Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia secara jelas telah diatur Menurut Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”. Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan pemerintah

bertanggung jawab penuh dalam memenuhi hak warga negaranya dengan

menyelenggarakan sistem pendidikan secara objektif, akuntabel, transparan, serta

non diskriminatif sehingga dapat mendorong peningkatan akses layanan

pendidikan.

Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan kuatnya hubungan antara

pendidikan sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia, dengan tingkat

perkembangan itu sendiri ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial

budaya. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang

merata, bermutu, dan relevan serta signifikan dengan kebutuhan masyarakat.

(Afando, 2019)

1
2

Pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang

diatur secara sistematis dan terencana. Sistem pendidikan nasional harus mampu

menjamin pemerataan pendidikan. Dan pemerintah wajib menyelenggarakan suatu

sistem pendidikan nasional yang memberikan kepastian pemerataan kesempatan

pendidikan, dan peningkatan mutu sehingga dapat meningkatkan keimanan dan

ketakwaan warga negara kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun pada

kenyataannya, di Indonesia masih memiliki masalah pemerataan pendidikan.

Pemerataan dalam pendidikan mengacu pada bagaimana sistem pendidikan

memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya bagi semua warga negara.

(Wahyuni, 2018).

Dikutip dalam republika.co.id 18 Desember 2017, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Muhadjir Effendy mengklaim bahwa peluang pendidikan di berbagai

daerah di Indonesia sudah cukup baik, namun kualitas masing-masing sekolah

masih rendah dan tidak merata. Masalah pemerataan mutu pendidikan yang masih

terjadi di Indonesia antara lain kurangnya sarana dan prasarana penunjang

pendidikan. Dalam konteks ini, masih banyak sekolah yang masih kekurangan pada

kualitas sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar, meskipun dana

BOS yang diberikan kepada masing-masing sekolah sama. Karena masalah ini,

siswa yang merasa lebih potensial tidak mau bersekolah di sekolah tersebut,

melainkan memilih bersekolah di sekolah favorit, yang seringkali memiliki fasilitas

memadai, meski jauh dari tempat tinggalnya.

Beberapa fenomena yang terjadi saat ini adalah terdapat kesenjangan yang

cukup terlihat dalam sektor pendidikan, dikarenakan hampir di setiap kabupaten

atau kota masih terdapat sekolah-sekolah negeri yang dilabeli sebagai sekolah
3

favorit atau sekolah berprestasi. Calon peserta didik sekolah yang berasal dari

lingkaran eksklusif memberikan sekolah favorit dengan banyak keunggulan seperti

sarana dan prasarana yang mapan untuk mendukung proses pembelajaran,

kompetensi guru pilihan yang profesional, dan prioritas utama untuk memberikan

peluang partisipasi dalam berbagai perlombaan tingkat regional, nasional maupun

internasional. Hal tersebut telah membuka celah besar dengan sekolah-sekolah

yang berstatus tidak unggul lainnya. Sekolah favorit terkesan hanya bisa dinikmati

oleh siswa dengan kemampuan akademik serta tingkat ekonomi tertentu. Sehingga

ada beberapa sekolah yang memiliki banyak siswa, dan beberapa sekolah lainnya

kekurangan siswa. Ketidakmerataan ini akan berdampak buruk bagi dunia

pendidikan nasional (Bintoro, 2018).

Menanggapi hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam

rangka mendorong peningkatan akses layanan pendidikan sekaligus menyelesaikan

masalah pemerataan mutu pendidikan saat ini, salah satunya adalah dengan

mengeluarkan kebijakan baru terkait perbaikan pada sistem Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB). Penataan sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) baik

pada jenjang SD, SMP, dan SMA telah diberlakukan sistem zonasi. Sistem zonasi

merupakan sistem penerimaan peserta didik baru dalam suatu lembaga pendidikan

dengan diberlakukannya penentuan radius zona oleh pemerintah daerah masing-

masing sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Sistem zonasi PPDB mengatur

sekolah negeri wajib menerima minimal 90% calon peserta didik yang berdomisili

dalam radius wilayah terdekat dengan sekolah. Radius zona terdekat ditentukan

oleh pemerintah daerah berdasarkan ketersediaan anak usia sekolah di wilayah

tersebut dan daya tampung kelompok belajar masing-masing sekolah.


4

Sistem tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada

Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah

Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat.

Sesuai dengan prinsipnya, sistem zonasi ini menjamin penerimaan peserta didik

baru berjalan secara objektif, transparan, akuntabel, non diskriminatif, dan

berkeadilan dalam rangka mendorong peningkatan akses layanan pendidikan,

bentuk nyata dari pemerataan pendidikan yang berkualitas agar tidak ada lagi

sekolah-sekolah yang dianggap sekolah favorit dan non favorit.

Pada awal diberlakukan kebijakan sistem zonasi ini mengalokasikan

minimal 90% kuota sekolah negeri untuk menerima calon siswa berdasarkan jarak

rumah ke sekolah dan 10% sisanya untuk kuota jalur prestasi dan perpindahan.

Namun setahun berjalan, kebijakan tersebut mengalami perubahan pada tahun

ajaran yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

51 Tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2019/2020.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengubah kuota siswa menjadi minimal

80% untuk jalur zonasi, 15% jalur prestasi, dan 5% jalur perpindahan.

Kemudian seiring berjalannya waktu kebijakan tersebut diperbaharui

sebagaimana yang diatur kembali dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021, dimana mengharuskan sekolah negeri wajib

menerima paling sedikit 50% peserta didik yang berdomisili di zona lingkungan

sekolah. Artinya sekolah menerima siswa yang tinggal di sekitar sekolah. Dengan

kata lain, skema zonasi memungkinkan calon peserta didik untuk memilih sekolah
5

yang lebih dekat dengan rumah. Hal ini membuat siswa dapat menerima pendidikan

tanpa harus berjalan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. (Mandic, et.al., 2017)

Untuk mencapai pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan,

sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru diterapkan untuk

menghilangkan label “sekolah favorit” yang kerap melekat pada sekolah dengan

jumlah pendaftar terbanyak. Sekolah yang dianggap mampu memberikan

pelayanan terbaik untuk memastikan siswa memilih dan melanjutkan ke jenjang

pendidikan terbaik berikutnya, bahkan dipercaya dapat menentukan karir masa

depan mereka. Akibatnya, beberapa penduduk atau kelompok masyarakat tertentu

tidak dapat memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas dikarenakan faktor

geografis, kendala transportasi, akomodasi, dan alasan lainnya karena sekolah

unggulan umumnya terletak di pusat kota. Menurut Pratama (2017) dari kebijakan

yang dikeluarkan, Mendikbud ingin agar semua sekolah menjadi sekolah favorit

serta memberi kesempatan kepada seluruh masyarakat usia sekolah agar

mendapatkan kesempatan pendidikan yang layak dan sebaik-baiknya khususnya

siswa di sekitar sekolah.

Sejak tahun 2018, Pemerintah Kota Jambi telah memberlakukan Kebijakan

Sistem Zonasi sebagai sistem penerimaan peserta didik baru berdasarkan

Permendikbud No 14 Tahun 2018. Untuk lebih menambahkan pemahaman tentang

sistem zonasi Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Jambi mengeluarkan Peraturan

Tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru Jenjang Taman Kanak-

Kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Kota Jambi Tahun Ajaran

2021/2022.
6

Dikutip dari JAMBERITA.COM 08 Juni 2021, Kabid Pembinaan SMP

Dinas Pendidikan Kota Jambi menjelaskan bahwa pelaksanaan Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB) untuk tingkat SMP di Kota Jambi akan dilakukan secara online

dengan sistem pelaksanaan masih sama dengan tahun sebelumnya. Dengan

penambahan jumlah kuota pada jalur zonasi akan ditambah dimana pada tahun

sebelumnya jumlah kuota jalur zonasi sebanyak 50% kini ditambah menjadi 75%.

Diberitakan bahwa saat ini tidak ada lagi sekolah favorit, sehingga pemerintah

menyarankan agar orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah yang dekat dengan

rumah. Karena dinilai akan lebih efisien dan mengurangi resiko anak di jalan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dengan peneliti terkait

tentang pelaksanaan kebijakan sistem zonasi pada PPDB jenjang Sekolah

Menengah Pertama Negeri di kecamatan Telanaipura Kota Jambi, diketahui bahwa

dalam pelaksanaannya sistem zonasi ini menemukan kendala apabila dalam satu

kecamatan terdapat 2 sampai 3 Sekolah Menengah Pertama yang jaraknya cukup

berdekatan. Seperti dalam lingkup kecamatan Telanaipura Kota Jambi terdapat tiga

sekolah menengah pertama negeri yang berada dalam satu kawasan zona, yakni

SMP Negeri 7 Kota Jambi, SMP Negeri 17 Kota Jambi, dan SMP Negeri 19 Kota

Jambi.

Banyak orang tua calon peserta didik yang memilih SMP Negeri 7 Kota

Jambi yang dianggap lebih unggul dibandingkan sekolah lain meskipun jarak

rumahnya juga berdekatan dengan sekolah menengah pertama lainnya. Reputasi

sekolah yang baik dan terakreditasi A membuat SMP Negeri 7 Kota Jambi disebut

sebagai “sekolah favorit” oleh sebagian masyarakat Kota Jambi. Selain itu, sekolah

ini memiliki tenaga pengajar yang profesional serta berada di pusat kota dengan
7

dilengkapi berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang kegiatan

pembelajaran yang memadai seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan

fasilitas lainnya. Selanjutnya, berbagai prestasi baik ditingkat nasional maupun

internasional yang menunjukkan bahwa sekolah ini memiliki prestasi akademis

yang baik menjadikan sekolah ini dibanjiri oleh pendaftar setiap tahunnya dan

menyebabkan beberapa sekolah lain kekurangan jumlah peserta didik.

Hal ini menimbulkan permasalahan bahwa orang tua ataupun siswa masih

beranggapan adanya keunggulan dari sekolah satu dengan yang lain. Di sisi lain,

penerimaan siswa baru yang mengacu pada sistem zonasi saat ini banyak menuai

pro dan kontra karena dinilai membatasi siswa untuk memilih sekolah yang

diinginkannya sekaligus menjadi penghambat bagi siswa berprestasi dengan nilai

yang tinggi untuk mendapatkan sekolah favorit. Beberapa hal tersebut diyakini

sebagai dampak yang timbul penerapan kebijakan sistem zonasi dalam penerimaan

peserta didik baru

Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji oleh peneliti

perihal pelaksanaan serta dampak positif dan negatif yang timbul dari penerapan

kebijakan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Jambi khususnya di Kecamatan

Telanaipura Jambi dengan mengangkat judul “Analisis Kebijakan Sistem Zonasi

Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Tingkat SMP Negeri Di

Kecamatan Telanaipura Kota Jambi”


8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan sistem zonasi dalam penerimaan peserta

didik baru pada tingkat SMP Negeri di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi?

2. Apa dampak dari penerapan kebijakan sistem zonasi dalam penerimaan

peserta didik baru pada tingkat SMP Negeri di Kecamatan Telanaipura Kota

Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menggambarkan pelaksanaan penerapan kebijakan sistem zonasi

dalam penerimaan peserta didik baru pada tingkat SMP Negeri di

Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari penerapan

sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru pada tingkat SMP

Negeri di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi dan menjadi salah satu

sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang

mengarah pada penyusunan kebijakan dalam pendidikan.


9

2. Manfaat Akademis

Merupakan persyaratan utama dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu

(S1) Jurusan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi dan sebagai masukan yang

dapat menambah informasi dalam menganalisis kebijakan pendidikan.

Penelitian ini pula diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mahasiswa dalam mengkaji kebijakan dalam pendidikan. Khususnya

kebijakan sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru jenjang

pendidikan sekolah menengah pertama.

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka diperlukan

batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah,

maka batasan masalah dititikberatkan pada analisis dampak positif dan dampak

negatif yang timbul dari penerapan kebijakan sistem zonasi pada penerimaan

peserta didik baru jenjang sekolah menengan pertama negeri. Beberapa sekolah

yang diteliti adalah sekolah menengah pertama negeri (SMP) yang tercatat

berlokasi di satu kecamatan di Kota Jambi yaitu Kecamatan Telanaipura.

Diantaranya adalah SMP Negeri 7 Kota Jambi, SMP Negeri 17 Kota Jambi, dan

SMP Negeri 19 Kota Jambi. Penelitian ini hanya dilakukan pada jenjang Sekolah

Menengah Pertama Negeri di kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

Anda mungkin juga menyukai