MAKALAH
DISUSUN OLEH :
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
membimbing manusia melalui petunjuk-petunjuk-Nya sebagaimana yang terdapat
pada Al-Qur’an dan sunnah, petunjuk menuju ke jalan yang lurus dan jalan yang
diridhoi-Nya. Syukur Alhamdulillah dapat menyelesaikan makalah ini.
Selanjutnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari makalah ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan makalah berikutnya. Terlepas dari kekurangan makalah ini,
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
para pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah investasi jangka panjang bagi setiap negara,
maju tidaknya sebuah negara di masa yang akan datang dapat di ukur dari
seberapa baiknya pendidikan yang sedang berlangsung di negara tersebut, maka
dapat dikatakan bahwasannya pendidikan merupakan salah satu alat untuk
mencapai cita-cita bagi sebuah negara, begitu juga bagi negara Indonesia yang
cita-citanya telah terpampang jelas pada dasar negaranya yaitu menjadi negara
yang berketuhanan, berkemanusiaan, berkesatuan, berdemokrasi, dan berkeadilan
sosial, dalam memperjuangkan cita-cita negara Indonesia tersebut jelas
membutuhkan segenap komponen bangsa yang mampu mengemban amanat
kelima dasar negara tersebut, dan salah satu jalan yang dapat di tempuh negara
untuk melahirkan generasi yang dapat di andalakan adalah dengan cara
memberikan mereka semua pendidikan yang terbaik dan terjangkau bagai seluruh
elemen masyarakat (Suprapti, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa tantangan pengelolaan pembiayaan pendidikan?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam pendanaan pendidikan?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam menghadapi pengelolaan pembiayaan
pendidikan di masa depan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tantangan pembiayaan dalam pendidikan.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pendanaan pembiayaan
pendidikan di masa depan.
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah menghadapi tantangan
peneglolaan pendidikan di masa depan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Pendidikan
Pengertian Pembiayaan Pendidikan Secara bahasa, biaya (cost)
dapat diartikan sebagai pengeluaran. Menurut Sudarmono (2020), “Dalam
istilah ekonomi, biaya/pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter
lainnya. Pembiayaan merupakan pendanaan yang diberikan oleh pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan oleh
sendiri maupun oleh suatu lembaga. Pembiayaan juga bisa dikatakan
sebagai pendanaan yang di keluarkan untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan dengan tujuan tertentu. Pembiayaan merupakan suatu
komponen penting yang secara langsung dapat menunjang efektivitas dan
efisiensi pengelolaan pendidikan” (Sudarmono dkk., 2020).
Berikut ini adalah beberapa pengertian pembiayaan pendidikan.
Pertama, pembiayaan pendidikan adalah segala kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah atau swasta dalam memperoleh sumber dana dan
menggunakannya untuk membiayai kegiatan pendidikan. Kedua,
pembiayaan pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengelolaan
sumber daya untuk membiayai kegiatan-kegiatan pendidikan. Ketiga,
pembiayaan pendidikan merupakan sumber daya keuangan yang
diperlukan untuk menggerakkan dan memelihara kegiatan pendidikan
secara optimal (Hastina dkk., 2020).
Dari beberapa pengertian itu, kita dapat menyimpulkan bahwa
pembiayaan pendidikan merupakan segala suatu kegiatan yang berkaitan
dengan pengumpulan dan pengelolaan sumber daya keuangan yang
diperlukan dalam rangka menggerakkan dan memelihara kegiatan-
kegiatan pendidikan, agar terwujud kegiatan pendidikan yang optimal.
B. Jenis-Jenis Biaya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
1. Biaya Langsung (Direct Cost) dan Biaya Tidak Langsung (Indirect
Cost) Menurut Sopiali (2018), “Biaya langsung (direct cost) diartikan
sebagai pengeluaran uang yang secara langsung membiayai
penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Biaya yang secara langsung menyentuh aspek dan
proses pendidikan, contohnya: Biaya-biaya untuk gaji guru dan
pengadaan fasilitas belajar mengajar. Biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa
berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi,
gaji guru baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun
siswa sendiri”(Sopiali, 2018). Adapun biaya tidak langsung atau
indirect cost menurut Sudarmono (2020) dimaknai sebagai “biaya yang
umumnya meliputi hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang
mengikuti pendidikan (earning foregone by students), bebasnya beban
pajak karena sifat sekolah yang tidak mencari laba (cost pf tux
exemption), bebasnya sewa perangkat sekolah yang tidak
dipergunakan secara langsung dalam proses penyelenggaraan
pendidikan serta penyusutan sebagai cermin penggunaan perangkat
sekolah yang sudah lama dipergunakan (implicit rent and
depreciation)”(Sudarmono dkk., 2020).
2. Biaya Rutin dan Biaya Pembangunan (Recurrent and Capital Cost)
Biaya rutin dan pembangunan merupakan bagian dari biaya langsung
(direct cost). Biaya rutin (recurrent cost) merupakan biaya yang
digunakan untuk menopang kegiatan operasional pendidikan selama
satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang
pelaksanaan program pengajaran, pembayaran gaji guru dan personil
sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan sarana dan
prasarana. Biaya rutin dihitung berdasarkan “per student enrolled”.
Biaya rutin dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: rata-rata gaji
guru per tahun, ratio guru, murid dan proporsi gaji guru terhadap
keseluruhan biaya rutin. Biaya pembangunan (capital cost) adalah
biaya yang digunakan untuk pembelian tanah, pembangunan ruang
kelas, perpustakaan, lapangan olahraga, konstruksi bangunan,
pengadaan perlengkapan mobelair, biaya penggantian dan perbaikan.
Menurut Gaffar, biaya pembangunan dihitung atas dasar “per student
place”. Menurutnya dalam menghitung biaya pembangunan ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu: tempat yang
menyenangkan untuk murid belajar, biaya lokasi atau tapak (site), dan
biaya perabot dan peralatan.
3. Biaya Pribadi dan Biaya Masyarakat (Private and Social Cost) Biaya
pribadi (private cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga
untuk membiayai sekolah anaknya dan termasuk di dalamnya forgone
opportunities. Dalam kaitan ini Jones mengatakan “in the context of
education these include tuitions, fees and other expenses paid for by
individuals”. Dengan kata lain biaya pribadi adalah (di dalamnya
termasuk biaya pribadi). Dalam kaitan ini Jones mengatakan
“Sometimes called public cost, the include cost of educations financed
through taxation. Most public school expenses are examples of social
costs”. Dengan kata lain biaya masyarakat adalah biaya sekolah yang
dibayar oleh masyarakat. Biaya pribadi adalah jenis biaya yang masih
sering dikeluhkan masyarakat Indonesia berkaitan dengan biaya yang
harus dikeluarkan oleh orang tua peserta didik.
4. Monetary Cost dan Non Monetery Cost Monetary cost adalah semua
bentuk pengeluaran dalam bentuk uang baik langsung maupun tidak
langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan. Sedangkan non
monetery cost adalah semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam
bentuk uang, meskipun dapat dinilai ke dalam bentuk uang, baik
langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan
pendidikan, misalnya materi, waktu, tenaga, dan lain-lain.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, di Indonesia tidak secara spesifik menyebutkan tentang
jenis-jenis pembiayaan pendidikan. Akan tetapi, terdapat beberapa ketentuan
dalam undang-undang tersebut yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan, di
antaranya adalah sebagai berikut;
1. Pemerintah bertanggung jawab untuk membiayai penyelenggaraan
pendidikan dasar dan menengah secara penuh atau sebagian sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pemerintah dapat memberikan bantuan keuangan kepada masyarakat yang
membutuhkan untuk membiayai pendidikan dasar dan menengah.
3. Pemerintah dapat memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi
atau memerlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
4. Perguruan tinggi dapat memungut biaya pendidikan dari mahasiswa. Akan
tetapi, biaya tersebut harus wajar dan tidak diskriminatif.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan pendidikan dapat berasal dari pemerintah, masyarakat, atau lembaga
perguruan tinggi. Selain itu, terdapat juga program bagi siswa yang berprestasi
atau memerlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
BAB III
METODOLOGI
Dalam tim ini dibagi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Wakil Kepala
bagian sarana prasarana misalnya, akan membuat draf anggaran berapa jumlah
sarana prasarana yang dibutuhkan dalam satu tahun serta berapa jumlah dana yang
dibutuhkan, kemudian dibawa ke tim yang akan dipertimbangkan berapa sarana
prasarana yang akan diutamakan dan berapa biaya yang dianggarkan sesuai
dengan sumber dana yang ada.
Proses perencanaan pembiayaan sesuai dengan pendapat Cann dalam
penelitiaanya yang berjudul Policy Venues and Policy Change: The Case of
Education Finance Reform mengemukakan bahwa kebijaksanan hasil reformasi
keuangan di rancang oleh pihak-pihak yang berkepentingan yaitu melalui
pengadilan, legeslatif dan pemilihan atau referendum. Semua pihak terkait bekerja
sama untuk merencanakan reformasi kebijakan dalam tahun tertentu kemudian
dianalisis secara menyeluruh untuk menentukan kebijakan yang akan digunakan.
Setelah menentukan kebijakan yang akan dilakukan maka akan dianalisis dan
didiskusikan hasilnya kemudian dikembangkan.
2. Pelaksanaan Anggaran
Pengeluaran pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka menunjukkan bahwa
penggunaan keuangan sekolah harus berdasarkan proposal kegiatan yang sesuai
dengan RKAS di masukkan ke bagian terkait. Bagian Terkait mohon ijin dan
pemberitahuan kepada kepala sekolah untuk diteliti dan merekomendasikan ke
bagian keuangan. Suatu kegiatan direkomendasikan atau tidak oleh kepala sekolah
tergantung kebijaksanaan kepala sekolah dengan mempertimbangkan RKAS yang
telah ditetapkan. Pembiayaan merupakan bagian dari kegiatan sekolah yang harus
dilakukan dengan hati-hati. Mewujudkan pembiayaan yang efektif dan efisien
bukan masalah yang mudah. Bagian keuangan harus dapat menghemat semua
pengeluaran dana Dana yang dikeluarkan harus sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dalam RKAS. Kebutuhan yang ada di RKAS jika dirasa perlu
untuk direvisi maka direvisi, atau bahkan ditunda atau dibatalkan.Tidak semua
anggaran yang diajukan dapat terlaksana, karena kepala sekolah harus
mempelajari setiap anggaran yang ada, jika terlalu besar maka harus dikurangi,
jika terlalu kecil maka perlu ditambah atau bahkan di tunda atau dibatalkan.
Kebijaksanaan tersebut dijalankan dengan tujuan untuk menghemat anggaran.
A. Kesimpulan
Pembiayaan pendidikan yang dijamin oleh pemerintah menjadi faktor
penting dalam menjamin mutu pendidikan. Meskipun faktor pembiayaan bukan
menjadi satu-satunya faktor keberhasilan. Namun tanpa adanya pembiayaan yang
mencukupi, maka cita-cita untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas tetap
menjadi angan-angan. Oleh karena itu, dana pendidikan yang disiapkan oleh
pemerintah mesti dikelola dengan baik, dilakukan secara efektif dan efisien pada
tingkat pusat sampai tingkat satuan pendidikan, sehingga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Pengelolaan pembiayaan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Maka pembiayaan pendidikan menggunakan model sebagai berikut:
a. Penyusunan anggaran yang baik akan membantu dalam pengelolaan
pembiayaan sehingga mutu pendidikan di sekolah semakin meningkat.
b. Pengelolan pembiayaan di sekolah meliputi pengelolaan sumber dana dan
pengelolaan alokasi dana.
c. Pengelolaan pembiayaan harus dapat dipertanggungjawabkan , transparan,
efektif dan efisien.
Transparansi dalam pengelolaan pembiayaan akan meningkatkan
kepercayaan dari orang tua, masyarakat, yayasan dan pemerintah dalam
penyelenggaraan seluruh program sekolah.
Pengelolaan pendanaan pendidikan harus dilakukan secara transparan
dan akuntabel untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul digunakan secara
efektif.
Tantangan dalam Pendanaan pembiayaan Pendidikan antara lain
sebagai berikut.
a. Kurangnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah.
b. Kesenjangan sosial yang mengakibatkan beberapa kelompok masyarakat
sulit untuk mengakses pendidikan.
c. Kurangnya akses terhadap teknologi dan infrastruktur pendidikan.
d. Tingginya biaya pendidikan di beberapa negara.
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
tantangan dalam pembiayaan pendidikan antara lain (Maula dkk.,
2023):
a. Meningkatkan anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh pemerintah.
b. Meningkatkan akses pendidikan untuk kelompok masyarakat yang
kurang mampu
c. Memperkuat kemitraan antara pemerintah, swasta, dan organisasi
internasional dalam mendanai pendidikan.
d. Meningkatkan penggunaan teknologi dalam pendidikan untuk
memperbaiki akses dan kualitas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hastina, H., Safiltri, D. A., Ramadhan, R., & Andika, A. (2020).
ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN TERKAIT AKUNTABILITAS
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN. JURNAL MAPPESONA, 3(2), Art. 2.
Pemerintah Pusat. (2003). UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL.
Sopiali, A. A. (2018). TEORI DAN KONSEP DASAR
PEMBIAYAAN (COST) DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Rencana,
Organisasi,Pelaksanaan,dan Pengawasan). Intelegensia : Jurnal Pendidikan
Islam, 6(2), Art. 2.
Sudarmono, S., Hasibuan, L., & Us, K. A. (2020). PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN. JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU
SOSIAL, 2(1), 266–280.