Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENAJEMEN PAUD

TEMA: KETENTUAN MENDIRIKAN PAUD, KOMPONEN MENDIRIKAN PAUD


DAN AKREDITASI LEMBAGA PAUD

DOSEN PENGAMPU: DR. SUKMAWATI M.Pd

DI SUSUN OLEH:

ESYA FARILLA F1122221001

DHEA NAZWA OKTAVIANI F1122221002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-


PAUD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK
2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ketentuan
Mendirikan PAUD, Komponen Mendirikam PAUD, dan Akreditasi Lembaga PAUD”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, terutama kepada ibu dosen.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen AUD yang
diampu oleh ibu Dr. Sukmawati M.Pd. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang komunikasi bagi para pembaca.

Mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalam makalah ini. Hendaknya
bagi kawan-kawan semua dapat memberikan saran dan kritik yang berguna untuk perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Pontianak, 4 September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah sebuah sarana
yang efektif guna meningkatkan sumber daya manusia menjadi lebih produktif. Dengan
demikian Pemerintah Pusat melalui Dinas Pendidikan Nasional mencanangkan rencana
stategis menuju pembangunan jangka panjang 2025. Rencana strategis yang dijalankan oleh
Dinas Pendidikan Nasional ditempuh dalam empat tahapan dengan periode lima tahunan.
Periode 2005-2010 diarahkan dalam rangka peningkatan kapasitas dan modernitas sistem
pendidikan, periode 2010-2015 adalah peningkatan dan penguatan pelayanan pendidikan
pada tingkat nasional, priode 2015-2020 adalah penguatan daya saing pada tingkat regional,
dan periode 2020-2025 adalah penguatan daya saing pada tingkat internasional. Seluruh
periode tersebut diterapkan pada pendidikan tingkat SD (Sekolah Dasar) atau MI (Madrasah
Ibtidaiyah), SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTs (Madrasah Tsanawiyah), SMA
(Sekolah Menengah Pertama) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) atau MA (Madrasah
Aliyah), TK (Taman Kanak-Kanak). Disamping itu, ditetapkan pula program PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini). Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat
mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. dan tidak mengherankan
apabila banyak negara yang menaruh perhatian besar terhadap penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini (http://www.eldina.com).

PAUD juga telah ditetapkan dalam pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dan
Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan Anak Usia Dini dalam pendidikan formal berbentuk
Taman Kanak-Kanak (TK), pendidikan anak usia dini dalam jalur nonformal berbentuk
Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan anak (TPA), sedangkan pendidikan anak usia
dini dalam jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.

Permasalahan utama dalam pendidikan di Indonesia adalah pemerataan dan akses


layanan PAUD dan kualitas layanan PAUD. Permasalahan akses layanan ini antara lain
disebabkan oleh pembiayaan yang terbatas, luas wilayah Indonesia ditambah lagi dengan
demografi yang sangat beragam, sehingga jarak tempuh menjadi kendala utama dalam
perluasan akses layanan. Sementara itu terkait dengan mutu pendidikan dipengaruhi oleh
fasilitas lembaga layanan PAUD yang masih kurang dan pendidik yang masih berkualifikasi
rendah.

Selain permasalahan masih terbatasnya layanan atau kekurangan jumlah lembaga


untuk pelayanan PAUD, masalah keberlanjutan lembaga pendidikan yang telah berdiri juga
merupakan masalah yang tidak kalah pentingnya. Tidak sedikit lembaga PAUD yang
menghadapi permasalahan dalam pengembangan PAUD baik karena terbatasnya tenaga
pendidik yang kompeten maupun karena terbatasnya kemampuan keuangan sehingga tidak
mampu menutupi biaya operasional. Akhirnya lembaga PAUD tersebut ditutup.

Permasalahan utama pendidikan di Indonesia termasuk masalah PAUD adalah


masalah akses layanan dan kualitas layanan PAUD. Pemerintah dihadapkan pada
permasalahan yang pelik antara kualitas layanan PAUD di satu sisi dan kuantitas layanan
PAUD di sisi lainnya. Kuantitas terkait dengan akses pendidikan bagi seluruh anak Indonesia
yang diyakini berdampak pada pendidikan lanjut dan masa depan anak kelak di masa
dewasanya. Keterbatasan pendanaan pemerintah untuk menjangkau semua anak
mengharuskan lembaga PAUD mencari sumber-sumber pembiayaan lain selain dari
pemerintah baik untuk mendirikan lembaga PAUD yang baru maupun untuk keberlanjutan
lembaga PAUD yang telah berdiri. Untuk itu setiap lembaga harus mengembangkan sumber-
sumber pembiayaan sendiri untuk memperkuat lembaganya masing-masing sehingga
eksistensi lembaga dapat berkelanjutan sekaligus dapat meningkatkan kualitas layanannya.
Untuk itu perlu belajar dariYayasan yang telah mendirikan lembaga PAUD bersama
masyarakat yang kemudian dilepas secara mandiri dan dikelola oleh masyarakat setempat.

Pendirian Satuan PAUD dapat didirikan oleh pemerintah desa, orang perseorangan,
kelompok orang atau badan hukum. Satuan PAUD terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK),
Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Adapun mekanisme pendirian PAUD mengajukan
permohonan izin pendirian kepada Kepala Dinas Pendidikan atau Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Surat permohonan dilayangkan melalui Kepala Dinas atau
Pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan persyaratan pendirian satuan PAUD.

Berdasarkan pasal 62 ayat 2. Lembaga PAUD, terutama di era milenias ini sebagai
salah satu institusi pendidikan yang berfungsi sebagai agent of change, bertugas untuk
membangun peserta didik agar sanggup memecahkan masalah nasional (internal) dan
memenangkan persaingan internasional (eksternal). Penyelenggaraan pendidikan harus
diorientasikan pada pembentukan manusia yang kompeten dan beradab.

Beberapa Persyaratan Pokok Yang Dimaksud Adalah :

1. Surat domisili, termasuk lokasi PAUD didirikan,

2. Program kerja PAUD salama satu tahun pelajaran

3. Surat persetujuan masyarakat setempat, melalui RT dan RW

4. Surat rekomendasi lurah

5. Rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kecamatan

6. Rekomendasi camat dari kecamatan setempat.

7. Akte yayasan penyelenggara.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu:

a. Konsep Dasar Penyelenggaraan PAUD di Indonesia


b. Ketentuan Mendirikan PAUD
c. Komponen Pendirian PAUD
d. Akreditasi Lembaga PAUD
e. Mekanisme Akreditasi PAUD

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan dalam konteks rumusan masalah di atas adalah untuk:


a. Memahami konsep dasar penyelenggaraan PAUD di Indonesia.
b. Menjelaskan ketentuan yang perlu dipenuhi dalam mendirikan PAUD.
c. Mengidentifikasi komponen-komponen yang diperlukan dalam pendirian PAUD.
d. Mempelajari proses akreditasi lembaga PAUD.
e. Mengetahui mekanisme akreditasi PAUD.

Dengan demikian, tujuan penulisan adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan dan akreditasi PAUD di
Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Manajemen Pendidikan PAUD Manajemen berasal dari kata to manage


yang bearti menglola, memimpin mengarahkan, mengatur, dan menyelenggarakan (Ara
Hidayat, Imam Machali, 2012, 1). Dalam bahasa Indonesia penggunaannya disamaartikan
dengan manajemen yang memiliki makna sebagai usaha mengelola, mengendalikan, dan
mengarahkan berbagai sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengertian
lain dari manajemen adalah suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sumber
daya melalu kegiatan-kegiatan agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan melibatkan
orang lain.

Konsep manajemen pendirian lembaga pendidikan anak usia dini di sini adalah
merencanakan pendidikan anak usia dini agar teratur harus dimulai dari pemahaman tentang
cara paud itu didirikan atau diselenggarakan. Dalam hal ini, penyelenggaraan paud
membutuhkan pemahaman tentang beberapa tahapan yang harus dilalui sampai lembaga paud
itu memperoleh izin penyelenggaraan sebagai bentuk pendidikan formal.

2.1. Konsep Dasar Penyelenggaraan PAUD di Indonesia

Pendidikan secara universal di pahami sebagai upaya pengembangan potensi


kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang diyakini oleh
sekelompok masyarakat, agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan secara layak.Pada
hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang
berkualitas, masyarakat sangat mengharapkan adanya pendidikan yang memadai bagi putra-
putrinya, terlebih pada saat mereka masih berada dalam tataran usia dini (Trianto, 2011, 3-6.)
Usia dini merupakan priode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang
rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Hal ini ditandai dengan
berbagai priode penting yang mendasar dalam kehidupan sang anak sampai pada priode akhir
perkembangannya. Salah satu priode yang menjadi ciri masa usia dini adalah the golden age
atau masa keemasan. Sedemikian pentingnya, masa the golden age ini, maka untuk
menciptakan generasi yang cerdas dan berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak dini.
Dan satu-satunya cara untuk memulainya adalah dengan menyelenggarakan lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini atau disingkat PAUD. Dalam penyelenggaraan lembaga
pendidikan ini kita tentunya membutuhkan landasan-landasan yang kuat.Yakni landasan
yuridis, yang kuat dari undang-undang yakni UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Dengan demikian, keberadaan PAUD di setiap wilayah, minimal setiap
RW-menjadi keniscayaan.Sebab jika wilayah yang lebih luas dari RW, kelurahan, misalnya
hanya terdapat beberapa PAUD, dan keberadaannya tidak tersebar rata, maka banyak anak
yang tidak mampu menjangkaunya.Sehingga disinilah pentingnya upaya mendirikan PAUD
di setiap wilayah.

2.2. Ketentuan Mendirikan PAUD

Pendirian sebuah lembaa PAUD haruslah berdasarkan ke empat landasan tersebut di


atas. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa PAUD terdiri dari tiga lembaga, yakni TK/RA
yang termasuk pendidikan formal, KB termasuk pendidikan non-formal, dan TPA termasuk
pendidikan in-formal. Dimana ketiga jenis pendidikan ini semuanya telah diatur dalam UU
Sisdiknas No 20 tahun 2003.

Mendirikan lembaga PAUD harus mendapatkan izin pendirian dengan cara mendaftar
pada Dinas Pendidikan Nasional atau Kabupaten maupun Kota. Dalam peraturan perundang-
undangan ditegaskan bahwa pendirian PAUD harus mendapatkan izin dari lembaga yang
berwenang. Penjelasan ini dapat dilihat pada pasal 62 ayat 1, yang menyatakan bahwa
“Setiap satuan pendidikan formal maupun non-formal, yang didirikan wajib memperoleh izin
pemerintah atau pemerintah daerah”. (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas &
Peraturan Pemerintah RI Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib
Belajar, 2014, 31)

Selain hal ini, pendirian lembaga PAUD harus memenuhi persyaratan dan mengikuti
prosedur pendirian yang telah ditetapkan untuk mendapatkan izin pendirian. Izin ini dapat
digunakan sebagai legalitas atau pengesahan mengenai keberadaan lembaga PAUD yang
akan didirikan serta sebagai bagian dari proses administratif dan pembinaan oleh pemerintah
pada penyelenggaran PAUD.

Sebagaimana yang telah penulis jabarkan secara singkat, pada bagian pendahuluan
syarat-syarat secara umum yang harus di penuhi untuk mendirikan PAUD, bagi sebuah
lembaga atau yayasan yang ingin mendirikan lembaga PAUD, secara prinsip mengacu kepada
Pasal 62 ayat 2. Bahwa : “Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan,
jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,
pembiayaan pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta manajemen dan proses
pendidikan”.(Permendikbud RI No. 137 Tahun 2014)

a. Kurikulum (Isi Pendidikan); merupakan seperangkat panduan yang mengatur isi program
dan proses pendidikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran dan penyelenggaraan
pendidikan. Kurikulum dapat merujuk kepada kurikulum 2004 yang disempurnakan pada
kurikulum KTSP, atau merujuk pada K-13 saat ini.

b. Peserta didik; sebelum mendirikan PAUD, yayasan yang akan menyelenggarakan PAUD
harus melakukan survei tentang jumlah anak didik/ anak usia dini yang ada di wilayah
tersebut.

c. Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Guru dan Staf); selain anak didik, yayasan
juga harus menyertakan jumlah tenaga kependidikan (guru atau staf administrasi) lengkap
dengan latar belakang keilmuan para guru yang dicantumkan. Guru yang akan mengajar di
lembaga PAUD harus berlatar belakang S1 PG-PAUD atau S1 PG-TK.

d. Sarana dan Prasarana; untuk mendukung proses pembelajaran bedasarkan kurikulum yang
telah dicantumkan, yayasan pendiri PAUD harus memenuhi standar minimal sarana
prasarana, sesuai pasal 45 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003 “Setiap satuan pendidikan baik
formal maupun non formal menyediakan saran dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan perkembangan potensi fisik, kognitif, sosial, emosi
dan kejiwaan anak didik.

e. Pembiayaan Pendidikan; setiap lembaga pendidikan, khususnya lembaga PAUD, yang


sebagian besar dikelola oleh pihak swasta atau yayasan perlu menyertakan pembiayaan
pendidikan bagi peserta didik maupun dana awal yang dimiliki untuk penyelenggaraan
pendidikan. sesuai pasal 48 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003.
f. Sistem Evaluasi; setiap lembaga pendidikan, termasuk PAUD, harus mempunyai sistm
evaluasi, baik evaluasi program, proses, maupun hasil tumbuh kembang anak-didik. Evaluasi
ini dilaksanakan sebagai upaya pengendalian mutu pendidikan, sekaligus sebagai upaya
akuntabilitas penyelenggaran pendidikan.

2.3. Komponen Pendirian PAUD

Mekanisme pendirian lembaga PAUD secara pinsipil hampir sama antara satu
kabupaten/kota yang satu dengan yang lain. Mekanisme baru akan berjalan apabila semua
persyaratan umum sebagaimana yang telah dijelaskan di atas telah terpenuhi, dimana pihak
pendiri atau yayasan hendaknya berkonsultasi dengan dinas pendidikan maupun dengan
kementrian agama setempat untuk menanyakan perolehan izin penyelenggaraan.

Secara teknis ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut: (Suyadi, 22-23)

a. Surat domisili, termasuk lokasi PAUD didirikan,

b. Program kerja PAUD salama satu tahun pelajaran

c. Surat persetujuan masyarakat setempat, melalui RT dan RW

d. Surat rekomendasi lurah

e. Rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kecamatan

f. Rekomendasi camat dari kecamatan setempat.

g. Akte yayasan penyelenggara.

Berdasarkan pasal 2 ayat 1 Permen 84 tahun 2014 Sebuah Taman Kanak-Kanak (TK)
dapat didirikan oleh:

1. Pemerintah kabupaten/kota.

2. Pemerintah desa

3. Orang peseorangan;

4. Kelompok orang atau

5. Badan hukum
Badan hukum yang bersifat nirlaba, yang berbentuk yayasan, perkumpulan, atau
badan lain sejenis yang telah memperoleh pengesahan dari kementrian di bidang hukum.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Nomor, Standar, Prosedur dan Kriteria,
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak, (Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015,
hlm. 4)

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Agus Muslim bahwasanya sebuah


lembaga PAUD yang belum memiliki akta notaris akan kesulitan mengalami kendala di
kemudian hari. Pemerintah juga sulit memberikan bantuan kepada PAUD yang belum
memiliki akta notaris atau belum berbadan hukum. Sehingga pendirian sebuah lembaga
PAUD tidak cukup hanya dengan mendapatkan pengakuan (justisfikasi) dalam bentuk
pemberian Surat Ijin Operasional PAUD yand dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan, karena
Surat Ijin Operasional PAUD tidak mengatur hubungan hukum antara lembaga PAUD dengan
masyarakat, tidak mengatur hak dan kewajiban sebagaimana yang tertera dalam akta notaris.
(Agus Muslim, 2016,183-184)

Suyadi menegaskan bahwa usulan pendirian PAUD harus dilakukan oleh Yayasan
yang telah berbadan hukum.Hal ini telah diatur dalam pasal 53 ayat 1 menerangkan bahwa
“penyelenggaraan dan atau satuan masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan”.Dengan
demikian, PAUD yang didirikan harus dibawah naungan yayasan terlebih dahulu. Nah,
yayasan inilah yang akan mengurus dan mengajukan permohonan izin pendiriannya sebuah
lembaga PAUD, dan sebelum pengajuan izin harus dibentuk kepengurusan dan mengajukan
perizinan pendirian yayasan. Biasanya, pengajuan pendirian yayasan ini dilakukan di kantor-
kantor Notaris.Hal ini ditujukan agar berdirinya lembaga PAUD memiliki payung hukum
yang kuat dan jelas. Secara skematis bisa dilihat dalam bentuk skema sederhana di bawah ini
Syarat-syarat dan ketentuan pendirian PAUD dipahami barulah langkah awal upaya
pendirian PAUD dapat dimulai. Menyusun proposal pendrian PAUD. Langkah-langkah
proposal pendirian PAUD adalah sejumlah tindakan tentang hal-hal yang harus dilakukan
sebelum proposal itu sendiri ditulis. Secara sederhana langkah-langkah tersebut terdiri atas 7
langkah:

a. Survey dan analisis jumlah anak dan keluarga


b. Menggalang dana tokoh masyarakat
c. Identifikasi lokasi dan sarana prasarana
d. Menghimpun dana
e. Mengkaji kurikulum yang akan digunakan
f. Analisis referensi yang relevan
g. Menuangkan (menuliskannya) dalam bentuk proposal
Di samping itu, dalam membuat proposal pendirian lembaga PAUD perlu
memperhatikan hal-hal yang dijabarkan dalam berbagai komponen isi proposal. Antara lain
sebagai berikut:

a. Judul proposal
b. Latar belakang persoalan atau dasar pemikiran
c. Visi dan Misi Lembaga PAUD
d. Tujuan dan Kompetensi Lulusan
e. Kurikulum atau Program yang diusulkan
f. Sumber daya manusia, khususnya tenaga kependidikan
g. Calon anak didik yang menjadi sasaran lembaga PAUD
h. Sarana dan prasarana yang direncanakan
i. Jenis pelayanan yang diberikan
j. Sumber biaya dan pembiayaan.

2.4. Akreditasi Lembaga PAUD

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I, Pasal 1, dan ayat 32 yang
menegaskan bahwa akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya, pasal 60 (1) menyatakan,
“Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada
jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.” Kemudian
ayat (2); “Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh pemerintah
dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.” Untuk
menjamin bahwa kualitas pendidikan sesuai dengan standar pelayanan minimal atau kriteria
lain yang ditentukan oleh pemerintah, maka pemerintah melakukannya melalui akreditasi.

Akreditasi sebagai bagian dari kewajiban pemerintah untuk menentukan apakah


satuan pendidikan tersebut layak untuk diakses masyarakat. Hal ini penting agar masyarakat
tidak salah memilih lembaga yang berkualitas. Kondisi empiris saat ini menunjukkan bahwa
banyaknya lembaga pendidikan anak usia dini yang bergerak ke arah industrialisasi
pendidikan dan lebih menekankan pada keuntungan. Bahkan ada juga yang meninggalkan jati
diri bangsa. Sebagian lagi hanya mengejar kemampuan tertentu sesuai permintaan pasar.
Akreditasi menjadi mekanisme yang efektif bagi pemerintah untuk memastikan
layanan pendidikan yang ada di masyarakat sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Sehingga
untuk satuan PAUD akreditasi bukanlah bersifat sukarela, tetapi kewajiban. Hal penting
dilakukan agar masyarakat terlindungi dari para penyelenggara pendidikan yang sifatnya
hanya mementingkan keuntungan semata. BAN PAUD DAN PNF sebagai lembaga mandiri
yang diberikan kewenangan pemerintah untuk mengakreditasi satuan PAUD dan PNF mulai
2019 terus-menerus membenahi proses akreditasi. Perbaikan dilakukan mulai dari penyediaan
instrumen akreditasi yang pada awalnya dianggap menilai unsur compliance disempurnakan
agar dapat menilai performance, peningkatan kompetensi asesor yang bertugas, sistem
aplikasi akreditasi termasuk menyiapkan dashboard monitoring, serta mekanisme akreditasi
yang melibatkan stakeholder lainnya untuk menjamin data pendidikan terintegrasi dan valid
dalam satu data Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program pemerintah,
yakni menyediakan informasi bagi masyarakat untuk memilih layanan pendidikan anak usia
dini yang berkualitas. Apa yang telah dilakukan BAN PAUD DAN PNF dalam rangka
mendukung peran pemerintah untuk membantu keluarga membuat pilihan yang tepat ketika
mencari layanan PAUD (Yuliantina).

Kebijakan akreditasi PAUD berdasarkan dari landasan-landasan hukum diantaranya


adalah (https):

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan


Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; bahwa
sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga
perlu Kebijakan dan Mekanisme Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018 | 4 dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;

b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 60 ayat (1) akreditasi
dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan
kriteria yang bersifat terbuka;
c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, untuk sub urusan
akreditasi merupakan kewenangan dari Pemerintah Pusat;

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 yang melengkapi


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 86 ayat (1) yang menyatakan bahwa pemerintah melakukan akreditasi pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan

2.5. Mekanisme Akreditasi PAUD

Akreditasi adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan satuan pendidikan berdasarkan


kriteria yang telah ditetapkan untuk memberikan penjaminan mutu pendidikan. Kelayakan
dari satuan pendidikan berdasarkan standar nasional pendidikan dan sesuai kriteria yang
dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif. Standar Nasional Pendidikan
menurut PP No.32/2013 yang merupakan perubahan pertama dari PP No.19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan


yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan;
b. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
c. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan
prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan;
e. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan rekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi
f. Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan
g. Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya
operasional satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun;
h. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Pelaksanaan akreditasi tidak serta merta bisa begitu saja dilakukan, namun memiliki
tahapaan yang harus dilalui. Adapun mekanisme akreditasi PAUD adalah sebagai berikut:

Persyaratan akreditasi

a. Persyaratan umum pengajuan akreditasi PAUD:


- Mengajukan permohonan akreditasi kepada BAN PAUD dan PNF Provinsi.
- Memiliki izin penyelenggaraan/izin operasional.
- Akte pendirian dari notaris atau yang berwenang.
- Program akreditasi yang diajukan telah beroperasi minimal 2 tahun.
- Memiliki NPSN (Nomor Pokok Satuan Pendidikan Nasional)
- Adanya sarana dan prasarana dengan dibuktikan dengan dokumentasi yang
sah (sertifikat kepemilikan tanah dan bangunan/surat perjanjian sewa)
b. Persyaratan khusus pengajuan akreditasi :
- Jumlah peserta didik minimal 10 anak pada tahun ajaran terakhir.
- Memiliki Ijazah untuk pendidik. Minimal SLTA/SMA
- Memiliki minimal 1 (Satu) pendidik yang bersertifikat diklat dasar PAUD.
- Tahapan akreditasi (klasifikasi permohonan akreditasi, visitasi, validasi dan
verifikasi, penetapan hasil akreditasi).
- EDS PA mengacu pada standar nasional pendidikan untuk melihat
kelengkapan dan kebenaran dokumen lembaga (Compliance) yang terintegrasi
dengan DAPODIK
- Visitasi untuk melihat kinerja lembaga (performance) menggunakan
instrument penilaian akreditasi (IPA).

Satuan pendidikan pertama kali melakukan pengisian evaluasi diri satuan sebagai pra-
syarat akreditasi (EDS-PA) di Sispena. Pendaftaran akreditasi dimulai ketika pesyaratan EDS
PA mulai diunggah. Anggota BAN-P atau Sekretariat mulai melakukan penilaian EDS-PA.
BAN PAUD menugaskan asesor untuk melakukan visitasi ke satuan pendidikan. BAN P
menugaskan asesor melakukan validasi pada satuan pendidikan (asesor visitasi berbeda
dengan asesor validasi. Ketua BAN Paud dan PNF sudah menandatangani E-Sertifikat satuan
pendidikan dan dapat didownload disispena masing-masing.

Ditegaskan oleh Endang Jeki, bahwa ada tiga kunci untuk mencapai akreditasi
terbaik yaitu:

a. Jumlah peserta didik minimal 20 anak pada tahun ajaran terakhir untuk seluruh jenis
program (TK, KB, TPA, SPS), prioritas TK/RA/BA dan KB.
b. Memiliki pendidik minimal berijazah S1 (untuk TK/RA/BA) dan SLTA (untuk KB,
TPA, SPS).
c. Memiliki minimal 1 (satu) pendidik yang bersertifikat Diklat Dasar PAUD atau
berijasah D-IV atau S1 dalam bidang PAUD dan Kependidikan lain atau Psikologi
(dari Prodi Terakreditasi, ditunjukkan dengan Ijazah yang dilegalisir).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Makalah ini membahas pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam
meningkatkan sumber daya manusia. Pemerintah Indonesia memiliki rencana strategis
pembangunan pendidikan hingga 2025 dengan tahapan pada berbagai tingkatan pendidikan,
termasuk PAUD. Permasalahan utama yang dihadapi adalah akses layanan dan kualitas
PAUD, yang dipengaruhi oleh pembiayaan terbatas, kualifikasi pendidik yang rendah, dan
kurangnya fasilitas. Lebih lanjut, pendirian lembaga PAUD harus memenuhi persyaratan
yang meliputi program pendidikan, jumlah dan kualifikasi pendidik, sarana-prasarana,
pembiayaan, sistem evaluasi, dan manajemen. Akreditasi PAUD juga menjadi kewajiban
untuk memastikan mutu layanan pendidikan dan melindungi masyarakat dari penyelenggara
pendidikan yang tidak berkualitas. Makalah ini membahas seluruh aspek yang terkait dengan
pendirian dan akreditasi PAUD, menjelaskan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam
konteks pengembangan sumber daya manusia Indonesia.

3.2.Saran

Anda mungkin juga menyukai