Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP


AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TOLI TOLI UTARA

(Disusun untuk memenuhi UAS Mata Kuliah “AKUNTANSI


PENDIDIKAN”)

Dosen Pengampuh: DR. CRISTIAN POLAMOLO S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

Sapril / 911420062

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP


AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TOLI TOLI UTARA

DISUSUN OLEH :
SAPRIL
( 911420062 )

Menyetujui :

Dosen pembimbing 1. Dosen pembimbing 2

DR. CRISTIAN POLAMOLO S.Pd.,M.Pd DR. RAFLIN HINELO S.Pd.,M.Pd

Mengetahui :

Ketua HMJ pendidikan ekonmi

DINDRA MA RUF
DAFTAR PUSTAKA

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................4

1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................8

1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................8

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................9

1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………………..9

BAB II....................................................................................................................10

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESISI........................10

A. KAJIAN TEORITIS......................................................................................10

1. Pengertian Penerapan Model Pembelajaran............................................10

2. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual.............................................11

3. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kontekstual........................11

4. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual...............14

B. KERANGKA BERFIKIR..............................................................................17

C. HIPOTESIS...................................................................................................18

BAB III..................................................................................................................20

METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................20

A. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................20

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.....................................................22

C. METODE PENELITIAN..............................................................................22

D. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING...................................................22

1. Populasi Penelitian......................................................................................22
2. Sampel Penelitian.......................................................................................23

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.............................................................24

1. Pengumpulan Data......................................................................................24

a. Observasi.....................................................................................................24

b. Studi Pustaka..............................................................................................25

F. TEKNIK ANALISIS DATA......................................................................25

1. Uji Prasyarat...............................................................................................25

2. Uji Hipotesis...............................................................................................26

G. HIPOTESIS STATISTIK..............................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara dengan tingkat Sumber Daya Alam (SDA) yang
sangat melimpah. Maka dari itu diperlukan sumber daya manusia yang unggul
untuk bisa mengelola sumber daya alam yang tersedia. Oleh karena itu, itu
memajukan suatu sumber daya manusia yang unggul diperlukan pendidikan yang
begitu bagus untuk suatu bangsa dan negara.

Untuk mengatasi rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ada di


Indonesia, diperlukan pemerataan penguasaan teknologi, kualitas pendidikan dan
manajemen pendidikan di Indonesia, minimnya fasilitas pendidikan serta
buruknya manajemen pendidikan terutama di daerah-daerah terpencil yang
cenderung diabaikan, menyebabkan tidak tercipta nya pemerataan.

Di sinilah peran pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan harus


mulai memperhatikan tingkat pendidikan di daerah terpencil dan perbatasan
Indonesia dengan cara mengirimkan tenaga pengajar yang kompetitif dan
memiliki kualifikasi serta memfasilitasi perangkat yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan pendidikan di daerah tersebut.

Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat membuat indonesia


harus mengikuti arus globalisasi yang memunculkan pesaingan dibidang
pendidikan. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkat mutu
pendidikan.

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan tersebut, pemerintah berusaha


melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan meningkat, diantaranya
perbaikan kurikulum, SDM, sarana dan prasarana, perbaikan tersebut tidak ada
gunanya jika tidak ada dukungan dari pendidik, orang tua murid, dan masyarakat
sekitar yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam mengarahkan kemampuan
belajar sehingga manusia dapat mengenal, mempelajari, mengadopsi serta
mengamalkanya sesuai konsep dan teori dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tidak terkecuali bagi generasi yang akan datang sebagai pemegang
tongkat estafet generasi yang lampau dalam menghadapi masa depan.

Pendidikan dan manusia, diakui atau tidak antara keduanya tidak bisa di
pisahkan. Hal ini dapat dipahami dari UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang
sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk bisa memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperbadian, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, lingkungan masyarakat, serta bangsa dan
negara.

Salah satu untuk mengembangkan potensi diri yaitu dengan peningkatan


kualitas sumber daya manusia ialah dengan pendidikan. Karena pendidikan
merupakan cara untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur menurut
cita-cita dan nilai-nilai dari masyarakat dan membentuk manusia yang cerdas,
yang tidak hanya cerdas dalam aspek pengetahuan tetapi harus cerdas dalam sikap
dan keterampilan. Dan untuk menjalankan suatu pendidikan yang baik dibutuhkan
seorang pendidik yang mampu berkerja sama dengan para siswa agar tujuan
pembelajaran bisa tercapai dengan baik dan mendapatkan hasil yang sangat
memuaskan.

Pendidik adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar


mengajar. Oleh karena itu, pendidik harus benar-benar membawa siswanya
kepada tujuan yang ingin dicapai. Pendidik harus berwawasan yang luas dan
berwibawa untuk peningkatan mutu pendidikan, karena pendidik merupakan actor
utama dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

Oleh karena itu, Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang


menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas
mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Maka dari itu pendidik
harus membuat suatu aktivitas belajar yang menarik agar siswa merasa senang
dengan pembelajaran di kelas.

Aktivitas suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang.
Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dinamakan
dengan akvitas belajar siswa yang tidak hanya dilakukan dalam lingkungan
sekolah tetapi juga di rumah. Aktivitas belajar di sekolah bisa berlangsung di
dalam kelas maupun luar kelas dan yang akan diteliti adalah aktivitas belajar di
kelas. Sedangkan aktivitas belajar di rumah juga bisa berlangsung di dalam
ruangan maupun di luar ruangan rumah.

Aktivitas belajar merupakan proses kegiatan atau tindakan yang dilakukan


oleh seorang siswa baik fisik maupun mental dalam membangun pengetahuan dan
keterampilan dalam diri untuk kegiatan pembelajaran yang efektif. Guru tidak
hanya menyampaikan pengetahuan dan keterampilan saja. Tetapi, guru harus
membawa siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental,


dimana dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut saling berkaitan sehingga
akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal (Sadirman,2011:100). Dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
dimana dalam hal ini siswa melakukan kegiatan untuk mengubah tingkah laku.
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar.

Aktivitas disekolah cukup kompleks dan bervariasi.. banyak jenis aktivitas


yang dapat dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya
mencatat dan mendengarkan Paul B. Diedrich dalam (Sadirman, 2011,101).
Aktivitas belajar dapat diciptakan dengan melaksanakan pembelajaran yang
menyenangkan dengan menyajikan variasi model pembelajaran yang lebih
memicu kegiatan siswa. Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran. dalam pembelajaran siswa harus memperoleh atau mendapatkan
kesempatan keaktifan belajar. Siswa tidak hanya duduk diam, mendengarkan
kemudian mengerjakan soal. Lebih dari itu siswa harus mendapatkan kesempatan
untuk belajar secara aktif.

Diharapkan dalam proses aktivitas belajar siswa di sekolah maupun di


kelas siswa harus tekun mengerjakan tugas yang diberikan guru, selalu merasa
senang ketika melaksanakan proses pembelajaran, senang bekerja sendiri
dibandingkan bertanya ke teman-temannya, selalu ada rasa ingin mencari tahu apa
yang tidak diketahui, dapat mempertahankan pendapatnya disaat diskusi, tidak
cepat bosan dengan tugas dan pembelajaran yang diberikan oleh guru, ketika
proses pembelajaran berjalan lebih senang di dalam kelas daripada di luar kelas,
senang memecahkan soal-soal yang diberikan oleh guru dibandingkan
menghabiskan waktu bermain dan tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan
sesuatu yang di kerjakan.

Dari penjelasan di atas berbeda dengan fakta yang berada di lapangan.


Hasil observasi peneliti di kelas XI SMA Negeri 1 Toli Toli Utara pada mata
pelajaran ekonomi terlihat rendahnya aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Hal ini terlihat dari kurangnya kesiapan siswa dalam menerima
materi pembelajaran, serta cenderung merasa bosan dengan pembelajaran. Selain
itu siswa pada saat belajar lebih suka melakukan keributan dan berbicara dengan
temannya dari pada mendengarkan guru yang menjelaskan materi di depan.
Bahkan ada juga yang tertidur pada waktu proses pembelajaran berlangsung.

Dalam masalah ini sepertinya siswa merasa bosan dikarenakan tidak


adanya hasrat untuk melakukan proses pembelajaran, kurangnya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, proses pembelajaran yang terlalu monoton dan tidak
asik dalam pikiran siswa, tidak adanya model pembelajaran yang membosakan
para siswa. Dengan melihat kondisi tersebut, maka salah satu upaya yang bisa
dilakukan oleh guru yaitu dengan memberikan proses pembelajaran dengan model
kontekstual, agar kemudian aktivitas belajar siswa juga meningkat dengan
perlahan-lahan.
Model Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, masyarakat, dan dunia kerja nantinya. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran dihadapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam hal ini bahwa model kontesktual
memberikan dampak yang begitu positif dalam proses aktivitas belajar siswa pada
kelas XII IPS meningkat secara perlahan-lahan.

Berdasakan latar belakang di atas, maka peneliti tertatik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
IPS SMA Negeri 1 Toli Toli Utara”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka peneliti dapat mengidentifikasikan


permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.


2. Kurangnya dorongan dan kebutuhan siswa dalam belajar.
3. Kurangnya model pembelajaran yang menarik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti merumuskan masalah


penelitian tentang apakah ada Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS
SMA Negeri 1 Toli Toli Utara?
1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian Untuk Mengetahui


Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Aktivitas Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Toli Toli Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara toeri dan
praktis sebagai berikut.

1. Manfaat Teori
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dalam menerapkan
model pembelajaran kontesktual dalam proses belajar untuk peningkatan
aktivitas belajar siswa
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan model pembelajaran kontesktual
dalam proses belajar untuk peningkatan aktivitas belajar siswa
b. Bagi Guru
1) Sebagai bahan informasi kepada guru tentang pentingnya model pembelajaran
kontesktual dalam peningkatan aktivitas belajar siswa.
2) Sebagai bahan pertimbangan dan acuan guru dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah dalam meningkatan aktivitas belajar siswa
dengan adanya model pembelajan kontesktual
d. Bagi peneliti
Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman dalam tahap proses
pembinaan diri sebagai calon pendidik masa depan.
BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS.

A. KAJIAN TEORITIS.

1. Pengertian Penerapan Model Pembelajaran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia penerapan adalah perbuatan


mempraktikan. Berdasarkan pengertian penerapan tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan dengan maksud
untuk mencapai tujuan tertentu.

Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) diartikan sebagai pola
dari sesuatu yang akan dihasilkan atau dibuat secara kaffah model diartikan
sebagai suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu
hal yang nyata dan dikonversi menjadi sebuah bentuk yang lebih komprehensif.
Berikutnya yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang isitematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu,
sebagai calon guru atau guru yang sekaligus sebagai perancang dan pelaksana
aktivitas pembelajaran harus mampu memahami model-model pembelajaran
dengan baik agar pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efesien.11
Menurut joyce & well model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
dikelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk
mencapai tujuan pendidikannya.12
Dari definisi di atas dapat di artikan bahwa model pembelajaran adalah
rencana atau pola yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pendidikan dalam
proses belajar mengajar.

2. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Kontekstual disebut juga pendekatan kontektual karena konsep belajar yang


membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi sehari-
hari siswa, sehingga dapat mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Disamping itu siswa dapat belajar melalui
mengalami bukan menghafal, karena pengetahuan bukan suatu perangkat fakta
dan konsep yang siap diterima, akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh
siswa.
Menurut Siti Zulaiha dan bukunya Nurhadi, Dkk, kontekstual merupakan
salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan kurikulum berbasis
kompetensi dan cukup relevan untuk di terapkan disekolah. kontekstual adalah
suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan, sementara siswa memperoleh
pengetahuan sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai
bekal memecahkan masalah dalam kehidupannya.

3. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru


mengaitkan anatara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen pembelajaran kontekstual yakni :
1) Kontukstivisme.

Kontrukstivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran


kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya di peroleh melalui konteks yang terbatas (sempit) bukan
secara tiba-tiba. Dengan dasar tersebut pembelajaran harus dikemas menjadi
proses pembelajaran PAI, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar, siswa yang menjadi pusat
kegiatan bukan guru. Terkait dengan komponen kontrukstif permasalahan yang
dimunculkan dalam pembelajaran kontektual merupakan masalah kontekstual
yang dekat dengan keseharian siswa. Contoh kontekstual dapat diberi ditengan
atau di awal pelajaran pada saat melakukan apersepsi, misalnya siswa diminta
menyebutkan macam- macam daan berbagai sikap yang bergolong akhlak terpuji,
dan hal itu dapat diberi stimulus terlebih dahulu, misalkan dengan menunjukan
sikap tidak menyontek saat ujian, dimana hal ini terkait dengan keseharian peserta
didik di kelas.

2). Inkuiri.

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis


kontekstual, dimana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, siswa bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri. Guru
diharapa merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang diajarkan Proses menemukan suatu konsep yang sudah ada atau yang
dikenal dengan inkuiri diwujudkan dalam bentuk kegiatan melengkapi lembar
kerja siswa yang sengaja disususn denggan alur yang membantu siswa
menemukan sebuah konsep mengenai materi berakhlak mulia di tempat ibadah,
maupun ditempat umum. Dalam penyusunan LKS tersebut, proses inkuiri terlihat
dari proses menemukan definisi sikap optimis, bertawakal dan qhana’ah. Guru
tidak memberikan konsep tersebut secara langsung melainkan melalui stimulus
cerita kepada siswa-siswi.
3). Bertanya

Merupakan strategi utama pembelajaran kontekstual. Guru menggunakan


pertanyaan untuk menuntun siswa berfikir, bukannya penjejalan berbagai
informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya adalah suatu strategi yang
digunakansecara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi
gagasan-gagasan. Pertanyan- peertanyaan spontan yang di ajukan siswa dan
digunakan untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi dan berspekulasi. Sistem
bertanya ini dapat diterapkan saat proses belajar berlangsung, agar peserta didik
terbiasa berfikir kreatif dan spontan.

4). Masyarakat belajar

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh


dari kerja sama dengan orang lain, sharing antar teman, antara kelompok, dan
antar yang tahu dengan yang belum tahu. Dalam masyarakat belajar terjadi proses
komunikasi dua arah, dua kelompok belajar atau lebih, yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran. Dalam kontekstual hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan
bukan hanya guru.

5). Pemodelan

Pemodelan merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu


sebagai contoh yang dapat ditiru oleh semua siswa. Pemodelan pada dasarnya
membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru
menginginkan para siswa nya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru
inginkan agar siswa siswinya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk
demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa
6). Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir
kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebgai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya

7). Penilaiian autentik

Penilaian autentik adalah prosedur penilaian dalam pembelajaran


kontekstual. Dengan penilaian autentik ini siswa dinilai kemampuannya dengan
berbagai cara. Tugas karya bentuk refleksi ahir materi akhlak terpuji juga
merupakan salah satu wujud penilaian autentik, karena dalam kontekstual
penilaian tidak hanya berasal dari satu sumber atau hasil tes tulis.Penilaian
orestasi siswa dalam materi akhlak terpuji ini adalah kemampuan kelompok
melengkapi tugas portofolio mengenai aspek akhlak terpuji yang sudah dilakukan
baik dirumah maupun disekolah, kemudian kinerja dalam kelompok, inisiatif
dalam kelas, tes ahir pertemuan, tugas rumah dan ulangan ahir. Namun yang lebih
penting penilaian dalam kontekstual ini bukan hanya didasarkna pada hasil
melainkan oada proses perolehan pengetahuan anak juga.14

4. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual.

Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran kontekstual adalah :

1). Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan real artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah dimudah
dilupakan.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran kontekstual menganut aliran
kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”
3) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental
4) Kelas dalam pembelajaraan kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil
temuan mereka dilapangan
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian
6) Penerapan kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Contextual Teaching And Learning

(CTL) adalah sebagai berikut :

1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontukstual


berlangsung

2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelasmaka dapat menciptakan situasi


kelasyang kurang kondusif
3) Guru lebih intensif dala membimbing karena dala metode Contextual Teaching
And Learning (CTL) guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaan yang dimilkinya.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang
memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun
dala konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra
terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula.15

Dengan mempunyai kelebihan dan kekurangaan pada pembelajaran Contextual


Teaching And Learning (CTL) sebagai guru yang baik guru harus mampu
mengatasi beberapa kelemahan pada pembelajaran Contextual Teaching And
Learning sehingga guru dapat memberikan pengalaman nyata kepada
pembelajaran dan memberikan keterapilan kepada anak dalam mengaitkan materi
dengan kehidupan nyata.

Solusi untuk mengantisipasi kekurangan antara lain dengan :

1) Setiap peserta didik harus mencari jawaban secara mandiri kemudian hasil
pencariannya didiskusikan dengan kelompoknya hasil pencarian individu
dari kelompok dikumpulkan sebagai bukti
2) Pendidik memberikan pertanyaan atau melakukan Tanya jawab kepada
peserta didik
3) Guru memantau jalannya diskusi sabil memberikan solusi bagi kelompok
yang merasa kesulitan.
B. KERANGKA BERFIKIR.

kontekstual adalah suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan


lebih dari pada membimbing para peserta didik dalam menggabungkan subjek-
subjek akademik dengan konteks dalam keadaan mereka sendiri. Konsep strategi
pembelajaran kontekstual ada tiga hal yang kita pahami, yaitu:

1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi.

2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.

3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya.

Pendekatan kontekstual ialah merupakan salah satu pendekatan


pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan
dalam proses belajar agar kelas lebih „hidup‟ dan lebih „bermakna‟ karena siswa
„mengalami‟ sendiri apa yang dipelajarinya. Bila pembelajaran kontekstual
diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan terlatih untuk dapat
menghubungkan apa yang diperoleh dikelas dengan kehidupan dunia nyata yang
ada di lingkungannya.

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru


menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengontruksi
sendiri.

Contextual teaching and learning merupakan suatu konsep belajar dimana


guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

AKTIVITAS BELAJAR SISWA


MATA PELAJARAN EKONOMI
MENINGKAT.

Keterangan :

X = model Pembelajaran kontekstual

Y = Aktivitas Belajar siswa Pada Mata Pembelajaran EKONOMI KELAS


XI IPS

= Pengaruh

C. HIPOTESIS.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis membatasi diri pada pengaruh


pembelajaran kontekstual di satu pihak, dan di pihak lain bagaimana hasil
pembelajaran SMAN 1 TOLI TOLI UTARA PADA KELAS XI IPS MATA
PELAJARAN EKONOMI. Maka penelitian ini beranjak dari hipotesis semakin
baik pelaksanaan pembelajaran kontekstual maka akan semakin baik pula hasil
pembelajaran siswa di sekolah dan sebaliknya apabila semakin buruk pelaksanaan
pembelajaran kontekstual maka akan semakin buruk pula hasil pembelajaran
siswa di sekolah.
Untuk keperluan pembuktiannya maka akan dilakukan dengan menguji
hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan
antara pembelajaran kontekstual (variable X) dengan pembelajaran ekonomi
(variable Y), dan terdapat pengaruh antara pembelajaran kontekstual dengan hasil
pembelajaran pendidikan ekonomi. Kriteria akan berpedoman pada t hitung lebih
besar dari t tabel maka hipotesis nol di tolak, sebaliknya apabila t hitung lebih
kecil dari t tabel maka hipotesis nol diterima.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TUJUAN PENELITIAN.

Dari hasil penelitian diatas, terdapat suatu tujun yaitu berupa Pembelajaran
kontekstual memungkinkan siswa untuk memperkuat dan menerapkan
pengetahuannya di dunia nyata. Prosesnya menekankan pada pemikiran kritis,
pengumpulan, penganalisaan, serta penafsiran informasi dari berbagai sumber dan
pandangan.

Jadi, pembelajaran tidak hanya fokus pada pemberian pengetahuan teoritis, tapi
juga pada proses keterlibatannya untuk menemukan materi serta
menghubungkannya dengan situasi di kehidupan nyata.

Selain itu juga agar siswa SMAN 1 TOLI TOLI UTARA dapat lebih senang di
dalam proses pembelajar. Dan menegtahui komponen komponen utama dari
model pembelajarn kontekstual tersebut. Seperti :

1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dalam pembelajaran kontekstual, di
mana pengetahuan dibangun oleh manusia secara perlahan dan hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas. Karena itu, strategi dalam pembelajaran
kontekstual lebih menekankan siswa untuk mencari sendiri pengetahuannya lewat
keterlibatan aktif di kelas dan menemukan cara untuk menghubungkan konsep
dengan kenyataan.

2. Menemukan
Proses menemukan adalah kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Lewat
proses ini, siswa akan mengetahui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan lainnya bukan hanya hasil dari mengingat, tapi juga hasil dari
menemukan sendiri. 

3. Bertanya
Pada dasarnya, pengetahuan seseorang dimulai dari pertanyaan. Dalam
penerapannya, kita harus memfasilitasi siswa untuk bertanya dan menggunakan
pertanyaan yang diberikan untuk mendorong peningkatan kualitas dan
produktivitaspembelajaran. 

Kegiatan bertanya juga berguna untuk menggali informasi, mengecek pemahaman


siswa, membangkitkan respon siswa terhadap pembelajaran, mengetahui sejauh
mana keinginan siswa, memfokuskan perhatian, dan menyegarkan kembali
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

4. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar artinya membiasakan siswa untuk mendapatkan
pengetahuan melalui proses kerjasama dengan orang lain. Dengan berbagi
pengalaman antar teman atau kelompok, siswa akan terbiasa untuk saling
memberi dan menerima pendapat, gagasan, serta umpan balik.

5. Pemodelan
Dalam pembelajaran, perlu adanya model yang bisa ditiru oleh siswa contohnya
guru yang memodelkan langkah-langkah penggunaan neraca. Sebenarnya, model
tidak hanya datang dari kita tapi bisa juga dirancang dengan melibatkan siswa.
Misalnya, minta seorang siswa untuk memodelkan sesuatu berdasarkan
pengalaman yang diketahuinya.

6. Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan,
dikerjakan, atau dipelajari sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi
kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Dengan begitu, siswa bisa mengetahui
sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari.

7. Penilaian Sebenarnya
Komponen terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah penilaian yang
berfungsi untuk mendapatkan informasi dari proses dan hasil pembelajaran. Lewat
penilaian, kita bisa mengetahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam
belajar, serta nantinya mempunyai kemudahan untuk melakukan perbaikan dan
penyempurnaan proses belajar selanjutnya.

Setiap komponen di atas harus di kembangkan lewat pembelajaran yang lebih


bermakna. Misalnya, arahkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan
barunya dengan mengembangkan rasa ingin tahu mereka melalui pertanyaan.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 TOLI TOLI UTARA MATA


PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS pada semester genap tahun ajaran
2021/2022 tepatnya pada tanggal 23 APRIL 2022.

Di sekolah ini terdapat 34 tenaga pengajar yang merupakan guru kelas, guru
mata pelajaran , dan karyawan, serta terdapat 510 siswa yang terdaftar di tahun
ajaran 2021/2022.

C. METODE PENELITIAN.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, metode kuantitatif


merupakan penelitian yang berlandasan kepada filsapat positivisme yang
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dan cara pengumpulan
data dengan metode kuantitatif ini menggunakan instrumen penelitian, analisis
data yang bersifat kuantitatif atau statistik, sengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang ditetapkan, metode ini menekankan aspek pengukuran secara obyektif
terhadap fenomena social.

D. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING.


1. Populasi Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus menentukan populasi dan


sampel terlebih dahulu, kemudian diberi perlakuan agar tercapai tujuan dari
penelitian yang akan dilaksanakan. Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS di sekolah SMAN
1 TOLI TOLI UTARA dengan jumlah sebanyak 112 siswa.

TABEL.

POPULASI PENELITIAN

NO KELAS JUMLAH

1. XI IPS 112

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk
sumber data. Apabila populasi berjumlah di bawah seratus, sebaiknya semua
subjek digunakan sehingga penelitiannya populasi.

Sampel adalah sebagian dari populasi. Adapun dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik Proportionate Stratified Random
Sampling, Teknik Proportionate Stratified Random Sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi Apabila
subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah sampel besarnya lebih
dari 100 maka dapat diambil antara 5%-10% atau 20%-25% atau 30-35% atau
lebih.

Bila populasinya besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi misal karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti
menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Dalam penelitian ini
terdapat 112 siswa dan akan diambil 35% siswa dari keseluruhan siswa, jadi siswa
yang akan dijadikan sampel sebanyak 39 siswa.

TABEL.
SAMPEL PENELITIAN

NO JUMLAH SISWA JUMLAH SAMPEL

1 112 39

JUMLAH 112 39

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.

1. Pengumpulan Data.

Pengumpulan data yaitu Untuk memperoleh data-data yang peneliti


perlukan dan dianggap relevan dengan masalah yang peneliti teliti. “teknik
pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data”. Selanjutnya Nazir (2016, hlm. 174) mengatakan “bahwa
pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan”. Dari penjelasan tersebut, maka peneliti
menggunakan teknik observasi dan studi pustaka.

a. Observasi.
Menurut Arikunto (2014, hlm. 199) mengatakan bahwa, “observasi
sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan mata.” Dalam hal ini, penulis melakukan observasi dengan
mengamati situasi dan keadaan pembelajaran berupa minat belajar siswa ketika
guru mengajar menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL).

b. Studi Pustaka.

Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk


memperoleh suatu informasi dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan


studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan,
Teknik ini dilakukan juga untuk mendapatkan data sekunder yang akan
digunakan sebagai landasan perbandingan antara teori dengan prakteknya di
lapangan. Data sekunder melalui metode ini diperoleh dengan browsing
internet, membaca berbagai literatur, hasil kajian dari penelitian terdahulu,
catatan perkuliahan, serta sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang
diteliti.

F. TEKNIK ANALISIS DATA.

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Tujuan
dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang diambil merupakan
data terdistribusi normal atau bukan. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
apakah sampel yang diteliti normal atau tidak.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah penguji mengenai sama tidaknya variasivariasi dua buah
distribusi atau lebih. Uji homogenitas berfungsi apakah kedua kelompok populasi
itu bersifat homogen atau hetrogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji fisher

c. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk menguji apakah keterkaitan antara dua variabel
yang bersifat linier. Perhitungan linieritas digunakan untuk mengetahui prediktor
data variabel bebas berpengaruh secara linier atau tidak terhadap variabel terikat.

2. Uji Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini menggunakan Regresi Linier Sederhana. Untuk


mencari persamaan regresi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Y = a + bx Keterangan:

Y: Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a: Harga Y ketika harga X =0 (harga konstan).

b: Angka arah atau koefesien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan


ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel
indepeden. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X: Subyek pada variabel indepeden yang mempunyai nilai tertentu.

G. HIPOTESIS STATISTIK.

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh pembelajaran


kontekstual dalam aktivitas belajar siswa di kelas XI IPS MATA PELAJARAN
EKONOMI SMAN 1 TOLI TOLI UTARA .Hal tersebut ditentukan berdasarkan
tujuan dari penelitian, yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan aktivits siswa dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

American Council On Excerise. 2010. Human Motion Systems : Nervous System.


(Online) https://clarkcollege.instructure.com/files/59452 958/download?
download_frd=1&verifier=euS
HLRI4eOiZOsYyvxDwwGPv1s3FkLuHMk5 Vxvf3 . Diakses tanggal 24-
06-2018.

American Physical Therapy Association (APTA). 2016. (Online)


http://www.apta.org/MovementSystem/ . diakses tanggal 24-06-2018

Andriantoni dan Nurdin. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Raja


Grafindo Persada.

Assjari, Musjafak. 1995. OrtopedagogikAnak Tuna Daksa, Bandung: Depdikbud

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
SMPLB. Jakarta.

Career Education Newsletter Volume 2 Issue 3. 2004. (Online)


https://www.ydae.purdue.edu/lct/hbcu/docume

Anda mungkin juga menyukai