Di susun oleh :
Dosen pengampu:
2023
PENDAHULUAN
Memperoleh pendidikan secara menyeluruh bagi setiap anak sangat penting untuk
meningkatkan nilai pendidikan di Indonesia. Salah satu cara supremasi dalam mendorong
pemerataan pendidikan adalah pemberlakuan peraturan zonasi yang disebutkan dalam Peraturan
Menteri Pendidian dan Kebudayaan ( Permendikbud ) No. 14 Tahun 2018, yaitu Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB), yang mengukur radius atau jangkauan jarak rumah peserta didik
dengan sekolah yang lebih dekat menitikberatkan bahwa sekolah berhak menerima layanan
pendidikan dari sekolah. Hasil tinjauan membuktikan bahwa penerapan peraturan zonasi
sekolah belum sepenuhnya dilaksanakan dengan benar. Ternyata pengaruh negatif lebih banyak
dirasakan daripada pengaruh positifnya oleh aspek-aspek yang terlibat dalam praktik kebijakan
ini. Ketimpangan dalam pendidikan dan golongan mendorong pemerintah untuk mengambil
pemikiran baru untuk mengatasi masalah ini. Kebijakan zonasi dianggap sebagai salah satu cara
yang bisa mengatasi semua ketakseimbangan golongan dan pendidikan dengan menetapkan
sekolah sebagai sekolah pilihan dan tidak pilihan. Zonasi bisa diartikan sebagai pembagian atau
solusi suatu zona menjadi sejumlah bagian, sepakat dengan manfaat dan sasaran pengelolaan.
Adanya peraturan ini, diharapkan semua tahap pendidikan khususnya sekolah negeri
memberikan layanan pendidikan yang berkualitas secara menyeluruh pada khalayak di suatu
zona tertentu. Sistem zonasi mulai diperkenalkan di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas pada tahun 2019. Per 5 Februari 2019, 18 dari 34 provinsi sudah menerapkan
sistem zonasi di wilayahnya. Pada tahun 2020, Menteri Pendidikan Indonesia yang baru,
Nadiem Makarim, kembali berdiskusi meninjau kebijakan zonasi ini. Nadiem mengungkapkan
mendukung penuh sistem zonasi tersebut. Namun, Nadiem mengganti beberapa bagian
kebijakan, melihat belum semua kawasan siap dengan kebijakan tersebut. Akhirnya,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan kesepakatan tentang zonasi,
menaikkan porsi jalur akademik sebesar 30% sebelumnya 15%. Kuota zonasi akan dikurangi
sebesar minimal 50%, sebelumnya minimal 80%. Namun, dalam praktiknya sistem ini tidak
memberikan dampak yang signifikan dan banyak sasaran yang tidak tercapai dari perencanaan
yang sudah dibuat. Memang, setiap kebijakan pasti terdapat keuntungan dan kerugian pada
masing - masing kebijakan.
PEMBAHASAN
Menurut kami evaluasi praktik kebijakan zonasi ini menyimpan pro kontra dari
sejumlah pihak. Indonesia akan melakukan inovasi dalam zona Pendidikan untuk
memperkuatkan taraf hidup untuk bisa bersaing dengan negara lain. Salah satu kebijakannya
yaitu sistem zonasi yang di berlakukan sejak tahun 2019. Efektifvitas dari kebijakan PPDB ini
dalam mewujudkan pemerataan pendidikan bisa dikatakan cukup efekitf. Terlihat dari sasaran
terbentuknya sistem zonasi ini sudah cukup bagus yakni untuk memberantas mindset sekolah
unggul dan non-unggul dikhalayak, tetapi harapan dari khalayak yang belum puas akan
kebijakan ini dinilai masih menjamurnya pemikiran sekolah unggul dan non- unggul kalangan
publik dan masa persiapan yang dibutuhkan pemerintah pada peraturan zonasi ini sudah cukup
dan dinilai tidak terburu-buru karena sudah jalan 1 tahun, akan tetapi sistem ini peluasannya
dari rayonisasi yang mana agak serupa dengan sistem zonasi hanya saja sistem zonasi ini
memusatkan jarak rumah dan sekolah. Efisiensi dari kebijakan PPDB dalam mewujudkan
pemerataan pendidikan masih belum efisien. Dilihat pada layanan yang diberikan oleh
pemerintah kepada khalayak sudah cukup baik, dari aspek sosialisasi sudah mengikat segala
faktor yang terkait, seperti instansi, sekolah dan khalayak. Namun, dalam mengintensifkan
kebijakan ini pemerintah masih belum sepenuhnya memenuhi standar yang ada bagaimana
tujuannya untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di Indonesia. Kapabilitas pemerintah
cukup bagus dalam membantu publik yang membutuhkan kontribusi terkait pendaftaran atau
pendataan, dan juga pada tempo sosialisasi yang memuaskan khalayak dari aspek pelayanan.
Namun, untuk memenuhi kepuasan khalayak menyelesaikan masalah yang ada, cenderung
banyak dari khalayak yang belum mengaku puas dalam penyelesaian masalah yang dilakukan
oleh pemerintah. Khalayak sepakat bahwa sistem zonasi ini sudah diterapkan dengan porsi
yang sama tanpa dibeda-bedakan, mau ekonomi rendah atau tinggi mau yang terampil atau
tidak terampil tanpa memandang latar belakang dari khalayak tersebut, yang diperhatikan disini
yaitu jarak dari rumah ke sekolah.
DAFTAR PUSTAKA