Anda di halaman 1dari 11

Analisis Kebijakan Sistem Zonasi

pada PPDB Tingkat SLTA Di Jawa Barat


Tahun 2019
Oleh:
Wirastri Dyah Puspita | Ade Muzaki
Riko Noviantoro | Taufik Azis | Bachtiar Rosyid
Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional
Dosen: Dr. AF. Sigit Rochadi

I. PENGANTAR
Dalam amanat konstitusi Republik Indonesia menegaskan pendidikan sebagai hak bagi setiap
warga negara1. Tidak dibenarkan ada satu warga negara pun yang terhambat dalam
mendapatkan layanan pendidikan. Baik dari hambatan aksesbilitas maupun akseptabilitas
yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Hambatan aksesbilitas atau ketercapain diartikan sebagai derajat kemudahan yang
dicapai seseorang terhadap objek atau pelayanan2. Artinya setiap warga negara tidak
dibenarkan mendapatkan kesulitan menjangkau layanan pendidikan. Misalnya tidak
tersedianya jalan, jembatan atau sarana yang mendukungnya untuk menjangkau pendidikan.
Sedangkan hambatan akseptabilitas diartikan sebagai derajat peluang diterimanya
warga negara untuk mendapatkan layanan pendidikan,3. Artinya sejumlah persyaratan
administrasi maupun regulasi yang memungkinkan menjadi hambatan bagi warga negara
mendapatkan layanan pendidikan.
Dalam sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019, pemerintah
menerapkan pola zonasi sekolah. Pola ini membagi sejumlah sekolah negeri dengan
mengukur pada tingkat daya tampung dan jumlah lulusan dari jenjang sekolah sebelumnya
pada tahun lulusan. Sehingga para peserta didik baru hanya mendaftarkan diri pada sekolah
yang berada pada wilayah zonasinya.
Mekanisme zonasi ini dipilih sebagai upaya pemerintah untuk menghadirkan layanan
pendidikan yang merata kualitasnya di seluruh daerah di Indonesia. Sehingga mampu
menghapus status sekolah favorit, sekaligus mencapai kualitas lulusan pada setiap jenjang
sekolah sesuai harapan.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) jumlah
sekolah untuk seluruh jenjang pendidikan di Indonesia mencapai 215.769 unit. Terdiri dari

1
Pasal 31, UUD 1945
2
https://kbbi.web.id/akseptabilitas
3
Ibid.,

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 1


tingkat SMA sebanyak 13.709 unit, tingkat SMK sebanyak 13.929 unit dan selebihnya
jenjang SMP dan SD.
Namun dari jumlah itu sekolah yang memiliki kualitas terbaik sesuai Standar Nasional
Pendidikan masih sangat minim. Berdasarkan data yang sama menujukan jumlah SMA yang
mendapatkan Standar Nasional Pendidikan sebanyak 23,5 persen, sedangkan tingkat SMK
yang mendapatkan Standar Nasional Pendidikan sebanyak 12,2 persen.

Grafik I
Jumlah SMA/SMK di Indonesia
20,000
3,220 1,700
10,000
13,709 13,929

0
SMA SMK
Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah SNP
Sumber: Presentasi Mendikbud, 2019

Pada grafik tersebut memperlihatkan jurang kualitas sekolah pada jenjang SMA / SMK
di tingkat nasional. Terlalu besarnya jurang perbedaan kualitas sekolah dari sisi jumlah
memberi pesan kualitas sekolah masih jauh dari harapan. Pemerintah belum mampu
menyediakan sekolah yang memiliki standar yang sama dan merata di banyak daerah.
Kondisi tidak meratanya kualitas pendidikan tingkat nasional, ternyata kian
memprihatinkan pada tingkat daerah. Pada provinsi Jawa Barat, Kemendikbud mencatat
jumlah SMA sebanyak 1.646 unit dan jumlah SMK sebanyak 2.936 unit. Dari jumlah itu
hanya 17,0 persen pada jenjang SMA yang memiliki Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan pada tingkat SMK hanya 7 persen yang memiliki Standar Nasional Pendidikan.
Gambaran kondisi sekolah di Jawa Barat yang tidak merata merupakan titik awal
menuai persoalan dalam penerapan system zonasi. Karena aksesbilitas dan aksepbilitas untuk
mendapatkan sekolah berkualitas semakin sulit. Akibatnya bagi keluarga yang merasa
memiliki anak berprestasi menjadi terhambat menjangkau pendidikan.
Menariknya kebijakan zonasi ini sudah diberlakukan sejak tahun 2017 dan
diberlakukan terhadap sekolah negeri. Pemerintah masih memberikan kebebasan kepada
calon peserta didik untuk memilih sekolah swasta di zona manapun. Kini kebijakan serupa

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 2


masih terus diterapkan. Peserta didik hanya dapat menikmati sekolah negeri pada zonasi
sesuai lokasi tinggalnya. Sehingga persoalan terkait penerapan kebijakan zonasi pun mencuat.
Pada tahun 2017 Kemendikbud mencatat 38 laporan terkait PPDB di Jawa Barat.
Angka tersebut tidak mewakili seluruh peserta didik. Karena banyak orang tua yang akhirnya
pasrah dan memilih sekolah sesuai kondisinya, atau memilih menyekolahkan anak di sekolah
swasta. Ternyata pada tahun 2019 angka keluhan masih relative tinggi. Dalam kurun waktu
19-22 Juni saja tercatat 9 laporan terkait system zonasi ke KPAI.
Munculnya laporan dari pihak calon peserta didik terkait zonasi, memberi arti masih
perlu ada perbaikan pada system zonasi. Kendati secara data pun memang terlihat penurunan
keluhan peserta didik terkait zonasi. Hal itu bukan berarti dapat diabaikan. Karena pendidikan
adalah hak warga negara yang perlu dipenuhi pemerintah.

II. SISTEM ZONASI SEBAGAI KEBIJAKAN


Pendaftaran peserta didik baru (PPDB) yang menerapkan system zonasi sudah diterapkan
sejak tahun 2017. Hal itu terlihat melalui Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain
yang Sederajat.
Dalam perjalanannya system zonasi yang diterapkan untuk PPDB terus mengalami
perubahan peraturan. Setidaknya terjadi dua kali pembaruan peraturan setelah Permendikbud
No.17 Tahun 2017 tentang PPDB yang sudah tidak memenuhi kebutuhan. Selanjutnya
diterbitkan Permendikbud No.51 Tahun 2018 dan disempurnkan melalui Permendibud No.20
Tahun 2019 tentang PPDB.
Pada Permendikbud No.51 Tahun 2018 tentang PPDB bersifat menggantikan atau
memperbaharui Permendikbud No.17 Tahun 2017. Artinya Permendikbud No.17 Tahun
2017 itu tidak lagi digunakan dalam proses PPDB tahun 2018. Dengan berbagai perubahan
yang cukup signifikan.
Sedangkan Permendikbud No.20 Tahun 2019 bersifat melengkapi dari Permendikbud
No.51 Tahun 2018. Dimana peraturan terbaru itu memperbaharui pada persentase kuota
PPDB menjadi 80 persen untuk zonasi, 15 persen untuk prestasi dan 5 persen untuk pindah
lokasi. Sebelumnya persentase kuota PPDB adalah 90 persen untuk zonasi, 5 persen untuk
prestasi dan 5 persen untuk pindah lokasi.
Dalam peraturan ini memberikan ruang keterlibatan pemerintah daerah untuk
menetapkan zonasi sekolah negeri sesuai pertimbangan instansi terkait. Hal tersebut diatur

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 3


secara detil pada Pasal 3, huruf (b) ayat (1) kepala sekolah membuat kebijakan teknis
pelaksanaan PPDB dan menetapkan zonasinya. Atas aturan itulah penetapan sekolah yang
berada pada zona tertentu bisa berubah pada zona lainnya pada tahun berikutnya.
Lebih detil lagi dijelaskan bahwa penetapan zonasi dilakukan pada setiap jenjang oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya, dengan prinsip mendekatkan domisili
peserta didik dengan Sekolah. Selanjutnya zonasi juga diputuskan melalui musyawarah
dengan para kelompok kerja kepala sekolah4.
Kemudian pertimbangan zonasi juga menghitung daya tampung sekolah negeri yang
tersedia pada zonasi tersebut. Dimana daya tampung sekolah harus ideal dengan jumlah
peserta didik yang tersedia. Tujuannya agar tingkat kompetisi bagi peserta didik untuk
bersekolah mencapai rasio yang cukup baik.
Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2018/2019, Wilayah Jawa Barat memiliki jumlah sekolah negeri
sebanyak 20.456 unit yang terdiri dari 507 unit jenjang SMA dan 286 unit jenjang SMK.
Dimana dari data tersebut sekolah yang dinyatakan berstandar pendidikan nasional hanya
17,0 % untuk SMA dan 7,0% untuk jenjang SMK, dengan total calon peserta PPDB tingkat
SMA dan SMK sebanyak 774 ribu peserta. Berdasarkan hal tersebut, upaya pemerintah untuk
menghadirkan layanan pendidikan yang merata kualitasnya di seluruh daerah di Indonesia
melalui system zonasi perlu dukungan dan peran serta pemerintah daerah dalam
pencapaiannya.

Grafik II.
Jumlah SMA dan SMK di Jawa Barat
700
600
86
500
400
300 20
507
200
100 286
0
SMA SMK

Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah SNP

4
Pasal 20, PP No.51 Tahun 2018

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 4


Berdasarkan jumlah sekolah dan daya tampung yang tersedia, pemerintah pun
menetapkan jumlah zonasi. Dari data tercatat jumlah zonasi di Jawa Barat mencapai 253 zona
sekolah5. Pembagian zonasi itu dapat terlihat melalui data website. Agar memudahkan
peserta didik untuk mengetahui detil zonasinya.
Tidak seimbangnya jumlah sekolah berkualitas serta banyaknya jumlah peserta didik
baru yang ingin bersekolah, memicu ketegangan dikalangan peserta didik. Berbagai kritikan
pun datang. Dengan dalih pemerintah membatasi bagi peserta didik berkualitas untuk
mendapatkan sekolah berkualitas.
Secara eksplisit sudah cukup jelas bahwa system zonasi membagi peserta didik untuk
melakukan pendaftaran sekolah berdasarkan lokasi terdekat dengan rumah. Hal ini untuk
memberikan pemerataan peserta didik, sekaligus memudahkan control dari keluarga dan
masyarakat terhadap jalannya kegiatan sekolah.
Mengutip laman resmi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, pembagian zona pada
27 kota dan kabupaten untuk jenjang SMA/SMK/SLB terbagi dalam 91 zona. Dari
pembagian zonasi tersebut terdapat 15 daerah yang hanya terdiri dari satu zona, yaitu, Kota
Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten
Subang, Kabupaten Karawang, Kota Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi,
Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kota Tasikmalaya, dan Kota
Banjar6.

5
http://zonasi.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/data?kode_wilayah=020000
6
https://kabar24.bisnis.com/read/20190513/79/921953/begini-pembagian-zonasi-ppdb-2019-provinsi-jawa-
barat

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 5


Sebagaimana diketahui PPDB melalui online / daring. Seluruh prosesnya terikat pada
waktu yang sangat ketat. Dimulai dari pendaftaran, verfikasi kompetensi, pengumuman hasil
PPDB hingga daftar ulang. Seluruh tahapan itu berlangsung 16 hari kerja. Dengan demikian
peserta didik baru harus teliti dan memahami seluruh tahapan.
Melalui proses pendaftaran yang online dan terbatas waktu, serta penerpatan zonasi
diharapkan mampu memberikan pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Baik
pemerataan dari sisi kualitas guru, kualitas pelayanan, mutu fasilitasnya serta tidak ada
diskriminatif. Sehingga terbentuk pendidkan yang adil dan berkualitas.

III. ANALISIS KEBIJAKAN SISTEM ZONASI


Dampak kebijakan adalah keseluruhan efek yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dalam
kondisi kehidupan nyata (Dye, 1981). Dampak dari suatu kebijakan mempunyai beberapa
dimensi dan semuanya harus diperhitungkan ketika membicarakan evaluasi (Winarno
2016:197), berikut beberapa dimensi dari suatu dampak kebijakan:
1. Dampak kebijakan terhadap situasi dan kelompok target atau orang-orang yang
terlibat (intended and unintended consequences)
2. Dampak kebijakan terhadap situasi atau kelompok-kelompok di luar sasaran atau
tujuan kebijakan (externalities or spillover effects)
3. Dampak kebijakan pada keadaan-keadaan sekarang dan keadaan di masa yang akan
datang (untuk melihat konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh adanya
kebijakan berdasarkan dimensi waktu, yakni masa sekarang atau masa yang akan
datang)
4. Biaya langsung yang dikeluarkan untuk membiayai program-program kebijakan
publik.
5. Biaya tidak langsung yang ditanggung oleh masyarakat atau beberapa anggota
masyarakat akibat adanya kebijakan publik.
Sebagaimana disampaikan bahwa kebijakan sistem zonasi merupakan implementasi dari UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memiliki sejumlah tujuan.
Sistem zonasi legalitasnya tertuang dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan
yang telah dilaksanakan memiliki sejumlah catatan. Adapun catatan dikhususkan pada
dampak kelompok target, dampak diluar kelompok target dan dampak kondisi sekarang dan
masa depan.
Analisis dampak terhadap sistem zonasi pada PPDB tingkat SMA/SMK di Jawa Barat,
dapatlah dipaparkan sebagai berikut:

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 6


a. Dampak kebijakan terhadap situasi atau kelompok target.
Sistem zonasi pada PPDB mengatur lebih merata pada lulusan sekolah di setiap jenjang
untuk dapatkan akses sekolah. Dengan memperhitungkan jarak sekolah dan tempat
tinggal, serta rasio daya tampung yang ideal. Sehingga para calon peserta didik baru
memiliki kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan di jenjang selanjutnya.
Melalui sistem zonasi ini tidak ada lagi sekolah favorit. Karena semua peserta didik
hanya diperkenankan melanjutkan pendidikannya pada sekolah yang berada pada
zonasinya. Terlebih pada Permendikbud No.20 Tahun 2019 memberikan ruang bagi
peserta didik untuk daftar pada sekolah dengan kuota 80 persen berdasarkan zonasi, 15
persen berdasarkan prestasi dan 5 persen berdasarkan perpindahan.
Sejumlah dampak dari penerapan zonasi adalah upaya pemerintah menjangkau
wajib belajar 12 tahun, dapat terwujud. Itu berarti tingkat lama sekolah anak di Indonesia
pun akan bertambah, yang dalam jangka panjang mendorong kualitas diri dan
keterampilannya. Sehingga memberi kesempatan bagi anak putus sekolah untuk
melanjutkan pendidikan. Ditambah pula pilihan bersekolah bagi anak lebih banyak,
pilihan untuk melanjutkan atau berpindah dari pendidikan formal ke non formal atau
sebaliknya.
Pada sisi lain peserta didik tidak memiliki pilihan terbaik untuk mendapatkan
tempat belajar yang sesuai harapan. Terlebih lagi jumlah sekolah berkualitas di Jawa
Barat masih jauh dari harapan. Akibatnya peserta didik yang memiliki kualitas baik, harus
mendapatkan pendidikan di tempat yang tidak berkualitas.
Upaya pemerataan pendidikan melalui system zonasi nampaknya belum berdampak
signifikan. Di Jawa Barat, Jumlah sekolah khususnya SMA dan SMK negeri sejak
kebijakan zonasi diberlakukan hanya sedikit mengalami penambahan kuantitas tapi belum
secara kualitas. Dari penambahan jumlah sekolah setiap tahunnya di Jawa Barat, sekolah
yang sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional masih sangat rendah.

Grafik III.
Jumlah Sekolah di Jawa Barat
600
486 502 507
400
287 286 SMAN
280
200 SMKN

0
2017 2018 2019

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 7


b. Dampak kebijakan terhadap situasi atau di luar kelompok target
Distribusi guru dapat lebih merata. Guru yang berkualitas tidak hanya berkumpul pada
satu sekolah, tetapi juga dapat tersebar pada sekolah lain. Apalagi pemerintah akan
melakukan pendekatan regulasi untuk mendorong percepatan sebaran guru berkualitas ke
berbagai sekolah.
Sistem zonasi pada PPDB juga mampu membangun partisipasi publik secara lebih
aktif. Karena proses PPDB yang dilakukan melalui online mendorong kepesertaan orang
tua dan masyarakat. Terutama dalam mengarahkan lokasi sekolah yang terdekat dengan
tempat tinggal. Hal itu membuat orang tua lebih memahami lokasi dan karakter sekolah
yang akan digunakan anaknya bersekolah.
Sistem zonasi tidak serta merta menumbuhkan partisipasi publik. Sistem zonasi
cenderung menumbuhkan sikap pasrah orang tua terhadap pendidikan anaknya. Dengan
menyerahkan pada lingkungan sekolah yang secara nyata belum memiliki kualitas yang
diharapkan.
Dampak lainnya menimbulkan kepanikan para orang tua calon peserta didik. Karena
waktu pendaftaran yang sangat singkat dan seleksi yang terlalu ketat. Sehingga orang tua
khawatir anaknya tidak dapat diterima di sekolah negeri yang mendorong membludaknya
pendaftar di sekolah-sekolah negeri dan menimbulkan situasi yang tidak kondusif.
Beberapa dampak diatas hampir merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia
termasuk di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan laporan masyarakat pada PPDB SMA dan
SMK di Jawa Barat, kebijakan zonasi menimbulkan berbagai macam aksi masyarakat dari
penyalah gunaan kartu keluarga oleh orang tua calon peserta didik, antrian pendaftaran
peserta didik yang membludak, hingga munculnya praktik pungli dan jual beli bangku
sekolah.

c. Dampak kebijakan terhadap kondisi sekarang dan masa datang


Sistem zonasi yang diterapkan saat ini dapat dikatakan terlalu dini. Pemerintah belum
mampu melakukan perbaikian sarana pendidikan yang merata, baik dari sisi kuantitas dan
kualitas. Akibatnya peserta didik dihadapkan pada ketiadaan pilihan untuk mendapatkan
pendidikan. Peserta didik dipaksa menikmati sekolah yang tidak sesuai harapan.
Hal tersebut semakin berat dengan masih banyaknya jumlah sekolah yang belum
memenuhi standar nasional pendidikan (SNP). Terlebih jumlah calon PPDB pada tahun
ini sebanyak 1,7 juta. Jumlah itu memberi pesan tingkat kompetisi mendapatkan
kesempatan sekolah di SMA dan SMK negeri menjadi terlalu ketat.

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 8


Kondisi tersebut dapat memicu peluang terjadinya aksi jual beli kursi sekolah.
Sebagai dampak dari keinginan orang tua untuk mendapatkan kesempatan bagi anaknya
bersekolah di SMA dan SMK Negeri. Sedangkan sekolah swasta akan mengambil
kesempatan memberian biaya sekolah tinggi.
Kondisi ini perlu segera dibenahi. Kebijakan zonasi yang tidak dilakukan
pembebanan optimal akan menimbulkan persoalan dimasa mendatang. Terlebih jumlah
usia sekolah terus meningkat, sedangkan jumlah bangunan sekolah tidak mengalami
penambahan.

Grafik IV.
Kondisi PPDB 2019 dan Proyeksi PPDB 2020
30,000 27,638 27,638
25,000
20,000
15,000
10,000 4,920 4,920
5,000 1,700 1,800
0
Jumlah Pelajar Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah SNP
SMA/SMK dalam
ribuan
Tahun 2019 Tahun 2020

IV. PENUTUP

Dari seluruh ulasan dalam makalah terkait Kebijakan Sistem Zonasi pada PPDB tingkat SMA
dan SMK di Jawa Barat, maka dapat diberikan sejumlah catatan. Dimana catatan tersebut
dapat menjadi rekomendasi kebijakan dimasa mendatang.
a. Jumlah sekolah yang masih belum ideal dengan jumlah peminat patut segera
diperbaiki. Dengan melakukan penambahan jumlah sekolah. Agar dapat
meningkatkan daya tampung yang memperhitungan rasio seleksi lebih baik.
b. Penyebaran sekolah jenjang SMA dan SMK belum merata di setiap daerah. Banyak
wilayah yang tidak memiliki sekolah SMA atau SMK. Akibatnya pembagian zonasi
menjadi kurang tepat.
c. Sistem zonasi lebih tepat diterapkan sebagai hilir kebijakan. Setelah fasilitas sekolah
negeri di Jawa Barat lebih membaik. Setidaknya jumlah SMA dan SMK yang

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 9


memiliki Standar Nasional Pendidikan mencapai 50 persen dari total sekolah negeri
yang tersedia.
d. Seleksi calon peserta didik sebaiknya dilakukan sejak jelang akhir pendidikan tingkat
SMP. Dengan berbasiskan data akademik yang menggunakan system digital.
Sehingga penyebaran anak didik sudah dapat terbaca sejak jelang akhir pendidikan
SMP.

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 10


Daftar Pustaka
Budi Winarno, Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus, Center of Academic
Publising Service, Jogjakarta, 2014
Riant Nugroho, Kebijakan Publik di Negara Negara Berkembang, Pustaka Pelajar, Jogjakarta,
2015
Zulkarnain Umar, Analisis Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Mininal Untuk
Peningkatan Kualitas Layanan Publik Di Daerah, Program Studi Ilmu Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Makassar, Jurnal
Analisis dan Kebijakan Publik Volume 3 Number 1 Juni 2017
Undang-undang Dasar RI 1945
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.51 Tahun 2018
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.20 Tahun 2019
http://zonasi.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/data?kode_wilayah=020000
https://kabar24.bisnis.com/read/20190513/79/921953/begini-pembagian-zonasi-ppdb-2019-
provinsi-jawa-barat
https://kbbi.web.id/akseptabilitas
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_9A8C570B-8332-4F8C-9852-
71F54DBCDEAC_.pdf

Tugas Analisis Kebijakan Publik | Tahun 2019 11

Anda mungkin juga menyukai