Disusn Oleh :
UIN Jakarta
2023
1
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan yang merupakan syarat kelulusan mata kuliah
tersebut.
Adapun isi makalah ini mengenai dana BOS yang di dalamnya membahas tentang
berbagai masalah dalam penyelenggaraan dana BOS, sebab-akibat, hambatan-hambatan
beserta solusi yang baik terhadap keefektifan dana BOS. Dibahas secara mendetail agar
pembaca dapat dengan mudah bagaimana memahami perencanaan dana BOS.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pembuatan
makalah ini. kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada manusia
yang sempurna. Kebenaran hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami sangat
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan bimbingan-Nya serta rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
kelangsungan operasionalnya, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memberikan
dampak positif terhadap prestasi siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dana BOS dan tujuan diadakanya program BOS?
2. Apa saja faktor penghambat dalam pengelolaan program dana BOS?
3. Bagaimana mekanisme pengawasan dari program dana BOS?
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam studi kasus yang pemakalah analisis dalam jurnal “Analisis Pengelolaan
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Satuan Pendidikan Dasar di Kota
Kotamobagu” ada beberapa faktor penghambat dalam penyelenggaran program dana
BOS, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hambatan Pengawasan
Dalam penyelenggaran program dana BOS, pihak sekolah harus memiliki
komite sekolah untuk mengontrol penyaluran dana. Selain dari pihak sekolah
6
pengawasan dari Inspektorat Daerah juga perlu dilakukan secara rutin untuk
mengontrol perihal audit dan BOS. Suharsimi Arikunto (1988) mengatakan
bahwa pengelolaan adalah substantif dari mengelola sedangkan mengelola
berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana,
mengorganisasikan, melaksanakan, sampai dengan pengawasan dan
penilaian.Artinya, segala bentuk kebijakan/bantuan dari Pemerintah yang
dikelola harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam hal ini, komite
sekolah yang berfungsi sebagai pengontrol/pengawasan dalam pengelolaan
dana BOS harus ikut berperan katif dalam pengawasan program dana BOS.
Pengawasan sangat diperlukan dalam pengelolaan dana BOS, sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 16 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Nomor 80 Tahun 2015 tentang petunjuk teknis penggunaan dan
pertanggungjawaban keuangan dana BOS. Dimana pada BabVIII menjelaskan
mengenai pengawasan, pemeriksaan dan sanksi. Pengawasan pada program
BOS meliputi:
a. Pengawasan yang melekat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota kepada sekolah.
b. Pengawasan fungsional Internal yaitu pengawasan oleh Inspektorat
Jenderal Kemendikbud serta Inspektorat Daerah Propinsi dan
Kabupaten/Kota dengan melakukan audit sesuai kebutuhan lembaga
tersebut atau permintaan instansi yang akan di audit, serta sesuai
dengan wilayah kewenangan masing-masing.
c. Pengawasan oleh BPKP yaitu dengan melakukan audit atas permintaan
instansi yang akan di audit.
d. Pemeriksaan oleh BPK yaitu sesuai dengan kewenangan.
e. Pengawasan masyarakat, dalam rangka transparansi pelaksanaan
program BOS oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan
masyarakat yang terdapat di sekolah, Kabupaten/Kota, Propinsi, dan
Pusat mengacu pada kaedah keterbukaan informasi publik, yaitu semua
dokumen BOS dapat di akses oleh publik kecuali yang dirahasiakan.
7
Kontrak hubungan antara Stewards dan principals atas dasar kepercayaan
(amanah= trust), bertindak kolektif sesuai dengan tujuan organisasi, sehingga
model yang sesuai pada kasus organisasi sektor publik adalah Stewardship
theory. Teori ini merupakan penata layanan dimana kaitannya terhadap
organisasi didalam kepemerintahan. Dalam hal ini dapat menjadi hambatan
apabila kekurangan sumber daya untuk mengelola keuangan dana BOS. Yusuf
(2015) mendefinisikan sumber daya sebagai alat untuk mencapai tujuan atau
kemampuan memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang
ada.Perkataan sumber daya (resources) merefleksikan apprasial
manusia.Sumber daya merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan
apprasial manusia dan berhubungan dengan suatu fungsi atau operasi.Sumber
daya manusia meliputi seluruh individu yang terlibat dalam organisasi dan
masing-masing memiliki peran dan fungsi tersendiri dalam pencapaian tujuan
organisasi. Dalam upaya mengatasi hambatan sumber daya disini mungkin
lebih ke sumber daya manusianya lebih dahulu.Silalahi (2015: 242)
menyatakan SDM merupakan elemen penting dan merupakan aset terpenting
dari organisasi dibanding dengan elemen lainnya.Manusia dalam organisasi
memiliki peran dan fungsi penting bagi terwujudnya tujuan
organisasi.Manusia yang membuat sumber-sumber lain dari suatu organisasi
bekerja dan membuat organisasi bergerak.
3. Hambatan Komunikasi
Komunikasi merupakan proses yang menghubungkan berbagai
komponen-komponen dari berbagai organisasi secara bersama baik secara
vertikal maupun horizontal dan diagonal. Komunikasi berlangsung didalam
dan di antara unit-unit organisasi sehingga organisasi menjadi dinamis.dan
dalam organisasi, komunikasi mempengaruhi setiap individual yang bekerja
untuk organisasi (Silalahi, 2015:270).
Silalahi(2015:274- 275) menyatakan komunikasi penting karena
fungsinya dalam organisasi. Pegawai menetapkan tujuan-tujuan spesifik,
bekerja untuk memenuhi tujuan tersebut dan menerima balikan tetang progres
terhadap tujuan-tujuan itu.Untuk komunikasi diperlukan karena dapat
berfungsi sebagai :
a. Fungsi kontrol. Melalui komunikasi dapat dikontrol perilaku atau
kegiatan anggota kelompok dengan cara tertentu.
8
b. Fungsi motivasi. Melalui komunikasi dapat ditingkatkan komunikasi
pegawai dengan menjelaskaapa yang harus dikerjakan, seberapa baik
yang mereka kerjakan dan apa yag dapat dikerjakan untuk
meningkatkan kinerja mereka.
c. Fungsi ekspresi emosi. Melalui komunikasi tiap anggota dapat
mengungkapkan perasaan mereka, seperti rasa puas atau tidak puas dan
pemenuhan sosial kebutuhan mereka.
d. Fungsi informasi. Komunikasi menyampaikan informasi dari pimpinan
ke bawahan atau sebaliknya.Fungsi ini juga memberi petunjuk,
pedoman atau informasi yang diperlukan oleh pimpinan atau bawahan.
Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi dan pengetahuan
terutama yang berhubungan dengan pekerjaan atau pelaksanaan tugas
dari seseorang kepada orang lain sehingga pekerjaan dapat dijalankan
secara benar dan kerjasama tercipta.
e. Fungsi komando. Melalui komunikasi atasan memberi instruksi
pelaksanaan tugas-tugas tentang apa yang harus dikerjaka kepada
bawahan. Komunikasi mendorong dan mengarahkan pegawai untuk
melakukan pekerjaan.
f. Fungsi integratif. Melalui komunikasi dapat diintegrasikan pekerjaaan
dan unit-unit sehingga antara karyawan dan manajer menunjukkan
kepaduan (cohesiveness).Disamping itu komunikasi membantu
memelihara hubungan sosial orgaisasional dan membangun
kebersamaan orang-orang yang melakukan kerjasama.
Jika dikaitkan dengan teori Edward III dalam Tahir (2014) dapat
disimpulkan bahwa implementasikan kebijakan dapat berjalan secara
efektif, apabila yang harus bertanggungjawab terhadap implementasi
sebuah kebijakan mengetahui apa yang dilakukannya dan perintah untuk
mengimplementasikan kebijakan harus disampaikan secara jelas, akurat
dan konsisten kepada orang-orang yang mampu.
9
yang pendukung lainnya, menutup kesempatan, menciptakan kebingungan,
menggiring kebijakan bukan kepada tujuan dan mengakibatkan fungsi-fungsi
yang penting lainnya menjadi terlupakan. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, struktur birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas
operasi yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan
ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam
berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang
sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
10
a. Pengalokasian dana tidak didasarkan pada kebutuhan sekolah tapi pada
ketersediaan anggaran. Hendaknya pengalokasian dana didasarkan pada
kebutuhan sekolah, agar tidak terjadi saling tumpang tindih antara kebutuhan
dengan anggaran yang disediakan. Adakalanya sekolah yang kebutuhannya
sedikit, dan ada sekolah yang kebutuhannya banyak. Jika anggaran semua
sekolah sama, di sekolah yang kebutuhannya sedikit akan memancing
timbulnya korupsi karena anggaran yang berlebih, sedangkan di sekolah yang
kebutuhannya banyak akan tetap mengalami kekurangan karena kebutuhannya
tidak terpenuhi.
b. Alokasi dana BOS ‘dipukul rata’ untuk semua sekolah di semua daerah, pada
tiap sekolah memiliki kebutuhan dan masalah berbeda.
c. Korupsi dana pada tingkat pusat (Kemendiknas) terutama berkaitan dengan
dana safe guarding.
d. Dinas pendidikan meminta sodokan atau memaksa sekolah untuk membuat
pengadaan barang kepada perusahaan tertentu yang sudah ditunjuk dinas.
e. Kepala sekolah menggunakan dana BOS untuk kepentingan pribadi melalui
penggelapan, mark up, atau mark down.
f. Uang yang dikeluarkan oleh orang tua murid cenderung bertembah mahal
walaupun sudah ada dana BOS.
11
Penulis berpendapat, cara penyelewengan dana BOS yang paling bisa terjadi adalah
melalui setoran awal kepada dinas sebelum dana BOS dicairkan atau didalam sekolah
itu sendiri berhubung sekolah tidak melakukan kewajiban mengumumkan APBS
(Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) pada papan pengumuman sekolah. Selain itu,
penyusunan APBS terutama pengelolaan dana bersumber dari BOS kurang
melibatkan partisipasi orang tua murid. Akhirnya, kebocoran dana BOS di tingkat
sekolah tidak dapat dihindari. Serta dokumen SPJ (Surat Pertanggungjawaban) dana
BOS yang kurang atau bahkan tidak dapat diakses oleh publik apabila ada kebutuhan
informasi atau kejanggalan dalam pengelolaan dana BOS.
E. Solusi Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan dana BOS memang sudah
banyak disinyalir di beberapa tempat, namun tentunya juga hal ini tidak bisa
digeneralisasikan di semua tempat dan kondisi penyalahgunaan wewenang tersebut
terjadi, namun jika dilihat dari segi peluang atau kesempatan, banyak sekali peluang
yang bisa digunakan oleh oknum untuk bisa melakukan penyelewengan. Oleh karena
itu hal yang paling penting adalah meminimalisir kesempatan dan peluang supaya
tidak bisa terjadi dan tidak ada kesempatan oknum untuk keluar dari aturan yang
sudah berlaku.
Menghapuskan kebijakan pendidikan yang bersubsidi jelas bukan menjadi
solusi, karena memang pada intinya pendidikan adalah kebutuhan primer yang harus
terpenuhi, dan juga Undang-Undang kita telah mengamanatkan untuk memberikan
layanan gratis untuk pendidikan dasar. Oleh karena itu, penghapusan sama sekali
kebijakan BOS bukan merupakan solusi bagi kemelut pengelolaan dana BOS.
Namun, setidaknya ada beberapa langkah yang kemungkinan bisa diambil oleh
pemerintah untuk menanggulangi permasalahan ini diantaranya :
12
ini, hal ini terbukti dengan beberapa sekolah yang tidak menerima dana BOS, tapi
tetap menjual kualitas kepada customernya.
Peninjauan kembali bukan berarti penghapusan program, tapi pembaharuan
design program BOS bisa menjadi solusi. Bisa saja pemerintah mengatur kembali
pendanaan untuk sekolah yang sudah maju secara financial dan juga aturan yang
khusus untuk warga Negara yang sudah tidak layak untuk mendapatkan subsidi.
2. Dana Berkeadilan
Adil bukan berarti sama rata, bisa saja besaran antara yang satu dengan yang
lainnya berbeda, tapi secara teknis dan hakikatnya besaran itu bisa mencukupi serta
bisa digunakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu dana yang berkeadilan
sudah saatnya diberlakukan untuk pengelolaan subsidi pendidikan. Tidak sepantasnya
peserta didik yang orang tuanya mampu secara financial, tapi masuk dan bersekolah
di sekolah yang mendapatkan subsidi dari pemerintah, sehingga disini dibutuhkan
peran serta dari sekolah untuk benar-benar mendata peserta didik yang layak
disubsidi.
Jika dana berkeadilan ini benar-benar diterapkan dalam system pengelolaan
dana subsidi pendidikan, bisa saja kedepan orang tua akan beranggapan jika dia
tergolong kedalam warga yang layak mendapatkan subsidi maka dia harus
menyekolahkan anaknya pada sekolah bersubsidi, sedangkan untuk warga yang tidak
masuk kedalam kategori layak subsidi menyekolahkan anaknya ke sekolah yang tidak
bersubsidi. Sehingga konsentrasi dana akan benar-benar terarahkan untuk peningkatan
kualitas pendidikan, dan tidak ada kesenjangangn kualitas antara sekolah yang
bersubsidi dengan sekolah yang tidak bersubsidi. Namun tentunya dana berkeadilan
ini dibutuhkan sifat manusia Indonesia yang baik, tidak mendahulukan ego dalam
bertindak dan sadar akan kepentingan umum atau social.
3. Pengawasan yang Efektif dan Efisien
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen atau administrasi.
Pengawasan merupakan tindakan yang berfungsi untuk memperhatikan kondisi yang
terjadi di lapangan dengan kondisi yang diharapkan dari pembuat kebijakan.
Kebijakan subsidi pendidikan yang tertuang dalam program BOS sudah seharusnya
mendapatkan pengawasan yang baik dari pemerintah, karena ini merupakan program
atau kebijakan pemerintah, sehingga perhatian untuk proses pengawasan pun harus
diperhatikan. Selama ini pengawasan yang terjadi pada pengelolaan dana BOS cukup
pada tataran pelaporan saja, sedangkan implementasi kenyataan di lapangan masih
13
kurang, pihak pengawas, kantor dinas atau pemerintah, merasa cukup dengan laporan
yang ada diatas kertas saja, padahal jika dilihat di lapangan, belum tentu sesuai
dengan apa yang ada dalam laporan, sehingga disini benar-benar dibutuhkan
pengawasan yang efektif dan efisien untuk menanggulangi penyalahgunaan
wewenang dalam penggunaan dana BOS. Pengawsan melekat dan pengefektifan
tenaga pengawasan yang ada bisa jadi menjadi solusi bagi pengawasan yang efektif.
4. Pendampingan Dari Ahli Yang Kompeten
Tidak sedikit juga sekolah yang melakukan kesalahan dan penyelewengan
tidak dengan sengaja, ada juga factor ketidktahuan, atau ketidaksengajaan, sehingga
oleh oknum-oknum pendidikan diperdaya dan disalahgunakan. Oleh karena itu,
pendampingan dari ahli yang kompeten bisa menjadi solusi untuk masalah ini. Ahli
yang dimaksud bukan hanya professor atau dosen dari ahli keuangan, tapi minimal
orang atau lembaga social yang faham pengelolaan pendidikan, sehingga pemahaman
terhadap pengelolaan pendidikan akan menajdi dasar yang kuat bagi teknis
pelaksanaan pengelolaan dana BOS. Hal ini dikarenakan untuk mengelola dana
sebesar ini dibutuhkan beberapa kompetensi yang utama, disamping tentunya
kompetensi manajerial.
Pendampingan bisa saja dari mahasiswa administrasi pendidikan, atau
lembaga social lainnya yang bisa ikut mengawal dan menjadi mitra pendamping bagi
sekolah. Hal ini bisa saja menekan penyalahgunaan dan ketidak tepatan penggunaan
dana BOS di sekolah, terlebih lagi di daerah yang kemampuan guru dan tenaga
kependidikan lainnya relatif berbeda dengan sekolah lain.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
bisa menjadi pendamping utama dan ikut membantu dalam mengarahkan, hal ini
dikarenakan kurangnya tenaga profesioanal terkait administrasi dan manajemen
sekolah yang ada di sekolah.
16
Daftar Pustaka
17
18