas Pendidikan perlu diiringi dengan inisatif
lainnya oleh pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan
guru.” Ujar Nadiem . sedangkan untuk penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), kemendikbud akan menyederhakanakannya dengan mengangkas
beberapa komponen. Dalam kebijakan baru tersebut, guru secara bebas dapat
memilih, membuatm menggunakan, dan mengembangkan format RPP terdiri dari
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen. Terkait dengan maraknya
tentang masalah Zonasi, kini timbul lagi tentang permasalahan Double Track yang
diterapkan pada siswa Sekolah Menengah Atas.
Dinas Pendidikan Jawa Timur mulai melakukan koordinasi dengan SMA
Swasta untuk penerapan double track. Mungkin Sekolah Double Track ini dilakukan
karena dengan adanya system zonasi, menyebabkan peserta didik yang awalnya ingin
sekolah di SMK yang peserta didik inginkan tidak dapat dipilih karena jaraknya jauh
dari rumah atau domisili. Jawa Timur merupakan provinsi terluas di pulau Jawa.
Tentunya pemerataan pembangunan menjadi hal penting untuk terus dilakukan.
Utamanya pada pembangunan generasi muda.
Pada tahun 2018, lulusan SMA di Jawa Timur sebanyak 172,063 orang.
Namun yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya 32,16% atau sebanyak 55.431
orang. Artinya ada sekitar 67,84% siswa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Tingginya angka lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi membuat
tingkat pengangguran di Jawa Timur terbilang tinggi. Maka dari itu, Dinas Pendidikan
membuat gerakan program double track SMA/MA. Dalam setahun terakhir,
pengangguran bertambah 16,82 ribu orang, sedangkan TPT turun menjadi 3,83 %
pada Februari 2019. Melalui program SMA double track diharapkan bisa memberikan
skill atau kompetensi tambahan kepada peserta didik.
Adapun bidang keterampilan yang dberikan kepada SMA Double
Track, antara lain :
1. Multimedia
Multimedia ini meliputi animasi, design grafis, fotografi, video editing,
operator computer.
2. Teknik Listrik
Meliputi instalasi jaringan computer dan instalasi listrik (CCTV)
3. Tata Busana
Meliputi perancangan mode busana
4. Teknik Kendaraan Ringan
Meliputi pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor
5. Teknik Elektro
Meliputi sound system dan pembuatan alat digital
6. Kecantikan
Meliputi tata rias oengantin hijab, tata kecantikan rambut, terapis kecantikan
rambut, terapis kecantikan rambut, dan juga merias wajah panggung
7. Tata Boga
Meliputi pengolahan pastry and bakery, dan pembuatan makanan Indonesia.

Latar belakang yang memperngaruhi sekolah SMA Double track lainnya


adalah lebih banyak lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi
sehingga peserta didik lulusan SMA banyak yang tidak dibekali skill dasar untuk
terjun ke dunia kerja. Yang kedua Dinas Pendidikan Jawa Timur menyelenggarakan
program double track. Program ini diberikan kepada SMA maupun MA yang
mempunyai peserta didik lebih dari 50% tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Program double Track memberikan sarana dan bantuan kepada sekolah untuk
menyelenggarakan Pendidikan formal dan juga program ketrampilan kewirausahaan.
Menurut saya dengan adanya sekolah double track ini menyebabkan siswa
memiliki banyak skill. Dan skill ini dapat digunakan ketika peserta didik sudah masuk
ke dunia kerja. Skill dasar ini sangat bermanfaat bagi para peserta didik agar tidak
kaget melihat dunia kerja yang akan dihadapinya nantinya. Hal ini membuat nilai
pengangguran di Indonesia menjadi menurun, sebab adanya pelatihan lapangan kerja.
Meskipun diadakannya sekolah Double Track, ssekolah di Indonesia tidak melupakan
jurusannya semisalkan SMA tetap memprioritaskan jurusan IPA dan IPS atau dengan
kata lain skill yang dipelajari dalam sekolah double track hanya dijadikan sebagai
selingan saja.
Sasaran untuk Sekolah Double Track antara lain :
1. Diutamakan sekolah pinggiran atau daerah 3T
2. Termasuk kategori wilayah ekonomi menengah ke bawah
3. Memiliki indeks lulusan yang meneruskan ke perguruan tinggi kategori
rendah/sangat rendah
4. Sasaran utama adalah siswaSMA regular yang berencana tidak
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Untuk itu, dinas Pendidikan provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Institut
Teknologi Sepuluh November (ITS) Sirabaya meluncurkan sebuah program
SMA/MA Double Track yaitu SMA/MA yang melaksanakan kegiatan KMB Reguler
dan menyelenggarakan kegiatan pembekalan keterampilan secara berdampingan
dengan memanfaatkan kearifan lokal. Diharapkan dengan program Double Track ini,
diharapkan siswa yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dengan bekal
sertifikat double track memudahkan mereka mendapatkan pekerjaan maupun
berwirausaha sesuai dengan bidang keahlian.
saat ini, double track telah menyebar di 19 kabupaten, 86 sekolah dan
memiliki 420 Trainer dan 9009 peserta double track. Adapun tujuannya
dibentuk sekolah Double Track, antara lain :
1. Memberikan keterampilan dan jiwa kewirausahaan kepada para peserta
didik
2. Memberikan bekal pengetahuan dan juga kompetensi sesuai dengan
bidang keahlian yang dipilih
3. Menumbuhkan lulusan SMA yang siap kerja sesuai dengan sertifikat
keterampilan yang dimiliki
4. Memberikan pengalaman bidang usaha dan produk yang bisa
dikembangkan setelah siswa mengikuti pelatihan keterampilan
5. Mendorong terbentuknya model praktik pembelajaran yang menekankan
bidang akademik dan juga kemampuan keterampilan di setiap unit sekolah
penyelenggara.
Untuk mencegah banyaknya pengangguran di Kabupaten Trenggalek, kini
SMAN 1 Karangan melakukan kegiatan Double Track sesuai dengan 7 bidang
keterampilan yang telah ditentukan. Kini SMAN 1 Karangan mengadakan sekolah
Double Track dengan penuh semangat. Adapun bapak/ibu guru yang menjadi trainer
para peserta didik SMAN 1 Karangan. Hal ini dapat memudahkan ketika peserta didik
SMAN 1 Karangan mencari lapangan pekerjaan. Para wali atau orang tua juga
menyetujui tentang adanya sekolah double track. Kepahaman antara orang tua/wali
terhadap program sekolah double track menyebabkan program double track di SMAN
1 Karangan berjalan dengan lancar. Banyak sekali pembelajaran atau pembekalan
yang diberikan ketika double track ini dilaksanakan.
Kepala bidang pembinaan SMA Dindik jatim, Ety Prawesti menuturkan, saat
ini pelaksanaan Double Track di tahun kedua masih bersifat ToT (Trainer if Trainer).
Berbeda degan tahun lalu, untuk pelaksanaan di tahun kedua ini pihaknya mewajibkan
satu sekolah satu produk. Khususnya di bidang multimedia. “Kami terus mendorong
agar para siswa bisa menghasilkan produk-produk bernilai jual tinggi. Makanya itu,
kami lakukan evaluasi kemarin di tahun pertama pelaksanaan.” Ujarnya (17/11/2019)
“Kami berharap program ini bisa mengurangi pengangguran ketika lulus.
Mereka juga bisa mandiri dan berwirausaha. Karena kalau tidak punya keterampilan
kebanyakan bekerja sebagai OB, penjaga toko dan TKW. Jadi dengan ini mereka
sudah punya gambaran dan bekal untuk berwirausaha.” Pungkasnya.

Adapun beberapa dokumentasi ketika SMAN 1 Karangan menjalankan


program sekolah Double Track dengan dibimbing oleh bapak/ibu guru yang
berpengalaman.

Anda mungkin juga menyukai