Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MK. MANAJEMEN PENDIDIKAN

PRODI S1 PGSD - FIP

SKOR :

KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

ADITYA DWINOVA SINAGA (1203111055)

ANJANI HUTAGALUNG (1203111071)

LATIFAH UTAMI SIREGAR (1201111015)

KELAS : REGULER C PGSD

DOSEN PENGAMPU : Dr. WILDANSYAH LUBIS, M.Pd.

MATA KULIAH : MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Manajemen Pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan - pengarahan sehingga dapat
menyelesaikan dengan tepat waktu. Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah
penulis ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan baca umumnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Medan, November 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah ................................................................. 3

B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ....................................................... 6

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 10

A. Simpulan ....................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain memlalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan,
serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama
di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan. Namun,
sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan dan analisis,
sedikitnya ada dua faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan secara merata.
Pertama, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi,
yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah
setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif
untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu
pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Kedua, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama ini
lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan
keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akunfabilitas,
sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak
utama yang berkepentingan dengan pendidikan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya
perbaikan, salah satunya yang sekarang sedang dikembangkan adalah reorientasi
penyelenggaraan pendidikan, melalui manajemen berbasis sekolah (MBS). Oleh karena
itu untuk mengetahui bagaimana konsep dari manajemen berbasis sekolah (MBS)dapat
dilihat dalam pembahasan makalah ini.

1
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana konsep dasar dari manajemen berbasis sekolah (MBS) ?


2. Apa saja karakteristik manajemen berbasis sekolah (MBS) ?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dari manajemen berbasis sekolah


(MBS).
2. Untuk mengetahui karakteristik dari manajemen berbasis sekolah (MBS).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah


Pada hakikatnya esensi MBS adalah peningkatan otonomi sekolah, peningkatan
partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan
peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah. Oleh karena itu
pelaksanaan MBS ini sudah sepantasnya menerapkan pendekatan idiografik
(membolehkan adanya berbagai macam cara melaksanakannya), sehingga tidak ada
satu resep yang sama untuk diberlakukan di semua sekolah. Hanya saja ada satu hal
yang harus diperhatikan bahwa mengubah manajemen berbasis pusat menjadi
manajemen berbasis sekolah bukan merupakan proses sekali jadi dan bagus hasilnya,
akan tetapi merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dan melibatkan
semua pihak yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan
(Pratiwi, 2016).
Istilah MBS seringkali didengar dari perbincangan orang-orang di sekitar kita,
namun masih banyak orang yang belum memahami istilah tersebut. Istilah MBS
(manajemen berbasis sekolah) adalah terjemahan langsung dari School Based
Management yang secara luas berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang
organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan
sekolah pada tingkat lokal guna memajukan sekolah. Partisipan sekolah adalah kepala
sekolah, guru, konselor, pengembang kurikulum, administrator, orangtua siswa,
masyarakat sekitar, dan siswa. Para ahli pendidikan telah banyak memberikan kajian
dan ulasan terhadap istilah tersebut. Beberapa pengertian manajemen berbasis sekolah
menurut para ahli :
a) Slamet PH (2000), mengemukakan bahwa istilah MBS berasal dari tiga kata
yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengkoordinasian
dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk
mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti
berdasarkan pada" atau "berfokuskan pada". Sekolah adalah suatu organisasi
terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang

3
bertugas memberikan "bekal kemampuan dasar kepada peserta didik atas dasar
ketentuan- ketentuan yang bersifat legalistik dan profesionalistik.
b) Myers dan Stonehill (mengemukakan, MBS adalah strategi untuk
memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengambilan keputusan
secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara
individual dengan memberi kepala sekolah, guru, siswa, orangtua dan
masyarakat untuk memiliki kontrol yang lebih besar dalam proses pendidikan
dan memberikan mereka tanggungjawab tentang dana, personel dan kurikulum.
c) Fasli Jalal dan Dedi Supriadi menyatakan bahwa MBS adalah bentuk
alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. MBS pada
prinsipnya bertumpu pada masyarakat dan sekolah serta jauh dari birokrasi dan
sentralistik. MBS berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu pada tingkat sekolah .
d) Hal ini senada dengan pendapat Halinger yang dikutip oleh Abu-Duhou
bahwa MBS mencakup model perencanaan penyelenggaraan pendidikan
dimana kewenangan dan tanggungjawab atas berfungsinya sekolah itu sendiri
ditanggung bersama antara kantor pusat (Kementerian, Departemen pendidikan,
Kantor daerah, otoritas pendidikan lokal, dan seterusnya), dan pegawai berbasis
sekolah (para guru, kepala sekolah, dewan sekolah, dan seterusnya) yang
kesemuanya bekerja sebagai profesional dan kolega yang bekerja sam
e) Sagala (2011) menyatakan bahwa MBS mempunyai esensi memiliki
kewenangan (otonomi) lebih besar dalam mengelola dan memberdayakan
sekolah tetapi bukan egois, sehingga lebih mandiri, inovatif dan kreatif, dengan
kemandirian, sehingga sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-
program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa "manajemen berbasis


sekolah" adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara
otonomis oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan
sekolah dalam bingkai pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung. Menurut konsep MBS,
kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan yang luas dalam mengelola sekolah tanpa
mengabaikan kebijakan dan otoritas pemerintah melalui strategi seperti berikut: (a)
kurikulum yang bersifat inklusif, (b) proses belajar-mengajar yang efektif, (c)

4
lingkungan sekolah yang mendukung, (d) sumber daya yang berasas pemerataan, dan
(e) standardisasi dalam hal-hal tertentu, monitoring, evaluasi, dan tes. Kelima strategi
ini akan diusahakan terpadu pelaksanaanya dengan fungsi pengelolaan sekolah,
sehingga terbentuk komponen-komponen manajemen berbasis sekolah, yakni: (1)
manajemen, (2) proses belajar mengajar, (3) sumber daya manusia, dan (4) administrasi
sekolah.

2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah untuk mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. MBS bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan terutama di daerah, karena sekolah dan masyarakat
tidak perlu menunggu perintah dari pusat, tetapi dapat mengembangkan suatu visi
pendidikan yang sesuai dengan kondisi daerah dan melaksanakan visi pendidikan
secara mandiri.
Tujuan utama MBS adalah untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemetaan
pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber
daya yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu
diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan
profesionalisme puni, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang
dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif. Menurut Hamid (2018) ,tujuan
utama MBS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS,
sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari pusat atas. Mereka
dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaan setempat dan
melaksanakan visi tersebut secara mandiri.
Menurut Sagala (2011) menjelaskan bahwa tujuan diterapkannya MBS adalah
untuk :
a) meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya dan penugasan staf,
b) meningkatnya profesionalisme guru dan tenaga kependidikan di sekolah,
c) munculnya gagasan baru dalam implementasi kurikulum, penggunaan
teknologi pembelajaran dan pemanfaatan sumber-sumber belajar, dan

5
d) meningkatnya mutu partisipasi masyarakat dan stakeholder. Oleh karena itu,
MBS perlu diterapkan oleh setiap sekolah, karena sekolah lebih memahami
hubungan hubungan yang terdapat di lingkungan sekolah.

Menurut Engkoswara dan Komariah (2011), tujuan manajemen berbasis sekolah


antara lain:
a) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,
b) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui Pengambilan keputusan secara kooperatif.
c) meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat. dan
pemerintah tentang mutu pendidikan di sekolah, dan
d) meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah untuk pencapaian mutu yang
diharapkan.

Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa tujuan MBS antara lain sekolah akan
lebih berinisiatif kreatif dalam mengadakan dan memanfaatkan sumber daya sekolah,
sekolah akan mengetahui, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, sekolah akan
bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan kepada pemerintah, orang tua peserta
didik. dan masyarakat, dan sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan
sekolah lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah yang ingin sukses
dalam pelaksanaan program MBS, harus memahami karakteristik MBS secara
profesional dan bersifat komprehensif Dalam menguraikan karakteristik MBS,
pendekatan sistem yaitu input, proses, dan put digunakan untuk memandunya (Aminah,
AR and Usman, 2015).

B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Menurut Nurkholis (2003:56), MBS memiliki 8 karakteristik :

1. Pertama, sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah
untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai
sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan
memberi arah kerja. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap fungsi

6
dan efektivitas sekolah, karena dengan misi ini warga sekolah dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen
yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai inisiatif untuk memberikan
tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Kedua, aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung
memperkenalkan perubahan manajemen sekolah dari manajemen kontrol
eksternal menjadi model berbasis sekolah.
3. Ketiga, terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut
hakikat manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya
kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan
manajemen. Oleh karena itu dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan
strategi manajemen lebih memandang pada aspek pengembangan yang tepat dan
relevan dengan kebutuhan sekolah.
4. Keempat, keleluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang
efektif untuk mencapai tujuan pendidikan, guna memecahkan masalahmasalah
pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
5. Kelima, MBS menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang
tua, dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS
sekolah dapat mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik
sekolah masing-masing. Dalam konteks ini, sekolah berperan mengembangkan
inisiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk
memfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian halnya dengan unsur-unsur
lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator sekolah, dinas
pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.
6. Keenam, MBS menekankan hubungan antarmanusia yang cenderung terbuka,
bekerja sama, semangat tim, dan komitmen Manajemen Berbasis sekolah yang
menguntungkan.
7. Ketujuh, peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Kedelapan, dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator
multitingkat dan multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus
mencakup proses pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah.

7
Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus memperhatikan
multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu, serta indikator
multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik
siswa.

Sedangkan menurut MPMBS, karakteristik MPMBS dikategorikan menjadi input,


proses, dan output (Depdiknas, 2002). Selanjutnya, uraian singkat berikut dimulai dari
output dan diakhiri input mengingat output memiliki tingkat kepentingan tertinggi,
sedang proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan
input memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output.
Istilah stakeholder sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak
dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu
komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga
publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses
pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering
dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan
suatu issu atau suatu rencana. Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi
berbagai pendapat mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting
dikemukakan seperti Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai
kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu
pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan
stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada
permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu
sebagimana dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan
relatif stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting
dan pengaruh yang dimiliki mereka.
Sementara itu Syaiful sagala menyatakan stakeholder adalah pihak-pihak, baik
dalam sistem itu (internal stakholder) maupuan di luar organisasi (external stakholder),
yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap organisasi atau sistem pendidikan.
Kepentingan dan pengaruh mereka harus diperhitungkan dalam perencanaan organisasi
karena merekalah yang membuat organisasi itu berkiprah. (Sagala : 2004).
Oleh karena itu, stakeholder dalam perencanaan pendidikan atau sekolah/madrasah
dibedakan menjadi dua, yaitu :

8
a. Stakeholder dari dalam organisasi. Seperti unit-unit formal (lembaga atau
pimpinan) dalam lingkungan organisasi intra sekolah/madrasah, alumni dan
lainnya), dan perorangan yang mempunyai kekuasaan dari materi, yaitu para
pejabat struktural pada semua eselon.
b. Stakeholder di luar organisasi. Seperti profesi (PGRI, Korpri, ISPI, konsorsium
pendidikan, dan sejenisnya), kelompok kerja yang ada hubungannya dengan
pendidikan 9dunia kerja bisnis, kursus-kursus, toko buku, dan unit-unit usaha
lainnya), kelompok khusus dalam masyarakat (LSM, penyandang dana,
lembaga keagamaan, lembaga kesenian, dan lain-lain), dan pemerintah, seperti
pemerintah daerah, Bappenas, departemen, dan badan pemerintahan lainnya.

Secara spesifik, pada pasal 56 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional


disebutkan bahwa di dalam masyarakat ada dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah, yang berperan sebagai berikut :

1. Masyarakat berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi


perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan
dan komite sekolah/madrasah.
2. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana, dan prasarana serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.
3. Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Manajemen berbasis sekolah adalah peningkatan otonomi sekolah, peningkatan


partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan
peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah. Dengan tujuan utama MBS
adalah untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemetaan pendidikan. Peningkatan
efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui
partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, serta hal lain yang dapat
menumbuh kembangkan suasana yang kondusif. Manajemen berbasis sekolah
memiliki 8 karakteristik dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah
yang ingin sukses dalam pelaksanaan program MBS, harus memahami karakteristik
MBS secara profesional dan bersifat komprehensif dalam menguraikan karakteristik
MBS, pendekatan sistem yaitu input, proses, dan ouput digunakan untuk memandunya.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi perbaikan makalah ini kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, S. N. (2016). Manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan Kualitas


sekolah. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1).

Nurkholis. Manajemen Berbasis Sekolah. (Jakarta: Gramedia, 2003) hal 23-24.

Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah. (Jurnal Pendidikan dan kebudayaan no.27 tahun
2000),.611.

Widyastuti, A., Simarmata, J., Meirista, E., Susanti, S. S., Dwiyanto, H., Rosyidah, M., ... &
Wula, P. (2020). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Perencanaan.
Yayasan Kita Menulis.

Nadeak, Bernadetha. 2022. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Bandung: CV. Widina
Media Utama.

Peran Serta Stakeholder dalam Implentasi MBS/MBM :


http://mbscenter.or.id/site/page/id/377/page_action/viewdetail (Dikutip Sabtu, 29 Oktober
2022 pukul 19.56)

11

Anda mungkin juga menyukai