Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN GRATIS DI KABUPATEN

SUKOHARJO

A.    LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan sangat penting keberadaanya bagi kelangsungan hidup sebuah negara bangsa.
Untuk memperoleh sumber daya manusia yang unggul dibutuhkan satu proses pendidikan yang
baik. Proses pendidikan yang baik bukan hanya menjadi tanggung jawab lembaga penyelenggara
pendidikan semata, tetapi juga harus didukung perannya oleh masyarakat dan pemerintah yang
dalam hal ini bertindak sebagai pemegang amanah tertinggi dari UUD 1945 untuk mencerdaskan
bangsa Indonesia.
Seiring bergulirnya reformasi di negara Indonesia yang menuntut otonomi daerah maka
secara bertahap pun kewenangan penyelenggaraan pendidikan diserahkan kepada tiap - tiap
pemerintah daerah. Dengan diserahkannya kewenangan tersebut kepada pemerintah daerah
berarti telah ada keleluasaan kepada daerah untuk menjalankan aktivitas pelayanan publik tanpa
harus banyak terpaku pada aturan-aturan yang telah di buat oleh pemerintah pusat.
Demikian pula dengan pemerintah kabupaten Sukoharjo yang dalam hal ini bertindak
sebagai pemerintah daerah setempat yang memiliki hak dan wewenang dalam pendidikan.
Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo adalah dengan
mengeluarkan kebijakan gratis bagi sekolah negeri. Kebijakan pendidikan gratis yang
dikeluarkan mulai tanggal 2 Januari 2007 diharapkan mampu meningkatkan intelektual
masyarakat dan memenuhi hak pendidikan serta mewujudkan program wajib belajar sembilan
tahun. Sekolah negeri yang mendapatkan kebijakan gratis dimulai dari jenjang pendidikan SD,
SMP dan SMA pada jalur pendidikan formal.
Kabupaten sukoharjo adalah sebuah kabupaten yang termasuk dalam karesidenan
surakarta, terletak di sebelah selatan kota surakarta. Kabupaten ini memiliki 12 kecamatan. Pada
tahun anggaran 2006, pemerintah kabupaten sukoharjo mengalokasikan anggaran untuk
pendidikan gratis periode pendidikan 2007/2008 sekitar 9% dari keseluruhan APBD yang
keseluruhanya akan dikucurkan kepada semua siswa sekolah-sekolah negeri di kabupaten
Sukoharjo.
Dengan jumlah realisasi anggaran yang demikian, pemerintah kabupaten Sukoharjo
menerapkan kebijakan pendidikan gratis di wilayahnya untuk peserta didik pada jalur formal
jenjang pendidikan dasar dan menengah negeri. Adapun yang dimaksud dengan jalur pendidikan
yang ada dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terbagi sebagai berikut :
1.      Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2.      Pendidikan non Formal adalah pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang.
3.      Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
(Sumber : UU 20 Tahun 2003).
Pembiayaan pendidikan gratis di kabupaten Sukoharjo diambilkan dari pos RAPBD yang
dikhususkan hanya untuk sekolah negeri. Jumlah sekolah negeri yang mencapai 549 unit
membuat pro-kontra dalam pelaksanaanya. Ada kalangan yang pesimis kebijakan gratis itu dapat
terlaksana dengan baik karena besarnya anggaran pendidikan yang harus ditanggung oleh APBD
dan kekhawatiran dari kelompok ini terhadap rasa keadilan masyarakat mengingat hanya sekolah
negeri yang akan menikmati kebijakan pendidikan gratis. Terlebih lagi pendapatan Kabupaten
Sukoharjo yang cenderung tidak meningkat dari tahun ke tahun. berdasarkan laporan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang terbit pada 30 Juni 2009, dari tiga BUMD di Sukoharjo yang
mendapat sorotan dari eksekutif dan legislatif yaitu Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
(PD BPR) Bank Pasar, Percada serta Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Total penyertaan
modal yang dikeluarkan Pemkab senilai Rp 47 miliar atau hanya terpaut Rp 2 miliar lebih besar
dibanding total PAD sampai tahun 2009. Rata-rata penyertaan modal per tahun mulai Rp 1 miliar
hingga Rp 3 miliar.
Sebagai gambaran, di 2008 untuk penyertaan modal PDAM senilai Rp 2,8 miliar,
keuntungan yang diberikan kepada Pemkab hanya Rp 125 juta. Hal yang sama juga terjadi di PD
BPR Bank Pasar. Dari penyertaan modal senilai Rp 1 miliar, keuntungan yang masuk PAD
senilai Rp 326 juta.

Tabel penyertaan modal Pemkab Sukoharjo


No Tahun Penyertaan Modal
1 2006 Rp. 6.852.000.000,-
2 2007 Rp. 12.600.000.000,-
3 2008 Rp. 5.950.000.000,-
4 2009 Rp. 5.320.000.000,-
5 2010 (rencana) Rp. 6.932.000.000,-
Sumber : http://solopos.co.id
    Sumber dana yang dialokasikan untuk pendidikan gratis berasal dari
pemerintah pusat (APBN) yang disalurkan melalui Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) untuk SD dan SMP serta Bantuan Khusus Murid (BKM) untuk jenjang SMA/SMK.
Di luar dana BOS dan BKM, Pemkab Sukoharjo juga menerima bantuan APBN berupa
beasiswa, rehab gedung, ruang kelas baru, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, unit sekolah baru, school grant, Bantuan Operasional Manajemen
Mutu (BOMM), dan life skill. Selain dari APBN itulah Pemkab Sukoharjo harus
mengalokasi anggaran unit cost per siswa melalui APBD.
    Untuk besaran alokasi dana dalam penyelenggaraan pendidikan gratis,
pada jenjang SD per tahun dibutuhkan sekitar Rp 14,9 miliar lebih. Rinciannya,
jumlah SD di Sukoharjo ada 497 sekolah dengan jumlah siswa SD sebanyak 63.850
anak. Mereka menerima dana BOS sebesar Rp 19.500 per anak per bulan. Di
jenjang SMP dibutuhkan dana pendidikan per tahun sebesar Rp 11 miliar lebih.
Anggaran tersebut dimaksudkan untuk membiayai sekolah 26.354 anak yang
tersebar di 40 sekolah. Unit cost tiap siswa SMP per bulan sebanyak Rp 62.500,
sementara dana BOS per bulan per siswa hanya Rp 27.500. Untuk menutup
kekurangan biaya tersebut, Pemkab menganggarkan dana dari APBD sebesar Rp
35.000 per siswa per bulan. Selanjutnya, pada jenjang SMA/SMK diperlukan dana
pendidikan gratis sebesar Rp 13,3 miliar lebih untuk membiayai sekitar 8.705
siswa yang tersebar di 12 sekolah. Unit cost untuk tingkat ini Rp 125.000 per
siswa per bulan. Sedangkan untuk SMA negeri akselerasi, yang memiliki 51
peserta didik, dengan asumsi unit cost per anak per bulan Rp 250.000, maka
setiap tahun Pemkab Sukoharjo harus menyediakan anggaran Rp 153 juta.
    Dengan demikian, dana pendidikan gratis yang ditanggung Pemkab
Sukoharjo per tahun untuk jenjang SMPN, SMAN/SMKN, dan SMAN akselerasi sebesar
Rp 24,6 miliar lebih. Sayangnya program pendidikan gratis yang semula untuk
meringankan beban masyarakat kecil ternyata sudah dipolitisir  yang pada
akhirnya menimbulkan permasalahan baru. Awalnya, empat fraksi di DPRD yaitu
fraksi PAN, Golkar, PKS dan FKPD menentang pelaksanaan program.tapi pada
kenyataannya bupati tetap melaksanakan program pendidikan gratis meskipun
tanpa dibuat Peraturan Daerah (Perda) tersendiri. Bupati berkeyakinanan bahwa
Perda pendidikan gratis sudah terakomodir Perda APBD tahun 2007.
Dengan dalih membantu meringankan beban masyarakat, meski ditentang
sebagian besar fraksi di DPRD, pemkab tetap melaksanakan program pendidikan
gratis. Padahal, ketika program dijalankan sudah muncul masalah baru, para
kepala sekolah dan guru, kebingungan saat mencairkan dana pendidikan.
Pasalnya, mekanisme pembuatan surat pertanggungjawaban (SPJ), sangat rumit,
sehingga banyak sekolahan yang harus mencari utang untuk biaya pendidikan.
Kegelisahan guru dan kepala sekolah semakin bertambah, ketika ada larangan
dari dinas pendidikan tidak diperbolehkan menarik biaya sepeser pun dari siswa
atau wali murid. Padahal, sekolahan masih membutuhkan biaya cukup besar untuk

pendanaan ekstra kurikuler. Terbukti, begitu pendidikan gratis kegiatan ekstra


sekolah menjadi macet, karena dananya tidak ada.
Dengan melihat landasan hukum yang ada, baik itu UUD 1945 yang secara langsung
mengamanatkan kepada pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan tanpa
memilahnya, ataupun dalam UU sisdiknas yang mengakui adanya tiga jalur pendidikan maka,
kebijakan pendidikan gratis di kabupaten sukoharjo akan sangat menarik untuk di teliti dalam hal
implementasinya apalagi terdapat berbagai persoalan yang terjadi setelah pendidikan gratis
tersebut dijalankan.
B.     PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang permasalahan di atas maka dapat dibuat rumusan masalah seperti di
bawah ini.
1.      Bagaimana implementasi kebijakan pendidikan gratis tersebut di laksanakan di Kabupaten
Sukoharjo?
2.      Faktor apa saja yang menjadi menghambat proses implementasi kebijakan pendidikan gratis
tersebut?
C.     TUJUAN
Adapun beberapa tujuan yang di dapat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pendidikan gratis di Kabupaten Sukoharjo.
2.      Mengetahui efektivitas mutu pendidikan setelah dilaksanakannya program pendidikan gratis.
3.      Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan gratis tersebut, baik itu faktor
yang mendukung maupun faktor yang menghambat pelaksanaanya.

D.    LANDASAN TEORI

1. Definisi Implementasi

Pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul
Wahab adalah:
“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar
webster, to implement (mengimplementasikan) berati to providethe means for carrying out
(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk
menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”(Webster dalam Wahab, 2004:64).

Implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti


mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu
yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan
dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan
dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.
Implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat
administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja
bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan
(Budi Winarno, 2002:102).
Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa
implementasi kebijakan adalah:
 “Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum
dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk
menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Lester dan Stewart
dalam Winarno, 2002:101-102).
 
                    Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi
pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan
tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut
bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan
masyarakat.  
        
       2. Pendekatan Implementasi
Menurut Solichin Abdul Wahab ada empat pendekatan dalam implementasi kebijakan untuk
meningkatkan efektivitas implementasi yaitu;
a.       Pendekatan-pendekatan struktural.
Pendekatan ini ada dua bentuk yaitu pendekatan struktur yang bersifat organis dan
pendekatan struktur matrik.
b.      Pendekatan prosedural manajerial.
Perlu dibedakan antara merencanakan perubahan dan merencanakan untuk melakukan
perubahan. Dalam hal pertama, implementasi dipandang sebagai semata-mata masalah teknis
atau masalah manajerial, disini prosedur-prosedur yang dimaksud termasuk diantaranya yang
menyangkut penjadwalan (scheduling), perencanaan (Planning), dan pengawasan ( Control).
Teknik manajerial yang merupakan perwujudan dari pendekatan ini adalah perencanaan
jaringan kerja dan pengawasan (network planning and control MPC) yang menyajikan suatu
kerangka kerja dimana proyek dapat dilaksanakan dan implementasinya dapat diawasi dengan
cara mengidentifikasikan tugas-tugas dan urutan-urutan logis dimana tugas tersebut dapat
dilaksanakan.
c.       Pendekatan-pendekatan keperilakuan.
Ada dua bentuk dalam pendekatan ini; Pertama, OD (organisional
development/pengembangan organisasi). OD adalah suatu proses untuk menimbulkan
perubahan-perubahan yang diinginkan dalam suatu organisasi melalui penerapan dalam ilmu-
ilmu kepribadian; Kedua, bentuk managemen by objectives (MBO). MBO adalah suatu
pendekatan yang menggabungkan unsur-unsur yang terdapat dalam pendekatan
prosedural/manajerial dengan unsur-unsur yang termuat dalam analisis keperilakuan. Jelasnya
MBO berusaha menjembatanai antara tujuan yang telah dirumuskan secara spesifik dengan
implementasinya.
d.      Pendekatan Politik
Pendekatan politik ini secara fundamental asumsi yang diketengahkan oleh ketiga
pendekatan terdahulu khususnya pendekatan perilaku. Dalam pendekatan ini, keberhasilan suatu
kebijakan pada akhirnya akan bergantung pada kesediaan dan kelompok-kelompok yang
dominan/berpengaruh. Dalam situasi tertentu distribusi kekuasaan kemungkinan dapat pula
menimbulkan kemacetan pada saat implementasi kebijakan walau sebenarnya kebijakan tersebut
secra formal telah disahkan (Solichin Abdul Wahab, 2004: 110).

        3.      Tahap Implementasi


Tahapan implementasi sebuah kebijakan merupakan tahapan yang krusial, karena tahapan
ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan. Tahapan implementasi perlu dipersiapkan
dengan baik pada tahap perumusan dan pembuatan kebijakan. Implementasi sebuah kebijakan
secara konseptual bisa dikatakan sebagai sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam,
manusia maupun biaya) dan diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil
untuk mencapai tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk
transformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi pola-pola operasional
yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana diamanatkan dalam kebijakan
yang telah diambil sebelumnya.  Hakikat utama implementasi adalah pemahaman atas apa yang
harus dilakukan setelah sebuah kebijakan diputuskan.
Tahapan ini tentu saja melibatkan seluruh stake holder yang ada, baik sektor swasta
maupun publik secara kelompok maupun individual. Implementasi kebijakan meliputi tiga unsur
yakni tindakan yang diambil oleh badan atau lembaga administratif; tindakan yang
mencerminkan ketaatan kelompok target serta jejaring sosial politik dan ekonomi yang
mempengaruhi tindakan para stake holder tersebut. Interaksi ketiga unsur tersebut pada akhirnya
akan menimbulkan dampak baik dampak yang diharapkan maupun dampak yang tidak
diharapkan. Hasil akhir implementasi kebijakan paling tidak terwujud dalam beberapa indikator
yakni hasil atau output yang biasanya terwujud dalam bentuk konkret semisal dokumen, jalan,
orang, lembaga; keluaran atau outcome yang biasanya berwujud rumusan target semisal
tercapainya pengertian masyarakat atau lembaga; manfaat atau benefit yang wujudnya beragam,
dampak atau impact baik yang diinginkan maupun yang tak diinginkan serta kelompok target
baik individu maupun kelompok.

       4.      Definisi Kebijakan Publik


Kebijakan publik menurut Riant Nugroho dapat disebut sebagai public policy, yaitu suatu
aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh
warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang
dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas
menjatuhkan sanksi.

        5.      Pengertian Implementasi Kebijakan


Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan.
Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah
kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal
tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai
merugikan masyarakat.

       6.      Proses Pembuatan Kebijakan.


William Dunn mengemukakan proses pembuatan kebijakan divisualisasikan sebagai
serangkaian tahap yang saling bergantung menurut urutan-urutan waktu; Pertama, Penyusunan
agenda, para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
Kedua, Formulasi kebijakan, para pejabat merumuskan alternatif kebijakan yang mengantisipasi
masalah. Ketiga, Adopsi kebijakan, alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari
mayoritas legislatif, konsensus diantara direktur lembaga atau keputusan peradilan. Keempat,
Implementasi kebijakan, kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi
yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Kelima, Penilaian kebijakan, untuk
pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan apabila badan-badan eksekutif,
legislatif, dan peradilan memenuhi persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan
pencapaian tujuan.

       7.      Definisi Tentang Pemerintah Daerah.


Pemerintahan Daerah, dalam konteks Indonesia, adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 Pasal (18). Pemerintahan Daerah dapat
berupa:
a)      Pemerintahan Daerah Provinsi, yakni terdiri dari Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD
Provinsi. Pemerintah Daerah Provinsi terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah, yang meliputi
Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah.
b)      Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, yakni terdiri dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Bupati/Walikota
dan Perangkat Daerah, yang meliputi Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis
Daerah, Kecamatan,dan kelurahan.

Pengertian Pemerintah daerah ini dipertegas dalam ketentuan Undang-Undang No 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah khususnya dalam Pasal 1 huruf 2 dan 3 disebutkan bahwa
“Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.

       8.      Perangkat Daerah


Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di
daerah. Pada Daerah Provinsi, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah,
dan Lembaga Teknis Daerah. Pada Daerah Kabupaten/Kota, Perangkat Daerah terdiri atas
Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.
Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik,
potensi, dan kebutuhan Daerah. Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah setempat. potensi, dan kebutuhan Daerah. Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah setempat.

        9.      Kebijakan Daerah


Suatu kebijakan daerah walaupun tidak seperti undang-undang namun dalam praktek
kekuatan hukum mengikatnya sama dengan undang-undang, yaitu mengikat secara hukum
kepada publik karena publik yang dikenai kebijakan tersebut harus mengikutinya.
Dalam praktek pelaksanannya, kebijakan daerah diwujudkan melalui pembuatan produk
hukum berupa Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Kepala Daerah (Perakepda). Peraturan
Daerah (Perda) dan Peraturan Kepala Daerah (Perakepda) diatur di dalam Pasal 136 sampai
dengan Pasal 149 Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Suatu
Peraturan Daerah dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan
yang meliputi kejelasan tujuan, kelembagaan atau organ tubuh yang tepat, kesesuaian antara
jenis dan materi muatan, dapat dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan
rumusan, dan keterbukaan. Dalam materi muatan Perda pun harus mengandung asas
pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, Bhineka Tunggal Ika,
keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian
hukum, dan/atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

         10.  Definisi Program pendidikan Gratis


Program pendidikan gratis di kabupaten Sukoharjo yang dikenal oleh masyarakat luas
sebenarnya memiliki nama resmi “program pengalokaisan dana operasional sekolah bagi sekolah
SD,SMP, SMA dan SMK Negeri se Sukoharjo Tahun Anggaran 2007” instansi yang berwenang
menyebut program ini bukan sebagai program pendidikan gratis karena pada dasarnya jumlah
yang di alokasikan dari APBD Sukoharjo masih jauh dari cukup untuk membiayai semua proses
belajar mengajar di tiap-tiap sekolah negeri pada semua jenjang pendidikan.
Program ini sebenarnya sangat berkaitan erat dengan program Bantuan Operasioal Sekolah
(BOS) yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat sebagai sebuah kompensasi dari dikuranginya
dana subsidi BBM. Besarnya BOS yang dialokasikan untuk tiap-tiap siswa yang hanya
berjumlah Rp. 19.583,00/bulan untuk SD/MI sederajat dan Rp.27.041,00/bulan masih belum
cukup untuk memenuhi keseluruhan biaya pendidikan dan akibatnya siswa masih berkewajiban
untuk membayarkan iuran dengan besaran tertentu untuk memenuhi kekuranganya itu. Melihat
fenomena yang demikian maka, pemerintah kabupaten sukoharjo berinisiatif untuk menanggung
semua kekurangan biaya pendidikan yang tidak dapat di tutupi oleh dana BOS. Pencairan dana
program pendidikan gratis ini dilakukan dengan mekanisme triwulanan yaitu pada bulan
Februari, Maret, April dan Juni.

    D.    KERANGKA PEMIKIRAN


Adanya undang undang sisdiknas yang proses implementasinya berada dalam era
otonomi daerah ( kota / kabupaten) seluruh indonesia mendorong masing-masing kota /
kabupaten untuk membangun daerahnya terutama dalam bidang pendidikan. Pemerintah pusat
yang mengetahui hal tersebut segera membuat payung hukum yang kemudian dituangkan dalam
Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian urusan pemerintahan puat, propinsi dan kota /
kabupaten yang kemudian oleh pemerintah kabupaten Sukoharjo ditindaklanjuti dengan
dikeluarkanya Peraturan Daerah kabupaten Sukoharjo Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan susunan organisasi dinas pendidikan
kabupaten Sukoharjo, Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor 1 tahun 2007 tentang Penatausahaan
Pelaksanaan APBD Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2007. keluarnya dua peraturan yang
berdomain di kabupaten sukoharjo oleh bupati sukoharjo dengan berbagai pertimbanganya
menilai bahwa dana APBD masih cukup untuk melakukan pengalokasian dana untuk kegiatan
operasional kegiatan belajar mengajar di sekolah – sekolah negeri. Program ini dalam teknis
pelaksanaanya di lakukan oleh dinas pendidikan kabupaten sukoharjo yang berpedoman pada
Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukharjo Nomor 911/0102.b/2007 tentang
Penetapan Alokasi Dana Bantuan Untuk Kegiatan Operasional Sekolah Pada SD, SMP, SMA
dan SMK Negeri Se Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2007. Dengan adanya SK kepala
dinas pendidikan tersebut maka program alokasi dana dapat dilakukan dan manfaatnya
berimplikasi langsung pada warga sukoharjo sehingga program ini lebih dikenal masyarakat
dengan program pendidikan gratis.

     E.     METODE PENELITIAN


1.      Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.  Pendekatan
penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh berhubungan dengan objek yang diteliti untuk menjawab permasalahan untuk
mendapatkan data-data kemudian dianalisis dan mendapatkan kesimpulan penelitian dalam
situasi dan kondisi tertentu. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan kemampuan untuk
menggali informasi yang sedalam-dalamnya namun tetap dalam konteks permasalahan yang
diteliti.

2.      Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sukoharjo lebih khusus lagi di Dinas
Pendidikan Sukoharjo yang beralamatkan di JL. Veteran No. 54 Sukoharjo. Kabupaten
Sukoharjo sendiri merupakan satu dari sedikit kabupaten yang ada di Indonesia yang telah
menerapkan kebijakan pendidikan gratis. Yang lebih menarik lagi untuk melakukan penelitian di
Kabupaten Sukoharjo dikarenakan Kabupaten Sukoharjo merupakan Kabupaten yang kecil
dengan Pendapatan Asli Daerah yang kecil pula. Akan tetapi mampu menerapkan kebijakan
pendidikan gratis yang membutuhkan banyak pembiayaan.

3.      Jenis Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan manjadi 2 (dua) jenis yaitu:
a.       Data Primer
   Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yangmana
merupakan orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedian
memberi data atau informasi yang diperlukan seperti dalam bentuk wawancara langsung. Terkait
dengan problematika penelitian, maka data primer diperoleh dari Pejabat atau pegawai negeri
sipil yang bertugas di Dinas Pendidikan sukoharjo yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala
Bagian Keuangan, Kepala Bagian Tata Usaha dan kepala Bagian Umum Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo.
b.      Data sekunder
    Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk mendukung dan melengkapi data
primer yang berhubungan dengan masalah penelitian yang meliputi dokumen, laporan, arsip,
peraturan-peraturan, dokumen-dokumen administratif, keputusan dan ketetapan resmi.

4.      Teknik Pengumpulan Sampel


Untuk mendapatkan data dalam penelitian peneliti harus mewawancarai orang-orang yang
natinya terlibat dalam obyek penelitian. Penelitian ini tentu saja akan banyak mengeluarkan
waktu, biaya dan tenaga. Maka dari itu diperlukan pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik sampling. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil secara representatif
atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati.
Sedangkan teknik sampling merupakan penelitian yang tidak meneliti seluruh subjek yang
ada dalam populasi, melainkan hanya sebagian saja yang diperlukan oleh peneliti dalam
penelitian ini.

5.      Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui dua cara sebagai berikut :
a.       Wawancara
   Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam
mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan. Wawancara juga dimaksudkan untuk merekonstruksi kebulatan-
kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang. Juga untuk
memferivikasi, merubah, memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia
maupun bukan manusia (triangulasi), dan memferivikasi, merubah dan memperluas konstruksi
yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Wawancara dilakukan dengan
sistem wawancara bebas terpimpin artinya wawancara ini merupakan kombinasi antara
wawancara bebas dan terpimpin. Pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Pedoman interview
berfungsi sebagai pengendali jangan sampai proses wawancara kehilangan arah. Dalam
penelitian ini yang akan diwawancarai adalah pejabat berwenang di Kantor Dinas Pendidikan
kabupaten Sukoharjo.
b.      Studi kepustakaan
   Studi kepustakaan merupakan suatu bentuk pengumpulan data dengan cara membaca buku
literatur, hasil penelitian terdahulu, dan membaca dokumen, peraturan perundang-undangan,
Peraturan Bupati Sukoharjo yang berhubungan dengan objek penelitian.

6.      Validitas Data


Data yang telah dicatat dan dikumpulkan harus dijamin validitaasnya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari penyimpangan informasi dari perolehan data yang sudah diperoleh. Salah
satu teknik yang digunakan untuk mengukur validitas data adalah dengan menggunakan
trianggulasi. Tingkat validitas data adalah dengan trianggulasi data.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data.
Trianguluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1)      Triangulasi dengan sumber yakni membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawan
cara serta membandingkan dengan dokumen yang berkaitan.
2)      Triangulasi dengan metode yakni dengan strategi pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu melakukan wawancara dengan
pemeriksaan dokumen serta pengamatan langsung oleh peneliti, serta pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3)      Triangulasi dengan teori, yakni untuk pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian
digunakan beberapa teori sebagai mana yang tertuang dalam landasan teori penelitian ini.

7.      Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan proses pengumpulan dan mengolah data kedalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dengan analisis akan menguraikan dan memecahkan masalah
yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis
kualitatif. Analisis secara kualitatif adalah analisis data yang tidak bisa dikategorikan secara
statistik. Dalam analisis kualitatif ini, maka penginterpretasian terhadap apa yang ditemukan dan
pengambilan kesimpulan akhir menggunakan logika atau penalaran sistematis.
Model analisis kualitatif digunakan model analisis interaktif, yaitu model analisis yang
memerlukan tiga komponen berupa reduksi data, sajian data, serta penarikan
kesimpulan/verifikasi dengan menggunakan proses siklus. Dalam menggunakan analisis
kualitatif, maka penginterpretasian terhadap apa yang ditentukan dan pengambilan kesimpulan
akhir digunakan logika atau penalaran sistematik. Ada tiga komponen pokok dalam tahapan
analisa data menurut HB Sutopo, yaitu:
a.       Data Reduction merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data
kasar yang ada dalam field note. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, hasilnya
data dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi ketat, ringkasan serta
penggolongan dalam suatu pola.
b.      Data Display adalah rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dilakukan, sehingga peneliti akan dengan mudah memahami apa yang terjadi dan apa yang harus
dilakukan.
c.       Canclution drawing dari awal pengumpulan data peneliti harus mengerti apa arti dari hal-hal
yang ditelitinya, dengan cara pencatatan peraturan, pola-pola, pernyataan konfigurasi yang
mapan dan arahan sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai