Anda di halaman 1dari 22

TANTANGAN PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DI MASA DEPAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Menyusun Tugas Terstruktur


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rochanda Wiradinata, MP
Mata Kuliah Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

DISUSUN OLEH :

RISTI UTAMI DEWI : 2286010002


KOMALA DEWI : 2286010010
MASYRIFAH AINAL HAQ : 2286010014
FAUZIYAH PROKTAMA RESI : 2286010015
SUSMIYATI : 2286010016
RAIE FANY HERMANSYAH : 2286010019

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
membimbing manusia melalui petunjuk-petunjuk-Nya sebagaimana yang terdapat
pada Al-Qur’an dan sunnah, petunjuk menuju ke jalan yang lurus dan jalan yang
diridhoi-Nya. Syukur Alhamdulillah dapat menyelesaikan makalah ini.

Selanjutnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari makalah ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan makalah berikutnya. Terlepas dari kekurangan makalah ini,
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
para pembaca pada umumnya.

Cirebon, Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah investasi jangka panjang bagi setiap negara,
maju tidaknya sebuah negara di masa yang akan datang dapat di ukur dari
seberapa baiknya pendidikan yang sedang berlangsung di negara tersebut, maka
dapat dikatakan bahwasannya pendidikan merupakan salah satu alat untuk
mencapai cita-cita bagi sebuah negara, begitu juga bagi negara Indonesia yang
cita-citanya telah terpampang jelas pada dasar negaranya yaitu menjadi negara
yang berketuhanan, berkemanusiaan, berkesatuan, berdemokrasi, dan berkeadilan
sosial, dalam memperjuangkan cita-cita negara Indonesia tersebut jelas
membutuhkan segenap komponen bangsa yang mampu mengemban amanat
kelima dasar negara tersebut, dan salah satu jalan yang dapat di tempuh negara
untuk melahirkan generasi yang dapat di andalakan adalah dengan cara
memberikan mereka semua pendidikan yang terbaik dan terjangkau bagai seluruh
elemen masyarakat (Suprapti, 2014).

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia senantiasa terjadi perubahan,


perubahan tersebut terjadi baik pada bidang manajerial maupun administrasinya,
reformasi administrasi dan manajemen ini memiliki tujuan untuk
menyempurnakan sistem dari kedua komponen di atas, sehingga performa dari
setiap individu, kelompok dan institusi dapat meningkat, aktualisasi reformasi
administrasi dan manajemen dalam pendidikan dapat berupa pembuatan
perubahan inovatif pada kebijakan dan program yang direncanakan, peningkatan
efektivitas pengadministrasian, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang
berujung pada peningkatan kinerja, dan melakukan antisipasi terhadap tantangan-
tantangan yang mungkin terjadi baik dari dam ataupun dari luar institusi (Tolla,
2013).

Peran pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan pada setiap daerah


ini juga mencakup kewenangan dalam mengatur pembiayaan pendidikan,
pembiayaan pendidikan merupakan sebuah aktivitas yang berkenaan dengan
perolehan dana (pendapatan) yang diterima, dan bagaimana pemanfaatan dana
tersebut untuk membiayai segala keperluan dalam pelaksanaan program-program
pendidikan (pageluaran), sumber pembiayaan pendidikan yang di terima oleh
setiap lembaga pendidikan adalah dari Anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN), Anggaran belanja dan pendapatan daerah (APBD), juga dari iuran
masyarakat atau orang tua.

Menurut Winarsih (2013) pembiayaan pendidikan merupakan komponen


terpenting dalam pelaksanaan program pendidikan, segala sumber pendapatan
pembiayaan pendidikan perlu di hitung dan dikelola dengan baik demi
keberlangsungan program pendidikan pada masing-masing lembaga/sekolah,
dengan adanya otonomi daerah dan otonomi pendidikan yang menjadikan
pembiaayaan pendidikan menjadi tanggung jawab setiap daerah, tangguh jawab
ini meliputi seluruh sektor pendiikan dari tingkat dasar hingga tingkat menengah,
SD hingga SMA, pemerintah daerah berhak mengurus hampir seluruh komponen
pendidikan di daerahnya masing-masing Kecuali kurikulum yang menjadi
wewenang pemerintah pusat. Dengan Otonomi daerah yang juga berdampak pada
tata kelola pendidikan ini, maka di butuhkan sebuah tatanan dan konsep baru bagi
segala aspek dalam pengelolaan program pendidikan, setiap daerah
berkesempatan untuk mengembangkan pendidikan di daerahya sesuai dengan
potensi dan kebutuhan masyarakatnya, karena sesungguhnya output dari lembaga
pendidikan adalah untuk di kembalikan kepada masyarakat.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa desentralisasi pendidikan ini juga


melahirkan permasalahan-permasalahan baru terutama dalam masalah
penyelenggaraan pembiayaan pendidikan, permasalahan ini timbul karena konsep
pembiayaan pendidikan yang belum tersusun dengan baik, maka di harapkan
dengan adanya penyerahan wewenang ini, setiap daerah memiliki rencana konsep
program pendidikan yang akan mereka jalankan demi mensukseskan pendidikan
pada taraf nasional nantinya, termasuk pengkonsepan masalah pembiayaan
pendidikan, sehingga setiap daerah dapat mengelola pembiayaan pendidikan di
daerahnya dengan baik dan berhasil mendapatkan kentungan berupa kecukupan
biaya dan keberhasilan menjalankan program-programnya

Berbagai tantangan dan kendala dihadapi pada pengelolaan pendidikan


dari mulai teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan telah terjadi sampai hari ini.
Semakin beratnya tantangan dalam dunia pendidikan kedepan, hal tersebut
menuntut agar para pengelola pendidikan lebih profesional dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya. Untuk memudahkan dalam pengelolaannya, maka
pemerintah menetapkan dana pendidikan sebesar 20% dari APBN/APBD sebagai
bukti keseriusan pemerintah dalam memajukan mutu pendidikan Indonesia.

Pembiayaan pendidikan yang dijamin oleh pemerintah menjadi faktor


penting dalam menjamin mutu pendidikan. Meskipun faktor pembiayaan bukan
menjadi satu-satunya faktor keberhasilan. Namun tanpa adanya pembiayaan yang
mencukupi, maka cita-cita untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas tetap
menjadi angan-angan. Oleh karena itu, dana pendidikan yang disiapkan oleh
pemerintah mesti dikelola dengan baik, dilakukan secara efektif dan efisien pada
tingkat pusat sampai tingkat satuan pendidikan, sehingga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Pada tingkat satuan pendidikan,
masalah yang kerap kali muncul adalah ketepatan dana tersebut untuk
dialokasikan ke dalam program-program untuk peningkatan mutu sekolah. Hal ini
memerlukan perhatian semua pihak demi ketercapaian tujuan pendidikan. Sebab
tanpa adanya proses kerjasama antar semua komponen sekolah mulai dari guru,
pegawai, kepala sekolah, komite sekolah, pengawas, dan sebagainya, tujuan
pendidikan tidak akan tercapai.

Satuan Pendidikan adalah tempat terbaik untuk mendidik generasi penerus


bangsa. Sekolah merupakan Kawah Candradimuka untuk menempa pribadi
peserta didik menjadi pribadi yang utuh. Pribadi yang bertaqwa, berakhlak,
berbudi pekerti luhur dan berintegritas. Pendanaan pendidikan merupakan hal
yang penting dalam memastikan keberlangsungan dan kualitas pendidikan di
suatu negara.

Mengingat hal tersebut, penulis melihat faktor manajemen pembiayaan


sangat penting dalam keberlangsungan satuan pendidikan ke depan. Dengan
adanya penerapan pengelolaan pembiayaan yang efektif dan efisien, maka suatu
sekolah akan memiliki tujuan dan arah yang jelas demi pengembangan sekolah.
Pengelolaan pembiayaan di sekolah menghadapi banyak tantangan dalam
implementasinya yang penyebabbya tidaklah tunggal, misalnya soal terbatasnya
anggara sehingga keterbatasan sekolah memenuhi kebutuhan untuk meny ediakan
sumber daya yang memadai seperti buku-buku pendukung, saranaprasarana
sekolah, dan perlengkapan pendidikan.

Pemahaman dan keterampilan manajerial yang masih lemah karena tidak


semua staf di sekolah memiliki pemahaman dan keterampilan manajerial yang
memadai untuk mengelola keuangan dengan efektif, termasuk perencanaan
anggaran, pengawasan pengluaran, dan pelaporan keuangan. Persoalan
transparansi dan akuntabilitas di sekolah dapat menyebabkan munculnya potensi
penyalahguanaan dana atau ketidakjelasan mengenai cara dana sekolah
diterapkan.

Perubahan kebutuhan pendidikan hari ini seringkali membutuhkan


pengelolaan keuangan yang fleksibel untuk bisa memastikan bahwa sumber daya
dapat dialokasikan sesuai dengan prioritas pendidikan yang berkembang.
Perkembangan teknologi dan informasi yang tidak semua satuan pendidikan siap
menghadapinya menjadi tantangan tersendiri dalam implementasi teknologi yang
memadai sehingga dapat membantu dalam pemantauan dan pelaporan keuangan
secara lebih efisien. Latar belakang persoalan yang dipaparkan, penulis tertarik
untuk mengangkat judul “Tantangan Pengelolaan Pembiayaan di Masa Depan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tantangan pengelolaan pembiayaan pendidikan?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam pendanaan pendidikan?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam menghadapi pengelolaan pembiayaan
pendidikan di masa depan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tantangan pembiayaan dalam pendidikan.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pendanaan pembiayaan
pendidikan di masa depan.
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah menghadapi tantangan
peneglolaan pendidikan di masa depan.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Pendidikan
Pengertian Pembiayaan Pendidikan Secara bahasa, biaya (cost)
dapat diartikan sebagai pengeluaran. Menurut Sudarmono (2020), “Dalam
istilah ekonomi, biaya/pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter
lainnya. Pembiayaan merupakan pendanaan yang diberikan oleh pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan oleh
sendiri maupun oleh suatu lembaga. Pembiayaan juga bisa dikatakan
sebagai pendanaan yang di keluarkan untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan dengan tujuan tertentu. Pembiayaan merupakan suatu
komponen penting yang secara langsung dapat menunjang efektivitas dan
efisiensi pengelolaan pendidikan” (Sudarmono dkk., 2020).
Berikut ini adalah beberapa pengertian pembiayaan pendidikan.
Pertama, pembiayaan pendidikan adalah segala kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah atau swasta dalam memperoleh sumber dana dan
menggunakannya untuk membiayai kegiatan pendidikan. Kedua,
pembiayaan pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengelolaan
sumber daya untuk membiayai kegiatan-kegiatan pendidikan. Ketiga,
pembiayaan pendidikan merupakan sumber daya keuangan yang
diperlukan untuk menggerakkan dan memelihara kegiatan pendidikan
secara optimal (Hastina dkk., 2020).
Dari beberapa pengertian itu, kita dapat menyimpulkan bahwa
pembiayaan pendidikan merupakan segala suatu kegiatan yang berkaitan
dengan pengumpulan dan pengelolaan sumber daya keuangan yang
diperlukan dalam rangka menggerakkan dan memelihara kegiatan-
kegiatan pendidikan, agar terwujud kegiatan pendidikan yang optimal.
B. Jenis-Jenis Biaya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
1. Biaya Langsung (Direct Cost) dan Biaya Tidak Langsung (Indirect
Cost) Menurut Sopiali (2018), “Biaya langsung (direct cost) diartikan
sebagai pengeluaran uang yang secara langsung membiayai
penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Biaya yang secara langsung menyentuh aspek dan
proses pendidikan, contohnya: Biaya-biaya untuk gaji guru dan
pengadaan fasilitas belajar mengajar. Biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa
berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi,
gaji guru baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun
siswa sendiri”(Sopiali, 2018). Adapun biaya tidak langsung atau
indirect cost menurut Sudarmono (2020) dimaknai sebagai “biaya yang
umumnya meliputi hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang
mengikuti pendidikan (earning foregone by students), bebasnya beban
pajak karena sifat sekolah yang tidak mencari laba (cost pf tux
exemption), bebasnya sewa perangkat sekolah yang tidak
dipergunakan secara langsung dalam proses penyelenggaraan
pendidikan serta penyusutan sebagai cermin penggunaan perangkat
sekolah yang sudah lama dipergunakan (implicit rent and
depreciation)”(Sudarmono dkk., 2020).
2. Biaya Rutin dan Biaya Pembangunan (Recurrent and Capital Cost)
Biaya rutin dan pembangunan merupakan bagian dari biaya langsung
(direct cost). Biaya rutin (recurrent cost) merupakan biaya yang
digunakan untuk menopang kegiatan operasional pendidikan selama
satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang
pelaksanaan program pengajaran, pembayaran gaji guru dan personil
sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan sarana dan
prasarana. Biaya rutin dihitung berdasarkan “per student enrolled”.
Biaya rutin dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: rata-rata gaji
guru per tahun, ratio guru, murid dan proporsi gaji guru terhadap
keseluruhan biaya rutin. Biaya pembangunan (capital cost) adalah
biaya yang digunakan untuk pembelian tanah, pembangunan ruang
kelas, perpustakaan, lapangan olahraga, konstruksi bangunan,
pengadaan perlengkapan mobelair, biaya penggantian dan perbaikan.
Menurut Gaffar, biaya pembangunan dihitung atas dasar “per student
place”. Menurutnya dalam menghitung biaya pembangunan ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu: tempat yang
menyenangkan untuk murid belajar, biaya lokasi atau tapak (site), dan
biaya perabot dan peralatan.
3. Biaya Pribadi dan Biaya Masyarakat (Private and Social Cost) Biaya
pribadi (private cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga
untuk membiayai sekolah anaknya dan termasuk di dalamnya forgone
opportunities. Dalam kaitan ini Jones mengatakan “in the context of
education these include tuitions, fees and other expenses paid for by
individuals”. Dengan kata lain biaya pribadi adalah (di dalamnya
termasuk biaya pribadi). Dalam kaitan ini Jones mengatakan
“Sometimes called public cost, the include cost of educations financed
through taxation. Most public school expenses are examples of social
costs”. Dengan kata lain biaya masyarakat adalah biaya sekolah yang
dibayar oleh masyarakat. Biaya pribadi adalah jenis biaya yang masih
sering dikeluhkan masyarakat Indonesia berkaitan dengan biaya yang
harus dikeluarkan oleh orang tua peserta didik.
4. Monetary Cost dan Non Monetery Cost Monetary cost adalah semua
bentuk pengeluaran dalam bentuk uang baik langsung maupun tidak
langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan. Sedangkan non
monetery cost adalah semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam
bentuk uang, meskipun dapat dinilai ke dalam bentuk uang, baik
langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan
pendidikan, misalnya materi, waktu, tenaga, dan lain-lain.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, di Indonesia tidak secara spesifik menyebutkan tentang
jenis-jenis pembiayaan pendidikan. Akan tetapi, terdapat beberapa ketentuan
dalam undang-undang tersebut yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan, di
antaranya adalah sebagai berikut;
1. Pemerintah bertanggung jawab untuk membiayai penyelenggaraan
pendidikan dasar dan menengah secara penuh atau sebagian sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pemerintah dapat memberikan bantuan keuangan kepada masyarakat yang
membutuhkan untuk membiayai pendidikan dasar dan menengah.
3. Pemerintah dapat memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi
atau memerlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
4. Perguruan tinggi dapat memungut biaya pendidikan dari mahasiswa. Akan
tetapi, biaya tersebut harus wajar dan tidak diskriminatif.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan pendidikan dapat berasal dari pemerintah, masyarakat, atau lembaga
perguruan tinggi. Selain itu, terdapat juga program bagi siswa yang berprestasi
atau memerlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
BAB III

METODOLOGI

Artikel ilmiah ini ditulis dengan menggunakan metode literature


review. Menurut Hasibuan, Zainal A (2007) literature review berisi uraian
tentang teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan
acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Jadi, semua data dan
pembahasan diambil dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
manajemen pembiayaan Pendidikan; tantangan manajemen pembiayaan
pendidikan, maka dari itu data yang digunakan merupakan data sekunder
hasil laporan dari penelitian terdahulu. Tahapan proses literature review
adalah sebagai berikut:
1. Memilih topik
Untuk memilih topik yang akan ditulis dalam literature review, pertama
dengan menelusuri buku teks untuk mengidentifikasi topik luas dalam
disiplin ilmu yang diminati.
2. Mencari dan memilih artikel yang sesuai
Langkah selanjutnya setelah memilih topik adalah mengidentifikasi,
secara terstruktur, informasi yang sesuai dan terkait. Ewell dan Burnard
(2006) menyatakan bahwa kelengkapan dan relevansi adalah hal yang
perlu dipertimbangkan oleh peninjau dan menambahkan bahwa semakin
spesifik topik atau pertanyaan yang dicari, semakin terfokus hasilnya
(Cronin et al, 2008). Jenis artikel yang dipilih untuk tinjauan literatur
yang baik adalah presentasi teoritis, artikel ulasan, dan artikel penelitian
empiris.
3. Menganalisis dan mensintesis literatur
Setelah mengumpulkan artikel-artikel yang dibutuhkan, tahap selanjutnya
adalah menganalisis setiap artikel (memecahnya dan mengidentifikasi
informasi penting di dalamnya) dan kemudian mensintesiskan kumpulan
artikel tersebut (mengintegrasikannya dan mengidentifikasi kesimpulan
yang dapat diambil dari artikel sebagai kelompok).
4. Mempresentasikan hasil peninjauan
Mempresentasikan temuan sedemikian rupa sehingga menunjukkan
pengetahuan penulis dengan cara yang jelas dan konsisten (Cronin, et al,
2008).

Penggunaan metode literature review pada artikel ilmiah ini


dikarenakan, ketidakmungkinan melakukan penelitian langsung. Maka dari
itu, metode literature review berdasarkan penelitian terdahulu, merupakan
metode yang paling tepat untuk digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

MTs Al-Ikhlas Campaka adalah lembaga pendidikan dibawah naungan


kemenag, proses pengelolaan pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka meliputi:

1. Proses perencanaan pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka


Proses perencanaan pembiayaan di MTs Al-ikhlas Campaka di peroleh
informasi melalui wawancara dengan pihak terkait tentang proses penganggaran
atau perencanaan pembiayaan. Perencanaan pembiayaan dimulai dengan rapat
kordinasi untuk menentukan RKAS yang melibatkan Kepala Sekolah, wakil
kepala sekolah, Bendahara, Komite sekolah, kepala tata usaha, dan perwakilan
yayasan. Rapat koordinasi tersebut membahas RKAS sekolah yang berisi tentang
sumber dana untuk membiayai pendidikan dan pengalokasian dana sesuai dengan
kebutuhan sekolah. Tim tersebut bekerja membuat rincian kegiatan selama satu
tahun dan merencanakan estimasi dana sesuai dengan sumber dana yang ada.

Dalam tim ini dibagi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Wakil Kepala
bagian sarana prasarana misalnya, akan membuat draf anggaran berapa jumlah
sarana prasarana yang dibutuhkan dalam satu tahun serta berapa jumlah dana yang
dibutuhkan, kemudian dibawa ke tim yang akan dipertimbangkan berapa sarana
prasarana yang akan diutamakan dan berapa biaya yang dianggarkan sesuai
dengan sumber dana yang ada.
Proses perencanaan pembiayaan sesuai dengan pendapat Cann dalam
penelitiaanya yang berjudul Policy Venues and Policy Change: The Case of
Education Finance Reform mengemukakan bahwa kebijaksanan hasil reformasi
keuangan di rancang oleh pihak-pihak yang berkepentingan yaitu melalui
pengadilan, legeslatif dan pemilihan atau referendum. Semua pihak terkait bekerja
sama untuk merencanakan reformasi kebijakan dalam tahun tertentu kemudian
dianalisis secara menyeluruh untuk menentukan kebijakan yang akan digunakan.
Setelah menentukan kebijakan yang akan dilakukan maka akan dianalisis dan
didiskusikan hasilnya kemudian dikembangkan.

2. Pelaksanaan Anggaran
Pengeluaran pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka menunjukkan bahwa
penggunaan keuangan sekolah harus berdasarkan proposal kegiatan yang sesuai
dengan RKAS di masukkan ke bagian terkait. Bagian Terkait mohon ijin dan
pemberitahuan kepada kepala sekolah untuk diteliti dan merekomendasikan ke
bagian keuangan. Suatu kegiatan direkomendasikan atau tidak oleh kepala sekolah
tergantung kebijaksanaan kepala sekolah dengan mempertimbangkan RKAS yang
telah ditetapkan. Pembiayaan merupakan bagian dari kegiatan sekolah yang harus
dilakukan dengan hati-hati. Mewujudkan pembiayaan yang efektif dan efisien
bukan masalah yang mudah. Bagian keuangan harus dapat menghemat semua
pengeluaran dana Dana yang dikeluarkan harus sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dalam RKAS. Kebutuhan yang ada di RKAS jika dirasa perlu
untuk direvisi maka direvisi, atau bahkan ditunda atau dibatalkan.Tidak semua
anggaran yang diajukan dapat terlaksana, karena kepala sekolah harus
mempelajari setiap anggaran yang ada, jika terlalu besar maka harus dikurangi,
jika terlalu kecil maka perlu ditambah atau bahkan di tunda atau dibatalkan.
Kebijaksanaan tersebut dijalankan dengan tujuan untuk menghemat anggaran.

Persamaan antara pelaksanaan anggaran menurut penelitian ini dengan


pelaksanaan anggaran menurut Tiina Itnoken dalam penelitiannya yang berjudul
The Politics of School District Budgeting: Using Simulations to Enhance Student
Learning adalah dalam pelaksanaan anggaran dapat berubah dari yang telah ada di
rencana anggaran dengan alasan mendahulukan kegiatan yang lebih penting
dengan mempertimbangkan skala prioritas. Pelaksanaan anggaran memerlukan
anggaran berimbang antara penerimaan dan pengeluaran anggaran. Anggaran
berimbang dilaksanakan dengan cara menghemat semua pengeluaran berdasarkan
anggaran yang telah ditetapkan dan menambah pemasukan atau sumber dana
pendidikan yang lain.

3. Pengawasan dan Pertanggungjawaban Pembiayaan Pendidikan


Pengawasan dan pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan sangat
diperlukan untuk mengukur efisiensi dan kefektifan. Pengawasan pembiayaan
pendidikan di MTs Al-Ikhlas Campaka dilakukan oleh kepala sekolah dan
yayasan . Pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan di MTs Al-Ikhlas
Campaka diserahkan oleh bendahara sekolah kepada Kepala sekolah . Kemudian
dari kepala Sekolah akan mempertanggungjawabkan kepada komite sekolah dan
yayasan. Persamaan penelitian menurut Itkonen dalam penelitiannya yang
berjudul The Politics of School District Budgeting: Using Simulations to Enhance
Student Learning dengan pengelolaan pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka
adalah pengawasan dan pertanggungjawaban harus di informasikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.

Pengawasan dan pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan diMTs Al-


Ikhlas Campaka ditujukan kepada warga sekolah, komite sekolah dan yayasan
sedangkan menurut Itkonen pengawasan dan pertanggungjawaban ditujukan
kepada anggota kelompok dan kelas yang lain untuk dimintai tanggapan guna
memperbaiki sistem anggaran yang sudah direncanakan

4. Hambatan dan Pendukung dalam pengelolaan pembiayaan di MTs Al-


Ikhlas Campaka
Hambatan yang dihadapi dalam pengelolan pembiayaan adalah faktor
terhambatnya masuknya sumber dana yaitu keterlambatan siswa dalam
pembayaran SPP dan tidak lancarnya turunnya dana bantuan dari pemerintah
yaitu dana BOS. Faktor pendukung dalam pengelolaan pembiayaan adalah
sekolah diberi kewenangan untuk mengatur pengelolaan pembiayaan di MTs Al-
Ikhlas Campaka, jadi sekolah akan dapat mengatur dan merencanakan kegiatan
dalam menunjang penyelenggaraan proses pendidikan.

Tim pengelola keuangan juga merupakan faktor penting dalam


pengelolaan pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka. Jujur dan Transparan adalah
modal utama dalam pengelolaan pembiayaan di MTs Al- Ikhlas Campaka
sehingga pengelolan pembiayaan terhindar dari penyelewengan dan Kecurangan.

Hambatan pengelolaan pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka adalah


sebagian siswa yang belajar di sekolah berasal dari keluarga kurang mampu dan
berpendidikan rendah, hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan mengakses
informasi yang berasal dari sekolah dan pembiayaan yang mengandalkan subsidi
dari pemerintah . Subsidi dari pemerintah yang berupa dana BOS yang turunnya
tidak lancar akan mengurangi keefektifan pembiayaan.

Faktor pendukungnya adalah dengan menggunakan sistem desentralisasi


akan membantu sekolah untuk mengatur pembiayaannya sendiri dan tidak
tergantung pada yayasan maupun pemerintah. Dalam penelitian ini penulis
mencoba untuk menawarkan hasil penelitian agar pengelolaan pembiayaan di
MTs Al-Ikhlas Campaka dapat berjalan sesuai dengan rencana. Model hasil
penelitian yang ditawarkan :

a. Penyusunan anggaran yang baik akan membantu dalam pengelolaan


pembiayaan sehingga mutu pendidikan di sekolah semakin meningkat.
b. Pengelolan pembiayaan di sekolah meliputi pengelolaan sumber dana
dan pengelolaan alokasi dana.
c. Pengelolaan pembiayaan harus dapat dipertanggungjawabkan ,
transparan, efektif dan efisien.
Transparansi dalam pengelolaan pembiayaan akan meningkatkan kepercayaan
dari orang tua, masyarakat, yayasan dan pemerintah dalam penyelenggaraan
seluruh program sekolah. pengelolaan pendanaan pendidikan harus dilakukan
secara transparan dan akuntabel untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul
digunakan secara efektif. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan pendanaan pendidikan antara lain:

a. Pengelolaan dana harus dilakukan oleh pihak yang terpercaya dan


berkompeten.
b. Ada kebijakan dan mekanisme pengawasan yang jelas untuk
memastikan dana digunakan secara efektif.
c. Setiap pengeluaran harus didokumentasikan dan dipublikasikan
secara terbuka agar dapat dipertanggungjawabkan.
Pemerintah memiliki peran penting dalam pendanaan pendidikan karena
mereka memiliki kemampuan untuk mengalokasikan dana secara besar-besaran
untuk pendidikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam
pendanaan pendidikan antara lain:

a. Meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan.


b. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan dukungan
untuk pelatihan guru, pengadaan buku teks, dan fasilitas pendidikan
lainnya.
c. Menyediakan beasiswa atau bantuan keuangan bagi siswa yang
membutuhkan.
d. Meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil atau miskin.
Pembiayaan dalam dunia pendidikan juga bukan tanpa hambatan
dan tantangan. Tantangan dalam Pendanaan Pendidikan antara lain sebagai
berikut.

a. Kurangnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah.


b. Kesenjangan sosial yang mengakibatkan beberapa kelompok
masyarakat sulit untuk mengakses pendidikan.
c. Kurangnya akses terhadap teknologi dan infrastruktur pendidikan.
d. Tingginya biaya pendidikan di beberapa negara.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam
pendanaan pendidikan antara lain (Maula dkk., 2023):

a. Meningkatkan anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh


pemerintah.
b. Meningkatkan akses pendidikan untuk kelompok masyarakat yang
kurang mampu
c. Memperkuat kemitraan antara pemerintah, swasta, dan organisasi
internasional dalam mendanai pendidikan.
d. Meningkatkan penggunaan teknologi dalam pendidikan untuk
memperbaiki akses dan kualitas Pendidikan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembiayaan pendidikan yang dijamin oleh pemerintah menjadi faktor
penting dalam menjamin mutu pendidikan. Meskipun faktor pembiayaan bukan
menjadi satu-satunya faktor keberhasilan. Namun tanpa adanya pembiayaan yang
mencukupi, maka cita-cita untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas tetap
menjadi angan-angan. Oleh karena itu, dana pendidikan yang disiapkan oleh
pemerintah mesti dikelola dengan baik, dilakukan secara efektif dan efisien pada
tingkat pusat sampai tingkat satuan pendidikan, sehingga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Pengelolaan pembiayaan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Maka pembiayaan pendidikan menggunakan model sebagai berikut:
a. Penyusunan anggaran yang baik akan membantu dalam pengelolaan
pembiayaan sehingga mutu pendidikan di sekolah semakin meningkat.
b. Pengelolan pembiayaan di sekolah meliputi pengelolaan sumber dana dan
pengelolaan alokasi dana.
c. Pengelolaan pembiayaan harus dapat dipertanggungjawabkan , transparan,
efektif dan efisien.
Transparansi dalam pengelolaan pembiayaan akan meningkatkan
kepercayaan dari orang tua, masyarakat, yayasan dan pemerintah dalam
penyelenggaraan seluruh program sekolah.
Pengelolaan pendanaan pendidikan harus dilakukan secara transparan
dan akuntabel untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul digunakan secara
efektif.
Tantangan dalam Pendanaan pembiayaan Pendidikan antara lain
sebagai berikut.
a. Kurangnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah.
b. Kesenjangan sosial yang mengakibatkan beberapa kelompok masyarakat
sulit untuk mengakses pendidikan.
c. Kurangnya akses terhadap teknologi dan infrastruktur pendidikan.
d. Tingginya biaya pendidikan di beberapa negara.
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
tantangan dalam pembiayaan pendidikan antara lain (Maula dkk.,
2023):
a. Meningkatkan anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh pemerintah.
b. Meningkatkan akses pendidikan untuk kelompok masyarakat yang
kurang mampu
c. Memperkuat kemitraan antara pemerintah, swasta, dan organisasi
internasional dalam mendanai pendidikan.
d. Meningkatkan penggunaan teknologi dalam pendidikan untuk
memperbaiki akses dan kualitas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hastina, H., Safiltri, D. A., Ramadhan, R., & Andika, A. (2020).
ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN TERKAIT AKUNTABILITAS
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN. JURNAL MAPPESONA, 3(2), Art. 2.
Pemerintah Pusat. (2003). UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL.
Sopiali, A. A. (2018). TEORI DAN KONSEP DASAR
PEMBIAYAAN (COST) DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Rencana,
Organisasi,Pelaksanaan,dan Pengawasan). Intelegensia : Jurnal Pendidikan
Islam, 6(2), Art. 2.
Sudarmono, S., Hasibuan, L., & Us, K. A. (2020). PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN. JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU
SOSIAL, 2(1), 266–280.

Anda mungkin juga menyukai