Anda di halaman 1dari 6

SISTEM KEGURUAN, ETIKA, DAN PROFESIONAL SEBAGAI GURU

INDONESIA

SAPRIL ( 911420062 )
Profesi keguruan : imam prawiranegara gani S.Pd.,M.Pd.
Em-mail : safrilal08@gmail.co
Program Studi S1 Pendidian eknomi
Fakultas Eknomi , Universitas Negri Gorontalo
2022/2023

Abstrak: Teachers are the spearhead of the implementation of education which has
a very important and central role in the intellectual life of the nation. The demand
for this role was confirmed by the declaration of "teacher as a profession" by the
President on December 4, 2004. Thus, the position of teachers in education has
become increasingly strategic. Philosophically, it is the right of the community and
students to obtain quality education and, therefore, qualified teachers are needed.
For this reason, teacher training is needed to ensure that teachers carry out their
duties to a high standard.
Keywords: The concept of the teaching profession, teacher professionalism, 9
components of teacher competence, teacher professionalism, teacher roles, teacher
rights and teacher obligations.

Abstrak: Guru merupakan ujung tombak penyelenggaraan pendidikan yang


mempunyai peran yang sangat penting dan sentral dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tuntutan peran tersebut dikukuhkan dengan dideklarasikannya “guru
sebagai profesi” oleh Presiden pada 4 Desember 2004. Dengan demikian, posisi
guru dalam pendidikan menjadi semakin strategis. Secara filosofis adalah hak
masyarakat dan siswa untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, oleh karena
itu diperlukan guru yang berkualitas. Untuk itu, pelatihan guru diperlukan untuk
memastikan bahwa guru melaksanakan tugasnya dengan standar yang tinggi.
Kata kunci: Konsep profesi guru, profesionalisme guru, 9 komponen kompetensi
guru, profesionalisme guru, peran guru, hak guru dan kewajiban guru.

PENDAHULUAN

Profesi keguruan merupakan suatu kegiatan yang menunjukkan dan


menjunjung tinggi prinsip dan asas-asas keprofesionalitasan dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya dalam mendidik dan mengajar peserta didik. Guru yang
profesional merupakan produk dan hasil dari suatu pendidikan profesi guru dengan
mengandalkan kualitas keilmuan yang tinggi, moralitas yang agung, serta ditunjang
berbagai kapabilitas yang tidak diragukan lagi efektivitas dan efisiensinya dalam
melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Begitu pula sebutan guru profesional
berlaku dalam seluruh aktivitas kehidupannya baik di sekolah maupun di luar
sekolah seperti lingkungan dan masyarakat. Namun untuk menjadi guru yang
profesional tidaklah mudah karena memerlukan pendidikan khusus yaitu
pendidikan profesi guru dan proses yang berkelanjutan. Dimulai dari pembahasan
tentang pemahaman arti profesi dan guru secara mendalam, kompetensi guru, hard
skill dan soft skill guru, perencanaan pembelajaran, kode etik profesi guru,
supervisi pendidikan, dan program sertifikasi profesi guru yang kesemuannya itu
telah disesuaikan dengan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.

hakikat profesi seorang guru secara umum, adalah bekerja atas dorongan
atau panggilan hati nurani sehingga merasa senang melaksanakan tugas berat
mencerdaskan anak didik. Selanjutnya, ada tiga peran guru (tenaga pendidik) secara
makro; yakni sebagai (a) pekerja profesional guru bertugas mengajar, membimbing,
melatih, dan mengevaluasi (b) pekerja kemanusiaan guru merealisasikan seluruh
kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c) petugas kemashlahatan guru mengajar
dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.

Pandangan yang lebih spesifik mengungkapkan bahwa seorang guru


idaman adalah produk seimbang antara penguasaan aspek keguruan dan disiplin
ilmu. Sejalan dengan itu, seseorang yang berprofesi sebagai guru dituntut untuk, di
antaranya, memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai. Dengan
cara itu, guru sudah berbekal keahlian untuk melaksanakan tugas yang diperoleh
setelah menempuh pendidikannya itu. Kemampuan profesional tersebut, tentu saja,
lazimnya tidak dimiliki warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah ikut
pendidikan keguruan.
Profesi didefinisikan sebagai bidang usaha atau kerja yang menerapkan
pengetahuan dan kecakapan atau keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Karsidi juga mengatakan bahwa ciri profesi adalah memiliki kode etik,
menerapkan pengetahuan dan keahlian khusus yang terorganisir, dengan tingkat
pendidikan minimal yang dipersyaratkan, memiliki sertifikat keahlian, menjalani
proses persiapan tertentu sebelum memangku tugas dan tanggung jawab, ada
kesempatan perluasan dan pertukaran ide antar sesama profesi, serta ada tindakan
dan batasan dalam hal malpraktek oleh pelaku profesi. Singkatnya, upaya
pemenuhan penerapan pengetahuan dan keahlian serta ciri tersebut dapat dimaknai
sebagai profesionalisme. Jika yang memenuhi upaya itu adalah guru maka hal itu
disebut profesionalisme guru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
profesionalisme adalah ‘mutu/kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi atau orang yang profesional’. Dengan demikian, profesionalisme guru
adalah mutu/kualitas, dan tindak tanduk dari seorang guru yang profesional.
Dalam menjalankan tugas profesionalnya, sebagaimana juga diperoleh
oleh sebuah profesi lainnya, guru memerlukan pembinaan. Pembinaan adalah
proses, perbuatan, cara, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna
dan berhasilguna untuk memperoleh hasil yang lebih baik (KBBI). Demikianlah,
pemerintah menjalankan program pembinaan profesi guru secara terstruktur.
Program-program pemerintah yang diharapkan mendorong peningkatan
profesionalisme guru itu adalah berupa pre-service, in-service, on-service teacher
training program.
METODE

Jurnal ini menggunakan metode studi literature (kajian pustaka), yaitu


kajian yang bertujuan untuk menyusun teori dasar. Materi-materi yang digunakan
bersumber dari makalah, buku-buku kapita selekta pendidikan dan juga e-book dan
internet.

PEMBAHASAN

1. Profesionalisme Guru

Berbagai faktor mendasar yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan


adalah guru, anak didik, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, dan
kurikulum. Di antara faktor-faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses
pembelajaran di sekolah menempati kedudukan sekaligus memainkan peran yang
sangat penting; artinya, tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru
sebagai subjek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri.
29 negara menyimpulkan bahwa di antara berbagai masukan yang menentukan
mutu pendidikan (ditunjukkan melalui prestasi belajar siswa) sepertiganya
ditentukan oleh guru.

Peran guru bahkan akan semakin penting di tengah keterbatasan sarana


dan prasarana sebagaimana yang dialami negara-negara yang sedang berkembang.
pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu,
yakni guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat. Oleh karena itu,
keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan
praktik pendidikan yang bermutu. Istilah guru profesional, saat ini, diacukan
kepada kebijakan pemerintah untuk menjadi pekerjaan guru sebagai sebuah profesi.
(UU No 14/2005 tentang guru dan dosen).

Sebagaimana yang disinggung di atas, pekerjaan guru telah diputuskan


sebagai salah satu profesi seperti yang digariskan di dalam Undang-Undang Guru
dan Dosen (UU GD) nomor 14 tahun 2005. Artinya, guru sudah dianggap sebagai
pendidik profesional. Untuk itu, Pasal 1 UU GD/2005 menegaskan bahwa tugas
utama guru adalah mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi anak didik, mulai dari anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Oleh karena itu,
dipersyaratkan oleh UU GD agar seorang guru memiliki kualifikasi akademik
minimal lulusan Program S1/D4 dan memiliki 4 (empat) kompetensi pendidik
utama: pedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional.

2. Ringkasan Uraian Bagian Kompetensi Utama Guru Teori dan Prinsip


Belajar
Berdasarkan teori psikologi dan teori belajar yang mendasarinya, maka
teori pembelajaran dapat dibagi menjadi lima kelompok: (i) modifikasi tingkah
laku, (ii) konstruk kognitif, (iii) prinsip-prinsip belajar, (iv) analisis tugas, dan (v)
psikologi humanistik.

Modifikasi tingkah laku sangat terkenal semenjak Skinner


memperkenalkan teorinya. Binatang saja dapat melakukan berbagai aktifitas setelah
dilatih secara rutin dan terus menerus; apalagi kalau latihan juga dibekalkan kepada
anak didik maka mereka dipastikan akan dapat beraktifitas dalam berbagai bentuk.
Begitulah konsep pembelajaran modifikasi tingkah laku untuk anak didik ini yang
perlu pula disertai dengan pemberian penguatan (reinforcement). Yang terakhir itu
bertujuan tidak saja untuk memberikan penghargaan terhadap prestasi atau
keberhasilan anak didik, akan tetapi hal itu akan meningkatkan rasa bangga
sekaligus kepercayaan diri mereka.
Prinsip konstruk kognitif dikembangkan, di antaranya, oleh Bruner.
Prinsip belajar ini juga memakai prinsip penguatan dan hukuman di samping
mengharuskan tumbuhnya motivsi atau keinginan belajar, kopseptualisasi bahan
ajar, dan bahan ajar itu diurutkan sesuai tingkat perkembangan anak didik.

3. Beretos Kerja, Bertanggung Jawab, dan Bangga di Indonesia


Uraian ini dikaitkan, khususnya, pada tugas guru, misalnya, untuk
mengatasi kesalahan dan kerusakan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah satu di antara tiga pilar ikrar Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928, selain bangsa dan tanah air Indonesia. Setelah perjalanan bangsa dan
tanah air Indonesia mengalami masa-masa krisis yang rumit untuk diatasi, bahasa
Indonesia menjadi pilar terakhir yang patut diselamatkan ditinjau dari segi
kontribusinya dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Tugas ini terbilang
berat utnuk guru karena beberapa alasan.

UUD 1945 mengamanatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa


nasional, sekaligus sebagai bahasa negara. Setiap warga negara Indonesia wajib
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Yang pertama mengacu
kepada penggunaan bahasa Indonesia sesuai aturan dan ketentuan di dalam bahasa
Indonesia. Sementara yang kedua berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia
menurut situasi dan konteks pemakaiannya di masyarakat. Akan tetapi, rata-rata
masyarakat Indonesia salah kira (mispercept) bahwa mereka sudah berbahasa
Indonesia secara baik dan benar. Hal ini mungkin disebabkan fakta bahwa bahasa
Indonesia adalah bahasa kedua bagi mayoritas rakyat Indonesia. Yang terakhir ini
menumbuhkan keyakinan bahwa bahasa Indonesia juga sebagai bahasa persatuan,
yang menyatukan berbagai suku bangsa dengan ratusan bahasa daerah sekaligus
budayanya di seantero nusantara ini.

4. Berkomunikasi dengan Semua Pihak


Arah komunikasi guru berlangsung, lazimnya, dengan pimpinan sekolah,
sesama guru, Kemendiknas/Kemenag, dan sedikit dengan perguruan tinggi terkait
serta masyarakat umumnya. Tugas mengajar dan tugas kependidikan lainnya untuk
guru dilegalisasi oleh pimpinan sekolah. Guru biasanya juga tergabung di dalam
kelompok kerja guru (KKG) dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), yang
secara spesifik berfungsi untuk dapat membicarakan tugas masing-masing dalam
rangka merealisasikan pembelajaran.

waktu tertentu, pihak Kemendiknas/Kemenag berkomunikasi dengan guru


secara langsung dan tidak langsung. Urusan kepangkatan dan karir guru biasanya
diselesaikan melalui komunikasi guru dan dinas terkait.
Guru kadang-kadang diundang oleh perguruan tinggi, setelah
direkomendasi oleh sekolah dan Kemendiknas/Kemenag, untuk menghadiri
kegiatan ilmiah (seminar, kongres, konferensi, dan sebagainya) yang dilaksanakan
perguruan tinggi itu. Kegiatan yang masih langka adalah penelitan dan pengabdian
kepada masyarakat bersama antara dosen dan guru. Dua yang terahir ini akan lebih
menarik jika guru terlibat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bersama
dosen pada almamaternya sendiri.

Akhirnya, tugas guru untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas, di


antaranya, ditujukan untuk merealisasikan prinsip bahwa mendidik anak didik itu
adalah tugas bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pola dan mekanisme
komunikasi guru dan sekolah dengan masyarakat, dengan demikian, perlu terus
dikembangkan.

PENUTUP
Sistem pembinaan guru diharapkan menghasilkan guru yang profesional.
Guru yang professional, pada hakikatya, adalah guru yang melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya secara otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif,
dan berdaya intelektual tinggi. Kata otonom mengandung makna, bahwa guru yang
profesional dapat melaksanakan tugas dengan kapabilitas diri sendiri, bukan
diintervensi kekuasaan atau birokrasi pendidikan. Dengan demikian, guru harus
menjadi profesional sungguhan untuk bisa bertugas secara mandiri walaupun dalam
berproses dalam meningkatkan karier diperlukan campur tangan pemerintah dan
pihak terkait lainnya.

Guru yang profesional pun memiliki daya juang dan energi untuk
berkomunikasi secara dua arah dengan birokrasi pendidikan, kepala sekolah, dan
pengawas sekolah sesuai hak dan kewajibannya. Guru yang profesional bebas
berafiliasi ke dalam organisasi sebagai wahana perjuangan, pengembangan profesi,
dan penegakan independensi sebagai “pekerja” yang

memiliki atasan langsung. Guru yang profesional juga memiliki ruang


gerak yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatannya di bidang pendidikan dan
pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan
penunjang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Bergan, S. 2007. ‘Promoting New Approaches to Learning’. In EUA Bologna


Handbook: Making Bologna Work, B.1.1-Bologna Process (1999) The
European Higher Education Area. Bologna, Bologna Process
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penulisan
Karya Ilmiah: (materi diklat peningkatan kompetensi Sengawas Sekolah).
Jakarta
Dornyei, Zoltan. 2007. Research Method in Applied Linguistics. Oxford: Oxford
University Press.

Dotson, Jeanie M, 2001. Cooperative Learning Structures Can Increase Student


Achievement. California: Kagan Publishing
Ellis, Mary. 2013. “Using ICT in the Student-Centered English Language
Classroom: Implementation and Practice”. Makalah. Disajikan Dalam
Seminar Internasional Pengajaran Bahasa Inggris, Universitas Galuh, Ciamis,
Bandung
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai