Anda di halaman 1dari 35

Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar

Pendidikan Agama Islam Siswa SMPN 2 Kota Solok Tahun Pelajaran


2021/2022

PROPOSAL

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Syarat Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama
Islam

Oleh :
Steovanie Angel
NIM.1830101112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................................5
C. Batasan Masalah.............................................................................................................5
D. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian...........................................................................................................6
F. Manfaat Penelitian.........................................................................................................6
G. Definisi Operasional.......................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................9
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................9
A. Landasan Teoritis...........................................................................................................9
1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar............................................................................9
a. Pengertian Prestasi Belajar...................................................................................9
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar..........................................10
2. Tinjauan Tingkat Ekonomi....................................................................................13
a. Pengertian Status Ekonomi......................................................................................13
b. Pengertian Tingkat Ekonomi....................................................................................15
3. Kajian antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa. 18
B. Penelitian yang Relevan...............................................................................................20
C. Kerangka Berfikir.........................................................................................................21
D. Hipotesis.......................................................................................................................22
BAB III.....................................................................................................................................23
METODE PENELITIAN.........................................................................................................23
A. Jenis penelitian.............................................................................................................23
B. Tempa dan Waktu Penelitian.......................................................................................23
C. Populasi dan Sampel....................................................................................................23
1. Populasi..................................................................................................................23
i
ii

2. Sampel...................................................................................................................24
D. Pengembangan Instrumen............................................................................................24
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................26
F. Teknik Analisis Data....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Menurut
UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap
individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu
pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari. Belajar juga dapat
diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan setiap individu
sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Hal
ini di pertegas oleh Fajri (2016: 101) yang mengemukakan bahwa Belajar
merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang
mencakup segala sesuatu yang terpikirkan dan dikerjakan. Setiap proses
belajar mengajar keberhasilannya dapat dilihat dari sejauh mana siswa
memahami apa yang diajarkan oleh gurunya.
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama atau kegiatan
yang paling pokok dalam proses pendidikan, yang biasa dilakukan di
sekolah, walaupun pada dasarnya kegiatan belajar mengajar itu dapat
dilakukan dimanapun dan kapanpun. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan
banyak bergantung pada proses komunikasi transaksional yang bersifat
timbal balik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa

1
2

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif


(Anwar,2016: 263).
Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang
nantinya akan dijadikan sebagai tolak ukur maksimal yang telah dicapai
siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah
ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat
melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi
belajar yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga
mencakup nilai tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses belajar
mengajar.
Mengingat pentingnya pendidikan dalam kehidupan, maka seluruh
komponen pendidikan seperti : kurikulum, guru, siswa, sarana sekolah dan
fasilitas sekolah, lingkungan keluarga dan peran orang tua menjadi sangat
strategis dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama-tama dikenalkan
kepada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal
kehidupan sosial pertama-tama didalam lingkungan keluarga. Adanya
interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu
menyebabkan bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga berfungsi
sebagai makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi segala
kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidup di dunia ini. Keadaan
keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-
marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua
yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku
yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh
dalam hasil belajar peserta didik.
Dari pengalaman kehidupan anak maka proses pendidikan yang
diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar, maka umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seseorang
lahir sampai mati, seperti dalam keluarga, tetangga pekerjaan, hiburan,
pasar, atau didalam pergaulan sehari-hari ini adalah kehidupan formal.
3

Dengan dasar pemikiran bahwa institusi dibedakan dari sejumlah mana


lingkungan mempengaruhi proses pendidikan. Akhirnya tergambar banyak
tuntunan terhadap keluarga sebagai tatanan lembaga pendidikan, yang
secara kronologis peristiwa pendidikan yang dialami oleh seorang anak
keluarga adalah lingkungan utama.
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu
kemampuan ekonomi orang tua siswa yang bersangkutan. Menurut
Slameto (2003;63) kemampuan ekonomi keluarga/orang tua erat
hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain
terpenuhi kebutuhan pokoknya (misalnya: makan, pakaian, perlindungan
kesehatan) juga intensitas dukungan sarana dan prasarana belajar harus
terpenuhi (misalnya: meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-
buku dan lain-lain). Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika
keluarga mempunyai cukup uang.
Slameto (2003:53) menyatakan, “ada dua faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri dari
faktor: jasmaniah, psikologi, dan kelelahan miasalnya kesehatan, kondisi
tubuh, IQ, motivasi, perhatian, bakat, dan kematangan. Sedangkan faktor
ekstern terdiri dari faktor keluarga dan sekolah. Misal faktor orang tua
mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, model
mengajar, bahan, sarana prasarana, dll”. Ekonomi juga sangat berperan
dalam pendidikan, dunia sekarang tidak hanya disibukkan oleh masalah-
masalah politik yang membuat banyak pertentangan, melainkan juga
masalah ekonomi atau perdagangan. Walau setiap keluarga berusaha
meningkatkan perekonomiannya, namun mereka tidak selalu berhasil
sebab keberhasilan itu ditentukan oleh banyak faktor. Akibatnya masih
banyak keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Pernyataan di atas dapat dipahami karena keluarga yang status sosial
ekonominya tinggi ada juga yang kurang memperhatikan pendidikan
anaknya karena kesibukan atau karena adanya asumsi bahwa uang adalah
segala-galanya sehingga menomorduakan pendidikan sementara bagi
4

keluarga yang status sosial ekonominya menengah ke bawah sangat


mementingkan pendidikan yang baik dan memadai bagi anaknya dengan
harapan agar anak mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya.
Walaupun status sosial ekonomi Orangtua memuaskan, tetapi apabila
mereka tidak memperhatikan pendidikan anaknya hal itu juga akan
berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Artinya ada asumsi yang
harus dipenuhi yaitu semua Orangtua pasti menginginkan pendidikan
anaknya baik, sehingga dia memperhatikan dan mengoptimalkan untuk
pendidikan anaknya.
Maka faktor status sosial ekonomi orang tua diduga juga mendukung
prestasi belajar siswa. Karena jika status sosial ekonomi orang tua tinggi
ataupun sedang maka akan bisa memenuhi berbagai fasilitas belajar yang
diperlukan anak. Dengan fasilitas belajar yang bisa terpenuhi maka
anak/siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik yang pada
akhirnya akan memberikan dampak positif bagi prestasi belajar yang
diraihnya (Rahayu,2011). Dan status sosial orang tua juga memberi
pengaruh terhadap tingkah laku dan pengalaman anakanaknya.
Orang tua yang kemampuan ekonominya memadai akan
menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai pula. Sebaliknya orang
tua yang kemampuan ekonominya rendah, tidak dapat memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan yang memadai sehingga semua itu
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Selanjutnya menurut pendapat Wahyu Indianti, Eva Septiana dkk
(2008:190) mengemukakan bahwa “Prestasi siswa disekolah dihubungkan
dengan status sosioekonomi mereka: siswa dengan status sosioekonomi
tinggi cenderung memiliki prestasi akedemis lebih tinggi sedangkan siswa
yang berasal dari keluarga yang berstatus sosioekonomi rendah cenderung
memiliki resiko putus sekolah yang lebih besar”.
Keberhasilan disekolah bukan hanya merupakan hasil perjuangan
guru dan anak sebagai siswa, tetapi keberpihakan orang tua juga ikut
memberikan andil. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
5

kegiatan belajar ialah orang tua itu sendiri. Dengan kata lain, orang tua
mempunyai peran besar terhadap keberhasilan yang dicapai anak di
sekolah termasuk dalam hal belajar. Melalui orang tua anak belajar
toleransi, suku, budaya dan sebagainya baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat.
Keragaman kondisi sosial ekonomi Orangtua siswa SMPN 2 Kota
Solok sangat bermacam macam. Ada yang sangat baik perhatiannya
karena Orangtua itu sudah menyadari arti penting pendidikan untuk masa
depan anaknya dan ada juga yang sangat acuh terhadap anaknya. Pada
dasarnya Orangtua tidak mencari nafkah saja tetapi juga memberikan
perhatian khusus pada perkembangan anaknya.
Berpijak dari pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua
yang memiliki status sosial yang tinggi akan lebih mampu melahirkan
anak-anak yang berprestasi. Hal itu terjadi dikarenakan fasilitas atau
sarana belajar anak akan terpenuhi. Berdasarkan observasi penulis di
lingkungan madrasah, pemikiran tersebut benar adanya. Pada pengamatan
awal peneliti menemukan beberapa hal terkait dengan status sosial
ekonomi di SMPN 2 Kota Solok. Seperti telat dalam pembayaran sekolah
dan buku-buku paket. Selain itu ada beberapa siswa yang tidak memiliki
perlengkapan belajar dengan lengkap, dan harus meminjam kepada teman
lainnya saat proses belajar mengajar berlangsung terkhusus peneliti
mengamati pada mata pelajaran PAI. Anak-anak dengan pola asuh orang
tua yang memiliki latar belakang status sosial ekonomi menengah
kebawah akan pesimis terhadap masa depannya. Mereka acuh terhadap
prestasi belajarnya, dan merekapun tidak menginginkan pendidikan yang
lebih tinggi dikarenakan keadaan ekonomi orang tua.
Berdasarkan hasil obsevasi awal yang dilakukan di SMPN 2 Kota
Solok tahun ajaran 2021/2022 menunjukkan sebagian besar orang tua
siswa memiliki penghasilan dibawah UMR (penghasilan minimum
regional) Kota Solok yang dapat dilihat dari pekerjaan dari orang tua
siswa, sebahagian dari mereka ada yang tukang ojek, petani, dan
6

pedagang. Siswa yang memiliki ekonomi yang rendah memiliki prestasi


belajar yang baik, dengan indikasi beberapa siswa memiliki nilai ulangan
melebihi nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa memiliki pemahaman materi yang tinggi serta termotivasi dalam
belajar. Hal ini di dukung oleh Sarana dan prasarana yang dimiliki SMPN
2 Kota Solok sudah cukup memadai di mana sudah tersedia perpusatakaan,
Lab computer, LCD beserta layarnya, sehingga guru dapat memanfaatkan
media tersebut dan siswa tidak merasa bosan saat proses pembelajaran
berlangsung. Keadaan ekonomi orang tua siswa turut mendukung siswa
dalam pengadaan sarana dan prasarana belajar, yang akan memudahkan
dan membantu pihak sekolah untuk peningkatan proses belajar mengajar
di sekolah. Pembelajaran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Alat- alat
belajar mengajar yang dimaksud buku-buku pelajaran, pensil, penggaris,
buku-buku lembar kerja soal ( LKS ), laptop, penghapus, dan lain-lain.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk
mengambil judul “Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP N 2 Kota Solok
Tahun Pelajaran 2021/2022”.

B. Identifikasi Masalah
Penjelasan uraian dari latar belakang diatas, penulis ingin
mengidentifikasi masalah penelitian agar dapat terfokuskan mengenai
pengaruh sosial ekonomi baik berupa pendapatan, kekayaan, jabatan, atau
kedudukan orang tua dimasyarakat.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yaang telah di jelaskan, maka perlu
di adakan pembatasan masalah agar peneliti lebih mengarah dalam
meneliti permasalahan yang ada. Penelitian ini dibatasi pada masalah
pengaruh status ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam Siswa SMP N 2 Kota Solok Tahun Pelajaran 2021/2022
7

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya
adalah apakah terdapat pengaruh status ekonomi orang tua terhadap
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP N 2 Kota Solok
Tahun Pelajaran 2021/2022?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian yang ingin
dicapai sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui status ekonomi orang tua Siswa SMP N 2
Kota Solok Tahun Pelajaran 2021/2022.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa SMP N 2 Kota Solok Tahun Pelajaran 2021/2022.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan status sosial
ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama
Islam Siswa SMP N 2 Kota Solok Tahun Pelajaran 2021/2022.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
4. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran berupa teori-teori terhadap dunia pendidikan,
khususnya tentang seberapa pentingnya tingkat pendidikan
orang tua dan status ekonomi terhadap prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam siswa. Selain itu informasi yang
didapatkan dari penelitian ini dapat memperluas informasi
mengenai pengaruh jenjang pendidikan dan status ekonomi
orang tua terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
siswa. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan acuan
untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
5. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
8

Dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan pengetahuan


metodologi penelitian dan sarana menerapkan langsung teori-
teori yang sudah didapatkan dan dipelajari.

b. Bagi sekolah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah tentang status


sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar siswa-siswi.

c. Bagi guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi untuk


mengetahui pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam siswa. Melalui penelitian ini,
guru juga diharapkan untuk memahami serta menyikapi siswa
yang memiliki latar belakang orang tua yang berbeda dengan
baik.

G. Definisi Operasional
Agar mencegahnya kesalh pahaman dalam memahami judul skripsi
maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang harus diketahui yaitu:
Status Ekonomi Orang Tua menurut Surbakti (2004:144)
menyatakan, “Yang dimaksud status ekonomi ialah kedudukan seseorang
di dalam pelapisan masyarakat berdasrkan pemilikan kekayaan”. Dari
ungkapan mengenai status ekonomi masyarakat diatas dapat diketahui
bahwa kepemilikan kekayaan di dalam masyarakat sebagai dasar di dalam
menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu di dalam
masyarakat. Unsur-unsur yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam
melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam masyarakat,
walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan
indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
Prestasi belajar siswa menurut Sutartinah Tirtonegoro (2001:43)
mengemukakan “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam
periode tertentu”. Ketercapaian peserta didik dalam hitungan angka dan
huruf merupakan kumpulan sebuah penilaian panjang dalam proses belajar
9

mengajar. Proses yang terakumulasi itulah menjadi tolak ukur pendidik


dalam menentukan keberhasilan proses mengajar. Proses bertemunya
pendidik dan peserta didik, hasil pembelajaran panjang akan
mencerminkan hubungan simbiosis mutualisme pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh status ekonomi orang tua
terhadap hasil belajar pendidikan agam islam siswa dapat memberi
dampak dari tingkat prestasi belajar siswa di SMP N 2 Kota Solok.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teoritis

1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar


Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari prestasi belajar. Kegiatan
belajar merupakan prosesnya sedangkan prestasi belajar adalah hasilnya.
Setiap orang yang memberikan pendidikan sudah tentu ingin mengetahui
sejauh mana anak didiknya menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, hal
ini dapat tercermin dalam prestasi belajar yang dicapai peserta didik
berdasarkan pendapat Ahmadi dan Supriyono (2004: 91).
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
yang telah dilakukan atau dikerjakan. Dengan demikian prestasi adalah hasil
dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan baik di lakukan secara
pribadi maupun kelompok. Sedangkan belajar menurut Kamus besar Bahasa
Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Proses belajar mengajar, bagi seorang pendidik untuk mengetahui
keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami dan menerima berbagai hal yang telah disampaikan oleh
guru. Rangkaian kegiatan peserta didik yang menyangkut unsur cipta, rasa
dan karsa, serta ranah kognitif, afektif dan psikomotorik adalah sebuah siklus
tak terputus dalam penilaian dan evaluasi prestasi belajar peserta didik.
Memaksimalkan potensi diri dalam tujuan mendapatkan hasil terbaik
adalah suatu usaha yang tidak akan sia-sia. Kemampuan manusia yang
mempunyai kelebihan dan kekurangnnya menjadikan kekuatan spesial yang
diberikan Tuhan. Anugerah itu yang akan memacu manusia untuk berusaha
maksimal mendapatkan keinginan terbaik. Menurut Sutartinah Tirtonegoro
(2001:43) “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu”.

10
11

Ketercapaian peserta didik dalam hitungan angka dan huruf merupakan


kumpulan sebuah penilaian panjang dalam proses belajar mengajar. Proses
yang terakumulasi itulah menjadi tolak ukur pendidik dalam menentukan
keberhasilan proses mengajar. Proses bertemunya pendidik dan peserta didik,
hasil pembelajaran panjang akan mencerminkan hubungan
simbiosismutualisme pembelajaran. Keterikatan inilah menjadikan penilaian
yang tentunya tak hanya sekedar angka dan huruf. Sikap dan karakter peserta
didik menjadi ukuran wajib dalam penilai proses pembelajaran.
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan
pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi.
Berdasarkan pendapat Sudjana (2009) Penilaian atau evaluasi pada dasarnya
adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria
tertentu. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil
belajar. Oleh sebab itu, tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan dengan
penilaian prestasi belajar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan idak sedikit siswa yang
mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat
untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam
kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Menurut
Slameto (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara
lain:
1. Faktor-faktor intern
a. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan, faktor cacat tubuh.
b. Faktor psikologis meliputi faktor intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani, kelelahan rohani.
2. Faktor-faktor ekstern
a. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
12

b. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru


dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standart pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
1) Faktor internal yaitu kondisi dan kemampuan siswa dalam memahami
pelajaran, yang terdiri dari:
a) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam
situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal
ini disebabkan karena belajr adalah suatu proses yang kompleks
dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi
adalah salah satu faktor yang mempengaruhinya, sedangkan
intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor-faktor yang lain
berdasarkan pendapat Dalyono (2009: 184).
b) Minat
Minat adalah sesuatu yang timbul karena keinginan sendiri tanpa
adanya paksaan dari orang lain. Menurut Hilgard adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Menurut Slameto (2003) Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang
dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat diartikan sebagai kondisi
yang terjadi apabila seseorang melikat ciri-ciri atau mengamati
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan sendiri.
Berdasarkan pendapat Tulus (2004: 79) Minat adalah kecenderungan
yang besar terhadap sesuatu. Jadi minat adalah sesuatu yang timbul karena
keinginan sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain atau kecenderungan
13

jiwa seseorang kepada sesuatu yang biasanya disertai dengan perasaan


senang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar.
Karena jika bahan yang digunakan untuk belajar tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya karena tidak ada daya
tarik baginya.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah aspek lingkungan luar siswa yang menentukan
prestasi belajar, faktor ekstern tersebut terdiri dari:
a) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan keluarga ini merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perkembangan siswa,
dengan pernyataannya bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama berdasarkan pendapat Slameto (2003).
Keluarga merupakan pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan,
pertumbuhan, dan perkembangan seseorang. Hal ini disebabkan
karena keluarga merupakan orang-orang terdekat bagi seorang anak.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
cara orang tua mendidik, suasana rumah tangga, dan keadaan
ekonomi keluarga. Keluarga yang sehat besar artinya untuk
pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan
dunia. Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya
peranan keuarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua
mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan
group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak
menjadi anggotanya. Dan sudah barang tentu keluargalah yang pertama-tama
menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Di
dalam rumah atau lingkungan keluarga seorang anak mempunyai banyak
kesempatan waktu untuk bertemu dan berinteraksi dengan sesama anggota
keluarga lainnya. Frekuensi bertemu dan berinteraksi terhadap sesama
tersebut sudah pasti sangat besar pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi
seseorang. Keluarga yang mempunyai hubungan harmonis antar sesama
anggotanya akan memberikan stimulus yang baik bagi anak sehingga
14

memberikan dampak perilaku dan prestasi yang baik pula. Faktor keluarga
yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya meliputi:
(a) Orang Tua
Dalam belajar anak membutuhkan adanya dukungan dan
perhatian dari orang tua, adanya dukungan dan perhatian dari orang
tua tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku dan prestasi anak.
Salah satu dukungan dan perhatian orang tua terhadap anak adalah
dengan memperhatikan dan mengingatkan anak untuk belajar dengan
rajin, hal ini merupakan bukti bahwa orang tua peduli terhadap tugas
anak yaitu belajar untuk mencapai hasil yang optimal.
(b) Suasana Rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada
dan belajar. Suasana rumah yang tenang dan hubungan yang harmonis
antar sesama anggota keluarga akan senantiasa membuat anak merasa
betah untuk belajar di rumah. Dan sudah pasti hal ini akan
memberikan pengaruh yang baik untuk prestasi belajar anak, akan
tetapi sebaliknya apabila suasana rumah terlalu ramai, sering terjadi
ketegangan dan pertengkaran tidak mungkin anak akan dapat belajar
dengan baik karena konsentrasinya terganggu dan akibatnya prestasi
belajar menurun.
(c) Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan
kegiatan belajar anak. Keadaan ekonomi orang tua siswa yang serba
kekurangan dan pas-pasan akan menghambat kemajuan seorang anak
dalam belajar, karena banyak kebutuhan belajar yang tidak terpenuhi.
Keadaan semacam ini akan senantiasa membuat anak menjadi kurang
semangat dalam belajar, sehingga berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya.

2. Tinjauan Tingkat Ekonomi

a. Pengertian Status Ekonomi


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mengamati adanya perbedaan
status antarwarga baik di lingkungan keluarga atau masyarakat. Dalam
15

lingkungan masyarakat yang lebih luas perbedaan tersebut mencakup


berbagai aspek kehidupan, misalnya ada orang kaya dan ada orang miskin,
ada orang yang berkuasa dan ada orang yang tidak berkuasa, serta ada orang
yang dihormati dan ada orang yang tidak dihormati.
Menurut M.T. Ritonga dkk (2000:36), istilah ekonomi itu berasal dari
kata oikonomia dari bahasa Yunani,. Kata tersebut merupakan turunan dari
dua kata, yakni Oikos dan Nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan
nomos berarti mengatur. Jadi arti asli oikonomia adalah mengatur rumah
tangga. Kemudian arti asli tersebut berkembang menjadi arti baru, sejalan
dengan perkembangan ekonomi menjadi suatu ilmu. Kini sebagai ilmu,
ekonomi berarti pengetahuan yang tersusun menurut cara yang runtut dalam
rangka mengatur rumah tangga. Rumah tangga di sini bukanlah dalam arti
sempit, melainkan menunjuk pada kelompok sosial yang dapat dianggap
sebagai suatu rumah tangga.
Untuk melihat defenisi ekonomi secara utuh Rosyidi (2009:7)
mendefinisikannya sebagai berikut : “ilmu ekonomi adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan
pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karna perbuatan
manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk
mencapai kemakmuran”. Definisi di atas dapat dikatakan bahwa ekonomi
secara umum mengkaji mengenai pemenuhan kebutuhan manusia dan
kemakmuran manusia, dua hal pokok dari permasalahan ekonomi tersebut
yaitu kebutuhan dan pencapaian kemakmuran merupakan salah satu dasar di
dalam pelapisan sosial di dalam masyarakat bila dihubungkan dengan
permasalahan mikro tingkat ekonomi masyarakat, dengan kata lain semakin
makmur seseorang dan semakin mampu untuk memenuhi kebutuhannya
dengan berbagai tingkatannya maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi
seseorang di dalam struktur sosial kemasyarakatan.
Soekanto (2009: 210) mengemukakan bahwa: “Status adalah tempat atau
posisi seseorang dalam kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang
lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok berhubungan
dengan kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Definisi
yang telah dipaparkan terdapat satu unsur yaitu kekayaan yang menjadi
ukuran di dalam studi tentang ekonomi tersebut dimana unsur kekayaan dan
16

sumber-sumbernya merupakan kunci sukses di dalam pemenuhan tingkatan


kebutuhan manusia. Dengan kekayaan maka pemenuhan kebutuhan akan
tercapai, dimana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi
kemampuannya untuk memenuhi tingkatan kebutuhannya.
Kebutuhan tiap-tiap manusia itu tidak sama. Adapun yang
mempengaruhi perbedaan kebutuhan tiap-tiap manusia itu seperti tingkat
pendidikan, tingkat kebudayaan, keadaan tempat atau lingkungan. Orang
yang tingkat pendidikan dan kebudayaannya tinggi tentu saja berbeda
keperluan hidupnya dengan mereka yang tingkat pendidikan dan tingkat
kebudayaannya rendah, sedangkan kebutuhan hidup setiap orang yang
tinggal di lingkungan perkotaan, sudah tentu berbeda dengan kebutuhan
hidup mereka yang tinggal didaerah pedesaan.

b. Pengertian Tingkat Ekonomi


Dalam kehidupan masyarakat proses terjadinya pelapisan sosial atau
penggolongan status sosial dapat terjadi dengan sendirinya atau sengaja
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Penggolongan tingkat
ekonomi keluarga berbeda antara satu dengan yang lain dalam masyarakat.
Menurut Hadi Sadikin (1975: 20) mengatakan bahwa “golongan sosial
ekonomi dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi, menengah atau
sedang dan rendah.
Dengan adanya tingkatan ekonomi masyarakat itulah, maka sangat
mempengaruhi gaya hidup, tingkah laku, sikap mental seseorang di
masyarakat. Perbedaan itu akan nampak pada pendidikan, cara hidup
keluarga, jenis pekerjaan, tempat tinggal, atau rumah dan jenis barang yang
dimiliki setiap keluarga baik orang tuanya maupun anaknya.
Pengertian stratifikasi sosial menurut Soejono Soekanto (2006:252)
sebagai berikut: “Socialstratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
Perwujudannya adalah kelas rendah yang terdiri dari berbagai dasar bentuk
indikator dalam penentuan kelas tinggi dan rendah tersebut”.
Posisi seseorang dalam tatanan masyarakat akan selalu berbeda-beda.
Kadang-kadang seseorang akan menempati kedudukan yang lebih tinggi dan
yang lainnya menempati kedudukan yang lebih rendah. Perbedaan yang
17

mencolok inilah yang akan menimbulkan adanya stratifikasi sosial dalam


masyarakat.
Menurut Ng Philipus dan Nurul Aini, stratifikasi sosial adalah perbedaan
anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Status yang
dimiliki seseorang dibedakan lagi antara status yang diperoleh (ascribed
status) dan status yang diraih (achieved status). Status yang diperoleh
misalnya perbedaan usia, perbedaan jenis kelamin, hubungan kekerabatan
dan keanggotaan dalam kelompok seperti kasta dan kelas sosial. Berbeda
dengan itu, status sosial yang diraih adalah status seseorang yang diperoleh
karena prestasi kerja yang diperoleh. Contohnya, anak petani karena
prestasinya akademiknya yang tinggi telah membawanya menjadi seorang
profesor, doktor dan lain sebagainya.
Stratifikasi sosial selalu terdapat di dalam suatu masyarakat dimanapun
masyarakat itu berada, artinya setiap masyarakat selalu terdiri dari tingkatan
di dalam struktur masyarakat itu yang menentukan posisi atau kedudukan
individu di dalam masyarakat tersebut didasarkan adanya sesuatu yang
dihargai di masyarakat. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat tersebut
itulah yang tentunya sebagai sebab timbulnya sistem yang berlapis-lapis di
dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin
sesuatu barang, mungkin berupa uang atau bendabenda yang bernilai
ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan
dalam agama atau mungkin juga keturunan dari keluarga terhormat. Uraian
ini didukung oleh beberapa pendapat ahli diantaranya seperti yang
diungkapkan Sorokin dalam Soekanto, (2006:251) berikut : “Bahwa sistem
lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang
hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam
jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat yang berkedudukan dalm
lapisan atas begitu juga sebaliknya”.
Uraian terdahulu dipahami bahwa bentuk-bentuk dasar di dalam lapisan
masyarakat tersebut terlebih dahulu dengan melihat beberapa pendapat ahli
berikut, Surbakti (2004:144) menyatakan, “Yang dimaksud status ekonomi
ialah kedudukan seseorang di dalam pelapisan masyarakat berdasrkan
pemilikan kekayaan”. Dari ungkapan mengenai status ekonomi masyarakat
diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan kekayaan di dalam masyarakat
18

sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu


di dalam masyarakat. Unsur-unsur yang dapat digunakan sebagai tolak ukur
dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam masyarakat,
walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan
indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa seseorang itu
termasuk dalam status ekonomi tinggi, sedang dan rendah dalam lapisan
masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan
masyarakat kepadanya dilihat dari kekayaan seseorang sebagai kunci akses
terhadap pemenuhan tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut
di dalam masyarakat, dengan mengikuti pendapat para ahli di atas dan
berdasarkan uraian sebelumnya, maka ukuran yang dipakai dalam penelitian
ini untuk melihat tingkat ekonomi seseorang adalah penghasilan,
pengeluaran, pemilikan terhadap benda-benda berharga, jabatan
pekerjaan/mata pencaharian, pemenuhan tingkatan kebutuhan. Berdasarkan
ini ditetapkan seseorang berada dalam kedudukan status ekonomi tinggi,
sedang, dan rendah.
Berdasarkan penggolongan BPS (Badan Pusat Statistik) Membedakan
pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:
1. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata
lebih dari Rp. 3.500.000 per bulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 2.500.000 s/d 3.500.000 per bulan
3. Pendapatan sedeng adalah jika pendapatan rata-rata dibawah
2.500.000
s/d 1.500.000 per bulan
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata
Rp.1.500.000 per bulan
Masyarakat yang tingkat sosial ekonominya tinggi atau kaya secara
teoritis mereka tidak mengalami hambatan dan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Karena alat atau
sarana untuk mendapatkan kebutuhan tersebut ada dan tersedia, sehingga
dapat menambah semangat dan gairah hidup dalam usahanya untuk meraih
prestasi yang di citacitakan.
19

Sedangkan keluarga yang tingkat sosial ekonominya menengah atau


sedang, maka dengan ketat mengatur ekonomi rumah tangga dan memilih
serta mengutamakan kebutuhan keluarga yang pokok dan dianggap penting,
dengan demikian berarti ruang gerak atau kesempatan anak untuk
mendapatkan kebutuhannya terbatas, yang penting-penting saja dan pas,
tidak berlebihan yang wajar dan sederhana. Artinya semakin tinggi faktor-
faktor di atas dimiliki seseorang, maka semkin tinggi tingkatan status
ekonominya dan sebaliknya. Hal ini perlu diketahui untuk bahan analisa
selanjutnya setelah penulis nantinya terjun ke lapangan untuk mengadakan
penelitian, sebab bagaimanapun juga adanya status ekonomi yang berbeda
akan sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam pemenuhan kebutuhan
anaknya dalam pendidikan.

3. Kajian antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar
Siswa
Prestasi belajar belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor
individual. Faktor dari dalam meliputi: faktor kematangan, pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang
termasuk faktor dari luar adalah faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan
cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Hal senada juga
diungkapkan Nana Sudjana yang mengatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh
siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor intern) yang berasal dari
dalam diri siswa dan faktor ektern (yang berasal dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan). Faktor yang dimiliki siswa besar sekali hubungannya dengan hasil
atau prestasi belajar yang dicapai. Prestasi atau hasil belajar siswa di sekolah
70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa sedangkan 30% dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Selain faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis yang turut menentukan prestasi
belajar siswa itu sendiri.
20

Dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, keadaan sosial ekonomi


rumah tangga merupakan salah satu faktor yang cukup dominan penentu
keberhasilan prestasi belajar anak. Dengan status sosial ekonomi keluarga yang
tinggi akan memungkinkan bagi anak untuk berprestasi dibanding dengan
kelaurga dengan status ekonomi yang rendah. hal itu dikarenakan orang tua
dengan status ekonomi yang baik lebih mudah dalam menjamin pemenuhan
kebutuhan belajar anak, kesehatan, lingkungan belajar kondusif, sekolah yang
berkualitas, dan lain sebagainya dibandingkan dengan orang tua siswa dengan
status sosial ekonomi yang rendah. Selanjutnya Jeanne Ellis Ormrod mengatakan
bahwa prestasi belajar siswa memiliki hubungan dengan status sosial ekonomi
orang tua. Jeanne Ellis (2008) mengemukakan Siswa yang keluarganya memiliki
status sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki prestasi akademis lebih tinggi,
sedangkan siswa yang keluarganya memilki status sosial ekonomi rendah
cenderung memiliki resiko putus sekolah yang lebih besar.
Sementara Darsono mengatakan bahwa keluarga adalah ayah, ibu, anak-
anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangatlah besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Menurut Darsono (2009)
Tinggi rendahnya pendidikan, besar kecilnya penghasilan, cukup kurangnya
perhatian dan bimbingan, rukun atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-
anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar anak.
Whiterington juga menyampaikan pendapatnya tentang koherensi status
sosial ekonomi dengan prestasi belajar anak. Ada keluarga yang miskin dan ada
juga keluarga yang kaya. Ada keluarga yang selalu diliputi suasana tentram dan
damai, tetapi adapula yang sebaliknya,ada keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu
yang terpelajar dan ada juga yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang
memiliki cita-cita yang tinggi bagi anak-anaknya adapula yang biasa saja.
Suasana dan keadaan rumah yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut
menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak.
Termasuk dalam keluarga ini ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-
fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula
berdasarkan pendapat Whiterington (1991).
Dari pendapat-pendapat para ahli yang mengemukakan pandangan tentang
status sosial orang tua dengan prestasi belajar siswa, dapat kita ketahui bahwa
21

kedua variabel ini memiliki koherensi yang kuat, artinya status sosial ekonomi
orang tua siswa akan dapat menentukan prestasi belajar. Jadi dapat dikatakan,
semakin baik status ekonomi orang tua, maka akan semakin baik pula prestasi
belajar yangakan diterima siswa.

B. Penelitian yang Relevan


Secara teoritis, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur dan banyak
faktor. Faktor dan unsur ini dapat berupa faktor yang berasal dari dari dalam maupun
dari luar individu. Dalam penelitian ini penulis mengkorelasikan antara tingkaat
ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa. Berikut ini adalah penelitian-
penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Iswara (2016) dengan judul penelitian
pengaruh tingkat ekonomi orang tua terhadap kedisiplinan belajar dan prestasi
belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Simo. Dengan hasil sebagai berikut: Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tinggi (IV, V, VI) SD N 1 Sim o yang
berjumlah 113 siswa.Sampel penelitian ini berjumlah 30 siswa.Teknik pengumpulan
data menggunakan angket dan dokumentasi.Teknik analisis data menggunakan
analisis regresi linier berganda, uji t, uji F, koefisien determinasi, SR, SE, yang
didahului dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji linieritas.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan: Y=
52,760+0,612X1+0,178X2. Hasil analisis data dengan taraf signifikansi 5% diperoleh:
(1) Tingkat ekonomi orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal
ini berdasarkan uji t diketahui bahwa thitung> ttabel, yaitu 2,315> 2,048 dan nilai
signifikansi < 0,05 yaitu 0,028 dengan sumbangan relatif 47,4% dan sumbangan
efektif sebesar 14,6%.
(2) Kedisiplinan belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini
berdasarkan uji t diketahui bahwa thitung> ttabel yaitu 2,444 > 2,048 dan nilai
signifikansi < 0,05 yaitu 0,021 dengan sumbangan relatif 52,6% dan sumbangan
efektif sebesar 16,2% .
(3) Tingkat ekonomi orang tua dan kedisiplinan belajar berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Hal ini berdasarkan uji F diketahui bahwa Fhitung> Ftabel
yaitu 6,008 > 3,32 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,007. Berdasarkan hasil
perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa pengaruh tingkat ekonomi orang
22

tua dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa memberikan kontribusi
sebesar 47,4% sedangkan 52,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Restih (2006) dengan judul pengaruh status
sosial orang tua terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas X Sekolah
Menengah Pertama Negeri 20 Konsel, hasil penelitiannya adalah: Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 20 Konsel yang berjumlah
102 orang. Dari populasi yang ada, diambil ampel penelitian secara keseluruhan yaitu
50 orang siswa. Teknik Kerangka Berfikir pengumpulan data adalah menggunakan
angket untuk memperoleh data kondisi sosial ekonomi orang tua dan dokumentasi
untuk memperoleh data prestasi belajar siswa tahun ajaran 2014/2015 kelas X SMA
Negeri 20 Konsel. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif
untuk menggambarkan karakteristik distribusi dari masing-masing kelompok
responden dan statistik inferensial untuk menguji hipotesis apakah ada pengaruh
status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa X SMA Negeri 20
Konsel. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
linear sederhana diperoleh nilai Ý= 56,916 + 0,52X. Hal ini menunjukan pengaruh
yang sangat kuat antara status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar.
Selanjutnya hasil signifikasi dengan menggunakan statistik uji-f diperoleh bahwa f
hitung = 24,899 > ftabel = 4,04, (pada α= 0,05 ) dan fhitung = 24,899 > ftabel = 7,19,
(pada α= 0,01) yang ditunjukan dengan pengaruh sebesar 18,8%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara status sosial ekonomi
orang tua terhadap prestasi belajar geografi siswa kelas X SMA Negeri 20 Konsel.

C. Kerangka Berfikir
Dengan demikian keluarga adalah wadah pertama untuk bertanggung jawab bagi
pendidikan anak-anaknya. Keluarga mempunyai banyak fungsi, salah satunya fungsi
ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anaknya adalah
pemenuhan kebutuhan sekolah. Karena tanpa dana yang mencukupi maka berbagai
alat atau biaya administrasi tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu potensi atau
kemampuan yang dimiliki anak tidak dapat tersalurkan dengan baik, sehingga dapat
menghambat cita-cita anak.
Tingkat ekonomi orang tua sangatlah berpengaruh pada proses belajar atau
pendidikan anak. Dalam belajar anak membutuhkan sarana prasarana atau media
belajar yang memadai, seperti buku pakaian dan dain-lain. Siswa yang dengan latar
23

belakang dari keluarga yang mapan tentu kebutuhannya akan lebih mudah di penuhi
dibandingkan dengan siswa yang dari keluarga berpenghasilan pas-pasan. Pemberian
perhatian pengawasan dan motivasi yang tinggi serta pemenuhan sarana dan prasarana
pembelajaran tentu akan sangat menunjang proses pembelajarannya.

Status Sosial Ekonomi


Orang Tua

Hasil Prestasi belajar


PAI

Fasilitas Belajar Siswa

D. Hipotesis
Dari penjelasan di atas maka dapat di ambil hipotesis dari masalah yang penulis
angkat adalah:
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Status ekonomi orang tua
dengan prestasi belajar PAI pada siswa di SMP N 2 Kota Solok.
Hi : Terdapat hubungan yang signifikan antara Status ekonomi orang tua dengan
prestasi belajar PAI pada siswa di SMP N 2 Kota Solok.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian asosiasi karena mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih, jenis penelitian ini terkait. Menurut Sudijono
(2005), relevansi sering diterjemahkan sebagai “hubungan”, “hubungan” atau “timbal
balik”. Dalam statistika, korelasi adalah hubungan antara dua variabel atau lebih.
Sukardi (2003) mengatakan bahwa studi korelasi adalah studi yang melibatkan
pengumpulan data untuk menentukan apakah ada hubungan antara dua variabel atau
lebih dan derajat hubungan tersebut. Penelitian korelasi adalah jenis penelitian
deskriptif atau penelitian dimana peneliti tidak hanya menggambarkan variabel, tetapi
juga meneliti sifat hubungan antara variabel kuantitatif tersebut (Setyosari, 2010)”
Menurut penjelasan sebelumnya, dapat dipahami bahwa survei korelasi adalah
survei yang digunakan untuk memeriksa apakah ada hubungan antara variabel yang
diteliti. Tujuan penelitian terkait adalah menggunakan teknik terkait untuk
menentukan hubungan prediktif (Emzir, 2008). Dalam penelitian ini, tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengaruh status ekonomi orang
tua terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam siswa.

B. Tempa dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di SMP N 2 Kota Solok. Waktu penelitian akan
dilaksanakan sejak pembelajaran siswa dimulai pada tahun pelajaran 2021/2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Sugiyono (2013:80) menjelaskan bahwa populasi adalah “suatu wilayah umum
yang dibentuk oleh objek/subyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu, yang
peneliti terapkan untuk melakukan penelitian dan kemudian menarik kesimpulan”.
Menurut Hanafi (2015: 88), “populasi adalah jumlah semua nilai yang diperoleh
secara kualitas dan kuantitas pada karakteristik tertentu. Sedangkan menurut Nazir
(dalam Hanafi 2015:51), “populasi adalah sekelompok individu dengan kualitas dan
karakteristik bawaan”.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 11 yang ingin peneliti teliti yaitu
seluruh siswa yang belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 2 Kota
Solok. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 11.

24
25

Berdasarkan populasi penelitian di atas dan karakteristik populasi, maka teknik


pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik full sampling. Menurut
Sugiyono (2014), total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua
anggota dijadikan sampel

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi, dari sampel tersebut nantinya akan
diambil suatu objek atau sasaran yang akan mampu mewakili populasi yang
digunakan. Menurut Sugiyono (2013: 81), sampel adalah “sebagian dari jumlah dan
sifat-sifat populasi”. Dari penjelasan sebelumnya dapat dipahami bahwa sampel
adalah bagian dari populasi yang mewakili objek yang diteliti. Dalam penelitian ini
akan digunakan teknik total sampling.
Menurut Arikunto (2006: 120), “Total sampling mengacu pada sampel yang sama
dengan populasi yang ada. Alasan diambilnya teknik total sampling adalah karena
jumlah sampel dalam penelitian kurang dari 100 sampel, sehingga digunakan total
sampling.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas dapat dipahami bahwa sampel itu sendiri
bagian dari populasi. Pada sampel ini penulis mengambil sampelnya secara jelas dari
remaja yang ingin diteliti. Penelitian ini dikarenakan jumlah populasi yang besar serta
keterbatasan waktu dan tenaga peneliti. Maka sampel dalam penelitian ini yaitunya
siswa kelas 11 IPA 1 di SMP N 2 Kota Solok.

D. Pengembangan Instrumen
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk memperoleh instrumen
yang valid dan reliable adalah peneliti harus menempuh langkah-langkah dalam
penyusunan instrumen. Menurut Nurkancana langkah-langkahnya yaitu: “1)
Menetapkan jenis atau pola instrument, 2) Menetapkan isi instrumen, 3) Menyusun
kisi-kisi, 4) Menulis item-item, 5) Uji coba instrumen” (1993: 219),
Berdasarkan kutipan di atas adapun Langkah-langkah pengembangan instrument
yang peneliti maksud dalam penelitian ini yaitu:
1. Menetapkan jenis atau pola instrumen
Instrumen yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data yang akurat
sebagai alat ungkap dalam penelitian ini yaitu skala Likert. Skala Likert
menurut Alma (2005: 87) adalah “digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala
26

sosial”.Penyusunan skala ini menggunakan skala dengan rentangan 1 sampai


5. Jawaban setiap item angket mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif.
2. Menetapkan isi instrumen
Isi instrumen harus relevan dengan cara yang hendak dikumpulkan, dan
untuk mendapatkan isi instrumen yang relevan, dapat didasarkan atas suatu
teori yang dianut, atau mengkombinasikan teori-teori yang telah dipelajari.
Jadi dalam menetapkan isi instrumen untuk mengumpulkan data tentang
interaksi kita dapat berpedoman kepada salah satu teori tersebut. Peneliti dapat
pula mengkombinasikan teori-teori tersebut, sehingga kita bisa menghasilkan
suatu klasifikasi baru yang dapat dipertanggungjawabkan seperti yang telah
peneliti cantumkan dalam defenisi operasional.
3. Menyusun kisi-kisi.
Agar penulis mudah dalam menyusun instrument penelitian maka
terlebih dahulu penulis harus merancang instrument dengan istilah kisi-kisi
(lay out). Kisi-kisi bermanfaat sebagai gambaran yang jelas dan lengkap dan
mempermudah penulis mengungkapkan instrumen karena kisi-kisi berfungsi
sebagai pedoman dalam penulisan butir. Menurut Nurkancana dalam Rafsel
(2011: 8-9) agar penyusunan kisi-kisi lebih terarah maka hal yang harus
dicantumkan dalam kisi-kisi meliputi:
a. Variabel (Aspek yang akan diukur)
b. Sub-Variabel atau perincian terhadap aspek yang hendak diukur
c. Indikator atau petunjuk tentang ada atau tidaknya suatu variabel atau sub-
variabel.
d. Pola instrumen yang akan digunakan.
e. Jumlah item yang akan digunakan untuk mengukur masing-masing
indikator.
f. Nomor-nomor item yang mengukur suatu indikator tertentu.
4. Menulis item-item
Berisi tentang pernyataan yang berasal dari indikator yang dirumuskan
dalam kisi-kisi. Dalam langkah penulisan item yang lebih banyak dari pada
yang diperlukan, dengan demikian akan memberikan kemungkinan bagi kita
untuk memilih item yang lebih baik, dan menyisihkan item-item yang kurang
baik, dilengkapi dengan kata pengantar, serta petunjuk tentang cara
27

mengerjakan item tersebut. Para siswa harus tau dengan pasti, apa yang
harus dilakukan (memilih atau mengisi), bagaimana melakukannya (mengisi
tanda silang, tanda chenk, lingkaran, atau yang lainnya) dan dimana dilakukan
pada lembar jawaban khusus atau langsung pada lembar instrument). Dalam
petunjuk tersebut sebaiknya pula dilengkapi dengan contoh tentang cara
mengerjakan instrumen tersebut. Dalam penulisan item-item ini perlu
ditetapkan kunci jawaban yang akan digunakan serta cara pemberian skornya.
5. Uji coba
Seorang peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan
untuk penelitian. Menurut Sugiyono, (2015: 149), titik tolak dari penyusunan
adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari
variabel-variabel tersebut diberikan defenisi operasionalnya dan selanjutnya
ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan
menjadi butit-butir pertanyaan atau pernyataan. Setelah instrumen penelitian
dibuat perlu dilakukan pengujian secara validitas maupun realibilitas.
Validitas dan reliabelitas instrumen merupakan hal yang sangat penting
dalam melakukan sebuah penelitian. Instrumen penilaian yang digunakan
untuk mengukur objek yang akan dinilai baik tes maupun non tes harus
memiliki bukti validitas dan reliabelitas. Dari sinilah peneliti dapat mengetahui
apakah data yang didapatkan bisa dipercaya atau tidak.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data (instrumen) yang digunakan penulis dalam penelitian
ini sama dengan menggunakan timbangan sebagai alat ukur variabel X (status
ekonomi orang tua) dan variabel Y (prestasi belajar pendidikan agama islam siswa).
Untuk menganalisis, peneliti memerlukan skala pengukuran. Sugiyono (2014:133)
menyatakan bahwa “skala ukur adalah protokol yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang interval pendek dalam suatu alat ukur sehingga alat ukur tersebut
akan menghasilkan data kuantitatif pada saat digunakan untuk pengukuran”. Selain
itu, Sugiyono (2014:134) juga menyebutkan bahwa “Dengan skala ini, nilai-nilai
variabel yang diukur oleh instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk digital,
sehingga lebih akurat, lebih efisien, dan lebih mudah untuk dikomunikasikan.”
Teknik pengumpulan data (instrumen) yang digunakan penulis dalam penelitian
ini sama dengan menggunakan skala sebagai alat ukur untuk X (status ekonomi orang
28

tua) dan variabel Y (prestasi belajar pendidikan agama islam siswa). Untuk
melakukan analisis, peneliti membutuhkan skala pengukuran. Sugiyono (2014:133)
mengemukakan bahwa “skala adalah suatu protokol yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval pada suatu alat ukur, sehingga alat
ukur tersebut akan menghasilkan data kuantitatif pada saat digunakan untuk
pengukuran”. Selain itu, Sugiyono (2014:134) juga menyatakan bahwa “Dengan skala
ini, nilai variabel yang diukur oleh instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk
digital, sehingga lebih akurat, lebih efisien, dan lebih mudah untuk dikomunikasikan.”
Berdasarkan visi tersebut dapat dipahami bahwa skala likert dapat mengukur sikap,
pendapat dan pendapat seseorang atau suatu kelompok.
Jawaban pada setiap instrument yaitu ada yang berbentuk positif dan ada yang
berbentuk negatif. Adapun alternatif jawabannya yaitu “Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang- Kadang (K), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP)”.

F. Teknik Analisis Data


Data yang sudah terkumpul akan diolah, dianalisa dan diambil kesimpulannya.
Tujuan analisis data dalam penelitian ini adalah untuk menfokuskan dan membatasi
penemuan-penemuan di lapangan sehingga menjadi data yang teratur dan tersusun
rapi sehingga dapat ditarik kesimpulannya.
Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah teknik Korelasi Pearson
Product Moment (r). Korelasi ini dikemukakan oleh Karl Pearson tahun 1900. Rumus
yang digunakan adalah :

Keterangan:

: Koefisien korelasi X dan Y


N : Jumlah subjek/responden
X : Skor kecanduan game online
Y : Skor perilaku agresif
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y

∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y


29

Langkah-langkah pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini


adalah

a) Menyiapkan tabel kerja yang terdiri dari 6 kolom

1) Kolom 1: subyek

2) Kolom 2: skor variabel X

3) Kolom 3: skor variabel Y

4) Kolom 4: hasil kuadrat skor variabel X (X2) lalu dijumlahkan (∑X)2

5) Kolom 5: hasil kuadrat skor variabel Y (Y2) lalu dijumlahkan (∑Y)2

6) Kolom 6: hasil perkalian antara skor X dan Y tiap pasangan (XY) lalu
dijumlahkan ((∑XY)
b) Menghitung korelasi dan mendapatkan angka indeks korelasi (rxy).

c) Menentukan df (degree of freedom) atau db (derajat bebas) untuk rtabel dengan


rumus: Db= N - 2 Keterangan:
N : jumlah subjek penelitian

d) Menentukan taraf signifikansi tertentu, yang lazim ditentukan yaitu 1%. Semakin
kecil taraf signifikan yang ditentukan, semakin besar taraf kepercayaan atau
tuntutan ketelitian dari hasil penelitian yang dianalisis. Nilai tabel pada db yang
sama tetapi taraf signifikansi yang berbeda akan menunjukkan nilai tabel korelasi
yang berbeda. Kriteria nilai tabel korelasi (rtabel) lebih besar pada taraf signifikansi
yang semakin kecil.
e) Memberikan interpretasi dengan membandingkan besarnya hasil perhitungan
korelasi (rxy) dengan nilai tabel korelasi (rtabel) dan menarik kesimpulan.
f) Sugiyono mengungkapkan uji signifikansi korelasi product moment secara praktis,
yang tidak perlu dihitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product
moment, ketentuannya bila rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung
< rtabel), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar
dari rtabel (rhitung > rtabel), maka Ha diterima.

1) Jika rhitung > rtabel, maka Ha diterima atau disetujui atau terbukti
kebenarannya dan H0 ditolak
30

2) Jika rhitung < rtabel, maka H0 diterima atau disetujui atau terbukti
kebenarannya dan Ha ditolak
g). Menganalisis hasil interpretasi dengan teori-teori Bimbingan-Konseling.

Untuk mengetahui tingkat hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat
digunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi
31

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. Psikologi Belajar. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Anwar, Faizal. 2016, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Di SD Negeri 10 Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Vol. 1 No. 1.
Hal. 263-265
Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono.2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. IV; Jakarta: Balai Pustaka.
Ellis Ormrod, Jeanne.2008. Psikologi Pendiidikan, Jakarta: Erlangga.
Fajri Nurul, Anwar Yoesoef, Muhammad Nur. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Talking Stick Dengan Strategi Joyful Learning Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Mtsn Meuraxa Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol. 1, No. 1. Hal. 98-109
Hadi Sadikin. 1975. Tata Laksana Rumah Tangga. Jakarta: IKIP
M. T. Ritonga. 2002. Pelajaran Akutansi untuk SMU. Jakarta: Erlangga
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009.
Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Ramlan Surbakti. 2004. Memahami Politik. Jakarta: Grasindo
Rosyidi. 2009. Mikro Ekonomi Teori Permintaan. Jakarta: Erlangga
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cet. V; Jakarta: Rineka Cipta,
2010
Soejono Sukanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo Persada
Soekanto, Soerdjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikanya. Jakarta: Bina
Aksara
Sudijono, A. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Rajagragindo Persada. Jakarta.
Sugiyono, (2013). Metode penelitian kuantitatif R&D. Bandung: Alfabeta
Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo.
Wahyu Indianti, Eva Septiana, dkk. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh
dan Berkembang.
32

Wening Patmi Rahayu, Analisis Intensitas Pendidikan oleh Orang Tua dalam Kegiatan
Belajar Anak, Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Motivasi Belajar dan
Prestasi Belajar Siswa, Vol.18 No.1 (2011)
Whiterington. 1991.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai