Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM BOS, BOSDA, BOPTN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Kebijakan Pendidikan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Aman, M.Pd

Oleh:

Ajeng Ardinal Febriana 22418251025

Atrian Dehe 22418251007

Nur Hidayati 22418251019

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 secara eksplisit

menyebutkan amanat kemerdekaan untuk menjadi bangsa yang sejahtera, cerdas, tertib

dan berkarakter, damai abadi dan berkeadilan sosial. Pendidikan merupakan hak warga

negara yang dijamin oleh Undang-Undang sehingga negara memiliki kewajiban untuk

menyediakan, mengatur memfasilitasi dan membiayai pendidikan dasar warga negaranya

(Ni Made Aari Yuliantri Griadhi, 2018:49).

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Bab XIII Pasal 31

menyatakan bahwa:

Ayat 1 : Setiap warga negara berjak mendapatkan Pendidikan (perubahan ke empat)

Ayat 2 : Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan dasar dan pemerintaj wajib

membiayainya (perubahan ke empat)

Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan

nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-

undang (perubahan ke empat)

Ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya dua

puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

Pendidikan nasional. (perubahan ke empat)

Ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetauan dan teknologi dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat beragama.


Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab XIII

Pendanaan Pendidikan Bagian Keempat tentang Pengalokasian Dana Pendidikan pasal

49 ayat 1 disebutkan bahwa dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya Pendidikan

kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

pada sector Pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Sehungga sejak Juli 2005 Pemerintah menyelenggarakan program pembiayaan

yang dinamakan dengan Program Bantuan Operasional Sekolah. Pendanaan BOS

berdasar pada Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Departemen Pendidikan

Nasional dan Departemen Pendidikan Agama yang berasal dari relokasi dana subsidi

BBM (Agustin Riana, 2010:143)

BOS diluncurkan dengan tujuan untuk meringankan biaya Pendidikan peserta didik

serta membebaskan biaya bagi peserta didik tidak mampu sehingga warga negara usia

sekolah dapat melaksanakan program Wajib Belajar yang dicanangkan oleh pemerintah

yang lebih bermutu hingga lulus.

Diluncurkannya program Wajib Belajar 9 Tahun pada tahun 1994 dan Wajib Belajar

12 tahun menjadi salah satu bentuk layanan pendidikan oleh pemerintah bagi seluruh

peserta didik pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah. Salah satu indicator dalam

pengukuran keberhasilan pemerintah dalam program wajib belajar dinilai dari Angka

Partisipasi Kasar dan jumlah lulusan pada tiap jenjang Pendidikan. Pada tahun 2018 APK

SMP telah mencapai 91,23%. Sehingga program Wajib Belajar dinyatakan telah tuntas

sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Program Bantuan Operasional sekolah

berperan besar dalam percepatan program Pendidikan dasar yang dicanangkan oleh

pemerintah.

Selama 17 tahun pelaksanaan program BOS, terdapat kelebihan dan kekurangan baik

dari sisi regulasi, penyaluran, peruntukan dana bantuan tersebut. Tujuan penulisan
makalah ini adalah memaparkan kebijakan penganggaran Pendidikan, utamanya dalam

mewujudkan amanat kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian BOS, BOSDA dan BOPTN

BOS merupakan singkatan dari Bantuan Operasional Sekolah adalah dana yang

digunakan terutama untuk mendanai belanja nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar

dan menengah sebagai pelaksana program wajib belajar dan dapat dimungkinkan untuk

mendanai beberapa kegiatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dana BOS ini terdiri dari dua jenis, yaitu BOS regular dan BOS kinerja. Dana

BOS kinerja terbagi menjadi 3 bagian yakni 1) kinerja sekolah penggerak, 2) kinerja

sekolah prestasi, dan 3) kinerja sekolah berkemajuan terbaik (Permendikbudristek, 2021)

BOSDA merupakan singkatan dari Bantuan Operasional Sekolah Daerah adalah

program bantuan untuk operasional sekolah yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta kepada satuan Pendidikan formal provinsi/kabupaten/kota

yang digunakan untuk memenuhi kekurangan dan melengkapi Bantuan Operasional

Sekolah dari Pemerintah Pusat (Pergub DIY, 2010).

BOPTN merupakan singkatan dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri

(BOPTN) merupakan bantuan biaya dari pemerintah yang diberikan pada Perguruan

Tinggi Negeri untuk membiayai kekurangan biaya operasional yang sesuai dengan

standar pelayanan umum.

B. Mekanisme Pemberian Dana BOS, BOSDA, BOPTN

1. Tujuan Penggunaan Dana

Berdasarkan Permendikbudristek Nomor 63 tahun 2021, penggunaan Dana

BOS untuk membiayai operasional penyelenggaraan Pendidikan pada Satuan

Pendidikan sesuai dengan komponen penggunaan dana BOS yang terdiri atas

komponen dana BOS regular dan komponen dana BOS Kinerja.


Adapun penggunaan BOSDA berdasarkan Peraturan Bupati Bantul Nomor 36

Tahun 2021 adalah untuk memenuhi standar pelayanan minimal, mencukupi biaya

operasional TK Negeri, SD Negeri, SMP Negeri serta membantu pendanaan SD

Swasta, MI Negeri, MI Swasta, SMP Swasta, MTS Negeri dan Swasta.

Penggunan Dana BOPTN oleh perguruan tinggi menurut Peraturan Menteri

Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi nomor 12 tahun 2019 pasal 2; Pelaksanan

Penilitian dan Pengabdian Terhadap Masyarakat terkait dengan PTN dan PPTS. Untuk

pelaksanan penilitian dan pengebdian terhapa masyarakat bersumber dari alokasi

anggaran dana BOPTN paling sedikit 30%. Sedang untuk nonpenilitian 70% dari

alokasi dana BOPTN.

2. Mekanisme Pemberian Dana BOS, BOSDA dan BOPTN

1) Bantuan Operasional Sekolah

Pada awal peluncuran, Dana BOS untuk sekolah yang berada di bawah naungan

Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama disalurkan oleh satu

departemen (Depdiknas), kemudian pada tahun 2007 penyaluran dana bantuan

dipisah dengan memperhatikan hal berikut:

a. Pendanaan BOS untuk seluruh sekolah baik negeri maupun swasta (Izin

operasional dari Departemen Pendidikan) menjadi tanggungjawab Dinas

Pendidikan. Sedangkan madrasah/pondok pesantren yang izin operasionalnya

berasal dari Departemen Agama menjadi tanggungjawab Depag.

b. Segala bentuk kegiatan yang mencakup proses pendataan, penyaluran dana,

sosialisasi, pelaporan, monitoring, dan penyelesaian kasus dilakukan oleh

masing-masing departemen.

c. Penyaluran dana ke sekolah, madrasah, pondok pesantren antara Departemen

Pendidikan dan Departemen Agama diusahakan sesuai jadwal.


Adapun mekanisme penggunaan dana BOS dibagi menjadi 3, yaitu pengalokasian

BOS, penyaluran BOS dan pengambilan BOS.

Adapun pengalokasian BOS sebagai berikut.

Tim menetapkan sekolah SK ALokasi BOS dan


input jumlah PD ke TIM
penerima. SK Disdik daftar penerima ke Bank

Tim BOS Pusat membuat


alokasi dana BOS verifikasi ulang oleh tim
dituangkan di Daftar Prop dan Kab untuk
Isian Pengajuan alokasi BOS per propinsi
Anggaran

Terkait dengan penyaluran dana BOS, sekolah harus memenuhi syarat diantaranya:

a. Sekolah harus memiliki rekening rutin (atas nama sekolah)

b. Sekolah mengirimkan nomor rekening kepada tim Manajemen BOS Kabupaten/

Propinsi untuk dilakukan verifikasi serta melampirkan daftar sekolah yang

menolak BOS (format BOS 04B)

Penyaluran Dana BOS untuk periode tahun anggaran dilakukan secara bertahap.

Penyaluran per tiga bulan. Pada bulan Juli-September apabila data jumlah siswa tiap

sekolah pada tahun ajaran baru belum diperoleh kepastian, maka menggunakan

jumlah pada pencairan periode sebelumnya.

2) Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Peraturan Bupati Bantul Nomor 36 Tahun 2021 Bab V Pengelolaan BOSDA Pasal 8

Ayat 4 menyatakan mekanisme penyaluran BOSDA secara garis besar, sekolah


mengajukan data ajuan jumlah peserta didik sesuai dengan yang tercantum di Dapodik

maupun di EMIS. Untuk sekolah swasta, dilaksanakan verifikasi oleh Dinas.

3) Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri

Tata Cara Pemberian BOPTN adalah sebagai berikut:

1. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menerima alokasi dana

BOPTN pada APBN;

2. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menentukan alokasi dana

BOPTN Satker berdasarkan kriteria yang telah ditentukan;

3. Perguruan tinggi menerima alokasi dana BOPTN dari Kementerian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

4. Perguruan tinggi menyusun kegiatan sesuai cakupan penggunaan dana BO- PTN

dalam Petunjuk Teknis yang dituangkan dalam RKA-K/L;

5. Perguruan tinggi menyiapkan data dukung berupa TOR dan RAB atas kegiatan

yang akan dilaksanakan;

6. Perguruan tinggi melakukan penelitian RKA-K/L dengan tim Inspektorat Jenderal

dan Biro Perencanaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

7. Biro Perencanaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

melakukan penelaahan dengan Direktorat Jenderal Anggaran;

8. Dalam hal penelaahan RKA-K/L dengan Direktorat Jenderal Anggaran: a. Apabila

RKA-K/L disetujui maka ditetapkan menjadi DIPA; b. Apabila RKA-K/L tidak

disetujui, maka perguruan tinggi melakukan perbaikan RKA-K/L sesuai

rekomendasi Direktorat Jenderal Anggaran. Setelah melakukan perbaikan RKA-

K/L, perguruan tinggi melakukan penelitian RKA-K/L hasil perbaikan dengan tim

Inspektorat Jenderal dan Biro Perencanaan Kementerian Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi.
9. Perguruan tinggi menggunakan dana BO-PTN sesuai dengan rencana kegiatan

yang telah disusun;

10. Perguruan tinggi menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana BOPTN per

output.

C. Ketentuan Penggunaan Dana BOS, BOSDA dan BOPTN

1. Penggunaan Dana BOS, BOSDA, BOPTN

Tabel 1. Besaran dana BOS dan BOSDA tahun 2005, 2014, dan 2022
Tahun BOS BOSDA
SD SMP SMA SD SMP SMA
2005 Rp.235.000 Rp.324.500 -
2014 Rp.580.000 Rp.710.000 - Rp.750.000 Rp.1.000.00 -
2022 Rp.900.000 Rp.1.100.000 Rp.1.500.000

Komponen penggunaan dana Bos Reguler tercantum dalam Permendikbudristek No.63

tahun 2022 pasal 39 yaitu:

a. Penerimaan Peserta Didik baru;

b. Pengembangan perpustakaan;

c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler;

d. Pelaksanaan kegiatan asesmen dan evaluasi pembelajaran;

e. Pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah;

f. Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan;

g. Pembiayaan langganan daya dan jasa;

h. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah;

i. Penyediaan alat multimedia pembelajaran;

j. Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi keahlian;

k. Penyelenggaraan kegiatan dalam mendukung keterserapan lulusan; dan/atau

l. Pembayaran honor.
Peraturan tentang penyaluran dana BOS ke sekolah mulai dari tahun 2005 sampai 2022

terus mengalami perubahan. Pada awal dilaksanakannya dana BOS tahun 2005 tentu berbeda

dengan peraturan dana BOS pada tahun 2014. Pada tahun 2014 terdapat persyaratan serta

kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan dana BOS. Dana BOS yang diterima oleh

sekolah dibedakan mejadi dua kelompok sekolah, pertama sekolah dengan jumlah peserta

didik minimal 80 (SD/SDLB) dan 120 (SMP/SMPLB/Satap) BOS yang diterima oleh

sekolah, dihitung berdasarkan jumlah peserta didik dengan ketentuan SD/SDLB : Rp

580.000,-/peserta didik/tahun dan SMP/SMPLB/SMPT/Satap : Rp 710.000,-/peserta

didik/tahun. Kedua sekolah dengan jumlah peserta didik di bawah 80 (SD/SDLB) dan 120

(SMP/SMPLB/Satap) ggar pelayanan pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan baik,

maka pemerintah akan memberikan dana BOS bagi sekolah setingkat SD dengan jumlah

peserta didik kurang dari 80 peserta didik sebanyak 80 peserta didik dan SMP yang kurang

dari 120 peserta didik sebanyak 120 peserta didik. Sekolah yang memperoleh dana BOS

dengan perlakuan khusus ini harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Harus memberitahukan secara tertulis kepada orang tua peserta didik dan memasang

di papan pengumuman jumlah dana BOS yang diterima sekolah;

b. Mempertanggungjawabkan jumlah dana BOS sesuai jumlah yang diterima;

c. Bagi sekolah swasta harus memiliki dampak terhadap penurunan iuran/beban biaya

yang ditanggung oleh orang tua (Permendikbud, 2013: 3-4).

Pada tahun 2022 tentu memiliki peraturan yang berbeda dengan tahun 2014 untuk sekolah

penerima dana BOS. Sekolah tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:

a. Memiliki NPSN yang terdata pada Aplikasi Dapodik;

b. Telah mengisi dan melakukan pemutakhiran data pada Aplikasi Dapodik sesuai

dengan kondisi riil di Satuan Pendidikan paling lambat tanggal 31 Agustus tahun

anggaran sebelumnya;
c. Memiliki izin untuk menyelenggarakan pendidikan bagi Satuan Pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat yang terdata pada Aplikasi Dapodik;

d. Memiliki Rekening Satuan Pendidikan atas nama Satuan Pendidikan;

e. Tidak merupakan Satuan Pendidikan kerja sama; dan

f. Tidak merupakan Satuan Pendidikan yang dikelola oleh kementerian/lembaga lain

(Permendikbudristek, 2022:7)

Adapun untuk BOPTN, Sesuai peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Republik Indonesia nomor 25 tahun 2021 Standar satuan biaya operasional Pendidikan tinggi

pada perguruan tinggi negeri di lingkungsn kementerisn Pendidikan dan kebudayaan.

Penggunan Dana BOPTN (Riset & Pendidikan Tinggi, 2021)

a. Dana penilitian dan pengabdian kepada masyarakat,di kelola langsung oleh kementrian.

b. Dana Nonpenilitian

Dana Nonpeniltian digunakan untuk;

a. Biaya pemiliharaan asset PTN

b. Penambahan bahan praktikum/kuliah

c. Pengadaaan bahan Pustaka

d. Penjaminan mutu

e. Pelaksanan kegiatan kemahasisiwaan

f. Pembiayaan langganan daya dan jaya serta sewa

g. Pelaksanan kegiatan penunjang Pendidikan

h. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

i. Honor dosen dan tenaga dosen kependidikan nonpegawai negeri sipil

j. Pengadaan sarana dan prasaran

k. Pelaksanan kegiatan satuan pengawasan internal

l. Pembiayaan operasional lainnya.


2. Larangan Penggunaan Dana BOS, BOSDA, BOPTN

Dalam penggunaannya terdapat larangan penggunaan dana, yaitu:

a) Disimpan dengan maksud dibungakan;

b) Dipinjamkan kepada pihak lain;

c) Membeli software atau perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BOS atau

software sejenis;

d) Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah, antara lain studi banding,

tur studi (karya wisata), dan sejenisnya;

e) Membayar iuran kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD

kecamatan/kabupaten/kota/provinsi/pusat, atau pihak lainnya;

f) Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru;

g) Membiayai akomodasi untuk kegiatan yang diselenggarakan oleh

h) Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/peserta didik untuk kepentingan pribadi

(bukan inventaris sekolah);

i) Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat;

j) Membangun gedung, ruangan baru, kecuali pada SD/SMP yang belum memiliki

prasarana jamban/WC dan kantin sehat;

k) Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan/peralatan yang tidak mendukung

proses pembelajaran;

l) Menanamkan saham;

m) Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah

pusat/pemerintah daerah atau sumber lainnya;

n) Membiayai iuran dalam rangka upacara peringatan hari besar nasional, dan

membiayai penyelenggaraan upacara/acara keagamaan; dan/atau


o) Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/ sosialisasi/pendampingan

terkait program BOS/perpajakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar

dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan atau Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (RKAS. Kemendikbud).

Adapun dana BOPTN yang tidak dapat gunakan untuk;

a. Belanja modal dalam bentuk investasi fisik (Gedung baru dan kendaraan dinas)

b. Tambahan insentif mengajar untuk pegawai sipil negeri

c. Tambahan insentif dan honor untuk pejabat administrasi, pejabatan fungsional, dan

pejabat yang berstatus pegawai negeri sipil.

D. Keterlaksanaan BOS, BOSDA, BOPTN

Dana BOS disalurkan untuk sekolah negeri maupun sekolah swasata. Secara umum

biaya operasional pada sekolah negeri jauh lebih ringan dibandingkan pada sekolah

swasta. Hal ini disebabkan karena pada sekolah negeri, baik gaji guru, pegawai dan

pengadaan gedung sekolah ditanggung oleh pemerintah, sehingga biaya dapat ditekan

sampai nol. Pada sekolah swasta seluruh biaya tersebut tidak didukung oleh pemerintah

melainkan berasal dari sekolah itu sendiri ( Zainudin, 2019 : 33).

Sejak disalurkannya BOS, data Badan Pusat Statistik terkait dengan indikator

Pendidikan dari tahun 1994-2022 diperoleh angka partisipasi sebagai berikut:


Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan cukup signifikan

pada angka partisipasi kasar jenjang SMP dan SMA.

Sejak tahun 2017, pengelolaan SMA berada langsung di bawah naungan Dinas

Pendidikan Provinsi. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah. Perubahan ini juga berdampak pada tidak adanya lagi

BOSDA kabupaten di lingkungan tingkat Pendidikan SMA. Bantuan operasional sekolah

daerah yang diberikan oleh provinsi pada sekolah, telah dianggarkan dalam Anggaran

Belanja Daerah.

Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,

pemerintah secara berkala menetapkan Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan

Tinggi (SSBOPT). SSBOPT dihutang berdasarkan kebutuhan biaya operasional

penyelanggaraan Pendidikan yang disusun dengan memperhitungakan tiga parameter;

a. Jenis program studi

b. Tingkat kemahalan wilayah

c. Pemenuhan standar nasional Pendidikan tinggi.

Biaya operasional untuk penyelanggaraan program sarjana dan program diploma.

Dalam menghitung SSBOPT digunakan metode perhitungan activity-based costing

model pembiayaan yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Sehubungan dengan

hal tersebut SSBOPT disesuaikan untuk setiap jenis program studi yang di

selenggarakaan, tingkat kemahalan wialaya dimana PT berada., hal ini adalah letak

geografis, dan pemenuhan standar nasional Pendidikan meliputi akreditas program

studi, ajreditas institusi PTN serta Internasional. SSBOPT disusun untuk memperoleh

besarab biaya yang dipergunakan untuk pemenuhan capaian pembelajaran lulusan


program studi yang dihitung permahasiswa pertahun yang merupakan biaya kulia

tunggal (BKT) (Jdih_ristekbrin_652165d5-1452-4fc7-A1fc-7535bc29747a, n.d.).

Biaya Operasioanl Perguruan Tinggi

Biaya Operasional Pergurua Tinggi (BOPT) dikelompokan dalam dua komponen

yaitu; Biaya Langsung (BL) dan Biaya Tidak Lansung). Biaya langsung merupakan

boaya operasional satuan yang terukat langsung dengan penyelenggaraan kurikulum

program studi. Biaya langsung terdiri atas kegiatan kelas, kegiatan

laboratorium/studio/bengkel/lapangan, kegiatan tugas akhir/proyek akhir/skripsi; dan

kemahasiswaan. Sedangkan biaya tidak langsing merupakan biaya noperasional satuan

yang tidak cedara terkait dengan penggelolaan institusi Pendidikan tinggi dalam rangka

mendukung penyenlenggaraan program studi. Biaya langsung teridiri dari biaya

administrasi umum, pengoperasian dan pemilihraan/perbaikan sarana prasaran,

pengembangan istitusi dan biaya operasi lainnya. (UU-Nomor-12-Tahun-2012-Ttg-

Pendidikan-Tinggi, n.d.)

E. Evaluasi

Dana BOS yang disalurkan kesekolah, pada kenyataanya tidak berjalan dengan

mulus. masih banyak ditemukannya hambatan dan permasalahan. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) jumlah

kasus korupsi dana BOS meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2019 – 2022 grafiknya

terus meningkat,, 2019 23%, 2020 29%, 2021 44%, 2022 93% (New Indonesian, 2022).

Salah satunya adalah penyelewengan dana BOS yang dilakukan oleh mantan kepala

sekolah dan mantan bendahara SMK Swasta di Sleman, dana yang dikorupsi sebesar Rp.

229.960.000 (Kompas, 2022). Selain kasus tersebut terdapat juga kasus korupsi dana
BOS Afirmasi Pandeglang, keugian yang ditimbulkan dari korupsi dana BOS afirmasi ini

mencapai sekitar Rp. 1,6 Milyar (Detiknews, 2023).

Pada tataran teknis, regulasi tentang peruntukan BOS juga menjadi dilemma di

sekolah. Peruntukan BOS yang terbatas membuat sekolah kesulitan dalam

menganggarkan kegiatan-kegiatan diluar yang tercover dalam BOS. Kegiatan yang

berhubungan dengan asesmen dan evaluasi, tidak mengcover makan minum panitia.

Demikian pula kegiatan seperti Sosialisasi PPDB, Peningkatan Mutu Akademik berbayar

yang melibatkan pihak luar tidak masuk dalam peruntukan BOS yang pada praktiknya,

justru bagi sekolah hal-hal tersebut termasuk penting.

Berdasarkan kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa dana BOS belum disalurkan

dengan baik. Agar proses penyaluran dan pendistribusian dana BOS dapat berjalan

dengan lancar, efektif, efisien, transparan dan terhindar dari penyimpangan maka perlu

dilaksanakan evaluasi dan pengawasan. Pengawasaan ini diperlukan agar penyaluran

dana BOS sesuai dengan komponen pembiayaan dan perencanaan kebutuhan sekolah

yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan petunjuk teknis pelaksanaan dana BOS.

Sealin itu para pelaku korupsi juga harus dikenakan saksi yang tegas (Pardede, 2021:

901).
BAB III

PENUTUP

Program BOS, BOSDA dan BOPTN merupakan biaya bantuan operasional yang

diberikan oleh pemerintah untuk meringankan beban biaya operasional dan biaya orang tua

serta dengan tujuan untuk pemerataan pendidikan disemua wilayah Indonesia dan diharapkan

dapat mendorang kualitas pendidikan nasional sesuai dengan tujuan UUD 1945. Namun

dalam implementasinya program BOS, BOSDA dan BOPTN ini masih banyak mengalami

permasalahan, seperti kasus korupsi dana BOS di berbagai daerah, peruntukan terbatas BOS

untuk pendanaan kegiatan. Sehingga masih perlu banyak perbaikan untuk program BOS,

BOSDA dan BOPTN.


DAFTAR PUSTAKA

Agustin Riana Sari, Budi Prijanto, Agnes Dwihardini. 2010. Prosedur Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan Tingkat Kepuasan Orang Tua SIswa Terhadap
Pemberian BOS Pada Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Bekasi. Jurnal Ekonomi
Bisnis No. 2, Volume 15, Agustus 2010

Depdiknas, Departemen Agama. 2007. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah dalam
rangka Wajib Belajar 9 Tahun. Jakarta: Depdiknas, Depag

Detiknews.2023. Kasus dana BOS afirmasi Pandeglang Segera disidangkan. Edisi 30


Januari. Diakses pada 25 Februari 2023. https://news.detik.com/berita/d-
6542386/kasus-korupsi-dana-bos-afirmasi-pandeglang-segera-disidangkan

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. 2010. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa


Yogyakarta Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Bantuan Operasioan.

https://bppndik.tripod.com/wajar.htm

https://www.bps.go.id/statictable/2010/03/19/1525/indikator-pendidikan-1994-2022.html

Jdih_ristekbrin_652165d5-1452-4fc7-a1fc-7535bc29747a. (n.d.)

Kompas, 2022. Korupsi Dana BOS, Mantan Kepala Sekolah dan Mantan Bendahara SMK
Swasta di Sleman Ditetapkan Tersangka. Edisi 07 Oktober. Diakses pada 25 Februari
2023. https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/10/07/123631378/korupsi-dana-bos-
mantan-kepala-sekolah-dan-mantan-bendahara-smk-swasta-di?page=all.

News Indonesia. 2022. Korupsi Dana BOS Sekolah Semakin Meningkat. Edisi 30 Desember.
Diakses pada 25 Februari 2023. https://new-indonesia.org/korupsi-dana-bos-di-
sekolah-semakin-meningkat/

Ni Made Ari Yuliantri.2018. Implementasi Pengaturan Hak Konstitusional Anak Dlam


Pemenuhan Wajib Belajar 12 Tahun Di Provinsi Bali, Jurnal Vyavaharaduta Volume
XIII, No.2, September 2018.

Pardede, Lukaman & Hotmaida Simanjuntak. 2021. Tanggung Jawab Hukum Kepala Sekolah
Dalam Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah. Jurnal USM Law Review
Vol 4 No 2
Peraturan Walikota Yogyakarta. 2014. Nomor 12 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) Untuk Satuan Pendidikan Dasar Yang
Diselenggarakan Pemerintah Daerah.

Peremendikbud. 2013. Nomor 101 tentang petunjuk teknis penggunaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun 2014.

Permendikbudristek. 2022 nomor 63 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan


Operasional Satuan Pendidikan.

Riset, K., & Pendidikan Tinggi, D. (n.d.-a). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan
Operasional Perguruan Tinggi Negeri.

Riset, K., & Pendidikan Tinggi, D. (n.d.-b). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan
Operasional Perguruan Tinggi Negeri.

Rkas. Kemdikbud. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS) Direktorat Jendral
Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Diakses
pada 27 Februari 2023. https://rkas.kemdikbud.go.id/laranganbos

UU-Nomor-12-Tahun-2012-ttg-Pendidikan-Tinggi. (n.d.).

Zainudin. Moh. 2019. Penyelewengan Dana BOS Dapat Terjadi Karena Kurangnya
Transparansi Pihak Sekolah Terhadap Publik. Jurnal “JENDELA HUKUM”
FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume 6 Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai