Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MODUL 3
KOORDINASI DAN KOMUNIKASI
DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Oleh Kelompok 3 :

1. Fitria Azizah (857576346)


2. Herny Purwaita (857578744)
3. Romi Andre Sulistriyan (857576654)

PROGRAM PENDIDIKAN S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
PURWOKERTO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Koordinasi dan
Komunikasi dalam Manajemen Berbasis Sekolah”. Penyusunan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah. Kami berharap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam meningkatkan pendidikan karakter
di lingkungan sekolah bagi penulis maupun pembaca.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.

Banyumas, Oktober 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3

A. Koordinasi dalam MBS .............................................................................................................. 3

B. Manfaat koordinasi dalam MBS ................................................................................................. 3

C. Macam – macam koordinasi ....................................................................................................... 4

D. Cara melakukan koordinasi ........................................................................................................ 4

E. Komunikasi dalam MBS ............................................................................................................ 5

F. Prinsip Komunikasi .................................................................................................................... 6

G. Memecahkan Masalah Bersama di Sekolah................................................................................ 6

H. Memecahkan Masalah Bersama ................................................................................................. 6

I. Hubungan Sekolah dengan masyarakat ...................................................................................... 6

J. Supervisi dalam MBS ................................................................................................................. 7

K. Monitoring dan Evaluasi .......................................................................................................... 10

L. Indikator Keberhasilan MBS .................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP............................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 12

B. Saran ........................................................................................................................................ 13

C. Keterbatasan ............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MBS sebagai model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih besar terhadap
sekolah, memberikan fleksibilitas, dan mendorong partisipasi stakeholder secara langsung
untuk meningkatkan mutu sekolah yang akan menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat,
akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. MBS dipahami sebagai salah satu alternative untuk
mengelola struktur penyelenggaraan pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai unit utama
peningkatan. MBS juga merupakan cara untuk meningkatkan motivasi kepala sekolah agar
tanggung jawab terhadap mutu peserta didik. Untuk itu, kepala sekolah sebagai pemimpin
sebaiknya mengembangkan program pendidikan secara menyeluruh dalam melayani segala
kebutuhan peserta didik. Kepemimpinan sekolah yang kuat adalah kepemimpinan yang efektif,
tangguh, mampu menggunakan fakta, menciptakan visi, memotivasi orang, memberdayakan
stafnya, mampu memimpin dan memiliki keahlian dalam arti sebenarnya.

Dalam pelaksanaan MBS, tidak hanya factor kepemimpinan yang diperhatikan, tetapi ada
koordinasi dan komunikasi yang harus selalu terjalin di antara stakeholder yang terkait dengan
sekolah. Sekolah yang melaksanakan MBS juga perlu di evaluasi dan di supervise untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan yang telah dicapai. Partisipasi masyarakat dalam
berbagai bidang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan MBS. Yang perlu di monitor dan
dievaluasi dalam MBS adalah konteks atau eksternal lsekolah yang berupa tuntutan dan
dukungan, yang di dalamnya ada evaluasi kebutuhan, input, proses, output, dan outcome.
Indicator keberhasilan MBS ditentukan oleh kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan,
efektivitas dan efisiensi pendidikan, dan tata pengelolaan sekolah yang baik.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah berikut :
1. Apakah koordinasi itu?
2. Apakah manfaat koordinasi dalam MBS?
3. Apa saja jenis koordinasi itu?
4. Bagaimana cara melakukan koordinasi?
5. Apa saja jenis komunikasi ?
6. Prinsip-prinsip apa saja yang harus diperhatikan dalam komunikasi?
7. Bagaimana cara memecahkan masalah bersama di sekolah?
8. Bagaimana cara memecahkan masalah bersama dalam komunikasi?
9. Bagaimana sebaiknya hubungan sekolah dengan masyarakat dalam komunikasi?
10. Apa saja yang harus di supervisi dalam MBS?
11. Apa yang perlu di monitor dan di evaluasi dalam MBS?
12. Apa saja yang menjadi indikator keberhasilan MBS?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian koordinasi.
2. Menjelaskan manfaat koordinasi dalam MBS.
3. Menjelaskan jenis koordinasi itu.
4. Menjelaskan bagaimana cara melakukan koordinasi.
5. Menjelaskan jenis komunikasi.
6. Menguraikan prinsip-prinsip apa saja yang harus diperhatikan dalam komunikasi.
7. Menjelaskan cara memecahkan masalah bersama di sekolah.
8. Menjelaskan bagaimana cara memecahkan masalah bersama dalam komunikasi.
9. Menguraikan bagaimana sebaiknya hubungan sekolah dengan masyarakat dalam
komunikasi.
10. Menjelaskan hal-hal yang harus di supervisi dalam MBS.
11. Menjelaskan hal-hal yang perlu di monitor dan di evaluasi dalam MBS.
12. Menjelaskan yang menjadi indikator keberhasilan MBS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Koordinasi dalam MBS


Coordination, berasal dari bahasa latin cum, artinya berbeda-beda, sedangkan ordinare,
artinya penyusunan/penempatan sesuatu pada keharusannya. Dalam MBS koordinasi berkaitan
dengan penempatan berbagai kegiatan yang berbeda – beda pada keharusan tertentu sesuai
aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak
membosankan. Pada hakekatnya, koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang
dilakukan pegawai di berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan selaras dan serasi.
Handayaningrat (dalam Mulyasa,2009:133) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai
berikut :
1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan
2. Koordinasi adalah kerja sama
3. Koordinasi merupakan proses yang terus menerus (continue process)
4. Pengaturan usaha kelompok secara teratur
5. Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi
6. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama
Ada lima prinsip utama yang harus diperhatikan agar koordinasi berjalan lancar, antara
lain koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal, menciptakan iklim yang kondusif
bagi kepentingan bersama, koordinasi merupakan proses yang terus menerus dan
berkesinambungan, koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai
tujuan, serta perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan
secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.

B. Manfaat koordinasi dalam MBS


1. Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisahkan satu sama lain antara pengawas,
kepala sekolah, guru, dan para petugas/personalia di sekolah.
2. Menghindarkan perasaan / pendapat bahwa dirinya / jabatannya merupakan paling penting.
3. Mengurangi / menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antar sekolah / antar
pejabat dan pelaksana.
4. Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
5. Menghindarkan terjadinya peristiwa menunggu yang memakan waktu lama.
6. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekembaran pekerjaan sesuatu kegiatan oleh
sekolah.
7. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan sesuatu program oleh
sekolah / kekosongan pekerjaan tugas oleh kepala sekolah.

3
8. Menumbuhkan kesadaran kepala sekolah untuk saling memberikan bantuan satu sama lain
terutama bagi mereka yang berada dalam wilayah yang sama.
9. Menumbuhkan kesadaran kepala sekolah untuk saling memberi tahu masalah yang
dihadapi bersama dan bekerja sama dalam memecahkannya.
10. Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah diantara para kepala sekolah/guru.
11. Menjamin adanya kesatuan kebijaksanaan diantara kepala sekolah dalam wilayah tertentu.
12. Menjamin adanya kesatuan sikap diantara kepala sekolah.
Manfaat utama koordinasi yaitu, menumbuhkan sikap egaliter serta meningkatkan rasa
kesatuan dan persatuan diantara kepala sekolah maupun guru dengan tetap menghargai
kewajiban dan wewenang masing-masing.

C. Macam – macam koordinasi


Handayaningrat mengemukakan koordinasi berdasarkan hubungan antara pejabat yang
mengkoordinasi dan pejabat yang dikoordinasi, sebagai berikut:
1. Koordinasi intern
a. Koordinasi vertical / structural : antara yang mengkoordinasi dengan yang
dikoordinasi terdapat hubungan hierarkis, satu dengan yang lain berada pada
satu garis komando (line of command).
b. Koordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional : kedudukan yang
mengkoordinasi dengan yang dikoordinasi setingkat eselonnya.
c. Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi fungsional : yanh memhkoordinasi
menpunyai kedudukan lebih tinggi eselonnya disbanding yang di koordinasi,
tetapi satu sama lain tidak berada pada satu garis komando.
2. Koordinasi ekstern
Termasuk dalam koordinasi fungsional, bersifat horizontal dan diagonal. Siagian
mengelompokkan koordinasi sebagai berikut : (a) koordinasi menjadi atasan dengan
bawahan yang disebut koordinasi vertical; (b) koordinasi diantara sesame pejabat yang
setingkat dengan instansi; (c) koordinasi fungsional : koordinasi antar instansi, tiap
instansi mempunyai tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu.

D. Cara melakukan koordinasi


Sutarto mengungkapkan cara melakukan koordinasi antara lain dengan : (1) mengadakan
pertemuan informal antar pejabat; (2) mengadakan pertemuan formal antar pejabat; (3)
membuat edaran berantai kepada mengadakan pertemuan informal antar pejabat; pejabat yang
d mengadakan pertemuan informal antar pejabat;iperlukan; (4) menyebar kartu pada pejabat
yang diperlukan; (5) mengangkat coordinator; (6) membuat buku pedoman lembaga, buku
pedoman tata kerja, dan buku pedoman kumpulan peraturan; (7) berhubungan melalui alat
perhubungan / telepon; (8) membuat tanda-tanda; (9) membuat symbol; (10) membuat kode;
(11) bernyanyi bersama.

4
Hakekatnya koordinasi dilakukan secara formal, yaitu upaya impersonal dengan membuat
peraturan dan mengangkat pejabat, serta secara informal, yaitu pembicaraan dan konsultasi.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan pendekatan proses dan pendekatan tugas (koordinasi
mencakup seluruh program pengelolaan terhadap setiap subjek, objek dan bidang garapan
sekolah).

E. Komunikasi dalam MBS


1. Komunikasi Intern (Dasar, Tujuan, dan Manfaat)
a. Dasar : komunikasi yang baik antara berbagai personil harus dikembangkan untuk
mencapai hasil seoptimal mungkin. Kurang komunikasi akan mengakibatkan
kurangnya hasil yang dapat diwujudkan, bahkan sering gagal mencapai tujuan.
b. Tujuan : menciptakan kondisi menarik dan hangat, personil dapat bekerja terdorong
untuk berprestasi lebih baik dan mengerjakan tugas mendidik dengan penuh
kesadaran.
c. Manfaat : mudah dalam memecahkan / menyelesaikan masalah dengan bantuan
orang (diskusi).
2. Komunikasi Ekstern
a. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua
Tujuan : saling membantu dan saling isi mengisi mengenai bantuan keuangan dan
barang-barang, untuk mencegah perbuatan yang kurang baik, dan bersama-sama
membuat rencana yang baik untuk sang anak.
Cara menjalin hubungan sekolah dengan orang tua :
1) Melalui dewan sekolah : tujuannya untuk membantu menyukseskan
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah baik menyangkut
perencanaan, pelaksanaan,dan penilaian.
2) Melalui BP3 : memberi bantuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
(masalah sarana prasarana penunjang KBM).
3) Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan : pemberian
penjelasan tentang kegiatan belajar mengajar serta prestasi peserta didik dan
kelemahan yang perlu ditingkatkan.
4) Melalui ceramah ilmiah : menghadirkan ahli untuk menyampaikan
permasalahan dan pemecahannya dalam forum tersebut.
Hubungan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan,
seperti ; (a) proses belajar mengajar : memberi bantuan dan kemudahan belajar
kepada peserta didik; (b) bidang pengembangan bakat : pembinaan dan
pengembangan bakat agar berkembang optimal; (c) bidang pendidikan mental :
untuk menghadapi peserta didik dengan masalah kesulitan belajar karena kondisi
yang kacau; (d) bidang kebudayaan : penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar, penanaman cinta terhadap budaya dan produk dalam negeri.
5
F. Prinsip Komunikasi
Karakteristik hubungan professional antara lain dipengaruhi “tata karma” professional,
terbuka untuk mengemukakan pendapat, keputusan diambil berdasarkan pertukaran pendapat
dan memberikan keputusan yang bersifat pedoman, bukan sesuatu yang tegas dan praktis.
Kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip dibawah ini :
1. Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tetapi bertindak sebagai fasilitator
(demokratis dan kekeluargaan).
2. Mendorong guru untuk mau dan mampu memecahkan masalah, serta mendorong aktivitas
dan kreativitas guru.
3. Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendidik guru untuk mau
mendengar pendapat orang lain secara objektif.
4. Mendorong untuk mengambil keputusan yang baik dan mentaatinya.
5. Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara dan pengambil kesimpulan
secara redaksional.

G. Memecahkan Masalah Bersama di Sekolah


1. Kegiatan pertemuan yang bersifat teratur dan berkala.
2. Guru bergiliran mengemukakan pendapat.
3. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan professional dengan mengungkapkan
pengetahuan yang diperoleh dengan guru lain (diskusi).

H. Memecahkan Masalah Bersama


Di setiap sekolah selalu terdapat masalah yang perlu mendapat pemecahan secara
proporsional Setiap masalah perlu segera dicarikan jalan ke luar dan pemecahannya agar tidak
berlarut-larut. Untuk kepentingan tersebut, perlu ada kegiatan pertemuan yang bersifat teratur
dan berkala, misalnya dilakukan sebulan sekali. Makin jarang pertemuan diadakan, makin
berlarutlah suatu masalah. Karenanya itu, pertemuan periodik antarpersonil sangat diperlukan.
Dalam setiap pertemuan kepala sekolah berfungsi sebagai pimpinan dan guru-guru perlu
didorong secara bergiliran untuk mengemukakan pendapatnya tentang kegiatan kurikuler pada
bulan tertentu sehingga akan didapat sejumlah masalah yang mereka hadapi.

I. Hubungan Sekolah dengan masyarakat


Tujuannya ada 2 dimensi :
1. Kepentingan sekolah : memelihara kelangsungan hidup sekolah, meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah, memperlancar kegiatan belajar mengajar, memperoleh bantuan
dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program
sekolah.

6
2. Kebutuhan sekolah : memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat, menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat, memperoleh kembali anggota masyarakat yang terampil dan makin
meningkatkan kemampuannya.
3. Saling membantu, mengisi dan menggalang bantuan keuangan serta barang
4. Program kegiatan luar sekolah, mwaktu libur, pengisi waktu luang.
5. Membantu pengadaan alat peraga, perpustakaan sekolah, beasiswa / orang tua asuh.
Bidang kerjasama
a. pendidikan kesenian : pengembangan / pembinaan bakat seni dengan membentuk
perkumpulan kemudian dikembangkan.
b. pendidikan olahraga : manusia berkualitas yang dicita-citakan adalah yang sehat
jasmani dan rohani.
c. proses keterampilan : kerjasama dengan lembaga dan yayasan di masyarakat untuk
menekan dana yang dikeluarkan
d. pendidikan anak berkelainan : membentuk lembaga penyelenggara sekolah luar
biasa / memberi bantuan khusus bagi anak yang memerlukan.
Hubungan dapat dijalin dengan melalui dewan sekolah, melalui rapat BP3,
melalui rapat bersama, konsultasi, radio, tv, surat, telepon, pameran sekolah (pameran
hasil karya peserta didik, pementasan,dan mencari dana) , serta melalui ceramah.

J. Supervisi dalam MBS


1. Hakikat Supervisi
Secara etimologi kata super dan visi mengandung arti melihat dan meninjau dari
atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap
aktivitas, kreativitas dan kinerja bawahan. Istilah yang hampir sama dengan supervisi,
yaitu pengawasan. Pengawasan adalah kegiatan untuk melakukan pengamatan agar
pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan maksudnya untuk melihat
bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi itu digunakan
untuk mengetahui kekurangan- kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki
dalam suatu pekerjaan. Dalam MBS, supervise ditekankan pada pembinaan dan
peningkatan kemampuan serta kinerja tenaga kependidikan di sekolah dalam
melaksanakan tugas.
Dalam Carter Good’s dictionary of Education (dalam Mulyasa,2009:155), supervisi
adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga
kependidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan
merevisi tujuan –tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar
serta evaluasi pengajaran.
7
Sutisna mendeskripsikan supervise sebagai bantuan dalam pengembangan situasi
belajar mengajar yang lebih baik. Supervisi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
disediakan untuk membantu para guru dalam menjalankan pekerjaan agar lebih baik.
Menurut Wiles, supervisi yang baik hendaknya mengembangkan kepemimpinan
dalam kelompok, membangun program satu tahun dalam jabatan untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan guru dalam menilai hasil pekerjaannya. Sahertian
mengartikan supervise sebagai usaha mengawali, mengarahkan, menkoordinasi dan
membimbing secara kontinu pertumbuhan guru baik secara individual maupun secara
kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid
secara kontinyu sehingga dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi
modern. Pada hakikatnya, supervise mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu
pembinaan yang kontinyu, pengembangan kemampuan professional personil,
perbaikan situasi belajar mengajar dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan
dan pertumbuhan pribadi peserta didik.

2. Tujuan dan Fungsi


Tujuan supervisi adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru
untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan
belajar peserta didik. Sementara Ametembun mengungkapkan bahwa tujuan supervisi
adalah :
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar mengajar serta menolong
mereka merencanakan perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga sekolah lain terhadap
cara kerja yang demokratis dan komprehensif serta memperbesar kesediaan untuk
tolong menolong.
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk
mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya,
f. Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program
pendidikan disekolah kepada masyarakat.
g. Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak
wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.

8
h. Membantu kepala sekolah dan guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Setiap supervisor pendidikan harus memahami dan mampu melaksanakan supervise
sesuai fungsi dan tugas pokoknya baik yang menyangkut penelitian, penilaian, perbaikan
maupun pengembangan. Penelitian merupakan kegiatan untuk memperoleh gambaran yang
jelas dan objektif tentang situasi pendidikan yang akhirnya diperoleh data dan info sebagai
dasar untuk menganalisis, hasil analisisnya dan kesimpulan digunakan sebagai bahan
pertimbangan. Penilaian adalah tindak lanjut untuk mengetahui hasil penelitian lebih jauh,
untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi situasi pendidikan dan pengajaran yang
telah diteliti sebelumnya. Perbaikan merupakan hasil penilaian dan penelitian. Tugas
supervisor dalam hal ini adalah mencari jalan pemecahan, mengarahkan perbaikan,
meningkatkan keadaan, dan melakukan penyempurnaan. Pengembangan adalah upaya untuk
senantiasa mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang sudah baik yang ditemukan
dari hasil penelitian dan penilaian dengan memelihara, menjaga, dan meningkatkan hasil-
hasil yang telah dicapai supaya kondisi dan situasi tersebut tidak mengalami penurunan,
tetapi akan lebih baik dan meningkat, baik secara secara kuantitas maupun kualitas
pelaksanaan secara simultan, konsisten, dan kontinyu. Gwyn (dalam Mulyasa,2009:159)
merumuskan 10 tugas utama supervisor:
a. Membantu guru mengerti dan memahami peserta didik
b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara individual maupun secara
bersama-sama.
c. Membantu seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam melaksanakan proses belajar
mengajar
d. Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif.
e. Membantu guru secara individual.
f. Membantu guru agar dapat menilai peserta didik lebih baik.
g. Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya.
h. Membantu guru agar merasa bergairah dalm pekerjaannya dengan penuh rasa aman.
i. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulumdi sekolah.
j. Membantu guru agar dapat memberikan info yang seluas-luasnya kepada masyarakat
tentang kemajuan sekolahnya.

3. Teknik Supervisi
a. Kunjungan dan observasi kelas
Kepala sekolah mengamati langsung guru saat melaksanakan tugas, mengajar,
penggunaan alat, metode, teknik mengajar, secara keseluruhan dengan berbagai factor
yang mempengaruhi. Ada tiga pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa
memberitahu guru, memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b. Pembicaraan individual

9
Merupakan alat supervise yang penting karena dalam kesempatan tersebut
supervisor dapat bekerja secara individu dengan guru dalam memecahkan masalah
pribadi yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
c. Diskusi kelompok / pertemuan kelompok
Merupakan kegiatan mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap
muka dan interaksi lisan untuk bertukar info atau berusaha mencapai suatu
keputusan tentang masalah bersama. Kegiatan diskusi kelompok dapat
dikembangkan mlalui rapat sekolah untuk membahas bersama-sama masalah
pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
d. Demonstrasi mengajar
Proses belajar mengajar yang yang dilakukan oleh seorang guru yang
memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya. Tujuannya member contoh bagaimana cara melaksanakan
proses belajar mengajar yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan
pendekatan, metode, dan media pembelajaran.
e. Perpustakaan professional
Ciri professional tercermin dalam kemauan untuk belajar secara terus
menerus dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya. Guru
hendaknya merupakan kelompok “reading people” dan menjadi bagian dari
masyarakat belajar yang menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidup. Selain
teknik-teknik diatas, ada teknik lain yang bisa digunakan antara lain program
orientasi, lokakarya, bulletin supervise, penelitian tindakan (action research),
pengembangan kurikulum, rapat guru, bahkan penilaian diri sendiri berkaiatan
dengan pelaksanaan tugas oleh para guru.

K. Monitoring dan Evaluasi


Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, keberhasilan ME ditentukan oleh informasi yang cepat,
tepat dan cukup untuk pengambilan keputusan. Monitoring (dalam Rokhmaniah,2008:37)
adalah proses pemantauan untuk mendapatkan informasi pelaksanaan MBS. Sedangkan
evaluasi ialah proses mendapatkan informasi tentang hasil MBS. Monitoring dan evaluasi
memiliki tujuan yaitu mendapatkan informasi sebagai masukan dalam pengambilan keputusan
dan member masukan (umpan balik) bagi perbaikan pelaksanaan MBS baik konteks, input,
proses, output, maupun outcome.
Komponen MBS yang perlu di monitoring dan di evaluasi adalah :
1. Konteks (eksternal sekolah) : berupa tuntutan (demand) dan dukungan (support) yang
berpengaruh terhadap input sekolah. Evaluasinya dengan needs assessment.
2. Input
3. Proses
10
4. Output (dampak pendidikan jangka pendek)
5. Outcome (hasil MBS jangka panjang)

Ada 2 jenis ME :
1. Internal : ME yang dilakukan oleh sekolah, tujuannya untuk mengetahui tingkat kemajuan
sekolah sehubungan dengan sasaran – sasaran sekolah. Pelaksanaan ME internal adalah
warga sekolah.
2. Eksternal : ME yang dilakukan pihak luar sekolah seperti Dinas Pendidikan Kabupaten /
Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Pengawas, atau gabungan dari mereka.
Hasil ME untuk system hadiah bagi sekolah, meningkatakan iklim kompetensi antar
sekolah, kepentingan akuntabilitas sekolah, memperbaiki system yang ada secara menyeluruh,
dan membantu sekolah mengembangkan dirinya.

L. Indikator Keberhasilan MBS


Yang menjadi factor keberhasilan MBS diantaranya adalah sebagai berikut (dalam
Depdiknas,2007:59) :
1. Adanya pemerataan pendidikan (berupa kesamaan kesempatan antara siswa – siswa desa-
kota, kaya miskin, laki-perempuan, cacat-tidak cacat).
2. Kualitas pendidikan (input, proses, output).
3. Efektivitas dan efisiensi pendidikan (angka kenaikan kelas, angka kelulusan, angka putus
sekolah).
4. Tata pengelolaan sekolah yang baik ( melalui partisipasi, transparansi, tanggung jawab,
akuntabilitas, wawasan ke depan, penegakan hukum, keadilan, demikrasi, prediktif,
kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi, serta kepastian jaminan hukum).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan makalah tersebut, maka dapat menarik
kesimpulan antara lain :

1. Dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, Koordinasi berkaitan dengan


penempatan berbagai kegiatan yang berbeda-beda pada urusan tertentu, sesuai
dengan aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan pendidikan dengan sebaik-
baiknya melalui proses pembelajaran yang tidak membosankan. Sedikitnya terdapat
5 pokok pikiran yang merupakan intisari koordinasi, yaitu kesatuan tindakan atau
kesatuan usaha, penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar satuan, keselarasan,
dan sinkronisasi.
2. Komunikasi dalam Manajemen Berbasis Sekolah meliputi komunikasi intern dan
ekstern. Komunikasi intern adalah komunikasi antar personil di sekolah.
Komunikasi yang sehat di sekolah harus senantiasa dikembangkan, baik oleh
Kepala Sekolah maupun oleh para guru dan personil lainnya. Komunikasi eksternal
merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di sekitarnya,
untuk mendapatkan masukan-masukan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di sekolah. Komunikasi eksternal ini meliputi hubungan sekolah dengan
orang tua peserta didik dan hubungan sekolah dengan masyarakat, baik secara
individu maupun melembaga.
3. Hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik dapat dilakukan melalui Dewan
Pendidikan, Komite Sekolah, pertemuan pembagian buku laporan pendidikan,
rekreasi atau studi banding bersama, dan ceramah ilmiah. hubungan sekolah dengan
orang tua peserta didik dapat dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti
pembelajaran, pengembangan bakat, pendidikan mental dan kebudayaan.
4. Hubungan sekolah dengan masyarakat, antara lain, dapat dilakukan melalui bidang
pendidikan kesenian, olahraga, dan keterampilan, serta pendidikan bagi peserta
didik berkelainan. Dalam rangka MBS, hubungan sekolah dengan masyarakat dapat
dijalin melalui Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, rapat bersama, konsultasi.
5. Supervisi adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan
tenaga kependidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru,
menyeleksi dan merevisi tujuan –tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-
metode mengajar serta evaluasi pengajaran.

12
B. Saran
Berdasarkan dari pemaparan pembahasan dan kesimpulan, Maka terdapat
beberapa saran mengenai Manajemen Berbasis Sekolah, antara lain:
1. Pemerintah harus lebih giat lagi untuk melakukan sosialisasi tentang manajemen
berbasis sekolah kepada Kepala Sekolah, karena Kepala Sekolah masih belum
memahami tentang tugas pokok kepala sekolah sebagai manajer sekolah, Ia
mempunyai wewenang dan kekuasaan untuk mengelola sendiri sekolah tersebut
dengan keterlibatan masyarakat umum untuk bersama-sama meningkatkan kualitas
pendidikan agar dalam pengimplementasian manajemen berbasis sekolah dapat
berjalan sesuai harapan.
2. Kepala Sekolah harus memberikan pemahaman lebih tentang tanggung jawab
seluruh penghuni sekolah agar dapat melakukan tugas dengan baik dalam
mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah.
3. Pihak sekolah harus lebih melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan di
luar sekolah agar dapat membantu dan saling bekerja sama mencapai tujuan sekolah,
karena hal tersebut merupakan bagian dari pengimplementasian manajemen
berbasis sekolah.

C. Keterbatasan
1. Makalah ini hanya bersifat gambaran umum dan teoritis tentang yang Koordinasi
dan komunikasi dalam manajemen berbasis sekolah.
2. Materi yang disajikan tidak cukup mendalam, jadi masih bisa dikembangkan lagi
materi tentang koordinasi dan komunikasi dalam manajemen berbasis sekolah agar
lebih spesifik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. (2012). Manajemen berbasis sekolah: Konsep, strategi, dan implementasi.


Bandung: Rosda.

Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung:


Rosda

Neal. R.G. (1991). School based management. Indiana: National Education Service. I I.

Wohlstetter, P. (et al). 1997. Successful school based management. Virginia:


Association for Supervision and Curriculum Development

14

Anda mungkin juga menyukai