Anda di halaman 1dari 49

PERAN GURU PPKn DALAM MENINGKATKAN BUDI PEKERTI SISWA

MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI MTs Al-Alim MALIGANO

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Proposal Pada

Program Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Pancasila Dan

Kewarganegaraan

OLEH

SALMINA
A1O119057

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Diterangkan bahwa proposal penelitian dari mahasiswa

Nama : Salmina

NIM : A1O119057

Jurusan/studi : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Judul penelitian :Peran Guru Ppkn Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Siswa

Melalui Budaya Sekolah Di MTs Al-Alim Maligano

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diperhadapkan kepada

panitia ujian seminar proposal penelitian pada jurusan/program studi Pendidikan

Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo.

Kendari, 2022

Menyetujui ;

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hamuni, M.Si Dr. H. Samiruddin T, M.Si


Nip: 1964123111989031030 Nip: 196607231994031007

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................10

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................10

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................12

2.1 Konsep Guru............................................................................................................12

2.2. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan................................................................21

2.3 Pengertian Budi Pekerti..........................................................................................24

2.4 Konsep Budaya Sekolah..........................................................................................29

2.5 Penelitian Relevan..................................................................................................35

2.6 Kerangka Pemikiran...............................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................39

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................................................39

3.2 Pendekatan Penelitian............................................................................................39

ii
3.3 Subyek Penelitian....................................................................................................39

3.4 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................40

3.5 Teknik Analisis Data...............................................................................................40

3.6 Teknik Keabsahan Data..........................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya merupakan sarana utama bagi suatu

negara untuk meningkatkan sumber daya manusianya dalam mengikuti

perkembangan dunia. Oleh karena itu, pendidikan patut memperoleh

perhatian utama dalam perbaikan kualitas manusia. Kalau tidak, suatu bangsa

akan ketinggalan dengan bangsa lainnya di dunia. Pendidikan pada dasarnya

merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu

berkiprah dalam tataran yang lebih global. Pendidikan sebagai ‘investment in

people’ untuk pengembangan individu dan masyarakat, dan disisi lain

pendidikan merupakan sumber untuk pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu

pendidikan perlu dimantapkan, sehingga dapat difungsikan sebagai penelitian,

menemukan dan memupuk bakat, meningkatkan kemampuan manusia untuk

menyesuaikan dan mengubah kesempatan kerja dalam pertumbuhan ekonomi,

untuk memenuhi kebutuhan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang

diperlukan untuk masa yang akan datang.

Sebagaimana dikatakan Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya

upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), fikiran

(intelek) dan jasmani, dalam pengertian tidak dapat dipisah-pisahkan bagian-

bagian itu agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupam dan

penghidupan anak. Dalam mencapai usaha tersebut, maka pendidikan harus

diarahkan kepada keseluruhan aspek moral. Pendidkkan harus diarahkan

1
kepada pemberian pertolongan kepada anak agar pada dirinya terdapat

kemampuan untuk bertingkah atas dasar keputusan akal (reson) nya sendiri

atau kata hatinya sendiri.

Dalam Penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor

20 Tahun 2003 dikemukakan bahwa manusia membutuhkan pendidikan

dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara

lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan

bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan

salah satu tujuan negara Indonesia.

Guru dalam dalam dunia Pendidikan merupakan pilar utama bagi

perkembangan dalam pembentukan generasi bagi suatu bangsa dan negara.

Seorang guru memiliki tanggung jawab yang begitu besar bagi peserta didik

itu sendiri. Tanggung jawab seorang guru yaitu mendidik dan membentuk

perilaku peserta didik kearah yang lebih baik serta mengantarkan anak

didiknya menuju kearah kedewasaan dalam arti yang sesungguhnya. Selain

itu guru juga dituntut harus dapat menjadi panutan (contoh) bagi peserta didik

di lingkungan sekolah itu sendiri sebagai upaya dalam pembinaan perilaku

siswa di sekolah termaksud dalam pembinaan budi pekerti siswa dan

2
peningkatan potensi belajar siswa di sekolah. Keberhasilan seorang guru

dalam mendidik dan membina perilaku peserta didik dapat dilihat dari

Tindakan atau perilaku keseharian yang keluar dari peserta didik itu sendiri,

untuk seorang guru harus memiliki pribadi yang baik dalam menjalankan

perannya sebagai seorang guru, karna kepribadian yang baik yang dimiliki

seorang guru sangat menentukan keberhasilan guru tersebut, seperti yang

dikemukakan Mulyasa “ Pribadi guru memiliki peran yang sangat besar

terhadap keberhasilan Pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.

Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik”.

Sebagai suatu sub komponen penting dalam sistem pendidikan,

menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya

bergantung pada status sosial, termasuk di dalamnya pengetahuan dan

keterampilan guru, bahwa guru itu merupakan manusia terhormat dalam

segala aspek, yang harus menjadi suri tauladan di kelas, baik bagi peserta

didik maupun masyarakatnya, baik dari kemampuan berpikir atau ilmu

pengetahuan yang dimiliki, sikap maupun tutur kata dan tingkah lakunya.

Tutur kata dan tingkah laku tersebut diwujudkan di dalam budi pekerti yang

baik bagi setiap orang, karena pendidikan itu tertuju kepada pembentukan

nilai, sedangkan pengajaran tertuju kepada pembentukan akal atau intelektual.

Artinya, setiap ilmu pengetahuan yang sudah diketahui, dapat diwujudkan

melalui budi pekerti yang baik atau moralitas yang baik.

Berkenaan dengan hal tersebut maka upaya untuk menegakkan budi

pekerti (akhlak) merupakan suatu keharusan mutlak. Sebab akhlak yang

3
mulia akan menjadi pilar utama tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu

bangsa. Untuk mewujudkan dan sekaligus mendidik akhlak yang baik yang

tidak dapat kita lupakan adalah lembaga pendidikan kita, sekolah/ madrasah.

Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa (social investment), termasuk

investasi untuk menancapkan perilaku sosial yang penuh dengan praktek atau

etika. Oleh karena itu, lewat sekolah atau madrasah, anak-anak kita di didik

sekaligus dibiasakan untuk berperilaku yang baik dan menjunjung tinggi etika

sosial di negara tercinta Indonesia. Mengingat pentingnya peranan sekolah

dalam proses menciptakan peserta didik yang memiliki budi pekerti luhur,

maka perlu adanya suri teladan dari seluruh elemen yang ada di sekolah mulai

dari kepala sekolah, guru, siswa, karyawan sekolah, dan penjaga sekolah

dalam mempraktekan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari di

sekolah.

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu

pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana

membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan

yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan

sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya

merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-

hari serta kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk

dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah. Budaya sekolah

dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa

4
sebagai dasar mereka dalam memahami budi pekerti di sekolah. Sekolah

menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi.

Budaya sekolah/ kultur sekolah berpengaruh terhadap peningkatan

prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, sikap dan motivasi guru serta

produktivitas dan kepuasan kerja guru. Untuk menciptakan kultur sekolah

yang positif dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi terutama dari diri

masingmasing warga sekolah. Guru sebagai ujung tombak di lapangan harus

mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa. Kebiasaan guru yang

datang tepat 6 waktu dan melaksanakan tugas mengajar dengan baik, sikap

dan cara berbicara saat berkomunikasi dengan siswa dan unsur sekolah

lainnya, disiplin dalam melaksanakan tugas merupakan kebiasaan, nilai dan

teladan yang harus senantiasa dijaga dalam kehidupan sekolah.

Kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara dan mendarah daging

dalam diri seluruh warga sekolah, maka diwujudkan dalam perilaku sehari-

hari, dan dibutuhkan adanya rasa memiliki terhadap sekolah. Rasa memiliki

terhadap sekolah itu dapat diwujudkan dengan cara watak siswa diselaraskan

dan diarahkan kepada tujuan yang lebih layak bagi dirinya untuk diterapkan

dalam hidup sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan ini

dihubungkan oleh kemampuan berfikir untuk menafsir dan menerapkan

kebiasaan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa kebiasaan merupakan alat

berfikir. Keterlibatan siswa di sekolah juga merupakan kemampuan berfikir

dalam menafsir lingkungan yang berubah-ubah akan membentuk perilaku

luwes dalam situasi yang lain sehingga adanya rasa saling memiliki terhadap

5
sekolah dan terbentuknya kesadaran yang mampu mengikuti pengalaman

baru dilingkungan sekolah tersebut. Pengalaman tentang dunia nyata atau

lingkungan hidup sangat berperan sekali dalam menanamkan perilaku budi

pekerti karena seorang siswa tidak terpenuhi fungsi hidup sosialnya dengan

akibat lebih jauh kurang berkembangnya budi pekerti. Oleh karena itu budaya

sekolah merupakan sarana yang sangat berperan penting dalam meningkatkan

budi pekerti siswa di lingkungan sekolah atau madrasah dan akan terus

menerus berkembang dan tidak dapat dibuat-buat sehingga dapat 7 membantu

siswa untuk mencari dan memperoleh unsur budi pekerti serta memotivasi

bagi perkembangan dirinya.

Budaya sekolah menjadi sarana utama dalam kegiatan proses

belajarmengajar di sekolah yang diperlukan pembinaan awal mengenai

perilaku budi pekerti agar tidak terjadi pelanggaran yang menjadikan siswa

senang melakukan tindakan yang kurang baik, sering bertengkar, kurang

disiplin, sikap yang melanggar dan tidak mematuhi norma di sekolah. Maka

dari itu pembinaan budi pekerti harus senantiasa ditingkatkan melalui

kegiatan dan kebiasaan yang terusmenerus dan berkembang di sekolah.

Secara eksplisit pelaksanaan budi budi pekerti sesungguhnya telah

dilaksanakan pada saat seorang guru agama ketika mengajar pendidikan

agama lewat pokok bahasan, materi akhlak, dan secara tidak langsung

pendidikan akhlak diberikan pada muatan materi pokok bahasan lainnya.

Namun dalam pelaksanaannya kurang adanya beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian sehingga hasilnya belum optimal. Hal ini dikarenakan

6
karena pertama, terlalau kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu

berorientasi pada pengisian otak, memberi tahu mana yang baik mana yang

buruk, yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya.

Kedua, problema yang bersumber dari siswa itu sendiri, yang berdatangan

dan latar belakang keluarga yang beraneka ragam, yang sebagiannya ada yang

sudah tertata dengan baik akhlaknya masingmasing dan ada yang belum.

Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab tersebut terkesan berada dipundak

guru agama saja. Keempat, keterbatasan waktu, 8 ketidakseimbangan antara

waktu yang tersedia dengan bobot materi yang sudah direncanakan.

Pembelajaran budi pekerti tidak cukup hanya diberikan pada pelajaran

agama saja melainkan dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn)

juga sangat penting yaitu dalam mengorientasikan pada pemberian topik-

topik atau bagianbagian dari apa yang disebut budi pekerti yang menyangkut

moral dan perilaku siswa. Sedangkan prakteknya harus diukur dari kehidupan

keseharian dan harus dilihat kepribadiannya, serta tingkah laku terutama di

lingkungan sekolah.

Pada hakikatnya guru PPKn mempunyai tugas dan peran yang sangat

penting dalam menyiapkan para siswa kelak sebagai warga masyarakat

sekaligus sebagai warga negara yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut,

maka pendidikan budi pekerti mempunyai dasar secara konseptual yang

mengandung komitmen utama dalam pencapaian dimensi pengembangan

serta peningkatan budi pekerti yang berkepribadian yang baik dan mandiri

serta tanggung jawab di dalam sekolah dan masyarakat. Berdasarkan orientasi

7
pada komitmen tersebut, maka peran dan fungsi serta tanggung jawab guru

PPKn pada setiap jenjang pendidikan sangat diharapkan untuk mau dan

mampu menjadikan para siswa sebagai calon warga masyarakat sekaligus

sebagai warga negara yang baik serta religius, jujur, disiplin, tanggung jawab,

toleran, sadar akan hak dan kewajiban, mencintai kebenaran dan keadilan,

peka terhadap lingkungan, mandiri dan percaya diri, sederhana, terbuka dan

penuh 9 pengertian terhadap kritik dan saran, patuh dan taat terhadap

peraturan, tidak suka berbuat onar, kreatif, inovatif.

Guru Pendidikan Kewarganegaraan berwewenang dan bertanggung

jawab terhadap pendidikan budi pekerti bagi murid-murid, baik secara

individual atau klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Paling tidak

dirinya harus bisa menjadi panutan dalam bersikap, bertutur kata dan

bertingkah laku, dan juga menjadi panutan bagi para siswa serta harus bisa

menjadi teladan bagi siswa di sekolah. Keteladanan dan kebiasaan ditambah

dengan rasionalisasi pada tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi. Maka

budi pekerti merupakan upaya pembinaan bagi para siswa agar menjadi

orang-orang yang berwatak sekaligus berkepribadian mulia sesuai nilai,

norma, moral agama dan kemasyarakatan, serta budaya bangsa dan

membentuk watak sekaligus kepribadian diharapkan tercermin lewat sikap

dan perilakunya dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, seperti religius,

jujur, toleran, disiplin, tanggung jawab, memiliki harga diri dan percaya diri,

peka terhadap lingkungan, demokratis, cerdas, kreatif, dan inovatif.

8
Berdasarkan fakta yang ada bahwa di MTs MTs Al-Alim Maligano

terdapat masalah yang perlu ditelaah lebih lanjut mengenai budi pekerti yang

dijalankan melalui sarana budaya sekolah yang ada di madrasah tersebut

diantaranya masih banyak siswa yang masih melanggar tata tertib sekolah,

seperti terlambat datang ke sekolah, jarang mengerjakan tugas, bolos sekolah

melakukan tindakan yang kurang baik, sering bertengkar, terutama melalui

peran guru PPKn terhadap perilaku-perilaku para peserta didiknya. Apa yang

menyebabkan siswa cenderung melanggar norma dan seperti apa guru PPKn

menyikapi hal tersebut. Maka tindakan yang harus dilakukan sebagai suatu

wujud budaya sekolah untuk meningkatkan budi pekerti yang baik yaitu

dengan cara siswa diajarkan bagaimana cara memakai seragam yang baik,

budaya salam, cara berbicara terhadap guru dan teman, cara makan dan

minum, berdoa sebelum / sesudah belajar, melaksanakan sholat 5 waktu, dan

kegiatan keagamaan lainnya. Jika kebiasaan tersebut telah dijalankan dengan

baik maka akan terwujud budaya sekolah yang tertata dengan baik. Hal ini

yang sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku siswa - siswi di madrasah

tersebut. Melalui jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan dapat

tumbuh dan berkembang di lingkungan yang ada sebagai suatu sarana dalam

meningkatkan budi pekerti sejak siswa yang terlibat dan mengenal

lingkungan serta pergaulan yang ada di madrasah tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa peran guru sangatlah dibutuhkan dalam meningkatkan budi pekerti

siswa, khususnya pada mata pelajaran PKn. Berdasarkan hal tersebut, penulis

9
tertarik untuk mengkaji bagaimana peran guru (PKn) dalam meningkatkan

budi peketi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

kewarganegaraa (PPKn) di sekolah dan bermaksud menuangkannya kedalam

skipsi yang berjudul “Peran Guru PPKn Dalam Meningkatkan Budi Pekerti

Siswa Melalui Budaya Sekolah (Studi Kasus Di MTs Al-Alim Maligano).

Hal ini sebagai upaya untuk mencetak generasi yang memiliki budi pekerti

yang baik sesuai dengan nilai-nilai dalam agama. Sehingga siswa tidak hanya

memiliki kecerdasan dalam hal kognitif saja tetapi juga mereka memiliki

kecerdasan afektif yang ditunjukan dalam tingkah laku mereka dalam

kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan yang

diteliti dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Guru PPKn dalam meningkatkan budi pekerti siswa

melalui budaya sekolah di MTs Al-Alim Maligano?

2. Apa faktor yang menjadi pendukung dan kendala dalam meningkatakan

budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Al-Alim Maligano?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui bagaimana peran guru PKn dalam meningkatkan budi pekerti

siswa melalui budaya sekolah di MTs Al-Alim Maligano

10
2. Mengetahui apa faktor yang menjadi pendukung dan kendala dalam

meningkatakan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Al-

Alim Maligano

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari adanya penelitian ini

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Guna mengetahui peran guru PPKn dalam meningkatkan budi

pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTS Al-Alim Maligano.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis : Memberikan suatu konsep penerapan budi pekerti siswa

melalui sarana budaya sekolah yang lebih mudah diterima dan

dipahami oleh siswa-siswinya.

b. Bagi sekolah : Sebagai bahan pengetahuan dan pemahaman untuk

menumbuhkan sikap budi pekerti terhadap sisiwa di MTS Al-Alim

Maligano.

c. Bagi siswa : Sebagai bahan pengetahuan dan pemahaman untuk

menumbuhkan sikap budi pekerti terhadap siswa, sehingga siswa

menjadi faktor penentu yang dapat mempengaruhi segala sesuatu yang

diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

d. Bagi peneliti selanjutnya : Menjadi referensi penelitian berikutnya

baik pengetahuan secara teoritis maupun secara praktis tentang “Peran

11
Guru PPKn Dalam Meningatkan Budi Pekerti Siswa Melalui Budaya

Sekolah di MTs Al-Alim Maigano.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Guru

2.1.1 Pengertian Guru

Guru adalah tenaga pendidik profesional di bidangnya yang

memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, memberi

arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan mengadakan evaluasi

kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui

jalur formal pemerintahan berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah.

(Undang Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Bab 1, Pasal

1, Ayat 1).

Lebih jauh Slavin (1994) menjelaskan secara umum bahwa performa

mengajar guru meliputi aspek kemampuan kognitif, keterampilan

profesional dan keterampilan sosial (Drajati: 2010). Di samping itu, Borich

(1990) menyebutkan bahwa perilaku mengajar guru yang baik dalam proses

belajar-mengajar di kelas dapat ditandai dengan adanya kemampuan

penguasaan materi pelajaran, kemampuan penyampaian materi pelajaran,

keterampilan pengelolaan kelas, kedisiplinan, antusiasme, kepedulian, dan

keramahan guru terhadap siswa (Drajati:2010).

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1)

pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar

13
(learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja

administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga. (Kholiq:2012)

Pernyataan diatas ditegaskan kembali oleh Hamalik (2009), tugas dan

tanggung jawab guru meliputi 11 macam, yaitu: guru harus menuntun

muridmurid belajar, turut serta membina kurikulum sekolah, melakukan

pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah),

memberikan bimbingan kepada murid, melakukan diagnose atas kesulitan-

kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar,

menyelenggarakan penelitian, mengenal masyarakat dan ikut aktif di

dalamnya, menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila, turut

serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian

dunia, turut mensukseskan pembangunan, dan tanggung jawab

meningkatkan professional guru.

Dr. Ahmad Tafsir Guru merupakan siapa saja yang

bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik. Tugas guru dalam

pandangan islam adalah mendidik. Mendidik memiliki arti yang sangat luas.

Mendidk dapat dilakukan dengan cara mengajar, memberi dorongan,

memberi contoh (suri tauladan), memberi hukuman, dan lain-lain Guru ialah

orang yang mendidik, mengadakan pengajaran, memberi bimbingan,

menambahkan pelatihan fisik atau non fisik, memberikan penilaian, dan

melakukan evaluasi berkala berkaitan dengan satu ilmu atau lebih kepada

seluruh pelajar.

14
Guru memiliki tugas mulia memberikan pendidikan kepada pelajar

agar dapat mengembangkan nilai-nilai hidup yang mereka miliki kearah

yang lebih baik. Guru harus berusaha memperbaiki aspek afektif atau sikap

para peserta didiknya. Guru juga mempunyai tanggung jawab yang besar

pada peserta didik , selain memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan

sebagai bekal bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat dan bekal di masa

depannya, guru juga dapat berperan sebagai orang tua kedua pelajar di

sekolah yang dimana memperbaiki nilai moral dan lain sebagainya.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran guru dalam dunia

pendidikan moderen sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar

menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru

pun menjadi lebih kompleks dan berat. Sisi ini memberikan wacana bahwa

guru bukan hanya pendidik akademis tetapi juga merupakan pendidik

karakter, budaya, dan moral bagi para peserta didiknya.

2.1.2 Peran Guru

Proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar-mengajar tidak bisa

lepas dari keberadaan guru. Tanpa adanya guru pembelajaran akan sulit

dilakukan, apalagi dalam rangka pelaksanaan pendidikan formal, guru

menjadi pihak yang sangat vital. Guru memiliki peran yang paling atif

dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang

hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan

pembelajaran dengan mengajar peserta didik atau siswa.

15
Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi

tanpa keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media

pembelajaran saja akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan

guru. Guru juga memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, hingga

melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.

Dari semua proses pembelajaran mulai perencanaan hingga evaluasi

pembelajaran profesi guru memiliki banyak peran. Sardiman (2011:143-

144) menyebutkan bahwa terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan

mengenai peran-peran yang dimiliki oleh guru, anttara lain adalah:

1. Prey Katz yang menggambarkan peranan guru sebagai komunikator,

sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihan, motivator sebagai

pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan

sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, dan sebagai orang yang

menguasai bahan yang diajarkan.

2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai

pegawai dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap

atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat,

sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai

pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.

3. James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara

lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan

16
dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan

mengevaluasi kegiatan siswa.

4. Federasi dan Organsasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan

bahwa peranan guru di sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide

tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan

sikap.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai peranan guru diatas,

Sardiman (2011: 144-146) merincikan peranan guru tersebut menjadi 9

peran guru. 9 peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut yaitu:

a. Informator. Sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi

lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator. Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal

pelajaran dan lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan

belajar harus diatur oleh guru agar dapat mencapai efektivitas dan

efisiensi dalam belajar pada diri guru maupun siswa.

c. Motivator. peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.

Guru harus mampu memberikan rangsangan, dorongan serta

reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan

swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi

dinamika dalam proses belajar.

17
d. Pengarah atau Director. Guru harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang

dicitacitakan.

e. Inisiator. Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide

yang dicetuskan hendaknya adalah ide-ide kreatif yang dapat dicontoh

oleh anak didik.

f. Transmitter. Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak

selakuk penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator. Guru wajib memberikan fasilitas atau kemudahan dalam

proses belajar mengajar misalnya dengan menciptakan susana kegiatan

pembelajaran yang kondusif, seerasi dengan perkembangan siswa,

sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung efektif dan optimal.

h. Mediator. Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam

kegiatan belajar siswa. Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan

keluar atau solusi ketika diskusi tidak berjalan dengan baik. Mediator

juga dapat diartikan sebagai penyedia media pembelajaran, guru

menentukan media pembelajaran mana yang tepat digunakan dalam

pembelajaran.

i. Evaluator. Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati

perkembangan prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas

penuh dalam menilai peserta didik, namun demikian evaluasi tetap

harus dilaksanakan dengan objektif. Evaluasi yang dilakukan guru

18
harus dilakukan dengan metode dan prosedur tertentu yang telah

direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

Bisa dilihat bahwa guru memiliki banyak peran yang harus

dikerjakan bersamaan. Dari peran-peran yang dimiliki guru tersebut

tentunya guru mengemban tugas yang cukup kompleks, bukan hanya

sekedar mengajar saja, sangat pantas profesi guru diberikan apresisasi yang

tinggi karena jasanya yang aktif dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa seperti yang tertuang pada pembukaan UUD 1945.

Guru juga dipandang sebagai pekerjaan dan memiliki tanggung

jawab moral di masyarakat. Seorang yang memiliki profesi sebagai guru

banyak dianggap sebagai tokoh masyarakat dan layak untuk dijadikan

panutan. Hal ini membuat peranan guru semakin lengkap dan tidak

sembarang orang dapat begitu saja menjadi guru.

Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Bab IV, Pasal 10, Ayat 1

tentang guru dan dosen peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang

Kompetensi Guru Yang harus dimiliki sebagai berikut:

a) Memiliki akademik yang berlaku;

b) Memiliki potensi pedagogik, yaitu meliputi: pemahaman wawasan atau

landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,

pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, 11

pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan

teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan

19
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya;

c) Memiliki potensi kepribadian, yang meliputi : beriman dan bertakwa,

berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, beribawa,

stabil, dewasa, jujur, sportif dan menjadi teladan bagi peserta didik dan

masyarakat;

d) Memiliki potensi sosial yang meliputi : berkomunikasi lisan, tulis dan /

atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, orang tua wali peserta didik, bergaul secara santun

dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem

nilai yang berlaku;

e) Memiliki kompetensi professional yang meliputi : mampu menguasai

materi secara kuas dan mendalam sesuai dengan standar isi program

satuan pendidikan, mata pelajaran, dan / atau kelompok mata pelajaran

yang akan diampu dan mampu menguasai konsep dan metode disiplin

keilmuan, teknologi atau seni yang relevan, yang secara konseptual

menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata

pelajaran, dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan dilampaui.

Selain tugas-tugas guru tersebut seorang guru juga mempunyai

fungsi penting yang tercntum dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab II Pasal 4

Tentang Guru dan Dosen, dikatakan bahwa guru sebagai tenaga professional

berfungsi 12 untuk meningkatkan martabat dan peran sebagai agen

20
pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan

nasional. Keberhasilan seorang guru dalam mendidik siswa-siswinya ketika

siswa mampu memahami dan melakukan apa yang telah diajarkan oleh

gurunya.

2.1.3 Peran guru PPKn

Amiruddin (2013:4) Guru PPKn mempuyai peran dan fungsi

tersendiri apabila dibandingkan dengan guru mata pelajaran lainnya. Guru

PPKn tidak hanya bertugas mengajarkan dan menyampaikan ilmu yang

dimiliki, akan tetapi guru PPKn juga harus menyisipkan nilai kehidupan

sosial kepada siswa sehingga hal tersebut akan di implementasikan langsung

di kehidupan siswa itu sendiri. Hal ini berdasarkan dari sifat dari PPKn itu

sendiri yang berfokus pada akhlak dan tingkah laku masyarakat, sehingga

guru PPKn memiliki peran sebagai pemberi contoh dan panutan yang nyata

bagi siswa.

Amiruddin 2013:4 tugas dan peran guru PPKn antara lain yaitu

berbagi ilmu dan budaya yang dimiliki kepada masyarakat, mengajarkan

keterampilan diri kepada masyarakat, menyisipkan dan menumbuhkan nilai-

nilai luhur dan kepercayaan kepada masyarakat, kreasi dan inovasi dalam

mengembangkan bahan ajar yang dimiliki, cakap, hormat, sopan dan

berkepribadian yang baik, etos kerja dan memiliki sikap sosial yang tinggi.

Guru PPKn adalah profesi yang dimiliki seseorang yang bergelut

dibidang PPKn. Seseorang yang mengajarkan tentang semua hal yang

21
berhubungan dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Seseorang yang memiliki kewajiban di garda terdepan dalam menciptakan

generasi penerus bangsa yang cinta akan tanah airnya, leluhurnya,

ideologinya, keragaman suku dan agama, serta persatuan dan kesatuan.

2.2. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

2.2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945. Kemudian menurut Azis Wahab (Cholisin,

2000, hlm.18) mengatakan bahwa “PKn ialah media pengajaran yang meng-

Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab.

Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan,

politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan

target tersebut”.

Sama dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan menurut

Cogan dalam Cecep dudi muklis sabigin (2013, hlm. 4) diartikan civic

education sebagai “the foundational course work school designed to

prepare young citizens for an active role in their communities in their adult

22
live”. suatu mata pelajaran dasar sekolah yang dirancang untuk

mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat

berperan aktif dalam masyarakatnya. Berdasarkan beberapa pendapat

tersebut dapat dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah

suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian proses untuk

mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa

Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan

aktif dalam masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Tujuannya adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta

anti-korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lain.d. Berinteraksi dengan bangsa-

23
bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung

dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan menurut Cecep dudi muklis

sabigin (2013, hlm. 5) memiliki 2 tujuan, yaitu :

1. Tujuan umum

“Memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada

mengenai hubungan antara warga negara dengan negara, warga negara

dengan warga negara dan negara dengan negara serta pendidikan

pendahuluan bela negara (PBBN) agar menjadi warga negara yang

dapat diandalkan oleh bangsa dan negara” 2)

2. Tujuan khusus

a) Menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara serta membentuk

sikap dan prilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan

bangsa

b) Memupuk kesadaran dan kemampuan berpikir secara komprehensif

integral (menyeluruh dan terpadu) dalam rangka membina ketahanan

nasional

c) Kewaspadaan nasional dalam menghadapi segenap ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan yang timbul sesuai dengan

tingkat situasi dan kondisi yang dihadapi bangsa dalam segenap

aspek kehidupan.

24
2.2.3 Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Fungsi PKn di Sekolah adalah sebagai wahana kurikuler

pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan

bertanggung jawab. Serta adapun fungsi lainnya yakni :

1. Membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita

nasional/tujuan negara.

2. Dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam

menyelsaikan masalah pribadi, masyarakat dan negara.

3. Dapat mengapresiasikan cita-cita nasional dan dapat membuat

keputusan-keputusan yang cerdas.

4. Wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan

merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai

dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI 1945.

2.3 Pengertian Budi Pekerti

2.3.1 Pengertian Pendidikan Budi Pekerti

Badan pertimbangan Pendidikan Nasional merumuskan pengertian

pendidikan budi pekerti sebagai sikap dan perilaku sehari-hari baik individu,

keluarga, maupun masyarakat dan bangsa, yang mengandung nilai-nilai

yang berlaku dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan,

integritas dan kesinambungan masa depan dalam suatu sistem moral, dan

yang menjadi pedoman perilaku manusia Indonesia untuk bermasyarakat

25
berbangsa dan bernegara dengan bersumber pada falsafah Pancasila dan

diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia. (Tim Dosen UIN

Jakarta, 2000:41). Dalam konteks Agama Islam, budi pekerti digunakan

untuk menyatakan akhlak, tabiat, perangai, tingkah laku seseorang.

(Mustofa, 1999;11).

Secara umum gabungan dari kedua pengertian di atas,seperti yang

dirumuskan dalam Ensiklopedia Pendidikan, budi pekerti diartikan sebagai

kesusilaan yang mencakup segi-segi kejiwaan dan perbuatan manusia,

sedangkan manusia susila adalah manusia yang sikap lahiriyah dan

batiniyahnya sesuai dengan norma etik dan moral.(Soegrada Poerbakawatja,

1976;9). Pengertian yang telah dikemukakan di atas, mengindikasikan

bahwa budi pekerti mengacu pada sikap dan perilaku seseorang maupun

masyarakat yang mengedepankan norma dan etika.

Pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar penanaman / internalisasi

nilai-nilai akhlak/moral dalam sikap dan perilaku manusia peserta didik agar

memiliki sikap dan perilaku yang luhur (akhlakul karimah) dalam

keseharian baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia

dan dengan alam lingkungan. (Tim dosen UIN Jakarta, 2000; 41).

Secara konsepsional pendidikan Budi pekerti merupakan usaha sadar

untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi

pekerti luhur dalam segenap perananya di masa yang akan datang atau

pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan

26
perilaku peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya

secara selaras, serasi, seimbang lahir batin, jasmani rohani,

materialsepiritual, individual sosial dan dunia akhirat. (Depdikbud,

1977;41).

Dalam tataran oprasional menurut Pusat Pengembangan Kurikulum

dan sarana Pendidikan (Pusbangkurandik), pendidikan budi pekerti adalah

upaya untuk membentuk peserta didik yang tercermin dalam kata,

perbuatan, sikap,pikiran, perasaan, dan hasil karya berdasarkan nilai,norma,

dan moral luhur bangsa Indonesia melalui kegiatan bimbingan, pelatihan

dan pengajaran.(Depdikbud, 1977;41).

Menurut Pusbangkurandik, Balitbang dikbud, pendidikan budi

pekerti dikategorikan menjadi tiga komponen yaitu:

1) keberagamaan, terdiri dari nilai-nilai pertama, kekhusukan hubungan

dengan Tuhan, kedua, kepatuhan kepada Agama, ketiga niat baik dan

keihklasan keempat, perbuatan baik, kelima pembalasan atas perbuatan

baik dan buruk.

2) Kemandirian, terdiri dari nilai-nilai pertama harga diri, kedua disiplin,

ketiga etos kerja( kemauan untuk berubah, hasrat mengejar kemajuan,

cinta ilmu, tehnologi dan seni) keempat rasa tanggungjawab kelima

keberanian dan semangat keenam keterbukaan ketujuh, pengendalian

diri.

27
3) Kesusilaan, terdiri dari nilai-nilai pertama cinta dan kasih sayang,

kedua kebersamaan, ketiga kesetiakawanan, keempat gotong royong,

kelima tenggangrasa, keenam hormat menghormati, ketujuh, kelayakan

kepatuhan, kedelapan rasa malu kesembilan kejujuran dan kesepuluh

peryataan terima kasih, permintaan maaf (rasa tahu diri). ( Depdikbud,

1977; 42 ).

Adapun aspek-aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan budi

pekerti adalah ada tiga ranah yang pouler dikalangan dunia pendidikan yang

menjadi lapangan garapan pembentukan kepribadian peserta didik, kognitif,

mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap

berikutnya dapat membudayakan akal pikiran, sehingga dia dapat

memfungsikan akalnya menjadi kecerdasan intelegensia, kedua afektif, yang

berkenaan dengan perasaan, emosional, pembentukan sikap di dalam diri

peribadi seseorang dengan terbentuknya sikap simpati, antipati, mencintai,

membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua dapat digolongkan sebagai

kecerdasan emosional, ketiga, psikomotorik, adalah berkenaan dengan

actiion, perbuatan, perilaku dan seterusnya. (haidar Putra Dauly, 2004;222).

2.3.2 Tujuan Pendidikan Budi Pekerti

Tujuan adalah sesuatu yang dituju atau sesuatu yang akan dicapai, ia

merupakan “dunia cita-cita yakni Suasana ideal yang ingin diwujudkan”

(Zuhairini, 1995; 159). Suatu kegiatan harus memiliki tujuan agar yang akan

dicapai dari kegiatan itu dapat diketahui, karena kegiatan tanpa tujuan akan

berjalan tanpa arah.

28
Dalam sistem pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan baik

tujuan kurikuler, maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi tiga

ranah, yaki ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif

berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan

sikap dan ranah psikomotorik berkenaan dengan ktrempilan dan

kemampuan untuk bertindak. (Nana Sudjana, 1993;22).

Haidar Putra Dauly, bahwa tujuan pendidikan budi pekerti adalah

untuk mengembangkan nilai, sikap dan perilaku siswa yang memancarkan

akhlak mulia/budi pekerti luhur. Dengan kata lain dalam pendidikan budi

pekerti nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai nilai akhlak yang mulia,

yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak yang mulia kedalam diri peserta didik

yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya. Adapun tujuan pendidikan

budi pekerti sebagaimana yang diungkapkan oleh KI Hajar Dewantoro

adalah “ngerti-ngerasa-ngelakoni” (menyadari, menginsyafi dan

melakukan). (Pendidikan Taman Siswa, 1977; 1). Hal tersebut mengandung

pengertian bahwa pendidikan budi pekerti adalah bentuk pendidikan dan

pengajaran yang menitikberatkan pada perilaku dan tindakan siswa dalam

mengapresiasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai budi pekerti ke

dalam tingkah laku sehari-hari.

29
2.4 Konsep Budaya Sekolah

2.4.1 Pengertian Budaya Sekolah

Deal dan Peterson (Supardi, 2015) menyatakan bahwa budaya

sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan

keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh seluruh warga

sekolah yaitu kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan

masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah juga merupakan ciri khas,

karakter atau watak dan citra sekolah dalam masyarakat luas. Berkaitan

dengan budaya sekolah, sekolah sebagai sistem diharuskan memiliki tiga

aspek pokok yang sangat berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah atau

sekolah yang bermutu, yakni proses belajar mengajar, kepemimpinan dan

manajemen sekolah, serta budaya, tradisi, atau ciri khas sekolah itu sendiri.

Budaya sekolah adalah kualitas sekolah di kehidupan sekolah yang

tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang

dianut sekolah (Dikmenum Dirjen Dikdas dan Menengah, 2002). Lebih

lanjut dikatakan bahwa budaya sekolah adalah keseluruhan latar fisik,

lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah yang secara produktif

mampu memberikan dan menghasilkan pengalaman yang baik bagi tumbuh

kembangnya kecerdasan, keterampilan, dan aktivitas siswa. Budaya sekolah

dapat ditampilkan dalam bentuk hubungan kepala sekolah, guru, dan tenaga

kependidikan lainnya dalam bekerja, kedisiplinan, rasa tanggung jawab,

30
berfikir rasional, motivasi belajar, dan kebiasaan memecahkan masalah

secara rasional (Maryamah, 2016).

Budaya sekolah menggambarkan bahwa sekolah sebagai organisasi

memiliki budaya yang sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan

dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi

sekolah, dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan

diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut digunakan

sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam

lingkungan organisasi tersebut dan dapat dianggap sebagai ciri yang

membedakan satu sekolah dengan sekolah lainnya. Budaya sekolah

dipandang sebagai eksistensi suatu sekolah yang terbentuk dari hasil saling

mempengaruhi antara tiga faktor yaitu sikap dan kepercayaan orang yang

berada di sekolah dan lingkungan luar sekolah, norma-norma budaya

sekolah yang membentuk karakter sekolah (Suhayati, 2013).

Budaya sekolah juga tak lepas dari peran kepemimpinan kepala

sekolah dalam mengatur sekolah. Tugas kepala sekolah adalah memimpin

para bawahannya yaitu dengan mengajari, membimbing, memotivasi,

memberi peluang, dan membangkitkan semangat para bawahannya yaitu

para guru, karyawan dan siswa demi memanjukan dan menjadikan sekolah

yang berbudaya mutu, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di

lingkungan masyarakat sekitar sekolah atau bahkan masyarakat luas (Sari,

2018). Prinsip terpenting dalam pemeliharaan budaya sekolah yang bersifat

artifek adalah harus memelihara tradisi, peringatan hari besar keagamaan,

31
dan lambang yang telah dinyatakan dan menguatkan budaya sekolah positif,

namun yang lebih penting lagi dari artifek adalah budaya bagi perbaikan

kualitas sekolah secara berkelanjutan atau terus menerus dengan konsisten.

Menurut Lickona, terdapat 6 karakteristik budaya sekolah yang baik,

yaitu:

1) Kepemimpinan moral dan akademik yang dimiliki oleh kepala sekolah

harus baik

2) Semua warga sekolah menerapkan budaya disiplin

3) Memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi antara semua warga sekolah

4) Mengimplementasikan gaya kepemimpinan demokratis dan

menumbuhkan sikap tanggung jawab untuk siswa

5) Memiliki toleransi dan bersikap adil kepada semua warga sekolah tanpa

membeda bedakan satu dengan yang lainnya

6) Sekolah mampu meningkatkan moralitas yang baik dan mampu

menyelesaikan permasalahan-permasalahan moral yang dialami oleh

siswa.

Edgar Schein (2002) menjelaskan bahwa terdapat sepuluh

karateristik budaya sekolah yaitu:

1) Mengamati perilaku yang dilakukan oleh warga sekolah baik dari

kebiasaan, bahasa, dan tradisi

2) Sekolah memiliki norma yang dijalankan oleh semua warga sekolah

yang digunakan sebagai tolak ukur atau menilai

32
3) Memiliki nilai nilai yang dianut oleh semua warga sekolah

4) Memiliki landasan filosofis dan visi yang jelas

5) Terdapat aturan-aturan yang harus dijalankan oleh semua warga sekolah

6) Iklim kelompok dalam berinteraksi

7) Memiliki kreatifitas tertentu

8) Kebiasaan berfikir dan bertindak dengan berbagi pengetahuan

9) Saling membantu kepada semua warga sekolah

10) Sebagai symbol yang baik

Karakteristik budaya sekolah, bisa dikategorikan menjadi sebuah

indikator dalam menciptakan budaya lingkungan sekolah, yang

pengimplementasikannya tidak dapat tegak sendiri dalam menimbulkan inti

budaya sekolah, namun juga penting dilakukan dengan bersama sama,

supaya terbentuk sebuah konsep budaya sekolah yang utuh.

2.4.2 Unsur-unsur Budaya Sekolah

Budaya sekolah berupa suatu perilaku yang biasa dikerjakan oleh

guru, siswa, karyawan, dan seluruh elemen yang ada di sekolah. Budaya

sekolah dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang dilakukan dalam

lingkungan sekolah. Elemen budaya sekolah dibedakan menjadi elemen

positif dan elemen negatif, dan netral.

Elemen positif berupa budaya-budaya positif yang sering dilakukan

atau kebiasaan yang positif. Budaya sekolah yang positif adalah budaya

yang membantu perkembangan mutu dan kualitas suatu sekolah. Budaya

33
sekolah yang positif diantaranya adalah bekerjasama dalam peningkatan

kualitas sekolah dengan melakukam program-progran atau kegiatan yang

berupa implementasi dari visi dan misi sekolah. Selain itu elemen positif

dapat pula berupa adanya penghargaan-penghargaan akan kejuraan yang

dilakukan. Elemen negatif adalah elemen yang tidak sejalan dengan

peningkatan mutu dan kualitas sekolah. Budaya negatif ini diantaranya

tawuran, perkelahian, dan sebagainya yang merugikan sekolah. Sedangkan

budaya netral adalah budaya yang tidak menguntungkan namun juga tidak

merugikan suatu sekolah. Contoh dari budaya netral adalah adanya suatu

perkumpulan untuk arisan sekolah, adanya pembuatan seragam guru.

Budaya sekolah dibangun atas unsur nilai, kepercayaan,

pengetahuan, dan organisasi. Dalam pembentukan budaya sekolah

diperlukan penanaman nilai yang baik seperti nilai akhlak dan semangat.

Sehingga dalam budaya sekolah tertanam suatu budaya yang aktif, kreatif,

dan inovatif dan dapat memberikan dampak positif bagi sekolah tersebut.

Budaya sekolah terbentuk dengan baik apabila segala unsur-unsur yang

diperlukan dapat dijalankan dengan baik.

2.4.3 Pengembangan Budaya Sekolah/Madrasah

Budaya Sekolah/ Madrasah ialah nilai-nilai, norma, sikap dan

kebiasaan, yang digunakan sebagai landasan yang dilakukan terhadap

masyarakat sekolah/ madrasah. Nilai yang terkandung dalam budaya

lingkungan sekolah/ madrasah terdiri atas ketaatan, bersaing dan motivasi.

34
Aturan-aturan yang dipercayai dalam budaya lingkungan sekolah yaitu

dapat dipercaya, hukum yang adil, berakhlak, dan dan ketaatan. Nilai-nilai

yang dikembangkan di sekolah/madrasah, tidak bisa dilepaskan dari kondisi

lingkungan sekolah/madrasah itu sendiri, yang terdapat peran dan fungsi

yang penting bertujuan meningkatkan, membududayakan dan diturunkan

budaya tersebut terhadap para siswanya.

Teknik pengembangan budaya sekolah/madrasah terdiri dari

pengembangan nilai, pengembangan tatanan teknis, pengembangan tatanan

sosial, pengembangangan ciri khas sekolah di sekitar siswa, dan

mengevaluasi budaya sekolah. Nilai nilai yang dikembangkan oleh pendidik

yaitu nilai keagamaan, ketaqwaan, point kerja sama, nilai toleransi, nilai

tanggung jawab, kejujuran, kebersihan, dan ketertiban.

Menurut Robbins, pengembangan budaya sekolah memiliki peran

penting bagi semua warga sekolah yaitu :

1. Membedakan antara suatu sekolah dengan sekolah lainnya

2. Mengenal karakteristik setiap warga sekolah

3. Mempermudah untuk melakukan kerjasama yang lebih luas dan

mementingkan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu

4. Sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan semua warga

sekolah

5. Sebagai sarana untuk membentuk sikap dan perilaku warga sekolah.

35
Budaya sekolah/madrasah diharapkan dapat memperbaiki dan

meningkatkan kualitas sekolah, Budaya sekolah yang baik akan memberikan

peluang kepada Lembaga Pendidikan serta masyarakat sekolah yang berfungsi

secara optimalisasi, terlaksana secara efisien, bersinergi, mempunyai semangat

tinggi, dan selalu memiliki niat untuk berkembang. Maka dari itu, budaya di

lingkungan sekolah/ madrasah ini sangatlah perlu ditingkatkan kembali.

Budaya lingkungan sekolah/madrasah adalah efek samping dari perjalanan

sejarah sekolah, hasil dari interaksi dan komunikasi bermacam kegiatan yang

masuk ke sekolah/madrasah. Sekolah/madrasah sangatlah penting untuk sadar

dan secara serius keberadaan bermacam budaya sekolah/ madrasah dengan

karakter yang ada. Nilai dan kepercayaan tidak akan timbul dalam waktu yang

begitu singkat. Mengingat kewajiban sistem nilai yang diinginkan bertujuan

memperbaiki sekolah/ madrasah, maka tatacara dan langkah kegiatan yang

jelas dan matang sangatlah perlu ditata untuk membangun budaya sekolah/

madrasah yang baik. Masyarakat sekolah harus memiliki wawasan dalam

artian ada unsur dan bagian dari kultur yang memiliki sifat positif, negatif,

netral.

2.5 Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian terdahulu

sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Diantaranya adalah sebagai

berikut:

36
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Wahyu Lestari (2013)

dengan judul “Peran Guru PKn Dalam Meningkatkan Budi Pekerti

Siswa Melalui Budaya Sekolah Di MTs Hasyim Asy Ari Kota Batu”.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

yaitu dengan observasi, wawancara, studi literatul dan dokumentasi.

Hasil peneliti yang dilakukan bahwa telah terdapat komitmen pada

ketiga pimpinan sekolah yang berlatar belakang Islam di kota Batu

untuk meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah

namun penyediaan sarana prasarana yang menunjang masih minim,

evaluasi dan tindak lanjut keberhasilan pendidikan karakter juga

masih belum dilaksanakan.

Kesamaan penelitian berada pada pokok pembahasan yaitu

meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah. Perbedaan

penelitiannya yaitu selain membahas budi pekerti siswa ia juga

membahas tentang tujuan Pendidikan budi pekerti ia juga membahas

tentang meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah.

2.

2.6 Kerangka Pemikiran

37
Adapun kerangka pikir mengenai peran guru terhadap peningkatan

budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Al-Alim Maligano.

Guru berperan penting dalam meningkatkan budi pekerti siswa.

Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan

nilai-nilai sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakan tugasnya tersebut,

diperlukan berbagai kemampuan serta kepribadian. Sebab, guru juga dianggap

sebagai contoh oleh siswa sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik

sebagai seorang guru.

Menurut Muhibbin Syah dalam Pupuh Fathurrohman, (2007, hlm. 45)

ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan

keberhasilan belajar mengajar, yaitu :

a. Menguasai bahan

b. Mengelola program belajar mengajar

c. Mengelola kelas

d. Menggunakan media atau sumber belajar

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk kependidikan dan pengajaran

h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan

guna keperluan pengajaran.

38
Peran Guru PPKn

Peran Guru PPKn dalam Faktor yang Menjadi


Meningkatkan Budi Pendukung dan Kendala
Pekerti Siswa Melalui Dalam Meningkatkan Budi
Budaya Sekolah di MTs Pekerti Siswa Melalui Budaya
Al-Alim Maligano Sekolah Di MTs Al-Alim
Maligano

Meningkatkan
Budi Pekerti Siswa
Melalui Budaya
Sekolah Di MTs Al-
Alim Maligano

39
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Al-Alim Maligano di desa

Lapole Kecamatan Maligano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

Adapun waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada Januari-Februari 2023

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif deskriptif. Menurut Yusano (2009) bahwa penelitian kualitatif

memiliki ragam pendekatan tersendiri , sehingga para pendiri dapat memilih

dari ragam tersebut untuk menyesusaikan objek yang akan ditelitinya. Lebih

lanjut Yulianty & Jufri (2020), dalam penelitian kualitatif analisi data harus

dilakukan dengan teliti agar data-data yang sudah diperoleh mampu

dinarasikan dengan baik, sehingga menjadi hasil penelitian yang layak.

3.3 Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, guru PPKn, guru

IPS selaku sebagai responden. Sedangkan yang menjadi informan dalam

penelitian ini adalah 6 orang siswa MTs Al-Alim Maligano. Jadi, total

keseluruhannya adalah 9 orang.

40
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan

adalah:

1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dengan kegiatan

melihat, mengamati, dan mencermati serta mencatatnya secara sistematis

dan akurat dalam beberapa cara yang berkaitan dengan Peran Guru PPKn

Dalam Meningkatan Budi Pekerti Siswa Melalui Budaya Sekolah di MTs

Al-Alim Maligano.

2. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan subyek

penelitian untuk memperoleh data mengenai dengan Peran Guru PPKn

Dalam Meningkatan Budi Pekerti Siswa Melalui Budaya Sekolah di MTs

Al-Alim Maligano.

3. Dokumentasi, yaitu mengambil data atau gambar berupa dokumen tertulis

tentang berbagai peristiwa pada waktu tertentu sebagai acuan penelitian

untuk mempermudah penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah model

interaktif dari Miles dan Huberman (Karsadi, 2018: 90):

1. Data Reduction (reduksi data) dimaksud untuk mereduksi data yang


jumlahnya banyak yang sifatnya masih kasar, mentah dan berserakan dari
data yang dikumpulakan di lapangan menjadi terorganisir dan
tersistematisasi, terseleksi, mana yang perlu digunakan dan mana yang
perlu diabaikan (dibuang), terseleksi data mana yang relevan dan utama

41
dan mana yang hanya sebagai penunjang, sehingga datanya menjadi fokus
dan terarah.
2. Data Displagy (penyajian data) dimaksudkan agar data yang terorganisir,
tersistematisasi, sederhana, fokus dan terarah, kemudian ditampilkan dan
disajikan dalam bentuk teks naratif yang memiliki arti, sehinggga mudah
dipahami dan dimengerti. Penyajian data ini juga dimaksudkan untuk
pendeskripsian data yang sudah fokus dan terarah untuk mendeskripsikan
temuan di lapangan, baik melalui wawancara, observasi maupun catatan
lapangan lainnya.
3. Conclusionsdrawing/verifying (penarikan kesimpulan) dimaksudkan agar
setelah reduksi data atau penyajian data (tidak harus berurutan keduanya)
maka langkah selanjutnya dilakukan verifikasi secara tepat, cermat dan
teliti oleh peneliti, maka baru disusun kesimpulan yang masih sementara
dan dilakukan verifikasi secara berkesinambungan, sehingga pada
akhirnya disusun kesimpulan akhir. Kesimpulan akhir ini ditujukan untuk
menjawab semua masalah yang menjadi fokus penelitian (masalah
penelitian).

3.6 Teknik Keabsahan Data

Untuk keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

uji kreadibilitas data utama, yakni menggunakan triangulasi. Tujuan

Triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologos,

maupun interpretatif dari penelitian kualitatif. Adapun triangulasi yang

digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui wawancara dengan beberapa responden dan informan

penelitian.

42
2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yang digunakan dalam penelitian ini, adalah

teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi.

Kesemuanya ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data yang

relevan dengan masalah yang akan diteliti.

3. Trangulasi Waktu

Trangulasi waktu yang digunakan dalam penelitian ini, adalah

dengan melakukan pengecekan Kembali terhadap data kepada responden

dan informan penelitian dan tetap mengunakan Teknik yang sama.

43
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Yunita Wahyu. PERAN GURU PKN DALAM MENINGKATKAN BUDI

PEKERTI SISWA MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI MTS HASYIM ASYÂ’ARI

KOTA BATU. Diss. University of Muhammadiyah Malang, 2014.

Setiasih, Setiasih. "KARAKTER ANAK BANGSA PERSPEKTIF GURU SEBAGAI

PENDIDIK." (2013): 140-143.

Digantara, Pras. "Effect of Talking Stick Learning Model to Student Learning

Outcomes on Gasoline Engine Course in Class X of Tsm SMKN 1 Palangka

Raya Academic Year 2016/2017." PARENTAS: Jurnal Mahasiswa Pendidikan

Teknologi dan Kejuruan 4.1 (2018): 39-46.

44
45

Anda mungkin juga menyukai