Anda di halaman 1dari 19

PELAKSANAAN BANTUAN DANA

BIAYA OPERASIONAL DAERAH (BOS) SEKOLAH


DI SMP NEGERI 2 BERAU

Oleh : Mariani
Administrasi Tata Usaha SMP Negeri 2 Berau

BAB I
PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan dalam bidang pendidikan telah mendorong

pemerintah Indonesia untuk menyalurkan berbagai bantuan demi keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS). Dana BOS ini merupakan dana bantuan pemerintah

di bidang pendidikan dengan tujuan untuk meminimalisasi beban biaya

pendidikan demi tuntasnya program “wajib belajar sembilan tahun yang

bermutu.” Berkaitan dengan ini, secara khusus seluruh siswa miskin di tingkat

pendidikan dasar negeri maupun sekolah swasta bebas dari beban biaya

operasional sekolah. Yaitu seluruh siswa di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) negeri yang dibebaskan dari biaya operasional sekolah,

kecuali Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI). Kebijakan pemerintah dengan memberi bantuan dana BOS

rawan terjadi penyelewengan. Agar tidak terjadi penyelewengan dan


2

ketidakefektifan pengelolaan dana BOS, maka dibutuhkan kerja sama semua

elemen dalam mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS. Pelaksanaan

program BOS di SMP Negeri 2 Berau yaitu sekolah tempat tugas penulis

berlangsung baik dengan mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas

publik dalam pengelolaannya.

Tilaar dan Nugroho (2009:28) menyatakan bahwa pendidikan dalam

kaitannya dengan manusia sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat adalah

upaya pengembangan kepribadian agar mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan

menyumbangkan kemampuannya untuk masyarakat. Untuk menyelenggarakan

pendidikan, pemerintah perlu menetapkan serangkaian kebijakan pendidikan. Ada

tiga pilar kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan yaitu: 1) Perluasan dan

pemerataan akses pendidikan, 2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

3) Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

Program BOS merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 pasal 34 ayat 2, menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan daerah

menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar

tanpa memungut biaya. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

merupakan suatu peraturan kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka

memperlancar penuntasan buta aksara seperti amanat Inpres Nomor 5 Tahun

2005, untuk itu Menteri Pendidikan membentuk tim pelaksana yang diatur dalam

surat edaran Nomor 5421/MPN/OT/2005.

Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah pusat

dan daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik
3

pada tingkat pendidikan dasar dengan menjamin tidak terbebani oleh biaya

pendidikan. Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan

instrumen (instrumental input) yang berperan penting dalam penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Dalam kaitannya dengan keuangan sekolah, Mulyasa

(2006:195) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi pendidikan, manajemen keuangan sekolah perlu dilakukan untuk

menunjang penyediaan sarana dan prasarana dalam rangka mengefektifkan

kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Dalam buku panduan BOS (2010:2) program BOS bertujuan untuk: 1)

membebaskan seluruh siswa SD dan SMP dari biaya operasi sekolah, 2)

membebaskan seluruh siswa miskin dari pungutan apapun baik di sekolah negeri

maupun swasta, dan 3) meringankan biaya operasional sekolah terutama bagi

sekolah swasta. Pencapaian tujuan program BOS mulai tampak berdasarkan hasil

penelitian Balitbang Kemendiknas dalam Puspitawati (2006:3) yang menyebutkan

bahwa penyaluran BOS berdampak positif, antara lain: 1) Program BOS

mengurangi beban orangtua terbukti meningkatkan jumlah siswa yang terbebas

dari pungutan biaya operasional sekolah/madrasah yaitu dari 28,4% pada Tahun

2004/2005 menjadi 70,3% pada Tahun 2005/2006, 2) Program BOS berhasil

menurunkan angka putus sekolah dari 0,60% menjadi 0,40%, menurunkan

tingkat ketidakhadiran dari 2,71% menjadi 2,14%, dan menurunkan angka

mengulang kelas dari 1,73% menjadi 1,24%, serta meningkatkan angka

melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs dari 94,27% menjadi 96,70%, setelah

digulirkannya program BOS sejak Tahun 2005/2006.


4

Pengelolaan BOS tidak terlepas dari peranan kepala sekolah dalam

pengertian cara kepala sekolah mengatur alokasi pembiayaan untuk operasional

sekolah. Mulyasa (2006:194) menyatakan bahwa kepala sekolah yang profesional

dituntut memiliki kemampuan memanajemen keuangan sekolah, baik melakukan

perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pertanggungjawabannya.

Aspek mendasar dari manajemen adalah perencanaan, dalam hal pembiayaan

yang disebut penganggaran.

Sebagaimana yang dikemukakan Sa’ud dan Makmun (2009:17) bahwa

perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai keputusan yang akan

dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kepala sekolah

merencanakan keuangan untuk rencana kegiatan beserta sumber daya pendukung

lainnya yang ada di sekolah merupakan sesuatu yang sangat penting.

Dalam manajemen pembiayaan, satu diantara instrumen yang penting

adalah penyusunan Rencana Anggaran Pendapat dan Belanja Sekolah (RAPBS).

Penyusunan RAPBS mendasari pelaksanaan (akuntansi) dan evaluasi (auditing)

program secara transparan, akuntabel dan demokratis. Penyusunan anggaran

dan pengembangan RAPBS mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya: 1)

laju pertumbuhan peserta didik; 2) inflasi; 3) pengembangan program dan

perbaikan; dan 4) proses pengajaran dan pembelajaran.

Dalam buku panduan BOS (2010:28-29) disebutkan bahwa penggunaan

dana BOS dialokasikan untuk kegiatan: penerimaan siswa baru, pembelian buku

referensi dan buku teks pembelajaran, biaya pembelajaran tambahan dan


5

ekstrakurikuler, biaya ulangan dan ujian, pembelian barang habis pakai,

langganan daya dan jasa serta perawatan sekolah, honor guru dan kegiatan

pengembangan profesi, transport siswa miskin, pembelian komputer dan media

lainnya.

Untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan dalam penyaluran

maupun penggunaan dana BOS di tingkat sekolah diperlukan evaluasi

pelaksanaan program BOS tersebut. Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi

pengelolaan keuangan. Mulyasa (2006:205) menyatakan bahwa evaluasi dan

pertanggungjawaban keuangan sekolah dapat diidentifikasikan ke dalam tiga hal

yaitu pendekatan pengendalian penggunaan alokasi dana, bentuk

pertanggungjawaban keuangan sekolah dan keterlibatan pengawasan pihak

eksternal sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang muncul yaitu:

“Bagaimanakah pelaksanaan dana BOS di SMP Negeri 2 Berau secara

efektif dan efisien?” Sehingga tujuan dari penulisan ini adalah untuk

mengetahui pelaksanaan pengelolaan dana BOS di SMP Negeri 2 Berau

secara efektif dan efisien.


6

BAB II
PEMBAHASAN

1. Tujuan Pelaksanaan BOS

Dalam buku panduan BOS (2010:28-29) Tujuan pelaksanaan BOS

adalah:

a. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari

beban biaya operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah

swasta.

b. Meringankan beban biaya opersional sekolah bagi siswa di sekolah

swasta. Hal tersebut menggambarkan bahwa program BOS bermanfaat

pada penuntasan wajib belajar 9 tahun, yakni sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama negeri maupun swasta. Sekolah program kejar Paket

A dan B serta SMP terbuka tidak termasuk dalam sasaran dari PKPS-

BBM (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak)

bidang pendidikan, karena hampir semua komponen dari ketiga program

tersebut dibiayai oleh pemerintah (Santoso, 2007:20). Madrasah Diniyah

juga tidak berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di

sekolah reguler yang telah menerima BOS.

c. Membebaskan seluruh siswa SD/MI negeri dan SMP/MTs negeri

terhadap biaya operasional sekolah.

d. Membebaskan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk

apapun, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta.


7

e. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa SD/MI dan

SMP/MTs swasta.

Berdasarkan uraian tujuan dana BOS tersebut bisa dikatakan bahwa

target utama dari program dana BOS adalah pemberian fasilitas pada siswa

untuk memperoleh pendidikan wajib belajar secara layak dan merata.

2. Prinsip Dasar Pelaksanaan BOS

Dana BOS pada prinsipnya agar bisa disalurkan kepada sekolah lebib

efektif dan efisien, dan pengelolaannya menjadi wewenang masing-masing

sekolah dengan pengawasan pihak Tim BOS kabupaten/kota. Dalam buku

panduan BOS (2010:2) Prinsip dasar dana BOS adalah sebagai berikut:

a. Penyaluran Dana BOS tidak mengubah prinsip dasar pengelolaan Dana

BOS di sekolah.

b. BOS tidak terlambat disalurkan ke sekolah setiap Triwulannya.

c. Penyaluran dana BOS dalam bentuk uang tunai (tidak dalam bentuk

barang), tepat jumlah, dan tepat sasaran.

d. BOS tidak digunakan untuk kepentingan di luar BOS. Petunjuk

pelaksanaan/penggunaan tetap berpedoman pada Panduan Kemendiknas.

e. Penyaluran Dana BOS ke Sekolah tidak perlu menunggu pengesahan

APBD.

f. Disamping menyediakan BOSDA (Bantuan Operasional Sekolah di

Daerah), Kabupaten/Kota harus menyediakan dana untuk manajemen

Tim BOS Kabupaten/Kota (termasuk monitoring dan evaluasi).


8

g. Kewenangan mengelola dana BOS tetap berada di sekolah (prinsip

Manajemen Berbasis Sekolah).

3. Manajemen Pelaksanaan BOS

Manajemen merupakan istilah lain dari pengelolaan yang menurut

Arikunto (1996:2) adalah pengadministrasian, pengaturan, dan penataan suatu

kegiatan. Sutikno (2012:25) mengemukakan bahwa manajemen adalah

kemampuan dan ketrampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik

bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Engkoswara dalam Mulyasa (2007:8), manajemen

pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang

mempelajari penataan sumber daya yaitu sumber daya manusia, kurikulum

atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara

optimal dan menciptakan suasana yang baik bagi manusia, yang turut serta

dalam pencapaian tujuan pendidikan yang disepakati. Manajemen pendidikan

pada dasarnya adalah suatu media belaka untuk mencapai tujuan pendidikan

secara produktif yaitu efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat Engkoswara

tersebut dengan lebih memperhatikan aspek manajemen pendidikan maka

diharapkan tujuan pendidikan atau target program pendidikan dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

Manajemen pendidikan yang juga sering disebut dengan administrasi

pendidikan, yaitu segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala

sesuatu, baik personil, spiritual maupun material, yang bersangkut paut

dengan pencapaian tujuan pendidikan. Jadi di dalam proses administrasi


9

pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses

pencapaian tujuan pendidikan itu terintegrasi, diorganisasi dan dikoordinasi

secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada

dimanfaatkan secara efesien (Purwanto, 2006:3-4). Suryosubroto (2004: 26-

27) mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai semua bentuk usaha

bersama untuk mencapai tujuan pendidikan itu dengan merancang,

mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber (manusia, uang, peralatan,

dan waktu).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa

manajemen pendidikan merupakan faktor utama dalam penyelenggaraan

pendidikan, karena manajemen pendidikan merupakan suatu usaha bersama

yang dilakukan untuk mendayagunakan semua sumber daya baik manusia,

uang, bahan dan peralatan serta metode untuk mencapai tujuan pendidikan

secara efektif dan efisien. Jadi dalam manajemen pendidikan terkandung

unsur-unsur:

a. Tujuan yang akan dicapai.

b. Adanya proses kegiatan bersama.

c. Adanya pemanfaatan sumber daya.

d. Adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, peng-

awasan terhadap sumber daya yang ada.

4. Tata Cara Pelaksanaan BOS

Pelaksanaan dana bantuan oprasional sekolah SD/SMP baik negeri

maupun swasta mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Dana


10

BOS kali ini langsung ditransfer ke Kas Umum Daerah dan mekanisme

penyalurannya pun terjadi perbedaan antar sekolah negeri dan sekolah swasta.

Kalau pada tahun sebelumnya dana BOS dari kas negeri langsung ditranfer ke

rekening masing-masing sekolah untuk kali ini dana ditransfer terlebih dahulu

ke kas Umum Daerah Kabupaten/Kota, kemudian ditransfer ke Rekening

masing-masing sekolah. Untuk sekolah swasta dana BOS ditransfer melalui

belanja tidak langsung dengan jenis belanja hibah, sementara untuk sekolah

negeri ditransfer dari belanja langsung yang terurai dalam tiga jenis belanja,

yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Tata cara

penyalurannya diatur melalui surat edaran bersama Menteri Dalam Negeri

dan Menteri Pendidikan Nasional, sedangkan petunjuk pelaksanaannya diatur

dengan Permendiknas No. 37 Tahun 2010.

Berdasarkan uraian tersebut bisa dikatakan bahwa tata cara

pelaksanaan pencairan dana BOS mengalami perubahan teknis, yaitu

pencairan satu pintu dan berubah melalui pintu lain. Dalam satu sisi, ada nilai

positifnya, dengan pencairan melalui kas daerah kabupaten/kota, maka segala

sesuatu akibat pencairan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah

kabupaten, serta memudahkan pengawasan tingkat lokal. Namun sisi

negatifnya, pencairan bisa lebih lama karena mengulur waktu 1 tahap

sementara pihak sekolah sudah menunggu dan membutuhkan pencairan dana.

Penelitian Karding (2008), dalam judul Evaluasi Pelaksanaan

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Pertama

Negeri di kota Semarang. Rekomendasi antara lain, Searah tujuan BOS


11

hendaknya pemanfaatan dana BOS benar-benar diarahkan untuk operasional

sekolah yang menunjang kelancaran proses belajar, sumber dana sekolah

berasal dari APBD, BOS dan Sumbangan orang tua siswa, ketiga komponen

ternyata sumbangan orang tua murid paling dominan. Walaupun demikian

untuk daerah-daerah pedesaan sangat memerlukan dana bantuan BOS

mengingat sebagian besar masyarakat berpenghasilan rendah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis bahwa di SMP

Negeri 2 Berau, penggunaan dana BOS dilakukan sesuai dengan aturan yang

ada dengan berpanduan pada aturan yang ada yaitu sesuai dengan RKA atau

RAPBS yang disusun sebelum tahun ajaran baru, pengelolaannya sendiri

dilaksanakan secara transparan, akuntabel, jujur dan dipertanggungjawabkan

setiap triwulannya, sedangkan semua siswa tidak dipungut biaya pendidikan

karena kebutuhan siswa sudah dicukupi oleh dana BOS tersebut.

Upaya guru dalam mengoptimalisasi pengelolaan BOS di SMP Negeri

2 Berau ini sebelumnya dilakukan guru dengan mengelola dana BOS yang

ada dahulu, hal tersebut dimaksudkan supaya dalam penggunaan BOS

nantinya dalam proses pembelajaran dapat digunakan secara optimal sesuai

dengan kebutuhan. Keuangan dana BOS ini memang perlu dimanajemeni

dengan baik, supaya tidak terjadi pemborosan disatu sisi dan disisi lainnya

mengalami kekurangan. Pengelolaan atau manajemen BOS dalam proses

pendidikan adalah semua kegiatan yang berkenaan dengan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pertanggungjawaban dana pendidikan di

SMP Negeri 2 Berau.


12

Pelaksanaan merupakan implementasi terhadap rencana pembiayaan

(RAPBS) yang telah disetujui oleh sekolah. Dalam hal ini setiap pengeluaran

dan pemasukan sekolah harus dilakukan pencatatan oleh bendahara dengan

teliti. Dalam pelaksanaan anggaran BOS meliputi penerimaan dan

pengeluaran, yaitu:

a. Penerimaan pada realisasi penerimaan dana di SMP Negeri 2 Berau

seluruhnya bersumber dari penerimaan dana BOS.

b. Pengeluaran setelah SMP Negeri 2 Berau menerima dana BOS dari

pemerintah pusat secara berkala, selanjutnya dana BOS tersebut

digunakan untuk membiayai kebutuhan sekolah. Selama satu tahun

tersebut sekolah juga mengeluarkan dana tiap bulannya seperti dana

untuk program sekolah meliputi: pengembangan kompetensi kelulusan,

pengembangan kurikulum, pengembangan standar proses, pengembangan

pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan saspras,

pengembangan standar pengelolaan, pengembangan standar pembiayaan

serta pengembangan dan implementasi sistem penilaian.

Pelaksanaan program BOS harus diupayakan sesuai dengan RAPBS.

Disusun bersama oleh komponen sekolah mulai dari kegiatan penerimaan

dana BOS hingga kegiatan pengeluaran sesuai RAPBS. Terkait dengan

pelaksanaan program BOS di SMP Negeri 2 Berau dikemukakan temuan

penelitian sebagai berikut:


13

a. Kepala sekolah dan Tim Manajemen BOS SMP Negeri 2 Berau

mengalihkan alokasi dana untuk empat kegiatan peningkatan mutu

pendidikan yaitu:

1) Pembelian buku teks pelajaran.

2) Pembiayaan kegiatan remedial, pengayaan, dan pemantapan

persiapan ujian.

3) Pembiayaan peralatan sekolah.

4) Pengembangan profesi guru.

b. Masih kurangnya dukungan orang tua/wali siswa dalam mendukung

pendanaan melalui sumbangan sukarela.

Pelaksanaan pengelolaan dana BOS diawali dengan kegiatan

penyaluran dana BOS dengan melaporkan data jumlah murid. Mekanisme

penggunaan dana BOS yaitu dimulai dengan pengajuan kebutuhan oleh guru

dan karyawan, penentuan alokasi sumber dana, pembelanjaan barang oleh tim

belanja barang, sampai dengan barang diterima dan diinventarisir oleh

penerima barang. Pembukuan dana BOS diwujudkan dalam bentuk Realisasi

Penggunaan Dana BOS disertai lampiran SPJ dan bukti pengeluaran dana

BOS. Pelaporan tertulis dilakukan kepada tim manajemen BOS Kabupaten

setiap triwulan dan dipajang di papan pengumuman sekolah. Sedangkan

evaluasi penggunaan dana BOS dilakukan secara insidental dalam bentuk

pengawasan melekat oleh kepala sekolah dan monitoring internal dilakukan

oleh tim manajemen BOS Kabupaten.


14

Pelaksanaan Pengelolaan BOS terdiri dari dua sisi yaitu sisi

penerimaan dan sisi pengeluaran. Pada sisi penerimaan ditentukan oleh

besarnya dana yang diterima oleh sekolah. Pada tingkat sekolah dasar,

sumber biaya adalah dari pemerintah baik dari pusat maupun daerah, dari

masyarakat baik dari perorangan maupun lembaga atau yayasan serta orang

tua siswa berupa

iuran sekolah maupun sumber lainnya. Sedangkan pengeluaran adalah

alokasi besarnya biaya pendidikan untuk setiap komponen yang harus

dibiayai, misalnya dipergunakan untuk membiayai kegiatan proses belajar

mengajar, ketatausahaan, sarana dan prasarana sekolah, gaji dan

pengembangan sumber daya manusia sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan

lain-lain. Dalam biaya pengeluaran sekolah dipakai istilah pengeluaran rutin

atau yang bersifat berulang tiap-tiap tahun, seperti gaji, barang yang harus

sering diganti. Sedangkan pengeluaran untuk barang-barang yang tahan lama

seperti gedung sekolah, laboratorium, sarana olahraga dan fasilitas belajar

lainnya.

Pengelolaan keuangan BOS akan dianggap efektif apabila merujuk

pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk

satu tahun pelajaran. Dalam pengelolaan pembiayaan administrasi keuangan

dimulai dari pengajuan pencairan biaya, transaksi kegiatan berupa serah

terima uang dan pembuatan kwitansi. Pembukuan (Accounting) merupakan

pola kegiatan yang sangat pokok dalam sistem administrasi keuangan yang

tertib. Pembukuan bertujuan agar dana yang dipakai dapat mencapai hasil
15

yang maksimal, efisien dan efektif guna membiayai kegiatan. Pembukuan

yang efektif mempunyai indikator mencegah penyalahgu- naan uang yang

menyimpang dari prosedur anggaran yang telah ditentukan, mencegah adanya

pemborosan dalam pembiayaan, mencegah defisit anggaran dan melakukan

verifikasi (pembuktian) bahwa anggaran yang ada telah digunakan sesuai

dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. Untuk melakukan pembukuan ini

diperlukan tata buku, organisasi yang bertugas menyelenggarakan

pembukuan dan sistem transaksi.

Pelaksanaan kegiatan memerlukan adanya pengawasan dan

pengendalian. Tujuannya agar semua komponen sistem bergerak secara

koordinatif, integratif dan sinerjik menuju pencapaian tujuan secara efektif

dan efisien. Dalam pembiayaan, pengawasan dan pengendalian dilakukan

agar sumber daya finansial yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal.

Kepala sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai Otorisator dan dilimpahi

fungsi Ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak

dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban

melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan bendaharawan dilimpahi fungsi

Ordonator untuk menguji hak atas pembayaran. Pengawasan dilakukan

untuk mencegah penyimpangan keuangan dan mengoreksi kekeliruan

pencatatan yang mungkin terjadi. Pengawasan dapat secara internal dan

eksternal, dapat pula dilakukan secara struktural maupun fungsional.

Cakupannya meliputi pemeriksaan, pembinaan dan evaluasi. Sedangkan


16

pengendalian cenderung dilakukan oleh pimpinan atau atasan langsung,

sebagai upaya korektif dan antisipatif terhadap pelaksanaan tugas pengelola.

Bagian akhir dari pengelolaan BOS adalah penyusunan laporan.

Laporan disusun secara sistematis dan mudah dibaca oleh siapa saja yang

ingin mengetahui perkembangan program BOS yang dilaksanakan sekolah.

Pelaporan merupakan bagian dari proses monitoring dan evaluasi praktik

manajemen keuangan. Pelaporan bermaksud memperoleh gambaran

menyeluruh mengenai kegiatan yang telah direalisasikan berdasarkan rencana

yang telah dibuat. Pelaporan keuangan BOS merupakan perwujudan dari

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana BOS terhadap publik.

Transparansi keuangan diperlukan untuk meningkatkan dukungan orangtua,

masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program

pendidikan di sekolah.
17

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam bab sebelumnya maka kesimpulan

makalah ini sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di

SMP Negeri 2 Berau, meliputi: 1) Perencanaan anggaran dana; 2)

Pelaksanaan pengelolaan dana; dan 3) Evaluasi penggunaan dana BOS

dilakukan secara insidental dalam bentuk pengawasan melekat oleh

kepala sekolah dan monitoring internal dilakukan oleh tim manajemen

BOS Kabupaten.

b. Pelaporan BOS di SMP Negeri 2 Berau dilaksanakan secara per bulan,

triwulan, dan per tahun dengan format penyusunan laporan mengikuti

petunjuk penyusunan laporan serta mengedepankan transparansi dan

akuntabilitas publik terutama terhadap orang tua siswa.

2. Saran-saran

a. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kinerja guru

dalam pembelajaran dengan pemanfaatan dana BOS. Sekaigus ikut

melaksanakan pengawasan dan evaluasi pengelolaan keuangan sekolah

yang efektif.

b. Bagi kepala sekolah perlu mengatur laporan penggunaan dana BOS.

Pengaturannya sesuai dengan ketentuan penggunaan dana dalam


18

petunjuk pelaksanaan. Perlu dilaporkan juga kepada orang tua siswa

sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kepada publik. Kepala

sekolah perlu melakukan kegiatan: 1) merancang suatu program sekolah

yang ideal untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada tahun pelajaran

yang bersangkutan; 2) melakukan peninjauan ulang atas program awal

berdasarkan kemungkinan tersedianya dana pendukung yang dapat

dihimpun.
19

DAFTAR PUSTAKA

Amtu, O. (2011). Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah: Konsep


Strategi, dan Implementasi. Bandung: Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hendyat Soetopo dan Wasty Soekamto. 1999. Pengantar Operasional Ad
ministrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Kemdiknas. (2010). Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang
Bermutu
Koswara, E. (2010). Pengelolaan Manajemen Keuangan Sekolah yang
Efektif.
http://koswaraero.blogspot.com/2010/04/pengelolaan-manajemen-
keuangan -sekolah.html. Diakses tanggal 4 Januari 2013
Mulyasa, E. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Permana, J. (2005). Pengelolaan Keuangan dan Penggunaan Sumber Dana.
Bahan Diklat Manajemen Berbasis Sekolah MTs. Angkatan III
Departemen Agama Provinsi Jawa Barat Tahun 2005.
Puspitawati, S. (2006). Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah
Sebagai Upaya Mencerdaskan Anak Bangsa. Artikel Website Bulan
November.
www.ham.go.id/download.php?id=185533...1. Diakses tanggal 1 Juni
2015
Sa’ud, U. S dan Makmun, A. S. (2009). Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sagala, S. (2010). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sobry Sutikno. 2012. Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan
Lembaga Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Uum dan Islam).
Cetakan I (Lombok: Holistica).

Anda mungkin juga menyukai