Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah Republik Indonesia menyalurkan berbagai bantuan demi

kelangsungan pendidikan salah satunya adalah dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS). Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta

relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal,

nasional dan global. Dalam Dirjen Dikdasmen Kemendikbud (2015:1) disebutkan

bahwa usaha untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut dilakukan melalui

program pendidikan Wajib Belajar 9 tahun.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Dirjen Dikdasmen Kemendibud

(2015:3) adalah program pemerintah berupa pemberian dana langsung kepada SD

Negeri dan Swasta untuk membantu biaya operasional NonPersonalia Sekolah.

Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pemberian dana BOS,

sebagai diwajibkan untuk memberikan kompensasi membebaskan (fee waive)

dan/atau membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar iuran

sekolah dan biaya-biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kebijakan pemerintah dengan memberi bantuan dana BOS rawan terjadi

penyelewengan dan ketidakefektifan menejemen dana BOS. Berdasrkan

Permendikbudristek Nomor 63 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan

1
2

Dana BOS, Penerimanaan dana BOS Kinerja terdiri dari tiga kategori, yaitu

sekolah yang melaksanakan program Sekolah Penggerak, sekolah yang memiliki

prestasi, dan sekolah yang memiliki kemajuan terbaik. Secara umum program

BOS bertujuan untuk mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat dan mendukung program wajib belajar 12 tahun

(pendidikan dasar dan menengah) yang bermutu dalam memenuhi capaian Standar

Nasional Pendidikan. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk:

1. Membantu biaya operasional sekolah non-personalia

2. Mengurangi angka putus sekolah SMA

3. Meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) siswa

4. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affirmative action) bagi siswa

miskin dengan membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee)

tagihan biaya sekolah bagi siswa miskin

5. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa miskin

untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu

6. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. Agar dana dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat terpakai secara efektif dan

efisien maka perlu adanya menejemen atau pengelolaan yang baik.

Dengan melihat tujuan dari pemberian dana BOS adalah peningkatan akses

rakyat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan

wajib belajar sembilan tahun, maka perlu diketahui berapa besar peranan yang

ditimbulkan dengan adanya dana BOS bagi peningkatan kualitas pendidikan itu

sendiri, apakah dengan adanya dana BOS telah memberi sebuah angin segar bagi
3

peningkatan kualitas pendidikan di dalam negeri ini. Mengacu pada pembukaan

UUD (Undang-Undang Dasar) Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk itu setiap warga negara Indonesia

berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan 3 bakat

yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.

Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki

keterampilan hidup (life skill) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal

dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat

madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan program BOS adalah

menejemen dana yang ada dalam program BOS. Menurut Ismaya (2015:2)

manajemen adalah suatu kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan

suatu kegiatan, baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam

mencapai tujuan organisasi. Sebagaimana dalam menejemen keuangan pada

umumnya, kegitan menejemen meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengoordinasian, pengawasan, atau pengendalian.

Pentingnya menejemen dana BOS yaitu, dengan menejemen yang baik akan

mampu membantu ketercapaian tujuan dari program BOS dengan efektif dan

efisien. menejemen dana BOS yang baik merupakan suatu keberhasilan sekolah

dalam mengelola dana BOS, melalui suatu proses kerjasama yang sistematis mulai

dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dalam merencanakan

penggunaan dana BOS kepala sekolah terlebih dahulu menyesuaikan dengan


4

rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan, baik pengembangan jangka

pendek, maupun jangka panjang. Dengan adanya rencana, penggunaan dana BOS

dapat dilakukan dengan baik.

Indikator menejemen yang baik yaitu perencanaan, pemanfaatan, serta

pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS. Dengan adanya

program dana BOS, sekolah dituntut untuk dapat merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi dan mempertanggungjawabkan pengelolaan biaya pendidikan

secara transparan kepada pemerintah dan juga masyarakat. Pengelolaan dana BOS

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan program dana

BOS, karena dengan pengelolaan dana BOS yang baik akan membantu

tercapainya tujuan program dana BOS secara efektif dan efisien, serta akan

mensukseskan sekolah yang mengelola dana BOS tersebut. Dalam pengelolaan

dana BOS, sekolah harus mengacu dan berpedoman pada petunjuk teknis BOS,

yang di dalamnya telah dijelaskan bahwa dalam merencanakan penggunaan dana

BOS, hal utama yang harus dilakukan adalah menyusun Rencana Kegiatan dan

Anggaran Sekolah (RKAS). RKAS merupakan rencana perolehan pembiayaan

pendidikan dari berbagai sumber pendapatan dan susunan program kerja tahunan

yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin dan kegiatan lainnya disertai dengan

rincian rencana pembiayaan selama satu tahun anggaran. Dengan demikian

program BOS sangat mendukung pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan sekolah melalui

pemberian keleluasaan yang lebih besar dalam mengelola sumber daya sekolah,
5

serta mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan

mutu pendidikan di sekolah.

Pengelolaan keuangan atau anggaran sekolah sangat penting dalam

pelaksanaan kegiatan sekolah. Sejalan dengan persaingan antar sekolah, tidak

dapat dipungkiri bahwa tingkat persaingan bisnis dalam dunia pendidikan untuk

manajemen semakin ketat. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa terdapat beberapa

satuan pendidikan yang berada di dekat jalan raya yang memiliki siswa yang

melebihi target yang ditetapkan, sedangkan yang berada di desa hanya

mendapatkan siswa jauh lebih banyak dari yang diharapkan walaupun hanya

sebagian besar yang mendapatkan siswa yang melebihi target.

Salah satu masalah pendidikan adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap

jenjang dan satuan pendidikan, khususnya jenjang pendidikan dasar. Menurut

Somantri (2014:129) dalam buku Perencanaan Pendidikan mengatakan

penuntasan wajib belajar dan peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas

dalam pembangunan pendidikan. Penuntasan wajib belajar yang berdimensi

pemerataan serta mengandung misi pembebasan dan pemberdayaan masyarakat.

Keberhasilan penuntasan wajib belajar diduga akan melibatgandakan kualitas dan

produtivitas penduduk, memberi peluang yang lebih besar bagi mereka untuk

meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta dapat meningkatkan kualitas

dan taraf kehidupan mereka.

Masalah umum yang sering terjadi di sekolah dalam pengelolaan dana BOS

adalah dalam pelaksanaan dan pengawasan dana BOS, keterlambatan penyaluran

dana BOS seringkali menghambat kegiatan operasional, misalnya dana yang


6

dibutuhkan untuk membeli buku pelajaran tidak dapat segera direalisasikan karena

dana tertahan atau tidak disalurkan ke sekolah, rendahnya pengawasan sekolah

karena tidak ada audit sekolah juga merupakan masalah yang umum dalam

pengelolaan dana BOS.

Sekarang ini, sekolah-sekolah di daerah kota maupun desa masih banyak yang

belum memaksimalkan pemanfaatan dana BOS secara efektif dan efisien, dan

tidak jarang sekolah yang sudah menerima dana BOS masih kekurangan sarana

dan prasarana sekolah tersebut, seperti hal nya buku dan yang lebih sering terlihat

adalah kurangnya perawatan bangunan sekolah/fasilitas sekolah, kurangnya buku-

buku dipepustakaan dan belum ada pojok baca di semua kelasnya. Sehingga hal

tersebut dapat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah tersebut. Fenomena

diatas timbul dikarenakan pengelola kurang memahami bagaimana mengelola

keuangan khusunsya dana BOS.

Penulis melakukan observasi langsung ke SD Negeri 20 Kabupaten Bireuen

untuk mengamati secara langsung sarana dan pra-sarana yang ada. Sesuai data

yang didapat, sekolah tersebut sudah berdiri sejak 15 Oktober 1987 dan di sah kan

oleh Gubernur Aceh pada tahun 1987-sekarang dengan jumlah siswa pada tahun

ini terhitung kurang lebih 110 siswa, dengan luas sekolah 2.970 meter yang

beralamat di Jl. Pendidikan, Desa Geudong Alue, Kec. Kota Juang, Kab. Bireuen.

Penulis juga melakukan pengamatan terkait sarana dan pra-sarana disekolah

tersebut. Beberapa fasilitas yang tersedia disekolah tersebut yaitu: 6 kelas dengan

6 rumbel, 1 kantor kepsek, perpustakaan, 1 ruang guru, UKS, kantin, 3 toilet

pria, 6 toilet wanita, dan 1 lapangan bermain siswa. Selain pemanfaatan Dana
7

BOS dari segi pembangunan, dana tersebut juga dipergunakan untuk membayar

biaya pelatih ekstrakulikuler, pelatihan guru, pembelian buku, pembelian

komputer, biaya konsumsi siswa saat mengikuti perlombaan dan lainnya. Salah

satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan, pihak sekolah mewajibkan

seluruh tenaga pengajar dengan minimal pendidikan S1(sarjana).

SD Negeri 20 Kabupaten Bireuen tidak memungut biaya apapun dari orang tua

siswa, semua pembiayaan menggunakan dana BOS. Pelaksanaan BOS di SD

Negeri 20 Kabupaten Bireuen mengalami kendala yaitu dalam hal pengelolaan

dana BOS terkait penyusunan laporan pertanggungjawaban, laporan

pertanggungjawaban harus sesuai dengan pencairan dana dari Bank melalui

rekomendasi dari dinas pendidikan. Sedangkan pencairan dana BOS sendiri tidak

rutin di setiap periode pencairan. Untuk mempertahankan predikat satuan

pendidikan yang baik, pengelola dituntut untuk memenuhi beberapa kebutuhan,

baik penyelenggaraan pendidikan maupun pemenuhan sarana prasarana yang

dibutuhkan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menganggap bahwa penelitian ini sangat

penting untuk dilakukan agar mengetahui bagaimana sekolah dalam mengelola

dana BOS dan upaya sekolah dalam menyelesaikan hambatan yang ada untuk

dapat tercapai tujuan pengelolaan dan BOS yang optimal.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian

dengan judul: “Analisis Manajemen Anggaran Dana BOS (Bantuan

Operasional Sekolah) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Negeri

20 Kabupaten Bireuen ”.
8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yg telah diuraikan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Analisis Manajemen Anggaran Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) dapat berperan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di

SD Negeri 20 Bireuen?

2. Bagaimana pengelolaan pelaporan dan pertanggungjawaban dana Bantuan

Operasional Sekolah berdasarkan Juknis No.63 Thn 2022?

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah ini dilakukan agar penelitian tidak menyimpang dari arah

dan tujuan serta dapat diketahui sejauh mana hasil penelitian dapat dimanfaatkan.

Batasan tersebut antara lain:

1. Menilai sejauh mana Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

digunakan dengan efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah dasar

2. Menganalisis dampak kebijakan dan praktik manajemen anggaran dana

BOS terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan dana BOS sudah sesuai dengan juknis

Permendikbudristek No.63 Thn 2022 tentang Pengelolaan Dana BOS.

2. Menganalisis bagaimana manjemen anggaran dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) dapat berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan

di SD Negeri 20 Kabupaten Bireuen.


9

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta masukan

untuk peningkatan manajemen keuangan dan menjadi bahan pertimbangan

untuk penelitian selanjutnya mengeni manajemen dana BOS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Memberikan masukan untuk peningkatan kualitas pengawasan

pengelolaan dan buku panduan pelaksanaan menejemen Dana

Bantuan Sekolah.

b. Bagi Pihak Sekolah Penerima Dana BOS

Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan lebih

transparan dalam menejemen Dana BOS.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat terkait pengelolaan keuangan sekolah sehingga

masyarakat dapat lebih kritis terhadap pengelolaan keuangan sekolah.

1.6 Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada pada

skripsi ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan sistematika yang

merupakan kerangka dan pedoman penulisan skripsi. Adapun sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut:


10

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka ini meliputi :

1. Telaah penelitian yang berisi tentang hasil-hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Landasan teori yang berisi tentang pembahasan pengertian

akuntansi, manajemen, mutu, mutu pendidikan, manajemen

keuangan sekolah, standar mutu pendidikan, prinsip mutu

pendidikan, upaya peningkatan mutu pendidikan dan

penjaminan mutu pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang metode penelitian

yang dilakukan oleh penulis dalam pengembangan sistem

informasi. Agar sistematis, bab metode penelitian meliputi : Jenis

Penelitian, Tempat Penelitian, Instrumen Penelitian, Sampel

Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik analisis Data dan

Rencana Pengujian Keabsahan Data.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat

digunakan sebagai masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian

ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut dilakukan oleh:

1. Hasil penelitian dari Impian Muhadi. (2020)

Penelitian Impian Muhadi (2020), berjudul “Manajemen Dana Opersional

Sekolah Untuk Meningkatkan Mutu Sekolah”. Penelitian ini merupakan

penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian Tujuan

dari pernyataan ini berkaitan dengan efektifitas pengelolaan dana bantuan

operasional sekolah dalam meningkatankan mutu pendidikan Studi deskriptif

kualitatif di SMA Negeri 2 Kaur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa, penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan dana

Bantuan Operasional Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di

sesuaikan dengan visi dan misi sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional dengan melakukan pengelolaan dana BOS baik itu perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan pertanggungjawaban di SMAN 2

Kaur tetap berpedoman pada prosedur dan peraturan yang berlaku, sesuai

dengan juklak dan juknis Bantuan Operasional Sekolah.

2. Hasil penelitian dari Afrilliana Fitri. (2014)

Penelitian Afrilliana Fitr. (2014), berjudul “Pengelolaan Dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Mandiangin

11
12

Koto Selayan Kota Bukittinggi”. Penelitian ini merupakan penelitian yang

menggunakan metode Penelitian Deskriptif. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui pemanfaatan dana BOS yang dilakukan dengan menggunakan dana

dan relevansi penggunaan dengan rencana, serta pelaporan dan

pertanggungjawaban dilakukan dengan meninjau RKAS, pembukuan, realisasi

penggunaan tiap sumber dana, bukti pengeluaran, pelaporan, dan waktu

pelaporan. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan dana

BOS Sekolah Dasar di Kecamatan Mandiaingin Koto Selayan Kota Bukittinggi

dapat dikategorikan terlaksana dengan cukup baik (3,57). Untuk itu perlu

kiranya bagi pengelola untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan

pengelolaan dana BOS agar mendapat hasil yang baik.

2.2 Landasan Teori

A. Pengertian Akuntansi

Laporan akuntansi disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi

para pemakai (user), terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses

pengambilan keputusan. Akuntansi (accounting) merupakan suatu sistem

informasi, yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan

mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan yang akan membuat

keputusan yang dapat mempengaruhi aktivitas bisnis. Selain itu akuntansi juga

merupakan bahasa bisnis. Pengertian akuntansi menurut A Statement of Basic

Accounting Theory (ASOBAT) dalam Harahap (2011), akuntansi diartikan

sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi


13

ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai

alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.

Sedangakan menurut American Institute of Certified Public Accounting

(AICPA) dalam Harahap (2011), mendefinisikan akuntansi adalah “Akuntansi

sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran degan cara tertentu

dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya

bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”.

Selanjutnya pengertian akuntansi menurut Accounting Principle Board (APB)

Statement No.4 mendefiniskan akuntansi adalah: “Akuntansi sebagai suatu

kegiatan jasa. Fungsinya adalah memenerikan informasi kuantitatif, umumnya

dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di

antara beberapa altiernatif”. Harrison dkk (2011) mendefinisikan akuntansi

merupakan “Akuntansi sebagai suatu sistem informasi, yang mengukur aktivitas

bisnis, memproses daa menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada

pengambil keputusan yang akan membuat keputusan yang dapt mempengaruhi

aktivitas bisnis.

Dari definisi datas dapat diambil kesimpulan definisi akuntansi adalah sebagai

proses jasa yang kegiatannya meliputi mengidentifikasi, mencatat, menggolongan,

dan mengikhtisarakan hasil kegiatan ekonomi suatu entitas badan ekonomi yang

berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif yang diukur dalam satuan uang

sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam

mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.


14

B. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa latin dari kata “manus” yang artinya “tangan”

dan “agere” yang bermakna menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu

menjadi seperti apa yang diinginkan dengan mendayagunakan seluruh sumber

daya yang ada.

Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno

menagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara

terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya:

Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) mengertikan manjemen sebagai

seni dalam meyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner yang

dikutip oleh Wijayanti (2008: 1) manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anaggota

organisasi dan penggunaan sumber daya manusia organisasi lainnya agar

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Gulick dalam wijayanti (2008: 1) mendefinisikan manajemen sebagai suatu

bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk

memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk

mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

Schein (2008: 2) memberi definisi manajemen sebagai profesi. Menurutnya

manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara

profesional, karakteristiknya adalah para profesional membuat keputusan

berdasarkan prinsip-prinsip umum, para profesional mendapatkan status mereka


15

mencapai standar prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus ditentukan

secara kode etik yang kuat.

Terry (2005: 1) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau

kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok

orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan,

mendapatkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus

melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang dilakukan.

Dari beberapa definisi yang tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk

menetukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-

fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan

(actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan sebuah

kegiatan, pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya

disebut manajer.

Secara umum, manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian. Ketiga tahapan tadi apabila

diterapkan dalam manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan

keuangan (budgeting), Pelaksanaan (Akunting) dan tahap penilaian atau evaluasi

(Auditing).

1. Penganggaran (budgeting)

Penganggaran (budgeting) merupakan kegiatan atau proses penyusunan

anggaran. Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara


16

kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam

pelaksanaan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu (Fatah,

2000: 47). Dalam menentukan biaya satuan pendidikan terdapat dua

pendekatan yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro

mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan

yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid.

Pendekatan mikro berdasarkan perhitungan biaya dimana menggunakan

alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang digunakan oleh murid.

2. Pelaksanaan (Akunting)

Kata akuntansi (Akunting) berasal dari bahasa inggris to account yang

berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan. Menurut Mulyasa,

pelaksanaan keuangan sekolah dapat dikelompokan dalam dua kegiatan, yakni

penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan keuangan sekolah dari

sumbersumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang

selaras dengan kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa konsep teoritis

maupun peraturan pemerintah.

3. Evaluasi (Auditing)

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang

informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan

seorang yang kompeten dan independen untuk dapat melaporkan kesesuaian

informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Dalam

evaluasi keuangan sekolah, pengawasan merupakan salah satu proses yang

harus dilakukan dalam manajemen pembiayaan berbasis sekolah. Dalam


17

keuangan manajemen sekolah, kepala sekolah perlu melakukan pengendalian

pengeluaran keuangan sekolah selaras dengan anggaran anggaran belanja yang

telah ditetapkan (Mulyasa, 2006: 205). Menurut Nanang Fattah secara

sederhana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu memanatau

(monitoring), menilai dan melaporkan.

C. Manajemen Keuangan Sekolah

Pengertian manajemen keuangan sekolah adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengelolaan, dan pengawasan sumber daya keuangan yang

tersedia di sekolah. Manajemen keuangan sekolah bertujuan untuk memastikan

bahwa sekolah memiliki sumber daya keuangan yang cukup untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

a. Fungsi Manajemen Keuangan Sekolah:

1. Menyusun anggaran: Menyiapkan rencana anggaran keuangan sekolah

untuk jangka waktu tertentu.

2. Mengelola pendapatan dan pengeluaran: Menyiapkan dan mengelola

sumber daya keuangan yang tersedia sesuai dengan anggaran yang telah

disusun.

3. Menyusun laporan keuangan: Menyiapkan laporan keuangan sekolah yang

terperinci dan tepat waktu untuk menginformasikan kondisi keuangan

sekolah kepada pihak yang berkepentingan.

b. Prinsip-prinsip keuangan sekolah

Manajemen keuangan sekolah perlu memerhatikan sejumlah prinsip. Undang-

undang No.20 tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana


18

pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan

akuntabilitas publik. Di samping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat

penekanan. Berikut ini dibahas masing- masing prinsip tersebut, yaitu

transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.

1. Prinsip Transparan

Mengandung makna bahwa dalam pengelolaan keuangan sekolah harus ada

keterbukaan, dalam artian memberikan informasi yang jelas kepada pihak-pihak

yang berkepentingan tantang dari mana sumber data diperoleh, berapa jumlahnya,

untuk apa dana itu digunakan dan bagaimana rincian penggunaannya, serta

pertanggungjawabannya.

2. Prinsip Efisiensi

Penggunaan sumber daya keuangan yang ada harus betul-betul tapat guna,

yaitu sesuai antara yang dikeluarkan dengan yang dihasilkan. Dengan kata lain

penggunaan sumber daya keuangan sekolah harus bujak dan hemat. Efisiensi

biasanya diukur dengan membandingkan antara masukan atau yang digunakan

dengan yang dikeluarkan atau yang dihasilkan

3. Prinsip Akuntabilitas

Setiap sumber daya keuangan sekolah yang digunakan harus di

pertanggungjawabkan baik secara administratif maupun secara normative.

Pertanggungjawaban administrasi disini maksudnya adalah penggunaan keuangan

sekolah jelas pembukuannya, ada bukti-bukti penggunaannya, serta hasilnya.


19

D. Pembiayaan Pendidikan

Biaya pendidikan memegang peran yang penting di dalam keberlangsungan

hidup dunia pendidikan. Pentingnya biaya dalam suatu penganggaran yaitu biaya

memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan dalam

rangka pencapaian tujuan. Biaya dapat dimaknai sebagai suatu bentuk

pengeluaran dalam satuan mata uang yang dikorbankan untuk memperoleh atau

menghasilkan sesuatu. Dengan kata lain, terdapat 4 unsur pokok dalam biaya

yaitu: 1) merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2) diukur dalam satuan uang,

3) telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, 4) pengorbanan untuk

tujuan tertentu. Mulyono mendefinisikan biaya sebagai jumlah uang yang

disediakan atau dialokasikan dan digunakan atau dibelanjakan untuk

terlaksananya berbagai fungsi atau kegiatan guna mencapai suatu tujuan dan

sasaran-sasaran dalam rangka proses manajemen. Anggaran biaya pendidikan

terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan

dan anggaran pengeluaran. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang

diperoleh setiap tahun oleh sekolah, baik rutin maupun insidental, yang diterima

dari berbagai sumber resmi. Untuk SMP Negeri umumnya memiliki sumber-

sumber anggaran penerimaan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,

Pemerintah Daerah Kabupaten, orang tua murid, masyarakat sekitar dan sumber

lainnya. Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan

setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah

dan porsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain, serta
20

dari waktu ke waktu. Biaya pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan

biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa

berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru,

baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri.

Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning

forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang

dikorbankan oleh siswa selama belajar.

Penelitian ini memfokuskan pada biaya langsung yang dikeluarkan oleh

sekolah, baik bersumber dari pemerintah, orang tua siswa, maupun masyarakat.

Penelitian ini dikhususkan lagi pada biaya langsung yang berasal dari dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan penggunaannya. BOS merupakan

program pemerintah untuk mendanai biaya operasional nonpersonalia bagi satuan

pendidikan dasar pelaksana program Wajib Belajar 9 Tahun. Namun, dana BOS

juga dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong

dalam biaya personalia dan biaya investasi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud

Ristek) mengumumkan jadwal penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) atau kini bernama Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) pada

2023. Kini penyaluran BOSP reguler akan dijadwalkan 2 kali dalam setahun.

Perubahan BOSP ini tertuang pada Permendikbudristek No. 63 Tahun 2022

Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Satuan

Pendidikan. Sebelumnya, mekanisme penyaluran dana BOSP reguler dilakukan


21

dalam 3 tahap, yakni paling cepat pada Januari (30%), April (40%) dan September

(30%).

Kini penyaluran dana hanya dilakukan dalam dua tahap, yaitu paling cepat

pada Januari dan Juli (masing-masing 50%). Pada penyaluran pertama atau tahap

I, sekolah akan menerima dana pada bulan Januari - Juni dengan jumlah pagu

maksimal 50% atau menyesuaikan ketersediaan SiLPA yang dimiliki satuan

pendidikan. Lalu penyaluran tahap II, Jika ada sisa pagu dari tahap I, maka

periode penyalurannya yakni Juli hingga Oktober. Kemendikbudristek juga

memberikan contoh pada postingannya, jika sekolah memiliki pagu dana BOS

sebesar Rp 100 juta dengan alokasi pagu tahap 1 sebesar 50 persen, maka skema

penyaluran dan anggaran BOS tahun anggaran 2023 seperti ini: SiLPA 2022

sebesar Rp 10 juta, maka anggaran tahun 2023 disalurkan pada tahap I sebesar Rp

50 juta dan tahap 2 sebesar Rp 50 juta. SiLPA tahun 2022 Rp 0, maka tahun

anggaran 2023 akan disalurkan pada tahap I sebesar Rp 50 juta dan disalurkan

pada tahap II sebesar Rp 50 juta.

E. Program Bantuan Operasional Sekolah

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang

pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia

bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar 12 tahun.

Dalam upaya pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dasar 12 tahun,

banyak program yang telah, sedang dan akan dilakukan. Program-program

tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu program dalam rangka

pemerataan dan perluasan akses, program peningkatan mutu, relevansi dan daya
22

saing, serta program tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Meskipun

tujuan utama program BOS adalah untuk pemerataan dan perluasan akses,

program BOS juga merupakan program untuk peningkatan mutu, relevansi dan

daya saing serta untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

a. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah

Tujuan Bantuan Operasional Sekolah Menurut petunjuk teknik

penggunaan BOS Tahun 2022, dana BOS bertujuan untuk:

1. Membantu biaya operasional Sekolah.

2. Meningkatkan aksesibilitas dan mutu pembelajaran bagi peserta didik

b. Besar Bantuan Dana BOS

Nominal besaran yang diterimakan satuan pendidikan pada tahun 2023

berdasarkan Juknis Permendikbudristek Nomor 63 tahun 2022 dihitung

berdasarkan jumlah siswa yang telah dimutakhirkan sesuai kondisi rill di masing-

masing satuan pendidikan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Paud: Besaran yang diterima sebesar Rp. 600.000,- Per siswa per

tahunnya.

2. SD: Besaran yang diterima sebesar Rp. 900.000,- Per siswa per tahunnya.

3. SMP: Besaran yang diterima sebesar Rp. 1.100.000,- per siswa per

tahunnya

4. Kesetaraan: Besaran yang diterima sebesar

1. Paket A: Rp. 1.300.000,- s/d Rp. 2.600.000

2. Paket B: Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 3.000.000

3. Paket C: Rp. 1.800.000,- s/d Rp. 3.600.000


23

c. Sekolah Penerima Bantuan Dana BOS

Sekolah Penerima Batuan Dana BOS Menurut petunjuk teknis

Permendikbudristek Nomor 63 tahun 2022 sekolah penerima dana BOS adalah

sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada

jenjang pendidikan dasar.

2. Sekolah Dasar Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SDLB adalah salah

satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan

khusus pada jenjang pendidikan dasar.

3. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah

satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan

umum pada jenjang pendidikan dasar.

4. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang selanjutnya disingkat

SMPLB adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan dasar.

5. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah

satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan

umum pada jenjang pendidikan menengah.

6. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SMALB

adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan menengah.


24

7. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah

salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan

pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.

Sekolah sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut: (1) mengisi dan melakukan pemutakhiran Dapodik sesuai dengan kondisi

riil di Sekolah sampai dengan batas waktu yang ditetapkan setiap tahun, (2)

memiliki nomor pokok sekolah nasional yang terdata pada Dapodik, (3) memiliki

izin operasional yang berlaku bagi Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat

yang terdata pada Dapodik, (4) memiliki jumlah Peserta Didik paling sedikit 60

(enam puluh) Peserta Didik selama 3 (tiga) tahun terakhir, (5) bukan satuan

pendidikan kerja sama.

d. Organisasi Pelaksanaan Tingkat Sekolah

Dalam penyelenggaraan program BOS di sekolah pelaksananya adalah

Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab dan Bendahara sekolah sebagai

anggotanya. Tugas dan tanggung jawab sekolah adalah sebagai berikut:

1. Melaporkan perubahan data jumlah jumlah siswa setiap triwulan kepada

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

2. Memverifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada.

3. Mengelola dana BOS secara bertanggung jawab dan transparan.

4. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh

dibiayai oleh dana BOS di papan pengumuman sekolah.


25

5. Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh sekolah dan

rencana penggunaan dana BOS (RAPBS) di papan pengumuman sekolah

yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara dan Ketua Komite

Sekolah.

6. Membuat laporan triwulanan penggunaan dana BOS dan barang/jasa yang

dibeli oleh sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara

dan Ketua Komite Sekolah.

7. Bertanggung jawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di sekolah.

8. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

9. Menyampaikan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS

Kabupaten/Kota.

e. Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

Penggunaan dana BOS yang diperbolehkan dalam panduan petunjuk teknis

BOS Permendikbudristek Nomor 63 tahun 2022 adalah untuk membiayai dana

operaional sekolah. Operasional penyelenggaran pendidikan di Sekolah

sebagaimana dimaksud pada ayat dilaksanakan untuk membiayai:

1. Penerimaan peserta didik baru;

2. Pengembangan perpustakaan;

3. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan ekstrakulikuler;

4. Pelaksanaan kegiatan asesmen dan evaluasi pembelajaran;

5. Pelaksanaan administrasi sekolah;

6. Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan;

7. Pembiayaan langganan daya dan jasa;


26

8. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah;

9. Penyediaan alat multimedia pembelajaran;

10. Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi keahlian;

11. Penyelenggaraan kegiatan dalam mendukung keterserapan lulusan, dan

12. Pembayaran honor.

f. Pengelolaan dan Pelaporan Penggunaan Dana BOS

Dalam buku panduan petunjuk teknis oleh Kemendikbudristek dijelaskan

pengelolaan dan pelaporan dana BOS sebagai berikut:

1. Pengelolaan dan pelaporan penggunaan dana BOS Reguler dilakukan oleh

Sekolah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan masing-

masing.

2. Kepala Sekolah bertanggung jawab mutlak atas kebenaran data yang

diinput dalam Dapodik per tanggal batas akhir pengambilan data.

3. Kepala dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan memastikan

semua Sekolah mengisi dan melakukan pemutakhiran Dapodik sesuai

dengan kondisi riil di Sekolah sampai dengan batas waktu yang

ditetapkan setiap tahun dan bertanggung jawab atas kebenaran data yang

diinput.

4. Tim BOS Sekolah harus melaporkan semua penggunaan atas penyaluran

dana BOS Reguler pada setiap tahap ke dalam sistem pelaporan

Kementerian melalui laman bos.kemdikbud.go.id.


27

F. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu dalam

bahasa arab “ artinya baik”, dalam bahasa Inggris “quality artinya mutu, kualitas”.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah (ukuran ), baik buruk suatu

benda; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)”. Secara istilah mutu

adalah “Kualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan”. Dengan demikian

mutu adalah tingkat kualitas yang telah memenuhi atau bahkan dapat melebihi

dari yang diharapkan.

Pendidikan menurut Imam Al-Ghazali adalah “Sebuah wasilah untuk mencapai

kemulian dan menyerahkan jiwa untuk mendekat diri kepada Tuhan”.

Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas No. II Tahun 2003 pendidikan adalah :

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

“Berdasarkan tinjauan mutu pendidikan dari segi proses dan hasil mutu

pendidikan dapat dideteksi dari ciri-ciri sebagai berikut : kompetensi, relevansi,

fleksibelitas, efisiensi, berdaya hasil, kredibilitas”. Menurut Mujamil mutu

pendidian adalah “Kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan

sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal

mungkin”.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah

kualitas atau ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk


28

mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan

pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan

outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses

pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang

Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).

a. Karakteristik Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses, output

maupun outcome. Ada 13 karakteristik yang dinilai dalam hal mutu pendidikan

yaitu :

a. Kinerja (performan).
b. Waktu wajar (timelines)
c. Handal (reliability).
d. Data tahan (durability)
e. Indah (aesteties).
f. Hubungan manusiawi (personal interface).
g. Mudah penggunaanya (easy of use).
h. Bentuk khusus (feature).
i. Standar tertentu (comformence to specification).
j. Konsistensi (concistency).
k. Seragam (uniformity).
l. Mampu melayani (serviceability).
m. Ketepatan (acuracy)

Kinerja (performan) berkaitan dengan aspek fungsional sekolah yang terdiri

dari kinerja guru dalam mengajar. “Guru merupakan salah satu pelaku dalam

kegiatan sekolah. Oleh karena itu ia dituntut untuk mengenal tempat bekerjanya

itu. Guru perlu memahami faktor-faktor yang langsung dan tidak langsung

menunjang proses belajar mengajar”. Waktu wajar (timelines) yaitu sesuai dengan

waktu yang wajar meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu

ulangan tepat. Handal (reliability) yaitu usia pelayanan bertahan lama. Pelayanan
29

publik yang berkualitas mengacu pada pelayanan prima. Undangundang Nomor

25 Tahun 2009 tentang standar pelayanan publik, UU Nomor 14 Tahun 2008

tentang keterbukaan informasi publik dan UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang

informasi dan transaksi elektronik adalah dasar pemberian layanan prima kepada

masyarakat, ketiga peraturan ini menjadi dasar untuk memberikan pelayanan

publik yang terbaik, memuaskan dan transparan kepada peserta didik serta semua

pemangku kepentingan. Pemberian layanan kepada seluruh masyarakat harus

tidak bersifat diskriminatif. Pelayanan pendidikan tidak mendiskriminasi peserta

didik berdasarkan faktor geografis, agama, dan latar belakang sosial ekonomi

siswa. Namun, faktor minat dan bakat yang menjadi faktor pembeda antara

peserta didik satu dan lainnya.

Daya tahan (durability) yaitu tahan banting, misalnya meskipun krisis moneter,

sekolah masih tetap bertahan. Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior

sekolah ditata menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik.

Hubungan manusiawi (personal interface) yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai

moral dan profesionalisme. Hal ini bisa dicapai apabila terjalin komunikasi yang

sehat. “Dari komunikasi itu bisa diperoleh suasana yang akrab dan harmonis,

bahkan bisa mendamaikan dua pihak yang bertikai”. Mudah penggunaanya (easy

of use) yaitu sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah

diterapkan, bukubuku perpustakaan mudah dipinjam dikembalikan tepat waktu.

Bentuk khusus (feature) yaitu keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul

dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi). “Persyaratan pertama

bagi kepemimpinan pengajaran adalah guru hendaknya memiliki visi mengenai


30

unggulan dalam mengajar”. Standar tertentu (comformence to specification) yaitu

memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan

minimal. Konsistensi (concistency) yaitu keajegan, konstan dan stabil, misalnya

mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten

dengan perkataanya. Seragam (uniformity) yaitu tanpa variasi, tidak tercampur.

Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam berpakaian.

Mampu melayani (serviceability) yaitu mampu memberikan pelayanan prima.

Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saransaran yang masuk mampu

dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas. Ketepatan (acuracy) yaitu

ketepatan dalam pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.

b. Standar Mutu Pendidikan

Pemahaman dan persepsi dalam hal standar mutu pendidikan terdapat

perbedaan yang disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang antara pakar

satu dengan pakar lainnya.

Pertama sebagian orang, bahkan pada umumnya para orang tua mengatakan
bahwa “kenyamanan sekolah itu merupakan salah satu tolak ukur terbaik, ke
dua pihak lain berpendapat bahwa hasil belajar atau hasil akademik yang
menunjukan sekolah tersebut menunjukan sekolah yang baik karena menurut
pendapat ini dari buahnya anda mengenali mereka, ketiga sebagian orang
mengemukakan bahwa ada beberapa ciri atau tolak ukur yang akan
memperlihatkan mutu suatu sekolah”.
Cyil merangkum pendapat mutu dari sudut pandang yang berbeda

menggunakan tolak ukur yang berbeda. Sebagian orang menggunakan tolak ukur

berdasarkan kondisi sekolah, sebagain lain menggunakan tolak ukur prestasi hasil

belajar, dan pendapat yang lebih luas menyatakan tolak ukur mutu pendidikan

perlu ditinjau dari berbagai tolak ukur yang relevan.


31

Pandangan ke tiga diperkuat dengan pandangan Mujamil yang menyatakan

bahwsa “Lembaga pendidikan dikatan bermutu jika input, proses, dan hasilnya

dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendidikan”.

Meskipun Mujamil menggunakan tolak ukur input, proses dan hasil, namun titik

tolak ukur mutu pendidikan menurut Mujamil adalah pengguna jasa pendidikan,

yang berarti lebih berfokus pada out put yaitu potensi dan nilai guna para alumni

dalam kehidupan. Menurut Usman “Output dinyatakan bermutu apabila hasil

belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu

apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui

kehebatannya lulusannya dan merasa puas”.

Sedangkan menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah:

Pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan


atau kompotensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan,
yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak
mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill),
pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia
paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated personality)
mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.

Perbedaan persepsi tentang mutu pendidikan merupakan hal wajar, karena

masing-masing pihak mendefinisikannya dari sudut pandang dan kemampuan

dalam menganalisis yang beragam. Badan/lembaga pelaksana yang terlibat

dalam kegiatan penjaminan mutu, baik tingkat, dasar, menengah maupun

pergururan tinggi adalah Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya

disebut BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas

mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional

pendidikan. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal yang


32

selanjutnya disebut BANPNF adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan nonformal

dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

c. Prinsip Mutu Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan bagi sebuah lembaga pendidikan saat ini

merupakan prioritas utama. Hal ini bagian terpenting dalam membangun

pendidikan yang berkelanjutan, oleh karena itu para tenaga pendidik/

kependidikan harus memiliki sebuah prinsip manajemen dalam melakukan taraf

perubahan atau pembangunan kearah pendidikan yang bermutu. Menurut Hensler

dan Brunell ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu pendidikan, yaitu

sebagai berikut:

a. Prinsip Pelanggan, mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan

spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh

pelanggan.

b. Respect Terhadap Setiap Orang, dalam sekolah yang bermutu kelas

dunia, setiap orang di sekolah dipandang memiliki potensi.

c. Manajemen Berdasarkan Fakta, sekolah harus berorientasi pada fakta,

maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada

perasaan (felling) atau ingatan semata.

d. Perbaikan Secara Berkala, agar dapat sukses setiap sekolah perlu

melaukan sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan.

d. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan


33

Untuk meningkatkan mutu madrasah menurut Sudarwan Danim melibatkan

lima faktor yang dominan : (1) Kepemimpinan Kepala sekolah; (2) Siswa/ anak

sebagai pusat; (3) Pelibatan guru secara maksimal; (4) Kurikulum yang dinamis;

(5) Jaringan Kerjasama”. Kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja

secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang

tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan

disiplin kerja yang kuat. Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai

pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah

dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .

Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan

masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi lain,

seperti perusahaan / instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam

dunia kerja.

Peningkatan mutu pendidikan harus mengambil langkah sebagai berikut :

a. Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan

anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan secara

individual kepada siswa.

b. Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah tersedia, antara lain

melalui double shift (contoh pemberdayaan SMP terbuka dan kelas

jauh).

c. Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi

dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran siswa dan optimalisasi

daya tampung yang tersedia.


34

d. Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas

Baru (RKB) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan

memperhatikan peta pendidiakn di tiap-tiap daerah sehingga tidak

mengggangu keberadaan sekolah swasta.

e. Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga

miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.

f. Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah

untuk ikut serta menangani penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9

tahun.

Sedangkan peningkatan mutu sekolah secara umum dapat diambil suatu

strategi dengan membangun akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan,

seperti kepemimpinan sekolah Kaizen yang menyarankan :

a. Untuk memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental

dalam struktur perusahaan.

b. Menggabungkan aspek–aspek positif individual dengan berbagai manfaat

dari konsumen.

c. Berfokus pada detail dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang

perusahaan.

d. Menerima tanggung jawab pribadi untuk selalu mengidentifikasikan akar

menyebab masalah.

e. Membangun hubungan antar pribadi yang kuat.

f. Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik dan nasihat yang

konstruktif.
35

g. Memelihara sikap yang progresif dan berpandangan ke masa depan.

h. Bangga dan menghargai prestasi kerja.

i. Bersedia menerima tanggung jawab dan mengikuti pelatihan.

Menurut Lewis peningkatan mutu organisasi apapun didukung oleh empat

kekuatan pendorong, atau pilar, yang menggerakan organisasi menuju penerapan

pelayanan mutu.

Total Quality Management in any organization is supported by four driving

forces, or pillars, that move the organization toward the full application of

quality service. The four pillars of the House of Quality are customer service,

continuous improvement, processes and facts, and respect for people. All are

distinct, but equal in potential strength. All four must be addressed; minimizing

one weakens the others. By not addressing one, the entire house of Quality will

fall.

Empat pilar mutu yang dimaksud yaitu (1) Layanan pelanggan, (2) Perbaikan

terus-menerus, (3) Proses dan fakta-fakta, (4) Menghormati orang. Setiap lembaga

pendidikan masalahnya berbeda tetapi inti permasalahannya sama. Keempat pilar

harus ditangani dengan baik dalam rangka meminimalkan kesalahan. Salah satu

pilar tidak dijalankan dengan baik dapat meruntuhkan mutu pendidikan secara

keseluruhan.

e. Penjaminan Mutu Pendidikan

“Penjaminan mutu pendidikan merupakan suatu konsep dalam manajemen

mutu pendidikan”. Madrasah yang dikelola dengan manajemen mutu pendidikan

harus memberi jaminan bahwa pelayanan pendidikan yang diberikan dapat


36

memenuhi bahkan melampoi harapan para pelanggan baik pelanggan internal

maupun eksternal. Pelanggan internal yaitu guru dan karyawan. Pelanggan

eksternal terdiri dari pelanggan eksternal primer (peserta didik), pelanggan

eksternal sekunder (orang tua, masyarakat, pemerintah), dan pelanggan ekternal

tersier (pemakai lulusan). “Orang tua puas dengan layanan terhadap anaknya

maupun layanan kepada orang tua”

Sistem penjaminan mutu pendidikan sangat penting dilakukan agar madrasah

benar-benar megelola pendidikan yang bermutu, sehingga menjadi madrasah yang

diidolakan masyarakat. “Bila tidak ada penjaminan mutu berdasarkan pagu yang

baku ini akan dapat menimbulkan disparitas mutu pendidikan lintas sekolah dan

lintas daerah”. Demikian pula konsep mutu perlu dibakukan agar terdapat persepsi

yang sama. “Lembaga pendidikan dikatakan bermutu jika input, proses, dan

hasilnya dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa

pendidikan”
37

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

ANALISIS MANAJEMEN ANGGARAN


DANA BOS (BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH) DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN DI SDN 20
KABUPATEN BIREUEN

Dokumentasi dan Wawancara

Kualitatif

1. Manajemen Keuangan Sekolah


2. Fungsi Manajemen Keuangan Sekolah
BAB IIISekolah
3. Prinsip Keuangan
METODOLOGI
4. Mutu PENELITIAN
5. Prinsip Mutu Pendidikan

Kesimpulan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah sebagai lawannya

adalah eksperimen, dimana peneliti merupakan eksperimen kunci dengan analisis

data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada

generalisasi yaitu proses penalaran yang bertolak dari individu menuju kumpulan

umum.

3.2 Tempat Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri 20 Kabupaten Bireuen.

Dasar pertimbangan penentuan lokasi karena karakter anak-anak yang berada

dalam lingkungan sekolah tersebut masih perlu diperbaiki dan masih perlu dibina.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 149) merupakan alat

bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Suharsimi

Arikunto dalam edisi sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah

diolah.

Penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data berdasarkan pengamatan

situasi yang wajar (alamiah), sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi atau

38
39

dimanipulasi. Peneliti yang memulai atau memasuki lapangan berhubungan

lansung dengan situasi dan orang yang dieselidikinya. Oleh karena itu peneliti

harus terjun secara langsung dilapangan untuk mendapatkan hasil dari wawancara

yang dapat didokumentasikan melalui tertulis ataupun dari hasil rekaman ataupun

dalam bentuk Video.

a. Observasi

Yaitu catatan untuk mengamati secara langsung dengan sumber

informasi tentang objek penelitian, keadaan Guru dan keadaan Siswa.

b. Wawancara

Yaitu catatan pertanyaan dalam bentuk daftar pertanyaan dan tidak

dibarengi dengan sejumlah pilihan jawaban.

c. Dokumentasi

Yaitu catatan keterangan atau kondisi objektif lokasi penelitian dan

sampel yang diteliti dengan mencatat semua data secara langsung dari

referensi yang membahas tentang objek penelitian.

3.4 Sampel Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang bersumber atau data yang bersumber

atau data yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil

wawancara dan observasi seperti kepala sekolah, guru kelas, TU

(Tata Usaha) dan murid yang berada di lingkungan sekolah.


40

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan, referensi, dokumen dan observasi yang diperoleh dari

lokasi penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

observasi (pengamatan) dan wawancara secara mendalam terhadap informasi

kunci, serta dilengkapi dengan teknik dokumentasi.

1. Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan

data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap gejala yang ada pada

objek penelitian, (Margono, 2007:158). Dalam penelitian ini yang

diobservasi adalah pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kegiatan lain yang berkaitan

dengan penelitian.

2. Wawancara akan digunakan dalam penelitian ini karena wawancara

merupakan alat yang ampuh untuk mengungkapkan kenyataan tentang data

yang akan diteliti.

3. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah segala sesuatu dokumen yang

dimiliki sekolah kepala sekolah atau sekolah yang berkaitan dengan

penelitian. Salah satu ciri utama yang terdapat pada penelitian kualitatif

adalah lebih menekankan kepada penggambaran suatu situasi atau peristiwa

secara mendalam atau menyeluruh.


41

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton (Moleong, 2000: 103) merupakan proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategorisasi,

dan satuan uraian dasar. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 248)

analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan pada orang

lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada

konsep Milles & Huberman (1992:20) yaitu interactive model yang

mengklasifikasikan analisis data dalam tiga langkah, yaitu :

1. Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu suatu proses pemilahan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data (Display Data)

Data ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan (Verifikasi)

Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai makna dari data

yang dikumpulkan. Dari data tersebut akan diperoleh kesimpulan yang

tentatif, kabur, kaku dan meragukan, sehingga kesimpulan tersebut perlu


42

diverifikasi. Verifikasi dilakukan dengan melihat kembali reduksi data

maupun display data sehingga kesimpulan yang diambil tidak

menyimpang.

3. 7 Rencana Pengujian Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai

dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding data tersebut (Moleong, 2007: 330). Adapun triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber dan metode,

yang berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007: 330). Hal ini dapat peneliti capai dengan

jalan sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membendingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih

tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.


43

DAFTAR PUSTAKA

Adi, D K. 2001. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya.


http://www.finance.detik.com/ekonomibisnis.(Diunduh 20 september 2023).

Asmendri dan Firman. Perencanaan Pendidikan. Batusangkar: STAIN


Batusangkar Press, 2015.

Bahri, Syaiful. 2016. Pengantar Akuntansi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Andi.

Depdiknas, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Dessy,2011. Manajemen Keuangan Sekolah.


http://www.finance.detik.com/ekonomibisnis. (Diunduh 20 september 2023)

Impian muhadi, 2020. Manajemen Dana Operasional Sekolah untuk


Meningkatkan Mutu Sekolah, Kec. Tanjung Kemuning, vol 14(1).

Kemendikbud, 2015. Petunjuk Teknis Penggunan Dana BOS dan Laporan


Keuangan BOS Tahun Anggaran 2015. Jakarta: Kemendikbud

Kemendiknas dan Kemenag RI, 2011. Bantuan Operasional Sekolah materi


pelatihan Sekolah/Madrasah Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan
Tata kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah 2011. Jakarta:
Kemendiknas dan kemenag RI.

Mayang Sari Lubis. Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Muhammad Utsman el-Muhammady, Pemurnian Tasawuf oleh Imam Al-Ghazali,


www/ Scribd/com/doc/2917072/ (Diunduh 20 september 2023)

Mulyasa. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan


Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Permendikbudristek, 2022. Petunjuk Teknis Nomor 63 tahun 2022 tentang


Penggunan Dana BOS . Jakarta:Permendikbudristek.
44

Pidarta, 1998. Manajemen Pendidikan di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.

Ralph G. Lewis, Douglas H. Smith, Total Quality in Higher Education, (Florida :


St. Lucie Press, 1994), Hal 91.

Rizky Amelia Fajri. Pengelolaan Dana Bantuan Operasionl Sekolah (BOS). Jawa

tengah, 2015.

Solikhatun, Ismi. Analisis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah


(BOS) Pada SMK 1 Yogyakarta. Jurnal Kajian Pendidikan Akuntansi
Indonesia Edisi 5. Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.

Somantri, Manap. 2013. Perencanaan Pendidikan. Bengkulu: Penerbit IPB Pres

Sulfiati, S,A. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah


(BOS) dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Sinjai. Jurnal Ilmu
Pemerintahan. Universtas Hasanuddin, 2014.

Syaiful Sagala. Materi Pelatihan Sekolah, Manajemen Strategik dalam


Peningkatan Mutu Mutu Pendidikan. (Bandung: Alfabeta,2010) hal 34.

Umaedi, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buletin Pusat


Perbukuan Depdiknas. Jakar
45

LAMPIRAN

Panduan Wawancara

1. Apakah Anda memiliki pemahaman tentang Dana BOS (Bantuan Operasional

Sekolah)?

2. Apakah sekolah anda memiliki rencana anggaran yang jelas untuk Dana BOS?

3. Bagaimana pengalokasian penggunaan Dana BOS disekolah Anda dilakukan?

4. Apakah Anda merasa bahwa Dana BOS telah berkontribusi pada peningkatan

fasilitas pendidikan disekolah Anda?

5. Apakah Dana BOS dilkaukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti

pengadaan buku pelajaran, alat peraga, fasilitas sekolah, atau pelatihan guru?
46

6. Apakah Anda merasa bahwa anggaran Dana BOS sudah mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan disekolah?

7. Apakah terdapat evaluasi berkala terkait manfaat Dana BOS terhadap mutu

pendidikan disekolah Anda?

8. Bagaimana transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan Dana BOS

disekolah Anda?

9. Bagaimana sekolah anda melibatkan komite BOS dalam pengelolaan dana?

10. Apakah harapan anda terkait manajemen anggaran Dana BOS guna

meningkatkan mutu pendidikan untuk kedepannya?

LAMPIRAN

ANGKET PERNYATAAN/KUESIONER

ANALISIS MANAJEMEN ANGGARAN DANA BOS (BANTUAN


OPERASIONAL SEKOLAH) DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN PADA SD NEGERI 20

KABUPATEN BIREUEN

I. IDENTITAS RESPONDEN
NAMA : ________________________ Tanda Tangan

1. Umur ..............Tahun
47

2. Jenis Kelamin .......................

Laki-Laki Perempuan

3. Tingkat Pendidikan Terakhir


Sekolah Menengah Atas Diploma

S1 Pasca Sarjana

4. Masa Kerja ........ Tahun

Kami mohon Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif dan benar, karena
kuesioner ini adalah untuk penelitian tugas akhir dengan tujuan ilmiah
sehingga dibutuhkan data yang valid dan akurat. Atas bantuan dan
kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Mohon terlebih dahulu Bapak/Ibu membaca pernyataan berikut
dengan cermat sebelum mengisi.
2. Beri tanda centang (√) yang menjadi jawaban pilihan Bapak/Ibu
disalah satu penilaian yang tersedia.
3. Kuesioner ini menggunakan skala likert 5 poin (sesuai dengan kinerja
penilaian) sebagai berikut:
Petunjuk Penilaian:
Sangat Setuju (SS) =5
Setuju (S) =4
Netral (N) =3
Tidak Setuju =2
Sangat Tidak Setuju =1
PERNYATAAN

1. Manajemen (X1)

No Pernyataan STS TS N S SS
1. Perencanaan penggunaan dana BOS di
sekolah dilakukan dengan baik

2. Memiliki mekanisme pengawasan


yang efektif terkait penggunaan dana
48

BOS

3. Alokasi dana untuk kegiatan


pembelajaran, infrastruktur dengan
baik

4. Terdapat evaluasi rutin terhadap


efisiensi pengelolaan dana BOS dalam
mencapai tujuan pembelajaran

Transparansi informasi terkait


5. penggunaan dana BOS kepada orang
tua dan staf sekolah

2. Anggaran Dana BOS (X2)


No Pernyataan STS TS N S SS
Saya merasa puas dengan penggunaan
1. dana BOS di sekolah ini

2. Saya merasa anggaran dana BOS


dimanfaatkan dengan baik

3. Dana BOS memberikan dampak


positif terhadap pihak sekolah

4. Anggaran dana BOS di sekolah ini


dimanfaatkan dengan baik

5. Hanya kepala sekolah dan bendahara


saja yang berhak tau mengenai
rencana penggunaan dana BOS

3. Mutu Pendidikan (Y1)

No Pernyataan STS TS N S SS
Dana BOS sangat berperan dalam
1. meningkatkan mutu pendidikan

Mutu pendidikan di sekolah ini cukup


2.
49

baik

Mutu pendidikan yang bagus tercipta


3. dari anak-anak yang cerdas

4. Dana BOS tidak memiliki peran dalam


meningkatkan mutu pendidikan

5. Semua siswa berhak mendapatkan


mutu pendidikan yang bagus

Anda mungkin juga menyukai