Anda di halaman 1dari 48

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA ANTARA

PENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING DAN PROBLEM POSING
SMA N I KEC. MUNGKA

PROPOSAL PENELITIAN

FRIMA GITA OKTAFIA

1910007771007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


STKIP ABDI PENDIDIKAN PAYAKUMBUH
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1


A. Latar Belakang Maslah .......................................................................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................5
C. Batasan Masalah .................................................................................6
D. Asumsi Penelitian ...............................................................................6
E. Rumusan Maslah .................................................................................6
F. Tujuan Penelitian ................................................................................7
G. Manfaat Penelitian ..............................................................................7
H. Definisi operasional..............................................................................7

BAB II KERANGKA TEORITIS ........................................................9


A. Tinjauan Tentang Pembelajaran Biologi...............................................9
B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran ..............................................10
C. Tinjauan Model Pembelajaran Problem Based Learning....................10
D. Tinjauan Tentang Hasil Belajar...........................................................13
E. Penelitian Relevan................................................................................16
F. Kerangka Konseptual...........................................................................18
G. Hipotesis ..............................................................................................19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 20


A. Jenis Penelitian .................................................................................... 20
B. Rancangan Penelitian .......................................................................... 21
C. Populasi Dan Sampel .......................................................................... 22
D. Variabel Dan Data ............................................................................... 22
E. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 24
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 28
G. Uji Coba Instrumen ............................................................................ 28
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................36
LAMPIRAN................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan

merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara.

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Sehingga pemerintah perlu menetapkan

sasaran yang ingin dicapai dalam sistem pendidikan. Maka pemerintah

menyatakan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diatur dalam UU No. 20

Tahun 2003 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan


dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas

manusia yang harus dikembangkan oleh satuan pendidikan. Oleh karena itu,

rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan

pendidikan karakter bangsa, termasuk dalam mata pelajaran biologi.


Mata pelajaran biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) yang mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya dimana

adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya

(Sari, 2017). Dalam pembelajaran biologi selama ini materi cenderung di

sajikan dalam bentuk istilah-istilah latin, klasifikasi, anatomi, dan morfologi

yang harus di hafal siswa Hal ini telah membangun persepsi siswa terhadap

biologi, yaitu ilmu yang menekankan pada hafalan (Sari, 2017).

Berdasarkan hasil observasi di SMA N 1 Kec. Mungka , terdapat beberapa

faktor penyebab rendahnya hasil belajar biologi siswa, yaitu kurangnya

motivasi siswa dalam proses pembelajaran biologi, dimana siswa terlihat tidak

memperhatikan guru saat menjelaskan materi pembelajaran, siswa bermain-

main saat belajar, siswa tidak fokus saat pembelajaran karena diperbolehkan

membawa HP, sehingga siswa lebih memperhatikan HP dibanding

pembelajaran. Siswa cendrung berbicara dengan teman disebelahnya. Hal ini

dapat peneliti amati dari observasi siswa ke dalam kelas di saat proses

pembelajaran berlangsung. Padahal motivasi dan keaktifan siswa dibutuhkan

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMA N I Kec.

Mungka kelas X pada hari Sabtu, 11 Maret 2023, diketahui ada beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil belajar biologi siswa. Model atau teknik

pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih berupa ceramah atau discovery

learning. Siswa masih terbiasa mendapatkan suatu konsep atau materi dari
guru dari pada menemukan sendiri, dengan menggunakan model discovery

learning siswa terdapat aktif. Ketika pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan metode ceramah, siswa sangat bosan mendengarkan penjelasan

dari guru, siswa tidak bersemangat saat pembelajaran berlangsung, hal ini

mungkin yang menyebabkan rendahnya hasil belajar biologi, sehingga tujuan

pembelajaran dan ketercapaian KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimum ) untuk

mata pelajaran biologi masih rendah, KKM yang diterapkan oleh sekolah untuk

pembelajaran biologi adalah 70. Hal ini dapat diliht pada tabel 1.1

Tabel 1.1. Jumlah Siswa dan PTS semester 1 Mata Pelajaran Biologi
kelas X SMA N 1 Kec. Mungka tahun ajaran 2022/2023
No Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata
1 X1 25 47,28

2 X2 22 52,62

Sumber:Guru Mata Pelajara biologi SMA N 1 Kec. Mungka .

Berdasarkan tabel 1.1 hasil belajar siswa masih terbilang rendah, karena

masih banyak siswa yang belum mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan

Minimum) yaitu 70. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut supaya tidak terjadi

lagi tahun berikutnya, maka hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

melakukan perbaikan model pembelajaran. Diantaranya dengan menggunakan

model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan

Problem Posing.
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran berbasis masalah

yang dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki kecakapan dalam berpartisipasi

dalam tim (Syarifudin et al., 2021). Jadi model pembelajaran Problem based

learning merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman autentik

yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengkonstruksikan pengetahuan dan

mengintergrasikan konteks belajar disekolah dan belajar dikehidupan yang nyata

secara alami. Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar.

Sedangkan Model Problem Posing merupakan suatu model pembelajaran

yang menekankan pada perumusan soal dan penyelesaian berdasarkan situasi yang

diberikan kepada siswa. Model pembelajaran Problem Posing diduga dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis karena dalam

tahapannya terdapat kegiatan mengajukan soal.(Iswara & Sundayana, 2021). Jadi,

berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan pembelajaran dengan Problem

Posing adalah suatu model pembelajaran yang siswanya diminta untuk

merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang

disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang

disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan

dengan materi pelajaran, dan selanjutnya siswa sendiri yang yang harus mendesain

cara penyelesaianya.
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian dengan judul

“Perbandingan Hasil Belajar Biologi Siswa Antara Penggunakan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Dan Problem Posing Sma N I Kec.

Mungka “

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan analisis situasi pembelajaran biologi di kelas X SMA N I Kec.

Mungka ini maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1 Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran biologi,sehingga

siswa terlihat tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi

pembelajaran

2 Siswa bermain-main saat belajar

3 Siswa tidak fokus saat pembelajaran karena diperbolehkan membawa hp,

sehingga siswa lebih memperhatikan hp disbanding pembelajaran.

4 Siswa cendrung berbicara dengan teman disebelahnya

5 Model atau teknik pembelajaran yang diterapkan masih berupa ceramah

dan discovery learning

6 Siswa masih terbiasa mendapatkan konsep materi dari guru

7 Hasil belajar siswa kurang memuaskan, masih tergolong rendah karena

masih ada nilai rata-ratanya belum mencapai kkm


C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Problem

posing.

2. Hasil belajar yang akan dianalisis hanya pada ranah kognitif.

3. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi bioteknologi

pada siswa kelas X

D. Asumsi Penelitian

Untuk menghindari kesalah pahaman pada pembaca, asumsi dari penelitian

ini sebagai berikut:

1. Seluruh siswa memiliki kemampuan yang homogeny.

2. Peneliti mampu menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning dan Problem posing sesuai dengan yang diharapkan.

3. Perbedaan jam pelajaran tidak mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

E. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning dengan model Problem Posing pada

siswa kelas X SMA N I Kec. Mungka?


F. Tujuan Penelitian

Untuk melihat perbedaan hasil belajar biologi antara penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran Problem

Posing pada siswa kelas X SMA N I Kec. Mungka.

G. Mamfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pemahaman tentang penggunaan model pembelajaran, khususnya model

pembelajaran Biologi

3. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai acuan dalam penggunaan

model pembelajaran, khususnya model pembelajaran Biologi demi

tercapainya ketuntasan belajar.

b. Bagi guru mata pelajaran biologi, dapat digunakan sebagai pilihan

dalam penggunaan model pembelajaran yang baik agar proses

pembelajaran menjadi menarik, tidak monoton dan dapat

meningkatkan hasil belajar.

c. Bagi peneliti, dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang diperoleh

dari praktik peneliti secara langsung


d. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan inspirasi untuk melakukan penelitian yang lebih

mendalam.

e. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya, terutama

yang menyangkut pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajar problem based learnin dan Problem Posing.

H. Defenisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi pada pembaca maka perlu dikemukakan definisi

operasional sebagai berikut.

1. Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Departemen Pendidikan

Nasional, arti pengaruh adalah  daya yang ada atau timbul dari sesuatu

(orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan

seseorang. Jadi, pengaruh dalam penelitian ini adalah melihat hasil belajar

yang diperoleh dari penggunaan model pembelajaran problem Problem

Based Learning

2. Model pembelajaran

Menurut (Shoimin 2018)“model pembelajaran adalah kerangka

kertangka dan arahan bagi guru untuk mengajar”.

Jadi model pembelajaran yang dimaksud pada penelitian ini yaitu Model

pembelajaran Problem Based Learning.


3. Model pembelajaran Problem based learning

Model pembelajaran (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap

metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

keterampilan untuk memecahkan masalah (Fathurrohman, 2017).

Jadi, model pembelajaran (PBL) dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa .

4. Model Problem Posing merupakan suatu model pembelajaran yang

menekankan pada perumusan soal dan penyelesaian berdasarkan situasi

yang diberikan kepada siswa. Model pembelajaran Problem Posing

diduga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

karena dalam tahapannya terdapat kegiatan mengajukan soal.(Iswara &

Sundayana, 2021). Jadi, model Problem Posing adalah model

pembelajaran yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa .

5. Hasil belajar

Menurut (Ilmiyah & Sumbawati, 2021) Hasil belajar juga bisa diartikan

sebuah prestasi yang didapatkan oleh siswa setelah proses kegiatan

belajar mengajar disertai dengan suatu pembentukan dan perubahan

tingkah laku seseorang yang dinyatakan dalam sebuah simbol, huruf

maupun kalimat. Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar pada

penelitian ini adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah


mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning

khususnya pada kawasan kognitif.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pembelajaran Biologi


Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya dimana adanya

hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Sari, 2017).

Dalam pembelajaran biologi selama ini materi cenderung di sajikan dalam

bentuk istilah-istilah latin, klasifikasi, anatomi, dan morfologi yang harus di hafal

siswa. Hal ini telah membangun persepsi siswa terhadap biologi, yaitu ilmu yang

menekankan pada hafalan (Sari, 2017).

Menurut (Fitriani et al., 2022) Pembelajaran biologi merupakan salah satu

ilmu yang mempelajari suatu kehidupan makhluk hidup serta lingkungannya.

Biologi sangat penting untuk dipelajari karena di dalam pembelajaran biologi

kita bisa memahami dan mengetahui fungsi organ dalam tubuh serta struktur. Hal

ini akan membuat manusia untuk menjaga kesehatan dengan perilaku hidup yang

sehat pada tubuh. Biologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas

mengenai seluk beluk suatu aktivitas. Maka tidak heran pembelajaran biologi

lebih banyak berupa hapalan dari pada hitungan.

B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman


belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk

merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut (Shoimin

2018) “model pembelajaran adalah kerangka kertangka dan arahan bagi guru

untuk mengajar”.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk

merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Ibrahim,2017).

Jadi, model pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran problem based learning.

b. Karakteristik Model Pembelajaran

Karakteristik Model pembelajaran menurut (Sueni, 2019) mempunyai

empat ciri khusus yaitu :

1. Bersifat rasional, teoritik yang disusun oleh penciptanya

2. Berorientasi pada mencapai tujuan pembelajaran

3. Berpijak pada cara khusus agar model tersebut sukses dilaksanakan

4. Berpijak pada lingkungan belajar kondusif agar tujuan tercapai


C. Tinjauan Tentang Problem Based Learning

a. Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah model pembelajaran berbasis masalah yang

dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka mahir

dalam memecahkan masalah dan memiliki kecakapan dalam berpartisipasi dalam

tim (Syarifudin et al., 2021). Model Problem based learning pembelajaran adalah

suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu

masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah, sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

keterampilan untuk memecahkan masalah (Fathurrohman, 2017).

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) merupakan

suatu model dalam pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan

masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi

yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu keputusan pemecahan

masalahnya yang kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja

(Indrayana, 2022). Jadi model pembelajaran Problem based learning merupakan

model pembelajaran yang menyediakan pengalaman autentik yang mendorong

peserta didik untuk belajar aktif, mengkonstruksikan pengetahuan dan

mengintergrasikan konteks belajar disekolah dan belajar dikehidupan yang nyata

secara alami.
b. Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik Problem Based Learning menurut (Volkers, 2019) adalah

sebagai berikut :

1. Belajar dimulai dengan suatau masalah


2. memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia
nyata siswa atau integritas konsep dan masalah di dunia nyata
3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disipln
ilmu.
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pelajar dalam
membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
5. Menggunakan kelompok kecil.
6. Menuntut pelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari
dalam
bentuk suatu produk kinerja.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Langkkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning menurut

(Shoimin, 2018) adalah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran menjelaskan logistik yang


dibutuhkan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih
2. Guru membantu siswa mendefinisikan nama organisasi dan tugas
pelajar yang berhubungan dengan masalah tersebut, menetapkan topik
tugas jadwal dan lain-lain
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
pengumpulan data hipotesis dan pemecahan masalah
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan yang membantu mereka berbagai tugas
dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

d. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning

a) Kelebihan model Problem Based Learning


Kelebihan model Problem Based Learning menurut (Hotimah, 2020)

diantaranya yaitu:

1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan


untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk
memahami masalah dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong
siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang
dipelajari guna memecahkan masalah dunia

b) Kelemaham model Problem Based Learning

Kelemaham model Problem Based Learning menurut (Rerung et al.,

2017) adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan


untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif
dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran
yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan
pemecahan masalah,
2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik
yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas
D. Tinjauan Tentang Problem Posing

a. Pengertian Problem Posing

Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa inggris berasal dari dua kata

yaitu “problem” yang artinya masalah atau soal, dan “posing” dari kata “to pose”

yang berarti mengajukan atau membentuk, menurut istilah bahasa Indonesia

“pembentukan soal” atau “pengajuan soal”. Problem posing merupakan model

pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau

memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sederhana yang

mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Model pembelajaran problem posing

membuat siswa lebih bersikap kritis, kreatif dan aktif, serta bertanggung jawab

dalam belajar sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran

yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa untuk menjadi lebih baik (Aisyah et

al., 2019)

Model Problem Posing merupakan suatu model pembelajaran yang

menekankan pada perumusan soal dan penyelesaian berdasarkan situasi yang

diberikan kepada siswa. Model pembelajaran Problem Posing diduga dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis karena dalam

tahapannya terdapat kegiatan mengajukan soal.(Iswara & Sundayana, 2021). Jadi,

berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan pembelajaran dengan Problem

Posing adalah suatu model pembelajaran yang siswanya diminta untuk

merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang
disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang

disediakan, situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan

dengan materi pelajaran, dan selanjutnya siswa sendiri yang yang harus mendesain

cara penyelesaianya.

b. Langkah-Langkah model Problem Posing

a) Langkah-langkah model Problem Posing menurut (Shoimin, 2014) adalah

sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan


alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan
siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini
dapat pula dilakukan secara kelompok.
4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk
menyajikan soal temuaanya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang di
ajukan oleh siswa.
5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

b) Langkah-langkah model Problem Posing menurut (Harefa, 2020) adalah

sebagai berikut :

1. Membuka kegiatan pembelajaran.


2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru menjelaskan materi materi pelajaran kepada para siswa.
4. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal
yang kurang jelas.
6. Guru membentuk kelompok belajar yang heterogen tiap kelompok
terdiri atas 4-5 siswa.
7. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal berdasarkan informasi
yang diberikan guru, dan siswa yang bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya.
8. Guru memberikan tugas rumah secara individu sebagai penguatan.
9. Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini langkah-langkah yang akan diterapkan peneliti pada penelitian

nantinya yaitu langkah-langkah menurut (Harefa, 2020). Dikarenakan langkah-

langkahnya lebih terperinci dan mudah di aplikasikan.

c. Kelebihan model Problem Posing

Kelebihan dari model Problem Posing menurut (Harefa, 2020) adalah sebagai
berikut.

1. Mendidik murid berpikir kritis.


2. Siswa aktif dalam pelajaran.
3. Perbedaan pendapat antara siswa dapat diketahui sehingga mudah
diarahkan pada diskusi yang sehat.
4. Belajar menganalisis suatu masalah.
5. Mendidik anak percaya diri sendiri.

d. Kekurangan model Problem Posing

Kekurangan model Problem Posing menurut (Harefa, 2020) adalah sebagai

berikut :

1. Memerlukan waktu yang cukup banyak,


2. Tidak bisa digunakan di kelas rendah,
3. Tidak semua anak didik terampil bertanya

E. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kompetensi (sikap, pengetahuan,

keterampilan) yang diperoleh siswa setelah melalui aktivitas belajar. (Savriliana

et al., 2020) yang menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta

didik merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor
internal (kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan) maupun faktor eksternal

(keluarga, sekolah, dan masyarakat). Hasil belajar merupakan salah satu faktor

yang dapat menentukan proses belajar. Dengan kata lain, bagaimana seharusnya

siswa belajar, akan sangat ditentukan oleh apa hasil yang ingin diperoleh oleh

siswa (Johannes, 2020)

b. Faktor yang Mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor penentu dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di

sekolah seperti umpan balik, model pembelajaran, motivasi diri, gaya belajar,

interaksi, dan instruktur fasilitasi sebagai penentu potensi keberhasilan

pembelajaran. Salah satu penentu hasil belajar peserta didik yang memuaskan

ialah model pembelajara n yang diterapkan dan telah di uji dalam proses belajar.

Faktor penerapan model pembelajaran di kelas diduga kuat mempengaruhi hasil

belajar. Sehingga, dijadikan kajian dalam penelitian ini (Yanuarti & Sobandi,

2016).

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif.

Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat

dilakukan dengan jalan membandingkan tes awal yang diperoleh oleh siswa

dengan hasil tes akhir yang diperoleh siswa setelah pembelajaran selesai. Apabila

hasil skor tes akhir lebih tinggi dari skor awal berarti proses pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan tes akhir dapat menunjukkan skor
yang nyata sebagai akibat pembelajaran yang terjadi karena perlakuan dan

pengkondisian situasi belajar.

F. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan (Rerung et al., 2017) yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta Didik SMA pada Materi Usaha dan Energi” di SMA

Negeri 1 Manokwari menyatakan bahwa Penerapan model pembelajaran

PBL dapat meningkatkan hasil belajar kognitif. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan peningkatan persentase KBK. Persentase KBK pada siklus I

sebesar 64%, dan siklus II meningkat menjadi 84%.

2. penelitian yang dilakukan (Syarifudin et al., 2021) yang berjudul

“Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa”

menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model problem

based learning ( PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik,

peningkatan hasil belajar dari yang terendah 5 % sampai yang tertinggi 96

%. dengan rata – rata 43,6 % . Rata –rata hasil belajar peserta didik

sebelum penelitian tindakan kelas 57,14 dan setelah dilakukan penelitian

tindakan kelas dengan penerapan model problem based learning terjadi

peningkatan menjadi 79,09.

3. Penelitian yang dilakukan Mahasiswa STAIN palangka raya oleh Abdul

Azis yang berjudul “Penerapan Pendekatan Problem Posing dalam

Pembelajaran Pokok Bahasan Gerak Lurus Pada Siswa Kelas X Semester


1 SMAN 3 Palangka raya Tahun ajaran 2020/2013”. Menunjukan nilai

rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran lebih tinggi dengan

pendekatan problem posing memiliki nilai rata-rata 46,25, dibandingkan

dengan kelas dengan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata

35,832.

G. Kerangka Konseptual

Hasil belajar biologi di kelas X SMA N 1 Kec. Mungka belum memuaskan,

walaupun pembelajaran sudah dilakukan dengan model pembelajaran discovery

learning , Upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam meningkatkan hasil

belajar biologi di SMA N 1 Kec. Mungka yaitu menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning. Berdasarkan hal tersebut, maka pada

penelitian ini pembelajaran dikelas eksperimen 1 dilakukan dengan model

pembelajaran Problem Based Learning dan kelas kelas eksperimen 2 dilakukan

dengan model pembelajaran problem posing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut.


SISWA

Proses pembelajaran biologi di SMA N 1


Kec. Mungka

Kelas eksperimen 1 Kela eksperimen 2

Menggunakan model Menggunakan model pembelajaran


pembelajaran Problem Based Problem Posing
Learning

Tes akhir Tes akhir

Hasil belajar Hasil belajar


? ?

Gambar 2. 1: Kerangka Konseptual

Keterangan :

= Peningkatan hasil belajar


H. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “ terdapat perbedaan yang signifikan dari

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Problem

posing terhadap hasil belajar Biologi Siswa di SMA N 1 Kec. Mungka.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Eksperimen

(eksperimen semu), karena dalam penelitian ini tidak semua variable yang

berpengaruh dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2015).

B. Rancangan Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2015) jenis rancangan penelitian ini adalah posttest only

control group design. dimana pada penelitian ini digunakan dua kelas sampel,

yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pada kelas eksperimen 1

menggunakan model pembelajaran problem based learning, sedangkan pada kelas

eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran Problem Posing. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2. rancangan penelitian posttest only group design.

Group Treatmen Posttest

Eksperimen 1 X Y

Eksperimen 2 X Y

(sumber :Sugiono 2019:115)

Ket :

X:treatmen atau perlakuan

Y:posttest
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut (Arikunto, 2006) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA N I Kec. Mungka kelas X yang

terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X1 dan kelas X2. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3. Jumlah Siswa dan PTS semester 1 Mata Pelajaran Biologi
kelas X SMA N I Kec. Mungka tahun ajaran 2022/2023
No Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata

1 X1 25 47,28

2 X2 22 52,62

Sumber:guru mata pelajaran biologi SMA N I Kec. Mungka.

2. Sampel

Menurut (Sugiyono, 2019) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki populasi tersebut”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, karena penentuan

sampel secara teknik ini dilandasi tujuan atau pertimbangan-pertimbangan

tertentu terlebih dahulu. Dengan pertimbangan berupa penelitian ini mengambil

dua kelas, yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebagai nahan

perbandingan. Dengan demikian, pengambilan sampel didasarkan padaa maksud

yang telah ditetapkan sebelumnya. Purposive dapat dirtikan sebagai maksud,

tujuan, atau kegunaan.


Ditinjau dari metode yang digunakan, peneliti mengambil dua kelas untuk

menjadi eksperimen yang akan diberikan perlakuan berbeda. Pada penelitian ini,

peneliti mengambil kelas X 1 dengan jumlah siswa 25 orang untuk menjadi kelas

eksperimen 1 yang diberikan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning dan kelas X 2 dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang untuk menjadi

kelas ekperimen 2 diberikan dengan menggunakan model Problem Posing. Untuk

lebih jelas mengenai populasi dan sampel penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian

Nilai
Kelas
No Kelas Populasi Rata- Sampel
penelitian
Rata

1 X1 25 47,28 25 Eksperimen 1

2 X2 22 52,62 22 Eksperimen 2

Jumlah 47 47

D. Variable dan Data

1. Variable

Variable adalah objek penetian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto dalam Mahmud, 2011). Sesuai dengan permasalahan yang

terdapat pada penelitian ini maka terdapat dua variable yaitu:


a. Variabel bebas

Variable bebas merupakan variable yang diperkirakan berpengaruh

terhadap variable terikat. Variable bebas dalam penelitian ini adalah

pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Posing.

b. Variabel terikat

Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi oleh variable bebas.

Variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa

dalam ranah kognitif.

2. Data

a. Jenis Data

Menurut (Mahmud, 2011) “ Data adalah fakta atau informasi atau

keterangan yang dijadikan sebagai sumber atau bahan menemukan

kesimpulan dan membuat keputusan. Data dalam penelitian ini dibagi menjadi

dua jenis yaitu:

1) Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi yang diperoleh

dari siswa kelas sampel setelah proses penelitian selesai dilakukan.

2) Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data siswa yang menjadi

populasi penelitian, termasuk Penilaian Tengah Semester 1 Biologi siswa

kelas X SMA N I Kec. Mungka.


E. Pelaksanaan Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023 dari

Bulan April sampai Bulan Mei . lokasi penelitian ini bertempat di SMA N I

Kec. Mungka.

2. Tahapan penelitian

Tahapan pada penelitian ini ada tiga bagian, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap akhir.

a. Tahap persiapan

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu disusun

prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi

menjadi beberapa tahap, yaitu:

1) Mempersiapkan surat izin observasi

2) Melakukan observasi ke SMA N I Kec. Mungka.

3) Menyusun proposal penelitian dari BAB I smapai BAB III

4) Merumuskan modul ajar

5) Merumuskan soal sesuai dengan kisi-kisi materi yang akan diajarkan.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahapan ini peneliti melakukan pembelajaran dikelas eksperimen 1

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan dikelas

eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran Problem Posing.


Tabel 3.5 Prosedur Pembelajaran Di Kelas Eksperimen dan
kelas kontrol
Eksperimen I Ekperimen 2

Pendahuluan Pendahuluan

 Guru memberi salam,  Guru memberi salam,

kemudian meminta kemudian meminta

peserta didik untuk peserta didik untuk

berdoa terlebih dahulu. berdoa terlebih dahulu.

 Guru menanyakan kabar  Guru menanyakan kabar

peserta didik sebelum peserta didik sebelum

memulai pembelajaran memulai pembelajaran

 Guru mengabsen peserta  Guru mengabsen peserta

didik sebelum didik sebelum

pembelajaran pembelajaran

 Guru memberi

 Guru memberi apersepsi :

apersepsi :  Guru memberi motivasi

 Guru memberi motivasi dan menyampaikan

dan menyampaikan manfaat pembelajaran.

manfaat pembelajaran.  Guru menyampaikan

 guru menyampaikan  Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran garis besar cakupan


 Guru menyampaikan materi dan penjelasan

garis besar cakupan tentang kegiatan yang

materi dan penjelasan akan dilakukan peserta

tentang kegiatan yang didik untuk

akan dilakukan peserta menyelesaikan tugas atau

didik untuk permasalahan pada

menyelesaikan tugas atau pertemuan ini.

permasalahan pada

pertemuan ini.

Inti Inti

Orientasi peserta didik pada Klarifikasi masalah

masalah  Guru menampilkan

 Ditampilkan gambar gambar dan siswa

 Guru meminta peserta menganalisis

didik mengamati gambar permasalahan terkait

yang disediakan dan permaslahan tersebut.

memberi komentar terkait  Guru menjelaskan

gambar tersebut. materi materi

Mengorganisasikan peserta pelajaran kepada para

didik siswa.

 Memberikan kesempatan  Guru memberikan


peserta didik untuk latihan soal

mengidentifikasi sebanyak secukupnya.

mungkin pertanyaan yang  Guru Memberikan

berkaitan dengan gambar kesempatan kepada

yang disajikan dengan siswa untuk bertanya

menuliskannya di papan tentang hal-hal yang

tulis akan dijawab melalui kurang jelas.

kegiatan belajar  Guru membentuk

Membimbing menyelidiki kelompok belajar yang

 Peserta didik heterogen tiap

mengumpulkan informasi kelompok terdiri atas

yang relevan untuk 4-5 siswa.

menjawab pertanyaan  Siswa diminta

yang telah di identifikasi mengajukan 1 atau 2

melalui kegiatan belajar buah soal berdasarkan

 Membagi peserta didik ke informasi yang

dalam beberapa kelompok diberikan guru, dan

 Membagi LKPD untuk siswa yang

dikerjakan dan bersangkutan harus

didiskusikan oleh masing- mampu

masing kelompok menyelesaikannya.


Mengembangkan dan  Guru memberikan

menyajikan hasil karya tugas rumah secara

 Peserta didik individu sebagai

mengkomunikasikan penguatan.

secara langsung dan  Guru membagikan

mempresentasikan materi lembar kerja kepada

dengan rasa percaya diri siswa dan meminta

dengan jawaban yang menyelesaikan

sudah didiskusikan permasalahan sesuai

dengan kelompoknya dengan strategi yang

Menganalisis dan telah mereka

mengevaluasi proses diskusikan.

pemecahan masalah Implementasi

 Membimbing peserta  Siswa menyelesaikan

didik bersama-sama permasalahan tersebut

menyimpulkan hasil dan mempresentasikan

diskusi pada jawaban hasil beserta stategi

yang sebelumnya dijawab yang digunakannya.

oleh peserta didik

 Memberikan materi untuk

Menjelaskan kesimpulan
pembelajaran yang sedang

berlangsung mengenai

materi sistem eksresi.

Penutup Penutup

 Guru bersama  Guru bersama

peserta didik peserta didik

membuat membuat

rangkuman/simpulan rangkuman/simpulan

pelajaran pelajaran

 Guru melakukan  Guru melakukan

penilaia dan/atau penilaian dan/atau

refleksi terhadap refleksi terhadap

kegiatan yang sudah kegiatan yang sudah

dilaksanakan. dilaksanakan.

 Guru memberikan  Guru memberikan

tambahan informasi tambahan informasi

diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa

 Guru menyampaikan  Guru menyampaikan

rencana pembelajaran rencana pembelajaran

pada pertemuan pada pertemuan

selanjutnya selanjutnya
 Guru menutup pelajaran  Guru menutup pelajaran

dengan mengucapkan dengan mengucapkan

salam. salam.

c. Tahap penyelesaian

1) Melaksanakan tes akhir untuk melihat hasil belajar pada kelas eksperimen

1 dan kelas Eksperimen 2.

2) Mengelola data dari kelas sampel dan kelas control dari hasil penelitian.

3) Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat sesuai dengan teknik analisis

data yang digunakan.

F. Instrument Penelitian

Sebelum tes diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian maka

soal tes tersebut harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. . Uji coba instrument

dilakukan pada siswa kelas XI, dari hasil uji coba instrument akan dianalisis

diantaranya:

1. Validitas tes

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas logis yang terdiri

dari validitas isi dan validitas konstruk. Merurut (Sugiono, 2019:175) sebuah tes

dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara data data yang terkumpul dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, hal ini dapat dilihat

melalui kisi-kisi.
2. Indeks kesukaran (P)

Indeks kesukaran digunakan untuk melihat apakah soal tersebut soal yang

mudah, sedang atau sukar. Untuk menghitung indeks kesukaran soal digunakan

rumus yang dikemukakan oleh Arikunto dalam komala (2014:24) yaitu:

B
P=
JS

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyak siswa yang menjawab soal dengan betul

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.5. Kriteria Kesukaran Soal

No Indeks Kesukaran Kriteria

1 0,01-0,30 Sukar

2 0,31-0,70 Sedang

3 0,71-1,00 Mudah

(Dimodifikasi dari Arikunto dalam komala (2014:25)

3. Daya Pembeda

Menurut (Arikunto dalam komala, 2014) “Daya pembeda soal adalah

kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa pandai atau

berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Cara menentukan

daya pembeda dapat digunakan dengan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto

dalam komala (2014:24) sebagai berikut:


BA BB
D= - = PA- PB
JA JB

Keterangan :

D:Indeks Diskriminasi

BA:Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal benar

BB:Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar

PA:Proposti kelompok atas yang menjawab soal benar

PB:Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

JA:Banyak peserta kelompok atas

JB:Banyak peserta kelompok bawah

Dengan kriteria:

D : 0,00-0,20 : jelek

D : 0,21-0,40 : cukup

D : 0,41-0,70 : baik

D : 0,71-1,00 : baik sekali

D : negative : semuanya tidak baik, jadi semua butir soal mempunyai

nilai D negative sebaiknya dibuang.

4. Reliabilitas Tes

Untuk melihat tingkat taraf kepercayaan dari suatu tes apakah tes tersebut

memberikan hasil tetap atau berubah-ubah, maka dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas tes ini menunjukan apakah suatu tes cukup baik untuk dipergunakan

sebagai alat pengumpulan data yang dapat dipercaya kebenarannya atau tidak.
Penentuan indeks reliabilitas tes menggunakan metode belah dua (Spearman-

Brown), menurut (Arikunto dalam komala, 2014), yaitu :

2 ( r ½ ½)
r11 =
( 1+ r ½½ )

Keterangan:

r11:kooefisien reliabilitas

r½½:korelasi antara bagian instrument

Dengan kriteria:

a. Antara 0,00 < r11 ≤ 0,20:sangat rendah

b. Antara 0,21 < r11 ≤ 0,40:rendah

c. Antara 0,41 < r11 ≤ 0,60:cukup

d. Antara 0,61 < r11≤ 0,80 :tinggi

e. Antara 0,81 < r11 ≤ 1,00:sangat tinggi

G. Teknik analisis data

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal

atau tidak. (Supardi, 2013) mengatakan bahwa rumus yang digunakan adalah

Liliefors. Untuk pengujian kenormalan data dapat ditempuh prosedur berikut:

a. Data X1,X2,…,Xn dijadikan bilangan baku X1,X2,…,Xn dengan rumus


xᵢ−x̄ Σf (xᵢ− x̄ )
Zᵢ= dimana S =√
S n−1

Keterangan

Xᵢ :Skor yang diperoleh siswa ke -ᵢ

x̄:Skor rata-rata

S: Simpangan baku

b. Untuk tiap bilangan baku tersebut menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian menghitung peluang F (zᵢ) = P (z ≤ zᵢ)

c. Dengan menggunakan proporsi Z1, Z2, …, Zn yang lebih mudah Zᵢ yakni


1 2
Banyak z , z , … zₙ yang ≤ z
S(Zᵢ) =
n

d. Menghitung selisih F(Zᵢ) – S(Zᵢ) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Mengambil harga yang paling besar diantara harga mutlak disebut (L0)

f. Membandingkan nilai L0 nilai L tabel yang terdapat pada daftar nilai

kritis untuk uji Liliefors pada taraf nyata α= 0,05. Jika L 0 < dati Ltabel

maka data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah kedua sampel

mempunyai varians yang homogeny atau tidak. Untuk pengujiannya,

menggunakan uji F, menurut (Supardi, 2013) rumus untuk menguji

Fhitung adalah :

varians besar
F=
varians kecil
Keterangan

F : Perbedaan antara varian terbesar dan terkecil

Kemudian membandingkan harga Fhitung dengan harga Ftabel yang

terdapat pada daftar distribusi F dengan taraf signifikansi 0,05 dan

dk pembilang = n1₋₁ d an dk penyebut = n2₋₁. Apabila Ftabel > Fhitung

maka kedua sampel dinyatakan homogeny sedangkan apabila F tabel

< Fhitung, maka kedua sampel dinyatakan heterogen.

3. Uji Hipotesis

Untuk uji hipotesis digunakan uji t, jika data berdistribusi normal dan

memiliki varian yang homogeny. Rumus t-tes menutut Supardi

(2013:329) sebegai berikut:

x̄ ₁−x̄ ₂
t= 1 1
s√ ₊
n₁ n ₂

( n ₁−1 ) s ₁2+ ( n ₂−1 ) s ₂2


Dengan rumus s2 = √ n₁ n₂
+ −2

Keterangan :

x̄1:skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 1

x̄2: skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 2

n1:jumlah peserta tes kelas eksperimen 1

n2: jumlah peserta tes kelas eksperimen 2

s12:varians kelas eksperimen 1

s22: varians kelas eksperimen 2


Langkah-langkah pengujian hipotesis:

a. Menyatakan rumus hipotesis

H0 : μ 0 = 0

H1 : μ 1 ≠ 0

b. Menentukan taraf signifikansi (α ),α =0,05

c. Menetapkan statistic uji

Kriteria pengujian hipotesis adalah hipotesis diterima jika thitung

> ttabel dan hipotesisi ditolak jika thitung< ttabel. Harga ttabel diperoleh

dari data distribusi dengan derajat kebebasan (dk) =n1+n2-2

untuk taraf nyata α =0,05.

Untuk mencari simpangan baku gabungan kelas eksperimen1

dengan kelas eksperimen 2 digunakan rumus sebagai berikut:

( n ₁−1 ) s ₁2+ ( n ₂−1 ) s ₂2


Sgab = √ n₁ n₂
+ −2

Keterangan :

x̄1:skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 1

x̄2: skor rata-rata hasil tes kelas eksperimen 2

sgab:simpangan baku dari kedua kelas

n1:jumlah peserta tes kelas eksperimen 1

n2: jumlah peserta tes kelas eksperimen 2

s12:varians kelas eksperimen 1

s22: varians kelas eksperimen 2


s:stanar deviasi gabungan

d. Menbandingkan thitung dengan ttabel

Kriteria pengujian yang digunakan adalah terima H1 jika th >

tt , dengan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah dk

= n1+n2-2 dan peluang (1- α ). Untuk harga-harga t lainnya H0

ditolak. Setelah didapat nilaint dibandingkan dengan nilai tt

yang terdapat dalam tabel distribusi.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan(Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat
Bahasa
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Pustaka Setia.
Shoimin, Aris. 2018. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalamkurikulum 2013.
Yogyakarta:Ar-Ruz Media.
Sugiyono. 2015. Statistik Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Jurnal

Fitriani, Harahap, D. R., & Safitri, I. (2022). Analisis Hambatan Proses Pembelajaran
Biologi Secara Daring Selama Pandemi Covid-19 Di Sma Negeri. Jurnal
Biolokus: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi Dan Biologi, 5(1), 81–89.

Hotimah, H. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning


Dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Edukasi, 7(3), 5. https://doi.org/10.19184/jukasi.v7i3.21599

Ibrahim, A. S. E. (2017). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil


Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa SMA Negeri 1 Palu. Katalogis,
5(4), 9-20.

Ilmiyah, N. H., & Sumbawati, M. S. (2021). Pengaruh Media Kahoot dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa. Journal of Information Engineering and
Educational Technology, 3(1), 46–50. https://doi.org/10.26740/jieet.v3n1.p46-
50

Indrayana, I. G. N. A. (2022). Penggunaan Langkah Langkah Model Pembelajaran


Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas Xi Ipa 2 Semester 1 Sma Negeri 8 Denpasar Tahun Pelajaran 2018 /
2019. Widyadari: Jurnal Pendidikan, 23(1), 48–58.
https://doi.org/10.5281/zenodo.6390907

Johannes, N. Y. (2020). PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN


AGAMA KRISTEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TWO STAY TWO STRAY BAGI SISWA KELAS 5 SD NEGERI
TOISAPU. PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogika Dan Dinamika Pendidikan,
4(1). https://doi.org/10.30598/pedagogikavol4issue1page57-66

Kusnandar, D. (2019). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil


Belajar Kognitif Dan Motivasi Belajar Ipa. Pendidikan Islam, Sains, Sosial, Dan
Budaya, 1(1), 17–30.

Rerung, N., Sinon, I. L. ., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan Model


Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik SMA pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, 6(1), 47–55. https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.597

Sari, R. T. (2017). Uji Validitas Modul Pembelajaran Biologi Pada Materi Sistem
Reproduksi Manusia Melalui Pendekatan Konstruktivisme Untuk Kelas Ix Smp.
Scientiae Educatia, 6(1), 22. https://doi.org/10.24235/sc.educatia.v6i1.1296

Savriliana, V., Sundari, K., & Budianti, Y. (2020). Media Dakota (Dakon
Matematika) Sebagai Solusi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4).
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.517
Sueni, N. M. (2019). Metode, Model dan Bentuk Model Pembelajaran. Wacana
Saraswati, 19(2), 1–16.

Syarifudin, A., Dhewy, R. C., & Agustina, E. N. S. (2021). Pengaruh Model Brain
Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa. JEDMA Jurnal Edukasi
Matematika, 1(2), 1–7. https://doi.org/10.51836/jedma.v1i2.155

Volkers, M. (2019). Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning Αγαη,


8(5), 55.

Anda mungkin juga menyukai