Anda di halaman 1dari 47

“ INTERNALISASI NILAI-NILAI KEMUHAMMADIYAHAN

DALAM MENINGKATKAN SPIRITUALITAS SISWA


DI SMP MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO ”

Proposal Skripsi

Oleh:
Memo Valentino Hutagaol
NIM: 19110324

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal skripsi oleh Memo Valentino Hutagaol, mahasiswa Program Studi S1-
Pendidikan Agama Islam, dengan judul proposal skripsi “Internalisasi Nilai-Nilai
Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan Spiritualitas Siswa Di Smp
Muhammadiyah 2 Ponorogo ”
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar Proposal Kelas E
( Angkatan 2019 )
Ponorogo, 30 Agustus 2022
Menyetujui,

Aldo Redho Syam, M.Pd.I.


NIK. 19880113 201709 13

K
a
.
P
r
o
d
i

Aldo Redho Syam, M.Pd.I.

1
NIK. 19880113 201709 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................3
A. Konteks Penelitian....................................................................3
A. Fokus Penelitian........................................................................6
B. Tujuan Penelitian......................................................................7
C. Manfaat Penelitian....................................................................7
D. Definisi Istilah...........................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................12
A. Hasil Penelitian Terdahulu........................................................12
B. Konsep Internalisasi..................................................................14
C. Konsep Kemuhammadiyahan...................................................16
D. Kerangka Konseptual Penelitian...............................................17
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................18
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian...............................................19
B. Kehadiran peneliti di lapangan..................................................19
C. Lokasi Penelitian.......................................................................19
D. Data dan Sumber Data..............................................................20
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................20
F. Teknik Analisis Data.................................................................21

2
G. Pengecekan Keabsahan Data.....................................................23
Gambar 3.1 Triangulasi Teknik....................................................................23
Gambar 3.2 Triangulasi Sumber...................................................................24
H. Tahap – Tahap Penelitian..........................................................24
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan Merupakan suatu Kebutuhan Pokok yang Harus Dimiliki

Oleh setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini tanpa terkecuali, dengan

beragam pendidikan yang ada sehingga masing-masing negara pun memiliki

program dan kurikulum yang berbeda-beda dengan tujuan untuk

membentuk dan mengkaderisasikan serta mempersiapkan generasi muda

yang berpendidikan tinggi supaya bisa bersaing di era moderen ini, Apabila

Negara Indonesia ingin berkiprah atau bersaing di dunia global maka harus

melakukan penataan sumber daya manusia (SDM) baik dari aspek

intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral dan tanggung jawab, di

Indonesia saat ini tengah memperbaiki generasi muda dengan mengadakan

program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diikuti seluruh

lembaga pendidikan khusunya pendidikan dibangku sekolah baik sekolah

dasar, sekolah menengah pertama, maupun Sekolah Mengah Atas dengan

adanya program ini generasi muda yang ada di Indonesia Memiliki karakter

3
yang mulia seperti yang tercantum Pada pasal 3 UU Tentang sistem

kependidikan Nasional di Indonesia Nomer 20 tahun 2003 yaitu

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (Wiyani

2015: 69).

Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan akhlak. Dalam pandangan organisasi

Muhammadiyah, pendidikan memiliki spectrum yang penting sebagai

sarana dakwah untuk membangun kualitas diri manusia. Al

Islam dan Kemuhammadiyaan sebagai catur darma perguruan tinggi

Muhammadiyah sekaligus sebagai ujung tombak penanaman nilai demi

terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia,

berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan tajdid dakwah

sesuai dengan amanah yang tertuang dalam Putusan Muktamar

Muhammdiyah ke-46 tentang Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah

merupakan satu hal yang seharusnya dioptimalkan pada tataran

manajemen baik secara sumber daya manusia (man), anggaran (money),

sarana dan prasarana (material), metode (method) dan alat

(machine)untuk mencapai tujuan tersebut pada setiap lingkungan

pendidikan Muhammadiyah khususnya Perguruan Tinggi. Internalisasi nilai

dalam pendidikan dapat diberikan oleh guru terhadap siswa sebagai sasaran

4
dakwah Muhammadiyah pada Amal usahanya dalam bidang pendidikan.

Internalisasi nilai adalah proses menghayati dan mendalami nilai dengan

tujuan menanamkannya agar menjadi akhlaq (character) bagi mahasiswa.

Internalisasi nilai3dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yakni:

transformasi nilai, transaksi nilai, dan tras-internalsasi. Internalisasi

merupakan sebuah proses memasukkan, membiasakan orang agar

berprilaku sesuai dengan nilai ideal. Internalisasi merupakan penghayatan

terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan

kesadaran terhadap kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam

sikap dan perilaku. Dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral Simon,

Howe dan Kirschenbaum dalam Wahab menawarkan 4 (empat) pendekatan

yang dapat digunakan, yaitu pendekatan penanaman moral, pendekatan

transmisi nilai bebas, pendekatan teladan, dan pendekatan klarifikasi

nilai. Selanjutnya menurut Mulyasa Internalisasi nilai dapat dilakukan

dengan beberapa kegiatan yakni (1) Transformasi nilai, memberikan

penegtahuan tentang baik dan buruk dengan komunikasi verbal (2)

Transaksi nilai, komunikasi dua arah antara pendidik dan mahasiswa dengan

pemberian contoh dalam aktifitas sehari-hari dan (3) Tras-internalsasi,

penampilan pendidik dihadapan mahasiswa bukan hanya sosok psikis

namun sikap mental dan kepribadiannya. Ketiga kegiatan tersebut

dilakukan dengan teknik peneladanan, pembinaan disiplin dan

pemotivasian. Metode lain tentang internalisasi ditawarkan Nihayati

yakni dengan beberapa tahapan seperti: peneladanan, pembiasaan,

pembinaan disiplin, pemotivasian. Pendidikan di sekolah tidak hanya terkait

5
tentang akademik saja, akan tetapi juga harus terjadi keseimbangan antara

pendidikan akademik dengan pendidikan akhlak yang terbentuk dari nilai-

nilai spiritual yang diajarkan oleh Islam. Jika terjadi keseimbangan antara

keduanya, maka pendidikan tidak hanya akan melahirkan insan yang

berkualitas dalam ilmu pengetahuan, namun juga mengubah anak menjadi

orang yang berkualitas dari aspek keimanan, ilmu pengetahuan dan juga

akhlak. Untuk itu perlu dilakukan kontribusi lain selain belajar mengajar di

dalam kelas secara formal untuk memaksimalkan proses internalisasi nilai-

nilai spiritual.

Kegiatan ekstrakurikuler dan berbagai kegiatan keagamaan yang semuanya

bertujuan untuk membentuk karakter moral dan akhlak yang baik bagi

peserta didik. program keagamaan memberikan manfaat bagi peningkatan

kesadaran moral beragama peserta didik. kegiatan keagamaan merupakan

upaya sekolah dalam menanamkan nilai-nilai spiritual kepada peserta didik di

luar jam pelajaran. Dengan adanya kegiatan keagamaan akan menuntun

peserta didik untuk menjadi manusia yang spiritual yaitu menusia yang

memiliki iman dan takwa serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai spiritual

dalam kehidupan sehari-hari.( Afidatul Izha, Moh. Murtadho, Adi Sudrajat

2020 : 2)

Dari konteks penelitian yang sudah dijelaskan diatas maka peneliti ingin

sekali mengkaji dari masalah yang peneliti temukan di lapangan untuk

menindak lanjuti hal tersebut peneliti akan mengkaji dan meneliti didalam

skripsi ini dengan judul “

“INTERNALISASI NILAI-NILAI KEMUHAMMADIYAHAN

DALAM MENINGKATKAN SPIRITUALITAS SISWA DI SMP

6
MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO ”

A. Fokus Penelitian

1. Bagaimana proses implementasi Internalisasi Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di Smp

Muhammadiyah 2 Ponorogo?

2. Bagaimana hasil dari Proses Internalisasi Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di Smp

Muhammadiyah 2 Ponorogo?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo ?

B. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan proses implementasi Internalisasi Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di Smp

Muhammadiyah 2 Ponorogo

2. Mendiskripsikan hasil dari Proses Internalisasi Nilai-nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di Smp

Muhammadiyah 2 Ponorogo

3. Mendiskripsikan Dampak dari Internalisasi Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di Smp

Muhammadiyah 2 Ponorogo

C. Manfaat Penelitian

7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan

keilmuan dalam bidang pendidikan khususnya Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi dasar

pijakan untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo.

b. Bagi Guru Penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi para guru

untuk terus mengembangkan penguasaan dalam menanamkan nilai-

nilai pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo.

c. Bagi Siswa Penelitian ini dapat membantu melaksanakan proses

belajar Pendidikan Agama Islam dengan efektif dan efisien, sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

D. Definisi Istilah

1. Internalisasi Nilai-nilai

8
Secara etimologis, internalisasi menunjukan suatu proses. Dalam

kaidah bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai defenisi proses.

Sehingga internalisasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses.

Menurut Chabib Thoha, internalisasi nilai merupakan teknik dalam

pendidikan nilai yang sasarannya adalah sampai pada pemilikan nilai

yang menyatu dalam kepribadian peserta didik. (Izzatin,

Mafruhah2016:18) . Internalisasi sebagai; proses panjang yang

dilakukan oleh individu dilahirkan sampai ia meninggal, proses

tersebut berupa penyerapan nilai dan norma individu kepada

masyarakat (Sujatmiko, 2014).

2. Kemuhammadiyahan

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang kiprahnya makin

dominan dalam dakwah Islam Nusantara maupun dunia. Kini

orang menggunakan istilah itu dengan sebutan Islam Nusantara,yang

sesugguhnya adalah imitasi dari karya dakwah Muhammadiyah

pada masa awal sejarah perjuangan. Muhammadiyah sejak

berdiri pada 18 Nopember 1912 M/8 Dzulhijjah 1330 Hterus

menjelmakan sepak terjangnya dalam menyebarkan Islam yang

murni dan modern. Murni artinya, seluruh gerakan dakwah Islam

didasarkan secara menyeluruh “kaffah”kepada Al-Qur‟an dan

Sunnah al-Shahihah. Modern artinya, gerakan dakwah

Muhammadiyah terus menyesuaikan dengan dinamika dan

perkembangan kehidupan manusia namun tetap bersandar kepada al-

Qur‟an dan mengikuti tuntunan Rasulullah Muhammad saw. Media

9
purifikasi(pemurnian)pemahaman KeIslaman, gerakan pemurnian

Islam telah dilakukan sejak 1 abad yang lalu ketika Kyai Haji

Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Muhammadiyah

bergerak di masyarakat, membina dan membangun masyarakat

atas dasar ikhlas, beribadah, dan berbakti kepada masyarakat. Oleh

karena itu, yang dilakukan Muhammadiyah adalah mendidik

seseorang dan ummat secara lebih luas untuk menjadi

muslim“orang Islam” , mu‟min“orang yang beriman”, dan

muhsin“orang yang ikhsan” yang ilmiyah amaliyah (yang berdasar

ilmu dalam berbuat) dan amaliyah yang ilmiyah (yang berbuat atas

dasar ilmu). Selain itu, Muhammadiyah didirikan sebagai sarana

melahirkan intelektual Islam. Cita-cita pendidikan

Muhammadiyah tiada lain adalah menunjukkan jalan gelap

kehidupan menuju jalan terang yaitu cahaya kebenaran

Islam.Gerakan pencerahan Islam bagi intelektual terlebih

mereka yang mengenyam pendidikan tinggidi Muhammadiyah

merupakan hal wajib yang harus dilakukan. Tanggung jawab besar

Muhammadiyah adalah melahirkan intelektual yang mampu beramar

ma‟rufdan nahi munkar, sekaligus menjadi penerus gerakan

dakwah Islam diseluruh bangsa dan masyarakat Indonesia.

3. Spiritualitas

Spiritualitas menurut Nelson kerap kali dianggap sebagian besar

masyarakat sebagai istilah yang bersinggungan dengan agama dan

pengalaman transendental. Selama beberapa dekade, spiritualitas juga

10
berada dalam konteks yang dianggap sakral dan transenden. Nelson

menggambarkan bahwa spiritual ini menjadi sesuatu yang tidak dapat

lepas dari agama dan Allah SWT, seperti halnya manusia melakukan

peribadatan maupun melakukan kegiatan yang berbau keagamaan

(Arina dan Yohaniz, 2014:3).

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membagi menjadi beberapa bab

yang terdiri dari sub antara lain:

Bab I Pendahuluan, bab ini Konteks Penelitian, focus Penelitian, Tujuan

Penelitian,

Manfaat Penelitian, Definisi Istilah,Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori, bab ini merupakan landasan yang digunakan

dalam penyusunan penelitian yang berkaitan dengan kajian tentang

internalisasi nilai, Kemuhammadiyahan dan Spiritualitas, penelitian

relevan, dan kerangka berfikir.

Bab III Metode Penelitian, bab ini yang berisikan jenis penelitian,

setting penelitian, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan

data,

teknik keabsahan data, dan teknik analisis data.

Bab IV adalah bab yang membahas tentang Hasil Penelitian dan

Pembahasan yang berisi Deskripsi Wilayah Penelitian, Penyajian Data

Hasil

Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab V merupakan Penutup, bab ini berisikan tentang Kesimpulan Hasil

11
Penelitian dan Saran-saran Penulisan terhadap Hasil Penelitian.

Daftar Pustaka

Lampiran

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali banyak informasi dari beberapa

penelitian-penelitian yang ada sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik

mengenai kekurangan maupun kelebihan yang sudah ada. Selain itu peneliti juga

menggali informasi dari buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan

suatu informasi dari buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu

informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang

digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

a. INTERNALISASI NILAI-NILAI IMAN DALAM PEMBENTUKAN AQIDAH

PESERTA DIDIK DI SMP DDI MANGKOSO KABUPATEN BARRU di buat

oleh Abdul Halik Universitas Muhammadiyah Parepare internalisasi nilai-nilai

iman pada hari pembalasan di SMP DDI Mangkoso dalam rangka pembentukan

aqidah peserta didik yaitu, para pendidik senantiasa berusaha memberikan

pemahaman dan bahkan memberikan gambaran yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari agar peserta didik tidak mengambang pemahamannya tentang hari

pembalasan tersebut, sehingga mereka tidak salah persepsi akan adanya hari

pembalasan. Implikasi nilai-nilai iman pada hari pembalasan dalam pembentukan

aqidah peserta didik di SMP DDI Mangkoso dapat memahami dan meyakinin

bahwa hari pembalasan benar-benar ada. Semua akan mengalami atau melalui hari

pembalasan tersebut dan menerima balasan sesuai dengan perbuatan. Dengan

demikian, peserta didik lebih kuat lagi keimanannya dan dapat menjadi anak yang

lebih baik lagi dari sebelumnya.

13
b. INTERNALISASI PEMBENTUKAN KARAKTER DALAM PROSES

PEMBELAJARAN PADA SMP NEGERI 37 BULUKUMBA di buat oleh Mukri

Pahmi internalisasi pembentukan karakter dalam proses pembelajaran pada SMP

Negeri 37 Bulukumba. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yang

ditinjau berdasarkan fenomenologis. Informan dalam artikel ini adalah kepala

madrasah dan guru Pendidikan Agama Islam. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik pengolahan dan analisis data

melalui reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

Artikel ini menunjukkan bahwapelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik

pada SMP Negeri 37 Bulukumba dilaksanakan dengan mengutamakan

pembentukan 8 karakter, yaitu bertanggung jawab, cinta tanah air, peduli sosial,

toleransi, disiplin, mandiri, demokratis, dan gemar membaca. Pelaksanaan

pendidikan karakter tersebut terintegrasi dengan semua mata pelajaran, terutama

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan dalam bentuk

intrakurikuler dan ekstrakurikuler, baik di dalam pembelajaran maupun di luar

pembelajaran. Strategi yang ditempuh guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembentukan karakter peserta didik di SMP Negeri 37 Bulukumba dilakukan

melaluipembinaan akhlak dan peningkatan wawasan keagamaan peserta didik

c. INTERNALISASI NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM PEMBENTUKAN

AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK DI SMP ISLAM MA’ARIF 02

MALANG di buat oleh Afidatul Izha 1, Moh. Murtadho 2, Adi Sudrajat3

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang

Internalisasi nilai-nilai spiritual dalam pembentukan akhlakul karimah peserta didik

di SMP Islam Ma’arif 02 Malang dilakukan melalui programprogram keagamaan.

Program-program keagamaan tersebut diantaranya adalah shalat zhuhur dan ashar

berjamaah, salah sunnah dhuha, istighasah, pembacaan yasin, tahlil dan shalawat,

serta kegiatan madrasah diniyah.

14
Program-program tersebut dipantau dan dibimbing langsung oleh guru yang

kompeten dalam bidangnya. Metode yang digunakan dalam proses internalisasi

nilai-nilai spiritual adalah metode keteladanan dan metode pembiasaan. Metode

keteladanan dilakukan dengan memberikan contoh langsung kepada siswa dengan

memberikan arahan dan bimbingan yang sesuai dengan program-program

keagamaan tersebut. Sedangkan metode pembiasaan dilakukan dengan kegiatan

keagamaan yang pelaksanaannya secara terus-menerus dan rutin dilakukan.

Dari ketiga penelitian diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan, yaitu sama-sama meneliti tentang adab dengan penggunaan

metode yang sama juga yaitu metode kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian

yang akan peneliti lakukan terletak pada subyek dan obyeknya. Dimana peneliti

pertama membahas konsep adab dalam pembentukan sikap seorang anak, peneliti

kedua membahas tentang adan komunikasi antara siswa dengan guru, peneliti

ketiga membahas penerapan internalisasi niai dan pembentukan karakter di sebuah

lembaga sekolah. Sedangkan peneliti ini akan berorientasi khusus internalisasi

nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas.

B. Konsep Internalisasi

1. Teori Internalisasi

Secara etimologis, internalisasi menunjukan suatu proses. Dalam kaidah

bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai defenisi proses. Sehingga

internalisasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses.

Proses internalisasi memiliki tiga tahap yang mewakili proses terjadinya

internalisasi (Kunaepi, 2012:59), yaitu sebagai berikut:

a) Tahap Transformasi Nilai Tahap yang dilakukan oleh pendidik dalam

menyampaikan nilai-nilai baik maupun kurang baik pada ranah kognitif.

Tahap ini terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik yang

bersifat memberikan pengetahuan.

15
b) Tahap Transaksi Nilai Tahapan pendidikan dengan melakukan komunikasi

dua arah, atau komunikasi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat

komunikasi timbal balik. Tahapan ini memberikan pengaruh melalui nilai

untuk menentukan nilai sesuai yang telah dijalankan oleh peserta didik

tersebut.

c) Tahap Transinternalisasi Tahap ini dilakukan lebih mendalam dengan

menggunakan komunikasi verbal beserta sikap mental dan kepribadian..

Dalam tahapan ini peserta didik akan memperhatikan dan memliki

kecenderungan meniru sikap dan perilaku yang dilakukan pendidik. Oleh

sebab itu, pendidik diharapkan dapat lebih memperhatikan sikap dan

perilakunya agar tidak bertentangan dengan pemberian nilai yang diberikan.

Adapun tahapan tersebut dihubungkan dengan perkembangan manusia, proses

internalisasi dilaksanakan sesuai dengan tugas-tugas perkembangan.

Internalisasi yang dihubungkan dengan nilai karakter religius diartikan

sebagai suatu proses memasukkan nilai-nilai karakter religius secara utuh, dan

dilanjutkan dengan kesadaran diri mengenai pentingnya sifat religius pada diri

seseorang sehingga dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

2. Konseptual Model Internalisasi Nilai

Internalisasi Nilai Kerangka konseptual model sangat dibutuhkan dalam

internalisasi nilai. Dalam hal ini Aan Hasanah (2013) menawarkan kerangka

konseptual model yang berintikan empat basic teaching model. Keempat basic

teaching model itu ialah (1) tujuan, (2) program, (3) proses, dan (4) evaluasi.

Penanaman nilai dimulai dengan: Pertama, menentapkan tujuan yang akan

mengarahkan seluruh program dan proses pada satu arah yang jelas. Tujuan

merupakan kristalisasi nilai-nilai yang berfungsi mengarahkan, sekaligus

memberi makna pada program dan proses berikutnya. Kedua, program yang

hendak dijalankan mesti mengarah pada tujuan yang hendak dicapai.


16
Program merupakan rancangan yang terencana dan terukur yang sudah

ditentukan. Program akan menentukan kualitas ketercapaian pendidikan.

Ketiga, Proses yang akan mengimplementasikan program. Proses adalah suatu

kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja program yang telah dirancang

untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Keempat, Evaluasi untuk

mengukur berhasil tidaknya model yang dijalankan. Evaluasi sangat penting

dalam proses pendidikan, karena tujuan evaluasi pendidikan bukan hanya

untuk mengukur keberhasilan program pendidikan, tetapi juga sebagai

langkah korektif untuk lebih baik.

C. Konsep Kemuhammadiyahan

1. Definisi Kemuhammadiyahan

Pembelajaran Kemuhammadiyahan Sebelum membahas mengenai

definisi pembelajaran Kemuhammadiyahan, terlebih dahulu akan dibahas

mengenai definisi dari Muhammadiyah itu sendiri. Muhammadiyah berasal

dari bahasa Arab “Muhammad”, yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang

terakhir, kemudian mendapat tambahan “yah” nisbiyah, yang artinya

menjeniskan. Sedangkan secara istilah Muhammadiyah adalah sebuah

gerakan Islam berupa dakwah Amar Makruf Nahi Munkar. Mengacu kepada

definisi Muhammadiyah secara bahasa dan istilah dapat ditarik kesimpulan

bahwa Muhammadiyah berarti “umat Muhammad SAW” atau “pengikut

Muhammad SAW”, yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini

bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir

yang akan menegakkan dakwah amar makruf nahi mungkar. Dengan

demikian siapapun yang mengaku beragama Islam sesungguhnya orang

Muhammadiyah tanpa harus dilihat dan dibatasi oleh adanya perbedaan

organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis, dan sebagainya.

17
Pembelajaran Kemuhammadiyah mempunyai dua makna, yaitu

makna secara bahasa dan makna secara istilah. Secara bahasa, pem belajaran

Kemuhammadiyahan adalah pelajaran tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan pengikut Nabi Muhammad SAW. Sedangkan menurut

istilah pembelajaran Kemuhammadiyahan didefinisikan dengan ilmu yang

mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan persyarikatan

Muhammadiyah. Mengacu kepada definisi pembelajaran

Kemuhammadiyahan secara bahasa dan istilah dapat ditarik kesimpulan

bahwa pembelajaran Kemuhammadiyahan adalah pembelajaran yang wajib di

perguruan Muhammadiyah, dengan maksud untuk memberikan pengetahuan

kepada peserta didik tentang organisasi Muhammadiyah dan gerakan Amar

Ma’ruf Nahi Mungkar (AMNM) sesuai dengan AlQur’an dan As- Sunnah.

D. Kerangka Konseptual Penelitian

Perlu peneliti uraikan dalam kerangka berfikir ini, bahwa dalam

penelitian yang berjudul Internalisasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan Dalam

Meningkatkan Spiritualitas Siswa Di Smp Muhammadiyah 2 Ponorogo ini,

peneliti mengarah kepada penginternalisasian nilai-nilai kemuhammadiyahan

yan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk meningkat

spiritualitas siswa. Berpijak dari ulasan diatas maka nantinya siswa

diharapkan mempunyai nilai-nilai religi dan spiritualitas yang lebih baik di

kehidupan sehari-hari.

18
Gambar 2.1
Kerangka konseptual penelitian

Kondisi awal siswa dengan Internalisasi nilai-nilai


berbagai problem kemuhammadiyahan

Persiapan, proses, evaluasi,


faktor pendukung dan Pelaksanaan
penghambat program/pembelajaran

Hasil yang dicapai dari internalisasi


nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam
meningkatkan spiritualitas siswa

BAB III
19
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian field reseach atau penelitian lapangan, yaitu

penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dilapangan, seperti di lingkungan

masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga pendidikan

formal maupun non formal. Jenis penelitian lapangan antara lain penelitian kualitatif,

penelitian studi kasus, penelitian kuantitatif, eksperimen, penelitian tindakan kelas,

penelitian histori dan penelitian kebijakan. Jenis penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yakni penelitian yang sering disebut metode

naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono 2012:

15). Data ini dikumpulkan dengan sumber data langsung. Penelitian ini diharapkan

dapat menemukan data secara menyeluruh dan utuh mengenai Internalisasi Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan Spiritualitas Siswa Di Smp

Muhammadiyah 2 Ponorogo.

B. Kehadiran peneliti di lapangan

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo merupakan salah

satu lembaga pendidikan formal yang ada di Kota Ponorogo. SMP Muhammadiyah 2

Ponorogo ini terletak di Jl.M. Thamrin, Bangunsari, Kec. Ponorogo, Kabupaten

Ponorogo.

D. Data dan Sumber Data

Peneitian ini terdapat dua sumber data yaitu:


20
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data valid yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara siapapun. Sumber data ini
diperoleh langsung dari Guru-guru dan Kepala sekolah Smp Muhammadiyah 2
Ponorogo.

2. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data-
data primer yaitu dapat melalui studi kepustakaan, dokumentasi, buku-buku,
majalah, koran, arsip tertulis yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti
pada penelitian ini. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen (Sugiyono 2012: 15).
Sumber data sekunder ini akan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan
dan menganalisis hasil penelitian yang menjadi penguat data primer sehingga
penelitian yang diambil menghasilkan data dengan validitas yang sangat tinggi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatanya dalam mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sitemastis dan dipermudah olehnya. (Sudaryono 2016:76).

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara

langsung, sengaja, tersusun, mengenai fenomena yang sesuai dengan penelitian

untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dalam observasi ini peneliti terlibat secara

langsung dalam kegiatan pembalajaran yang ada di Smp Muhammadiyah 2

Ponorogo. Sehingga pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan data

yang valid dan lebih akurat.

2. Wawancara (Interview)

Dalam buku Djam‟an Satori, menurut Sudjana wawancara adalah proses


21
pengambilan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penyanya dengan

pihak yang ditanya atau penjawab. Wawancara dapat dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara atau dengan tanya jawab secara langsung.

Menurut Patton, dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman

umum wawancara, interviuw dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat

umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan

pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit. Pedoman

wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang

harus dibahas. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terbuka. Wawancara terbuka yaitu wawancara yang para subjeknya tahu

bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan

wawancara itu.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan kejadian ataupun peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen penelitian dapat berupa tulisan maupun gambar-gambar dari seseorang.

Dokumentasi merupakan berkas pelengkap wawancara dan observasi. Dokumen

yang peneliti tunjukkan adalah segala yang berhubungan dengan kelembagaan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data. Analisis data

merupakan aktivitas pengorganisasian data. Data yang terkumpul dapat berupa

catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, biografi,

artikel, dan sebagainya (Afifudin dan Beni Ahmad Saebani 2012:145).

1. Pengumpulan Data

Merupakan proses yang berlangsung sepanjang penelitian, dengan menggunakan

22
seperangkat instrumen yang telah disiapkan, guna memperoleh informasi data

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Reduksi Data

Merupakan menunjukkan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,

mengabstraksikan dan mentransformasikan data mentah yang muncul dalam

penulisan catatan lapangan. Reduksi data bukan merupakan sesuatu yang terpisah

dari analisis.

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang tajam, ringkas, terfokus,

membuang data yang tidak penting dan mengorganisasikan data sebagai cara

untuk menggambarkan dan memferivikasi kesimpulan akhir (Emzir 2012:29).

3. Display Data

Merupakan usaha merangkai informasi yang terorganisir dalam upaya

menggambarkan kesimpulan dan mengambil tindakan. Biasanya bentuk display

atau penampilan data kualitatif menggunakan teks narasi. Sebagaimana reduksi

data, kreasi penggunaan display juga bukan merupakan suatu yang terpisah dari

analisis, akan tetapi bagian dari analisis (Emzir 2012:131)

4. Verifikasi dan Menarik Kesimpulan

Merupakan aktivitas analisis, dimana pada awal pengumpulan data, seorang

analisis mulai memutuskan apakah sesuatu bermakna, atau tidak mempunyai

peraturan, pola, penjelasan, kemungkinan konfigurasi, hubungan sebab akibat,

dan proposisi (Emzir 2012:133).

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

23
teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Dalam penelitian ini, analisis keabsahan data dilakukan dalam

beberapa langkah yaitu:

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data, seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi, atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek

yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda (Afifuddin dan Beni

Saebani:143).

2. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik

berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi,

wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara bersamaan

(Afifuddin dan Beni Saebani:144)

Gambar 3.1
Triangulasi
Teknik

Observasi

Sumber Data Sama


Wawancara

Dokumentasi

24
3. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono,2012).

Gambar 3.2
Triangulasi Sumber

Sumber A

Wawancara Sumber B

Sumber C

H. Tahap – Tahap Penelitian

1. Tahap Pralapangan

Menurut Moleong (2014: 127-136) terdapat enam tahap kegiatan yang harus dilakukan

oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu

dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik

penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian.

Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian serta

pemahaman dalam penyusunan teori.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantif yang dirumuskan

dalam bentuk hipotesis kerja, walaupun masih tentatif sifatnya. Hipotesis kerja itu

baru akan dirumuskan secara tetap setelah dikonfirmasikan dengan data yang

muncul ketika peneliti sudah memasuki latar penelitian.

25
Setiap situasi merupakan laboratorium di dalam lapangan penelitian kualitatif

Beberapa aspek kehidupan sosial dapat diteliti karena hal itu menjadi lebih jelas (Hughes

dalam Bogdan, 1972: 12). Namun, satu hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti

seperti yang diingatkan, oleh Bogdan (1972: 12) dan yang perlu dipahami dan

disadari oleh peneliti ialah barangkali baik apabila tidak secara teguh berpegang

pada acuan teori,

tetapi biarlah hal itu dikembangkan pada pengumpulan data.

c. Mengurus Perizinan

Pertama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berwenang

memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Yang berwenang memberikan izin

untuk mengadakan penelitian ialah kepala pemerintahan setempat di mana

penelitian dilakukan, seperti gubernur, bupati, camat sampai kepada RW/RT.

Mereka memiliki kewenangan secara formal. Disamping itu, masih ada jalur

informal yang perlu diperhatikan dan peneliti jangan mengabaikannya untuk

memperoleh izin, yaitu mereka yang memegang kunci kehidupan komunitas, seperti

kepala adat.

Selain, itu peneliti juga perlu memperhatikan tentang syarat lain yang diperlukan,

seperti: (1) surat tugas, (2) surat izin instansi di atasnya, (3) identitas diri, (4)

perlengkapan penelitian.

d. Menjajaki dan Menilai Lapangan

Tahap ini merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah menilai

keadaan lapangan. penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik

apabila peneliti sudah membaca kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam

tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan. Sebaiknya, sebelum

menjajaki lapangan, peneliti sudah mempunyai gambaran umum tentang geografi,

demografi, sejarah, tokoh-tokoh, adat, istiadat, konteks kebudayaan, kebiasaan-

kebiasaan, agama, pendidikan, mata pencaharian.


26
Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur

lingkunga sosial, fisik, dan keadaan alam. Jika peneliti telah mengenalnya, tujuan

lainnya ialah untuk membuat peneliti menyiapkan diri, mental maupun fisik, serta

menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Pengenalan lapangan juga dilakukan

untuk menilai keadaan, situasi, latar, dan konteksnya, apakah sesuai dengan

masalah, hipotesis kerja teori substantif seperti yang digambarkan dan dipikirkan

sebelumnya oleh peneliti.

Kirk & Miller (1986: 59-70) merumuskan segi-segi yang perlu diketahui pada tahap invensi

ke dalam tiga aspek. Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup Upaya ini berawal dari usaha

memahami jaringan sistem sosial dan berakhir pada kebudayaan yang dipelajari. Hal itu

mengharuskan peneliti mengadakan kontak dengan anggota-anggota masyarakat, terutama

tokoh yang dapat berperan sebagai perantara dalam memahami cara hidup masyarakat

setempat.

a. Memahami pandangan hidup

Cara masyarakat memandang sesuatu seperti objek, orang lain, kepercayaan atau

agama lain, merupakan satu segi yang terpatri dalam kehidupannya. Waktu pertama

kali peneliti menyentuh masyarakat tempat penelitian diadakan, peneliti akan

berhadapan dengan pandangan hidup masyarakat. Peneliti menggali pandangan

hidup, bukan mengomentari, mengkritik, atau berusaha memaksa kan pandangan

hidupnya. Jika hal itu yang dilakukan, maka hal tersebut merupakan kesalahan fatal

dalam konteks penelitian kualitatif.

b. Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat penelitian

Pemahaman ini terjadi pada saat peneliti pertama kali mengenal dan mempelajari

kondisi kebudayaan yang tampak dalam unsur-unsur kekaguman, strategi,

27
kegembiraan, dan kesenangan yang mencerminkan motivasi dan citra rasa dalam

kebersamaan hidup penduduk setempat dengan peneliti.

Tahapan ini bercirikan penilaian atas keadaan penduduk setempat dan

kebudayaannya tanpa peneliti menonjolkan diri. Pada saat ini peneliti membina

ketahanan dan membangun penangkalan tantangan, kesukaran, persoalan yang tidak

terencana.

2. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman

tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim

penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim, ia dapat memberikan

pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan

kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut. Persyaratan dalam memilih dan

menentukan seorang informan ia harus jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan,

suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikai dalam

latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.

Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan tetap seteliti

mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi peneliti

yang belum mengalami latihan etnografi, Lincoln dan Guba (1985: 258). Di

samping itu, pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif

singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal karena

informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan

suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Bogdan dan Biklen, 1982: 65).

3. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian


Peneliti hendaknya menyiapkan segala macam perlengkapan penelitian yang

28
diperlukan. Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan

penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian, pengaturan

perjalanan terutama jika lapangan penelitian itu jauh letaknya. Perlu pula

dipersiapkan kotak kesehatan. Alat tulis seperti pensil atau bolpoint, kertas, buku

catatan, map, klip, kartu, karet dan lain-lain jangan dilupakan pula. Jika tersedia,

juga alat perekam seperti tape recorder video-cassete recorder, dan kamera foto.

Persiapan penelitian lainnya yang perlu pula dipersiapkan ialah jadwal yang

mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Yang lebih penting lagi

ialah rancangan biaya karena tanpa biaya penelitian tidak akan dapat terlaksana.

Pada tahap analisis data diperlukan perlengkapan berupa alat-alat seperti komputer,

kartu untuk kategorisasi, kertas manila, map, folder, kertas folio ganda, dan kertas

bergaris.

4. Persoalan Etika Penelitian

Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat atau sebagai

instrumen yang mengumpulkan data. Hal itu dilakukan dalam pengamatan berperanserta,

wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto, dan sebagainya. Peneliti akan

berhubungan dengan orang-orang, baik secara perseorangan maupun secara

kelompok atau masyarakat, akan bergaul hidup, dan merasakan serta menghayati

bersama tata cara dan tata hidup dalam suatu latar penelitian.

Orang yang hidup dalam masyarakat tentu ada sejumlah peraturan, norma agama,

nilai sosial, hak dan pribadi, adat, kebiasaan, tabu, dan semacamnya.

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi,

dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Peneliti

sebaiknya mengikuti budaya atau nilai-nilai yang dianut masyarakat tempat

penelitian dilakukan. Jika tidak, maka terjadilah benturan nilai, konflik, frustrasi,

dan semacamnya. Hal ini akan berakibat besar pada kemurnian pengumpulan data.

Dalam menghadapi persoalan etika tersebut, peneliti hendaknya mempersiapkan

29
diri baik secara fisik, psikologis maupun mental. Secara fisik sebaiknya peneliti

memahami peraturan norma nilai sosial masyarakat melalui (a) kepustakaan, (b)

orang, kenalan, teman yang berasal dari latar belakang tersebut, dan (c) orientasi latar

penelitian. Seluruh peraturan norma, nilai masyarakat, kebiasaan kebudayaan, dan

semacamnya agar dicatat dalam satu buku catatan khusus yang dapat dinamakan

buku tentang Etika Masyarakat/Lembaga/Organisasi.

Selain persiapan fisik, persiapan mental pun perlu dilatih sebelumnya.

Hendaknya diusahakan agar peneliti tahu menahan diri, menahan emosi dan

perasaan terhadap hal-hal yang pertama kali dilihatnya sebagai sesuatu yang aneh

dan tidak masuk akal, dan sebagainya.

Peneliti hendaknya jangan memberikan reaksi yang mencolok dan yang tidak

mengenakkan bagi orang-orang yang diperhatikan. Peneliti hendaknya menanamkan

kesadaran dalam dirinya bahwa pada latar penelitiannya terdapat banyak segi nilai,

kebiasaan, adat, kebudayaan yang berbeda dengan latar belakang nya dan dia

bersedia menerimanya. Bahkan merasakan hal-hal demikian sebagai khazanah

kekayaan yang justru akan dikumpulkannya sebagai informasi. Oleh karena itu,

peneliti hendaknya menerimanya dengan jujur, dengan tangan terbuka dan dengan

penuh pengertian. Persiapan psikologis, dan mental demikian akan banyak

membantunya dalam pekerjaannya mengumpulkan data.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian

dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Uraian tentang tahap pekerjaan

lapangan adalah sebagai berikut.

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Memahami latar penelitian dan persiapan diri dalam tahap pekerjaan lapangan masih
30
diuraikan menjadi beberapa tahapan, yaitu: a) pembatasan latar dan peneliti, b)

penampilan, c) pengenalan hubungan peneliti di lapangan, dan d) jumlah waktu

studi (Moleong, 2014: 137).

b. Pembatasan latar dan peneliti

Peneliti harus memahami latar penelitian untuk bisa masuk ke tahap pekerjaan

lapangan. Selain itu, peneliti harus mempersiapkan fisik dan mental, serta etika

sebelum memasuki tahap ini. Dalam pembatasan latar, peneliti harus memahami

latar terbuka dan latar tertutup, serta memahami posisi peneliti sebagai peneliti yang

dikenal atau tidak (Moleong, 2014: 137).

Menurut Lofland dan Lofland (1984: 21-24), latar terbuka pada lapangan penelitian

dapat berupa tempat pidato, orang yang berkumpul di taman, toko, bioskop, dan

ruang tunggu rumah sakit, di mana peneliti hanya menggunakan teknik pengamatan

dan bukan wawancara.

Peneliti harus memperhitungkan latar terbuka untuk pengumpulan data agar efektif.

Pada latar terbuka, hubungan peneliti dengan subjek tidak terlalu dekat.

Sedangkan, pada latar tertutup hubungan peneliti dengan subjek cukup dekat, karena

peneliti akan mengumpulkan data dengan teliti dan wawancara secara mendalam.

Oleh sebab itu, peran peneliti dalam latar tertutup sangat diperlukan, karena peneliti

harus benar-benar mendapatkan data dari subjek secara langsung.

c. Penampilan

Dalam tahap memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri, peneliti harus

memperhatikan penampilannya saat memasuki lapangan dan menyesuaikan dengan

kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian. Penampilan peneliti secara

fisik juga harus diperhatikan, karena sebaiknya saat melakukan penelitian, peneliti

tidak menggunakan pakaian yang mencolok dan lebih baik jika peneliti

31
menggunakan pakaian yang sama seperti subjek penelitian. Dengan demikian,

peneliti dianggap memiliki derajat yang sama dengan subjek penelitian, yang

memudahkan peneliti menjalin hubungan serta proses pengumpulan data (Moleong,

2014: 137-138).

Penampilan fisik yang terlihat bukan hanya sekedar cara berpakaian peneliti, namun

juga sikap yang diperlihatkan. Sikap peneliti dapat meliputi tata cara, tindakan,

gerak tubuh, cara menegur, dan lain sebagainya yang dapat dipelihatkan peneliti

ketika berada di lapangan untuk mengumpulkan data. Sama halnya dengan cara

berpakaian, sikap peneliti juga perlu disesuaikan dengan keadaan, kebiasaan,

kepercayaan, peraturan, dan lain sebagainya. Peneliti harus menjaga sikap di depan

subjek penelitian, agar mereka tidak merasa terganggu, tidak senang, atau bahkan

terabaikan (Moleong, 2014: 137-138).

Untuk penampilan fisik yang harus ditunjukkan peneliti, perlu adanya persiapan

secara fisik maupun mental. Peneliti yang memasuki lapangan mungkin akan

dituntut kesabarannya, kejujurannya, ketekunannya, ketelitiannya, dan

kemampuannya menahan segala perasaan dan emosi. Hal-hal tersebut perlu dilatih

dan dipersiapkan oleh peneliti sebelum memasuki lapangan.

Selain cara berpakaian dan sikap yang harus diperlihatkan, memahami etika dalam

melakukan penelitian juga perlu dilakukan oleh peneliti. Memahami situasi dan

kondisi dari subjek yang akan diteliti, serta menyadari posisi dan kedudukan

peneliti, maka diharapkan proses pengumpulan data dapat berjalan sesuai dengan

harapan (Moleong, 2014: 137-138).

d. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan

Jika peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka peneliti harus menjalin

hubungan yang dekat dengan subjek penelitian, sehingga keduanya dapat bekerja

sama dan saling memberikan informasi. Peneliti harus bersikap netral saat berada di

32
tengah-tengah subjek penelitian. Peneliti juga diharapkan jangan sampai mengubah

situasi pada latar penelitian. Peneliti harus aktif mengumpulkan informasi, tetapi

tidak boleh ikut campur dalam peristiwa yang terjadi di dalam latar penelitian.

Peneliti juga tidak boleh menampakkan dan memperlihatkan diri sebagai seseorang

yang sangat berilmu, pandai, dan lain sebagainya (Moleong, 2014: 139).

Jika peneliti sudah lama berada di lapangan, biasanya subjek penelitian ingin

mengenal lebih dalam sosok peneliti yang ada di lingkungannya. Saat tersebut

merupakan saat yang penting bagi peneliti untuk bisa saling bertukar informasi

dengan subjek penelitian mengenai pribadi mereka. Saat hal tersebut dapat terjadi,

maka kemungkinan akan tercipta kepercayaan dan tidak ada kecurigaan. Namun,

peneliti harus tetap selektif untuk memilih informasi yang diperlukan dan

menghindari sesuatu yang dapat mempengaruhi data.

Peneliti memiliki tugas untuk mengumpulkan data yang relevan sebanyak mungkin

dari sudut pandang subjek penelitian, tanpa mempengaruhi mereka. Di lain pihak,

peneliti juga menganggap pengumpulan data, baik dari tingakatan atas, bawah,

kaya, maupun miskin. (Moleong, 2014: 139)

e. Jumlah waktu studi

Peneliti harus memperhatikan waktu dalam melakukan penelitian. Jika peneliti tidak

memperhatikan waktu, kemungkinan peneliti akan terlalu asyik dan masuk terlalu

dalam ke kehidupan subjek penelitian, sehingga waktu yang sudah direncanakan

menjadi berantakan. Peneliti harus mengingat bahwa masih banyak hal yang harus

dilakukan, seperti menata, mengorganisasi, dan menganalisis data yang

dikumpulkan. Peneliti yang harus menentukan sendiri pembagian waktu, agar waktu

yang digunakan di lapangan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Peneliti

33
harus tetap berpegang pada tujuan, masalah, dan pembagian waktu yang telah

disusun. Jika penelitian yang dilakukan peneliti semakin panjang, maka tanggungan

yang harus dihadapi oleh peneliti adalah penambahan biaya (Moleong, 2014: 139-

140).

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini merupakan tahap di mana peneliti melakukan analisis data yang telah

diperoleh, baik dari informan maupun dokumen-dokumen pada tahap sebelumnya.

Tahap ini diperlukan sebelum peneliti menulis laporan penelitian.

a. Pengertian Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh melalui berbagai sumber dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan

secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengn pengamatan yang dilakukan

secara terus menerus, maka data yang diperolpeh memiliki variasi yang sangat

tinggi.

Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif, meskipun tidak menolak

data kuantitatif sehingga teknik analisis data yang akan digunakan belum ada

polanya yang jelas.

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen 1982) adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan berkerja dengan data, mengorganiskan data, memilah-memilahnya

menjadi stuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan memukan

pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif menurut Seiddel

(Moleong, 2014: 248), prosesnya berjalan sebagai berikut.

a. Mencatat yang mengasilkan catatan lapamgan, dengan hal itu diberi kode agar sumber
34
datanya tetap dapat ditelusuri,

b. Mengumpulkan, memilah-memih,mengklasifikasi,mensintesiskan,membuat ikhtisar,

dan membuat indeksnya,

c. Berpikir, dengan jalam membuat agar kategoriu data itu mrmpunyai makna,mencari

dan mengemukkan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan

umum.

Dalam analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data analysis is the

process of systematically searching an arranging the interview transcripts,

fieldnotes, and other mterials that you accumulate to increase your own

understanding of them and to enable you to present what you have discovered to

others”, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan tentunya dapat diinformasikan kepada orang

lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data , menjabarkannya ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan (Silalahi, 2010: 244).

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu sutau analisis berdasarkan pada data

yang diperoleh yang selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan

hipotesis yang dirumuskan dari data tesebut, selanjutnya dicarikan lagi data secara

berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut

diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Bila berdasarkan data yang dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik

35
triangulasi, ternyata hipotesisnya diterima, maka hipotesis tersebut berkembang

menjadi teori (Silalahi, 2010: 244).

Susan Stainback, mengemukakan bahwa “Data analysis is critical to the qualitative

research process. It is to recognition, study, and understanding of interrelationship

and concept in your data that hypotheses and assertions can be developed and

evaluated”, yang berarti bahwa analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses

penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep

dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematisdata yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan membuat sebuah kesimpulan (Silalahi, 2010:

244).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu dari wawancara, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar

foto, dan sebagianya. Data tersebut banyak sekali, sekitar segudang. Setelah

dibaca,dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data

yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha

membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga

sehingga tetap terjaga di dalamnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu

kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat

sambal melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan

36
pemeriksaan keabsahan data.setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap

penafsiran data dalam mengolah hasil sementra menjadi toeri substantif dengan

menggunakan beberapa metode tertentu, Moleong (2014: 147).

b. Analisis Data

Peneitian kualitatif ini menggunakan langkah-langkah penelitian naturalistik, oleh

karena itu analisis data dilakukan langsung di lapangan bersamaan dengan

pengumpulan data. Ada empat tahap analisis data yang diselingi dengan

pengumpulan data yaitu : a) analisis domein, b) analisis taksonomi, c) analisis

komponen, dan d) analisis tema, Sugiyono (2015: 256-266).

d. Analisis Domain

Setelah peneliti memasuki obyek penelitian yang berupa situasi sosial yang terdiri

atas, place, actor dan activity (PAA), selanjutnya melaksanakan observasi

partisipan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis domain. Analisis

domain dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh tentang

situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Data diperoleh dari grand tour dan

minitour question. Hasilnya berupa gambaran umum tentang obyek yang diteliti,

yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang

diperboleh belum mendalam, masih di permukaan, namun sudah menemukan domain-

domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti.

Untuk menemukan domain dari konteks sosial/obyek yang diteliti. Spradley

menyarankan untuk melakukan analisis hubungan sematik antar kategori , yang

meliputi Sembilan tipe.Tipe hubungan ini bersifat universal, yang dapat digunakan

untuk berbagai jenis situasi sosial. Ke sembilan hubungan semantik tersebut, adalah

: strict inclusion (jenis), spatial (ruang), cause effect (sebab akibat),rationale

(rasional), location for action (lokasi untuk melakukan sesuatu), function (fungsi),

means-end (cara mencapai tujuan), sequence (urutan), dan attribution (atribut).

e. Analisis Taksonomi

37
Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul

berdasarkan domain yang telah ditetapkan menjadi cover term oleh peneliti dapat

diurai secara lebih rinci dan mendalam melalui analisis taksonomi ini. Hasil analisis

taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak (box diagram), diagram

garis dan simpul (lines and node diagram) dan out line.

f. Analisis Komponensial

Pada analisis komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain

bukalah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau yang

kontrak. Data ini dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang

terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut,

sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat

ditemukan. Sebagain contoh, dalam analisis taksonomi telah ditemukan berbagai

jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan jenjang dan jenis pendidikan tersebut,

selanjutnya dicari elemen yang spesifik dan kontras pada tujuan sekolah, kurikulum,

peserta didik, tenaga kependidikan dan sistem manajemennya.

g. Analisis Tema

Analisis tema atau discovering cultural themes, sesungguhnya merupakan upaya

mencari “benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. Dengan

ditemukan benag merah dari hasil analisis domain, taksonomi, dan komponen sial

tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu “konstruksi bangunan” situasi

sosial/obyek penelitian yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang, dan

setelah dilanjutkan penelitian, maka menjadi lebih terang dan jelas.

5. Proses Analisis Data

38
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian

kualitatif, proses analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data daripada setelah pengumpulan data

(Sugiyono, 2015: 245).

 Analisis sebelum lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang

akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian, namun fokus penelitian ini

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan.

Jika fokus penelitian yang dirumuskan pada proposal tidak ada di lapangan, maka

peneliti akan merubah fokusnya, (Sugiyono, 2015: 245).

 Analisis data di lapangan model Miles dan Huberman (1992: 20-22)

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data

dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (1984) mengungkapkan bahwa

aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.

Kegiatan dalam analisis data adalah reduksi data, display data dan kesimpulan atau

verifikasi.

Gambar komponen dalam analisis data (interactive model)

39
 Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dapat dibantu

menggunakan peralatan elektronik seperti komputer mini dengan cara memberikan

kode-kode pada aspek tertentu.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.

Tujuan utama dari peneili kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalua

peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang

asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru hal itulah yang harus dijadikan

perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan

keluesan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru,

dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau ahli.

Melalui diskusi tersebut wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat

mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang

signifikan.

Contohnya dalam mereduksi catatan lapangan yang kompleks, rumit dan belum

bermakna. Catatan lapangan berupa huruf besar, huruf kecil, angka, dan symbol-simbol

yang masih berantakan yang tidak dapat dipahami. Dengan reduksi data, maka

peneliti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting, membuat kategorisasi

berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting yang

diilustrasikan dalam bentuk symbol-simbol seperti %, #. @ dan sebagainya dibuang

karena dianggap tidak penting bagi peneliti.

40
 Data display (penyajian data)

Setelah data berhasil direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif proses penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, huubungan antar kategori, flowcharti, dan sebagainya.

Tetapi yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang

bersifat naratif. Dengan melakukan display data, maka akan memudahkan peneliti

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerjaselanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut. Disarankan dalam melakukan display data, selain

menggunakan teks naratif juga dapat menggunakan grafik, matrik, jejaring kerja dan

chart.

Setelah peneiliti berhasil mereduksi data ke dalam huruf besar, huruf kecil dan ngka,

maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam mendisplaykan data,

huruf besar, huruf kecil dan angka disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya

dapat dipahami. Setelah itu dilakukan analisis secara mendalam apakah ada

hubungan interaktif antara ketiga hal tersebut.

Dalam praktiknya tidak semudah seperti apa yang dipaparkan dalam contoh, karena

fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, apa yang

ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan

akan mengalami sebuah perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu

menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih

bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak.bila setelah lama memasuki lapangan

ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat

41
dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang

menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara

induktif berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan dan selanjutnya diuji

melalui pengumpulan data yang terus menerus.

Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka

pola tersebut sudah mennjadi pola baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut

selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

 Conclusion Drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalaoh

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena

seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti

berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang sebeumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori.

42
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin & Ahmad Saebani, Beni. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Pustaka Setia.

Amin, Makinun. 2015. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui

Budaya Religius Sekolah Di Sma Gondangwetan Kab. Pasuruan. Skripsi.

Malang: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. UIN Maulana Malik Ibrahm.

Anggito, Algito. dan Setiawan, johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif,

Jawa Barat: CV Jejak.

Kunaepi, A. (2011). Membangun Pendidikan Tanpa Kekerasan Melalui

Internalisasi PAI dan Budaya Religius. El-Tarbawi, 4(1), 5-18.

Daryanto & Suryatri, Darmiatun. 2013. Pendidikan Karakter Di Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali

Perss.

Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, FTT IAIN

Bengkulu, 2015, Pedoman Penulisan Skripsi.

Gunawan, Hari. 2017. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Bandung:

43
Alfabeta.

Hasanah, A. (2013). Pendidikan karakter berperspektif Islam. Bandung: Insan

Komunika.

Rozi, Fathur. 2019. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui

Ekstrakurikuler Keagamaan Untuk Menumbuhkan Karakter Islami Di Smk

Negeri 51 Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods), Bandung: Alfabeta.

Suhardoyo, Suhardi. 2017. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik Studi Kasus Di Mts Sunan

Kalijogo Malang, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Tadris. Malang: UIN Maulana

Malik Ibrahm.

Bogdan, R. (1972). Participant Observation in Organizational Settings. Syracuse, New

York: Syracuse University Press.

Kirk, J., Miller, M. L., & Miller, M. L. (1986). Reliability and validity in qualitative

research. Sage.

Bogdan, R. C. & Biklen, S. K. (1982). Qualitative Research for Education: An.

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Kirk, J. & Miller, M. L. (1986). Reliability and Validity in Qualitative Research. Beverly

Hills: Sage Publication.

Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya Offset.

Lincoln, Y. S. & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage

Publications. Lofland, J. & Lofland, L. H. (1984). Analyzing Social Settings: A Guide to

Qualitative

Observation and Analysis. Belmot, Cal.: Wadsworth Publishing Company.

44
Miles, M. B. & Huberman, M. (1992). Qualitative Data Analysisis. Terjemahan Tjejep

Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.

Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D.

Mafruhah, Izzatin 2016. Internalisasi Nilai Religius Pada Pembelajaran PAI Dan

Dampaknya Terhadap Sikap Sosial Siswa Disekolah Menengah Atas. Tesis

Pendidikan Agama Islam. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

45

Anda mungkin juga menyukai