Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bantuan OperasionalSekolah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa bantuan mempunyai
arti barang yang dipakai untuk membantu, pertolongan, sokongan, mendapatkan kredit
dari bank.l'engertian operasional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
operasional mempunyai an (bersifat) operasi, berhubungan dengan operasi atau
pelaksanaan suatu kegiatan yang dilaksanakan didasarkan pada aturan yang berlaku
Adapun pengertian sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan
waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menerbitkan
peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler dengan tujuan untuk membantu biaya
operasional sekolah dan meningkatkan aksebilitas dan mutu pembelajaran bagi peserta
didik. Dalam ketentuan pasal 1 angka 11 peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler
adalah program Pemerintah Pusat untuk penyediaan pendanaan biaya operasi personalia
dan nonpersonalia bagi Sekolah yang bersumber dari dana alokasi khusus nonfisik
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non
operasional bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar
Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan,
pendanaan menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, pemerintahan daerah, dan
masyarakat (Mulyono, 2010: 189) Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah
bantuan yang diberikan pemerintah untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa
tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperolah layanan
pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib
belajar 9 tahun. Dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maka pihak
sekolah dan orang tua terbantu untuk menjalankan pendidikan yang layak bagi anak
(Kompri. 2014: 238)
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non
personalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. BOS diprioritaskan untuk biaya operasional
non personal, meskipun dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang
tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi Tujuanumum program BOS untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib
belajar sembilan tahun yangbermutu.

2.1.1 Tujuan Dana BOS


Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk membebaskan
biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar
mereka memperolah layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam
rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 pada 34 ayat (1) menjelaskan bahwa setiap warga negara yang
berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar, dan ayat (2) menjelaskan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Sedangkan dalam
peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomer 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar
pada pasal 1 ayat (2) menyebutkan pendidikan dasar sebagai jenjang pendidikan yang
melandasi pendidikan menengah, bentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidtidaiyah
(MI) atau bentuk alin yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan 2015: 4)

Secara khusus program BOS bertujuan untuk


1. Membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik SD/SDLB negen dan SMP
SMPLB/SD-SMP Satap SMPT negeri terhadap biaya sekolah, operasi
2. Membebaskan pungutan seluruh peserta didik miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk
apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta,
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah swasta (Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2018: 5)

Pemerintah pusat dan daerah wajib menyediakan dana atau pembiayaan pendidikan
minimal 20% dalam APBN dan APBD sebagai dana hibah yag diberikan kepada satuan
lembaga penddikan sebagai pembiayaan operasional pendidikan. Dalam rangka penuntasan
program wajib belajar 9 tahun yang bermutu, banyak program yang tekah, sedang dan akan
dilakukan Program-program tersebut dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerataan, dan
perluasan akses; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing serta tata kelola, akuntabilitas,
dan pencitrasm public Meskipun tujuan utama program BOS adalah untuk pemerataan dan
perluasan akses, program (Kompri, 2014:45)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan untuk meringankan beban
masyarakat dalam pembiayaan pendidikan dalam rangka wajih belajar 9 tahun yang bermutu

2.1.2 Sasaran Program Dana BOS


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2018: 6) Sasaran
program BOS adalah semua sekolah SD/SDLB, SMP/SMPLB SMPT, dan SD-SMP Satu
Atap (Satap), baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia yang sudah
memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan sudah terdata dalam sistem Data
Pokok Pendidikan (Dapodik).
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) yang diresmikan
tahun 2008pasal 46 ayat 1 yang berbunyi: Pendanaan pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara pemerintah daerah, dan masyarakat Undang-Undang tersebut
mengatur dan memutuskan bahwa pembiayaan pendidikan bersumber dari pemerintah
selaku penanggung jawab pendidikan di daerah, dan mayarakatselaku pengguna
pendidikan tersebut. Artinya bahwa dalam hal pembiayaan pendidikan pada satuan
lembaga pendidikan, maka baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
masyarakatharus saling bekerja sama atau saling bahu-membahu demi terciptanya suatu
satuan lembaga pendidikan yang berkualitas dan bermutu sesuai dengan harapan
pemerintah dan masyarakat (Kemendikbud, 2019, 45)
2.1.3 Waktu Penyaluran Dana BOS
Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari Maret,
April-Juni, Juli-September, dan Oktober-Desember. Pada tahun anggaran 2019, dana
BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai dengan Desember
2018, yaitu Triwulan I dan II tahun anggaran 2019 tahun ajaran 2019/2020 dan Triwulan
III dan IV tahun anggaran 2020 tahun ajaran 2019/2020
Bagi wilayah yang secara geografis sangat sulit (wilayah terpencil) sehingga
proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan biaya
pengambilan yang mahal, penyaluran dana BOS kepada sekolah dilakukan setiap
semester, yaitu pada awal semester. Penentuan wilayah terpencil ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Unit wilayah terpencil adalah kecamatan
2. Tim manajemen BOS Kabupaten Kota mengusulkan nama-nama kecamatan terpencil
pada Tim Manajemen BOS Provinsi, selanjutnya Tim Manajemen BOS Provinsi
mengusulkan daftar nama tersebut ke Tim Manajemen BOS Pusat:
3. Kementerian Keuangan menetapkan daftar alokasi dana BOS wilayah terpencil
berdasarkan usulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2019: 55).

2.1.4 Mekanisme Pencairan Dana BOS


Pengalokasian dana atau pencairan dana BOS dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tim Manajemen pusat mengumpulkan data jumlah siswa tiap sekolah melalui tim
manajemen BOS Provinsi, kemudian menetapkan alokasi dana timp provinsi
2. Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, Tim Manajemen BOS Punat membuat
alokasi dana BOS tiap provinsi yang dituangkan dalam DIPA Provinsi
3. Tim Manajemen BOS Provinsi dan Tim Manejemen BOS Kabupaten/Kota
melakukan verifikasi ulang data jumlah siswa tiap sekolah sebagai dasar dalam
menetapkan alokasi di setiap sekolah.
4. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota menetapkan sekolah yang bersedia menerima
BOS melalui Surat Keputusan (SK), SK penetapan sekolah yang menerima BOS
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupuen Kota dan Dewan Pendidikan, SK yang
telah ditanda tangani dilampiri daftar nama sekolah dan besar dana bantuan yang
diterima (Format BOS-20A dan Format BOS-02B) Sekolah yang bersedia menerima
BOS harus menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)
5. Tim Manajemen BOS Kab/Kota mengirim SK alokasi BOS dengan melampirkan
daftar sekolah ke Tim Manajemen BOS Provinsi, tembusan ke Bank/Pos penyalur
dana dan sekolah penerima BOS (Asmani, 2012: 66-67)
2.1.5 Perencanaan Keuangan Dana BOS
Secara umum, proses manajemen keuangan sekolah meliputi perencanaan.
pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan pertanggung jawaban Perencanaan merupakan
langkah awal dalam proses manajemen keuangan Perencanaan merupakan suatu proses
yang rasional dan sistematis dalam menerapkan langkah langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmani, 2012; 77)
PPBS (planning, programming, hudgetong system) dalam bahasa indonesis adalah
sistem perencanaan, penyusunan program dan penganggaran (SP4) Model ini bermakna
bahwa perencanaan, penyusunan program dan pengarahan dipandang sebagai suatu
sistemyang tak terpisahkan satu sama lainnya PPBS merupakan suatu pendekatan
sistematik yang berusaha untuk menetapkan tujuan mengembangkan program-program,
untuk dicapai, menemukan besarnya biaya dan alternative dan menggunakan proses
penganggaran untuk merefleksikan kegiatan program jangka panjang. Perencanaan
merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan, dan siapa yang mengerjakannya.
Selanjutnya dalam manajemen keuangan adalah merencanakan sumber dana untuk
menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya pendidikan disekolah "(Mulyasa, 2009:
201).
Perencanaan keuangan sekolah dapat dikembangkan secara efektif jika didukung
oleh beberapa sumber yang esensial, seperti:
1. Sumber daya manusia yang kompeten dan mempunyai wawasan yang luas tentang
dinamika sosial masyarakat.
2. Tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menunjang pembuatan
keputusaN
3. Menggunakan manajemen dan teknologi yang tepat dalam perencanaan 4.
Tersedianya dana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan (Fattah,2016 12-13)

Dalam perencanaan manajemen keuangan meliputi mulai dari penerimaan sampai


pelaporan yang tersusun secara tertib Untuk dirancang anggaran dengan menganalisa
kebutuhan sesuai data yang akurat. Perencanaan keuangan sekolah setidaknya mencakup
dua kegiatan, yakni: penyusunan anggaran keuangan sekolah, dan pengembangan
rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS) Kedua kegiatan pokok tersebut diuraikan
sebagai berikut:

1. Penyusunan Anggaran Keuangan Sekolah


Penyusunan anggaran keuangan sekolah atau sering disebut anggaran belanja
sekolah (BS), biasanya dikembangan dalam format-format yang meliputi: (1) sumber
pendapan dan (2) pengeluran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan, pemeliharaan,
sarana dan prasarana, bahan-bahan dan alat-alat pelajaran, honorarium dan kesejahteraan
(Kemendikbud, 2019:66)
Menurut Fattah, (2016: 34-35) tahapan penyusunan anggaran sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan barang.
c. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan finansial
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang disetujui dan dipergunakan
oleh instansi tertentu
e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang
berwenang Melakukan revisi usulan anggaran.
f. Persetujuan revisi usulan anggaran
g. Pengesahan anggaran.

Ada 4 fase kegiatan pokok proses penyusunan anggaran


a. Merencanakan anggaran, yaitu kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan
prioritas, menjabarkan tujuan kedalam penampilan operasional yang dapat diukur,
menganalisis alternative pencapaian tujuan dengan analisis cost-efectiveness, dan
membuat rekomendasi alternative pendekatan untuk mencapai sasaran.
b. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme
anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran
perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan
dan bahan-bahan yang tersedia.
c. Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukuan, melakukan
pembelanjaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi
pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan
dan pertanggungjawaban keuangan.
d. Menilai pelaksanaan anggaran, yaitu menilai pelaksanaan proses belajar mengajar,
menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi
untukperbaikan anggaran yang akan datang (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2019:4-6).

Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana diamanatkan dalam pasal


53 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu
Rencana Kerja Tahunan hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja
satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahunan

2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah


Setelah penyusunan anggaran, perencanaan keuangan memasuki kegiatan
pengembangan rencana anggaran. Proses pengembangan Rencana Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS). Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagai mana
diamanatkan dalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2018 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yaitu "Rencana Kerja Tahunan hendaknya memuat rencana
anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun;"
RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber
pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin
serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun
anggaran.
Pada umumnya menampuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut
1. Pada tingkat kelompok kerja.
2. Pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah.
3. Sosialisasi dan Legalisasi

2.1.6 Pengelolaan Dana BOS


Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi merupakan wadah bagi orang orang
yang mempunyai tujuan yang sama. Setiap kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan dapat optimal apabila di sekolah dilakukan
kegiatan manajemen atau pengelolaan Pengelolaan adalah essensial yang baik disemua
kerjasama yang dikoordinasi, disemua tingkat organisasi, yang pelaksanaannya sering
ada kendala atau masalah Terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai pengertian
pengelolaan. Pengelolaan adalah suatu proses pengarhan dan pemberian fasilitas kerja
kepada orang lain yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.
Adrew Sikula berpendapat bahwa pengelolaan pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yan dilakukan oleh setiap organisasi dengan
tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh organisasi
sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien (Mulyasana, 2011: 45)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, pengelolaan adalah
merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan mengembangkan
segala upaya di dalam mengatur dan mendaya gunakan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian pengelolaan dana BOS
merupakan serangkaian kegiatan mulai dari proses merencanakan pengalokasian dana
BOS, menggunakan dana BOS, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan
penerimaan dana BOS kepada pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, serta
tim manajemen BOS madrasah
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengelola dana BOS
diantaranya:
1. Landasan Hukum Program BOS
Berdasarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indosesia Nomor
3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasioanal Sekolah Reguler Landasan
hukum dalam pelaksanaan program BOS meliputi semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 4301)
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara (Lembaran
Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916)
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679).
d. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6053).
e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor Republik Indonesia Nomor 6263); 223, Tambahan Lembaran Negara
f. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4496) sebagaimana telah diubah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4864).
h. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5157).
i. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
nomor 192);
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku;
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2016 tentang Buku
yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 351);
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 575);

2.1.7 Pengalokasian Dana BOS


Pengalokasian dana BOS ke sekolah berdasarkan pada data jumlah siswa yang
terdaftar Secara ringkas, alir proses pengalokasian dana BOS tersebut dapat disajikan
dalam penjelasan dibawah ini:
1. Tim manajemen BOS pusat mengumpulkan data jumlah siswa tiap sekolah melaluji
tim manajemen BOS provinsi, kemudian menetapkan alokasi dana BOS tiap Provinsi.
2. Atas dasar jumlah siswa tiap sekolah, Tim manajemen BOS pusat membuat alokasi
dana BOS tiap Provinsi yang dituangkan dalam DIPA Provinsi.
3. Tim manajemen BOS Provinsi dan Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota
melakukan verifikasai ulang data jumlah siswa tiap sekolah sebagai dasar dalam
menetapkan alokasi ditiap sekolah.
4. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota menetapkan sekolah yang bersedia menerima
BOS melalui Surat Keputusan (SK). SK penetapan sekolah umum yang menerima
dana BOS ditandatangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dewan
Pendidikan.
5. Selanjutnya Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengirim SK alokasi BOS
dengan melmapirkan daftar sekolah ke Tim Manajemen Provinsi dan sekolah
penerima BOS, serta tembusan ke bank/pos penyalur dana.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengalokasian daria: BOS ke
sekolah berdasarkan pada data jumlah siswa yang terdaftar.

2.1.8 Penggunaan Dana BOS


Penggunaan dana BOS harus didasarkan pada keputusan antara Kepala Sekolah
Dewan Guru dengan komite sekolah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber
penerimaan dalam RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain
(block grant, hasil uit produksi, sumbangan lain, dan sebagainya): Untuk selanjutnya
Komite Sekolah dalam fungsinya sebagai lembaga mitra kepala sekolah berkaitan dengan
pengelolaan dana BOS disebut dengan Komite sekolah (Rohiat, 2009: 44).
Dana BOS diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan
jumlah murid. Berdasarkan buku pedoman petunjuk teknis penggunaan dan
pertanggungjawaban keuangan dana BOS tahun anggaran 2018 penggunaan dana BOS
yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-
kegiatan berikut:
1. Pengembangan perpustakaan
2. Kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik baru
3. Kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler peserta didik
4. Kegiatan ulangan dan ujian
5. Pembelian barang-barang habis pakai
6. Langganan daya dan jasa
7. Perawatan sekolah/rehab ringan dan senitasi sekola
8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer
9. Pengembangan profesi guru
10. Membantu peserta didik miskin yang belum menerima bantuan program lain seperti KIP
11. Pembiayaan pengelolaan BOS
12. Pembelian dan perawatan perangkat computer
13. Biaya lainnya.

2.1.9 Pelaporan dan Pertanggungjawaban Dana BOS


Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program BOS,
masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (pusat, provinsi, kabupaten/kota,
seoklah) diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatannya kepada pihak terkait. Secara
umum, hal-hal yang perlu dilaporkan oleh pelaksana program adalah yang berkaitan
dengan statistic penerima bantuan, penyaluran, penyerapan,
pemanfaatan dana, laporan keuangan serta hasil monitoring evaluasi dan
pengaduan masalah Kementerian pendidikan dan kebudayaan telah menyediakan
software/perangkat lunak untuk membantu sekolah dalam menyusun lepotan keuangan
tingkat sekola Aplikasi ini diberi nama Aplikasi Laporan Pertanggungjawaban Keuangan
Dana BOS (Alpeka BOS) yang dapat diunduh
secara gratis di www.bos,kemendigbud.go.id. Oleh karena itu, sekolah dilarang
membeli aplikasi lain yang sejenis dengan menggunakan dana BOS Bilamana terdapat
kesulitan dalam penggunaan aplikasi ini, sekolah/tim Manajemen BOS kabupaten/kota
dapat menghubungi Tim Manajemen BOS Pusat (Mulyasa, 2009 112).

2.1.10 Pengawasan Dana BOS


Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan
wewenang kebiciran dan pemborosan keuangan Negara, pungutan liar dan bentuk
penyelewengan lainnya.
Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat, pengawasan fungsional
dan pengawasan masyarakat.
1. Pengawasan melekat, adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-
masing instansi kepada bawahanya, baik ditingkat pusat, provinsi,kabupaten/kota
maupun sekolah.
2. Pengawasan fungsional internal, oleh insoektorat jenderal kemendikbud serta
inspektorat daerah provinsi dan kabuoaten/kota dengan melkaukan audit sesuai
dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instans yang akan diaudit, serta
sesuai dengan wilayah kewenangan masing-masing.
3. Pengawasan oleh badan pengawas keuangan dan pembangunan (BPKP) dengan
melakukan audit atas permintaan instansi yang akan diaudit
4. Pemeriksaan oleh badanpemeriksa keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangan
5. Pengawasan masyarakat dalam rangka transparansi pelaksanaan program BOS oleh
unsur masyarakat yang terdapat disekolah, kabupaten/kota, provinsi dan pusat
mengacu pada kaedah keterbukaan informasi publik yaitu: semua dokumen BOS
dapat diakses public kecuali yang dirahasiakan. Apabila terdapat indikasi
penyimpangan dalam pengelolaan BOS, agar segera dilaporkan kepada instansi
pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.
6. Komponen utama yang di monitoring dalam pengawasan pengelolaan dana BOS
antara lain: alokasi dana seolah penerima bantuan, penyaluran dan penggunaan dana,
pelayanan dan penanganan pengaduan administrasi keuangan dan pelaporan. Secara
teknis perbedaan mendasar dari oengawasan dan monitoring terletak adalah pada
fokusnya. Pengawasan memfokuskan pada orang-orang yang mengelola program atau
melaksanakan kegiatan, sementara pada monitoring fokusnya adalah pada komponen-
komponen program/kegiatan (Uhar uSuharsaputra, 2010: 23-26).

2.2 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu peningkatan dari rasa tanggung jawab, sesuai yang
lebih ongi mulunya dari suatu yang sanggung jawab sehingga meman atasan Selain itu,
akuntabilitas adalah kondist seseorang yang dinilai orang lain karena kualitas
performanya menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawab Akuntabilitas
keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas keuangan,
pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Mahmudi (2010-23) menjelaskan akuntabilitas adalah kewajiban pemerintah
untuk mengelola sumber daya, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat
(Principal) Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan sekolah
dalam implementasi manajemen berbasis sekolah dituntut untuk memberikan
pertanggungjawaban pada setiap akhir anggaran sekolah dengan dikeluarkannya dana
selama tahun anggaran. Pertanggungjawaban tersebut dilaksanakan dalam rapat dewan
sekolah, yang diikuti oleh komponen sekolah, masyarakat, dan pemerintah daerah.
Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak
sekolah membelanjakan uang secara bertanggungjawab. Pertanggungjawaban dapat
dilakukan kepada orangtua, masyarakat dan pemerintah.
Ada tiga pilar yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu: (1)
adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan
mengikutsertakan berbagai kompenen dation intola skolai, 2) dystr kinerja, disetiap
institusi yang dapat diukur dalam inclaksanakan Togas fungi din wewenangnya, (3)
adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusit dalam menciptakan
pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan
yang cepat (Asmani, 2012, 220-221)
Berdasarkan penjelasan 3 teori sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
akuntabilitas merupakan prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan atau pengelolaan
keuangan suatu lembaga atau perorangan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka
kepada masyarakat dan stakeholder dari suatu lembaga tersebut. Berdasarkan beberapa
definisi akuntabilitas yang dilihat dari berbagi sudut pandang tersebut, maka akuntabilitas
dapat diartikan sebagai kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak lanjut
dan kegiatan seseorang atau lembaga terutama bidang administrasi keuangan kepada
pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas dalam konteks pemerintahan mempunyai arti
pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri dari terapan pemerintahan yang baik
Pemerintahan yang accountable memiliki ciri ciri sebagai berikut: (1) Mampu
menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat
kepada masyarakat, (2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3)
Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan
dan pemerintahan, (4) Mampu menjelaskan dan mempertanggung jawabkan setiap
kebijakan publik secara proporsional, dan (5) Adanya sarana bagi publik untuk menilai
kinerja pemerintah. Melalui pertanggung jawaban publik,
masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah (Ony dan Irvan, 2017: 5).

2.2.1 Tujuan Akuntabilitas


Tujuan akuntabilitas adalah untuk menilai kinerja sekolah dan kepuasan publik
terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk
mengikutsertakan public dalam pengawasan pelayanan pendidikan dan untuk
mempertanggung jawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepada publik
Slamet menyatakan tujuan utama akuntabilitas adalah untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu syarat untuk terciptanya
sekolah yang baik dan terpercaya Penyelanggara sekolah harus memahami bahwa harus
mempertanggung jawabkan hasil kerja kepada publik.
Rumusan tujuan akuntabilitas di atas hendak menegaskan bahwa akuntabilitas
bukanlah akhir dari sistem penyelenggaran manajemen sekolah, tetapi merupakan faktor
pendorong munculnya kepercayaan dan partisipasi yang lebih tinggi lagi Bahkan, dapat
dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan titik awal menuju keberlangsungan manajemen
sekolah yang berkinerja tinggi.

2.2.2 Pelaksanaan Akuntabilitas Pendidikan


Made Pidarta (2012:10) menyebutkan bahwa pelaksana akuntabilitas ditekankan
pada guru, administrator, orang tua siswa, masyarakat serta orang orang luar lainnya. Di
dalam perencanaan participatory, yaitu perencanaan yang menekankan sifat lokal atau
desentralisasi, akuntabilitas ditujukan pada sejumlah personil sebagaiberikut:
1. Manajer administrator/ ketua lembaga, sesuai dengan fungs sebagaimanajer Ketua
perencana
2. yang dianggap paling bertanggungawab atas keberhasilan perencanaan Ketua perencana
adalah dekan, rektor, kepala sekolah, atau pimpinan unit kerjalainnya
3. Para anggota perencana, mereka dituntut memiliki akuntabilitas karena mereka bekerja
mewujudkan konsep perencanaan dan mengendalikan implementasinya dilapangan.
4. Konsultan, para ahli perencana yang menjadikonsultan
5. Para pemberi data, harus memiliki performan yang kuat mengingat tugasnya memberikan
dan menginformasikan data yang selalu siap danakurat

2.2.3 Upaya-Upaya PeningkatanAkuntabilitas


Menurut Bagong Suyanto dan Sutinah (2005: 6-7) ada delapan hal yang harus
dikerjakan oleh sekolah untuk peningkatanakuntabilitas:
1. Sekolah harus menyusun aturan main tentang sistem akuntabilitas termasuk mekanisme
pertanggungjawaban.
2. Sekolah perlu menyusun pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja
penyelenggara sekolah dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
3. Sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan menyampaikan kepada publik/
stakeholders di awal setiap tahun anggaran
4. Menyusun indikator yang jelas tentang pengukuran kinerja sekolah dan disampaikan
kepada stakeholders
5. Melakukan pengukuran pencapaian kinerja pelayanan pendidikan d
6. menyampaikan hasilnya kepada publik stakeholders diakhir tahun Memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan dan pengaduan publik 6.
7. Menyediakan informasi kegiatan sekolah kepada publik yang akan memperoleh
pelayanan pendidikan.
8. Memperbaharui komitmenbaru. rencana kinerja yang baru sebagai kesepakatan

Kedelapan upaya di atas, semuanya bertumpu pada kemampuan dan kemauan sekolah
untuk mewujudkannya. Jika sekolah mengetahui sumber dayanya, maka dapat lebih mudah
digerakkan untuk mewujudkan dan meningkatkan akuntabilitas. Sekolah dapat melibatkan
stakeholdersuntuk menyusun dan memperbaharuisistem yang dianggap tidak dapat menjamin
terwujudnya akuntabilitas di sekolah Komite sekolah, orang tua siswa, kelompok profesi, dan
pemerintah dapat dilibatkan untuk melaksanakannya. Dengan begitu stakeholders sejak awal
tahu dan merasa memiliki akan sistem yang ada Untuk mengukur berhasil tidaknya akuntabilitas
dalam manajemen berbasis sekolah, dapat dilihat pada beberapa hal, sebagaimana dinyatakan
oleh Slamet beberapa indikator keberhasilan akuntabilitas adalah:
1. Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan publik terhadap sekolah.
2. Tumbuhnya kesadaran publik tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, dan
3. Meningkatnya kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan

norma yang berkembang di masyarakat (Suyanto, 2005: 8) Ketiga indikator di atas dapat
dipakai oleh sekolah untuk mengukur apakah akuntabilitas manajemen sekolah telah mencapai
hasil sebagaimana yang dikehendaki. Tidak hanya publik merasa puas, tetapi sekolah akan
mengalami peningkatan dalam banyak hal

2.2.4 Akuntabilitas Penggunaan Dana BOS


Menurut Mulyasa dalam Fierda (2015:32) mengemukakan akuntabilitas adalah
pertanggung jawaban pengelolaan keuangan sekolah dalam implementasi manajemen
berbasis sekolah dituntut untuk memberikan pertanggung jawabanpada setiap akhir
anggaran sekolah dengan dikeluarkannya dana selama satutahun anggaran Pertanggung
jawaban tersebut dilaksanakan dalam rapat dewan sekolah, yang diikuti oleh komponen
sekolah, masyarakat, dan pemerintahdaerah.
Pertanggungjawaban menurut BAB 5 yang menjelaskan Pertanggungjawaban
Keuangan dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2019Tentang Petunjuk teknis Bantuan
Operasioanl Sekolah (BOS) yang dijadikan sebagai indikator penerapan prinsip
akuntabilitas diantaranya:
a. Pembukuan
Dalam pengelolaan BOS Reguler, Sekolah harus menyusun pembukuansecara
lengkap sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan dan ketentuanperaturan perundang-
undangan tentang penatausahaan danpertanggungjawaban lembaga pengelola keuangan.
Adapun pembukuan dandokumen pendukung yang harus disusun oleh Sekolah dengan
ketentuansebagai berikut.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah RKAS ditandatangani oleh kepala Sekolah.
ketuayayasan (khusus untuk Komite Sekolah, dan Sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat) dan dibuat 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun pada awal tahun pelajaran tetapi
apabila diperlukan dapat direvisi sesuai ketentuan yang berlaku RKAS harus dilengkapi
dengan rencana penggunaan dana secara rinci yang dibuat tahunan dan triwulan untuk tiap
sumber dana yang diterimaSekolah
b. Buku Kas Umum
Buku Kas Umum (BKU) disusun untuk sumber dana yang dimiliki oleh Sekolah.
Pembukuan dalam BKU meliputi semua transaksi eksternal daninternal, baik tunai maupun
nontunai. BKU harus diisi tiap transaksi(segera setelah transaksi terjadi) dan transaksi yang
dicatat di dalam bukukas umum juga harus dicatat dalam buku pembantu, yaitu buku
pembantukas, buku pembantu bank, dan buku pembantu pajak Tiap bulan harus dilakukan
peneutupan buku kas yang ditandatanganioleh bendahara dan kepala Sekolah.

c. Buku Pembantu Kas


Buku ini harus mencatat tiap transaksi tunai dan ditandatangani olehbendahara dan
kepala Sekolah.

d. Buku Pembantu Bank


Buku ini harus mencatat tiap transaksi melalui bank dalam bentuk cek giro, atau tunai
dan ditandatangani oleh bendahara dan kepala Sekolah.
e. Buku Pembantu Pajak
Buku pembantu pajak berfungsi mencatat transaksi yang harusdipungut pajak serta
memonitor pungutan dan penyetoran pajak yangdipungut selaku wajib pungut pajak
f. Opname Kas dan Berita Acara Pemeriksaan Kas Tiap kali menjelang penutupan BKU,
kepala Sekolah melakukan opnamekas dengan menghitung jumlah kas baik yang ada di
Sekolah dalambentuk kas tunai maupun kas yang ada di bank atau rekening Sekolah
Hasil dari opname kas kemudian dibandingkan dengan saldo akhir BKUpada bulan
bersangkutan. Apabila terjadi perbedaan, maka harusdijelaskan penyebab perbedaannya.
Setelah pelaksanaan opname kas,maka kepala Sekolah dan bendahara menandatangani
berita acarapemeriksaan kas
g. Bukti pengeluaran
1) Tiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansiyang sah
2) Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhimaterai yang cukup
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai bea materai
3) Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan
peruntukannya.
4) Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalambentuk faktur
sebagai lampiran kuitansi.
5) Tiap bukti pembayaran harus disetujui kepala Sekolah dan dibayattunas oleh
bendahara
6) Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh bendaharasebagai bahan bukti
dan bahan laporan Terkait dengan pembukuandana yang diperoleh Sekolah untuk
BOS Reguler, perlumemperhatikan hal-hal berikut:
a) Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapatdilakukan
dengan tulis tangan atau menggunakan komputer. Dalam hal pembukuan
dilakukan dengan komputer, bendahara mencetak BKU dan buku
pembantu paling sedikit 1 (satu) kalidalam 1 (satu) bulan dan
menatausahakan hasil cetakan BKU danbuku pembantu bulanan yang
telah ditandatangani kepala Sekolahdan bendahara
b) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam BKU dan
buku pembantu yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya.
c) Uang tunai yang ada di kas tunai tidak melebihi dari jumlah yang
ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
d) Apabila bendahara berhenti dari jabatannya, maka BKU, buku pembantu,
dan bukti pengeluaran diserahterimakan kepadapejabat yang baru dengan
berita acara serah terima.
e) BKU, buku pembantu kas, buku pembantu bank, buku pembantu pajak,
bukti pengeluaran, dan dokumen pendukung bukti pengeluaran BOS
Reguler (kuitansi/faktur nota/bon darivendor/toko/supplier) wajib
diarsipkan oleh Sekolah sebagaibahan audit. Setelah diaudit, maka data
tersebut dapat diakses olch public
f) Seluruh arsip data keuangan ditata dengan rapi sesuai denganurutan nomor
dan tanggal kejadiannya, dan disimpan di tempatyang aman dan mudah
untuk ditemukan tiap saat. Seluruh dokumen pembukuan ini harus
disimpan di Sekolah dandiperlihatkan kepada

2.3 Transparansi
Sebuah organisasi yang berhubungan dengan publik atau masyarakat diperlukan
adanya keterbukaan informasi yang dapat diakses leh masyarakat sebagai bentuk
pengawasan masyarakat terhadap organisasi yang bersangkutan. Transparansi berarti
keterbukaan (open prosess) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan
aktivitas pengelolaan sumberdaya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan
informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi
lainya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (Mardiasmo, 2012: 30).
Transparansi berasal dari adanya informasi tanpa adanya informasi transparansi
tidak akan terlaksana. Dengan adanya transparansi maka stakeholder sekolah akan
mengetahui pengelolaan keuangan yang ada di sekolah sehingga tidak akan ada
manipulasi data.
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil
oleh pemerintah. Dengan diterapkannya manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam
meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya dalam bidang pengelolaan keuangan,
pihak sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip keuangan. Menurut Mardiasmo prinsip-
prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan adalah transparansi, akuntabilitas dan
value formoney. Sama halnya dengan prinsip pengelolaan keuangan daerah sekolah juga
harus menjalankan pengelolaan keuangannya dengan memakai prinsip transparansi,
akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi (Mardiasmo, 2012: 105)
Sedangkan pengertian transparansi menurut Ony dan Irvan, (2017. 23)
mengatakan bahwa transparansi adalah adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan
Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek
kebijakan pemerintah yang dapat dijang publik. Keterbukaaninformasi diharapkan akan
menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan
preferensi publik.
Transparansi merupakan prasyaratan untuk terjadinya partisipasi masyarakat yang
semakin sehatkarena:
1. Tanpa informasi yang memadai tentang penganggaran, masyarakat tidak
punya kesempatan untuk mengetahui, menganalisis, dan mempengaruhi
kebijakan,
2. Transparansi memberi kesempatan aktor diluar eksekutif untuk
mempengaruhi kebijakan dan alokasi anggaran dengan memberi perspektif
berbeda dan kreatif dalam debat anggaran,
3. Melalui informasi, legislatif dan masyarakat dapat melakukan monitoring
terhadap keputusan dan kinerja pemerintah. Tanpa kebebasan informasi fungsi
pengawasan tidak akan efektif,

Berdasarkan teori yang ada menunjukkan bahwa semakin transparan sebuah


kebijakan publik maka pengawasan yang dilakukan oleh dewan akan semakin meningkat
karena masyarakat juga terlibat dalam mengawasi kebijakani publik tersebut (Ony dan
Irvan, 2017: 24-25)

2.3.1 Tujuan Transparansi


Adapun tujuan transparansi terhadap pengelolaan keuangan yang dapat dirasakan
oleh stakeholders dan lembaga adalah:
a. Mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan-peyimpangan melalui kesadaran
masyarakat dengan adanya kontrol sosial.
b. Menghindari kesalahan komunikasi dan perbedaan persepsi.
c. Mendorong masyarakat untuk belajar bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
pilihan keputusan dan pelaksanaan kegiatan
d. Membangun kepercayaan semua pihak dari kegiatan yang dilaksanakan.
e. Tercapainya pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan, prinsip, dan nilai nilai
universal.
Dari adanya tujuan transparansi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
transparansi dapat meminimalisir penyimpangan-penyimpangan penggunaan dana, mencegah
ketidakpercayaan publik, dan tercapainya tujuan.
2.3.2 Manfaat Transparansi
Menurut Sri Minarti, (2011: 224) manfaat dari adanya transparansi dapat
menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua, siswa,
dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat danmemadai.
Sedangkan Nico Adrianto, (2007 21) berpendapat bahwa, beberapa manfaat
penting adanya transparansi anggaran adalah sebagai berikut:
1. Mencegah korupsi.
2. Lebih mudah mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan kebijakan.
3. Meningkatkan akuntabilitas sehingga masyarakat akan lebih mampu mengukur
kinerja lembaga
4. Meningkatkan kepercayaan terhadap komitmen lembga untuk memutuskan kebijakan
tertentu.
5. Menguatkan kohesi sosial, karena kepercayaan masyarakat lembaga. Terhadap
6. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan kepastian usaha.

Dari pendapat para ahli mengenai manfaat transparansi, maka dapat disimpulkan
bahwa manfaat dari adanya transparansi adalah suatu penerapan kebijakan yang dapat
diawasi dan mencegah terjadinya tindak kecurangan.

2.3.3 Indikator Keberhasilan Transparansi


Menurut rate for Democracy in South Afrika (IDASA) yang dikutip oleh Nico Adrianto
(2007: 22-24) bahwa keberhasilan transparansi suatu lembaga ditunjukkan oleh indikator sebagai
berikut:
1. Ada tidaknya kerangka kerja hukum bagitransparansi
a. Adanya peraturan perundangan yang mengatur persoalan transparansi
b. Adanya kerangka kerja hukum yang memberi definisi yang jelas tentang peran dan
tanggungjawab bagi semua aspek kunci dari manajemenfiskal.
c. Adanya basis legal untukpajak
d. Adanya basis legal untuk pertanggungjawaban belanja dan kekuasaan memungut
pajak dari pemerintahpajak
e. Adanya pembagian peran dan tanggungjawab yang jelas dari masing masing
tingkatanpemerintah.

2. Adanya akses masyarakat terhadap transparansianggara


a. Adanya keterbukaan dalam kerangka kerja anggaran (proses anggaran)
b. Diumumkannya setiap kebijakan anggaran
c. Dipublikasikannya setiap hasil laporan anggaran (yang telah diaudit oleh lembaga
yang berwenang)
d. Adanya dokumentasi anggaran yang baik yang mengandung beberapa indikasi fiscal
e. Terbukanya informasi tentang pembelajaran actual

3. Adanya audit yang independen danefektif


a. Adanya lembaga audit yang independen dan efektif

2.3.4.Transparansi Dalam Pengelolaan Dana Bos


Pertanggungjawaban menurut BAB 5 yang menjelaskanPertanggungjawaban
Keuangan dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2019Tentang Petunjuk teknis Bantuan
Operasioanl Sekolah (BOS) Transparansi Sebagai salah satu bentuk tanggungjawab
dalam mengelola program dan penggunaan bantuan BOS Reguler, Sekolah harus
mempublikasikan dokumen pendukung transparansi informasi secara lengkap. Dokumen
yang wajib dipublikasikan oleh Sekolah meliputi:
a. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Sumber Dana
Laporan ini harus dipublikasikan setiap triwulan mengikuti periode pembuatan
laporan. Publikasi laporan dilakukan melalui pemasangan pada papan informasi Sekolah
atau tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.
b. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana
Dokumen yang digunakan adalah laporan rekapitulasi penggunaan dana
berdasarkan komponen pembiayaan BOS Reguler. Laporan ini harus dipublikasikan tiap
triwulan mengikuti periode pembuatan laporan tersebut. Publikasi laporan dilakukan
melalui pemasangan pada papan informasi Sekolah atau tempat lainnya yang mudah
diakses oleh masyarakat

2.4 Kajian Empiris


Kajian Empiris yang telah membahas mengenai transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan dana BOS telah penulis telusuri dan amati. Penulis menemukan terdapat
karya tulis dan hasil penelitian yang relevan dengan judul yang diangkat oleh penulis,
seperti:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Diah Parwita Desidengan judul "Evaluasi
Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Sekolah Menengah Pertama
(SMP Negeri di Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi proses pengelolaan keuangan. mengkaji peran faktor sumber daya
manusia dan pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan keuangan, serta
mengevaluasi akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan SMP Negeri di
Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan alat analisis bersifat deskriptif dan
eksploratif. Hasil penelitiannya adalah secara keseluruhan, evaluasi atas akuntabilitas
dan transparansi pengelolaan keuangan SMP Negeri di Kabupaten Banyumas telah
diselenggarakan secara akuntabel dan transparan. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah studi kasus
2. Penelitian yang dilakukan Giyanto dengan judul "Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Sekolah Dasar Negeri Belah I Kecamatan
Donorojo Kabupaten Pacitan" Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat
transparansi pengelolaan diSD Negeri Belah 1 Kecamatan Donorojo Kabupaten
Pacitan dan mendeskripsikan partisipasi komite sekolah/masyarakat dalam
pengelolaan Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Hasilpenelitiannya adalah perencanaan dana BOS telah
dilaksanakan secara transparan dilihat dari aspek orientasi tujuan. proses penyusunan
dan keterlibatan para guru, dan partisipasi komite sekolah Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ristya Dwi Anggrainidengan judul "Transparansi,
Partisipasi, Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Dana BOS dalam Program RKAS di
SDN Pacarkeling VIII Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bentuk transparansi, partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan anggaran dana BOS
dalam program RKAS. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitiannya adalah transparansi pengelolaan anggaran dana BOS dalam
program RKAS di SDN Pacarkeling VII sangat transparan. Hal tersebut dilihat dari
terbukanya informasi mengenai penerimaan dana BOS serta informasi yang
disediakan mengenai anggaran dana BOS dalam Program RKAS. Dalam akuntabilitas
dilihat dengan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS berupa lampiran
formulir BOS. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah tipe penelitian
deskriptif.
Dari ketiga penelitian terdahulu seperti pemaparan di atas, terdapat kesamaan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu penelitian mengenai transparansidanakuntabilitas
pengelolaan keuangan dana BOS di sekolah
ANALISIS AKUNTABILITAS DAN TRANSPARASI DALAM

PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)

DI SEKOLAH DASAR NEGRI 7 TALAGA RAYA

ELFITO YULIANA

19320043

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

2022

Anda mungkin juga menyukai