Anda di halaman 1dari 38

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR BAGI SISWA BERKEMAMPUAN RENDAH DI

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BUNUT BAOK

PROPOSAL

OLEH

JUANTARA SAPUTRA

(200804084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL

2022/2023
STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR BAGI SISWA BERKEMAMPUAN RENDAH DI

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BUNUT BAOK

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Ujian Akhir Semester

OLEH

JUANTARA SAPUTRA

(200804084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL

2022/2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori................................................................................. 6
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 22

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Tempat dan waktu Penelitian..................................................... 24
B. Desain Penelitian......................................................................... 25
C. Data dan Sumber Data................................................................ 25
D. Teknik Pengambilan Sampel...................................................... 26
E. Teknik Pengumpulan Sampel..................................................... 26
F. Teknik Keabsahan Data.............................................................. 27
G. Teknik Analisis Data.................................................................... 30
H. Prosedur Penelitian..................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 34

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Kerangka Berpikir........................................................................ 23
2. Peta Lokasi SDN 1 Bunut Baok.................................................. 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam


kehidupan bahkan tidak bisa di pisahkan sama sekali dari kehidupan. Sebab
pendidikan dapat mewarnai pola kehidupan manusia sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diberikan. Melalui pendidikan kemajuan yang dicita-citakan
suatu bangsa dapat direalisasikan. Demikian pula halnya pendidikan bagi bangsa
Indonesia mempunyai dasar falsafah tertentu.

Adapun menurut Sardiman (2001:25) tujuan dari belajar ada tiga yaitu
untuk mendapatkan pengetahuan, untuk menanamkan konsep dan keterampilan
dan untuk pembentukan sikap. Di dalam melaksanakan pendidikan tentulah tidak
terlepas dari proses yang ada di dalamnya yaitu proses pembelajaran. Menurut
Daryanto (2010:2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran dapat berperan aktif membuat siswa mengerti
dan memahami ilmu yang disampaikan. Dan tentu faktor yang sangat
mempengaruhi proses pembelajaran tidak lain dan tidak bukan adalah guru atau
tenaga pendidik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan


adalah penyelenggaraan proses pembelajaran, dimana guru sebagai pelaksana
pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran disamping faktor lainnya seperti siswa, bahan pembelajaran,
motivasi dan sarana penunjang. Karena itu guna menciptakan pembelajaran yang
berkualitas, maka diperlukan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran
merupakan upaya perubahan yang bermanfaat atau pembenahan pelaksanaan

1
proses pembelajaran untuk mencegah kesulitan belajar bagi para peserta didik,
khususnya yang dibawah standar atau yang berkemampuan rendah.

Pada umumnya dalam proses pembelajaran akan ada suatu kecenderungan


siswa kurang mampu mencapai kriteria keberhasilan pembelajaran dalam hal ini
adalah hasil belajar. Hal ini dikarenakan adanya berbagai hambatan, baik yang
berasal dari faktor internal maupun ekternal. Menurut Dasmiati 1994:15 faktor
yang dapat menghambat atau memberi pengaruh buruk terhadap belajar anak
dapat diklasifikasikan menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal, yaitu faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi yang
bersifat biologis atau fisik dan psikologis atau psikis.

a. Faktor biologis yaitu yang terdiri dari kesehatan badan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan dan


rohani anak, yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan emosi.

2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar individu, yang terdiri
dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a. Faktor lingkungan keluarga meliputi : orang tua, suasana rumah, dan


keadaan sosial ekonomi.

b. Faktor lingkungan sekolah meliputi : interaksi guru dan murid, metode


belajar, interaksi antar murid, standar pelajaran, sarana belajar, fasilitas
gedung, disiplin sekolah, waktu belajar, dan pekerjaan rumah.

c. Faktor lingkungan masyarakat yaitu semua kegiatan yang dapat


berpengaruh baik langsung atau pun tidak langsung. Masalah belajar yang
berkaitan dengan kemampuan belajar dapat disimak lewat keberhasilan
siswa mengerjakan tes.

Dengan mengetahui hasil tes dapat dikenali prestasi penguasaan materi


belajar serta pencapaian tujuan pengajaran. Bagi siswa yang memiliki kemampuan
di bawah rata-rata kelas sudah digolongkan berprestasi rendah atau kurang

2
mampu mengikuti program belajar mengajar. Hal ini akan mudah dikenali jika
pengajar dalam menyusun tes selaras dengan bahan belajar yang diwajibkan dan
dipelajari dan yang telah dibahas bersama-sama.

Kesulitan yang dihadapi siswa di SDN 1 Bunut Baok bukan hanya terkait
dengan masalah penguasaan materi pelajaran, tetapi juga berkaitan dengan
masalah psikologis seperti kurang motivasi (O’Shea et al. 2017), malas (Hill and
Jones 2018), perasaan tidak senang, dan sebagainya. Ketika siswa sedang
memiliki masalah psikologis maka proses pendidikan pun akan terganggu.
Masalah psikologis ini muncul selama proses pembelajaran. Ini menegaskan
bahwa bahwa faktor psikologis menjadi salah salah satu pengaruh terhadap upaya
menghilangkan kesulitan belajar siswa (Abdul karim, K. A., & Suud, F. M. 2020).

Guru di SDN Bunut Baok itu perlu memiliki strategi yang tepat dalam
proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Seperti yang
dikemukakan oleh Roestiyah N.K bahwa"... guru harus memiliki strategi
mengajar agar anak didik belajar efektif, efisien, dan tercapai tujuan yang
diharapkan.

Dengan menggunakan strategi yang tepat maka siswa akan termotivasi


untuk ikut serta dalam proses pembelajaran karena pada dasarnya motivasi adalah
suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga
tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya, ada
siswa yang motivasinya bersifat intrinsik dimana kemauan belajarnya lebih kuat
dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang
motivasi belajar-nya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung
pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi
ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anak-anak dan remaja dalam
proses belajar. (Jurnal: Siti Suprihatin: 2015: hal 74)

3
Motivasi memiliki kedudukan yang penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Munculnya motivasi tidak semata-mata dari
diri siswa sendiri tetapi guru harus melibatkan diri untuk memotivasi belajar
siswa. Adanya motivasi akan memberikan semangat sehingga siswa akan
mengetahui arah belajar-nya. Motivasi belajar yang kurang pada siswa akan
berpengaruh pada menurunnya semangat belajar dan hasil belajar-nya. Hal
tersebut bisa diamati dari aktivitas belajar individu ketika sedang melaksanakan
pembelajaran di sekolah. Kondisi pendidikan saat ini, memunculkan semakin
banyak tantangan- tantangan yang harus dihadapi.

Dengan adanya deskripsi tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk


meneliti tentang "Strategi Guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi
siswa berkemampuan rendah di Sekolah Dasar Negeri 1 Bunut Baok".
Penelitian ini memang sangat perlu dilakukan guna untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa khususnya bagi mereka yang berkemampuan rendah juga para
guru agar lebih kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa dengan
penggunaan strategi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditarik beberapa


rumusan masalah untuk membatasi penjabaran sebagai berikut :

1. Bagaimana motivasi Belajar siswa berkemampuan rendah dalam proses


belajar mengajar di kelas?

2. Apakah rendahnya kemampuan memahami pembelajaran berhubungan


dengan motivasi belajar siswa?

3. Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan guru bagi siswa


berkemampuan rendah tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Kaitannya dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah :

4
1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa berkemampuan rendah dalam
proses belajar mengajar di kelas

2. Untuk mengetahui apakah rendahnya kemampuan memahami


pembelajaran berhubungan dengan motivasi belajar siswa

3. Untuk mengetahui strategi seperti apa yang guru terapkan bagi siswa
berkemampuan rendah tersebut

D. Manfaat Penelitian

Dalam proses belajar mengajar selalu identik dengan keberhasilan guru


dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dengan beberapa strategi
pelajaran yangsesuai dengan keadaan anak didik sehingga bisa memotivasi belajar
siswa dalam proses belajar mengajar.

Oleh karena itu peranan dan fungsi strategi mengajar cukup memegang
dan menentukan keberhasilan suatu pendidikan yang dilaksanakan oleh seorang
guru.Dalam kaitannya, penelitian itu diharapkan juga dapat menghasilkan
temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran yang kemudian dapat bermanfaat:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep strategi dalam


memotivasi belajar siswa di SDN 1 Bunut Baok.

b. Dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi seorang manager


pelaksanaan pendidikan bahwa strategi pembelajaran merupakan sesuatu
yang vital sehingga bisa memotivasi belajar siswa di SDN 1 Bunut Baok.

c. Ikut menyambung kan literatur ilmiah kepada mereka yang ingin


mengetahui strategi pembelajaran dalam memotivasi belajar siswa.

d. Akan memperkaya informasi pengetahuan yang jelas dan pengalaman


yang menumbuh kembangkan wawasan logika tentang strategi dalam
memotivasi belajar siswa.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

Kerlinger berpendapat bahwa landasan teori adalah konsep yang memiliki


hubungan satu sama lain yang di dalamnya memuat isi terkait pandangan dari
fenomena yang sistematis.

1. Strategi

Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau
panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni
merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur atau
siasat berperang, angkatan darat atau laut. Strategi dapat pula diartikan sebagai
suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering
dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan. Dalam bidang administrasi, strategi dapat diartikan upaya
yang bersifat makro, menyeluruh jangka panjang dan didasarkan atas keputusan
hasil penalaran. Strategi dimaknai pula sebagai tugas pokok lapisan sistem tingkat
atas. Pada perkembangannya kata strategi digunakan hampir semua disiplin ilmu,
termasuk pula dalam ranah kebudayaan dan kebahasaan.

Strategi menurut Nana Sudjana dalam Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi
yaitu taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, agar
dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan instruksional secara lebihefektif dan
efisien. ( Abu Ahmadi, 2004 : hal 33 )

Menurut Abin Syamsuddin Makmun di dalam buku Martinis Yamin


mengatakan bahwa strategi adalah suatu garis besar haluan bertindak untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. selanjutnya Mintzberg di dalam buku
Martinis Yamin mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai

6
perspectif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi sebagai
pola kegiatan, dan strategi sebagai penipuan. Adapun cakupan strategi yaitu:

a) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output)


seperti dicapai dan menjadi sasaran (target) usaha itu, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

b) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic ways)


manakah yang dipandang paling ampuh (effective) guna mencapai sasaran
tersebut

c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) mana yang


akan ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik akhir di mana
tercapainya sasaran tersebut

d) Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan


ukuran (standard) yang bagaimana dipergunakan dalam mengukur dan
menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha tersebut.

Strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk


bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. 2010 hal 5)

Barbara B. Sheels, yang terdapat dalam buku (Martinis Yamin, 2003:


halaman 66), memberikan definisi strategi pembelajaran yaitu

“Spesifikasi untuk menyeleksi dan mengatur kejadian dan


kegiatan-kegiatan dalam satuan pelajaran. Strategi pembelajaran berinteraksi
dengan situasi belajar sering digambarkan dengan model pengembangan
pembelajaran, karena itu strategi dan model pengembangan pembelajaran
merupakan gabungan metode dan media. Metode dan media pembelajaran
merupakan bagian penting dalam pembelajaran, ia dipakai untuk menyampaikan
pesan kepada siswa, disamping itu metode dan media memudahkan siswa
memahami dan mengerti materi yang disampaikan kepadanya."

7
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis - garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola pola
umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

2. Guru

Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan


bimbingan.Menurut Ramayulis pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik
adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan (Ramayulis, 2008, hal:
6)

Menurut Hasan Langgulung di dalam buku Ramayulis (2008, hal: 102)


menyatakan pendidik Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya dan dalam
pencapaian tujuan pendidikan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik.

Berbagai pengertian yang telah dikemukakan diatas menyebutkan


pengertian guru atau pendidik secara umum, maka dari sini dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian dari Guru adalah orang yang mempunyai tanggung
jawab melaksanakan pelatihan, bimbingan terhadap perkembangan dan
kemampuan, baik itu dari aspek jasmani maupun rohani peserta didik secara
alami, dalam situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan
sesuai dengan ajaran Islam.

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah


merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul di pundak para orang tua.Mereka ini tatkala menyerahkan anaknya
ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada

8
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Slameto (2010: hal 97) bahwa
tugas guru secara lebih terperinci berpusat pada :

a) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi

pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang

b) Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang


memadai

c) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,


dan penyesuaian diri. Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru
tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari
itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian
siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang
sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara
aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.

Dilihat dari tugas guru, maka dapat disimpulkan bahwa guru tidak hanya
bertugas sebagai pentransferan ilmu saja, tetapi guru harus mampu membina
perilaku anak didik-nya agar menjadi manusia yang berakhlak karimah.

Dapat disimpulkan guru adalah sebuah profesi sebagai seorang pendidik.


Guru membutuhkan kompetensi khusus untuk mengajar, bukan hanya sekedar
penguasaan materi dan tatacara pencapaian semata. Setiap guru harus memenuhi
kualifikasi kompetensi,sehingga diharapkan dapat mencetak lulusan-lulusan yang
bermutu dan memiliki akhlak dan intelektualitas yang baik.

Guru menerima hakikat bahwa nilai-nilai moral sudah tertanam dalam diri
siswa. Guru bersedia untuk mengajar dengan mengambil pengetahuan dan
pembelajaran moral yang ada. Guru dikehendaki mengembangkan pengetahuan
moral murid-murid ini dan membimbing mereka semasa pengajaran dilaksanakan.

9
3. Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang bermakna bergerak,
istilah ini bermakna mendorong, mengarahkan tingkah laku manusia. Pada
dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.(Iskandar: 2009: hal180)

Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya, ada
siswa yang motivasinya bersifat intrinsik dimana kemauan belajar nya lebih kuat
dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang
motivasi belajar nya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung
pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi
ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anak-anak danremaja dalam
proses belajar.(Jurnal: Siti Suprihatin : 2015: hal 74)

Sudarwan (2002: 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,


kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan
apa yang dikehendakinya.

Hakim (2007:26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu


dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan
untuk mencapai tujuan tertentu. (Jurnal: Siti Suprihatin : 2015: hal 74)

Adapun menurut Handoko (1992: 59), untuk mengetahui kekuatan


motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut :

a) Kuatnya kemauan untuk berbuat

b) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

c) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain

d) Ketekunan dalam mengerjakan tugas. (Jurnal: Siti Suprihatin:2015: hal 75)

10
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi
belajar, yaitu daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan
belajaruntuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.
Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami
sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga
sungguh-sungguh untuk belajar dan ter motivasi untuk mencapai prestasi.

Motivasi belajar bisa timbul karena faktor intrinsik atau faktor dari dalam
diri manusia yang disebabkan oleh dorongan atau keinginan akan kebutuhan
belajar, harapan dan cita-cita. Faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam
motivasi belajar berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
menyenangkan dan kegiatan belajar yang menarik. (Iskandar: 2009: hal 181)

Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan atau wujud perilaku


mencapai tujuan. Seorang ter motivasi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia akan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.

Kebutuhan merupakan kecenderungan dalam diri seseorang yang bersifat


relatif permanen bagi orang-orang yang ter motivasi dan ia merupakan perubahan
internal dalam diri akibat dari stimulus-stimulus yang didapat dari lingkungannya.
(Martinis Yamin: 2003: hal 82)

Prinsip-prinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan, arahan


pada perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar yang telah
ditemui oleh para ahli ilmu belajar. Memberikan motivasi kepada siswa, berarti
kita memberdayakan afeksi mereka agar dapat melakukan sesuatu, melalui
penguatan langsung dan penguatan diri sendiri.

Peningkatan motivasi belajar menurut Abin Syamsudin M (1996) yang


dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam
tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2)
Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan,
keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk
mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6)

11
Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7)
Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan. (Jurnal:
Ghullam Hamdu, Lisa Agustina : 2011: hal 83)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, motivasi dapat diartikan sebagai


kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam
melaksanakan suatu kegiatan. Kemauan baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan kualitas perilaku yang ditampilkan nya, baik dalam konteks belajar,
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

1. Fungsi Motivasi

Menurut Wingkel di dalam buku Martinis Yamin (2003: hal 83)


mengibarat kan motivasi dengan kekuatan mesin kendaraan. Mesin yang
berkekuatan tinggi menjamin laju-nya kendaraan biar jalan itu mendaki
dan kendaraan membawa muatan yang berat. Namun motivasi belajar
tidak hanya memberi kekuatan pada daya-daya belajar, tetapi juga
memberi arah yang jelas.

Dalam motivasi belajar, siswa sendiri berperan baik sebagai mesin


yang kuat atau yang lemah, maupun sang sopir yang menentukan tujuan.

Fungsi motivasi meliputi berikut ini:

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa


motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan sepertibelajar.

b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan


perbuatan ke-pencapaian tujuan yang diinginkan.

c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin


bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan. (Oemar Hamalik, 2008:hal 161)

12
2. Jenis-jenis motivasi

Jenis motivasi dalam belajar dibedakan menjadi dua jenis


masing-masing adalah:

a) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari


dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan
dengan kegiatan belajar-nya sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh
diakibatkan oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti dorongan dari
orang lain dan sebagainya, atau seperti seorang mahasiswa yang minta di
belikan komputer agar terlaksana kegiatan belajar, ia rajin belajar, belajar
mudah diselesaikan, hubungan ini tidak ada kaitannya antara komputer
dengan kegiatan belajar,pembelian komputer mungkin mereka dapat
belajar, mungkin saja tidak, sebab komputer dilihat dari asas manfaat
kedua kemungkinan dapat dilakukan, manakala seseorang dituntut
menyelesaikan tugas dengan cepat komputer merupakan alat pembantu,
akan tetapi komputer juga dapat mengganggu kegiatan belajar manakala
tidak dimanfaatkan sesuai kebutuhan belajar.

Manakala siswa belajar sungguh- sungguh untuk mengharapkan


naik kelas, mendapat hadiah ini merupakan motivasi yang tumbuh sesuai
kebutuhannya yang tidak secara mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar.

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Wingkel


(1989:94) dalam buku Martinis Yamin (2003: hal 85) diantaranya adalah:

(a) Belajar demi memenuhi kewajiban

(b) Belajar demi menghindari hukuman yang diancam-kan

(c) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan

(d) Belajar demi meningkatkan gengsi

13
(e) Belajar demi mendapatkan pujian dari orang yang pentingseperti
orang tua dan guru

(f) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat atau golongan
administratif.

(g) Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar yang


dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu
kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar. Misalnya belajar untuk memecahkan suatu
permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan
hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau
ingin menjadi seseorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan
tertentu.

Keinginan ini diwujudkan dalam upaya usaha kesungguhan seseorang


untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar,melengkapi catatan,
melengkapi literatur, melengkapi informasi,pembagian waktu belajar, dan
keseriusan belajar. Kegiatan belajar ini memang diminati dan di barengi perasaan

senang, dorongan tersebut mengalir dalam diri seseorang akan kebutuhan


belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.
Kebutuhan-kebutuhan yang timbul dari dalam diri subjek yang belajar seperti ini
yang disebut motivasi intrinsik dan membedakan dengan ekstrinsik
diatas.

Bukan berarti motivasi intrinsik dapat berdiri sendiri tanpa sokongan dari
luar seperti peran guru, orang tua dalam menyadari anak didik-nya untuk belajar.
Pada intinya motivasi intrinsik adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang
dapat dilalui dengan satu-satu jalan adalah belajar, dorongan belajar itu tumbuh
dari dalam diri subjek belajar. (Martinis Yamin, 2003, hal 86).

14
1). Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

dapat diketahui bahwa motivasi belajar ada didalam diri siswa.

Dalam kerangka pendidikan formal motivasi belajar tersebut ada dalam


jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan
mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi
belajar siswa.

Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa,

motivasi belajar semakin meningkat pada saat tercapainya hasil


belajar.motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami
perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan
kematangan psikologis siswa.

Sebagai ilustrasi, keinginan anak membaca buku majalah

misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata,


keberhasilan mengucap kata dari symbol-simbol pada huruf-huruf
mendorong keinginan menyelesaikan tugas baca. (Monks, 1989, Singgih
Gunarsa, 1990)

a). Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil


seperti keinginan belajar berjalan,makan-makanan yang lezat,
berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain.

Selanjunya keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan


kemauan bergiat, bahkan kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan.
Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.

Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang ter-puaskan dapat


memperbesar kemauan dan semangat belajar.dari segi pembelajaran, penguatan
dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi

15
kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan berlangsung saat
atau dalam jangka waktu singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam
waktu yang lama. Kemauan telah disertai dengan perhitungan akal sehat. Cita-cita
dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, Bahkan sepanjang hayat. Cita-cita
siswa untuk menjadi ”menjadi seseorang. . .”(gambaran ideal seperti pemain bulu
tangkis dunia,misalnya) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan
perilaku belajar. Misalnya siswa tersebut akan rajin berolah raga, melatih napas,
berlari, meloncat, disamping tekun berlatih bulu tangkis.

Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik.


Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. (Monks,
1989: 241-260; Schein, 1991:87-110; Singgih Gunarsa, 1990: 183-199) .

b). Kemampuan siswa

keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan


atau kecakapan mencapainya keinginan membaca perlu dibarengi
dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi
huruf-huruf. Kesukaran mengucapkan huruf “r” misalnya dapat
diatasi dengan drill/melatih ucapan “r” yang benar. Latihan
berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan
mengucapkan “r” atau kemampuan mengucapkan huruf-huruf yang
lain , maka keinginan anak untuk membaca akan terpengaruhi.

Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah


kekayaan penglaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan
menyenangkan hatinya.

Secara perlahan-lahan terjadilah kegemaran membaca


padaanak ynag semula sukar membaca huruf “r” yang benar.secara
ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat
motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.(
Monks, 2013: 21; Singgih Gunarsa 1992: 49).

16
c). Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondsi jasmanidan


rohanimempengaruhi motivasi belajar.seorang siswa yang sedang
sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira
akan mudah memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.
Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah
akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.
Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar
ketinggalan pelajaran.

Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku


pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum
sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa
berpengaruh pada motivasi belajar.

d). Kondisi lingkungan siswa

lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan


tempat tinggal,pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakataan.
Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar.

Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman


rekanyang nakal,perkelahian antar isswa, akan mengganggu
kesungguhan belajar.

Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa


yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu
kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup ketertiban
pergaulan perlu dipertinggi mutunya. dengan lingkugan yang
aman, tentram, tertib, dan indah maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.

17
e). Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan


pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi
dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan
alam,lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar,
majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau
siswa.Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi
belajar.

Dengan melihat tayangan televisi tentang


pembangunanbidang perikanan di Indonesia Timur misalnya,
seseorang siswatertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di
bidang perikanan.

Pebelajar yang masih berkembang jiwa raga-nya, lingkungan yangsemakin


bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi
pembelajaran. Guru professional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar,
majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar disekitar sekolah untuk
memotivasi belajar.

4. Belajar

Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh


tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalamandan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.(Syah Muhibbin, 2013: hal
68)

Slameto (2003: hal 2) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian


kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut

18
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalambelajar, siswa mengalami sendiri proses
dari tidak tahu menjadi tahu.

Mohamad Surya (2004) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan


suatu proses perubahan yaitu perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara
dirinya dan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhanhidupnya. Secara lengkap,
pengertian pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut: “pembelajaran ialah
suatu proes yang dilakukan oleh individu untukmemperoleh perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamn individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Jurnal: Ghullam Hamdu, Lisa Agustina :
2011: hal 82-83)

Menurut James W. Vander Zanden dalam buku Ramayulis (2002, hal336)


mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen
atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari pengalaman. Sebuah proses yang
didapatkan dari penambahan yang relatif stabil yang terjadi pada tingkah laku
individu yang berinteraksi dengan lingkungan.

Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itubelajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 1990:99). Individu dikatakan
belajar atau tidak sangat tergantung kepada kebutuhan dan motivasinya.
Kebutuhan dan motivasi individu atau seseorang menjadi tujuanindividu atau
seseorang dalam belajar. Sedangkan motivasi akan timbul jika individu memiliki
minat yang besar. (Jurnal: Keke T. Aritonang: 2008: hal 13)

Menurut Martinis Yamin di dalam bukunya menyatakan belajarmerupakan


proses orang memperoleh kecakapan dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil
sampai akhir hayat seseorang.

Rasulullah SAW., menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwamanusia


harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. Orang tua wajib
membelajarkan anak-anaknya agar kelak dewasa ia mampu hidup mandiri dan
mengembangkan dirinya, demikian juga sebuah sya’ir islam dalam baitnya

19
berbunyi; “belajar sewaktu kecil ibarat melukis di atas batu”. Neisser (1976)
menyebutnya bahwa anak-anak membutuh pengetahuan awal dan memiliki
keyakinan, kepercayaan yang masih semu, di samping itu anak-anak memiliki
banyak pengharapan akan sesuatu, pada masa itu anak-anak membutuh banyak
belajar dan memungkinkan memberi pengetahuan kepadanya.

Gage (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana


organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Definisi belajar di atas
ini mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang
akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan
meniru. (Martinis Yamin: 2003: hal 99)

Belajar juga dapat dikatakan suatu proses yang dilakukan individuuntuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah belajar adalah suatu usaha


sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. (Aunurrahman: 2012: hal 35)

5. Berkemampuan Rendah

Berkemampuan rendah yang dimaksud disini adalah Mereka yang tidak


bisa menyerap materi pelajaran dengan mudah, lambat dalam memahami, lebih
dalam ketika menyelesaikan tugas dan pencapaian hasil jauh di bawah
teman-temannya.

20
6. Strategi Guru Dalam Memotivasi belajar

Guru memiliki peranan strategis dalam menumbuhkan motivasi belajar


peserta didiknya melalui beberapa aktivitas belajar yang didasarkan pada
pengalaman dan kemampuan guru kepada siswa secara individual. Beberapa
strategi motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan


bagus sekali, hebat dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan
dengan kata-kata ini mengandung makna yang positif karena akan
menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi siswa itu sendiri.

b. Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat.

c. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar


mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai
tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Semakin
jelas tujuan semakin besar pula motivasi dalam belajar.

d. Mengadakan kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara


siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

e. Memberikan pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk


diberikan penghargaan atau pujian, pujian tentu bersifat membangun
motivasi.

f. Hukuman, hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat


proses belajar mengajar, hukuman berupa teguran dengan harapan agar
siswa tersebut merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

g. Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa

21
B. Kerangka Berpikir

Berkemampuan rendah disini bukan berarti kita ingin membedakan bahwa


ada siswa yang kemampuan otak nya itu tidak bisa berkembang, tetapi yang
dimaksud disini adalah dalem satu kelas pasti ada siswa yang terbaik ranking,
yang standar dan ini yang dibawah standar. Kita ingin tau kenapa mereka itu
prestasinya rendah? Apakah benar itu karena kemampuan otaknya atau karena
habit atau kebiasaan-kebiasaan mereka, atau mungkin saja mereka motivasinya
rendah.

Apakah guru itu punya strategi khusus bagaimana meningkatkan motivasi


bagi siswa yang disitu itu mungkin punya kemampuan sama sebenarnya. karena
tidak ada orang bodoh bukan, yang ada adalah semakin dia sering belajar,
semakin sering dia ingin tau, semakin dia pintar dan cerdas, semakin kita tidak
belajar semakin kita bodoh.

Peran guru itu untuk meningkatkan motivasi siswa terutama bagi mereka
yang motivasinya rendah. Faktor-faktor apa saja? Guru harus tau dan mencari
inisiatif untuk bagaimana menyelesaikan masalah itu agar siswa bisa punya
motivasi tinggi untuk belajar lebih baik dan meningkatkan prestasi belajar-nya
Inilah yang penting.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini


dapat digambarkan sebagai berikut:

22
Guru

Siswa berkemampuan
rendah
Setrategi

Motivasi

Semangat Belajar

Gambar 1 : Kerangka Berpikir

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian nanti akan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Bunut


Baok yang beralamat di Bunut Baok, Kec. Praya, Kabupaten Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), (dekat Ponpes Nurul Qur'an
Lendang Simbe).

Lokasi ini dipilih karena atas berbagai pertimbangan; banyak nya


fenomena-fenomena yang terjadi pada siswa diantaranya kurang nya
motivasi khususnya pemberian motivasi bagi siswa-siswa yang
berkemampuan rendah yang jarang diperhatikan oleh guru disana,
lokasinya yang terjangkau serta adanya masalah disana berdasarkan
fenomena diatas. Untuk pelaksanaan waktu nantinya akan dilaksanakan
pada pagi hari atau pada jam sekolah.

Gambar 2 : Peta lokasi SDN 1 Bunut Baok

Source : Google Maps

24
B. Desain Penelitian

Berdasarkan dengan judul yang penulis ambil, jenis penelitian ini


termasuk dalam jenis penelitian kualitatif Deskriptif. Yaitusuatu penelitian yang
bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenaisetting sosial atau
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatufenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabelyang berkenaan
dengan masalah. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasushanya meliputi
daerah atau subyek yang sangat sempit tetapi dari sifat penelitian, penelitian kasus
lebih mendalam. (Suharsimi Arikunto, 2002, Hal : 120)

Penelitian ini sebagai upaya untuk memberikan jawaban atas


permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya menggunakan pendekatan
analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini berupaya menggambarkan,
menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung berdasarkan fakta dan
informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian dianalisis berdasarkan
variabel yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk emberikan upaya
tentang meningkatkan motivasi belajar siswa, yang dimanalokasi Penelitian ini
dilakukan di SDN 1 Bunut Baok, kec. Praya, kabupaten Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat (NTB)

C. Data dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam proposal ini nantinya akan menggunakan
jenis data primer dan sekunder, Sumber data primer atau sumber data utama akan
mengambil dari hasil wawancara di lapangan dan data sekunder atau data
pendukung akan diambil dari hasil observasi dan hasil dokumentasi berupa
foto-foto atau gambar.

25
D. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini kemudian akan menggunakan teknik pengambilan


sampel yaitu dengan cara "Purposive Sampling". Penarikan sampel secara
purposif merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan dalam memilih subjek
berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel yang dipilih
peneliti adalah orang yang betul-betul mengerti mengenai keadaan SDN 1 Bunut
Baok, orang yang mengerti permasalahan dan strategi-strategi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam proposal ini, informan yang ditentukan adalah
Kepala sekolah SDN 1 Bunut Baok

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar


untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data
adalah salah satu bagian terpenting dalam melaksanakan penelitian (Nugrahani,
2014 : 62) Teknik pengumpulan data penelitian ini terdiri dari:

a. Observasi

Menurut Eko Putro (2014:46) observasi merupakan pengamatan


secara sistematis terhadap unsur yang tampak pada objek penelitian.
Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara
langsung SDN 1 Bunut Baok

b. Teknik wawancara

Yusuf (2014:372) teknik wawancara adalah bentuk perolehan


informasi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang
informan. Peneliti nantinya akan melakukan wawancara kepada pihak
yang bersangkutan dengan menggunakan jenis wawancara terbuka dimana
informan tau bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa
maksud dan tujuan wawancara itu.

Wawancara Terbuka Merupakan jenis wawancara yang memiliki


pertanyaan yang tidak terbatas atau jawabannya tidak terikat, pertanyaan

26
biasanya akan menghendaki penjelasan serta pendapat dari narasumber
yang diwawancarai. (fungsi.co.id)

c. Teknik Dokumentasi

Agus Riyanto (2012:103) teknik dokumentasi adalah cara


mengumpulkan data dengan cara merekam data yang ada. Data yang
diambil berupa tulisan maupun gambar yang sesuai dengan penelitian
yang diteliti Data-data tersebut dapat diperoleh dari jurnal, skripsi, buku,
makalah, dokumen internet dan Undang-Undang.

F. Teknik Uji Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan


dengan uji credibility (validitas interbal), transferability(validitas eksternal),
dependability (reliabilitas) dan confirmability(obyektifitas).

Untuk memeriksa keabsahan data mengenai “Pendidikan karakterremaja


dari keluarga broken home (studi kasus pada remaja di desaMargourip)”
berdasarkan data yang sudah terkumpul, selanjutnyaditempuh beberapa teknik
keabsahan data yang meliputi: kredibilitas,tranferabelitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas adapun perincian dariteknik diatas adalah sebagai berikut:

1. Uji Kredibilitas

Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas data ataukepercayaan terhadap


data hasil penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara, anatara lain dilakukan
dengan perpanjanganpengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi,diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
membercheck.Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan beberapacara
yang dilakukan untuk menguji kepercayaan data hasilpenelitian sebagai berikut:

27
a. Triangulasi

Dalam pengujian kredibilas ini diartikan sebagaipengecekan data dari


berbagai sumber dengan berbagai caradan berbagai waktu. Dengan
demikian, terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan triangulasiwaktu. Namun, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan duatriangulasi, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi
teknik.

1). Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas


datadilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperolehmelalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibelitas
datatentang “Pendidikan karakter remaja dari keluarga brokenhome
(studi kasus pada remaja di Desa Margourip)” makapengumpulan
dan pengujian data dilakukan kepada anggotakeluarga, tetangga
dan remaja(informan). Data dari ketigasumber tersebut kan
dideskribsikan, dikategorisasikan,mana pandangan yang sama,
yang berbeda, dan mana yangspesifik dari ketiga sumber data
tersebut.

2). Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas datadilakukan


dengan cara mengecek data kepada sumber yangsama dengan
teknik yang berbeda. Yaitu teknik observasi,wawancara dan
dokumen pendukung terhadap informan.

b. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi adalah adanya pendukung untukmembuktikan data


yang telah ditemukan oleh peneliti. Untukitu dalam penyusunan laporan,
peneliti menyertakan foto ataudokumen autentik sehingga hasil penelitian
menjadi lebih dapatdipercaya.

28
c. Mengadakan Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yangdiperoleh


peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan untukmengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai denganapa yang diberikan oleh pemberi
data. Apabila data yangditemukan disepakati oleh para pemberi data itu
pertanda datatersebut valid, sehingga semakin kredibel. Pelaksanaan
membercheck dapat dilakukan setelah mendapat suatu temuan
ataukesimpulan.

Dalam penelitian ini member check dilakukan denganforum


diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok penelitian menyampaikan
temuan kepada sekelompok pemberi data. Dalam diskusi kelompok
tersebut mungkin terjadipengurangan, penambahan dan kesepakatan data.
Setelah datadisepakati bersama, maka pemberi data diminta
untukmenandatangani, agar lebih autentik.

2. Uji Tranferabelitas

Pengujian transferability ini merupakan validitas eksternaldalam penelitian


kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkanderajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian kepopulasi dimana sampel tersebut diambil.

Nilai transfer ini berkaitan dengan pertanyaan, sampai manapenelitian


dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagipenelitian naturalistik,
nilai transfer bergantung pada pemakai,sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat
digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.

Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasilpenelitian kualitatif
ini sehingga ada kemungkinan untukmenerapkan hasil penelitian tersebut, maka
dalam menyusunlaporan ini peneliti memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis,dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka pembaca menjadijelas
atas hasil penelitian ini, sehingga dapat memutuskan dapatatau tidaknya untuk
diaplikasikan hasil penelitian ini di tempatlain.

29
Apabila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaranyang
sedemikian jelasnya, seperti apa suatu hasil penelitian dapatdberlakukan
(transferability), maka laporan ini memenuhi standartransferabilitas.

3. Uji Dependabilitas

Dalam penelitian kuantitatif, Dependabilitiy disebut sebagaireliabilitas.


Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang laindapat mengulangi atau
mereplikasi proses penelitian tersebut.Dalam penelitian kualitatif, uji
dependebility dilakukan denganmelakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Dalampenelitian ini dependebility dilakukan oleh auditor
yangindependen atau dosen pembimbing untuk mengaudit keseluruhanaktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Uji Konfirmabilitas

Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatifdisebut dengan uji


obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakanobjektif apabila hasil penelitian telah
disepakati banyak orang.Dalam penelitian kualitatif, uji Konfirmability mirip
dengan ujiDependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan
secarabersamaan.Menguji Confirmability berarti menguji hasil
penelitian,dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, makapenelitian tersebut
telah memenuhi standar Confirmability.

Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif ini uji Confirmability di


lakukan bersamaan dengan uji Dependability oleh dosen pembimbing.

G. Teknik Analisis Data

Untuk teknik analisis data di penelitian ini nantinya akan menggunakan


teknik Triangulasi . Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data.
Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)

30
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda
(Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini
selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk
memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna
untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi
bersifat reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam
triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik danteori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut,
peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik


derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai
kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan


apayang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi


penelitiandengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai


pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang


berkaitan.

Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam riset
kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti
disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas
informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagaipembanding terhadap data itu. Teknik

31
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain.
Model triangulasi diajukanuntuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan
kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.

Murti B., 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan


triangulasiadalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun
interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi memiliki arti penting
dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan kuantitatif,sedangkan menurut
Yin R.K, 2003 menyatakan bahwa pengumpulan data triangulasi (triangulation)
melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam


penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang
tersusunmember kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan (Ulber Silalahi, 2009: 340).

Penyajian data yang sering digunakan untuk data kualitatif pada masa
yang lalu adalah dalam bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan, atau
bahkanribuan halaman. Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah yang besar
melebihi beban kemampuan manusia dalam memproses informasi. Manusia
tidakcukup mampu memproses informasi yang besar jumlahnya; kecenderungan
kognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan
bentuk yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yangmudah dipahami.

Penyajian data dalam kualitatif sekarang ini juga dapat dilakukan dalam
berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang untuk
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu padan
dan mudah diraih. Jadi, penyajian data merupakan bagian dari analisis.

H. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap dalam proses penelitian deskriptif kualitatif dapatdiuraikan kedalam


3 tahapan pokok, yaitu :

1. Tahap Pra Lapangan

32
Pada tahap pra-lapangan ini, peneliti memulai dari prosespengajuan judul
kepada ketua Jurusan Tasawuf & Psikoterapi,kemudian peneliti membuat
proposal penelitian yang judulnya sudah disetujui oleh Ketua Jurusan. Sebelum
memasuki lokasi penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan surat-surat
dan jugakebutuhan lainnya (ada dalam lampiran). Selain itu, penelitimemantau
perkembangan yang terjadi dilokasi penelitian. Penelitijuga menyiapkan
perlengkapan yang diperlukan dalam prosespenelitian, perlengkapan itu adalah
ketas, buku saku, alat tulismenulis, kamera, perekam suara, dan lain-lain.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Setelah medapatkan izin dari perangkat desa setempat, penelitikemudian


mempersiapkan diri untuk melakukan pendekatan kepadaresponden demi
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam pengumpulan data. Sebelum
melaksanakan pengamatan yang lebihmendalam dan wawancara, peneliti
berusaha menjalin keakrabandengan baik terhadap responden sehingga akan
maksimal dalammemperoleh data yang diharapkan. Selanjutnya, peneliti
melakukanpengamatan lebih mendalam, dan mengumpulkan data
daridokumentasi. Dan setelah melakukan pengamatan secara mendalam,maka hal
yang dilakukan selanjutnya adalah peneliti mengatur waktuyang dilakukan dengan
penjadwalan pertemuan kepada respondenuntuk wawancara.

3. Tahap Penyelesaian

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya data dipilah-pilahkemudian


disusun secara sistematis dan rinci agar data mudahdipahami dan dianalisis
sehingga temuan dapat di informasikan kepada orang lain secara jelas.

Setelah ketiga tahapan tersebut dilalui, maka keseluruhan hasilyang telah


dianalisis dan disusun secara sistematis, kemudian ditulisdalam bentuk skripsi
mulai dari bagian awal, pendahuluan, kajianpustaka, metode penelitian, paparan
hasil penelitian, penutup, sampaidengan bagian terakhir.

33
DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, B. (2018). Strategi Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


Pada Materi Aqidah Akhlak Di Madrasah Tsanawiyahal-Falah Sukajaya
Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan
(Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).

Eva Pratiwi Handayani, T. (2018). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Mengatasi Kenakalan Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Islam
Terpadu Permata Hati Bangko (Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi).

Hamdu, G., & Agustina, L. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan, 12(1),
90-96.

HUSNUL C, R. Z. (2021). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan


Motivasi Belajar Siswa SMA melalui Media Pembelajaran Online Carrd.
co (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).

Nurhidayah, N. (2018). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Akidah Akhlak


Terhadap Motivasi Belajar Akidah Akhlak Siswa Di Min 3 Tulungagung.

Setiawan, M. A. (2017). Belajar dan pembelajaran. Uwais Inspirasi Indonesia.

Sihombing, H. O. J. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching


Diselingi Motivasi terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir
Kreatif Matematika Siswa pada Materi Persamaan Linear Dua Variabel di
Kelas VIII SMP HKBP Sidorame Medan TP 2018/2019.

Soendari, T. (2012). Pengujian keabsahan data penelitian kualitatif. Bandung:


Jurusan PLB Fakulitas Ilmu PendidikanUniversitas Pendidikan Indonesia.

Suprihatin, S. (2015). Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.


Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3(1), 73-82.

34

Anda mungkin juga menyukai