Dalam penilaiannya, tim uji sertifikasi guru telah menetapkan bobot skor setiap
komponen yang akan dinilai. Misalnya untuk poin kualifikasi akademik, bagi peserta sertifikasi
(guru) yang telah menamatkan pendikan jenjang S1, S2, dan S3 pada bidang pendidikan yang
relevan dengan tugas mengajarnya, sang kandidat akan memperoleh skor maksimal untuk
komponen ini sebesar 525. Kemudian, bagi peserta yang telah memiliki pengalaman mengajar
lebih 25 tahun, akan memperoleh skor 160. Komponen lainnya juga sudah ditetapkan aturan
jumlah skornya. Diperkirakan total skor maksimal untuk semua komponen yang dinilai adalah
sebesar 1500. Sementara untuk bisa lolos program sertifikasi ini, seorang guru harus memiliki
skor minimal 850 atau sekitar 57% dari perkiraan skor maksimal.
Kasus ketidakjujuran di kalangan siswa barangkali tak lagi dianggap sebagai kejadian luar biasa
dalam dunia pendidikan kita di tanah air. Hal ini disebabkan karena kasus ketidakjujuran itu
dalam berbagai bentuk, seperti mencontek ketika ujian, sepertinya sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dalam sejarah panjang dunia pendidikan kita. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa
mencontek telah menjadi ‗budaya‘ (baca: kebiasan buruk) dari pelaku pendidikan kita, karena
tak sedikit siswa (juga mahasiswa) yang pernah melakukan ketidakjujuran jenis ini dalam proses
belajar mengajar yang mereka lalui.
Teacher Cheating
Teacher cheating adalah bentuk ketidakjujuran yang dilakukan seorang guru ketika sebuah ujian
untuk anak didik mereka berlangsung. Seorang guru disebut terlibat dalam aktifitas cheating
yaitu ketika mereka ikut membantu anak didik mereka dalam menjawab soal selama ujian.
Biasanya fenomena teacher cheating ini terjadi ketika siswa menghadapi sebuah high-stake test,
yaitu tes yang hasilnya memiliki konsekuensi serius, tidak hanya kepada masa depan siswa, tapi
juga pada ‗nama baik‘ guru dan sekolah dimana siswa belajar. Dan dalam konteks pendidikan
Indonesia, Ujian Nasional (UN) adalah salah bentuk high-stakes testing yang dikhwatirkan bisa
memancing sebagian oknum guru berlaku tidak jujur dalam pelaksanaanya.